Anda di halaman 1dari 24

PETUNJUK TEKNIS

LOMBA MENDONGENG BERBAHASA KAILI TINGKAT SD SE-KOTA PALU


Festival Sastra Tadulako Notutura Tahun 2023

A. Persyaratan
1. Siswa/siswi Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)/Swasta yang masih duduk di kelas 4
dan 5;
2. Setiap sekolah mengutus 1 orang peserta disertai Surat Tugas dari sekolah masing-masing;
3. Peserta tidak ditentukan berdasarkan jenis kelamin;
4. Pendaftaran dibuka sejak tanggal 11 Agustus s.d 11 September dengan mengisi Formulir Online
atau bisa mengambil di Sekretariat Komunitas Seni Lobo, Jl. Sultan Alauddin II No.4
Tawanjuka, Kec. Tatanga Palu;
5. Untuk pengembalian formulir offline selambat-lambatnya pada hari Senin, 11 September 2023
di Sekretariat Komunitas Seni Lobo, Jl. Sultan Alauddin II No.4 Tawanjuka, Kec. Tatanga
Palu;
6. Peserta wajib didampingi 1 (satu) orang pendamping dari sekolah masing-masing;
7. Kuota peserta kami batasi 30 orang. Jika sebelum tanggal 11 September peserta sudah
memenuhi kuota maka pendaftaran secara otomatis akan ditutup;
8. Seluruh peserta akan dimasukkan ke dalam grup Whatsapp (WAG) oleh panitia.

B. Ketentuan Teknis
1. Memilih satu cerita yang telah disiapkan oleh panitia (Cerita Terlampir);
2. Cerita menggunakan bahasa Kaili;
3. Durasi waktu yang diberikan kepada peserta yaitu minimal 5 menit dan maksimal 8 menit
(waktu dihtung saat peserta mulai berbicara/bersuara);
4. Kostum disesuaikan dengan isi cerita;
5. Bila penyampaian cerita membutuhkan atau menggunakan alat peraga (properti/handproof),
maka peserta mempersiapkan alat peraga secara mandiri;
6. Tidak diperbolehkan menggunakan musik latar (backsound);
7. Peserta diwajibkan hadir 15 (limabelas) menit sebelum acara dimulai;
8. Keputusan dewan juri bersifat mutlak, tidak dapat diganggu gugat.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
C. Waktu Pelaksanaan
1. Technical Meeting dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Oktober 2023, Jam 10.00 Wita bertempat
di Millenium Waterpark, Jl. Emmy Saelan Palu
2. Surat Tugas diserahkan pada saat Technical Meeting;
3. Lomba dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Oktober 2023, Jam 10.00 Wita bertempat di
Millenium . Waterpark, Jl. Emmy Saelan Palu.

D. Kriteria Penilaian
Nomor Indikator Penilaian Bobot
Kefasihan berbahasa daerah 20
Penjiwaan isi cerita 30
Penampilan : 50
- Ekspresi
- Intonasi
- Kreativitas

E. Penghargaan
Akan ada enam pemenang yang dipilih oleh tiga Dewan Juri, yaitu :
Juara/Terbaik I mendapatkan Plakat, Piagam Penghargaan beserta Uang Pembinaan sebesar
Rp. 1.250.000,- potong Pajak 5% (PPH 21).
Juara/Terbaik II mendapatkan Plakat, Piagam Penghargaan beserta Uang Pembinaan sebesar
Rp. 1.150.000,- potong Pajak 5% (PPH 21).
Juara/Terbaik III mendapatkan Plakat, Piagam Penghargaan beserta Uang Pembinaan sebesar
Rp. 1.000.000,- potong Pajak 5% (PPH 21)
Harapan I mendapatkan Piagam Penghargaan beserta Uang Pembinaan Rp. 500.000,-
Harapan II mendapatkan Piagam Penghargaan beserta Uang Pembinaan Rp. 400.000,-
Harapan III mendapatkan Piagam Penghargaan beserta Uang Pembinaan Rp. 300.000,-

F. Informasi Umum
Info via Whatsapp : 0822 9630066 (Warda) | 0812 4404 8581 (Alda)
Sekretariat : Komunitas Seni Lobo, Jl. Sultan Alauddin II No.4 Tawanjuka, Kec. Tatanga, Palu

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
LAMPIRAN
CERITA PENDEK BERBAHASA KAILI
Karya : TS. Atjad

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
1. NOSIVALA GASI GUMBA
Tolu eyomo i Huludi rai nomore. “He lea, irivamo I Huludi hei?” Nesabo i Tompiro “ane ivetu.
Anu vei loku rakanasita lea…!”
Nara mpanganee lokumo kami pura. Da nakavaopa nongaremo i Murana “Huludi…Huludi…
Naria i Huludi Ino ?”
“E, kamiu tano… kamaimo ngana!” pongare Ino i Huludi.
“Naria i Huludi Ino ?” nesaboku vai
“Naria ana, pepone poromo ulu. Jamo loku kopokio ia” pesono ino
Neponemo kami tatolu. Da ranja mpojarita kami naratamo i Huludi, “nasaemo kamiu lea?”
“Raipaja.” Nesabo i Murana.
“He, kanasi vei njapa ripaleku hei!” pantoo i Huludi ntuli mo onggotaka gasina.
“Ah, nagaya mpuu gasimu lea, mamala rakanasi kami?” sabo ku
“Gasi gumba etu lea, rai nipokonoku novia gasi botolo. Apa aga sanggni nivala nabantumo, pade
raija nadoli peulana.”
“Ane ivetu lea, teamo gasimo etu! Aginamo malau mosivala kita!” pantoo ku.
“Iriva rapasivalai lea?” nengguneika i Tompiro.
“Ri saliku njapo i Bokori., Anumo kita malaumo…!” tooka Huludi
Narata ri saliku njapo i Bokori nongaremo i Tompiro. “pue, o pue… Naria i Bokari?”
“Hei aku lea… njapa tano kareba?” pantoo Bokori
“Anumo..! Nosivala puli, nosivala nggale, nosivala ula?” savi Huludi
“Aginamo mosivala nggale. Aku ante i Tompiro, iko ante i bokori.” Ivena njau pantoo i Huludi.
“Ane ivetu mosute ulu.” Nosutemo panganee, aku ante i Tompiro pabeta.
“jadi, natoromo lea…” Nitoromo i Huludi gasina.
Notooku ka i Tompiro “aku ntani mavela lea, pade iko mbajagai ulana sira!”
Eva suka nivalaku, jamo nontinda gasi i Huludi nevoro loku rilara gumbu. Batuana rai neula
gasina. Nangova i Huludi mbatima gasina, pade nitorokana moje ka i Tompiro. Nivalamo i Tompiro,
tapi rai namate, aga neula mpanjili, jadipa nivalaku moje pade namate.
“Hei pa,” pade i Murana notoro gasin, “jaga!” ivena i Murana ntuli notoro gasina.
Eva suka natinontodomo poenjana nivalamo i Tompiro gasi i Murana. Jamo nempoji netempa,
tapi rai namate. Nikanasiku rai mamate nivalaku moje. Jamo nontinda gasi njau rilara nggeke. Ivenamo
njau posivala mami sampe maggaribi pade nasoro.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Terjemahan Bahasa Indonesia
1. BERMAIN GASING GUMBA
Tiga hari sudah si Huludi tidak bermain bersama. “Hei kawan,dimanakah gerangan Si Huludi
ini?” Sambung Tompiro: “Bagaimana jika kita mengunjunginya?”
Lalu berangkatlah kami semua mengunjungi Huludi. “Huludi … Huludi … apakah Huludi ada
Bibi?”, teriak Murana dari kejauhan.
“Eh kalian, mari sini Nak!”, balas ibu Huludi.
“Huludi ada Bi?”, tanyaku lagi.
“Ada Nak, naiklah dulu, biar saya panggilkan!”, jawab Bibi.
Kami naik-masuk kerumah Huludi, sedang asyik kami bercerita Huludi pun dating. “Apa kalian
sudah lama kawan-kawan?” “Belum juga”, jawab Murana.
“Hei lihatlah, apa di tanganku ini?” kata Huludi sambil mengangkat gasing di tangannya.
“Wah, bagus sekali gasingmu, bolehkah kami lihat?”, sahutku.
Huludi berkata: “Itu gasing gumba kawan, aku tidak suka membuat gasing botol karena jika
sekali lecet maka putarannya sudah tidak bagus lagi.”
“Kalau begitu, bawalah gasingmu!” “Bagaimana kalua kita bermain?”, kataku.
“Di mana kita akan bermain, kawan?”, sahutku si Tompiro.
“Di halaman rumah Bokori, ayo, marilah kira pergi!”, kata Huludi.
Sesampainya di rumah Bokori, si Tompiro berteriak: “Pue … Pue… apa Bokori ada?”
“Saya di sini, apa kabar kalian?”, jawab Bokori.
“Ayolah mulai bermain tunggal, saling mengadu atau saling mengulang, ah, sebaiknya kita
bermain saling mengadu, saya melawan Tompiro, kau bersama Bokari”, kata Huludi.
“Sebaiknya kita bermain saling mengadu putaran, saya melawan Tompiro, kamu dengan
Bokori”, begitulah kata Huludi.
Lalu kemudian, kami pun melakukan suit. Aku dan Tompiro tampil lebih dahulu.
Saat sedang asyik bermain, gasing Huludi tiba-tiba terbang terpental ke dalam Semak-belukar
yang menandakan gasing Huludi tidak berputar dengan baik. Segeralah ia berlari mengambil gasingnya,
nanti setelah gasing itu dia serahkan pada Tompiro barulah benda tersebut berputar kembali. Sampai
aku menyuruh berhenti barulah dia terhenti.
Selanjutnya, tiba giliran Murana memutar gasingnya. “Awas!”, kata Murana saat melihat
gasingnya. Waktu Murana sedang asyik memainkan gasingnya, Tompiro juga ikut memukul gasing

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
tersebut sampai terpental tapi tidak sampai terhenti. Aku yang melihat gasing terus berputar akhirnya
juga ikut memukul gasing tersebut sehingga ia masuk ke dalam selokan. Begitulah kami bermain hingga
tiba waktu magrib dan memutuskan berhenti.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
2. NOTEBA GASI
I Tutusi, dako nipobate buku nikitaku nangalamo taono. “Hau riumbamo iko Tutusi…?”
“Hau ri talua” pesana na
“Ane vesia koimo tano…!” uli ku
Dako nanau i Tutusi nakavamo i Sunii. “Tutusi tongoraka yaku le!”
“He , ne makanano! Kitamo masalisa …” panguli i Tutusi nevovaya.
Pumpu dala geira notesa.
Yaku : Nambaso mpuu taonomu Tutusi…
Tutusi : Kitamo masalisa! Raaepe tinaku ngena. Kayu nuapa rapoviata Sunii?
Suni : Hau mangelo kale nu puto kita?
Yaku : Ah, ledo nabelo puto… Nagayapa kale nuganaga…”
Tutusi : Ane vesia aginamo ri banua i Totobose
Suni : Anumo tano…
Da nakavaopa nikitanamo i Totobose noleba gasi ri kapeo njou I Totobose.
Yaku : Kayu nuapa nitebamu itu le?
Totobosi : E, komiu tano. Kamaimo…
Tutusi : Kayu nuapa itu, eva nakaa mpuu.”
Suni : Naburo matamu nanggita…”
Yaku : Nagaya tano kayu miu le
Tutusi : Nariapa labi ntoe hi le?, Dekeika kami mbau sanggoto…?
Totobosi : Ane aga itu nagampamo… Alamo miu randua kotona anu nitebaku itu!”
Jadipa noteba mbau novia gasimu geira. Gasi i Totobose damo rapaka gasa, apa ia ntani noteba.
Nasae sae noteba madota mevali puramo Gasira. Nesana i Tutusi “ane maupu moteba ngena hau
mengelo parovo kita…!” “Raparovota gasita ala maili.”
“Iyo, domo makaja itu, ngenapa. Pakaupumo ruru bo kuturukani bangkele nugasi hii pade hau
kita.” Pesana ku
Roso mpoteba-teba bara berimbau pangane hia mata ntaono i Tutusi aga netepa hau ri
kotumpuna. Itomo itu kapola pola naputu kotumpu mpalena. Jadi nasesa puramo geira, nompari mpari
I Sunii nangala bulano bo nivunjutaka pade nitampoka pale i Tutusi bo nipou nuranta, mau ngare
ngarenamo i Tutusi notumangi.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Jadipa i Tutusi domo naupu noteba gasina, kapola pola notinggulimo ia. Nakava ri banua ia aga
nikarausi ntinana muni, apa ia noavai tinana.

Terjemahan Bahasa Indonesia


2. MEMBUAT GASING
Si Tutusi, baru saja kulihat meletakkan bukunya langsung saja ia mengambil parang. “Hei, mau
ke mana kau Tutusi?”
“Mau pergi ke kebun”, katanya.
“Kalau begitu, marilah!”
Baru saja hendak pergi datanglah si Sunii. “Tutusi tunggu aku!”
“Hey, jangan berisik, cepat lah!”, kata Tutusi berbisik
Sepanjang perjalanan mereka terus bercerita.
Aku : “Besar sekali parangmu Tutusi.”
Tutusi : “Cepatlah kita pergi!” “Nanti ibuku dengar.” “Kayu apa yang akan kita pakai sunii?”,
lanjutnya.
Sunii : “Kita akan mencari akar puto.”
Aku : “Ah, tidak bagus akar puto, sebaiknya kayu dari pohon manga saja.”
Sunii : “Baiklah.”
Dari kejauhan dilihatnya si Totobose sedang membuat gasing.
Aku : “Kayu apa yang kau pakai itu kawan?”
Totobosi : “Eh kalian, mari-mari.”
Tutusi : “Kayu apa yang kau pakai itu?” “Kelihatannya sangat keras.”
Sunii : “Memamng kau buta melihatnya!”
Aku : “Bagus sekali kayumu kawan.”
Tutusi : “Adakah sisahnya kayu itu?” “Kalau ada berikanlah kami walau sepotong masing-
masing.”
Totobosi : “Kalau itu gampang, ambillah dua potong yang ku buat itu!”
Akhirnya, mereka membuat gasing untuk mereka masing-masing. Gasing Totobose hanya
tinggal diamplas, sebab ia lebih dulu membuat gasingnya. Setelah beberapa lama, gasing mereka pun

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
selesai dibuat. Lalu si Tutusi berkata: “Kalau sudah selesai dibuat, marilah kita mencari pengamplas!”
“aAgar gasing yang kita buat menjadi licin.”
“Iya, tidak susah itu.” “Biarkan saya ukir dulu gasing ini lalu kita pergi”, kataku.
Sedang membuat gasing itu, entah mengapa mata parang Tutusi mengenai tangannya sendiri
sehingga lukalah ibu jarinya. Kemudan suasana berubah menjadi panik, suni buru-buru mencari bulano
yang ditumbuk lalu ditempelkan pada jari Tutusi yang terluka itu lalu dibalut kain. Tutusi pun menangis
histeris.
Akhirnya, Tutusi tidak meneruskan membuat gasingnya dan langsung kembali pulang. Sampai
tiba di rumah, ia pun dimarahi ibunya akibat berbohong tidak berpamitan dan meminta izin.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
3. PANABUSU
Ivongi Ojo, i Tutusi ante papaku loku ri boya ntomene. “Nokuya Ojo?” nitoo Tutusi
“Loku nantima volo tupi rapovala, apa vala nugimpu manu naombomo.” Savi Ojo
“Tantu madea volo ri sapo miu lea?” mamala kupedodo volomu lea?” nitoo Tutusi vai
“Iyo, Rapokuya?” peinta Ojo
“Rapovia panabusu” tokaa Tutusi
“Oh, iyo mamala… pantoo mpapaku anu nakumba bo nabiko bolona nagaya. Nasangga ntoto
onina.” Savi Ojo.
Da kapojarita rita sira nongaremo i Bombe, “Ojo, kamai malaumo ri gimpu nggambi njau kita
movie panabusuta, akuja samba lea, apa nitookumo ante i Ojo panganee.” Nesono i Bombe
“Iyo Tutusi, niitoonamo nteaku panganee” tokaa Ojo
“Ane ivetu anumo, malaumo kita…!” savi Tutusi
Narata ri gimpu njau nompamulamo sira nompudu volo. “Pelisi volo nabiko bolona bo nakumba
lea! Pade rapoviata.”
“Iko Ojo tima tumai volo vatu njau rapovia pobuntuna.” Savi Bombe. Pade panganee mbau
noviamo sira.
I Tutusi ruongu panabusana, i Bombe pa aga saongu, apa ia naole novia. Rai nasae panganee
nengguneika i Bombe, “Ojo, beriva ane malaumo mantima sese numaku kita?” “Iriva lea?” nesono I
Tutusi. “Rilara ntalua mpapaku lea. Maku hei rilara ntalua mami njau nadea mpuu sesena.”. “Iriva totona
lea?” Nenggunei moje i Tutusi. “Ri jengi”.Savi na “Ane ivetu anumo, malaumo kita!”
Jadi panganee nolumako poromo sira njau. Nasae sakodi pade narata sira, apa nakavao mpuu
numaku rakalauna sira njau. Narata ria, ri puu numaku nompenondosi sakodi. Eva suka nasaumo
lengena sira nesonomo i Tutusi “Anumo lea, nomponemo kita…!”
“Ane aku aginanamo anu niraba ntonji njau rapasiromuta! Jadi anu rilolona etu mamala mabose.
Beriva lea?” Nesono I Ojo “O, iyo lea…” sira nesabo.
Naopu ivena mbau nompasiromu sese numaku naraba njau sira. Nompasiromu bo
nompepebusija panabusu. Rai nirasai nungana poro njau tano eyo nabantumo. “Anumo manjilimo kita
lea…! Pantoo i Tutusi. Nara panganee nanjilimo ngana poro njau. Baraberiva panganee na anupa nasala
mpobuntu i Bombe, aga nakotu kayu numpanabusuna.
“Ai, nakotumo kayu nupanabusuku lea. Mamala kuinda ulu panabusumu saongu Tutusi?”
“Namala… Tapi pakalompe sampe nakotuja!” tokaa Tutusi.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Terjemahan Bahasa Indonesia
3. PANABUSU
Kemarin, Ojo, Tutusi dan ayahku pergi ke Boya Ntomene.
“Buat apa Ojo?”, kata Tutusi.
“Pergi mengambil untuk dibuatkan pagar, karena pagar untuk kendang ayam telah roboh.”
“Tentu di rumahmu banyak bambukan?” “Bolehkah aku minta sedikit?”, tanya Tutusi lagi.
“Iya, untuk apa?” tanya Ojo.
“Untuk membuat panabusu”, jawab Tutusi.
“Oh tentu boleh.” “Kata ayahku harus yang tebal dan sempit lubangnya bagus.” “Lebih nyaring
bunyinya.”
Sedang bercerita, lalu memanggillah Bombe. “Ojo, ayo kita ke kendang kambing dan membuat
panabusu di sana!” “Ikutkan saya satu kawan, saya sudah sampaikan ke Ojo sebelumnya.”
“Iya Tutusi, dia sudah mengatakannya tadi”, kata Ojo.
“Kalau begitu, ayo kita pergi!”, kata Tutusi.
Setelah tiba di tempat yang dimaksud, mereka memulainya dari memotong bambu. “Pilihlah
bambu yang kecil lubangnya dan tebal kaan untuk kita buat.” “Hei Ojo, ambilkan saya bambu yang
lebih kecil untuk dibuatkan pelontar!”, kata Bombe. Lalu mereka melanjutkan membuatnya.
Si Tutusi sudah membuat dua panabusu, sedangkan si Bombe hanya satu karena ia lambat. Tidak
berapa lama si Bombe berkata “Ojo bagaimana kalau kita mencari peluru dari buah jambu?” “Di mana
kawan?”, tanya Tutusi. “Di kebun ayahku saja, jambu merah di kebun kami memang banyak bijinya”,
jawabnya. “Di mana tepatnya?”, tanya Tutusi lagi. “Di pepohonan”, jawabnya.
Akhirnya, pergilah mereka beramai-ramai, setelah lama berjalan mereka tiba di tempat yang
dimaksud. Rupanya tempat yang mereka tuju sangat jauh. Setibanya di pohon jambu tersebut, mereka
memutuskan beristirahat sejenak. Setelah hilang rasa lelah mereka, Tutusi lalu berkata: “Baik awan,
kita panjat saja.” “Sebaiknya yang kita ambil buah yang dijatuhkan burung saja, agar yang di atas dapat
bertumbuh dengan baik.” “Bagaimana kawan?”, seru Ojo. “Oh, baiklah,” sahut mereka.
Setelah memungut bunga/biji itu, mereka pun bermain tembak-tembakkan dengan panabusu.
Tidak terasa matahari mulai condong. “Baiklah, mari kita pulang, kawan!”, ajak Tutusi. Maka pulanglah
mereka semua. Entah apa penyebabnya sehingga alat pelontar panabusu milik si Bmbe patah.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
“Ai, alat pelontarku sudah patah kawan, bolehkah kupinjam panabusumu Tutusi?”
“Boleh, tapi hati-hati.” “Jangan sampai patah”, jawab Tutusi.

Catatan:
-panabusu= jenis permainan tradisioal anak-anak suku kaili, terbuat dari bambu dan
dimainkan dengan saling tembak-menembak menggunakan peluru dari biji-bijian kecil.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
4. TOVAU LOBA
I Bilo ante tueina i Gado ane masoromo nosikola nompari mparimo notingguli ri banuara,
nantora poevura. Apa panguli ntomana ane makadiki komiu moevu ngana, ra alika baju gaya komiu ri
yo nggabuka ngena. Itomo itu geira bo nitorara mpuu panggaviara, noevu tovau.
Naria sanggani ranja mpoevu tovau geira manggarentomo uda. Haimo hai sabana geira nesua
nekanolu ri sou kodi. Tovaura nitatusikaramomboi nekanolu eva riambe ntaipa yarega poi mbaso
risinjori njou nipekanolura hai.
Nesana i Bilo, “Gado keni tumai suliku itu!”
Nangepe hai neanggamo i Gado nanggeni suli ka tuakana. “Hiimo sulimu tuaka…” Jadi nialamo
i Bilo suli hai.
Dako madota ratavuisina nesanamo tueina, “Bilo nisanimumo nanggeni dade Tananggu
kaili…?”
“Iyo, nakuya tano…?”
“Tauvuisikaku vei! Apa nipokonokumpuu dade itu.”
Jadi pangane, nosuli mpuumo i Bilo. Nnatau mpuu i Bilo nosuli, panguli i Gado aga rarantaina.
Mau napangamo i Bilo nosuli, uda dopa muni nenonto. Itumo itu bo nadea mpuu dade nikeni i Bilo.
Ranja mposuli hai niepera mbee ntovau nemayo. Haimo hai geira nompari mpari neangga bo
nagova masalisa ri toto nusuara hai. Dako nakava nipeintaramo i Loba nebanggese nggese ri puna mpoi.
Nompari mparimo geira. Nemo nemo ngena i Loba nikiki nuasu. Eva suka naparamo nesanamo i Gado.
“Bilo bara moanamo tovao hai?” Nesana i Bilo “O, iyo mpuu…peinta vei palona!”
Dako madota rapinta i Bilo, noputara mbotomo tovau hai bo nikitana mai. “O, iyo, nakana
mpuu… Tovau hii madota moana.”
Dopa nasae vesia nesuvumo ana ntovau hai. Nagaya mpuu, naputi buluna…”
Nesana i Bilo, “panguliku tovau hii eva dopa tempona moana…”. “Iyo le, yaku vesia muni…”
panguli Gado
“Gado! Mbamo komiu?”
“Hii yaku tuaka…”
“Neparuru, berimbamo carata manggeni tovau hii ribanua?”
Nesana tueina, “nagampamo ane aga itu… Damo kupoviaka kamboti rapanggenita anana itu”

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Eva suka naupumo kamboti nipoviana, nesanamo i Gado, “Berimbamo hii lea, apa eyo
masoromo?” Nesana i Bilo, “Yakupa mompasanaka anantovau iyu.”
“Iko mbairi tinana.”
“Nabelemo tano… Aga pakabelo ngena manggeni suliku itu, nemo sampe mapepe!” panguli
Gado.
Naupu hai nolipamo geira, nienje nueyo nasolo.

Terjemahan Bahasa Indonesia


4. KAMBING BELANG
Si Bilo dan adiknya si Gado apabila sudah pulang sekolah, bergegaslah mereka pulang ke
rumahnya, lantaran mereka mengingat gembalanya. Sebab ayahnya berkata: “Jika kalian rajin, maka
kalian akan dibelikan baju baru pada hari raya nanti”. Oleh karena itulah, mereka selalu mengingat
pekerjaan mengembalanya.
Suatu ketika saat ia mengembala, tiba-tiba hujan gerimis. Karena itulah akhirnya mereka
berlindung di dalam pondok. Sementara kambing-kambingnya juga berlindung di bawah pohon asam
besar yang letaknya di sebalah pondok tempat mereka sekarang.
Si Bilo berkata: “Gado, bawa kemari sulingku itu!”
Mendengarnya, Gado pun lekas mengambil dan memberi suling pada kakanya “Ini sulingmu
kak”, lalu Bilo pun mengambil sulingnya. Baru saja akan meniup suling, si adik Kembali berseru: “Gado
apa kau sudah hafal lagu Tanahku Kaili (Tananggu Kaili)?” “Iyaa, lalu kenapa?”, jawabnya. “Cobalah
mainkan, saya betul-betul suka lagu itu!”
Bilo pun memainkan sulingnya. “Wah hebat sekali Bilo memainkan sulingnya”, tutur Gado
dalam hati. Walaupun Bilo sudah cukup lama meniup suling, hujan belum lagi berhenti sehingga sudah
banyak lagu yang dimainkan oleh Bilo.
Sedang asyik bermain suling, mereka mendengar suara kambing yang menggema. Lalu
merekapun berdiri dan buru-buru berlari mencari sumber suara. Begitu tiba mereka melihat si belang
menggesek-gesek badannya di pohon asam. Maka bergegaslah mereka ke sana. Jangan-jangan si belang
digigit anjing. Setibanya di sana, berkatalah Gado: “Bilo mungkin saja kambing itu hendak
melahirkan?” Bilo pun menyahut: “Oh, mungkin saja, coba kita lihat dulu buntutnya.” Belum sempat

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
dilihat si Bilo, kambing tersebut lalu berputar seperti ingin menunjukkannya sendiri. “Oh iya, memang
benar katamu, kambing ini memang hendak melahirkan.”
Beberapa saat kemudian, anak kambing pun telah lahir. “Cantik sekali, bulunya putih”, kata Bilo
lagi “Menurutku ini belum saatnya kambing ini melahirkan.” “Iya, saya kira demikian”, kata Gado.
“Gado kau di mana?”
“Saya di sini kak!
“Tunggu dulu, bagaimana cara kita untuk membawa kambing ini pulang?”
Berkata adiknya: “Gampang saja kalau itu.” “Akan kubuat wadah untuk kita membawa
anaknya.” Setelah wadah selesai dibuat. Gado kembali berkata: “Bagaimana ini kak?” “Sepertinya hari
sudah senja sekarang.”
Kata Bilo “Kalau begitu, aku saja yang membawa anaknya.” “Kamu giringlah induknya!”
“Baiklah, tapi berhati-hatilah membawa sulingku!” “Jangan sampai terjepit!”, sahut Gado.
Kemudian berjalanlah mereka pulang diiringi oleh matahari terbenam.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
5. I YARATAA
Iyarata, eyo eyo naole nakava ri posikola. Naria saeyo, madota naumpumo topo uki pade nakava.
Damo nompari mpari ia nesua nonturo tumoedemo ri ponturona. Dopa nasae ia nonturo nesanamo i
Guru,
“Naupumo komiu nouki ngana?”
“Iye guru” nesana i Rania.
“Ane vesia tano, keni tumaimo!”
Jadipa nompari mpari puramo ngana nanggeni boona ka i Guru. Naupu notanda pouki nungana
neanggamo i Guru nompalele boora. Dako neangga i Guru nikitanamo i Yarataa netinoku ri meja
poukina.
“He Yarataa, mbana vei poukimu?.” Dopa nagopi ia nesabo, nesanamo i Tompiro, “dako nakava itu
Guru”
“dako nakava? Dako riumba tano iko I Yarataa?” panguli Guru.
Ledo nontingo ntingo I Yarataa. Aga nompari mpari ia negogo kantona. Nesana vai i Guru, “kamai risii
vei iko Yarataa!”
16erik…nompeole ole. Palena kana ri ara kantona. Eva suka namosumo, bo natekaja mpuu i Guru.
“He..! Nakuya tan obo ndea ruke nubau ri palemu Yarataa?”
Le nesabo sabo ia, aga nivule vukuna muni nosuaraka palena riara kantona, bo mbeli numatana le
napudu pudu ri pale i Guru.
Naduapa rara i Guru, bo neangga ia, nitajana pale i Yaarataa dako rikantona. “Hama…” itumo
itu katekaja i Guru nanggita bau barebuku damo mosibarakaco nanavu jadi pa roana nompangirika la.
“Jadi aga nakava nomeka tano iko? Ledo nosikola ha!” vunggasi Guru.
Damo karidi ridi i Yarataa nanggita i Guru naraumo. “Maile pakabelo iko. Ane da hilupa nomeka iko
maile kuloe ri kayu jawa mbaso hai kupokikika laga. Niepemu!”
Damo karidi ridi bivina nesabo, “domo mpuu yaku momeka Guru…”
Nompamula eyo haitu sampe natama dako ri posikola domo mpuu ia hilau momeka ribambana.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Terjemahan Bahasa Indonesia
5. I YARATAA
Si Arta setiap hari terlambat ke sekolah. Pernah suatu hari, selesai orang-orang menulis dia baru
tiba. Sembari bergegas masuk duduk bersila di tempat duduknya. Baru saja dia duduk ibu guru lagsung
menegur:
“Sudahkah kamu selesai menulis anak-anak?’’
“Iya ibu guru”, jawab Rania.
“Kalau begitu bawa ke sini!’’
Kemudian anak-anak berlomba untuk menyerahkan perkerjaan mereka untuk diperiksa guru.
Setelah guru selesai memeriksa perkerjaan mareka, guru kemudian berdiri dan menyerahkan tugas
mereka. Baru saja hendak berdiri, ibu guru lalu melihat Si Arta duduk termenung di bangkunya.
“Hey Arta, mana perkerjaanmu?’’ Belum sempat ia menjawab, si Tutusi lalu menimpali “Dia
baru saja tiba Ibu guru.”
“Baru? Dari mana saja kamu Arta?’’, kata ibu guru.
Si Arta hanya terdiam buru-buru menyembunyikan lengannya. Ibu guru berkata lagi: “Kemari
kamu, Arta!’’ Dia pun pergi menghadap ibu guru terus menyembunyikan tangan di kantongnya. Begitu
tingkahnya sehingga ibu guru pun agak terkejut melihatnya.
“Hei, mengapa banyak sekali sisik ikan di lenganmu Arta?’’
Ia tidak menyahut dan terus-terusan berusaha menyembunyikan tangannya di dalam kantong,
sementara lirikan matanya terus ke tangan ibu guru.
Ibu guru akhirnya merasa kesal, lalu berdiri dan meraih tangan Arta dari kantongnya. “Astaga!’’
Bertapa terkejut guru saat melihat ikan-ikan berjatuhan dari kantongnya, sementara teman-temannya
ikut menertawakannya.
“Jadi, kau hanya pergi memancing dan tidak bersekolah ya Arta?’’, bentak guru.
Arta pun gemetaran sejadinya saat ibu guru marah .
“Hati-hati kamu!, “Kalau besok kamu masih mengulanginya, akan kuikat badanmu di pohon
kayu jawa yang besar itu supaya badanmu digigit-gigit semut.” “paham!”
Sambil bergetar, dia menjawab: “Baik ibu Guru.” “Saya tidak akan memacing lagi.”
Lalu semenjak hari itu sampai seterusnya. Ia benar-benar tidak pergi memancing.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
6. NO NGGOLOLIO
Da ringgaulunapa Pue ku niposanga ka Pue Ngalu. Ane nokatomo pae ri Jono-Oge kana
naratamo i Pue Ngalu nepokio. Anumo ana, kumpopea kamiu maingolu mebere eyo ri sou. Apa pantoo
nu sando, ane metanggasemo eyo, pae raganggomo. Naopu ivenai najilimo i Pue.
Eva suka najiimo, naopu kami nokumoni nesonomo inoku, “vamo kamiu ngana?”
“Udi, Ojo paka tinapa poro mamimo kato, toru bungu ante kamboti kodiku etu. Apa bobaya kita
metendemo ri Jono mba poroaka puemu mokato.”
Aga naopu nosambaya subu inoku, nolumakumo kami tatolu. Aku notinggauluka jala, pade i
Yudi ri totongona, inoku ri bengontoto. Dako nobere eyo naratamo kami ri sou mpueku. Nirata mami
nariamo Sando ri sou i Pue. Eva suka netanggasemo eyo nesonomo Pueku.
“vamo iku Udi? Tima kaku ndualevu ri pomoaka njau.”
“iko Ojo keni tumai benu ante ruti nuapu.”
“papuka Pue?” nesono i Ojo.
“iye, rapotapaka pae, pade rapamulamo moganggo” Eva suka naria poromo anu nipedodo mpueku,
nesonomo Sando, “anumo bo malaumo kita Pue Yojo!” Jadi loku poromo kami.
Narata ri paruja nesonomo inoku, “vamo iko Ojo? Pasiduki apu njau!”
“rapokuya ino?”
“rapotapaka ino mpae. Maopu njau pade mamala pae raganggo.”
Naara pangane navayamo apu nipakavayaku. Nikanasiku mai sando njau notunjumo ndualevu,
bo ngguvi ngguvinamo sumbana nogane. Aga rai ninjaniku, njapa nitoona. Naopu njau nibekaka sampuu
pae anu naua ntoto vuana, pade nompamulamo
Aga ri larakumo, “njapa nitoo ntogurana njau?”
Da ranja mpopekiri aku, naanupa nesonomo I Udi, “Ojo, novia kuwau kita ndi!”
“anumo toaka. Ane sakodi kalompena, aginamo kita ntuli movie nggololio.”
“O, iyo… naakoromo aku”
“ane ivetu tano aginamo malau ntani ira nggaluku kita…”
Narata nanima iranggaluku, nompamulamo kami nantima kuwau. Nipovia mami mbale saongu.
Nesonomo toakaku, “anu mabose-bose votona sakodi, ala maondo suarana.”Naopu nipepe pade
nijonjongimo.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Ivei dade mpojonjongi kuwau.
“Jonjongi… jonjongi, pae sara mpovulu, iku isina aku vukuna,ane rai maoni iko, kupepeki pakaoya-
oya, kupajadi toila.”
Aga bara sangguya nggani nijonjongiku naonimo. Ivenaja toakaku. Naanupa nesono toakaku,
“anu Ojo malau ri sou sambira njau kita. Jadi, lokumo kami risou njau notavusi nggololio. Eyo kapane-
panenamo, kami kana nonggololiomo. Da nonggololio, nongaremo inoku, “he ngana penondomo ulu
apa nolibimo eyo, kamai kita toku ri sou mokumoni!”
Naopu nokumoni, aga nompeosa sakodi bo nosambayamo inoku, pade loku moje kami ri paruja.
Aku ante taoakaku kana nonggololio ri sou sambira mpanganee sampe nasolomo eyo. Nesonomo Pue
Sando, “vamo kamiu ngana, moolumo ulu kita, ane mandate ndatepaja inosa maingolu dumondo pade
mosirata moje kita” Naopu nompasiayu pae, notuamo kami tatolu, nggajala jala kami ntali toaka kana
nonggololiomo.

Terjemahan Bahasa Indonesia


6. BERMAIN SULING
Dahulu nenekku dikenal dengan nama Nenek Tutur. Apabila musim panen telah tiba di Jono
Oge, Nenek Tutur akan selalu mendatangi kami. Berseru ia: “Ayo Nak, kutunggu kalian besok saat
matahari terbit karena menurut sando (orang pintar/dukun) apabila matahari telah terbit maka akan
mulai menuai padi.” Selepas itu Nenek Tutur pun pulang.
Selesai makan malam, Ibu berkata: “Hai anak-anak di mana kalian?, Udi, Ojo tolonglah siapkan
perlengkapannya seperti toru dan kamboti kecilku.” “Sebab sebentar subuh kita akan ke Jono untuk
menuai padi nenek.”
Setelah ibu selesai salat Subuh, kami pun berangkat, yaitu aku, kakak dan ibu. Aku berada di
barisan depan sebagai penunjuk arah, sementara kakakku Udi berada di tengah dan ibu di belakangnya.
Begitu matahari terbit, kami pun tiba di pondok Nenek Tutur. Kami dapati di sana sudah ada
Nenek Sando atau Nenek Tutur yang menunggu. Ketika matahari sedikit meninggi Nenek Sando pun
berujar: “Udi, di mana kamu?, “Tolong ambilkan saya ndua levu di atas loteng pondok dan Ojo, tolong
bawakan saya sabut kelapa dan bara api!”
“Dinyalakan Nek?”, tanyaku.
“Iya, untuk mengasapi padi”, jawab Nenek Sando.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Semua yang diminta telah tersedia. Lalu Nenek Sando Kembali berujar: “Saatnya kita berangkat,
Ojo” kemudian berangkatlah kami semuanya. Setibanya di sawah, ibuku berkata: “Di mana kamu Ojo?,
“Lekas nyalakan apinya!”, Aku bertanya: “Untuk apa mama?” ibu lalu menjawab: “Itu untuk mengasapi
induk padi, setelah begitu barulah padi bisa dituai.”
Beberapa saat kemudian, api sudah kunyalakan. Selanjutnya, kulihat Nenek Sando membakar
ndua levu komat-kamit membacakan mantra yang sama sekali tak kumengerti artinya. Ritual pun
dimulai, dengan seikat padi yang paling penuh tunasnya, Nenek Sando terus mengucap mantra. Dalam
hati, aku berujar:
“Apa yang dikatakan orang tua ini?” sementara berpikir demikian, kakakku Udi dating mengintrupsi:
“Apa kau ada kuwau, dik?”, tersadar “Baiklah kak.” “Ayo kita buat ngololio!” “Oh iya, saya setuju”,
katanya.” “Kalo begitu, marilah kita mengambil ira nggaluku lebih dahulu!”, ajakku.
Ira nggaluku telah tersedia, lalu kami pun memilih kuwau dengan seksama, setelah itu kami
mulai membuat ngololio masing-masing.
“Carikan yang batangnya agak besar, supaya merdu bunyinya”, kata kakak.
Setelah selesai, ngololio kami amplas menggunakan kuwau yang lebih kecil sembari
mengamplas, kami menyanyikan sebuah lagu yang bunyinya:
“Jonjongi… jonjongi, pae sara mpovulu, ikunisina aku vukuna, ane rai maoni iko, kupepeki
pakaoya-oya, kupajadi toila.”
Setelah mengamplas sebentar, nggololio milikku dan kakak akhirnya mengeluarkan suara.
“Ayolah, ayo, marilah kita ke pondok sebelah itu!”, ajak kakakku.
Kami pun meniup nggololio masing-masinh, walaupun matahari bertambah 20erik, kami
semakin semangat meniup nggololio kami. Sedang asyik-asyiknya bermain suling, tiba-tiba ibu
memanggil: “Anak-anakku matahari mulai condong, segeralah kemari untuk makan siang!”
Setelah makan siang, kami beristirahat sejenak sedangkan ibu bergegas untuk salat. Lalu kami
Kembali ke sawah. Aku dan kakak terus saja meniup nggololio di tempat kami bermain tadi sampai
matahari terbenam.
“Di mana kalian semua?” “Sudah waktunya istirahat.” “Jika umur Panjang, maka kita akan
bertemu lagi besok”, seru Nenek Sando.”
Setelah membereskan padi, kami bertiga pun pulang. Sepanjang perjalanan pulang, aku dan kakak tidak
henti-hentinya meniup nggololio.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Catatan:
- Nggololio = suling terbuat dari batang padi
- Jono Oge = Nama desa dengan area persawahn yang luas.
- Pue Ngalu = nenek tutur/ cerewet
- Ndua levu = sejenis rumput yang di gunakan masyarakat kaili yang dibakar seperti dupa dalam
tradisi menuai padi.
- Kuwau = batang padi
- Ira nggaluku = daun kelapa muda
- Toru = caping
- Kamboti = bakul
- Sando = dukun

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
7. NORABU
Banua i Bilo ante i Gado aga bara maria rua njoulu dako ribivi ntalinti. Itumo itu geira bo eyo
eyo norabu ri tasi. Naria saeyo, watu hai eyo Aha. I Bilo, i Gado ante i Tanda madota movunta ri banuara.
Nesana i Gado, “Bilo, aginamo kita nosilumbamo morabu le…”
“Anumo tano!” petaa Bilo
Da ranja mpotesa geira nakavamo i Tutusi ante i Yojo. Nesana i Tutusi, “mokuya komiu le?”
“kamaimo iko, morabu sanggani kita…” uli geira
“Iye,, nabelo itu” petaa Tutusi
“ane vesia raboli tanda petanaa ante kaloro”
Jadi nipoumo i Tutusi randua kaluku nare bo nipoviaka angguna ala ledo moenju. Naupu hai
niantaramo hau ri tanga ntasi, kira kira maria sapulu alima ndapana dako ribivi ntalinti. Nesana i Yojo,
“neparuru le, isema topejagai?”
Panguli i Tutusi. “Yakupa… Ane ku ulimo ngena sangu, randua, katalukana morabumo…!”
Naupu ivesia nojijirimo ngana gala hai. Lamoro sangu i Bilo, karanduana i Gado, katataluna i
Tanda. i Yojo nojagai sakaya mbajagai nemo-nemo maria to najeko ngena.
Nesana vai i Tutusi, “neparuru le, Sakuya mpali sukana morabu hau tumai pade metaa
polumba?”
“Ane yaku, kambana tatalu, talunggani. Berimbau naakoro?” niuli Tanda
“O iyo, naakoromo kami” panguli nungana tatalu hai sanggani nggani.
Naupu hai nesana i Yojo, “anumo hau ri pontaa kita…!”
Nakava hamai nesana i Tutusi, “berimba, nagopa puramo? Anumo pekanggapu puramo ri kaloro
itu.”
Eva suka nasompomo petaara, nongaremo i Tutusi, “sangu….Randua… ta…talu….!”
Itumo itu geira damo nosimpegasi ala mamala masampe mokaulu. i Yojo ante i Tutusi kana
novoo njaka mamimo ala kana mboi makaa bukura morabu.
Nangepepa geira novo njaka topo rabu hai, sinina ngana ribivi ntalinti hai nangova puramo hau
nanggita topo rabu. Jadipa naroa mpuumo ngana ribivi ntalinti hai. Voo voo na ngana nantara topo rabu.
Yaku ante toma i Bilo nongiri ngiri kodi nagnggita ngana gala hai nosilumba. Nesana yojo ante toma i
Bilo, “He, mbamo komiu mange kana rakatutui ala mamala ngana ngana ri maipiana majadi togasi
morabu.”
Ranja mpotesa kami nikita kami niposianggalakamo i Gado apa iya pabeta ri posilumba hai.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Terjemahan Bahasa Indonesia
7. BERENANG
Rumah si Bilo dan si Gado hanya berjarak beberapa langkah dari bibir pantai. Hal itu
menyebabkan mereka tiap hari berenang di pantai.suatu hari, di hari minggu, Bilo, Gado, dan Tanda
hendak berenang di belakang rumahnya. Gado lalu berkata: "Bilo, bagaimana kalau kita lomba
berenang?"
"Baiklah", kata Bilo
Sedang asyik bercengkrama, lalu tibalah si Yutusi dan yojo. Berkata Tutusi, "Sedang apa kalian
kawan?"
"Ayo sini, mari kita berenang bersama!"
"Iya, baiklah kalau begitu."
"Kalau begitu, kita harus mulai membuat permainan ini, mulai dari menyiapkan tali."
Selanjutnya, Tutusi mengikat dua buah kelapa yang dibuat terapung supaya tidak bergerak.
Setelah itu, kelapa tadi diantar ke tengah laut, kira-kira sekitar lima belas meter dari bibir pantai. Berkata
lagi si Yojo: "Tunggu dulu, siapa yang akan menjadi Juri dalam Permainan ini? "
Kata Tutusi: "Saya saja, kalau saya katakan satu, dua, tiga barulah kalian mulai berlomba."
Setelah itu, berjajarlah anak-anak itu, mengambil ancang-ancang, yang pertama si Bilo, kedua
Gado, dan ketiga Tanda sedangkan Yojo bertugas yang mengawasi permainan agar nanti tidak ada yang
berlaku curang.
Kata Tutusi lagi: “Tunggu kawan-kawan, Berapa kali putaran yang kita mainkan dalam
perlombaan ini?”
“menurutku, sebanyak tuga kali putaran saja”, sambung Tanda.
“Baiklah”, kata mereka serentak.
Setelah itu, si Yojo mengajak mereka : “Ayo semuanya kita kesana (tanda mulai)!”
Sampai disana Tutusi lalu memulai permainan, “Bagaimana, sudah siap?” “Baiklah, pegang tali itu!”
sampai di perhentian mulai. Tutusi pun lekas memberi komando: “Satu… dua… ti.. ga….”
Segeralah mereka berenang untuk sampai lebih dulu di garis finis. Si Yojo dan Tutusi juga tidak luput
bersorak menyemangati teman-teman mereka agar berenang dengan baik.
Mendengar teriakan sorak-sorak di pantai sehingga membuat menarik perhatian orang-orang di
pinggir pantai untuk menyaksikan, lalu akhirnya ramailah suasana pantai dengan sorak-sorak anak-anak
yang menonton perlombaan.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com
Yojo dan ayah Bilo tertawa girang melihat anak-anak itu. Berkata Yojo kepada ayah Bilo “ Hey,
paman mari kita sering mengadakan perlombaan seperti ini supaya anak-anak bisa menjadi perenang
yang andal”.
Sementara asik berdiskusi, mereka menyaksikan si gado di angkat-angkat oleh anak-anak. Rupa-
rupanya si Gadolah yang memenangkan perlombaan ini.

Office : Rumah Seni Sjahrir Lawide, Jl. Sultan Alauddin II Tawanjuka, Palu, Sulawesi Tengah
Contact : 081244048581 (Whatsapp) | Email : komunitas.senilobo@gmail.com
IG : @komunitaslobo | www.komunitaslobo.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai