Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU HAMIL BERISIKO DENGAN PLASENTAPREVIA

Pembimbing Akademik:
Ns. Sunarsih, S.Kep., M.M

Pembimbing Lahan:
Ns. Farida Yuni Lestari, S.Kep

Disusun Oleh :
Evitha Adhe Rahma Efendi
(2314901023)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
IBU HAMIL DENGAN PLASENTA PREVIA

A. Definisi
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar
dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta
merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang
pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport
aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin.
Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan
pada plasentaadalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2019).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada
keadaan normalplasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke
arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2020).
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan
uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester
terakhir, khususnya pada bulan kedelapan Chalik, (2018).

B. Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadikarena proses radang maupun atropi.
C. Tanda dan gejala, klasifikasi
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari perdarahan sebelumnya.
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang biasanya
baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan
anemia sampai syok.
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).

Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :

a. Placenta Previa Totalis


Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat plasenta
berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.

b. Placenta Previa Partialis


Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
c. Placenta Previa Marginalis
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada pembukaan
servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga
dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan
aman, asal hati-hati.
D. Patofisiologi
- bekas luka operasi pada uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus ↓

vaskularisasi desidua menururn

Plasenta previa

Totalis Partialis Marginalis law lying

Bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

Terjadi pembentukkan segmen bawah Rahim dan pembukaan ostium interna

Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture

Perdarahan

Kehilangan cairan HbO2 dalam O2 kejaringan Risiko


dan darah darah menurun fetus menurun pertumbuhan janin
terhambat/kematia
n janin

Resti syok O2 kejaringan


Metabolisme anaerob
hipovolemik menurun
Penumpukan asam
Perubahan perpusi laktat
jaringan utero
plasenta Kelelahan

Intoleransi Aktivitas
E. Pemeriksaan penunjang
1. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat maturasi
plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik operasi
yang akan dilakukan.
2. Kardiotokografi (KTG) : Kardiotokografi dalam Persalinan adalah suatu metoda elektronik
untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.
Dilakukan pada kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis.
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
5. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double
setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan
kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta
7. Amniocentesis
Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.
F. Penatalaksanaan
a) Konservatif bila :
1. Kehamilan kurang 37 minggu.
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).
Perawatan konservatif berupa :
1. Istirahat
2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
b) Penanganan aktif bila :
1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
3. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
1. Persalinan per vaginam.
2. Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit
perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus
per vaginam bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.
c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belumcukup
37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan
istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya
tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur
tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan
di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik,
penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan
elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak
saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias
(1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan
antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh
plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat bedah
sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.
G. Masalah keperawatan dan data pendukung
No Data Masalah Keperawatan
1 DS : Ansietas
- Klien mengeluh cemas terhadap bayi
nya
- Gerakan janin berkurang.

DO :
- Klien tampak pucat
- Tampak adanya perdarahan pervaginam.
- TTV :
 TD : < 110-120/70-90 mmHg.
 Nadi : > 60-100 x/menit.
 RR : > 22x/menit.
 Suhu: Normal/meningkat (>37,5oC).
- Djj : >/< 160x/menit
- Hasil USG diperoleh gambaran plasenta
previa menutupi pinggir, sebagian,
keseluruhan, ostium uteri interna, dan
disegmen bawah uterus.

2 DS : Intoleransi Aktivitas
- Klien mengatakan badanya lemas
- Klien mengeluh pusing.

DO :
- Klien tampak tidak berenergi atau
bertenaga
- Klien kelelahan
- TTV :
 TD : < 110-120/70-90 mmHg.
 Nadi : > 60-100 x/menit.
 RR : > 22x/menit.
 Suhu: Normal/meningkat (>37,5oC).
- Hb: < 11 g/dL
- ADL klien di bantu
- Kekuatan otot klien :
5/5
5/5
3 DS : Risiko Syok hipovoliemik
- Klien mengatakan mengalami perdarahan
sejak trimester kedua atau awal trimester
ketiga.
- Menurut klien, perdarahan pertama yang
keluar sedikit namun lama kelaman
erdarahan bertambah banyak.

DO :
- Klien tampak pucat
- Tampak adanya perdarahan pervaginam.
- TTV :
 TD : < 110-120/70-90 mmHg.
 Nadi : > 60-100 x/menit.
 RR : > 22x/menit.
 Suhu: Normal/meningkat (>37,5oC).
- Hasil USG diperoleh gambaran plasenta
previa menutupi pinggir, sebagian,
keseluruhan, ostium uteri interna, dan
disegmen bawah uterus.
- Hb: < 11 g/dL

H. Diagnosa keperawatan
1. Syok hipovoliemik b.d kehilangan cairan dan darah akibat perdarahan
2. Intoleransi Aktivitas b.d kelelahan
3. Ansietas b.d krisis situasional
I. Tujuan rencana keperawatan dan kriteria hasil

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil


1. Syok hipovoliemik b.d kehilangan Setelah dilakukan tindakan
cairan dan darah akibat perdarahan keperawatan selama 1x24 jam syok
hipovolemik teratasi.Kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Akral hangat
- Kadar Hb dalam batas normal (12-16g/dL).
- Klien tidak tampak pucat
- Konjungtiva tidak Anemis
- CRT : < 3 detik
2. lntoeransi Aktivitas b.d kelelahan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 4x24 jam aktifitas
terpenuhi secara mandiri.Kriteria
hasil :
- Klien mampu melakukan aktivitas mandiri.
- Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

3. Ansietas b.d krisis situasional Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 1x24 jam tidak terjadi perubahan
perpusi jaringan utero plasenta.
Kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Akral hangat
- Kadar Hb dlam batas normal (12-16g/dL).
- Klien tidak tampak pucat
- DJJ : 120-160x/menit
- Pergerakan bayi (+)
- Kontraksi uterus (+)
-
J. Intervensi dan rasional
No. Diagnosa Intervensi
Dx
1. Syok hipovoliemik b.d kehilangan Pencegahan Syok (I.02068)
cairan dan darah akibat perdarahan Observasi
- Monitor status kardiopulmonal
(frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD, MAP)
- Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD)
- Monitor status cairan (masukan
dan haluaran, turgor kulit, CRT)
- Monitor tingkat kesadaran dan
respon pupil
- Periksa Riwayat alergi
Terapeutik
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
> 94%
- Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urin untuk menilai
produksi urin, jika perlu
- Lakukan skin test untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi
- Jelaskan penyebab/faktor risiko
syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
2. lntoleransi Aktivitas b.d kelelahan Terapi Aktivitas (I.01026)
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

3. Reduksi Ansietas (I.09314)


Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis: kondisi, waktu,
stresor)
- Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas
(verbal dan nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
K. Daftar pustaka

1. Chalik TMA. 2018. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu
KebidananEdisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2019). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan Keluargaberencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 2016, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.
Bagian
/SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
4. Prawirohardjo Sarwono, 2020, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan
Bina Pustaka:Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2021, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku
kedokteran EGC.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai