Laporan Kegiatan Promotor Kesehatan
Laporan Kegiatan Promotor Kesehatan
TRIWULAN I
PUSKESMAS PARINGGONAN
PUSKESMAS PARINGGONAN
KEC. ULU BARUMUN
KABUPATEN PADANG LAWAS
2018
KEGIATAN I.
PEMBENTUKAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) /
DOKTER KECIL
DI SDN NO. 0601 PARINGGONAN
3. Materi : (Dilampirkan)
a. Pengertian UKS
c. Sasaran UKS
4. Hasil Kegiatan :
Sebelum kami membentuk UKS / Dokter Kecil di SDN No.0601 Paringgonan ini,
terlebih dahulu kami meminta persetujuan dari Bapak Kepala Sekolah sekaligus memberikan
penjelasan bahwa program UKS / Dokter Kecil wajib dibentuk di semua sekolah dan apa saja
fungsi dan tujuan dari UKS itu sendiri, Beliau sangat mendukung dengan program ini dan
mempersilahkan kami untuk langsung memilih siswa/i yang dianggap mampu dan layak untuk
jadi anggota UKS / Dokter Kecil, hal ini tidak lepas juga peran dari wali kelas / guru karena
mereka yang lebih mengetahui bagaimana tingkat kemampuan siswa/i dan kesanggupan orang
tua dari siswa/i tersebut, karena untuk biaya seragam UKS pihak sekolah tidak bisa
Setelah terpilih 15 siswa/i yang terdiri dari kelas III, IV dan V, mereka dikumpul dalam
satu ruangan untuk memberikan sedikit gambaran apa itu UKS, ruang lingkup dan apa saja
kegiatan-kegiatannya. Mereka diajak supaya lebih berani, lebih rapi & bersih karena mereka
yang nantinya akan jadi contoh untuk teman-temannya, tapi satu yang penting para siswa/i
terpilih disuruh harus menceritakan kepada orangtua masing-masing apakah setuju/tidak mereka
menjadi anggota Dokter Kecil dan sanggup untuk membeli seragamnya, dan diberi tenggang
waktu selama 2 minggu untuk membeli seragamnya. Setelah seragam lengkap, baru mereka akan
Setelah seragam dokter kecil ini sudah lengkap akan dilakukan pelantikan kemudian akan
dilanjutkan pembinaan / pelatihan dokter kecil serta pemilihan guru pendamping UKS.
6. Dokumentasi :
3. Materi : (Dilampirkan)
a. Pengertian UKS
c. Sasaran UKS
4. Hasil Kegiatan :
Hampir sama hasil kegiatan di SD Paringgonan, terlebih dahulu kami meminta persetujuan
dari Bapak Kepala Sekolah sekaligus memberikan penjelasan bahwa program UKS / Dokter
Kecil wajib dibentuk di semua sekolah dan apa saja fungsi dan tujuan dari UKS itu sendiri,
Beliau sangat mendukung dengan program ini dan mempersilahkan kami untuk langsung
memilih siswa/i yang dianggap mampu dan layak untuk jadi anggota UKS / Dokter Kecil, hal ini
tidak lepas juga peran dari wali kelas/guru karena mereka yang lebih mengetahui bagaimana
tingkat kemampuan siswa/i dan kesanggupan orang tua dari siswa/I tersebut, karena untuk biaya
seragam UKS pihak sekolah tidak bisa menyediakannya sehingga dibebankan kepada orangtua
Setelah terpilih 15 siswa/I yang terdiri dari kelas III, IV dan V, mereka dikumpul dalam
satu ruangan untuk memberikan sedikit gambaran apa itu UKS, ruang lingkup dan apa saja
kegiatan-kegiatannya. Mereka diajak supaya lebih berani, lebih rapi&bersih karena mereka yang
nantinya akan jadi contoh untuk teman-temannya, tapi satu yang penting para siswa/i terpilih
disuruh setelah pulang sekolah harus menceritakan kepada orang tua masing-masing apakah
setuju/tidak mereka menjadi anggota Dokter Kecil dan sanggup untuk membeli seragamnya, dan
diberi tenggang waktu selama 2 minggu untuk membeli seragamnya. Setelah seragam lengkap,
baru mereka akan dilantik kemudian dilakukan pembinaan / pelatihan dokter kecil.
5. Intervensi/ Rencana Tindak lanjut :
Setelah seragam dokter kecil ini sudah lengkap akan dilakukan pelantikan kemudian akan
dilanjutkan pembinaan / pelatihan dokter kecil serta pemilihan guru pendamping UKS.
6. Dokumentasi :
3. Materi : (Dilampirkan)
a. Pengertian UKS
c. Sasaran UKS
4. Hasil Kegiatan :
Hampir sama hasil kegiatan di SD Paringgonan, terlebih dahulu kami meminta persetujuan
dari Bapak Kepala Sekolah sekaligus memberikan penjelasan bahwa program UKS / Dokter
Kecil wajib dibentuk di semua sekolah dan apa saja fungsi dan tujuan dari UKS itu sendiri,
Beliau sangat mendukung dengan program ini dan mempersilahkan kami untuk langsung
memilih siswa/I yang dianggap mampu dan layak untuk jadi anggota UKS / Dokter Kecil, hal ini
tidak lepas juga peran dari wali kelas/guru karena mereka yang lebih mengetahui bagaimana
tingkat kemampuan siswa/i dan kesanggupan orang tua dari siswa/I tersebut, karena untuk biaya
seragam UKS pihak sekolah tidak bisa menyediakannya sehingga dibebankan kepada orangtua
Setelah terpilih 15 siswa/i yang terdiri dari kelas III, IV dan V, mereka dikumpul dalam
satu ruangan untuk memberikan sedikit gambaran apa itu UKS, ruang lingkup dan apa saja
kegiatan-kegiatannya. Mereka diajak supaya lebih berani, lebih rapi&bersih karena mereka yang
nantinya akan jadi contoh untuk teman-temannya, tapi satu yang penting para siswa/I terpilih
disuruh setelah pulang sekolah harus menceritakan kepada orang tua masing-masing apakah
setuju/tidak mereka menjadi anggota Dokter Kecil dan sanggup untuk membeli seragamnya, dan
diberi tenggang waktu selama 2 minggu untuk membeli seragamnya. Setelah seragam lengkap,
baru mereka akan dilantik kemudian dilakukan pembinaan / pelatihan dokter kecil.
5. Intervensi/ Rencana Tindak lanjut :
Setelah seragam dokter kecil ini sudah lengkap akan dilakukan pelantikan kemudian akan
dilanjutkan pembinaan / pelatihan dokter kecil serta pemilihan guru pendamping UKS.
6. Dokumentasi :
2. Metode : Penyuluhan
3. Materi : (Dilampirkan)
4. Hasil Kegiatan :
Kelas ibu hamil di desa Paringgonan dilaksanakan 1 kali dalam sebulan, setiap tanggal 15
yang bertepatan dengan hari Posyandu, dengan jumlah ibu hamil di desa ini sebanyak 22 orang
Sebelum memulai materi, setiap ibu hamil diabsen terlebih dahulu untuk lebih mengenal
dan agar terjalin kedekatan antara ibu hamil dengan kami. Materi yang diberikan berhubungan
dengan kesehatan seorang ibu hamil, makanan bergizi bagi ibu hamil dan tanda-tanda bahaya
kehamilan.
Setelah materi selesai kami melanjutkan sesi tanya jawab untuk mengetahui tingkat
pemahaman mereka. Bagi yang dapat menjawab kami kasih hadiah, untuk yang pertama ini kami
membagikan kelambu. Begitu juga dengan bulan berikutnya, materi yang disampaikan bulan lalu
juga akan di refresh kembali agar mereka lebih ingat dan akan diberi hadiah juga bagi siapa yang
Desa Paringgonan adalah salah satu desa lokus stunting, jadi setiap posyandu dan kelas ibu
hamil harus betul-betul dipantau baik balitanya maupun ibu hamilnya, sehingga dapat mencegah
terjadinya stunting.
Meminta kader agar sebelum hari H mengingatkan kepada semua ibu hamil untuk dapat hadi
di Posyandu, dan untuk bulan berikutnya akan diadakan senam ibu hamil.
6. Dokumentasi
2. Metode : Penyuluhan
3. Materi : (Dilampirkan)
4. Hasil Kegiatan :
Setelah dilakukan semua pembahasan mengenai Posbindu dan Posyandu Usila, maka
masyarakat sangat setuju dan bersemangat untuk kegiatan ini. Sebelumnya memang pas
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) pada bulan November lalu kami sudah membicarakan
kepada Kepala Desa tentang akan dilakukan pembentukan Posbindu dan Posyandu Usila ini, dan
tentang bagaimana pendanaannya mulai dari pembelian alat-alat pemeriksaan sampai honor dari
kadernya. Kami juga menjelaskan bahwa program ini adalah salah satu bentuk UKBM, dan
sudah ada UU yang mengatur penggunaan Dana Desa yang menyatakan bahwa 10% dari Dana
Desa adalah untuk kesehatan, akhirnya Kepala Desa menyetujui untuk dibentuk kegiatan.
Berdasarkan hasil musyawarah masyarakat bahwa Posbindu dan Posyandu Usila ini akan
dilaksanakan 1 kali sebulan, tepatnya setiap hari Sabtu di awal bulan. Masyarakat juga sepakat
bahwa untuk bulan depannya dan karena masih yang pertama kali semua masyarakat yang hadir
akan di lakukan pemeriksaan, sedangkan untuk bulan berikutnya akan dilakukan pemeriksaan
Pelatihan kader tentang cara-cara pemeriksaan gula dan asam urat, serta latihan senam lansia
karena sebelum pelasanaan posyandu terlebih dahulu untuk melakukan senam lansia.
6. Dokumentasi
3. Materi : (Dilampirkan)
f. Bagaimana solusinya
4. Hasil Kegiatan :
Desa Aek Haruaya yang kami kunjungi bukanlah mereka yang tinggal di pegunungan lagi,
hampir yang 55 KK sudah pindah ke desa Siundol karena daerah mereka sulit untuk dijangkau.
Alasannya banyak anak mereka yang mau sekolah sedangkan di desa mereka tidak ada seolah
sehingga mereka harus menumpang dan mengontrak rumah di desa terdekat dengan sekolah.
Pemicuan ini bukanlah untuk mengajari masyarakat tersebut, namun kita yang ingin
mempelajari bagaimana pola perilaku masyarakat khususnya terhadap kesehatan lingkungan, jadi
biarkan masyarakat yang menjawab dan mengerjakannya sendiri. Sebelum melakukan pemicuan,
kami sudah mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti tepung, dedak, kertas potong,
Setelah kepala desa/perangkat desa hadir beserta masyarakatnya juga, kami hanya
memberikan sedikit penjelasan maksud dan tujuan dilakukannya pemicuan stop BABS ini, dan
yang paling utama memberikan penjelasan bahwa kami tidak memberikan bantuan/subsidi dalam
Agar suasana tidak terlalu tegang, kami melakukan pencairan suasana dengan menyanyi
sambil menari sehingga kedekatan antara masyarakat dengan kami sebagai fasillitator semakin
dekat, yang akhirnya masyarakat tersebut tidak lagi terlalu takut untuk menjawab semua nanti
Setelah pencairan suasana dilakukan, kami menyuruh salah satu dari mereka untuk
membuat pemetaan desa secara garis besarnya saja di sebuah lapangan, disamping itu
masyarakat disuruh untuk menuliskan nama mereka di kertas potong yang telah dibagikan.
Setelah pemetaan siap, kami menyuruh mereka untuk meletakkan kertas potong yang telah
ditulis namanya di peta tersebut, kemudian mereka disuruh memperlihatkan dimana mereka
biasa BAB dengan menaburkan tepung wana kuning. Setelah semuanya siap, mereka disuruh
untuk mengamati bagaimana kondisi lingkungan mereka, melihat bagaimana kotoran manusia
dapat dimakan oleh mereka sendiri dengan memperlihatkan pola aliran sungai tersebut,
manyakan kepada mereka apakah tidak jijik saling memakan kotoran manusia walapun tidak
terlihat, apakah mereka tidak takut sakit, apakah mereka tidak malu aurat mereka terlihat oleh
yang lainnya dan tidak merasa berdosa, apakah tega dengan mudahnya mengotori sungai jernih
yang telah diberikan oleh yang Maha Kuasa, sedangkan di daerah lain masih banyak masyarakat
yang kesulitan air bersih, di sini kami berikan kesempatan kepada masyarakat agar mereka yang
Memang mereka mengakui dan menyadari bahwa perilaku mereka tersebut sebenarnya
tidak baik, namun apa yang harus mereka lakukan. Mereka hanya menumpang di desa orang,
rumah yang ditinggali pun disewa dan kadang-kadang mereka harus pindah ke rumah yang lain,
menumpang hanya 7 rumah yang sudah memiliki jamban, harapan mereka untuk sekarang
adalah agar dibangun jalan ke desa yang di pegunungan yang bisa diakes oleh kenderaan
sehingga mereka bisa menetap di sana. Begitu juga dengan sistem pendidikannya, mereka sangat
berharap ada pembangunan sekolah dasar sehingga anak-anak mereka bisa sekolah di desa
Melihat kondisi desa ini solusi untuk masalah BABS belum bisa dipecahkan, karena ini
membutuhkan kerja sama dengan instansi lain sehingga untuk masalah di desa Aek Haruaya ini
bisa diatasi. Oleh karena di sini kami bersama Dinas Kesehatan, mereka yang akan
mendiskusikannya dengan instansi lain agar dapat solusi sehingga desa ini bisa bangkit & maju.
5. Intervensi / Rencana Tindak Lanjut : Monitoring pasca pemicuan untuk melihat
6. Dokumentasi :
3. Materi : (Dilampirkan)
f. Bagaimana solusinya
4. Hasil Kegiatan :
Kegiatan ini hampir sama dengan kegiatan pemicuan di desa Aek Haruaya, hanya saja
kondisi geografisnya berbeda. Desa Sibual-buali merupakan salah satu desa yang cukup sulit
untuk dijangkau, dimana akses menuju ke sana belum bisa menggunakan mobil hanya bisa
dilewati sepeda motor karena harus melewati jembatan/rambin yang cukup panjang.
Setelah kepala desa/perangkat desa hadir beserta masyarakatnya juga, kami hanya
memberikan sedikit penjelasan maksud dan tujuan dilakukannya pemicuan stop BABS ini, dan
yang paling utama memberikan penjelasan bahwa kami tidak memberikan bantuan/subsidi dalam
bentuk apapun.
Agar suasana tidak terlalu tegang, kami melakukan pencairan suasana dengan menyanyi
sambil menari sehingga kedekatan antara masyarakat dengan kami sebagai fasillitator semakin
dekat, yang akhirnya masyarakat tersebut tidak lagi terlalu takut untuk menjawab semua nanti
Setelah pencairan suasana dilakukan, kami menyuruh salah satu dari mereka untuk
membuat pemetaan desa secara garis besarnya saja di sebuah lapangan, disamping itu
masyarakat disuruh untuk menuliskan nama mereka di kertas potong yang telah dibagikan.
Setelah pemetaan siap, kami menyuruh mereka untuk meletakkan kertas potong yang telah
ditulis namanya di peta tersebut, kemudian mereka disuruh memperlihatkan dimana mereka
biasa BAB dengan menaburkan tepung wana kuning. Setelah semuanya siap, mereka disuruh
untuk mengamati bagaimana kondisi lingkungan mereka, melihat bagaimana kotoran manusia
dapat dimakan oleh mereka melalui aliran sungai tersebut, manyakan kepada mereka apakah
tidak jijik saling memakan kotoran manusia walapun tidak terlihat, apakah mereka tidak takut
sakit, apakah mereka tidak malu aurat mereka terlihat oleh yang lainnya dan tidak merasa
berdosa, apakah tega dengan mudahnya mengotori sungai jernih yang telah diberikan oleh yang
Maha Kuasa, sedangkan di daerah lain masih banyak masyarakat yang kesulitan air bersih, di
sini kami berikan kesempatan kepada masyarakat agar mereka yang menjawabnya sehingga
Banyak yang menjawab dari mereka dengan alasan tidak mampu untuk membangun
jamban karena untuk makan sehari-hari saja tidak cukup, rumah saya tidak punya kamar mandi
dan ukurannya kecil dan itupun rumah kontrakan sehingga tidak memungkinkan untuk bangun
jamban apalagi rumah saya dekat sungai jadi lebih mudah langsung ke sana, kami pun sangat
Dengan berbagai alasan inilah mereka tetap bersikeras tidak mau untuk membangun
jamban. Kami pun menjelaskan bahwa tidak perlu untuk membangun jamban yang mahal, ada
beberapa kami gambarkan contoh jamban sederhana, kami juga mengatakan bahwa mindset kita
harus dirubah, jangan di pikiran kita hanya bantuan saja, bagaimana bisa pemerintah kita yang
mengurus hidup kita semua, mulai dari biaya makan, pendidikan, kesehatan dan untuk masalah
kotoran kita pun kita mengharapkan pemerintah yang mengurusnya. Kebiasaan inilah yang harus
kita ubah, kita harus memulai dari diri sendiri tanpa harus melibatkan orang lain. Mereka
tertunduk diam, dan beberapa dari mereka mungkin mulai sadar dengan mengatakan akan
Sebenarnya kami juga ingin membuat arisan jamban, tapi sebagian dari mereka masih
menolak dengan alasan tidak sanggup untuk membayarnya. Oleh karena itu, akhirnya kami
membuat penandatanganan komitmen untuk berubah dan akan kami pantau ke depannya.
5. Intervensi / Rencana Tindak Lanjut : Monitoring pasca pemicuan untuk melihat
6. Dokumentasi :
2. Metode : Penyuluhan
3. Materi : (Dilampirkan)
4. Hasil Kegiatan :
Sehari sebelum memberikan obat cacing kami dari puskesmas sudah mengirimkan surat
kepada pihak sekolah untuk memberitahukan bahwa akan diadakan pemberian obat cacing dan
kecacingan, akibat kecacingan dan mencegah kecacingan, kami juga menanyakan apakah sudah
ada yang diberikan obat cacing oleh ibu/bapaknya, bagi yang sudah tidak akan diberikan lagi.
Sambil membagikan obat cacing kami terus bertanya dan mengingatkan apa yang menyebabkan
kecacingan, jangan lupa untuk mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, cacing bisa
menyebabkan ngantuk sehingga pelajaran yang diterangkan oleh Bapak/Ibu guru akan sulit
Beberapa dari siswa/i tersebut ada yang tidak mau minum obatnya dengan alasan takut
muntah, bahkan ada yang berbohong obatnya sudah minum padahal dibuangnya di bawah meja,
dengan situasi seperti ini kami terus membujuknya dan mengatakan obatnya itu tidak pahit dan
memberikan penjelasan lagi apa itu manfaat obat cacing bagi tubuh kita, sehingga dengan
Obat cacing kami berikan di kelas IV, V dan VI pada pagi harinya, sedangkan untuk kelas
I, II dan III diberikan di siang harinya berhubung karena mereka masuk siang. Bagi siswa/i yang
tidak hadir obatnya dititip sama wali kelas masing-masing dan akan diberikan jika siswa/i
Melakukan penyuluhan Higiene Sanitasi (HS) sekolah mengenai PHBS sekolah, cara cuci
tangan pakai sabun, cara menggosok gigi yang baik dan benar serta akibat buang sampah
6. Dokumentasi :
2. Metode : Penyuluhan
3. Materi : (Dilampirkan)
4. Hasil Kegiatan :
kecacingan dan menanyakan apakah sudah ada yang diberikan obat cacing oleh ibu/bapaknya,
bagi yang sudah tidak akan diberikan lagi. Sambil membagikan obat cacing kami terus bertanya
dan mengingatkan apa yang menyebabkan kecacingan, jangan lupa untuk mencuci tangan pakai
sabun sebelum makan, cacing bisa membuat ngantuk sehingga menganggu konsentrasi belajar,
Kami memberikan obat cacing mulai kelas I – VI, bagi siswa/I yang tidak hadir obatnya
Melakukan penyuluhan Higiene Sanitasi (HS) sekolah mengenai PHBS sekolah, cara cuci
tangan pakai sabun, cara menggosok gigi yang baik dan benar serta akibat buang sampah
6. Dokumentasi :
Paringgonan, 08 April 2018
Mengetahui,
Kepala Sekolah Kepala Puskesmas Paringgonan
MIN Paringgonan
2. Metode : Penyuluhan
3. Materi :
4. Hasil Kegiatan :
Sehari sebelum memberikan obat cacing kami dari puskesmas sudah mengirimkan surat
kepada pihak sekolah untuk memberitahukan bahwa akan diadakan pemberian obat cacing dan
diharapkan pihak sekolah untuk menyediakan air minumnya, dan keesokan harinya para siswa/i
kecacingan, akibat kecacingan dan mencegah kecacingan, kami juga menanyakan apakah sudah
ada yang diberikan obat cacing oleh ibu/bapaknya, bagi yang sudah tidak akan diberikan lagi.
Sambil membagikan obat cacing kami terus bertanya dan mengingatkan apa yang menyebabkan
kecacingan, jangan lupa untuk mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, cacing bisa
menyebabkan ngantuk sehingga pelajaran yang diterangkan oleh Bapak/Ibu guru akan sulit
Beberapa dari siswa/i tersebut ada yang tidak mau minum obatnya dengan alasan takut
muntah, bahkan ada yang berbohong obatnya sudah minum padahal dibuangnya di bawah meja,
dengan situasi seperti ini kami terus membujuknya dan mengatakan obatnya itu tidak pahit dan
memberikan penjelasan lagi apa itu manfaat obat cacing bagi tubuh kita, sehingga dengan
Bagi siswa/i yang tidak hadir obatnya dititip sama wali kelas masing-masing dan akan
Melakukan penyuluhan Higiene Sanitasi (HS) sekolah mengenai PHBS sekolah, cara cuci
tangan pakai sabun, cara menggosok gigi yang baik dan benar serta akibat buang sampah
6. Dokumentasi :
3. Materi : (Dilampirkan)
4. Hasil Kegiatan :
Berdasarkan hasil pengamatan sampel air minum di rumah Bapak Syarifuddin dimana
keluarga bapak ini menggunakan sumber air minum dari pegunungan yang dialirkan melalui
a. Jernih
b. Tidak berbau
c. Tidak berasa
d. Tidak berwarna
Untuk penilaiannya masuk kategori Risiko sedang dan direkomendasikan agar perpipaan
harus diperbaiki.
Melakukan pemantauan apakah perpipaan yang bocor pada sistem distribusinya sudah
diperbaiki, serta menyarankan agar bak penampungan air dibersihkan atau di kuras minimal 1
kali selama 2 minggu karena dari hasil pengamatan terdapat endapan tanah dan sedikit berlumut,
disekitar pinggiran baik, selain itu memberikan penjelasan bahwa menguras bak mandi dapat
membunuth telur dan jentik nyamun sehingga kasus DBD/malaria dapat dicegah.
6. Dokumentasi
2. Metode : Penyuluhan
a. PHBS sekolah
e. Jajanan sehat
4. Hasil Kegiatan :
Penyuluhan Higiene Sanitasi (HS) sekolah kami laksanakan di kelas V dan VI berhubung
karena hanya di kelas ini tersedia aliran listrik. Kami memberikan penyuluhan dengan cara
menonton video yang telah dipersiapkan sebelumnya, para siswa/i nampak bersemangat dan
sangat fokus saat menonton video yang dibagikan. Ada beberapa video yang kami bagikan,
diantaranya cara cuci tangan pakai sabun, cara menggosok gigi yang baik dan benar, akibat
Setelah satu video siap ditonton, baru dijelaskan kembali dan di praktikkan bersama-sama.
Beberapa dari mereka ditunjuk untuk mempraktikkannya secara langsung di depan teman-
temannya agar mereka lebih ingat, begitu seterusnya sampai video yang terakhir.
Permasalahan yang ditemui dari materi yang dijelaskan adalah tentang jajanan sehat,
karena kantin sekolah tidak ada, yang ada hanya masyarakat yang berjualan di dekat sekolah dan
belum memenuhi syarat kesehatan, hal ini sudah kami telusuri sebelumnya. Walaupun begitu,
kami tetap memberitahukan kepada siswa/i agar jangan jajan sembarang terutama makanan yang
banyak menggunakan saus, dan menjelaskan kepada mereka kandungan saus dan bahayanya
bagi tubuh jika terlalu sering untuk dikonsumsi. Supaya lebih mengerti lagi, sebelum
menutupnya kami bertanya lagi soal materi yang dijelaskan tadi, mereka bisa menjawabnya dan
Penyuluhan Higiene Sanitasi (HS) sekolah akan dilaksanakan lagi khususnya untuk kelas I-
IV, agar materi yang dijelaskan didapatkan oleh semua siswa/i di SD Matondang ini.
6. Dokumentasi :
3. Materi : (Dilampirkan)
4. Hasil Kegiatan :
Balita yang diduga stunting di desa Pasar Ipuh terdapat 4 orang, oleh karena itu setiap
apakah semakin menaik/menurun, kami juga melakukan penyuluhan kepada orangtua balita agar
memberikan makanan yang bergizi dengan memberikan contoh-contoh makanan yang bergizi,
dan mengingatkan supaya orangtua tidak memberikan jajan sembarangan karena jajanan tersebut
kebanyakan mengandung penyedap rasa. Untuk menambah asupan balita, kami juga
memberikan makanan tambahan supaya BB & TB bertambah, sehingga masalh stunting dan gizi
bagaimana kondisi gizi balita tersebut apakah terjadi kenaikan/penuruna BB/TB, selain itu akan
diberikan terus penyuluhan kepada ibunya untuk dapat menambah asupan gizi balita serta harus
6. Dokumentasi
Paringgonan, 08 April 2018
Mengetahui,
Kepala Desa Pasar Ipuh Kepala Puskesmas Paringgonan
3. Materi : (Dilampirkan)
4. Hasil Kegiatan :
Balita yang diduga stunting di desa Paringgonan terdapat 10 orang, oleh karena itu setiap
apakah semakin menaik/menurun, kami juga melakukan penyuluhan kepada orangtua balita agar
memberikan makanan yang bergizi dengan memberikan contoh-contoh makanan yang bergizi,
dan mengingatkan supaya orangtua tidak memberikan jajan sembarangan karena jajanan tersebut
kebanyakan mengandung penyedap rasa. Untuk menambah asupan balita, kami juga
memberikan makanan tambahan supaya BB & TB bertambah, sehingga masalh stunting dan gizi
bagaimana kondisi gizi balita tersebut apakah terjadi kenaikan/penuruna BB/TB, selain itu akan
diberikan terus penyuluhan kepada ibunya untuk dapat menambah asupan gizi balita serta harus
6. Dokumentasi
Paringgonan, 08 April 2018
Mengetahui,
Kepala Desa Paringgonan Kepala Puskesmas Paringgonan
2. Metode : Konseling
3. Materi : (Dilampirkan)
4. Hasil Kegiatan :
gangguan jiwa, oleh karena itu kami langsung mengunjungi pasien tersebut. Pasien tersebut
bernama Syarifuddin yang berusia 28 tahun, keluarganya mengatakan bahwa pasien kadang-
kadang kambuh dan terkadang bisa sembuh seperti sedia kala, dan pada saat kami datang pasien
Oleh karenanya kami lebih mudah untuk bertanya langsung mengenai apa yang dipikirkan
dan yang dirasakannya, dia mengatakan seperti ada bisikan-bisikan yang terdengar di telinganya,
dan kami menyarankan jika dirasa ada bisikan-bisikan jangan bertahan di kamar dan coba untuk
keluar rumah dan bergaul dengan yang lainnya, sehingga bisikan yang tadi perlahan bisa hilang.
Kami juga menyarankan kepada keluarganya supaya jangan dikucilkan orang seperti ini, bahkan
harus didukung dan mendengarkan setiap keluhannya. Kami juga menjelaskan bahwa ini bisa
diobati dan harus patuh untuk minum obat, keluarga juga harus mengawasi kalau pasien memang
betul-betul minm obat, dan 2 hari sebelum obat habis harus secepatnya untuk mengambil ke
puskesmas.
Melakukan kunjungan lagi terhadap pasien dengan gangguan jiwa ini untuk melihat
bagaimana tingkat kesembuhannya, apakah terjadi perubahan atau tidak sama sekali. Sekaligus
mengingatkan kepada pihak keluarga untuk selalu mendukung dan mengawasi kepatuhan minum
obatnya.
6. Dokumentasi