Anda di halaman 1dari 42

STRATEGI YANG DIGUNAKAN : DIVERGENCE

Hello guys! Saya ingin cerita sedikit tentang strategi yang saya gunakan dalam trading sehari-
hari. Sebagai day trader, saya menggunakan chart M15 dan H1, membuka dan menutup
posisi di hari yang sama. Hanya kadang-kadang saja saya membiarkan posisi terbuka sampai
hari berikutnya.

Saya bukan trader yang mengikuti trend. Orang mengatakan bahwa mengikuti trend adalah
satu-satunya cara untuk menghasilkan laba dalam trading forex. Tapi saya tidak setuju. Jika
trading forex semudah itu, kenapa begitu banyak orang malah rugi? Maka saya mencari tahu
tentang counter-trend trading, yang pada dasarnya adalah kebalikan dari mengikuti trend.
Saya tahu, kedengarannya aneh, tapi saya tidak mau melakukan apa yang sudah dilakukan
90% trader lain. Saya ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Kemudian saya menemukan
DIVERGENCE.

Apa itu divergen? Divergen dalam trading forex adalah perbedaan antara pola-pola indikator
dan harga. Ada dua tipe divergen: bullish dan bearish. Biasanya kita bisa menemukan
divergen bullish saat pasar bergerak dekat level rendah, sedangkan divergen bearish bisa
ditemukan saat pasar bergerak dekat level tinggi.

Tools yang digunakan Saya menggunakan MACD (12,26,1) dan Stochastic (20,3,3) untuk
mendeteksi divergen. Indikator lain seperti RSI dan CCI yang sama-sama bisa mendeteksi
divergen. Pasar bergerak secara simultan dalam berbagai timeframe; sehingga hanya
menggunakan satu timeframe saja tidak cukup, misalnya hanya menggunakan timeframe M5.
Kita juga harus bisa melihat gambaran yang lebih besar, dan inilah perlunya untuk sering
memeriksa timeframe yang lain.

Pengertian Divergen Bullish Divergen Bullish terjadi saat harga membuat level rendah baru
disaat harga sudah rendah, tapi disaat yang bersamaan, indikator menunjukkan posisi support
baru di level yang lebih tinggi. Divergen Bullish bisa dilihat dalam contoh berikut ini:

Sebagaimana ditunjukkan oleh chart diatas, pergerakan harga membentu level rendah baru
saat harga sudah rendah (titik A ke B), tetapi disaat yang bersamaan, indikator membentuk
titik support baru yang posisinya lebih tinggi daripada support sebelumnya (titik 1 dan 2, 3
dan 4). Divergen bullish menunjukkan bahwa harga kemungkinan besar akan bergerak ke
atas.
Pengertian Divergen Bearish Divergen Bearish adalah kebalikan Divergen Bullish. Divergen
Bearish terjadi saat harga membentuk level tinggi baru saat harga sudah tinggi, tetapi disaat
yang bersamaan, indikator menunjukkan posisi resisten baru yang justru lebih rendah. Lihat
contoh dibawah ini:

Anda bisa lihat bahwa pada titik A dan B, harga membentuk level tinggi baru saat harga
sudah tinggi, tetapi indikator-indikator dibawahnya malah bergerak lebih rendah. Divergen
Bearish menunjukkan bahwa harga kemungkinan besar akan bergerak ke bawah.

Bagaimana cara trading dengan Divergen Sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya,
menggunakan satu timeframe saja tidak cukup. Jadi, periksalah timeframe yang lebih besar
untuk meyakinkan bahwa memang telah terjadi divergen. Caranya, pertama-tama Anda harus
menemukan divergen dulu. Katakanlah Anda menemukan Divergen pada chart H1 seperti
dibawah ini:

Chart diatas adalah chart EURUSD H1 saat terjadi Divergen Bullish. Setelah Anda menemukan
divergen itu, bukalah timeframe yang lebih rendah, misalkan chart M15.
Pada chart M15 diatas, nampak Divergen Bullish juga. Ketika kita menemukan dua Divergen Bullish
seperti ini, baik di chart H1 maupun M15, berarti ada sinyal yang kuat. Bukalah posisi pada
simpangan Stochastic (Stochatic Crossover) sebagaimana ditunjukkan oleh titik 1. Tempatkan stop
loss dekat support, dan target profit pada resisten terdekat. Mari kita lihat lagi:

Sebagaimana bisa Anda lihat, target profit tercapai dengan sukses dalam hari yang sama. Mari kita
lihat contoh lainnya dibawah ini:

Pada chart EURUSD H1 diatas ada Divergen Bearish. Sebagaimana yang telah saya jelaskan, setelah
menemukan Divergen pada H1, tengoklah timeframe yang lebih rendah, chart M15.
Jelas sekali pada chart tersebut bahwa ada Divergen Bearish juga di chart M15. Buka posisi
pada Stochastic crossover seperti ditunjukkan oleh titik 1. Tempatkan stop loss dekat resisten
dan target profit dekat garis support.

Target profit tercapai, menang lagi! Itu saja yang perlu Anda ketahui tentang cara trading
dengan divergen. Trading menggunakan divergen itu sangat mudah dan efektif! Keep it
simple and happy trading!
Apa yang Dimaksud Dengan Divergence ?
Divergence dalam forex adalah sebuah istilah atau bisa juga disebut strategi trading yang
menggunakan indikator bertipe oscillator dengan melihat korelasi price action.

Divergence pada umumnya mencari persamaan/ketidaksamaan pergerakan harga dengan


bentuk indikator oscilator. biasanya teknik divergence ini mencari momentum trend yang
melemah atau mungkin pembalikan trend sebagai base entry posisinya.

Trader yang menggunakan teknik Divergence ini biasanya menggunakan indikator Stochastic
Osilator atau MACD untuk melihat dan mencari tanda-tanda perbedaan trend dari pasangan
mata uang dengan nilai stochastic.

Divergence sendiri terbagi menjadi 2, yaitu Regular/Standar Divergence dan Hidden


Divergence.

Regular/Standard Divergences
Sama seperti yang dijelaskan diatas, Divergence dapat mencari titik-titik pembalikan pada
trend bullish dan bearish. Secara rinci Anda bisa memahami kondisi divergence dibawah ini;

Bullish Divergence : Terbentuk pada pasar downtrend. Untuk menemukan titik pembalikan
pada pasar downtrend, Anda bisa membandingkan titik harga terendah dengan indikator
oscilator. Jika pola harga turun dan oscilator naik, maka bisa dipastikan bahwa Divergence
bullish terdeteksi. Secara Teori bisa dikatakan seperti:

Pola Harga = Low – Low dan Bentuk Indikator = High – Low

Jika Anda masih bingung, coba perhatikan contoh gambar Regular Bullish Divergence
dibawah ini
Bearish Divergence : Kebalikan dari Bullish, Bearish Divergence terjadi pada kondisi pasar
uptrend. Untuk mencari titik bearish divergence, Anda bisa membandingkan titik harga
tertinggi dengan indikator. Jika pola harga naik, dan indikator turun, maka kita bisa
mengambil kesimpulan adanya sinyal bearish divergence. Akan ada resiko bahwa trend akan
reversal. Secara teori, bearish deivergence bisa dikatakan seperti:

Pola Harga = High – High dan Bentuk Indikator = Low – High

Coba perhatikan contoh gambar Regular Bearish Divergence dibawah ini

Hidden divergence
Hidden Divergence ini sama seperti standar divergence, namun lebih mengarah kepada sinyal
akan kelanjutan sebuah trend bullish atau bearish.

Bullish Divergence : Terbentuk pada kondisi pasar uptrend. Untuk menemukan kelanjutan
uptrend, Anda hanya tinggal mencari titik harga terendah dengan bentuk indikator. Jika harga
naik dan indikator turun, maka bisa dinyatakan sebagai bullish divergence. Secara Teori
dikatakan seperti ini

Pola Harga = High – Low dan Bentuk Indikator = Low – Low


Perhatikan contoh gambar Hidden Bullish Divergence dibawah ini

Bearish Divergence : Terbentuk dalam kondisi pasar downtrend. Mencari kelanjutan bearish
menggunakan hidden divergence hanya perlu membandingkan titik harga tertinggi dengan
indikator. Jika harga turun dan indikator naik, bisa dikonfirmasikan bahwa akan ada
kelanjutan kondisi bearish.

Pola Harga = Low – High dan Bentuk Indikator = High – High

Perhatikan contoh gambar Hidden Bearish Divergence dibawah ini


Lalu apa selanjutnya ?
Divergence merupakan sebuah teknik trading forex yang sangat ampuh. Salah satu trader
kami menggunakan teknik divergence dan memiliki portofolio yang hijau. Anda pun bisa
menggunakan teknik divergence sebagai sistem trading andalan. Setelah Anda sudah
mengetahui teori-teori tentang divergence yang diuraikan diatas, sekarang tugas Anda
hanyalah mencari settingan indikator Oscilator yang cocok dan sangat pas.

Seperti kebanyakan trader diluar sana, mereka yang menggunakan teknik divergence enggan
membagikan settingan indikator oscilator mereka.  Tentu saja settingan indikator oscilator
berbeda-beda dalam setiap time framenya. Jika Anda baru mengenal teknik divergence,
fokuslah untuk mencari settingan oscilator pada satu time frame saja, misal H1 atau H4.
Daftar Materi
 1. Tentang MACD
 2. Menemukan Divergence

Dari namanya mungkin Anda sudah bisa menebak bahwa dasar yang digunakan oleh
indikator MACD adalah Moving Average.

Dalam pembahasan kali ini, kita tidak akan membahas dasar teori dan perhitungan dari
indikator MACD ini. Tetapi kita akan membahas tentang bagaimana cara membaca MACD
untuk menemukan peluang yang terdapat di pasar finansial dunia.

Gunakan akun demo untuk membantu dan memudahkan Anda dalam


memahami indikator MACD.

OPEN FREE DEMO

1. Tentang MACD

MACD
MACD standar yang merupakan bawaan dari platform Metatrader memiliki komponen-
komponen sebagai berikut:

1. Zero Line
2. Histogram, yang berupa garis-garis vertikal
3. MACD Signal Line, yang biasanya ditampilkan sebagai garis merah putus-putus.

Histogram merupakan indikator apakah tren yang terjadi cukup kuat atau tidak. Jika
histogram semakin panjang, itu artinya momentum bertambah besar (tren turun bertambah
kuat).

Tetapi jika histogram semakin pendek, itu merupakan indikasi bahwa momentumnya
semakin berkurang. Hal ini biasanya akan diikuti oleh koreksi.

MACD juga bisa dimanfaatkan untuk mencari entry signal. Caranya adalah dengan
memperhatikan histogram dan MACD signal line. Ketika MACD signal line “melepaskan
diri” dari histogram, itulah yang menjadi sinyalnya.

Sinyal buy adalah ketika MACD signal line lepas dari histogram di bawah zero line,
sedangkan sinyal sell adalah ketika MACD signal line lepas dari histogram di atas zero line.

MACD Signal

MACD ini memiliki kelemahan. Pengaturan standar dari MACD seringkali memunculkan
fake signal. Untuk itu Anda harus lebih berhati-hati menggunakan MACD ini dan disarankan
untuk dipakai di time frame yang agak panjang, misalnya grafik 4 jam-an atau grafik harian.
2. Menemukan Divergence
Bagaimana cara menemukan divergence dengan menggunakan MACD?

Pada dasarnya, caranya sama dengan mengenali divergence pada indikator lain seperti
stochastic, CCI, atau RSI. Pada MACD, yang Anda perhatikan adalah puncak-puncak dan
lembah-lembah histogram.

Bullish divergence adalah ketika lembah grafik makin rendah namun lembah histogram
makin tinggi. Pada saat tersebut histogram berada di bawah zero level. Konfirmasi dari
bullish divergence adalah ketika histogram naik ke atas zero level.

Gambar di bawah ini adalah salah satu contoh kejadian bullish divergence pada MACD.

MACD bullish divergence

Bearish divergence adalah ketika puncak grafik makin tinggi namun puncak histogram makin
rendah. Pada saat tersebut histogram berada di atas zero level. Konfirmasi dari bearish
divergence adalah ketika histogram turun ke bawah zero level.

Di bawah ini adalah contoh bearish divergence yang terlihat pada MACD.
MACD bearish divergence
Daftar Materi
 1. Bounce Trading
 2. Breakout Trading

Sebelum kita lanjutkan, ingatlah bahwa pada dasarnya trendline dan channel juga adalah
support dan resistance.

Pada saat downtrend, trendline berfungsi sebagai resistance. Sebaliknya, pada saat uptrend,
trendline berfungsi sebagai support.

Pada dasarnya ada dua strategi yang bisa Anda terapkan berdasarkan support dan resistance.
Yang pertama disebut bounce trading, yang kedua disebut breakout trading.

Gunakan akun demo untuk membantu dan memudahkan Anda dalam


memahami trendline.

OPEN FREE DEMO

1. Bounce Trading
Metode trading ini memanfaatkan pantulan harga ketika harga sudah mencapai support atau
resistance, dan memantul dari sana. Ilustrasi di bawah ini akan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan bounce trading ini.
bounce trading

Intinya Anda menunggu ada pantulan dari area support atau resistance untuk melakukan
trading. Tetapi, mengapa tidak melakukan sell tepat pada resistance atau buy tepat pada
support?

Karena Anda memerlukan semacam konfirmasi bahwa support atau resistance tersebut belum
tembus. Bisa jadi pergerakan harga naik atau turun begitu tajam dan cepat hingga langsung
menembus support atau resistance.

Nah, pantulan inilah yang menjadi semacam pertanda bahwa level support atau resistance itu
masih kuat. Di level pembahasan yang lebih lanjut, Anda juga akan mempelajari konfirmasi
seperti apa yang bisa Anda kenali.

2. Breakout Trading
Dalam dunia trading, support dan resistance tidak akan selamanya bertahan. Pada suatu saat
level-level tersebut pasti akan tembus. Pada saat seperti itu Anda masih bisa mencoba
mencari peluang dengan strategi yang dinamakan breakout trading yang seratus persen
berbeda dengan bounce trading.

Jika pada bounce trading Anda menunggu pantulan untuk buy atau sell, pada strategi
breakout Anda malah memanfaatkan tembusnya support dan resistance dengan asumsi bahwa
tembusnya support atau resistance cenderung diikuti oleh rally.

Ilustrasi di bawah ini menggambarkan strategi breakout trading dengan memanfaatkan


tembusnya support atau resistance.

breakout trading

Strategi yang digambarkan di atas merupakan strategi agresif, di mana transaksi langsung
dilakukan setelah mendapatkan konfirmasi tembusnya level support atau resistance.
Yap, lagi-lagi konfirmasi dibutuhkan untuk melakukan aksi.

Suatu support atau resistance dianggap tembus jika memenuhi paling tidak salah satu dari dua
hal berikut ini.

Pertama, jika Anda menggunakan candlestick chart, maka body dari candlestick tersebut
harus memotong/menembus garis support atau resistance.

valid & false break

Kedua, pada saat terjadi breakout, terjadi peningkatan volume. Semakin signifikan
peningkatannya, maka breakout dianggap semakin valid.

Mengenai volume ini, akan kita di kesempatan lain.

Nah, itu tadi adalah strategi breakout trading yang agresif. Tapi ada trader yang memilih
untuk menunggu konfirmasi selanjutnya.

Golongan trader yang tidak agresif ini menerapkan strategi breakout yang agak konservatif.
Supaya lebih gampang, kita sebut saja strategi breakout konservatif.

Lalu, bagaimana strategi konservatif ini bekerja?

Strategi breakout konservatif ini sebenarnya memadukan strategi breakout dan bounce
trading.

Begini ceritanya…

Ketika breakout sudah terkonfirmasi, Anda tidak langsung mengambil posisi buy atau sell
seperti strategi breakout agresif, melainkan Anda menunggu terjadi pullback kembali ke
area support atau resistance.

Setelah terjadi pullback, Anda menunggu lagi terjadi pantulan dari level support atau
resistance tersebut. Barulah kemudian Anda melakukan transaksi buy atau sell.

Supaya Anda bisa lebih mudah dalam memahami pemaparan di atas, kami sudah menyiapkan
ilustrasi untuk menggambarkan strategi ini.
conservative breakout trading

Baik strategi breakout agresif maupun konservatif memiliki keunggulan dan kelemahan
tersendiri.

Jika Anda menggunakan strategi breakout yang agresif, keuntungan yang Anda peroleh
adalah Anda bisa segera entry dan tidak akan ketinggalan momen.

Tapi tentu saja strategi ini memiliki kelemahan. Misalnya Anda telah melakukan sell segera
ketika support tembus, namun ternyata harga naik lagi dan kembali berada di atas support
tadi.

Nah, strategi konservatif memiliki keunggulan dalam hal itu.

Dengan menggunakan strategi ini, kemungkinan Anda untuk terjebak adalah lebih kecil
karena Anda menunggu pullback dulu dan mencari konfirmasi pantulan.

Namun perlu diketahui juga bahwa pullback tidak selalu terjadi setelah terjadi breakout.

Disini lah kelemahan strategi konservatif, yaitu Anda akan berpotensi kehilangan kesempatan
untuk entry karena harganya sudah telanjur lari.

Setiap trader punya gaya yang berbeda-beda. Anda bisa memutuskan apakah Anda akan
menjadi si Agresif atau sang Konservatif.

Bagi Anda yang penyabar, strategi konservatif mungkin cocok untuk Anda terapkan. Namun
jika Anda adalah pribadi yang gesit dan menyukai tantangan, mungkin lebih cocok
menggunakan strategi agresif.

Tim edukasi FOREXimf dapat membantu memilih strategi yang sesuai dengan kepribadian
Anda, terutama jika Anda bergabung dengan QuickPro.

TRADE NOW
Daftar Materi
 1. Hikayat Fibonacci
 2. Penerapan Fibonacci dalam Trading
 2.1. Strategi Buy Menggunakan Fibonacci
 2.2. Strategi Sell Menggunakan Fibonacci

Rasio Fibonacci cukup populer di dunia trading. Angka-angka yang dihasilkan dari
perhitungan rasio ini bisa membantu Anda dalam menentukan level entry dan exit..OPEN
FREE DEMO

1. Hikayat Fibonacci

Fibonacci

Rasio ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli matematika abad pertengahan yang
berasal dari kota Pisa – Italia bernama Leonardo Fibonacci.

Ia memperkenalkan deret angka 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, … dst., yang rasionya
terdapat dalam proporsi bentuk-bentuk di alam.

Kemudian, dari deret tersebut ditemukan rasio yang paling sering ditemui di setiap bentuk
benda yang ada di alam ini, yaitu kira-kira rasio 1:1.618 atau 0.618:1 yang lebih dikenal
dengan istilah Golden Ratio.

2. Penerapan Fibonacci dalam Trading


Berdasarkan rasio yang telah disebutkan sebelumnya, banyak trader yang kemudian
menggunakan rasio Fibonacci ini sebagai alat ukur untuk mendapatkan area-area yang bisa
dijadikan sebagai acuan untuk mengambil posisi yang “berpotensi menghasilkan
keuntungan”.

Anda tidak perlu menjadi seorang ahli matematika untuk dapat menghitung rasio Fibonacci
ini disetiap transaksi trading yang akan Anda lakukan karena platform trading FOREXimf
telah menyediakan tools yang akan memudahkan Anda untuk mengaplikasikan rasio
Fibonacci ini dengan instan, tanpa rumus!

Nama tool tersebut adalah Fibonacci Retracement. Dengan menggunakan tool ini, Anda
bisa menentukan kisaran area yang potensial sebagai support dan resistance dengan begitu
mudahnya.
Selain itu, Fibonacci Retracement juga bisa dimanfaatkan dengan baik di saat pasar sedang
dalam keadaan trending, baik itu saat uptrend maupun downtrend. Namun alat bantu ini
menjadi kurang efektif jika diterapkan ketika pasar sedang dalam kondisi sideways.

Konsep dasar penggunaan Fibonacci retracement adalah mencari peluang buy ketika harga
berada di kisaran support. Sebaliknya, Anda bisa mencari peluang sell ketika harga berada di
kisaran resistance yang diperoleh dari Fibonacci retracement.

Untuk bisa menemukan level-level retracement, Anda harus terlabih dahulu menemukan
titik-titik tertinggi dan terendah yang signifikan. Titik-titik tersebut kita sebut sebagai swing
high dan swing low.

Pada pergerakan pasar di saat uptrend, yang perlu Anda lakukan adalah menarik Fibonacci
retracement dari swing low ke swing high – seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini.

Fibonacci Swing Up

Sebaliknya, pada pergerakan harga di saat downtrend, yang perlu Anda lakukan adalah
menarik Fibonacci retracement dari swing high ke swing low – seperti yang terlihat dalam
gambar dibawah ini.

Fibonacci Swing Down

Terlihat dalam kedua gambar di atas bahwa level-level Fibonacci yang digunakan dalam
trading adalah level:
 0.0%
 23.6%
 38.2%
 50.0%
 61.8%
 76.4%
 100.0%.

Level-level inilah yang dijadikan sebagai area acuan atau referensi oleh para trader dalam
menentukan area support dan resistance.

Dengan menggunakan Fibonacci retracement ini, Anda juga dapat mengambil beberapa level
yang bisa dijadikan sebagai area referensi untuk menentukan entry level.

Level-level yang populer adalah 38.2%, 50.0% dan 61.8%. Di kisaran level-level tersebut
seringkali muncul sinyal buy atau sell dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi.

Fibonacci area referensi

Level-level Fibonacci retracement sebenarnya adalah level-level support dan resistance. Jadi,
area referensi untuk mencari sinyal sell sebenarnya adalah area resistance. Dengan demikian,
area referensi untuk mencari sinyal buy sebenarnya adalah area support.

Strateginya mirip dengan bounce trading. Anda menunggu pullback hingga ke area referensi
dan mencari apakah ada konfirmasi sinyal buy atau sell.

Namun karena Anda belum mempelajari sinyal buy maupun sell, untuk sementara Anda
menggunakan Fibonacci retracement saja dulu. Ketika pergerakan harga tertahan di area
referensi tersebut, maka Anda bisa mencoba untuk melakukan sell atau buy.

Sekarang, mari kita lihat aplikasinya pada grafik pergerakan harga.

2.1. Strategi Buy Menggunakan Fibonacci


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Anda bisa memanfaatkan area referensi Fibonacci
untuk mencari level buy. Tentu saja hal ini Anda lakukan pada saat up trend.

Dibawah ini ada contoh grafik berdasarkan pergerakan GBP/USD pada sekitar tanggal 3
November 2011 hingga 8 November 2011.
Disini, Anda akan mempelajari praktik strategi buy dengan menggunakan area referensi
berdasarkan Fibonacci retracement.

Practice 1 – Fibonacci Sell GBP/USD

Dalam contoh di atas, Anda telah menggambar Fibonacci retracement dengan acuan swing
low di 1.59445 (100.0%) dan swing high di 1.60630 (0.0%). Area yang berwarna kuning itu
adalah area referensi Anda.

Di area referensi tersebut, Anda akan mencoba mencari konfirmasi pantulan yang merupakan
sinyal buy bagi Anda. Didalam area referensi itu ada tiga level retracement, yaitu

 1.60177 (38.2%)
 1.60038 (50.0%)
 1.59898 (61.8%).

Ketiga level tersebut merupakan support. Anda menunggu sampai harga masuk ke area
referensi itu. Level terbaik untuk Buy adalah di sekitar 61.8%, namun ada kalanya Anda juga
mendapatkan konfirmasi pantulan di sekitar 50.0%.
Practice 2 – Fibonacci Buy GBP/USD

Seperti yang Anda lihat, disini harga berkali-kali mencoba menembus level 1.59898 (61.8%).
Terlihat dari level tersebut yang di uji hingga empat kali, namun candlestick selalu ditutup di
atas 1.59898.

Ini merupakan pertanda bahwa support itu kuat, dan inilah saatnya Anda melakukan buy di
sekitar 1.60038. Targetnya adalah level 1.60630 (0.0%), sementara antisipasinya berada di
exit point (1) atau exit point (2).

Jadi, jika ternyata harganya malah turun, Anda akan lepas posisi buy Anda di salah satu dari
kedua level tersebut.

Mengapa harus ada exit point?

Untuk antisipasi jika ternyata pasar berkehendak lain, yang berlawanan dengan perkiraan
Anda. Selalu ingat bahwa,

“… tidak ada analisa teknikal yang 100% benar. Analisa teknikal hanya membantu
Anda untuk mendekati kebenaran.”

Lho, lalu bagaimana saya bisa berhasil dalam trading?

Mungkin itu yang Anda pikirkan. Tetapi tenang saja, karena nanti di tingkat mahir, Anda
akan mempelajari manajemen modal dan risiko, yang kalau dipadukan dengan pengetahuan
analisis teknikal yang baik akan menjadi senjata yang ampuh dalam trading.

Mengapa ada dua exit point?


Karena seringkali tembusnya level 76.4% merupakan indikasi awal bahwa arah tren akan
berubah, sehingga banyak trader yang memilih untuk bermain aman dengan melepas posisi
mereka setelah level tersebut tembus (break).

Namun konfirmasi perubahan arah tren (reversal) sebenarnya adalah level 100.0%, sehingga
para trader yang lebih berani memilih tembusnya level tersebut sebagai exit point mereka.

Jadi ini lebih kepada gaya trading, dan mungkin juga kekuatan modal.

Oke kita lihat sekarang apa yang terjadi pada GBP/USD setelah Anda melakukan buy.

 Practice 3 – Fibonacci Buy GBP/USD

Ternyata GBP/USD naik dan target Anda tercapai!

2.2. Strategi Sell Menggunakan Fibonacci


Strategi ini sebenarnya merupakan kebalikan dari strategi buy. Kalau strategi buy dilakukan
pada saat uptrend, maka strategi sell ini dilaksakanan pada saat downtrend.

Di bawah ini adalah grafik pergerakan EUR/USD.


Practice 1 – Fibonacci Sell EUR/USD

Pada saat ini Anda menunggu terjadi pullback ke area referensi sell yang berada di kisaran
antara 1.37461 (38.2%) hingga 1.38995 (61.8%). Lalu ditengah-tengah ada level 50.0% yang
berada di level 1.38228.

Ingat ya, ketiga level diatas adalah level resistance, dan area referensi Anda itu sebenarnya
adalah area resistance.
Practice 2 – Fibonacci Sell EUR/USD

Nah, sekarang pullback telah terjadi dan Anda bisa melihat bahwa harga telah berada di
dalam area referensi.

Perhatikan bahwa harga tidak mampu menembus ke atas level 1.38995 (61.8%), bahkan
malah turun dan tembus ke bawah 1.38228 (50.0%).

Inilah sinyal bahwa Anda boleh melakukan sell dengan target di level 1.34980 (0.0%).

Jangan lupa, antisipasinya adalah di exit point (1) atau (2), seandainya ternyata perkiraan
Anda salah.

Sekarang, mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya…

Practice 3 – Fibonacci Sell EUR/USD

Yap, hari yang indah…

Dalam menerapkan Fibonacci retracement ini, kebanyakan trader melakukan kesalahan


dalam menentukan swing high dan swing low.

Maka dari itu, diperlukan pengamatan yang jeli dan latihan untuk mengasah ketajaman Anda
mengenali swing high dan swing low.

Juga, kesabaran untuk menanti konfirmasi di area referensi mutlak diperlukan untuk bisa
mempraktekkan teori ini dengan baik.
Daftar Materi
 1. Tentang Moving Average (MA)
 2. Simple Moving Average (SMA)
 3. Exponential Moving Average (EMA)
 4. SMA atau EMA
 5. Double MA Crossover

Moving average (selanjutnya akan kita sebut sebagai MA) merupakan salah satu indikator
tren yang cukup populer digunakan oleh para trader.OPEN FREE DEMO

1. Tentang Moving Average


Indikator ini “memperhalus” pergerakan harga dalam rentang waktu tertentu, sehingga Anda
dipermudah untuk mengenali tren atau arah pergerakan harga secara umum. Mari kita lihat
gambar berikut ini.

Grafik 1 jam-an AUD/USD

Garis berwarna merah yang terlihat grafik tersebut adalah salah satu contoh indikator moving
average yang memiliki periode 50 (MA 50). Artinya, indikator tersebut mengambil data
harga dari 50 candlestick terakhir, lalu menggambarkannya sebagai garis yang Anda lihat itu.

Standar harga yang digunakan biasanya adalah harga penutupan (close), namun ada beberapa
metode yang menggunakan harga open, high, atau low.

Namun kita tidak akan membahas hal tersebut kali ini. Kembali ke gambar di atas, Anda bisa
melihat bahwa MA bisa memperlihatkan kepada Anda tren yang sedang berlangsung.
Jika harga pada umumnya berada di bawah MA, maka tren saat itu adalah downtrend.
Sebaliknya, jika harga secara umum bergerak di atas MA, maka tren saat itu adalah uptrend.

Dari contoh diatas terlihat bahwa trend untuk AUD/USD pada grafik 1 jam-an (hourly)
adalah turun (downtrend). Semakin curam kemiringan MA tersebut, maka itu artinya tren
yang terjadi semakin kuat. Dengan demikian, Anda bisa lebih mudah memperkirakan potensi
arah pergerakan selanjutnya.

MA juga bisa berfungsi sebagai support dan resistance. Istilahnya adalah support dan
resistance dinamis (dynamic support and resistance). Dinamakan demikian karena ia
bergerak sesuai dengan pergerakan harga. Pada saat uptrend, MA berfungsi sebagai support.
Sebaliknya pada saat downtrend, MA berfungsi sebagai resistance.

Dalam pembelajaran mengenai MA ini, Anda hanya akan mempelajari dua jenis MA yang
populer saja, yaitu:

1. Simple Moving Average (SMA)


2. Exponential Moving Average ( EMA)

Anda akan mempelajari dasar-dasarnya dulu, baru nanti Anda akan pelajari strateginya.

2. Simple Moving Average (SMA)


Simple Moving Average (SMA) ini merupakan MA yang paling sederhana seperti namanya,
simple. Tapi jangan remehkan kemampuan SMA yang sederhana ini, karena dengan
penggunaan yang tepat ia pun bisa menuntun Anda untuk mengenali pergerakan harga.

Jika Anda menggunakan SMA 50 di grafik 1 jam-an, maka SMA 50 yang Anda lihat adalah
hasil dari penjumlahan 50 harga penutupan terakhir, lalu hasil penjumlahan itu dibagi lagi
dengan 50.

Dari perhitungan itulah Anda bisa memperoleh nilai rata-rata dari harga penutupan dalam 50
jam terakhir.

Sudah dapat gambarannya kan?

Seperti yang pernah disampaikan, pada prakteknya Anda tidak perlu susah-susah lagi
menghitung SMA ini, platform trading yang Anda gunakan sudah menyediakan alatnya.

Lho, lalu mengapa repot-repot mempelajari perhitungannya?

Tujuannya hanya agar Anda memiliki gambaan mengenai apa sebenarnya SMA ini. Juga agar
Anda memiliki dasar jika nanti Anda ingin memodifikasi SMA ini sesuai dengan strategi
Anda nantinya.

Seperti yang telah disampaikan di awal tadi, MA memperhalus pergerakan harga. Semakin
besar periode yang digunakan maka semakin “halus” pula MA yang dihasilkan. Semakin
halus MA yang dihasilkan maka akan semakin lambat ia bereaksi terhadap pergerakan harga.
Mari kita lihat perbandingan antara SMA 20 dengan SMA 50 berikut ini.

MA Sample

Seperti yang bisa Anda lihat, SMA 20 yang berwarna biru memiliki liukan-liukan yang lebih
agresif dibandingkan dengan SMA 50 yang berwarna merah.

Hal ini menunjukkan bahwa SMA 20 memiliki periode lebih pendek dan lebih cepat bereaksi
terhadap pergerakan harga. Sedangkan untuk SMA 50, ia cenderung lebih lambat bereaksi
terhadap pergerakan harga daripada SMA 20.

Dengan mengamati kedua SMA diatas, Anda bisa melihat bahwa pasar tengah dalam keadaan
trending. Kedua SMA yang Anda lihat pada grafik di atas menggambarkan arah tren secara
umum, yaitu downtrend.

Pada topik yang lebih lanjut Anda akan mempelajari strategi penggunaan SMA ini,
kelemahannya serta cara mengantisipasi kelemahan SMA tersebut.

3. Exponential Moving Average (EMA)


Perhitungan EMA tidaklah sesederhana SMA. EMA memberikan bobot yang lebih dalam
perhitungan harga rata-rata dalam rentang waktu tertentu. Efeknya adalah EMA cenderung
lebih sensitif terhadap pergerakan harga, sehingga EMA bergerak sedikit lebih agresif
daripada SMA.
SMA 50 dan EMA 50

Gambar di atas memperlihatkan SMA dan EMA yang diplot pada grafik yang sama. Periode
yang digunakan juga sama-sama 50 namun metode perhitungannya berbeda. MA yang
berwarna biru adalah EMA, sedangkan MA yang berwarna merah adalah SMA.

Anda bisa melihat bahwa EMA 50 selalu lebih dekat kepada SMA 50. Ini artinya EMA lebih
merepresentasikan pergerakan harga (price action) daripada SMA. Dengan kata lain, EMA
lebih menggambarkan apa yang terjadi di pasar saat ini.

4. Simple Moving Average atau Exponential Moving


Average?
Mungkin Anda bertanya-tanya, “Jadi yang mana yang harus saya pakai? SMA atau EMA?”

Hehe… jangan bingung ya. EMA maupun SMA memiliki kekurangan dan kelebihan
tersendiri. Mari kita bahas satu per satu.

Kalau Anda adalah trader yang agresif dan ingin menggunakan MA yang bereaksi cepat
terhadap pergerakan harga, maka EMA merupakan pilihan yang tepat. EMA bisa membantu
Anda menangkap peluang lebih cepat dibandingkan SMA.

Dengan demikian profit yang bisa Anda dapatkan tentunya akan lebih besar pula. Namun
kekurangannya adalah Anda bisa saja terjebak oleh fake signal (sinyal palsu) yang diberikan
oleh EMA.

Nah, SMA sendiri adalah kebalikan dari EMA. SMA bereaksi lebih lamban pada pergerakan
harga daripada EMA. Dengan demikian, peluang yang diberikan pun akan lebih lambat
muncul.

Artinya, profit yang dihasilkan pun akan lebih kecil. Namun kemungkinan terjebak oleh fake
signal lebih kecil.
Jadi pilih yang mana?

Itu semua kembali ke diri Anda sendiri. Apalagi jika Anda sudah tahu kekurangan dan
kelebihan masing-masing MA. Sedikit saran, pilih lah MA yang sesuai dengan karakter
Anda.

Ingat selalu kalimat ini,

“… jika harga secara umum bergerak diatas MA, maka trend yang sedang berlangsung
adalah Uptrend. Sebaliknya jika harga secara umum bergerak dibawah MA, maka
trend yang tengah berlangsung adalah Downtrend.”

Mudah kan?

Itulah prinsip dasar penggunaan MA.

Dengan demikian, berhati-hatilah jika harga bergerak menembus MA (terjadi breakout),


karena hal tersebut merupakan indikasi awal (bukan kepastian) bahwa tren akan berubah
arah.

Ingat juga bahwa pada saat uptrend, strategi yang terbaik adalah Buy. Sebaliknya pada saat
downtrend, strategi yang terbaik adalah Sell.

Pada saat uptrend, MA bisa Anda pergunakan sebagai area referensi untuk buy. Sebaliknya,
pada saat downtrend, MA bisa Anda pergunakan sebagai area referensi untuk melakukan sell.

Strategi yang biasanya diterapkan adalah bounce trading.

Mari kita cermati gambar berikut ini:


MA Buy Strategy

Dalam gambar di atas terlihat indikator SMA 50 yang diplot pada grafik 1 jam-an. Terlihat
bahwa harga terkoreksi dan mendekati SMA 50 dan memantul. Dengan demikian Anda
memperoleh konfirmasi bahwa terjadi pantulan.

Level stop loss yang terlihat di gambar adalah exit point berdasarkan support yang terdekat.
Level target yang diambil adalah resistance yang terdekat.

Perlu diingat bahwa jika Anda akan melakukan buy menggunakan MA, maka pastikan bahwa
garis MA sedang menanjak (naik).

Kita lihat apa yang terjadi kemudian.


MA Buy Strategi – Result

Ternyata bounce yang terjadi valid dan target Anda tercapai. Pada strategi sell, yang
dilakukan sebenarnya hanya kebalikan dari strategi buy. Ketika harga mengalami pullback ke
area MA, yang Anda lakukan adalah menunggu konfirmasi bounce untuk melakukan sell.

Perhatikan gambar di bawah ini.


MA Sell Strategy

Contoh di atas juga mempergunakan SMA 50. Yang pertama kali harus Anda perhatikan
adalah apakah garis SMA tersebut sedang turun. Ketika harga mengalami pullback ke area
SMA, pastikan bahwa kemiringannya SMA tetap ke bawah (turun).

Dalam gambar diatas, kita melihat bahwa harga persis menyentuh garis SMA. Memang ada
false break, namun segera harga bergerak turun dan bergerak di bawah SMA.

Keadaan ini menggambarkan bahwa tekanan bearish lebih besar daripada bullish. Pada saat
ini Anda boleh langsung mengambil posisi sell dengan target di support terdekat dan stop loss
di resistance terdekat.

Apa yang terjadi selanjutnya?

MA Sell Strategy – Result

Ya… ya… memang sederhana. Tapi ingat, tidak selamanya skenario yang terjadi bisa seperti
ini. Terkadang bounce yang terjadi gagal dan harga malah berbalik dan menembus MA
dengan sadisnya.

Itulah sebabnya Anda perlu menempatkan stop loss. Nantinya, dengan strategi ditambah
manajemen resiko yang baik (yang akan Anda pelajari nanti pada level yang lebih tinggi),
strategi yang sederhana pun bisa menghasilkan profit yang konsisten.

Nah, ada pengembangan dari penggunaan MA sebagai entry point. Salah satu pengembangan
yang populer adalah mengkombinasikan dua buah MA di dalam satu grafik. Kombinasi yang
cukup populer adalah kombinasi SMA 20 dan SMA 50. Strategi ini kita sebut sebagai
Double MA.

Double MA Strategy

Idenya adalah memanfaatkan celah yang merupakan area di antara dua MA. Apakah nanti
Anda akan menggunakan SMA ataupun SMA?

Sama saja. Hanya saja dalam contoh ini kami menggunakan SMA.

Dari gambar diatas Anda bisa melihat bahwa sell dilakukan ketika harga masuk ke dalam
area yang dimaksud. Kalau Anda akan melakukan transaksi dengan strategi double MA maka
minimal dua kondisi berikut harus terpenuhi:

1. Kedua MA harus memiliki arah kemiringan yang sama. Jika akan buy, maka kemiringan
kedua MA harus ke atas (naik). Sebaliknya, jika akan sell, maka kemiringan kedua MA harus
ke bawah (turun).
2. Harga sudah berada di dalam celah yang merupakan area di antara dua MA.

Contoh di bawah ini adalah menggunakan strategi double MA untuk melakukan Buy.
Double MA Buy Strategy

Oke, Anda sudah tahu bahwa celah MA tersebut bisa Anda manfaatkan untuk entry.
Pertanyaannya kemudian adalah, “Kapan persisnya kita bisa buy atau sell?”

Untuk sementara, Anda gunakan saja dulu area tersebut. Jadi ketika harga masuk dan
candlestick ditutup di area tersebut, maka pada saat itulah Anda melakukan transaksi.

Nantinya, akan ada alat bantu tambahan yang bisa membantu Anda untuk menentukan timing
kapan harus melakukan aksi, di mana hal ini akan Anda pelajari di tingkat yang lebih lanjut
lagi.

5. Double Moving Average Crossover


Perpotongan antara dua MA bisa Anda jadikan sinyal atau indikasi awal bahwa tren akan
berubah arah. Hal tersebut juga bisa Anda pergunakan sebagai sinyal untuk entry.
Double MA Crossover Sell

Gambar di atas memperlihatkan SMA yang diplot di grafik 1 jam-an untuk currency pair
GBP/USD. Pergerakan dari tanggal 27 Mei 2011 hingga lebih kurang 31 Mei 2011 adalah
naik.

Sekitar tanggal 1 Juni 2011, terjadi crossover (perpotongan) antara SMA 20 dan SMA 50.
Setelah terjadi pullback sedikit, terlihat GBP/USD meluncur turun mulai tanggal 1 Juni 2011
hingga 2 Juni 2011.

Jika Anda melakukan sell ketika kedua SMA itu berpotongan, maka pada tanggal 2 Juni
Anda sudah memperoleh setidaknya 100 pips. Yummy!

Kalau buy bagaimana?

Sederhana saja, perpotongan dari bawah ke atas merupakan sinyalnya.


Double MA Crossover Buy

Perpotongan dua MA tersebut juga bisa Anda manfaatkan sebagai exit point jika Anda
seandainya telah melakukan Buy berdasarkan strategi double MA sebelumnya.

Jadi, selain sebagai entry point, perpotongan dua MA juga bisa digunakan sebagai exit point.
Daftar Materi
 1. Penggunaan Bollinger Bands
 2. Penerapan Strategi Bounce Trading
 3. Penerapan Strategi Breakout Trading

Bollinger Bands (selanjutnya akan kita sebut sebagai BB) merupakan salah satu indikator
yang juga populer kalangan para trader dan banyak digunakan dalam berbagai strategi
trading.

Indikator ini dinamakan sesuai dengan nama penciptanya, yaitu John Bollinger.

Gunakan akun demo untuk membantu dan memudahkan Anda dalam


memahami Bollinger Bands.OPEN FREE DEMO

1. Penggunaan Bollinger Bands


Bollinger Bands bisa membantu Anda untuk mengukur volatilitas pasar dan memperkirakan
range (rentang) pergerakan harga. Indikator ini terdiri atas tiga garis yang bergerak mengikuti
pergerakan harga.

Ketiga garis yang dimaksud adalah upper band, middle band dan lower band.

Bollinger Bands

Middle band sendiri sebenarnya adalah moving average yang merupakan dasar bagi
perhitungan upper band dan lower band. Biasanya yang digunakan adalah simple moving
average.
Jarak antara upper band dan lower band juga middle band dipengaruhi oleh volatilitas yang
terjadi. Semakin besar volatilitas maka jarak antar band akan semakin lebar dan sebaliknya.

Dengan demikian, Bollinger Bands (BB) membantu Anda untuk mengenali apakah pasar
sedang ramai atau justru sedang sepi. Ketika BB melebar, artinya pasar sedang ramai. Namun
ketika BB menyempit dan cenderung bergerak datar, artinya pasar sedang sepi.

Anda tidak perlu mempelajari perhitungan BB yang melibatkan perhitungan matematika


tingkat tinggi. Anda cukup mempelajari penggunaan BB secara praktis sehingga bisa Anda
manfaatkan untuk membaca peluang dari pergerakan harga.

2. Penerapan Strategi Bounce Trading


Strategi bounce trading bisa diterapkan pada Bollinger Bands dengan memanfaatkan upper
band dan lower band sebagai resistance dan support dinamis.

Dalam hal ini, upper band sebagai resistance dinamis dan lower band sebagai support
dinamis. Middle band juga nanti akan Anda libatkan, terutama sebagai target.

Harga cenderung memantul kembali ke middle band setelah mencapai upper band atau lower
band. Gejala inilah yang Anda gunakan untuk mencari entry point.

Strateginya, Anda mencari level buy di area lower band atau mencari level sell di area upper
band. Targetnya tentu saja adalah area middle band.
Bollinger Bands Bounce Sideway

Ketika harga sampai di upper band, sulit bagi kita untuk memastikan apakah harga akan
berhenti di situ atau justru akan tembus ke atas upper band tersebut. Padahal area ini adalah
area yang bagus untuk sell.

Nah, tipsnya adalah tunggu konfirmasi pantulan berupa candlestick atau bar chart yang
ditutup di bawah upper band tersebut. Kalau Anda sudah menemukan konfirmasinya, Anda
bisa sell. Targetnya di middle band.

Begitu pula caranya untuk menentukan apakah saatnya sudah tepat untuk buy ketika harga
telah sampai di lower band. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, dimana stop loss-nya?

Mudah. Cari saja support atau resistance terdekat. Strategi bounce trading dengan BB efektif
digunakan pada saat pasar sedang dalam keaadaan sideway.

Selain itu, strategi ini juga efektif digunakan dalam time frame yang panjang, misalnya grafik
4 jam-an atau grafik harian. Namun tidak menutup kemungkinan bisa juga dipakai pada saat
trending meskipun harus penuh dengan kehati-hatian.
Bollinger Bands Bounce

Catatan:

Tidak dianjurkan menggunakan strategi BB bounce trading dalam keadaan trending


meskipun memungkinkan!

3. Penerapan Strategi Breakout Trading


Dengan menggunakan BB, Anda juga bisa mengenali peluang breakout.

Kita telah bahas sebelumnya bahwa BB cenderung akan menyempit bila pasar sedang tenang.
Filosofinya adalah pada saat itu para pelaku pasar sebenarnya tidak yakin akan dibawa ke
mana.

Pada saat itu, penjual dan pembeli (supply dan demand) sama kuat, sehingga harga bergerak
dalam range yang relatif sempit. Karena harga bergerak dalam range sempit, bollinger band
juga menyempit.

Breakout yang terjadi biasanya diikuti oleh BB yang secara cepat melebar dan harga
menembus upper band atau lower band. Kondisi itulah yang menjadi sinyal bagi Anda untuk
melakukan aksi.

Jika upper band yang ditembus, maka strateginya adalah buy. Sebaliknya, jika lower band
yang ditembus, maka strateginya adalah sell.
Bollinger Bands Breakout

Seperti yang pernah Anda pelajari di modul edukasi ini, baik strategi bounce maupun
breakout memiliki kekurangan dan kelebihan. Demikian juga dengan penerapan strategi
bounce dan breakout pada BB.

Dengan menerapkan strategi breakout, Anda dimungkinkan untuk segera menangkap peluang
yang muncul seteleh breakout. Namun ada kalanya yang terjadi justru false breakout, yang
Anda sudah paham apa resikonya.

Untuk mengantisipasi false breakout, strategi breakout menggunakan BB biasanya diterapkan


pada time frame yang lebih kecil, misalnya grafik 1 jam-an atau lebih kecil (15 menitan atau
30 menitan).

TRADING FOREX DAN KOMODITI MULAI DARI $500.

Trading tanpa keraguan dengan arahan dan bimbingan dari trader


profesional dan berpengalaman. Jadilah trader pertama yang menerima
notifikasi setiap kali ada peluang.

Anda mungkin juga menyukai