Anda di halaman 1dari 5

RESTORASI CITRA

Laboratorium MENGGUNAKAN
Bulkis Kanata
Telekomunikasi, Jurusan Elektro
TAPIS WIENER DENGAN KONTROL
Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Email: uqinata@yahoo.co.id
PSF DAN NSR
III. LANDASAN TEORI

Abstrak— Penapisan derau citra diperlukan


untuk mengurangi derau pada citra agar lebih Citra Digital
jelas dan mudah dianalisis. Pada penelitian ini Citra dibedakan atas analog dan digital. Citra digital
diterapkan tapis Wiener untuk mereduksi derau diperoleh dengan mencuplik citra analog kemudian
pada citra. Untuk mengetahui adanya reduksi mengkuantisasinya yakni membagi skala keabuan
derau digunakan MSE(means square error). (0,L) menjadi G buah level yang dinyatakan dengan
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tapis suatu harga bilangan integer, biasanya perpangkatan
Wiener pada penapisan citra efektif digunakan dari 2,
apabila Point Spread Function (PSF) dan Noise to G = 2m, G: derajat keabuan
Signal Ratio (NSR) diketahui, hal ini ditandai m: bilangan bulat positif
dengan penurunan MSE yang signifikan.
Makin besar jumlah tingkat keabuan yang digunakan
Kata Kunci: Tapis wiener, MSE, NSR, PSF maka resolusi citra semakin tinggi, proses berikutnya
adalah penyandian dengan sandi-sandi biner yang
I.PENDAHULUAN sesuai [1].

C itra mengandung banyak informasi dibanding


teks, namun seringkali citra sulit diinterpretasi
karena kabur, berderau yang kemungkinan
Point Spread Function (PSF)
Untuk membuat citra blur biasanya dimodelkan
disebabkan oleh optik yang tidak fokus saat dalam konvolusi dengan point spread function
pengambilan citra, adanya pergerakan, rendahnya dimana spektrum titik atau objek akan menyebar
kualitas alat perekam data dan sebagainya. Oleh sehingga objek terlihat memudar [2]. Blur alami
karena itu citra harus diperbaiki agar mudah biasanya terjadi akibat adanya bayangan contoh
diinterpretasi. Pada penelitian ini diterapkan Tapis kabut, gerakan objek saat pengambilan gambar
Wiener untuk mengurangi derau pada citra. dengan kamera, ataupun citra yang menyebar
ataupun optik yang tidak fokus Citra terblur dapat
Faedah yang dapat diharapkan ditulis sebagai berikut:
a). Citra dengan derau terkurangi dapat menambah u’(x,y)= u(x,y)*PSF
keakuratan dalam menganalisis citra. dengan u(x,y): citra asli
b). Menambah wawasan tentang pengolahan citra, u’(x,y): citra terblur
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya citra. PSF: fungsi penyebar titik mengakibatkan
citra menjadi kabur.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengurangan
derau citra menggunakan tapis Wiener, sehingga Model Derau
diperoleh galat kuadrat rata-rata (MSE) yang Model observasi citra ditunjukkan pada Gambar 1,
minimum, artinya dapat dicapai pengurangan derau Citra asli dinyatakan u(x,y) dan v(x,y) adalah citra
yang maksimal sehingga kualitas citra hasil hasil observasi (rekonstruksi).
rekonstruksi lebih baik. Model derau dapat dinyatakan:

(1)
II. TINJAUAN PUSTAKA dengan derau dengan komponen
Perbaikan citra menggunakan teknik penapisan dan yang merupakan
berguna untuk meminimalkan pengaruh degradasi
pada citra [5]. Efektifitas tapis tergantung pada komponen derau acak bergantung pada citranya.
kemampuan dan keakuratan dalam memahami Derau sistem ini dapat dimodelkan:
proses degradasi citra. Kriteria untuk mengukur
tingkat keakuratan suatu tapis adalah Mean square (2)
error (MSE) [5]. Kriteria lainnya adalah kuadrat Dengan g adalah respons detektor citra perekam, dan
rerata terbobot (weighted mean square) dan entropi
adalah medan derau putih Gaussian rerata-
Minimum [5].
nol. Suku signal-dependent timbul karena proses
deteksi dan perekaman meliputi emisi elektron acak

distribusi poisson dengan rerata g. Distribusi ini keseluruhan galat kuadrat rata-rata dalam proses
didekati distribusi Gaussian. Suku gayut-isyarat tapis invers dan penghalusan derau. Penapisan
mempunyai simpangan baku jika diasumsikan dengan Wiener merupakan estimasi linear dari citra
asli. Pendekatan ini didasarkan pada kerangka
bahwa mempunyai varians satu. Suku stokastik. Prinsip ortogonalitas menunjukkan bahwa
merepresentasikan derau termal lebarbidang, yang tapis Wiener dalam domain Fourier dapat
dapat dimodelkan sebagai derau putih Gaussian. dinyatakan sebagai berikut:
(4)

masing-masing spektrum daya citra


asli dan derau aditif
: tapis blur.

Terlihat bahwa tapis Wiener terdiri atas dua bagian


terpisah yakni tapis invers dan penghalusan derau.
Tapis ini tidak hanya melakukan dekonvolusi dengan
tapis invers (highpass filtering), tetapi juga
menghilangkan derau dengan operasi pemampatan
(lowpass filtering).

Untuk menerapkan tapis Wiener dalam prakteknya


kita harus mengestimasi spektrum daya citra asli
dan derau aditif. Untuk spektrum daya derau aditif
Gambar 1. Model Observasi citra [5] putih sama dengan varians dari derau. Untuk
mengestimasi spektrum daya citra asli banyak
metode yang dapat digunakan. Suatu estimasi secara
Mean Square Error (MSE) langsung adalah estimasi periodogram dari
spektrum daya yang dihitung dari observasi:
Analisis hasil penelitian akan dilakukan dengan cara
menghitung MSE. (5)

MSE= (3) dengan Y(k,l) adalah transformasi fourier diskret


(DFT) dari observasi. Keuntungan dari estimasi
adalah bahwa hal itu dapat dilakukan dengan sangat
dengan = citra asal dan = citra
mudah tanpa khawatir tentang singularitas dari tapis
rekonstruksi [3]. invers. Estimasi lain yang mengarah (leads) ke
implementasi kaskade tapis invers dan penghalusan
derau:
(6)

yang merupakan hasil langsung dari


Tapis Wiener
Tapis invers merupakan suatu teknik restorasi citra Spektrum daya dapat
dengan dekonvolusi, yakni ketika citra menjadi kabur diestimasi secara langsung dari pengamatan
oleh tapis pelewat rendah yang diketahui, menggunakan estimasi periodogram. Perkiraan ini
memungkinkan memulihkan citra dengan tapis menghasilkan implementasi kaskade tapis invers
invers. Namun tapis invers sangat sensitive terhadap dan penghalusan derau:
derau aditif. Tapis wiener mengeksekusi suatu
(7)
tradeoff antara tapis invers dan penghalusan derau.
Tapis ini menghilangkan derau aditif dan
membalikkan pengaburan secara bersamaan. Kerugian dari implementasi ini adalah bahwa ketika
Contoh tapis pelewat rendah untuk pengaburan citra: tapis invers adalah singular (tunggal), kita harus
menggunakan tapis invers umum. Spektrum daya
dari citra asli dapat juga diestimasi berdasarkan
model seperti model .
Untuk mengilustrasikan tapis Wiener dalam restorasi
citra pada tulisan ini menggunakan citra ukuran
Tapis Wiener optimal dalam hal galat kuadrat rata- 272x328. Kami blur citra dengan tapis lowpass
rata (MSE), dengan kata lain meminimalkan
kemudian ditambahkan derau aditif Gaussian putih
(bilangan acak terdistribusi secara normal).

IV. CARA PENELITIAN


Bahan Penelitian
1. Citra dengan level keabuan sebanyak 256
2. Ukuran citra 372 x 328 pixel
Alat
Penapisan Citra Terblur dengan Tapis Wiener
1. Komputer
2. Camera digital untuk memperoleh citra
3. Matlab 7.04 sebagai perangkat lunaknya

Diagram Alir Penelitian


Langkah-langkah dalam penelitian ini sesuai dengan
diagram alir pada Gambar 2.

Mulai Gambar 5. Hasil penapisan citra


blur, MSE=23.55

Akuisisi Citra
Gambar 5 merupakan hasil penapisan citra terblur
dengan menerapkan kontrol PSF sebenarnya, Nilai
MSE = 23,55.
Pengaburan dan
Pemberian derau Dengan mengubah PSF pada bagian Panjang menjadi
2 (dua) kali panjang sebenarnya diperoleh citra
seperti Gambar 6 dengan MSE 110,33.
Penapisan derau

Analisis Hasil

Selesai
Gambar 2. Diagram alir penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 6. Hasil penapisan citra blur


dengan mengubah PSF pd bagian
Dalam penelitian ini citra “Nailah.jpg” pada panjang=2x, MSE=110.33
Gambar 3 diblur dan diberi derau Gaussian Berikutnya citra Gambar 4 ditapis dengan mengubah
kemudian ditapis menggunakan tapis Wiener. sudut sebesar 2(dua) kali sudut sebenarnya maka
diperoleh citra seperti Gambar 7 dengan MSE=88,39.

Gambar 3. Citra Nailah Asli,


MSE=0
Gambar 7. Hasil penapisan citra
blur dgn mengubah sudut=2x,
Panjang blur yang digunakan 30 (tiga puluh) dan MSE=88.39
sudut blur 10 (sepuluh) derajat. Dengan melakukan
konvolusi antara citra Nailah.jpg dengan fungsi Dari hasil penapisan menggunakan tapis Wiener
penyebar titik (PSF) maka diperoleh citra blur seperti pada Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7 terlihat
pada Gambar 4, yang memiliki nilai MSE=42,84. MSE terkecil diperoleh dengan menerapkan kontrol
PSF sebenarnya, sehingga pada tapis Wiener efektif
digunakan jika PSF diketahui.

Gambar 4. Citra Nailah Terblur,


MSE=42.84
Penambahan Derau
Citra blur pada Gambar 4 diberi derau Gaussian
seperti pada Gambar 8.

Gambar 11.Restorasi citra dari derau


dengan kontrol PSF dan 0,5*NSR
Gambar 8. Citra blur + derau,
sebenarnya, MSE=67,99
MSE= 24.76

Pada penambahan derau terlihat MSE turun menjadi


24,76 jika dibandingkan sebelum penambahan derau
yakni 42,84. Dari penurunan MSE penambahan
derau seolah merupakan perbaikan citra namun
secara visual Gambar 4 lebih baik dari Gambar 8.
Dengan menerapkan tapis Wiener dengan control
PSF pada citra berderau Gambar 8, diperoleh citra
seperti Gambar 9 yang memiliki MSE=110,15.
Terlihat MSE bertambah besar, namun dapat Gambar 12.Restorasi citra dari derau
diturunkan MSE dengan pengontrolan NSR seperti dengan kontrol PSF dan 2*NSR
sebenarnya, MSE=66,33
yang diperlihatkan pada Gambar 10 dengan
MSE=57.65. Penerapan tapis Wiener pada citra
berderau efektif jika diketahui NSR (noise to signal Script dalam matlab untuk penapisan dengan tapis
ratio). Hal ini dapat dilihat pada pengontrolan NSR Wiener sebagai berikut:
Gambar 10 (kontrol NSR sebenarnya), Gambar 11
(kontrol NSR= 0,5*NSR sebenarnya, dan Gambar I = imread('Nailah.jpg')
12(kontrol NSR=2* NSR sebenarnya, pengontrolan figure;imshow(I);title('Citra Nailah Asli');
NSR sebenarnya menghasilkan MSE lebih kecil size(I)
Panjang = 30;
yakni MSE= 57,65. Sudut = 10;
PSF = fspecial('motion',Panjang,Sudut);
Blurred = imfilter(I,PSF,'circular','conv');
figure; imshow(Blurred);
title('Citra Nailah terblur');

wiener1 = deconvwnr(Blurred,PSF);
title('Restorasi,PSF');

wiener2 = deconvwnr(Blurred,fspecial('motion',2*Panjang,Sudut));
title('Restorasi, "Panjang" PSF');

wiener3 = deconvwnr(Blurred,fspecial('motion',Panjang,2*Sudut));
title('Restorasi, "Sudut" PSF');

%Penambahan Derau
derau = 0.1*randn(size(I));
BlurredNoisy = imadd(Blurred,im2uint8(derau));
figure;imshow(BlurredNoisy);title('Citra blur + Derau');
Gambar 9.Restorasi citra dari derau
dengan kontrol PSF, MSE=110.15 wiener4 = deconvwnr(BlurredNoisy,PSF);
figure;imshow(wiener4);
title('Restorasi Citra dari Derau dgn PSF');

%To control the noise amplification, provide the noise-to-signal


power ratio, NSR.
NSR = sum(derau(:).^2)/sum(im2double(I(:)).^2);
wiener5 = deconvwnr(BlurredNoisy,PSF,2*NSR);
figure;imshow(wiener5);
title('Restorasi dengan Kontrol PSF dan 2*NSR');

Gambar 10.Restorasi citra dari


derau dengan kontrol PSF dan
NSR, MSE=57,65
sebenarnya,
MSE=57,65
VI. KESIMPULAN
1. Tapis Wiener dapat digunakan untuk mengurangi
derau pada citra yang ditunjukkan dengan
penurunan MSE citra hasil penapisan.
2. Tapis Wiener efektif digunakan pada citra jika
PSF (point Spread function) dan NSR (noise to
signal ratio) pada citra diketahui.

VII. REFERENSI
[1] B. Kanata, “Pengolahan Citra”, Diktat Kuliah Edisi I, Program
Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mataram.
[2] B. Kanata, “Deblurring Citra dengan Metode Iteratif Lucy-
Richardson”, Jurnal INFORMATEK, 2011
[3] R. Munir, “Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan
Algoritmik”, Penerbit Informatika Bandung, 2004.
[4] C.M.Thompson, L. Shure, “Image Processing Toolbox User’s
Guide”, The Mathworks Inc, 1993
[5] Anil. K.J, “Fundamental of Digital image Processing”, Prentice-
Hall of India, 1995

Anda mungkin juga menyukai