Anda di halaman 1dari 20

PENGKODEAN DATA

DI BUAT OLEH
Andrian
Bagas alamsyah Putra
Chairil Syahrain
Reyon Lau Jiemin

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan


rahmat-nya sehingga malakalah ini dapat terwujud. Untuk itu Kelompok 1 sampaikan
rasa terima kasih kepada Harapan penulis makalah ini dapat memberi tuntutan
konseptual yang praktis bagi mereka,baik praktisi maupun mahasiswa dalam
memahami Pengkodean Data. Penulis menyadari, isi maupun cara penyampaian
makalah ini masih jauh dari sempurna Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk mengembangkan makalah ini menjadi lebih
baik.

Tangerang,maret,2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

PENGKODEAN DATA..................................................................................................................I
KATA PENGANTAR....................................................................................................................II
DAFTAR ISI...............................................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................IV
DAFTAR TABLE.........................................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................- 1 -
1.1 Latar Belakang......................................................................................................- 1 -
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................- 1 -
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................- 2 -
2.1 Pengkodean.....................................................................................................- 2 -
2.2 Teknik Pengkodean..........................................................................................- 6 -
2.3 Contoh Pengkodean.........................................................................................- 7 -
.....................................................................................................................................- 8 -
2.4 NRZ (Non Return Zero).....................................................................................- 8 -
2.5 Jenis-Jenis NRZ.................................................................................................- 9 -
2.6 Keuntungan dan Kekurangan NRZ..................................................................- 10 -
2.7 Multilevel Biner..............................................................................................- 10 -
2.8 Kesimpulan Multilevel Biner..........................................................................- 11 -
2.9 Bifase..............................................................................................................- 11 -
2.10 Contoh Encoding Dari Manchester Dan Difrential Manchester.....................- 12 -
BAB III PENUTUP................................................................................................................- 13 -
3.1 Kesimpulan.................................................................................................- 14 -
3.2 Saran..........................................................................................................- 14 -
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................- 14 -
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.............................................................................................................................- 7 -
Gambar 2.............................................................................................................................- 8 -
Gambar 3.............................................................................................................................- 9 -
Gambar 4...........................................................................................................................- 11 -
Gambar 5...........................................................................................................................- 13 -
Gambar 6..........................................................................................................................- 13 -
DAFTAR TABLE

Table 1.................................................................................................................................- 4 -
Table 2.................................................................................................................................- 5 -
Table 3.................................................................................................................................- 6 -
BAB I
PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan kehidupan dalam segala bidang computer


merupakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang sudah menjadi
bagian dari kehidupan manusia. Komputer tidak hanya berperan dalam bidang
pengetikan atau penghitungan, namun telah merambah keber bagai bidang lainnya,
termasuk bidang komunikasi, bidang pendidikan, ekonomi, bisnis, militer, seni,
hiburan, jaringan telekomunikasi telah memanfaatkan kemampuan computer untuk
membantu memecahkan masalah. Dalam bidang pendidikan, computer dapat
dimanfaatkan sebagai media penunjang pembelajaran, alatanalisis, dan hal-hal yang
terkait dengan kegiatan akademik. Pemanfaatan computer dalam bidang ekonomi dan
bisnis dapat kita lihat melalui berbagai sector usaha yang sekarang hampir seluruhnya
terkomputerisasi.
Oleh sebab itu pentingnya bagi kita mengetahui sedikit banyak tentang apa
yang dimaksud dengan pengkodean, sinyal, dan penyimpanan dalam system
computer

3.2 Rumusan Masalah

1 Pengkodean Data ?
2. NRZ (Non Return To Zero) ?
3. Multilevel Biner ?
4. Bifase ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengkodean

Pengkodean adalah suatu teknik yang dilakukan untuk memberikan penegasan


pada proses yang terlibat (data dan pensinyalan) transmisi data. Dalam proses
tersebut perlu diperhatikan pula fasilitas-fasilitas komunikasi dan media yang
tersedia.

Pengkodean data adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menjadikan tiap karakter

dalam sebuah informasi digital yaitu ke dalam bentuk biner untuk dapat
ditransmisikan.

a) Tujuan pengkodean data adalah :

• Tidak ada komponen dc

• Tidak ada urutan bit yang menyebabkan sinyal beradapada level 0 dalam

waktu lama

• Tidak mengurangi laju data

• Kemampuan deteksi kesalahan

b) Pengkodean dibagi atas :

1) BCD (Binary Coded Decimal)

BCD (Binary-Coded Decimal) adalah suatu sistem pengkodean angka


desimal dengan menggunakan biner. Dalam BCD, setiap angka desimal dari
0 hingga 9 diwakili oleh kode biner 4-bit, sehingga sebuah digit desimal
diwakili oleh 4 bit biner. Sebagai contoh, angka desimal 5 diwakili oleh
kode biner 0101, dan angka desimal 9 diwakili oleh kode biner 1001. Dalam
BCD, digit desimal ditampilkan secara terpisah dalam 4 bit biner, sehingga
angka 15 ditampilkan sebagai 0001 0101.
BCD umumnya digunakan dalam aplikasi yang memerlukan tampilan
angka desimal pada layar, seperti pada jam digital, kalkulator, dan
sebagainya. Namun, penggunaan BCD pada perangkat digital modern
cenderung kurang umum, karena BCD membutuhkan jumlah bit yang lebih
besar untuk merepresentasikan angka dibandingkan dengan sistem
pengkodean biner lainnya seperti sistem bilangan bulat dua.
BCD dapat dikonversi ke dalam format desimal dengan mengalikan
masing-masing digit desimal dengan nilai biner 2^0, 2^1, 2^2, dan 2^3,
kemudian menjumlahkan hasilnya. Sebagai contoh, untuk mengonversi kode
BCD 0110 1001 menjadi angka desimal, kita dapat melakukan perhitungan
berikut:
0 x 2^0 + 1 x 2^1 + 0 x 2^2 + 1 x 2^3 + 0 x 2^4 + 1 x 2^5 = 9
Sehingga kode BCD 0110 1001 dapat dikonversi menjadi angka desimal 9.

2) SBCDIC ( Standard Binary Coded Decimal Intercharge code )

SBCDIC (Standard Binary Coded Decimal Interchange Code) adalah


sebuah kode karakter yang digunakan pada komputer mainframe dan sistem
operasi IBM. Kode SBCDIC memungkinkan representasi karakter dalam
bentuk biner yang dapat digunakan pada sistem komputer dengan arsitektur
Big Endian. Kode SBCDIC menggunakan representasi 8-bit untuk setiap
karakter, dengan 4 bit pertama mewakili digit desimal dan 4 bit berikutnya
mewakili kode karakter tertentu. Dalam kode SBCDIC, setiap karakter
digunakan untuk merepresentasikan nilai desimal tertentu dan dapat
digunakan untuk operasi aritmatika dalam sistem mainframe.
Meskipun kode SBCDIC masih digunakan dalam sistem mainframe
IBM, namun kode ini kurang umum digunakan pada sistem komputer
modern. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya adalah
kompleksitas kode SBCDIC dan kurangnya dukungan untuk kode SBCDIC
pada sistem operasi dan aplikasi modern.
Berikut adalah contoh tabel karakter SBCDIC yang menunjukkan
representasi karakter biner dan nilai desimal yang sesuai:

Karakter Nilai Desimal Kode Biner

0 0 1111 0000
Karakter Nilai Desimal Kode Biner

1 1 1111 0001

2 2 1111 0010

... ... ...

A 1 1100 0001

B 2 1100 0010

C 3 1100 0011

... ... ...

Table 1

3) EBCDIC (Extended Binary Code Decimal for Information Intercharge)

EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code) adalah


suatu standar kode karakter yang dikembangkan oleh IBM untuk
digunakan pada komputer mainframe dan sistem operasi IBM. Kode
EBCDIC digunakan untuk merepresentasikan karakter dalam bentuk biner
pada sistem komputer dengan arsitektur Big Endian.
Kode EBCDIC menggunakan representasi 8-bit untuk setiap karakter,
dengan 4 bit pertama mewakili digit desimal dan 4 bit berikutnya mewakili
kode karakter tertentu. Kode EBCDIC berbeda dengan kode ASCII dalam
beberapa karakter kunci, dan karena itu kadang-kadang dapat
menyebabkan masalah saat mentransfer data antara sistem yang
menggunakan kode EBCDIC dan sistem yang menggunakan kode ASCII.
Meskipun kode EBCDIC masih digunakan dalam sistem mainframe
IBM, namun kode ini kurang umum digunakan pada sistem komputer
modern. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya adalah
kompleksitas kode EBCDIC dan kurangnya dukungan untuk kode
EBCDIC pada sistem operasi dan aplikasi modern.
Berikut adalah contoh tabel karakter EBCDIC yang menunjukkan
representasi karakter biner dan nilai desimal yang sesuai:

Karakter Nilai Desimal Kode Biner

0 0 1111 0000

1 1 1111 0001

2 2 1111 0010

... ... ...

A 193 1100 0001

B 194 1100 0010

C 195 1100 0011

... ... ...

Table 2

4) ASCII (American Standard Code For Information Intercharge)

ASCII (American Standard Code for Information Interchange) adalah


suatu standar kode karakter yang dikembangkan untuk digunakan pada
komputer dan perangkat lainnya. Kode ASCII berisi representasi karakter
dalam bentuk biner untuk karakter huruf, angka, tanda baca, dan karakter
khusus lainnya. Kode ASCII menggunakan representasi 7-bit atau 8-bit untuk
setiap karakter, yang dapat merepresentasikan hingga 128 atau 256 karakter
yang berbeda. Kode ASCII telah menjadi standar de facto untuk representasi
karakter pada komputer dan perangkat lainnya di seluruh dunia.
Berikut adalah contoh tabel karakter ASCII yang menunjukkan representasi
karakter biner dan nilai desimal yang sesuai:

Karakter Nilai Desimal Kode Biner (7-bit) Kode Biner (8-bit)

0 48 0011 0000 0011 0000

1 49 0011 0001 0011 0001

2 50 0011 0010 0011 0010


Karakter Nilai Desimal Kode Biner (7-bit) Kode Biner (8-bit)

... ... ... ...

A 65 0100 0001 0100 0001

B 66 0100 0010 0100 0010

C 67 0100 0011 0100 0011

... ... ... ...

Table 3
Kode ASCII memainkan peran penting dalam komputasi dan memiliki aplikasi yang
luas dalam berbagai bidang, termasuk pemrograman, pengolahan teks, komunikasi
jarak jauh, dan banyak lagi.

3.2 Teknik Pengkodean

1. Data digital, sinyal digital


 Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean digital
 Data digital ditetapkan satu level tegangan untuk biner satu dan lainnya
untuk biner nol
 Digunakan untuk meningkatkan kinerja dng cara mengubah spektrum
sinyal dan menyediakan kemampuan sinkronisasi

2. Data digital, sinyal analog


 Sebuah modem mengubah data digital menjadi sinyal analog sehingga dpt
ditransmisikan sepanjang saluran analog
 Teknik dasar adalah ASK, FSK dan PSK
 Ketiganya mengubah satu karakter atau lebih menjadi suatu frekuensi
pembawa yang mewakili data biner
3. Data analog, sinyal digital
 Data analog, misalnya suara dan video diubah ke bentuk digital agar
mampu menggunakan fasilitas-fasilitas transmisi digital
 Teknik paling sederhana adalah PCM yang melibatkan pengambilan
sampel data analog secara periodik dan mengkuantisasi
4. Data analog, sinyal analog
 Data analog memodulasi suatu frekuensi pembawa agar menghasilkan
sinyal analog dlm bentuk band frekuensi yg berlainan yang digunakan
pada sistem transmisi analog
 Teknik dasar adalah AM, FM dan PM

3.3 Contoh Pengkodean

Gambar 1
Gambar 2

3.4 NRZ (Non Return Zero)

Yang paling umum dan paling mudah dalam mentransmisikan sinyal-


sinyal digital adalah dengan menggunakan dua tingkat voltase yang
berlainan untuk dua digit biner. Sebagai contoh, voltase positif konstan
untuk menampilkan nilai biner 0 dan ketiadaan voltase untuk biner 0. Atau,
voltase negatif untuk nilai biner 1 dan voltase positif untuk nilai biner 0.
Kode ini disebut dengan Non Return to Zero-Level (NRZ-L).
Variasi dari NRZ, yaitu NRZ-I (Non Return to Zero, Inverted on
ones). Seperti NRZ-L, NRZ-I mempertahankan pulsa voltase konstan untuk
durasi waktu bit. Bedanya, data-data ditandai saat ada/tidaknya transisi
sinyal pada permulaan waktu bit, misalnya adanya transisi dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah atau tegangan rendah ke tinggi pada permulaan
waktu menunjukkan biner 1 untuk waktu bit tersebut; tanpa transisi
menunjukkan biner 0.
NRZ-I merupakan contoh pengkodean differensial. Pada
pengkodean differensial, informasi yang ditransmisikan lebih ditujukan
pada pengertian susunan simbol-simbol data yang berurutan
dibandingkan dengan elemen- elemen sinyal itu sendiri.
Kelemahan sinyal-sinyal NRZ adalah keberadaan komponen dc
dan kurangnya kemampuan sinkronisasi. Kode NRZ umumnya
digunakan untuk perekaman mahnetik digital dikarenakan kesederhanaan
dan dan karakteristik respons frekuensi rendahnya.

3.5 Jenis-Jenis NRZ 

 NRZ-L 
Yaitu suatu kode dimana tegangan negatif dipakai untuk mewakili suatu
binary dan tegangan positif dipakai untuk mewakili binary lainnya. Ciri ciri NRZ-
L : 
1. Dua tegangan yang berbeda antara bit 0 dan bit 1 
2. Tegangan konstan selama interval bit 
3. Tidak ada transisi yaitu tegangan no return to zero 
NRZ-L (Non Return to Zero Level): Mempunyai karakteristik sebagai berikut,
pada saat bit "0" maka dinyatakan sebagai low signal, sedangkan pada saat bit "1"
dinyatakan sebagai high signal 

 NRZ-I 
Suatu transmisi (rendah ke tinggi atau tinggi ke rendah) dilakukan pada awal
suatu bit apabila di temukan biner’1’ dan tidak ada transisi apabila ditemukan biner
‘0’. 
NRZ-I merupakan salah satu contoh dari differential encoding (penyandian
encoding). NRZ-I (Non Return to Zero Inverted): Mempunyai karakteristik sebagai
berikut, pada saat bit "0" dinyatakan sebagai tidak ada transisi signal, sedangkan pada
saat bit "1" dinyatakan sebagai transisi signal dari high ke low ataupun low ke high

Gambar 3
3.6 Keuntungan dan Kekurangan NRZ

Keuntungan
 Mudah dalam mengefisiensikan penggunaan bandwidth
 Lebih kebal noise
Kelemahan
 Keberadaan komponen dc
 Kurangnya kemampuan sinkronisasi
Aplikasi
 Umumnya digunakan untuk perekaman magnetik digital
 Tidak banyak digunakan untuk transmisi sinyal

3.7 Multilevel Biner


Menggunakan lebih dari dua level sinyal Dua contoh yaitu Bipolar-AMI
dan Pseudoternary
Bipolar-AMI
 Biner 0 ditampilkan melalui nonsinyal pada jalur
 Biner 1 ditampilkan melalui pulsa
positif atau negatif
 Pulsa biner 1 harus berganti-ganti polaritasnya
 Kehilangan sinkronisasi tidak akan
terjadi bila muncul string panjang 1 s
 Tidak terdapat komponen dc murni
 Bandwidth lebih sempit dibanding bandwidth NRZ
 Banyak digunakan sebagai alat bantu untuk mendeteksi
kesalahan

Pseudoternary
 Biner 1 ditampilkan melalui nonsinyal pada jalur
 Biner 0 ditampilkan melalui pulsa
positif atau negatif
 Tidak ada kelebihan khusus dari pengkodean
bipolar-AMI dan masing-masing menjadi
dasar untuk diterapkan pada aplikasi yang
sesuai
Gambar 4

3.8 Kesimpulan Multilevel Biner

Tidak seefisien pengkodean NRZ Setiap elemen sinyal hanya


ditampilkan dalam bit 1 Jalur sinyal menerima satu dari tiga level, namun
masing- masing elemen sinyal dapat menampilkan log23 = 1.58 bit informasi,
hanya memuat satu bit informasi Receiver harus membedakan diantara ketiga
level (+A, -A, 0) dari pada hanya dua level dalam format pensinyalan yang
sebelumnya Karena hal tsb, maka diperlukan daya sinyal kira-kira 3dB untuk
mencapai probabilitas kesalahan bit yang sama Multilevel banyak digunakan
untuk Digital Subscriber Line (DSL) dan Gigabit Ethernet
3.9 Bifase
Biphase adalah salah satu teknik pengkodean sinyal digital yang
digunakan dalam komunikasi data. Dalam teknik ini, setiap bit data
direpresentasikan oleh dua fase berbeda dari sinyal pembawa, yang disebut fase
positif dan fase negatif. Selain itu, biphase juga dapat digunakan untuk
membedakan antara data "1" dan "0" dengan memanfaatkan perubahan fase pada
setiap bit data.
Teknik biphase memiliki beberapa varian, seperti Biphase-Mark (Biphase-M)
dan Biphase-Space (Biphase-S). Pada Biphase-M, perubahan fase terjadi pada
awal setiap bit data, sementara pada Biphase-S, perubahan fase terjadi di tengah
setiap bit data.
Cara kerja biphase cukup sederhana. Setiap bit data diwakili oleh perubahan fase
sinyal pembawa. Jika bit data adalah "1", maka perubahan fase terjadi pada
pertengahan bit (Biphase-S) atau pada awal bit (Biphase-M), sehingga fase sinyal
pembawa berubah dari positif ke negatif atau sebaliknya. Jika bit data adalah "0",
maka tidak ada perubahan fase, sehingga fase sinyal pembawa tetap sama seperti
sebelumnya.
Keuntungan dari teknik biphase adalah kehandalan dan kemampuannya dalam
melakukan sinkronisasi bit. Karena setiap bit data direpresentasikan oleh dua fase
sinyal pembawa, maka jika terjadi gangguan atau noise pada salah satu fase, fase
yang lain masih dapat digunakan untuk menentukan nilai bit data. Selain itu,
dengan adanya perubahan fase pada setiap bit data, sinkronisasi bit dapat
dilakukan dengan mudah.
Namun, teknik biphase juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan
utama adalah bahwa penggunaan biphase dapat membutuhkan bandwidth yang
lebih luas dibandingkan dengan teknik pengkodean sinyal digital lainnya, seperti
NRZ (Non-Return-to-Zero) atau Manchester. Hal ini disebabkan oleh perubahan
fase pada setiap bit data, yang dapat memperbesar lebar pita sinyal pembawa.
Secara keseluruhan, teknik biphase adalah salah satu teknik pengkodean sinyal
digital yang handal dan efektif dalam melakukan sinkronisasi bit data, meskipun
dengan kekurangan bandwidth yang lebih besar.

Manchester
 Mempunyai transisi ditengah-tengah setiap periode bit
 Transisi pertengahan bit bermanfaat sebagai mekanisme clock dan
sekaligus sebagai data transisi
 Transisi rendah ke tinggi menggambarkan 1
 Transisi tinggi ke rendah menggambarkan 0
 Ditetapkan untuk standar IEEE 802.3

Differential Manchester
 Transisi pertengahan bit hanya digunakan untuk menyediakan clock
 Transisi pada awal periode bit digambarkan dengan pengkodean 0
 Terdapat inversi sinyal pada saat bit berikut adalah bit 0.
Apabila bit berikut adalah bit 1, maka tidak ada inversi sinyal.
 Ditetapkan untuk token ring IEEE 802.5 LAN menggunakan shielded
twisted pair

3.10 Contoh Encoding Dari Manchester Dan Difrential Manchester


Gambar 5

Gambar 6

BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Pengkodean merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk memberikan
penegasan pada proses yang terlibat dalam transmisi data. Sinyal suatu hal gejala
fisika dimana satu atau bebera pada rikarakteristiknya melambangkan
informasi.Sinyal dapat dibagi atas 2 yaitu sinyal analog dan sinyal digital.

3.4 Saran
Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami
tentang basis data yang lebih mendalam. Mohon permakluman dari semuanya
jika dalam makalah kami ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa
maupun pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa manusia
ciptakan.

DAFTAR PUSTAKA
(Bagian 5 Pengkodean Data, Transmisi Asynchronous Dan Synchronous, Serta Data Link
Control, n.d.; MAKALAH TENTANG PENGKODEAN DATA, n.d.; Zen Samsono Hadi, n.d.)

Anda mungkin juga menyukai