Anda di halaman 1dari 104

1.

KONSEP UMUM

1.1. DEFINISI PENDAHULUAN

Secara umum, pondasi adalah suatu struktur yang


terletak dipermukaan dasar atau didalam lapisan tanah, yang
berfungsi sebagai landasan dan juga untuk menyalurkan
beban-beban yang berasal dari upper (super) structure.

Q : total axial load

L : panjang dasar pondasi


b : lebar kolom pondasi

D : kedalaman dasar pondasi


dari muka tanah

h : tebal pondasi

B : lebar dasar pondasi

Gambar 1.1. Pondasi dangkal D/B < 4

Pondasi Dangkal 1
Dari Gambar 1.1, bentuk dan kekakuan pondasi dapat
ditentukan sebagai berikut (Olivari, 1986) :

- Pondasi dangkal, bila D < 4 atau 5, dan disebut


B

pondasi semi dalam atau dalam bila D > 4 atau 5.


B

- Pondasi menerus, bila L > 10, dan disebut pondasi


B

setempat bila L < 10.


B
- Pondasi dianggap kaku, bila memenuhi kriteria
Bb
h  0,05 m, dengan h min = 0,15 m
4

Metode perhitungan pondasi dangkal harus memperhatikan


hal-hal sebagai berikut :
- Perhatikan selalu kondisi short & long terms.
- Perhitungan berdasarkan teori kekuatan batas
keruntuhan tanah.
- Kontrol selalu terhadap penurunan (settlement), baik
immediate maupun consolidation settlement.

Pondasi Dangkal 2
Prinsip dasar perhitungan short & long terms sebagai
berikut :
a) Untuk sebuah perhitungan long term terhadap material
cohesive lanau dan lempung (silt & clay) dan untuk
semua kasus (short & long terms) untuk material-
material kerikil dan pasir non cohesive (gravel & sand),
kita menggunakan hasil-hasil percobaan drained (c’ dan
Ø’). Perhitungan dilakukan dalam tegangan efektif (’)
dan kita ambil di bawah muka air tanah berat volume
efektif (γ’).
b) Untuk perhitungan short tem terhadap material silt &
clay jenuh air, kita gunakan hasil percobaan undrained
(cu’ dengan Øu = 0). Perhitungan dilakukan dalam
tegangan total () dengan harga berat volume jenuh
(γsat) untuk dibawah muka air tanah.
Dimana : γ’ = γsat - γw
’ =-u
γw = berat volume air
u = tegangan air pori

Pondasi Dangkal 3
Beberapa problema pada proyek pondasi yang mungkin
timbul dan dapat merubah akurasi besarnya daya dukung
tanah pada suatu pondasi sebagai berikut :
a) Problema penyelidikan tanah : jumlah dan kedalaman.
b) Pengaruh pembekuan tanah akibat salju.
c) Gedung yang berhimpit antara yang lama dan baru.
d) Pondasi diatas tanah yang miring.
e) Expansive (swelling) soil.
f) Fluktuasi air tanah, dan lain-lain

Terminologi dan notasi sebagai berikut:


- Bearing capacity = capacité portante = qd atau ql atau
qult. Dapat juga disebut tegangan limit/maksimum atau
hancur.

- Tegangan ijin admissible : q adm  q ult , dengan F


F
yaitu safety factors. F = 2 untuk tanah non kohesif c =
0 dan F = 3 untuk tanah kohesif c ≠ 0.
- Bearing capacity “nette” : qnett = qult - .D.
- “Charge limite” = “force portante” = QL = qd x A,
dengan A = luas dasar pondasi, adalah merupakan
beban maksimum yang mampu didukung oleh pondasi.

Pondasi Dangkal 4
1.2. PARAMETER FISIS DAN MEKANIS TANAH

Dalam perhitungan besarnya daya dukung tanah


(bearing capacity) dan penurunan tanah dibawah pondasi
dangkal, akan sering ditemukan dan dipakai parameter-
parameter tanah seperti : γ d, γsat, γ’, e, w, cv, c, Ø dan
seterusnya.
Kadang kala pada suatu proyek data-data tanah yang
ada tidak lengkap, sehingga seringkali para praktisi
mengalami kesulitan dalam mencari data-data tanah lain
yang dibutuhkan untuk “input data” perhitungan.
Untuk memudahkan proses perhitungan tersebut,
disini disajikan beberapa korelasi antar parameter tanah
(Tabel 1.1.) dan nilai-nilai numerik paremeter tanah (Tabel
1.2., Biarez & Favre). Persamaan korelasi yang lebih
lengkap, dapat dilihat lebih detail lagi dalam disiplin ilmu
Mekanika Tanah (Soil Mechanic).
Beberapa nilai numerik dalam Tabel 1.2., juga terkait
dengan persamaan korelasi sebagai berikut :
Ip = WL – WP = 0,73 (WL – 13)
Cc = 0,009 (WL – 13)
Cu = (0,11 + 0,0037 Ip) c
e = Gs W
100

Pondasi Dangkal 5
dengan :
WL, WP = batas cair, batas plastis
IP = indeks plastisitas
Cc = indeks kompresi
Cu = kohesi undrained
c = tegangan prakonsolidasi
s = specific gravity

Pondasi Dangkal 6
Pondasi Dangkal 7
Tabel 1.2. Nilai-nilai numerik parameter tanah untuk Gs = 2,70 (Biarez & Favre)
d e n W sat  sat K Cv  mv = I / E
Sifat tanah
g/cm3 lb cb ft % g/cm3 cm/s ft/year lugeon cm2/s ft2/year bars psi cm2/kg ft2/ton
0,5 31,25 4,40 0,80 163,0 1,31 10-9 1,03 x 10-3 10-4 10-5 0,01 0,142 100 97,6
0,6 37,50 3,50 0,78 129,60 1,38 0,05 0,71 20 19,5
0,7 43,75 2,86 0,74 105,8 1,44 10-8 1,03 x 10-2 10-3 1 x 10-4 3,4

lunak
0,8 50,00 2,38 0,70 88,0 1,50 2 x 10-4 6,8 0,1 1,42 10 9,76
0,9 56,25 2,00 0,67 74,1 1,57 10-7 1,03 x 10-1 10-2 3 x 10-4 10,1 0,5 7,05 2 1,95

Pondasi Dangkal
4 x 10-4 11,1 1 14,2 1 0,976

Silt, Clay
1,0 62,50 1,70 0,63 63,0 1,63 1 x 10-6 1,03 10-1 5 x 10-4 16,9 2 28,4 0,5 0,488
1,1 68,75 1,45 0,59 53,9 1,69 2 x 10-6 2,06 6 x 10-4 20,3 3 42,6 0,33 0,325
1,2 75,00 1,25 0,56 46,3 1,76 3 x 10-6 3,10 7 x 10-4 23,6 4 56,9 0,25 0,244

rata-rata
1,3 81,25 1,08 0,52 39,9 1,82 4 x 10-6 4,13 8 x 10-4 27,0 5 71,0 0,20 0,195
1,4 87,50 0,93 0,48 34,4 1,88 5 x 10-6 5,17 9 x 10-4 30,4 6 85,3 0,17 0,163
1,5 93,75 0,80 0,44 29,6 1,94 6 x 10-6 6,20 10-3 33,8 x 101 7 99,5 0,14 0,144
1,6 100,00 0,69 0,41 25,5 2,04 7 x 10-6 7,24 8 113 0,12 0,122
1,7 106,25 0,59 0,37 21,8 2,07 8 x 10-6 8,26 9 127 0,11 0,111

sand
1,8 112,50 0,50 0,33 18,5 2,13 9 x 10-6 9,30 10-2 33,8 x 102 10 142 0,10 0,0976
1,9 118,75 0,42 0,30 15,6 2,20 10-5 10,33 1 11 156 0,091 0,0887
10-4 1,03 x 102 10 10-1 33,8 x 103 12 170 0,083 0,0815
2,0 125,00 0,35 0,26 13,0 2,26 10-3 1,03 x 103 100 13 185 0,077 0,075
2,1 131,25 0,29 0,22 10,6 2,32 10-2 1,03 x 104 1000 14 199 0,073 0,07

Gravel, Sand
2,2 137,50 0,23 0,19 8,4 2,39 10-1 1,03 x 105 10000 15 213 0,064 0,065
2,3 143,75 0,17 0,15 6,4 2,45 20 284 0,050 0,0488
2,4 150,00 0,13 0,11 4,63 2,51 50 710 0,020 0,0195

gravel
2,5 156,25 0,080 0,074 2,96 2,57 100 1420 0,010 9,76 x 10-3
2,6 162,50 0,038 0,037 1,42 2,64 500 7100 0,002 1,95 x 10-3
2,7 168,75 0,000 0,000 0,00 2,70 1000 14200 0,001 9,76 x 10-4
2 2
Catatan : 100 kPa = 100 kN/m = 1 bar = 1,02 kg/cm

8
1.3. KERUNTUHAN TANAH DIBAWAH PONDASI
DANGKAL

Ada dua jalur pendekatan untuk menetukan daya


dukung sebuah pondasi dangkal yaitu :
- Pendekatan pertama terdiri dari penerapan pada lapisan
tanh suatu teori plastisitas. Prinsip ini adalah merupakan
metode yang paling memadai. Parameter tanah yang
digunakan dalam hal ini adalah c dan Ø. Diperlukan tes
laboratorium yang relatif lama dan teliti untuk
mendapatkan parameter tersebut.
- Pendekatan kedua merupakan penerapan metode
empiris atau semi empiris, yang didasarkan pada
intepretasi langsung dari tes lapangan (SPT, CPT,
Pressuremeter), tanpa menentukan nilai c dan Ø.

Dari hasil percobaan eksperimental di laboratorium


maupun dari kaian teoritis berbasis finite element, telah
terjadi keruntuhan lapisan tanah dibawah pondasi dangkal
sebagai akibat beban P maksimum. Gambar 1.2.
menunjukkan secara skematis perilaku keruntuhan tanah
didasar pondasi dangkal (Vesic 1973). Gambar 1.3.
menyajikan keruntuhan tanah dibawah pondasi dangkal

Pondasi Dangkal 9
akibat beban vertikal sentris berdasarkan uji eksperimental
(Tran-Vô-Nhiem). Berturut-turut dari Gambar 1.4. s/d
Gambar 1.7. menunjukkan hal yang sama sebagai akibat
variasi beban vertikal eksentris, beban eksentris dan
berinklinasi, kasus untuk dasar pondasi dasar miring, serta
kasus pondasi diatas suatu lereng. Gambar 1.8.
menampakkan pola deformasi butiran tanah dibawah
pondasi yang mengalami keruntuhan (Biarez).
Berdasarkan bentuk dan perilaku keruntuhan lapisan
tanah dibawah pondasi dangkal itulah, dipakai teori
perhitungan daya dukung tanah (bearing capacity) pondasi
dangkal dalam bentuk qult dan ql.Terdapat tiga zona
keruntuhan yang terjadi, yaitu zona keruntuhan permukaan
tepat dibawah dasar pondasi, zona bidang gelincir non
circular dan zona kedalaman dasar pondasi.

Pondasi Dangkal 10
Gambar 1.2. Perilaku kegagalan daya dukung di tanah ; (a)
kegagalan geser; (b) kegagalan geser lokal; (c) kegagalan
geser pons (ditulis kembali oleh Vesic, 1973)

Pondasi Dangkal 11
Gambar 1.3. Keruntuhan dibawah pondasi dangkal akibat
beban vertikal sentris berdasarkan uji eksperimental
(Tran – Vô – Nhiem)

Pondasi Dangkal 12
(a) Appareil photographique

(b) Appareil solidaire de la fondation


Gambar 1.4. Keruntuhan dibawah pondasi dangkal akibat
beban vertikal eksentris berdasarkan uji eksperimental
(Tran – Vô – Nhiem)

Pondasi Dangkal 13
(a) Appareil photographique

(b) Appareil solidaire de la fondation


Gambar 1.5. Keruntuhan dibawah pondasi dangkal akibat
beban eksentris dan berinklinasi berdasarkan uji
eksperimental (Tran – Vô – Nhiem)

Pondasi Dangkal 14
(a)  = 10o

(b)  = 20o
Gambar 1.6. Keruntuhan dibawah pondasi dangkal dengan
dasar miring berdasarkan uji eksperimental
(Tran – Vô – Nhiem)

Pondasi Dangkal 15
(a) Charge entrée e = 0

(b) Charge exentrée e = + 0,1


Gambar 1.7. Keruntuhan dibawah pondasi dangkal pada
posisi diatas lereng berdasarkan uji eksperimental
(Tran – Vô – Nhiem)

Pondasi Dangkal 16
Gambar 1.8. Deformasi butiran tanah dibawah pondasi
dangkal dari hasil perhitungna finite element (Biarez)

Pondasi Dangkal 17
Halaman ini sengaja dikosongkan.

Pondasi Dangkal 18
2. BEBAN VERTIKAL SENTRIS

2.1. TEORI DASAR

Q
qo

3
D

45°+
45°+
1

B 2

Gambar 2.1. Dasar teori daya dukung pondasi dangkal

Besarnya daya dukung maksimum untuk pondasi


menerus yang ditampilkan pada Gambar 2.1. akibat beban
vertikal sentris yaitu :
QL 1
ql    .B.N   c.N c  ( .D  q) N q
B.L 2
(1) (2) (3)
1 = Term permukaan/luasan segitiga dibawah pondasi
2 = Term kohesi disepanjang bidang gelincir
3 = Term kedalaman & surcharge

dimana :

Pondasi Dangkal 19
ql = Ultimate bearing capacity pondasi

(kPa, t/m2, psf)


Ql = Beban vertikal yang mengakibatkan
shear failure pada tanah (kN, ton)
B, L = Lebar dan panjang dasar pondasi (m,ft)
 = Berat volume tanah : sat, ’, d
(kN/m3, t/m3)
c = Kohesi tanah : cu, c’ (kPa, t/m2)
D = Jarak dari permukaan tanah hingga dasar
pondasi (m, ft)
N, Nc, Nq = Faktor daya dukung pondasi

2.2. KOEFISIEN DAYA DUKUNG PONDASI

Nγ, Nc, Nq adalah merupakan faktor atau koefisien


daya dukung tanpa dimensi yang ditampilkan pada Tabel
2.1. :
- Tergantung dari Ø yang berada dibawah pondasi.

  e tg 1  sin  tg


Nq = tg  45  
2
- atau N = e
 2 q
1  sin 
Nq 1     
- Nc =  cot  exp(tg ) tan 2     1
tg   4 2 

Pondasi Dangkal 20
Nc untuk tanah kohesif undrained (Ø = 0 & c = cu),

menurut Skempton :

Bila D
B

< 2,5, maka Nc  5 1  0,2 B 1  0,2 D B
L

Bila D > 2,5, maka Nc  7,51  0,2 B 


B L
- Nγ = 1,8 (Nq-1) tg Ø  Brinch Hansen
Nγ = (Nq-1) tg 1,4 Ø  Meyerhof
ø/4
Nγ = 0,01 E  Sanglerat

Tabel 2.1 Harga-harga Nc, Nγ, Nq dari Caquot & Kerisel


Øo Nc N Nq
0 5,14 0 1,00
5 6,50 0,10 1,60
10 8,40 0,50 2,50
15 11,00 1,40 4,00
20 14,80 3,50 6,40
25 20,70 8,10 10,70
30 30,00 18,10 18,40
35 46,00 41,10 33,30
40 75,30 100,00 64,20
45 134,00 254,00 135,00

Pondasi Dangkal 21
Perbandingan nilai Nγ, Nc, Nq antara teori dari
Terzaghi, Meyerhof, Brinch Hansen, De Beer dan Le Gall
dapat dilihat dalam bentuk kurva sebagaimana pada
Gambar 2.2. dan Gambar 2.3.

2.3. CONTOH KASUS

1. Bila terdapat kasus seperti dibawah ini

MTA

Pasir

1m

1m

a) Diketahui : Tanah homogen kering dengan jenis tanah


yaitu pasir, dengan data yaitu
d = 16 kN/m3
s = 26,5 kN/m3
Ø’ = 35o
Tanah pasir  c’ = 0

Pondasi Dangkal 22
Cari : q ultimate.

Penyelesaian :
Ø’ = 35o  Nc = 46 Nγ = 41,1 Nq = 33,30
Maka menggunakan
1
q ult
  d .B.N   c.N c  ( d .D) N q
2
1
 .16.1.41,1  0  (16.1).33,30  861,6 kPa
2

b) Diketahui : Sama seperti soal no.1, hanya saja terdapat


air tanah hingga muka tanah asli, (w = 10 Kn/m3).

Cari : q ultimate.

Penyelesaian : Yang dipakai ’  ’ = sat - w


s 26,5
e 1   1  0,656
d 16
0,656.1.10
e.Sr. w  w. s  w   0,247
26,5

 sat   d (1  w)   sat  16(1  0,247)  19,95 kN/m3

 '   sat   w  19,95  10  9,95 kN/m3

Pondasi Dangkal 23
Maka menggunakan
1
q ult   '.B.N  c'.Nc  ( '.D) N q
2
1
 .9,95.1.41,1  0  (9,95.1).33,30  536 kPa
2

2. Bila terdapat kasus seperti dibawah ini

MTA

Tanah lempung
1m Lapis 1

1m Tanah lempung
Lapis 2

2m

Diketahui terdapat dua lapisan tanah yaitu :


Lempung 1 Lempung 2
cu = 20 kPa cu = 80 kPa

c’ = 5 kPa c’ = 10 kPa
Ø’ = 20 Ø’ = 25
sat = 16 kN/m3 sat = 20 kN/m3

Pondasi Dangkal 24
a) Cari : ql dalam kondisi long term.

Penyelesaian :
Awas Nc, Nγ, Nq dicari harga Ø’ lapis 2 = 25, karena
koefisien tersebut dihitung berdasar keruntuhan
dibawah pondasi
Ø’ = 25o  Nc = 20,70 Nγ = 8,10 Nq = 10,70
Maka menggunakan
1
q ult
  '.B.N   c'.N c  ( .D) N q
2
1
 .(20  10).2.8,10  10.20,70  (16.1  10.1).10,70
2
 81  207  278,2  566,2 kPa

b) Cari : ql dalam kondisi short term.

Penyelesaian :
Short term  Øu = 0  Nc = 5,14 Nγ = 0 Nq = 1
Maka menggunakan
q ult
 5,14cu  ( .D)

 5,14.80  (16.1  20.1)  447,2 kPa

Pondasi Dangkal 25
Umumnya kondisi short term pada lempung lebih
kritis atau lebih kecil nilai ql nya daripada kondisi long term.

2.4. DASAR PONDASI SEGIEMPAT DAN


LINGKARAN

Pada prinsipnya untuk bentuk dasar pondasi segi


empat, bujur sangkar, dan lingkaran, perumusan sama
dengan pondasi menerus, hanya saja pada term permukaan
dan kohesi, dikalikan dengan koefisien koreksi sebagaimana
tertera diatas.
- Untuk dasar pondasi segi empat (L x B) (Terzaghi) :
 B B  B
q  1  0,2 . . .N   1  0,2 .C.N c   .D.N q
ult
 L 2  L

- Untuk dasar pondasi bujur sangkar (L = B) (Terzaghi) :


q ult  0,4. .B.N  1,2.C.Nc   .D.Nq

Sedangkan untuk bentuk dasar pondasi lingkaran,


koefisien-koefisien Nc, Nγ, Nq didapat langsung dari
perhitungan teoritis dan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
- Untuk pondasi lingkaran (Ø = 2R = B)
B
q ult
 0,6. . .N   1,3.C.N c   .D.N q
2

Pondasi Dangkal 26
Tabel 2.2. Koefisien Nc, Nγ, Nq untuk bentuk dasar pondasi
lingkaran
Øo N Nq Nc
0o 0 1 6,30
o
10 0,53 3,20 12,50
20o 3,80 9,80 24,20
30o 21 38 64
40o 156 186 222

Pondasi Dangkal 27
Gambar 2.2. Nilai N & Nq menurut Terzaghi (1),
Meyerhof (2), Br.Hansen (3) dan De Beer (4), untuk dua
dimensi

Pondasi Dangkal 28
Gambar 2.3. Nilai N & Nq menurut : Terzaghi circle (1a),
segiempat (1b), Meyerhof (2), Le Gall (3) dan De Beer (4),
untuk tiga dimensi

Pondasi Dangkal 29
Halaman ini sengaja dikosongkan.

Pondasi Dangkal 30
3. BEBAN VERTIKAL EKSENTRIS

Center Line

e
Q
D

B' 2e
B

Gambar 3.1. Dasar teori untuk beban eksentris

Untuk suatu beban vertikal yang eksentris sebesar e


terhadap center line, pondasi dangkal sebesar e, maka
Meyerhoff (1953) menyajikan rumusan sebagai berikut
(Gambar 3.1.):

1 
QL  B  2e. . .( B  2e).N   C.N c   .D.N q 
2 
dan

ql  1  2e1  . . .N  1  2e1 C.Nc   .D.N q 


 2 B 
 2 
dengan e1 = e / B dan lebar fiktif B’ = B – 2e

Pondasi Dangkal 31
Halaman ini sengaja dikosongkan.

Pondasi Dangkal 32
4. BEBAN SENTRIS BERINKLINASI

Center Line


D

Gambar 4.1. Dasar teori untuk beban sentris berinklinasi

Terkait dengan besarnya daya dukung pondasi


maksimum akibat beban sentris berinklinasi yang
ditampilkan pada Gambar 4.1., ada koefisien reduksi
terhadap : Nc, Nγ, Nq, yaitu menjadi Nc, Nγ, Nq (Tabel 4.1)

- Tran-Vô-Nhiem
1
ql  . .B.N   c.N c   .D.N q
2

Pondasi Dangkal 33
- Meyerhof
2
   
C.N c   .D.N q 
B 
ql  1   . . .N  1 
  2  90 

Dua metode diatas menghasilkan harga yang sama


bila nilai  dan Ø nya kecil. Namun bila nilai  dan Ø nya
besar, maka Meyerhoff mengeluarkan hasil yang lebih
tinggi.
Metode Tran-Vô-Nhiem, agak kurang baik bila
tanahnya mempunyai nilai kohesi yang cukup besar. Metode
ini paling sesuai untuk harga  > 15o dan Ø > 25o.

V
Center Line
M
H Q

Gambar 4.2. Penyederhanaan beban yang bekerja

Pondasi Dangkal 34
Untuk harga-harga yang tidak tercantum dalam Tabel
4.1 dari Tran-Vô-Nhiem (misalnya :  = 35o dan Ø = 30o),
maka berarti pondasi tersebut telah terjadi keruntuhan atau
tidak stabil lagi.
Gambar 4.2. menunjukkan penyederhanaan beban
yang bekerja, dari semula sentris berupa V, H dan M,
menjadi beban eksentris berinklinasi (dibahas lebih lanjut
Bab 5.).

Pondasi Dangkal 35
Tabel 4.1. Harga-harga N, Nq, Nc dari Tran-Vô-Nhiem
Unsur Permukaan N

Ø  0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Pondasi Dangkal
10 1 0,14 0

15 2,3 1,1 0,17 0

20 5,0 2,9 1,3 0,26 0

25 10,4 6,7 3,8 1,8 0,41 0

30 21,8 14,8 9,2 5,1 2,3 0,5 0

35 48,0 32,5 21,1 12,9 7,3 3,1 0,67 0

40 113 77 51 32 18,6 9,7 4,1 1,1 0

45 297 196 131 84 50 28 14 5,5 1,5 0

36
Tabel 4.1. Harga-harga N, Nq, Nc dari Tran-Vô-Nhiem (Lanjutan)
Unsur Permukaan Nq

Ø  0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Pondasi Dangkal
10 2,5 2,2 1,5

15 3,9 3,5 2,8 1,9

20 6,4 5,6 4,7 3,8 2,2

25 10,7 9,2 7,8 6,3 4,9 2,7

30 18,4 15,7 13,1 10,7 8,47 6,3 3,2

35 33,3 28 23,1 18,8 14,8 11,3 8,0 3,8

40 64 53 44 34,4 27,2 20,6 15,1 10,3 4,5

45 135 108 87 68 52 39,2 29,2 20,3 13,3 5,3

37
Tabel 4.1. Harga-harga N, Nq, Nc dari Tran-Vô-Nhiem (Lanjutan)
Unsur Permukaan Nc

Ø  0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Catatan : Nc =

Pondasi Dangkal
10 8,4 6,6 3,0

15 11,0 9,2 6,9 3,3

( N q  cos )
20 14,8 12,6 10,2 7,7 3,5

tan
25 20,7 17,6 14,5 11,5 8,4 3,8

30 30,1 25,5 21,0 5


16,9 13 9,3 4,0

35 46 38,5 31,6 25,4 19,8 14,8 10,2 4,1

40 74 62 51 40 31,2 23,5 17 11,3 4,4

45 134 107 85 67 51 38,3 28,3 19,5 12,6 4,6

38
5. BEBAN EKSENTRIS DAN
BERINKLINASI

Center Line

e
 
Q
D c

qd qvd

B/2 B/2

Gambar 5.1. Dasar teori untuk beban eksentris dan


berinklinasi

Menurut Tran-Vô-Nhiem, besarnya daya dukung


maksimum akibat beban eksentris dan berinklinasi adalah
(Gambar 5.1) :
1
qvd  . .B.re .i .N   c..rce .ic .N c   .D..rqe .iq .N q
2

Pondasi Dangkal 39
dengan :
- N, Nc, Nq : koefisien klasik daya dukung
(Tabel 2.1)
- i, ic, iq : koefisien reduksi berkaitan dengan
kemiringan beban (Tabel 5.1)
- re, rce, rqe : koefisien reduksi berkaitan dengan
eksentrisitas beban (Tabel 5.2)

 Berkaitan dengan i, ic, iq (Tabel 5.1)


Untuk i dan iq tergantung dari Ø dan 
Untuk ic tergantung dari ’

 q vd .tg 
 ’ = inklinasi fiktif = Arctg  
 q vd  C cot  
  mempunyai posisi  0 <  < Ø dan ’ < 
Untuk tanah non cohesive (c = 0)  ’ = 
 q d . sin  
  dapat juga dicari dengan : tg '   
 q d . cos   C cot  

 Berkaitan dengan re, rce, rqe : tergantung dari e1 = e/B


dan eM (Tabel 5.2)

Pondasi Dangkal 40
Tabel 5.1. Harga-harga id, iqd, icd dari Tran-Vô-Nhiem

Ø  0 5 10 15 20 25 30 35 40 Koefisien
10 1 0,78 0,31 Unsur

Pondasi Dangkal
20 1 0,85 0,58 0,25 0,08 Permukaan

30 1 0,80 0,56 0,35 0,19 0,07 0,02 i (Ø,)

40 1 0,75 0,53 0,35 0,21 0,12 0,06 0,02 0


10 1 0,87 0,81 Unsur

20 1 0,88 0,73 0,58 0,33 Permukaan

30 1 0,86 0,71 0,56 0,43 0,31 0,15 iq (Ø,)

40 1 0,82 0,66 0,52 0,39 0,29 0,20 0,13 0,05


10 1 0,78 0,34 Unsur

20 1 0,84 0,67 0,49 0,20 Permukaan

30 1 0,84 0,69 0,54 0,40 0,27 0,10 ic (Ø,)

41
40 1 0,81 0,65 0,51 0,38 0,28 0,19 0,12 0,04
Tabel 5.2. Harga eM untuk N dari Tran-Vô-Nhiem

Ø  0 5 10 15 20 25 30 35 40
10 0 0 0,115

Pondasi Dangkal
20 0 0 0 0,012 0,150
30 0 0,005 0,010 0,012 0,019 0,039 0,163

40 0 0,013 0,020 0,023 0,025 0,027 0,032 0,055 0,167

42
2
 1  2e1 
e1 = e/B, maka : re =   
1  2e M 
Dimana :
eM = Eksentrisitas optimal berkaitan dengan  yang
diberikan oleh Tabel 5.2.
e = Dihitung secara aljabar (Gambar 5.2)
e1 > 0 (positif) bila komposisi horisontal dari Force
(Fx) mengarah ke pusat landasan. (contoh gaya F).
e1 < 0 (negatif) bila sebaliknya. (contoh gaya F’).
Center Line
e e'
F  F'

Gambar 5.2. e1 > 0 untuk F dan e1 < 0 untuk F’


Memilih tanda + dari perumusan re diatas :
Tanda +, bila e1 < eM dan tanda -, bila e1 > eM (Gambar 5.3)
Center Line
eM
F 

e1

Gambar 5.3. e1 > eM  tanda - dan e1 > 0


Akhirnya : rqe = rce  1  2 e1

Pondasi Dangkal 43
Center Line
d e

Kasus 1 : V R

H h

q max q min

B/6 B/6

Kasus 2 :
q max

e d B/2
3d

Gambar 5.4. Tegangan yang terjadi sebagai akibat adanya


beban yang eksentris dan berinklinasi

Pondasi Dangkal 44
Dari Gambar 5.4. dapat dicari besarnya tegangan
yang terjadi sebagai akibat adanya eksentrisitas yang terjadi
sebagai akibat adanya eksentrisitas dan inklinsai gaya yang
bekerja (Olivari).

- Bila : 0 < e < B/6,


V  6e 
qmax = 1  
B.L  B
V  6e 
qmin = 1  
B.L  B
- Bila : B/6 < e < B/2,
2V
qmax =
3d
qmin <0

Dalam praktek, untuk tanah keras berbatu e  B , dan


4
untuk tanah tidak compressible e  0

Pondasi Dangkal 45
Halaman ini sengaja dikosongkan.

Pondasi Dangkal 46
6. PONDASI DIATAS LAPISAN TANAH
TERBATAS

Center Line
Q

45°+
B t
ho

Subtratum

Gambar 6.1. Dasar teori untuk pondasi diatas lapisan tanah


keras

Walaupun tebal lapisan tanahnya terbatas (H),


(Gambar 6.1.), selama ho < H maka penggunaan harga Nc,
Nγ, Nq dan perumusan sebelumnya, tetap berlaku. Nilai ho
berkisar antara 1,2 s/d 1,5 garis tinggi (t) segitiga term 1
 
dibawah pondasi, dengan tg  45    2t .
 2 B

Tidak demikian halnya, bila ho > H.

Pondasi Dangkal 47
Ada beberapa modifikasi perumusan, menurut Mandel &
Salenϛon :
- Untuk lempung lunak, Ø = 0
 B 
ql  c      1 untuk B/H > 3
 2H 
ql  c.  2 untuk B/H < 21/2
- Untuk tanah dengan C ≠ 0 dan Ø ≠ 0
B c H B
Bila :  3 ,maka ql  . . cot .e 2 a
2H tg B

1 2 2  
Dengan :  .tg   cot     
a H  2
Tambahkan unsur .D.Nq apabila dasar pondasi terletak
sedalam D dari muka tanah.

Pondasi Dangkal 48
7. PONDASI DIATAS DUA LAPISAN
TANAH

Center Line

B
Lapis 1 H

Lapis 2

Gambar 7.1. Dasar teori untuk pondasi diatas dua lapis


tanah

- Dua lapis lempung / lempung (Button) (Gambar 7.1.):


ql  Cu (1).N c   kondisi short term

Dengan : cu (1) = kohesi lapis atas


Nc * = faktor daya dukung dalam fungsi
H Cu (2)
B& Cu (1)

Pondasi Dangkal 49
- Dua lapis pasir/lempung (Tcheng), (Gambar 7.1.) :
Kondisi short term :

ql= cu. Nc* untuk : 0 < H < 1,5


B

ql= ½..B.N* + cu. Nc* untuk : 1,5 < H < 3,5


B

ql= ½..B.N* untuk : H > 3,5


B

Bila ada unsur kedalaman pondasi (D), tinggal


tambahkan saja perumusan tersebut dengan unsur 1.D.Nq
Dengan : cu = kohesi lapisan lempung

N*, Nc* tergantung dari Ø dan H


B

Kurva atau grafik yang dipakai untuk perhitungan N c*


dan N* baik untuk lapis lempung-lempung A maupun lapis
pasir-lempung B, dapat dilihat dalam Gambar 7.2.

Pondasi Dangkal 50
Gambar 7.2. Koefisien Nc* untuk kasus pondasi diatas dua
lapisan tanah : lempung dan lempung

Pondasi Dangkal 51
Gambar 7.3. Koefisien daya dukung tanah Nc* & N*
untuk dua lapis tanah : pasir dan lempung (Giroud)
Pondasi Dangkal 52
8. PONDASI DENGAN DASAR MIRING

Menurut Tran-Vô-Nhiem, daya dukung untuk pondasi


dengan dasar miring yang ditunjukkan pada Gambar 8.1.
adalah :
1
ql  . .B.N  .l  C.N c .l c   .D.N q .l q
2
Ql  B.ql

dengan l, lc, dan lq tergantung dari unsur :  dan Ø (Lihat


Tabel 8.1.)

Q

D

 
B

Gambar 8.1. Dasar teori untuk pondasi dasar miring

Pondasi Dangkal 53
Tabel 8.1. Koefisien koreksi : l, lc, dan lq dari Tran-Vô-
Nhiem
  10O 20O 25O 30O 35O 40O
10O l= 1 0,89 0,80 0,76 0,73 0,68
lq= 0,94 0,88 0,85 0,82 0,78 0,74
lc= 0,90 0,86 0,83 0,80 0,77 0,74
20O l= 1 0,85 0,69 0,61 0,54 0,45
lq= 0,88 0,77 0,72 0,67 0,61 0,56
lc= 0,80 0,73 0,69 0,65 0,60 0,55
30O l= 1 0,79 0,59 0,49 0,40 0,31
lq= 1,83 0,68 0,61 0,54 0,48 0,41
lc= 0,71 0,62 0,57 0,52 0,46 0,40
40 O
l= 0,94 0,72 0,50 0,38 0,30 0,21
lq= 0,78 0,60 0,52 0,45 0,37 0,31
lc= 0,63 0,53 0,47 0,41 0,35 0,30

Qd atau qd mengecil bila  membesar, namun perubahan


harga  tersebut, relatif masih kurang berpengaruh
dibandingkan dengan perubahan harga .

Pondasi Dangkal 54
9. PONDASI DIATAS TANAH YANG
MIRING

Untuk semua kasus pondasi diatas tanah yang miring


atau lereng (Gambar 9.1.), daya dukung tanah dibawah
pondasi relatif lebih lemah bila dibandingkan dengan
pondasi diatas tanah datar.
Kita dapat menganggap pondasi tersebut seperti diatas
tanah horisontal, bila harga D/B melampaui batasan-batasan
tertentu yaitu :
D/B = 1,5 untuk Ø = 25o
D/B = 2 untuk Ø = 30o
D/B = 5 untuk Ø = 40o

Besarnya daya dukung ( Tran-Vô-Nhiem)


1
ql  . .B.N  .J   c.N c .J c   .D cos  .N q .J q , dan
2
Ql  B.ql

Nilai-nilai J, Jc dan Jq dapat dilihat pada Tabel 9.1.

Pondasi Dangkal 55
f n lim

A
D
 

f n lim

B
D

Gambar 9.1. Pondasi diatas tanah miring dari


Tran-Vô-Nhiem

Pondasi Dangkal 56
f n lim

C
D

Q

D D

D cos

Gambar 9.1. Pondasi diatas tanah miring dari


Tran-Vô-Nhiem (lanjutan)

Pondasi Dangkal 57
Tabel 9.1. Koefisien korelasi J, Jq dan Jc (Tran-Vô-Nhiem)
Koefisien korelasi J untuk term N

Ø
25O 30O 35O 40O 45O

0O 1 1 1 1 1
5O 0,79 0,78 0,79 0,77 0,76
10O 0,63 0,62 0,62 0,58 0,56
15O 0,50 0,49 0,47 0,43 0,42
20O 0,39 0,37 0,36 0,32 0,30
25O 0,20 0,26 0,25 0,23 0,21
30O 0 0,13 0,17 0,16 0,15
35O 0 0 0,09 0,10 0,10
40O 0 0 0 0,05 0,06
O
45 0 0 0 0 0,03
Koefisien korelasi Jq untuk term Nq
ØO
25O 30O 35O 40O 45O

0O 1 1 1 1 1
5O 0,86 0,85 0,84 0,82 0,80
10O 0,73 0,71 0,69 0,67 0,64
15O 0,59 0,58 0,56 0,53 0,50
20O 0,45 0,46 0,44 0,42 0,39
25O 0,25 0,34 0,34 0,32 0,29
30O 0 0,17 0,24 0,23 0,21
35O 0 0 0,11 0,16 0,15
40O 0 0 0 0,07 0,10
45O 0 0 0 0 0,04

Pondasi Dangkal 58
Koefisien korelasi Jc untuk term Nc
ØO
10O 15O 20O 25O 30O 35O 40O

0O 1 1 1 1 1 1 1
O
5 0,95 0,94 0,93 0,91 0,90 0,88 0,86
10O 0,90 0,88 0,86 0,83 0,80 0,77 0,74
15O 0,85 0,82 0,79 0,76 0,72 0,68 0,64
O
20 0,80 0,77 0,73 0,69 0,65 0,60 0,55
O
25 0,76 0,72 0,68 0,63 0,58 0,53 0,47
30O 0,72 0,67 0,62 0,57 0,52 0,46 0,40
35O 0,67 0,62 0,57 0,52 0,46 0,41 0,35
O
40 0,63 0,58 0,53 0,47 0,41 0,35 0,30
O
45 0,59 0,54 0,48 0,43 0,37 0,31 0,25

Pondasi Dangkal 59
Gambar 9.2. Koefisien Ncq untuk kasus pondasi diatas
tanah miring (Meyerhof)

Pondasi Dangkal 60
Gambar 9.3. Koefisien Nq untuk kasus pondasi diatas
tanah miring (Meyerhof)

Pondasi Dangkal 61
- Pondasi diatas talud menurut Meyerhof (Gambar 9.2.):
Pondasi diatas talud tak terhingga :
 ql = Cu. Ncq  untuk tanah kohesif
(lempung)
 ql = ½..B.Nq  untuk tanah tidak kohesif
c = 0 (pasir)
Pondasi terletak di puncak talud :
 ql = cu. Ncq  untuk c ≠ 0

 ql = ½..B.Nq  untuk c = 0

Harga-harga Ncq dan Nq dapat dicari dari Gambar 9.2.


dan Gambar 9.3.

Pondasi Dangkal 62
10. KOMBINASI KASUS

R


e

B

Gambar 10.1. Pangkal pilar atau dinding penahan tanah

Kasus retaining wall, akibat inklinasi , eksentris e,


dasar pondasi miring  dan diatas talud miring  adalah
merupakan kombinasi kasus yang ditampilkan pada
Gambar 10.1. dan perumusannya menjadi :
ql = ½. B.i  .r .l  .J  .N  + c.i c .rc .l c.J c .N c +  .Dcos .i q .rq .l q .J q .N q

Ql = B.q l .1

Pondasi Dangkal 63
dimana :
ql = tegangan tanah maksimum
B = lebar dasar (miring) pondasi
D = kedalaman pondasi (terdangkal)
 = berat volume tanah ( sat, ’)
C = kohesi tanah (Cu, C’)
i = koefisien koreksi akibat inklinasi beban, 
(Tabel 5.1. dan 5.2.)
r = koefisien koreksi akibat eksentrisitas
beban, e (Tabel 5.2.)
l = koefisien koreksi akibat dasar pondasi
miring beban,  (Tabel 8.1.)
J = koefisien koreksi akibat kemiringan talud,
 (Tabel 9.1.)
N, Nc, Nq = koefisien daya dukung tanah akibat Ø
(Øu = 0, Ø’), (Tabel 2.1.)

Pondasi Dangkal 64
11. KOMBINASI BEBAN EKSENTRIS
BERINKLINASI DASAR MIRING

n
Center Line
qB > q

D Q n

 Q
R DB > D

A 

O
E
B
B E>0
(BxL)

Gambar 11.1. Kombinasi kasus Tran – Vô – Nhiem

Berdasarkan kondisi kombinasi kasus seperti pada


Gambar 11.1., Tran - Vô – Nhiem menyajikan formula :
Qn 1
1) qn   . .B.re .N    .D  q .rq .N q   c.rce .N c 
B.L 2
2)  q .tg 
  Arctg  n R 
 qn  c.cot g 

 1  2e  E
3) re .    dengan e  B
1  2eM 
Tanda (+) bila e < eM dan tanda (-) bila e > eM

Pondasi Dangkal 65
4) rqe.  rce  1  2 e 

dimana :
E = eksentrisitas beban
e = eksentrisitas relatif beban
R = inklinasi beban terhadap normal (n)
eM = eksentrisitas optimal
(kurva annexe I.1)
 = inklinasi fiktif untuk kasus tanah
kohesif (Ø dan c ≠ 0)
Kondisi atau posisi  :
0 <  < Ø dan  < R

N, Nq, Nc = koefisien daya dukung tanpa


dimensi yang tergantung dari Ø, 
dan . Kurva pada annexe I.2, II.1,
II.2, II.3 dan II.4 memberikan nilai-
nilai dalam fungsi Ø dan  (reel)
untuk  = 0 s/d 40.
re, rqe, rce = koefisien reduksi karena
eksentrisitas beban

Pondasi Dangkal 66
12. TEGANGAN IJIN

Tegangan ijin (admissible stress) adalah tegangan


batas atau rupture yang sudah mempertimbangkan unsur
angka keamanan F.
1 . .B.N '  .D( N ' 1)  C.N '

  .D.  2
q c
q ad
F
Dimana F > 3 dan N’, N’q, N’c adalah merupakan
harga-harga setelah dimasukkan koefisien koreksi akibat
adanya : , e, , , dan lain-lain. Untuk kasus pondasi
setempat atau tanah dengan Ø = 0 dan c = 0, yang
ditampilkan pada Gambar 12.1., besarnya tegangan yang
terjadi yaitu :
P  W1  W2
q   q ad
A
dimana :
P = beban hidup dan mati
W1 = berat pondasi
W2 = berat tanah diatas pondasi
A = luas penampang

Pondasi Dangkal 67
Pedoman umum besarnya tegangan ijin tanah menurut
Terzaghi, sesuai dengan jenis tanah yang dapat dilihat pada
Tabel 12.1.

W2 W2

W1

q
Gambar 12.1. Beban-beban yang bekerja

Pondasi Dangkal 68
Tabel 12.1. Tegangan Ijin Tanah (Terzaghi)
Tegangan
No Tanah admissible
(kPa)
1 Lempung lunak 20 - 100
2 Lempung dengan konsistensi sedang 100 -150
3 Lempung keras 200 - 300
4 Pasir lepas 50 - 200
5 Pasir atau kerikil padat 250 - 400
6 Kerikil padat + kohesi 500
7 Batu 500 - 1000

Pondasi Dangkal 69
Halaman ini sengaja dikosongkan.

Pondasi Dangkal 70
13. PENURUNAN PONDASI

13.1 IMMEDIATE SETTLEMENT

Total settlement = immediate settlement + consolidation


primaire & secondaire settlement + settlement akibat
pergerakan tanah lateral.
1  2
St  C f . q.B
E
Dimana :
Cf = koefisien bentuk pondasi (Tabel 13.1.)
E = young’s modulus (Tabel 13.2.)
 = koefisien Poisson (Tabel 13.2.)
B = lebar pondasi
q = beban merata

Besarnya penurunan ini, dapat pula dihitung


berdasarkan hasil percobaan di lapangan, seperti
Pressiometre, SPT, CPT dan lain-lain.

Pondasi Dangkal 71
Tabel 13.1. Koefisien bentuk pondasi, Cf
Pondasi Flexible
L/B Pondasi kaku
Di tepi Di tengah
1 0,88 0,56 1,12
2 1,21 0,76 1,53
3 1,43 0,89 1,78
5 1,72 1,05 2,10
10 2,13 1,27 2,58

Tabel 13.2. Beberapa harga E dan  (DAS B.M)


Koefisien
Young Modulus
Jenis Tanah Poisson
(E)
()
Pasir lepas 10350 - 27600 Kn/m2 0,2 - 0,4
Pasir agak padat 0,25 - 0,4
Pasir padat 34500 - 69000 Kn/m2 0,3 - 0,45
Pasir berlanau 0,2 - 0,4
Lempung lembek 1380 - 3450 Kn/m2 0,15 - 0,25
Lempung agak kaku 0,2 - 0,5
2
Lempung keras 5865 - 13800 Kn/m -

Pondasi Dangkal 72
Penurunan pondasi atau urugan diatas tanah dengan
lapisan tebal tertentu (immediate settlement), dapat pula
dihitung secara grafis yang ditampilkan pada Tabel 13.1.
(Giroud, Biarez).
Center Line

p = t/m²
a

x
B
2a = B

Subtratum

Gambar 13.1. Teori dasar immediate settlement


(Giroud, Biarez).

 Penurunan ditepi pondasi


2.a. p
S PH dengan  = H/2a
E
 Penurunan ditengah bentang pondasi
2.a. p
S PH dengan  = H/a
E

Pondasi Dangkal 73
 Penurunan dititik absis x :

SP
E
a  xPH 1  (a  x) PH 2 
 Pondasi/urugan yang panjang, dan H terbatas
2.a. p
S w PH dengan  = H/2a, P = q, P = .h
E

dimana :
H
 untuk PH1
(a  x)
H
 untuk PH2
(a  x)

Harga PH, PH1, PH2, dapat dicari dari grafik (dalam fungsi 
dan ), sebagaimana tertera dalam Gambar 13.2.

Pondasi Dangkal 74
Gambar 13.2. Metode perhitungan immediate settlement
cara grafis dari Giroud

Pondasi Dangkal 75
- Untuk tanah berlapis-lapis: (Gambar 13.3.)
Penurunan (h) :
n
hi . n
h
htotal   i
i 1 E ' i i 1 E ' i

Dimana :
hi = tebal tanah pada lapisan i
E’i = modul oedometrik pada lapisan i
 = tegangan akibat beban
 2 2 
E  E ' 1    E = modulus Young
 1  

h1 E'1

h2 E'2

h3 E'3

hn E'n i

Gambar 13.3. Tanah berlapis-lapis

Pondasi Dangkal 76
13.2 CONSOLIDATION SETTLEMENT

Besarnya penurunan akibat konsolidasi primer dapat dicari


sebagai berikut :
- normally consolidated
C c .H   
Sc  . log1  
1  eo  o'
- overconsolidated dengan (o’ + ) < c’
C s .H   
Sc  . log1  
1  eo  o'
- overconsolidated dengan (o’ + ) > c’
C s .H  ' C .H   '  
Sc  . log c  c . log o  ;
1  eo  o ' 1  eo  c' 
Dimana :
Sc = besarnya consolidation settlement
H = tebal lapisan “compressible”
eo = angka pori awal
Cc, Cs = compression index, swell index
o’ = overburden pressure effective
c’ = tegangan prakonsolidasi
 = beban (tegangan) yang bekerja diatas permukaan
tanah

Pondasi Dangkal 77
Parameter tanah untuk perhitungan consolidation settlement:
- Tebal lapisan lempung
Tebal lapisan compressible (H) yang diperhitungkan
adalah umumnya berupa lapisan very soft & soft clay,
yang masih bisa mengalami konsolidasi primer. Hard
clay (N-SPT > 25), umumnya dapat dianggap sudah
tidak mengalami proses konsolidasi primer sehingga
tidak perlu diperhitungkan sebagai bagian dari tebal
lapisan compressible.

- Beban atau surcharge


Surcharge yang dimaksud adalah besarnya beban yang
bekerja di atas permukaan tanah asli (compressible soil)
dalam satuan tegangan. Apabila beban yang bekerja
berupatimbunan, maka persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut:

   timbunan  H timbunan

Dan apabila beban yang bekerja berasal dari pondasi

dangkal, maka besarnya  dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut :

  P
A
Pondasi Dangkal 78
dimana:
Δσ = beban surcharge yang terjadi
γtimbunan = berat volume humid dari tanah timbunan
Apabila timbunan terendam air, maka
digunakan harga γtimbunan efektif.
Htimbunan = tinggi timbunan
P = total beban aksial pada pondasi
A = luas area dasar pondasi

- Koefisien pengaruh I
Diperoleh antara lain dengan menggunakan persamaan
yang dapat dilihat pada Gambar 13.4. berikut ini :

1  B1  B2   B 
I   1   2    1 . 2 
  B2    B2 
dimana:
B1  B2 B
1 = tan1  tan1 1
Z Z
B1
2 = tan 1
Z
B1 = setengah dari lebar timbunan
B2 = panjang proyeksi horisontal kemiringan
timbunan

Pondasi Dangkal 79
Karena nilai I ditinjau di tengah-tengah dari lebar
timbunan, maka untuk timbunan yang simetris nilai I
yang diperoleh harus dikalikan dengan dua, sehingga

 hitungan    2I

Gambar 13.4. Distribusi tegangan vertikal dalam tanah


(Sumber: Das, 1990).

- Compression & swell index


Harga compression index (Cc) dan swell index (Cs)
diperoleh dari korelasi yang terdapat pada Tabel 13.3.
dibawah ini.

Pondasi Dangkal 80
Tabel 13.3. Harga Cc dapat diperoleh dari korelasi-korelasi
sebagai berikut :
Persamaan Penggunaan
Cc = 0,009 (WL-13) Biarez & Favre
Cc = 0,007 (WL-13 – 7) Renolded clay skempton
Cc = 1,15 (eo – 0,27) All clays
Cc = 0,30 (eo – 0,27) Inorganic cohesive soil
Cc = 0,0115 WN Organic soil, peats, dll
Cc = 0,009 (WL-10) Normally consolidated clay
Cc = 0,75 (eo – 0,5) Soils with low plasticity
Cc = 0,156 eo + 0,0107 All clays
W (%)  Nagarai & Murty
Cc = 0,2343 L .Gs
 100 

dengan : WL = batas cair (%)


WN = kadar air natural di lapangan
eo = angka pori awal di lapangan
Gs = specific gravity

Untuk swell index (Cs) dapat diperoleh dengan


menggunakan persamaan:
1 1
 s / d .Cc , atau
5 10 
Pondasi Dangkal 81
Cs = 0,0463
WL (%) 
.Gs
 100 
- Angka pori
Angka pori awal (e o) diperoleh dari hasil tes
laboratorium (volumetric & gravimetric).

- Overburden Pressure Effective (σ0’)


Overburden Pressure Effective (σ0’) adalah tegangan
vertikal efektif dari tanah asli. Dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan:

o '
 '.H 
2
dimana: γ = γsat - γw
H = setengah tebal lapisan yang diperhitungkan

- Preconsolidation pressure
Tegangan prakonsolidasi (σ0’) efektif diperoleh dari
hasil tes konsolidasi oedometer, yaitu dari grafik
hubungan antara e dengan log σv’.

Pondasi Dangkal 82
14. CONTACT PRESSURE, TEGANGAN
YANG TERJADI

M x . X M y .Y
qP  
A Iy Ix
Dimana :
q = contact pressure (tegangan) yang terjadi. (t/m2)
P = total axial vertical load. (ton,kg)
A = luas landasan/pondasi. (m2)
Mx, My = total moment parallel to respective x and y axes
(tm)
Ix, Iy = moment of inertia about respective x and y axes
(m4)
x, y = distance from centroid to the point at which
contact pressure is computes along respective x
and y axes (m)

Pondasi Dangkal 83
V = 50 ton
M = 30 ton.m
H= 30 ton

6m

W = 25 ton
Centrum

7,5 m x

10 m
V
H
M

0,62 t/m²

1,38 t/m²

1,38 t/m²

Gambar 14.1. Tegangan yang terjadi akibat beban-beban


yang bekerja yang bekerja pada sebuah pondasi dangkal

Pondasi Dangkal 84
Contoh (perhatikan Gambar 14.1.)
Diketahui : Terdapat sebuah pondasi yang digambarkan
pada Gambar 13.1., dengan gaya:
M = 30 tm V = 50 ton
H = 3 ton W = 25 ton

Cari : besar tegangan yang terjadi

Penyelesaian :
M x . X M y .Y
qP  
A Iy Ix
Dengan : P = 50 + 25 = 75 ton
A = 7,5 x 10 = 75 m2
Mx = (3 x 6) + 30 = 48 tm
My = 0
X = 10 / 2 = 5m
Iy = (7,5 x 103) / 12 = 625 m4
48.5
q = 75   1,0  0,38
75 625
Maka diperoleh :
q = +1,38 t/m2 dan +0,62 t/m2

Pondasi Dangkal 85
Halaman ini sengaja dikosongkan.

Pondasi Dangkal 86
ANNEXES

Tran-Vô-Nhiem
Pondasi Dangkal dengan Beban Eksentris dan Berinklinasi
dan Dasar Pondasi Miring.

Pondasi Dangkal 87
Halaman ini sengaja dikosongkan.

Pondasi Dangkal 88
Pondasi Dangkal 89
Pondasi Dangkal 90
BELUM DI SCAN

Pondasi Dangkal 91
Pondasi Dangkal 92
Pondasi Dangkal 93
Pondasi Dangkal 94
Pondasi Dangkal 95
Pondasi Dangkal 96
Pondasi Dangkal 97
Pondasi Dangkal 98
Pondasi Dangkal 99
Pondasi Dangkal 100
Pondasi Dangkal 101
Pondasi Dangkal 102
Pondasi Dangkal 103
Pondasi Dangkal 104

Anda mungkin juga menyukai