Proposal Lengkap Jul Rev
Proposal Lengkap Jul Rev
PROPOSAL KTI
PENDAHULUAN
Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap atau masa terakhir dalam proses
penurunan struktur dan fungsi tubuh sehingga lanjut usia akan sangat mudah
dan rentan terkena atau terserang penyakit. Lanjut usia juga merupakan
akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan manusia dan usia harapan
tahun 2015 terdapat 901 juta jumlah lanjut usia yang terdiri dari jumlah
sekitar 56% menjadi 1,4 milyar (Unites Nations, 2015). Populasi orang berusia
di atas 65 tahun sedunia sekarang berada ada 617 juta orang. Angka tersebut
setara dengan 8,5 persen dari jumlah seluruh penduduk planet ini. Namun
menjadi 1,6 milyar orang setara dengan hamper 17% penduduk dunia saat ini
(Yusmawati, 2018).
Badan Pusat Statistik atau BPS (2020), menyatakan bahwa populasi
penduduk dunia saat ini berada pada era ageing population dimana jumlah
penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun melebihi 7 persen dari total
penduduk. Pada tahun 1950 jumlah lansia di dunia sebanyak 205 juta orang
dan meningkat menjadi 810 juta orang pada tahun 2012. Angka ini
pada tahun 2050. Fenomena penuaan penduduk ini terjadi di semua negara,
yang jumlah lasianya mencapai lebih dari 10 juta orang. Dimana 22 negara
2020).
Asia Tenggara populasi lanjut usia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada
tahun 2050 diperkirakan populasi Lanjut usia meningkat 3 kali lipat dari tahun
ini. Pada tahun 2000 jumlah lanjut usia sekitar 5.300.000 atau sekitar 7,4% jiwa
dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lanjut usia 24.000.000
atau 9,77% jiwa dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut
usia mencapai 28.800.000 atau 11,34% jiwa dari total populasi [Kemenkes RI
p2ptm/aceh/populasi-lansia-diperkirakan-terus-meningkat-hingga-tahun-2020
26,82 juta jiwa atau terdapat 9,92%. Persebaran penduduk lansia di Indonesia
menurut tipe daerah masih didominasi oleh lansia yang tinggal di daerah
Indonesia sebagian besar diisi oleh lansia muda (kelompok umur 60-69 tahun)
dengan persentase 64,29 persen, diikuti lansia madya (kelompok umur 70-79
tahun) sebesar 27,23 persen dan terakhir lansia tua (kelompok umur 80+ tahun)
Jawa Timur (13,38 persen), Bali (11,58 persen), Sulawesi utara (11,51 persen),
Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Barat (2020), jumlah populasi lansia di
Jawa Barat pada tahun 2020 sebanyak 2.864.220 atau 8,35% jiwa. 5 kabupaten
sebanyak 253.040 atau 5,72% jiwa, Kabupaten Garut dengan jumlah populasi
lansia sebanyak 250.578 atau 9,00% jiwa, Kabupaten Bandung dengan jumlah
populasi lansia sebanyak 222.197 atau 6,95% jiwa, dan Kabupaten Sukabumi
dengan jumlah populasi lansia sebanyak 190.381 atau 8,07% jiwa. Sedangkan
Jawa Barat dengan jumlah populasi lansia sebanyak 112.983 atau 9,32%.
Menua merupakan sebuah proses kehidupan yang tidak bisa dan tidak
mungkin untuk dihindari karena menua ini sifatnya adalah alamiah. Menua ini
akan terjadi kepada semua manusia tanpa terkecuali, proses menua ini terjadi
seiring bertambahnya usia dan dengan proses menua ini pula manusia akan
rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti di dalam Undang-undang Nomor
kondisi social masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
budaya bangsa.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi sebuah
tantangan besar bagi negara. Negara harus bisa membuat suatu kebijakan
hidupnya. Lansia berhak untuk memiliki rasa aman dan nyaman, serta
kesejahteraan dalam hidup. Salah satu kebijakan yang harus diperhatikan untuk
dari kehidupan dan akan terjadi kepada semua manusia. Namun, semakin
manusia menua maka akan semakin banyak masalah kesehatan yang muncul,
mulai dari permasalahan fisik, psikis, biologis, hingga spiritual hal ini
dikarenakan pada lansia terjadi penurunan sitem imun atau daya tahan tubuh.
sebagian datang dari factor fisik dan factor psikologis. Motivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
dan dalam tubuh pada lanjut usia menyebabkan lanjut usia sangat rentan
https://hellosehat.com/lansia/masalah-lansia/penyakit-pada-lansia/ (2021)
penyakit yang sering dijumpai pada lansia antara lain seperti malnutrisi,
katarak, degenerasi macula, arthritis (radang sendi), musculoskeletal
keluhan nyeri yang dirasakan di area tendon, saraf dan otot yang disebabkan
karena adanya kerusakan pada jaringan yang ditimbulkan akibat aktivitas atau
juga merupakan kondisi dimana bagian dari sistem otot dan tulang mengalami
masalah (sakit). Penyakit ini terjadi akibat bagian tubuh meregang terlalu jauh,
mengakibatkan kesalahan pada sistem otot dan tulang. Penyakit yang sering
terjadi pada lansia dengan musculoskeletal disorders adalah low back pain,
dan ostemylitis (Suriya dan Zuriati, 2019). Sedangkan dalam sebuah laman
saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang. System musculoskeletal tubuh
sendiri adalah struktur yang mendukung anggota badan, leher, dan punggung.
satunya adalah low back pain, merupakan suatu keadaan nyeri yang dirasakan
di bagian bawah punggung yang bisa diakibatkan karena adanya kerusakan
atau gangguan pada area otot dan tulang. Kirthika (2016) menyatakan bahwa
nyeri punggung bawah atau low back pain adalah kelainan umum yang
melibatkan otot dan tulang, sumber rasa sakit yang dialami individu ini adalah
karena cedera pada struktur jaringan lunak yang meliputi otot, fascia dan
ligament. Low back pain merupakan suatu nyeri pada daerah punggung bawah
yang dihasilkan dari rangsangan fisik atau sikap tubuh yang buruk (poor
Gangguan low back pain hampir menyerang semua lanjut usia terlebih
lagi mereka yang pada saat mudanya bekerja terlalu keras atau berat apalagi
yang masih bekerja secara berat pada lanjut usia. Di masyarakat perdesaan bisa
kita lihat bahwa masih banyak lanjut usia yang harus bekerja secara berat untuk
keadaan lansia yang semakin menurun dan melemah. Sehingga kerja keras atau
kerja berat ini bisa menjadi salah satu factor pencetus terjadinya gangguan low
Low back pain atau nyeri punggung bawah yang terjadi pada lansia
gangguan kenyamanan yang diakibatkan karena adanya rasa nyeri atau ngilu.
Maka dari itu, setelah timbul gejala seperti nyeri atau ngilu, kelemahan otot,
gangguan tidur, peradangan, pembengkakan, mati rasa atau kaku, dan
gangguan atau cedera pada organ tubuh, baik organ dalam maupun organ luar
pada tubuh. The International Association for the Study of Pain mendefinisikan
nyeri sebgai suatu rada yang tidak menyenangkan dan merupakan pengalam
2019).
Adapun cara penanganan pada gangguan low back pain dapat dilakukan
upaya penanganan dengan cara pemberian obat pereda nyeri, suntikan anestesi
atau antiradang, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk penanganan secara non
farmakologis bisa dilakukan dengan cara teknik relaksasi, terapi pijat atau
yaitu terapi pijat atau massage yang dipilih sebagai alternative untuk
penanganan lanjut usia dengan masalah low back pain selain dengan
mengkonsumsi atau pemberian obat anti nyeri. Terapi pijat bisa dilakukan oleh
siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, tidak terpatok hanya dilakukan oleh
terapis atau perawat, tetapi juga bisa dilakukan oleh anggota keluarga lanjut
usia itu sendiri. Salah satu teknik terapi yang bisa digunakan adalah terapi di
menekan jaringan lunak seperti otot menggunakan tangan dengan tujuan untuk
menimbulkan rasa tenang dan nyaman bagi penerimanya (dalam sebuah laman
http://www.olahragamo.com/2017/07/pengertian -massage-dan-tujuan-
massage yang dilakukan di area punggung dengan usapan lembut dan secara
pijat punggung iedel untuk dilakukan setelah lelah dalam bekerja. Efek
relaksasi yang diberikan tentunya membuat tubuh menjadi lebih santai dan
laman https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/health/fitness/amp/
pada keluhan nyeri yang disebabkan karena adanya gangguan pada system
muskuloskeltal. Tujuan dari back massage ini yang paling utama adalah untuk
meringankan hingga menghilangkan rasa nyeri atau ngilu yang dilakukan
meregangkan otot yang kaku dengan cara pijatan dan sentuhan lembut di area
punggung.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusuma
Dewi, dkk (2017) terapi back massage memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat nyeri low back pain. Begitu juga dengan hasil penelitian
Mahasih, Teki (2019) bahwa stimulus kutaneus slow stroke back massage
memiliki pengaruh terhadap intensitas nyeri pada penderita low back pain.
Pendapat lain tentang pengaruh back massage juga ditemukan oleh Putri Rizka
Mailani, dkk (2019) yang mengungkapkan bahwa ada pengaruh terapi back
value 0,000 (p<0,05), dengan rata-rata penurunan 1,70. Sedangkan Yunita dan
pemberian terapi back massage dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
lansia dengan penyakit rematik. Berkaitan dengan back massage, Abdilah dan
pada lansia.
implementasi terapi back massage terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan
terapi back massage terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan low back
1. Untuk mengetahui tingkat nyeri pada lansia dengan low back pain
2. Untuk mengetahui tingkat nyeri pada lansia dengan low back pain
terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan low back pain di Desa A,
Dengan melakukan penelitian ini, penulis ingin memberikan manfaat yang bisa
Adapun manfaat secara teoritis yang didapat dari penelitian ini adalah
digunakan untuk mengatasi masalah nyeri pada lansia dengan low back
berikut.
1. Bagi Peneliti
lansia dengan low back pain selain dengan penggunaan obat, tetapi
tingkat nyeri pada lansia dengan low back pain, maka peran
back massage terhadap tingkat nyeri pada lansia dengan low back pain di Desa
2022, yang akan dilaksanakan pada tanggal 3 Januari sampai dengan tanggal
karena berkaitan dengan fakta di lapangan bahwa lanjut usia dari tahun ke
tahun selalu terjadi peningkatan, dan lanjut usia ini rentan terserang penyakit
dana tau sakit yang disebabkan karena proses kemunduran atau menua salah
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
BAB I PENDAHULUAN
2.2.2 Etiologi
2.2.4 Patofisiologi
2.2.6 Pathway
2.2.8 penatalaksanaan
2.3.1 Pengkajian
2.3.5 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
Kholifah, 2016).
2. Batasan Lansia
3. Ciri-ciri Lansia
berikut.
4. Perkembangan Lansia
2016).
menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di
55-64 th 65-74 th 75 th +
2 Artritis 45 51 54,8
3 Stroke 33 46 67
Peny. Paru
4 5,6 8,6 9,4
Obstruksi Kronis
Peny. Jantung
7 2,8 3,6 3,2
Koroner
kelompok lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif, hal
berikut.
a. Masalah fisik
sekitar.
c. Masalah emosional
d. Masalah spiritual
cukup serius.
1. Definisi
Amerika yang hidup dengan nyeri kronis seperti nyeri kronis seperti
nyeri pinggang bawah (low back pain). LBP adalah salah satu jenis
nyeri kronis yang paling sering terjadi, disertai dengan migrain atau
fungsi ego seorang individu (Mahon, 1994 dalam Potter dan Perry,
2012).
merasa nyeri.
2. Fisiologi Nyeri
medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf
menyertai nyeri, dan rasional serta kerja terapi yang dipilih (Potter
Menurut Potter & Perry (2012), tanda dan gejala yang terjadi
1. Mengaduh
2. Menangis
Vokalisasi
3. Sesak napas
4. Mendengkur
1. Meringis
3. Mengernyitkan dahi
4. Menutup mata atau mulut dengan
dengan lebar
5. Menggigit bibir
1. Gelisah
2. Imobilisasi
3. Ketegangan otot
menggosok
1. Menghindari percakapan
a. Nyeri akut
mengurangi nyeri.
b. Nyeri kronis
refleks).
mempengaruhi nyeri.
a. Umur
petugas kesehatan. Anak usia 1-3 tahun (toddler) dan usia 4-5
b. Jenis kelamin
c. Kelemahan
d. Gen
e. Kecemasan
lebih introvert.
7. Manajemen Nyeri
a. Manajemen Farmakologi
1) Terapi modalitas
c) Akupuntur
d) Aplikasi panas
terhadap panas.
e) Aplikasi dingin
2) Strategi kognitif-perilaku
a) Relaksasi
b) Hipnosis
Zuriati, 2019).
c) Biofeedback
Zuriati, 2019).
berikut.
Keterangan:
sesekali
masih mengganggu
berpartisipasi dalam
kegiatan sosial
morfin)
sakit
delirium
pingsan efektif
No Keterangan
OPQRST.
bahasanya sendiri
menerus?
1. Definisi
pada kasus kram otot, terkilir, atau keseleo. Pijat dapat berupa
urut. Selain itu massage dapat diartikan sebagai pijat yang telah
2018).
Bagian belakang merupakan bagian tubuh yang membawa
tetap melebar dan sejalan dengan cara duduk ke sisi pasangan anda
dan kenyamanan.
2. Manfaat Massage
sebagai berikut:
lain.
kulit.
b. Friksi (tekanan)
gangguan pada jaringan ikat dan urat yang rusak. Teknik ini
c. Effleurage (urut)
D.D. dan Aty, Yoani M.V.B. (2016) antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Swedish massage
a) Stroking manipulations
sensori analgesia.
dan shaking.
kneading.
jaringan-jaringan dibawahnya.
c) Percussive or tapotement manipulations
ekstensi.
ujung jari atau dengan ibu jari dengan cara menggeruskan secara
posisi miring).
diatas lekukan dan luncurkan ibu jari anda ke atas menuju leher
tersebut.
lembut.
effleurage.
2.2.1 Definisi
bawah adalah nyeri yang terbatas pada region lumbal, tetapi gejalanya
lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun
dalam Suriya dan Zuriati, 2019). Low back pain atau nyeri punggung
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, 2002 dalam
bahwa nyeri punggung bawah atau low back pain adalah kelainan
umum yang melibatkan otot dan tulang, sumber rasa sakit yang dialami
individu ini adalah karena cedera pada struktur jaringan lunak yang
meliputi otot, fascia dan ligament. Low back pain merupakan suatu
fisik atau sikap tubuh yang buruk (poor posture), merupakan suatu
dengan stress atau strain otot punggung bawah, tendon, ligament yang
yang terjadi pada low back pain yaitu nyeri tekan pada regiolumbal,
berikut.
akibatnya dapat terjadi sprain atau strain pada ligament atau otot-
Keadaan ini akan membuat titik berat badan akan jatuh ke depan.
3. Faktor personal
a. Usia
d. Aktivitas fisik
a. Beban Kerja
b. Posisi Kerja
c. Repetisi
d. Durasi
a. Getaran
b. Kebisingan
1. Struktur
1) Cervical/leher 7 ruas
2) Thoracalis/punggung 12 ruas
3) Lumbalis/pinggang 5 ruas
4) Sakralis/kelangkang 5 ruas
5) Koksigeus/ekor 4 ruas
2. Fungsi
lumbrosakral.
ligamen dan otot. Ikatan antar tulang yang lunak membuat tulang
a. Komponen punggung
1) Otot punggung
posisi normal.
2) Diskus
3) Otot-otot punggung
dari abdomen.
4) Otot-otot tungkai
paha.
2.2.4 Patofisiologi
punggung bawah atau low back pain antara lain otot, tendon, diskus,
dan responsive terhadap stimuli nociceptive dalam hal ini nyeri seperti
pada peregangan ligamen, otot, fascia atau kapsul sendi secara terus
titik picu terjadinya nyeri (Melialaand Pinzon, 2004 dalam Suriya dan
Zuriati, 2019).
sirkulasi dan metabolik lokal yang terjadi ketika otot dalam keadaan
kontraksi yang terus menerus. Nyeri juga merupakan hasil dari adanya
dalam Suriya dan Zuriati, 2019). Pada kondisi low back pain, jaringan
lunak yang sering mengalami muscle spasm adalah otot para vertebralis
lumbal. McKenzie and May, 2008 dalam Suriya dan Zuriati (2019),
back pain.
punggung bawah.
postur yang buruk dalam jangka waktu lama (lebih dari 10 tahun)
2008).
sebagai berikut.
2.2.6 Pathway
Masalah musculoskeletal,gangguan
ginjal,masalah pelvis,tumor.
Kontraksi punggung
Gangguan
Nutrisi lebih dari
rasa nyaman
kebutuhan
nyeri
1. Neurofisiologik
a. Electromyography (EMG)
2. Radiologik
a. Foto polos
tulang.
(MRI)
HNP perlengketan
invasive
3. Laboratorium
indikasi)
hematuri
2.2.8 Penatalaksanaan
2. Medis
a. Formakoterapi
sangat diperlukan)
c. Bedah
3) Sindroma kauda.
2.3.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit
dilakukan pengkajian)
d) Riwayat trauma
(kangker)
fibromialgia)
spondilolistesis, NPB-spesifik)
/andropause)
j) Gangguan miksi
k) Saddle anesthesia
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Pemeriksaan persistem
1) Pemeriksaan motorik
sakroiliaka)
7) Tes Naffziger
8) Tes valsava.
jalan nafas.)
pasien )
volume)
psikiatrik))
f. Persepsi diri/konsep diri
syaraf vascular)
menurun nonverbal
meningkat 5. Identifikasi
pengaruh nyeri
terhadap kualitas
hidup
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
pijat, kompres
hangat/kompres
dingin)
2. Control lingkungan
yang memperberat
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk meredakan
nyeri
Kolaborasi pemberian
mobilitas tindakan
umum selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan
Tongkat, kruk)
2. Fasilitasi
memalukan
mobilisasi fisik,
jika perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
melakukan
ambulasi
Edukasi
prosedur ambulasi
2. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(misal. Berjalan
kamar mandi)
tidur
3. Tetapkan jadwal
tidur rutin’
4. Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan
(misal. Pijat,
pengaturan posisi,
akupresur)
Edukasi
1. Jelaskan
pentingnya tidur
2. Anjurkan
penggunaan obat
mengganggu siklus
tidur REM
3. Ajarkan factor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
Psikologis, gaya
hidup)
4. Ajarkan relaksasi
cara
nonfarmakologi
lainnya
1. Kemampuan 3. Identifikasi
meningkat Terapeutik
3. Kemampuan 1. Sediakan
keinginan
melakukan Parfum, sikat gigi,
4. Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
5. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi untuk
melakukan aktivitas
kemampuan secara
konsisten
2.3.4 Implementasi
pasien.
2.3.5 Evaluasi
dua bagian yaitu, evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses
Nama
No Judul Hasil Penelitian
(Tahun)
disimpulkan bahwa
Sumbul.
2 Mahasih Teki Pengaruh Stimulus Terdapat pengaruh
tolak.
disimpulkan terdapat
pada lansia.
dilakukan oleh peneliti adalah kesamaan pada vaiabel X yaitu back massage.
terhadap pengaruh implementasi back massage pada tingkat nyeri yang diderita
oleh lansia dengan gangguan low back pain atau nyeri pada area pungguh
METODE PENELITIAN
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2020). Selanjutnya Creswell (2014) dalam
Sugiyono (2020) menyatakan bahwa “research methods involve the form of data
data, analisis data, dan interpretasi data, serta penulisan data dan hasil
yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada
orang yang sudah dinyatakan sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria
pain
lembar observasi yang digunakan untuk mengkaji tingkat nyeri pada lanjut usia
dengan low back pain sebelum dan sesudah dilakukan terapi back massage.
Adapun alat pengukuran tingkat nyeri yang digunakan pada penelitian ini
dengan penelitian
responden
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Kholifah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan.
Potter dan Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Purwanto, Hadi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.
Statistik, Badan Pusat. 2020. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Alfabeta.
Suriya dan Zuriati. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Terapi Back Massage dengan Relaksasi Genggam Jari pada Pasien Post
Dewi, Anggun Buana. 2019. Gambaran Sikap Keluarga terhadap Lansia dengan
Mahendra, Adi. 2018. Hubungan Usia, Masa Kerja, Status Gizi dan Intensitas
Getaran Mesin dengan Keluhan Subyektif Low Back Pain. (Artikel Ilmiah).
13.27 WIB
Nugroho, Dhestha Vianty Prapto. 2019. Hubungan Berat Tas Punggung dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Murid Kelas 4-6 di
Quintas, Ovindiana D.D. dan Aty, Yoani M.V.B. 2016. Pengaruh Slow Stroke Back
Awaludin Jahid Abdilah dan Maryam Fitri Suwandi. 2020. Pengaruh Back
Kusuma Dewi, dkk. 2017. Pengaruh Back Massage terhadap Tingkat Nyeri Low
Back Pain pada Kelompok Tani Semangka Mertha Abadi di Desa Yeh
Rizka Mulani Putri, dkk. 2020. Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap
Teki Mahasih. 2019. Pengaruh Stimulus Kutaneus Slow Stroke Back Massage
Low Back Pain (LBP). Jurnal Kesehatan. 10 (1). 32-38. Diunduh dari
Yunita Wulan Suci L dan Wijanarko Heru Pramono. 2019. Penerapan Terapi Back
https://www.olahragamo.com/2017/07/pengertian-massage-dan-tujuan-
Hapsari, Annisa. 2021. 21 Penyakit pada Lansia yang Paling Sering Terjadi.
11.53 WIB
https://www.scribd.com/document/378572777/Lp-Lbp-Lengkap pada
Ice, Doni. 2018. Laporan Pendahuluan Low Back Pain (LBP) Download dalam
https://bangsalsehat.blogspot.com/2018/01/laporan-pendahuluan-low-
p2ptm/aceh/populasi-lansia-diperkirakan-terus-meningkat-hingga-tahun-
https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/health/fitness/amp/tres
Menyetujui,
Wadir I
( )
LEMBAR OBSERVASI TINGKAT NYERI
*sebelum perlakuan
Nama :
Umur :
Alamat:
Petunjuk pengisian:
Silahkan anda lingkari pada salah satu angka di bawah ini yang menggambarkan
tingkat nyeri yang anda rasakan pada saat mengalami nyeri punggung bagian bawah
(low back pain).
Semakin besar angka maka semakin berat keluhan nyeri
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dngan baik
4-6 :Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkdang tidak dapat mengikuti
perintah tetapi masih dapat merespon tindakan, tidak dapat
mendeskripsikannya, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi tapas panjang
10 : Nyeri tak terkontrol, secara obyektif klien tidak sadarkan diti
LEMBAR OBSERVASI TINGKAT NYERI
*sesudah perlakuan
Nama :
Umur :
Alamat:
Petunjuk pengisian:
Silahkan anda lingkari pada salah satu angka di bawah ini yang menggambarkan
tingkat nyeri yang anda rasakan pada saat mengalami nyeri punggung bagian bawah
(low back pain).
Semakin besar angka maka semakin berat keluhan nyeri
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dngan baik
4-6 :Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkdang tidak dapat mengikuti
perintah tetapi masih dapat merespon tindakan, tidak dapat
mendeskripsikannya, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi tapas panjang
10 : Nyeri tak terkontrol, secara obyektif klien tidak sadarkan diti
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BACK MASSAGE
JUDUL SOP:
BACK MASSAGE
Definisi Back massage merupakan merupakan tindakan pemijatan
atau tindakan massage yang dilakukan di area punggung
dengan usapan lembut dan secara perlahan dengan tujuan
untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan efek relaksasi,
serta meregangkan otot
Tujuan 1. Untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan dan
organ
2. Untuk menigkatkan rangsangan dan konduksi impuls
saraf
3. Untuk melemahkan dan menghentikan rasa sakit
dengan mempercepat proses pemulihan saraf yang
cedera
4. Untuk membuat otot fleksibel serta membantu
mengeluarkan cairan yang terdapat di otot-otot dan
memulihkan keadaan normalnya
5. Untuk meberikan efek relaksasi
Indikasi Klien dengan keluhan gangguan rasa nyaman dan nyeri
punggung bagian bawah
Persiapan Alat 1. Selimut mandi atau handuk
2. Minyak gosok atau lotion
3. Handscoon
Persiapan Pasien 1. Beri salam dan perkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Beri privasi pada klien
4. Atur posisi klien senyaman dan seaman mungkin
Cara Kerja Prosedur
1. Beritahu klien bahwa tindakan akan segera dilakukan
2. Cek peralatan yang akan digunakan
3. Dekatkan peralatan ke sisi tempat tidur klien
4. Cuci tangan dan gunakan handscoon
5. Kaji nadi dan tekanan darah sebelum melakukan
massage
6. Bantu klien untuk melepaskan baju
7. Bantu klien untuk posisi pronasi atau sims dengan
punggung menghadap ke perawat
8. Buka punggung klien (bahu, lengan atas dan bokong).
Bagian lainnya tutupi menggunakan selimut manhdi
atau handuk
9. Hangatkan lotion di telapak tangan
10. Beritahu kepada klien bahwa lotion akan terasa dingin
11. Dengan gerakan sirkuler, pijat area leher
menggunakan tiga jari
12. Gunakan gerakan stroking (menggosok) dengan arah
sirkuler ke luar dari arah sacrum menuju leher,
lakukan dengan gerakan memanjang, tegas, dan
lembut, pertahankan tangan tetap kontak dengan
punggung klien
13. Berhentilah pada pusat punggung dan kemudian
gerakkan secara sirkuler keluar dari kedua scapula
kemudian kembali ke bokong dengan gerakan lambat.
Lanjutkan memijat selama beberapa menit
14. Remas kulit dengan jari-jari, remas ke atas sepanjang
satu sisi spina ke bokong dan bahu serta sekitar bawah
leher. Remas atau usap kea rah bawah sacrum. Ulangi
sepanjang sisi punggung yang lain
15. Pukul-pukul punggung klien dengan menggunakan
sisi telapak tangan
16. Ulangi kembali gerakan-gerakan tersebut di atas
masing-masing gerakan 3-5 menit. Tambahkan lotion
jika perlu
17. Sambil melakukan massage periksa adanya
kemerahan pada kulit
18. Akhiri massage dengan usapan panjang dan tegas dari
atas ke bawah dan katakan pada klien bahwa tindakan
massage akan diakhiri
19. Bersihkan sisa lotion menggunakan handuk
20. Bantu klien menggunakan kembali pakaian
21. Bereskan alat-alat dan cuci tangan
Evaluasi 1. Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)
2. Kontak pertemuan selanjutnya jika diperlukan
3. Akhiri pertemuan dengan baik