Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DISKUSI JURNAL

OPEN BITE

ANGGOTA KELOMPOK:
REFIANA NOVIA ANGGRAENI (J520180012)
MUHAMMAD SYAFI’IE (J520180019)
IRVINCHA AURA FASYA IRAWAN (J520180021)
SABRINA TALITHA AISYAH (J520180028)
JUNI AFRIANI (J520180029)
DYAH AYU CAHYANINGRUM (J520180031)
AISYAH LINDA ASTARI (J520180036)
AULIA AZIZAH VIDYA BOUTY (J520180037)
NAUFAL NURRIZKA HIBATULLAH (J520180042)
ANNISSA ROSANANDA (J520180044)
NURHAYATI (J520180050)
NIKE OMAYA NUSAIBA (J520180057)
TRI SULISTYAWATI (J520180081)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2021
I. PENDAHULUAN
Kebiasaan buruk pada rongga mulut dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan rahang yang normal, serta kebiasaan buruk tersebut dapat menimbulkan
maloklusi dan perubahan pola menelan dan bicara yang normal tergantung pada beberapa
faktor seperti durasi, frekuensi, intensitas, dan pola wajah.
Gigitan Terbuka atau Open Bite merupakan kejadian yang paling sering pada bagian
anterior, dan etiologi utamanya adalah kebiasaan buruk pada rongga mulut. Posisi dari
deformasi gigi dan proses alveolar menunjukkan kesan negatif ketika ibu jari ditempatkan di
mulut saat menghisap. Selain kebiasaan menghisap ibu jari, faktor etiologi Anterior Open Bite
diantaranya seperti erupsi tidak lengkap pada gigi anterior, kebiasaan bernafas melalui mulut,
kebiasaan menjulurkan atau mendorong-dorong lidah ke depan, kebiasaan dot, dan pola
menelan yang abnormal secara terus menerus pada anak.
Untuk menghilangkan kebiasaan menghisap ibu jari tersebut, yang harus dievaluasi dan
diperhatikan adalah durasi, intensitas, frekuensi, dikombinasikan dengan pola wajah pasien dan
kemauan serta kepatuhan pasien. Selain itu, waktu yang tepat untuk perawatan skeletal open
bite adalah pada saat fase gigi bercampur. Tindakan kebiasaan menghisap ibu jari sepertinya
menjadi hal yang paling sangat menyenangkan dan dapat menimbulkan berbagai alasan secara
psikologis hingga menemukan cara untuk mencapai kesenangan. Namun, jika tindakan itu
berlangsung untuk waktu yang lama, hal itu akan menjadi kebiasaan buruk yang merusak.
Beberapa maloklusi dapat dikoreksi ketika kebiasaan menghisap berhenti selama polanya
normal dan deformitas tulangnya ringan. Tetapi pada kasus ini, yang diperlukan adalah
perawatan orthodontik dan bedah ortognatik.
Untuk menghilangkan kebiasaan menghisap ibu jari, tidak ada resep atau obat yang
sudah jadi. Penggunaan orthodonti lepasan atau cekat menjadi sugesti dalam menghilangkan
kebiasaan tersebut. Tetapi preferensinya adalah kepatuhan pasien selama perawatan.
II. PEMBAHASAN
Pada tahun 1842 Caravelli menciptakan istilah "Open Bite" sebagai klasifikasi
maloklusi yang berbeda dan dapat didefinisikan dengan cara yang berbeda. Open bite dapat
terjadi ketika kondisi overbite seseorang lebih kecil dari biasanya. Menurut Subtelny dan
Sakuda open bite merupakan dimensi vertikal terbuka antara tepi insisal gigi anterior rahang
atas dan rahang bawah. Open bite dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian :
1. Open bite anterior
Open bite anterior merupakan suatu kondisi maloklusi dimana tidak adanya kontak di
daerah lengkung gigi anterior sedangkan daerah gigi posterior dalam kondisi beroklusi.
Etiologi dari kasus ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya akibat adanya
aktivitas lidah yang berlebihan saat menelan maupun istirahat sehingga dapat mengubah
inklinasi aksial gigi incisivus yang dapat menyebabkan open bite. Perawatan yang dapat
diberikan untuk kasus open bite dapat berupa: terapi ortodontik lepasan, terapi ortodontik
cekat, dan bedah ortognatik.

Terapi ortodontik lepasan dapat diberikan apabila pasien masih dalam proses
pertumbuhan, sedangkan untuk terapi ortodontik cekat dapat diberikan untuk pasien
dewasa yang sudah tidak dalam pertumbuhan dan untuk bedah ortognatik dapat diberikan
apabila pasien mengalami open bite skeletal.
2. Open bite posterior
Open bite posterior dapat didefinisikan sebagai kegagalan kontak antara gigi posterior
ketika gigi beroklusi pada oklusi sentrik (Gambar 2). Pada Gambar 2 kita dapat melihat
bahwa tidak ada oklusi antara gigi premolar rahang atas dan rahang bawah. Molar rahang
atas dan rahang bawah memiliki sedikit kontak. Overjet dan overbite anterior normal.
II. A. Klasifikasi Open Bite
Klasifikasi open bite menurut Worms, Meskin, dan Isaacson (1971):
a) Open bite sederhana, dari kaninus ke kaninus, dengan hubungan sentris 4mm
atau lebih.
b) Open bite majemuk, dari premolar ke premolar.
c) Open bite infantile, dari molar ke molar.
Menurut Zona, open bite dibagi menjadi:
a) Open bite anterior, dari sudut pandang etiologinya dibagi menjadi dua kategori:
• Dental, disebabkan oleh hambatan saat erupsi gigi.
• Skeletal, disebabkan oleh pertumbuhan wajah posterior.
b) Open bite posterior, ditandai dengan kegagalan jumlah gigi di salah satu atau
kedua segmen bukal yang berlawanan untuk mencapai oklusi meskipun ada
kontak gigi incisal.
Klasifikasi open bite anterior menurut Andrew Richardson:
a) Transitional open bite, jenis open bite ini terjadi ketika gigi permanen sedang
erupsi. Karena pertumbuhan regio dento alveolar yang tidak sempurna
menyebabkan open bite anterior. Koreksi spontan terjadi karena pertumbuhan
alveolar yang berkelanjutan dan peningkatan pertumbuhan rata-rata pada
ketinggian facial anterior bawah.
b) Digit sucking open bite, erupsi gigi insisivus terhambat karena penghisapan jari
sehingga membentuk open bite anterior. Open bite jenis ini dikoreksi dengan
menghilangkan kebiasaan itu. Pertumbuhan prosesus dento alveolar dan
tegaknya gigi insisivus cenderung menutup open bite anterior secara spontan.
Kondisi patologis lokal yang menyebabkan terjadinya open bite anterior antara lain
seperti kista, dilaceration, dan ankylosis. Kondisi patologis lokal tersebut
dihilangkan dengan melakukan perawatan bedah yang tepa.
Open bite anterior yang disebabkan karena kondisi patologis skeletal terlihat jelas
saat menjelang akhir periode pertumbuhan. Contohnya yaitu palatal cleft,
craniofacial dyostosis, cleidocranialdyostosis, and achondroplasia.
Klasifikasi open bite menurut Moyer’s:
a) Simple open bite, jenis open bite ini terbatas pada gigi dan prosesus alveolaris.
Masalah utama dari jenis open bite ini adalah kegagalan beberapa gigi untuk
memenuhi garis oklusi.
b) Complex open bite, jenis open bite ini disebabkan oleh primary vertical
dysplasia. Complex open bite sering dikaitkan dengan maloklusi Kelas I dan
Kelas II dan dengan dengan maloklusi Kelas III juga.

II. B. Jenis-jenis Open Bite


a) False or dental open bite
Pada gigitan ini gigi mengalami proklinasi karena tidak ada perubahan dasar osseus
tetapi tidak melampaui kaninus. Pasien ini memiliki morfologi wajah normal,
hubungan tulang yang normal, gigitan pesudo dan masalah dentoalveolar.
b) True atau Skeletal open bite
Pada jenis open bite ini, prosesus alveolaris terlibat atau cacat dan juga terlihat
karakteristik dolichofacial. Pada pasien ini memiliki hiper-divergensi di rahang atas,
dengan sepertiga wajah bagian bawah dan vertical dimensi meningkat.

II. C. Non-pathogical Skeletal Open Bite


a) Penutupan open bite pada primary dentition, pada masa pra-pubertas dan pubertas,
disebabkan oleh kompensasi pertumbuhan dento alveolar. Dengan demikian, insidensi
open bite cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b) Open bite terlihat jelas pada tahap pra-pubertas, tetapi menutup pada tahap pubertas
dan muncul kembali pada tahap pasca-pubertas. Hal ini disebabkan pertumbuhan wajah
vertikal dan pertumbuhan dento alveolar yang cukup untuk menutup open bite. Namun
pada tahap pasca pubertas pertumbuhan wajah vertikal mendominasi dan menyebabkan
open bite.
c) Pertumbuhan wajah mendominasi yang mengarah ke open bite anterior yang mencolok
seiring bertambahnya usia.

II. D. Etiologi
Open bite anterior seperti pada maloklusi lainnya merupakan akibat dari penyebab
tertentu yang berasal dari keturunan, yang bertindak saat prenatal atau post-natal pada
jaringan regio orofacial.
a) Faktor Herediter
• Anomali open bite paling sering dikaitkan dengan pertumbuhan wajah bawaan
(keturunan). Displasia skeletal horizontal tampak diwariskan sehingga displasia
pada vertical plane juga dapat diwariskan.
• Terdapat tiga teori utama, untuk menjelaskan penentu dari pertumbuhan
craniofasial.
a. Tulang, merupakan penentu utama pertumbuha..
b. Penentu pertumbuhan skeletal adalah tulang rawan, dimana tulang
merespon secara sekunder dan pasif.
c. Penentu utama pertumbuhan adalah matriks jaringan dimana elemen
skeletal tertanam dan tulang serta tulang rawan merupakan pengikut
sekunder.
b) Faktor non-herediter
• Subtelny dan Sakuda, dan Tulley telah menekankan pola fungsional lidah yang
abnormal, kebiasaan oral yang merusak (Gambar 3), pola menelan yang
abnormal (Gambar 4) dan masalah bicara, semua hal tersebut berkontribusi, dan
menjadi bagian dari fenomena open-bite. Kerusakan lidah dapat menjadi
penyebab atau akibat dari perilaku menelan yang abnormal.
• Menurut Gershater, lokasi deformitas open bite tergantung di mana kekuatan
yang mendominasi, dan kemampuan gigi dan struktur pendukungnya untuk
melawan perubahan. Misalnya, jika ada yang memiliki pola menelan yang tidak
normal dan kekuatan pendorong yang kuat dari lidah kearah depan,
kemungkinan besar akan ada kecenderungan ke arah open bite anterior. Juga
keparahan openbite anterior sangat dipengaruhi oleh adanya kebiasaan ibu jari
yang merusak, mengisap jari atau bibir, kebiasaan bernapas melalui mulut, dan
otot-otot pada labial yang lemah.
c) Kebiasaan menghisap
Kebiasaan mengisap jempol atau mengisap jari dapat terlihat pada anak hingga
usia empat hingga lima tahun., mengisap jempol terus-menerus hingga
kelompok usia gigi campuran dan permanen dapat menyebabkan open bite
anterior (Thompson dan Popovich, 1970).
III. LAPORAN KASUS
Seorang pasien berusia 6 tahun 8 bulan, dengan gigi bercampur datang dengan maloklusi
kelas II divisi I, overjet 9 mm dan anterior open bite (AOB) 4mm. Lengkung rahang atas
kontriksi, adanya distema pada gigi incisivus rahang atas dan incisivus sentral rahang bawah
dan adanya garis deviasi pada bagian midline ke kiri.
Berdasarkan pemeriksaan radiografi tidak adanya gigi premolar kedua rahang atas
(Gambar 1). Berdasarkan pemeriksaan sefalometri menunjukkan bahwa adanya hubungan
rahang atas dan rahang bawah yang baik (ANB = 2°), gigi incisivus rahang atas mengalami
proklinasi sebesar 1NA = 32°, gigi incisivus rahang bawah tegak dengan besar 1NB = 21°,
garis pertumbuhan vertical lebih besar dibandingkan anteroposterior dengan Y-axis = 61° dan
sepertiga bagian wajah cembung dengan sudut Z-angle = 67° (Tabel 1).

Berdasarkan hasil anamnesis pasien memiliki bad habbit yaitu menghisap ibu jari tangan
kanan dan pasien ingin berhenti menghisap jempolnya.
1) Tujuan dari treatment ini adalah menghilangkan bad habbit pasien yaitu
kebiasaan menghisap ibu jari, menutup anterior open bite (AOB) dan
membiarkan ruang untuk erupsi gigi incisivus permanen rahang atas dengan
menggunakan Palatal Expander tipe Haas (Gambar 2)
2) Alternatife Treatment
Perawatan alternatif interseptif untuk menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari
yaitu dengan RME dengan palatal crib, Palatal Nance Button, Helicoidal Fixed
Palatal Arch, Maxillary removable appliance with crib/ alat ortho lepasan dengan
crib, motivasi psikologi dan sugesti.
3) Treatment Progress / Kemajuan Pengobatan
• Pada fase interseptif, pasien dan orang tua dijelaskan mengenai
pentingnya kerjasama dalam menghilangkan kebiasaan menghisap ibu
jari dan menjelaskan bagaimana cara kerja alat ortho lepasan ini dalam
membantu menghentikan kebiasaan buruk pasien.
• Rencana perawatannya yaitu pasien akan dilakukan pemasangan Palatal
Expander Type Haas yang tujuannya untuk ekspansi pada bagian palatal
dan berfungsi sebagai reminder untuk mengekang/menghentikan
kebiasaan buruk pasien dan menutup anterior open bite. Perawatan ortho
dengan palatal expander type haas difiksasi pada gigi molar pertama
kanan dan kiri rahang atas dan gigi decidui kaninus kanan dan kiri rahang
atas (Gambar 2)(Gambar 4)
4) Hasil Perawatan
Pada 3 minggu pasca pemakaian palatal expander type haas, alat ini berfungsi

sebagai pengekang kebiasaan badhabbit pasien (Gambar 3). Setelah sembilan

bulan pasca pemakaian palatal expander type haas pasien sudah dapat

menghentikan kebiasaan badhabbitnya dan anterior open bitenya sudah dapat

terkoreksi artinya tujuan pemasangan palatal expander type haas pada pasien

dalam menghentikan kebiasaan menghisap jempol dapat dicapai dengan

pembentukan kembali oklusi fungsional (Gambar 5). Namun 18 bulan pasca

pelepasan alat expander, adanya kekambuhan kebiasaan menghisap ibu jari

sehingga terbentuknya anterior open bite kembali (Gambar 6).


IV. KESIMPULAN

Kebiasaan oral dan maloklusi AOB memiliki frekuensi yang tinggi pada anak. Hal ini
menghambat perkembangan normal gigi dan struktur rangka. Karena kebiasaan oral
merupakan faktor risiko untuk gigitan terbuka anterior, kebiasaan merusak yang paling sering
dikaitkan adalah mengisap dot, mengisap ibu jari, dan menjulurkan lidah. Karena korelasi
antara prevalensi gigitan terbuka anterior dan kebiasaan mulut, strategi pencegahan
menggabungkan data psikologis yang berkaitan dengan anak-anak harus diintegrasikan ke
dalam program kesehatan masyarakat nasional.
AOB yang terkait dengan kebiasaan buruk dapat berhasil diobati dengan cara intersepsi
pada tahap awal. Namun, poin terpenting dalam pendekatan terapeutik ini adalah
menghilangkan kebiasaan menghisap. Jika tidak, akan terjadi kekambuhan maloklusi. RPE
adalah prosedur umum dalam mekanika ortodontik dan ditujukan untuk memperluas lengkung
rahang atas; namun, preferensi untuk alat Hyrax telah meningkat setiap tahun. Faktor etiologi
yang paling sering dikaitkan dengan perkembangan AOB adalah pola pernapasan, tetapi faktor
usia dan pertumbuhan juga memainkan peran penting dalam AOB yang multifaktorial, dan ada
variasi yang hampir tak terbatas pada konfigurasi dentoskeletal dan besarnya displasia yang
terkait dengannya.
Alat lepasan atau cekat rahang atas dengan boks adalah alternatif lain yang tidak hanya
mencegah pengisapan jari atau dot tetapi juga menjaga lidah dalam posisi yang lebih retrusi,
mencegah interposisinya antara gigi seri selama menelan dan berbicara. Dengan penghapusan
kebiasaan, ada vertikalisasi gigi seri bawah dan ekstrusi gigi seri rahang atas yang menutup
AOB dan hasil serupa diamati pada kasus klinis ini. Usia ideal untuk ekspansi rahang atas
adalah pada gigi bercampur, mengurangi risiko kerusakan dan mengoptimalkan prosedur.
Seiring bertambahnya usia pasien dalam rangka, risiko kerusakan jaringan pendukung
meningkat terutama pada pasien yang sedang tumbuh.
Hasil yang diusulkan dari ekspansi rahang atas dan menghentikan kebiasaan mengisap
jempol sepenuhnya tercapai dengan pembentukan kembali oklusi secara fungsional. Namun,
setelah pelepasan alat tipe Haas, kebiasaan mengisap ibu jari kambuh dengan segala potensinya
untuk merusak stabilitas yang diinginkan diamati. Oleh karena itu, disarankan agar keinginan
untuk menghentikan kebiasaan tersebut harus mendahului kehadiran semua jenis alat dan jika
setelah koreksi AOB faktor pemicu refleks yang biasa tidak sepenuhnya dihilangkan.
Ada bukti kualitas rendah bahwa peralatan ortodontik (lengkungan palatal dan boks palatal)
dan intervensi psikologis (termasuk penguatan positif dan negatif) efektif dalam meningkatkan
penghentian mengisap pada anak-anak. Ketika kebiasaan itu ditinggalkan lebih awal,
maloklusi biasanya akan kembali tanpa pengobatan. Namun, tidak adanya kebiasaan tersebut
bukan merupakan jaminan untuk mengoreksi maloklusi dan kebutuhan akan peralatan cekat
dan biomekanik kompleks pada gigi permanen.
Lengkungan helikoid tetap bertindak sebagai pengingat dan hambatan mekanis dari
kebiasaan tersebut dan menyebabkan ketidaknyamanan untuk memutuskan kenikmatan dari
penghisapan karena volume helikoid di daerah di mana pulpa ibu jari seharusnya berada .
Selama perawatan, harus jelas bagi pasien, orang tua, atau wali bahwa, untuk berhasil
menghilangkan kebiasaan mengisap jari, tidak cukup menggunakan sumber daya ortodontik
biomekanik; pasien harus mau menghentikan kebiasaan itu.
DAFTAR PUSTAKA

Rohit, K. (2018) ‘Open bite malocclusion: An overview’, Journal of Oral Health and
Craniofacial Science, (January 2017), pp. 011–020. doi: 10.29328/journal.johcs.1001022.
Tanaka, O. et al. (2016) ‘Breaking the thumb sucking habit: When compliance is
essential’, Case Reports in Dentistry, 2016(Figure 1), pp. 1–7. doi: 10.1155/2016/6010615.

Anda mungkin juga menyukai