Sariowan, Venny E.H. 2012. Tinjauan Kritis-Theologis Terhadap Konsep
“Manusia adalah Allah” dalam Ajaran Gerakan Zaman Baru Berdasarkan Konsep “Manusia diciptakan Segambar dan Serupa Allah” dalam Theologia Kristen. Tesis, Sekolah Tinggi Theologi Batu. Pembimbing satu; Pdt Dr. Morris Ph. Takaliuang, Pembimbing dua; Dr. Erni Takaliuang., D.Th.
Kata Kunci: Tinjauan Kritis-Theologis, Konsep Manusia adalah Allah, ajaran
Gerakan Zaman Baru, Konsep Gambar Allah dalam Theologi Kristen.
Ajaran Gerakan Zaman Baru Tentang “Manusia sebagai Allah” merupakan
fenomena ajaran yang secara jelas berkembang di era Postmodernisme ini. Karena itu, ajaran ini sebenarnya lahir dalam sebuah konteks zaman yang khusus yang harus dipahami sebagai bagian dari pemikiran dan pergulatan manusia. Walaupun demikian, apa yang sekarang disebut sebagai Gerakan Zaman Baru sebenarnya adalah hal yang sudah lama di dunia Timur khususnya agama-agama kuno, seperti Hindu, Budha, Kong Hu Chu, Tao dan juga ajaran ini merupakan rancangan Iblis sudah sejak semula seperti yang di tulis dalam Alkitab dalam konteks kejatuhan manusia dalam dosa. Pokok pikiran dari ajaran tentang Konsep ”Manusia adalah Allah”, diangkat dari pemikiiran monisme (segalanya adalah satu), Pantheisme (segala sesuatu adalah Allah) dan membawa kepada kesimpulan logis bahwa manusia itu adalah Allah. Ajaran ini sangat antitesis dengan ajaran Konsep Manusia diciptakan menurut ”Gambar dan Rupa Allah” dalam Theologia Kristen. Oleh karena itu dalah usaha meninjau dan mengkritisi ajaran mereka, maka penulis menggunakan konsep ”Gambar dan Rupa Allah” dalam Theologia Kristen. Dalam Theologia Krisen menyatakan bahwa Allah itu bukan manusia dan manusia itu bukan Allah. Allah itu pencipta, di dalam Kejadian 1 amat jelas bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan Allah adalah berpribadi artinya Allah adalah kuat, tetapi Dia bukan sekedar kekuatan alamiah yang buta tanpa pribadi. Allah memang besar, tetapi Dia bukan kumpulan dari segala sesuatu. Allah memiliki perasaan, pikiran dan kehendak. Kemuliaan manusia tidak terletak pada hakekat nilai, karena manusia memang tidak memiliki hakekat ilahi. Kemuliaan manusia terletak pada fakta bahwa mereka diciptakan menurut gambar Allah Nilai manusia yang sesungguhnya hanya dapat ditemukan melalui kesadaran tentang keberdosaan manusia. Kita perlu menyadari bahwa “semua manusia telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Rom 3:23). Kalau GJB mengagungkan diri manusia sebagai solusi dari persoalan, kekristenan justru menekankan diri manusia sebagai sumber masalah. Dari dalam diri manusia muncul segala sesuatu yang jahat (Mat 7:21-23). Segala aspek kehidupan manusia telah tercemar oleh dosa (Rom 3:10-18). Semua ini hanya dapat diatasi oleh Allah sendiri yang berkenan melahirbarukan natur kita yang berdosa ini (Yoh 3:3, 5), sehingga kita menjadi ciptaan yang baru dalam Kristus Yesus (2Kor 5:17). Penebusan Kristus dengan darah-Nya yang mahal memberikan nilai diri yang seutuhnya bagi kita (1Pet 1:18-19). Jadi, pemulihan manusia tidak dapat dicapai melalui “at-one-ment” (penyatuan), tetapi “atonement” (penebusan).