Anda di halaman 1dari 5

No. 28 Vol.1 Thn.

XIV November 2007 ISSN: 0854-8471

ANALISA KINERJA QUADRATURE AMPLITUDE


MODULATION PADA KANAL ADDITIVE WHITE GAUSSIAN
NOISE UNTUK TRANSMISI CITRA

Baharuddin
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unand

ABSTRAK

QAM adalah teknik modulasi yang dilakukan dengan cara mengubah amplitudo dan phase sinyal
carrier. Teknik modulasi ini memiliki keuntungan bila dibandingkan dengan teknik modulasi PSK
dan teknik modulasi ASK. Teknik modulasi QAM membutuhkan lebih sempit bandwith daripada
teknik modulasi PSK dan memiliki nilai Probability of Symbol Error lebih kecil dari pada teknik
modulasi ASK.
Pada simulasi ini dibangkitkan data secara acak, lalu dikirim menggunakan teknik modulasi 16-
QAM melewati Kanal AWGN. Pada kanal ini data informasi dipengaruhi oleh noise. Dalam
simulasi ini diasumsikan noise hanya berasal dari Additive White Gaussian Noise. Pada sisi
demodulator, data yang diterima dibandingkan dengan data yang dikirim, lalu dicari tingkat
kesalahannya. Tingkat kesalahan dari ketiga konstelasi yang digunakan dibandingkan dan
ditampilkan dalam bentuk grafik tingkat kesalahan terhadap nilai SNR/bit.

Keywords : QAM, Noise AWGN, Wavelet, Probability of Error

1. PENDAHULUAN
Suatu modulasi adalah proses dimana sinyal
informasi diubah menjadi suatu gelombang sinusoid.
Sinusoid memiliki tiga tanda yang dapat digunakan
untuk membedakannya dari sinusoid lainnya yaitu :
amplitudo, frekuensi dan phase. Oleh karena itu
modulasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses
yang mana ampitudo, frekuensi dan phase
gelombang carrier atau suatu kombinasi dari mereka
adalah berbeda-beda dalam penyesuaian dengan
informasi yang ditransmisikan. Bentuk umum
gelombang carrier, s(t), adalah seperti berikut :
Gambar 1 Modulator QAM
S(t) = A(t)cos[w0 + f(t)] (1)
Penelitian yang telah dilakukan disini yaitu
Dimana A(t) adalah waktu variasi amplitudo , w0
menganalisa unjuk kerja transmisi citra pada kanal
adalah frekuensi radian carrier dan f(t) adalah
Additive White Gaussian Noise (AWGN). Noise ini
phase.
memiliki karakteristik statistik distribusi Gaussian
Penggunaan sistem komunikasi digital dalam
dan memiliki kerapatan spektral yang membentang
bidang komunikasi radio bergerak semakin
datar pada hampir keseluruhan spektrum frekuensi.
meningkat, sehingga diperlukan suatu sistem
Noise ini bersifat menambahkan sinyal aslinya.
komunikasi yang handal guna menjamin sampainya
Input citra yang digunakan pada penelitian ini
pesan atau data yang benar pada penerima. Pada
yaitu citra grayscale 8 bit. Dalam penelitian ini
kanal komunikasi, adanya noise akan mengganggu
dilakukan beberapa tahapan proses yang dimulai
maupun menurunkan kinerja sistem komunikasi
dari menginputkan citra grayscale, melakukan
digital. Hal ini menyebabkan terjadinya kesalahan
transformasi citra dengan metoda transformasi
pendeteksian sinyal sehingga terjadi perubahan bit
Discrete Wavelet Transformation (DWT), kuantisasi
atau simbol pada sisi penerima.
skalar, teknik modulasi Quadrature Phase Shift
Dalam pentransmisian informasi citra digital ini,
Keying (QPSK), demodulasi, de-quantization, dan
kanal komunikasi akan mengalami berbagai macam
Inverse Discrete Wavelet Transformation (IDWT),
gangguan, seperti thermal noise yang sering
sehingga akan didapatkan citra hasil rekonstruksi.
dimodelkan sebagai Additive White Gaussian Noise
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh noise
(AWGN) dan multipath fading. Gangguan tersebut
AWGN dan bagaimana kualitas citra yang diterima
dapat mempengaruhi kualitas citra yang diperoleh
pada sisi penerima, maka digunakan analisa nilai
pada penerima.

TeknikA 54
No. 28 Vol.1 Thn. XIV November 2007 ISSN: 0854-8471

Peak Signal Noise to Ratio (PSNR) dan Bit Error ke 16 level tersebut. Proses mengasosiasikan warna
Rate (BER). rata – rata dengan level warna tertentu disebut
dengan kuantisasi.
2. CITRA Citra merupakan dimensi spatial yang berisi
informasi warna dan tidak bergantung pada waktu.
Citra merupakan suatu representasi, kemiripan,
Citra merupakan sekumpulan titik – titik dari
atau imitasi dari suatu objek atau benda. Image
gambar. Titik–titik tersebut menggambarkan posisi
(citra) sebagai salah satu komponen multimedia
koordinat dan mempunyai intensitas yang dapat
memegang peranan penting sebagai bentuk
dinyatakan dengan bilangan. Intensitas ini
informasi visual. Citra mempunyai karakteristik
menunjukkan warna citra.
yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu citra kaya
akan informasi. Citra merupakan gambar pada
3. TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT
bidang dwimatra. Citra merupakan sebuah sinyal
dua dimensi yang merupakan fungsi dua variabel Transformasi sinyal merupakan representasi
bebas, karena itu citra memiliki sejumlah data[2]. bentuk yang lain dari sinyal tersebut. Suatu
Citra yang dimaksud adalah citra diam. Citra diam transformasi sinyal tidaklah merubah informasi yang
adalah citra tunggal yang tidak bergerak. terkandung dalam sinyal tersebut. Sebelum
Citra dapat dipandang sebagai suatu fungsi pemakaian transformasi wavelet berkembang,
bernilai real. Agar dapat diolah dengan komputer transformasi fourier telah lebih dulu menjadi metode
digital, maka suatu citra harus direpresentasikan analisis. Pada analisa fourier, suatu sinyal dipecah
secara numerik dengan nilai – nilai diskrit. menjadi kumpulan dari fungsi sinusoida pada
Representasi citra dari fungsi kontinu menjadi nilai – frekuensi yang berbeda – beda. Fungsi dasar pada
nilai diskrit disebut digitalisasi. Citra yang transformasi fourier adalah sinus dan kosinus. Pada
dihasilkan inilah yang disebut citra digital (digital dasarnya transformasi fourier mengubah sinyal dari
image). Pada umumnya citra digital berbentuk empat basis waktu ke basis frekuensi.
persegi panjang, dan dimensi ukurannya dinyatakan Transformasi wavelet adalah suatu metoda yang
sebagai tinggi X lebar (atau lebar X panjang). merubah sinyal berdimensi waktu menjadi koefisien
Masing – masing elemen pada citra digital (elemen – koefisien yang berdimensi waktu dan frekuensi.
matriks) disebut image element, picture element atau Transformasi wavelet mampu mengkombinasikan
pixel. informasi tentang waktu dan frekuensi suatu sinyal
Jadi, citra yang berukuran N x M mempunyai secara simultan. Transformasi wavelet dapat
NM buah pixel. Misalkan pixel pertama pada digunakan untuk menganalisis sinyal time –
koordinat (0,0) mempunyai nilai intensitas 0 yang frequency suatu sinyal baik secara global maupun
berarti warna pixel tersebut hitam, pixel kedua pada lokal karena adanya parameter skala.
koordinat (0,1) mempunyai intensitas 134 yang Discrete Wavelet Transformation (DWT)
berarti warnanya antara hitam dan putih, dan merupakan transformasi yang penting pada aplikasi
seterusnya. Proses digitalisasi citra ada dua macam signal processing yang berdasarkan sinyal diskrit
.[1] pada waktu. Wavelet merupakan gelombang mini
1. Digitalisasi spasial (x,y), sering disebut sebagai (small wave) yang mempunyai kemampuan
sampling. mengelompokkan energi sinyal terkonsentrasi pada
2. Digitalisasi intensitas f(x,y), sering disebut sekelompok kecil koefisien. Transformasi wavelet
sebagai kuantisasi. adalah teknik dekomposisi sinyal dengan prinsip
penskalaan dan pergeseran mother wavelet, sehingga
Sampling adalah proses untuk menentukan didapatkan nilai konstanta yang mewakili statu nilai
warna pada piksel tertentu pada citra. Pada proses waktu dan frekuensi. Perumusan mother wavelet :[3]
sampling biasanya dicari warna rata – rata dari 1 (t − τ )
gambar analog yang kemudian dibulatkan ke dalam Ψs,τ (t ) = Ψ ...................... (2)
angka bulat. s s
Citra kontinu disampling pada grid – grid yang Dimana : s = parameter penskalaan (dilasi)
berbentuk bujursangkar (dalam arah horizontal dan τ = parameter pergeseran (translasi)
vertikal). Terdapat perbedaan antara koordinat ψ (t ) = fungsi mother wavelet
gambar yang disampling dengan koordinat matriks Wavelet induk didilasi (diskalakan) dan ditranslasi
(hasil digitalisasi). Titik asal (0,0) pada gambar dan (digeser) melalui pemisahan menurut frekuensi
elemen (0,0) pada matriks tidak sama. Koordinat x menjadi sub – sub bagian[3].
dan y pada gambar dimulai dari sudut kiri bawah, Penskalaan dan pergeseran yang kontinu akan
sedangkan penomoran pixel pada matriks dimulai mempersulit dekomposisi sinyal. Oleh karena itu,
dari sudut kiri atas[1]. dilakukan penskalaan dan pergeseran secara diskrit
Dalam proses sampling warna rata – rata yang yaitu :
didapat direlasikan ke level warna tertentu[1]. 1
Contohnya apabila dalam citra hanya terdapat 16 s= ........ (3)
level warna abu–abu, maka nilai rata – rata yang 2j
didapat dalam proses sampling harus diasosiasikan

TeknikA 55
No. 28 Vol.1 Thn. XIV November 2007 ISSN: 0854-8471

k 4.2 Terdistribusi Gaussian


t= ... (4)
2j Pola kemunculan noise dianggap terdistribusi
Maka transformasi wavelet diskrit dapat dirumuskan Gaussian dengan nilai rata-rata (mean) adalah nol
: dan varians tergantung rapat daya yang diperkirakan
dari noise tersebut.
ψ j ,k (t ) = 2 2 ψ (2 j t − k )
j
..... (5) Yang dilakukan pertama kali oleh receiver
adalah bagaimana menterjemahkan sinyal informasi
Akhir proses dari transformasi adalah (bit) baseband dari sinyal carrier. Jika noise telah
mengembalikan sinyal informasi pada koefisien ikut masuk ke kanal (saluran) yang bisa berupa
yang dapat dimanipulasi, disimpan, dan kabel tembaga atau lintasan melalui udara tanpa
ditransmisikan, dan dapat digunakan untuk halangan (line of sight) sehingga pada sinyal
membentuk sinyal informasi kembali. Pembentukan informasi terdapat noise. Sumber noise yang kedua
kembali sinyal informasi harus mendekati sinyal berasal dari rangkaian pada receiver itu sendiri.
yang diinginkan. Transformasi wavelet dapat Dalam hal ini kita bahas bentuk noise yang bersifat
menangkap sinyal frekuensi rendah dan tinggi aditif (menambahkan) dan biasanya dapat didekati
melalui suatu proses yang disebut dengan dengan suatu sifat statistik memiliki distribusi
multiresolution. Gaussian dan pada keseluruhan band frekuensi
menunjukkan karakteristik yang sama sehingga
4. PEMODELAN KANAL AWGN memiliki sifat yang sama dengan warna putih yang
spektrumnya membentang pada keseluruhan
Kanal yang disimulasikan dalam sistem ini, frekuensi warna.
diasumsikan memiliki Noise yang berdistribusi Pada kanal AWGN, zero-mean white Gaussian
Gaussian. Model kanal yang digunakan adalah Noise noise ditambahkan pada sinyal transmisi s(t). maka
AWGN (Additive White Gaussian Noise). Noise ini sinyal yang diterima r(t) berbentuk :
berdistribusi normal dengan nilai rata-rata (mean)
nol. Noise ini bernilai acak dan bersifat r (t ) = s (t ) + n(t ) ………. (8)
menambahkan sinyal aslinya. Bentuk persamaan pdf
dari distribusi Gaussian adalah: [7]
dimana n(t ) adalah zero-mean white Gaussian noise
1 2
/ 2σ 2 dengan daya N o .
p ( x) = e −( x − mx ) (6) 2
2π σ Additive White Gaussian Noise (AWGN)
dimana : merupakan noise yang memiliki distribusi normal
mx = mean dengan nilai rata-rata (mean) adalah nol dan varians
σ2 = varians dari variable random σ2 sebesar No/2. Noise ini bernilai acak dan bersifat
menambahkan sinyal aslinya. Besarnya varians
Noise merupakan hal yang bersifat khusus dan dipengaruhi oleh harga No yang bervariasi sesuai
tidak dapat dieliminir sepenuhnya. Disamping dengan besarnya Signal to Noise ratio (SNR) dan
sumber dari resistor, banyak material lain yang besar energi per bitnya atau Eb.
merupakan sumber noise yang memiliki Derau ini dapat digambarkan sebagai proses acak
karakteristik statistik distribusi Gaussian dan terdistribusi Gaussian dengan rata-rata nol. Proses
memiliki kerapatan spektral yang membentang datar acak Gaussian n(t) merupakan fungsi acak dengan
pada hampir keseluruhan spectrum frekuensi. harga n, pada saat tertentu t, dikarakteristikkan
Sehingga noise ini memiliki karakteristik seperti secara statistik dengan fungsi rapat probabilitas (pdf
cahaya putih dan selanjutnya dinamakan White : probability density function) Gaussian berikut ini :
Gaussian Noise. Additive White Gaussian Noise 1 ⎡ 1 ⎛ x ⎞⎤
memiliki karakteristik sebagai berikut [11]: Px ( x) = exp ⎢− ⎜ ⎟⎥ ......... (9)
σ 2π ⎣ 2 ⎝ σ ⎠⎦
4.1 White noise dimana σ2 merupakan varians dari x. Grafik pdf
Gaussian ternormalisasi dari suatu proses acak
Spektrum rapat daya noise dianggap memiliki
dengan rata-rata nol diperoleh dengan
harga yang sama untuk setiap frekuensi (dalam pita
mengasumsikan σ (standard deviation) =1, sehingga
komunikasi yang digunakan), dimana dapat
nilai pdf Gaussian dapat diamati dari perhitungan
dimodelkan pada persamaan matematis :
dibawah :
No 1. jika E[x] = x = 0
Sw ( f ) = ............ (7)
2 Px ( x ) =
1
= 0,399
Dimana N o = daya noise 2π
f = frekuensi 2. jika x = 1
1 ⎡ 1 ⎛ 1 ⎞2 ⎤
Px ( x) = exp⎢− ⎜ ⎟ ⎥ = 0.242
2π ⎢⎣ 2 ⎝ 1 ⎠ ⎦⎥

TeknikA 56
No. 28 Vol.1 Thn. XIV November 2007 ISSN: 0854-8471

3. jika x = 2
1 ⎡ 1 ⎛ 2 ⎞2 ⎤
Px ( x) = exp ⎢− ⎜ ⎟ ⎥ = 0.054
2π ⎢⎣ 2 ⎝ 1 ⎠ ⎥⎦
Dari nilai pdf Gaussian yang telah didapatkan
pada x = 0 nilai pdf yang diperoleh nilai tertinggi hal
ini menunjukkan rata-rata pada proses acak ini
adalah nol. Dengan hasil yang diperoleh dapat
digambarkan fungsi rapat probabilitas Gaussian
dengan standard deviation (σ) = 1 seperti
ditunjukkan pada gambar 1.[9]
Px(x
0.4
0.399

0.35

0.3 Gambar 3 Blok Diagram Simulasi QAM


0.25

E[x]=m
0.242 Input yang digunakan pada simulasi ini yaitu
0.2
data berupa citra digital. Pada sisi transmitter citra
0.15
asli ditransformasikan dengan metoda DWT level 2,
lalu dilakukan kuantisasi skalar uniform, kemudian
0.1 dimodulasi dengan modulasi baseband QPSK.
0.054 Sedangkan pada sisi receiver sinyal data yang sudah
dipengaruhi noise AWGN didemodulasi,
0.05

0 m dekuantisasi, lalu dilakukan invers DWT, maka akan


-2 -1 0 1 2
didapatkan rekonstruksi citra.
Gambar 2 Fungsi kerapatan probabilitas gaussian σ=1
5. ANALISA HASIL SIMULASI
Berikut ini merupakan tabel perbandingan antara
4.3 Perhitungan Probability of Error(Pe) nilai SNR (dB), BER, dan PSNR (dB) untuk citra
Dalam simulasi ini perhitungan probability of Lena. Nilai SNR yang digunakan mulai dari 1
error adalah dengan cara membandingkan antara sampai dengan 12 dB.
urutan bit pada pengirim dengan urutan bit yang Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada saat SNR =
dideteksi melalui proses decoding pada sisi 1 dB, nilai PSNR masih sangat rendah yaitu 8.0853
penerima. Kemudian jumlah bit yang salah dibagi dB dengan BER = 0.0657. Nilai PSNR berada diatas
dengan jumlah bit informasi yang dibangkitkan pada 30 dB pada saat SNR diatas 10 dB. Nilai PSNR
transmiter sesuai dengan persamaan berikut [4][6]: mengalami kenaikan sebandingan dengan nilai SNR,
n sedangkan nilai BER mengalami penurunan. Pada
Pe = (10) saat SNR 12 dB, nilai BER sudah rendah yaitu
N 1.9073e-005 dengan nilai PSNR = 40.7196 dB.
Dimana: Perbandingan nilai BER dan SNR dapat dilihat pada
n = jumlah bit error yang terdeteksi gambar 4 serta perbandingan nilai BER dan PSNR
N = jumlah bit yang dikirimkan dapat dilihat pada gambar 5.
Tabel 1 Perbandingan nilai SNR, BER, dan PSNR
untuk citra Lena
4.4 Perancangan sistem SNR BER PSNR
Perancangan sistem transmisi citra pada kanal (dB) (dB)
Additive White Gaussian Noise (AWGN) dapat 1 0.0657 8.0853
dilihat pada blok diagram dibawah ini : 2 0.0516 9.0505
3 0.0391 10.2498
4 0.0278 11.6924
5 0.0187 13.3483
6 0.0115 15.5747
7 0.0062 18.1368
8 0.0029 21.3936
9 0.0012 24.8233
10 3.8910e-004 30.0397
11 1.0490e-004 35.0900
12 1.9073e-005 40.7196

TeknikA 57
No. 28 Vol.1 Thn. XIV November 2007 ISSN: 0854-8471

[4] Ramasami, Vijaya Chandran, “BER


Performance Over Fading Channels and
Diversity Combining”, EECS 862 Project,
2001
[5] Lee, William C.Y ,”Mobile
Communication Design Fundamentals”,ITS
Surabaya,2001
[6] Wisnu, “Simulasi Transmisi Sinyal Digital
pada Kanal AWGN dan Rayleigh
Fading”,ITS Surabaya, 2001
[7] Hourani, Hafeth, “An Overview of
Gambar 4 Grafik perbandingan BER dan SNR pada Diversity Techniques in Wireless
citra Lena Communication Systems”, Helsinki
University of Technology Communications
Lab, 2005
[8]. Jeruchim, Michael C, Philip, and
Shanmugam, K.” Simulation of
communication systems”, Plenum Press
[9] Theodore S. Rappaport, 1996 Wireless
Communication Principles & Practice,
New Jersey

[10] Ramasami, Vijaya Chandran “Simulation


Project”, EECS 865 Project
[11] Baharuddin, “ Transmisi Citra Dengan
Gambar 5 Grafik perbandingan BER dan PSNR Teknik Diversity Pada Kanal Wireless”,ITS
pada citra Lena Surabaya, 2005
[12] Bektas,filiz,” Investigation of Diversity
6. KESIMPULAN DAN SARAN Techniques for Mobile Communication
”,Wien University,2003
6.1 Kesimpulan [13] Jaya Permana, Ferry,”Integral Monte
Kesimpulan yang dari penelitian ini adalah Carlo”, Universitas Katolig
bahwa Transmisi citra digital pada kanal yang Parahyangan,Bandung, 2002.
dipengaruhi oleh noise AWGN menyebabkan
terjadinya cacat pada citra rekonstruksi yang BIODATA
diterima pada receiver yang ditunjukkan dengan Penulis adalah staf pengajar Jurusan Teknik
besarnya nilai BER yang didapatkan. Ini Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas
menunjukkan unjuk kerja sistem transmisi citra pada Padang. Lulus Program Sarjana pada tahun 1993
kanal AWGN masih kurang bagus. pada Bidang Teknik Telekomunikasi dan
Elektronika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
6.2 Saran Universitas Hasanuddin. Pada tahun 2005
Untuk penelitian selanjutnya perlu menyelesaikan studi program magister bidang
dikembangkangkan suatu sistem teknik perbaikan Telekomunikasi Multimedia di ITS Surabaya.
untuk memperbaiki kinerja sistem transmisi pada E-mail : baharuddin2006@yahoo.com;
kanal AWGN. Salah satu teknik perbaikan yang baharuddin@ft.unand.ac.id
dapat dikembangkan adalah dengan teknik
Diversity.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Munir, Rinaldi.. Pengolahan Citra Digital
Dengan Pendekatan Algoritmik. Penerbit
Informatika Bandung. (2004)
[2] Arymurthy, Aniati Murni dan Suryana
Setiawan. Pengantar Pengolahan Citra. PT
Elex Media Komputindo, Jakarta. (1992).
[3] Mandala, Jani F. Pemanfaatan Transformasi
Wavelet Citra Wajah Sebagai Sistem
Keamanan Kunci Kombinasi. ITB,
Bandung. (2003).

TeknikA 58

Anda mungkin juga menyukai