Anda di halaman 1dari 40

BAB I

HUKUM COULOMB DAN MEDAN LISTRIK

1. Hukum Coulomb

Jika ada dua buah muatan q 1 dan q 2 memiliki muatan yang sama misalkan
sama-sama positif (+), maka kedua muatan tersebut akan saling tolak-menolak seperti
terlihat pada Gambar 1-1 (a). Namun jika kedua muatan tersebut berlawanan tanda yaitu
positif (+) dan negatif (–), maka kedua muatan tersebut akan saling tarik-menarik seperti
terlihat pada Gambar 1-1 (b) berikut ini :

Gambar 1-1

Sehingga akan terjadi gaya tolak atau gaya tarik antara kedua muatan tersebut, percobaan
tersebut dilakukan oleh Charles Augustin Coulomb (1736 – 1806), sehingga disebut
dengan gaya coulomb F, dirumuskan :

q1 q2
F = k
r2

di mana k suatu tetapan yang nilainya positif, dalam kondisi vakum :

N m2 N m2
k = 8,988 × 109 ≈ 9 × 109
C2 C2

Sering k diganti dengan lambang 1/4 π ε 0 , di mana ε 0 = 8,85 × 10–12 C2/Nm2 dinamai

dengan permeabilitas vakum. Apabila mediumnya bukan vakum, maka ε 0 diganti dengan

ε , di mana ε = ε 0 ε r . Dalam vakum ε r = 1 dan di dalam udara ε r = 1,0006, sehingga


:

1 q1 q2
F =
4πε r2

Satuan F adalah Newton (N).

Contoh soal :

1
Dua keping mata uang masing-masing diberi muatan yang sama. Jika jarak pisahnya 1,5
m dan diketahui gaya pada masing-masing adalah 2 N, berapakah besarnya muatan pada
setiap keping mata uang tersebut ?
Penyelesaian :

Karena diameter mata uang adalah jauh lebih kecil dibanding dengan jarak pisah 1,5 m,
maka kedua muatan itu dianggap muatan titik, diperoleh :

F r2 (2 N) (1,5 m)2
q 1 q 2 = q2 = = = 5 × 10–10 C2
k 9 × 10 N. m /C
9 2 2

maka : q = 2,2 × 10–5 C = 22 µC

Latihan soal-soal :

1. Seperti pada contoh soal di atas, tetapi kedua keping berada di dalam air, dengan
permitivitas relatif air adalah 80. Berapa besarnya muatan setiap keping mata uang?

2. Muatan inti helium ialah +2e dan muatan inti neon ialah +10e, di mana e adalah
muatan dasar 1,602 × 10–19 C. Hitung gaya tolak antara kedua inti bila jarak pisahnya
3 nm dan kedua inti berada dalam vakum !

3. Menurut model atom Bohr tentang atom hidrogen, elektron (q = –e) mengelilingi
proton (q’ = +e) dengan jari-jari 5,3 × 10–11 m. Gaya tarik antara proton dan elektron
inilah yang merupakan gaya sentripetal pada elektron, sehingga elektron dapat tetap
ber-orbit.
a. Tentukan gaya tarik-menarik antara kedua partikel tersebut !
b. Tentukan laju elektron, bila diketahui massa elektron 9,1 × 10–31 kg !

4. Dua bola identik dengan massa 0,1 gram bermuatan sama menggantung di ujung tali
yang sama panjangnya. Kedua bola tersebut akan seimbang pada jarak 40 cm.
Berapakah muatan dari bola tersebut?

Seringkali pembahasan menjadi lebih mudah apabila kita gunakan pengertian


muatan uji. Muatan uji adalah muatan fiktif dan ditentukan bahwa muatan uji ini tidak
mempengaruhi muatan-muatan lain di kelilingnya. Dalam praktik ini berarti muatan uji
adalah muatan yang sangat kecil, sehingga dapat diabaikan.

2. Medan Listrik

Medan listrik E pada semua titik pada suatu ruang yang disebabkan oleh satu atau
lebih muatan, didefinisikan sebagai gaya persatuan muatan yang bekerja pada muatan tes
q yang diletakkan pada titik tersebut, dirumuskan :

2
F
E =
q
Jika muatan tes q diletakkan pada jarak r terhadap muatan Q , maka muatan tes q akan
menderita gaya :
1 qQ  1 Q 
F = = q  
4πε r2  4πε r 
2

Sehingga dapat disimpulkan besarnya medan listrik pada suatu titik yang disebabkan oleh
muatan Q dan bejarak r terhadap muatan tersebut, yaitu :

1 Q
E =
4πε r2

Medan listrik digambarkan dengan garis-garis medan listrik yang dimulai dari muatan
positif dan berakhir pada muatan negatif, seperti terlihat pada Gambar 1-2 berikut ini :

Gambar 1-2

Jika muatan Q positif, maka E juga positif, dan garis-garis medan listrik berarah
menurut jari-jari bola ke luar. Sebaliknya jika muatan Q negatif, maka E juga negatif,
dan garis-garis medan listrik berarah menurut jari-jari bola namun ke dalam.

Contoh soal :

Hitunglah intensitas medan listrik E di suatu titik pada jarak 30 cm dari muatan titik q 1 =
5 × 10–9 C dalam udara, lalu hitung gaya pada muatan q 2 = 4 × 10–10 C yang diletakkan
pada jarak 30 cm dari q 1 , dan hitung pula gaya pada muatan q 3 = – 4 × 10–10 C yang
terletak pada jarak 30 cm dari q 1 (tetapi q 2 sudah ditiadakan) !

Penyelesaian :

Medan listrik E : q1 5 × 10–9 C

3
E= k = (9 × 109 N. m2/C2) = 500 N/C
2 2
r (0,3 m)

menjauhi muatan q 1 .
Gaya F pada q 2 terhadap q 1 :

F = Eq 2 = (500 N/C) (4 × 10–10 C) = 2 × 10–7 N


muatan q 2 menjauhi muatan q 1 .

Gaya F pada q 3 terhadap q 1 :

F = Eq 2 = (500 N/C) (–4 × 10–10 C) = –2 × 10–7 N


muatan q 3 mendekati muatan q 1 .

Latihan soal-soal :

5. Dua buah muatan q 1 dan q 2 berjarak 10 cm masing-masing bermuatan +20 × 10–8 C


dan –5 × 10–8 C, dan titik P berada di tengah-tengah kedua muatan tersebut.
a. Tentukan intensitas medan listrik E di titik P ?
b. Gaya pada muatan –4 × 10–8 C di titik P ?
c. Di mana intensitas medan adalah nol ?

6. Dua keping logam sejajar berada dalam vakum diberi muatan. Jarak antar keping 15
cm, dan medan listrik antara kedua keping bersifat homogen sebesar E = 3000 N/C.
Sebuah elektron (q = –e , m = 9,1 × 10–31 kg) dilepas tanpa kecepatan awal di titik P
tepat di luar keping yang bermuatan negatif.
a. Berapa waktu yang diperlukan elektron untuk mencapai keping yang bermuatan
positif ?
b. Berapa laju elektron sesaat sebelum mencapai keping tersebut ?

7. Seperti pada soal nomor 6, bila elektron ditembakkan vertikal ke atas dari titik P
dengan kecepatan 5 × 107 m/s, maka pada jarak berapa terhitung dari titik A elektron
akan mengenai keping positif ?

8. Seperti pada soal nomor 6, bila sebuah proton (q = +e , m = 1,67 × 10–27 kg)
ditembakan dengan kecepatan awal 5 × 107 m/s dan titik A menuju P, berapakah
lajunya tepat sesaat sebelum mengenai sasaran ?

----- o 0 o -----

4
BAB II
POTENSIAL LISTRIK DAN KAPASITANSI

1. Potensial Listrik

Potensial listrik pada semua titik pada ruang didefinisikan sebagai energi
potensial listrik persatuan muatan, dirumuskan :

Ep
V =
q

Beda potensial listrik antara dua titik didefinisikan sebagai kerja/usaha yang dilakukan
untuk memindahkan muatan listrik 1 coulomb (C) antara dua titik. Beda potensial diukur
dalam volt (1V = 1 J/C). Karena usaha merupakan besaran skalar, maka demikian pula
dengan beda potensial. Usaha W yang harus dilakukan untuk memindahkan muatan q
dari titik A ke titik B yaitu :

W = q (V B – V A ) = q V

Kita dapat pula menuliskan kerja yang dilakukan sebagai gaya dikalikan jarak, dan ingat
bahwa gaya pada q adalah F = q E , sehingga :

W = Fd = qEd

di mana d adalah jarak (sejajar dengan garis-garis medan).


Dari kedua persamaan di atas diperoleh hubungan antara potensial listrik dan medan
listrik, yaitu :

V = Ed

Potensial listrik mutlak pada suatu titik karena pengaruh muatan q adalah :

1 q
V =
4πε r

di sini r adalah jarak antara muatan q terhadap suatu titik.

Untuk memindahkan muatan q dari titik di tak berhingga ke titik di mana


potensial mutlak adalah V , maka usaha sebesar qV harus dilakukan pada muatan itu.
Usaha ini menjelma sebagai EPL (Energi Potensial Listrik) yang tersimpan pada
muatan itu. Apabila muatan q dipindahkan dan mengalami perbedaan potensial V, maka
usaha sebesar qV harus dilakukan pada muatan q tersebut. Usaha ini menghasilkan
perubahan EPL muatan sebesar qV.

5
Untuk q positif (proton), bila beda potensial V positif (potensial naik), maka
EPL muatan akan bertambah (naik), tetapi bila beda potensial V negatif (potensial
turun), maka EPL muatan akan berkurang (turun). Sebaliknya untuk q negatif
(elektron), bila beda potensial V positif (potensial naik), maka EPL muatan akan
berkurang (turun), tetapi bila beda potensial V negatif (potensial turun), maka EPL
muatan akan bertambah (naik).
Satuan energi elektron volt (eV) adalah usaha yang diperlukan untuk
memindahkan muatan +e (coulomb) sehingga mengalami beda potensial 1 volt, maka :

1 eV = (1,602 × 10–19 C) (1 volt) = 1,602 × 10–19 J

Contoh soal :

Berapa usaha yang diperlukan untuk membawa elektron dari kutub positif baterai 12 volt
ke kutub negatifnya ?

Penyelesaian :

Apabila dari kutub positif kita pindahkan ke kutub negatif, maka kita mengalami
penurunan potensial, dalam hal ini sebesar V = – 12 volt, diperoleh :

W = qV = (–1,602 × 10–19 C) (–12 volt) = 1,9224 × 10–18 J

Usaha W bernilai positif, karena elektron bermuatan negatif, sehingga diperlukan usaha
yang positif untuk memindahkan elektron dalam arah yang berlawanan.

Latihan soal-soal :

1. Proton mengalami penurunan potensial sebesar 5 kV sewaktu bergerak antara dua


titik. Berapakah penurunan EPL yang dialami oleh proton ?

2. Dari keadaan diam, sebuah elektron bermassa 9,1 × 10–31 kg bergerak dan mengalami
kenaikan potensial sebesar 80 volt, berapakah laju akhir elektron ?

3. Bila sebuah muatan 2 µC berada pada pusatnya, maka :


a. Berapakah potensial mutlak pada jarak r = 10 cm dan r = 50 cm ?
b. Berapakah usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan 0,005 µC dari titik
pada r = 50 cm ke titik pada r = 10 cm ?

4. Misalkan sebuah proton bermassa 1,67 × 10–27 kg dilepas di titik r = 10 cm, maka
berapakah laju proton tersebut bila melewati titik di r = 50 cm ?

6
2. Kapasitansi

Kapasitor atau kondensator adalah suatu alat yang terdiri atas dua buah konduktor
yang dipisahkan oleh suatu isolator atau zat dielektrikum. Berikut ini Gambar 2-1 di
mana terjadi medan listrik antara keeping-keping kapasitor (a) tanpa dielektrikum dan (b)
dengan dielektrikum :

Gambar 2-1

Kapasitansi suatu kapasitor didefinisikan sebagai :

Besar muatan pada salah satu konduktor


Kapasitansi =
Beda potensial antara kedua kondutor
q
C =
V

Jika q dinyatakan dalam coulomb dan V dalam volt, maka satuan C adalah farad (F).
Sebagian basar kapasitor memiliki kapasitansi dalam kisaran 1 pF (1 pikofarad = 10–12 F)
sampai 1 µF ( 1 mikrofarad = 10–6 F).
Untuk kapasitor keping sejajar yang masing-masing memiliki luas A dan dipisahkan
dengan jarak d oleh dielektrikum (misalnya kertas atau plastik) yang diletakkan di
antara pelat-pelatnya, maka kapasitansi dinyatakan :

A
C = εr ε0
d

di mana ε r (tidak berdimensi) adalah permeabilitas relatif zat dielektrikum (konstanta

dielektrikum), dan ε 0 = 8,85 × 10–12 C2/N.m2 = 8,85 × 10–12 F/m, Pada suhu 20°C

untuk vakum ε r = 1, udara ε r = 1,0006 , dan air ε r = 80.

3. Rangkaian Paralel dan Seri Kapasitor

Bila beberapa kapasitor dirangkai secara paralel, maka nilai kapsitansinya harus
dijumlahkan, sedangkan pada rangkaian seri kebalikan yang harus dijumlahkan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2-2 berikut ini :

7
Gambar 2-2

Dalam suatu kapasitor, beda potensial V antara kedua kepingnya berbanding lurus
dengan muatan q pada keping (V = q/C). Bila kapasitor diberi muatan, maka muatan akan
terkumpul dari semula nol menjadi q, karena itu potensialnya juga mengembang dari nilai
nol menjadi V, dengan nilai rata-rata ½V. Harus diingat bahwa jumlah usaha W yang
diperlukan untuk memindahkan muatan q hingga mengalami beda potensial rata-rata ½V
adalah W = q (½V), sehingga energi listrik W yang tersimpan dalam kapasitor yang
bermuatan adalah :

W = ½ qV = ½ CV2 = ½ q2/C

karena : q = CV

Contoh soal:

Sebuah partikel bermuatan mengambang/diam di antara dua keping bermuatan seperti


pada Gambar 2-3 berikut :

Gambar 2-3

Jarak antara kedua keping ialah 2 cm dan m = 4 × 10–13 kg, sedangkan muatan partikel
q = 2,4 × 10–18 C. Berapakah beda potensial antara kedua keping tersebut ?

Penyelesaian :

Karena partikel dalam keadaan setimbang : berat partikel = gaya listrik di atas
mg = qE
mg (4 × 10–13 kg) (9,8 m/s2)
atau : E = = = 1,63 × 106 V/m
q 2,4 × 10 –18
C

Pada susunan keping sejajar berlaku : V = Ed = (1,63 × 106 V/m) (0,02 m) = 32,7 kV

8
Latihan soal-soal :

5. Bola logam dilekatkan pada ujung batang isolator. Apabila bola diberi muatan 6 nC,
potensialnya ternyata 200 V lebih tinggi dari kelilingnya. Berapakah kapasitansi dari
kapasitor ? (yang terdiri dari bola dan kelilingnya).

6. Kapasitor 1,2 µF diberi muatan hingga berpotensial 3 kV. Berapakah energi yang
tersimpan di dalam kapasitor ?

7. Gambar 2-4 menunjukkan dua kapasitor yang dihubungkan seri. Bila beda potensial
antara kedua ujung susunannya sebesar 1000 V, maka :
a. Berapakah nilai C substitusinya ?
b. Berapakah muatan pada masing-masing kapasitor ?
c. Berapakah beda potensial pada ujung masing-masing kapasitor ?
d. Hitung pula energi yang tersimpan dalam susunan kapasitor ?

Gambar 2-4 Gambar 2-5

8. Susunan kapasitor pada Gambar 2-5 dihubungkan dengan sumber 120 V. Tentukan
nilai C substitusi dan muatan yang tersimpan pada masing-masing kapasitor !

----- o 0 o -----

9
BAB III
ARUS, HAMBATAN, HUKUM OHM DAN DAYA LISTRIK

1. Arus, Hambatan dan Hukum Ohm

Arus (I) dikatakan ada dalam sesuatu ruang, apabila dalam ruang itu terjadi
perpindahan muatan listrik dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Misalkan muatan
sebesar q mengalir pada suatu kawat, dipindahkan malalui luas penampang kawat dalam
waktu t, maka arus dalam kawat adalah :

q (muatan yang dipindahkan)


I (arus) =
t (waktu yang diperlukan untuk perpidahan muatan)

muatan q diukur dalam satuan coulomb, t dalam detik , dan I dalam ampere (1 A = 1 C/s).

Hambatan (atau Resistansi) dari suatu kawat atau benda lain adalah besarnya
beda potensial yang ada antara kedua ujungnya, agar di dalam kawat mengalir arus satu
ampere, dirumuskan :

V (beda potensial)
R (hambatan) =
I (arus)

Satuan hambatan ialah ohm, dengan lambang Ω (omega), jadi 1 Ω = 1 V/A.

Hukum Ohm, tidak lain ialah definisi dari hambatan, yakni V = I R. Hubungan
V = I R dapat diterapkan pada resistor apa saja, di mana V adalah beda potensial antara
kedua ujung hambatan, dan I adalah arus yang mengalir di dalamnya, sedangkan R adalah
hambatan (atau resistansi) dari resistor.
Pengukuran hambatan dengan amperemeter dan voltmeter dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran arus listrik dengan memasang amperemeter (berhambatan
rendah) secara seri di dalamnya. Beda potensial diukur dengan menghubungkan
voltmeter (berhambatan tinggi) pada kedua ujung resistor yang sedang dicari, jadi
dihubungkan secara paralel. Hambatan resistor dihitung sebagai hasil bagi penunjukkan
voltmeter dengan apa yang terbaca pada amperemeter, sesuai hukum Ohm R = V/I.

Potensial jepit suatu baterai, bila baterai menberi arus I adalah gaya gerak listrik
(ggl atau δ) baterai dikurangi penurunan potensial antara kedua ujung hambatan dalam r :
a. Apabila baterai menghasilkan arus (= terpakai/memberi muatan), maka :

potensial jepit = ggl – penurunan potensial antara kedua ujung r = δ – Ir

10
b. Apabila baterai menerima arus (= diberi muatan), maka :

potensial jepit = ggl + penurunan potensial antara kedua ujung r = δ + Ir

c. Apabila tidak terjadi arus, maka :

potensial jepit = ggl baterai

Resistivitas dari suatu hambatan (tahanan atau resistansi) R kawat sepanjang L


dan berpenampang A adalah :

L
R = ρ
A

di mana ρ adalah resistivitas (hambatan jenis) dari suatu zat (bahan). Satuan L dinyatakan
dalam meter, A dalam m2, dan R dalam Ω, maka satuan ρ adalah Ωm.

Resistansi sebagai fungsi suhu, yaitu jika sepotong kawat pada suhu T 0
hambatannya R 0 , maka hambatannya R pada suhu T adalah :

R = R 0 + α R 0 (T – T 0 )

di mana α disebut koefisien suhu resistansi dari zat (bahan) itu, pada umumnya α juga
merupakan fungsi suhu, sehingga hubungan di atas ini hanya berlaku dalam selang suhu
yang cukup sempit. Satuan α adalah K–1 atau °C–1.
Hubungan serupa juga didapati pada resistivitas, yaitu jika ρ 0 dan ρ adalah resistivitas
pada suhu T 0 dan T, maka :

ρ = ρ 0 + α ρ 0 (T – T 0 )

Perlu diingat bahwa satuan ρ dan ρ 0 adalah Ωm.

Beda potensial V antara kedua ujung sebuah hambatan R yang dialiri arus I
menurut hukum Ohm adalah IR. Ujung hambatan di mana arus masuk, berpotensial
tinggi, lebih tinggi dari potensial ujung yang lain. Arus listrik selalu mengalir ”ke bawah”
dari titik berpotensial tinggi ke titik berpotensial lebih rendah melalui hambatan tersebut.
Kutub positif suatu baterai selalu merupakan titik berpotensial tinggi, jika hambatan
dalam baterai rendah atau sama sekali dapat diabaikan. Hal ini selalu benar, dan tidak
bergantung pada arah arus yang mengalir dalam baterai.

Contoh soal :

1. Berapa jumlah elektron yang mengalir melalui sebuah lampu pijar bila arus di dalam
lampu adalah 0,75 A ?

11
Penyelesaian :

Dari I = q/t, diperoleh muatan q yang melalui lampu dalam waktu 1 sekon adalah :
(0,75 A) (1 sekon) = 0,75 C. Muatan elektron e = 1,602 × 10–19 C, maka :

jumlah muatan 0,75 C


Jumlah elektron = = = 4,7 × 1010
muatan elektron 1,602 × 10 –19
C

2. Arus 3 A mengaliri kawat seperti pada Gambar 3-1. Berapakah penunjukkan sebuah
voltmeter yang dihubungkan antara titik : (a) A dan B ; (b) A dan C ; dan (c) A dan D.

Gambar 3-1
Penyelesaian :

a. Potensial di titik A lebih tinggi, karena arus dalam resistor selalu mengalir ”ke
bawah”. Beda potensial antara titik A dan B adalah IR = (3 A) (6 Ω) = 18 volt, dan
votlmeter menunjukkan –18 V.

b. Dari B ke C kita berpindah dari kutub positif ke negatif baterai, maka mengalami
penurunan potensial sebesar 8 V. Hal ini menambah besar penurunan potencial
dari A ke B, sehingga voltmeter yang dipasang antara titik A dan C menunjukkan
–26 V.

c. Dari C ke D kita mengalami penurunan potencial IR = (3 A) (3 Ω) = 9 volt


setelah melintasi resistor, kemudian berpindah dari kutub negatif ke kutub positif
baterai 7 V, maka mengalami kenaikan potencial 7 V. Sehingga dari titik A ke
titik D voltmeter akan menunjukkan : – 18 V – 8 V – 9 V + 7 V = – 28 V

Latihan soal-soal :

1. Bila arus yang mengalir pada suatu kawat sebesar 0,5 A, berapa muatan yang
mengalir dalam kawat setiap menitnya ?

2.. Alat pemanas listrik memakai 5 A, apabila dihubungkan dengan sumber 100 V,
berapa nilai hambatannya ?

3. Kompor listrik dengan hambatan 24 Ω memakai arus 5 A, berapakah beda potensial


pada kedua ujungnya ?

4. Berapakah beda potensial antara titik A dan D pada Gambar 3-2 berikut ini, titik
manakah yang berpotensial lebih tinggi ?

12
Gambar 3-2 Gambar 3-3

5. Batu baterai (baterai kering) ggl-nya 1,52 V. Beda potensial antara kedua kutub
diketahui nol dan arus yang melaluinya 25 A, seperti terlihat pada Gambar 3-3.
Hitunglah hambatan dalam baterai tersebut !

6. Gambar 3-4 menunjukkan metode volt dan amperemeter untuk menentukan hambatan
R yang tidak diketahui. Bila amperemeter menunjukkan 0,3 A dan voltmeter
menunjukkan 1,5 V, maka berapakah nilai hambatan R bila kedua meter itu boleh
dikatakan ideal ?

Gambar 3-4 Gambar 3-5

7. Tentukan beda potensial antara titik A dan B pada Gambar 3-5, jika R = 0,7 Ω. Titik
manakah yang berpotensial tinggi ?

8. Batang logam panjang 2 m diameternya 8 mm, bila hambatan jenis (resistivitas)


logam itu 1,76 × 10–8 Ωm, berapakah hambatan batang tersebut ?

9. Hambatan lilitan tembaga pada 0°C ternyata 3,35 Ω. Berapakah hambatannya pada
suhu 50°C ? Untuk tembaga α = 4,3 × 10–3 °C–1.

2. Daya Listrik

Usaha listrik yang diperlukan untuk memindahkan muatan q melintasi beda


potensial V adalah :
Usaha = q V

di mana satuan usaha ialah joule, muatan q ialah coulomb, dan satuan V dalam volt.
Seperti telah dijelaskan pada Bab II, apabila q dan V telah diberi tandanya sesuai aturan
yang berlaku, maka dengan sendirinya tanda pada usaha disesuaikan dengan aturan
tersebut.. Sehingga untuk memindahkan muatan positif melintasi potensial yang naik,
maka kita harus melakukan usaha pada muatan itu.

13
Daya listrik yang dihasilkan sumber energi dalam membawa muatan q melintasi
potensial V yang naik dalam waktu t ialah :

Usaha Vq
Daya yang diberikan = =
Waktu t

di mana daya listrik dalam satuan watt, muatan q dalam satuan coulomb, potensial V
dalam satuan volt, dan t dalam satuan sekon. Oleh karena q/t = I, maka rumus tersebut
dapat pula ditulis :

Daya yang diberikan = VI

dengan I dalam satuan ampere.

Daya yang hilang dalam hambatan diperoleh dengan mengubah lambang V


dalam VI menjadi IR, atau dengan menngantikan I dalam VI dengan V/R, sehingga :

V2
2
Daya yang hilang dalam hambatan = VI = I R =
R
Kalor yang timbul setiap detik dalam hambatan adalah sama dengan daya yang
hilang dalam hambatan, yaitu :

Kalor yang timbul (dalam satuan joule) per detik = VI = I2R

Oleh karena 1 Joule = 0,239 kalori, maka :

Kalor yang timbul (dalam satuan kalori) per detik = 0,239 VI = 0,239I2R

Faktor-faktor konversi :

1 W = 1 J/s = 0,239 kal/s = 0,738 ft.lb/s


1 kW = 1,341 hp = 56,9 Btu/menit
1 hp = 746 W = 33 000 ft.lb/menit = 42,4 Btu/menit
1 kW.h = 3,6 × 106 J = 3,6 MJ

Contoh soal :

Hitung usaha dan daya rata-rata yang diperlukan untuk memindahkan muatan 96 000 C
melalui kenaikan potensial 50 V dalam waktu 1 jam.

Penyelesaian :

Usaha = qV = (96 000 C) (50 V) = 4,8 × 106 J


Usaha 4,8 × 106 J
Daya = = = 1,33 kW
Waktu 3600 s

14
Latihan soal-soal :

10. Apabila lampu pijar 60 W berhubungan dengan beda potensial 120 V, berapalah arus
yang terpakai ?

11. Pada kompor listrik terbaca 1600 W/120 V. Berapa besar arus yang mengalir dalam
kompor bila dihubungkan dengan sumber 120 V ?

12. Mesin listrik diketahui menggunakan arus 5 A dari jaringan berpotensial 110 V.
Hitung daya dan energi dalam satuan J maupun kWh yang harus diberikan pada
mesin dalam waktu 2 jam ! Bila biaya listrik Rp. 10,- untuk setiap kWh, berapa biaya
yang harus dikeluarkan untuk pengoperasian mesin selama waktu tersebut ?

13. Setrikaan dengan hambatan 20 Ω menggunakan arus sebesar 5 A. Berapakah kalor


yang timbul di dalamnya selama waktu 30 detik ? Nyatakan dalam satuan joule dan
kalori.

14. Jaringan dengan hambatan total 0,2 Ω dapat memberi daya 10 kW pada suatu pabrik
kecil dengan tegangan 250 V. Berapa efisiensi jaringan tersebut ?

15. Mesin alat derek yang bekerja pada tegangan 240 V memerlukan arus 12 A untuk
mengangkat beban seberat 1 ton dengan kecepatan 7,5 m/menit. Tentukan daya
masuk dan daya yang dihasilkan oleh mesin (nyatakan dalam hp/hourse power) dan
tentukan pula efisiensinya !

16. Berapakah biaya untuk memanaskan air sebanyak 50 liter dari suhu 30°C menjadi
100°C bila 1 kWh biayanya Rp. 12,- ?

----- o 0 o -----

15
BAB IV
HAMBATAN EKIVALEN DAN RANGKAIAN SEDERHANA

1. Hubungan Seri Resisttor

Bila arus listrik hanya dapat mengikuti satu jalan mengaliri dua atau lebih resistor
(hambatan), sebagaimana terlihat pada Gambar 4-1 (a), maka untuk hubungan seri dari
beberapa hambatan dapat dirumuskan hambatan substitusi atau hambatan ekuivalennya :

R ek = R 1 + R 2 + R 3 + ..... (hubungan seri)

di mana R 1 , R 2 , R 3 adalah hambatan dari berbagai resistor. Perhatikan bahwa cara


mendapatkan R ek untuk hubungan seri adalah sama dengan cara mendapatkan C ek untuk
hubungan paralel.
Dalam hubungan seri, arus I yang mengalir pada setiap hambatan adalah sama,
dan beda potensial V antara kedua ujung susunan adalah sama dengan jumlah beda
potensial pada masing-masing hambatan.

Gambar 4-1

2. Hubungan Paralel Resistor

Beberapa hambatan disebut berhubungan secara paralel satu dengan yang lainnya
antara A dan B, jika salah satu ujung masing-masing hambatan berhubugan dengan A dan
ujung yang lain berhubungan dengan B, Dalam hal ini hambatan kawat penghubung
diabaikan, sebagaimana terlihat pada gambar 4-1 (b). Hambatan substitusi atau hambatan
ekuivalennya adalah :

1 1 1 1
= + + + ..... (hubungan paralel)
R ek R1 R2 R3

R ek selalu lebih kecil daripada nilai hambatan yang terkecil. Memanbah hambatan secara
paralel berarti memperkecil R ek , dan perhatikan rumus R ek untuk hubungan paralel adalah
sama seperti rumus C ek untuk hubungan seri.
Beda potensial V pada setiap hambatan dalam hubungan paralel adalah sama, dan
arus I yang melalui hambatan ke-n ialah I n = V/R n , dan arus yang masuk hubungan
paralel hambatan adalah jumlah arus dalam setiap cabang.

16
Contoh soal :

Hambatan R 1 , R 2 dan R3 dihubungkan secara (a) seri dan (b) paralel seperti
ditunjukkan pada Gambar 4-1 (a) dan (b). Turunkan rumus R ek –nya !

Penyelesaian :

a. Pada hubungan seri :

V ad = V ab + V bc + V cd = IR 1 + IR 2 + IR 3

karena arus dalam setiap hambatan adalah sama, setelah dibagi oleh I diperoleh :

V ad
= R1 + R2 + R3 atau R ek = R 1 + R 2 + R 3
I
sebab V ad /I menurut definisi adalah R ek rangkaian.

b. Beda potensial antara ujung-ujung setiap resistor adalah sama, maka :


V ab V ab V ab
I1 = I2 = I3 =
R1 R2 R3

Arus dalam kawat utama :


V ab V ab V ab
I = I1 + I2 + I3 = + +
R1 R2 R3

Tetapi V ad /I menurut definisi adalah R ek rangkaian, maka :

1 1 1 1
= + +
R ek R1 R2 R3

Latihan soal-soal :

1. Gambar 4-2 menunjukkan baterai (hambatan dalam 1 Ω) dihubungkan secara seri


dengan dua buah resistor. Hitunglah (a) arus dalam rangkaian ; (b) beda potensial
pada setiap hambatan ; (c) beda potensial antara kedua ujung baterai !

Gambar 4-2

2. Dalam suatu rumah (tegangan jaringan 120 V) terdapat tiga buah lampu dinyatakan
40 W, 60 W dan 75 W. Tentukan R ek dari lampu-lampu tersebut !

17
3. Tentukan I yang melalui baterai pada rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 4-3 !

Gambar 4-3 (a) Gambar 4-3 (b)

Gambar 4-3 (c)

4. Perhatikan Gambar 4-4 dan tentukan arus yang melalui setiap hambatan maupun pada
baterai !

Gambar 4-4 Gambar 4-5

5. Baterai pada Gambar 4-5 hambatan dalamnya diketahui 0,7 Ω. Tentukan (a) arus
pada baterai ; (b) arus yang melalui masing-masing hambatan 15 Ω ; (c) potensial
terminal baterai !

6. Tentukan hambatan ekuivalen antara titik a dan b rangkaian Gambar 4-6 berikut ini !

Gambar 4-6

----- o 0 o -----

18
BAB V
HUKUM KIRCHHOFF DAN ELEKTROLISA

1. Hukum Kirchhoff

Hukum Kirchhoff untuk titik cabang, jumlah semua arus yang menuju semua titik
cabang haruslah sama dengan jumlah semua arus yang meninggalkannya. Demikian pula
hukum Kirchhoff untuk rangkaian (atau lintasan), dalam lintasan (”loop”) yang tertutup,
jumlah beda potensial adalah nol. Dengan catatan bila potensial naik, maka potensial
dihitung positif, dan bila potensial turun dihitung negatif.
Arus listrik dalam suatu hambatan selalu mengalir dari titik yang berpotensial
tinggi ke titik yang berpotensial lebih rendah. Bila melalui resistor dengan arah gerak
sama dengan aliran muatan listrik, maka beda potensial harus dihitung negatif, sebab
potensialnya turun. Kutub positif suatu sumber ggl selalu merupakan kutub yang
berpotensial tinggi apapun arah arus yang melaluinya.
Dengan memakai hukum Kirchhoff untuk lintasan kita akan memperoleh
seperangkat persamaan. Persamaan-persamaan ini adalah bebas, bila untuk setiap
subset persamaan setidak-tidaknya diperoleh suku perubahan potensial yang muncul
dalam sejumlah persamaan yang ganjil dalam subset itu. Salah satu yang menjamin
persamaan itu bebas adalah dengan memilih lintasan itu satu demi satu sedemikian rupa
hingga setiap lintasan yang baru melalui suatu beda potensial yang tadi belum dipakai.

Gambar 5-1 Gambar 5-2

Contoh soal :

Tentukan arus yang ditunjukkan pada Gambar 5-1 !

Penyelesaian :

Rangkaian tersebut tidak dapat disederhanakan, karena tidak mengandung hambatan


dalam seri ataupun paralel. Dalam hal demikian kita harus memakai hukum-hukum
Kirchhoff. Seandainya arus-arus itu belum diberi indek dan dinyatakan arahnya, kita
harus melakukan itu terlebih dahulu. Kita tidak perlu mempersoalkan ke mana arah yang
tepat, karena apabila arah yang kita pilih kemudian salah, hal ini akan nyata dari tanda
minus yang muncul.

19
Terapkan hukum Kirchhoff pada titik cabang b :

Arus yang masuk b = arus yang keluar dari b


I1 + I2 + I3 = 0

Pakai hukum Kirchhoff pada lintasan adba, dengan memakai satuan volt :

10
–7I 1 + 6 + 4 = 0 atau I1 = A
7
Pada lintasan abca :
12
–4 – 8 + 5I 2 = 0 atau I2 = A
5

Isikan kedua hasil tersebut pada persamaan pertama, diperoleh :

10 12 – 50 – 84
I3 = – I1 – I2 = – – = = – 3,83 A
7 5 35

Tanda minus yang dipeoleh berarti arah I 3 yang telah dipilih tadi adalah salah, dan
seharusnya arahnya dibalik.

Latihan soal-soal :

1. Perhatikan Gambar 5-2. Tentukan I 1 , I 2 dan I 3 , jika kontak k (a) terbuka dan (b)
tertutup !

2. Setiap sel batere pada Gambar 5-3 mempunyai ggl 1,50 V dan hambatan dalamnya
0,07 Ω. Tentukan I 1 , I 2 dan I 3 !

Gambar 5-3 Gambar 5-4

3. Arus-arus dalam rangkaian Gambar 5-4 di atas diketahui tetap (tidak berubah).
Tentukan I 1 , I 2 , I 3 , I 4 , I 5 dan muatan pada kapasitor !

4. Pada rangkaian Gambar 5-5, resistor R berhambatan 5 Ω dan e = 20 V. Tentukan


penunjukkan amperemeter dan voltmeter, keduanya dianggap ideal.

20
Gambar 5-5

2. Elektrolisa

Hukum yang menjelaskan tentang elektrolisa adalah hukum Faraday, yang


menyatakan bahwa :
a. Massa zat yang dilepaskan atau diendapkan pada elektroda berbanding lurus dengan
jumlah muatan (yakni jumlah coulomb) yang melalui elektrolit.
b. Massa dua zat yang dilepaskan atau diendapkan pada elektroda oleh sejumlah muatan
yang sama berbanding lurus dengan berat ekivalennya.

Berat ekivalen unsur ialah berat atomnya dibagi valensinya, misalkan berat ekivalen dari
tembaga (berat atom 63,54) ialah 63,54 / 2 dalam elekrolisis larutan yang mengandung
Cu++, karena reaksi yang terjadi pada katoda (elektroda negatif) adalah :

Cu++ + 2 e– Cu

Seandainya yang dielektrolisa itu larutan Cu+, maka berat ekivalen dari tembaga menjadi
63,54 / 1, sebab jumlah elektroda yang terlibat dalam reaksi pada katoda hanya satu yaitu:

Cu+ + e– Cu

Bila berat ekivalen zat dinyatakan dalam gram, dipakai istilah berat-ekivalen-gram.

Satu faraday (F) sebesar 96.500 C adalah jumlah muatan yang dapat melepaskan
atau mengendapkan 1 berat-ekivalen-gram suatu zat. Dengan demikian massa m dalam
gram dari suatu zat yang dilepaskan atau diendapkan dalam elektrolisis adalah :

m = berat-ekivalen-gram × jumlah F yang dipindahkan

Contoh soal :

Muatan 0,2 F melalui sel elektrolisis berisi feri (Fe+++). Dengan anggapan satu-satunya
reaksi yang terjadi adalah :

Fe+++ + 3 e– Fe

Berapakah massa besi yang diendapkan ? (diketahui berat atom besi 55,85).

21
Penyelesaian :
berat atom 55,85
Berat-ekivalen-gram dari besi = = = 18,62 gram
valensi 3

kerena muatan 1 F dapat mengendapkan 1 berat-eivalen-gram (18,62 gram besi), maka


besi yang akan diendapkan untuk 0,2 F :

m = (18,62 gram) × (0,2) = 3,72 gram

Tarra elektrokimia (tarra kimia listrik) dari suatu zat adalah besarnya massa dari zat
tersebut yang dilepaskan atau diendapkan untuk setiap muatan 1 coulomb. Dengan
demikian massa m dari suatu zat yang dilepaskan atau diendapkan dalam elektrolisis
adalah :
m = tarra elektrokimia × jumlah C yang dipindahkan
atau :
W = Zit
di mana :

W = massa zat yang dilepaskan atau diendapkan (gram atau kg).


Z = tarra kimia listrik (gram/A dt atau gram/C).
i = arus listrik (A).
t = waktu selama elektrolisa (dt).

Contoh soal :

Bila diketahui berat atom emas (Au) adalah 197,0 dan velensinya 3, maka tentukan tarra
elektrokimia dari emas ! Tentukan pula, berapa besar arus yang dapat mengendapkan 5
gram emas setiap jam pada katoda ?
Penyelesaian :

Berat-ekivalen-gram (197,0/3) gr
Tarra elektrokimia = = = 0,68 mg/C
1 Faraday 96.500 C

W 5 gr
W = Zit i = = = 2,04 A
Zt (6,8 × 10 gr) (3600 dt)
–4

Jadi besar arus untuk mengendapkan 5 gram emas setiap jam pada katoda adalah 2,04 A.

Penerapan Elektrolisa

Proses elektrolisa dapat digunakan untuk mencegah pembuangan merkurium ke laut,


seperti halnya pada kasus Minamata tahun 1956 dan kasus Teluk Buyat tahun 2004.
Pembuangan limbah merkurium ke laut jelas sangat mempengaruhi ekosistem kehidupan

22
di dasar laut. Penelitian membuktikan semua logam berat mempunyai peluang
membentuk senyawa komplek, lalu berkoordinasi dengan bahan-bahan organik termasuk
bahan-bahan yang ada di dalam makhluk hidup. Contohnya protein, ATP/ADP (Adenosin
Triphosphate/Adenosin Diphosphate), atau senyawa-senyawa yang berkonstribusi dalam
transmutasi sel-sel protein.

Kutipan:

Sumber : Harian Media Indonesia, edisi Senin, 16 Agustus 2004, halaman 28.

Latihan soal-soal :

1. Berapa gram seng yang akan diendapkan oleh sejumlah coulomb yang mengendapkan
2 gram perak ?

2. Arus tetap 5 A dalam waktu 30 menit dapat mengendapkan 3,048 g seng pada katoda.
Berapakah berat ekivalen seng ?

----- o 0 o -----

23
BAB VI
MEDAN MAGNET

1. Medan Magnet

Suatu medan magnet dikatakan ada di dalam suatu ruang, bila muatan listrik yang
bergerak dalam ruang tersebut mengalami gaya tertentu (bukan gesekan) selama muatan
itu bergerak. Ada atau tidaknya medan magnet ditentukan dengan memperhatikan
efeknya pada jarum kompas. Jarum kompas selalu sejajar dengan medan magnet.
Gambar 6-1 menunjukkan medan magnet serba sama (homogen) berarah ke
kanan. Pada gambar juga tampak jarum kompas yang telah menjajarkan diri dengan
medan.. Gaya F yang diderita muatan yang bergerak dengan kecepatan v dalam medan
juga ditunjukkan pada gambar tersebut.

Gambar 6-1

Arah Gaya pada muatan +q yang bergerak dalam medan magnet dapat ditentukan
dengan aturan tangan kanan seperti pada Gambar 6-2.

Gambar 6-2

Caranya : rentangkan tangan kanan Anda, dengan jari-jemari menunjuk ke arah medan,
atur hingga ibu jari menunjukkan arah gerak (arah kecepatan) muatan positif, maka tapal
tangan menekan dalam arah gaya pada muatan itu. Arah gaya pada muatan negatif tentu
berlawanan dengan arah pada muatan positif.
Besar Gaya (F) pada muatan yang bergerak dalam medan magnet bergantung
pada hasil kali keempat faktor berikut :
1. q, besar muatan (C).
2. v, besar kecepatan muatan (m/s).
3. B, besar (atau kuat) medan magnet.
4. sin θ, dengan θ adalah sudut antara garis-garis medan dan kecepatan v.

24
maka dirumuskan :
F = qvB sin θ

di mana : F dalam newton, q dalam coulomb,v dalam m/s dan B bersatuan tesla (T).
Satuan tesla ini juga dinamai weber per meter kuadrat : 1 T = 1 Wb/m2.

2. Kuat Medan Magnet

Kuat medan magnet di suatu titik dinyatakan oleh vektor B arahnya ialah arah
medan magnet, B disebut dengan berbagai nama : induksi magnetik, rapat fluk magnetik,
dan secara populer kuat medan magnet. Kadang kita masih jumpa satuan cgs untuk
medan magnet B, yakni gauss (G), dengan hubungan :

1 G = 10–4 T

Medan magnet bumi memiliki medan B ≤ 1 G, perhatikan juga bahwa :

N N
2
1 T = 1 Wb/m = 1 = 1
C . (m/s) A.m

3. Gaya Pada Arus Dalam Medan Magnet

Dalam medan magnet arus akan mengalami gaya, arah gaya ini dapat ditentukan
dengan aturan tangan kanan seperti pada Gambar 6-2, dengan vektor kecepatan diganti
dengan arah arus. Besar gaya ∆F pada sepotong kawat pendek ∆L, adalah :

∆F = I (∆L) B sinθ

dengan θ adalah sudut antara arah arus I dan arah medan. Untuk kawat lurus sepanjang L
dalam medan magnet homogen, hubungan ini menjadi :

F = I L B sinθ

Perhatikan bahwa gaya ini tidak ada (nol) bila kawat ini sejajar dengan medan. Gaya ini
maksimal bila garis medan tegaklurus dengan kawat. Seperti halnya muatan yang
bergerak, di sinipun gaya adalah tegaklurus bidang yang melalui kawat dan garis medan.

Arah Medan Magnet disebabkan oleh kawat berarus dapat dicari dengan aturan
tangan kanan seperti pada Gambar 6-3 (a), yaitu peganglah kawat dengan tangan kanan
hingga ibu jari menunjuk dalam arah arus mengalir. Jari-jari tangan arahnya adalah sama
dengan arah medan magnet.
Aturan ini juga dapat digunakan dalam penentuan arah medan lilitan berarus
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6-3 (b), akan tetapi dalam hal demikian hanyalah
arah medan sebagian lilitan saja yang ditentukan.

25
Gambar 6-3

Tetapan µ 0 = 4 π × 10–7 m/A dinamakan permeabilitas vakum, kumparan yang


ditunjukkan itu berada dalam vakum atau udara.

Contoh soal :

Medan magnet homogen B = 3 G dalam arah sumbu x positif. Sebuah proton (q = +e)
bergerak di dalamnya dengan laju 5 × 106 m/s dalam arah +y seperti pada Gambar 6-4.
a. Tentukan besar dan arah gaya magnetik yang dialami proton tersebut !
b. Ulangi, tetapi yang bergerak itu adalah elektron !

Gambar 6-4

26
Penyelesaian :

a. Besarnya gaya ialah :


F = qvB sinθ = (1,6 × 10–19 C)(5 × 106 m/s)(3 × 10–4 T) sin 90° = 2,4 × 10–16 N

Arah gaya tegaklurus bidang xy, yaitu masuk kertas (arah –z), karena berupa proton.
b. Untuk elektron, besar gaya magnetik sama yaitu 2,4 × 10–16 N, namun karena elektron
muatan negatif, maka arah gayanya terbalik, yaitu keluar kertas (arah +z).

Latihan soal-soal :

1. Muatan pada Gambar 6-5 adalah proton (q = +e, m = 1,67 × 10–27 kg) yang
berkecepatan 5 × 106 m/s. Proton bergerak dalam medan magnet yang tegaklurus dan
keluar dari kertas gambar, B = 30 G. Bagaimanakah lintasan yang ditempuh proton ?

Gambar 6-5

2. Sebuah proton berkecepatan 2 × 107 m/s masuk dalam medan magnet yang rapat
fluknya 1,5 Wb/m2 dengan sudut 30° terhadap garis medan homogen. Hitunglah gaya
yang dialami oleh proton ?

3. Arus dalam tabung sinar katoda (= arus elektron ; m = 9,1 × 10–31 kg, q = –e ) oleh
medan homogen (B = 4,5 × 10–3 T) berbentuk lingkaran berjari-jari 2 cm. Berapakah
laju elektron-elektron itu ?

4. Pada gambar 6-6 proton (q = +e ; m = 1,67 × 10–27 kg) dengan kecepatan 8 × 106 m/s
memasuki medan magnet B = 1,5 T (yang berarah dalam arah sumbu x) pada sudut
30°. Lintasan apa yang ditempuh proton itu ?

Gambar 6-6

----- o 0 o -----

27
BAB VII
GGL INDUKSI DAN FLUKS MAGNET

1. Sifat Magnetik Zat

Bila dalam solenoida atau toroida dialirkan arus tertentu, hingga di suatu titik di
dalam solenoida atau toroida diandaikan dalam vakum, terdapat induksi magnet sebesar
B v , di sini indek v berarti vakum. Jika solenoida dan toroida diisi dengan zat, maka
medan pada titik itu akan berubah menjadi B. Didefinisikan dua pengertian berikut :

permeabititas relatif zat = k m = B/B v


permeabilitas zat = k m µ 0

ingat bahwa µ 0 ialah permeabilitas vakum sebesar 4 π × 10–7 m/A.

Zat disebut diamagnetik, apabila µ r -nya sedikit lebih kecil dari satu (misal timah
hitam µ r = 0,999 984). Zat diamagnetik menyebabkan medan dalam solenoida atau
toroida sedikit berkurang.
Zat paramagnetik memiliki harga µ r yang sedikit lebih besar dari satu (misal
aluminium µ r = 1,000 021). Zat paramagnetik sedikit memperkuat medan dalam
solenoida atau toroida.
Zat feromagnetik seperti besi memiliki harga µ r sekitar 50 bahkan lebih besar. Zat
demikian sangat memperkuat medan B dalam solenoida atau toroida.

2. Fluk Magnet

Fluk magnet (φ) yang melalui luas A adalah jumlah garis fluk yang menembus
luas tersebut. Jika B ⊥ adalah komponen B yang tegaklurus permukaan A, maka :

fluk (magnet) yang melalui luas itu = φ = B ⊥ A

Fluk (magnet) dinyatakan dalam satuan weber (Wb).

3. GGL Induksi

Apabila terdapat perubahan fluk yang menembus suatu lilitan, maka dalam lilitan
itu terimbas suatu ggl-induksi. GGL-induksi ini terjadi selama fluk yang terangkum
berubah. Hukum Faraday untuk GGL-induksi, misalkan fluk yang melalui kumparan
terdiri dari N lilitan berubah. Jika dalam waktu ∆t terjadi perubahan fluk dalam kumparan
sebesar ∆φ, maka ggl rata-rata yang terinduksikan antara kedua ujung kumparan ialah :
∆φ
ξ=–N
∆t

28
GGL-induksi ini bersatuan volt (V) jika perubahan fluk ∆φ/∆t dinyatakan sebagai Wb/s.
Tanda minus (–) menunjukkan bahwa ggl-induksi ini melawan perubahan yang menjadi
penyebabnya timbul.

GGL-Induksi karena gerak, setiap kali suatu konduktor bergerak dalam medan magnet,
hingga memotong garis-garis fluk, maka akan timbul di dalamnya sesuai dengan hukum
Faraday. Dalam kasus ini ∆φ berarti jumlah garis fluk yang terpotong oleh konduktor
yang bergerak itu, maka :

∆φ
|ξ| = = jumlah garis fluk yang terpotong per detik
∆t

Lambang |ξ| berarti bahwa kita hanya ingin tahu tentang besar ggl yang terimbas, arahnya
akan dipertimbangkan di bawah.
GGL yang terinduksikan dalam konduktor yang panjangnya L dan yang bergerak
dengan kecepatan v tegakurus pada medan B, adalah :

|ξ| = BLv

Dengan B, v dan kawat/konduktor harus saling tegaklurus.

Contoh soal :

Gambar 7-1 menunjukkan lilitan berbentuk seperempat keliling lingkaran. Luas lilitan
sebesar 15 cm2 . Bila lilitan berada dalam medan magnet B = 0,16 T dalam arah +x,
tentukan fluk yang melaluinya untuk ketiga orientasi tersebut.

Gambar 7-1

Penyelesaian :

Dari φ = B ⊥ A, diperoleh :

a. φ = B ⊥ A = BA = (0,16 T) (15 × 10–4 m2) = 2,4 × 10–4 Wb

b. φ = (B cos 20°) A = (2,4 × 10–4 Wb) (cos 20°) = 2,26 × 10–4 Wb

c. φ = (B sin 20°) A = (2,4 × 10–4 Wb) (sin 20°) = 8,2 × 10–5 Wb

29
Latihan soal-soal :

1. Kumparan dengan 50 lilitan berjari-jari 3 cm terletak dalam medan magnet dengan


garis medan sejajar garis normal pada penampang kumparan. Bila medan magnet
dirubah hingga B bertambah dari harga semula 0,10 T menjadi 0,35 T dalam waktu 2
milisekon, berapakah ggl yang terinduksikan dalam kumparan ?

2. Pada Gambar 7-2 (a) tampak medan magnet B = 0,20 T dalam arah x positif. Lilitan
luasnya 5 cm2 dan dapat berputar dengan CD sebagai poros perputaran. Dari posisi
seperti yang tampak pada gambar, titik A berputar ke arah harga x positif. Jika garis
AE berputar 50° dalam waktu 0,2 detik, maka :
(a) berapakah perubahan fluk melalui lilitan?
(b) berapakah ggl rata-rata yang terinduksi di dalamnya?
(c) arus induksi yang terjadi mengalir dari A ke C-kah atau dari C ke A (melewati
bagian atas lilitan)?

Gambar 7-2

3. Gambar 7-3 menunjukkan batang logam yang diletakkan di atas rangkaian. Luas
penampang rangkaian tertembus secara tegaklurus oleh medan B = 0,15 T. Bila
hambatan rangkaian itu 3 Ω, berapa besar gaya yang diperlukan untuk menggerakkan
batang dalam arah yang ditunjukkan dengan laju tetap 2 m/s ?

Gambar 7-3 Gambar 7-4

4. Batang yang tampak pada Gambar 7-4 berputar dengan poros yang melalui titik C,
dengan frekuensi tetap 5 putaran/detik. Tentukan beda potensial antara kedua
ujungnya (jarak pisah 80 cm), karena adanya medan magnet B = 0,3 T !

----- o 0 o -----

30
BAB VIII
GENERATOR DAN MESIN LISTRIK

1. Generator Listrik

Generator listrik adalah alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi
listrik. Pada dasarnya generator terdiri dari medan magnet yang dihasilkan elektromagnet
atau magnet permanen, dan suatu rotor (atau armatur) terbuat dari besi dengan beberapa
konduktor di permukaannya. Apabila rotor diputar, konduktor ini ”memotong” garis-
garis fluk magnetik sehingga terinduksilah suatu ggl arus bolak-balik dalam masing-
masing konduktor. Jika arus searah dikehendaki haruslah dipasang sesuatu yang disebut
komutator.
Dalam banyak tipe generator arus searah medan magnet dalam keadaan diam dan
rotornya berputar. Sebaliknya dalam generator arus bolak-balik biasanya medan magnet
yang berputar dan rotornya diam. Dalam kedua hal ini suatu ggl induksi dihasilkan
karena adanya gerak relatif antara medan magnet dan konduktor-konduktor pada rotor
(armatur atau angker)

Gambar 8-1 Generator AC

Contoh soal :

Suatu generator dengan armatur berkutub 6 bekerja dengan medan yang tetap, armatur
berputar. Bila diputar dengan kecepatan 1500 rpm, dibangkitkan ggl 100 V, berapakah
laju putaran agar dihasilkan ggl 120 V ?

Penyelesaian :

Fluk terpotong, maka ggl yang dibangkitkan berbanding lurus dengan laju putaran, maka:
120
laju putaran yang diperlukan = (1500 rpm) = 1800 rpm
100

31
Gambar 8-2 (a) Generator DC dengan satu komutator, dan (b) dengan banyak komutator

Latihan soal-soal :

1. Generator ”shunt” dengan hambatan 0,08 Ω dalam armaturnya dapat membangkitkan


ggl 120 V pada kecepatan berputar tertentu. Berapakah beda potensial terminalnya
bila arus dalam armatur ternyata 50 A ?

Gambar 8-1

2. Generator ”shunt” dengan hambatan armatur 0,06 Ω dan hambatan medan 100 Ω,
seperti terlihat pada Gambar 8-1. Berapakah daya yang timbul dalam armatur bila
dapat memberi 40 kW pada tegangan 250 V pada rangkaian luar ?

3. Berapakah kecepatan yang harus dimiliki generator AC berkutub 8 agar dapat


menghasilkan ggl dengan frekuensi 60 Hz ?

2. Mesin Listrik

Mesin listrik adalah alat yang mengubah energi listrik menjadi energi gerak.
Armatur mesin listrik mirip sekali dengan armatur generator. Apabila mesin bekerja,
konduktor-konduktor pada armatur ”memotong” garis-garis fluk, sehingga terjadi ggl
induksi, dinamai ggl-balik (back emf) atau ggl-lawan (counter emf), yang melawan beda
potensial luar.
Armatur mesin ”shunt” dihubungkan secara paralel pada jaringan luar. Karena
ggl-balik armatur melawan tegangan jaringan, maka beda potensial yang menghasilkan
arus pada armartur adalah :

beda potensial pada armatur = (tegangan jaringan) – (ggl-balik)

32
(tegangan jaringan) – (ggl-balik)
arus dalam armatur =
hambatan armatur

Daya mekanis P yang timbul dalam armatur mesin ialah :

P = (arus dalam armatur) (ggl-balik)

Biasanya daya mekanis yang nyata adalah agak kurang, karena terjadinya gesekan,
hambatan dalam, dan kalor yang timbul dalam besi armatur.

Contoh soal :

Mesin ggl-baliknya 110 V dan arus armaturnya 90 A, bila dijalankan pada 1500 rpm.
Tentukan daya dan torsi yang timbul dalam armatur !

Penyelesaian :

Daya = (arus armatur) (ggl-balik)


P = (90 A) (110 V) = 9900 W

Daya 9900 W
Torsi = = = 63,0 Nm
kecepatan sudut (2π × 25) rad/s

Latihan soal :

4. Armatur suatu mesin dapat menghasilkan torsi 100 Nm bila memakai arus 40 A.
Kalau arusnya dinaikkan menjadi 70 A dan kuat medan magnet dikurangi hingga
tinggal 80 % dari harga semulanya, berapakah torsi yang dihasilkan ?

----- o 0 o -----

33
BAB IX
PANTULAN CAHAYA DAN PEMBIASAN CAHAYA

1. Pantulan Cahaya

Indra penglihatan sangat penting bagi kita, karena menberikan sebagian besar
informasi mengenai dunia. Bagaimana kita melihat ? Apa yang disebut cahaya yang
memasuki mata, sehingga menyebabkan sensasi pada penglihatan kita? Bagaimana
perilaku cahaya sehingga kita bisa melihat benda dari cahaya yang dipantulkannya ?
Untuk itu perlu kita pahami bagaimana pantulan cahaya yang terjadi pada benda.

a. Pantulan Pada Permukaan Datar

Ketika suatu berkas cahaya menimpa permukaan yang rata kita definisikan sudut
datang, θ I ,sebagai sudut yang dibuat berkas sinar datang dengan garis normal terhadap
permukaan (“normal” berarti tegak lurus), dan sudut pantul, θ r , sebagai sudut yang
dibuat berkas sinar pantul dengan garis normal. Untuk permukaan-permukaan yang rata,
ternyata berkas sinar datang dan pantul berada pada bidang yang sama dengan garis
normal permukaan, dan besar sudut datang sama dengan besar sudut pantul.

Gambar 9-1

Hal ini disebut hukum pantulan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 9-1. Pada
hukum pantulan ini menjelaskan mengapa cermin dapat membentuk bayangan. Pada
cermin datar, bayangan bersifat maya, tegak, berukuran sama dengan benda, dan jaraknya
di belakang cermin sama jauhnya dengan jarak benda di depannya.

Latihan soal-soal :

1. Dua buah cermin datar membentuk sudut 30° satu dengan yang lain. Titik obyek A
terletak antara kedua cermin itu, Secara grafis, tentukan letak keempat bayangannya !

2. Dua cermin datar saling bertemu membentuk sudut 135°, jika berkas cahaya jatuh
pada salah satu cermin dengan sudut 40°, maka dengan sudut berapa berkas cahaya
meninggalkan cermin kedua ?

3. Sinar masuk dengan sudut 25° pada cermin datar. Jika cermin diputar 6° hingga sudut
masuk menjadi 31°, maka berapakah sudut perputaran yang dialami sinar pantul ?

34
b. Pantulan Pada Permukaan Sferis (Cembung dan Cekung)

Permukaan yang memantulkan tidak harus datar, tetapi dapat berupa lengkungan
seperti halnya cermin. Cermin lengkung yang umum berbentuk sferis. Cermin sferis
disebut cembung bila permukaan cermin mengembung ke luar. Sebaliknya bila
permukaan cermin melengkung ke dalam disebut cekung. Berikut ini adalah gambaran
dari pembentukan bayangan sebuah benda pada cermin cekung dan cembung.

Gambar 9-2

Bayangan yang dihasilkan cermin cekung bersifat nyata dan terbalik dari benda bila jarak
benda lebih besar dari panjang fokus, tetapi bila benda terletak di antara cermin dan titik
fokus utama bayangan yang dihasilkan bersifat maya, tegak dan diperbesar. Sedangkan
cermin cembung bayangan yang dihasilkan selalu maya, tegak dan diperkecil dari benda
yang terletak di depannya. Baik untuk cermin cekung maupun cermin cembung berlaku
persamaan cermin, yaitu :

1 1 2 1
+ = =
d0 d1 R f

di mana : d 0 = jarak benda, dihitung dari cermin.


d 1 = jarak bayangan, dihitung dari cermin.
R = jari-jari cermin.
f = jarak fokus (= R/2).

Catatan : d 0 dihitung positif bila benda berada di depan cermin.


d 1 dihitung positif bila bayangan nyata, yakni berada di depan cermin.
d 1 dihitung negatif bila bayangan maya, yakni berada di belakang cermin.
R dan f adalah positif untuk cermin cekung dan negatif untuk cermin cembung.

Besar bayangan yang dihasilkan oleh cermin, yaitu :

h1 Jarak bayangan d1
Perbesaran = m = = =
h0 Jarak benda d0

Latihan soal :

4. Kaca spion mobil yang cembung memiliki radius kelengkungan 40,0 cm. Tentukan
lokasi bayangan dan perbesaran untuk benda yang terletak 10,0 cm dari cermin !

35
2. Pembiasan Cahaya

Kecepatan cahaya dalam berbagai zat berbeda-beda, laju rambat cahaya dalam
vakum (udara hampa) yaitu c = 2,998 × 108 m/s. Laju rambatnya dalam udara ialah
c/1,003, di dalam air c/1,33 dan di dalam kaca c/1,5.

Indeks bias mutlak dari suatu zat didefinisikan :

Laju rambat cahaya dalam vakum c


n = =
Laju rambat cahaya dalam zat v

Atau dapat pula didefinisikan indeks bias relatif dari suatu zat A terhadap zat lain B :

nA
Indeks bias relatif =
nB

dengan n A dan n B masing-masing adalah indeks bias mutlak dari zat A dan B.

Latihan soal :

5. Tentukan laju rambat cahaya di dalam udara, air dan kaca !

a. Pembiasan Pada Bidang Datar

Ketika cahaya melintas dari satu medium transparan ke yang lainnya, berkas
cahaya tersebut dibelokkan atau dibiaskan, seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 9-3

Hukum pembiasan (hukum Snellius) menyatakan bahwa :

n 1 sin θ 1 = n 2 sin θ 2

di mana n 1 dan sin θ 1 adalah indeks bias dan sudut terhadap garis normal permukaan
untuk berkas sinar datang, sedangkan n 2 dan sin θ 2 adalah untuk berkas sinar bias.

Pantulan Internal Sempurna Pada Serat Optik

Misalkan sebuah sinar dari suatu zat berindeks bias lebih tinggi masuk ke dalam
suatu zat yang berindeks bias lebih rendah, maka pada sudut sinar datang tertentu akan

36
diperoleh sudut sinar bias θ 2 = 90° (berkas sinar bias berhimpitan dengan permukaan),
dan sudut sinar datang θ 1 dalam hal ini terjadi sudut kritis θ c . Dari hukum Snellius,
dinyatakan :
n2 n2
sin θ c = sin 90° =
n1 n1

Nilai sin 90° adalah 1, dalam hal ini tidak ada berkas sinar bias sama sekali dan seluruh
cahaya dipantulkan. Efek ini disebut pantulan internal sempurna, terlihat pada gambar :

(b) Pantulan cahaya pada bagian


dalam Serat Optik.

(a) Pantulan internal sempurna.


Gambar 9-4

Banyak peralatan optik seperti teropong dan serat plastik transparan (serat optik)
menggunakan prinsip pantulan internal sempurna. Aplikasi penting dari serat optik yaitu
pada bidang telekomuikasi dan kedokteran. Serat ini digunakan untuk mentransmisikan
percakapan telepon, sinyal video dan data komputer

Latihan soal-soal :

6. Ketika kita memasukkan sendok ke dalam gelas berisi air setinggi 15 cm, kita melihat
sendok di dalam air tampak patah, mengapa ? Berapa kedalaman dari ujung sendok
(berada di dasar gelas) yang tampak ketika kita melihat langsung ke dalam air ?
(Diketahui : n udara = 1, dan n air = 1,33)

7. Seberkas cahaya memasuki serat yang ringan dengan sudut 15° terhadap sumbu
panjang serat, seperti terlihat pada Gambar 9-5. Hitung jarak yang ditempuh berkas
cahaya antara pantulan yang berurutan di sisi serat. Anggap bahwa serat memiliki
indeks bias 1,6 dan diameter 10–4 m.

Gambar 9-5 Gambar 9-6

8. Seberkas cahaya memasuki ujung serat optik seperti terlihat pada Gambar 9-6.
Tunjukkan bahwa kita bisa menjamin pantulan internal sempurna di permukaan
samping materi transparan (pada titik a), jika indeks bias lebih besar sekitar 1,42.
Dengan perkataan lain, tidak peduli berapa sudut α, berkas cahaya terpantul kembali
ke materi di titik a.

37
b. Pembiasan Pada Dua Bidang Batas (Lensa dan Prisma)

Lensa menggunakan pembiasan untuk menghasilkan bayangan nyata atau maya.


Berkas-berkas cahaya paralel difokuskan pada satu titik, yang disebut titik focus, oleh
lensa konvergen. Jarak titik fokus dari lensa disebut jarak fokus f dari lensa tersebut.
Setelah berkas-berkas paralel melalui lensa divergen, berkas-berkas tersebut tampak
menyebar dari satu titik fokusnya, dan panjang fokus yang bersangkutan dianggap
negatif. Berikut adalah gambaran bayangan dari benda yang dibentuk oleh lensa
konvergen dan divergen.

Gambar 9-7

Secara aljabar, hubungan antara jarak bayangan d 1 dengan jarak benda d 0 dan panjang
fokus f, dinyatakan dengan persamaan :

1 1 1
+ =
d0 d1 f
Kekuatan lensa P dari lensa dinyatakan P = 1/f dinyatakan dalam satuan dioptri, yang
merupakan satuan kebalikan dari meter (m–1). Perbandingan tinggi bayangan dengan
tinggi benda, yang sama dengan perbesaran m adalah :

h1 d1
m = =
h0 d0
Ketika menggunakan berbagai persamaan optik geometri, sangatlah penting untuk
mengingat perjanjian tanda untuk semua besaran yang terlibat, yaitu :
a. Panjang fokus bernilai positif untuk lensa konvergen (+) dan bernilai negatif untuk
lensa divergen (-).
b. Jarak benda bernilai positif ketika berada di depan lensa dan bernilai negatif ketika
berada di belakang lensa.
c. Jarak bayangan bernilai positif jika berada di belakang lensa, dan bernilai negatif jika
berada di depan

38
d. Tinggi bayangan positif jika bayangan tegak, dan negatif jika bayangan terbalik
relatif terhadap benda. (h 0 selalu diambil positif).

Latihan soal-soal :

9. Benda OO’ tinggi 4 cm berada 20 cm di depan lensa cembung tipis dengan panjang
fokus 12 cm. Tentukan letak dan tinggi bayangan II’ , (a) dengan diagram berkas, dan
(b) dengan perhitungan !

10. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari lensa konvergen dengan panjang fokus 15 cm.
Tentukan posisi bayangan dan ukurannya (a) secara analitik, dan (b) dengan
menggunakan diagram berkas !

c. Penguraian Cahaya (Dispersi)

Warna cahaya berhubungan dengan panjang gelombang atau frekuensi cahaya


tersebut. Cahaya yang sensitif bagi mata kita jatuh pada kisaran 400 nm sampai 750 nm.
Kisaran ini dikenal sebagai spektrum cahaya tampak, dan di dalamnya terdapat warna-
warna dari ungu sampai merah seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 9-8 Spektrum cahaya tampak menunjukkan interval panjang gelombang berbagai warna.

Cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari 400 nm disebut ultraviolet
(UV), dan cahaya dengan panjang gelombang lebih besar dari 750 nm disebut inframerah
(IR – infrared).
Sebuah prisma dapat memisahkan cahaya putih menjadi pelangi warna-warna
sebagaimana ditunjukkan pada gambar. Hal ini terjadi karena indeks bias materi
bergantung pada panjang gelombang.

(a) Cahaya putih dihamburkan oleh prisma (b) Cahaya putih yang menembus prisma dibagi
menjadi spektrum tampak. menjadi warna-warna pembentuknya.

Gambar 9-9

Cahaya putih merupakan campuran dari semua panjang gelombang yang tampak, dan
ketika jatuh pada prisma panjang-panjang gelombang yang berbeda tersebut dibelokkan

39
dengan sudut yang berbeda-beda. Oleh karena indeks bias lebih besar untuk panjang
gelombang yang lebih pendek, maka cahaya ungu dibelokkan paling jauh dan merah
paling sedikit. Penyebaran cahaya putih menjadi spectrum lengkap ini desebut dispersi.
Pelangi merupakan contoh dispersi yang luar biasa oleh tetesan-tetesan air. Kita
dapat melihat pelangi ketika kita melihat tetesan-tetesan air dengan Matahari berada di
belakang kita.

Gambar 9-10

Pada Gambar 9-10, memperlihatkan bagaimana berkas merah dan ungu dibelokkan oleh
tetesan air yang berbentuk sferis dan dipantulkan pada permukaan belakang. Merah
dibelokkan paling sedikit sehingga mencapai mata pengamat dari tetesan yang lebih
tinggi di langit, sebagaimana diperlihatkan pada gambar. Dengan demikian pelangi yang
paling atas adalah berwarna merah.

Tabel 9-1 Menunjukkan spektrum dari gelombang elektromagnetik

----- o 0 o -----

40

Anda mungkin juga menyukai