Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI DIABETIC FOOT EXERCISE UNTUK MENCEGAH

TERJADINYA ULKUS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI DESA


A, KECAMATAN A, WILAYAH KERJA PUSKESMAS A, KABUPATEN
MAJALENGKA TAHUN 2022

PROPOSAL

RITA ROSITA

NIM. 19030

AKADEMI KEPERAWATAN

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL (YPIB) MAJALENGKA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Jalan Kasokandel Timur Nomor 63 Kec. Kasokandel Kab. Majalengka 45453

Telp/Fax : (0233) 3666624


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, suami-istri dan anaknya, ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya. Hal ini tercantum dalam UU No. 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang
dapat diartikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
dengan keterikatan emosional dan individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga. Di Indonesia sendiri sangat
menjunjung tinggi adat ketimuran termasuk dalam berkeluarga yang
menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan yang
sah dan hal ini juga tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) N0. 21 tahun
1994 bahwa keluarga dibentuk atas dasar perkawinan yang sah.
Keluarga terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul serta tinggal di bawah satu atap dan saling ketergantungan .
Dalam satu keluarga terrdapat beberapa individu yang memiliki tahap
perkembangan tapi bukan hanya individu saja, keluarga pun memiliki
tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus
diselesaikan pada setiap tahapannya. Tahap perkembangan menurut
Duvall ada 8 macam yaitu keluarga baru menikah, keluarga dengan anak
baru lahir, keluarga dengan anak usia pra sekolah, keluarga dengan anak
usia sekolah, keluarga dengan anak usia remaja, keluarga dengan dewasa
muda, keluarga dengan usia pertengahan dan keluarga lanjut usia. (Asuhan
Keperawatan Keluarga, 2004).
Selain memiliki tahap perkembangan dan tugas dari setiap
perkembangannya, keluarga pun memiliki 5 fungsi yang harus dijalankan
dalam proses sehari-hari. Fungsi tersebut yaitu fungsi afektif yang meliputi
persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial anggota
keluarga. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial yaitu dimulai saat lahir

1
dan hanya diakhiri dengan kematian. Fungsi reproduksi berfungsi untuk
meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Fungsi
ekonomi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Fungsi perawatan
kesehatan yaitu kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
keluarga, kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga, kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan, kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat dan kemampuan keluarga dalam
menggunakan fasilitas. (Keperawatan keluarga dan komunitas, 2016)
Dari kelima fungsi tersebut jika tidak seimbang atau salah satu
tidak mendapat dukungan dan tidak terawat maka akan menimbulkan
masalah dari fungsi tersebut. Salah satu yang umum di masyarakat yaitu
fungsi perawatan kesehatan, karena beberapa faktor seperti pola hidup
sehari-hari, dana yang kurang memadai atau fasilitas kesehatan yang tidak
mendukung dalam wilayah tersebut, fungsi perawatan kesehatan ini
menjadikannya tidak berjalan dengan baik. Dalam 1 keluarga bisa saja
mempunyai satu masalah kesehatan yang berbeda, baik menular ataupun
tidak menular. Masalah kesehatan baik fisik maupun psikis bisa terjadi
pada setiap tahap perkembangan keluarga terutama pada masa dewasa
muda, usia pertengahan sampai usia lanjut yang mempunyai masalah
kesehatan degeneratif karena pola hidup dan pengetahuan yang kurang
terhadap masalah kesehatan.
Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan
cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan
masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
penyakit degeneratif yaitu penyakit yang tidak menular akan tetapi dapat
diturunkan. Salah satu penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan
secara tepat dan serius adalah Diabetes Mellitus (DM).
Angka kenaikan Diabetes Mellitus di Indonesia dari tahun ke tahun
selalu mengalami peningkatan. Prevalensi pasien pengidap diabetes di

2
Indonesia mencapai 6,2 % yang artinya ada lebih dari 10,8 juta orang
menderita diabetes per tahun 2020. Selama pandemi, pasien diabetes di
Indonesia berada pada peringkat 7 di dunia karena mengalami peningkatan
sebesar 6,2 %. Di Kabupaten Majalengka sendiri terdapat 12,915 orang
penderita diabetes per tahun 2019.
Dari hasil penelitian jurnal ilmiah kesehatan Sandi Husada (2020)
dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit
gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang
terjadi akibat pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup.
Hiperglikemia kronis mengakibatkan sel endotel pembuluh darah dan sel
saraf kebanjiran glukosa (hiperglisolia). Glukosa tersebut mengakibatkan
penumpukan sorbitol dan fruktosa pada jaringan tersebut lalu di akumulasi
pada jaringan saraf yang mengakibatkan mitokondria sel saraf rusak
sehingga terbentuk Protein Kinase C (PKC) lalu terjadilah penumpukan
ion natrium di dalam sel saraf. Tingginya ion natrium dalam saraf akan
mengganggu transduksi sinyal saraf sehingga mengakibatkan Neuropati
Diabetik atau Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN).
Neuropati diabetik atau Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN)
merupakan suatu tanda atau gejala dari disfungsi saraf perifer pada
diabetisi. DPN mengakibatkan sensasi sensorik pada kaki menurun bahkan
hilang. Penurunan sensasi mengakibatkan pasien tidak mampu mengontrol
trauma, sehingga pasien mudah mengalami luka pada kaki (ulkus
diabetikum). Diperkirakan 37% sampai 45% pasien DM tipe 2 serta 54 –
59% DM tipe 1 mengalami DPN. (Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
2020)
Ulkus diabetikum merupakan masalah yang serius akibat
morbiditas, mortalitas serta beban ekonomi yang ditimbulkannya sangat
tinggi. Penanganan kaki diabetik di Indonesia memerlukan biaya 1,3
sampai 1,6 juta rupiah perbulan. Angka amputasi sendiri akibat ulkus
diabetikum mencapai 15-30%. Nasib pasien pasca amputasi juga tidak
menggembirakan. Dalam satu tahun pasca amputasi, 14,8% pasien
meninggal bahkan meningkat menjadi 37% dalam pengamatan selama tiga

3
tahun dan rata -rata umur pasien hanya 23,8 bulan pasca amputasi. (Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 2020)
Seorang penderita diabetes akan berisiko mengalami luka atau
ulkus diabetikum pada kaki sebesar 15-20%. Ada dua tindakan dalam
prinsip dasar pengelolaan diabetic foot yaitu tindakan pencegahan dan
tindakan rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi meliputi program terpadu yaitu
evaluasi tukak, pengendalian kondisi metabolik, debridemen luka, biakan
kuman, antibiotika tepat guna, tindakan bedah rehabilitatif dan rehabilitasi
medik. Tindakan pencegahan meliputi edukasi perawatan kaki, sepatu
diabetes dan senam kaki. (Jurnal Pencegahan Komplikasi Diabetes Pada
kaki, 2013)
Salah satu dari tindakan pencegahan yaitu senam kaki atau latihan
yang dilakukan bagi penderita Diabetes Mellitus atau bukan penderita
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran
darah bagian kaki. Selama ini pasien Diabetes Mellitus jarang sekali
melakukan senam kaki karena keluarga sibuk bekerja, belum terbiasa
melakukan olahraga atau mungkin sarana yang kurang memadai. Seorang
penderita Diabetes Mellitus harus selalu memperhatikan dan menjaga
kebersihan kaki, melatihnya secara baik walaupun belum terjadi
komplikasi. (Jurnal Pengabdian Sriwijaya. 2013)
Jika tidak dirawat atau dilakukan terapi seperti senam kaki,
dikhawatirkan suatu saat kaki penderita akan mengalami gangguan
peredaran darah dan kerusakan syaraf yang menyebabkan berkurangnya
sensitivitas terhadap rasa sakit, sehingga penderita mudah mengalami
cedera tanpa ia sadari.
Perawat sebagai salah satu dari tim kesehatan, selain berperan
dalam memberikan edukasi kesehatan juga dapat berperan dalam
membimbing penderita Diabetes Mellitus untuk melakukan senam kaki
sampai dengan penderita dapat melakukan senam kaki secara mandiri.
Berdasarkan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Impelementasi Diabetic Foot Exercise Untuk

4
Mencegah Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Desa A
Kecamatan A Wilayah Kerja A Kabupaten Majalengka”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Implementasi Diabetic Foot Exercise Untuk Mencegah
Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Desa A Kecamatan A
Wilayah Kerja A Kabupaten Majalengka ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Diabetic
Foot Exercise Untuk Mencegah Terjadinya Ulkus Pada Penderita
Diabetes Mellitus di Desa A Kecamatan A Wilayah Kerja
Puskesmas A Kabupaten Majalengka

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui risiko terjadinya ulkus kaki sebelum
diberikan terapi foot exercise pada penderita Diabetes Mellitus
di desa A kecamatan A wilayah kerja A kabupaten majalengka
2. Untuk mengetahui risiko terjadinya ulkus kaki setelah
diberikan terapi foot exercise pada penderita Diabetes Mellitus
di desa A kecamatan A wilayah kerja A kabupaten majalengka
3. Untuk mengetahui diabetic foot exercise pada penderita
Diabetes Mellitus untuk mencegah terjadinya ulkus di desa A
kecamatan A wilayah kerja A kabupaten majalengka
4. Untuk mengetahui pengaruh foot exercise terhadap risiko
terjadinya ulkus kaki pada penderita Diabetes Mellitus di desa
A kecamatan A wilayah kerja A kabupaten majalengka

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Manfaat Teoritis

5
Sebagai dasar informasi ilmiah tentang pengaruh terapi foot
exercise pada penderita Diabetes Mellitus di desa A kecamatan A
wilayah kerja A kabupaten majalengka

1.4.2 Manfaat Praktis


1) Bagi penderita Diabetes Mellitus
Supaya responden rutin menerapkan senam kaki dirumah
2) Bagi puskesmas
Memberikan rujukan referensi dan pengembangan pelayanan
kesehatan khususnya pada penerapan senam kaki dalam
meningkatkan kualitas hidup mereka
3) Bagi institusi pendidikan
Memperluas literatur dan data dasar yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya
4) Bagi peneliti
Menambah wawasan dan dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran peneliti dalam melakukan penelitian serta mampu
menerapkan senam kaki diabetik pada penderita Diabetes
Mellitus.

Anda mungkin juga menyukai