KONSEP UMUM
h : tebal pondasi
Pondasi Dangkal 1
Dari Gambar 1.1, bentuk dan kekakuan pondasi dapat
ditentukan sebagai berikut (Olivari, 1986) :
Pondasi Dangkal 2
Prinsip dasar perhitungan short & long terms sebagai
berikut :
a) Untuk sebuah perhitungan long term terhadap material
cohesive lanau dan lempung (silt & clay) dan untuk
semua kasus (short & long terms) untuk material-
material kerikil dan pasir non cohesive (gravel & sand),
kita menggunakan hasil-hasil percobaan drained (c’ dan
Ø’). Perhitungan dilakukan dalam tegangan efektif (’)
dan kita ambil di bawah muka air tanah berat volume
efektif (γ’).
b) Untuk perhitungan short tem terhadap material silt &
clay jenuh air, kita gunakan hasil percobaan undrained
(cu’ dengan Øu = 0). Perhitungan dilakukan dalam
tegangan total () dengan harga berat volume jenuh
(γsat) untuk dibawah muka air tanah.
Dimana : γ’ = γsat - γw
’ =-u
γw = berat volume air
u = tegangan air pori
Pondasi Dangkal 3
Beberapa problema pada proyek pondasi yang mungkin
timbul dan dapat merubah akurasi besarnya daya dukung
tanah pada suatu pondasi sebagai berikut :
a) Problema penyelidikan tanah : jumlah dan kedalaman.
b) Pengaruh pembekuan tanah akibat salju.
c) Gedung yang berhimpit antara yang lama dan baru.
d) Pondasi diatas tanah yang miring.
e) Expansive (swelling) soil.
f) Fluktuasi air tanah, dan lain-lain
Pondasi Dangkal 4
1.2. PARAMETER FISIS DAN MEKANIS TANAH
Pondasi Dangkal 5
dengan :
WL, WP = batas cair, batas plastis
IP = indeks plastisitas
Cc = indeks kompresi
Cu = kohesi undrained
c = tegangan prakonsolidasi
s = specific gravity
Pondasi Dangkal 6
Pondasi Dangkal 7
Tabel 1.2. Nilai-nilai numerik parameter tanah untuk Gs = 2,70 (Biarez & Favre)
d e n W sat sat K Cv mv = I / E
Sifat tanah
g/cm3 lb cb ft % g/cm3 cm/s ft/year lugeon cm2/s ft2/year bars psi cm2/kg ft2/ton
0,5 31,25 4,40 0,80 163,0 1,31 10-9 1,03 x 10-3 10-4 10-5 0,01 0,142 100 97,6
0,6 37,50 3,50 0,78 129,60 1,38 0,05 0,71 20 19,5
0,7 43,75 2,86 0,74 105,8 1,44 10-8 1,03 x 10-2 10-3 1 x 10-4 3,4
lunak
0,8 50,00 2,38 0,70 88,0 1,50 2 x 10-4 6,8 0,1 1,42 10 9,76
0,9 56,25 2,00 0,67 74,1 1,57 10-7 1,03 x 10-1 10-2 3 x 10-4 10,1 0,5 7,05 2 1,95
Pondasi Dangkal
4 x 10-4 11,1 1 14,2 1 0,976
Silt, Clay
1,0 62,50 1,70 0,63 63,0 1,63 1 x 10-6 1,03 10-1 5 x 10-4 16,9 2 28,4 0,5 0,488
1,1 68,75 1,45 0,59 53,9 1,69 2 x 10-6 2,06 6 x 10-4 20,3 3 42,6 0,33 0,325
1,2 75,00 1,25 0,56 46,3 1,76 3 x 10-6 3,10 7 x 10-4 23,6 4 56,9 0,25 0,244
rata-rata
1,3 81,25 1,08 0,52 39,9 1,82 4 x 10-6 4,13 8 x 10-4 27,0 5 71,0 0,20 0,195
1,4 87,50 0,93 0,48 34,4 1,88 5 x 10-6 5,17 9 x 10-4 30,4 6 85,3 0,17 0,163
1,5 93,75 0,80 0,44 29,6 1,94 6 x 10-6 6,20 10-3 33,8 x 101 7 99,5 0,14 0,144
1,6 100,00 0,69 0,41 25,5 2,04 7 x 10-6 7,24 8 113 0,12 0,122
1,7 106,25 0,59 0,37 21,8 2,07 8 x 10-6 8,26 9 127 0,11 0,111
sand
1,8 112,50 0,50 0,33 18,5 2,13 9 x 10-6 9,30 10-2 33,8 x 102 10 142 0,10 0,0976
1,9 118,75 0,42 0,30 15,6 2,20 10-5 10,33 1 11 156 0,091 0,0887
10-4 1,03 x 102 10 10-1 33,8 x 103 12 170 0,083 0,0815
2,0 125,00 0,35 0,26 13,0 2,26 10-3 1,03 x 103 100 13 185 0,077 0,075
2,1 131,25 0,29 0,22 10,6 2,32 10-2 1,03 x 104 1000 14 199 0,073 0,07
Gravel, Sand
2,2 137,50 0,23 0,19 8,4 2,39 10-1 1,03 x 105 10000 15 213 0,064 0,065
2,3 143,75 0,17 0,15 6,4 2,45 20 284 0,050 0,0488
2,4 150,00 0,13 0,11 4,63 2,51 50 710 0,020 0,0195
gravel
2,5 156,25 0,080 0,074 2,96 2,57 100 1420 0,010 9,76 x 10-3
2,6 162,50 0,038 0,037 1,42 2,64 500 7100 0,002 1,95 x 10-3
2,7 168,75 0,000 0,000 0,00 2,70 1000 14200 0,001 9,76 x 10-4
2 2
Catatan : 100 kPa = 100 kN/m = 1 bar = 1,02 kg/cm
8
1.3. KERUNTUHAN TANAH DIBAWAH PONDASI
DANGKAL
Pondasi Dangkal 9
akibat beban vertikal sentris berdasarkan uji eksperimental
(Tran-Vô-Nhiem). Berturut-turut dari Gambar 1.4. s/d
Gambar 1.7. menunjukkan hal yang sama sebagai akibat
variasi beban vertikal eksentris, beban eksentris dan
berinklinasi, kasus untuk dasar pondasi dasar miring, serta
kasus pondasi diatas suatu lereng. Gambar 1.8.
menampakkan pola deformasi butiran tanah dibawah
pondasi yang mengalami keruntuhan (Biarez).
Berdasarkan bentuk dan perilaku keruntuhan lapisan
tanah dibawah pondasi dangkal itulah, dipakai teori
perhitungan daya dukung tanah (bearing capacity) pondasi
dangkal dalam bentuk qult dan ql.Terdapat tiga zona
keruntuhan yang terjadi, yaitu zona keruntuhan permukaan
tepat dibawah dasar pondasi, zona bidang gelincir non
circular dan zona kedalaman dasar pondasi.
Pondasi Dangkal 10
Gambar 1.2. Perilaku kegagalan daya dukung di tanah ; (a)
kegagalan geser; (b) kegagalan geser lokal; (c) kegagalan
geser pons (ditulis kembali oleh Vesic, 1973)
Pondasi Dangkal 11
Gambar 1.3. Keruntuhan dibawah pondasi dangkal akibat
beban vertikal sentris berdasarkan uji eksperimental
(Tran – Vô – Nhiem)
Pondasi Dangkal 12
(a) Appareil photographique
Pondasi Dangkal 13
(a) Appareil photographique
Pondasi Dangkal 14
(a) = 10o
(b) = 20o
Gambar 1.6. Keruntuhan dibawah pondasi dangkal dengan
dasar miring berdasarkan uji eksperimental
(Tran – Vô – Nhiem)
Pondasi Dangkal 15
(a) Charge entrée e = 0
Pondasi Dangkal 16
Gambar 1.8. Deformasi butiran tanah dibawah pondasi
dangkal dari hasil perhitungna finite element (Biarez)
Pondasi Dangkal 17
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Pondasi Dangkal 18
2. BEBAN VERTIKAL SENTRIS
Q
qo
3
D
45°+
45°+
1
B 2
dimana :
Pondasi Dangkal 19
ql = Ultimate bearing capacity pondasi
Pondasi Dangkal 20
Nc untuk tanah kohesif undrained (Ø = 0 & c = cu),
menurut Skempton :
Bila D
B
< 2,5, maka Nc 5 1 0,2 B 1 0,2 D B
L
Pondasi Dangkal 21
Perbandingan nilai Nγ, Nc, Nq antara teori dari
Terzaghi, Meyerhof, Brinch Hansen, De Beer dan Le Gall
dapat dilihat dalam bentuk kurva sebagaimana pada
Gambar 2.2. dan Gambar 2.3.
MTA
Pasir
1m
1m
Pondasi Dangkal 22
Cari : q ultimate.
Penyelesaian :
Ø’ = 35o Nc = 46 Nγ = 41,1 Nq = 33,30
Maka menggunakan
1
q ult
d .B.N c.N c ( d .D) N q
2
1
.16.1.41,1 0 (16.1).33,30 861,6 kPa
2
Cari : q ultimate.
Pondasi Dangkal 23
Maka menggunakan
1
q ult '.B.N c'.Nc ( '.D) N q
2
1
.9,95.1.41,1 0 (9,95.1).33,30 536 kPa
2
MTA
Tanah lempung
1m Lapis 1
1m Tanah lempung
Lapis 2
2m
c’ = 5 kPa c’ = 10 kPa
Ø’ = 20 Ø’ = 25
sat = 16 kN/m3 sat = 20 kN/m3
Pondasi Dangkal 24
a) Cari : ql dalam kondisi long term.
Penyelesaian :
Awas Nc, Nγ, Nq dicari harga Ø’ lapis 2 = 25, karena
koefisien tersebut dihitung berdasar keruntuhan
dibawah pondasi
Ø’ = 25o Nc = 20,70 Nγ = 8,10 Nq = 10,70
Maka menggunakan
1
q ult
'.B.N c'.N c ( .D) N q
2
1
.(20 10).2.8,10 10.20,70 (16.1 10.1).10,70
2
81 207 278,2 566,2 kPa
Penyelesaian :
Short term Øu = 0 Nc = 5,14 Nγ = 0 Nq = 1
Maka menggunakan
q ult
5,14cu ( .D)
Pondasi Dangkal 25
Umumnya kondisi short term pada lempung lebih
kritis atau lebih kecil nilai ql nya daripada kondisi long term.
Pondasi Dangkal 26
Tabel 2.2. Koefisien Nc, Nγ, Nq untuk bentuk dasar pondasi
lingkaran
Øo N Nq Nc
0o 0 1 6,30
o
10 0,53 3,20 12,50
20o 3,80 9,80 24,20
30o 21 38 64
40o 156 186 222
Pondasi Dangkal 27
Gambar 2.2. Nilai N & Nq menurut Terzaghi (1),
Meyerhof (2), Br.Hansen (3) dan De Beer (4), untuk dua
dimensi
Pondasi Dangkal 28
Gambar 2.3. Nilai N & Nq menurut : Terzaghi circle (1a),
segiempat (1b), Meyerhof (2), Le Gall (3) dan De Beer (4),
untuk tiga dimensi
Pondasi Dangkal 29
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Pondasi Dangkal 30
3. BEBAN VERTIKAL EKSENTRIS
Center Line
e
Q
D
B' 2e
B
1
QL B 2e. . .( B 2e).N C.N c .D.N q
2
dan
Pondasi Dangkal 31
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Pondasi Dangkal 32
4. BEBAN SENTRIS BERINKLINASI
Center Line
D
- Tran-Vô-Nhiem
1
ql . .B.N c.N c .D.N q
2
Pondasi Dangkal 33
- Meyerhof
2
C.N c .D.N q
B
ql 1 . . .N 1
2 90
V
Center Line
M
H Q
Pondasi Dangkal 34
Untuk harga-harga yang tidak tercantum dalam Tabel
4.1 dari Tran-Vô-Nhiem (misalnya : = 35o dan Ø = 30o),
maka berarti pondasi tersebut telah terjadi keruntuhan atau
tidak stabil lagi.
Gambar 4.2. menunjukkan penyederhanaan beban
yang bekerja, dari semula sentris berupa V, H dan M,
menjadi beban eksentris berinklinasi (dibahas lebih lanjut
Bab 5.).
Pondasi Dangkal 35
Tabel 4.1. Harga-harga N, Nq, Nc dari Tran-Vô-Nhiem
Unsur Permukaan N
Ø 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Pondasi Dangkal
10 1 0,14 0
36
Tabel 4.1. Harga-harga N, Nq, Nc dari Tran-Vô-Nhiem (Lanjutan)
Unsur Permukaan Nq
Ø 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Pondasi Dangkal
10 2,5 2,2 1,5
37
Tabel 4.1. Harga-harga N, Nq, Nc dari Tran-Vô-Nhiem (Lanjutan)
Unsur Permukaan Nc
Ø 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Catatan : Nc =
Pondasi Dangkal
10 8,4 6,6 3,0
( N q cos )
20 14,8 12,6 10,2 7,7 3,5
tan
25 20,7 17,6 14,5 11,5 8,4 3,8
38
5. BEBAN EKSENTRIS DAN
BERINKLINASI
Center Line
e
Q
D c
qd qvd
B/2 B/2
Pondasi Dangkal 39
dengan :
- N, Nc, Nq : koefisien klasik daya dukung
(Tabel 2.1)
- i, ic, iq : koefisien reduksi berkaitan dengan
kemiringan beban (Tabel 5.1)
- re, rce, rqe : koefisien reduksi berkaitan dengan
eksentrisitas beban (Tabel 5.2)
q vd .tg
’ = inklinasi fiktif = Arctg
q vd C cot
mempunyai posisi 0 < < Ø dan ’ <
Untuk tanah non cohesive (c = 0) ’ =
q d . sin
dapat juga dicari dengan : tg '
q d . cos C cot
Pondasi Dangkal 40
Tabel 5.1. Harga-harga id, iqd, icd dari Tran-Vô-Nhiem
Ø 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Koefisien
10 1 0,78 0,31 Unsur
Pondasi Dangkal
20 1 0,85 0,58 0,25 0,08 Permukaan
41
40 1 0,81 0,65 0,51 0,38 0,28 0,19 0,12 0,04
Tabel 5.2. Harga eM untuk N dari Tran-Vô-Nhiem
Ø 0 5 10 15 20 25 30 35 40
10 0 0 0,115
Pondasi Dangkal
20 0 0 0 0,012 0,150
30 0 0,005 0,010 0,012 0,019 0,039 0,163
42
2
1 2e1
e1 = e/B, maka : re =
1 2e M
Dimana :
eM = Eksentrisitas optimal berkaitan dengan yang
diberikan oleh Tabel 5.2.
e = Dihitung secara aljabar (Gambar 5.2)
e1 > 0 (positif) bila komposisi horisontal dari Force
(Fx) mengarah ke pusat landasan. (contoh gaya F).
e1 < 0 (negatif) bila sebaliknya. (contoh gaya F’).
Center Line
e e'
F F'
e1
Pondasi Dangkal 43
Center Line
d e
Kasus 1 : V R
H h
q max q min
B/6 B/6
Kasus 2 :
q max
e d B/2
3d
Pondasi Dangkal 44
Dari Gambar 5.4. dapat dicari besarnya tegangan
yang terjadi sebagai akibat adanya eksentrisitas yang terjadi
sebagai akibat adanya eksentrisitas dan inklinsai gaya yang
bekerja (Olivari).
Pondasi Dangkal 45
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Pondasi Dangkal 46
6. PONDASI DIATAS LAPISAN TANAH
TERBATAS
Center Line
Q
45°+
B t
ho
Subtratum
Pondasi Dangkal 47
Ada beberapa modifikasi perumusan, menurut Mandel &
Salenϛon :
- Untuk lempung lunak, Ø = 0
B
ql c 1 untuk B/H > 3
2H
ql c. 2 untuk B/H < 21/2
- Untuk tanah dengan C ≠ 0 dan Ø ≠ 0
B c H B
Bila : 3 ,maka ql . . cot .e 2 a
2H tg B
1 2 2
Dengan : .tg cot
a H 2
Tambahkan unsur .D.Nq apabila dasar pondasi terletak
sedalam D dari muka tanah.
Pondasi Dangkal 48
7. PONDASI DIATAS DUA LAPISAN
TANAH
Center Line
B
Lapis 1 H
Lapis 2
Pondasi Dangkal 49
- Dua lapis pasir/lempung (Tcheng), (Gambar 7.1.) :
Kondisi short term :
Pondasi Dangkal 50
Gambar 7.2. Koefisien Nc* untuk kasus pondasi diatas dua
lapisan tanah : lempung dan lempung
Pondasi Dangkal 51
Gambar 7.3. Koefisien daya dukung tanah Nc* & N*
untuk dua lapis tanah : pasir dan lempung (Giroud)
Pondasi Dangkal 52
8. PONDASI DENGAN DASAR MIRING
Q
D
B
Pondasi Dangkal 53
Tabel 8.1. Koefisien koreksi : l, lc, dan lq dari Tran-Vô-
Nhiem
10O 20O 25O 30O 35O 40O
10O l= 1 0,89 0,80 0,76 0,73 0,68
lq= 0,94 0,88 0,85 0,82 0,78 0,74
lc= 0,90 0,86 0,83 0,80 0,77 0,74
20O l= 1 0,85 0,69 0,61 0,54 0,45
lq= 0,88 0,77 0,72 0,67 0,61 0,56
lc= 0,80 0,73 0,69 0,65 0,60 0,55
30O l= 1 0,79 0,59 0,49 0,40 0,31
lq= 1,83 0,68 0,61 0,54 0,48 0,41
lc= 0,71 0,62 0,57 0,52 0,46 0,40
40 O
l= 0,94 0,72 0,50 0,38 0,30 0,21
lq= 0,78 0,60 0,52 0,45 0,37 0,31
lc= 0,63 0,53 0,47 0,41 0,35 0,30
Pondasi Dangkal 54
9. PONDASI DIATAS TANAH YANG
MIRING
Pondasi Dangkal 55
f n lim
A
D
f n lim
B
D
Pondasi Dangkal 56
f n lim
C
D
Q
D D
D cos
Pondasi Dangkal 57
Tabel 9.1. Koefisien korelasi J, Jq dan Jc (Tran-Vô-Nhiem)
Koefisien korelasi J untuk term N
Ø
25O 30O 35O 40O 45O
0O 1 1 1 1 1
5O 0,79 0,78 0,79 0,77 0,76
10O 0,63 0,62 0,62 0,58 0,56
15O 0,50 0,49 0,47 0,43 0,42
20O 0,39 0,37 0,36 0,32 0,30
25O 0,20 0,26 0,25 0,23 0,21
30O 0 0,13 0,17 0,16 0,15
35O 0 0 0,09 0,10 0,10
40O 0 0 0 0,05 0,06
O
45 0 0 0 0 0,03
Koefisien korelasi Jq untuk term Nq
ØO
25O 30O 35O 40O 45O
0O 1 1 1 1 1
5O 0,86 0,85 0,84 0,82 0,80
10O 0,73 0,71 0,69 0,67 0,64
15O 0,59 0,58 0,56 0,53 0,50
20O 0,45 0,46 0,44 0,42 0,39
25O 0,25 0,34 0,34 0,32 0,29
30O 0 0,17 0,24 0,23 0,21
35O 0 0 0,11 0,16 0,15
40O 0 0 0 0,07 0,10
45O 0 0 0 0 0,04
Pondasi Dangkal 58
Koefisien korelasi Jc untuk term Nc
ØO
10O 15O 20O 25O 30O 35O 40O
0O 1 1 1 1 1 1 1
O
5 0,95 0,94 0,93 0,91 0,90 0,88 0,86
10O 0,90 0,88 0,86 0,83 0,80 0,77 0,74
15O 0,85 0,82 0,79 0,76 0,72 0,68 0,64
O
20 0,80 0,77 0,73 0,69 0,65 0,60 0,55
O
25 0,76 0,72 0,68 0,63 0,58 0,53 0,47
30O 0,72 0,67 0,62 0,57 0,52 0,46 0,40
35O 0,67 0,62 0,57 0,52 0,46 0,41 0,35
O
40 0,63 0,58 0,53 0,47 0,41 0,35 0,30
O
45 0,59 0,54 0,48 0,43 0,37 0,31 0,25
Pondasi Dangkal 59
Gambar 9.2. Koefisien Ncq untuk kasus pondasi diatas
tanah miring (Meyerhof)
Pondasi Dangkal 60
Gambar 9.3. Koefisien Nq untuk kasus pondasi diatas
tanah miring (Meyerhof)
Pondasi Dangkal 61
- Pondasi diatas talud menurut Meyerhof (Gambar 9.2.):
Pondasi diatas talud tak terhingga :
ql = Cu. Ncq untuk tanah kohesif
(lempung)
ql = ½..B.Nq untuk tanah tidak kohesif
c = 0 (pasir)
Pondasi terletak di puncak talud :
ql = cu. Ncq untuk c ≠ 0
ql = ½..B.Nq untuk c = 0
Pondasi Dangkal 62
10. KOMBINASI KASUS
R
e
B
Ql = B.q l .1
Pondasi Dangkal 63
dimana :
ql = tegangan tanah maksimum
B = lebar dasar (miring) pondasi
D = kedalaman pondasi (terdangkal)
= berat volume tanah ( sat, ’)
C = kohesi tanah (Cu, C’)
i = koefisien koreksi akibat inklinasi beban,
(Tabel 5.1. dan 5.2.)
r = koefisien koreksi akibat eksentrisitas
beban, e (Tabel 5.2.)
l = koefisien koreksi akibat dasar pondasi
miring beban, (Tabel 8.1.)
J = koefisien koreksi akibat kemiringan talud,
(Tabel 9.1.)
N, Nc, Nq = koefisien daya dukung tanah akibat Ø
(Øu = 0, Ø’), (Tabel 2.1.)
Pondasi Dangkal 64
11. KOMBINASI BEBAN EKSENTRIS
BERINKLINASI DASAR MIRING
n
Center Line
qB > q
D Q n
Q
R DB > D
A
O
E
B
B E>0
(BxL)
1 2e E
3) re . dengan e B
1 2eM
Tanda (+) bila e < eM dan tanda (-) bila e > eM
Pondasi Dangkal 65
4) rqe. rce 1 2 e
dimana :
E = eksentrisitas beban
e = eksentrisitas relatif beban
R = inklinasi beban terhadap normal (n)
eM = eksentrisitas optimal
(kurva annexe I.1)
= inklinasi fiktif untuk kasus tanah
kohesif (Ø dan c ≠ 0)
Kondisi atau posisi :
0 < < Ø dan < R
Pondasi Dangkal 66
12. TEGANGAN IJIN
Pondasi Dangkal 67
Pedoman umum besarnya tegangan ijin tanah menurut
Terzaghi, sesuai dengan jenis tanah yang dapat dilihat pada
Tabel 12.1.
W2 W2
W1
q
Gambar 12.1. Beban-beban yang bekerja
Pondasi Dangkal 68
Tabel 12.1. Tegangan Ijin Tanah (Terzaghi)
Tegangan
No Tanah admissible
(kPa)
1 Lempung lunak 20 - 100
2 Lempung dengan konsistensi sedang 100 -150
3 Lempung keras 200 - 300
4 Pasir lepas 50 - 200
5 Pasir atau kerikil padat 250 - 400
6 Kerikil padat + kohesi 500
7 Batu 500 - 1000
Pondasi Dangkal 69
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Pondasi Dangkal 70
13. PENURUNAN PONDASI
Pondasi Dangkal 71
Tabel 13.1. Koefisien bentuk pondasi, Cf
Pondasi Flexible
L/B Pondasi kaku
Di tepi Di tengah
1 0,88 0,56 1,12
2 1,21 0,76 1,53
3 1,43 0,89 1,78
5 1,72 1,05 2,10
10 2,13 1,27 2,58
Pondasi Dangkal 72
Penurunan pondasi atau urugan diatas tanah dengan
lapisan tebal tertentu (immediate settlement), dapat pula
dihitung secara grafis yang ditampilkan pada Tabel 13.1.
(Giroud, Biarez).
Center Line
p = t/m²
a
x
B
2a = B
Subtratum
Pondasi Dangkal 73
Penurunan dititik absis x :
SP
E
a xPH 1 (a x) PH 2
Pondasi/urugan yang panjang, dan H terbatas
2.a. p
S w PH dengan = H/2a, P = q, P = .h
E
dimana :
H
untuk PH1
(a x)
H
untuk PH2
(a x)
Harga PH, PH1, PH2, dapat dicari dari grafik (dalam fungsi
dan ), sebagaimana tertera dalam Gambar 13.2.
Pondasi Dangkal 74
Gambar 13.2. Metode perhitungan immediate settlement
cara grafis dari Giroud
Pondasi Dangkal 75
- Untuk tanah berlapis-lapis: (Gambar 13.3.)
Penurunan (h) :
n
hi . n
h
htotal i
i 1 E ' i i 1 E ' i
Dimana :
hi = tebal tanah pada lapisan i
E’i = modul oedometrik pada lapisan i
= tegangan akibat beban
2 2
E E ' 1 E = modulus Young
1
h1 E'1
h2 E'2
h3 E'3
hn E'n i
Pondasi Dangkal 76
13.2 CONSOLIDATION SETTLEMENT
Pondasi Dangkal 77
Parameter tanah untuk perhitungan consolidation settlement:
- Tebal lapisan lempung
Tebal lapisan compressible (H) yang diperhitungkan
adalah umumnya berupa lapisan very soft & soft clay,
yang masih bisa mengalami konsolidasi primer. Hard
clay (N-SPT > 25), umumnya dapat dianggap sudah
tidak mengalami proses konsolidasi primer sehingga
tidak perlu diperhitungkan sebagai bagian dari tebal
lapisan compressible.
timbunan H timbunan
P
A
Pondasi Dangkal 78
dimana:
Δσ = beban surcharge yang terjadi
γtimbunan = berat volume humid dari tanah timbunan
Apabila timbunan terendam air, maka
digunakan harga γtimbunan efektif.
Htimbunan = tinggi timbunan
P = total beban aksial pada pondasi
A = luas area dasar pondasi
- Koefisien pengaruh I
Diperoleh antara lain dengan menggunakan persamaan
yang dapat dilihat pada Gambar 13.4. berikut ini :
1 B1 B2 B
I 1 2 1 . 2
B2 B2
dimana:
B1 B2 B
1 = tan1 tan1 1
Z Z
B1
2 = tan 1
Z
B1 = setengah dari lebar timbunan
B2 = panjang proyeksi horisontal kemiringan
timbunan
Pondasi Dangkal 79
Karena nilai I ditinjau di tengah-tengah dari lebar
timbunan, maka untuk timbunan yang simetris nilai I
yang diperoleh harus dikalikan dengan dua, sehingga
hitungan 2I
Pondasi Dangkal 80
Tabel 13.3. Harga Cc dapat diperoleh dari korelasi-korelasi
sebagai berikut :
Persamaan Penggunaan
Cc = 0,009 (WL-13) Biarez & Favre
Cc = 0,007 (WL-13 – 7) Renolded clay skempton
Cc = 1,15 (eo – 0,27) All clays
Cc = 0,30 (eo – 0,27) Inorganic cohesive soil
Cc = 0,0115 WN Organic soil, peats, dll
Cc = 0,009 (WL-10) Normally consolidated clay
Cc = 0,75 (eo – 0,5) Soils with low plasticity
Cc = 0,156 eo + 0,0107 All clays
W (%) Nagarai & Murty
Cc = 0,2343 L .Gs
100
o '
'.H
2
dimana: γ = γsat - γw
H = setengah tebal lapisan yang diperhitungkan
- Preconsolidation pressure
Tegangan prakonsolidasi (σ0’) efektif diperoleh dari
hasil tes konsolidasi oedometer, yaitu dari grafik
hubungan antara e dengan log σv’.
Pondasi Dangkal 82
14. CONTACT PRESSURE, TEGANGAN
YANG TERJADI
M x . X M y .Y
qP
A Iy Ix
Dimana :
q = contact pressure (tegangan) yang terjadi. (t/m2)
P = total axial vertical load. (ton,kg)
A = luas landasan/pondasi. (m2)
Mx, My = total moment parallel to respective x and y axes
(tm)
Ix, Iy = moment of inertia about respective x and y axes
(m4)
x, y = distance from centroid to the point at which
contact pressure is computes along respective x
and y axes (m)
Pondasi Dangkal 83
V = 50 ton
M = 30 ton.m
H= 30 ton
6m
W = 25 ton
Centrum
7,5 m x
10 m
V
H
M
0,62 t/m²
1,38 t/m²
1,38 t/m²
Pondasi Dangkal 84
Contoh (perhatikan Gambar 14.1.)
Diketahui : Terdapat sebuah pondasi yang digambarkan
pada Gambar 13.1., dengan gaya:
M = 30 tm V = 50 ton
H = 3 ton W = 25 ton
Penyelesaian :
M x . X M y .Y
qP
A Iy Ix
Dengan : P = 50 + 25 = 75 ton
A = 7,5 x 10 = 75 m2
Mx = (3 x 6) + 30 = 48 tm
My = 0
X = 10 / 2 = 5m
Iy = (7,5 x 103) / 12 = 625 m4
48.5
q = 75 1,0 0,38
75 625
Maka diperoleh :
q = +1,38 t/m2 dan +0,62 t/m2
Pondasi Dangkal 85
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Pondasi Dangkal 86
ANNEXES
Tran-Vô-Nhiem
Pondasi Dangkal dengan Beban Eksentris dan Berinklinasi
dan Dasar Pondasi Miring.
Pondasi Dangkal 87
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Pondasi Dangkal 88
Pondasi Dangkal 89
Pondasi Dangkal 90
BELUM DI SCAN
Pondasi Dangkal 91
Pondasi Dangkal 92
Pondasi Dangkal 93
Pondasi Dangkal 94
Pondasi Dangkal 95
Pondasi Dangkal 96
Pondasi Dangkal 97
Pondasi Dangkal 98
Pondasi Dangkal 99
Pondasi Dangkal 100
Pondasi Dangkal 101
Pondasi Dangkal 102
Pondasi Dangkal 103
Pondasi Dangkal 104