Anda di halaman 1dari 5

Saudara Pimpinan Lembaga Keistimewaan dan

Kekhususan Aceh;
Saudara Para Asisten, Staf Ahli, Kepala SKPA,
GUBERNUR A CEH
ACEH KaKanwil dan Kepala Biro Setda Aceh;
Para Wartawan dan Hadirin -hadirat yang berbahagia.
Sambutan
Pada Alhamdulillah, pada hari ini kita dapat bertemu kembali
Pembukaan Masa Persidangan DPRA Tahun 2021
pada acara pembukaan Masa Persidangan DPR Aceh Tahun
Dalam Rangka Pembahasan Rancangan Qanun Aceh
Senin, 27 Desember 2021 2021 dengan Agenda Pembahasan Rancangan Qanun Aceh
Program Legislasi Aceh (Prolega) Prioritas Tahun 2021.
“BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”
Shalawat beriring salam kita sampaikan kepada
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah mewariskan
Alhamdulillahi Rabbil‘alamin, Wassalatu Wasalamu‘ala Asyrafil Al-Qur’an dan Sunnahnya kepada kita sekalian sebagai
Ambia-i Walmursalin. Wa’ala alihi Washahbihi Ajma’in.
sumber dari segala sumber hukum bagi Rahmatan
Yang Terhormat (disesuaikan): lil’alamin.

Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh, Teungku Pimpinan dan Anggota Dewan Yang Terhormat.
Malik Mahmud Al-Haytar; Dalam Masa Persidangan ini sebagai Pembicaraan
Yang Kami Hormati (disesuaikan): Tingkat II, perkenankan kami menyampaikan 3 (tiga)
Rancangan Qanun Aceh Prakarsa Pemerintah Aceh yang
Saudara Ketua, Para Wakil Ketua, dan Anggota
sebelumnya telah ditetapkan sebagai prioritas pembahasan
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh; Tahun 2021 melalui Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat
Saudara Anggota Forkompimda Aceh; Aceh Nomor 24/DPRA/2020 tentang Penetapan Program
Saudara Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama; Legislasi Aceh Prioritas Tahun 2021, yaitu:
Saudara Ketua Mahkamah Syar’iyah;
Saudara Rektor Universitas Syiah Kuala dan UIN Ar- 1. Rancangan Qanun Aceh tentang Perlindungan Lahan
Raniry; Pertanian Pangan Berkelanjutan;

Saudara Sekretaris Daerah; 1


2. Rancangan Qanun Aceh tentang Rencana Induk 1. RANCANGAN QANUN ACEH TENTANG PERLINDUNGAN
Pembangunan Kepariwisataan Aceh Tahun 2022-2037; dan LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN.
3. Rancangan Qanun Aceh tentang Pertanahan. Penyusunan Rancangan Qanun Aceh ini berpedoman
Sidang Paripurna Dewan Yang Terhormat, kepada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, yang
Dapat kami sampaikan bahwa dalam pembentukan
bertujuan untuk mengendalikan laju konversi lahan
Rancangan Qanun Aceh tersebut, Pemerintah Aceh telah
pertanian pangan di Aceh yang dialihfungsikan menjadi
menempuh prosedur dan mekanisme yang sesuai dengan
bukan Lahan Pertanian Pangan.
peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat umum
dan berlaku secara nasional maupun yang bersifat khusus Rancangan Qanun Aceh ini menegaskan bahwa terhadap
dan hanya berlaku khusus untuk Aceh sebagai Daerah yang lahan yang telah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
memiliki keistimewaan dan kekhususan. Berkelanjutan yang disingkat dengan LP2B dilarang
dialihfungsikan, kecuali dalam rangka pengadaan tanah
Salah satu prosedur dan mekanisme yang dilakukan
untuk kepentingan umum dan/atau terjadi bencana.
Pemerintah Aceh, antara lain adalah dengan melakukan
diskusi publik, seminar, FGD, publikasi di media cetak dan Dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) Rancangan Qanun
melalui website Biro Hukum Setda Aceh. Aceh ini, disebutkan bagi masyarakat yang lahannya
ditetapkan sebagai LP2B, diberikan insentif berupa:
Hal ini merupakan amanah regulasi bahwa setiap
produk hukum daerah diwajibkan adanya ruang partisipasi a. pemberian pembebasan atau keringanan pajak bumi
publik melalui berbagai masukan baik secara lisan maupun dan bangunan;
secara tertulis dari berbagai lapisan masyarakat Aceh. b. kemudahan mengakses Informasi dan teknologi;
Hakikatnya bahwa nantinya Rancangan Qanun Aceh c. fasilitasi akses pembiayaan modal usaha tani; dan
tersebut bukan saja menjadi milik Pemerintahan Aceh, d. fasilitasi penerbitan sertifikat hak atas tanah pada Lahan
akan tetapi juga menjadi milik seluruh masyarakat Aceh. produktif.

Adapun penjelasan singkat terhadap 3 (tiga) Rancangan Selain pemberian Insentif di atas, Pemerintah Aceh dan/
Qanun Aceh yang dibahas dalam rapat paripurna DPR Aceh atau Pemerintah Kabupaten/Kota juga dapat memberikan
ini sebagai pembicaraan Tingkat II, adalah sebagai berikut: Insentif lainnya berupa:

2 3
a. pengembangan infrastruktur pertanian; untuk mendukung visi “MENJADIKAN ACEH SEBAGAI
b. pembiayaan penelitian, pengembangan benih dan DESTINASI PARIWISATA HALAL KELAS DUNIA”, yakni
varietas unggul; pengelolaan wisata yang terintegrasi dengan seperangkat
c. penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian; layanan amenitas, atraksi dan aksesibilitas yang bertujuan
d. bantuan Premi Asuransi Pertanian Syariah; dan/atau untuk memenuhi pengalaman, kebutuhan, keinginan dan
e. penghargaan bagi Setiap Orang yang berprestasi tinggi ramah wisatawan Muslim.
di bidang pertanian.

2. RANCANGAN QANUN ACEH TENTANG RENCANA 3. RANCANGAN QANUN ACEH TENTANG


INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN ACEH PERTANAHAN.
TAHUN 2022-2037. Rancangan Qanun Aceh ini merupakan amanah Pasal
Pembentukan Qanun Aceh ini merupakan perintah Pasal 144, Pasal 213 dan Pasal 214 Undang-Undang Nomor 11
9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Tahun 2006 tentang Pemerintahaan Aceh, yang
Kepariwisataan bahwa Rencana Induk Pembangunan mengamanahkan agar disusun lebih lanjut melalui Qanun
Kepariwisataan Provinsi diatur dengan Peraturan Daerah Aceh dengan pengaturan antara lain, mengenai hak-hak
Provinsi atau Qanun Aceh. atas tanah, peruntukan, pemanfaatan dan hubungan
hukum berkenaan dengan hak atas tanah.
Dalam rangka mempercepat cita-cita pembangunan
kepariwisataan di Aceh, disusunlah Rancangan Qanun Aceh
Keberadaan Rancangan Qanun ini juga dalam rangka
ini dengan pengaturan materi muatan meliputi:
menindaklanjuti butir-butir MoU Helsinky, Undang-Undang
a. Pembangunan Destinasi Pariwisata; Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
b. Pembangunan Industri Pariwisata; Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2015 tentang
c. Pembangunan Pemasaran Pariwisata; dan Pengalihan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
d. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata. Aceh dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota menjadi
Harapan kita, semoga dengan adanya Qanun Aceh ini Badan Pertanahan Aceh dan Kantor Pertanahan Aceh
dapat mewujudkan pembangunan kepariwisataan Aceh Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Dalam Negeri 95
dalam 15 (lima belas) tahun ke depan yang diarahkan Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Aceh.

4 5
Sidang Paripurna Dewan Yang Terhormat,
a. Surat Sekretaris Daerah atas nama Gubernur Aceh
Dapat kami sampaikan bahwa ke 3 (tiga) Rancangan Nomor 180/16275 tanggal 25 September 2021 perihal
Qanun Aceh ini merupakan Rancangan Qanun katagori Permohonan Fasilitasi Rancangan Qanun Aceh tentang
Fasilitasi, sehingga terhadap ke 3 (tiga) Rancangan Qanun Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
Aceh dimaksud wajib mendapat hasil Fasilitasi oleh b. Surat Sekretaris Daerah atas nama Gubernur Aceh
Kementerian Dalam Negeri sebagai bentuk pembinaan oleh Nomor 180/18911 tanggal 1 November 2021 perihal
Pemerintah Pusat. Permohonan Fasilitasi Rancangan Qanun Aceh tentang

Fasilitasi merupakan pembinaan secara tertulis Produk Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Aceh

Hukum Daerah berbentuk peraturan terhadap materi Tahun 2022-2037; dan

muatan dan teknik penyusunan rancangan sebelum c. Surat Sekretaris Daerah atas nama Gubernur Aceh

ditetapkan agar Produk Hukum Daerah tidak bertentangan Nomor 180/20011 tanggal 16 November 2021 perihal

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Permohonan Fasilitasi Rancangan Qanun Aceh tentang

kepentingan umum, dan/atau kesusilaan. Pertanahan;

Berdasarkan ketentuan Pasal 88 Permendagri 80 Tahun Berkenaan dengan proses Fasilitasi tersebut, perlu

2015 juntco Permendagri 120 Tahun 2018 tentang kami sampaikan bahwa 3 (tiga) Rancangan Qanun Aceh

Pembentukan Produk Hukum Daerah, terhadap produk hukum Prakarsa Pemerintah Aceh tersebut yang akan dibahas pada

daerah berbentuk peraturan wajib dilakukan fasilitasi oleh masa persidangan ini, masih dalam proses fasilitasi di

Menteri Dalam Negeri. Selanjutnya sesuai dengan ketentuan Kementerian Dalam Negeri.

Pasal 89 ayat (1) Permendagri tersebut, Fasilitasi oleh Menteri Sidang Paripurna Dewan Yang Terhormat,
Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Otonomi Daerah bagi
Berkenaan dengan Rancangan Qanun Aceh tentang
Provinsi dilakukan paling lama 15 (lima belas) hari kerja
Pertanahan, berdasarkan hasil rapat koordinasi di Kementerian
terhitung sejak diterima surat permohonan fasilitasi.
Dalam Negeri pada hari Jumat tanggal 24 Desember 2021,
Oleh karena itu, terhadap ke 3 (tiga) Rancangan Qanun yang dihadiri unsur Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Aceh ini telah disampaikan permohonan fasilitasi ke ATR/BPN, Ketua DPRA, Ketua dan anggota Komisi I DPR Aceh,
Kementerian Dalam Negeri masing-masing melalui surat: Kepala Dinas Pertanahan Aceh dan jajarannya,

6 7
Perwakilan Biro Hukum Setda Aceh, serta Tenaga Ahli, Demikian beberapa hal yang dapat kami sampaikan
disepakati bahwa masih terdapat beberapa substansi dalam pembukaan Masa Persidangan DPR Aceh Tahun 2021.
Rancangan Qanun Aceh yang perlu dikoordinasikan dan Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan membimbing
dibahas kembali antara Kementerian Dalam Negeri, kita ke jalan yang lurus. Amin ya rabbal ’alamin.
Kementerian ATR/BPN, dan Pemerintahan Aceh, yang Insya
Wabillahittaufiq walhidayah
Allah akan dimulai pembahasannya pada minggu kedua Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
bulan Januari tahun 2022, dan akan dikoordinir oleh
GUBERNUR ACEH
Direktorat Penataan Daerah, Otsus dan DPOD Direktorat
Jenderal Otonomi Daerah Kemendari.
Ir. H. NOVA IRIANSYAH, MT
Oleh karena itu berdasarkan kesepakatan tersebut, terhadap
Rancangan Qanun Aceh tentang Pertanahan belum dapat kita
lakukan pembahasan selanjutnya untuk persetujuan bersama
antara DPR Aceh dan Gubernur Aceh. Selanjutnya terhadap
Rancangan Qanun Aceh tentang Pertanahan kami sarankan
untuk dimasukkan ke dalam usulan Prolega Prioritas Tahun 2022.

Sidang Paripurna Dewan Yang Terhormat,

Terakhir, kami memberikan apresiasi sekaligus


mengucapkan terimakasih kepada segenap Pimpinan dan
Anggota Dewan Yang Terhormat, Pimpinan dan Anggota
Badan Legislasi, Pimpinan dan Anggota Komisi I, Komisi
II dan Komisi IV DPR Aceh, Tim Pemerintah Aceh, tenaga
ahli, akademisi, praktisi, unsur Kementerian terkait serta
stakeholder lainnya yang telah memberikan prioritas,
waktu, pikiran dan tenaga dalam membahas Rancangan
Qanun Aceh Prolega Prioritas Tahun 2021 ini.

8 9

Anda mungkin juga menyukai