Anda di halaman 1dari 15

INDIKATOR DALAM FOREX

Dalam menapaki dunia trading forex, bukan tidak mungkin apabila Anda harus siap bertemu dengan
beragam model analisa. Ada yang lebih menyukai analisa fundamental, tetapi tak jarang pula yang
menyukai analisa teknikal melalui penggabungan beberapa indikator. Meskipun sekilas "mumet tur
njelimet", bukan berarti semua indikator itu susah. Contoh gabungan indikator forex yang akan di bahas
pada artikel kali ini adalah beberapa jenis indikator yang mudah untuk diterapkan, baik oleh trader
berpengalaman maupun trader pemula sekalipun.

1. Bollinger Bands Dan Stochastic


Gabungan indikator forex antara Bollinger Bands dengan Stochastic dapat Anda jadikan opsi pertama.
Dilihat dari fungsinya, Bollinger Bands berguna untuk mengetahui arah pergerakan tren, sementara
Stochastics dapat memberikan prediksi mengenai kekuatan tren. Bolehkah menggunakan Bollinger Bands
saja? Trading hanya dengan menggunakan satu indikator sebenarnya boleh-boleh saja, tetapi tidak benar-
benar disarankan demikian. Jika melihat dari sifat indikator Bollinger Bands yang lagging (lambat)
mengikuti pola candlestick, maka sinyal yang ditunjuk oleh indikator ini perlu diwaspadai. Inilah alasan
mengapa perlu digunakan gabungan indikator forex lain, guna mengkonfirmasi arah sinyal yang ditunjuk
oleh indikator BB, misalnya indikator Stochastic. Sebagai indikator momentum yang bersifat Oscillator,
Stochastic biasanya akan menunjukkan saat-saat dimana pergerakan harga telah mencapai keadaan
overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual). Selain itu, Stochastic juga dapat menunjukkan sinyal
entry yang tepat apabila terjadi perpotongan(crossing) antara garis %D dengan %K.
  Dengan berpedoman pada gabungan indikator forex Bollinger Bands dan Stochastic, maka entry posisi
dapat dibuka apabila: Candle bergerak hingga ditutup di atas Upper Band atau Lower Band. Jika harga
ditutup di atas Upper Band, maka kondisi ini menunjukkan Uptrend. Sebaliknya, Downtrend dapat
diketahui apabila candle ditutup di bawah Lower Band. Terbentuk crossing antara garis %D dan %K pada
indikator Stochastic. Crossing dari bawah ke atas menunjukkan Bullish Reversal (entry BUY), sementara
crossing dari atas ke bawah menunjukkan Bearish Reversal (entry SELL). Sinyal terbaik dari indikator
Stochastic ini dapat diambil apabila terjadi crossing tepat di atas level 80 (overbought) atau di bawah
level 20 (oversold). Jika harga sudah mencapai level overbought, maka entry yang tepat untuk diambil
adalah SELL, begitupun sebaliknya. Perhatikan contoh chart berikut ini:
Pada contoh chart EUR/USD di atas, pergerakan EUR/USD menurun hingga ditutup di luar pita bawah
BB (Lower Band). Pada saat yang sama, Stochastic menyentuh area oversold, bahkan terjadi crossing.
Pada kondisi ini, harga memiliki kecenderungan untuk berbalik arah ke atas, karena sebelumnya telah
terbentuk dalam serangkaian tren menurun yang cukup panjang. Anda dapat memanfaatkan peluang ini
dengan mengambil posisi BUY.

2. RSI Dan MACD


Gabungan indikator forex lain yang bisa Anda terapkan adalah RSI dengan MACD. Indikator MACD
berfungsi untuk menunjukkan arah tren dan momentum pasar, sementara indikator RSI berfungsi untuk
memberikan sinyal entry melalui level-level oversold serta overbought. Dalam menggunakan indikator
MACD, kondisi Uptrend maupun Downtrend dapat dilihat dari posisi bar (OSMA)-nya, apakah berada
pada area negatif atau positif. Bar pada area positif menandakan kondisi Uptrend sedang berlangsung,
sementara bar pada area negatif menunjukkan kondisi Downtrend. Di samping itu, indikator MACD juga
dapat menunjukkan sinyal entry dari perpotongan garis EMA-12 dengan EMA-26 yang terbentuk.
Crossing EMA-12 dengan EMA-26 dari bawah ke atas cenderung menunjukkan entry BUY. Sebaliknya,
crossing EMA-12 dengan EMA-26 dari atas ke bawah dapat digunakan untuk entry posisi SELL.
Meskipun keputusan trading berdasarkan indikator MACD sebenarnya sudah bisa diambil, tetapi tak ada
salahnya jika Anda menggunakan indikator lain sebagai petunjuk sinyal entry agar analisa semakin
akurat. Salah satu indikator pelengkap MACD adalah indikator RSI (Relative Strength Index). Tak jauh
berbeda dengan Stochastic, indikator RSI juga berguna untuk mengetahui kondisi overbought (jenuh
beli), oversold (jenuh jual), serta posisi entry yang tepat. Secara visual, perbedaan antara Stochastic
dengan RSI adalah pada jumlah garis indikatornya, yang mana RSI hanya terdiri atas satu garis. Dengan
demikian, entry posisi yang dapat diambil berdasarkan gabungan indikator forex tersebut harus memenuhi
kondisi berikut: Ketahui kondisi Uptrend dan Downtrend dari posisi bar MACD. Apabila OSMA berada
di area positif, maka kondisi tersebut adalah Uptrend, begitupun sebaliknya. Terjadi crossing antara
EMA-12 dengan EMA-26. Crossing dari bawah ke atas menandakan terjadinya Bullish Reversal (sinyal
entry BUY), sementara crossing antara EMA-12 dengan EMA-26 dari atas ke bawah mengindikasikan
Bearish Reversal (entry SELL). Garis RSI menyentuh level overbought atau oversold . Adapun level
overbought dan oversold ini tidaklah mutlak. Ada trader yang menggunakan level 30-70, ada pula yang
menggunakan level 20-80. Jika garis menyentuh batas oversold (20 atau 30), maka entry yang diambil
adalah BUY. Sementara entry SELL dapat diambil apabila harga menyentuh level overbought (70 atau
80). Contoh gabungan indikator forex antara RSI dengan MACD dapat dilihat pada chart berikut:
Ketika RSI mencapai daerah oversold dan memberikan sinyal BUY, MACD juga memberikan konfirmasi
yang sama dengan adanya crossing antara EMA-12 dengan EMA-26 dari bawah ke atas. Crossing yang
dibentuk dari dua garis EMA ini juga menyatakan sinyal entry BUY. Karena sudah ditunjukkan oleh
gabungan indikator forex yang saling mengkonfirmasi, maka entry BUY dapat segera dilakukan.

Antara RSI Dan Stochastic, Mana Gabungan Indikator Forex Yang Lebih
Baik?
Berdasarkan uraian di atas, ada dua indikator dengan fungsi yang sama, yaitu RSI dan Stochastic.
Meskipun keduanya sama-sama dipakai untuk mengidentifikasi keadaan overbought dan oversold, tetapi
aplikasinya perlu disesuaikan dengan keadaan pasar. Range nilai RSI adalah 0 hingga 100. RSI dengan
level di atas 70 menandai keadaan overbought, sementara RSI di bawah level 30 diasumsikan oversold.
Namun, secara praktis bukan berarti harga akan berbalik arah jika nilai RSI berada pada 2 nilai ekstrim
tersebut. Dalam RSI, ada batas interpretasi secara umum yang biasa dijadikan acuan kondisi tren, yakni
pada level 50. Apabila RSI berada di antara 50-70, maka harga akan bergerak dengan tren positif
(Uptrend). Sebaliknya, jika harga masih berada di antara 30-50, harga akan bergerak dengan tren negatif
(Downtrend). Di sisi lain, indikator Stochastics dapat memberikan identifikasi reversal secara lebih tepat.
Sama-sama memiliki range nilai antara 0-100 seperti RSI, tetapi Stochastic menggunakan acuan level 20-
80. Pada umumnya, nilai Stochastic di atas level 80 menandakan overbought, sehingga ada
kecenderungan harga mengalami reversal Bearish. Demikian juga bila harga berada di bawah level 20,
atau disebut sebagai level oversold, maka harga biasanya akan berbalik ke atas (Bullish Reversal).
Namun, nilai Stochastic bisa tetap berada pada area ekstremnya (overbought atau oversold) ketika pasar
sedang trending. Hal ini karena harga akan selalu ditutup dekat dengan level tertingginya (untuk
Uptrend), atau level terendahnya (untuk Downtrend). Perbedaan antara kedua indikator di atas dapat
dapat dilihat pada chart berikut ini:

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa RSI akan lebih akurat jika diterapkan pada kondisi pasar
yang sedang trending dibandingkan Stochastic, dengan syarat, Anda hanya menggunakan level 50 sebagai
pendeteksi arah tren, dan mengabaikan fungsi level-level overbought dan oversold. Sedangkan Stochastic
akan lebih akurat untuk kondisi pasar yang sideways atau ranging. RSI sering digunakan pada time frame
rendah untuk mengetahui kecepatan perubahan harga dan kecenderungan tren dalam jangka pendek,
sementara Stochastic umumnya digunakan oleh swing trader untuk mengidentifikasi momentum pada
jangka menengah panjang.
Jika Anda sering ke forum-forum atau grup Telegram yang diisi oleh trader Indonesia, maka
Anda tidak akan asing dengan istilah gaya trading Scalping. Seseorang yang menggunakan
strategi trading ini disebut scalper. 

Daya tarik scalping terletak pada keuntungan yang diperoleh dalam waktu cepat. Dalam waktu
beberapa menit, seorang scalper sudah bisa menghasilkan profit dari tradingnya.

Strategi trading scalping dilakukan pada time frame rendah untuk mendapatkan keuntungan
dalam waktu singkat. Time frame yang digunakan biasanya dari 15-menit sampai 1-
menit. Target profit scalping pun biasanya hanya 5 sampai 10 pips saja. Dengan demikian, maka
dalam satu hari, seorang scalper bisa membuka banyak posisi karena strategi ini cukup
memberikan peluang entry yang banyak.

Pada artikel kali ini, strategi scalping akan menggunakan alat bantu berupa indikator Stochastic
Oscillator. Agar lebih efektif, maka pembahasan saya bagi menjadi beberapa poin berikut:

Daftar Isi
 Setting Stochastic Oscillator
 Cara Membaca dan Trading Menggunakan Stochastic Oscillator
 Panduan Scalping Menggunakan Indikator Stochastic Oscillator
 Trigger Entry Menggunakan Stochastic Oscillator

Penasaran dengan uraian dari poin-poin di atas? Simak penjelasannya di bawah ini.

Setting Stochastic Oscillator


Pertama-tama, setting terlebih dahulu indikator Stochastic yang akan kita gunakan. Saya
menyarankan menggunakan settingan standar dengan rincian:

 %K Period: 14
 %D period: 3
 Slowing: 3

Jika Anda menggunakan Metatrader 4, ketika Anda menginput indikator Stochastic, akan


muncul tampilan seperti di bawah ini.
Settingan ini sudah default sehingga tidak perlu diubah. Setelah klik OK, maka indikator
Stochastic akan menampilkan grafik seperti di bawah ini.
Terlihat pada pojok kiri atas di jendela indikator Stochastic tulisan: Stoch(14,3,3). Angka
(14,3,3) merujuk ke settingan Stochastic dengan urutan (%K, %D, slowing). Stoch (14,3,3)
artinya %K periode 14, %D periode 3, dan slowing 3.

Namun jika Anda menggunakan platform Tradingview, maka ketika menginput indikator


Stochastic, settingan default bukanlah 14,3,3 melainkan 14,3,1 sehingga Anda perlu mengubah
periode slowing/smoothing-nya.
Dengan klik OK, maka akan tertampil jendela indikator Stochastic seperti ini.
 

Cara Membaca dan Trading Menggunakan Stochastic


Oscillator
Cara membaca indikator Stochastic cukup mudah, pertama kita melihat tanda jenuh beli
(overbought) dan jenuh jual (oversold) yang ditunjukkan dengan angka 20 dan 80.

 Angka 20 adalah batasan oversold. Jika indikator berada di bawah 20 artinya harga sudah
jenuh jual.
 Angka 80 adalah batasan overbought. Jika indikator berada di atas 80 artinya harga sudah
jenuh beli.

Kedua, perhatikan persilangan yang terjadi. Persilangan yang menjadi acuan entry adalah
yang terletak di bawah 20 dan di atas 80.

 Persilangan di bawah 20 menunjukkan harga akan berbalik arah naik (menguat)


 Persilangan di atas 80 menunjukkan harga akan berbalik arah turun (melemah).
 

Panduan Scalping Menggunakan Indikator Stochastic


Oscillator
Pada penerapan di strategi scalping, indikator Stochastic berfungsi sebagai trigger atau sinyal
entry, bukan penentu struktur atau level. Dengan demikian, kita harus menentukan terlebih
dahulu alat bantu penentu struktur dan level.

 Penentu Struktur Market

Ada 2 jenis struktur market, yaitu trending dan sideways/ranging. Untuk menentukan struktur
market, kita bisa menggunakan 2 cara, yaitu dengan indikator atau tanpa indikator. Karena saya
adalah trader price action, maka dalam penentuan struktur saya biasanya hanya menggunakan
high (harga tertinggi) dan low (harga terendah).

Market trending ditandai dengan adanya higher high (high yang lebih tinggi dari high
sebelumnya) dan higher low (low yang lebih tinggi dari low sebelumnya) dalam trend naik.
Sedangkan dalam trend turun ditandai dengan lower low (low yang lebih rendah dari low
sebelumnya) dan lower high (high yang lebih rendah dari high sebelumnya). Sementara itu,
market sideways ditandai dengan harga yang bolak balik dalam range harga tertentu tanpa
membentuk higher high atau lower low.

Jika ingin menentukan struktur market menggunakan indikator, manfaatkan indikator berjenis
trend seperti Moving Average (MA) atau MACD.

 Level

Untuk penentuan level juga bisa menggunakan 2 cara, tanpa indikator dan menggunakan
indikator. Tanpa indikator contohnya menggunakan level Support dan Resisten (S&R) atau
Supply and Demand (S&D). Menggunakan indikator bisa dengan Relative Strength Index
(RSI) atau Bollinger Bands. Tools teknikal lain seperti Pivot point atau Fibonacci Retracement
juga bisa dimanfaatkan.

Trigger Entry Menggunakan Stochastic Oscillator


Bagian terakhir baru masuk ke trigger entry menggunakan indikator Stochastic. Jika market
sedang trending, maka gunakan Stochastic sebagai trigger entry sesuai arah trend yang sedang
terjadi pada level-level penting. Namun apabila kondisi market sedang sideways, maka posisi
entry bisa dua arah, sell dan buy pada level penting.

Saya akan berikan 2 contoh untuk penerapan strategi ini, yaitu pada kondisi market trending dan
market sideways:

1. Contoh pertama, kondisi market sedang trending yaitu trend naik, ditunjukkan oleh higher
high dan higher low.
Dalam kondisi trend naik, kita fokus entry buy dan abaikan signal Stochastic untuk sell. Level
yang kita gunakan adalah support sebagai area entry buy.

Pada grafik contoh di atas, terlihat signal entry buy di area support saat terjadi persilangan di
bawah angka 20. Ini artinya harga sudah memasuki jenuh jual dan ingin berbalik naik (menguat).
Ternyata harga menguat hingga membentuk higher high yang baru.

2. Contoh kedua pada market sideways. Pada grafik dibawah ini, kondisi market sedang
sideways yang ditunjukkan oleh harga bergerak bolak balik pada range tertentu. Tidak ada higher
high dan lower low seperti pada kondisi market trending.
Dalam market sideways seperti ini, kita bisa entry dua arah, sell apabila terjadi persilangan
Stochastic di atas 80 pada level resisten, atau buy apabila terjadi persilangan Stochastic di bawah
20 pada level support.

Kotak merah sebagai signal entry sell dan kotak biru sebagai signal entry buy. Untuk SL, bisa
beberapa pips di bawah harga terendah (posisi buy) atau beberapa pips di atas harga tertinggi
(posisi sell).

Menggunakan strategi scalping dengan Stochastic harus menyesuaikan dengan kondisi


market yang sedang terjadi agar performanya baik. Jangan melawan trend dengan
mengambil posisi berlawanan arah ketika terjadi persilangan di area jenuh beli atau jenuh jual,
karena akan banyak sinyal palsu. Pahami langkah-langkahnya agar penggunaan indikator
Stochastic bisa akurat dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai