Anda di halaman 1dari 18

"4 Indikator Penting Bagi Trader Pemula" by EG

15 Jan 2022

Banyak trader pemula yang berusaha menemukan momentum trading yang tepat dengan mencoba
berbagai indikator teknikal. Selain itu, mereka juga mengharapkan indikator teknikal yang digunakan
dapat menghasilkan profit maksimal. Namun, dalam prakteknya, tidak ada formula pasti dalam trading
yang bisa selalu menghasilkan profit. Oleh karenanya, trader harus mempelajari berbagai indikator
teknikal untuk menyusun formula trading suksesnya sendiri.

Mungkin karena masih baru didalam dunia trading, maka banyak trader yang masih bingung mencari
indikator2 yang sesuai.

Pada kesempatan kali ini saya akan coba bantu merumuskan indikator2 apa yang sekiranya tepat
ditempatkan kedalam chart agar mudah dianalisa.

Pada dasarnya, indikator teknikal dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu.

1. Indikator yang menunjukkan arah trend (trend-following)

2. Indikator yang mengkonfirmasi arah trend (trend confirmation)

3. Indikator yang menunjukkan overbought dan oversold

4. Indikator yang membantu menentukan level exit (profit taking).

Berikut rinciannya.

Indikator Teknikal Yang Menunjukkan Arah Trend (Trend-Following)

Pergerakan harga di pasar saham tidak hanya menuju ke satu arah saja, melainkan bisa naik-turun.
Kenaikan dan penurunan itu sendiri dapat terjadi dalam satu saat saja, ataupun satu periode secara
terus menerus.

Ketika pergerakan harga terjadi terus menerus, maka terbentuklah yang dinamakan trend .
Walaupun mungkin bisa profit dengan cara trading melawan arah trend, tetapi kebanyakan trader
berusaha untuk bisa masuk pasar sesuai dengan arah trend utama.

Telah terbukti bahwa cara trading dengan mengikuti arah trend (trend-following) sangat profitable.

Apa masudnya strategi trend-following?

Trend-following ibaratnya menentukan kapan Anda harus buy atau sell secara searah dengan trend
pasar yang sedang berlangsung.

Bagaimana cara kita mengetahui trend apa yang sedang berlangsung?

Nah, pelacakan keadaan trend yang dimaksud bisa menggunakan indikator yang mengikuti arah trend.
Salah satu indikator teknikal bersifat trend-following yang sederhana, cukup powerful dan banyak
digunakan adalah Simple Moving Average (SMA).

Untuk melacak trend dengan menggunakan Simple Moving Average, maka kita perlu memasang dua
indikator SMA dengan periode berbeda, misalnya SMA-50 Day dan SMA-200 Day. Berikut contoh
pelacakan trend dengan metode perpotongan 2 garis kurva SMA:
Chart BBCA yang telah dipasangi SMA-50 (hari) dan SMA-200 (hari) di atas dapat dibaca bahwa:

Uptrend terjadi apabila garis kurva SMA-50 (periode waktu jangka pendek) berada di atas garis kurva
SMA-200 (periode waktu jangka panjang).

Downtrend terjadi bila garis kurva SMA-50 berada di bawah SMA-200.

Ketika pergerakan harga berada tepat pada garis kurva, berarti pasar sedang berkonsolidasi.

Ketika terjadi perpotongan antara SMA-50 dan SMA-200, maka akan terjadi pergantian arah trend.

Apabila SMA-50 melintasi SMA-200 ke arah bawah, berarti Uptrend berubah menjadi Downtren.
Sedangkan jika SMA-50 melintasi SMA-200 ke arah atas, berarti Downtrend berubah menjadi Uptrend.

Dengan menggunakan indikator teknikal ini, Anda bisa entry buy ketika harga bergerak di atas garis
kurva SMA periode pendek (SMA-50 day) yang menunjukkan Uptrend sangat kuat, atau sell ketika harga
bergerak di bawah garis kurva SMA periode pendek yang menunjukkan Downtrend sedang kuat.

Hindari entry ketika pasar sedang konsolidasi, yaitu ketika harga bergerak tepat pada garis kurva SMA
periode pendek.

Probabilitas trading yang tinggi akan terjadi ketika terjadi perpotongan antara kedua garis kurva SMA.
Entry sell ketika garis kurva SMA-50 telah memotong garis kurva SMA-200 dari atas ke bawah. Kemudian
entry buy ketika garis kurva sma-50 telah memotong garis kurva SMA-200 dari bawah ke atas.

Kelemahan Indikator Teknikal SMA

Indikator teknikal penunjuk arah trend yang paling populer adalah SMA, tetapi besar kemungkinan akan
terjadi kesalahan sinyal akibat keterlambatan indikator ini dalam merespon perubahan harga. Ini
merupakan kelemahan utama SMA, berapapun kombinasi periode yang Anda terapkan. Namun, makin
kecil periode yang Anda gunakan pada SMA, maka akan semakin rawan kesalahan. Sebagai contoh
berikut penggunaan SMA-10 dan SMA-30 pada BBCA yang sama dengan contoh di atas akan
menampilkan:
Jika Anda amati, respon kedua garis kurva SMA tersebut jauh lebih cepat dibanding SMA-50 dan SMA-
200 pada contoh sebelumnya, tetapi tingkat akurasinya lebih rendah, terutama bila pergerakan harga
pasar sedang ranging (sideways).

Sebaliknya, kombinasi SMA-50 dan SMA-200 lebih akurat dalam menunjukkan arah trend, tetapi lebih
lambat dalam merespon perubahan harga.

Ketika garis kurva keduanya berpotongan, arah trend pergerakan harga sudah terlebih dahulu berubah.

Dalam prakteknya, tidak ada periode kombinasi yang paling akurat untuk indikator SMA.

Anda mesti mencoba-coba mana kombinasi paling tepat bagi time frame tertentu yang Anda gunakan.

Terlepas dari semua itu, Moving Average adalah murni indikator arah trend yang paling banyak
digunakan trader.

Indikator Teknikal Untuk Konfirmasi Arah Trend (Trend Confirmation)

Setelah kita mempunyai indikator penentu arah trend, maka tentunya kita akan bertanya sampai
seberapa handalkah arah trend yang kita peroleh?
Seperti telah disebutkan sebelumnya, indikator arah trend yang kita punya selalu rawan terjadi
kesalahan sinyal. Oleh karena itu, sangat diperlukan sebuah indikator tambahan yang mengukur apakah
arah yang ditunjukkan oleh indikator SMA tersebut sudah benar atau malah salah.

Meski demikian, indikator ini tidak dimaksudkan sebagai konformasi untuk entry, melainkan hanya
untuk mengkonfirmasi arah trend yang ditunjukkan indikator SMA.

Indikator konfirmator trend yang paling populer adalah Moving Average Convergence Divergence
(MACD).

Pada intinya, jika indikator SMA dan MACD mengisyaratkan bullish, maka persepsi trader adalah buy .

Sebaliknya, jika keduanya mengisyaratkan bearish maka persepsinya adalah sell .

Berikut contoh sebelumnya yang kita kombinasikan dengan indikator MACD (i16) sebagai konfirmator
trend (biru: kurva MACD, merah: kurva sinyal):
Arah trend bisa dikonfirmasikan dengan pergerakan garis kurva MACD itu sendiri, maupun garis-garis
histogram OSMA (Oscillator's Moving Average).

Tampilan trend garis kurva MACD mencerminkan trend pergerakan harga. Ketika sedang bergerak
uptrend akan terbentuk titik-titik higher highs (level tinggi yang makin tinggi), baik pada pergerakan
harga maupun pada kurva MACD.

Demikan juga ketika bergerak downtrend, akan terbentuk titik-titik lower lows (level rendah yang makin
rendah) pada keduanya. Saat kurva MACD dan kurva sinyal berpotongan, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan arah trend.

Selain itu, arah trend juga bisa dikonfirmasikan dengan garis histogram. Area histogram yang berada di
atas garis nol menunjukkan keadaan bullish, sedangkan jika di bawah garis nol maka menunjukkan
keadaan bearish. Makin tinggi garis, makin kuat trend yang sedang terjadi. Cara konfirmasi ini bisa
dikatakan sederhana, tetapi cukup akurat.

Setelah kita tahu arah trend yang sedang terjadi, dan telah terkonfirmasi pula, maka kita sudah punya
acuan untuk entry dan akan lebih percaya diri. Nah, kapan momen yang paling tepat untuk entry, dan
bagaimana menentukan kapan harus exit? Keduanya perlu indikator tambahan yang akan kita ulas pada
bagian selanjutnya.

Indikator Momentum Untuk Entry (Indikator Overbought Dan Oversold)

Setelah kita mengetahui arah trend dan mengkonfirmasikannya, langkah berikutnya adalah mencari
peluang yang tepat untuk entry.

Jika kita langsung entry begitu saja, maka kita tidak tahu kondisi kekuatan trend saat itu, apakah masih
kuat atau telah mendekati level jenuhnya.

Level jenuh artinya rawan terjadi koreksi (retracement), dan koreksi yang berlanjut bisa menyebabkan
arah pergerakan harga berbalik arah (reversal).

Banyak trader yang entry dengan menunggu harga pullback atau kembali bergerak sesuai arah trend
seusai koreksi.
Momentum saat pullback adalah waktu yang tepat untuk entry.

Indikator momentum digunakan untuk mengetahui tingkat kejenuhan suatu pergerakan harga, dan
tingkat kejenuhan diukur dengan keadaan overbought (jenuh beli) dan oversold (jenuh jual).

Indikator teknikal yang menunjukkan keadaan tersebut merupakan indikator tipe oscillator, dan yang
populer adalah Relative Strength Index (RSI) dan Stochastic.

Disini saya menambah RSI (lebar) i60


Sinyal trading lazimnya diperoleh dari kondisi overbought dan oversold. Aturan yang berlaku adalah:

Kondisi overbought diperoleh bila garis RSI memotong level 70. Segera entry sell .

Kondisi oversold bila garis RSI memotong level 30. Segera entry buy .

Area trading terbaik menurut trader yang sudah berpengalaman adalah diantara RSI 25 – RSI 75.

Dalam trading dengan indikator teknikal, faktor yang paling penting adalah penyesuaian (matching)
antara pergerakan harga dengan pergerakan indikator teknikal pada saat yang bersamaan.
Dalam hal ini, saat entry bisa disesuaikan dengan pergerakan indikator Moving Average. Entry buy akan
lebih kuat saat garis moving average periode pendek berada di atas periode yang lebih panjang, dan
sebaliknya.

Indikator Teknikal Untuk Menentukan Level Exit (Profit-Taking)

Setelah entry, kita harus mengetahui level yang paling optimal untuk exit dari pasar, tidak hanya
berdasarkan perkiraan semata.

Dalam hal contoh di atas, RSI bisa digunakan juga sebagai indikator untuk exit atau Take Profit.

Untuk posisi buy , trader bisa entry ketika RSI mencapai level oversold.

Sebaliknya untuk posisi sell, lakukan exit ketika RSI mencapai level overbought. Karena RSI kurang cocok
digunakan untuk kondisi trending, maka untuk menghindari kesalahan, trader juga bisa
menggunakan indikator lain seperti Bollinger Bands (BB) P1.
Untuk posisi sell , trader bisa exit ketika harga telah menembus Upper Band (pita atas Bollinger Bands).
Sedangkan untuk posisi buy , trader bisa entry ketika harga menembus Lower Band (batas bawah
Bollinger Bands). Selain itu, untuk lebih memaksimalkan profit trader bisa menerapkan teknik Trailing
Stop (Sudah pernah saya sharing sebelumnya “ ATR & ATR Traing “ bisa anda cari di Resume Chat HQ.

Disini saya juga menambahkan beberapa keterangan mengenai indikator yang sudah dijelaskan diatas .
Moving Average Convergence Deivergence

( MACD )

MACD : singkatan dari moving average convergence/divergence, adalah indikator perdagangan yang
digunakan dalam analisis teknis harga saham, yang dibuat oleh Gerald Appel pada akhir 1970-an. Ini
dirancang untuk mengungkapkan perubahan kekuatan, arah, momentum, dan durasi tren harga saham.

Contoh data harga saham historis (setengah atas) dengan presentasi khas indikator MACD (12,26,9)
(setengah bawah). Garis biru adalah seri MACD yang sebenarnya, perbedaan antara harga EMA 12 hari
dan 26 hari. Garis merah adalah rata-rata atau seri sinyal, EMA 9 hari dari seri MACD.

Histrogram menunjukkan deret divergensi, selisih kedua garis tersebut.

Indikator MACD (atau "osilator") adalah kumpulan dari tiga deret waktu yang dihitung dari data harga
historis, paling sering adalah harga penutupan.

Ketiga seri tersebut adalah: seri MACD yang tepat, seri "sinyal" atau "rata-rata", dan seri "divergensi"
yang merupakan perbedaan antara keduanya.

Seri MACD adalah perbedaan antara rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) "cepat" (periode pendek),
dan EMA "lambat" (periode lebih lama) dari rangkaian harga. Seri rata-rata adalah EMA dari seri MACD
itu sendiri. ( Keterangan lengkapnya ada di Panduan Charting TA )

Indikator MACD dengan demikian tergantung pada tiga parameter waktu, yaitu konstanta waktu dari
tiga EMA. Notasi "MACD(a,b,c)" biasanya menunjukkan indikator di mana deret MACD adalah selisih
EMA dengan waktu karakteristik a dan b, dan deret rata-rata adalah EMA dari deret MACD dengan
waktu karakteristik.

Parameter ini biasanya diukur dalam hari. Nilai yang paling umum digunakan adalah 12, 26, dan 9 hari,
yaitu MACD (12,26,9). Seperti halnya sebagian besar indikator teknis, MACD juga menemukan
pengaturan periode dari masa lalu ketika analisis teknis biasanya didasarkan pada grafik harian.
Alasannya adalah kurangnya platform perdagangan modern yang menunjukkan perubahan harga setiap
saat. Karena minggu kerja biasanya 6 hari, pengaturan periode (12, 26, 9) mewakili 2 minggu, 1 bulan,
dan satu setengah minggu. Sekarang ketika minggu perdagangan hanya memiliki 5 hari, kemungkinan
mengubah pengaturan periode tidak dapat dikesampingkan.

Namun, selalu lebih baik untuk tetap berpegang pada pengaturan periode yang digunakan oleh sebagian
besar pedagang karena keputusan membeli dan menjual berdasarkan pengaturan standar semakin
mendorong harga ke arah itu.

Seri MACD dan rata-rata biasanya ditampilkan sebagai garis kontinu dalam plot yang sumbu
horizontalnya adalah waktu, sedangkan divergensi ditampilkan sebagai grafik batang (sering disebut
histogram).

Indikator Macd menunjukkan garis horizontal

EMA cepat merespons lebih cepat daripada EMA lambat terhadap perubahan harga saham terkini.
Dengan membandingkan EMA periode yang berbeda, seri MACD dapat menunjukkan perubahan tren
saham. Dikatakan bahwa seri divergensi dapat mengungkapkan pergeseran halus dalam tren saham.

Karena MACD didasarkan pada rata-rata pergerakan, ini adalah indikator lagging indikator lambat.
Sebagai metrik tren harga di masa depan, MACD kurang berguna untuk saham yang tidak tren (trading
dalam kisaran) atau ditradingkan dengan aksi harga yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu tren
sudah akan selesai atau hampir selesai pada saat MACD menunjukkan tren.
Relative Strength Index (RSI)

RSI adalah indikator yang membandingkan momentum harga bullish dan bearish dan menampilkan
hasilnya dalam osilator yang dapat ditempatkan di bawah chart. Seperti halnya kebanyakan indikator
teknis, sinyal RSI paling dapat diandalkan ketika disesuaikan dengan tren jangka panjang dari pergerakan
harga aset

Indeks Kekuatan Relatif atau lebih dikenal dengan nama Relative Strength Index (RSI) adalah
suatu osilator yang digunakan dalam analisis teknis untuk menunjukkan kekuatan harga dengan cara
membandingkan pergerakan kenaikan dan penurunan harga.

Metode RSI ini diperkenalkan oleh J. Welles Wilder dan diterbitkan pada majalah Commodities
Magazine yang sekarang bernama Future Magazine pada bulan Juni 1978 serta dalam bukunya yang
berjudul New Concepts in Technical Trading Systems.

RSI ini menjadi populer penggunaannya oleh karena secara relatif mudah diinterpretasikan.

Istilah "kekuatan relatif" atau relative strength ini juga merujuk pada kekuatan dari suatu saham dalam
kaitannya dengan pasar secara keseluruhan atau terhadap sektor usaha saham tersebut.

Untuk menghindari kebingungan maka kadang-kadang disebut juga "pembanding kekuatan relatif"
(relative strength comparative) yang tidak berhubungan dengan RSI dalam penjelasan ini.
STOCHASTIC

Sebagai indikator momentum, stochastic menunjukkan saat-saat dimana pergerakan harga telah
mencapai keadaan overbought atau oversold.

Stochastic adalah indikator oscillator sederhana yang mengukur momentum. Indikator ini diciptakan
oleh George C. Lane pada akhir tahun 1950-an. Sebagai indikator momentum yang
bersifat oscillator, stochastic akan menunjukkan saat-saat dimana pergerakan harga telah mencapai
keadaan overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual).
Karena indikator ini telah digunakan lebih dari 50 tahun tentu saja telah teruji keakuratannya, oleh
sebab itu stochastic oscillator hingga kini masih digunakan oleh trader saham, forex, futures maupun
komoditi.

Ada banyak variasi indikator ini tetapi yang paling sering digunakan adalah Slow Stochastic. Slow
Stochastic terdiri dari 2 garis kurva yang menyerupai moving average (satu diantaranya memang moving
average).

Berikut adalah poin-poin penting pada indikator Slow Stochastic:

Pergerakan kurva tersebut dibatasi oleh level 0 hingga 100 yang menunjukkan persentasi nilai indikator
tersebut.

Ke 2 garis kurva tersebut adalah %K yang biasanya ditampilkan dengan warna biru, dan garis %D yang
ditampilkan dengan warna merah.

%D adalah nilai rata-rata (moving average) dari %K sehingga pergerakannya lebih lambat (lagging).

Trader akan memperhatikan pergerakan ke 2 garis kurva ini untuk mengidentifikasi perilaku trend yang
sedang terjadi. Indikator oscillator ini memberi sinyal ketika momentum pergerakan harga sedang
melemah yang merupakan isyarat akan terjadinya koreksi ataupun pergantian trend.
Dibawah saya lampirkan juga studi charting yang sudah ada, silahkan dipelajari kombinasi indikator yang
sesuai menurut chart anda.

Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai