Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN

4.1. Tujuan Percobaan


Tujuan pengujian ini untuk mengetahui pembagian butir gradasi
agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan
adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat
halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan
dengan ukuran jaring-jaring tertentu.

4.2. Dasar Teori


Agregat yaitu material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah,
dan kerak tungku pijar, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik dalam
SNI 03-2847-2002 Pasal 3.2 Tentang “Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung”. Penggunaan agregat bertujuan untuk
memberbentuk pada beton, memberkekerasan yang dapat menahan beban,
goresan dan cuaca, mengontrol workability, serta agar lebih ekonomis
karena menghemat pemakaian semen.
Agregat beton dapat berasal dari bahan alami, buatan (batu pecah)
maupun bahan sisa produk tertentu. Selain persyaratan teknis yang harus
dipenuhi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis agregat
adalah factor ekonomisnya. Persyaratan teknis agregat beton mengacu pada
“Peraturan Beton Bertulang Indonesia”, 1971 dan “American Society for
Testing and Materials” (ASTM C33-97).
Agregat yang dipakai campuran beton dibedakan menjadi dua jenis
yaitu agregat halus dan agregat kasar. Berikut penjelasannya :
a. Agregat Halus
Yang dimaksud dengan agregat halus (pasir) adalah agregat berupa
pasir alam sebagai hasil disintegrasi batuan atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai butiran sebesar 4,76 m
menurut“Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan

32
plesteran dengan bahan dasar semen” (SNI 03-6820-2002) maka
agregat halus harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Susunan butir agregat halus mempunyai kehalusan antara 2,0 - 3,0
2) Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras,
3) Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan
jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10
% berat, sedangkan jika dipakai magnesium sulfat yang hancur maksimum 15%
berat.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(terhadap berat kering). Jika kadar lumpur melebihi 5 % pasir harus dicuci.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

b. Agregat Kasar
Yang dimaksud dengan agregat kasar (batu pecah) adalah butiran
mineral keras yang sebagian besar butirannya berukuran antara 5 mm
sampai 40 mm, dan besar butiran maksimum yang diijinkan tergantung
pada maksud dan pemakaian. Agregat kasar yang akan dicampurkan
sebagai adukan beton harus mempunyai syarat mutu yang ditetapkan.
Adapun persyaratan agregat kasar yang digunakan dalam campuran
beton menurut ASTM C33 adalah sebagai berikut :
1) Syarat fisik
 Besar butir agregat maksimum, tidak boleh lebih besar dari 1/5
jarak terkecil bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 tebal
pelat atau ¾ dari jarak bersih minimum tulangan,
 Kekerasan yang ditentukan dengan menggunakan bejana
Rudellof tidak boleh mengandung bagian hancur yang tembus
ayakan 2 mm lebih dari 16% berat,
 Bagian yang hancur bila diuji dengan menggunakan mesin Los
Angeles, tidak boleh lebih dari 27 % berat,

33
 Kadar Lumpur, maksimal 1%,
 Bagian butir yang panjang dan pipih, maksimum 20% berat,
terutama untuk beton mutu tinggi.
2) Syarat kimia
 Kekekalan terhadap Na2SO4 bagian yang hancur, maksimum 12
% berat, dan kekekalan terhadap MgSO4 bagian yang hancur,
maksimum 18%.
 Kemampuan bereaksi terhadap alkali harus negative sehingga
tidak berbahaya. Pada beton mutu tinggi, kadar semen yang
dibutuhkan juga cukup tinggi. Keadaan ini menyebabkan
gradasi agregat relative tidak dipentingkan bila dibandingkan
dengan beton normal.

4.3. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1) Timbangan dari neraca dengan ketelitian 0,1 gran dari berat yang
di uji.
2) Seperangkat saringan.
3) Alat pemisah atau sample spilter.
4) Mesin penggetar saringan.
5) Kuas.
6) Sendok.

Gambar 4.1 Mesin Penggetar dan Saringan

34
b. Bahan
1) Agregat halus atau pasir = 660 gram
2) Agregat kasar atau kerikil = 1375 gram

4.4. Cara Kerja


1) Contoh benda uji dimasukkan dalam susunan saringan dimulai dari yang
terbesar, saringan digetarkan dengan mesin penggetar selama 15 menit,
2) Timbang dan catat hasil yang diperoleh dari penggetaran saringan-
saringan tadi.

4.5. Data yang Diperoleh


4.5.1. Data Pengukuran Massa Agregat Halus
Setelah melakukan penyaringan untuk agregat halus (pasir),
diperoleh data-data yang telah tercantum dalam tabel 3.2, berikut
table dari hasil penyaringan agregat halus (pasir) :

Tabel 4.1. Hasil Penyaringan Agregat Halus


Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Berat Cawan Berat Cawan+Agregat Berat Agregat
Ukuran Saringan
No (gram) (gram) (gram)
(mm)
(a) (b) (c)
1. 12, 5 25 25 0
2. 9,5 25 25 0
3. 4,75 25 35 10
4. 2,375 25 60 35
5. 1,195 25 85 60
6. 0, 6 25 170 145
7. 0, 3 25 135 110
8. 0,15 25 160 135
9. Alas (0,0) 25 150 125
JUMLAH 620

 Berat agregat semula = 660 gram


 Berat agregat setelah disaring = 620 gram
 Berat kehilangan = x 100 % = 6,061 %

35
4.5.2. Perhitungan Analisa Saringan pada Agregat Halus
a. Prosentase Agregat Tertinggal

d= x 100%

Keterangan :
d = prosentase agregat tertinggal (%)
∑c = jumlah total agregat setelah disaring (gr)
C = berat agregat (gram)
∑c = c1 + c2+ c3+ c4+ c5+ c6+ c7+ c8+ c9
= 495 gram
1) Saringan Ø 9,5
∑c = 620 gram
c1 = 0 gram

d1 = x 100%

=0%
2) Saringan Ø 4,75
∑c = 490 gram
c2 = 0 gram

d2 = x 100%

=0%
3) Saringan Ø 2,36
∑c = 490 gram
c3 = 45 gram

d3 = x 100%

= 9,18%
4) Saringan Ø 1,18
∑c = 490 gram
c4 = 75 gram

d4 = x 100%

36
= 15,3 %
5) Saringan Ø 0,60
∑c = 490 gram
c5 = 105 gram

d5 = x 100%

= 21,42 %
6) Saringan Ø 0,30
∑c = 490 gram
C6 = 100 gram

d6 = x 100%

= 20,4 %
7) Saringan Ø 0,15
∑c = 490 gram
c7 = 105 gram

d7 = x 100%

= 21,42%
8) Saringan Ø 0,075
∑c = 490 gram
c8 = 40 gram

d8 = x 100%

= 8,16 %
9) Saringan Ø 0,0
∑c = 490 gram
c8 = 20 gram

d8 = x 100%

= 4,08%

37
b. Komulatif Agregat Tertinggal

en = en-1 + cn
Keterangan : e = komulatif agregat tertinggal (gram)
c = berat agregat (gram)
1) Saringan Ø 9,5
c1 = 0 gram
en = en-1 + cn
e1 = e1-1 + c1
= c1 = 0 gram
2) Saringan Ø 4,75
c2 = 0 gram
e1 = 0 gram
e2 = e1 + c2
= 0+ 0= 0 gram
3) Saringan Ø 2,36
c3 = 45 gram
e2 = 0 gram
e3 = e2 + c3
= 0+ 45= 45 gram
3) Saringan Ø1,18
c4 = 75 gram
e3 = 45gram
e4 = e3 + c4
= 45 + 75= 120 gram
4) Saringan Ø 0,60
c5 = 105 gram
e4 = 120 gram
e5 = e4 + c5
= 120 + 105=225 gram
5) Saringan Ø 0,30
c6 = 100 gram
e5 = 225 gram
e6 = e5 + c6
= 225+100=325 gram
38
6) Saringan Ø 0,15
c7 = 105 gram
e6 = 325 gram
e7 = e6 + c7
= 325+ 105=430 gram
7) Saringan Ø 0,075
c8 = 40 gram
e7 = 430 gram
c8 = e7 + c8
= 430+ 40= 470 gram
8) Saringan Ø 0,075
c9 = 20 gram
e8 = 470 gram
c8 = e8 + c9
= 470 + 20 = 490
c. Present Finer

f = x 100%

Keterangan : f = Present finer (%)


∑c = Jumlah total agregat setelah disaring (gr)
e = Komulatif agregat tertinggal (gr)
a. Saringan Ø 9,5
e1 = 0 gram
∑c = 490 gram

f = x100%

= 100%
b. Saringan Ø 4,75
e2 = 0 gram
∑c = 490 gram

f = x100%

= 100 %

39
c. Saringan Ø 2,36
e3 = 45 gram
∑c = 490gram

f = x 100%

= 90,82 %
d. Saringan Ø 1,18
e4 = 120 gram
∑c = 490 gram

f = x 100%

= 75,52%
e. Saringan Ø 0,6
e5 = 225 gram
∑c = 490 gram

f = x 100%

= 54,1%
f. Saringan Ø 0,3
e6 = 325 gram
∑c = 490 gram

f = x100%

= 33,7 %
g. Saringan Ø 0,15
e7 = 430 gram
∑c = 490 gram

f = x 100%

= 12,28 %

h. Saringan Ø 0,075
e8 = 470 gram
∑c = 490 gram

f = x 100%

= 4,12%

40
i. Saringan Ø 0,0
e9 = 20 gram
∑c = 490 gram

f = x 100%

= 0,04 %

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Analisa Saringan pada Agregat Halus


Berat Prosentase Komulatif Present ASTM C33 Prosentase
Ukuran
Agregat Agregat Agregat Finer Komulatif
No Saringan Min Max
(c) tertinggal Tertinggal (f) agregat
(mm) (%) (%)
(gram) (d)(%) (e)(gram) (%) tertinggal (%)
1. 9, 5 0 0 0 100 100 100 0
2. 4, 75 0 0 0 100 95 100 0
3. 2, 36 45 9,18 45 90,82 80 100 9,18
4. 1, 18 75 15,3 120 75,52 50 85 24,48
5. 0, 60 105 21,42 225 54,1 25 60 45,9
6. 0, 30 100 20,4 325 33,7 5 30 66,3
7. 0, 15 105 21,42 430 12,28 0 10 87,72
8. 0,075 40 8,16 470 4,12 - - 95,88
9. (0,0) 20 4,08 490 0,04 - - 99,96

 FM =

= = 4,2942

110
100
90
80
Prosentase lolos (%)

70
60
max
50
min
40
lolos
30
20
10
0
0 0,07 0,14 0,27 0,59 1,19 2,38 4,76 9,5
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 4.2. Grafik Prosentase Agregat Halus yang Lolos Saringan

41
4.5.3. Data Pengukuran Massa Agregat Kasar
Setelah melakukan penyaringan untuk agregat kasar (kerikil),
diperoleh data-data yang telah tercantum dalam tabel 3.4, berikut table
dari hasil penyaringan agregat kasar (kerikil) :

Tabel 4.3. Hasil Penyaringan Agregat Kasar


Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Berat Cawan Berat Cawan + Berat Agregat
Ukuran Saringan
No (gram) Agregat (gram) (gram)
(mm)
(a) (b) (c)
1. 19 45 820 775
2. 12,5 45 535 490
3. 9,5 45 205 160
4. 4,75 45 110 65
5. 2,36 45 50 5
6. Pan 45 45 0
JUMLAH 1435

 Berat agregat semula = 1500 gram


 Berat agregat setelah disaring = 1495 gram

 Berat kehilangan = = 0,33 %

4.5.4. Perhitungan Analisa Saringan pada Agregat Kasar


a. Prosentase Agregat Tertinggal

d= x 100%

Keterangan : d = prosentase agregat tertinggal (%)


∑c = jumlah total agregat setelah disaring (gram)
c = berat agregat (gram)
∑c = c1 + c2+ c3+ c4+ c5+ c6+ c7
= 1495 gram
1) Saringan Ø 19
∑c = 1495 gram
c1 = 775 gram

d1 = x 100%

= 48,16%

42
2) Saringan Ø 12,5
∑c =1495 gram
c2 = 490 gram

d2 = x 100%

= 67,22 %
3) Saringan Ø 9,5
∑c = 1495 gram
c3 = 160 gram

d3 = x 100%

= 89,3%
4) Saringan Ø 4,75
∑c = 1495 gram
c4 = 65 gram

d4 = x 100%

= 95,65%
5) Saringan Ø 2,36
∑c =1495 gram
c5 = 5 gram

d5 = x 100%

=99,66 %
6) pan
∑c = 1490 gram
c6 = 0 gram

d6 = x 100%

= 100 %
b. Komulatif Agregat Tertinggal

en = en-1 + cn

Keterangan : e = komulatif agregat tertinggal (gram)


c = berat agregat (gram)

43
1) Saringan Ø 19
c1 = 775 gram
en = en-1 + cn
e1 = e1-1 + c1
= c1 =775 gram
2) Saringan Ø 12,5
c2 = 490 gram
e1 = 775 gram
e2 = e1 + c2
= 775 + 490 = 1265 gram
3) Saringan Ø 9,5
c3 =160 gram
e2 = 1265 gram
e3 = e2 + c3
= 1265+ 160 = 1425gram
4) Saringan Ø 4,75
c4 = 65 gram
e3 = 1425 gram
e4 = e3 + c4
= 1425 + 65 = 1490 gram
5) Saringan Ø 2,36
c5 = 5 gram
e4 = 1490 gram
e5 = e4 + c5
= 1490 + 5 = 1495 gram
6) pan
c6 =0 gram
e5 = 1495 gram
e6 = e5 + c6
= 1495 + 0 = 1495 gram

44
c. Present Finer

f= x 100%

Keterangan : f = Present finer (%)


∑c = Jumlah total agregat setelah disaring (gr)
e = Komulatif agregat tertinggal (gr)
1) Saringan Ø 19
e1 = 723,16gram
∑c = 1495 gram

f = x 100%

= 48,16%
2) Saringan Ø 12,5
e2 = 405,39 gram
∑c = 1495 gram

f = x 100%

= 15,39 %
3) Saringan Ø 9,5
e3 = 64,69 gram
∑c = 1495 gram

f = x 100%

= 4,69 %
4) Saringan Ø 4,75
e4 = 65gram
∑c = 1495 gram

f = x 100%

= 0,34 %
5) Saringan Ø 2,36
e5 = 1490 gram
∑c = 1490 gram

f = x 100%

= 0,01 %

45
6) pan
e6 = 1490 gram
∑c =1490 gram

f = x 100%

= 0,01 %

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Analisa Saringan pada Agregat Kasar


Berat Prosentase Komulatif ASTM C33
Ukuran Present
N Agregat Agregat Agregat
Saringan Finer Min Max
o (gram) Tertinggal Tertinggal
(mm) (f)(%) (%) (%)
(c) (d)(%) (e)(%)
1. 19 775 48,16 51,84 48,16 78 100
2. 12,5 490 67,22 84,61 15,39 78 100
3. 9,5 160 89,3 95,31 4,69 25 100
4. 4,75 65 95,65 99,66 0,34 0 85
5. 2,36 5 99,66 99,99 0,01 0 60
6. pan 0 100 99,99 0,01 0 0

 FM =

= 4,3141

110
100
90
Prosentase lolos (%)

80
70
60
max
50
40 min
30 lolos
20
10
0
pan 2,36 4,75 9,5 12,5 19
Ukuran Saringan (mm)

Gambar 4.3. Grafik Prosentase Agregat Kasar yang Lolos Saringan

46
4.6. Kesimpulan
Berdasarkan dari grafik gradasi agregat menurut “American Society for
Testing and Materials” (ASTM C33) terhadap pemeriksa ananalisa saringan di
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Teknik Sipil Unissula dapat
disimpulkan bahwa :
Agregat halus (pasir) yang diperoleh masuk dalam kategori gradasi
agregat sedang, dikarenakan gradasi pada agregat halus (pasir) hanya sebagian
saja yang masuk dalam kategori yang telah ditetapkan oleh “American Society
for Testing and Materials” (ASTM C33). Sedangkan pada agregat kasar
(kerikil), seluruh gradasi agregat kasar ( kerikil ) tidak ada yang masuk dalam
kategori yang ditetapkan oleh “American Society for Testing and Materials”
(ASTM C33).

47

Anda mungkin juga menyukai