Anda di halaman 1dari 26

KOMPLEKSOMETRI DAN

KELATOMETRI
Indikator Metalokromik
 Asam atau basa organik lemah yang dapat membentuk kelat
dengan ion logam dan warna kelat tersebut berbeda dengan
warna indikator bebas .
Indikator logam harus memenuhi persyaratan :
 senyawa harus stabil selama titrasi
 Harus membentuk kompleks 1 : 1 yang lebih lemah daripada
kompleks kelat logam
 Warna indikator dan kompleks logam-ind harus berbeda
 Reaksi warna harus selektif untuk logam yang dititirasi
 Indikator tidak boleh bersaing dengan EDTA
Mekanisme kerja indikator :

Logam (M) , indikator (I) dan kelat (EDTA) ;


Saat titrasi, medium reaksi mengandung kompleks logam-
indikator (MI) dan ion logam berlebih. Ketika ditambahkan
titran EDTA, terjadi persaingan reaksi antara ion logam bebas
dan EDTA. Karena kompleks logam-indikator (MI) lebih lemah
daripada kelat logam-EDTA, EDTa yang ditambahkan selama
titrasi mengkelat ion logam dalam larutan Akhirnya, saat titik
akhir, EDTA memisahkan logam tersisa dari indikator dan
indikator berubah menjadi bentuk warna logam bebasnya.

M-In + EDTA → M-EDTA + In


(merah) (tidak berwarna) (tidak berwarna (biru)
Mekanisme Indikator Erio T

merah

Biru
Contoh-Contoh Indikator metalokromik
Indikator paling banyak digunakan :
Gambar
Struktur Eriochrome Black T.
Senyawa mengandung gugus
sulfonat yang terdisosiasi
sempurna dalam air dan dua
gugus fenolik yang hanya
sebagian terdisosiasi.
Diagram warna Indikator calmagite
Menajamkan titik akhir Ca2+ vs EDTA

a. Analat Ca+2 + Indikator + jmh tertentu Mg2+

+ Buffer , Titrasi dengan EDTA standar

Tentukan titik akhir : V mL

b. Indikator + jmh tertentu Mg2+ (titrasi blanko)

+ Buffer , Titrasi dengan EDTA standar

Tentukan titik akhir : V’ mL


Memungkinkan karena
Volume Ca(II) = ( V -V’) mL KMgY <KCaY
Gambar
Pengaruh konsentrasi amonia
terhadap titik akhir tittrasi
50.0 mL 0.00500 M Zn2+.
Larutan dibuffer sampai pH
9.00.
Daerah arsir menunjukkan
rentang transisi untuk
Eriochrome Black T. Terlihat
amonia menurunkan
perubahan pZn pada daerah
titik ekivalen
Jenis-jenis Titrasi Kompleksometri
1.Titrasi langsung
larutan standar pengkelat ditambahkan ke larutan ion logam
sampai titik akhir.
Analat M+n + Indikator

+ Buffer , Titrasi dengan EDTA standar

Titrat ( mmol M+n = mmol EDTA )


2. Titrasi Kembali

Banyak logam tidak dapat dititrasi langsung, dapat


disebabkan karena :
 mengendap pada rentang pH titrasi,
 dapat membentuk kompleks inert
 tidak tersedia indikator yang cocok .

Cara :
Standar EDTA berlebih ditambahkan ke dalam larutan
logam yang dianalisis, kelebihan EDTA dititrasi kembali
dengan larutan standar ion logam kedua.
3. Titrasi Penggantian
substitusi dapat digunakan untuk ion logam yang tidak bereaksi
(atau lengkap) dengan indikator logam, atau untuk logam yang
membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada logam
lain seperti Ca dan Mg.
Contoh : penentuan logam Mn+ dapat ditambahkan kompleks
Mg-EDTA, reaksi yang terjadi

Jumlah ion Mg yang dibebaskan ekivalen dengan kation yang ada


dan dapat dititrasi dengan standar EDTA menggunakan indikator
yang sesuai.
4. Masking) & Demasking
 Zat-zat lain dari titran pengkelat yang mungkin ada dalam larutan ion
logam dapat membentuk kompleks sehingga bersaing dengan reaksi
yang diinginkan
 Masking agent adalah suatu pereaksi yang melindungi beberapa
komponen analit bereaksi dengan EDTA. Contoh, Al3+ dalam campuran
Mg2+ dan Al3+ dapat ditentukan dengan menutupi (masking) Al3+
dengan F- sehingga hanya Mg2+ yang bereaksi dengan EDTA.

 Misalnya, nikel membentuk kompleks sangat stabil dengan CN-


membentuk (Ni(CN)42- sedangkan Pb tidak. Jadi dengan adanya CN- ,
maka Pb dapat dititrasi dengan EDTA tanpa dipengaruhi Ni walaupun K
stabilitas NiY2- dan PbY2- hampir sama. (log Kf 18,6 dan 18,3). Dengan
masking agent dapat menentukan dua/lebih ion logam dalam satu
larutan
Demasking
 Proses saat zat yang ditutupi (masked) memperoleh kembali
kemampuan untuk masuk ke reaksi. Digunakan untuk menenukan
sejumlah ion logam yang mengandungg banyak ion.

Contoh : analisis 3 logam Cu, Cd dan Ca. Metode yang dgunakan :


1. Titrasi langsung campuran dengan EDTA menghasilkan total 3 logam
2. Cu dan Cd ditutupi dengan penambahan sianida, menyisakan ion Ca
3. Ketika formaldehid ditambahkan ke dalam campuran mengandung
sianida, hanya Cd yang demasked dan EDTA mentitrasi Ca dan Cd.
Dengan cara ini, konsentrasi 3 ion ditentukan oleh 3 titirasi.
Titrasi Alkalimetri
 Ketika larutan Na2H2Y ditambahkan larutan mengandung ion
logam , terbentuk kompleks dengan membebaskan dua
ekivalen ion hidrogen :

 Ion hidrogen kemudian dibebaskan dan dapat dititrasi dengan


standar NaOH menggunakan indikator asam-basa atau
potensiometri
Titrasi Tidak langsung (penentuan Anion):

 Anion-anion yang membentuk endapan dengan sejumlah ion logam


tertentu dapat dianalisis dengan EDTA melalui titrasi tidak langsung.
 Sebagai contoh, sulfat dapat dianalisis dengan pengendapan oleh Ba2+
berlebih pada pH 1. Endapan BaSO4 disaring dan dicuci. Kemudian
didihkan endapan dengan EDTA berlebih pada pH 10 membuat Ba2+
kembali membentuk larutan sebagai Ba(EDTA)2-. EDTA berlebih
dititrasi kembali dengan Mg2+.
 Fosfat dapat ditentukan dengan diendapkan sebagai MgNH4PO4 dan
Mg2+ dititrasi dengan EDTA
.
Analisis Anorganik
Titrasi menggunakan Ligan Unidentat
Contoh :

Analit Titran Produk


Hg(NO3)2 Br-, Cl-, SCN-, CN- kompleks netral raksa(II) ;
indikator difenilkarbazid;Na
nitroprusida
AgNO3 CN- Ag(CN)2-; indikator I-; titrasi
sampai terbentuk AgI

NiSO4 CN- Ni(CN)42-; indikator AgI; titrasi


sampai terbentuk keruh AgI

KCN Cu2+, Hg2+, Ni2+ Cu(CN)42-, Hg(CN)42-, Ni(CN)42-;


Titrasi sianida dengan Ion perak (titrasi Liebig)
Pembentukkan ion kompleks stabil Ag(CN)2- :
2CN- + Ag+ → 2Ag(CN)2-
Tetapan kesetimbangan 1021. merupakan satu-satunya kompleks
perak-sianida sangat stabil. Titik akhir berdasarkan kekeruhan
akibat pengendapan perak sianida, dapat dituliskan :

Ag+ + Ag(CN)2- === 2AgCN


Ag+ + Ag(CN)2- === Ag[Ag(CN)2]

Contoh :
Sampel 0,7652 g yang mengandung NaCN dilarutkan dalam air
dan kemudian ditambahkan amoniak pekat dan KI. Larutan ini
memerlukan untuk titrasi 23,58 mL AgNO3 0,0988 M. Hitung
persentase NaCN dalam contoh !
Contoh :

Konsentrasi Cl– dalam 100.0-mL sampel air yang


terkontaminasi air laut ditentukan dengan cara ititrasi
menggunakan Hg(NO3)2 0.0516 M . Sampel diasamkan dan
dititrasi menggunakan indikator difenilkarbazon
membutuhkan 6,18 mL titran. Tentukan kadar Cl- dalam
ppm
Contoh Aplikasi : kesadahan air
Kesadahan : konsentrasi total ion-ion alkali tanah yang umum terkandung
dalam air berupa ion Ca2+ dan Mg2+.
Umumnya dinyatakan dalam mg CaCO3 per liter.
Jika kesadahan < 60 mg/L → “ soft “
Jika kesadahan > 270 mg/L → “hard”
Air sadah dengan sabun membentuk dadih (curd) tak larut :

- Air sadah meningggalkan kerak pada pipa ketika air menguap


- Air sadah berguna untuk air irigasi karena ion-ion alkali tanah
cenderung membentuk agregat partikel koloid dalam tanah →
meningkatkan permeabilitas tanah terhadap air.
Contoh kesadahan air
Contoh :
1. Standardisasi . CaCO3 murni seberat 0,2428 g dilarutkan dalam HCl
dan larutan diencerkan dan dinetralkan sampai 250 mL dalam labu
takar. Titrasi Aliquot 50 mL larutan memerlukan 42,74 mL larutan
EDTA sampai TA. Hitung M larutan EDTA .
2. Kesadahan air. Contoh air keran 200 mL dititrasi dengan 16,38 mL
larutan EDTA soal 1. Hitung derajat kesadahan air dalam ppm CaCO3.
3. Contoh air 100 ml yang mengandung Ca2+ dan Mg2+ dititrasi dengan
15,28 mL EDTA 0,01016 M dalam buffer amoniak pH 10. 100 mL lagi
contoh air dititrasi dengan NaO untuk mengendapkan Mg(OH)2, dan
kemudian dititrasi dengan EDTA yang sama pada pH 13 membutuhkan
10,43 mL. Hitung mg/L CaCO3 dan MgCO3 !
Contoh : titrasi dengan masking
Contoh :
50,00 mL larutan mengandung Ni2+ dan Pb2+
memerlukan 46,32 mL larutan EDTA 0,02041 M untuk
titrasi kedua logam. contoh kedua sebanyak 50,00 mL
dititrasi dengan KCN untuk menutupi nikel dan
kemudian dititrasi dengan 30,28 mL larutan EDTA yang
sama. Hitung molaritas ion-ion Ni2+ dan Pb2+
Latihan :
Suatu aliasi logam mengandung Ni, Fe dan Cr dianalisis menggunakan
titrasi kelatometri EDTA. Sebanyak 0,7176 g sampel dilarutkan
dalam HNO3 dan diencerkan sampai 250 mL dalam labu takar. 50,0
mL larutan tersebut ditambahkan pirofosfat untuk menutupi
(masking) Fe dan Cr dan membutuhkan 26,14 mL EDTA 0,05831 M
mencapai TA murexide. Berikutnya, diambil lagi 50,0 mL larutan dan
ditambahkan heksametilentetramin untuk menutupi Cr. Titrasinya
dengan EDTA 0,05831 M membutuhkan 35,43 mL sampai TA
murexide. Akhirnya 50,0 mL larutan ketiga ditambahkan 50,00 mL
EDTA 0,05831 M dan dititrasi kembali dengan Cu2+ 0,06316 M
membutuhkan 6,21 sampai TA murexide. Hitung persentase Ni, Fe
dan Cr dalam alloy. (Ar Ni=58,59; Fe=56; Cr=52)
Latihan
Sebanyak 0,3284 g sampel kuningan mengandung timbel, zink, tembaga
dan timah dilarutkan dalam asam nitrat. Pada proses ini dihasilkan
SnO2.H2O tak larut yang dipisahkan dengan penyaringan. Filtrat yang
diperoleh diencerkan dalam labu takar 500 mL dan ditera.
a. 10,0 mL aliquot ditambahkan buffer dan ditirasi dengan EDTA
standar 0,00250 M membutuhkan 37,56 mL sampai titik akhir.
b. tembaga dalam 25,0 mL aliquot di masked dengan natrium tiosulfat.
Kemudian ion Pb dan Zn dititrasi dengan EDTA 0,00250 M
membutuhkan 26,67 mL
c. Ion sianida digunakan untuk masking Cu dan Zn dalam 100 mL
aliquot, lalu ion Pb nya dititrasi dengan EDTA 0,00250 M
membutuhkan 10,80 mL.
Hitung komposisi sampel kuningan. Tentukan persentase timah dari selisih
persen logam-logam yang lain.

Anda mungkin juga menyukai