Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PEKERJA


PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – YOGYAKARTA DI
KABUPATEN KLATEN

Oleh:

ALIEF BUDIMAN

1800024407

Proposal Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan dalam

Memperoleh gelar Sarjana Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2022/2023
DAFTAR ISI

A. Judul

B. Latar Belakang

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penetilian

1. Secara Teoritis

2. Secara Praktis

F. Tinjauan
Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

2. Tinjauan Umum dan Kerangka Teori

G. Metode
Penelitian

1. Jenis Penelitian

2. Sumber Data dan Bahan Hukum

3. Metode Pengumpulan Bahan

4. Teknik Analisis

H. Daftar Pustaka
A. Judul Skripsi

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PEKERJA

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – YOGYAKARTA

DI KABUPATEN KLATEN

B. Latar Belakang

Perkembangan transportasi saat ini berkembang dengan cepat yang

merupakan dampak dari pembangunan infrastruktur negara. Jalan merupakan

prasarana transportasi darat yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. Jalan tol

sebagai jalan bebas hambatan kini menjadi prioritas pembangunan

insfrastruktur negara dikarenakan kebutuhan mobilitas dan kenyamanan dalam

berkendara. Dengan adanya jalan tol, keterlambatan dalam distribusi barang

atau jasa dapat diminimalisir. Berkenaan dengan hal tersebut pengertian

tentang penyelenggaraan jalan tol tercantum dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol, yaitu :

(1) Penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk

mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-

hasilnya serta keseimbangan dalam pengembangan

wilayah dengan memperhatikan keadilan, yang dapat

dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya

berasal dari pengguna jalan.

(2) Penyelenggaraan jalan tol bertujuan meningkatkan

efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang


peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah

yang sudah tinggi tingkat perkembangannya.

Pembangunan infrastruktur jalan tol menjadi salah satu

aspek penunjang keberhasilan pembangunan karena memiliki

peran vital dalam sarana distribusi. Salah satu pembangunan

infrastruktur jalan tol Solo – Yogjakarta di Kabupaten Klaten

memberikan dampak positif bagi keberlangsungan kesejahteraan di

Kabupaten Klaten.

Hal tersebut mendorong pemerintah membangun jalan tol

untuk kebutuhan negara maupun masyarakat. Dalam proses

pembangunan jalan tol, pemerintah menggunakan sistem lelang

dimana pemerintah mengadakan lelang atas proyek jalan tol

tersebut sehingga perusahaan yang berminat untuk mengambil

proyek tersebut harus mengikuti lelang yang diadakan pemerintah.

Selanjutnya pemenang dari tender yang diadakan akan memulai

pengerjaan jalan tol seuai dengan wilayah yang telah ditentukan

pemerintah. Berkenaan dengan hal tersebut wewenang pemerintah

tentang penyelengaraan jalan tol yang tercantum dalam Pasal 3

ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005

Tentang Jalan tol yaitu :


(1) Wewenang penyelenggaraan jalan tol berada pada

Pemerintah.

(2) Wewenang penyelenggaraan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi pengaturan, pembinaan,

pengusahaan, dan pengawasan.

(3) Sebagian wewenang Pemerintah dalam

penyelenggaraan jalan tol yang berkaitan dengan

pengaturan, pengusahaan, dan pengawasan badan usaha

dilaksanakan oleh BPJT.

Perusahaan pemenang lelang akan diawasi oleh Badan

Pengatur Jalan Tol (BPJT) dimana badan tersebut akan melakukan

pengawasan, pemeriksaan, dan pengaturan atas jalannya proyek

tersebut sehingga pembangunan jalan dapat sesuai dengan

kebijakan perencanaan jalan tol tersebut.

Dibalik proses pembangunan jalan tol Solo – Yogjakarta

tidak luput dari yang namanya tenaga kerja yang berjasa dalam

proses pembangunan tersebut. Menurut Alam (2014) tenaga kerja

adalah penduduk dengan usia antara 17 tahun sampai 60 tahun

yang bekerja untuk menghasilkan uang sendiri. Menyadari akan

pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat,


Pemerintah menegaskan bahwa menurut Pasal 1 ayat (2) Undang–

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa :

(2) Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang/dan

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat.

Pengertian Pasal 1 ayat (2) Undang–Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan berkaitan pembangunan

tenaga kerja dalam rangka mewujudkan ketenagakerjaan yang adil,

dan setara sehingga berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Nomor Kep - 224/Men/2003 yang mengatur

undang-undang ketenagakerjaan yang tercantum dalam Pasal (5)

dan Pasal (6) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan :

(5) Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama

tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.

(6) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan

yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.

Dalam proses pembangunan proyek jalan tol Solo –

Yogjakarta, kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang tidak dapat


dihindari akibat kontak manusia dengan alat maupun lingkungan

dimana proyek berlangsung. Kecelakaan Kerja merupakan suatu

kejadian yang terjadi akibat kondisi yang tidak sesuai dengan

persiapan penanggulangan sebelumnya sehingga mengebabkan

kerugian material dan immaterial. Menurut teori domino effect

kecelakaan kerja H.W Heinrich, kecelakaan kerja terjadi atas 5

faktor yang saling berhubungan yaitu :

1. Situasi atau Kondisi Kerja

2. Kesalahan/Kelalaian Manusia

3. Tindakan/Perbuatan yang tidak aman

4. Kecelakaan

5. Cidera/Kerusakan

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :

03/Men/98 Tentang Tatacara Pelaporan dan Pemeriksaan

Kecelakaan, Kecelakaan kerja terdiri antara lain :

1. Kecelakaan kerja;

2. Penyakit akibat kerja;

3. Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan

limbah;

4. Kejadian berbahaya lainnya.


Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan aspek

yang perlu dilindungi dari kecelakaan dan penyakit akibat

pekerjaan. Berkenaan dengan aspek perlindungan keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja, pemerintah telah mengatur Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang wajib

diterapkan oleh perusahaan pembangunan jalan tol Solo –

Yogjakarta sesuai dengan Pasal 87 ayat (1) Undang–Undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yaitu :

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi

dengan sistem manajemen perusahaan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka mengendalikan resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

efisiensi dan produktif. Adapun tujuan dari penerapan SMK3 yang

tercantum dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun

2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yaitu :

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan

terintegrasi;
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh; serta

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan

efesien untuk mendorong produktivitas.

Operasi pembangunan proyek jalan tol Solo – Yogjakarta,

Perusahaan kontruksi pembangun jalan tol bertanggung jawab

untuk memberikan dan menfasilitasi tenaga kerja sesuai dengan

standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan

kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan manusia yang bekerja

disebuah institusi maupun lokasi proyek (Sinambela,2017:365).

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk

mencegah kecelakaan dan sakit dikarenakan pekerjaan. Selain itu

penerapan K3 memiliki syarat – syarat penerapan keselamatan

kerja sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 Ayat 1 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yaitu :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;


d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri

pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang

berbahaya;

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau

menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,

asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau

radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit

akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan,

infeksi dan penularan;

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan, cara dan proses kerjanya;

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,

binatang, tanaman atau barang;

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-

muat, perlakuan dan penyimpanan barang;


q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada

pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi

bertambah tinggi.

Berdasarkan Pasal 3 Ayat (1) Huruf (F) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,

Perusahaan penghimpun tenaga kerja diwajibkan untuk

memberikan alat – alat perlindungan diri pada para pekerja.

Pembangunan tol Solo – Yogyakarta merupakan

pembangunan kontruksi berat karena melibatkan berbagai

macam material dan alat berat sehingga diperlukannya Alat

Perlindungan Diri (APD) bagi para pekerja.

Alat Perlindungan Diri (APD) adalah suatu alat

yang memiliki daya tahan untuk melindungi pekerja yang

berfungsi mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari

potensi kecelakaan kerja di lapangan. Menurut Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, perusahaan

diharuskan memberikan keselamatan dan kesehatan bagi

para pekerjanya sehingga Alat Perlindungan Diri (APD)

merupakan sesuatu yang wajib disediakan perusahaan

untuk para pekerja kontruksi. Hal ini dipertegas menurut


Pasal 3 Ayat (1) Huruf (M) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, dimana para

tenaga kerja dapat memperoleh keseimbangan antara

pekerjaan yang dijalankan, perlengkapan yang

dipergunakan, medan/lingkungan tempat pekerjaan

dilakukan, dan proses pengerjaannya. Berdasarkan Pasal 3

Ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Trasmigrasi

Nomor : 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Perlindungan Diri

menyatakan bahwa APD yang dimaksud antara lain :

(1) Pelindungan Kepala;

(2) Pelindungan Mata dan Muka;

(3) Telinga;

(4) Pernapasan berserta perlengkapannya; dan/atau, kaki

(5) Tangan, dan/atau, kaki;

Mengingat besarnya resiko yang dihadapi para pekerja

proyek tol Solo – Yogyakarta, maka jaminan sosial

ketenagakerjaan sangat penting. Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan merupakan badan yang

menjalankan program jaminan kecelakaan kerja untuk pekerja.

Menurut hubungan kerja antara pekerja kontruksi dan perusahaan

penghimpun, maka perusahaan diwajibkan untuk membayarkan

sebagian besar iuaran jaminan sosial ketenagakerjaan. Hal ini


dipertegas pada Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian Bagi

Pekerja Harian Lepas, Borongan, Dan Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu Pada Sektor Usaha Jasa Kontruksi yaitu:

(1) Setiap Pemberi Kerja Jasa Kontruksi wajib

mendaftarkan pekerjannya dalam Program JKK dan

JKM kepada BPJS Ketenagakerjaan

Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian Bagi

Pekerja Harian Lepas, Borongan, Dan Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu Pada Sektor Usaha Jasa Kontruksi, maka jaminan sosial

bagi para pekerja proyek jalan tol diperlukan untuk resiko apabila

dalam proses kontruksi terjadi kecelakaan kerja sehingga

perusahaan pantas memberikan perlindungan bagi para pekerja.

Dari pra survey yang penulis lakukan, PT Adhi Karya

(PERSERO) TBK yaitu perusahaan kontruksi yang berperan

sebagai kontraktor pelaksanaan untuk mengerjakan proyek

pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta, masih adanya pekerja

kontruksi yang belum sepenuhnya diberikan perlindungan hukum

dengan undang-undang yang berlaku. Hal tersebut tentunya


bertentangan dengan hukum yang mewajibkan perusahaan pemberi

kerja kontruksi untuk menyediakan segala sesuatu yang berkaitan

dengan keselamatan dan kesehatan pekerja kontruksi. Sesuai

dengan proyek pembangunan dilapangan, banyak kasus dimana

standar penerapan peraturan tidak dijalankan sepenuhnya dan

menyebabkan masih adanya hak – hak pekerja yang tidak

terpenuhi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian lapangan dan hasilnya dalam

bentuk skripsi dengan judul : “ANALISIS PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI PARA PEKERJA PROYEK

PEMBANGUNAN JALAN TOL SOLO – YOGYAKARTA DI

KABUPATEN KLATEN”

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan SMK3 yang dilakukan oleh PT Adhi

Karya (PERSERO) TBK kepada para pekerja proyek tol solo -

yogyakarta ?
2. Bagaimana perlindungan hukum dan jaminan sosial bagi para

pekerja proyek tol solo – yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

1. Penerapan SMK3 yang dilakukan oleh PT Adhi Karya

(PERSERO) TBK kepada para pekerja proyek tol solo -

yogyakarta

2. Perlindungan hukum dan jaminan sosial bagi para pekerja

proyek tol solo – yogyakarta

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang

hukum perburuhan khususnya bidang hukum

ketenagakerjaan.

b. Apabila layak, maka tulisan ini nantinya dapat digunakan

sebagai bahan refrensi baik oleh mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Ahmad Dahlan dan bagi para peneliti

lainnya yang mengkaji permasalahan serupa.

2. Secara Praktis
a. Menambah ilmu pengetahuan dan praktik bagi pengusaha

yang berhubungan dengan bidang kontruksi untuk

memberikan perlindungan hukum dengan konsep SMK3

b. Menjadi refrensi bagi masyarakat untuk mengetahui hak

dan kewajiban yang diterima ketika dipekerjakan sebagai

buruh/tenaga kerja di bidang kontruksi

c. Menjadi refrensi bagi pemerintah dalam membuat

perundang – undangan yang mengatur khusus mengenai

buruh/ tenaga kerja kontruksi serta menentukan kebijakan

di bidang perburuhan/ketenagakerjaan.

F. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan instrumen penting karena

berkorelasi dengan penelitian ini. Adapun fungsi dan

kegunaan penelitian terdahulu yakni sebagai referensi untuk

mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu yang meneliti permasalahan yang sama

dan juga untuk membandingkan dengan penelitian yang

akan dilakukan. Jenis penelitian dalam proposal skripsi ini

menggunakan penelitian lapangan yang pada dasarnya

bermaksud untuk mendapatkan gambaran peristiwa atau

kejadian topik yang diteliti dengan penelitian sejenis yang


pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, oleh

karena itu berikut ada beberapa penelitian yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan dan

sehingga menjadi rujukan bagi penulis dalam melaksanakan

penelitian ini, yaitu:

a. Penelitian pertama terdapat dalam Laporan

Kerja Praktik Velia Savira Damayanti pada

Repertorium Laporan Kerja Institut Teknologi

Sepuluh Nopember, 2021 dengan judul

“Laporan Kerja Praktik Proyek Pembangunan

Jalan Tol Solo – Yogyakarta - NYIA Seksi 1

Paket 1.1: Solo-Klaten STA 0+000 – STA

22+300”. Pada penelitian lapangan ini, Velia

Savira Damayanti membahas tentang praktik

lapangan yang dilakukan oleh pekerja proyek

jalan tol Solo – Yogyakarta – NYIA serta

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan

para pekerja proyek tol.

Kesimpulan dari Laporan Kerja Praktik ini

bahwa Dalam lingkungan proyek diterapkan

K3L dengan beberapa kebijakan didalamnya

seperti ketentuan Alat Pelindung Diri, serta

beberapa kebijakan dalam penagangan maupun


pencegahan penyebaran COVID 19. Dalam hal

penerapan K3L, ditemukan beberapa hal yang

tidak diperhatikan yaitu penempatan material

yang berserakan serta pekerja lapangan yang

tidak menggunakan APD sehingga diperlukan

adanya monitoring berkala mengenai penerapan

K3L.

b. Penelitian Kedua terdapat dalam Jurnal hukum

Condro S. Riyadi, Mutia CH. Thalib pada

Repertorium Jurnal Ilmiah Hukum Kenotariatan

Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo,

2020 dengan judul “ Jaminan Perlindungan

Hukum Terhadap Kesehatan dan Keselamatan

Kerja Kontruksi”. Pada penelitian ini Condro S.

Riyadi, Mutia CH. Thalib membahas tentang

Perlindungan Hukum Jaminan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Tenaga Kerja

Kontruksi di Provinsi Gorontalo.

Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan

bahwa tentang Pertama, perlindungan hukum

jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Terhadap Tenaga Kerja Konstruksi di Provinsi

Gorontalo, sampai dengan saat ini telah berjalan


dengan baik, sebab hampir sebagian besar

perusahaan konstruksi telah memenuhi

kewajibanya untuk memberikan jaminan

asuransi kepada para pekerjanya. Kemudian

terkait dengan implementasi K3 dalam aspek

pemenuhan standar keselamatan kerja melalui

alat pelindung diri (APD) semuanya disediakan

oleh pihak perusahaan kepada para pekerjanya,

maka dapat dikatakan jaminan perlindungan

hukum terkait dengan kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) berjalan dengan baik di

provinsi Gorontalo, namun belum maksimal

dikarenakan faktor kesadaran dari pekerja itu

sendiri. Kedua, faktor penghambat perlindungan

hukum jaminan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) terhadap tenaga kerja konstruksi di

Provinsi Gorontalo, dapat diidetifikasi dan

terdiri atas: Lemahnya Pengawasan

Ketenagkerjaan; Faktor Sumber Daya Manusia;

Faktor Anggaran; Faktor Kesadaran Pekerja;

dan Kurangya Kesadaran Pimpinan Perusahaan

untuk mendaftarakan Pekerja ke dalam program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja.


c. Penelitian Ketiga terdapat dalam Skripsi Dewi

Sartika pada Fakultas Hukum Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2020 dengan

judul Impelemtasi Perlindungan Tenaga Kerja

Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Bagi Pekerja Proyek Kontruksi Di PT. Trimatra

Liguna Menurut Peraturan Pemerintah Nomor

50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamtan dan Kesehatan Kerja.

Pada skripsi ini Dewi Sartika membahas tentang

bagaimana implementasi perlindungan tenaga

kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja,

faktor penghambat dalam implementasi

perlindungan kerja terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja.

Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan

bahwa Penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain

bertujuan untuk memberikan keamanan,

keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan

dilakukan perusahaan kepada seluruh pekerja

dengan menyediakan perlengkapan keselamatan

dan keamanan kerja serta pengarahan terkait


penggunaan APD (Alat Pelindung Diri). Namun

dalam praktiknya penerapan K3 belum

dilaksanakan secara optimal, hal ini dibuktikan

dengan adanya pekerja/buruh yang tidak

mengikuti SOP yang diterapkan oleh perusahaan

dengan tidak menggunakan alat pelindung diri

saat bekerja. Hal ini disebabkan oleh sumber

daya manusia yang rendah dan minimnya

pengetahuan dan kesadaran terhadap K3 oleh

pekerja/buruh.

2. Kerangka Teori dan Tinjauan Umum

a. Kerangka Teori

1) Pembangunan Jalan Tol

Jalan tol adalah jalan umum yang kepada

pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol

dan merupakan jalan alternatif lintas jalan

umum yang telah ada. Jalan tol diselenggarakan

dengan maksud untuk mempercepat perwujudan

jaringan jalan dengan sebagian atau seluruh

pendanaan berasal dari pengguna jalan untuk

meringankan beban pemerintah. Jalan tol

diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan


efisien pelayanan jasa distribusi guna

menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan

perkembangan wilayah dengan memperhatikan

rencana induk jaringan jalan

Target yang menjadi sasaran pelayanan jasa

jalan tol terhadap pemakai jasa adalah

kelancaran, keamanan dan kenyamanan. Untuk

dapat mencapai sasaran tersebut, ditetapkan

sebagai tolak ukur operasionalnya adalah berupa

waktu pelayanan di gardu, waktu tempuh jalan

tol, tingkat kelancaran, tingkat fasilitas,tingkat

keluhan pelanggan dan standar kerataan jalan.

Pada situasi dimana terdapat banyak jalur masuk

station dan juga tersedia fasilitas pelayanan,

maka asumsi pengguna fasilitas pelayanan

tunggal dapat dilakukan asalkan aliran

kendaraan terbagi secara merata atau sama di

antara fasilitas - fasilitas yang ada (Martin,

1967).

2) Ketenagakerjaan

a. Pengertian Ketenagakerjaan
Dalam pasal 1 angka 1 undang-undang

No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa

ketenagakerjaan adalah hal yang

berhubungan dengan tenaga kerja pada

waktu sebelum, selama, dan sesudah

masa kerja.

Menurut Imam Sopomo, perburuhan atau

ketenagakerjaan adalah suatu himpunan,

baik tertulis maupun tidak tertulis, yang

berkenaan dengan kejadian saat

seseorang bekerja pada orang lain

dengan menerima upah. Menurut

Molenaar, perburuhan atau

ketenagakerjaan adalah bagian segala hal

yang berlaku, yang pokoknya mengatur

hubungan antara tenaga kerja dan

pengusaha, antara tenaga kerja dan

tenaga kerja. Dari pengertian

ketenagakerjaan di atas selanjutnya akan

dijelaskan mengenai tenaga kerja.

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang

No. 13 tahun 2003 tentang


ketenagakerjaan disebutkan bahwa

tenaga kerja adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja,

guna menghasilkan barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun masyarakat.

b. Ikatan Kerja

Menurut Soedarjadi ikatan kerja

merupakan satu ikatan pekerjaan antara

seorang (pekerja/buruh) yang melakukan

pekerjaan tertentu, dengan seseorang

(pengusaha) yang menyediakan

pekerjaan atau memberi perintah untuk

suatu pekerjaan yang harus dikerjakan

dengan baik dan benar.

Sedangkan menurut Undang – undang

No 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan Pasal 1 angka (15)

menjelaskan bahwa hubungan kerja

adalah hubungan antara pengusaha

dengan pekerja/buruh berdasarkan

perjanjian kerja yang mempunyai unsur


pekerjaan, upah, dan perintah.

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat

3 unsur dari Hubungan Kerja, yaitu:

1) Pekerjaan

2) Perintah

3) Upah

Dari ketiga unsur tersebut ketiga –

tiganya harus terpenuhi dan tidak boleh

berkurang satupun agar dapat

dikategorikan sebagai hubungan kerja.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa timbulnya hubungan kerja

disebabkan adanya suatu perjanjian kerja

secara tertulis maupun lisan antara

pekerja dengan pemberi kerja yang telah

mengikatkan diri, saling bekerja sama

untuk pelaksanan pekerjaan yang

menghasilkan produk barang dan atau

jasa.

c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Simanjuntak, keselamatan dan

kesehatan kerja adalah kondisi

keselamatan yang bebas dari risiko


kecelakaan dan kerusakan dimana kita

bekerja yang mencakup tentang kondisi

bangunan, kondisi mesin, peralatan

keselamatan, dan kondisi pekerja.

Menurut John Ridley mengartikan

kesehatan dan keselamatan kerja adalah

suatu kondisi dalam pekerjaan sehat dan

aman, baik itu bagi pekerjanya,

perusahaan maupun bagi masyarakat dan

lingkungan sekitar pabrik atau tempat

kerja tersebut.

Keselamatan dan kesehatan kerja harus

diterapkan dan diimplementasikan di

setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat

kerja adalah setiap tempat yang

didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu:

1) Adanya suatu usaha, baik itu usaha

yang bersifat ekonomis maupun

usaha sosial.

2) Adanya sumber daya.

3) Adanya tenaga kerja yang bekerja di

dalamnya, baik secara terus menerus

maupun hanya sewaktu-waktu.


Implementasi keselamatan dan kesehatan

kerja di tempat kerja (perusahaan)

dilakukan secara bersama-sama oleh

manajemen perusahaan dan seluruh

tenaga kerja. Dalam implementasinya

manajemen perusahaan dapat dibantu

oleh petugas keselamatan dan kesehatan

kerja dari tempat kerja/perusahaan.

Petugas keselamatan dan kesehatan kerja

adalah pekerja/buruh yang memiliki

pengetahuan atau keahlian di bidang

keselamatan dan kesehatan kerja dan

ditunjuk oleh manajemen perusahaan

untuk membantu perusahaan dalam

melaksanakan tugasnya.

Dalam pasal 87 ayat 1 Undang-undang

No.13 Tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan bahwa “Setiap

perusahaan wajib menerapkan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan

kerja yang terintregasi dengan sistem

managemen perusahaan” hal ini

memberikan konsekuensi hukum bagi


pihak perusahaan untuk mengatur hak

atau jaminan yang menyangkut

keselamatan dan kesehatan kerja.

Keselamatan kerja adalah keadaan aman

atau terlindungi dari penderitaan dan

kerusakan atau kerugian ditempat kerja

berupa penggunaan mesin, peralatan,

material dan proses pengelolaan ruang

kerja dan lingkungan kerja serta metode

kerja. Bahaya keselamatan kerja dapat

timbul dari aspek-aspek lingkungan kerja

yang dapat menyebabkan kebakaran,

sengatan arus listrik, luka terpotong, luka

memar, keseleo, patah tulang serta

kerusakan anggota tubuh, penglihatan

dan pendengaran

Kesehatan dan keselamatan kerja

merupakan masalah penting dan perlu

diperhatikan oleh perusahaan. Dengan

adanya program kesehatan kerja yang

baik akan menguntungkan para pekerja

secara material, karena kecil

kemungkinan pekerja untuk absen


dikarenakan sakit akibat tertular rekan

sekerja atau luar rekan sekerja. Bekerja

di lingkungan yang lebih nyaman dan

menyenangkan, sehingga pekerja dapat

bekerja lebih lama dan meningkatkan

produktivitas lebih baik lagi.

Menurut Undang - undang Pokok

Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I

pasal 2, Kesehatan kerja adalah suatu

kondisi kesehatan yang bertujuan agar

masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani, rohani, maupun sosial, dengan

usaha pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit atau gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh

pekerjaan dan lingkungan kerja maupun

penyakit umum.

Kesehatan kerja merupakan suatu

keadaan dimana tidak terdapat gangguan

fisik dan mental yang disebabkan oleh

lingkungan kerja. Risiko kesehatan

disebebakan oleh faktor lingkungan kerja


yang berlangsung dalam jangka waktu

tertentu dan lingkungan yang

menyebabkan stres atau gangguan fisik.

Kesehatan kerja adalah bidang khusus

dalam ilmu kesehatan atau kedokteran

dan praktiknya yang bertujuan agar

pekerja atau masyarakat mencapai

tingkat kesehatan setinggi mungkin baik

fisik, mental maupun sosial terhadap

penyakit-penyakit atau gangguan

kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-

faktor pekerjaan dan lingkungan kerja

serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Adapun Sarana Pemeliharaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja antra

lain :

1) Alat Perlindungan Diri

Alat Pelindung Diri (APD) untuk K3

atau Personal Protective Equipment

adalah alat-alat atau perlengkapan

yang wajib digunakan untuk

melindungi dan menjaga

keselamatan pekerja/buruh saat

melakukan
pekerjaan yang memiliki potensi

bahaya atau resiko kecelakaan kerja.

APD yang digunakan harus sesuai

dengan potensi bahay dan resiko

pekerjaannya sehingga efektif

melindungi pekerja/buruh sebagai

penggunannya.

2) Pertolongan Pertama pada

Kecelakaan (P3K)

Pertolongan pertama pada

kecelakaan adalah memberikan

pertolongan pertama kepada orang

yang mengalami kecelakaan dengan

langkah preventif agar orang tersebut

selamat dari bahaya kecelakaan

kerja. Pertolongan pertama pada

kecelakaan (P3K) adalah upaya

pertolongan dan perawatan

sementara terhadap korban

kecelakaan sebelum mendapat

pertolongan yang lebih sempurna

dari dokter atau pramedi. Ini berarti

pertolongan tersebut bukan sebagai


pengobatan atau penanganan

sempurna, tetapi hanyalah berupa

pertolongan sementara yang

dilakukan oleh petugas P3K (petugas

medic atau orang awam) yang

pertama kali melihat korban.

d. Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3)

Menurut Peraturan Pemerintah No 50

Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

Pasal 1 Ayat (1) berbunyi:

“Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja adalah bagian dari

sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka pengendalian

resiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif”

Penjelasan mengenai Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga

di jelaskan daalam PER.05/MEN/1996

pasal 1 adalah bagian dari sistem


manajemen keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi, perencanaan,

tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,

proses dan sumber data yang dibutuhkan

bagi penerapan, pengembangan, dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya

tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian ilmiah merupakan realisasi dari rasa ingin tahu

manusia dalam taraf keilmuan (Zainudin Ali, 2009: 7). Penelitian hukum

merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya,

kecuali itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang

bersangkutan (Ali, 2009: 14).


1. Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni

metode penelitian yuridis sosiologis dengan pendekatan

struktural dan umumnya kualitatif yaitu suatu jenis penelitian

yang mana menggunakan asumsi masyarakat dalam mencari

fakta-fakta yang terjadi dilapangan untuk menjawab suatu

permasalahan yang ada. Dengan mengadakan penelitian

langsung dilapangan sedangkan sifat penelitian ini adalah

bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang mengungkapkan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-

teori hukum yang menjadi objek penelitian. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu peristiwa, gejala, kejadian yang sedang

terjadi masa sekarang.

2. Sumber data

Sumber data merupakan segala hal yang dapat memberikan

suatu informasi dari data penelitian. Sumber data tersebut

meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian ini

dilakukan oleh penulis di lokasi kontruksi pembangunan jalan

tol Solo – Yogyakarta di Klaten, Jawa Tengah dengan alasan

terdapat kasus dimana perlindungan hukum bagi pekerja

proyek tol tidak berjalan semestinya.


3. Metode Pengumpulan data

Metode Pengumpulan data yang diperoleh penulis dari berbagai

studi keperpustakaan serta perundang-undangan, buku-buku

literatur serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data

dalam penilitian ini adalah sebagai berikut.

a. Observasi merupakan teknik yang menuntut adanya

pengamatan dari peneliti secara langsung maupun tidak

langsung terhadap obyek penelitian.

b. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan interaksi lisan secara langsung

dengan yang diwawancarai tetapi juga diberikan daftar

pernyataan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain.

c. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan

memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan

kepada responden dengan harapan memberikan respon

sesuai dengan pertanyaan tersebut.

d. Kajian Keperpustakaan merupakan teknik mengambil

kutipan dari buku bacaan, literatur, buku pengdukung

yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang

diteliti.
4. Analisi Data

Analisis data merupakan kegiatan mengolah data hasil

penelitian menjadi informasi, sehingga mudah dipahami

dan bermanfaat untuk menghadirkan solusi permasalahan

yang diteliti serta dapat dipergunakan untuk mengambil

kesimpulan. Data yang diperoleh dari penelitian

kepustakaan ini diolah dan dianalisis dengan Metode

Penelitian Yuridis Sosiologis artinya pendekatan penelitian

yang mempelajari pengaruh masyarakat terhadap hukum

dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam masyarakat

itu dapat memengaruhi hukum dan sebaliknya serta

bertolak dari paradigma ilmu empiris.


DAFTAR PUSTAKA

A. Jurnal

Condro S. Riyadi, Mutia CH. Thalib, Jaminan Perlindungan

Hukum Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kontruksi,

Universitas Negeri Gorontalo, 2020

B. Skripsi dan Laporan Kerja

Velia Savira Damayanti, Laporan Kerja Praktik Proyek

Pembangunan Jalan Tol Solo – Yogyakarta - NYIA Seksi 1 Paket 1.1:

Solo-Klaten STA 0+000 – STA 22+300, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember, 2021

Dewi Sartika, Impelemtasi Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Proyek Kontruksi Di PT.

Trimatra Liguna Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012

Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamtan dan Kesehatan Kerja,

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2020

C. Undang – undang

Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan

Kerja Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960

Anda mungkin juga menyukai