Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai Pengaruh Senam Aerobic

Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetus militus Tipe II Di Wilayah

Kerja Puskesmas Seririt II. Penelitian ini menggunakan data primer yang

langsung diambil dari pasien yang menderita diabetes militus di Puskesmas Seririt

II. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP senam Aerobic

yang bertujuan untuk peregangan otot dan merileksasikan seluruh anggota tubuh

pada pasien diabetes militus. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Gambaran umum tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Seririt II merupakan puskesmas

yang terletak di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt , Kabupaten Buleleng

yang dipimpin oleh dr. I Putu Edy Suastanaya. Pelayanan puskesmas yaitu

poliklinik umum/ UGD, poliklinik gigi, poliklinik KIA/KB, imunisasi,

poliklinik gizi, poliklinik sanitasi, poliklinik rabies, poliklinik VCT,

poliklinik IMS, laboratorium sederhana.

2. Karakteristik subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita diabetes

militus di Puskesmas Seririt I. Data yang diambil menggunakan Non

Probabi;lity Sampling yang digunakan yaitu purposive sampling.


Karakteristik responden yang telah diteliti dan didistribusikan kedalam

tabel yaitu:

a. Karakteristik responden berdasarkam usia

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data usia responden yang

digunakan yaitu:

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia

Variable N Mean Min Max SD 95%CI

Usia 71 54,83 45 77 6,496 0,771

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata usia responden

adalah 56 tahun dengan usia terendah 45 tahun dan usia tertinggi

adalah 77 tahun.

b. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

berdasarkan hasil penelitian diperoleh data jenis kelamin responden

yang digunakan adalah sebagai berikut:

tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persentase (%)


Laki-laki 37 52%
Perempuan 34 48%
Jumlah 71 100%
Dari tabel 4.2 menunjukkan jenis kelamin responden mayoritas

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 37 responden (52%),

perempuan sebanyak 34 responden (48%).


c. Karakteristik berdasarkan pendidikan

Dari hasil penelitian diperoleh data pendidikan responden yang

digunakan sebagai sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Riwayat jatuh Frekuensi (N) Persentase (%)


Tidak sekolah 34 48%
SD 14 20%
SMP 17 24%
SMA 6 8%
Diploma/sarjana - -
Jumlah 71 100%

Hasil dari tabel 4.3 menunjukkan mayoritas pendidikan

responden yaitu kategori tidak sekolah sebanyak 34 (48%),

pendidikan SD sebanyak 14 responden (20%), responden yang

pendidikannya SMP sebanyak 17 (24%), sedangkan yang

pendidikan SMA sebanyak 6 responden (8%).

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Dari hasil penelitian diperoleh data pekerjaan responden sebagai

sampel yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Riwayat jatuh Frekuensi (N) Persentase (%)


Tidak bekerja 15 21%
Buruh 15 21%
Petani 6 9%
PNS 23 32%
wiraswasta 12 17%
Jumlah 71 100%

Hasil dari tabel 4.4 didapatkan dari 71 responden mayoritas

responden bekerja sebagai PNS sebanyak 23 responden (32%),

yang bekerja sebagai buruh sebanyak 15 responden (21%), bekerja

sebagai petani sebanyak 6 (9%), sebagai wiraswasta sebanyak 12

(17%), dan responden yang tidak bekerja sebanyak 15 responden

(21%).

e. Uji Normalitas menggunakan shapiro-Wilk (n=71)

Tabel 4.6 Uji Normalitas

Df Sig.

Pre test 71 0,000

Post test 71 0,000

Dari tabel 4.6 didapatkan hasil nilai p-value pre test dan pos test

0,000, yang artinya nilai p-value <0,05 maka data tidak

berdistribusi normal. Uji yang digunakan adalah statistic parametik

dengan uji Wilcoxon.

3. Hasil analisa data

Analisa data yang dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi variabel

yang diteiliti dengan secara terpisah. Cara membuat tabel frekuensi

dari masing-masing variabel penelitian pre-pos test.


a. Pre-test (sebelum diberikan intervensi)

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi sebelum diberikan senam


Aerobic
Kategori Frekuensi (N) Persentase (%)
Normal 25 35,2%
(<110mg/dl)
Tinggi 46 64,8%
(>126mg/dl)
Jumlah 71 100%

Hasil dari tabel diatas menunjukkan sebelum diberikan

intervensi mayoritas responden memiliki gula darah dengan

kategori tinggi (>126mg/dl) sebanyak 46 responden (64,8%),

sedangkan pasien yang memiliki gula darah dengan kategori

normal sebanyak 25 responden (35,2%).

b. Post-test (sesudah diberikan intervensi)

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi sesudah diberikan senam


aerobic
Kategori Frekuensi (N) Persentase (%)
Normal 52 73,2%
(<110mg/dl)
Tinggi 19 26,8%
(>126mg/dl)
Jumlah 71 100%

Berdasarkan tabel 4.8 dari 71 responden distribusi frekuensi

setelah diberikan intervensi, responden memiliki gula darah

dengan kategori normal (<110mg/dl) sebanyak 52 responden

(73,2%), sedangkan responden yang memiliki gula darah


dengan kategori tinggi (>126mg/dl) sebanyak 19 responden

(26,8%).

c. Hasil data pre dan post test menggunakan uji statistic

Tabel 4.9 Hasil uji statistic pre dan post test dengan uji
Wilcoxon.
Variabel N P value
Seduahn bawang putih pre 71 0,000
dan post test

Hasil tabel di atas menunjukkan bawha uji dilakukan dengan

menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil sig. (2-tailed) atau

nilai p-value =0,000 karena nilai p lebih kecil dari 0,05, maka

Hipotesis nol (H0) ditolak, sedangkan hipotesis alternative (Ha)

diterima, yang artinya ada pengaruh senam aerobic terhadap

kadar gula darah pada penderita diabetes militus di puskesmas

seririt II.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Karakteristik responden

a. Karakteristik berdasarkan usia

Berdasarkan karakteristik usia responden dari 71, usia terendah

yaitu 45 tahun sedangkan usia tertinggi yaitu 77 tahun, rata-rata usia

responden 54 tahun.

Hal ini didukung oleh penelitian (Nisa, 2022) menunjukkan

bahwa usia rata-rata pada responden yaitu 35,40 dan nilai minimum
pada responden yaitu 28 tahun dan nilai maximum yaitu 40 tahun.

Pada umumnya fisiologis manusia mengalami perubahan yang

drastic menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Penyakit

diabetes militus sering muncul pada usia rawan terutama pada

mereka yang usianya 45 tahun dengan berat badan yang berlebih

sehingga menyebabkan tubuhnya tidak peka akan insulin lagi. Usia

dengan >45 tahun memiliki peningkatan besar terhadap resiko

terjadinya diabetes militus yang disebabkan oleh faktor degenerative

yaitu menurunnya fungsi tubuh dengan kemampuan dari sel B dalam

memproduksi insulin untuk metabolism glukosa.

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan karakteristik menunjukkan jenis kelamin

responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 37

responden (52%), perempuan sebanyak 34 responden (48%).

Sejalan dengan penelitian (Mirnawati1 et al., 2019) yang

berjudul “Ekfektivitas Senam Aerobic Terhadap Kadar Gula Darah

Pada Penderita Diabetes Militus Tipe II di Puskesmas Mamajang

Kota Makasar” hasil dalam penelitian ini yaitu responden paling

banyak adalah perempuan sebesar 5 orang. Hal ini apabila

dikaitkan dengan proses terjadinya diabetes militus bahwa laki-laki

mempunyai massa otot lebih banyak dan menggunakan kalori

lebih banyak daripada wanita dikarenakan aktivitas yang lebih

banyak dan pembakaran kalori oleh otot yang lebih banyak.


c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Berdasarkan data yang diperoleh dari 71 responden, mayoritas

pendidikan responden yaitu kategori tidak sekolah sebanyak 34

(48%), pendidikan SD sebanyak 14 responden (20%), responden

yang pendidikannya SMP sebanyak 17 (24%), sedangkan yang

pendidikan SMA sebanyak 6 responden (8%).

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nisa,

2022) menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan terbanyak

pada penelitian ini adalah SD sebanyak 9 responden (45%), SMP

sebanyak 7 responden (35%), dan SMA sebanyak 4 responden

(20%). Berdasarkan hasil analisa bahwa pendidikan yang

terbanyak adalah sekolah dasar yang menunjukkan adanya

perngaruh dalam pengetahuan diabetes militus, sangat dibutuhkan

oleh penderita dan keluarga. Adapun untuk pihak tenaga kesehatan

dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai diabetes

militus untuk menambah wawasan dan mencegah dari komplikasi

diabetes militus itu sendiri.

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Dari hasil analisa didapatkan dari 71 responden mayoritas

responden bekerja sebagai PNS sebanyak 23 responden (32%),

yang bekerja sebagai buruh sebanyak 15 responden (21%), bekerja

sebagai petani sebanyak 6 (9%), sebagai wiraswasta sebanyak 12


(17%), dan responden yang tidak bekerja sebanyak 15 responden

(21%).

Hal ini serupa dengan penelitian (Mirnawati1 et al., 2019)

menunjukkan hasil mayoritas responden bekerja mengurus rumah

tangga.

e. Distribusi Kadar Gula Darah sebelum diberikan intervensi Senam

Aerobic

Dari hasil analisis menunjukkan sebelum diberikan intervensi

mayoritas responden memiliki gula darah dengan kategori tinggi

(>126mg/dl) sebanyak 46 responden (64,8%), sedangkan pasien

yang memiliki gula darah dengan kategori normal sebanyak 25

responden (35,2%).

Salah satu pengobatan alternative yang dapat menurunkan

kadar gula darah adalah dengan menggunakan pengobatan

alternative yaitu senam. Dengan melakukan senam aerobic secara

teratur dapat menyebabkan menurunkan kadar gula darah, dengan

melakukan senam aerobic memperlancar peredaran darah dalam

tubuh.

Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (1 et al., 2019)

hasil dari penelitian ini adalah rata-rata kadar gula darah sebelum

intervensi adalah 269,35 mg/dl (SD = 35,886) dengan kadar gula

darah terendah adalah 210 mg/dl dan kadar gula darah tertinggi

adalah 334 mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan


bahwa 95% diyakini rata-rata kadar gula darah antara 252,55 –

286,15 mg/dl. Sedangkan sesudah intervensi terjadi penurunan

rata-rata kadar gula darah menjadi 254,20 mg/dl (SD = 39,516)

dengan kadar gula darah terendah adalah 190 mg/dl dan kadar gula

darah tertinggi adalah 315 mg/dl. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata kadar gula darah antara

235,71 – 272,69 mg/dl. Penelitian ini menjelaskan bahwa, gaya

hidup tidak sehat seperti waktu tidur yang sedikit atau banyak

salah satu resiko terjadinya diabetes militus.

f. Distribusi Kadar Gula Darah Sesudah diberikan intervensi Senam

Aerobic

Berdasarkan hasil analisa dari 71 responden distribusi

frekuensi setelah diberikan intervensi, responden memiliki gula

darah dengan kategori normal (<110mg/dl) sebanyak 52 responden

(73,2%), sedangkan responden yang memiliki gula darah dengan

kategori tinggi (>126mg/dl) sebanyak 19 responden (26,8%).

Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (yoga et al.,

2019) hasil penelitian ini yang telah dideskripsikan sebelumnya

melalui tabel distribusi diperoleh bahwa gambaran kadar gula

darah setelah di laksanakan senam diabetes pada penderita diabetes

di wilayah kerja PKM Ciamis yaitu hampir sebagian mempunyai

kadar gula darah normal sebanyak 43,75% dan sebagian besar

mempunyai kadar gula darah tinggi sebanyak 56,25%. Kadar gula


darah pada 43,75% responden mengalami penurunan yaitu

mempunyai kadar gula darah sedang dikarenakan mereka

melakukan senam diabetes sesuai dengan prosedur yaitu 3x dalam

satu minggu dan mengikuti kegiatan senam dengan baik dan benar,

untuk 56,25% responden yang masih memiliki kadar gula darah

tinggi dikarenakan responden ada yang tidak mematuhi prosedur

dan gerakan senam yang tidak baik dan benar. Mungkin karena

waktu penelitian juga yang kurang lama jadi hasil kadar gula darah

yang menurun hanya hampir sebagian

2. Pengaruh Senam Aerobic Terhadap Kadar Gula Darah Pada

Penderita Diabetes Militus Di Wilayah Kerja Puskesmas Seririt II

Hasil analisis penelitian ini yang dilakukan menggunakan SPSS yang

menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil mengenai kadar gula darah

dari 71 responden didapatkan hasil nilai p value sebesar 0,000 dengan

tingkat signifikan yang sudah ditentukan yaitu 0,05 (α) maka nilai p value

lebih kecil dari 0,05. Sehingga hal ini menunjukkan Jadi hal ini

menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa ada

Pengaruh Senam Aerobic Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita

diabetes militus Di Wilayah Puskesmas Seririt II.

Peneliti berasumsi terdapat penurunan kadar gula darah dikarenakan

penderita diabetes militus melakukan senam aerobic sesuai dengan

kesepakatan yang telah dibuat bersama.


Penelitian yang dilakukan oleh (TANTU, 2020) hasil

pengolahan data dapat diketahui bahwa ada pengaruh pengaruh senam

aerobic terhadap kadar glukosa darah pada kelompok sanggar senam

erni tonji KabupatenTakalar. Hal ini dapat dilihat dari data sebelum

sanggar senam aerobic kadar glukosa darah pada sanggar senam erni

tonji Kabupaten Takalar didapatkan nilai rata-rata 99.93 dan

memperoleh nilai P value sebesar 0,000 (P<0,05). Dapat dilihat pula

ada pengaruh senam aerobic terhadap kadar glukosa darah pada

kelompok sanggar senam erni tonji Kabupaten Talakar dengan

perbedaan sebesar 13,06.

Diabetes Mellitus yaitu penyakit metabolik yang disebabkan

oleh hiperglikemia, pada kondisi ini pankreas dapat memproduksi

insulin, akan tetapi sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara

baik untuk mengubah glukosa menjadi sebuah energi. Hiperglikemia

kronik pada pasien dengan Diabetes Mellitus dapat menyebabkan

difungsi, kegagalan bahkan kerusakan organ seperti mata, ginjal,

pembuluh darah dan saraf. Diabetes Mellitus ini merupakan penyakit

kronis yang harus mendapatkan pengawasan dalam hal penetuan jam

makan, nutrisi dalam makanan, aktivitas fisik, pemantauan gula darah,

pengelolaan berbagai pengobatan yang salah satunya ialah insulin

dan perawatan diri lainnya(I Wayan Surasta, Ketut Tirtayasa, 2020).


Senam aerobic merupakan latihan tubuh yang melibatkan

sejumlah oksigen dalam melaksanakan aktivitas tubuh, gerakannya

dipilih dan di ciptakan sesuai dengan kebutuhan disusun secara

sistematis dengan tujuan mempuanyi efek yang baik terhadap

pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Senam ini cukup optimal

apabila disandingan dengan latihan fisik lainnya, dikarenakan

mayoritas memakai perubahan gerak otot besar dalam tubuh. Kadar

glukosa darah yang terus meningkat secara perlahan akan turun karena

digunakan oleh sel otot untuk penurunan kadar glukosa darah yang

juga mengurangi rimbunan glukosa pada sel saraf dan dapat

meningkatkan sirkulasi dan juga fungsi sel saraf atau meningkatkan

sensitivitas saraf kaki dan juga mengurangi adanya komplikasi pada

penderita diabetes militia (Sriyono et al., 2023).

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu responden yang datang tidak

tepat waktu menghambat proses dalam melakukan aktivitas fisik yaitu senam

aerobic. Waktu dan tempat yang tidak sama dalam melakukan senam aerobic.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Diketahui bahwa rata-rata usia responden adalah 56 tahun dengan usia

terendah 45 tahun dan usia tertinggi adalah 77 tahun. Berdasarkan jenis

kelamin responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 37

responden (52%), perempuan sebanyak 34 responden (48%).

2. Berdasarkan pendidikan menunjukkan mayoritas pendidikan responden

yaitu kategori tidak sekolah sebanyak 34 (48%), pendidikan SD sebanyak

14 responden (20%), responden yang pendidikannya SMP sebanyak 17

(24%), sedangkan yang pendidikan SMA sebanyak 6 responden (8%).

Berdasarkan pekerjaan didapatkan dari 71 responden mayoritas responden

bekerja sebagai PNS sebanyak 23 responden (32%), yang bekerja sebagai

buruh sebanyak 15 responden (21%), bekerja sebagai petani sebanyak 6

(9%), sebagai wiraswasta sebanyak 12 (17%), dan responden yang tidak

bekerja sebanyak 15 responden (21%).

3. Frekuensi sebelum diberikan intervensi mayoritas responden memiliki gula

darah dengan kategori tinggi (>126mg/dl) sebanyak 46 responden (64,8%),

sedangkan pasien yang memiliki gula darah dengan kategori normal

sebanyak 25 responden (35,2%).

4. Distribusi frekuensi setelah diberikan intervensi, responden memiliki gula

darah dengan kategori normal (<110mg/dl) sebanyak 52 responden (73,2%),


sedangkan responden yang memiliki gula darah dengan kategori tinggi

(>126mg/dl) sebanyak 19 responden (26,8%).

5. Hasil uji yang dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan

bahwa ada Pengaruh Senam Aerobic Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada

Penderita Diabetes Militus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Seririt II

B. Saran

1. Bagi Institusi dan Pendidikan

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dapat menambah

pengetahuan kepada masyarakat tentang Pengaruh Senam Aerobic

Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Militus

Tipe II

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian seduhan bawang putih digunakan sebagai

masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam

menangani diabetes militus serta dapat digunakan sebagai acuan

dalam meningkatkan keterampilan perawat dan tenaga medis lainnya

dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderitan diabetes

militus.

3. Bagi Perkembangan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu

perkembangan ilmu dalam memberikan manajemen penanganan

diabetes militus dan dapat dijadikan sebagai salah satu batu loncatan
dalam memerlukan kajian ilmu tentang senam aerobic untuk

penyakit lain.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dapat menambah

wawasan serta pengetahuan mengenai pemberian senam aerobic

terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes militus serta

sebagai dasar ilmiah dalam melakukan penelitian.


1, Y. G., 2, I. D., & Irfan Permana 3. (2019). PENGARUH SENAM DIABETES

TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA

DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PKM CIAMIS KABUPATEN

CIAMIS TAHUN 2021. 1(2), 72–78.

I Wayan Surasta, Ketut Tirtayasa, I. P. G. A. (2020). SENAM AEROBIC EXERCISER

CHI MACHINE LEBIH EFEKTIF DARIPADA BERSEPEDA STATIS

MENURUNKAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES

MELLITUS TIPE II DI PUSKESMAS MENGWI III. 1(2), 10–18.

Mirnawati1, Harliani1, & Akuilina Semana1. (2019). Jurnal Media Keperawatan :

Politeknik Kesehatan Makassar Jurnal Medika Keperawatan : Politeknik

Kesehatan Makassar. 09(02), 101–105.

Nisa, L. A. (2022). Perbedaan pengaruh terapi senam yoga dan senam aerobik

terhadap kadar gula darah pada penderita diabetus melitus tipe 2 di wilayah

kerja puskesmas demak iii.

Sriyono, G. H., Hamim, N., Narsih, U., Timur, J., & Sugar, B. (2023). PERBEDAAN

EFEKTIVITAS AKTIVITAS JOGGING DAN SENAM AEROBIK TERHADAP

KADAR GULA DARAH SEWAKTU PRIA REMAJA.

TANTU, F. (2020). Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada

Kelompok Sanggar Senam Erni Tonji Kabupaten Takalar.

Anda mungkin juga menyukai