Jawaban atas pertanyaan tersebut dibahas oleh Dr. Eng. Ayu Purwarianti, S.T.,
M.T., sebagai dosen pada Kelompok Keahlian Informatika, Sekolah Teknik Elektro
dan Informatika (STEI) ITB, dan juga sebagai Head of Artificial Intelligence Center
di ITB.
Saat ini ChatGPT hanya dapat menerima pertanyaan dan memberikan jawaban
berupa teks, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya ChatGPT
dapat menerima pertanyaan maupun memberikan jawaban dalam bentuk gambar,
audio, dan video. Karena pada prinsip yang sama dengan ChatGPT, sudah terdapat
juga alat lain yang memungkinkan kita untuk memberikan kata dan kalimat yang
kemudian diberikan jawaban berupa gambar.
“Sekarang sudah banyak image generator dan video generator yang menggunakan
deepfake, misalnya ingin membuat video tentang seorang tokoh politik yang di-
generate oleh AI, tetapi tokoh politik ini sama sekali tidak terlibat yang mana
tujuannya untuk melakukan black campaign terhadap kandidat tertentu, sehingga
hal ini cukup berbahaya dan perlu untuk ditekankan,” ucap Dr. Ayu.
“Dalam dunia akademik, menurutku ajarin aja cara pakai ChatGPT yang efisien dan
efektif, karena ada yang namanya Prompt Engineering dan ke depannya akan
sangat dipakai,” ucap Dr. Ayu dalam wawancara bersama Reporter Humas ITB.
Lebih lanjut, Dr. Ayu menjelaskan bahwa dengan adanya ChatGPT saat ini dan
kemungkinan perkembangannya yang akan semakin lebih bagus lagi di masa
depan, kita harus berhati-hati dalam memilih pekerjaan dan melakukan sebuah
tugas. Sebab, kita harus memikirkan bahwa pekerjaan yang kita pilih tidak akan
mudah digantikan oleh AI. Sebagai contoh, penyiar televisi dan human translator
yang saat ini sudah dapat dengan mudah di-generate oleh AI.
Sehingga kita dituntut harus lebih kreatif lagi, karena bagaimanapun juga hasil dari
AI tetap harus divalidasi oleh manusia.
Di Akhir wawancara, Dr. Ayu memberikan beberapa pesan kepada para pengguna
ChatGPT. Pesan pertama, bahwa kita tidak bisa menghindari perkembangan
ChatGPT ataupun berbagai teknologi produk AI lainnya, sehingga kita yang harus
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Pesan kedua, kita perlu paham
cara kerja ChatGPT sehingga kita dapat lebih bijak menggunakannya. Pesan ketiga,
kita perlu menyadari risiko dan memahami cara penanggulannya, contohnya
ChatGPT yang memberikan jawaban “ngarang” yang harus kembali divalidasi dan
tidak bisa dijadikan sumber utama. Pesan keempat, kita sama-sama
memanfaatkan perkembangan teknologi AI termasuk ChatGPT semaksimal
mungkin dengan mengikuti etika yang benar.
Foto: Freepik