Anda di halaman 1dari 4

Sering Dengar Moving Average? Lalu, Apa Sih Moving Average Itu?

13 April 2023
Moving average adalah garis yang menunjukkan rata-rata pergerakan harga saham dalam periode waktu tertentu. Periode waktu dapat
ditentukan sesuai dengan kebutuhan investor seperti 15, 20, 30, 50, 100, dan 200 hari. Moving Average menjadi salah satu indikator yang
paling umum digunakan untuk memprediksi kenaikan suatu saham.
Terdapat tiga jenis MA yang dapat kamu gunakan, yakni Simple Moving Average, Weighted Moving Average dan Exponential Moving
Average. Ketiganya memiliki metode perhitungan yang berbeda.
 Simple Moving Average: menjumlahkan harga penutupan saham pada suatu rentang waktu lalu dibagi dengan jumlah periode tersebut.
 Weighted Moving Average: memberikan bobot yang berbeda pada data harga saham yang mana data harga terbaru memiliki bobot yang lebih
besar dibandingkan dengan data lama.
 Exponential Moving Average: memberikan bobot dan signifikansi yang lebih besar pada data harga terbaru, yaitu harga saham terkini.
Namun, intinya, ketiga jenis MA tersebut sama-sama berfungsi untuk menunjukkan arah pergerakan harga dan mengidentifikasi level
support dan resistance. Namun, indikator ini juga memiliki kekurangan, yaitu sinyal yang terlambat atau tidak akurat ketika terjadi perubahan
tiba-tiba dalam pasar karena MA menggunakan data harga saham di masa lalu. Oleh karena itu, indikator Moving Average sebaiknya
dikombinasikan dengan indikator lainnya dalam analisis teknikal untuk memperoleh hasil yang lebih akurat!
---ooOoo---
Mengenal Indikator CCI
Indikator Commodity Channel Index (CCI) adalah alat analisis teknikal yang digunakan untuk mengidentifikasi tren pasar dan volatilitas harga.
Indikator ini pertama kali diperkenalkan oleh Donald Lambert pada tahun 1980 dan awalnya dirancang untuk pasar komoditas. Namun
ternyata indikator ini makin populer untuk digunakan dalam pasar keuangan lainnya.
Penggunaan indikator CCI memampukan kamu menghitung perbedaan antara harga saat ini dengan rata-rata pergerakan harga dalam jangka
waktu tertentu. Indikator ini kemudian dibagi dengan deviasi standar dari rata-rata pergerakan harga sehingga menghasilkan indikator yang
berfluktuasi di atas dan bawah garis nol.
Indikator CCI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kondisi pasar yang overbought atau oversold. Jika kamu menemukan indikator CCI
mencapai level yang sangat tinggi yakni di atas +100 maka hal ini merupakan pertanda bahwa pasar sedang berada dalam
kondisi overbought.
Sebaliknya, jika kamu menemukan indikator CCI mencapai level yang sangat rendah yaitu di bawah -100 maka pasar sedang berada dalam
kondisi oversold.
Cara Menggunakan Indikator CCI
Buat kamu yang baru saja mempelajari dunia trading pasti masih tidak terbiasa ketika diminta menggunakan indikator CCI. Pasalnya indikator
CCI memang tidak terlalu menonjol jika dibandingkan dengan jenis lainnya seperti MA atau RSI. Namun tidak perlu khawatir, berikut ada
beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk memaksimalkan indikator satu ini.
1. Mengidentifikasi Tren
Salah satu cara menggunakan indikator CCI ialah dengan mengidentifikasi tren pasar. CCI dapat membantu trader mengetahui apakah pasar
sedang dalam kondisi bullish (uptrend) atau bearish (downtrend).
Jika CCI berada di atas level 0 maka pasar sedang dalam kondisi bullish. Sebaliknya, jika CCI berada di bawah level 0 maka pasar sedang
dalam kondisi bearish. Melalui pengetahuan tren pasar ini maka trader dapat membuka posisi buy pada saat pasar bullish dan posisi sell saat
pasar menjadi bearish.
2. Mengidentifikasi Overbought dan Oversold
Indikator CCI dapat membantu trader untuk mengidentifikasi kondisi pasar yang overbought atau oversold . Ketika CCI mencapai level 100
atau lebih maka pasar sedang overbought. Kemudian saat kamu menemukan CCI mencapai level -100 atau kurang maka berarti pasar
sedang oversold.
Kondisi overbought menunjukkan bahwa harga sudah terlalu tinggi dan memiliki kemungkinan untuk turun. Sementara
kondisi oversold menunjukkan bahwa harga sudah terlalu rendah dan memiliki kemungkinan untuk naik. Saat kamu mengetahui kondisi pasar
yang overbought atau oversold maka menemukan posisi sell dan buy akan jauh lebih mudah.
3. Menggunakan Divergence
Divergence mengacu kepada kondisi indikator CCI yang bergerak ke arah berlawanan dengan pergerakan harga. Divergence dapat
digunakan untuk mengidentifikasi pembalikan arah tren sehingga trader dapat membuka posisi buy atau sell pada waktu yang tepat.
Jika kamu menemukan harga saham sedang naik tetapi CCI malah menurun maka kejadian ini menunjukkan adanya divergence negatif.
Namun kalau kamu melihat bahwa harga saham sedang turun, tetapi CCI malah naik maka hal ini menunjukkan adanya divergence positif.
4. Menggunakan Level Support dan Resistance
Support dan resistance adalah level-level yang menunjukkan harga memiliki kecenderungan untuk berbalik arah. Jika CCI mencapai level
yang tinggi lalu turun kembali maka level tersebut dapat dianggap sebagai resistance. Sebaliknya, kalau CCI mencapai level yang rendah dan
naik kembali maka level tersebut dapat dianggap sebagai support.
Pemahaman tentang kedua level tersebut akan membantu kamu membuka posisi buy pada saat harga melewati resistance dan
posisi sell pada saat harga melewati level support.
5. Menggunakan Time Frame yang Tepat
Umumnya indikator CCI dapat digunakan pada berbagai time frame, mulai dari yang pendek hingga yang sangat panjang. Namun trader perlu
memilih time frame yang tepat supaya sesuai dengan strategi trading yang digunakan.
Kelebihan Indikator CCI
Setiap indikator pasti memiliki kelebihannya masing-masing. Tentunya indikator CCI juga berlaku demikian. Memang benar bahwa indikator
CCI tidak bisa membantu seluruh aspek dalam aktivitas trading, tetapi setidaknya ada 5 hal berikut yang bisa dilakukannya.
1. Membantu Identifikasi Overbought dan Oversold
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, indikator CCI dapat membantu trader dalam mengidentifikasi kondisi pasar
yang overbought dan oversold. Saat kamu sudah tahu bagaimana cara kerja indikator CCI maka titik masuk ideal untuk membuka
posisi trading akan sangat mudah ditemukan.
2. Dapat Digunakan pada Berbagai Time Frame
Indikator CCI dapat digunakan pada berbagai time frame. Hal ini memungkinkan trader untuk menggunakannya dalam berbagai
strategi trading, mulai dari scalping hingga swing trading.
3. Menggabungkan Momentum dan Tren
CCI termasuk indikator momentum dan tren. Jadi trader dapat menggunakannya untuk mengetahui momentum pasar dan mengidentifikasi
tren yang sedang berlangsung. Hal ini membuat indikator CCI sangat berguna dalam menentukan titik masuk dan keluar dari posisi trading.
4. Mampu Mengidentifikasi Divergence
Indikator CCI juga dapat membantu trader mengidentifikasi divergence antara indikator dan pergerakan harga. Penggunaannya akan
membantu kamu mengenali pembalikan tren harga dari bullish menjadi bearish dan begitu juga sebaliknya.
5. Mudah Digunakan dan Dipahami
Indikator CCI termasuk salah satu indikator yang relatif mudah digunakan serta dipahami. Trader dapat memasang indikator ini pada grafik
dengan mudah karena setiap aplikasi trading biasanya sudah dilengkapi CCI.
Kekurangan Indikator CCI
Selain kelebihan, indikator CCI juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan oleh trader. Kali ini HSB sudah mengumpulkan 5
kekurangan indikator CCI yang harus kamu waspadai.
1. Rentang Pengukuran Terbatas
Indikator CCI memiliki rentang pengukuran yang terbatas, yaitu hanya berkisar antara -200 hingga +200. Hal ini tentunya menyebabkan
kekurangan dalam identifikasi kondisi pasar yang sangat overbought atau oversold. Selain itu rentang pengukuran yang terbatas juga akan
membuat trader kehilangan sinyal trading penting.
2. Tidak Cocok Untuk Semua Jenis Pasar
Indikator CCI sebenarnya lebih cocok digunakan pada pasar yang memiliki volatilitas tinggi. Alasannya karena indikator CCI dirancang untuk
mengukur pergerakan harga secara signifikan. Oleh karena itu saat pasar sedang dalam kondisi tenang atau ranging maka indikator CCI tidak
bisa memberikan sinyal yang akurat.
3. Sinyal Terlambat
Indikator CCI sering memberikan sinyal yang terlambat. Hal ini wajar karena prediksi indikator CCI dihitung berdasarkan pergerakan harga
historis. Jadi tidak heran kalau sinyal trading yang dihasilkan terlambat hingga mengakibatkan trader kehilangan kesempatan memasuki pasar
pada titik yang ideal.
4. Tidak Mengenali Perubahan Fundamental
Seperti yang baru saja disebutkan pada poin sebelumnya, indikator CCI hanya memperhitungkan pergerakan harga historis. Hal ini membuat
indikator CCI tidak dapat mengenali perubahan fundamental yang terjadi di pasar. Perubahan fundamental seperti pengumuman berita penting
atau perubahan suku bunga bank sentral tidak akan dapat dibaca oleh indikator CCI.
5. Terlalu Banyak Sinyal Palsu
Indikator CCI bisa dikatakan memberikan banyak sinyal palsu yang dapat membingungkan trader. Hal ini khususnya terjadi ketika pasar
sedang dalam kondisi tenang. Selain itu, indikator CCI juga dapat memberikan sinyal palsu ketika fluktuasi harga yang terjadi sangat cepat.
Secara keseluruhan, indikator CCI dapat menjadi alat yang berguna untuk membantu trader dalam mengidentifikasi tren pasar dan
menghasilkan sinyal trading yang akurat. Namun seperti halnya semua analisis teknikal yang lain, trader perlu memahami kelebihan dan
kekurangan dari indikator CCI supaya bisa memperhitungkan risiko dengan bijaksana saat mengambil keputusan.
Ketika kamu melakukan cara menggunakan indikator CCI dengan tepat dan memadukan penggunaannya dengan analisis teknikal yang lain
maka peluang untuk meraih keuntungan dalam pasar keuangan pasti akan meningkat.
---ooOoo---
Apa itu Indikator Relative Strength Index (RSI)?
Relative Strength Index (RSI) merupakan salah satu indikator teknikal yang terintegrasi dalam analisis pasar keuangan. Tujuan utama RSI
adalah untuk mengukur intensitas kekuatan dan potensi kelemahan suatu pasangan mata uang dalam jangka waktu tertentu. Indikator RSI
memiliki peran penting dalam mengenali apakah pasangan mata uang tertentu tengah mengalami kondisi overbought (terlalu dibeli) atau
oversold (terlalu dijual).
Dengan menggunakan indikator RSI, trader dapat mengenali tren dan perubahan arah pasar. Ketika RSI bergerak melewati batas bawah
(oversold), muncul sinyal bullish, sementara gerakan RSI di bawah batas atas (overbought) mengindikasikan sinyal bearish. Dalam trading
forex, indikator RSI umumnya digunakan bersama dengan indikator teknikal lainnya untuk memverifikasi sinyal pembelian atau penjualan
Bagaimana Cara Kerja indikator RSI?
Indikator RSI bekerja dengan membandingkan rata-rata kenaikan harga (upward price movement) dan rata-rata penurunan harga (downward
price movement) dari suatu pasangan mata uang dalam periode waktu tertentu.
Relative Strength Index mengukur kekuatan dan kelemahan suatu pasangan mata uang dalam periode tertentu dengan membandingkan rata-
rata kenaikan harga (upward price movement) dan rata-rata penurunan harga (downward price movement). Berikut adalah cara kerja indikator
RSI secara lebih detail:
1. Perhitungan RSI
Indikator RSI menghitung perbandingan antara kenaikan harga relatif dan penurunan harga relatif dalam periode waktu tertentu, biasanya 14
periode. Kenaikan harga relatif dihitung dengan cara mengambil rata-rata kenaikan harga selama periode waktu tertentu, sedangkan
penurunan harga relatif dihitung dengan cara mengambil rata-rata penurunan harga selama periode waktu tertentu. RSI kemudian dihitung
dengan menggunakan rumus matematika yang menghasilkan nilai antara 0 dan 100.
2. Interpretasi Nilai RSI
Nilai RSI di atas 70 menunjukkan kondisi overbought (terlalu banyak pembelian) dan nilai RSI di bawah 30 menunjukkan kondisi oversold
(terlalu banyak penjualan). Namun, batas atas dan batas bawah ini dapat disesuaikan tergantung pada kebutuhan Anda sebagai trader.
3. Sinyal Beli dan Jual
Dalam trading forex, RSI dapat digunakan untuk mengidentifikasi sinyal beli atau jual. Namun, Anda harus selalu mengkonfirmasi sinyal
tersebut dengan indikator teknikal lainnya untuk menghindari kesalahan dalam membuka posisi.
4. Divergensi
Indikator RSI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi divergensi, yaitu ketika arah pergerakan harga dan RSI tidak searah. Divergensi
dapat mengindikasikan adanya perubahan arah harga, namun trader juga harus selalu mengkonfirmasi dengan indikator teknikal lainnya.
5. Tentukan Stop Loss dan Take Profit
Setelah membuka posisi trading berdasarkan analisa nilai indikator RSI, Anda harus menentukan level stop loss dan take profit untuk
mengelola risiko dan memaksimalkan keuntungan.
6. Gunakan RSI dalam Strategi Trading yang Komprehensif
RSI sebaiknya digunakan sebagai bagian dari strategi trading yang komprehensif dan berdasarkan pada analisis pasar yang komprehensif
juga. Selain RSI, Anda dapat menggunakan indikator teknikal lainnya, melakukan analisis fundamental, dan mengikuti berita terkait pasar
untuk meningkatkan peluang sukses dalam trading forex.
---ooOoo---
Cara Menggunakan Stochastic Oscillator Dalam Analisis Teknikal Saham
Stochastic oscillator merupakan salah satu indikator teknikal populer yang para trader sering gunakan untuk menganalisis
saham. Alasan utamanya adalah indikator ini mempunyai keakuratan dalam menunjukkan momentum waktu yang tepat untuk
membeli maupun menjual saham.
Indikator ini juga cenderung mudah untuk trader pelajari dari segi penggunaannya.
Stochastic oscillator adalah sebuah indikator yang mengukur harga penutupan saham dengan kisaran harganya pada periode
waktu tertentu. Fungsinya tidak lain agar trader bisa mengetahui saat harga akan berbalik arah atau reversal .
Kisaran waktu yang trader tentukan biasanya mulai dari harian, mingguan ataupun bulanan. Mengapa demikian? Karena
indikator stochastic ini lebih cocok untuk tipe trader dengan gaya trading swing.
Lalu pertanyaan berikutnya bagaimana kamu bisa mengetahui saham akan berbalik arah dari tren turun ke tren naik ataupun
sebaliknya.
Jawabannya mudah yaitu dengan mengetahui titik jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold) . Dengan begitu kamu bisa
lebih aware atau berhati-hati saat melakukan pengambilan keputusan.
Memang kebanyakan dari kalangan investor pemula sangat familiar dengan oscillator indicator populer seperti RSI dan
Stochastic.
Kedua oscillator indicator ini sama-sama memiliki kisaran skala 0 sampai 100 dalam penggunaannya. Umumnya settingan yang
sering trader gunakan antara 20 hingga 80.
Baik dalam menganalisis suatu sektor saham maupun sebuah emiten. Kamu juga bisa menggunakan dua oscillator indicator ini
secara berbarengan karena akan cukup bermanfaat.
Settingan Dasar Stochastic
Terdapat dua settingan dasar yang umum trader gunakan pada indikator Stochastic. Yang pertama adalah settingan Slow
Stochastic , yaitu garis K= 14, garis D= 3 dan Smooth= 3. Sementara itu yang kedua adalah settingan Fast Stochastic , yaitu garis
K= 5, garis D= 3 dan Smooth= 3.
Tentu kedua settingan ini mempunyai perbedaan yang mendasar.
Fast Stochastic mempunyai pergerakan garis K dan D yang lebih sensitif dan cenderung lebih cepat mengalami persilangan
antara 2 garis tersebut, sedangkan Slow Stochastic lebih sedikit mengalami persilangan antara 2 garis.
Kedua settingan ini pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pengaturan indikator Stochastic
Untuk settingan Fast Stochastic akan sangat menguntungkan bagi trader apabila sinyal pembalikan arahnya memang benar.
Sebab hal ini bisa membantu trader berpotensi mendapatkan keuntungan yang lebih besar ataupun menghindari tren penurunan
harga lebih awal.
Kekurangan Fast Stochastic adalah tingkat akurasinya yang kurang baik bila kamu bandingkan dengan Slow Stochastic . Karena
F ast Stochastic ini rentan dengan yang namanya pembalikan arah palsu atau False Crossing Signal .
Sedangkan untuk Slow Stochastic mempunyai kelebihan dalam tingkat akurasi yang lebih baik. Kekurangannya Slow Stochastic
memberikan sinyal yang lebih lambat bila dibandingkan dengan Fast Stochastic .
Lalu mana settingan yang terbaik untuk trader? Itu kembali pada individu masing-masing, karena setiap trader mempunyai gaya
dan tingkat profil risiko yang berbeda.
Cara Membaca Dan Menggunakan Stochastic
Seperti penjelasan sebelumnya indikator Stochastic mempunyai 3 area, yaitu area atas, tengah dan bawah, pembagian ini
berdasarkan skala 0 sampai 100. Area atas ada pada skala 80 sampai 100, ini adalah area jenuh beli (overbought).
Area tengah ada pada skala 20 sampai 80 atau biasa trader sebut neutral area . Kemudian yang terakhir area bawah ada pada
skala 0 sampai 20 atau area jenuh jual (oversold). Sederhananya Stochastic ini bisa memberikan trader informasi apakah suatu
saham berada dalam kondisi jenuh beli atau jenuh jual.
Dalam penggunaanya kamu perlu tahu apa itu Golden Cross dan Death Cross . Golden Cross adalah persilangan kedua garis
pada area oversold menuju ke arah atas, ini menunjukkan bahwa harga akan mengalami kenaikan. Inilah momentum terbaik bagi
trader untuk melakukan pembelian suatu emiten.
Sebaliknya Death Cross adalah persilangan kedua garis pada area overbought menuju ke arah bawah, ini menunjukkan bahwa
harga akan mengalami penurunan.
Hal ini bisa menjadi sinyal bagi trader untuk mempertimbangkan menjual saham yang sedang dia miliki. Tujuannya agar
terhindar dari kerugian karena harga yang cenderung mengalami tren penurunan.
Kesalahan Yang Sering Trader Lakukan Dalam Menggunakan Stochastic
Banyak trader pemula yang belum paham cara menggunakan indikator Stochastic ini dengan benar. Berikut ini kesalahan umum
yang sering investor lakukan saat trading dengan indikator Stochastic:
1. Hanya Menggunakan Indikator Stochastic
Kesalahan ini mungkin terlihat sepele, namun bila kamu tidak ingin mengalami kerugian yang tidak diinginkan kami sarankan
untuk menggunakan indikator lain bersamaan dengan Stochastic.
Dalam kasus ini trader biasanya hanya memperhatikan bila terjadi persilangan garis atau crossing pada area bawah maka
mereka akan menyimpulkan harga pasti akan naik. Namun kenyataannya tidak semudah itu.
2. Tidak Memperhatikan Tren
Masih berkaitan dengan kesalahan yang pertama, perlu kamu ingat indikator Stochastic ini merupakan indikator momentum. Jadi
indikator ini tidak bisa melihat tren dari pergerakan harga suatu emiten. Padahal tren sendiri adalah kunci bagi para trader ketika
melakukan aktivitas perdagangan atau trading.
Cara untuk melihat tren bisa menggunakan bantuan dari Moving Average untuk melihat terbentuknya higher high dan higher low
untuk trend naik dan terbentuknya lower high, lower low untuk trend turun.
Jadi kamu harus melihat terlebih dahulu tren harga sedang mengarah ke mana, baru kamu bisa menggunakan indikator
Stochastic. Kesimpulannya Stochastic ini tidak bisa berdiri sendiri dalam penggunaannya.
---ooOoo---

Anda mungkin juga menyukai