Anda di halaman 1dari 242

KOMISI PEMILIHAN UMUM

REPUBLIK INDONESIA

Menata Kelola
Demokrasi

Penulis

Ferry Daud Markus Liando


Pipip Rif’ah
Sekarlinasti
Wahdi Hafizy
Ika Prasetya Dewi
Markus Krisdiono
Pemilihan Umum
Tahun 2019 Fitri Abidah Nur

130
Gigich Ilmy Al Bonadi
PPLN
Menata Kelola
Demokrasi
Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia
Tahun 2019 di Luar Negeri
MENATA KELOLA DEMOKRASI
Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri

Penulis :
1. Ferry Daud Markus Liando
2. Pipip Rif’ah
3. Sekarlinasti
4. Wahdi Hafizy
5. Ika Prasetya Dewi
6. Markus Krisdiono
7. Fitri Abidah Nur
8. Gigich Ilmy Al Bonadi

ISBN : 978-623-6183-50-2

Editor :
Ferry Daud Markus Liando
Ari Ganjar Herdiansah
Mila Veronita

Sekretariat :
Yustinus Christian Widyo Guritno
Wahyu Pratidhina

Desain Sampul dan Tata Letak :


Yogi Aulia
Dimas Abdullah Ali

Penerbit :
KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
– Jakarta, Agustus 2022

Ukuran Buku : 24 cm x 17 cm
ISBN : 978-623-6183-50-2

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit
KOMISI PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA

PELINDUNG

Anggota KPU Periode 2017-2022 Anggota KPU Periode 2022-2027


Ilham Saputra Hasyim Asy’ari
Arief Budiman Parsadaan Harahap
Pramono Ubaid Tanthowi Yulianto Sudrajat
Hasyim Asy’ari Betty Epsilon Idroos
Viryan Azis Mochammad Afifuddin
Evi Novida Ginting Manik Idham Holik
I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi August Mellaz

PENGARAH
Bernad Dermawan Sutrisno

PENANGGUNG JAWAB
Lucky Firnandy Majanto
Sumariyandono
Sekarlinasti
TIM PENULIS
Ferry Daud Markus Liando
Pipip Rif’ah
Sekarlinasti
Wahdi Hafizy
Ika Prasetya Dewi
Markus Krisdiono
Fitri Abidah Nur
Gigich Ilmy Al Bonadi
EDITOR
Ferry Daud Markus Liando
Ari Ganjar Herdiansah
Mila Veronita
SEKRETARIAT
Yustinus Christian Widyo Guritno
Wahyu Pratidhina
DESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK
Yogi Aulia
Dimas Abdullah Ali
Kata Pengantar
Hasyim Asy’ari
Ketua KPU

Assalamualaikum Wr Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang
Maha Esa karena berkat rahmat dan ridho-Nya, KPU dapat menerbitkan buku
“Menata Kelola Demokrasi: Potret Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia Tahun
2019 di Luar Negeri”
Literatur terkait Pemilu di luar negeri, khususnya penyelenggaraan tahapan
Pemilu Indonesia di luar negeri tidak banyak kita temukan dalam khazanah
keilmuan tata kelola Pemilu. Sementara itu, terdapat beberapa tantangan bagi
KPU dalam menyelenggarakan Pemilu di luar negeri antara lain kondisi
geopolitik global, cakupan luas wilayah kerja, keterbatasan anggaran dan
personalia, serta jumlah dan persebaran WNI pada perwakilan RI di luar negeri.
Melalui buku ini, KPU menguraikan potret hambatan dan permasalahan pada
setiap tahapan penyelenggaraannya untuk memberikan gambaran kepada
seluruh masyarakat bahwa KPU mengelola lebih dari 2 juta pemilih yang tersebar
di 130 perwakilan RI di luar negeri. Lebih detail, buku ini akan menguraikan
tahapan-tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar negeri serta rekomendasi
kebijakan untuk perbaikan tata kelola Pemilu di luar negeri.
Kami menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada jajaran
Komisioner KPU periode 2017-2022 yaitu Ilham Saputra, Arief Budiman, Hasyim
Asy’ari, Pramono Ubaid Tanthowi, Evi Novida Ginting Manik, Wahyu Setiawan,
I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, Almarhum Viryan Azis, serta Arif Rahman Hakim
selaku Sekretaris Jenderal KPU periode tahun 2013-2019 yang telah berkenan
memberikan pengarahan dan pembinaan mulai dari penyusunan peraturan
hingga monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pemilu LN.
KPU memberikan apresiasi dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
para penyelenggara Pemilu di luar negeri, yaitu para Panitia Pemilihan Luar
Negeri (PPLN), Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri
(KPPSLN), Petugas Pemutakhiran Data Pemilih Luar Negeri (Pantarlih LN), dan
personil lainnya sebagai pejuang demokrasi di luar negeri sekaligus garda depan
KPU dalam menata kelola demokrasi Indonesia di luar negeri.
Akhirnya, kami ucapkan selamat membaca, semoga buku ini dapat bermanfaat
dan menjadi sumbangsih bagi khazanah ilmu pengetahuan kepemiluan di
Indonesia.
Wassalamualaikum Wr Wb.

Menata Kelola Demokrasi i


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pengantar Buku

Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia sering dimaknai sebagai sarana


politik pemenuhan kedaulatan rakyat. Hal ini merupakan konsekuensi Indonesia
sebagai negara demokrasi. Prinsip utama demokrasi adalah menjunjung tinggi
hak-hak politik warga negara. Baik dalam perumusan kebijakan publik,
pengambilan keputusan yang berdampak pada kepentingan warga negara yang
lebih besar termasuk dalam menentukan aktor-aktor penyelenggara negara.
Oleh karena Pemilu merupakan sarana pemenuhan kedaulatan rakyat, maka
konstitusi menjamin bahwa setiap warga negara sepanjang telah memenuhi
persyaratan perundang-undangan maka wajib terdaftar sebagai pemilih dan
diberikan hak politik serta kebebasan untuk menentukan siapa calon yang
dikehendaki.
Warga negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti kelompok
disabilitas, masyarakat dalam tahanan karena masalah hukum, sedang dalam
kondisi sakit berat ataupun sedang tidak berada di dalam negeri ketika
pendataan pemilih dan pemungutan suara dilakukan. Namun demikian,
konstitusi dan undang-undang menjamin bahwa mereka tetap diwajibkan untuk
terdaftar dan diberikan hak sebagai pemilih.
Untuk menjamin setiap warga negara termasuk yang berdomisili di luar
negeri tercatat dalam daftar pemilih dan dapat menggunakan hak politiknya
untuk memilih, KPU RI mengeluarkan kebijakan Peraturan Komisi Pemilihan
Umum (PKPU) No. 12 Tahun 2019 tentang Perubahan atas PKPU No. 12 Tahun
2018 tentang Penyusunan Daftar Pemilih di Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan
Pemilihan Umum. Pasal 5 PKPU tersebut menyebutkan bahwa untuk dapat
menggunakan hak memilih di luar negeri, Warga Negara Indonesia harus
terdaftar sebagai Pemilih di luar negeri kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang tentang Pemilihan Umum. Pemilih di luar negeri harus memenuhi syarat
genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih pada hari pemungutan suara,
atau belum berumur 17 (tujuh belas) tahun tetapi sudah kawin atau sudah
pernah kawin, tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan tidak sedang
menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia, atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Meski demikian dalam proses implementasinya sejumlah persoalan kerap
menghambat penyelenggara dalam memfasilitasi warga negara yang berada di
luar negeri dalam menyalurkan hak politiknya, baik dalam proses pendaftaran

ii Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
pemilih maupun pada saat pemungutan suara. Pada Pemilu 2019 terdapat
sejumlah kendala dalam proses pendataan pemilih hingga pemungutan dan
penghitungan suara. Kendala tersebut yakni: Pertama, kendala logistik. Prosedur
keamanan gudang logistik yang representatif menjadi masalah di sejumlah
negara. Peristiwa di Selangor, Malaysia dihebohkan setelah beredar video di
media sosial yang menunjukkan penggerebekan lokasi penyimpanan surat suara
di Bandar Baru Bangi. Dari video itu, tampak sejumlah surat suara telah tercoblos.
Meski telah diklarifikasi namun peristiwa itu sempat memengaruhi opini publik.
Di beberapa negara, PPLN kesulitan mengatasi anggaran sewa gudang yang
ternyata tidak sesuai dengan angka kemahalan pada masing-masing perwakilan.
Perwakilan RI mengalami kendala dalam pengelolaan arsip pasca pungut hitung
serta mekanisme pemusnahan arsip dan kelengkapan penghitungan suara di
sejumlah perwakilan.
Masalah logistik lainnya berkaitan juga dengan keterlambatan dan
ketidakcukupan surat suara atau ketidaktepatan jumlah surat suara dengan
jumlah pemilih. Pada saat pemungutan suara di TPS pada sejumlah perwakilan,
terjadi antrean yang panjang. Terdapat kekurangan jumlah bilik suara sementara
jumlah pemilihnya membludak. Apalagi jumlah pemilih DPK yang menggunakan
KTP-el dan paspor tidak bisa diprediksi oleh petugas disana. DPK bisa terlayani
tergantung dari kelebihan surat suara di suatu TPS. Sementara, surat suara di
setiap TPS berdasarkan jumlah DPT ditambah dua persen dari jumlah DPT.
Kedua menyangkut kendala profesionalisme petugas. Sebagian besar
terkendala oleh tingkat pengetahuan dalam pelaksanaan teknis tahapan serta
strategi pencegahan agar tidak terjadi masalah. Mekanisme bimbingan teknis
kerap tidak efektif karena materi dan cara penyajian yang cenderung lebih
mengedepankan materi pengetahuan umum tentang Pemilu ketimbang strategi
atau teknik-teknik dalam pelaksanaan tugas dan cara mengatasi masalah,
demikian juga waktu pelaksanaan Bimtek yang relative terbatas. Masalah
profesionalisme dipicu juga oleh rendahnya partisipasi warga negara di sejumlah
negara untuk berpartisipasi menjadi petugas. Kurangnya warga yang bersedia
disebabkan karena keterikatan kerja dan fokus pada kuliah.
Masalah profesionalisme petugas mengakibatkan buruknya pencatatan
administrasi daftar pemilih. Pada sisi lain, ada warga negara yang telah tercatat
dalam DPT, namun pada saat pemilih itu datang ke TPS namanya tidak tercatat
lagi. Selain masalah profesionalisme, kendala petugas lainnya adalah
ketidaksesuaian antara jumlah petugas dengan volume pekerjaan dan batasan
waktu tahapan. Apalagi jika cakupan wilayah pemerintahan dalam suatu negara
sangatlah luas. Kondisi demikian menyebabkan banyaknya warga negara luput
dari pencatatan dalam dokumen daftar pemilih.
Ketiga, menyangkut kendala warga negara sebagai pemilih. Banyaknya
jumlah warga negara yang tidak tercatat dalam daftar pemilih disebabkan oleh

Menata Kelola Demokrasi iii


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
cakupan wilayah pemerintahan suatu negara sangat luas, rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri, ketidakmampuan petugas
dalam meregistrasi serta banyaknya warga negara yang tidak bisa didaftarkan
karena ketidaklengkapan dokumen. Pada umumnya dokumen tidak lengkap
karena dokumen administrasi seperti paspor tidak diijinkan perusahaan atau
majikan karena wajib bekerja. Sebagian besar juga tidak bisa memilih karena
kurangnya sosialisasi tentang cara-cara pemberian suara. Kebijakan pemberian
suara melalui metode memilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersedia
di luar negeri, memilih dengan Kotak Suara Keliling (KSK) yang bertempat di
dekat pemukiman atau tempat kerja WNI, atau melalui Metode Pos, tidak banyak
diketahui pemilih di luar negeri. Akibatnya kehadiran pemilih membludak saat
pemungutan suara di TPS. Kendala lainnya adalah kesediaan warga negara untuk
memberikan suara melalui metode pos. Surat suara yang terdistribusi tidak sama
dengan jumlah surat suara yang dikembalikan kepada petugas di sejumlah
perwakilan.
Keempat adalah kendala tempat pemungutan suara atau TPS. Kendala
tersebut seperti jarak yang terlalu jauh dengan tempat tinggal pemilih. Kericuhan
sempat terjadi seperti di Belanda karena lokasi TPS yang hanya berada di
Kedutaan Besar di Den Haag ternyata cukup menyulitkan sebagian pemilih.
Anggaran penyewaan gedung menjadi salah satu sebab minimnya jumlah TPS.
Selama ini TPS hanya dibangun di area yurisdiksi Indonesia seperti di Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI), di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI)
atau sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri. Tetapi ada juga TPS yang didirikan
di luar yurisdiksi Indonesia dan harus berkoordinasi dengan otoritas setempat
dan waktu juga dibatasi. Kasus seperti ini terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia.
PPLN Kuala Lumpur melalui KBRI sudah mengajukan ijin pembuatan TPS di
luar kantor perwakilan Indonesia. Namun, malam sebelum pemungutan suara,
otoritas lokal tidak memberikan izin. Dampaknya, jumlah TPS yang semula
sebanyak 255 dijadikan 168 TPS ditempatkan di KBRI (76 TPS), Wisma Duta (6
TPS) dan Sekolah Indonesia di Kuala Lumpur (86 TPS). Masalah yang sama
terjadi juga di Sydney, Osaka, dan Hongkong. Selain jumlahnya yang terbatas,
masalah TPS lainnya adalah kurangnya sosialisasi terkait lokasi-lokasi TPS.
Sejumlah pemilih di Australia sempat mempersoalkan hal ini karena petugas
dianggap lalai memberikan informasi terkait detail lokasi TPS di tengah-tengah
wilayah Townhall yang merupakan bangunan publik terluas di Australia.
Berdasarkan penjelasan terkait dinamika yang terjadi, maka buku ini fokus
membahas 5 (lima) hal yaitu kebijakan-kebijakan yang mengatur teknis dan
prosedur Pemilu di luar negeri, praktik-praktik penyelenggaraannya pada
Pemilu terdahulu, masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaannya serta
solusi perbaikan. Alternatif solusi yang dikembangkan oleh PPLN yang diuraikan
para penulis memuat inovasi-inovasi baru sebagai strategi perbaikan. Namun
inovasi dengan risiko yang dapat dikendalikan tentu akan sangat bermanfaat bagi

iv Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
sebuah kebijakan baru.
Buku ini bermanfaat untuk: Pertama, sebagai bahan bagi perumusan
kebijakan seperti peraturan KPU untuk penyempurnaan pelaksanaan Pemilu
tahun 2024, meski jangkauan kebijakan sangat terbatas karena UU Pemilu No. 7
Tahun 2017 tidak dilakukan revisi. Kedua, catatan-catatan yang berisi identifikasi
masalah Pemilu Indonesia terdahulu dan dapat dijadikan bahan mitigasi untuk
Pemilu selanjutnya. Mitigasi adalah salah satu bahan dalam penyusunan
manajemen risiko (risk management) bagi penyelenggara. Manajemen risiko
berkaitan erat dengan: 1) Tindakan atau keputusan yang dilakukan oleh
penyelenggara untuk mencegah masalah yang terjadi pada Pemilu sebelumnya
tidak terulang kembali. 2) Tindakan atau strategi penyelenggara dalam
menghadapi masalah yang tidak mungkin bisa dihindari sama seperti pada
Pemilu sebelumnya. 3) Tindakan atau keputusan penyelenggara dalam
mengurangi risiko (efek buruk) jika masalah tidak pernah teridentifikasi tapi
sewaktu-waktu dapat terjadi.
Ketiga, buku ini bermanfaat untuk penyusunan Indeks Potensi Masalah
Pemilu Indonesia di luar negeri (IPMLN). Indeks ini tidak hanya berguna bagi
KPU dalam merumuskan kebijakan pencegahan, tetapi juga bermanfaat bagi
pemerintah sebagai penyedia anggaran, warga negara di luar negeri, ataupun
pihak pengawas Pemilu. Selamat membaca.

Jakarta, Agustus 2022

Ferry Daud Markus Liando

Menata Kelola Demokrasi v


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i


PENGANTAR BUKU ........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... x
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah
Asia ......................................................................................................................................... 2
B. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah
Afrika ..................................................................................................................................... 3
C. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah
Eropa ..................................................................................................................................... 4
D. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah
Amerika ................................................................................................................................ 5
E. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah
Australia ............................................................................................................................... 5
F. Ruang Lingkup Kajian ..................................................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 7

BAB II NEW LAW “NEW RULE OF PLAY”: POTRET REGULASI PEMILU DI LUAR
NEGERI................................................................................................................................................ 9
A. Momentum Menata Ulang Global Governance Melalui Regulasi Pemilu
Luar Negeri Indonesia .................................................................................................... 9
B. Tawaran Reformulasi Instrument Regulasi Pemilu Luar Negeri
di Indonesia ..................................................................................................................... 10

BAB III MENINJAU PENYELENGGARA PEMILU LUAR NEGERI INDONESIA


DALAM TATANAN REGULASI DARI MASA KE MASA .................................................... 19
A. Potret Penyelenggara Pemilu Luar Negeri pada Era Orde Lama ................ 19
B. Potret Penyelenggara Pemilu Luar Negeri pada Era Orde Baru ................. 23
C. Potret Penyelenggara Pemilu Luar Negeri pada Era Reformasi ................. 29
D. Potret Penyelenggara Pemilu Luar Negeri pada Era Konsolidasi
Demokrasi ........................................................................................................................ 30

BAB IV TUGAS DAN WEWENANG PENYELENGGARA PEMILU LUAR NEGERI ... 34


A. Penguatan Kapasitas Organisasi Publik Lembaga Ad hoc Pemilu
Luar Negeri ...................................................................................................................... 34
1. Kelompok Kerja Pembina Pemilu di Luar Negeri ...................................... 34
2. Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) .......................................................... 42
3. Panitia Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih LN).................................. 44
4. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri
(KPPSLN) ................................................................................................................... 47

vi Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
B. Membangun Sistem Jaringan Lembaga Penyelenggara Pemilu Luar
Negeri dalam Tatanan Praktik di Lapangan ........................................................ 49

BAB V MANAJEMEN DATA PEMILIH LUAR NEGERI ...................................................... 54


A. Praktik Tata Kelola Data Pemilih Luar Negeri .................................................... 54
1. Penyerahan Dana WNI di Luar Negeri .......................................................... 55
2. Sinkronisasi Data ................................................................................................... 56
3. Penyerahan DP4LN ............................................................................................... 57
4. Pemutakhiran Data Pemilih............................................................................... 58
5. Penyusunan DPSLN............................................................................................... 65
6. Penyusunan DPSHPLN......................................................................................... 66
7. Penyusunan DPTLN .............................................................................................. 66
B. Evaluasi Tata Kelola Data Pemilih Luar Negeri.................................................. 67
C. Analisa Kebijakan Publik Tata Kelola Data Pemilih Luar Negeri ................ 68

BAB VI TATA KELOLA LOGISTIK PEMILU LUAR NEGERI ............................................ 75


A. Perencanaan Logistik ................................................................................................... 77
B. Pengadaan Logistik ....................................................................................................... 87
C. Pendistribusian Logistik ............................................................................................ 88
D. Pemusnahan Logistik Pemilu Luar Negeri ........................................................... 91
E. Analisis Kebijakan dan Rekomendasi Pengelolaan Logistik Pemilu
di Luar Negeri .................................................................................................................. 93

BAB VII AKUNTABILITAS DANA PEMILU LUAR NEGERI… ......................................... 96


A. Strategi Penyusunan Program dan Anggaran Pemilu Luar Negeri ............ 96
B. Pajak dan Dokumen Pendukung Pengenaan Pajak Badan
Penyelenggara Pemilu Ad hoc Luar Negeri .......................................................... 98
C. Proses Penyaluran Anggaran PPLN ..................................................................... 100
D. Pertanggungjawaban Anggaran PPLN ................................................................ 102
E. Pengelolaan Dana Pemilu dalam Mewujudkan Good Governance ............ 104

BAB VIII SOSIALISASI DAN PENDIDIKAN PEMILIH DI LUAR NEGERI ................ 107
A. Materi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih ....................................................... 108
1. Materi Bimtek untuk PPLN dan KPPSLN ................................................... 108
2. Materi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih untuk WNI........................ 109
B. Pelaksanaan Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih di Luar Negeri ............. 113
C. Strategi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih untuk WNI
di Luar Negeri ............................................................................................................... 117
1. Metode Konvensional yang Efektif .............................................................. 118
2. Pemanfaatan Media Massa dan Media Sosial........................................... 122

BAB IX MENERJEMAHKAN SUARA RAKYAT .................................................................. 128


A. Kebijakan Umum Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilu
Luar Negeri .................................................................................................................... 128
B. Pemungutan Suara Pemilu Luar Negeri……………………. ............................... 130
C. Menghitung Suara Rakyat pada Pemilu Luar Negeri……. ............................ 144
D. Gambaran Pemungutan dan Penghitungan Suara di Beberapa
Negara ............................................................................................................................. 153
E. Rekapitulasi Suara Pemilu Luar Negeri di KPU............................................... 170

Menata Kelola Demokrasi vii


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
F. Analisis Kebijakan Pemungutan dan Perhitungan Suara
di Luar Negeri .............................................................................................................. 173
G. Peristiwa Sydney dan Rekomendasi Pemungutan Suara Lanjutan
pada PPLN Sydney ..................................................................................................... 175
H. Peristiwa Selangor dan pemungutan suara ulang pada PPLN
Kuala Lumpur .............................................................................................................. 180

BAB X INOVASI DALAM PENJAMINAN HAK PEMILIH DI LUAR NEGERI TAHUN


2019 ............................................................................................................................................... 194
A. Potensi dan Permasalahan ...................................................................................... 194
B. Inovasi PPLN ................................................................................................................ 197
C. Rekomendasi ................................................................................................................ 211

BAB XI CATATAN REFLEKTIF DAN REKOMENDASI PEMILU INDONESIA TAHUN


2019 DI LUAR NEGERI ............................................................................................................ 217
A. Bidang Penganggaran dan Keuangan ................................................................. 217
B. Bidang Pengelolaan Badan Penyelenggara Ad hoc Pemilu
Luar Negeri ................................................................................................................... 219
C. Bidang Pengelolaan Logistik .................................................................................. 220
D. Bidang Pengelolaan Data Pemilih Luar Negeri ............................................... 221
E. Bidang Sosialisasi Pemilu Luar Negeri ............................................................... 221
F. Bidang Pemungutan, Penghitungan dan Rekapitulasi Suara
Luar Negeri ................................................................................................................... 222

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 225

viii Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Daftar Gambar
Gambar 1. Target Penguatan Kapasitas ............................................................................ 52
Gambar 2. Penyerahan Data Kependudukan Oleh Kementerian Dalam Negeri
dan Kementerian Luar Negeri Kepada KPU .............................................. 56
Gambar 3. Penyerahan DP4LN Pemilu 2019 .................................................................. 57
Gambar 4. Gerakan Coklit Sedunia di Kantor Perwakilan RI ................................... 59
Gambar 5. Pelepasan Pendistribusian Logistik ............................................................. 88
Gambar 6. Rencana Anggaran Biaya (RAB) PPLN ..................................................... 107
Gambar 7. Format Revisi Pergeseran Anggaran Antar Detail ............................... 108
Gambar 8. Format Usulan Revisi Pergeseran Anggaran Akun ............................. 108
Gambar 9.. Antrean Pemilih untuk Memilih dalam Pemungutan Suara melalui
Metode TPSLN di Kuching, Malaysia......................................................... 134
Gambar 10. Pemungutan Suara melalui Metode TPSLN di Warsawa,
Polandia................................................................................................................ 134
Gambar 11. Pemungutan Suara melalui Metode TPSLN di Shanghai, RRT ........ 135
Gambar 12. Pemungutan Suara melalui Metode Kotak Suara Keliling di Muscat,
Oman ..................................................................................................................... 138
Gambar 13. Pemungutan Suara melalui Metode Kotak Suara Keliling di Kuching,
Malaysia ............................................................................................................... 139
Gambar 14. Pemungutan Suara melalui Metode Kotak Suara Keliling di Vanimo,
Papua Nugini ...................................................................................................... 140
Gambar 15. Pemungutan Suara melalui Metode Pos di Los Angeles, Amerika
Serikat ................................................................................................................... 141
Gambar.16.. Persiapan Pemungutan Suara melalui Metode Pos di Kuching,
Malaysia ............................................................................................................... 142
Gambar 17. Persiapan Pemungutan Suara melalui Metode Pos di Los Angeles,
Amerika Serikat................................................................................................. 144
Gambar 18. Penghitungan Suara Pemilu 2019 di Bogota ......................................... 145
Gambar 19. Penghitungan Suara Pemilu 2019 di Beograd....................................... 145
Gambar 20. VPN Check Point ............................................................................................... 146
Gambar 21. Aplikasi SITUNG ................................................................................................ 146
Gambar 22. Tampilan Rekapitulasi Perolehan Suara pada SITUNG ..................... 147
Gambar 23. Gedung Lokasi TPS 1-2-3 PPLN Berlin ..................................................... 157
Gambar 24. Undangan Pemungutan Suara di Berlin................................................... 158
Gambar 25. Suara Metode Kotak Suara Keliling (KSK) di Dili ................................. 163
Gambar 26. Pemungutan Suara di TPSLN Dili ............................................................... 164
Gambar 27. Antrean WNI yang Akan Masuk ke Area KBRI Dili .............................. 165
Gambar 28. Pemberian Suara oleh Ibu Duta Besar RI untuk Republik Finlandia
Merangkap Republik Estonia ....................................................................... 166
Gambar 29. Proses Pengemasan Surat Suara dalam Sampul................................... 167
Gambar 30. Rapat Pleno Terbuka Penghitungan Suara Pemilu Luar Negeri
Tahun 2019 di Kantor KPU RI ..................................................................... 171
Gambar 31. PPLN Membacakan Formulir Model DA1 ............................................... 171
Gambar 32. Suasana Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Luar Negeri
Tahun 2019 ......................................................................................................... 172

Menata Kelola Demokrasi ix


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Daftar Tabel
Tabel 1. Agenda Rencana Kerja Pokja Bulan Juli-Desember 2018 ........................ 39
Tabel 2. Pembagian Bidang/Kelas pada Rapat Kerja Pokja Pembina Pemilu LN
Tahun 2019 ................................................................................................................ 41
Tabel 3. Isu Strategis Penyusunan Daftar Pemilih ....................................................... 67
Tabel 4. Jenis Logistik Pemilu Luar Negeri Tahun 2019 ........................................... 79
Tabel 5. Kebutuhan Logistik Pemilu Luar Negeri Tahun 2019 ............................... 81
Tabel 6. Jenis Logistik Berdasarkan Kewenangan Pengadaan ................................ 85
Tabel 7. Anggaran Pengadaan Logistik Pemilu ............................................................. 86
Tabel 8. Jumlah Kebutuhan Logistik ................................................................................. 95
Tabel 9. Penyedia Logistik Pemilu ..................................................................................... 95
Tabel 10. Daftar Calon Tetap Pemilu Anggota DPR Dapil DKI Jakarta II............ 112
Tabel 11. Jadwal dan Peserta Kegiatan Sosialisasi PPLN di Luar Negeri ............114
Tabel 12. Daftar Pemilih TPSLN Abu Dhabi .................................................................. 156
Tabel 13. Tabel Pengguna Hak Pilih Anggota DPR Tahun 2019 ............................ 172
Tabel 14. Tabel Pengguna Hak Pilih Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019
...................................................................................................................................... 173

Daftar Diagram
Diagram 1. Hierarki Penyelenggara Pemilu di Luar Negeri Berdasarkan UU 15
Tahun 1969 dan PP 1 Tahun 1970 .............................................................. 23
Diagram 2. Hierarki Penyelenggara Pemilu di Luar Negeri Berdasarkan PP 41
Tahun 1980 ........................................................................................................... 25
Diagram 3. Hierarki Penyelenggara Pemilu di Luar Negeri Berdasarkan PP 10
Tahun 1995 ........................................................................................................... 28
Diagram 4. Struktur Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri Tahun 2019 ................. 35
Diagram 5. Mekanisme Penyaluran Anggaran PPLN ................................................ 100
Diagram 6. Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran oleh PPLN/KPPSLN
................................................................................................................................ 102

Daftar Grafik
Grafik 1. Perkembangan Data Pemilih Tetap .................................................................. 67

x Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB I
PENDAHULUAN

Di Indonesia, sebagaimana juga negara demokrasi lainnya, Pemilihan Umum


(Pemilu) merupakan sarana kedaulatan rakyat. Kedaulatan selalu identik dengan
kekuasaan baik dalam merumuskan kebijakan negara maupun dalam
menentukan aktor-aktor penyelenggara kekuasaan negara. Bagi Blackburn
(2013), bahwa kedaulatan (sovereignty) merupakan otoritas tertinggi yang tidak
tunduk pada otoritas lainnya. Pemilu merupakan salah satu sarana bagi warga
negara untuk menyerahkan kedaulatannya itu kepada wakil-wakilnya untuk
menyelenggarakan kekuasaan.
Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh penyelenggara Pemilu adalah
memastikan agar warga negara yang telah memiliki persyaratan sebagai pemilih
tidak kehilangan kedaulatannya dalam setiap penyelenggaraan Pemilu. Sejauh ini
sejumlah faktor yang memungkinkan pemilih kehilangan kedaulatan politiknya
sebagai warga negara yaitu pertama vote buying yang menyebabkan pemilih
tidak memilih berdasarkan keinginan tetapi atas pengaruh imbalan. Kedua,
adanya pemilih yang diintimidasi untuk memilih calon tertentu. Ketiga, tidak
tercatatnya warga negara yang memenuhi syarat sebagai pemilih dalam daftar
pemilih.
Dinamika pemenuhan hak kewarganegaraan dalam Pemilu Indonesia tahun
2019 juga menjadi perhatian kita semua. Buku ini akan melihat hal tersebut lebih
spesifik yaitu melalui sistem manajemen Pemilu di luar negeri yang digunakan
oleh KPU. Fokus permasalahan yang diambil adalah Pemilu yang diselenggarakan
di luar negeri seperti di Amerika, Afrika, Asia, Australia, dan Eropa. Pokok
bahasan dalam kajian ini menyangkut hubungan antar negara yang
direpresentasikan melalui KPU dengan warga negara dalam rangka pemenuhan
hak memilih pada Pemilu. Dinamika pemenuhan hak kewarganegaraan dalam
proses penyelenggaraan Pemilu sudah dibahas sejak lama. Giddens (1985)
menyebutkan bahwa hak memilih dalam Pemilu termasuk hak dasar warga
negara yang tergolong dalam hak politik individu sehingga harus dipenuhi oleh
negara.
Pembahasan perihal hak kewarganegaraan khususnya hak memilih
masyarakat di luar negeri dalam Pemilu, sering kali memunculkan pertanyaan
mengenai dasar negara memberikan hak kepada warga negaranya yang hidup di
luar teritori negara. Logika Giddens (1985) sepertinya sangatlah tepat digunakan
untuk menjelaskan masalah ini. Bagi Giddens, konsep nation – state membuat
demarkasi antar negara sehingga membentuk ruang yang menimbulkan
hubungan bahwa masyarakat yang terdapat di dalam ruang geografis tersebut

Menata Kelola Demokrasi 1


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
adalah warga negaranya. Implikasinya, masyarakat yang berada di dalam
wilayah geografis tersebut dan telah ditetapkan menjadi warga negaranya
berhak mendapatkan hak dasar kewarganegaraan berupa hak sipil, sosial, politik,
dan ekonomi. Sedangkan masyarakat yang berada di luar wilayah geografis
tersebut dan tidak ditetapkan sebagai warga negaranya maka tidak mendapatkan
hak karena bukan warga negaranya. Konsep nation-state ini digunakan oleh
pendiri bangsa Indonesia dalam mendirikan negara.
Seiring dengan perkembangan zaman, konsep hubungan nation–state
dengan citizenship bergeser ke arah pemenuhan hak-hak dasar kewarganegaraan
melalui identity document. Hubungan nation – state dengan citizenship yang
semulanya kaku menjadi lebih fleksibel karena adanya pergeseran definisi serta
pemahaman tentang batas negara dari geopolitik ke biopolitik. Konsep yang telah
dijelaskan memandang bahwa kekuasaan kedaulatan tidak lagi dipandang
sebagai batas teritorial sehingga masyarakat yang memiliki identity document
tetapi sedang berada di luar teritori negaranya tetap mendapatkan hak dasar,
termasuk mengikuti Pemilu di luar negeri (Nick Vaughan, 2009 dalam “Border
Politics: The Limits of Sovereign Power). Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan Pemilu Indonesia yang dilakukan di luar negeri adalah wujud
pelayanan negara terhadap warga negaranya meskipun di luar teritori pada
aspek hak memilih.
Pada penyelenggaraan Pemilu Indonesia tahun 2019 di luar negeri, data yang
dihimpun dari PPLN (Panitia Pemilihan Luar Negeri) yang tersebar di luar negeri
paling banyak mengalami kendala dalam penyusunan data pemilih. Melihat data
tersebut, maka kendala data pemilih berpotensi menghilangkan hak memilih
sebagai hak dasar warga negara atau tidak terfasilitasinya pemilih dalam Pemilu.
Permasalahan data pemilih sebagai isu yang perlu diselesaikan, menunjukkan
bahwa negara perlu melakukan reformulasi pada instrumen regulasi,
komunikasi, ekonomi, organisasi, dan tata kewenangan.
Urgensi dalam mengatasi masalah tata kelola Pemilu luar negeri dari sisi
regulasi, ekonomi, komunikasi, organisasi, hingga tata kewenangan dapat dilihat
dari kasus di berbagai daerah di luar negeri sebagai berikut:

A. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah Asia


Pemilu Indonesia tahun 2019 yang diadakan di Asia adalah Pemilu yang
memiliki tantangan dalam menangani data pemilih. Namun, permasalahan
dominan tersebut pada akhirnya dapat diatasi oleh penyelenggara. Tingginya
permasalahan PPLN dalam menangani data pemilih disebabkan oleh
permasalahan– permasalahan yang muncul akibat regulasi yang sulit dijalankan
di lapangan. Beberapa negara yang melaporkan permasalahan terkait hal
tersebut adalah Cape Town, Singapura, Ankara, dan beberapa daerah lain.
Kondisi ini mendorong pemerintah untuk melakukan perbaikan secara sistemik

2 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
agar hak memilih masyarakat yang berada di luar negeri dapat terlindungi dan
terpenuhi.
Permasalahan lain yang terjadi di lapangan adalah penentuan jumlah dan
peran Badan Ad hoc yang sulit diterapkan di negara-negara yang memiliki
kendala tertentu seperti di Phnom Penh, Seoul, Moskow, dan Dar Er Salaam.
Permasalahan yang dialami oleh PPLN tersebut antara lain dikarenakan letak
geografis yang luas sehingga sulit dijangkau, keamanan Badan Ad hoc ketika
bertugas di wilayah konflik mengingat beberapa warga negara Indonesia tinggal
di daerah konflik, dan tugas yang terlalu banyak dengan anggota terbatas bahkan
dibatasi oleh waktu yang singkat. Akibat dari tantangan ini, PPLN berinovasi
dengan memanfaatkan teknologi informasi seperti media sosial dan menjalin
kerjasama dalam aspek keamanan dengan stakeholder untuk menjamin
keamanan petugas penyelenggara Pemilu dalam menjalankan tugas memenuhi
hak pemilih warga negara yang berada di luar negeri.
Serangkaian permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu di
Asia tidak dapat dipungkiri berakar dari regulasi yang diseragamkan di berbagai
negara. Padahal, masing-masing negara memiliki karakteristik serta tantangan
yang memerlukan penanganan tertentu seperti halnya konsep dari Hood (2007)
bahwa instrumen kebijakan terdiri dari tata informasi (nodality), tata
kewenangan (authority), harta/dana (treasure) dan tata organisasi
(organization) yang memiliki perbedaan masing-masing dalam implementasinya
di lapangan. Data laporan PPLN menunjukan bahwa secara umum PPLN di Asia
meminta agar peraturan tentang peran dan jumlah Badan Ad hoc diperbaiki.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perlu
adanya reformulasi regulasi untuk memperbaiki sistem Pemilu Indonesia
khususnya di luar negeri.
Reformulasi yang diperlukan untuk memperbaiki sistem Pemilu Indonesia
khususnya di luar negeri harus memperhatikan beberapa dinamika seperti
simplifikasi instrumen regulasi, regulasi yang ketat, dan implementasi regulasi
ketika diterapkan di lapangan. Melalui pengaturan tersebut maka dapat
memberikan dampak yang baik untuk kedewasaan Pemilu di luar negeri karena
berjalannya sebuah sistem sangat dipengaruhi oleh aturan yang berlaku.

B. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah Afrika


Pelaksanaan Pemilu Indonesia di luar negeri menjadi unik karena
bersinggungan dengan dinamika negara lain. Permasalahan Pemilu Indonesia
tahun 2019 di wilayah Afrika dihadapkan dengan dinamika politik, hukum, dan
keamanan wilayah tersebut. Seperti yang diketahui bahwa wilayah Afrika terbagi
menjadi beberapa negara dan dapat dikategorikan multietnis. Setiap negara
maupun daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga regulasi
yang dijalankan oleh PPLN terkadang mengalami tantangan.

Menata Kelola Demokrasi 3


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Fakta di lapangan menunjukan terdapat tiga permasalahan utama yang
akhirnya dapat diatasi oleh penyelenggara yaitu kondisi politik keamanan di
suatu negara konflik, tingginya angka kriminalisasi, dan minimnya kondisi sosial
ekonomi karena beberapa WNI yang tinggal di daerah Afrika terhambat oleh
norma sosial di daerah tersebut hingga pekerjaan yang membuat mereka abai
menggunakan hak pilihnya. Tingginya tingkat kriminalitas dan rawannya konflik
membuat PPLN harus bekerja keras untuk melaksanakan Pencocokan dan
Penelitian (Coklit) dan sosialisasi ke penjuru daerah yang menjadi tempat tinggal
WNI untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Contoh kasus yang dapat diangkat
adalah penyelenggaraan Pemilu di Alger, Pretoria, dan Khartoum. Permasalahan
politik luar negeri ini perlu mendapat perhatian dari penyelenggara Pemilu ke
depannya.
Terlepas dari permasalahan-permasalahan di atas, terdapat hal- hal yang
sudah dicapai dengan baik dalam pelaksanaan Pemilu luar negeri di wilayah
Afrika. Seperti halnya penerapan regulasi, logistik, manajemen pemilihan
tambahan dan surat suara tambahan, pemungutan dan perhitungan suara, hingga
keuangan yang menunjukan sedikit permasalahannya di wilayah Afrika.

C. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah Eropa


Pelaksanaan Pemilu luar negeri di wilayah Eropa erat kaitannya dengan data
pemilih yang sangat dinamis. Permasalahan tersebut tidak mengagetkan
mengingat Benua Eropa menerapkan borderless sehingga mempermudah
mobilisasi penduduk ke berbagai negara khususnya di wilayah Eropa. Selain itu,
tingkat kunjungan penduduk Indonesia ke Eropa untuk kepentingan studi, bisnis,
ataupun travelling terus mengalami perubahan sehingga turut berpengaruh.
Dinamisnya data pemilih di Eropa memiliki implikasi terhadap tahapan
pemilihan dan surat suara tambahan, seperti yang terjadi di Sarajevo, Bratislava,
dan Beograd. Kondisi inilah yang membuat penyelenggara Pemilu bekerja lebih
keras untuk memenuhi hak-hak kewarganegaraan masyarakat Indonesia.
Kerangka regulasi yang diterapkan untuk menyelenggarakan Pemilu
Indonesia di Eropa perlu diperbaiki, mengingat pelaksanaan tahapan
berdasarkan regulasi existing masih terdapat permasalahan seperti yang terjadi
di Helsinki, Hamburg, dan Lisabon. Permasalahan tersebut terjadi karena adanya
simplifikasi instrumen regulasi, regulasi yang ketat, regulasi yang sulit untuk
diimplementasikan, serta regulasi yang berubah-ubah. Permasalahan perihal
regulasi ini menjadi hal pokok yang perlu diselesaikan karena berpengaruh
dalam pelaksanaan jadwal tahapan Pemilu. Dinamika ini menjadi tantangan bagi
penyelenggara Pemilu dalam menyusun peraturan yang dapat mengakomodasi
permasalahan WNI di luar negeri.
Selain problematika sebagaimana diuraikan di atas, terdapat hal prestatif
yang perlu dipertahankan. Setidaknya terdapat dua hal yang patut untuk

4 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
diapresiasi dalam penyelenggaraan Pemilu luar negeri di wilayah Eropa.
Pertama, adalah minimnya problematika yang terjadi pada Badan Ad hoc. Salah
satu faktor yang mempengaruhi adalah keamanan Badan Ad hoc di Eropa relatif
stabil dibandingkan dengan di Afrika maupun Asia. Kedua, meskipun data
pemilih di Eropa sangat dinamis namun hal ini tidak menghambat pengadaan dan
pendistribusian logistik. Situasi ini membuktikan bahwasanya analisa dalam
perencanaan dan pengadaan logistik diperhitungkan secara matang. Kondisi ini
akan dibahas di bab-bab selanjutnya agar dapat dijadikan role model bagi
pelaksanaan Pemilu Indonesia di luar negeri.

D. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah


Amerika
Dibandingkan dengan benua lainnya maka permasalahan-permasalahan
yang umumnya terjadi di benua lain dapat dikatakan relatif kecil di Benua
Amerika. Namun, penyelenggaraan Pemilu Indonesia di Benua Amerika tidak
berarti luput dari kekurangan. Ditinjau dari permasalahannya, tingkat partisipasi
di Benua Amerika dapat dikategorikan rendah dibanding benua lainnya.
Partisipasi masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah Amerika dapat
dikategorikan rendah karena mengalami kendala kondisi geografis, kondisi
sosial ekonomi, situasi politik, serta keamanan. Berkaca pada situasi tersebut
maka perlu adanya inovasi-inovasi terbaru dalam sistem Pemilu, pendidikan
pemilih, dan sosialisasi. Sementara itu, permasalahan lain yang berkaitan dengan
penyelenggara Pemilu adalah jumlah anggota PPLN, proporsi peranannya,
keamanan, dan kesehatan Badan Ad hoc. Contoh permasalahan keamanan dan
kesehatan anggota PPLN adalah di Vancouver. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa Pemilu Indonesia di Amerika mengalami sedikit kendala dan
dapat dikatakan sukses. Namun, kedepannya perlu dilakukan pengkajian terkait
formulasi jumlah dan peranan anggota penyelenggara agar dapat menjalankan
tugas secara profesional dan proporsional.

E. Dinamika Pemilu Luar Negeri Indonesia Tahun 2019 di Wilayah


Australia
Benua Australia merupakan wilayah yang memiliki tingkat partisipasi tinggi
karena memiliki kondisi sosial ekonomi dan situasi keamanan politik cenderung
stabil. Permasalahan yang dikritisi oleh PPLN di Australia adalah perihal
minimnya pemanfaatan teknologi untuk menangani permasalahan data pemilih.
Permasalahan tersebut mendorong munculnya inovasi pemanfaatan sistem
pengelolaan data pemilih yang digunakan untuk mengatasi permasalahan di
beberapa wilayah Australia seperti Canberra, Melbourne, Darwin, Sydney, dan
Perth. Inovasi sistem data pemilih yang dilakukan di wilayah Australia
bermanfaat terhadap perbaikan data pemilih dan diperlukan sebagai wujud

Menata Kelola Demokrasi 5


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
tanggung jawab pemerintah dalam memenuhi hak pilih masyarakat. Lebih lanjut,
inovasi tersebut sekaligus dapat dijadikan alternatif solusi bagi permasalahan
data pemilih di lima benua. Pembahasan detail perihal inovasi ini akan diulas di
bagian bab-bab selanjutnya.
Setelah melihat secara garis besar kondisi Pemilu Indonesia di luar negeri
maka dapat ditarik benang merah bahwa karakter permasalahan yang dihadapi
sangat bervariasi sehingga penanganannya tidak dapat digeneralisir. Berangkat
dari situasi dan kondisi tersebut maka buku ini akan mengupas studi perihal tata
kelola Pemilu Indonesia di luar negeri dari sisi regulasi, ekonomi, komunikasi,
organisasi, hingga tata kewenangan. Selain itu latar belakang dibuatnya buku ini
dikarenakan masih terbatasnya kajian yang membahas tata kelola Pemilu
Indonesia di luar negeri. Hasil kajian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam
memperbaiki kualitas Pemilu kedepannya dan mengedukasi masyarakat perihal
tata kelola Pemilu Indonesia di luar negeri sehingga meningkatkan political
literacy atau tingkat melek politik masyarakat.

F. Ruang Lingkup Kajian


Buku ini menganalisis perihal tata kelola Pemilu Indonesia di luar negeri dari
sisi regulasi, ekonomi, komunikasi, organisasi, hingga tata kewenangan dengan
menggunakan pengalaman PPLN dalam menyelenggarakan Pemilu Indonesia di
luar negeri sebagai studi kasus. Penjelasan pada masing-masing bab akan
menguraikan bagaimana penyelenggara Pemilu dapat menyukseskan Pemilu di
luar negeri dengan berbagai dinamika permasalahan yang dihadapi. Melalui
pembahasan dan analisis kasus-kasus yang ada, diharapkan dapat
mendeskripsikan dan menyimpulkan kondisi dan situasi yang terjadi sehingga
dapat menjadi masukan kebijakan dalam menyukseskan Pemilu ke depannya.
Perlu menjadi perhatian bahwa penyajian pembahasan berdasarkan
kategorisasi benua di bagian pendahuluan merupakan usaha untuk memetakan
karakter masing-masing benua dalam melaksanakan Pemilu. Pengkategorisasian
ini hadir sebagai pengantar untuk menunjukan bahwa regulasi yang ditetapkan
sebagai dasar penyelenggaraan Pemilu tidak serta merta dapat
diimplementasikan di seluruh daerah di luar negeri sehingga kedepannya perlu
ada perbaikan.
Kedua, karena adanya instrumen regulasi yang ketat maka untuk penjelasan
selanjutnya lebih menekankan manajemen tata kelola Pemilu Indonesia di luar
negeri yang didasarkan pada ketentuan regulasi yang berlaku. Penjelasan
dimaksud mengangkat studi kasus yang ada tanpa dikategorisasikan perbenua
untuk mempermudah memahami tata kelola yang ada beserta dinamika di
lapangan dengan mengedepankan kerangka regulasi yang berlaku.
Data-data yang digunakan dalam buku ini dikumpulkan melalui metode

6 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
dokumenter, observasi, dan wawancara. Data yang dikumpulkan pada dasarnya
terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pada saat tahapan Pemilu
berlangsung dan tahap kedua adalah menghimpun seluruh data yang dilaporkan
oleh PPLN dan Laporan Kelompok Kerja Pembina Pemilu Luar Negeri Tahun
2019. Terbaginya kedua tahapan dalam pengambilan data ini sangat membantu
terkumpulnya data yang akurat dan terbaru. Hal tersebut dapat terjadi
mengingat penelitian tentang tata kelola Pemilu memerlukan data dari pra
Pemilu, saat Pemilu, hingga selesai Pemilu. Ketika hal tersebut diteliti secara
terpisah maka keakuratan data berpeluang rendah atau data kurang update.

G. Sistematika Penulisan
Terdapat sepuluh bagian diskusi yang disajikan pada buku ini. Pada bagian
pertama mendiskusikan perihal regulasi yang disajikan melalui judul “New Law
“New Rule of Play”: Potret Regulasi Pemilu di Luar Negeri”. Bab ini akan
mendiskusikan permasalahan Pemilu di luar negeri dan terobosan yang
diperlukan dalam reformulasi instrumen regulasi yang mengatur Pemilu di luar
negeri. Bab selanjutnya yang berjudul “Meninjau Penyelenggaraan Pemilu Luar
Negeri Indonesia dalam Tatanan Regulasi dari Masa ke Masa” membahas
perubahan regulasi terkait tahapan Pemilu yang diuraikan secara kronologis. Bab
ini menjadi bagian yang tidak terpisah dari penjelasan pada bab sebelumnya.
Setelah berdiskusi perihal regulasi maka perlu kiranya kita membahas aspek
kelembagaan dari pelaksanaan Pemilu di luar negeri. Pada bab “Sistem dan
Institusi Pemerintahan dalam Pemilu Luar Negeri” diskusi lebih fokus tentang
bagaimana KPU melakukan penguatan kapasitas organisasi publik khususnya
Badan Ad hoc dalam menyukseskan Pemilu Indonesia di luar negeri mulai dari
pembentukan Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri, pembentukan PPLN,
pembentukan Pantarlih luar negeri, hingga pembentukan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN). Setelah mengetahui
pelaksanaan penguatan kapasitas organisasi publik maka selanjutnya dijelaskan
upaya-upaya dalam membangun sistem jaringan lembaga penyelenggara Pemilu
luar negeri dalam tatanan praktik di lapangan. Dari paparan singkat ini maka
dapat diketahui sistematika bekerjanya sebuah institusi dan hal-hal yang perlu
dipertahankan atau diperbaiki.
Tiga bab di awal telah mengantarkan pembaca untuk berdiskusi perihal
regulasi dan aktor penyelenggara Pemilu Indonesia di luar negeri beserta
tugasnya. Pada bab selanjutnya lebih fokus terhadap tupoksi yang harus
dijalankan dalam menyukseskan Pemilu Indonesia di luar negeri. Bab inti yang
pertama berjudul “Manajemen Data Pemilih Luar Negeri”. Bab ini mengulas
perihal bagaimana sebuah lembaga penyelenggara Pemilu mengelola data
pemilih yang erat kaitannya dengan hak kewarganegaraan dalam keberpihakan
politiknya. Pertama-tama yang disajikan dalam bab ini adalah bagaimana

Menata Kelola Demokrasi 7


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
tahapan dalam melakukan manajemen data pemilih yang dimulai dari
penyerahan data WNI di luar negeri hingga penyusunan DPTLN tahap 3. Setelah
mengetahui sistematikanya maka dalam bab ini juga terdapat ruang diskusi
untuk menganalisis kebijakan perihal manajemen data pemilih yang telah
dilakukan.
Bab inti selanjutnya adalah “Tata Kelola Logistik Pemilu Luar Negeri”. Pada
bab ini fokus diskusi akan membahas macam dan jenis logistik yang dibutuhkan
beserta manajerialnya dari mulai pengadaan hingga pertanggungjawaban. Selain
membahas secara administratif pada bab ini juga dilengkapi dengan bagaimana
dinamika tata kelola logistik Pemilu luar negeri di berbagai perwakilan. Diskusi
selanjutnya yaitu perihal “Akuntabilitas Dana Pemilu Luar Negeri”. Di dalam bab
ini akan mendiskusikan perihal bagaimana strategi untuk memformulasikan
penyusunan program dan anggaran Pemilu luar negeri. Menariknya di bab ini
pembaca akan diajak menyelami bagaimana mekanisme pengelolaan dana
Pemilu dalam mewujudkan good governance.
Selanjutnya, diskusi beralih fokus tentang bagaimana lembaga
penyelenggara Pemilu luar negeri meningkatkan political literacy agar menekan
angka skeptis masyarakat pada Pemilu. Diskusi topik tersebut secara khusus
disajikan dengan judul “Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih di Luar Negeri”. Pada
topik ini terdapat hal menarik yaitu penjelasan mengenai inovasi-inovasi dalam
melaksanakan pendidikan dan sosialisasi Pemilu di beberapa perwakilan yang
memiliki peraturan serta karakteristik beragam.
Pada bab yang berjudul “Menerjemahkan Suara Rakyat” mendiskusikan
metode pemungutan suara Pemilu Indonesia di luar negeri dan metode
penghitungan suara rakyat. Pada bab ini akan dijelaskan secara detail bagaimana
proses pemungutan dan penghitungan suara berlangsung. Melalui bab ini penulis
diajak berdiskusi perihal bagaimana ikhtiar lembaga penyelenggara Pemilu
dalam mempertahankan integritasnya demi kedewasaan demokrasi suatu
bangsa.
Setelah mengetahui bagian inti yang telah tersaji di bab-bab sebelumnya
maka perlu kiranya kita berdiskusi perihal “Inovasi dalam Penjaminan Hak
Pemilih di Luar Negeri Tahun 2019”. Pada bab ini fokus merangkum inovasi
penyelenggara Pemilu dalam menjamin hak pilih masyarakat yang berada diluar
wilayah kedaulatan teritorial Indonesia. Inovasi dan ide kreatif ini perlu
didokumentasikan pada bab tersendiri untuk mencatat bagaimana problematika
dapat diatasi melalui inovasi sehingga hak dasar warga negara dalam memilih
terpenuhi.
Bab terakhir pada buku ini adalah “Catatan Reflektif dan Rekomendasi
Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri”. Pada bab ini dapat dikatakan
sebagai “Kapita Selekta Tata Kelola Pemilu Luar Negeri” karena bab ini
menyajikan catatan-catatan dari isu spesifik yang dibahas secara reflektif.

8 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB II
NEW LAW “NEW RULE OF PLAY”:
POTRET REGULASI PEMILU DI LUAR NEGERI

A. Momentum Menata Ulang Global Governance Melalui Regulasi Pemilu


Luar Negeri di Indonesia
Pemilu 2019 memberi ruang bagi KPU dalam menata ulang kebijakan Pemilu
Indonesia di luar negeri. Beberapa terobosan yang dilakukan menjadi catatan
sejarah dalam penyelenggaraan Pemilu di luar negeri yang bertujuan untuk
melayani pemilih di luar negeri guna menunaikan haknya. Meskipun demikian,
implementasi regulasi tersebut tidak lepas dari catatan-catatan evaluasi.
Regulasi didefinisikan sebagai alat ukur yang digunakan oleh pemerintah
untuk memengaruhi masyarakat dengan membuat formula aturan dan arahan
yang memberi mandat kepada pelakunya untuk berbuat sesuai dengan aturan
tersebut (Videc, 1998). Kunci dari kesuksesan penerapan instrumen regulasi
adalah proses implementasi dari regulasi tersebut. Lemaire dalam Videc (1998)
menjelaskan dalam kajiannya terhadap instrumen regulasi yang disusun oleh
Pemerintah Kanada bahwa hanya regulasi yang baik dan diakuilah yang dapat
diimplementasikan.
Konsepsi Lemaire tentang regulasi yang baik, senada dengan kaidah
penyusunan regulasi yang mensyaratkan kesesuaian dalam proses transformasi
regulasi. Setidaknya ada enam tahapan yang harus dilalui dalam menyusun
regulasi yang baik, Pertama, memberi bentuk terhadap berbagai kepentingan
yang bersimpang siur dan mengubahnya menjadi harapan dan keinginan. Kedua,
mengusahakan agar keinginan perorangan menjadi keinginan suatu golongan
atau kategori sosial. Ketiga, menjadikan keinginan perorangan yang sudah
menjadi keinginan umum itu menjadi urusan pemerintah serta keinginan umum
tersebut sebagai problem. Keempat, adalah pengakuan golongan-golongan
politik, bahwa problem tersebut adalah urusan yang membutuhkan campur
tangan pemerintah. Kelima, menempatkan problem tersebut dalam agenda
pembuatan regulasi. Keenam, proses pembuatan/perumusan regulasi.
Konsepsi Lemaire terkait regulasi yang dapat diimplementasikan, juga
merupakan manifestasi dari perlunya penyusunan regulasi sesuai dengan
kebutuhan. Regulasi yang dibutuhkan oleh masyarakatlah yang dapat diterapkan
di lapangan. Konsep ini harus menjadi acuan pemangku kepentingan agar
regulasi tidak hanya berhenti di atas kertas, namun masyarakat dapat
menggunakannya sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan. Proses
transformasi regulasi tersebut harus mengedepankan prinsip perubahan

Menata Kelola Demokrasi 9


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
paradigma dari “legal traditional” yang cenderung ketat menjadi lebih fleksibel
(Elliot, 2002).
Fleksibilitas merupakan salah satu kunci yang diperlukan dalam rangka
mereformulasi instrumen regulasi. Dalam konsep administrasi baru, fleksibilitas
kerap diartikan sebagai hasil dari inovasi dalam rangka menciptakan efisiensi
dalam bekerja (Kaul, 1997). Fleksibilitas regulasi perlu berjalan paralel dengan
pola akomodasi permasalahan. Pola akomodasi yang dimaksud adalah regulasi
berbasis bottom-up, usulan penyusunan norma aturan merupakan permasalahan
yang memang dirasakan di lapangan dan dapat diselesaikan dengan konsep
penyusunan regulasi.
Dalam konteks Pemilu luar negeri, regulasi yang baik dan diakui adalah
regulasi yang mengakomodasi kondisi di lapangan dan memiliki kesesuaian
konsep antara formulasi dan implementasi. Permasalahan regulasi lebih
dikarenakan formula yang digunakan tidak menyelesaikan permasalahan yang
ada. Oleh karenanya, tawaran reformulasi instrumentasi regulasi mutlak
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan jaminan hak warga negara di luar
negeri dalam Pemilu.

B. Tawaran Reformulasi Instrumen Regulasi Pemilu Luar Negeri di


Indonesia
Tawaran reformulasi instrumen regulasi yang akan dibahas dalam kajian ini
mencakup tiga hal yaitu akomodasi permasalahan, penyusunan regulasi berbasis
kebutuhan, dan fleksibilitas regulasi. Ketiga hal tersebut menjadi basis dasar
yang telah membuka peluang untuk menata ulang global governance melalui
regulasi Pemilu luar negeri Indonesia. Mekanisme reformulasi dilakukan dengan
cara membandingkan produk regulasi Pemilu pada tahun 2014 dengan tahun
2019.
Global governance sendiri dapat diartikan sebagai usaha untuk mendorong
pengembangan tata kelola global yang lebih berpihak pada masyarakat yang
termarjinalkan serta pembangunan yang adil dan berkelanjutan (Sugiono, 2005).
Beberapa rancangan yang perlu didorong jika melihat tata kelola Pemilu adalah
perihal menjamin hak warga negara dalam memilih karena itu adalah kunci
kedewasaan demokrasi Indonesia.
Dalam rangka mengakomodir permasalahan seputar data pemilih, regulasi
Pemilu, anggaran Pemilu, dan penyelenggara Pemilu yang sering terjadi di
berbagai daerah di luar negeri maka KPU harus memastikan lima aspek dalam
Pemilu luar negeri dapat berjalan dengan baik. Lima aspek tersebut adalah
pendataan pemilih, kekurangan dana, kekurangan surat suara, peraturan
pemungutan, dan keterlambatan logistik (Hanif, 2014). Penelitian dari Hanif
(2014) terkait “Analisa Penyelenggaraan Pemilu di Luar Negeri pada Tahun

10 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
2014” masih relevan guna memetakan permasalahan di Pemilu 2019. Argumen
tersebut diperkuat penelitian dari Ardipandanto terkait “Permasalahan
Penyelenggaraan Pemilu Serentak pada Tahun 2019”. Ardipandanto (2019)
menyatakan bahwa Pemilu Serentak 2019 masih dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang harus diselesaikan, yaitu problematika terkait distribusi
logistik Pemilu, data pemilih, kapasitas dan beban kerja Petugas KPPS yang
terlalu tinggi, data hasil penghitungan suara, serta terjadinya gugatan atas hasil
akhir Pilpres 2019. Meninjau dari penelitian di atas maka dapat disimpulkan
terdapat tujuh hal permasalahan yaitu pendataan pemilih, kekurangan dana,
kekurangan surat suara, peraturan pemungutan, keterlambatan logistik
kapasitas, beban kerja Petugas KPPS yang terlalu tinggi, serta terjadinya gugatan
atas hasil akhir Pilpres 2019.
Pembahasan pertama adalah pendataan pemilih. Itikad memperbaiki
manajemen data pemilih luar negeri telah terlihat dari regulasi yang dikeluarkan
dalam penyusunan daftar pemilih. Regulasi pertama yang mengatur mekanisme
pendataan pemilih luar negeri adalah Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2013
tentang Penyusunan Daftar Pemilih Luar Negeri dalam Pemilu Anggota DPR
Tahun 2014. Berdasarkan peraturan tersebut Pemerintah melalui Kementerian
Luar Negeri menyediakan data WNI yang bertempat tinggal di luar negeri sebagai
basis data penyusunan daftar pemilih sementara. Data kependudukan tersebut
diserahkan paling lambat 16 bulan sebelum pemungutan suara. Setelah data
dimaksud diterima oleh KPU, maka dilakukanlah sinkronisasi data. Proses
sinkronisasi ini dilakukan oleh Kelompok Kerja Pembina Pemilu Luar Negeri
Urusan Pendataan dan Evaluasi yang terdiri dari tim dari Direktorat
Perlindungan Warga Negara Republik Indonesia (WNI) dan Badan Hukum
Indonesia (BHI) serta Bagian Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal KPU yang
bekerja selama 2 bulan. Sinkronisasi bertujuan untuk menyamakan format data
yang akan digunakan dalam penyusunan daftar pemilih dalam Pemilu. Hal ini
diperlukan mengingat format data yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri
kemungkinan berbeda dengan kebutuhan dalam Pemilu.
Pada Pemilu tahun 2019, KPU RI mulai memasukkan pertimbangan-
pertimbangan lembaga lain dalam penyusunan data pemilih luar negeri.
Mengingat pada tahun 2014 masih banyak permasalahan perihal data pemilih.
Meninjau permasalahan tersebut maka penyelenggara Pemilu meninjau ulang
khususnya penggunaan frasa Kementerian Luar Negeri diubah menjadi
kementerian yang menangani urusan luar negeri. Revisi tersebut adalah bentuk
bagaimana membuat koneksi antar kementerian dan lembaga di Indonesia untuk
menuntaskan permasalahan data pemilih secara bersama-sama. Hal tersebut
sangat jelas berbunyi dalam Peraturan KPU No. 12 Tahun 2018 tentang
Penyusunan Daftar Pemilih di Luar Negeri Dalam Penyelenggaraan Pemilihan
Umum. Peraturan tersebut juga mulai membuktikan adanya inovasi melalui
perkembangan teknologi dalam memanajemen data pemilih yang akhirnya

Menata Kelola Demokrasi 11


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
disebut dengan SIDALIH (Sistem Informasi Data Pemilih). SIDALIH adalah
seperangkat sistem atau teknologi informasi yang berfungsi untuk mendukung
kerja penyelenggara Pemilu atau Pemilihan dalam menyusun, mengkoordinasi,
mengumumkan, dan memelihara data pemilih.
Munculnya kerjasama dengan stakeholder dan pemanfaatan teknologi adalah
bentuk responsibilitas KPU RI dalam menanggapi permasalahan pada Pemilu
sebelumnya terkait data pemilih. Kerjasama yang demikian harus tetap
berkelanjutan dan tidak hanya terjalin pada saat menjelang Pemilu sehingga
sistem data pemilih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Hal lain yang
menambah optimisme adalah pembentukan Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP) yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017.
Kehadiran DKPP melalui undang-undang tersebut bertujuan meningkatkan
kapasitas wewenang dan memastikan institusi ini bekerja dengan baik, termasuk
dalam memanajemen data pemilih masyarakat Indonesia di luar negeri.
Setelah membahas perihal data pemilih maka kita beralih untuk
mendiskusikan pada aspek kedua yaitu kekurangan dana untuk Pemilu. Sebelum
membahas dana alangkah baiknya kita memahami kebijakan ekonomi mengingat
dana adalah bagian dari hal tersebut. Menurut Vedung (1998), definisi dari
kebijakan ekonomi yaitu keterlibatan/intervensi pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya dan penyerahannya kepada warga negara dalam bentuk subsidi,
selain itu pembebanan pajak merupakan timbal balik dari pemberian subsidi
tersebut.
Terkait dengan konteks instrumentasi Pemilu luar negeri, ketersediaan dana
sebagai bagian dari instrumen ekonomi masih menjadi keluhan penyelenggara.
Keluhan itu lebih kepada pembatasan anggaran dan keterbatasan anggaran yang
disediakan untuk menjamin hak warga negara dalam Pemilu. Permasalahan ini
merupakan akibat dari simplifikasi yang dilakukan dalam kebijakan Pemilu luar
negeri dimana indeks anggaran tiap negara diukur berdasarkan jumlah pemilih,
tidak berdasarkan sebaran pemilih dan tingkat kesulitan di setiap negara. Dalam
konteks demikian, apabila persoalan pendataan pemilih masih belum dapat
terselesaikan maka hal tersebut berpengaruh terhadap kebijakan anggaran
Pemilu luar negeri. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa langkah yang
dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia khususnya penyelenggara Pemilu adalah
memperbaiki data pemilih karena pada saat ini hal tersebut menjadi dasar
pertimbangan untuk menyusun kebijakan perihal keuangan. Selain itu kajian
geografis persebaran pemilih dan tingkat kesulitan untuk mencapai persebaran
pemilih juga harus dipertimbangkan dalam kebijakan tersebut.
Ketiga adalah perihal surat suara. Surat suara yang menjadi fokus dalam
tulisan ini mempunyai kaitan erat dengan penatausahaan. Penatausahaan yang
dimaksud adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penghitungan atau
inventarisasi, pembukuan, dan pelaporan logistik Pemilu luar negeri tahun 2019

12 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kegiatan
penatausahaan diperlukan untuk tercapainya tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjamin terlaksananya tertib administrasi;
2. Untuk menjamin tertib pengelolaan logistik Pemilu tahun 2019; dan
3. Untuk menjamin terciptanya transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas
logistik Pemilu tahun 2019.
Kegiatan penatausahaan didahului dengan kegiatan penghitungan. Penghitungan
adalah kegiatan menghitung dan mencatat masing-masing jenis logistik Pemilu
dalam waktu tertentu dan sesuai jumlah kebutuhan setiap TPSLN, KSK, dan Pos.
KPPSLN TPSLN/KSK/Pos perlu memastikan bahwa jumlah surat suara yang
diterima sama dengan jumlah Pemilih yang tercantum di dalam DPT LN ditambah
dengan 2% (dua persen) dari DPT LN sebagai cadangan. Penghitungan dilakukan
dengan cara menghitung setiap jenis logistik Pemilu yang baik, berlebih dan
kekurangannya. PPLN harus segera menyampaikan laporan kepada KPU dalam
hal terdapat:
1. Kekurangan jenis logistik Pemilu karena rusak dan/atau jumlah yang dikirim
kurang dari alokasi yang telah ditetapkan, agar segera dapat dipenuhi
kekurangannya;
2. Dalam hal pemisahan surat suara yang baik dan yang rusak, dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang telah diatur; dan
3. Kelebihan jenis logistik akibat salah kirim, PPLN harus segera
menyampaikan laporan kepada KPU. Dalam hal PPLN telah menerima setiap
jenis logistik Pemilu sesuai alokasi yang ditetapkan, PPLN menuangkan ke
dalam berita acara. Untuk selanjutnya PPLN harus segera menyampaikan
berita acara penerimaan/pemeriksaan logistik Pemilu kepada KPU.
Mengacu pada hal tersebut maka sangat jelas bahwa dalam penatausahaan
surat suara berkaitan dengan data pemilih. Lebih singkatnya jumlah surat suara
berpotensi bermasalah jika data pemilih bermasalah. Keberadaan surat suara
sebagai instrumen memilih menunjukkan urgensitasnya untuk diperhatikan agar
tidak menghilangkan hak pilih.
Terkait permasalahan surat suara, PPLN Wellington, Selandia Baru telah
mengantisipasi keperluan suara tambahan dan titik KSK bagi pemilih ABK yang
tinggal di wilayah tersebut. Selain itu, PPLN Tokyo, Jepang mempertimbangkan
surat suara cadangan sebesar 2% untuk TPSLN bukan untuk Pos. PPLN Tokyo
juga mempertimbangkan kerjasama dengan pihak ketiga terkait pengiriman
surat suara dalam metode Pos untuk menghindari inefisiensi karena mahalnya
biaya pengiriman melalui Pos.
Keempat, perihal peraturan pemungutan dan penghitungan suara.
Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara adalah proses penjumlahan

Menata Kelola Demokrasi 13


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
hasil penghitungan perolehan suara pasangan calon dalam Pemilu. Prinsip
rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan penetapan hasil Pemilu
yaitu mandiri, jujur, langsung, adil, berkepastian hukum, kepentingan umum,
tertib, terbuka, proporsionalitas, profesionalitas, efektif, efisien, dan aksesibilitas.
Poin aksesibilitas ini sebelumnya tidak ada namun seiring kondisi maka hal
tersebut diperlakukan seperti halnya memfasilitasi masyarakat yang memilih
namun berkebutuhan khusus sehingga perlu fasilitas yang memadai dan
memenuhi asas LUBER JURDIL.
Peraturan KPU tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara (TUNGSURA)
mengatur tentang peran 4 (empat) unsur utama dalam penyelenggaraan Pemilu
2019, yaitu: Penyelenggara, Pemilih, Peserta/Saksi, dan Panwaslu LN. PKPU ini
hanya dapat berfungsi dengan baik apabila dapat dipahami dan dilaksanakan
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu. Peraturan KPU ini
mengatur tentang hak dan kewajiban dari masing-masing unsur dalam
mekanisme tahapan pemungutan dan penghitungan suara. Pelaksanaan peran
masing-masing unsur harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Seluruh unsur harus memahami peraturan ini agar dapat berfungsi dengan baik
dan dapat mengatasi masalah yang mungkin terjadi dalam operasionalisasinya.
Kerawanan yang membuka peluang untuk melakukan kecurangan oleh pihak-
pihak tertentu sudah diupayakan untuk ditutup melalui peraturan yang jelas dan
rinci sehingga dapat menjamin hak pilih masyarakat.
Disisi lain, perkembangan penggunaan media sosial akhir-akhir ini dalam
masyarakat, juga harus dicermati oleh pihak penyelenggara Pemilu. Media sosial
dapat bermanfaat secara positif, namun sebaliknya dapat bersifat negatif. Situasi
di area Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang kurang kondusif akan menjadi
sumber informasi yang negatif dan dalam seketika bisa menjadi “viral” yang
menimbulkan kesan dan pandangan yang negatif pula. Situasi ini dapat
dimanfaatkan oleh salah satu pihak untuk menyatakan bahwa penyelenggaraan
Pemilu telah berlangsung dengan tidak taat asas. Sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi akhir-akhir ini, Peraturan KPU juga mewajibkan
Penyelenggara Pemilu untuk melaksanakan pendokumentasian seluruh kegiatan
pemungutan dan penghitungan dengan baik. Selain itu, Pemilih dilarang
mendokumentasikan hak pilihnya di bilik suara.
Aspek selanjutnya adalah keterlambatan logistik. Penyelenggaraan Pemilu
tahun 2019 di luar negeri seperti halnya di dalam negeri yang dilakukan secara
serentak perlu didukung oleh pengelolaan logistik Pemilu secara tepat. Aspek
seperti tepat waktu, tepat jenis, tepat jumlah, tepat kualitas dan tepat sasaran
sangat diperlukan dalam pengelolaan ini karena sangat terkait dengan
perlindungan hak pilih masyarakat. Hal dasar yang perlu di cermati adalah data
pemilih yang digunakan sebagai landasan kebijakan perencanaan kebutuhan
logistik.

14 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Terkait permasalahan logistik maka terdapat 3 daerah yang memiliki
permasalahan yang berbeda-beda. Pertama adalah Ho Chi Minh City, Vietnam
dimana terdapat potensi keterlambatan logistik karena proses custom clearance
kantong diplomatik di sejumlah negara yang membutuhkan waktu 2-3 bulan.
Kedua adalah di Pretoria, Afrika Selatan yang memerlukan distribusi logistik
yang tepat waktu mengingat sejumlah PPLN memiliki tantangan distribusi yang
tinggi di Afrika. Ketiga adalah Hongkong, RRT yang perlu menindaklanjuti
kesiapan logistik Pemilu, jumlah SDM, mekanisme alur pelaksanaan pemungutan
di TPS KSK dan penghitungan suara saat mengakomodir puluhan calon pemilih
dalam 1 (satu) hari.
Aspek keenam adalah beban kerja KPPS. Beban kerja KPPS tidak hanya
menjadi permasalahan Pemilu di dalam negeri tetapi pelaksanaan Pemilu
Indonesia di luar negeri. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah jumlah KPPS
dan luas geografis, konflik negara seperti peperangan yang menyulitkan kinerja
KPPS, dan regulasi ataupun budaya suatu negara. Beberapa Pemilu Indonesia di
luar negeri mengalami kendala jumlah KPPS yang sedikit namun memiliki
wilayah negara yang luas. Contoh daerah yang bermasalah akan hal ini adalah
Phnom Penh, Seoul, Moskow, dan Dar Er Salam. Melihat hal ini maka perlu
ditinjau atau adanya formulasi ulang terkait jumlah KPPS dengan luas geografis.
Keamanan Badan Ad hoc ketika bertugas di wilayah konflik perlu menjadi
perhatian khusus mengingat beberapa warga negara Indonesia tinggal di daerah
konflik hal ini berpotensi menghasilkan data pemilih yang bermasalah. Contoh
kasus adalah penyelenggaraan Pemilu di Afrika yang terkendala tiga
permasalahan utama yaitu kondisi politik keamanan di suatu negara konflik,
tingginya angka kriminalisasi, dan minimnya kondisi sosial ekonomi karena
beberapa WNI yang tinggal di daerah Afrika terhambat oleh norma sosial di
daerah tersebut hingga pekerjaan yang membuat mereka abai terhadap Pemilu.
Tingginya tingkat kriminalitas dan rawannya konflik membuat partisipasi
masyarakat sangat kurang dan kinerja PPLN seperti pelaksanaan coklit hingga
sosialisasi ke penjuru daerah yang menjadi tempat tinggal Warga Negara
Indonesia menjadi terhambat. Contoh kasus yang dapat diangkat adalah
penyelenggaraan Pemilu di Alger, Pretoria, dan Khartoum.
Aspek terakhir adalah terjadinya gugatan atas hasil akhir Pilpres 2019
dimana terdapat gugatan Presiden Nomor Urut 02 sudah disampaikan ke MK
dengan Nomor Registrasi 1/PHPU. Pres-XVII/2019. Gugatan tersebut
dikarenakan adanya dugaan kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif
dalam rekapitulasi suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019.
Peristiwa ini menjadi sebuah catatan tertentu untuk mengevaluasi dan
memperbaiki sistem yang ada khususnya pada regulasi yang telah ditetapkan dan
pelaksanaan di lapangan agar Pemilu dapat berjalan dengan baik kedepannya.
Berdasarkan paparan perihal tujuh permasalahan di atas ditambah dengan

Menata Kelola Demokrasi 15


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
penjelasan pada latar belakang terkait permasalahan yang berbeda-beda di
setiap negara maka dapat disimpulkan bahwasanya dalam Pemilu dapat
diumpamakan sebagai sebuah sistem. Sebuah sistem dimana ketika salah satu
organnya bermasalah maka akan mempengaruhi kinerja sistem seperti
permasalahan pada data pemilih. Melihat permasalahan yang ada maka salah
satu kunci utama untuk menyelesaikan tujuh permasalahan di atas adalah
reformulasi instrumen regulasi. Kajian reformulasi instrumen regulasi
mencakup tiga hal yaitu akomodasi permasalahan, penyusunan regulasi berbasis
kebutuhan, dan fleksibilitas regulasi. Strategi inilah sebagai wujud langkah
membuka peluang untuk menata ulang global governance melalui regulasi
Pemilu Indonesia di luar negeri.
Tiga reformulasi instrumen yaitu akomodasi permasalahan, penyusunan
regulasi berbasis kebutuhan, dan fleksibilitas regulasi untuk mengatasi
permasalahan. Sebagai konsekuensi dari tiga tawaran ini, regulasi
penyelenggaraan Pemilu Indonesia di luar negeri tidak mesti harus sama dengan
regulasi Pemilu di dalam negeri dan tidak mesti harus sama regulasi antar negara
yang menampung WNI karena regulasi disusun berdasarkan kebutuhan, situasi,
dan kondisi riil WNI di negara-negara tersebut.
Pada akomodasi permasalahan maka formula regulasi yang disusun oleh
pemangku kepentingan harusnya mampu mengakomodasi permasalahan yang
dihadapi oleh penyelenggara di tingkat lapangan. Bukan hanya mengedepankan
tindakan preventif menghindari kecurangan, tapi lebih dari itu perlu regulasi
yang dapat membantu penyelenggara menyelesaikan permasalahan yang
beragam di tiap negara. Mekanisme akomodasi permasalahan dapat dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan Pemilu luar negeri dan pihak-pihak
yang terlibat langsung dalam kegiatan Pemilu luar negeri untuk menyusun
aturan yang akan dibuat.
Selama ini, aturan yang dibuat cenderung bersifat top down dan cenderung
tidak memperhatikan karakter negara-negara yang berbeda. Oleh karenanya,
dalam rangka akomodasi permasalahan perlu dilakukan pemetaan terhadap
kondisi negara-negara di mana Warga Negara Indonesia berada. Pemetaan
tersebut dapat dilakukan dengan zonasi regional atau berdasarkan karakter
negara. Bagi negara-negara dengan jumlah pemilih yang besar dan status pemilih
sebagai tenaga kerja, tentu permasalahan yang dihadapi lebih kompleks.
Contoh kasus lain dan riil adalah di Dubai, UEA dimana terkendala perizinan
untuk kegiatan yang melibatkan WNI dalam jumlah besar dan PPLN tidak
mempunyai legalitas sehingga menghambat tahapan Pemilu. Melihat hal tersebut
maka dalam peraturan yang selama ini berjalan belum mengatur dan
mengakomodasi permasalahan seperti di Dubai, UEA. Setiap organisasi di UEA
harus memiliki legalitas sedangkan PPLN sebagai Badan Ad hoc tidak memiliki
hal tersebut sehingga harus dan selalu dipayungi KJRI, kondisi tersebut disertai

16 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
dengan ketatnya peraturan di UEA perihal pengumpulan massa dalam jumlah
besar karena terdapat pembatasan sosial dan politik. Dua kondisi tersebut
membuat proses sosialisasi Pemilu terhambat. Kondisi tersebut menunjukan
bahwasannya perlu adanya pertimbangan hukum sesuai dengan negara tersebut
dan tidak dapat disamaratakan dengan negara lainnya.
Aspek kedua adalah penyusunan regulasi berbasis kebutuhan dimana hal ini
dikarenakan kebutuhan akan regulasi yang berbeda-beda maka perlu dilakukan
pemetaan. Contohnya adalah pemetaan dropbox pada tahun 2014 dimana
negara-negara Eropa atau Amerika yang telah memiliki sistem pos yang relatif
baik. Berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah, metode yang efektif bagi
mereka adalah metode dropbox dibandingkan dengan metode pos. Selain itu
kebutuhan akan pemetaan berguna agar tidak terjadi simplifikasi regulasi yang
mengakibatkan regulasi tersebut tidak bisa dilaksanakan oleh penyelenggara di
lapangan.
Setelah dilakukan pemetaan, perlu dilakukan klasifikasi kebutuhan
pengaturan umum yang diperlukan di tiap negara, kebutuhan khusus di tingkat
regional, dan kebutuhan pengaturan khusus di tiap negara atau Perwakilan RI.
Kebutuhan pengaturan tersebut bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi baik secara umum atau secara khusus.
Contoh kasus riil terkait permasalahan ini sudah tergambarkan jelas di
pendahuluan dimana ketika dikategorikan per benua ternyata setiap PPLN
memiliki permasalahan yang berbeda. Permasalahan yang berbeda dikarenakan
Pemilu Indonesia di luar negeri tentunya bersinggungan dengan kondisi politik,
hukum, dan keamanan di negara terkait sehingga tidak dapat dipukul rata.
Benang merahnya adalah perlu perbedaan peraturan untuk mengakomodasi
dinamika di lapangan yang berbeda-beda.
Terakhir adalah fleksibilitas regulasi untuk mengatasi permasalahan sebagai
upaya yang dapat dilakukan agar instrumen regulasi dapat menjamin hak
pemilih. Fleksibilitas yang dimaksud disini adalah bahwa regulasi tersebut
bersifat fleksibel (lentur) sehingga dapat digunakan dalam situasi dan kondisi
apa pun dan di tempat mana pun, namun regulasi itu tetap mengikuti koridor
norma yang berlaku dan berpegang teguh kepada asas penyelenggaraan Pemilu.
Fleksibilitas regulasi lebih ditekankan kepada aspek teknis pelaksanaan di
lapangan yang tidak kaku sehingga regulasi itu mampu mengakomodasi semua
permasalahan yang terjadi di negara-negara yang berbeda situasi dan
kondisinya. Regulasi yang tidak fleksibel berpotensi melahirkan kesulitan dan
permasalahan besar bagi petugas Pemilu di lapangan ketika ingin berkreasi
untuk memastikan jaminan hak pilih WNI terpenuhi.
Regulasi yang sulit diterapkan di lapangan kasus riilnya terjadi di Pyongyang,
Korea Utara. Fakta di lapangan ditemukan bahwa pengiriman logistik Pemilu

Menata Kelola Demokrasi 17


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
yang memakan waktu lama dikarenakan sanksi dunia internasional terhadap
Korea Utara, sehingga barang keluar/masuk dari/ke Korea Utara harus melalui
pengawasan dan pemeriksaan yang ketat dan berlapis. Satu-satunya penyedia
jasa ekspedisi di Pyongyang adalah DHL. Rute pengiriman dari Jakarta sebagai
berikut: Jakarta-Singapura, Singapura-Hong Kong, Hong Kong-Beijing, dan
Beijing-Pyongyang. Selain itu keterbatasan fasilitas dan akomodasi di Pyongyang,
Korea Utara, mengakibatkan pelaksanaan kegiatan tahapan penyelenggaraan
Pemilu hanya dapat dilakukan di dalam entitas KBRI Pyongyang. Terkait kasus di
Pyongyang, Korea Utara tentunya berbeda dengan yang ada di Eropa dimana
situasi dinamis dan mampu mengimplementasikan regulasi terkait pengadaan
dan pendistribusian logistik dengan baik.
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan maka reformulasi instrumen
regulasi harus dapat menjawab permasalahan yang dihadapi masing- masing
Perwakilan RI. Peraturan yang disusun hendaknya berbasis kebutuhan riil di
lapangan. Pertama hal yang harus dipertimbangkan adalah memetakan
kebutuhan penyelenggaraan Pemilu di luar negeri dari sisi regulasi berdasarkan
karakteristik masing-masing negara. Kedua, mengklasifikasi kebutuhan
pengaturan umum yang diperlukan di tiap negara, kebutuhan khusus di tingkat
regional, dan kebutuhan pengaturan khusus di tiap negara atau Perwakilan RI.
Kebutuhan pengaturan tersebut bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan
permasalahan yang dihadapi baik secara umum maupun secara khusus. Ketiga,
melakukan kajian dan diskusi dengan berbagai pihak untuk memperoleh
alternatif terbaik penyusunan peraturan yang didasarkan kepada pemenuhan
kebutuhan riil. Terakhir, menyusun peraturan KPU yang bersifat umum dan
berlaku untuk semua perwakilan RI di luar negeri untuk merealisasikan
kebutuhan umum dan membuat pedoman teknis yang bersifat khusus untuk
merealisasikan kebutuhan khusus di masing-masing negara atau perwakilan RI
yang memerlukan regulasi khusus karena karakteristik wilayah yang khas.

18 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB III

MENINJAU PENYELENGGARA PEMILU LUAR NEGERI


INDONESIA DALAM TATANAN REGULASI
DARI MASA KE MASA

A. Potret Penyelenggara Pemilu Luar Negeri pada Era Orde Lama


Pemilu 1955 adalah Pemilu pertama yang diselenggarakan dalam sejarah
kemerdekaan Bangsa Indonesia yang pada saat itu berusia 10 tahun. Pemilu 1955
dilaksanakan pada masa Demokrasi Parlementer oleh Kabinet Burhanuddin
Harahap. Pemungutan suara dilakukan 2 (dua) kali, yaitu untuk memilih anggota
DPR pada tanggal 29 September 1955 dan memilih anggota Dewan Konstituante
pada tanggal 15 Desember 1955. Dasar Hukum Penyelenggaraan Pemilu adalah:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota
Konstituante dan Anggota DPR sebagaimana diubah dengan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1953;
2. Undang-Undang Darurat Nomor 18 Tahun 1955 tentang Perubahan Jumlah
Anggota Panitia Pemilihan Indonesia, Panitia Pemilihan dan Panitia
Pemilihan Kabupaten;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1954 tentang Menyelenggarakan
Undang-undang Pemilu;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1954 tentang Cara Pencalonan
Keanggotaan DPR/Konstituante oleh Anggota Angkatan Perang dan
Pernyataan Non Aktif/Pemberhentian Berdasarkan Penerimaan
Keanggotaan Pencalonan Keanggotaan Tersebut, Maupun Larangan
Mengadakan Kampanye Pemilu terhadap Anggota Angkatan Perang.
Pemilu 1955 dilaksanakan dengan asas sebagai berikut:
1. Jujur
Pemilu harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Umum
Semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan minimal usia,
mempunyai hak memilih, dan dipilih.
3. Berkesamaan
Semua warga negara yang telah mempunyai hak pilih mempunyai suara yang
sama, yaitu masing-masing satu suara.

Menata Kelola Demokrasi 19


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
4. Rahasia
Pemilih dalam memberikan suara dijamin tidak akan diketahui oleh
siapapun dan dengan cara apapun mengenai siapapun yang dipilihnya.
5. Bebas
Setiap pemilih bebas menentukan pilihannya menurut hati nuraninya, tanpa
ada pengaruh, tekanan, paksaan dari siapapun, dan dengan cara apapun.
6. Langsung
Pemilih langsung memberikan suaranya menurut hati nuraninya, tanpa
perantara, dan tanpa tingkatan
Setelah membahas dasar hukum dan asas maka kita beralih ke Badan
Penyelenggara Pemilu dengan berpedoman pada Undang-undang Nomor 7
Tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan Anggota DPR, yaitu:
1. Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) mempersiapkan dan menyelenggarakan
pemilihan anggota Konstituante dan anggota DPR. Keanggotaan PPI
sekurang-kurangnya 5 orang dan sebanyak-banyaknya 9 orang, dengan masa
kerja 4 tahun;
2. Panitia Pemilihan (PP) dibentuk di setiap daerah pemilihan (provinsi) untuk
membantu persiapan dan menyelenggarakan pemilihan anggota
Konstituante dan anggota DPR. Susunan keanggotaan sekurang-kurangnya 5
orang dan sebanyak-banyaknya 7 orang anggota, dengan masa kerja 4 tahun;
3. Panitia Pemilihan Kabupaten (PPK) dibentuk pada setiap kabupaten oleh
Menteri Dalam Negeri yang bertugas membantu pemilihan, mempersiapkan
dan menyelenggarakan pemilihan anggota Konstituante dan anggota DPR;
4. Panitia Pemungutan Suara (PPS) dibentuk di setiap kecamatan oleh Menteri
Dalam Negeri dengan tugas mengesahkan daftar pemilih, membantu
persiapan pemilihan anggota Konstituante dan anggota DPR serta
menyelenggarakan pemungutan suara. Keanggotaan PPS sekurang-
kurangnya 5 orang anggota dan Camat karena jabatannya menjadi ketua PPS
merangkap anggota. Wakil ketua dan anggota diangkat dan diberhentikan
oleh PPK atas nama Menteri Dalam Negeri.
Untuk mengakomodasi hak pilih warga negara di luar negeri, Pasal 19
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953 mengamanatkan Kepala Perwakilan
Republik Indonesia untuk membentuk sebuah panitia di tempat kedudukan
perwakilannya yang disebut Panitia Pemilihan Luar Negeri dengan tugas
menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan administrasi pemilihan. Undang-
Undang juga menyebutkan bahwa apabila pemungutan suara dalam suatu daerah
pemungutan suara atau di suatu negeri di luar Indonesia dilakukan pada
beberapa tempat serentak, maka Kepala Perwakilan Republik Indonesia,

20 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
menambah jumlah anggota Panitia Pemungutan Suara atau Panitia Pemilihan
Luar Negeri sehingga pemungutan suara dilakukan dengan sah.
Setelah Pemilu pada 1955, maka Indonesia menyelenggarakan Pemilu untuk
kedua kalinya pada 1971. Pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 1971 ini
diselenggarakan untuk memilih anggota DPR. Sistem Pemilu 1971 menganut
sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan sistem stelsel daftar. Sistem
stelsel daftar adalah sistem penentuan anggota DPR, di mana calon yang terpilih
dari partai adalah calon yang memenuhi jumlah bilangan pembagi pemilih
menurut urutan daftar calon tetap yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila
suara yang dibutuhkan mencapai jumlah untuk satu wakil maka yang terpilih
adalah calon nomor urut satu, jika jumlah suaranya cukup untuk dua wakil maka
nomor urut dua yang diambil, demikian seterusnya. Artinya besarnya kekuatan
perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD berimbang dengan besarnya
dukungan pemilih karena pemilih memberikan suaranya kepada organisasi
peserta Pemilu.
Pemilu 1971 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia
(LUBER). Langsung memiliki arti bahwa pemilih dapat secara langsung
memberikan suaranya menurut hati nuraninya, tanpa perantara, dan tanpa
tingkatan. Kedua adalah umum, artinya semua warga negara yang telah
memenuhi persyaratan minimal dalam usia mempunyai hak memilih dan dipilih.
Ketiga adalah bebas, artinya bahwa setiap pemilih bebas menentukan pilihannya
menurut hati nuraninya, tanpa ada pengaruh, tekanan, dan paksaan dari
siapapun dan dengan cara apapun. Terakhir adalah rahasia yang berarti bahwa
pemilih dalam memberikan suara dijamin tidak akan diketahui oleh siapapun
dan dengan cara apapun mengenai siapa yang dipilihnya. Penjelasan lebih rinci
tertuang pada regulasi dalam menyelenggarakan Pemilu 1971 sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota
Badan Permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat;
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969, tentang Susunan dan Kedudukan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota
Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1970 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota

Menata Kelola Demokrasi 21


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat dan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
untuk Daerah Propinsi Irian Barat;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1970 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-
Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat dan Undang-Undang
No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Untuk Daerah Propinsi Irian Barat.
Penyelenggara Pemilu tahun 1971 disebut Lembaga Pemilihan Umum (LPU)
yang dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1970. LPU diketuai
Menteri Dalam Negeri yang keanggotaannya terdiri atas Dewan Pimpinan,
Dewan Pertimbangan, Sekretariat Umum LPU dan Badan Pembekalan dan
Perhubungan. Struktur organisasi penyelenggara di pusat, disebut Panitia
Pemilihan Indonesia (PPI), di Provinsi disebut Panitia Pemilihan daerah Tingkat
I (PPD I), di Kabupaten/Kotamadya disebut Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II,
di Kecamatan disebut Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang bertugas
menyelenggarakan pemungutan suara.
Di desa/kelurahan dibentuk Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih) untuk
memproses pendaftaran pemilih dan membantu tugas-tugas Panitia Pemungutan
Suara. Di tempat kedudukan Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
dibentuk Panitia Pemungutan Suara.
Dalam ketentuan PP Nomor 1 Tahun 1970, dijabarkan lebih teknis lagi
terkait penyelenggaraan Pemilu di luar negeri, di Departemen Luar Negeri
dibentuk Panitia Pemilihan untuk warga negara Indonesia di luar negeri, yang
terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 7
(tujuh) orang anggota yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam
Negeri, atas usul Menteri Luar Negeri, panitia ini dibubarkan satu tahun setelah
pemungutan suara.
Di tempat kedudukan Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri,
dibentuk Panitia Pemungutan Suara terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang anggota, yang diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Panitia Pemilihan
untuk warga negara Indonesia di luar negeri, atas usul Kepala Perwakilan.
Pemilih yang berada di luar negeri mendaftarkan diri pada Panitia
Pemungutan Suara, yang bertindak sebagai Panitia Pendaftaran Pemilih dengan
membawa surat-surat bukti yang diperlukan. Pemungutan suara di luar negeri
diadakan di tempat Perwakilan Republik Indonesia dan dilakukan secara
serentak sesuai dengan pemungutan suara di dalam negeri.

22 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Diagram 1. Hierarki Penyelenggara Pemilu di Luar Negeri Berdasarkan
UU 15 Tahun 1969 dan PP 1 Tahun 1970

Lembaga Pemilihan Umum

Panitia Pemilihan Indonesia

Panitia Pemilihan untuk warga negara Indonesia


di luar negeri
(Berkedudukan di Deplu)

Panitia Pemungutan Suara yang bertindak sebagai


Panitia Pendaftaran Pemilih
(Berkedudukan di Perwakilan RI)

B. Potret Penyelenggara Pemilu Luar Negeri pada Era Orde Baru


Pada masa orde baru, Indonesia tercatat telah menyelenggarakan Pemilu
sebanyak lima kali yaitu pada tahun 1977, tahun 1982, tahun 1987, tahun 1992,
dan tahun 1997. Pemilu pertama kali pada masa orde baru dilaksanakan pada
tanggal 2 Mei 1977. Sama halnya dengan Pemilu 1971, pada Pemilu 1977 juga
menggunakan sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel
daftar. Sistem Pemilu dengan menggunakan sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan stelsel daftar ini pada akhirnya digunakan di seluruh
sistem Pemilu pada saat orde baru.
Asas yang dianut saat Pemilu adalah sama dengan sebelumnya yaitu
Langsung Umum Bebas Rahasia. Ditinjau dari asas dan sistem yang sama namun
untuk regulasinya tentunya berbeda beda. Lebih detailnya berikut adalah
regulasi yang diterapkan berdasarkan tahun pelaksanaan Pemilu:
1. Pemilu Tahun 1977
Dasar Hukum yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun
1977 adalah:
a. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1973 tentang Pemilihan Umum;
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan
Golongan Karya;
c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975 tentang Perubahan Undang
Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-
Anggota Badan Permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat;

Menata Kelola Demokrasi 23


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1975 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1976 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 Tentang Pemilihan Umum
Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat
Sebagaimana Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1976 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1975.
Dalam Pemilu Tahun 1977 tidak ada perubahan mekanisme dan
pengorganisasian Pemilu di luar negeri dari Pemilu sebelumnya.
2. Pemilu Tahun 1982
Dasar Hukum yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun
1982 adalah:
a. Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1978 tentang Pemilihan Umum;
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-
Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat Sebagaimana
Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Pemilihan Umum.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980 Bagian Ketujuh,
dimunculkan kembali istilah Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) untuk
melaksanakan Pemilu di luar negeri yang berkedudukan di Departemen Luar
Negeri. Tugas PPLN adalah membantu pelaksanaan tugas PPI dan PPD I
Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Pemilihan Umum bagi Warga negara
Republik Indonesia yang bertempat tinggal di Luar Negeri.
Anggota PPLN terdiri dari pejabat Departemen Luar Negeri dan pejabat
Sekretariat Umum LPU sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang, yang
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri/Ketua LPU, atas usul
Menteri Luar Negeri. Dalam PP ini juga disebutkan bahwa pada PPLN
dibentuk sebuah Sekretariat yang dipimpin oleh Seorang Sekretaris.
Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara, PPLN
dan Sekretariatnya dibubarkan dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri/Ketua LPU.

24 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
PP juga mengatur bahwa di tiap-tiap Perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri termasuk Konsulat Jenderal serta Konsulat-konsulat yang tidak
langsung di bawah Kedutaan Besar Republik Indonesia dibentuk PPS untuk
Warga Negara Republik Indonesia di luar negeri yang terdiri dari sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang anggota, yang diangkat dan diberhentikan oleh
Ketua PPLN, atas usul Kepala Perwakilan yang bersangkutan. Dalam PP juga
menyebutkan ketentuan bahwa Pemungutan suara bagi pemilih yang berada
di luar negeri diatur dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri/Ketua LPU.

Diagram 2. Hierarki Penyelenggara Pemilu di Luar Negeri Berdasarkan


PP 41 Tahun 1980

Lembaga Pemilihan Umum

Panitia Pemilihan Indonesia

Panitia Pemilihan Luar Negeri


(Berkedudukan di Deplu)

Panitia Pemungutan Suara yang bertindak sebagai


Panitia Pendaftaran Pemilih
(berkedudukan di Perwakilan RI)

3. Pemilu Tahun 1987


Dasar Hukum yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun
1987 adalah:
a. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1983 tentang Pemilihan Umum;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1985 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-
Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975 dan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1980;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 Tentang Pemilihan Umum
Anggota-Anggota Badan permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat
Sebagaimana Telah Tiga Kali Diubah Terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1985;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1985 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan

Menata Kelola Demokrasi 25


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 Tentang Pemilihan Umum
Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat
Sebagaimana Telah Tiga Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1985.
Penyelenggara Pemilu dalam Pemilu Tahun 1987 di luar negeri adalah
Panitia Pemilihan Luar Negeri yang selanjutnya dapat disebut PPLN yang
berkedudukan di Departemen Luar Negeri dan Panitia Pemungutan Suara
Luar Negeri yang selanjutnya dapat disebut PPSLN yang berkedudukan di
Perwakilan RI.
4. Pemilu Tahun 1992
Dasar Hukum yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun
1992 adalah:
a. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1985 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-
Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975 dan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1980;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum
Anggota-Anggota Badan permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat
Sebagaimana Telah Tiga Kali Diubah Terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1985;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1985 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum
Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat
Sebagaimana Telah Tiga Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1985;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum
Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat
Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah.
Dalam Pemilu Tahun 1992 tidak dilakukan revisi Undang-Undang
Pemilu yang direvisi hanya Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1985 dan perubahan tersebut tidak terkait
dengan substansi penyelenggaraan Pemilu di luar negeri.

26 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
5. Pemilu Tahun 1997
Dasar Hukum yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun
1997 adalah:
a. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1993 tentang Pemilihan Umum;
b. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum;
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1985 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-
Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975 dan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1980;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1995 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Pemilihan Umum Sebagaimana Telah Diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1990;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Pemilihan Umum Sebagaimana Telah Beberapa Kali
Diubah Terakhir dengan PP Nomor 10 Tahun 1995;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Pemilihan Umum Sebagaimana Telah Beberapa Kali
Diubah Terakhir dengan PP Nomor 44 Tahun 1996.
Dalam Pemilu Tahun 1997 juga tidak dilakukan revisi Undang-undang
Pemilu. Meskipun demikian dalam PP 10 Tahun 1995 dimunculkan istilah
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri yang selanjutnya
dapat disebut KPPSLN. KPPSLN dibentuk dengan Keputusan Ketua PPLN atas
usul Ketua PPSLN, adapun Tugas KPPSLN adalah melaksanakan pemungutan
suara dan penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri
yang selanjutnya disebut TPSLN. Anggota KPPSLN termasuk ketuanya,
terdiri dari unsur Pemerintah sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang yang
diangkat dan diberhentikan oleh Ketua PPSLN.

Menata Kelola Demokrasi 27


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Diagram 3. Hierarki Penyelenggara Pemilu di Luar Negeri Berdasarkan
PP 10 Tahun 1995

Lembaga Pemilihan Umum

Panitia Pemilihan Indonesia

Panitia Pemilihan Luar Negeri


(Berkedudukan di Deplu)

Panitia Pemungutan Suara yang bertindak sebagai


Panitia Pendaftaran Pemilih
(berkedudukan di Perwakilan RI)

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara


Luar Negeri

Ditinjau dari lembaga penyelenggara Pemilu, pada dasarnya pada masa orde
baru dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan. Pemilu tahun 1977 sampai
dengan Pemilu tahun 1997 diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Pemilu
yang memiliki struktur yang sama dengan penyelenggaraan pada tahun 1971,
yaitu PPI di tingkat pusat, PPD I di provinsi, PPD II di kabupaten/kotamadya, PPS
di kecamatan (yang juga bertugas menyelenggarakan pemungutan suara),
Pantarlih di desa/kelurahan. Bagi warga negara Indonesia di luar negeri dibentuk
Panitia Pemungutan Suara yang bersifat sementara (Ad hoc) yaitu PPLN, PPSLN
dan KPPSLN.
Terdapat perbedaan fungsi dan posisi kedudukan dalam istilah badan
penyelenggara Pemilu di luar negeri yang sebelumnya disebut sebagai Panitia
Pemilihan Luar Negeri (UU 7 Tahun 1953 Pasal 19) yang semula berkedudukan
di Perwakilan RI pada Pemilu Tahun 1955, namun dalam Pemilu berikutnya
menjadi Panitia Pemungutan Suara (PPS) berdasarkan UU 15 Tahun 1969
Penjelasan Pasal 21 Ayat 2 pada Pemilu tahun 1971 sampai tahun 1997. Adapun
PPLN dalam UU 15 Tahun 1969 merupakan Badan Ad hoc yang dibentuk dan
berkedudukan di Departemen Luar Negeri. Pada Pemilu tahun 1997
dimunculkan hierarki baru seiring bertambah banyaknya WNI di luar negeri
yaitu KPPSLN yang bertugas di tempat pemungutan suara.
Meskipun demikian tidak ada perubahan terkait suara pemilih luar negeri,
yaitu masuk ke daerah pemilihan dimana Kantor Kementerian Luar Negeri
berada. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang pemilihan umum
Anggota Badan Permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat pasal 4 ayat 2
menyebutkan:

28 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
“Warga Negara Republik Indonesia yang berada diluar negeri dianggap
penduduk daerah pemilihan dimana berdiri gedung Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia.”

C. Potret Penyelenggara Pemilu Luar Negeri pada Era Reformasi


Pemilu tahun 1999 merupakan Pemilu pertama pada masa reformasi.
Pemungutan suara dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 secara serentak di
seluruh wilayah Indonesia. Sistem Pemilu 1999 yang digunakan yaitu sistem
perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar. Pemilu tahun 1999
dilaksanakan dengan berpedoman pada asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil. Dasar hukum pelaksanaan Pemilu Tahun 1999 adalah Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Peraturan Presiden
Nomor 33 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1999 tentang Pemilihan Umum.
Pengertian asas Pemilu tersebut tertera dalam Penjelasan adalah Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum sebagai berikut:
1. Jujur
Dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, Penyelenggara/ Pelaksana,
Pemerintah dan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum, Pengawas dan
Pemantau Pemilihan Umum, termasuk Pemilih, serta semua pihak yang
terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Adil
Dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, setiap Pemilih dan Partai Politik
Peserta Pemilihan Umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari
kecurangan pihak manapun.
3. Langsung
Rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan
suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
4. Umum
Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal
dalam usia, yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah
kawin berhak ikut dalam pemilihan umum Warga negara yang sudah
berumur 21 (dua puluh satu) tahun berhak dipilih.
Pemilu 1999 dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dibentuk
oleh Presiden. KPU beranggotakan 48 orang dari unsur partai politik dan 5 orang
wakil pemerintah. Dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU juga dibantu oleh
Sekretaris Umum KPU.

Menata Kelola Demokrasi 29


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
PPI yang dibentuk berkedudukan di Ibu kota negara dan berfungsi sebagai
pelaksana KPU dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum. Untuk
penyelenggaraan di luar negeri dilaksanakan oleh PPLN yang berkedudukan di
Perwakilan RI dan ditetapkan dengan Keputusan PPI. Keanggotaan PPLN terdiri
atas wakil-wakil parpol peserta Pemilu ditambah beberapa orang wakil dari
pemerintah dan tokoh tokoh masyarakat. Peserta Pemilu pada saat itu sebanyak
48 partai politik. Undang-Undang tidak spesifik menyebutkan redaksional
KPPSLN dalam Pemilu tahun 1999. Meskipun demikian, tidak ada perubahan
signifikan dalam kebijakan negara dalam Pemilu di luar negeri pada Pemilu 1999.

D. Potret Penyelenggara Pemilu Luar Negeri pada Era Konsolidasi


Reformasi
1. Pemilu Tahun 2004
Pemilihan Umum (Pemilu) secara langsung oleh rakyat merupakan
sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan
negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu di Indonesia telah
diselenggarakan sejak tahun 1955 dan sampai tahun 2004 dengan asas
penyelenggaraan Pemilu yaitu Langsung, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil
(Luber Jurdil).
Terdapat beberapa hal yang membedakan Pemilu Tahun 2004 dengan
Pemilu-Pemilu sebelumnya yang merupakan implikasi dari Amandemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu:
a. Formalisasi Penyelenggara Pemilu di Indonesia yaitu Komisi Pemilihan
Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri;
b. Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
dilaksanakan secara langsung oleh rakyat Indonesia;
c. Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Daerah.
Dasar Hukum yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun
2004 adalah:
a. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum;
c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum

30 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Presiden dan Wakil Presiden;
e. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2004 tentang Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Menjadi Undang-Undang.
Dalam Undang-Undang No. 12 dan No. 23 tahun 2003 disebutkan bahwa
penyelenggara Pemilu di luar negeri terdiri dari PPLN yang dibentuk oleh
KPU dan berkedudukan di Perwakilan RI serta KPPSLN yang dibentuk oleh
PPLN dan berkedudukan di TPSLN. Definisi penduduk juga disempurnakan
menjadi warga negara Republik Indonesia yang berdomisili di wilayah
Republik Indonesia atau di luar negeri.
Dalam ketentuan pasal 95 ayat 2 Undang-Undang 12 Tahun 2003,
ditambah norma baru bagi WNI di luar negeri yaitu dalam hal pemilih tidak
dapat memberikan suara di TPSLN yang telah ditentukan, pemilih yang
bersangkutan dapat memberikan suara melalui pos yang disampaikan
kepada perwakilan Republik Indonesia setempat.
Pada penjelasan Undang-Undang terhadap Pasal 53 ayat 2 disebutkan
metode pendaftaran pemilih dengan menggunakan stelsel pasif bagi kota-
kota di luar negeri yang ada perwakilan RI yaitu pendaftaran dilakukan oleh
petugas pendaftaran pemilih. Serta stelsel aktif bagi kota-kota yang tidak ada
perwakilan RI dimana pemilih secara aktif mendaftar dengan ketentuan
lebih lanjut diatur oleh KPU.

2. Pemilu Tahun 2009


Pemilu Tahun 2009 merupakan Pemilu kedua dimana rakyat Indonesia
melaksanakan 2 kali pemungutan suara, yaitu Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD pada tanggal 9 April 2009 dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
pada tanggal 9 Juni 2009. Dalam penyelenggaraan Pemilu tahun 2009,
Penyelenggara Pemilu diatur dalam 1 Undang-Undang khusus terkait
penyelenggara Pemilu. Undang-Undang ini memperjelas beberapa hal terkait
penyelenggaraan Pemilu di luar negeri diantaranya:
a. Persyaratan PPLN dan KPPSLN yang lebih detail;
b. Tugas, Wewenang dan Kewajiban PPLN dan KPPSLN yang lebih rinci.
Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilu Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu;
b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

Menata Kelola Demokrasi 31


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
c. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden
Berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Pemilu tahun 2009, dalam
penyelenggaraan Pemilu di luar negeri, KPU mengeluarkan kebijakan
metode pemungutan suara dengan model dropping box yang disebut TPSLN
Khusus/Keliling khususnya oleh PPLN di wilayah Malaysia dan Timur
Tengah. Metode pemungutan suara ini diyakini dapat membantu
memfasilitasi dan menjawab permasalahan kesulitan pengumpulan surat
suara dari puluhan ribu pekerja Indonesia yang berada di Malaysia dan di
wilayah Timur Tengah yang tidak terjangkau oleh pelayanan pos atau yang
tidak memiliki alamat tetap namun berkeinginan untuk memilih. TPSLN
khusus/keliling ini juga diharapkan dapat berfungsi untuk mendrop dan
menjemput surat suara yang telah ditandai. Mengingat ketentuan hukum
hanya mengatur tentang pemungutan suara melalui TPSLN dan pos, maka
gagasan TPSLN keliling ini akan diterjemahkan sebagai pengembangan
metode pemilihan suara melalui pos.
3. Pemilu Tahun 2014
Pemilu Tahun 2014 adalah Pemilu keempat pasca reformasi, dalam
Pemilu ini terdapat kebijakan baru terkait waktu pemungutan suara di luar
negeri yaitu dapat dilakukan lebih awal daripada pemungutan suara di dalam
negeri (early voting).
Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilu Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu;
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
c. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden.
Sehubungan dengan kebijakan early voting, maka pelaksanaan
pemungutan suara di luar negeri untuk Pemilu Anggota DPR dilaksanakan
pada 1 hari di antara tanggal 30 Maret sampai dengan 6 April 2014 dan
untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan pada 1 hari di
antara tanggal 4 sampai dengan 6 Juli 2014.
Selain hal tersebut, tidak terdapat perubahan signifikan dalam kebijakan
regulasi pelaksanaan Pemilu di luar negeri pada Pemilu tahun 2014.

4. Pemilu tahun 2019


Pada tahun 2019 terdapat perubahan signifikan dalam waktu
pelaksanaan Pemilu. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)

32 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Nomor 14 Tahun 2013, bahwa pelaksanaan Pemilu dilaksanakan secara
serentak sehingga Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum mengamanatkan penyelenggara Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD
serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu Tahun 2019 secara
serentak.
Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilu yang asalnya terdiri dari beberapa
Undang-Undang yang terpisah dilakukan kodifikasi hanya menjadi satu
undang-undang, yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum. Selain hal tersebut, beberapa hal-hal baru dapat
ditemukan dalam penyelenggaraan Pemilu tahun 2019, sebagai
implementasi dari undang-undang. Disamping itu, hal-hal baru lainnya juga
diatur dalam PKPU berdasarkan pengalaman dari beberapa Pemilu
sebelumnya. Terkait pelaksanaan Pemilu tahun 2019 akan diuraikan lebih
detail dalam bab-bab berikutnya.

Menata Kelola Demokrasi 33


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG
PENYELENGGARA PEMILU LUAR NEGERI

A. Penguatan Kapasitas Badan Ad hoc Pemilu Luar Negeri


1. Kelompok Kerja Pembina Pemilu di Luar Negeri
Dalam menyelenggarakan Pemilu di luar negeri, KPU bersama Kementerian
Luar Negeri (Kemenlu) membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Pembina Pemilu
Luar Negeri yang bertugas mengelola urusan teknis administratif serta teknis
penyelenggaraan Pemilu di luar negeri. Pembentukan Pokja Pemilu Luar Negeri
Tahun 2019 dibentuk berdasarkan:
a. Nota Kesepahaman antara Ketua KPU dan Menteri Luar Negeri Nomor
5/PP.01/NK/01/KPU/XII/2017 dan Nomor PRJ/HI/296/12/2017/01
tanggal 6 Desember 2017 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Tahun 2019 bagi Warga Negara Indonesia di Luar Negeri;
b. Perjanjian Kerjasama antara Sekretaris Jenderal KPU dan Sekretaris
Jenderal Kementerian Luar Negeri Nomor 1/PL.02-SKB/01/SJ/I/2018 dan
Nomor PRJ/HI/038/01/2018/03 yang ditandatangani pada tanggal 12
Januari 2018 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019 bagi
Warga Negara Indonesia di Luar Negeri; dan
c. Surat Keputusan KPU Nomor 24/PL.02-Kpt/01/KPU/I/2018 tanggal 23
Januari 2018 untuk periode Januari-Desember 2018 dan Surat Keputusan
KPU Nomor 110/PP.05-Kpt/01/KPU/I/2019 untuk periode Januari-Juni
2019 sebagai dasar hukum pembentukan Pokja.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, struktur Pokja Pembina Pemilu Luar
Negeri Pemilu Tahun 2019 dapat digambarkan sebagai berikut:

34 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Diagram 4. Struktur Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri
Tahun 2019

PENGARAH

PENANGGUNGJAWAB

KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

BIDANG
BIDANG TEKNIS BIDANG BIDANG
ADMINISTRASI DAN
PENYELENGGARAAN KEUANGAN LOGISTIK
PELAPORAN

URUSAN URUSAN URUSAN


URUSAN BADAN AD
ADMINISTRASI DAN PENYUSUNAN PENGADAAN
HOC PEMILU LN
TU ANGGARAN LOGISTIK

URUSAN
URUSAN PENDATAAN, URUSAN URUSAN
EVALUASI DAN PEMUNGUTAN DAN PERTANGGUNG- DISTRIBUSI
PELAPORAN PENGHITUNGAN JAWABAN DAN BPP LOGISTIK
SUARA

URUSAN
SOSIALISASI
PEMILU

Adapun Uraian Tugas dari Struktur Pokja adalah sebagai berikut:


a. Pengarah terdiri dari Ketua KPU, Menteri Luar Negeri, Wakil Menteri
Luar Negeri, para Anggota KPU. Pertama, tugas Ketua KPU yaitu
memberi arahan tentang aktivitas dan kegiatan Pokja
Panitia Pemilu Luar Negeri yang terkait dengan teknis dan pelaksanaan
tahapan Pemilu. Kedua, tugas para Anggota KPU yaitu memberi arahan
teknis implementasi segala aktivitas dan kegiatan Pokja Pembina
Panitia Pemilu Luar Negeri yang terkait dengan teknis dan pelaksanaan
tahapan Pemilu. Ketiga, tugas Menteri Luar Negeri yaitu memberi arahan

Menata Kelola Demokrasi 35


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
kebijakan segala aktivitas dan kegiatan Pokja Pembina
Panitia Pemilu Luar Negeri yang terkait tupoksi Perwakilan RI di luar
negeri. Sementara itu, tugas Wakil Menteri Luar Negeri yaitu
mengarahkan secara teknis implementasi segala aktivitas dan kegiatan
Pokja Pembina Panitia Pemilu Luar Negeri yang terkait tupoksi
Perwakilan RI di luar negeri;
b. Penanggungjawab terdiri dari Sekretaris Jenderal KPU dan Sekretaris
Jenderal Kementerian Luar Negeri. Pertama, Sekretaris Jenderal
KPU bertanggung jawab terhadap segala aktivitas dan kegiatan Pokja
Pembina Panitia Pemilu Luar Negeri yang terkait dengan teknis dan
pelaksanaan tahapan Pemilu. Sekretaris Jenderal Kementerian Luar
Negeri bertanggung jawab terhadap segala aktivitas dan kegiatan Pokja
Pembina Panitia Pemilu Luar Negeri yang terkait tupoksi Perwakilan RI
di luar negeri;
c. Ketua yang terdiri dari Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Manajemen
bertugas menggoordinasi segala aktivitas dan kegiatan Pokja Pembina
Pemilu Luar Negeri secara teknis operasional;
d. Wakil Ketua yaitu Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian
Luar Negeri dan Kepala Biro Perencanaan dan Data KPU RI. Tugas
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri adalah
mengoordinasi segala aktivitas dan kegiatan Pokja Pembina Pemilu Luar
Negeri secara teknis operasional terkait personalia dan WNI di luar
negeri. Sedangkan tugas dari Kepala Biro Perencanaan dan Data KPU
adalah mengoordinasikan segala aktivitas dan kegiatan terkait
Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri yang terkait anggaran dan kebutuhan
pelaksanaan Pemilu di luar negeri;
e. Sekretaris pada struktur ini memiliki dua tugas utama yaitu mengelola
segala aktivitas dan kegiatan Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri yang
terkait dengan kebutuhan Sekretariat Pokja serta mengadministrasikan
segala aktivitas dan kegiatan terkait Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri;
f. Bidang Administrasi dan Pelaporan di dalam struktur ini hanya berisi
Koordinator dan Wakil Koordinator yang bertugas mengoordinasi
pelaksanaan administrasi, ketatausahaan, pelaporan, dan evaluasi
Pemilu di luar negeri;
g. Urusan Administrasi/Tata Usaha memiliki tugas sebagai pelaksana
administrasi Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri dan melaksanakan tata
usaha Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri;
h. Urusan Pelaporan dan Evaluasi memiliki 3 tugas utama yaitu
melaksanakan pelaporan segala aktivitas dan kegiatan Pokja Pembina
Pemilu Luar Negeri, mengelola laporan yang disampaikan oleh PPLN,

36 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
dan melaksanakan evaluasi segala aktivitas dan kegiatan
penyelenggaraan Pemilu di luar negeri;
i. Bidang Teknis Penyelenggaraan pada struktur ini hanya berisi
Koordinator dan Wakil Koordinator yang memiliki tugas
untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pembentukan Badan Ad hoc
Pemilu Luar Negeri, pendataan pemilih, pemungutan, penghitungan dan
rekapitulasi suara serta sosialisasi Pemilu;
j. Urusan Badan Ad hoc Penyelenggara Pemilu memiliki tugas untuk
merancang kebutuhan pembentukan Badan Ad hoc Penyelenggara
Pemilu di luar negeri, menyusun petunjuk teknis pembentukan dan tata
kerja penyelenggara Pemilu di luar negeri, mengadministrasikan usulan
perwakilan tentang Badan Ad hoc penyelenggara Pemilu, menyusun
Surat Keputusan Pengangkatan Badan Ad hoc penyelenggara Pemilu,
serta melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan Badan Ad hoc
penyelenggara Pemilu;
k. Urusan Pendataaan, Penghitungan dan Rekapitulasi memiliki beberapa
tugas sebagai berikut: pertama, melaksanakan pendataan pemilih di luar
negeri. Kedua, menjadi operator sistem aplikasi data pemilih Pokja.
Ketiga menyusun petunjuk teknis pemutakhiran data pemilih. Keempat,
menyusun petunjuk teknis kotak suara keliling. Kelima, menyusun
kebutuhan penghitungan suara di luar negeri. Keenam, memonitor
rekapitulasi suara di luar negeri. Ketujuh, mempersiapkan rekapitulasi
suara Pemilu luar negeri di Jakarta;
l. Urusan Sosialisasi Pemilu memiliki 3 tugas utama yaitu menyusun bahan
sosialisasi Pemilu di luar negeri, merancang kegiatan sosialisasi di luar
negeri, dan melaksanakan kegiatan sosialisasi Pemilu di luar negeri;
m. Bidang Keuangan berisi Koordinator dan Wakil Koordinator dan
memiliki tugas untuk mengkoordinasikan penyusunan anggaran,
pertanggungjawaban keuangan dan perbendaharaan Pemilu di luar
negeri;
n. Urusan Penyusunan Anggaran memiliki tugas menyusun kebutuhan
anggaran penyelenggaraan Pemilu di luar negeri, menelaah kebutuhan
anggaran PPLN, menyusun rancangan anggaran biaya PPLN, dan
terakhir adalah menyusun revisi dan perbaikan terhadap rancangan
anggaran biaya PPLN;
o. Urusan Pertanggungjawaban Keuangan memiliki 3 tugas yaitu menelaah
pertanggungjawaban keuangan PPLN, mengarsipkan dan mengelola
dokumen pertanggungjawaban PPLN, dan melaporkan
pertanggungjawaban PPLN kepada KPU;

Menata Kelola Demokrasi 37


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
p. Urusan Perbendaharaan memiliki tugas sebagai berikut: menjadi
Bendahara Pengeluaran Pembantu, mentransfer dana kepada PPLN, dan
mengelola dana Pemilu di luar negeri;
q. Bidang Logistik berisi Koordinator dan Wakil Koordinator dengan tugas
mengkoordinasikan pengadaan kebutuhan dan distribusi logistik Pemilu
di luar negeri;
r. Urusan Pengadaan Logistik memiliki tugas menganalisis kebutuhan
pengadaan logistik Pemilu di luar negeri, menyusun kebutuhan logistik
Pemilu di luar negeri, mengadakan kebutuhan logistik Pemilu di luar
negeri, dan mengklasifikasi pengadaan logistik baik di pusat maupun di
PPLN;
s. Urusan Distribusi Logistik memiliki 3 tugas utama yaitu menyusun
anggaran kebutuhan distribusi logistik Pemilu di luar negeri,
menetapkan penyedia jasa distribusi logistik Pemilu di luar negeri, dan
menentukan logistik Pemilu luar yang diantar maupun yang dikirim
melalui kurir.
Setelah memiliki struktur yang legal, Pokja mengadakan Rapat Kerja
Kelompok Kerja Pembina Pemilu Luar Negeri yang membahas
penyelenggaraan program penyelenggaraan Pemilu di luar negeri tahun
2019 pada tanggal 8 sampai dengan 10 Februari 2018. Rapat kerja tersebut
membahas persiapan Pemilu di luar negeri antara lain:
a. Sosialisasi Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pembentukan
dan Tata Kerja PPLN dan KPPSLN dalam Penyelenggaraan Pemilihan
Umum;
b. Pembahasan Tugas Pokok dan Fungsi Kelompok Kerja Pembina Pemilu
Luar Negeri;
c. Pembahasan Rancangan Anggaran dan Biaya PPLN dan Pantarlih LN
Tahun Anggaran 2018;
d. Pembahasan Rencana Kerja Kelompok Kerja Pembina Pemilu Luar
Negeri Tahun 2018.
Menindaklanjuti Rapat Kerja Pokja yang pertama maka dilakukan rapat
kedua pada tanggal 5 sampai dengan 7 Juli 2018 dengan pembahasan
Rencana Kerja Pokja Bulan Juli sampai dengan Desember 2018. Agenda
Raker kedua lebih spesifik membahas urusan masing-masing bidang yaitu
sebagai berikut:

38 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Tabel 1. Agenda Rencana Kerja Pokja Bulan Juli -Desember 2018

Bidang Urusan Keterangan


1. Finalisasi Jadwal Kegiatan
Periode Juli sampai dengan
Desember 2018;
2. Penyelesaian Administrasi
kegiatan Simulasi Pemilu
Luar Negeri di Hongkong dan
Penang; dan
3. Penyelesaian Rencana
Urusan Administrasi dan Kegiatan Monitoring PPLN;
Tata Usaha dan
4. Penyelesaian Rencana
Kegiatan Sosialisasi bagi
PPLN yang terdiri dari
Bidang
pergerakan tim, jadwal dan
Administrasi
kesiapan tuan rumah,
dan Pelaporan
perlengkapan yang
diperlukan, penetapan PPLN
peserta bimtek di tiap tuan
rumah.
1. Penyelesaian rencana
kegiatan Evaluasi Pemilu LN;
2. Pembahasan evaluasi dan
pelaporan PPLN tahun
Urusan Evaluasi dan
anggaran 2018 Urusan
Pelaporan
Badan Adhoc Pemilu;
3. Pembahasan Revisi SK
Jumlah Anggota PPLN; dan
4. Revisi SK PPLN berdasarkan
DPSLN
1. Pembahasan Penyusunan
Urusan Pendataan
DPSHPLN dan DPTLN
1. Pembahasan Materi
Sosialisasi dan Mekanisme
Kampanye di luar negeri,
Urusan Pemungutan, dan
Bidang Teknis
Penghitungan Suara;
Penyeleng-
Urusan Sosialisasi 2. Pembahasan draft awal
garaan
Peraturan KPU tentang
Tungsura;
3. Pembahasan Juknis Simulasi
Pemilu LN; dan
4. Pembahasan Juknis Pos dan
KSK.

Menata Kelola Demokrasi 39


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Bidang Urusan Keterangan
1. Pembahasan Penyusunan
Anggaran PPLN Tahun
Urusan Penyusunan
Anggaran 2019;
Anggaran
2. Pembahasan Verifikasi
Revisi Anggaran PPLN
Bidang Tahun 2018
Keuangan 1. Pembahasan Evaluasi TUP 1
Urusan dan TUP 2 PPLN;
Pertanggungjawaban 2. Pajak PPLN; dan
Anggaran dan Urusan 3. Mekanisme
BPP Pertanggungjawaban
Anggaran PPLN
1. Pembahasan Kebutuhan
Logistik dalam kegiatan
Simulasi;
Urusan Pengadaan 2. Pembahasan anggaran
Logistik logistik Pemilu yang
diadakan oleh PPLN; dan
Bidang Logistik
3. Pembahasan mekanisme
pengadaan logistik Pemilu
LN.
1. Pembahasan materi logistik
Urusan Distribusi Pemilu dalam kegiatan
Logistik Sosialisasi bagi PPLN.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwasanya terdapat 4 kegiatan yang


dilakukan di luar negeri dalam rentang waktu 6 bulan yaitu Simulasi Pemilu
di Luar Negeri, Monitoring Pemilu di Luar Negeri, Sosialisasi Pemilu di Luar
Negeri dan Evaluasi Pemilu di Luar Negeri.
Rapat Kerja Pokja ketiga dilaksanakan pada tanggal 18 sampai dengan
20 Januari 2019 untuk membahas Program Penyelenggaraan Pemilu Luar
Negeri Tahun 2019 Tahun Anggaran 2019. Kegiatan Rapat kerja Pokja ini
bertujuan untuk:
a. Mengoordinasikan, mengendalikan, dan mengarahkan kegiatan pada
130 perwakilan RI yang ada di luar negeri;
b. Mengkoordinasikan kegiatan yang berhubungan dengan Administrasi
Persuratan, Anggaran, Teknis Pemungutan Suara, Penyusunan DPTLN,
Logistik, dan Kegiatan Sosialisasi pada Pokja Pembina Pemilu LN,
maupun di 130 Perwakilan RI di luar negeri;
c. Mengevaluasi hambatan yang dihadapi selama tahun 2018 oleh PPLN

40 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
dan mempersiapkan rancangan perbaikan untuk tahun 2019;
d. Menyusun rangkaian program kegiatan Tahapan Pemilu yang akan
dilaksanakan selama tahun 2019 sesuai dengan Peraturan KPU.
Rapat Kerja Pokja Pembina Pemilu LN dalam rangka Pembahasan
Program Penyelenggaraan Pemilu Luar Negeri Tahun 2019 diawali dengan
pengarahan umum terkait kebijakan penyelenggaraan Pemilu luar negeri
yang dipimpin oleh Ketua Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri. Peserta rapat
dibagi dalam 3 bidang/ kelas yang terdiri dari:

Tabel 2. Pembagian Bidang/Kelas pada Rapat Kerja Pokja Pembina


Pemilu LN Tahun 2019

Bidang Tugas

Bidang 1. Jadwal Kegiatan Pokja pada Tahun 2019


Administrasi, 2. Rapat-rapat yang akan dilakukan tiap bidang
Pelaporan, 3. Gambaran Besar Kegiatan Pokja Pembina Pemilu LN
Logistik dan (Bimtek, Monitoring, Rekapitulasi, Evaluasi)
Distribusi 4. Pemetaan Titik yang akan dikunjungi dan peserta
5. Simulasi pergerakan tim dari personil yang tersedia
6. Pembahasan mekanisme evaluasi dan pelaporan
7. Pembahasan distribusi logistik Pemilu di luar negeri
(SOP Distribusi Logistik LN)
Bidang Teknis 1. Pembahasan Juknis Badan Penyelenggara Ad hoc
Penyelenggaraan Pemilu Luar Negeri Tahun 2019
2. Pembahasan Pembentukan KPPSLN
3. Pembahasan Persiapan Rekapitulasi DPTb dan DPK
Luar Negeri
4. Pembahasan Juknis Penyusunan DPTb dan DPK Luar
Negeri
5. Pembahasan Materi Sosialisasi dan Kampanye di Luar
Negeri
6. Pembahasan Materi Pemungutan dan Penghitungan
Suara di Luar Negeri
7. Pembahasan Materi Rekapitulasi Penghitungan Suara.
Bidang 1. Verifikasi dan Finalisasi Rencana Anggaran Biaya PPLN
Penyusunan dan Tahun 2019
Pengalokasian 2. Mekanisme Penggunaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Anggaran PPLN Tahun 2019
3. Jadwal Verifikasi dan Pertanggungjawaban TUP Tahun
2019

Menata Kelola Demokrasi 41


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Raker tersebut dibuka oleh Bapak Arief Budiman selaku Ketua KPU RI.
Acara pembukaan dilanjutkan dengan pengarahan oleh Anggota KPU terkait
dengan:
a. Tugas Pokok dan Fungsi Pokja Pemilu LN Tahun 2019;
b. PKPU Tungsura dan Persiapan Logistik Pemilu Luar Negeri;
c. Persiapan Rekapitulasi DPTb LN dan DPK LN;
d. Pembentukan KPPSLN, kode perilaku, dan mekanisme pelanggaran kode
etik; dan
e. Anggaran PPLN Tahun 2019 dan Pertanggungjawaban Anggaran Pemilu
Tahun 2019 di luar negeri.
Secara umum, rapat tersebut menekankan bahwa Pokja Pembina PPLN
memiliki tugas untuk menyelenggarakan Pemilu di luar negeri sesuai dengan
amanah konstitusi untuk menjamin hak konstitusional setiap warga negara
Indonesia termasuk yang berada di luar negeri. Pokja Pembina Pemilu LN
melaksanakan tugas sesuai dengan tahapan Pemilihan Umum mulai dari
tahap persiapan, pelaksanaan pemungutan dan penghitungan di luar negeri,
serta rekapitulasi nasional penghitungan hasil Pemilihan Umum tahun 2019
di luar negeri.

2. Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN)


Undang-Undang mengamanatkan pembentukan PPLN yang berkedudukan di
Perwakilan RI di luar negeri, PPLN merupakan unsur masyarakat di luar
negeri yang berada di wilayah kerja Perwakilan RI tersebut. Terkait
ketentuan UU dan PKPU terkait pembentukan PPLN, tugas, wewenang dan
kewajiban PPLN, Sekretariat PPLN, dan masa kerja PPLN detailnya diatur
dalam undang-undang dan peraturan sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;
b. Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program dan
Jadwal Pemilihan Umum Tahun 2019 sebagaimana diubah terakhir
dengan Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2018;
c. Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pembentukan dan Tata
Kerja PPLN dan KPPSLN;
d. Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2018 tentang Sosialisasi, Pendidikan
Pemilih dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum.
PPLN dibentuk di 130 Perwakilan RI di Luar Negeri yang terdiri dari 96
Kedutaan Besar Republik Indonesia, 30 Konsulat Jenderal Republik
Indonesia, 3 Konsulat Republik Indonesia dan 1 Kantor Dagang dan Ekonomi
Indonesia di Taipei.

42 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pembentukan
dan Tata Kerja PPLN dan KPPSLN dalam Pemilihan Umum mengatur jumlah
PPLN pada masing-masing perwakilan RI disesuaikan dengan jumlah
Pemilih dengan ketentuan:
a. PPLN dengan jumlah Pemilih di bawah 1.000 orang sebanyak 3 orang
PPLN;
b. PPLN dengan jumlah Pemilih di atas 1.000 orang sampai dengan 10.000
sebanyak 5 orang PPLN;
c. PPLN dengan jumlah Pemilih di atas 10.000 orang sebanyak 7 orang
PPLN.
Adapun mekanisme pembentukan PPLN berdasarkan peraturan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kepala Perwakilan Republik Indonesia membentuk PPLN paling lambat
6 (enam) bulan sebelum penyelenggaraan Pemilu;
b. PPLN dibentuk sesuai dengan tahapan penyelenggaran Pemilu
sebagaimana tercantum dalam Peraturan KPU Nomor 7 tahun 2017
tentang tahapan, program, jadwal, penyelenggaraan Pemilu tahun 2019
sebagaimana diubah dengan Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2018;
c. Kepala Perwakilan Republik Indonesia membubarkan PPLN paling
lambat 2 (dua) bulan setelah pemungutan suara;
d. Dalam hal terjadi pemungutan dan penghitungan suara Presiden dan
Wakil Presiden putaran kedua, masa kerja PPLN diperpanjang paling
lambat 2 (dua) bulan setelah pemungutan suara kedua;
e. Dalam hal terjadi pemungutan dan penghitungan suara ulang, Pemilu
Susulan dan Pemilu Lanjutan, masa kerja PPLN diperpanjang dan PPLN
dibubarkan paling lambat 2 (dua) bulan setelah pemungutan suara.
Selain mekanisme di atas juga terdapat penetapan PPLN dan
pengangkatan kembali PPLN sebagai berikut:
a. KPU melalui Kepala Perwakilan Republik Indonesia mengangkat dan
memberhentikan anggota PPLN;
b. Dalam memilih calon anggota, Kepala Perwakilan Republik Indonesia
melakukan tahapan kegiatan meliputi:
1) Kepala Perwakilan Republik Indonesia melakukan seleksi anggota
PPLN;
2) Kepala Perwakilan Republik Indonesia mengirimkan berita faks
hasil seleksi calon anggota PPLN kepada KPU melalui kementerian
yang menyelenggarakan urusan luar negeri.

Menata Kelola Demokrasi 43


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
c. KPU menetapkan keputusan tentang pengangkatan anggota PPLN;
d. KPU mengirimkan keputusan kepada Kepala Perwakilan Republik
Indonesia melalui kementerian yang menyelenggarakan urusan luar
negeri;
e. Kepala Perwakilan Republik Indonesia atas nama Ketua KPU melantik
anggota PPLN;
f. Dalam melakukan seleksi anggota PPLN, Kepala Perwakilan Republik
Indonesia mempertimbangkan masa tinggal anggota PPLN sampai akhir
tahapan Pemilu di wilayah penugasan.
Secara umum, Pemilu 2019 di luar negeri melibatkan 130 PPLN dan
melibatkan sebanyak 566 orang anggota PPLN dan 360 Sekretariat PPLN
dengan masa kerja Maret 2018 – Juni 2019.

3. Panitia Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih LN)


Pantarlih LN merupakan ujung tombak KPU dalam melakukan tahapan
pemutakhiran dan pendaftaran pemilih di luar negeri guna melayani hak
konstitusional warga negara dalam menggunakan hak pilihnya. Sistem kerja
Pantarlih dapat dipahami dengan terlebih dahulu mengetahui mekanisme
pembentukan dan pengangkatan Pantarlih LN. Pantarlih LN ditetapkan
melalui Surat Keputusan Ketua PPLN. PPLN wajib melaporkan pengangkatan
Pantarlih LN kepada KPU. Selanjutnya, PPLN memasukan nama-nama
Pantarlih LN ke dalam aplikasi Badan Ad hoc.
Pada aspek pengangkatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. PPLN dalam melakukan Pemutakhiran Data Pemilih dibantu oleh
Pantarlih LN;
b. Pantarlih LN dapat berasal dari Warga Negara Indonesia yang bekerja di
Perwakilan Republik Indonesia atau Warga Negara Indonesia yang
tinggal di negara yang bersangkutan;
c. PPLN mengangkat Pantarlih LN dengan mempertimbangkan
keterwakilan komunitas;
d. Pantarlih LN diangkat dan diberhentikan oleh PPLN;
e. Pantarlih LN berjumlah 1 (satu) orang untuk setiap TPSLN;
f. Bagi PPLN yang memfasilitasi Pemilih melalui KSK dan pos dapat
mengangkat Pantarlih LN dengan ketentuan;
1) 1 (satu) orang Pantarlih LN untuk setiap KSK;
2) 1 (satu) orang Pantarlih pos dengan jumlah Pemilih sampai dengan
5.000 (lima ribu) Pemilih;

44 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
3) 2 (dua) orang Pantarlih pos dengan jumlah Pemilih paling sedikit
5.000 (lima ribu) Pemilih sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu)
Pemilih; dan
4) 3 (tiga) orang Pantarlih pos dengan jumlah pemilih kelipatan dari
10.000 (sepuluh ribu) Pemilih.
g. Pantarlih LN dibentuk selambat-lambatnya tanggal 10 April 2018.
Pantarlih LN yang menjadi ujung tombak KPU dalam melakukan
pemutakhiran dan pendaftaran pemilih melalui proses Pencocokan dan
Penelitian (Coklit). Panitia Pemutakhiran Pemilih Luar Negeri (Partarlih LN)
melakukan pemutakhiran data pemilih dari tanggal 17 April – 16 Mei 2018.
Pantarlih dalam melakukan proses pemutakhiran dan pendaftaran pemilih
mengemban tugas melindungi hak konstitusional warga negara. Pekerjaan
yang sangat penting ini harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
penuh tanggung jawab. Oleh sebab itu Pantarlih harus tepat dalam
pencocokkan data dan teliti dalam bekerja serta dapat berkoordinasi dengan
pihak-pihak terkait yaitu PPLN dan Perwakilan RI.
Jumlah Pantarlih LN pada pelaksanaan Pemilu 2019 adalah 1.200 orang,
dengan rincian sebagai berikut:
a. Pantarlih TPS 598 orang;
b. Pantarlih KSK 463 orang;
c. Pantarlih Pos 139 orang
Mekanisme atau panduan kerja Pantarlih dalam melaksanakan kegiatan
pencocokan dan penelitian melalui tahapan sebagai berikut:
a. Perkenalan:
1) Siapa pemilih dengan ramah dan santun;
2) Memperkenalkan Identitas Pantarlih;
3) Meminta waktu untuk melakukan coklit;
4) Selalu memakai tanda pengenal Pantarlih.
b. Mencoklit:
1) Pantarlih meminta kepala keluarga dan/atau anggota keluarga
untuk menunjukkan dokumen kependudukan (KTP-el/Surat
Keterangan dan Kartu Keluarga) yang dimiliki;
2) Bacakan atau tunjukkan nama-nama anggota keluarga pemilik
rumah yang sedang dicoklit yang terdaftar di dalam Model A-KPU;

Menata Kelola Demokrasi 45


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
3) Minta kepala keluarga atau anggota keluarga yang didatangi untuk
memeriksa nama-nama anggota keluarga yang terdaftar dalam
Model A-KPU dan kebenaran informasi di dalamnya;
4) Teliti kebenaran informasi antara daftar pemilih yang ada di A-KPU
dengan dokumen kependudukan yang ditunjukkan oleh kepala
keluarga atau anggota keluarga yang dikunjungi;
5) Jika terdapat informasi data pemilih yang dianggap tidak akurat,
salah atau tidak lengkap maka Pantarlih memperbaiki atau
melengkapi data tersebut berdasarkan KK atau KTP-el/Surat
Keterangan pemilih;
6) Pastikan kembali apakah masih terdapat anggota keluarga yang
belum terdaftar. Jika terdapat anggota keluarga yang telah
memenuhi syarat sebagai pemilih, catat dalam Model A-KPU
berdasarkan Kartu Keluarga atau KTP-el pemilih;
7) Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang penyandang
disabilitas, dan cacat anggota keluarga yang menyandang disabilitas
tersebut ke dalam kolom keterangan sesuai dengan jenis
disabilitasnya;
8) Tanyakan juga apakah ada anggota keluarga yang terdaftar dalam
Model A-KPU tidak lagi memenuhi syarat sebagai pemilih karena
telah meninggal dunia, pindah domisili, menjadi anggota
TNI/POLRI;
9) Jika terdapat pemilih yang tidak memenuhi syarat sebagai pemilih,
Pantarlih mencoret pada kolom pemilih tersebut dan mencatat
alasan pencoretan pada kolom keterangan;
10) Daftarkan anggota keluarga yang akan berumur 17 tahun pada hari
pemungutan suara dan anggota keluarga yang belum cukup umur
tapi sudah atau pernah menikah yang belum terdaftar ke dalam
Model A-KPU;
11) Pantarlih harus memulai coklit minimal 5 rumah pada tanggal 17
April 2018 dalam rangka Gerakan Coklit Serentak.
Melalui kinerja Pantarlih inilah akhirnya penyelenggara Pemilu dapat
mendata dan memperoleh data pemilih termutakhir sehingga dapat
melindungi hak konstitusional warga negara dalam menggunakan hak
pilihnya.

46 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
4. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN)
Pembentukan dan Penetapan KPPSLN harus meninjau 2 poin penting sesuai
dengan ketentuan yang diberlakukan yaitu:
a. PPLN mengangkat dan memberhentikan anggota KPPSLN;
b. Dalam memilih calon anggota KPPSLN, PPLN melakukan tahapan
kegiatan meliputi:
1) Melakukan seleksi anggota KPPSLN;
2) Menetapkan anggota KPPSLN dan melaporkannya kepada KPU
melalui kementerian yang menyelenggarakan urusan luar negeri;
3) Menetapkan keputusan tentang pengangkatan anggota KPPSLN; dan
4) Ketua PPLN melantik anggota KPPSLN.
Untuk membantu tugasnya PPLN dibentuk dan diangkat Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN). Terdapat 3.553
KPPSLN di 130 PPLN dengan jumlah sebanyak 12.765 orang untuk masa
kerja selama 1 (Satu) bulan pada April 2019. KPPSLN Pos memiliki masa
tugas 2 bulan sejak diterima logistik hingga akhir bulan April 2019. KPPSLN
dibentuk untuk menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara
melalui TPSLN, KSK dan Pos. KPPSLN berkedudukan di wilayah tempat
pelaksanaan pemungutan dan atau penghitungan suara luar negeri. Berikut
mekanisme pembentukan KPPSLN:
a. KPPSLN dibentuk paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
penyelenggaraan Pemilu dan dibubarkan paling lambat 1 (satu) bulan
setelah pemungutan suara;
b. Apabila terjadi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden putaran kedua, masa kerja KPPSLN diperpanjang
dan KPPSLN dibubarkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemungutan suara putaran kedua;
c. Apabila terjadi penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu
susulan dan Pemilu lanjutan, masa kerja KPPSLN diperpanjang dan
KPPSLN dibubarkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pemungutan
suara;
d. Anggota KPPSLN berjumlah paling sedikit 3 (tiga) orang dan paling
banyak 7 (tujuh) orang yang memenuhi syarat berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dengan ketentuan:
1) 3 (tiga) orang Anggota KPPSLN untuk TPSLN dengan jumlah Pemilih
kurang dari 100 (seratus) Pemilih;

Menata Kelola Demokrasi 47


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
2) 5 (lima) orang Anggota KPPSLN untuk TPSLN dengan jumlah Pemilih
lebih dari 100 (seratus) sampai dengan 500 (lima ratus) Pemilih;
dan
3) 7 (tujuh) orang Anggota KPPSLN untuk TPSLN dengan jumlah
Pemilih lebih dari 500 (lima ratus) Pemilih;
4) 3 (tiga) orang Anggota KPPSLN untuk Pemungutan Suara dengan
metode KSK dan Pos. yang merangkap sebagai Anggota KPPSLN
dengan metode pos.
Selain mekanisme diatas juga terdapat pembentukan dan penetapan
KPPSLN sebagai berikut:
a. PPLN mengangkat dan memberhentikan anggota KPPSLN atas nama
Ketua KPU;
b. Dalam memilih calon anggota KPPSLN, PPLN melakukan tahapan
kegiatan meliputi:
1) Melakukan seleksi anggota KPPSLN;
2) Menetapkan anggota KPPSLN dan melaporkannya kepada KPU
melalui kementerian yang menyelenggarakan urusan luar negeri;
3) Menetapkan keputusan tentang pengangkatan anggota KPPSLN; dan
4) Ketua PPLN melantik anggota KPPSLN.
c. Susunan keanggotaan KPPSLN terdiri atas:
1) 1 (satu) orang ketua merangkap anggota dan paling banyak 6 (enam)
orang anggota;
2) Ketua KPPSLN dipilih dari dan oleh anggota KPPSLN.
Dalam penyelenggaraan Pemilu KPPSLN bertugas:
a. Mengumumkan DPTLN di TPSLN, KSK dan di laman PPLN bagi pemilih
melalui Pos;
b. Menyampaikan surat undangan atau pemberitahuan kepada pemilih
sesuai dengan DPTLN untuk menggunakan hak pilihnya di TPSLN, KSK
dan Pos;
c. Menyerahkan DPTLN kepada saksi peserta Pemilu yang hadir dan
Pengawas TPSLN dan KSK;
d. Dalam hal peserta Pemilu tidak memiliki saksi sebagaimana dimaksud
dalam nomor 3, DPTLN diserahkan kepada peserta Pemilu melalui PPLN
paling lambat sampai dengan tahapan rekapitulasi di PPLN;

48 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
e. Menyerahkan DPTLN kepada saksi peserta Pemilu yang hadir dan
Panwaslu LN, dan dalam hal peserta Pemilu tidak memiliki saksi, DPTLN
diserahkan kepada peserta Pemilu;
f. Melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara di TPSLN dan KSK
serta penghitungan suara untuk Pemilih yang memilih melalui Pos;
g. Membuat berita acara pemungutan dan penghitungan suara serta
membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya
kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu LN, dan KPU melalui PPLN;
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU; dan
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sedangkan wewenangnya dalam penyelenggaraan Pemilu terdapat 3 hal
yaitu mengumumkan hasil penghitungan suara TPSLN, KSK dan Pos,
melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh KPU dan PPLN sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan melaksanakan
wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain wewenang tentunya terdapat kewajiban dalam penyelenggaraan
Pemilu KPPSLN yaitu sebagai berikut:
a. Menempelkan DPTLN di TPSLN dan KSK;
b. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan
oleh saksi, Panwaslu LN, peserta Pemilu, dan masyarakat pada hari
pemungutan suara;
c. Menjaga dan mengamankan keutuhan isi kotak suara setelah
penghitungan suara dan setelah kotak suara disegel;
d. Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPLN;
e. Menyerahkan kotak suara tersegel kepada PPLN;
f. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU dan PPLN sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. Membangun Sistem Jaringan Lembaga Penyelenggara Pemilu Luar


Negeri dalam Tatanan Praktik di Lapangan
Pemilihan umum dengan sistem demokrasi di Indonesia mempunyai kaitan
yang sangat erat, demokrasi mempunyai arti sebagai pemerintahan yang
rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan (Ismatullah, 2015),
sedangkan pemilihan umum mempunyai fungsi sebagai potensi pasar guna

Menata Kelola Demokrasi 49


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
mewujudkan demokrasi (Lay, 2006). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara
demokrasi dan pemilihan umum.
Melihat kondisi di atas maka perlu kiranya sebuah sistem tata kelola Pemilu
dibangun dengan baik sehingga meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia.
Salah satu kunci yang perlu dibahas ketika berdiskusi tata kelola Pemilu di luar
negeri adalah membangun jaringan di luar negeri. Buku Stephen Goldsmith dan
William (2004) yang berjudul Governing by Network: The New Shape of the Public
Sector. Pada bab pertama, buku ini mengungkapkan bahwa birokrasi sebagai
pelayanan publik harus berubah mengikuti perkembangan di masyarakat yang
semakin kompleks dan dinamis. Penyebab birokrasi harus berkembang sesuai
dengan keadaan masyarakat disebabkan karena birokrasi mempunyai sistem
hierarki yang tidak mampu mengikuti perkembangan masyarakat, namun pada
saat ini memang nilai nilai hirarki mulai ditinggalkan meskipun masih tetap ada
didalam tubuh birokrasi.
Agar nilai-nilai hierarki dapat ditinggalkan, perlu dibuat jaringan dengan
berbagai pihak. Jaringan itu akan membentuk mitra yang berfungsi sebagai jalur
distribusi layanan dan transaksi publik. Konsep yang diberikan didalam buku ini
memang tidak jauh berbeda dengan konsep governance yang menekankan
paradigma tata kelola pemerintahan telah bergeser dari government ke arah
governance yang menekankan pada kolaborasi dalam kesetaraan dan
keseimbangan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat madani
mengenai pelayanan publik yang memadai (Santosa, 2008).
Terbukanya jaringan antar pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk
mengelola permasalahan publik bukan dipengaruhi luasnya jaringan saja namun
juga ada faktor koordinasi. Sistem koordinasi yang lebih baik dan lebih banyak
kerja sama tim di seluruh elemen akan menumbuhkan pelayanan publik yang
lebih baik. Pada bagian ini memang Goldsmith dan William (2004) menunjukan
beberapa kasus mengenai hubungan antara pemerintah dan swasta di berbagai
negara, namun nampaknya kurang memperhatikan mengenai hubungan
perusahaan antar swasta yang saling mempengaruhi dalam pelayanan publik.
Menurut Pratiwi (2016), karakteristik perusahaan, karakteristik top
management, dan lingkungan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
pada kinerja perusahaan kecil. Proses inilah yang akan mempengaruhi
pemerintah dalam mengambil kebijakan.
Jaringan menjadi sebuah kunci mengingat tatanan Pemilu luar negeri
mencakup ranah internasional. Jika jaringan tidak berjalan baik maka
komunikasi akan buruk sehingga berpengaruh terhadap kinerja dan hasil
kerjanya. Howlett dalam Santoso (2008) mendefinisikan komunikasi sebagai
sumber daya informasi pemerintah yang digunakan untuk mempengaruhi dan
mengarahkan aksi kebijakan melalui kerangka informasi dan pengetahuan

50 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
kepada aktor sosial di masyarakat.
Berdiskusi perihal jaringan maka tidak terlepas dari penguatan kapasitas
organisasi publik mengingat Penyelenggara Pemilu adalah sebagai organisasi
publik yang berjejaring antara satu organisasi publik dengan lainnya. Penguatan
atau pengembangan kapasitas sebagaimana dipahami dalam kerangka nasional
lebih mengacu pada kebutuhan yang sifatnya menyesuaikan kebijakan dan
peraturan, reformasi kelembagaan, modifikasi prosedur kerja dan mekanisme
koordinasi, peningkatan sumber daya manusia, keterampilan dan kualifikasi, dan
yang terakhir adalah perubahan sistem nilai dan sikap.
Lingkup pengembangan kapasitas secara umum mencakup tiga tingkat, hal
ini disusun agar penguatan kapasitas yang dilakukan lebih efektif dan
berkelanjutan:
a) Tingkat sistem, yaitu kerangka peraturan dan kebijakan.
b) Tingkat kelembagaan atau entitas, yaitu struktur organisasi.
c) Tingkatan Individu, yaitu skills individu
(SfDM, 2005).
Tiga aspek di atas dapat digunakan sebagai acuan penguatan kapasitas organisasi
publik hingga menilai efektivitas penguatan kapasitas di suatu lembaga.
Perihal melakukan penguatan kapasitas suatu lembaga tertentu harus
meninjau terlebih dahulu prinsip prinsip penguatan kapasitas, secara umum
yang dapat dibagi menjadi empat, berikut pembagiannya:
1. Penguatan kapasitas harus multi dimensi yang mencakup rencana strategis
lembaga.
2. Penguatan kapasitas harus melibatkan multi aktor.
3. Penguatan kapasitas harus sesuai dengan kebutuhan.
4. Pelaksanaan penguatan kapasitas harus sesuai dengan kebijakan nasional.
(SfDM, 2005)
Setelah membahas tataran konseptual maka alangkah baiknya kita berdiskusi hal
hal yang terjadi di lapangan. Topik bahasan ini sangat menarik mengingat akan
membicarakan bagaimana sebuah sistem lembaga publik menyelenggarakan
Pemilu dan berusaha memfasilitasi hak pilih warga negaranya khususnya di
pelosok pelosok luar negeri.
Penguatan kapasitas yang dilakukan oleh lembaga seperti KPU RI harus
mempunyai objek yang disasar, hal ini bertujuan agar penguatan kapasitas yang
dilakukan terarah dan berkelanjutan. Menurut Sida dalam SfDM (2005), terdapat
empat objek yang disasar oleh dalam penguatan kapasitas yaitu: (1) Individu atau
profesi, (2) Unit Organisasi, (3) Organisasi Sistem, dan (4) Sistem Kelembagaan.

Menata Kelola Demokrasi 51


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Kebijakan Sida (2002) mengenai objek penguatan kapasitas organisasi publik
pada dasarnya memberikan landasan untuk melakukan analisis yang lebih baik
guna menentukan prioritas, menyajikan konsep pengetahuan, mendefinisikan
konsep, dan menentukan target untuk pengembangan kapasitas. Secara umum
konsep yang diberikan oleh Sida (2002) mengenai target penguatan kapasitas
dapat diilustrasikan melalui gambar berikut:

Gambar 1. Target Penguatan Kapasitas

Sumber: (Sida, 2002)

Penguatan kapasitas organisasi publik di Komisi Pemilihan Umum khususnya


untuk Penyelenggara Pemilu Serentak Tahun 2019 secara umum dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu: individu, organisasi, dan sistem. Penguatan pada level-level
tersebut tidak lain untuk meningkatkan sumber Daya Manusia (SDM), karena
SDM merupakan elemen terpenting bagi instansi pemerintah yang berperan
sebagai penggerak utama dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan
organisasi pemerintah (Lembaga Administrasi Negara RI, 2011).
Sebelum melakukan penguatan kapasitas organisasi publik di tiga aspek
(individu, organisasi, dan sistem) badan ini melakukan rekrutmen Badan
Penyelenggara Ad hoc luar negeri yang secara detail telah dibahas pada sub bab
sebelumnya. Ringkasnya, KPU RI telah melakukan pembentukan Kelompok Kerja
Pembina Pemilu Luar Negeri, pembentukan PPLN, pembentukan Pantarlih Luar
Negeri, dan pembentukan KPPSLN guna menyelenggarakan Pemilu Serentak
2019 di luar negeri.
Selain melakukan penguatan kapasitas di level individu ternyata KPU RI juga
melakukan penguatan di level organisasi guna menyongsong kesuksesan Pemilu
Serentak 2019 di luar negeri, hal ini tercermin dari beberapa program yang

52 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
meningkatkan kerjasama antar individu untuk menjalankan fungsi fungsi
lembaga, berikut program-program penguatan di level organisasi secara garis
besar:
a. Bimbingan Teknis dari KPU RI menuju beberapa titik di berbagai negara;
b. Rapat koordinasi antar bagian dan Lembaga;
c. Melakukan supervisi ke lapangan;
d. Melakukan kerjasama dengan lembaga lembaga lain untuk membantu
kinerja KPU RI seperti Kementerian Luar Negeri, Kedutaan, Universitas, LSM,
dan lain-lain.
Berdasarkan program-program tersebut maka dapat disimpulkan hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antar individu untuk melakukan
fungsi-fungsi lembaga khususnya sebagai Penyelenggara Pemilu. Kondisi ini
patut diberikan apresiasi dimana lembaga pemerintah telah melakukan ikhtiar
agar setiap individu memiliki kinerja yang bagus dapat berkolaborasi dengan
individu-individu lainnya.
KPU RI masih dirasa kurang dalam melakukan penguatan kapasitas di poin
tingkat sistem. Pada tingkat sistem ini pada dasarnya lebih fokus ke arah
kerangka peraturan dan kebijakan. Hal tersebut dikarenakan KPU RI kurang
mengakomodasi lembaga-lembaga yang telah bekerjasama dalam satu kesatuan
regulasi yang disusun.
Kesatuan dan keterpaduan regulasi berpengaruh terhadap hubungan kinerja
antar lembaga. Oleh sebab itu, ke depan keterpaduan regulasi perlu
direalisasikan setiap menyusun peraturan. Pengaturan tersebut tentunya
diharapkan tidak melanggar sistem tertib administrasi yang berlaku, walaupun
Skoldberg (2003) menunjukkan bahwa logika administrasi yang dianut oleh
banyak instansi pada era modern ini cenderung berubah dan memiliki empat
pendekatan yang sulit untuk digabungkan satu sama lain, yaitu pendekatan
birokrasi, hubungan antar manusia, sistem, dan kultur. Maka dari itu diharapkan
pemerintah dapat membuat sistem yang tepat sesuai pendapat Nispen (2011)
menggariskan bahwa perubahan yang ditawarkan tidak hanya atas dasar “logika
konsekuensi” namun juga “logika kesesuaian”. Perubahan dengan dasar logika
konsekuensi saja tidak akan menciptakan sumber kekuatan untuk
mempertahankan konsep perubahan yang berkelanjutan.

Menata Kelola Demokrasi 53


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB V
MANAJEMEN DATA PEMILIH LUAR NEGERI

A. Praktik Tata Kelola Data Pemilih Luar Negeri


Pendataan pemilih luar negeri dilaksanakan oleh KPU dalam beberapa
tahapan, pengelolaan tahapan Penerimaan Data WNI di Luar Negeri sesuai
Undang-Undang 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemilu dilakukan pada
tanggal 15 Desember 2017. Setelah itu KPU dibantu Kemenlu melakukan
sinkronisasi data sampai kemudian diserahkan dalam bentuk DP4LN dari
Kemenlu kepada KPU. DP4LN itulah yang kemudian disampaikan KPU kepada
PPLN untuk dilakukan pencocokan dan penelitian (coklit) dan penyusunan daftar
pemilih. Secara keseluruhan, tahapan pendataan pemilih telah melalui 8
(delapan) tahapan yaitu:
1. Data WNI di Luar Negeri;
2. DP4LN (Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu di Luar Negeri);
3. DPSLN (Daftar Pemilih Sementara Luar Negeri);
4. DPSHP LN (Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan Luar Negeri);
5. DPTLN (Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri);
6. DPTHP LN-1 (Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri Tahap 1 );
7. DPTHP LN-2 (Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri Tahap 2);
8. DPTHP LN-3 (Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri Tahap 3).
Kementerian Luar Negeri telah menyampaikan data awal WNI di luar negeri
sebanyak 3.231.133 orang untuk diverifikasi sebagai calon pemilih oleh
Perwakilan RI masing-masing. Proses pendataan pemilih setelahnya secara
berurutan adalah DP4LN (2.049.708), DPSLN (1.281.597), DPSHPLN
(1.798.350), DPTLN (2.049.791), DPTHP LN-1 (2.025.344), DPTHP LN-2
(2.058.191), dan DPTHP LN-3 (1.991.145).
Jika dibandingkan dengan bidang pekerjaan lain dalam Pokja, bidang
pendataan pemilih merupakan bidang yang bekerja relatif lebih lama. Bidang
pendataan pemilih mulai bekerja sejak hari pertama pembentukan Pokja
Pembina Pemilu LN melalui penyusunan DP4LN dan mengakhiri masa kerja
setelah pelaksanaan Pemilu 2019 yang ditandai dengan kegiatan integrasi Daftar
Pemilih Tetap (DPT) ke basis data WNI Kementerian Luar Negeri RI (Portal
Peduli WNI).
Perlu dicatat bahwa penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) seharusnya
dilakukan 1 (satu) kali sesuai peraturan yang berlaku. Namun dalam

54 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
perkembangannya, ketika DPT ditetapkan disepakati berdasarkan hasil
rekomendasi Bawaslu, maka KPU melakukan pencermatan kembali atas DPT
yang telah ditetapkan termasuk DPTLN. Implikasinya, pencermatan ulang
terhadap daftar pemilih dilakukan dalam beberapa tahap yaitu DPTHP ke-2 dan
DPTHP ke-3 termasuk DPTHPLN ke-3 yang ditetapkan pada tanggal 8 April 2019.
Pelaksanaan Penetapan DPT lebih dari 1 (satu) kali merupakan tindak lanjut dari
rekomendasi Bawaslu. Undang-Undang mewajibkan kepada KPU untuk
menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu yang dalam hal ini adalah pencermatan
kembali terhadap Data Pemilih.
Secara lebih rinci, berikut disampaikan rangkaian tahapan pengelolaan data
pemilih di luar negeri dalam berbagai tahapannya.

1. Penyerahan Data WNI di Luar Negeri


Pada penyelenggaraan Pemilu luar negeri, pemerintah berkewajiban untuk
menyiapkan dan menyerahkan data kependudukan yang akan ditetapkan
sebagai Daftar Pemilih. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 12 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Dalam rangka
melaksanakan ketentuan tersebut, KPU kemudian menerbitkan PKPU Nomor 12
Tahun 2018 tentang Penyusunan Daftar Pemilih di Luar Negeri Dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Pasal 7 PKPU Nomor 12 Tahun 2018
menjelaskan bahwa Data Kependudukan Warga Negara Indonesia yang
bertempat tinggal di luar negeri disediakan oleh kementerian yang menangani
urusan luar negeri, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri. Data kependudukan
dimaksud meliputi nomor urut, nama lengkap, tempat lahir, tanggal lahir, jenis
kelamin, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor Paspor, status perkawinan,
alamat, dan jenis disabilitas.
Penyediaan data WNI di luar negeri oleh Kementerian Luar Negeri diawali
dengan perekaman data secara bertahap di 130 kantor perwakilan RI.
Kementerian Luar Negeri diketahui menjalin kerjasama dengan Kementerian
Dalam Negeri untuk melakukan sinkronisasi dan integrasi data sehingga
menghasilkan data yang lebih akurat dibandingkan Pemilu sebelumnya.
Pada Pemilu Serentak tahun 2019, Kementerian Luar Negeri telah memiliki
program integrasi data WNI di luar negeri dengan data Kementerian Dalam
Negeri melalui sistem informasi yang dapat diakses secara online yaitu Portal
Pelayanan dan Perlindungan WNI di luar negeri. Data tersebut kemudian
dimutakhirkan melalui koordinasi bersama Direktorat Jenderal Imigrasi dan
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI). Meskipun demikian, faktanya sinkronisasi online ini belum dapat
dilakukan sampai Pemilu Tahun 2019 dilaksanakan. Hal ini karena aplikasi
dimaksud belum dapat diimplementasikan di seluruh PPLN karena
implementasinya dilakukan secara bertahap.

Menata Kelola Demokrasi 55


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 2. Penyerahan Data Kependudukan oleh Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Luar Negeri kepada KPU

(Sumber : rumahPemilu.org)

Sesuai Undang-Undang, Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri


menyampaikan data Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar
negeri kepada KPU. Data kependudukan tersebut harus diserahkan kepada KPU
paling lambat 16 (enam belas) bulan sebelum hari pemungutan suara. Pada
Pemilu Serentak tahun 2019, KPU menerima data WNI yang bertempat tinggal di
luar negeri dari Kementerian Luar Negeri pada tanggal 15 Desember 2017.
Kegiatan serah terima data berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta dan dihadiri
oleh Ketua KPU (Arief Budiman), Sekjen Kementerian Dalam Negeri (Hadi
Prabowo), dan Wakil Menteri Luar Negeri (Abdurrahman Muhammad Fachir).
Setelah diterima oleh KPU, data kependudukan tersebut selanjutnya akan di
sinkronisasi.

2. Sinkronisasi Data
Tahap sinkronisasi data merujuk pada kegiatan pencocokan dan
penyesuaian data Warga Negara Indonesia di luar negeri yang diterima oleh KPU
dari Kementerian Luar Negeri dengan Daftar Pemilih Tetap Pemilu terakhir yang
dimiliki oleh KPU. Sinkronisasi data dilaksanakan paling lama 2 (dua) bulan sejak
data diterima. Berdasarkan ketentuan ayat 5 pasal 7 PKPU Nomor 12 Tahun
2018, dalam melaksanakan sinkronisasi data KPU dapat berkoordinasi dengan
kementerian/lembaga lain yang tugasnya berkaitan dengan keberadaan Pemilih
di luar negeri. Proses koordinasi dapat difasilitasi melalui Forum Koordinasi
Pemutakhiran Data Pemilih. Hasil koordinasi pada forum tersebut akan
diserahkan oleh KPU kepada Kementerian Luar Negeri.

56 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
3. Penyerahan DP4LN
Kementerian Luar Negeri menyampaikan DP4LN kepada KPU paling lambat
14 (empat belas) bulan sebelum hari pemungutan suara. DP4LN berisi rincian
data Pemilih untuk setiap wilayah kerja PPLN yang pada hari pemungutan suara
genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, atau belum berumur 17 (tujuh
belas) tapi sudah kawin atau sudah pernah kawin.
Berdasarkan hasil verifikasi oleh Perwakilan RI dan pemadanan data dari
berbagai basis data (Dukcapil, Sisko TKLN, dan DPTLN 2014), diperoleh jumlah
WNI sebagai Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu di Luar Negeri (DP4LN)
sebanyak 2.049.708 orang. DP4LN tersebut secara resmi diserahkan secara
langsung oleh Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi kepada Ketua KPU Arief
Budiman pada 14 Februari 2018 di Kementerian Luar Negeri. Penyerahan data
pemilih di luar negeri ini merupakan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Gambar 3. Penyerahan DP4LN Pemilu 2019

(Sumber : nusakini.com)

Dilansir dari laman okezone.com (14/02/2018), Menteri Luar Negeri


mengakui data yang diserahkan masih akan fluktuatif sampai setidaknya sebulan
menjelang pelaksanaan Pemilu pada tanggal 19 April 2019. Meskipun demikian,
Ketua KPU menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan yang telah diberikan
oleh Kementerian Luar Negeri dalam penyelenggaraan Pemilihan Serentak tahun
2019 di luar negeri. Arief Budiman selaku Ketua KPU RI mengapresiasi
proses pendataan oleh Kementerian Luar Negeri yang dapat dilaksanakan dalam
waktu yang relatif cepat.

Menata Kelola Demokrasi 57


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
4. Pemutakhiran Data Pemilih
Merujuk pada PKPU Nomor 12 Tahun 2018 yang dimaksud dengan
Pemutakhiran Data Pemilih adalah kegiatan untuk memperbaharui data pemilih
berdasarkan DPTLN dari Pemilu atau Pemilihan Terakhir dan
mempertimbangkan DP4 dengan cara melakukan verifikasi data pemilih dan
selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan DPSLN yang dilaksanakan
oleh PPLN dan Pantarlih LN.
Pemutakhiran data pemilih dilaksanakan oleh PPLN dan dibantu oleh
Pantarlih LN. Pantarlih LN dapat berasal dari Warga Negara Indonesia yang
bekerja di Perwakilan Republik Indonesia atau Warga Negara Indonesia yang
tinggal di negara yang bersangkutan. Bagi PPLN yang memfasilitasi Pemilih
melalui KSK dan Pos dapat mengangkat Pantarlih LN dengan ketentuan (satu)
orang Pantarlih LN untuk setiap KSK, 1 (satu) orang Pantarlih Pos dengan jumlah
Pemilih sampai dengan 5.000 (lima ribu) Pemilih, 2 (dua) orang Pantarlih Pos
dengan jumlah Pemilih lebih dari 5.000 (lima ribu) Pemilih sampai dengan
10.000 (sepuluh ribu) Pemilih, dan 3 (tiga) orang Pantarlih Pos dengan jumlah
Pemilih lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) Pemilih.
Setelah penetapan Pantarlih LN, PPLN akan melaksanakan bimbingan teknis
untuk penyebarluasan informasi meliputi jadwal pelaksanaan Pemutakhiran
Data Pemilih, persiapan pelaksanaan Pemutakhiran Data Pemilih, tata cara
pelaksanaan Pemutakhiran Data Pemilih, tata cara pengisian formulir, dan tata
cara pelaporan Pemutakhiran Data Pemilih kepada Pantarlih LN. Selanjutnya,
Pantarlih LN melaksanakan verifikasi faktual menggunakan formulir Model A-LN
KPU. Verifikasi faktual dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a) Mendatangi pemilih;
b) Menghubungi pemilih melalui telepon;
c) Mengirim surat kepada pemilih melalui Pos;
d) Mengirim surat elektronik (email) kepada pemilih;
e) Mengumpulkan pemilih di Kantor Perwakilan Republik Indonesia atau
tempat lain;
f) Menyediakan formulir pendaftaran pemilih dalam jaringan (online) melalui
laman atau media sosial PPLN; atau
g) Dengan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pada Pemilu tahun 2019, KPU melaksanakan verifikasi faktual atau
pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih secara serentak. Coklit serentak
di luar negeri dilaksanakan di seluruh PPLN yang berlangsung selama satu bulan
yaitu dari tanggal 17 April hingga tanggal 17 Mei 2018. Coklit serentak di luar

58 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
negeri itu akan dilaksanakan oleh 1.200 Pantarlih LN dengan perincian 598
Pantarlih TPS, 463 Pantarlih KSK, dan 139 Pantarlih Pos.
KPU RI memantau langsung pelaksanaan Gerakan Coklit Serentak di luar
negeri dengan melakukan video conference dengan kantor perwakilan RI di Kota
Kinabalu, Manila, Seoul, Kuala Lumpur, Sydney, New York, Den Haag, Pretoria,
dan Riyadh.
Gambar 4. Video Conference Gerakan Coklit Sedunia di Kantor
Perwakilan RI

(Sumber: Official Youtube KPU RI)

Adapun aktivitas pada tahapan pemutakhiran data pemilih yang


dilaksanakan oleh Pantarlih LN adalah sebagai berikut :
a) Mencatat Pemilih di luar negeri yang memiliki Paspor atau KTP-el atau SPLP
yang masih berlaku atau dokumen lain yang menunjukkan bahwa yang
bersangkutan adalah WNI tetapi belum terdaftar dalam data pemilih di luar
negeri dengan menggunakan formulir Model A.A-LN KPU;
b) Memperbaiki data pemilih di luar negeri apabila terdapat kekeliruan;
c) Mencoret pemilih di luar negeri yang telah meninggal;
d) Mencoret pemilih di luar negeri yang telah pindah domisili ke daerah lain;
e) Mencoret pemilih di luar negeri yang telah berubah status dari status sipil
menjadi status anggota Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
f) Mencoret pemilih di luar negeri yang belum genap berumur 17 (tujuh belas)
tahun dan belum kawin/menikah pada hari pemungutan suara;
g) Mencoret data pemilih di luar negeri yang telah dipastikan tidak diketahui
keberadaannya;

Menata Kelola Demokrasi 59


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
h) Mencoret pemilih di luar negeri yang sedang dicabut hak pilihnya
berdasarkan putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap;
i) Mencoret data pemilih yang tidak dikenali;
j) Mencatat pemilih di luar negeri yang telah berubah status dari status anggota
Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
menjadi status sipil;
k) Mencatat keterangan pemilih di luar negeri berkebutuhan khusus pada
kolom jenis disabilitas; dan
l) Mencatat metode pemungutan suara yang akan digunakan oleh pemilih.

Hasil pemutakhiran data tersebut kemudian dicatat dan direkap ke dalam


formulir Model A-LN KPU dan formulir Model A.A-LN KPU. Pantarlih LN
menyampaikan hasil Pemutakhiran Data Pemilih melalui formulir A.A.3 LN-KPU
kepada PPLN sebagai bahan penyusunan DPSLN.
Hal yang perlu ditinjau dalam sub bab ini adalah perihal Coklit Sedunia.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan Coklit Sedunia maka tahapan pelaksanaan
kegiatan dan mekanisme kegiatan sebagai berikut:
● Tahap Persiapan
a) Seremonial Coklit Sedunia dilaksanakan melalui telekonferensi antara
KPU, Kemenlu, dan Perwakilan RI/PPLN/Pantarlih LN.
b) Seremonial Coklit Sedunia dilaksanakan pada tanggal 17 April 2018;
c) Apabila memungkinkan, PPLN dapat melakukan Coklit Sedunia pada
tanggal dimaksud disertai dengan kegiatan sosialisasi Pemilu yang
mengumpulkan para pemilih di Perwakilan RI atau tempat lain yang
representatif;
d) PPLN pelaksana Coklit secara telekonferensi:
1) Regional Amerika (New York);
2) Regional Eropa (Den Haag);
3) Regional Afrika (Pretoria);
4) Regional Timur Tengah (Riyadh);
5) Regional Asia (Kuala Lumpur, Seoul, Kota Kinabalu dan Manila);
6) Regional Australia dan Pasifik (Sydney).
e) Selain PPLN Pelaksana Coklit secara telekonferensi, KPU melalui Pokja
Pembina Pemilu Luar Negeri meminta kepada seluruh PPLN untuk
melakukan Seremonial Coklit Sedunia pada tanggal 17 April 2018 dan

60 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
mengirimkan laporan pelaksanaannya kepada KPU berupa foto maupun
video pelaksanaan kegiatan;
f) Sekretaris Jenderal KPU bersurat kepada Kepala
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kemenlu perihal
permohonan dukungan asistensi kegiatan telekonferensi yang
dilaksanakan pada tanggal 17 April 2018;
g) Kemenlu yang memiliki jaringan internal melakukan uji coba kesiapan
perangkat telekonferensi dengan menggunakan perangkat yang dimiliki
KPU di Operation Room Lantai 2 pada hari Selasa, tanggal 3 April 2018;
h) Biro Perencanaan dan Data (KAL dan Datin) akan melakukan persiapan
awal kegiatan Coklit Sedunia pada tanggal 4 April 2018 dengan
pembahasan sebagai berikut:
1) Bentuk kegiatan;
2) Waktu Kegiatan;
3) Undangan Kegiatan;
4) Isi informasi kegiatan Coklit yang akan disampaikan kepada PPLN
pelaksana Coklit secara telekonferensi maupun PPLN pelaksana
Coklit secara keseluruhan
5) Kesiapan kegiatan Bimtek Pantarlih LN berupa material 1) Buku
Kerja Pantarlih LN, 2) Presentasi Bimtek Pantarlih LN 3) Video
Tutorial Bimtek Pantarlih LN.
i) KPU melalui Pokja Pembina PLN menyampaikan brafaks berisi edaran
kegiatan Bimtek Pantarlih LN dan Kegiatan Coklit Sedunia paling lambat
tanggal 9 April 2018.
j) Pada tanggal 16 April 2018 dilakukan rapat koordinasi persiapan akhir
pelaksanaan Coklit Sedunia antara KPU dan Kemenlu yang berisi
pembahasan sebagai berikut:
1) Konfirmasi kesiapan pelaksanaan oleh PPLN Pelaksana Coklit secara
telekonferensi;
2) Konfirmasi kesiapan pelaksanaan telekonferensi di Operation Room
KPU.
● Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan masukan dari Kemenlu, pelaksanaan kegiatan Coklit
Sedunia melalui telekonferensi dilakukan dalam dua waktu terpisah:
a) PPLN di wilayah Asia dan Australia dilaksanakan pada pukul 10.00
WIB dengan perbedaan waktu sebagai berikut:

Menata Kelola Demokrasi 61


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
1) Seoul : 11.00 WS (Waktu Setempat)
2) Kota Kinabalu : 11.00 WS
3) Manila : 11.00 WS
4) Kuala Lumpur : 11.00 WS
5) Sydney : 13.00 WS
b) PPLN di wilayah Amerika, Eropa, Afrika dan Timur Tengah
dilaksanakan pada pukul 20.00 WIB dengan perbedaan waktu
sebagai berikut :
1) New York : 09.00 WS
2) Den Haag : 15.00 WS
3) Pretoria : 15.00 WS
4) Riyadh : 16.00 WS
Dalam melaksanakan Coklit secara telekonferensi, PPLN telah
melakukan persiapan sebagai berikut:
a) PPLN telah mempersiapkan Pantarlih LN lengkap dengan perangkat
kerjanya (Formulir dan Atribut);
b) PPLN menyiapkan perangkat telekonferensi baik di ruangan
maupun di tempat yang dapat mobile melalui skype;
c) Pada waktu yang telah ditetapkan untuk melakukan telekonferensi,
Ketua/Anggota KPU menyapa PPLN yang melaksanakan
telekonferensi dan mengecek kualitas sinyal dengan menyapa dan
memberikan pengantar kepada PPLN;
d) PPLN melaporkan hal-hal sebagai berikut:
1) Perkenalan PPLN
2) Waktu setempat saat pelaksanaan telekonferensi
3) Informasi jumlah pemilih yang akan dicoklit
4) Informasi mengenai pemilih yang akan dicoklit saat
telekonferensi
5) Informasi Pantarlih LN
e) Pantarlih LN melakukan Coklit terhadap :
1) Kepala Perwakilan RI beserta keluarga
2) Pejabat di Perwakilan RI
3) Pemilih yang berada di tempat pelaksanaan telekonferensi

62 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
f) PPLN memberikan laporan pelaksanaan Coklit dan mengakhiri
kegiatan telekonferensi
g) Estimasi durasi pelaksanaan telekonferensi selama 30 menit
Sementara itu, pelaksanaan Coklit oleh PPLN lainnya melalui proses
sebagai berikut:
a) PPLN mengecek kesiapan Pantarlih LN untuk melakukan Coklit pada
pukul 10.00 waktu setempat;
b) Pantarlih melakukan Coklit minimal 10 orang pada tanggal 17 April
2018;
c) Laporan pelaksanaan Coklit disampaikan kepada PPLN melalui bukti foto
atau video;
d) Bukti foto atau video disampaikan melalui email atau whatsapp kepada
KPU melalui Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri.
Pada Pemilu tahun 2019 di luar negeri juga dilaksanakan kegiatan
seremonial Forum Koordinasi Data Pemilih. Kegiatan Seremonial Forum
Koordinasi Data Pemilih dilaksanakan oleh Bagian Data dan Informasi
bersamaan dengan kegiatan Coklit Sedunia melalui telekonferensi pada
pukul 10.00 WIB.
● Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Adapun tahapan pelaporan dan evaluasi Pemilu tahun 2019 di luar
negeri sebagai berikut:
a) Laporan Pelaksanaan Coklit Sedunia sudah harus disampaikan
melalui brafaks kepada KPU paling lambat 19 April 2018;
b) PPLN melakukan evaluasi pelaksanaan Coklit saat penerimaan
laporan tahap 1 Pantarlih LN yaitu pada tanggal 26 April 2018;
c) Evaluasi pelaksanaan Coklit berupa:
1) Kesesuaian isian formulir Coklit
2) Jumlah pemilih yang sudah dicoklit
3) Jumlah pemilih yang tidak dapat dicoklit
4) Jumlah pemilih yang belum dicoklit
5) Pemilih baru saat proses Coklit
Ditinjau di lapangan berdasarkan hasil laporan maka terdapat dinamika
Coklit. Terdapat 3 hal yang menjadi permasalahan dalam Coklit. Pertama
adalah masa Coklit yang sangat terbatas dan jauh dari hari H pelaksanaan
Pemilu hal ini dapat mengakibatkan data yang dicoklit dapat berubah karena
mobilitas masyarakat yang sangat dinamis di luar negeri.

Menata Kelola Demokrasi 63


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Kedua adalah sebaran WNI di luar negeri yang sangat luas, sehingga
proses coklit tidak bisa dilakukan sesuai dengan mekanisme di dalam negeri,
beberapa PPLN malah melakukan modifikasi mekanisme kerja Pantarlih LN
dengan membagi Pantarlih LN ke tim lapangan dan tim yang bekerja melalui
kantor bagi proses coklit non tatap muka.
Ketiga adalah perihal anggaran untuk Coklit yang kurang memadai untuk
dapat menjangkau seluruh WNI di Luar Negeri yang terdata dalam DP4LN.
hal ini juga membuat PPLN harus melakukan modifikasi teknis terhadap
pelaksanaan tugas Pantarlih LN.
Berdasarkan hasil seluruh laporan dan data yang telah terhimpun maka
PPLN dengan jumlah pemilih di atas 10.000 pemilih dan memiliki akurasi
daftar pemilih tertinggi adalah Tokyo yaitu sebanyak 50,4%. Akurasi data
pemilih ini diukur dari dua hal, pertama seberapa banyak pemilih yang
terdaftar dalam daftar pemilih tetap yang menggunakan hak pilihnya. Kedua,
seberapa sedikit daftar pemilih khusus yang tercatat dipresentasikan dengan
daftar pemilih tetap yang ada.
Secara berurut-urut akurasi data pemilih adalah sebagai berikut : PPLN
>10.000 pemilih yaitu Tokyo (50,4%), PPLN <10.000 >1.000 pemilih yaitu
Kairo (79.1%), dan PPLN < 1.000 yaitu Quito (91,7%). minimnya akurasi data
pemilih didominasi oleh PPLN dengan jumlah pemilih di atas 10.000, hal ini
perlu menjadi catatan Kemenlu sebagai penyedia basis data dan KPU sebagai
pengguna data yang melakukan pemutakhiran data pemilih untuk dilakukan
perbaikan dalam pemilu-pemilu berikutnya.
Selain ditinjau dari akurasi data pemilih, penilaian akurasi bisa juga
ditinjau dari bagaimana inovasi manajemen database data pemilih yang
dilakukan. Salah satu PPLN yang memiliki inovasi manajemen database
adalah PPLN Taipei, yang mendapat penghargaan inovasi karena memiliki
sistem database yang baik. Berdasarkan pertimbangan bahwa setidaknya
80% WNI di Taiwan adalah pekerja migran dengan masa kontrak 3 tahun
yang dapat diperpanjang, serta masa berlaku paspor 5 tahun maka PPLN
Taipei memandang perlu mengupayakan data pemilih pelengkap atau
pengganti.
Oleh sebab itu, PPLN Taipei melakukan koordinasi dengan KDEI Taipei
khususnya Bagian Konsuler serta Bidang Tenaga Kerja Analis BNPTKI dan
diputuskan untuk menggunakan data legalisir berbasis Aplikasi
Endorsement KDEI Taipei serta SISKOTKLN BNPTKI dengan pertimbangan
bahwa persetujuan kontrak pekerja migran wajib dilegalisir di KDEI Taipei.
Pada dokumen kontrak dimaksud mencantumkan nama majikan dan alamat
majikan. Konsuler juga menyuplai data aplikasi Lapor Diri untuk WNI yang
secara sukarela mengisi data saat tiba di Taiwan.

64 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Data ini kemudian menjadi dasar pelaksanaan Coklit yang dilaksanakan
oleh Pantarlih yang dibentuk oleh PPLN Taipei sejumlah 60 orang. PPLN
Taipei kemudian membuka mekanisme pendaftaran dan pengecekan online.
Cara pendaftaran online memudahkan calon DPT mendaftarkan diri baik
secara mandiri maupun melalui Pantarlih. Proses pendaftaran dan
penetapan DPT berlangsung sejak April 2018 hingga minggu ketiga
Desember 2018 (saat penetapan DPTHP-2). Data pemilih yang digunakan
utamanya berasal dari data legalisir/endorsement, data Lapor Diri hasil
Coklit Pantarlih serta pendaftaran mandiri pemilih melalui website PPLN
Taipei pada alamat http://daftar.pplntaipei2019.org.

5. Penyusunan DPSLN
Hasil pekerjaan Pantarlih LN dan PPLN kemudian disusun menjadi
Daftar Pemilih Sementara Luar Negeri (DPSLN) yang ditetapkan sebanyak
1.281.597 pemilih pada tanggal 23 Juni 2018. PPLN mengumumkan DPSLN
selama 14 (empat belas) hari untuk mendapat masukan dan tanggapan
masyarakat, Pengawas Pemilu, dan/atau Peserta Pemilu. Berdasarkan
ketentuan ayat 2 pasal 16 PKPU Nomor 12 Tahun 2018, masukan dan
tanggapan yang dimaksud meliputi informasi:
a) Pemilih telah memenuhi syarat;
b) Pemilih dibawah umur 17 (tujuh belas) tahun pada saat hari
pemungutan suara;
c) Pemilih sudah pensiun dari Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan/atau pemilih yang berubah status
menjadi Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
d) Pemilih sudah meninggal dunia;
e) Pemilih tidak bertempat tinggal di wilayah kerja PPLN;
f) Pemilih terdaftar lebih dari 1 (satu) kali; dan/atau
g) Pemilih terdaftar tetapi sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai
pemilih.
Masyarakat yang ingin menyampaikan masukan dan tanggapan kepada
PPLN, harus menunjukkan dan menyerahkan salinan Paspor dan/atau KTP-
el dan/atau SPLP dari pemilih yang informasinya diusulkan untuk diperbaiki,
serta mengisi formulir Model A.1.A-LN KPU.
Selanjutnya, PPLN melakukan klarifikasi kepada pemilih. Apabila hasil
klarifikasi diterima, maka PPLN mengisi formulir masukan dan tanggapan
masyarakat terhadap DPSLN menggunakan formulir Model A.1.2-LN KPU
serta memberikan tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih.

Menata Kelola Demokrasi 65


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
6. Penyusunan DPSHPLN
Berdasarkan hasil rapat pleno penetapan DPS tanggal 23 Juni 2018,
maka KPU diminta melakukan perbaikan DPS (dalam dan luar negeri) selama
1 (satu) bulan. Rapat pleno kemudian menetapkan Daftar Pemilih Sementara
Hasil Perbaikan (DPSHP) untuk luar negeri sebanyak 1.798.350 pada tanggal
23 Juli 2018. DPSHP LN kemudian diumumkan pada tanggal 17 Juni – 30 Juni
2018.

7. Penyusunan DPTLN
Berdasarkan masukan dan tanggapan masyarakat pada tanggal 17 Juni
hingga tanggal 7 Juli 2018, maka PPLN di wilayah/negara masing-masing
melakukan perbaikan data pemilih pada tanggal 7 Juli sampai dengan tanggal
13 Juli 2018. Perbaikan ini dilakukan untuk penyusunan Daftar Pemilih
Tetap Luar Negeri (DPTLN) yang dilakukan pada tanggal 14 Juli sampai
dengan tanggal 13 Agustus 2018. Berdasarkan rekapitulasi KPU, jumlah
DPTLN adalah 2.049.791 pemilih. Namun demikian, hasil rapat pleno
penetapan DPTLN pada tanggal 5 September 2018 merekomendasikan agar
KPU memperbaiki DPTLN.
Perbaikan DPTLN terutama difokuskan pada calon pemilih yang belum
terdaftar dan/atau data calon pemilih ganda. Argumen lain perlunya
perbaikan DPTLN adalah karena waktu pemungutan suara masih tersisa
sekitar 7 bulan, masih ada waktu dan cukup waktu bagi KPU untuk
melakukan perbaikan data pemilih. Disisi lain penetapan DPT diperlukan
sebagai dasar produksi logistik pemilu khususnya surat suara.
Dalam kurun waktu 7 bulan tersebut Perbaikan DPTLN dilakukan
sebanyak 3 (tiga) kali dengan redaksional Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri
Hasil Perbaikan (DPTHPLN) sebagai berikut:
a) DPTHP LN-1
Rapat pleno rekapitulasi pada tanggal 16 September 2018 dengan hasil
sebanyak 2.025.344 pemilih.
b) DPTHP LN-2
Rapat pleno rekapitulasi pada tanggal 15 Desember 2018 dengan hasil
sebanyak 2.058.191 pemilih.
c) DPTHP LN-3
Rapat pleno rekapitulasi pada tanggal 8 April 2019 dengan hasil
sebanyak 1.991.145 pemilih. DPTHP LN-3 adalah perbaikan yang
dilakukan untuk mengakomodasi keputusan Mahkamah Konstitusi (MK)
dengan memasukkan Pemilih yang melapor pasca penetapan DPT pada

66 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
bulan September 2018 sampai April 2019 menjadi Daftar Pemilih Tetap
(DPT).
Grafik 1. Perkembangan Data Pemilih Tetap
2.150.000
1,991,145
2.100.000 2.049.791 2.058.191
2.049.708
2.050.000
2.025.344

2.000.000

1.950.000

1.900.000

1.850.000 1.798.350
1.800.000

1.750.000

1.700.000

1.650.000

DP4LN DPSHP DPTLN DPTHPLN-1 DPTHPLN-2 DPTHPLN-3

B. Evaluasi Tata Kelola Data Pemilih Luar Negeri


Berangkat dari mekanisme yang dijalankan selama ini dan hasil laporan
akhir terkait data pemilih di luar negeri maka terdapat isu-isu strategis yang
telah dihimpun dari data laporan PPLN yang tersebar di seluruh dunia,
berikut disampaikan evaluasi tata Kelola Data Pemilih Luar Negeri yang
perlu menjadi perhatian:
Tabel 3. Isu Strategis Penyusunan Daftar Pemilih

Isu Strategis Data


Problematika
Pemilih Luar Negeri
a. Pantarlih LN memiliki afiliasi dengan partai
politik atau pasangan calon
Isu terkait proses b. Pantarlih LN melakukan pelanggaran
pemutakhiran c. Metode pemutakhiran yang berbeda-beda antar
anggota Pantarlih LN
d. Jumlah anggota PPLN tidak memadai dengan
jumlah WNI yang perlu dimutakhirkan
a. Tenaga pendukung PPLN dalam input data ke
Isu terkait penyusunan Sidalih LN
DPSLN b. Pola komunikasi dan koordinasi dengan PPLN
c. Mekanisme pencatatan dalam buku kerja
Pantarlih
a. Media pengumuman (online dan offline)
Isu terkait
b. Durasi pengumuman
pengumuman DPTLN
c. Format pengumuman

Menata Kelola Demokrasi 67


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Isu Strategis Data
Problematika
Pemilih Luar Negeri
Isu terkait masukan a. Konfirmasi keabsahan pelapor
masyarakat b. Mekanisme masukan masyarakat secara online
a. Pemilih yang melapor setelah DPT ditetapkan dan
Isu terkait mengenai
belum terdaftar dalam DPT dalam negeri maupun
DPTLN
luar negeri
b. Durasi pengumuman DPTLN

Terkait lima isu strategis di atas, terdapat beberapa poin yang menjadi
evaluasi pengelolaan data pemilih di luar negeri:
1. Personil Pantarlih
2. Mekanisme Coklit
3. Penggunaan Aplikasi Sidalih
4. Pengumuman Daftar Pemilih Luar Negeri
5. Sinkronisasi Data
6. Validitas Data
Semua permasalahan ini berimplikasi kepada akurasi data pemilih,
pemahaman PPLN dalam mengelola data pemilih, pencatatan data serta
mekanisme penetapan data pemilih.
Bahkan sampai akhir saat rekapitulasi suara pemilu luar negeri, masih
terdapat PPLN yang melakukan kesalahan dalam pencatatan Formulir Model
DA1 LN DPR maupun DA1 LN PPWP yang menyebabkan ketidaksinkronan
antara data pemilih, pengguna hak pilih dan surat suara sah dan tidak sah.

C. Analisis Kebijakan Publik Tata Kelola Data Pemilih Luar Negeri


Berangkat dari sistem yang dijalankan dan hasil laporan akhir terkait
data pemilih di luar negeri maka terdapat isu-isu strategis yang telah
dihimpun dari data laporan PPLN yang tersebar di seluruh dunia, berikut isu-
isu strategis yang perlu menjadi perhatian:

Tabel 3. Isu Strategis Penyusunan Daftar Pemilih

Isu Strategis Data


Problematika
Pemilih Luar Negeri
Isu terkait proses a. Pantarlih LN memiliki afiliasi dengan partai politik
pemutakhiran atau pasangan calon
b. Pantarlih LN melakukan pelanggaran

68 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Isu Strategis Data
Problematika
Pemilih Luar Negeri
c. Metode pemutakhiran yang berbeda-beda antar
anggota Pantarlih LN
d. Jumlah anggota PPLN tidak memadai dengan
jumlah WNI yang perlu dimutakhirkan
a. Tenaga pendukung PPLN dalam input data ke
Isu terkait penyusunan Sidalih LN
DPSLN b. Pola komunikasi dan koordinasi dengan PPLN
c. Mekanisme pencatatan dalam buku kerja
Pantarlih
a. Media pengumuman (online dan offline)
Isu terkait b. Durasi pengumuman
pengumuman DPTLN c. Format pengumuman

Isu terkait masukan a. Konfirmasi keabsahan pelapor


masyarakat b. Mekanisme masukan masyarakat secara online
a. Pemilih yang melapor setelah DPT ditetapkan dan
Isu terkait mengenai
belum terdaftar dalam DPT dalam negeri maupun
DPTLN
luar negeri
b. Durasi pengumuman DPTLN

Dari berbagai isu di atas, ada beberapa hal yang unik dari daftar isu
strategis adalah terdapat kendala dan isu strategis terkait Sidalih LN. Pada
Peraturan KPU No 12 Tahun 2018 KPU RI telah menyebutkan pasal yang
memayungi inovasi melalui perkembangan teknologi dalam memanajemen
data pemilih yang akhirnya disebut dengan Sidalih (Sistem Informasi Data
Pemilih).
Sidalih adalah seperangkat sistem atau teknologi informasi yang berfungsi
untuk mendukung kerja penyelenggara Pemilu atau Pemilihan dalam
menyusun, mengkoordinasi, mengumumkan, dan memelihara data pemilih.
Sidalih LN merupakan aplikasi yang membantu aktivitas PPLN terkait
pengolahan data pemilih di luar negeri mulai dari pembuatan tahapan,
pengunduhan data pemilih untuk proses pemutakhiran, memproses hasil
pemutakhiran hingga menghasilkan laporan dalam format tertentu. Manual
ini ditujukan untuk pengguna dengan peran Operator Pantarlih dengan
fungsi untuk pengelolaan tahapan khusus, pengelolaan TPS, pengelolaan
data pemilih, pengolahan data pemilih hasil pemutakhiran serta unggah dan
unduh dokumen terkait laporan terkait rekapitulasi jumlah data pemilih.
Hadirnya Sidalih pada dasarnya diharapkan dapat membantu KPU dan

Menata Kelola Demokrasi 69


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
PPLN dalam mengolah dan mengelola data pemilih luar negeri dengan lebih
baik dan mudah sesuai yang diharapkan. Sayangnya praktik di lapangan
banyak PPLN yang melaporkan bahwasannya sistem aplikasi yang dibangun
sering terjadi error yang mengakibatkan adanya ketidakakuratan data,
seperti adanya data pemilih yang ganda atau yang tidak terinput. Selain
sistem error, hal yang perlu menjadi perhatian adalah tidak seluruh tempat
dapat mengakses internet dengan baik seperti di PPLN yang terdapat di
wilayah konflik.
Untuk mengantisipasi permasalahan terkait aplikasi, diharapkan KPU
dapat membuat peningkatan kualitas Sidalih LN dengan menjadikannya satu
kesatuan dengan Sidalih, penyediaan aplikasi yang mampu diakses oleh
PPLN dan Pantarlih LN di berbagai negara serta pelaksanaan bimtek Sidalih
LN yang lebih intensif.
Terkait dengan permasalahan akurasi data pemilih, perlu dibuat disusun
kebijakan pelaksanaan pemutakhiran data dengan kombinasi metode stelsel
aktif dan stelsel pasif.
Konsep stelsel pasif dan aktif adalah konsep yang tepat untuk
mendiskusikan bagaimana tata kelola data pemilih luar negeri yang efektif
dan efisien. Menurut Hafizy (2017), perlu melakukan menambahkan konsep
pendataan pemilih stelsel aktif. Hal ini dapat didukung dengan pemanfaatan
teknologi informasi yang dikelola oleh PPLN untuk pendaftaran pemilih
secara online, seperti yang sudah diterapkan di beberapa PPLN pada Pemilu
2014 maupun 2019. Namun ruang kebijakan perlu dibuka secara luas
sehingga hal ini berdampak kepada peran masyarakat untuk melakukan
pengecekan data pemilih dan melakukan koreksi datanya secara personal.
Untuk dalam negeri, KPU telah membuat aplikasi lindungi hak pilihmu,
yang bahkan sudah bisa diunduh melalui google play store. Seharusnya untuk
meningkatkan peran masyarakat dalam pengecekan data pemilih di luar
negeri, aplikasi ini bisa dilakukan. Tentunya dengan terlebih dahulu
memasukkan data pemilih di luar negeri ke dalam aplikasi dan sinkronisasi
data pemilih di dalam negeri dengan data pemilih di luar negeri.
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri harus dapat
memastikan bahwa seluruh WNI di Luar Negeri telah memiliki NIK sehingga
proses pengecekan nama pemilih berbasis nomor induk yang tunggal yaitu
NIK, bukan paspor yang memiliki kadaluarsa selama 5 Tahun.
Konsep stelsel pasif terlihat dari dimana petugas yang berkewajiban
untuk mendata pemilih. Sedangkan stelsel aktif terlihat dari PPLN yang
memberikan kesempatan kepada WNI yang tinggal di luar negeri untuk
mendaftarkan diri melalui website PPLN maupun pendaftaran via telepon.
Kekurangan dari penerapan stelsel aktif di Indonesia adalah pemilih yang

70 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
tidak wajib untuk melaporkan diri kepada petugas.
Melihat dari tataran konseptual pengelolaan data pemilih, menggunakan
dua stelsel secara bersamaan dalam pengelolaan data pemilih telah diinisasi
secara parsial oleh PPLN, namun dalam praktiknya stelsel pasif lebih
dominan berjalan. Penyebab utamanya adalah tidak terdapat peraturan yang
menyebutkan bahwa masyarakat yang tinggal di luar negeri wajib
melaporkan diri dalam data pemilih. Hal ini diperburuk dengan lemahnya
partisipasi masyarakat Indonesia dalam melaporkan karena masih terdapat
logika bahwasanya petugas Penyelenggara Pemilu lah yang melakukan
pendataan.
Padahal dengan keterbatasan personil dan luas wilayah kerja, hampir
tidak mungkin PPLN dapat melakukan validasi data secara optimal. Hal ini
tentunya memerlukan dukungan dari pemilih agar dapat terlibat aktif dalam
mendaftarkan diri mereka. Pendataan pemilih juga dilakukan dengan cara
terlibat dalam kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh Perwakilan RI, yaitu
dengan bekerjasama dengan Konsuler Perwakilan dalam melakukan
pendataan warga negara. Namun hal ini kadang malah terbalik karena justru
perwakilan yang menunggu proses pendataan terhadap data yang mereka
miliki dan dimutakhirkan oleh petugas pemutakhiran data pemilih.
Dukungan pemilih dalam memverifikasi data pemilih pada dasarnya
sangat dibutuhkan agar menghindari ketidakakuratan data. Sayangnya
partisipasi masyarakat dalam mengecek nama mereka dalam daftar pemilih
masih kurang. Melihat kondisi ini maka metode pendaftaran pemilih sangat
tepat menggunakan konsep stelsel pasif dan aktif. Detailnya, warga di data
secara langsung oleh Pantarlih dan dari sumber data selanjutnya masyarakat
yang bersangkutan harus aktif mendatangi PPLN atau mendaftarkan
sosialisasi sampai tingkat bawah dengan lebih intens.
Pola pasif-aktif seperti yang telah dilakukan adalah hal yang tepat dalam
mengolah data pemilih menimbang kondisi pada saat ini. Harapannya adalah
pemilih terlibat aktif dalam pengecekan data diri mereka dalam daftar
pemilih. Salah satu cara agar pemilih aktif dalam melakukan pengecekan
maka diperlukan sosialisasi yang lebih masif serta kemudahan bagi pemilih
untuk mengecek melalui media-media yang tersedia.
Kesadaran pemilih untuk mendaftar dalam Pemilu di Indonesia masih
sangat rendah dan masih harus ditingkatkan lagi. Sampai saat ini, tidak
banyak pemilih yang mau mengecek melalui media yang telah disediakan
oleh penyelenggara Pemilu apakah mereka sudah termasuk dalam daftar
pemilih atau belum. Kesadaran tersebut haruslah dibangkitkan dan diiringi
dengan kemudahan yang diberikan oleh penyelenggara Pemilu kepada
pemilih untuk berkomunikasi dan mendaftarkan diri.

Menata Kelola Demokrasi 71


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Media yang digunakan untuk melakukan pengecekan data sudah lebih
sederhana, yaitu pemilih dapat mengecek nama mereka melalui aplikasi
Sidalih yang berada di laman KPU. Namun, sangat sedikit pemilih yang mau
memanfaatkan media tersebut. Terkecuali itu, kesadaran pemilih untuk
melaporkan diri apabila tidak terdaftar juga masih sangat rendah. Pemilih
lebih memilih menunggu petugas yang datang kepadanya daripada ia harus
melaporkan diri ke Kantor Perwakilan RI di luar negeri.
Disisi lain yang harus aktif tidak hanya dari masyarakat namun dari
pemerintah juga. Argumen tersebut terlihat dari bagaimana dari laporan
laporan PPLN yang menyebutkan bahwasannya aplikasi Sidalih perlu
diperbaiki dan dikembangkan. Mengingat Sidalih adalah database
pemerintah dalam menjamin hak pilih masyarakat.
Salah satu hal yang perlu diapresiasi adalah beberapa PPLN yang aktif
memanfaatkan internet dalam menjaring data pemilih. Melalui strategi ini
PPLN juga memberikan fasilitas berupa kesempatan kepada pemilih yang
belum terdaftar untuk menyampaikan data diri mereka melalui SMS dan
email sampai waktu penetapan daftar pemilih. Selain itu sosialisasi yang
gencar melalui media sosial juga berkontribusi besar dalam menjaring data
pemilih dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hak pilihnya.
Sampai saat ini pendaftaran pemilih melalui website masih dilakukan
secara lokal dan belum dapat dilakukan secara nasional. Salah satu upaya
agar stelsel aktif dapat lebih optimal dalam menjaring pemilih adalah
penyediaan portal pendaftaran pemilih secara online dan verifikasi secara
online dibandingkan pemilih harus datang ke kelurahan untuk melakukan
verifikasi. Kekhawatiran akan data ganda dan kecurangan dalam Pemilu
dapat diatasi apabila database pemilih dalam negeri dan pemilih luar negeri
telah terkoneksi.
Melihat dinamika data pemilih maka KPU RI sebagai penyelenggara
Pemilu juga harus menyusun database yang sifatnya berkelanjutan. Secara
teknis pelaksanaan pembuatan data pemilih berkelanjutan dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu penyusunan database dan selanjutnya adalah
strategi database pemilih yang berkelanjutan, detailnya sebagai berikut:
a) Penyusunan Database Pemilih
1) Menyesuaikan data daftar pemilih berformat excel (Model A.4 LN)
Pemilu terakhir di tiap perwakilan ke format standar database.
Format standar database memiliki informasi yang sama dengan
Model A4 LN akan tetapi memiliki kelebihan, yaitu dapat dilakukan
pengecekan silang antar data di tiap PPLN;
2) Menyandingkan data tersebut dengan data kependudukan yang
diterima oleh KPU untuk Pemilu berikutnya (seperti untuk Pemilu

72 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
tahun 2019). Agar dapat disandingkan dengan mudah maka data
kependudukan atau DP4 Pemilu berikutnya itu (misalnya Pemilu
tahun 2019) harus memiliki format, jumlah kolom, dan keterangan
yang sama dengan model A4 LN;
3) Melakukan proses penyandingan pada masa sinkronisasi data
kependudukan yang diterima dari Kementerian Luar Negeri, yaitu
dilakukan selama dua bulan setelah data kependudukan diterima
oleh KPU;
4) Mengintegrasikan database pemilih luar negeri ke dalam aplikasi
Sidalih. Melalui pengintegrasian ini akan diketahui data terakhir
posisi seseorang, baik di dalam maupun luar negeri; apalagi jika
pemilih tersebut ternyata sudah terdaftar dalam Daftar Pemilih
Tetap pemilihan Gubernur, Bupati, atau Wali Kota dan Wakil Wali
Kota pada tahun 2015, 2017, maupun 2018;
5) Memutakhirkan database pemilih luar negeri untuk penyusunan
daftar pemilih sementara luar negeri dalam Pemilu nasional
berikutnya (misalnya Pemilu tahun 2019). Pemutakhiran tersebut
dilakukan oleh PPLN dibantu Pantarlih luar negeri. KPU cukup
memberikan kode akses tiap PPLN untuk memutakhirkan data.
PPLN memiliki wewenang untuk menghapus atau menambahkan
data yang dimiliki melalui aplikasi tersebut. Proses pengecekan
silang antar-PPLN dimoderatori oleh KPU melalui proses verifikasi
berjenjang sehingga tidak akan menyebabkan nama orang yang
sudah terdaftar dalam daftar pemilih hilang;
6) Melakukan bimbingan teknis kepada operator Sidalih yang
merupakan salah satu anggota PPLN sehingga terbangun
pemahaman dan pengetahuan yang sama tentang aplikasi tersebut;
7) Memberikan kesempatan kepada PPLN untuk tetap menggunakan
database lokal yang mereka miliki sepanjang format, kolom, dan
keterangan yang diperlukan sama dengan database nasional.
b) Strategi Database Pemilih yang Berkelanjutan
1) Pasca Pelaksanaan Pemilu nasional, PPLN menyerahkan database
pemilih luar negeri ke Perwakilan RI setempat disertai dengan kode
akses aplikasi. Perwakilan RI menunjuk salah seorang stafnya yang
bertanggung jawab untuk mengelola data berbarengan dengan data
konsuler yang memang menjadi tugas utama staf tersebut. Selain
petugas konsuler, operator juga dapat dipercayakan kepada staf di
bagian imigrasi bagi perwakilan RI yang memiliki atase imigrasi.

Menata Kelola Demokrasi 73


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
2) Pembahasan penganggaran personil serta cara kerja ditetapkan
dalam naskah kerja sama antara KPU dengan Kemenlu RI.
3) KPU memberikan buku panduan aplikasi serta contact person dan
helpdesk. Tidak ada perbedaan berarti antara panduan operator
dalam negeri maupun luar negeri, karena keduanya menggunakan
database yang sama.
4) Anggota PPLN yang menjadi operator Sidalih bertugas memberikan
arahan dan informasi kepada staf Perwakilan RI dalam
pengoperasian aplikasi tersebut. Dalam fase transisi, anggota PPLN
itu dapat mengecek dan memonitor perubahan data yang dilakukan
oleh operator Perwakilan RI.
5) Untuk tahap awal, proses perubahan metode pemutakhiran data
pemilih luar negeri dari berkala menjadi berkelanjutan dapat
dilakukan di beberapa negara dengan jumlah pemilih yang
signifikan, seperti di Asia Tenggara, Asia Timur, maupun Timur
Tengah; atau di negara-negara dengan infrastruktur teknologi yang
baik dan ketersediaan sumber daya yang cukup.

Berdasarkan analisa dan strategi di atas maka diharapkan pelaksanaan


pemutakhiran data pemilih dan penyusunan data pemilih di luar negeri pada
pemilu-pemilu berikutnya dapat lebih akurat, sehingga hal ini akan
berdampak pada perbaikan kualitas manajemen pengelolaan pemilu di luar
negeri dan meningkatkan partisipasi pemilih di luar negeri.

74 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB VI

TATA KELOLA LOGISTIK PEMILU LUAR NEGERI

Logistik Pemilu di luar negeri berperan penting dalam menyukseskan


penyelenggaraan pemungutan dan penghitungan suara serta rekapitulasi
perolehan suara. Penyediaan logistik Pemilu di luar negeri sampai ke tingkat
KPPSLN menjadi bukti bahwa Pemilu tersebut memiliki legitimasi. Logistik
memiliki peran penting dalam mentransformasikan hak pilih warga negara dan
perlu disadari oleh masyarakat yang tinggal atau menetap di luar negeri.
Logistik yang digunakan pada Pemilu 2019 memerlukan penanganan yang
berbeda dengan logistik yang digunakan pada Pemilu sebelumnya, karena pada
Pemilu 2019 Pilpres dan Pileg diselenggarakan serentak. Tata Kelola logistik
Pemilu di luar negeri dilaksanakan oleh PPLN dan oleh KPU, yang dimulai dari
proses perencanaan, pengadaan, pendistribusian, pengepakan, dan
pemeliharaan. Tata Kelola logistik Pemilu 2019 di luar negeri didukung oleh
keberadaan Pokja Pembina PLN yang keanggotaannya terdiri dari unsur
Kementerian Luar Negeri. Pokja ini turut berperan serta dalam proses
pengepakan logistik ke dalam kantong diplomatik dan pengiriman ke 130
(seratus tiga puluh) PPLN yang tersebar di seluruh dunia.
Logistik yang digunakan pada saat tahapan pemungutan dan penghitungan
suara serta rekapitulasi penghitungan perolehan suara di luar negeri meliputi
surat suara, tinta, kotak suara, bilik pemungutan suara, segel, sampul, alat coblos,
hologram, Daftar Pasangan Calon (DPC), Daftar Calon Tetap (DCT), alat bantu
tuna netra (template), formulir model C LN dan model D LN, serta alat
kelengkapan TPSLN dan KSK. Beberapa jenis logistik merupakan dokumen
negara sehingga memerlukan perlakuan yang khusus dari aspek pengelolaannya
dan tindak lanjutnya setelah digunakan. Logistik Pemilu yang digunakan dalam
pemungutan dan penghitungan suara harus tersedia di TPSLN, KSK, dan Pos
secara tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu, tepat sasaran, dan tepat waktu.
Siklus atau tahapan pengelolaan logistik Pemilu di luar negeri terdiri dari
perencanaan kebutuhan, pengadaan, pendistribusian, serta pemeliharaan
inventarisasi logistik. Tahapan tersebut merupakan kesatuan siklus yang saling
terkait satu dengan lainnya sehingga setiap tahapan harus dikawal secara tepat
dari berbagai aspek pengawasan. Hal ini sangat penting agar hasil akhir dari
tahapan pengelolaan logistik tersebut dapat tercapai dengan tepat sebagaimana
prinsip pengelolaan logistik Pemilu.
Tahapan perencanaan kebutuhan, merupakan tahapan awal dalam sebuah
pengelolaan logistik dan memiliki peran penting karena akan memberi pengaruh
kepada tahapan selanjutnya. Perencanaan yang dibuat dengan

Menata Kelola Demokrasi 75


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
mempertimbangkan aspek-aspek perencanaan yang baik, akan menghasilkan
capaian target yang baik. Demikian pula sebaliknya, apabila perencanaan
kebutuhan logistik tidak dilaksanakan dengan baik maka hasil akhirnya
berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan. Perencanaan kebutuhan yang
dimaksud adalah perencanaan secara totalitas kebutuhan logistik Pemilu di luar
negeri baik dari sisi penganggaran maupun kuantitas jenis logistiknya.
Selanjutnya, tahapan pengadaan merupakan proses penyediaan barang yang
diatur melalui Perpres No. 16/2018 dan turunannya (Perlem LKPP).
Pengadaan logistik lebih fokus pada mekanisme pemilihan penyedia logistik
untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas logistik yang tepat. Tahapan
pendistribusian logistik merupakan salah satu aspek pengelolaan logistik yang
cukup sulit, dimana salah satu keberhasilan penyelenggaraan Pemilu di luar
negeri tergantung dari kecepatan dan ketepatan waktu pengiriman logistik.
Pengiriman logistik ke luar negeri berbeda mekanismenya dengan pengiriman
yang dilaksanakan di dalam negeri karena ada faktor regulasi internasional dan
internal negara yang dituju sehingga tidak bisa diatur dengan ketentuan yang
berlaku di dalam negeri.
Tahapan pemeliharaan dan inventarisasi logistik merupakan tahapan
pengelolaan logistik Pemilu yang memastikan bahwa logistik tersebut tepat
jumlah, tepat jenis, tepat mutu, tepat sasaran, dan tepat waktu sehingga dapat
digunakan dalam penyelenggaraan Pemilu di luar negeri.
Manajemen logistik Pemilu di luar negeri pada prinsipnya secara umum
sama dengan mekanisme pengelolaan logistik yang ada di dalam negeri.
Komponen utama dalam manajemen logistik tersebut adalah perencanaan,
pengadaan, pendistribusian, serta pemeliharaan dan inventarisasi. Setiap
tahapan tersebut harus dikawal secara tepat dengan membuat pola kendali dan
monitoring yang real time dan akurat. Hal ini sangat penting agar hasil akhir dari
tahapan pengelolaan logistik dapat tercapai dengan tepat sebagaimana prinsip
pengelolaan logistik Pemilu.
Perbedaan penyediaan logistik Pemilu di luar negeri dengan logistik Pemilu
di dalam negeri adalah disediakannya sampul untuk pendistribusian surat suara
ke pemilih yang menggunakan hak pilihnya dengan metode pemungutan suara
Pos, serta spesifikasi teknis kotak suara dan bilik pemungutan suara
menyesuaikan dengan kondisi setempat. Namun hal tersebut masih
memedomani ketentuan umum yang diatur untuk Pemilu di dalam negeri.
Sebagai contoh, kotak suara yang digunakan di dalam negeri menggunakan
bahan karton dengan lubang depan transparan yang bisa melihat isi kotak suara,
sedangkan beberapa KPPSLN di luar negeri menggunakan plastik akrilik yang
transparan secara keseluruhan bidang kotak suara.
Logistik Pemilu yang digunakan dalam pemungutan dan penghitungan suara
harus tersedia di TPSLN, KSK, dan Pos secara tepat. Dalam rangka ketersediaan

76 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
berbagai jenis logistik Pemilu, maka logistik Pemilu harus dikelola secara tepat.
Untuk itu, pengelolaan logistik Pemilu luar negeri tahun 2019 berpedoman pada
ketentuan yang berlaku sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6109), khususnya pada pasal 340 – 346;
2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2018 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan
Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
3. Peraturan KPU RI Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pengamanan Surat Suara di
Percetakan dan Pendistribusian ke Komisi Pemilihan Umum/Komisi
Independen Pemilihan Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Umum;
4. Peraturan KPU RI Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pemungutan dan
Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum;
5. Peraturan KPU RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Perolehan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan Umum;
6. Keputusan KPU RI Nomor 999/HK.03.1-Kpt/07/KPU/VII/2018 tentang
Kebutuhan dan Spesifikasi Teknis Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan
Umum;
7. Keputusan KPU RI Nomor 1266/HK.03 Kpt/07/KPU/X/18 tentang Pedoman
Teknis Tata Kelola Pemeliharaan dan Inventarisasi Logistik Pemilihan Umum
dan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota;
8. Keputusan KPU RI Nomor 279/PP.10.4 Kpt/07/KPU/I/19 Tahun 2019
tentang Pedoman Teknis Pendistribusian dan Pengembalian Perlengkapan
Pemungutan Suara dan Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum;
9. Keputusan KPU RI Nomor 600/HK.03.1-Kpt/07/KPU/III/2019 tentang
Perubahan Keputusan KPU RI Nomor 999/HK.03.1-Kpt/07/KPU/VII/2018
tentang Kebutuhan dan Spesifikasi Teknis Perlengkapan Penyelenggaraan
Pemilihan Umum; dan
10. Keputusan KPU RI Nomor 601/HK.03.1-Kpt/07/KPU/III/2019 tentang
Jumlah Surat Suara yang Dicetak dalam Pemilihan Umum Tahun 2019.

A. Perencanaan Logistik
Salah satu kunci keberhasilan Pemilu di Luar Negeri adalah tersedianya
logistik di setiap tingkatan badan penyelenggara Pemilu di luar negeri. Ketepatan
merupakan salah satu prinsip pengelolaan logistik Pemilu di luar negeri yang
dipedomani oleh KPU RI, PPLN, dan KPPSLN. Dalam hal ini, KPU RI telah
melakukan perencanaan kebutuhan dan anggaran logistik Pemilu luar negeri

Menata Kelola Demokrasi 77


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
tahun 2019 secara cermat dan teliti, karena kesalahan terhadap perencanaan
dimaksud akan berdampak kepada efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
Pemilu di luar negeri. Apabila terjadi kekurangan logistik akibat dari
perencanaan yang tidak tepat akan berdampak pada kekurangan logistik atau
pemborosan keuangan negara karena pendistribusian ke luar negeri
membutuhkan biaya cukup besar.
Logistik yang diperlukan pada Pemilu Indonesia tahun 2019 di luar negeri
terdiri dari 2 (dua) macam yaitu:
1. Perlengkapan Pemungutan Suara
a. Kotak Suara;
b. Surat Suara;
c. Tinta;
d. Bilik pemungutan suara;
e. Segel;
f. Alat untuk mencoblos pilihan; dan
g. Tempat Pemungutan Suara.
2. Dukungan Perlengkapan Lainnya
a. Sampul Kertas;
b. Tanda Pengenal KPPSLN, Petugas Keamanan, dan Saksi;
c. Karet Pengikat Surat Suara;
d. Lem/Perekat;
e. Kantong Plastik;
f. Ballpoint;
g. Gembok atau Alat Pengaman lainnya;
h. Spidol;
i. Formulir untuk Berita Acara dan Sertifikat serta Formulir lainnya;
j. Stiker Nomor Kotak Suara;
k. Tali Pengikat Alat Pemberi Tanda Pilihan;
l. Alat Bantu Tunanetra;
m. Daftar Pasangan Calon dan Daftar Calon Tetap;
n. Papan Pengumuman;
o. Salinan Daftar Pemilih Tetap; dan
p. Perangko.

78 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Macam dan jenis logistik yang digunakan pada pelaksanaan pemungutan dan
penghitungan suara serta rekapitulasi penghitungan perolehan suara dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Jenis Logistik Pemilu Luar Negeri Tahun 2019


No. Jenis Logistik Pemungutan Suara Penghitungan Suara Rekapi-
TPSLN KSK Pos TPSLN KSK Pos tulasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
A. Perlengkapan Pemungutan Suara
1. Kotak Suara √ √ √ √ √ √ √
2. Surat Suara √ √ √ √ √ √ -
3. Tinta √ √ - - - - -
4. Bilik √ √ - - - - -
Pemungutan
Suara
5. Segel √ √ - √ √ √ √
6. Alat Untuk √ √ - - - - -
Mencoblos
Pilihan
7. Tempat √ √ - √ √ √ -
Pemungutan
Suara
B. Dukungan Perlengkapan Lainnya
1. Sampul √ √ √ √ √ √ √
Kertas
2. Tanda √ √ - √ √ √ -
Pengenal
KPPSLN Dan
Saksi
3. Karet √ √ - √ √ √ -
Pengikat
Surat Suara
4. Lem/ √ √ √ √ √ √ √
Perekat
5. Kantong √ √ - √ √ √ √
Plastik
Transparan
6. Ballpoint √ √ - √ √ √ √
7. Gembok Atau √ √ - √ √ √ √
Alat

Menata Kelola Demokrasi 79


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
No. Jenis Logistik Pemungutan Suara Penghitungan Suara Rekapi-
TPSLN KSK Pos TPSLN KSK Pos tulasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Pengaman
Lainnya
8. Spidol √ √ - √ √ √ √
9. Formulir √ √ √ √ √ √ √
Berita Acara
10. Formulir C7 √ √ √ √ √ √ -
11. Formulir - - - √ √ √ √
Sertifikat
11. Stiker Kotak √ √ - √ √ √ √
Suara
12. Tali Pengikat √ √ - - - - -
Alat Pemberi
Tanda Pilihan
13. Alat Bantu √ √ - - - - -
Tunanetra
14. DPC Dan DCT √ √ √ - - - -
15. Salinan DPT, √ √ √ - - - -
Dptb, Dan
DPK
16. Papan √ √ √ √ √ √ √
Pengumuman
17. Perangko - - √ - - - -
(Sumber: KPU RI)

Penyediaan logistik selain harus memenuhi prinsip tepat jenis, juga harus
memenuhi prinsip tepat jumlah, yakni penyediaan logistik Pemilu harus sesuai
dengan kebutuhan jumlah pemilih, jumlah badan penyelenggara, dan jumlah
peserta Pemilu. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan perencanaan
kebutuhan logistik Pemilu di luar negeri yang didasarkan pada indeks kebutuhan
dan peruntukan logistik Pemilu tahun 2019 berdasarkan Keputusan KPU Nomor
600/HK.03.1-Kpt/07/KPU/III/2019 tentang Perubahan Keputusan KPU RI
Nomor 999/HK.03.1-Kpt/07/KPU/VII/2018 tentang Kebutuhan dan Spesifikasi
Teknis Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum.
Berdasarkan indeks kebutuhan yang ditetapkan dalam Keputusan KPU
Nomor 600/HK.03.1-Kpt/07/KPU/III/2019 tentang Perubahan Keputusan KPU
RI Nomor 999/HK.03.1-Kpt/07/KPU/VII/2018 tentang Kebutuhan dan
Spesifikasi Teknis Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum, maka

80 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
alokasi kebutuhan logistik pada setiap metode pemungutan suara adalah
sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 5. Kebutuhan Logistik Pemilu Luar Negeri Tahun 2019
No. Jenis Logistik Jumlah Alokasi Kebutuhan Logistik Pemilu Satuan
TPSLN KSK Pos Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Surat Suara Pemilu 618.715 651.348 813.770 2.083.833 lembar
Presiden dan Wakil
Presiden (PPWP)
2. Surat Suara Pemilu 618.715 651.348 813.770 2.083.833 lembar
Anggota DPR
3. Tinta 1.566 4.690 - 6.256 botol
4. Segel 38.039 80.200 31.138 149.377 keping
5. Sampul Kertas, 28.389 51.933 25.899 106.706 lembar
terdiri dari:
▪ Sampul Surat 2.388 2.556 2.933 7.877 lembar
Suara PPWP
▪ Sampul Surat 4.497 4.820 5.690 15.007 lembar
Suara DPR
▪ Sampul Surat 2.388 2.556 2.933 7.877 lembar
Suara Sah PPWP
▪ Sampul Surat 4.497 4.820 5.690 15.007 lembar
Suara Sah DPR
▪ Sampul Surat 1.284 1.504 1.186 3.974 lembar
Suara PPWP
Tidak Digunakan
▪ Sampul Surat 2.367 2.847 2.325 7.539 lembar
Suara DPR Tidak
Digunakan
▪ Sampul C7, A.3, 783 2.345 - 3.128 lembar
A.4, A.DPKLN
▪ Sampul C3, C6 783 2.345 - 3.128 lembar
dan A.5
▪ Sampul Formulir 1.566 4.690 858 7.114 lembar
Model C
Hologram, C2,
dan C5 LN2
▪ Sampul Formulir 783 2.345 429 3.557 lembar
Model C1-PPWP
LN Hologram
▪ Sampul Formulir 783 2.345 429 3.557 lembar

Menata Kelola Demokrasi 81


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
No. Jenis Logistik Jumlah Alokasi Kebutuhan Logistik Pemilu Satuan
TPSLN KSK Pos Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Model C1-DPR
LN Hologram
▪ Sampul Formulir 1.566 4.690 858 7.114 lembar
Model C
Hologram, C2,
dan C5 LN1
▪ Sampul Formulir 1.568 4.690 856 7.114 lembar
Model C-KPU
LN1, C-KPU LN2,
C1 PPWP dan
DPR LN
▪ Sampul Surat 784 2.345 428 3.557 lembar
Suara
Rusak/Keliru
Coblos DPR
▪ Sampul Surat 784 2.345 428 3.557 lembar
Suara
Rusak/Keliru
Coblos PPWP
▪ Sampul Surat 784 2.345 428 3.557 lembar
Suara Tidak Sah
DPR
▪ Sampul Surat 784 2.345 428 3.557 lembar
Suara Tidak Sah
PPWP
6. Formulir, terdiri 56.376 168.840 30.888 256.364 set
dari:
▪ Model C-KPU 783 2.345 - 3.128 set
LN1
Berhologram
(Pungut)
▪ Model C-KPU 783 2.345 - 3.128 set
LN2
Berhologram
(Hitung)
▪ Model C-KPU - - 429 429 set
LN1 POS
Berhologram
(Pungut)
▪ Model C-KPU - - 429 429 set

82 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
No. Jenis Logistik Jumlah Alokasi Kebutuhan Logistik Pemilu Satuan
TPSLN KSK Pos Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
LN2 POS
Berhologram
(Hitung)
▪ Model C1-PPWP 783 2.345 - 3.128 set
LN Berhologram
▪ Model C1-DPR 783 2.345 - 3.128 set
LN Berhologram
▪ Model C1-PPWP - - 429 429 set
LN POS
Berhologram
▪ Model C1-DPR - - 429 429 set
LN POS
Berhologram
▪ Model C1.Plano- 783 2.345 - 3.128 set
PPWP LN
Berhologram
▪ Model C1.Plano- 783 2.345 - 3.128 set
DPR LN
Berhologram
▪ Model C1.Plano- - - 429 429 set
PPWP LN POS
Berhologram
▪ Model C1.Plano- - - 429 429 set
DPR LN POS
Berhologram
▪ Model C-KPU 16.443 49.245 - 65.688 set
LN1 Salinan
(Pungut)
▪ Model C-KPU 16.443 49.245 - 65.688 set
LN2 Salinan
(Hitung)
▪ Model C-KPU - - - 9.009 set
LN1 POS Salinan
(Pungut)
▪ Model C-KPU - - - 9.009 set
LN2 POS Salinan
(Hitung)
▪ Model C1-PPWP 3.915 11.725 - 15.640 set
LN Salinan

Menata Kelola Demokrasi 83


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
No. Jenis Logistik Jumlah Alokasi Kebutuhan Logistik Pemilu Satuan
TPSLN KSK Pos Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
▪ Model C1-DPR 14.877 44.555 - 59.432 set
LN Salinan
▪ Model C1-PPWP - - 2.145 2.145 set
LN POS Salinan
▪ Model C1-DPR - - 8.151 8.151 set
LN POS Salinan
7. Hologram 4.698 14.070 2.574 21.464 keping
(Formulir Set)
8. Hologram 25.113 77.385 14.157 117.315 keping
(Formulir Lembar)
9. Daftar Pasangan 783 2.345 - 3.128 buah
Calon
10. Daftar Calon Tetap 783 2.345 - 3.128 buah
11. Alat Bantu 783 - - 789 buah
Tunanetra
(Sumber: KPU RI)

Dari tabel alokasi kebutuhan logistik di atas, ada 6 (enam) jenis logistik yang
tidak dialokasikan untuk metode pemungutan suara dengan metode Pos, tetapi
dialokasikan untuk metode pemungutan suara di TPSLN dan KSK. Jenis logistik
tersebut adalah Tinta, Sampul untuk Formulir Model C7, Sampul untuk Formulir
Model A.3, Sampul untuk Formulir Model A.4, Sampul untuk Formulir Model
A.DPK-LN, Sampul untuk Formulir Model C3, Sampul untuk Formulir Model C6
dan Sampul untuk Formulir Model A.5, Daftar Pasangan Calon (DPC), Daftar
Calon Tetap (DCT); dan Alat Bantu Tunanetra.
Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2018 tentang tentang Norma,
Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilihan Umum yang mengamanatkan bahwa Sekretariat
Jenderal KPU RI dan PPLN memiliki kewenangan untuk mengadakan logistik
Pemilu luar negeri tahun 2019. Beberapa jenis logistik yang diberikan
kewenangan pengadaannya kepada KPU RI adalah
a) Surat Suara untuk Pemilu di luar negeri yaitu:
1) Surat Suara PPWP dan Surat Suara Pemilu Anggota DPR; dan
2) Surat Suara Pemilu Anggota DPR Dapil II DKI Jakarta.
b) Tinta;
c) Segel;

84 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
d) Sampul Kertas;
e) Formulir Berita Acara dan Sertifikat;
f) Alat Bantu Tunanetra;
g) DPC Presiden dan Wakil Presiden; dan
h) DCT Anggota DPR Dapil II DKI Jakarta.
Sedangkan logistik lainnya, dapat langsung diadakan oleh PPLN dengan tetap
mengacu kepada ketentuan pengadaan yang berlaku di masing – masing Kantor
Perwakilan RI. Informasi detail disajikan pada tabel berikut

Tabel 6. Jenis Logistik Berdasarkan Kewenangan Pengadaan


No Jenis Logistik Kewenangan
KPU RI PPLN
(1) (2) (3) (4)
A. Perlengkapan Pemungutan Suara
1. Kotak suara - √
2. Surat suara √ -
3. Tinta √ -
4. Bilik pemungutan suara - √
5. Segel √ -
6. Alat untuk mencoblos pilihan - √
7. Tempat Pemungutan Suara - √
B. Dukungan Perlengkapan Lainnya
1. Sampul kertas √ √
2. Tanda pengenal KPPSLN dan saksi - √
3. Karet pengikat surat suara - √
4. Lem/perekat - √
5. Kantong plastik transparan - √
6. Ballpoint - √
7. Gembok atau alat pengaman lainnya - √
8. Spidol - √
9. Formulir berita acara √ -
10. Formulir C7 - √
11. Formulir sertifikat √ -
11. Stiker kotak suara - √
12. Tali pengikat alat pemberi tanda pilihan - √
13. Alat bantu tunanetra √ -
14. DPC dan DCT √ -

Menata Kelola Demokrasi 85


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
No Jenis Logistik Kewenangan
KPU RI PPLN
(1) (2) (3) (4)
15. Salinan DPT, DPTb, dan DPK - √
16. Papan Pengumuman - √
17. Perangko - √
(Sumber: KPU RI)

Logistik yang diadakan oleh KPU RI merupakan logistik utama dan diatur
secara lugas dalam undang-undang, serta sifatnya sangat strategis yang tidak
memungkinkan untuk didelegasikan pengadaannya kepada PPLN. Ketentuan
yang menegaskan hal tersebut, adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum, Pasal 344 ayat (1) mengamanatkan bahwa pengadaan
surat suara dilakukan di dalam negeri dengan mengutamakan kapasitas cetak
yang sesuai dengan kebutuhan surat suara dan hasil cetak yang berkualitas baik.
Kewenangan dalam pengadaan logistik tersebut mengakibatkan adanya
penganggaran untuk pengelolaan logistik di KPU RI maupun di PPLN serta
kegiatan pendukungnya menjadi dikelompokkan dalam 2 (dua) tahun anggaran,
yaitu TA. 2018 dan TA. 2019. Penganggaran tersebut dikelola agar dalam
pelaksanaannya tidak menumpuk dalam 1 (satu) tahun anggaran yang nantinya
akan menyulitkan bagi KPU dan PPLN.

Tabel 7. Anggaran Pengadaan Logistik Pemilu untuk Pemilu Luar Negeri


No Tahun Anggaran Anggaran
(Rp.) (%)
(1) (2) (3) (4)
1. TA. 2018 2.294.488.000 13,29
▪ Pengadaan belanja barang
▪ Pengadaan jasa lain (upah pekerja
pengecekan logistik, dan lainnya)
▪ Pengadaan sewa gudang
2 TA. 2019 14.973.370.000 86,71
▪ Pengadaan belanja barang
▪ Pengadaan jasa lain (distribusi,
upah pekerja sortir lipat dan
lainnya)
▪ Pengadaan sewa gudang
Jumlah 17.267.858.000 100,00
(Sumber: KPU RI)

Anggaran kebutuhan untuk logistik Pemilu 2019 dikelompokkan dalam 2


(dua) komponen utama yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan logistik

86 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pemilu dan biaya untuk komponen dukungan pengelolaannya. Dukungan
pengelolaan tersebut lebih fokus kepada anggaran untuk keperluan Pokja
Pembina PLN dalam mengelola logistik sebelum dikirimkan ke luar negeri
melalui pihak ekspedisi.
Pelaksanaan Pemilu yang masih manual di Indonesia, juga memberikan
dampak perubahan terhadap dinamika implementasi perencanaan logistik.
Perubahan perencanaan logistik sebagaimana dijelaskan, juga terjadi pada
pelaksanaan Pemilu di luar negeri. Salah satu contohnya yaitu dalam
perencanaan anggaran pendistribusian logistik yang menganut sistem door to
door tidak berlaku untuk tujuan negara konflik. Pendistribusian logistik
dilakukan ke negara terdekat dan dijemput oleh PPLN tujuan dengan pengawalan
yang ketat. Dinamika lapangan ini akan sangat mempengaruhi perencanaan
kebutuhan anggaran logistik Pemilu di luar negeri.

B. Pengadaan Logistik
Tahap pengadaan merupakan proses penyediaan barang yang diatur melalui
Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan
ketentuan turunannya dalam bentuk Peraturan Kepala LKPP dan Peraturan
LKPP. Pengadaan logistik difokuskan pada penggunaan metode pemilihan
penyedia logistik yang tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta proses
pengawasan selama produksi logistik dan pemenuhan kekurangannya, sehingga
logistik tersedia tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat sasaran, efisien dan
efektif.
Ketentuan lain yang terkait dengan logistik Pemilu di luar negeri telah diatur
dengan Perpres 16/2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pada
pasal 60, yang menjelaskan bahwa (1) Pengadaan Barang/Jasa yang
dilaksanakan di luar negeri berpedoman pada ketentuan dalam peraturan
Presiden ini; (2) Dalam hal ketentuan dalam Peraturan Presiden sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dilaksanakan, pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa menyesuaikan dengan ketentuan Pengadaan Barang/Jasa di negara
setempat; dan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Pengadaan
Barang/Jasa di luar negeri diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang luar negeri setelah berkonsultasi dengan LKPP.
Selain itu, pengadaan logistik Pemilu di luar negeri juga mengacu kepada
Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di luar negeri. Namun ketentuan
tersebut hingga saat ini belum diubah mengingat rujukan Permenlu tersebut
masih menggunakan Perpres 54/2010 sebagai pedoman. Kondisi ini
mengakibatkan ada mekanisme yang belum bisa diterapkan untuk kegiatan
kepemiluan.

Menata Kelola Demokrasi 87


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Mekanisme pengadaan logistik Pemilu 2019 di luar negeri dilaksanakan
dengan pola pengadaan secara elektronik (Katalog) dan pengadaan langsung. Hal
ini untuk memberikan kemudahan bagi PPLN untuk menyediakan logistik tepat
waktu dan sesuai dengan akuntabilitas keuangan yang digunakan. Untuk jenis
logistik yang dilaksanakan oleh PPLN, menyesuaikan ketersediaan barang yang
ada di masing-masing perwakilan dengan tetap memperhatikan fungsi utama
dan pemanfaatan yang diatur oleh regulasi KPU. Pengadaan sarana dan
prasarana untuk kebutuhan TPSLN, KSK dan Pos seperti meja untuk mencoblos,
serta sarana atau papan pengumuman dan penghitungan suara dilaksanakan
oleh PPLN dan KPPSLN bekerja sama dengan masyarakat.

C. Pendistribusian Logistik
Pelaksanaan pengiriman logistik Pemilu Anggota DPR dan Presiden Tahun
2019 perdana dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2019 di Gudang Logistik
KPU, Komplek Pergudangan Zodia, pelepasan pengiriman perdana dilakukan
Ketua KPU dan Wakil Menteri Luar Negeri.

Gambar 5. Pelepasan Pendistribusian Logistik

(Sumber: Dokumentasi KPU RI/PPLN)

Secara umum pelaksanaan pengiriman logistik berjalan dengan lancar


namun masih terdapat ketidaksempurnaan dalam tata kelola seperti tertukarnya
logistik Hongkong ke Beijing hal ini terjadi karena pihak TNT Ekspress
melakukan penginputan kode pos Beijing sehingga arah pengiriman ke Beijing

88 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
tidak ke Hongkong. Kesalahan lain yang ditemukan adalah tertukarnya logistik
Darwin dan Singapura karena kantong diplomatik yang ditujukan ke Darwin
terambil ke dalam jatah Singapura. Dalam pelaksanaan pengirimannya, KPU
bekerja sama dengan PT. TNT Internasional selaku pemenang tender jasa
pengiriman logistik Pemilu 2019 untuk 130 (seratus tiga puluh) PPLN. Dalam
pelaksanaanya, terdapat kekurangan logistik yang diakibatkan adanya
kekurangan pengiriman atau kerusakan barang akibat pengiriman. Mekanisme
pengiriman kekurangan logistik, dilaksanakan melalui TNT Express dan
dikirimkan melalui kurir seperti ke Penang, Kuala Lumpur, Johor Bahru, Kuching,
Singapura, Taipei, dan Hongkong untuk mempercepat proses pemenuhan
kebutuhan logistik.
Mekanisme pengiriman logistik disesuaikan dengan jumlah surat suara yang
diperlukan oleh PPLN. Keperluan logistik bagi PPLN dengan jumlah yang tidak
banyak, dikirim menjadi satu menggunakan kantong diplomatik (diplomatic
bag). Sementara pengiriman untuk PPLN dengan jumlah pemilih tinggi seperti di
Malaysia, Singapore, Riyadh, dan Hongkong dilakukan dalam kantong diplomatik
secara terpisah antara logistik satu dengan lainnya seperti surat suara, tinta,
sampul, formulir plano dan segel.
Proses penerimaan dan distribusi Logistik Pemilu Anggota DPR dan Presiden
Tahun 2019 mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2019 sampai dengan bulan
Maret 2019. Proses dan administrasi pelaksanaan distribusinya diharapkan
paling lambat 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan Pemilu 2019 di masing–
masing PPLN. Tenggang waktu tersebut dijadikan sebagai acuan dalam
keberhasilan pengiriman logistik hingga tingkat PPLN. Logistik yang dijadwalkan
harus mengikuti ketentuan tersebut adalah untuk surat suara, tinta, segel,
hologram, sampul, dan formulir yang diadakan oleh KPU. Logistik yang akan
dikirimkan sebelumnya dikumpulkan di gudang bandara Soekarno-Hatta.
Setelah tiba di lokasi tujuan pengiriman logistik selanjutnya di sortir dan di-
packing oleh petugas berdasarkan jumlah pemilih luar negeri (DPTLN) dan
jumlah KPPSLN dari masing-masing perwakilan. Pengiriman dilaksanakan oleh
TNT Express melalui prosedur pengiriman biasa yang dilindungi dengan fasilitas
diplomat. Hal ini untuk mendapatkan fasilitas kepabeanan dan fasilitas
perlindungan keamanan dari negara pada saat dilakukan pengiriman ke negara
lain kecuali untuk pengiriman ke PPLN Taipei.
Kegiatan distribusi logistik kepada PPLN dilakukan dengan memperhatikan
tahapan–tahapan penerimaan logistik dari KPU. Pendistribusian tersebut
dilakukan dengan dibantu oleh PPLN dan bekerja sama dengan perwakilan RI
negara setempat. Kendala yang dialami oleh KPU dalam proses pengiriman
logistik adalah proses pengeluaran barang dari cargo bandara di beberapa
perwakilan yang membutuhkan waktu lebih lama.

Menata Kelola Demokrasi 89


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Manajemen logistik Pemilu di luar negeri sangat berbeda dengan ketentuan
manajemen yang ada di dalam negeri. Kondisi lokal sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan penyiapan dan pengelolaan logistik di sana. Ketentuan yang
dibuat di dalam negeri, belum tentu sepenuhnya digunakan oleh PPLN karena
memperhatikan faktor – faktor lokal. PPLN yang bekerja di bawah aturan KPU,
berupaya untuk mengelola logistik dengan baik meskipun beberapa kendala
dialami di lapangan pada saat dilaksanakan proses pemungutan dan
penghitungan suara di TPSLN, Pos, dan KSK.
Koordinasi yang intens antara PPLN dan KPPSLN menjadi salah satu kunci
keberhasilan penyelenggaraan Pemilu 2019 di luar negeri. Pemilihan lokasi
TPSLN atau TPSLN Pos menjadi variabel dalam menentukan mekanisme
pengelolaan logistik tersebut. Berikut beberapa kondisi pengelolaan logistik di
PPLN pada Pemilu 2019 berdasarkan laporan akhir penyelenggaraan Pemilu
yang dilaporkan oleh masing-masing PPLN:
a) Logistik disiapkan PPLN berupa Kotak Suara, Bilik Suara, Alas Coblos, Papan
Pengumuman dan Papan Penyekat (sekaligus untuk pengumuman DPT dan
lainnya).
b) Lokasi TPSLN di Gedung Olah Raga KBRI, disekat untuk 2 (dua) TPSLN
dengan layout menyesuaikan besar Gedung (memperhatikan ketentuan
layout TPSLN dari KPU).
c) PPLN membantu mencetak Surat Pemberitahuan (Formulir Model C6-LN)
untuk didistribusikan oleh KPPSLN tepat waktu.
d) PPLN menyiapkan Salinan DPT-LN, DPTb-LN, DPK-LN, DPC dan DCT Anggota
DPR serta menyiapkan kotak suara untuk proses pemungutan suara di
TPSLN.
e) PPLN membantu memeriksa kelengkapan formulir pendaftaran Pemilih,
membagi dan mengarahkan Pemilih ke TPSLN.
f) PPLN juga menyediakan Kotak Suara Pos untuk menampung Pemilih Pos
yang sengaja datang mengantarkan amplop pengembalian surat suara oleh
Pemilih.
g) PPLN menerima kembali kotak suara yang tertutup dan tersegel berisi surat
suara dari KPPSLN.
h) PPLN juga menerima laporan penyelenggaraan Pemungutan Suara, sampul
surat suara yang tidak terpakai dari KPPSLN.
i) PPLN berkoordinasi dengan Pokja PLN dan Pemerintah setempat untuk
pembuatan TPSLN yang berada di luar premis KBRI dan belum pernah
dilakukan sebelumnya. Hal ini terjadi di Sao Paulo dan di luar premis KBRI
Brasilia.

90 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
j) PPLN menerima logistik melalui kantong diplomatik secara bertahap, karena
jumlah yang mampu ditampung kantong diplomatik tidak mencukupi untuk
sekali pengiriman.
k) PPLN pada saat penerimaan logistik, langsung dilakukan pengecekan dan
pemeriksaan kondisi logistik agar diketahui baik atau rusak dan dilaporkan
langsung ke Pokja PLN.
l) Logistik yang telah dikelompokkan sesuai wilayah TPSLN dan KPPSLN Pos,
diserahkan kepada KPPSLN TPS dan KPPSLN Pos pada saat pelantikan dan
dilakukan bimbingan teknis KPPSLN.
m) Pengiriman logistik berupa surat suara untuk Pemungutan Suara melalui
Pos, ditujukan ke satu alamat tujuan karena sebagian besar Pemilihnya
bekerja di perusahaan yang sama.
n) Beberapa wilayah tidak ada jaminan pengiriman dokumen/barang meskipun
menggunakan jasa ekspedisi Internasional (DHL atau Fedex), sehingga PPLN
sangat memperhatikan batas waktu pengiriman kembali surat suara Pos.
Misalnya hal yang terjadi di wilayah Venezuela.
o) PPLN juga melakukan pemeriksaan logistik Pemilu yang diterima dari KPU
berupa surat suara, segel, dan lainnya bersama – sama dengan KPPSLN dan
Saksi (jika) ada.
p) Melakukan pengawalan terhadap pergerakan surat suara Pos dari dan ke
Kantor Pos bersama – sama dengan Saksi dan KPPSLN.
Selain hal-hal tersebut di atas, masih banyak variasi lain dalam mengelola
logistik pada PPLN yang menyesuaikan dengan kondisi setempat. Manajemen
logistik Pemilu yang dilakukan di luar negeri, memerlukan tingkat ketelitian,
kecermatan, kecepatan, dan keakuratan jumlah logistik agar tidak terjadi
kesalahan dan mengakibatkan kekurangan logistik serta pembiayaan yang jauh
lebih besar.

D. Pemusnahan Logistik Pemilu Luar Negeri


KPU mengalami kendala dalam proses pemusnahan logistic Pemilu di Luar
negeri dikarenakan tidak tersedianya anggaran, PPLN yang masa kerjanya sudah
berakhir serta pengelolaan pemusnahan yang harus melibatkan Perwakilan RI.
Disisi lain jika tidak dilakukan pemusnahan logistik, maka terdapat konsekuensi
penyediaan anggaran untuk sewa Gudang yang biayanya cukup mahal.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, KPU menerbitkan Keputusan Sekretaris
Jenderal Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 863/TU.04.2-
Kpt/04/SJ/XI/2019 Tentang Petunjuk Teknis Penyusutan Arsip Pemilihan
Umum Tahun 2019 Di Luar Negeri.

Menata Kelola Demokrasi 91


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Keputusan Sekjen KPU tersebut mengatur prosedur dan tata cara
pelaksanaan pemusnahan arsip usul musnah Pemilu Tahun 2019 di luar negeri
sebagai berikut:
1. Prosedur pemusnahan arsip usul musnah berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Pembentukan panitia penilai arsip;
b. Penyeleksian dan Pembuatan daftar arsip usul musnah;
c. Penilaian oleh panitia penilai arsip;
d. Permintaan persetujuan dari pimpinan Pencipta Arsip;
e. Penetapan arsip yang akan dimusnahkan; dan f. Pelaksanaan
pemusnahan.
2. KPU RI membentuk panitia penilai arsip untuk arsip usul musnah yang
ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal dengan melampirkan pertimbangan
arsip yang akan dimusnahkan.
3. Panitia penilai arsip mempunyai tugas :
a. Melaksanakan penyeleksian arsip yang akan dimusnahkan.
b. Membuat daftar arsip usul musnah.
c. Menilai arsip yang akan dimusnahkan.
d. Mengajukan permohonan persetujuan ijin musnah kepada Sekretaris
Jenderal KPU RI
4. Penyeleksian dan pembuatan daftar arsip usul musnah, berpedoman pada
Jadwal Retensi Arsip Substantif Komisi Pemilihan Umum.
5. Jenis Arsip yang diseleksi dan dibuat dalam daftar arsip usul musnah,
merupakan jenis arsip yang diberi tanda kalimat Musnah dalam kolom
keterangan pada Jadwal Retensi Arsip Substantif Komisi Pemilihan Umum.
6. KPU RI menyampaikan surat permohonan persetujuan ijin musnah arsip
Pemilu Tahun 2019 di luar negeri kepada Kepala ANRI beserta lampiran
daftar arsip usul musnah.
7. Pemusnahan arsip Pemilu Tahun 2019 di luar negeri dilaksanakan oleh KPU
RI setelah mendapat pertimbangan panitia penilai arsip yang dibentuk oleh
KPU RI dan persetujuan tertulis dari Kepala ANRI.
8. Pelaksanaan pemusnahan arsip memperhatikan ketentuan:
a. KPU RI mendelegasikan pemusnahan arsip kepada Kantor Perwakilan RI
di Luar Negeri;

92 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
b. Pemusnahan dilakukan secara total sehingga fisik dan informasi arsip
musnah tidak dapat dikenali dan/atau disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan pada masing-masing negara setempat;
c. Pemusnahan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang pejabat
dan/atau staf lainnya pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia
setempat serta dibuat dalam Berita Acara Pemusnahan Arsip; dan
d. Berita Acara ditandatangani oleh Kepala dan/atau pejabat lainnya pada
Kantor Perwakilan Republik Indonesia setempat, dan saksi-saksi
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang pejabat dan/atau staf lainnya pada
Kantor Perwakilan Republik Indonesia setempat dan dibuat dalam 2
(dua) rangkap.
Selain itu, KPU juga berkoordinasi dengan Kemenlu untuk proses pengiriman
logistik dari Perwakilan RI ke KPU, pemusnahan logistik serta penyediaan
anggaran sewa Gudang untuk penyimpanan logistik pemilu di luar negeri.

E. Analisis Kebijakan dan Rekomendasi Pengelolaan Logistik Pemilu di


Luar Negeri
Pengelolaan Logistik Pemilu di Luar Negeri memerlukan koordinasi yang
intensif antar stakeholder, baik itu dari KPU, Kemenlu, maupun penyedia jasa
pengiriman logistik ke luar negeri. Permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaan logistik luar negeri merupakan kondisi yang dapat diantisipasi.
Kebijakan pengiriman dengan menggunakan kurir langsung dari pegawai KPU
merupakan upaya yang cukup efektif dalam mengantisipasi kekurangan surat
suara.
Evaluasi yang paling mengemuka dalam pengelolaan logistik di luar negeri
adalah pencatatan dan pendokumentasian logistik. Hal ini yang perlu diatur lebih
cermat dan lebih rapi lagi pada pemilu yang akan datang, sedapat mungkin
proses pengelolaan logistik dapat menggunakan teknologi informasi dan
menggunakan barcode sehingga proses pencatatan dan pendokumentasiannya
tidak lagi dilakukan secara manual.
Selain terkait pencatatan dan pendokumentasian, berbagai permasalahan
yang terjadi dalam mengelola logistik Pemilu di luar negeri menjadi bahan
evaluasi dan fokus perbaikan sistem pelaksanaan Pemilu mendatang. Perbaikan
sistem tata kelola logistik Pemilu, dapat dimulai dengan melakukan hal-hal yang
menjadi hasil evaluasi dan dituangkan dalam rekomendasi yang terdiri dari
rekomendasi teknis dan rekomendasi manajemen sebagai berikut:
a) Perlunya mempertegas kebijakan prioritas pengiriman/urutannya;
b) Dibuat kontak person (PIC) utama agar 1 (satu) Komando pelaksanaan di
tingkat teknis lapangan;

Menata Kelola Demokrasi 93


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
c) Tidak seluruh pengiriman logistik ke luar negeri menggunakan diplomatic
bag sehingga menjadi permasalahan di beberapa perwakilan. Pengadaan
kantong diplomatik sesuai dengan spesifikasi teknis untuk dapat menjamin
distribusi kebutuhan logistik Pemilu di luar negeri.
d) Pengiriman logistik memiliki timeline yang jelas;
e) Mengusulkan kepada DPR terkait penambahan surat suara cadangan
menjadi lebih dari 2%;
f) Kebijakan pengiriman logistik yang tepat karena kondisi setiap Negara
berbeda;
g) Jumlah surat suara yang dikirim mengakomodir adanya DPTb dan DPK.
h) Koordinasi sebelum dilakukan pengiriman dengan PPLN melalui Kemenlu
(Pokja PLN).
i) Perlu anggaran yang dialokasikan setahun sebelumnya.
j) Dasar hukum yang lebih diperjelas untuk melaksanakan penyimpanan
logistik Pemilu di luar negeri.
k) Diperlukan edaran ketentuan pengelolaan logistik termasuk arsip Pemilu di
luar negeri.
l) Implementasi pemusnahan arsip Pemilu 2019 dilakukan pada kesempatan
pertama.
m) Pemusnahan arsip Pemilu selanjutnya dilakukan oleh PPLN berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
n) Ketepatan jumlah logistik yang valid, agar tidak terjadi pengiriman yang
berulang.
o) Percepatan pengiriman (prioritas) untuk wilayah yang sulit moda
ekspedisinya atau jangkauan Pemilih di luar negeri yang sulit dijangkau
dengan pihak ekspedisi pada umumnya.
p) Monitoring dalam pemeriksaan, pengecekan, penghitungan dan pengepakan
surat suara untuk menjamin kualitas dan kuantitas barang – barang logistik
yang diterima dengan baik oleh PPLN.
q) Penguatan koordinasi di lapangan dalam efisiensi dan efektifitas pengaturan
alur pekerjaan logistik agar pendistribusian tepat waktu.
r) Koordinasi dengan penyedia surat suara sehingga diterima dan dikirimkan
sesuai jadwal yang disepakati.
s) Memperhatikan keperluan Perwakilan RI untuk penyimpanan sisa logistik
Pemilu yang jumlahnya cukup besar dan membutuhkan tempat
penyimpanan yang memadai.

94 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
t) Prosedur penanggung jawab logistik yang jelas khususnya pasca Pemilu bagi
barang - barang Pemilu yang sudah tidak terpakai. KPU diharapkan dapat
mengeluarkan surat ketetapan mengenai prosedur dan teknis pemusnahan
barang logistik Pemilu.

Menata Kelola Demokrasi 95


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB VII
AKUNTABILITAS DANA PEMILU LUAR NEGERI

A. Strategi Penyusunan Program dan Anggaran Pemilu Luar Negeri.


Anggaran Pemilu di luar negeri disusun dan digunakan untuk mendukung
kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu dengan memperhatikan tahapan
Pemilu serta tugas dan fungsi masing-masing Badan Penyelenggara Pemilu Ad
Hoc. Alokasi anggaran PPLN disusun oleh KPU dengan memprediksi inflasi,
jumlah pemilih, metode pemungutan suara (TPS LN, Kotak Suara Keliling dan
Pos), dan kebutuhan jumlah petugas dengan asumsi nilai tukar rupiah yang
digunakan adalah 14.200 per Dollar AS. Dalam penyusunan anggaran maka KPU
telah menetapkan 5 (lima) akun yang digunakan dalam penyusunan anggaran
PPLN. Diantaranya, pertama, akun honor yang dipakai untuk pembayaran
honorarium para Ketua dan anggota PPLN serta Sekretariat PPLN. Kedua, akun
belanja bahan yang digunakan untuk belanja bahan alat tulis kantor yang
diperlukan. Ketiga, akun belanja perjalanan dinas, yang dapat digunakan untuk
melakukan perjalanan dinas, seperti bimbingan teknis, sosialisasi kepada
masyarakat WNI yang ada di luar negeri. Keempat, Belanja sewa digunakan untuk
melakukan pembayaran sewa printer, laptop, kendaraan, gudang atau hal lain
yang dapat mendukung kegiatan. Kelima, belanja non operasional lainnya, yang
dapat digunakan untuk pembayaran pendukung tahapan pemilu, seperti biaya
penyelenggaraan rapat-rapat.
Dikarenakan penyusunan anggaran dilakukan secara top down, maka
Sekretariat PPLN dapat melakukan kalkulasi belanja pada PPLN yang disesuaikan
dengan kebutuhan lapangan. Adapun proses pengelolaan revisi anggaran dapat
diusulkan apabila dianggap terjadi kekurangan anggaran dan/atau terdapat
kelebihan alokasi yang dapat dimaksimalkan untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan Pemilu dengan beberapa batasan sebagai berikut:
1. PPLN dapat mengusulkan revisi anggaran secara sangat selektif dan sesuai
dengan Tahapan Pemilu;
2. Usulan revisi disampaikan melalui Pokja PLN dan harus mendapatkan
persetujuan Sekretaris Jenderal KPU selaku Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA);
3. Usulan revisi yang diperkenankan adalah pergeseran anggaran antar akun
dalam 1 sub komponen (PPLN atau KPPS LN). Apabila revisi anggaran
dilakukan melalui pergeseran antar detail dalam 1 (satu) akun dan pagu akun
tetap, maka revisi tidak perlu menunggu persetujuan KPA. Namun demikian,
perubahan tersebut tetap dilaporkan melalui Pokja Pembina PLN. Batas

96 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
akhir penerimaan usulan revisi bergantung pada kebutuhan pelaksanaan
penarikan TUP.
Dokumen anggaran KPU Tahun Anggaran 2019 terdiri dari 2 (dua) program yang
di dalamnya terdapat beberapa Kegiatan dan Keluaran (termasuk komponen, sub
komponen, akun dan detail anggaran).
Petunjuk teknis pengelolaan dan pelaksanaan anggaran Tahapan Pemilu
2019 untuk Badan Ad Hoc Penyelenggara Pemilu dituangkan dalam Keputusan
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 302/PP.02-
Kpt/02/KPU/IV/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Penggunaan Anggaran Tahapan Pemilihan Umum 2019 untuk Badan
Penyelenggara Pemilu Ad hoc di lingkungan Komisi Pemilihan Umum. Keputusan
tersebut ditujukan agar dapat membantu dan memudahkan pemahaman Pejabat
Pengelola Keuangan pada Badan Penyelenggara Pemilu Ad hoc dalam mengelola
dan mempertanggungjawabkan anggaran Tahapan Pemilu 2019 dari segi
administrasi keuangan dan manfaat berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pada prinsipnya, pola pencairan dan pertanggungjawaban
berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Namun, mengingat kegiatan Tahapan
Pemilu 2019 mempunyai karakteristik dan kekhasan tertentu, maka diperlukan
Petunjuk Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran untuk
Badan Penyelenggara Pemilu Ad hoc di lingkungan Komisi Pemilihan Umum.
Adapun pertimbangan karakteristik dan kekhasan kegiatan Tahapan Pemilu
2019 antara lain letak geografis Badan Penyelenggara Pemilu Ad hoc (PPLN)
berada jauh dengan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), masa kerja Badan
Penyelenggara Pemilu Ad hoc di luar negeri bersifat sementara dan jangka
waktunya sangat terbatas, personel Badan Penyelenggara Pemilu Ad hoc berasal
dari tokoh masyarakat dan rata–rata belum menguasai tata kelola keuangan
negara secara memadai.
Berdasarkan keputusan tersebut diharapkan dapat menciptakan kesamaan
pengertian dan pemahaman tentang proses pengelolaan keuangan pada Badan
Penyelenggara Pemilu Ad hoc. Selain itu, hal tersebut juga dapat memberikan
panduan kepada pengelola keuangan di Badan Penyelenggara Pemilu Ad hoc
dalam melaksanakan tugas agar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Atas dasar persamaan persepsi itulah diharapkan terhindar dari
kemungkinan terjadinya kesalahan administratif dalam pengelolaan keuangan
yang dapat berakibat temuan aparat pemeriksa.
Petunjuk pelaksanaan ini meliputi organisasi pelaksanaan dan mekanisme
pengelolaan keuangan (alokasi, pencairan, penyaluran dan
pertanggungjawaban) dalam penggunaan anggaran Tahapan Pemilu 2019 untuk

Menata Kelola Demokrasi 97


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Badan Penyelenggara Pemilu Ad hoc luar negeri di lingkungan Komisi Pemilihan
Umum.

B. Pajak dan Dokumen Pendukung Pengenaan Pajak Badan


Penyelenggara Pemilu Ad hoc Luar Negeri
Dalam hal pajak dan dokumen pendukung terkait pengenaan pajak,
Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan surat sebagai pedoman dalam
pemotongan pajak atas honorarium (PPLN, Pantarlih LN, KPPSLN) dengan
Nomor S-180/PJ/2018 tanggal 26 Juni 2018 perihal pemotongan PPh pasal
21/26 atas honorarium Badan Penyelenggara Pemilu Ad hoc.
Dalam surat tersebut, dikatakan bahwa untuk anggota KKPL, Pantarlih LN,
dan KPPSLN dengan status Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN), dipoting PPH Pasal
26 sebesar 20% dari upah bruto atau sesuai P3B antara Indonesia dengan negara
tempat diselenggarakannya Pemilu, dengan memperhatikan ketentuan
mengenai Surat Keterangan Domisili. Namun dengan banyaknya masukan dari
PPLN terkait tarif pengenaan pajak PPh Pasal 26 sebesar 20% yang terlalu tinggi,
Pokja Pemilu LN telah berupaya menyampaikan, mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan hal tersebut secara intensif dengan Direktorat Jenderal
Pajak sebagai pihak yang memiliki kewenangan atas peraturan perpajakan
secara nasional.
Dari hasil koordinasi tersebut, Direktorat Jenderal Pajak memberikan
dukungan terhadap pelaksanaan Pemilu dan memberikan kemudahan
pelaksanaan kewajiban perpajakan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Badan Ad hoc LN berkedudukan di kantor Perwakilan Republik Indonesia di
negara bersangkutan yang merupakan wilayah yurisdiksi ekstrateritorial
Indonesia dan seluruh anggota BPP Adhoc LN adalah Warga Negara
Indonesia (WNI), atas penghasilan yang diterima oleh anggota BPP Adhoc LN
menerapkan ketentuan pemotongan PPh Pasal 21 atas Subjek Pajak Dalam
Negeri (SPDN);
2. Untuk memudahkan pemotongan PPh Pasal 21, pemotong tidak perlu
meneliti kembali P3B antara Indonesia dengan masing-masing negara
tempat diselenggarakannya Pemilu dan meneliti SKD WPLN masing-masing
anggota BPP Ad hoc LN;
3. Atas penghasilan yang diterima oleh seluruh anggota Badan Penyelenggara
Ad hoc di luar negeri dipotong PPh pasal 21 dengan mekanisme pemotongan
PPh Pasal 21 sebagai peserta kegiatan.
Pengenaan tarif pajak PPh Pasal 21 sebagai peserta kegiatan dapat diterapkan
atas TUP Tahap III dan pada Tahun Anggaran 2019, yaitu dengan perhitungan
PPh Pasal 21 terutang = 5% X honor yang diterima (bruto). Atas penerapan tarif

98 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
pajak ini, terdapat potensi kelebihan setor pajak atas honorarium PPLN Tahun
Anggaran 2018. Sehubungan dengan hal tersebut, KPU melakukan koordinasi
lebih lanjut dengan Direktorat Jenderal Pajak untuk penyelesaian kelebihan setor
melalui mekanisme kompensasi pajak.
Catatan lain yang perlu diperhatikan adalah Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
yang dikenai tarif PPh Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Potongan pajak 20% dikenakan kepada WNI yang memenuhi syarat SPLN
yang tidak memiliki Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
Indonesia dengan negara tempat diselenggarakannya Pemilu;
2. Bagi negara yang memiliki P3B dan SPLN dapat menunjukan Surat
Keterangan Domisili (DGT-1) format terlampir dan atau Certificate of
Residence sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
nomor Per-10/PJ/2017 maka yang bersangkutan dapat dibebaskan ataupun
dikenakan potongan pajak sesuai dengan isi perjanjian P3B tersebut;
3. Surat Keterangan Domisili WPLN yang selanjutnya disingkat SKD WPLN
adalah surat keterangan berupa formulir yang terdiri dari Form DGT-1 atau
Form DGT-2 yang diisi oleh WPLN dan disahkan oleh Pejabat yang
Berwenang dari negara mitra atau yurisdiksi mitra P3B dalam rangka
penerapan P3B. Dalam hal ini WPLN yang terkait dengan Pemilu luar negeri
menggunakan Form DGT-1;
4. Certificate of Residence adalah surat keterangan dengan nama apapun yang
menjelaskan status penduduk (resident) untuk kepentingan perpajakan bagi
WPLN yang diterbitkan dan disahkan oleh Pejabat yang Berwenang dari
negara mitra atau yurisdiksi mitra P3B dalam rangka penerapan
P3B.Certificate of Residence yang harus memenuhi ketentuan:
a) Menggunakan bahasa Inggris;
b) Berupa dokumen asli atau dokumen fotokopi yang telah dilegalisasi oleh
Kantor Pelayanan Pajak tempat salah satu
Pemotong dan/atau Pemungut Pajak terdaftar sebagai Wajib Pajak;
c) Paling sedikit mencantumkan informasi mengenai nama WPLN, tanggal
penerbitan, dan tahun pajak berlakunya Certificate of Residence; dan
d) Mencantumkan nama dan ditandatangani atau diberi tanda yang setara
dengan tanda tangan oleh Pejabat yang Berwenang sesuai dengan
kelaziman di negara mitra atau yurisdiksi mitra P3B.
Dalam hal WPLN menggunakan Certificate of Residence WPLN tetap wajib
mengisi Form DGT-1 selain Part III;

Menata Kelola Demokrasi 99


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
1. Pejabat yang Berwenang Mengesahkan SKD WPLN atau Competent Authority
yang selanjutnya disebut Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang
memiliki kewenangan untuk mengesahkan SKD WPLN dan/atau Certificate
of Residence berdasarkan peraturan domestik di negara mitra atau yurisdiksi
mitra P3B;
2. Penerapan atas ketentuan pajak tersebut berlaku surut;
3. Saat ini terdapat 66 negara yang memiliki perjanjian P3B dengan Indonesia
dan dapat dipelajari lebih lanjut melalui link sebagai berikut:
https://engine.ddtc.co.id/p3b mengingat setiap negara memiliki karakteristik
yang berbeda.
4. Negara yang memiliki perjanjian P3B dengan Indonesia diantaranya Algeria,
Armenia, Australia, Austria, Bangladesh, Belgium, Brunei Darussalam,
Bulgaria, Canada, China, Croatia, Czech, Denmark, Egypt, Finland, France,
Germany, Hong Kong, Hungary, India, Iran, Italy, Japan, Jordan, Kuwait,
Luxembourg, Malaysia, Mexico, Mongolia, Morocco, Netherlands, New
Zealand, North Korea, Norway, Pakistan, Papua New Guinea, Philippines,
Poland, Portuguese, Qatar, Romania, Russia, Saudi Arabia, Seychelles,
Singapore, Slovakia, South Africa, South Korea, Spain, Sri Lanka, Sudan,
Suriname, Sweden, Switzerland, Syria, Taiwan, Thailand, Tunisia, Turkey,
Ukraine, United Arab Emirates, United Kingdom, United States of America,
Uzbekistan, Venezuela, Vietnam.

C. Proses Penyaluran Anggaran PPLN


Proses penyaluran anggaran PPLN pada dasarnya diatur sangat sistematis
mengingat hal ini berhubungan dengan pertanggungjawaban, secara umum
proses tersebut dapat dipahami melalui bagan mekanisme penyaluran berikut:

Diagram 5. Mekanisme Penyaluran Anggaran PPLN

100 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Berdasarkan bagan 5 maka berikut penjelasan bagan mekanisme penyaluran
dapat digambarkan sebagai berikut: Pertama, Pokja PLN menyampaikan usulan
kebutuhan anggaran dan nomor rekening PPLN kepada PPK Biro Perencanaan
dan Data KPU. Kemudian PPLN melalui Perwakilan RI menyampaikan bukti
penerimaan kepada BPP PLN melalui Pokja PLN, dan penyaluran Anggaran pada
BPP Ad hoc LN dibantu Pokja PLN. Kedua, berdasarkan usulan kebutuhan
anggaran dari Pokja PLN, Pejabat Pembuat Komitmen Biro Perencanaan dan Data
menerbitkan SPBy (Surat Perintah Pembayaran) dan SPT (Surat Perintah
Transfer) kepada BPP PLN. Selanjutnya, Ketiga, BPP PLN menyalurkan anggaran
kepada PPLN melalui rekening masing-masing Perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri yang dibantu oleh Pokja PLN sesuai dengan kebutuhan anggaran yang
telah ditetapkan. Untuk bukti transfer dana kepada PPLN tersebut
ditandatangani oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) Biro Perencanaan dan
Data KPU dan BPP PLN. Selanjutnya fotocopy bukti transfer disampaikan kepada
Pokja PLN untuk diteruskan kepada Perwakilan RI di luar negeri sebagai
informasi bahwa dana tersebut telah ditransfer. PPLN menyampaikan bukti
penerimaan anggaran kepada BPP PLN melalui Pokja PLN sebagai tanda bukti
penerimaan uang yang selanjutnya akan diteruskan ke BPP PLN. Kemudian,
PPLN menyalurkan anggaran kepada KPPSLN sesuai dengan alokasi anggaran
dalam RAB yang telah disetujui. Untuk KPPSLN, bukti penerimaan anggaran
disampaikan kepada Sekretaris PPLN sebagai tanda bukti penerimaan uang.
Disisi lain perlu diketahui juga perihal bagaimana pelaksanaan anggaran
tahapan Pemilu untuk Badan Penyelenggara Ad hoc Luar Negeri. Berikut adalah
mekanisme secara umum:
1. Mekanisme penarikan, penyaluran, dan pertanggungjawaban anggaran
untuk kegiatan Tahapan Pemilu 2019 pada BPP Adhoc Penyelenggara Pemilu
dapat dilakukan dengan mekanisme TUP.
2. Mekanisme TUP mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam
Rangka Pelaksanaan APBN. TUP berlaku untuk keperluan 1 (satu) bulan dan
dapat dimintakan perpanjangan 1 (satu) bulan berikutnya atas
izin/dispensasi KPPN setempat.
3. Pertanggungjawaban TUP dapat dilakukan secara bertahap sesuai batas
waktu TUP.
4. TUP yang belum dipertanggungjawabkan tetapi memerlukan TUP kembali
tetap harus menyelesaikan TUP sebelumnya sesuai dengan rencana
pengajuan TUP masing-masing.
5. Bukti Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran Tahapan Pemilu 2019
untuk BPP Ad hoc.

Menata Kelola Demokrasi 101


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
D. Pertanggungjawaban Anggaran PPLN
Proses pertanggungjawaban penggunaan anggaran oleh PPLN/KPPSLN
diatur sangat sistematis, secara umum proses tersebut dapat dipahami melalui
bagan mekanisme berikut:

Diagram 6. Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran oleh PPLN/KPPSLN

Berikut adalah penjelasan dari bagan 6 perihal Pertanggungjawaban Penggunaan


Anggaran oleh PPLN/KPPSLN, pertama, Ketua KPPSLN membuat PPPA
(Pernyataan Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran) dengan menggunakan
Format yang telah ditentukan oleh KPU dengan melampirkan bukti-bukti
pembayaran yang telah disahkan oleh Ketua KPPSLN. PPPA tersebut kemudian
disampaikan kepada PPLN. Kedua, Sekretaris PPLN membuat PPPA di PPLN,
termasuk pengeluaran biaya Pantarlih LN dan KPPSLN di wilayahnya, dengan
menggunakan Format yang telah ditentukan oleh KPU, kemudian melampirkan
bukti-bukti yang sah atas penggunaan anggaran, untuk disampaikan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen Biro Perencanaan dan Data KPU melalui Pokja PLN.
Untuk bukti pembayaran yang sah berupa:
a) Daftar penerimaan pembayaran untuk pembayaran honor dan perjalanan
dinas yang telah ditandatangani oleh penerima pembayaran;
b) Kwitansi dan nota pembelian yang menggunakan Bahasa Asing dapat dibuat
ringkasan dalam Bahasa Indonesia;
c) Bukti transfer yang dikeluarkan oleh bank/jasa lainnya; atau
d) Bukti pengeluaran biaya untuk selisih kurs dan biaya administrasi bank di
PPLN disesuaikan.

102 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pembayaran atas pelaksanaan kegiatan Tahapan Pemilu 2019 dilakukan
berdasarkan:
a) Perintah dan persetujuan dari Sekretaris PPLN atau Ketua KPPSLN; dan
b) Prestasi pekerjaan dan didukung dengan bukti pembayaran yang sah.
Pengesahan bukti-bukti pembayaran di atas dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Untuk Pokja Pembina PLN ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen
Biro Perencanaan dan Data KPU;
b) Untuk PPLN ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris PPLN;
c) Untuk Pantarlih LN ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris PPLN; dan
d) Untuk KPPSLN ditandatangani oleh Ketua KPPSLN.
Ketiga, Pokja PLN membuat rekapitulasi PPPA dari tingkat PPLN, termasuk
Pantarlih LN, dan KPPS LN di wilayah kerjanya, dengan melampirkan bukti-bukti
sah atas penggunaan anggaran paling lambat 1 (satu) bulan setelah anggaran
diterima dan disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen Biro Perencanaan
dan Data KPU. Dalam hal pertanggungjawaban belum diselesaikan dalam waktu
1 (satu) Bulan setelah anggaran diterima oleh PPLN, KPA KPU dapat mengajukan
izin perpanjangan batas waktu pertanggungjawaban PTUP. Sehingga, pada akhir
masa bakti, PPLN harus menyampaikan seluruh bukti-bukti sah atas penggunaan
anggaran disertai dengan sisa dari penggunaan anggaran kepada BPP PLN
melalui Pokja PLN.
Keempat, Pejabat Pembuat Komitmen Biro Perencanaan dan Data KPU
dibantu Pokja Pembina PLN membuat pengantar rekapitulasi PPPA dan rincian
bukti pengeluaran dari seluruh PPLN dan disampaikan kepada BPP PLN. Kelima,
BPP PLN melakukan pengujian terhadap rekapitulasi PPPA dan rincian bukti
pengeluaran dari seluruh PPLN untuk disampaikan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen Biro Perencanaan dan Data KPU. Keenam, berdasarkan rekapitulasi
PPPA dan rincian bukti pengeluaran dari seluruh PPLN yang diterima dari BPP
PLN, Pejabat Pembuat Komitmen Biro Perencanaan dan Data KPU menerbitkan
SPP PTUP untuk disampaikan kepada PPSPM (Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar).
Selain keterangan bagan di atas maka perlu juga diperhatikan mengenai
beberapa hal dibawah ini, seperti: setoran sisa penggunaan anggaran PPLN yang
telah ditransfer ke rekening BPP PLN akan dilakukan rekonsiliasi terlebih dahulu
antara BPP PLN dengan Pokja PLN sebelum disampaikan kepada Bendahara
Pengeluaran KPU. Selanjutnya bukti–bukti pengeluaran yang sah dari seluruh
PPLN yang telah disampaikan ke PPSPM disimpan oleh BPP PLN sebagai bahan
kelengkapan administrasi pertanggungjawaban anggaran. Untuk Surat Perintah
Tugas dan SPD untuk perjalanan dinas di luar negeri ditandatangani oleh

Menata Kelola Demokrasi 103


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Sekretaris PPLN, Ketua KPPSLN, atau Ketua Pantarlih LN. Sedangkan biaya
administrasi bank akibat penerimaan dan pengeluaran anggaran PPLN
dianggarkan dalam DIPA/RKA-KL POK.
Untuk monitoring pengelolaan dan pelaporan keuangan PPLN, PPLN
membuat kartu kendali kas dengan menggunakan Format yang telah ditentukan
oleh KPU. Idealnya, batas penyelesaian pertanggungjawaban penggunaan
anggaran oleh Badan Penyelenggara Ad hoc luar negeri adalah sebagai berikut:
a) KPPSLN ke PPLN selama 3 (tiga) hari;
b) Pantarlih LN ke PPLN selama 3 (tiga) hari;
c) PPLN ke Pokja PLN selama 5 (lima) hari;
d) Pokja PLN ke PPK selama 3 (tiga) hari;
PPK ke BPP PLN dan dari BPP PLN ke PPK selama 3 (tiga) hari; dan 6 (enam)
PPK ke PPSPM selama 5 (lima) hari.
Dalam pengelolaannya, pertanggungjawaban Keuangan pada BPP Ad hoc LN
dibantu Pokja PLN. Dan Ketua Pokja PLN, Sekretaris PPLN, dan Ketua KPPS LN
bertanggungjawab atas penggunaan anggaran yang dikelolanya. Jika ada sisa
anggaran yang belum digunakan, seluruh sisa dana yang masih berada pada BPP
Ad hoc Penyelenggara Pemilu harus segera disetorkan ke kas negara sebelum
tahun anggaran berakhir.

E. Pengelolaan Dana Pemilu dalam Mewujudkan Good Governance


Pemilihan Umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana
perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan Negara yang
demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan Pemilihan Umum secara langsung,
bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh
penyelenggara Pemilihan Umum yang mempunyai integritas, profesionalitas,
dan akuntabilitas.
Pengelolaan keuangan yang efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
akuntabel merupakan salah satu sarana menciptakan tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance) sesuai yang diamanatkan dalam undang-undang.
Prinsip-prinsip dasar good governance antara lain adanya keterbukaan,
integritas, dan akuntabilitas yang secara umum tercermin dalam proses
penganggaran, pelaporan keuangan, dan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab pengelolaan keuangan negara.
Budaya tanggung jawab penggunaan anggaran negara perlu terus
dikembangkan sebagai bentuk pertanggungjawaban publik kepada masyarakat
luas. Adapun indikator kinerja dan kualitas pelaksanaan anggaran saat ini yaitu:

104 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
1. Kesesuaian dengan perencanaan dan anggaran,
2. Efektifitas pelaksanaan kegiatan,
3. Kepatuhan terhadap regulasi, dan
4. Efisiensi pelaksanaan anggaran.
Secara garis besar, diskusi perihal dinamika pendanaan tidak lepas dari
hambatan dan tantangan yang terjadi pada pengelolaan dan pelaksanaan
anggaran PPLN. Tantangan dan kendala tersebut mengenai keterlambatan
pencairan TUP ke Kementerian Keuangan (KPPN) dan pertanggungjawaban yang
dilakukan oleh PPLN serta kurangnya pemahaman akan mekanisme pelaksanaan
keuangan PPLN. Ketentuan tersebut diatur dalam keputusan KPU 302/PP.02-
KPT/02/KPU/IV/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Penggunaan Anggaran Tahapan Pemilihan Umum 2019 untuk Badan
Penyelenggara Pemilu Ad hoc di lingkungan Komisi Pemilihan Umum yang
kemudian diubah dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
Nomor 1132/PP.02-KPT/02/KPU/IX/2018.
Secara lebih rinci, hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pertanggungjawaban keuangan adalah:
1. Keterlambatan pencairan TUP Tahap I;
2. Keterlambatan penyampaian RAB TUP I menyebabkan pagu minus pada
beberapa PPLN;
3. Terjadi keterlambatan pengirim dana dikarenakan sistem perbankan (Office
of Foreign Assets Control (OFAC), badan intelijen dan penegakan keuangan,
departemen keuangan AS detail uraian, jaringan tidak luas, dll);
4. Keterlambatan pertanggungjawaban dan penyetoran sisa TUP jauh dari
batas waktu yang telah ditentukan menyebabkan terhambatnya proses
pencairan TUP tahap selanjutnya;
5. Kesulitan perbankan yang dialami oleh PPLN dalam melakukan penyetoran
sisa TUP dan potongan pajak ke Pusat;
6. Kesulitan dalam melakukan perincian setoran dari PPLN kesulitan dalam
mendapatkan nota kredit (MT103) dari bank BRI;
7. PPLN tidak mengirimkan rincian setoran pengembalian sisa TUP dan Pajak;
8. PPLN tidak menggunakan format baku yang sesuai dengan Keputusan KPU
302/PP.02-Kpt/02/KPU/IV/2018 yang kemudian diubah dalam Keputusan
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1132/PP.02-
KPT/02/KPU/IX/2018;
9. Melakukan pembebanan yang tidak sesuai dengan peruntukannya;
10. Lampiran dokumen pertanggungjawaban yang tidak lengkap;

Menata Kelola Demokrasi 105


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
11. Struktur anggota sekretariat yang tidak melibatkan BPKRT sebagai
pelaksana menyebabkan kesalahan dalam pertanggungjawaban/ pencatatan
pengeluaran anggaran;
12. Masih terdapat PPLN yang belum memahami penggunaan formulir dan
format baku yang telah diatur pada Keputusan KPU 302/PP.02-
Kpt/02/KPU/IV/2018 yang kemudian diubah dalam Keputusan Komisi
Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1132/PP.02-
KPT/02/KPU/IX/2018 (contoh: penggunaan Formulir E untuk
pertanggungjawaban pengeluaran anggaran KPPSLN).
Permasalahan umum yang dihadapi adalah mekanisme pencairan dengan
cara TUP mengakibatkan keterlambatan dalam proses transfer dana, sebaliknya
pertanggungjawaban yang dilakukan oleh PPLN juga mengalami kendala karena
kurangnya pemahaman akan mekanisme pelaksanaan keuangan PPLN
sebagaimana diatur dalam keputusan KPU 302/PP.02-KPT/02/KPU/IV/2018
tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran
Tahapan Pemilihan Umum 2019 untuk Badan Penyelenggara Pemilu Ad hoc di
lingkungan Komisi Pemilihan Umum yang kemudian diubah dalam Keputusan
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1132/PP.02-
KPT/02/KPU/IX/2018.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman khususnya personel Sekretariat
PPLN dalam pengelolaan dan pelaksanaan serta pelaporan keuangan dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada PPLN diharapkan
dapat mengirimkan narasumber yang menguasai masalah keuangan;
2. Selalu aktif dan proaktif dalam memberikan informasi dan pendampingan
yang dibutuhkan oleh PPLN dalam pengelolaan keuangan;
3. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi 2 (dua) arah antara Pokja Pemilu
Luar Negeri (Kemenlu dan KPU) dengan PPLN;
4. Dalam hal pelaksanaan anggaran PPLN diharapkan dapat ditetapkan
mekanisme yang tepat terkait pencairan anggaran, transfer anggaran,
pertanggungjawaban anggaran dan pengembalian sisa anggaran PPLN ke
KPU, mengingat kegiatan dilakukan di luar negeri;
5. Ketentuan pemotongan pajak honor PPLN ditentukan lebih awal sebelum
pelaksanaan anggaran dilaksanakan oleh PPLN. Kedepannya proses
pembuatan kebijakan perihal keuangan dan implementasinya diharapkan
pemerintah dapat berusaha menerapkan good governance and services.
Dalam hal ini, untuk mencapai good governance and services, pemerintah
akan menggunakan cara pembuatan kebijakan dengan mencoba untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat itu sendiri (demand and
interest) baik secara individual atau komunal (Grindle, 1980).

106 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB VIII
SOSIALISASI DAN PENDIDIKAN PEMILIH
DI LUAR NEGERI

Pendidikan Pemilih dan Sosialisasi untuk WNI di luar negeri penting


dilakukan untuk meningkatkan Partisipasi Pemilih di Luar Negeri. Angka
partisipasi pada Pemilu anggota DPR di Luar Negeri Tahun 2009 dan 2014 hanya
22,30 persen dan 22,92 persen. Sementara untuk Pilpres hanya 32,06 persen
(2009) dan 34,66 persen (2014).
Kegiatan pendidikan pemilih dan sosialisasi pemilu tahun 2019 di luar negeri
bagi WNI di luar negeri didasarkan pada Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2018
tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2019 ini
ditetapkan untuk melaksanakan mandat dari ketentuan Pasal 450 Undang-
Undang 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Pasal 1 pada ketentuan Peraturan KPU Nomor 10 tahun 2019 menyatakan
bahwa sosialisasi Pemilu adalah proses penyampaian informasi tentang tahapan
dan program Penyelenggaraan Pemilu. Adapun pendidikan pemilih adalah
proses penyampaian informasi kepada pemilih untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran pemilih tentang Pemilu. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan pemilih lebih
berkesinambungan dan bisa dilaksanakan setiap waktu, tidak terikat dengan
tenggat waktu pelaksanaan tahapan Pemilu.
Sesuai Pasal 2 Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2018, pelaksanaan
pendidikan pemilih dan sosialisasi dalam penyelenggaraan Pemilu di luar negeri
berpedoman pada asas mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan
umum, keterbukaan, proporsional, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi,
efektivitas dan aksesibilitas. Lebih lanjut Pasal 3 peraturan tersebut menjelaskan
bahwa pendidikan pemilih dan sosialisasi Pemilu di luar negeri bertujuan untuk:
1. Menyebarluaskan informasi mengenai tahapan, jadwal dan program Pemilu;
2. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
hak dan kewajiban dalam Pemilu;
3. Meningkatkan partisipasi Pemilih dalam Pemilu.
Sasaran dalam pelaksanaan pendidikan pemilih dan sosialisasi Pemilu tahun
2019 di luar negeri adalah WNI di luar negeri dan penyelenggara Pemilu di luar
negeri yang terdiri dari Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) dan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara di Luar Negeri (KPPSLN) yang tersebar di 130
perwakilan RI yang terdapat di 96 negara.

Menata Kelola Demokrasi 107


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Untuk mempersiapkan kegiatan pendidikan pemilih dan sosialisasi Pemilu di
luar negeri, KPU dan Kementerian Luar Negeri telah menyepakati perjanjian
kerjasama yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2018 oleh Sekjen KPU RI
dan Sekjen Kemenlu RI dan membentuk Kelompok Kerja Pembina Pemilihan
Umum di Luar Negeri (Pokja Pembina Pemilu LN) dengan anggota dari unsur KPU
dan Kemenlu.

A. Materi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih


Materi sosialisasi dan pendidikan pemilih yang disusun oleh Pokja PLN
terdiri dari 2 materi. Pertama, materi sosialisasi dan Bimtek yang disampaikan
kepada penyelenggara Pemilu di luar negeri (PPLN dan KPPSLN). Kedua, materi
sosialisasi dan pendidikan pemilih yang disampaikan kepada WNI di luar negeri.

1) Materi Bimtek untuk PPLN dan KPPSLN


Materi Bimtek sosialisasi dan pendidikan pemilih yang disampaikan oleh
Pokja PLN kepada PPLN dan KPPSLN lebih bersifat teknis terkait tata kelola
pelaksanaan tahapan pemilihan 2019. Bimtek sosialisasi kepada penyelenggara
Pemilu lebih banyak mengupas bagaimana mekanisme penyelenggaraan tahapan
Pemilu 2019 yang harus dilakukan oleh PPLN dan KPPSLN di masing-masing
wilayah akreditasi.
Materi bimtek sosialisasi tersebut terdiri dari pertama, Tahapan pemilihan
umum luar negeri tahun 2019 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum dan Peraturan KPU Nomor 05 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun
2017 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Tahun 2019. Kedua, tentang Tugas pokok dan fungsi PPLN dan KPPSLN dalam
menyelenggarakan sosialisasi dan Pendidikan pemilih berdasarkan PKPU
Nomor 10 Tahun 2018 tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum.
Ketiga, tentang proses Pembentukan dan Tata Kerja Panitia Pemilihan Luar
Negeri dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri Dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 4
Tahun 2018 tentang Pembentukan dan Tata Kerja PPLN dan KPPSLN dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Keempat, Pemutakhiran data pemilih luar
negeri sesuai dengan Peraturan KPU 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program,
dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019 dan Peraturan KPU
Nomor 12 Tahun 2018 tentang Penyusunan Daftar Pemilih Luar Negeri dalam
Penyelenggaraaan Pemilihan Umum dan kelima, Pengelolaan keuangan dan
pelaporan PPLN sesuai dengan peraturan yang berlaku.

108 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
2) Materi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih untuk WNI
Materi sosialisasi dan pendidikan pemilih kepada WNI sifatnya lebih
informatif. Untuk memudahkan penyelenggara Pemilu di luar negeri dalam
memberikan sosialisasi dan pendidikan pemilih kepada WNI maka Pokja PLN
menyusun modul sosialisasi bagi WNI di luar negeri pada penyelenggaraan
Pemilu tahun 2019. Modul tersebut bertujuan sebagai bahan acuan bagi
penyelenggara Pemilu untuk memberikan materi sosialisasi Pemilu tahun 2019
yang disampaikan kepada WNI. Diharapkan dengan modul tersebut,
penyelenggara Pemilu dapat memberikan informasi terkait kepemiluan kepada
para WNI secara komprehensif sehingga dapat mendorong meningkatnya
Partisipasi pemilih di luar negeri pada Pemilu 2019.
Pokok bahasan yang disampaikan dalam materi sosialisasi dan pendidikan
Pemilih untuk WNI adalah sebagai berikut:

a) Urgensi Memilih Pileg dan Pilpres di Luar Negeri


Mengenalkan pentingnya WNI untuk memilih dalam Pileg dan Pilpres di Luar
Negeri menjadi komponen utama sosialisasi yang harus disampaikan. Pemilih
harus diberikan kesadaran tentang urgensi menggunakan hak suara di TPS.
Partisipasi pemilih di TPS akan mempengaruhi kebijakan dan keputusan
pemerintah melalui pejabat yang nantinya akan terpilih.
Kondisi khusus pemilih di luar negeri, hendaknya tidak dilihat secara parsial,
namun harus dilihat secara menyeluruh dengan mempertimbangkan bahwa
setiap suara secara nyata akan menentukan nasib Bangsa Indonesia ke depan.
Negara menjamin hak konstitusional warga negara untuk memilih wakil
rakyatnya secara langsung. Penggunaan hak pilih oleh setiap warga negara akan
menentukan wajah politik bangsa ke depan. Pemilih di luar negeri diharapkan
tidak sia-siakan hak pilihnya, karena satu suara Pemilih menentukan secara
nyata masa depan bangsa.
Selain urgensi memilih, WNI juga harus diberikan sosialisasi dan informasi
terkait tanggal Pemungutan suara di luar negeri. Penyelenggaraan Pileg dan
Pilpres tahun 2019 dilaksanakan secara serentak, yaitu waktu pemungutan suara
diselenggarakan pada waktu bersamaan. Di dalam negeri pada tanggal 17 April
2019, sementara di luar negeri dilakukan lebih awal, yaitu satu hari di dalam
rentang waktu tanggal 08 April 2018 sampai dengan tanggal 14 April 2019.
Pemilu serentak dilakukan berdasarkan putusan MK Nomor 14/PUU-
XI/2013 tanggal 23 Januari 2014. Permohonan Koalisi Masyarakat Sipil untuk
Pemilu Serentak dikabulkan sebagian oleh Majelis Hakim Konstitusi. Majelis
membatalkan Pasal 3 ayat (5), Pasal 12 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (2) dan
Pasal 112 UU No. 42 tahun 2008 tentang Pilpres yang mengatur pelaksanaan
Pilpres tiga bulan setelah pelaksanaan Pileg. Tujuan dari keserentakan

Menata Kelola Demokrasi 109


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
pelaksanaan Pileg dan Pilpres adalah untuk membangun sistem presidensial
yang efektif dan efisiensi anggaran penyelenggaraan Pemilu.
Selain menjelaskan urgensi memilih Pileg dan Pilpres, dan tanggal
pemungutan suara, materi yang tak kalah penting disampaikan adalah terkait
informasi bahwa suara pemilih di luar negeri masuk di Dapil DKI Jakarta II. modul
sosialisasi juga.

b) Prinsip-Prinsip Pemilu di Luar Negeri


Prinsip penyelenggaraan Pemilu di luar negeri tidak berbeda dengan
penyelenggaraan Pemilu di dalam negeri. PPLN dan KPPSLN sebagai
penyelenggara Pemilu di luar negeri melaksanakan Pemilu berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Dalam menjalankan tugas, wewenang dan dan kewajibannya, PPLN dan
KPPSLN wajib bekerja, bertindak, berdasarkan Kode Etik, Kode perilaku
Penyelenggara Pemilu, sumpah/janji jabatan dan Pakta integritas.Untuk menjaga
integritas dan profesionalitas, PPLN dan KPPSLN menerapkan prinsip
Penyelenggara Pemilu.
Integritas Penyelenggara Pemilu di luar negeri berpedoman pada prinsip
jujur, mandiri, adil dan akuntabel. Profesionalitas penyelenggara Pemilu di luar
negeri berpedoman pada prinsip berkepastian hukum, aksesibilitas, tertib,
terbuka, proporsional, profesional, efektif, efisien dan kepentingan umum.

c) Penyelenggara Pemilu di Luar Negeri


Penyelenggara Pemilu di luar negeri terdiri dari PPLN dan KPPSLN. PPLN
merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU untuk melaksanakan Pemilu di luar
negeri. Berkedudukan di Kantor Perwakilan Republik Indonesia. Jumlah anggota
PPLN paling sedikit 3 (tiga) orang dan paling banyak 7 (tujuh) orang yang berasal
dari wakil masyarakat Indonesia yang memenuhi syarat berdasarkan UU tentang
Pemilu. Sedangkan KPPSLN adalah kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk
melaksanakan Pemungutan Suara di Tempat Pemungutan Suara luar negeri
(TPSLN), kotak suara keliling (KSK), atau melalui pos. KPPSLN berkedudukan di
wilayah pelaksanaan pemungutan dan/atau penghitungan suara luar negeri.
Jumlah anggota KPPSLN paling sedikit 3 (tiga) orang dan paling banyak 7 (tujuh)
orang yang memenuhi syarat berdasarkan UU tentang Pemilu
Selain PPLN dan KPPSLN juga ada Panwaslu LN. Panwaslu LN merupakan
petugas yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi Penyelenggaraan Pemilu
di luar negeri. Berkedudukan di kantor perwakilan Republik Indonesia, dengan
jumlah 3 (tiga) orang.

d) Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2019


KPU telah menetapkan 16 (enam belas) Partai Politik sebagai Peserta Pemilu

110 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Tahun 2019 beserta nomor urutnya. Sejumlah 16 (enam belas) Partai Politik
inilah yang menempatkan calon-calonnya dalam Daftar Calon Tetap (DCT)
Anggota DPR RI Dapil DKI Jakarta II yang akan dipilih oleh Pemilih di luar negeri.
Keenambelas partai politik yang disosialisasikan sebagai berikut:
1. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
2. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
4. Partai Golongan Karya (Partai Golkar)
5. Partai NasDem
6. Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Partai Garuda)
7. Partai Berkarya
8. Partai Kedadilan Sejahtera (PKS)
9. Partai Persatuan Indonesia (Perindo)
10. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
11. Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
12. Partai Amanat Nasional (PAN)
13. Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura)
14. Partai Demokrat (PD)
15. Partai Bulan Bintang (PBB)
16. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)

e) Profil Peserta Pemilu


Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 adalah Pasangan
Calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang
memenuhi syarat menurut ketentuan Undang-Undang tentang Pemilu. Pada
tanggal 20 September 2018, KPU telah menetapkan 2 (dua) Pasangan Calon
sebagai Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019. KPU juga telah
menetapkan nomor urut Pasangan Calon pada tanggal 21 September 2018.
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 01 yaitu Ir. H. Joko
Widodo dan Prof. Dr. (HC). KH. Ma'ruf Amin. Dengan Partai Politik Pengusul yaitu
PDIP, Partai Golkar, PKB, Partai NasDem, PPP, Partai Hanura, PKPI. Sedangkan
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 02 adalah H. Prabowo
Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno, MBA dengan Partai politik pengusul yaitu
Partai Demokrat, PKS, Partai Gerindra, dan PAN.
Daftar Calon Tetap Pemilu Anggota DPR Dapil DKI Jakarta II sebagaimana

Menata Kelola Demokrasi 111


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
dalam tabel berikut:
Tabel 10. Daftar Calon tetap Pemilu Anggota DPR Dapil DKI Jakarta II

No Partai Politik Jumlah Caleg L P

1 PKB 7 4 3

2 Gerindra 7 4 3

3 PDIP 7 4 3
4 Golkar 7 4 3

5 NasDem 7 3 4
6 Partai Garuda 4 2 2
7 Partai Berkarya 7 4 3

8 PKS 7 3 4
9 Perindo 7 4 3

10 PPP 7 3 4
11 PSI 7 4 3

12 PAN 7 4 3
13 Hanura 6 3 3
14 Demokrat 7 4 3

19 PBB 6 4 2
20 PKPI 5 2 3

Jumlah 83 43 40
Sumber: KPU RI

f) Metode dan Tata Cara Pemungutan Suara di Luar Negeri


Terdapat tiga metode pemungutan suara yang diterapkan pada Pemilu di
luar negeri, yaitu metode pemungutan suara di TPSLN, metode Kotak Suara
Keliling, dan metode Pos. Ketiga metode tersebut secara detail diuraikan pada
bab selanjutnya.
g) Tata Cara Pemberian Suara pada Surat Suara
Untuk meminimalisir kesalahan pemilih dalam menggunakan hak pilihnya
penting dilakukan sosialisasi terkait tata cara pemberian suara pada surat suara.
Untuk mempermudah pemahaman pemilih, KPU menggunakan beberapa metode
dalam sosialisasinya antara lain simulasi pemungutan suara di luar negeri,
melalui video di web resmi KPU dan PPLN, infografis, poster, leaflet dan pamflet.

112 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
h) Mekanisme Alih Metode Memilih
Pemilih yang ingin beralih metode memilih dari TPS LN menjadi Pos atau
KSK atau sebaliknya dalam 1 (satu) PPLN, dapat melaporkan kepada PPLN paling
lambat 30 (tiga puluh) Hari sebelum Hari Pemungutan Suara. Jika surat suara
telah terkirim kepada Pemilih melalui Pos, sedangkan Pemilih beralih ke metode
KSK atau TPSLN, pemilih wajib membawa surat suara ke Tempat Pemungutan
Suara.
i) Surat Suara
Surat Suara Pemilu di Luar Negeri terdiri atas: Pertama, Surat Suara Pilpres
yang memuat nomor, nama, foto Pasangan Calon, dan tanda gambar Partai Politik
Pengusul. Kedua, Surat Suara untuk Pemilu anggota DPR, yang memuat nomor
urut Partai Politik, tanda gambar Partai Politik, nama Partai Politik, nomor urut
dan nama calon anggota DPR Dapil DKI Jakarta II.
j) Suara Sah dan Tidak Sah
Suara untuk Pilpres dinyatakan sah apabila surat suara ditandatangani oleh
ketua KPPS dan tanda coblos pada nomor urut, foto, nama salah satu Pasangan
Calon, tanda gambar Partai Politik, atau Gabungan Partai Politik dalam surat
suara. Surat Suara Pemilu anggota DPR. Sedangkan Suara untuk Pemilu anggota
DPR dinyatakan sah, apabila surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS; dan
tanda coblos pada nomor atau tanda gambar Partai Politik dan/atau nama calon
anggota DPR berada pada kolom yang disediakan.
k) Jadwal Tahapan Kegiatan Pemilu di Luar Negeri
Untuk memudahkan pemilih memahami jadwal kegiatan pemilu di Luar
Negeri maka perlu disusun bahan sosialisasi terkait jadwal tahapan pelaksanaan
Pemilu di Luar Negeri. Jadwal tersebut disosialisasikan melalui laman web KPU
dan laman KBRI dan/atau PPLN pada masing-masing perwakilan.

B. Pelaksanaan Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih di Luar Negeri


Kegiatan Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu bagi PPLN dan WNI di luar
negeri dilaksanakan oleh Pokja Pembina Pemilu Luar Negeri yang terdiri dari
unsur KPU dan Kementerian Luar Negeri. Sosialisasi ini dilaksanakan di 20 titik
di luar negeri. Peserta dari masing-masing titik berasal dari perwakilan yang
berada dalam satu zonasi dengan memperhatikan jarak tempuh. Peserta
Sosialisasi dari masing-masing PPLN terdiri dari Ketua PPLN, Anggota PPLN
bidang Teknis Penyelenggara dan Sekretaris/bendahara. Target sosialisasi dan
pendidikan pemilih terdiri dari PPLN, Sekretariat PPLN dan WNI di luar negeri.
Rincian Jadwal dan peserta kegiatan Sosialisasi Pemilu di luar negeri adalah
sebagai berikut:

Menata Kelola Demokrasi 113


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Tabel 11. Jadwal dan Peserta Kegiatan Sosialisasi PPLN di Luar Negeri

PPLN Peserta
No Tanggal Tempat
Sosialisasi
1 11 s.d. 15 Oktober 2018 Bandar Seri Begawan, 1. Kuching
Brunei Darussalam 2. Vanimo
3. Tawau
4. Kota Kinabalu
5. Bandar Seri Begawan
2 11 s.d. 16 Oktober 2018 Noumea, Kaledonia 1. Wellington
Baru 2. Port Moresby
3. Noumea

3 11 s.d. 16 Oktober 2018 Berlin, Jerman 1. Wina


2. Marseille
3. Paris
4. Hamburg
5. Frankfurt
6. Beograd
7. Berlin
8. Den Haag
9. Brussels
4 17 s.d. 23 Oktober 2018 Chicago, USA 1. Vancouver
2. San Francisco
3. Mexico City
4. Panama City
5. Los Angeles
6. Chicago
7. Buenos Aires
5 17 s.d. 21 Oktober 2018 Colombo, Sri Lanka 1. New Delhi
2. Dhaka
3. Mumbai
4. Islamabad
5. Baku
6. Astana
7. Karachi
8. Colombo
6 17 s.d. 22 Oktober 2018 Cape Town, Afrika 1. Pretoria
Selatan 2. Nairobi
3. Harare
4. Antananari-vo
5. Dar Es Salam
6. Maputo
7. Windhoek
8. Cape Town

114 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
PPLN Peserta
No Tanggal Tempat
Sosialisasi
9. Addis Ababa
7 17 s.d. 22 Oktober 2018 Melbourne, Australia 1. Sydney
2. Perth
3. Canberra
4. Darwin
5. Melbourne
6. Suva
8 25 s.d. 30 Oktober 2018 Madrid, Spanyol 1. Roma
2. Sarajevo
3. Athena
4. Zagreb
5. Vatican City
6. Lisabon
7. Bratislava
8. Madrid
9 25 s.d. 30 Oktober 2018 Kuwait City, Kuwait 1. Abu Dhabi
2. Dubai
3. Jeddah
4. Riyadh
5. Islamabad
6. Kuwait
10 25 s.d. 30 Oktober 2018 Helsinki, Finlandia 1. Kopenhagen
2. Oslo
3. Stockholm
4. London
5. Helsinki

11 2 s.d. 6 November 2018 Johor Bahru, Malaysia 1. Singapura


2. Kuala Lumpur
3. Penang
4. Johor Bahru
12 2 s.d. 6 November 2018 Bangkok, Thailand 1. Manila
2. Bangkok
3. Yangon
4. Davao city
5. Dili
6. Songkla
7. Vientiane
13 2 s.d. 6 November 2018 Amman, Yordania 1. Istanbul
2. Amman
3. Ankara

Menata Kelola Demokrasi 115


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
PPLN Peserta
No Tanggal Tempat
Sosialisasi
4. Baghdad
5. Beirut
6. Damaskus
7. Manama
8. Muscat
14 9 s.d. 13 November 2018 Guangzhou, RRT 1. Beijing
2. Shanghai
3. Pyongyang
4. Hongkong
5. Guangzhou
15 9 s.d. 14 November 2018 Doha, Qatar 1. Taheran
2. Tripoli
3. Alger
4. Kabul
5. Doha
16 9 s.d. 14 November 2018 Moskow, Rusia 1. Budapest
2. Bucharest
3. Bern
4. Sofia
5. Kiev
6. Warsawa
7. Praha
17 9 s.d. 14 November 2018 Rabat, Maroko 1. Kairo
2. Khartoum
3. Dakar
4. Tunis
5. Rabat
6. Sanaa
7. Abuja
8. Adis Ababa
18 15 s.d. 21 November Toronto, Kanada 1. New York
2018 2. Ottawa
3. Toronto
4. Houston
5. Washington DC
19 22 s.d. 28 November Lima, Peru 1. Santiago
2018 2. Bogota
3. Lima
4. Buenos aires
5. Brasilia
6. Caracas

116 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
PPLN Peserta
No Tanggal Tempat
Sosialisasi
7. Quito
8. Paramaribo
20 22 s.d. 26 November Tokyo, Jepang 1. Seoul
2018 2. Tokyo
3. Osaka
4. Phnom Pehn
5. Ho Chi Minh
6. Taipei
7. Hanoi

Dalam kegiatan sosialisasi tersebut ibagikan modul sosialisasi yang telah


disusun oleh Pokja PPLN kepada masing-masing perwakilan PPLN dan
sekretariat PPLN yang hadir. Modul tersebut menjadi acuan bagi PPLN untuk
melaksanakan sosialisasi dan pendidikan pemilih kepada para WNI/ calon
pemilih di luar negeri pada wilayah akreditasi masing-masing. Namun demikian
masing-masing PPLN diberikan kebebasan untuk menggunakan daya kreasi nya
dalam hal metode sosialisasi yang akan disampaikan kepada Pemilih dengan
disesuaikan pada aturan, budaya dan kebiasaan di negara masing-masing.
Selain Bimtek sosialisasi di 20 Titik, Pokja PLN juga melakukan sosialisasi
kepada PPLN dan WNI dalam bentuk simulasi pelaksanaan Pemilu di luar negeri.
Hongkong dan Penang menjadi target pelaksanaan simulasi Pemilu tahun 2019
di luar negeri. Sosialisasi dan pendidikan pemilih kepada Penyelenggara dan WNI
juga selalu diselipkan dalam setiap kegiatan bimtek, monitoring dan evaluasi
yang melibatkan PPLN maupun WNI.

C. Strategi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih untuk WNI di Luar Negeri


Salah satu tugas dan fungsi dari Panitia Pemilihan Luar Negeri PPLN adalah
melakukan sosialisasi kepada para calon pemilih dengan menggunakan beberapa
metode, materi dan strategi yang efektif dan kreatif. Sosialisasi tersebut
ditujukan untuk memberi pemahaman mengenai demokrasi dan Pemilu di
Indonesia; tahapan; jadwal dan program Pemilu di luar negeri; peningkatan
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban
dalam Pemilu; tata cara memilih, dan meningkatkan partisipasi Pemilih dalam
Pemilu.
Sebelum melaksanakan sosialisasi dilakukan rapat Anggota PPLN dan
Sekretariat PPLN untuk menentukan kriteria, target, materi dan strategi
sosialisasi dan pendidikan pemilih kepada para WNI. Sebelum dilaksanakan
rapat, Anggota PPLN telah mendapatkan Bimtek Sosialisasi yang disampaikan
oleh Pokja PLN. PPLN diberikan kebebasan dalam berkreasi untuk menentukan

Menata Kelola Demokrasi 117


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
strategi dan metode sosialisasi yang dianggap efektif untuk diterapkan kepada
para WNI dan calon pemilih. Namun demikian kreativitas tersebut tetap berada
dalam koridor yang diatur oleh peraturan yang berlaku.
Dalam sub bagian ini akan dipaparkan beberapa contoh strategi sosialisasi
dan pendidikan pemilih dari beberapa PPLN yang dianggap menarik dan unik
sehingga efektif menarik para WNI untuk menggunakan hak pilihnya dalam
pemungutan suara dan berbagai kegiatan partisipatif kePemiluan lainnya dalam
rangka memberikan pengawalan pada pelaksanaan Pemilu Tahun 2019 di
wilayah akreditasi masing-masing.
1. Metode Konvensional yang Efektif
Metode Sosialisasi dan pendidikan pemilih secara offline dengan melakukan
pertemuan tatap muka dengan WNI, menjalin kerjasama dengan organisasi
kemasyarakatan dan berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan besar yang
diadakan oleh masyarakat di luar negeri masih menjadi metode yang efektif
untuk mendiseminasikan tahapan Pemilu kepada WNI. Kegiatan tatap muka
dapat memberikan pemahaman yang sejelas-jelasnya kepada WNI tentang
tahapan Pemilu 2019 yang meliputi Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden.
Dengan metode ini narasumber baik dari Pokja PLN maupun PPLN dapat
berdialog secara langsung dengan dengan peserta sehingga segala sesuatu yang
masih belum dipahami oleh peserta dapat dijawab langsung oleh narasumber.
Efektifitas sosialisasi secara tatap muka dilakukan dengan memilih wilayah-
wilayah yang memiliki jumlah WNI yang besar.
Penggunaan alat peraga sosialisasi seperti brosur, leaflet, pamphlet, poster,
standing banner, pin, booth PPLN dan alat peraga sosialisasi lainya juga masih
sangat relevan dilakukan untuk menarik massa. Hasil laporan penyelenggaraan
Pemilu 2019 dari 130 PPLN menyebutkan bahwa metode sosialisasi
konvensional dalam bentuk tatap muka dan penggunaan alat peraga Pemilu
masih menjadi metode andalan untuk pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan
pendidikan pemilih. Beberapa PPLN yang mempunyai pengalaman menarik saat
melakukan kegiatan sosialisasi dengan metode tatap muka dan penggunaan alat
peraga Pemilu dalam kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih dengan WNI
antara lain:
a) PPLN Taipei
PPLN Taipei menjadi salah satu PPLN dengan jumlah DPT terbanyak
mencapai lebih dari 200 ribu WNI yang akan menggunakan hak pilihnya pada
Pemilu 2019. Hal tersebut mendorong PPLN Taipei untuk lebih kreatif
mempersiapkan kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih. Untuk sosialisasi
secara offline, PPLN Taipei melakukan pertemuan tatap muka dengan WNI,
menjalin Kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan dan berkontribusi dalam
kegiatan-kegiatan besar yang diadakan oleh masyarakat Indonesia, termasuk di

118 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
dalamnya beberapa konser musik yang dihadiri oleh puluhan ribu WNI di setiap
akhir pekan. Tercatat lebih dari 50 kali sosialisasi dilaksanakan ke 23 daerah
administrasi dan kota-kota di Taiwan.
b) PPLN Penang
Sosialisasi pelaksanaan Pemilu 2019 di Penang lebih terfokus pada kegiatan
edukasi pemilih. Jumlah DPT yang cukup besar mencapai 60 ribu pemilih,
membuat PPLN penang gencar melaksanakan sosialisasi dan pendidikan pemilih.
Bentuk sosialisasi langsung yang dilaksanakan selalu menggunakan alat peraga
Pemilu, contohnya specimen surat suara, alat coblos dan berbagai alat lainnya
yang menunjang proses sosialisasi. Tahapan tersebut dilaksanakan setiap ada
kesempatan melakukan sosialisasi tatap muka dengan para pekerja Indonesia
yang diadakan oleh PPLN ataupun Kantor Perwakilan.
Selain kepada WNI sosialisasi teknis pelaksanaan Pemilu 2019 juga
dilakukan kepada warga negara Malaysia, terutama pihak-pihak yang terkait
dengan keamanan, imigrasi, pemerintahan dll. Dalam pelaksanaannya Tim
Sosialisasi dari PPLN didampingi oleh KJRI Penang saat melakukan beberapa kali
lawatan ke pihak-pihak terkait yang bertujuan agar proses pelaksanaan Pemilu
2019 diketahui dan mendapatkan ijin dari pemilik otoritas negara setempat demi
lancarnya proses penyelenggaraan Pemilu 2019 di wilayah Penang, Kedah dan
Perlis. Perlu diketahui bahwa dalam menjalankan proses sosialisasi di luar negeri
banyak kendala dan hambatan dikarenakan pemberlakuan aturan negara
setempat. Misalnya dalam hal publikasi di tempat umum seperti menempelkan
baliho, poster, selebaran dll, tentu saja proses tersebut tidak semudah Ketika
melakukan proses sosialisasi di Indonesia.
c) PPLN Washington
PPLN Washington melakukan berbagai upaya untuk melakukan sosialisasi
dan pendidikan pemilih kepada para WNI terkait Tahapan Pemilu 2019. Secara
offline, sosialisasi dilakukan PPLN melalui kegiatan tatap muka mandiri yang
diselenggarakan PPLN, partisipasi dalam kegiatan masyarakat Indonesia, dan
memberikan informasi kepada perorangan yang dilakukan secara paralel dengan
kegiatan pencocokan dan penelitian (coklit). Untuk memperluas cakupan
sosialisasi secara offline, dalam kegiatan coklit PPLN juga sekalian melakukan
sosialisasi dengan memanfaatkan kegiatan masyarakat seperti kegiatan
keagamaan IMAAM Center, Pengajian Al-Hikmah, Kumpulan Budaya rumpun
Wargi Pasundan, Kumpulan Budaya Singolodoyo, Arisan Syariah Virginia,
Kelompok Belajar Baca Al Qur’an (BBQ), Piknik Agustusan di sandy Point 2018,
Buka Puasa di Tilden, Juni 2018, Gereja Katholik St. John The Baptist Marylan,
Juni 2018 dan Halal Bihalal Bersama di Rockville 2018. Sosialisasi dan
pendidikan pemilih yang dilaksanakan oleh PPLN Washington telah menjangkau
setiap segmen pemilih, baik segmen pemilih pemula, perempuan,maupun
segmen lintas agama.

Menata Kelola Demokrasi 119


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
d) PPLN Seoul
PPLN Seoul melaksanakan sosialisasi Pemilu 2019 secara masif dan
berkesinambungan untuk menarik simpati WNI agar menggunakan hak pilihnya
pada Pemilu 2019. PPLN Seoul menyelenggarakan kegiatan tatap muka dengan
melibatkan seluruh lapisan WNI di Korea selatan untuk memberikan informasi
sejelas-jelasnya kepada para calon pemilih tentang tahapan Pemilu meliputi
Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden. PPLN Seoul memandang bahwa kegiatan
sosialisasi melalui tatap muka masih efektif dan relevan dilaksanakan karena
dalam kegiatan tatap muka peserta dan narasumber lebih membuka dialog
interaktif antara narasumber dengan audience. Peserta sosialisasi akan merasa
lebih puas dengan jawaban yang diberikan oleh narasumber secara langsung.
Namun demikian, untuk mensukseskan sosialisasi tatap muka perlu strategi
khusus supaya masyarakat Indonesia di Korea selatan lebih antusias
melaksanakan kegiatan sosialisasi.
Strategi sosialisasi yang diterapkan PPLN Seoul adalah selain
menyelenggarakan sosialisasi mandiri, PPLN Seoul juga memanfaatkan
momentum perayaan tradisi setempat untuk menggelar kegiatan sosialisasi.
Selain itu merger kegiatan dengan beberapa paguyuban masyarakat Indonesia
dan komunitas seni Indonesia di Korea Selatan. Beberapa kegiatan sosialisasi
tatap muka yang dihadiri oleh ratusan WNI antara lain pada Sabtu, 14 April 2018,
bertempat di Masjid Namdong. Pada kesempatan tersebut dihadiri oleh
Komisioner KPU, dan Tim Pokja PPLN yang sekaligus dating untuk memberikan
bimbingan teknis pada anggota PPLN. Selain itu, dalam rangka Open House Idul
Fitri bertempat di halaman Kantor Perwakilan RI di Seoul, PPLN Seoul membuka
stand booth perkenalan dengan menjaring masukan dari masyarakat.
Kesempatan lain yang digunakan secara maksimal dan efektif untuk kegiatan
sosialisasi adalah momentum hari libur Chuseok (22-26 September 2018).
Anggota PPLN Seoul mengunjungi berbagai acara yang diselenggarakan oleh
komunitas dan paguyuban masyarakat, antara lain Silaturahmi Akbar WNI di
Jeju-do, Kenduri Akbar di Gimhae, Tabligh Akbar di Hwaseong, PETA Blitar,
Retreat AIC (PGIK), Gathering PERPIKA, dll. Selain itu, sosialisasi tatap muka pada
acara Gelar Seni Budaya Indonesia, Minggu 18 November 2018, bertempat di
Gimhae, dihadiri oleh ratusan WNI di daerah sekitar Gimhae dan Busan.
e) PPLN Johor Bahru
Sosialisasi Pemilu 2019 untuk WNI di wilayah kerja PPLN Johor Bahru
merupakan kegiatan yang sangat penting. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai
upaya untuk meningkatkan partisipasi pemilih di wilayah kerja PPLN Johor
Bahru. Hal ini mengingat tingkat partisipasi pada Pemilu sebelumnya untuk
Pemilu DPR dalam kisaran 22% dan Pemilu presiden 33 persen. Selain itu
kegiatan sosialisasi penting dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran WNI di
luar negeri untuk mengawal dan berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan Pemilu

120 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
2019.
Wilayah Kerja PPLN Johor Baru didominasi oleh para WNI yang Sebagian
besar bekerja di ladang dan syarikat. Untuk itu, PPLN Johor Bahru melaksanakan
kegiatan sosialisasi kepada manajer ladang/syarikat di wilayah kerja PPLN Johor
Bahru yang mana para pekerja Indonesia bekerja di dalamnya. Selain itu juga
dilaksanakan sosialisasi Pemilu kepada perkumpulan masyarakat Indonesia
dengan sasaran peserta adalah anggota perkumpulan masyarakat Indonesia.
Sosialisasi sekaligus kunjungan silaturahmi juga dilaksanakan kepada jajaran
Polis Johor, Malaka, negeri Sembilan dan Pahang.
Kegiatan sosialisasi Pemilu di Wilayah Kerja PPLN Johor Bahru dilaksanakan
sejak Bulan agustus 2018 sampai dengan Maret 2019. Sosialisasi dilakukan
dengan format Rapat Koordinasi Bersama dengan manager-manager ladang dan
syarikat yang ada di Johor, Malaka dan Pahang. Rapat Koordinasi dengan
perwakilan syarikat dan ladang se Johor dilaksanakan pada tanggal 8 November
2018 dengan dihadiri langsung oleh Bapak Konjen RI Johor Bahru.
Memasuki tahun 2019 sosialisasi semakin intens dilakukan terhadap
syarikat,ladang, komunitas. Hal yang tidak kalah penting adalah koordinasi
bersama manajer ladang dan syarikat. Rapat koordinasi ini dengan LRD Ladang
dan Syarikat berlangsung di Annex Building Kuantan Pahang pada tanggal 12
Januari 2019 . Koordinasi dengan HRD Kilang se-Malaka berlangsung pada
tanggal 17 februari di RM Cibiuk Malaka. Selain itu termasuk juga rapat
koordinasi dengan Ladang Sime Darby wilayah Pahang pada 24 maret 2019.
Kegiatan sosialisasi juga dilakukan oleh Para Koordinator Pemilu di Johor,
Malaka, Negeri Sembilan dan Pahang sekaligus survei awal kesiapan Pemilu di
tiap-tiap lokasi pemungutan suara melalui kotak suara keliling (KSK) yang
berada di empat negeri tersebut. Secara umum respons dan antusias warga
Indonesia terhadap sosialisasi Pemilu ini cukup menyambut baik. Kegiatan
sosialisasi Pemilu secara umum berjalan dengan baik. Respon manajer ladang,
kilang dan komunitas warga Indonesia terhadap Pemilu cukup antusias. Hal ini
berujung pada pro aktif pihak ladang dan kilang untuk memfasilitasi para pekerja
WNI untuk berpartisipasi dalam Pemilu. Hasilnya adalah meningkatnya
partisipasi pemilih dalam Pemilu 2019.
f) PPLN Jeddah
Salah satu tugas dan fungsi PPLN Jeddah adalah melakukan sosialisasi dan
pendidikan pemilih kepada para calon pemilih. Mengingat isu politik khususnya
Pemilu merupakan hal yang masih tabu diperbincangkan di wilayah setempat,
maka pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan dengan membonceng beberapa
kegiatan yang diselenggarakan oleh KJRI Jeddah. Kegiatan sosialisasi tatap muka
tersebut dalam bentuk temu masyarakat atau dilakukan melalui pertemuan
informal di rumah, masyarakat, tempat pengajian dan rumah makan.

Menata Kelola Demokrasi 121


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Sebelum melakukan sosialisasi kepada calon pemilih, PPLN dan Sekretariat
PPLN melakukan rapat persiapan untuk menentukan kriteria, target dan materi
sosialisasi. Metode sosialisasi yang dilakukan adalah melalui komunikasi tatap
muka, penggunaan alat peraga sosialisasi dan penyebaran bahan sosialisasi
seperti brosur, leaflet, pamphlet, poster, standing banner, pin; pembangunan
booth PPLN, serta dengan memanfaatkan media massa dan media sosial melalui
facebook, whatsapp, twitter, laman perwakilan KJRI serta penggunaan media
kreasi seperti video tutorial, film pendek dan photo booth. Walaupun negara
setempat menerapkan aturan yang ketat, namun PPLN Jeddah berusaha
menjangkau para WNI dengan memaksimalkan sosialisasi kepada WNI dengan
mengimplementasikan berbagai strategi sosialisasi sebagaimana diatas.
2. Pemanfaatan Media Massa dan Media Sosial
Sejalan dengan perkembangan media massa dan media sosial sebagai media
atau alat komunikasi, KPU sebagai penyelenggara Pemilu juga memanfaatkan
berbagai platform media sosial untuk melakukan sosialisasi, pendidikan pemilih
dan diseminasi informasi mengenai tahapan dan persiapan penyelenggaraan
Pemilu Tahun 2019. Beberapa platform media sosial yang mendunia tersebut
adalah facebook, Instagram, WA Group, Twitter, Youtube dan website.
Penggunaan Media Massa dan Media sosial sebagai salah satu media untuk
menyampaikan materi sosialisasi telah diatur sebagaimana diamanatkan pada
pasal 9 Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2018 tentang Sosialisasi, Pendidikan
pemilih, dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum.
Sinergis dengan hal tersebut, PPLN sebagai penyelenggara Pemilu di luar
negeri juga memanfaatkan media massa dan media sosial sebagai metode
sosialisasi untuk menjangkau Pemilih dalam rangka memberikan sosialisasi
tahapan Pemilu 2019 dan penyampaian informasi kePemiluan umum lainnya.
Dalam sub bab buku ini, akan ditampilkan beberapa PPLN yang cukup sukses
memanfaatkan media massa dan media sosial sebagai metodes sosialisasi dan
pendidikan pemilih di wilayah akreditasi masing-masing. Kreativitas dan inovasi
PPLN tersebut dalam memanfaatkan media massa dan media sosial bisa menjadi
inspirasi bagi penyelenggara Pemilu di luar negeri lainnya untuk melakukan
sosialisasi dan pendidikan Pemilih pada Pemilu serentak Tahun 2024
mendatang.
a. PPLN Taipei
Menyesuaikan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, PPLN Taipei
juga melakukan sosialisasi secara online. Selain sosialisasi dan pendidikan
pemilih melalui fanpage PPLN Taipei, PPLN Taipei juga merangkul puluhan
media online untuk melakukan paid promotion menggunakan facebook dan
Instagram, message serta website. Hasil upaya promosi tersebut secara
akumulatif tercatat berhasil menjangkau lebih dari 2 juta WNI pengguna

122 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
facebook di Taiwan. Selain itu PPLN Taipei juga mengajak seluruh organisasi WNI
di Taiwan untuk turut serta mengajak anggota-anggotanya untuk menggunakan
hak pilih mereka pada Pemilu 2019.
Untuk memperluas jangkauan, PPLN Taipei juga menggunakan media kreatif
untuk dapat mensosialisasikan Pemilu 2019, seperti Lomba Video Kreatif untuk
mengedukasi para pemilih tentang cara pemilihan dan sekaligus menyadarkan
para calon pemilih untuk menggunakan hak pilihnya dengan tema Pemilih
Berdaulat, Negara Kuat. Dengan adanya lomba video kreatif tersebut, PPLN dapat
menjaring kurang lebih 100.000 view dari 28 Video yang dibuat masing-masing
kelompok peserta. Selain itu, PPLN Taipei juga memanfaatkan adanya sms blast
untuk me-reminder para pemilih tentang pentingnya menggunakan hak pilih
pada hari pemungutan suara. Secara keseluruhan PPLN Taipei terus menerus
melakukan sosialisasi hingga mendekati hari pemungutan Suara.
b. PPLN Melbourne
Dalam rangka pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019, PPLN Melbourne
telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat warga negara Indonesia yang
berada di wilayah Victoria dan Tasmania. Sosialisasi Pemilu dilakukan dengan
berbagai cara baik melalui media elektronik, media cetak, media sosial dan
pertemuan offline. Hal ini bertujuan untuk menjangkau masyarakat WNI yang
ada di wilayah Victoria dan Tasmania agar dapat berpartisipasi aktif dalam
pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019.
Sosialisasi melalui media elektronik dilakukan dengan beberapa kali
melakukan siaran bahasa Indonesia melalui radio #WBC 94.1 FM di Melbourne.
Acara ini sangat menarik minat masyarakat terbukti dengan antusiasnya
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh para pendengar sehingga
tercipta dialog yang interaktif antara masyarakat dan team PPLN Melbourne
selaku narasumber.
Sosialisasi yang dilakukan melalui media cetak maupun online dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya dengan menyebarkan brosur atau flyer ke
lokasi dimana masyarakat Indonesia sering berkumpul atau “kopdar”, misalnya
di restoran-restoran atau café-café serta kedai makanan dan minuman lainnya.
Selain itu PPLN Melbourne juga melakukan sosialisasi dengan cara menulis
artikel terkait kePemiluan dan dimuat di majalah atau surat kabar diantaranya
majalah Buset, majalah Ozip, abc.net, CNN Indonesia juga melalui website PPLN
Melbourne. Penerbitan artikel kePemiluan di majalah ataupun surat kabar
sebagai salah satu upaya sosialisasi dan pendidikan pemilih di luar negeri
menjadi salah satu terobosan baik yang bisa diadopsi oleh penyelenggara Pemilu
di luar negeri lainnya.
Sosialisasi melalui media sosial yang dilakukan oleh PPLN Melbourne
menggunakan beberapa platform diantaranya grup Whatsapp, facebook,

Menata Kelola Demokrasi 123


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Instagram dan twitter. Dari beberapa media sosial tersebut, Facebook PPLN
Melbourne 2019 menjadi alat komunikasi media sosial yang paling sering
digunakan mengingat umumnya masyarakat Indonesia yang ada di wilayah
Victoria dan Tasmania melakukan akses ke facebook.
Kegiatan sosialisasi Pemilu Serentak Tahun 2019 melalui media online
maupun offline di Melbourne sangat berhasil. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan partisipasi masyarakat Indonesia di wilayah Victoria dan Tasmania,
baik yang datang langsung ke TPS maupun memilih melalui Pos. Jumlah pemilih
mencapai 8000 orang, lebih banyak dibandingkan Pemilu sebelumnya yang
mencapai 6000 partisipan. Pemilu Serentak tahun 2019 dapat berjalan aman,
damai dan lancer, baik pada saat persiapan, pelaksanaan pemungutan suara
hingga saat penghitungan hasil suara.
c. PPLN Seoul
Berbagai metode sosialisasi Pemilu Serentak Tahun 2019 dilakukan oleh
PPLN Seoul salah satunya melalui media online. Sosialisasi melalui media sosial
sangat efektif untuk menjangkau WNI di Korea Selatan. Tingginya jumlah
pengguna media sosial (medsos) diantara WNI di Korea Selatan, didukung oleh
infrastruktur jaringan internet yang luas dan murah, dinilai sebagai strategi
efektif dalam mensosialisasikan tahapan-tahapan kegiatan penyelenggaraan
Pemilu maupun informasi kePemiluan secara umum. PPLN Seoul menggunakan
facebook sebagai media sosial utama dalam menyampaikan informasi-informasi
terkait dengan Pemilu kepada WNI di Korea Selatan.
PPLN Seoul juga memanfaatkan media cetak seperti poster dan brosur
ditempel maupun dibagikan di berbagai pertemuan masyarakat dan di berbagai
tempat pertemuan seperti Warung Indonesia (Restoran Indonesia), Masjid,
Mushola, dan Gereja. Spanduk dan Banner juga dipasang di sentra-sentra domisili
WNI sehingga informasi tahapan Pemilu telah disebarluaskan secara massif.
PPLN Seoul juga membagikan beragam souvenirs (kaos, jaket, pen) kepada WNI
sebagai penanda dan pengingat hari “H” penyelenggaraan Pemilu, yaitu Minggu,
14 April 2019.
Selain memanfaatkan media sosial dan media cetak, PPLN Seoul cukup
inovatif dengan menjadikan media kreasi sebagai salah satu media sosialisasi
Pemilu 2019. PPLN Seoul menggelar lomba film pendek seputar kePemiluan
sebagai salah satu agenda sosialisasi kepada para WNI. Selain sosialisasi, agenda
kegiatan ini mampu mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta
mengikuti perlombaan.
PPLN Seoul menyadari efektifitas kekuatan media hiburan musik dan film
dalam menyebarluaskan informasi Pemilu, oleh sebab itu, PPLN Seoul telah
mengadakan lomba film pendek dengan tema ”Golput Bukan Solusi.” Kegiatan ini
mendapat respon baik dari WNI, dibuktikan dengan keterlibatan peserta dalam

124 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Lomba Film Pendek ini dan kualitas narasi/cerita yang tersaji melalui media film.
Kriteria penentuan pemenang menggunakan metode jumlah ”like” terbanyak di
fan page Facebook PPLN. Pemenang Lomba Film Pendek sudah diumumkan dan
penyerahan hadiah bagi pemenang juga sudah dilakukan.
d. PPLN Hongkong
Wilayah kerja PPLN Hongkong mempunyai jumlah pemilih yang besar,
sekitar 180 ribu WNI terdaftar dalam DPT Pemilu 2019. Untuk menjangkau
jumlah pemilih yang besar tersebut, PPLN Hongkong harus melaksanakan
kegiatan sosialisasi Pemilu kepada para WNI di Hongkong dan Macau melalui
berbagai cara dan kesempatan. PPLN Hongkong harus menerapkan strategi yang
efektif untuk melaksanakan sosialisasi dan pendidikan Pemilih untuk
menyebarkan informasi dan membangkitkan kesadaran WNi untuk
menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2019.
PPLN Hongkong membagi kegiatan sosialisasi Pemilu 2019 kepada para WNI
menjadi 2 kategori yaitu kegiatan fisik dan kegiatan non fisik. Kegiatan fisik
meliputi kegiatan tatap muka dengan mendatangi keramaian WNI di Hongkong
dan Macau dengan menggunakan formulir pendaftaran. Salah satu pusat
keramaian yang sering dikunjungi oleh para WNI adalah Victoria Park. Selain
jemput bola, melakukan sosialisasi di kantong-kantong WNI, PPLN dan KJRI
hongkong juga melakukan sosialisasi kepada Pemilih dengan menggelar acara
simulasi Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara bekerjasama dengan Pokja
PLN. Acara simulasi tersebut dihadiri oleh Komisioner dan Anggota Pokja PLN.
Dalam kegiatan simulasi tersebut Ketua KPU memberikan kesadaran pada
pemilih pentingnya menggunakan hak pilih pada Pemilu 2019. Selain kegiatan
sosialisasi yang diselenggarakan oleh PPLN dan KJRI, PPLN Hongkong juga
melakukan sosialisasi dengan membonceng beberapa kegiatan lain yang
melibatkan WNI.
Selain kegiatan tatap muka, PPLN hongkong juga melakukan inovasi dan
strategi sosialisasi kepada para WNI yang sifatnya non fisik. Sosialisasi melalui
media massa dan social media menjadi pilihan untuk menjangkau WNI di
seantero Hongkong dan Macau. Facebook Fanpage KJRI Hongkong dan PPLN
Hongkong menjadi salah satu sosial media yang paling efektif untuk
menyebarkan informasi tentang tahapan Pemilu 2019. Setiap WNI pada
umumnya memiliki akun facebook untuk mendapatkan segala informasi terkait
keimigrasian dan Pemilu. Sebagai inovasi, KJRI selalu menampilkan berbagai
kegiatan sosialisasi dalam bentuk facebook live sehingga dapat diakses oleh
seluruh WNI.
Sebagai terobosan untuk memperluas jangkauan informasi terkait
kePemiluan, PPLN Hongkong juga melakukan sosialisasi melalui media cetak
berbahasa Indonesia di Hongkong. Mendekati hari Pemilihan, untuk
mengingatkan para WNI, PPLN Hongkong melakukan sms Blast kepada para

Menata Kelola Demokrasi 125


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
calon pemilih yang terdaftar dalam DPT. Selain itu untuk mempermudah
komunikasi, PPLN Hongkong juga membuka layanan telepon bagi para WNI yang
ingin mendapatkan update terkait tahapan dan informasi tentang Pemilu 2019.
e. PPLN Kota Kinabalu
Sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu 2019,
PPLN Kinabalu melaksanakan serangkaian kegiatan sosialisasi dan pendidikan
pemilih kepada para WNI di daerah akreditasi. Sosialisasi tersebut bertujuan
untuk menyebarluaskan informasi mengenai tahapan Pemilu, meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban dalam
Pemilu supaya tingkat partisipasi meningkat dibandingkan Pemilu sebelumnya
yang berkisar pada angka 22 persen untuk Pemilu legislatif dan 31 persen untuk
Pemilu Presiden dan Wakil presiden.
WNI di wilayah kerja PPLN Kota Kinabalu Sebagian besar adalah pekerja di
ladang dan syarikat. Untuk menjangkau para pemilih, beberapa kegiatan
sosialisasi yang dilaksanakan oleh PPLN antara lain pertemuan dengan WNI
dalam bentuk gelaran sosialisasi tatap muka, diskusi dan simulasi di daerah
ladang, syarikat, persekutuan maupun wilayah kantong-kantong WNI lainnya.
Kegiatan sosialisasi tersebut juga menjangkau segmen pemilih pemula dimana
sosialisasi dilaksanakan di sekolah Indonesia di Kota Kinabalu. Selain itu PPLN
juga memanfaatkan acara temu masyarakat, seperti idul fitri, idul adha,
peringatan HUT RI, pertemuan dengan pendidik untuk mensosialisasikan dan
mendiseminasikan informasi seputar tahapan Pemilu 2019.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan sosial media, PPLN
Kota Kinabalu juga memanfaatkan platform media sosial untuk sosialisasi dan
diseminasi informasi tahapan dan persiapan penyelenggaraan Pemilu 2019.
Media sosial yang digunakan antara lain Facebook, Instagram, WA Group dan
Whatsapp KJRI Kota Kinabalu. Facebook dan Website KJRI menjadi salah satu
platform yang paling efektif dan sering diakses oleh para calon pemilih untuk
mendapatkan informasi terkait tahapan Pemilu 2019. Diseminasi informasi
Pemilu juga dilakukan oleh PPLN Kinabalu melalui media massa setempat baik
media cetak maupun media online.
Sebaran masyarakat yang cukup luas, jam kerja yang cukup ketat dari para
pekerja menjadi salah satu kendala yang menyebabkan WNI tidak bisa hadir
dalam sosialisasi tatap muka sehingga memaksimalkan peran sosial media
sebagai sarana sosialisasi menjadi pilihan yang harus dilakukan.
Selain menggunakan media sosial, sosialisasi juga memanfaatkan jaringan
komunitas dengan membentuk Whatsapp Group. Peran aktif anggota masyarakat
yang dianggap berpengaruh dan memiliki jaringan luas di kalangan masyarakat
Indonesia untuk mengajak anggota masyarakat lain ikut serta dalam sosialisasi.
Untuk meningkatkan layanan informasi dan pendaftaran bagi WNi yang datang

126 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
ke KJRI Kota Kinabalu, PPLN Kota Kinabalu juga menyiapkan alat peraga
sosialisasi diantaranya infografis, poster dan film pendek tentang kePemiluan.
f. PPLN Bangkok
Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu 2019 di wilayah kerja PPLN Bangkok
tidak terlepas dari kerja keras PPLN Bangkok dalam mensosialisasikan tahapan
Pemilu 2019 kepada para WNI. Keberadaan WNi di Thailand sangat beragam,
baik dari segi pekerjaan, tingkat pendidikan, latar belakang budaya dan politik,
sebaran tempat tinggal dan lain-lain. Hal ini merupakan tantangan dan harus
disikapi dengan strategi yang tepat dan kerja yang kreatif agar tujuan dan
sosialisasi yang dilaksanakan tepat sasaran.
Sosialisasi di wilayah kerja PPLN di Bangkok menggunakan beberapa
metode. Pertama, komunikasi tatap muka dimana dalam bentuk pertemuan
dengan WNI melalui program sosialisasi Pemilu yang diselenggarakan di KBRI
Bangkok maupun lokasi-lokasi tertentu yang memungkinkan untuk dilaksanakan
sosialisasi. Selain itu PPLN juga memanfaatkan kegiatan KBRI yang melibatkan
masyarakat Indonesia seperti peringatan hari besar nasional dan kegiatan
keagamaan. Selain itu juga dilakukan kegiatan bincang santai dengan simpul-
simpul masyarakat tertentu seperti diaspora dan para mahasiswa sehingga
mereka setelah memperoleh informasi dapat menjadi agen-agen penyebar
informasi kePemiluan. Simulasi pemungutan suara juga dilakukan pada
kesempatan pertemuan dengan masyarakat.
Metode kedua yang terbukti efektif untuk menjangkau pemilih adalah
sosialisasi melalui media online. PPLN Bangkok memiliki media sosial yang
dipandang sebagai sarana efektif dalam menyebarluaskan informasi kepada
warga negara Indonesia baik yang berada di wilayah Bangkok maupun di luar
wilayah Bangkok bahkan provinsi yang sulit dijangkau. Penggunaan media massa
secara efisien dapat mengurai biaya sosialisasi. Media sosial yang dimiliki PPLN
Bangkok meliputi Facebook Fanpage, Facebook Group, Twitter, Whatshap/Line,
Instagram, Surat Elektronik/Email. Saluran-saluran komunikasi ini khususnya
Whatsapp dan Line telah menjadi hotline PPLN Bangkok untuk
menginformasikan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pemilih terkait
penyelenggaraan Pemilu luar negeri di Thailand.
Laman Perwakilan dan Laman PPLN Bangkok juga menampilkan informasi-
informasi terkait kegiatan penyelenggaraan Pemilu 2019. Laman PPLN
menyampaikan fitur informasi dan PPLN secara umum, daftar pemilih dan
peraturan terkait Pemilu. Antusiasme pemilih untuk mengetahui informasi-
informasi terbaru terkait Pemilu dapat tercermin dari tingginya kunjungan di
laman website PPLN Bangkok khususnya menjelang hari pemungutan Suara.
Tercatat total kunjungan hamper 60 ribu dengan jumlah pengunjung 38 ribu.

Menata Kelola Demokrasi 127


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB IX
MENERJEMAHKAN SUARA RAKYAT

A. Kebijakan Umum Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilu Luar


Negeri
Penyelenggaraan pemungutan dan penghitungan suara di luar negeri secara
garis besar memiliki kesamaan dengan pemungutan dan penghitungan suara di
dalam negeri. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang membedakan yaitu:
1) Tanggal Pelaksanaan Pemungutan Suara
Pelaksanaan pemungutan suara di luar negeri dilakukan lebih awal daripada
di dalam negeri. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Pasal 167 Ayat 5 menyatakan bahwa pemungutan suara di luar negeri dapat
dilaksanakan bersamaan atau sebelum pemungutan suara di dalam negeri. Selain
itu, mengacu pada Pasal 167 ayat (3) bahwa pemungutan suara dapat
dilaksanakan pada hari libur atau hari yang diliburkan secara nasional. Sebagai
implementasi dari ketentuan tersebut, KPU mengeluarkan kebijakan yang
dituangkan melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilihan Umum Tahun 2019 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan
KPU Nomor 14 Tahun 2019. Penyelenggara Pemilu memutuskan bahwa setiap
PPLN boleh memilih satu hari dari rentang waktu tanggal pemungutan suara
yang telah ditetapkan oleh KPU yaitu tanggal 8 s.d 14 April 2019. Faktor
kemudahan bagi penyelenggara dan anggaran merupakan faktor pertimbangan
utama dalam memutuskan penyelenggaraan Pemilu di luar negeri hanya
dilakukan satu hari dari rentang waktu yang ditetapkan melalui Peraturan KPU
(Hafizy, 2017).

2) Metode Pemungutan Suara


Terdapat 3 (tiga) metode pemungutan suara di luar negeri yaitu melalui Pos,
KSK, dan TPSLN. Metode Pos dan TPSLN diatur di dalam Undang-Undang 7 Tahun
2017. Pertama, pemungutan suara melalui Pos adalah pelayanan pemungutan
suara bagi pemilih yang tidak dapat memberikan suara di TPSLN yang telah
ditentukan. Pasal 397 Ayat 1 Undang-Undang 7 Tahun 2017 menyatakan bahwa
PPLN melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pasangan
Calon dan Partai Politik Peserta Pemilu dari seluruh KPPSLN di wilayah kerjanya
serta melakukan penghitungan perolehan suara yang diterima melalui pos
dengan disaksikan oleh saksi Peserta Pemilu yang hadir dari Panwaslu LN. Pasal
ini diuraikan kembali dalam Pasal 180 Ayat 4 huruf c PKPU 3 Tahun 2019 yang
menjelaskan proses pemungutan suara Pos dilakukan oleh PPLN dibantu

128 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
KPPSLN Pos.
Kedua yaitu metode penghitungan suara pada TPSLN. TPSLN adalah tempat
dilaksanakannya Pemungutan Suara di luar negeri, biasanya TPSLN dibangun di
premises kedaulatan Indonesia, kecuali jika dapat izin dari negara setempat
untuk mendirikan TPSLN di wilayah lainnya. Konsep TPSLN mengikuti aturan
yang berlaku di TPS, terkait mengenai bentuk, proses dan mekanisme
pemungutan suara merujuk kepada ketentuan yang berlaku di dalam negeri.
Ketiga, metode pemungutan suara melalui Kotak Suara Keliling (KSK) adalah
pelayanan pemungutan suara bagi pemilih dengan cara mendatangi tempat-
tempat pemilih berkumpul, bekerja, dan/atau bertempat tinggal dalam satu
kawasan. Adapun metode KSK melalui Dropbox sudah diterapkan sejak Pemilu
tahun 2009. Mekanisme KSK/Dropbox mengalami penyempurnaan dan
pengembangan dengan tujuan mempermudah pemilih untuk menggunakan hak
pilihnya.

3) Waktu Pemungutan Suara


Pemungutan suara pada Pemilu luar negeri tahun 2019 dilaksanakan
sebelum hari pemungutan suara di dalam negeri. Namun demikian, penghitungan
suara tetap dilaksanakan bersamaan dengan Pemilu di dalam negeri yaitu pada
hari Rabu tanggal 17 April 2019. Pemungutan suara pada TPSLN dimulai pukul
07.00 sampai dengan pukul 18.00 waktu setempat. Pelaksanaan pemungutan
suara yang dimulai pada pukul 07.00 akan efektif diwilayah negara yang
memiliki musim semi, panas, maupun gugur. Apabila waktu pemungutan suara
berlangsung pada musim dingin, maka durasi dimulainya pemungutan suara
dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi negara setempat. Penetapan
waktu pemungutan suara dilatarbelakangi oleh sejumlah alasan antara lain:
a. Jumlah pemilih pada suatu TPSLN sampai dengan 2000 orang sehingga perlu
mempertimbangkan ketersediaan waktu bagi pemilih di hari pemungutan
suara;
b. Terdapat pemilih yang berdomisili jauh dari TPSLN sehingga perlu
mempertimbangkan durasi waktu pemberian suara untuk memberikan
kesempatan yang sama kepada seluruh Warga Negara Indonesia di luar
negeri;
c. Pelaksanaan penghitungan suara dilakukan pada hari yang berbeda,
sehingga KPPSLN tidak memiliki aktivitas lain pasca pemungutan suara.
4) Waktu Penghitungan Suara
Penghitungan suara pada Pemilu luar negeri dilakukan pada hari yang sama
dengan pemungutan suara di dalam negeri. Pada Pemilu 2019, penghitungan
surat suara dilakukan oleh KPPSLN di perwakilan RI pada tanggal 17 April 2019
serentak dengan tanggal pemungutan dan penghitungan di dalam negeri namun

Menata Kelola Demokrasi 129


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
waktunya disesuaikan dengan waktu setempat. Hasil penghitungan tersebut
kemudian di rekapitulasi secara nasional di KPU RI pada tanggal 4-10 Mei 2019,
kecuali PPLN Kuala Lumpur yang pada saat itu baru melakukan rekapitulasinya
pada tanggal 19 Mei 2019. Hal ini mengingat PPLN Kuala Lumpur masih harus
melakukan Pemilihan Suara Ulang (PSU) untuk metode Pos saja. Pengulangan ini
disebabkan oleh adanya temuan oleh Bawaslu bahwa telah terjadi pelanggaran
penyelenggaraan metode Pos yang dilakukan oleh PPLN Kuala Lumpur.
Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2019 menggunakan
Sistem Informasi Perhitungan Suara (SITUNG) yang dikembangkan KPU untuk
rekapitulasi suara secara real time.
Kebijakan early voting di luar negeri yang berimplikasi terhadap perbedaan
hari pemungutan suara dan penghitungan suara dinilai berdampak politik
terhadap situasi dalam negeri. Dampak politik hasil penghitungan suara Pemilu
luar negeri yang diketahui sebelum hari pemungutan suara di dalam negeri,
dianggap lebih besar daripada membedakan hari pemungutan dan penghitungan
suara di luar negeri. Dalam hal ini, apabila hari pemungutan dan penghitungan
suara di luar negeri berbeda maka yang diperlukan yaitu tempat penyimpanan
dan personil yang bertugas menjaga surat suara. Hal tersebut dinilai lebih mudah
mengingat dengan jumlah pemilih luar negeri yang tidak terlalu banyak.
Sementara itu, apabila penghitungan dilakukan pada hari yang sama dengan
pemungutan suara di luar negeri maka hal tersebut akan mempengaruhi
preferensi pemilih di dalam negeri yang melakukan pemungutan suara setelah
pemungutan suara di luar negeri. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
Pasal 167 Ayat 5 Undang-Undang 7 Tahun 2017 menyatakan bahwa pemungutan
suara di luar negeri dapat dilaksanakan bersamaan atau sebelum pemungutan
suara di dalam negeri. Perbedaan hari pemungutan suara dan penghitungan
suara menyebabkan pelaksanaan penghitungan tidak dilakukan di TPSLN tetapi
di PPLN, baik di Kantor Perwakilan RI atau tempat lain yang disediakan oleh
PPLN. Pelaksanaan penghitungan suara dilakukan secara bersamaan untuk
seluruh TPSLN dan KSK, adapun Pos dihitung dalam kurun waktu rekapitulasi
suara oleh PPLN.

B. Pemungutan Suara Pemilu Luar Negeri


Penyelenggaraan Pemilu di luar negeri dilaksanakan antara tanggal 8-14
April 2019 untuk metode TPS dan KSK. Sedangkan metode Pos dilakukan 1 (satu)
bulan sebelum tanggal pemungutan suara di wilayah akreditasi Perwakilan RI
masing-masing.
Setiap PPLN menentukan dan memutuskan waktu, tanggal, dan tempat
pemungutan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
Indonesia di negara setempat dan ditetapkan melalui Keputusan KPU Nomor
467/PP.05.2-Kpt/01/KPU/II/2019 tentang Penetapan Hari dan Tanggal

130 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pemungutan Suara di Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri pada Perwakilan
Republik Indonesia di Luar Negeri untuk Pemilihan Umum Tahun 2019.
Keputusan KPU tersebut ditetapkan berdasarkan usulan masing-masing PPLN.
Sesuai dengan peraturan KPU, formulir yang digunakan dalam pelaksanaan
pemungutan suara di TPSLN/KSK/Pos terdiri dari:
1. Model C-KPU LN1 Pemungutan Suara sebagai Berita Acara Pemungutan
Suara Luar Negeri Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk TPSLN dan KSK;
2. Model C-KPU LN1 Pemungutan Suara Pos sebagai Berita Acara Pemungutan
Suara Luar Negeri Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk Pos;
3. Model C2-KPU LN1 Pemungutan Suara sebagai Pernyataan Keberatan Saksi
atau Catatan Kejadian Khusus Pemungutan Suara Luar Negeri Pemilihan
Umum Tahun 2019 untuk TPSLN dan KSK;
4. Model C2-KPU LN1 Pemungutan Suara Pos sebagai Pernyataan Keberatan
Saksi atau Catatan Kejadian Khusus Pemungutan Suara Luar Negeri
Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk Pos;Model C5-KPU LN1 Pemungutan
Suara sebagai Tanda Terima Penyerahan Salinan Berita Acara Pemungutan
Suara Luar Negeri Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk TPSLN dan KSK;
5. Model C5-KPU LN1 Pemungutan Suara Pos sebagai Tanda Terima
Penyerahan Salinan Berita Acara Pemungutan Suara Luar Negeri Pemilihan
Umum Tahun 2019 untuk Pos;Model C6-KPU LN sebagai Surat
Pemberitahuan Pemungutan Suara Luar Negeri kepada Pemilih di TPSLN dan
KSK;
6. Model C6-KPU LN Pos sebagai Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara Luar
Negeri kepada Pemilih Pos;
7. Model C6-KPU LN PSU sebagai Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara Luar
Negeri kepada Pemilih untuk Pemilu Ulang;
8. Model DA.C6-KPU LN sebagai Rekapitulasi Pengembalian Formulir Model
C6-KPU LN yang Tidak Terdistribusi dari Setiap TPSLN, KSK, dan Pos dalam
Wilayah Negara Pemilu Luar Negeri Tahun 2019;
9. Model BA.C6-KPU LN sebagai Berita Acara Pengembalian Surat
Pemberitahuan Model C6-KPU LN yang Tidak Terdistribusi dalam Pemilu
Tahun 2019;
10. Model C7.DPTLN-KPU sebagai Daftar Hadir/Daftar Pengguna Hak Pilih Pada
Pemilih Tetap Luar Negeri Pemilihan Umum Tahun … (untuk TPSLN dan
KSK);
11. Model C7.DPTbLN-KPU sebagai Daftar Hadir/Daftar Pengguna Hak Pilih
pada Pemilih Tambahan Luar Negeri Pemilihan Umum Tahun … (untuk
TPSLN dan KSK);

Menata Kelola Demokrasi 131


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
12. Model C7.DPKLN-KPU sebagai Daftar Hadir/Daftar Pengguna Hak Pilih Pada
Pemilih Khusus Luar Negeri Pemilihan Umum Tahun …(untuk TPSLN dan
KSK);
13. Model C7.DPTLN-KPU Pos sebagai Daftar Hadir/Daftar Pengguna Hak Pilih
Pada Pemilih Tetap Luar Negeri Pemilihan Umum; dan
14. Model C7.DPTbLN-KPU Pos sebagai Daftar Hadir/Daftar Pengguna Hak Pilih
pada Pemilih Tambahan Luar Negeri Pemilihan Umum (untuk Pos).

1) Pemungutan Suara melalui TPSLN


Pemungutan Suara di TPSLN merupakan pelayanan Pemungutan Suara
dengan cara Pemilih mendatangi TPSLN sesuai dengan dimana Pemilih terdaftar.
TPSLN dibuat di dalam halaman atau gedung Perwakilan Republik Indonesia.
TPSLN juga dapat dibuat di luar halaman atau gedung Perwakilan Republik
Indonesia, namun harus mendapat izin dari pemerintah atau negara setempat.
Jumlah Pemilih untuk setiap TPSLN paling banyak 500 (lima ratus) orang atau
dapat disesuaikan dengan kondisi setempat. Tata Cara pemungutan suara di
TPSLN adalah sebagai berikut:
a) Dilaksanakan mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 18.00 waktu setempat;
b) Pemilih wajib membawa KTP-el atau Paspor atau SPLP;
c) Pemilih yang berhak dan dapat diterima untuk memberikan suara di TPSLN
adalah pemilih yang terdaftar dalam salinan DPTLN dan DPTbLN;
d) Pemilih khusus (DPKLN) menggunakan hak suaranya 1 (satu) jam sebelum
waktu pemungutan suara berakhir. Apabila tidak tersedia surat suara,
KPPSLN mengarahkan pemilih ke TPSLN terdekat yang masih tersedia surat
suara dan masih dalam satu wilayah kerja PPLN sesuai alamat tempat tinggal
pemilih yang tercantum dalam KTP-el, Paspor, atau SPLP;
e) Pemilih menerima 2 (dua) surat suara, yaitu surat suara Pemilu Anggota DPR
Dapil DKI Jakarta II dan surat suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;
f) Pemilih DPTb yang berasal dari luar Dapil DKI Jakarta II hanya menerima
surat suara Presiden dan Wakil Presiden;
g) Kesempatan untuk memberikan suara kepada pemilih berdasarkan prinsip
urutan kehadiran pemilih;
h) Pemilih mencoblos surat suara hanya dengan menggunakan paku yang telah
disediakan. Tidak boleh dengan cara merobek/mengambil bagian dari surat
suara atau menggunakan rokok atau memberikan catatan/tanda;
i) Pemilih penyandang disabilitas dapat dibantu oleh pendamping yang berasal
dari Anggota KPPSLN, atau orang lain atas permintaan pemilih;
j) Pemilih dilarang menggunakan telepon genggam, kamera dan/atau alat

132 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
perekam gambar lainnya di bilik suara.
k) Pada pukul 18.00 waktu setempat, Ketua KPPSLN mengumumkan bahwa
yang diperbolehkan memberikan suara hanya Pemilih yang telah hadir dan
sudah terdaftar atau tercatat kehadirannya dalam formulir C7-LN KPU serta
sedang menunggu giliran untuk memberikan suara.
Sementara itu, alur memilih di TPSLN sebagaimana berikut:
a) Pemilih mendatangi TPSLN;
b) Pemilih menyerahkan Formulir Model C6 LN-KPU dan wajib menunjukkan
KTP el atau Paspor atau SPLP dan memperlihatkan jari-jari Pemilih sebagai
bukti belum menggunakan hak pilihnya kepada Petugas KPPSLN di pintu
masuk;
c) Pemilih mengisi dan menandatangani Daftar Hadir (Formulir C7 LN-KPU);
d) Pemilih duduk di bangku pemilih untuk menunggu giliran panggilan;
e) Ketua KPPSLN memanggil pemilih untuk menyerahkan surat suara;
f) Pemilih wajib memeriksa dan meneliti surat suara tersebut dalam keadaan
baik atau tidak rusak. Jika surat suara diterima rusak, pemilih dapat meminta
surat suara pengganti kepada Ketua KPPSLN.
g) Pemilih menuju bilik suara;
h) Membuka surat suara lebar-lebar dan meletakkan di atas alas coblos yang
disediakan;
i) Mencoblos dengan alat coblos (paku) yang telah disediakan;
j) Melipat kembali surat suara seperti semula sehingga tanda tangan Ketua
KPPSLN tetap terlihat dan tanda coblos tidak dapat dilihat;
k) Pemilih menuju tempat kotak suara dan memperlihatkan kepada Ketua
KPPSLN bahwa surat suara dalam keadaan terlipat dan terlihat tanda tangan
KPPSLN. Selanjutnya, memasukkan surat suara ke dalam kotak suara sesuai
dengan jenis Pemilu.
l) Kemudian Pemilih menuju meja tinta untuk mencelupkan salah satu jari ke
dalam botol tinta yang telah disediakan hingga mengenai bagian kuku
sebelum keluar TPSLN;
m) Pemilih keluar TPSLN melalui pintu pintu keluar.

Menata Kelola Demokrasi 133


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 9. Antrian Pemilih untuk Memilih dalam Pemungutan Suara melalui
Metode TPSLN di Kuching, Malaysia

Sumber: PPLN Kuching

Gambar 10. Pemungutan Suara melalui Metode TPSLN di Warsawa, Polandia

Sumber: PPLN Warsawa

134 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 11. Pemungutan Suara melalui Metode TPSLN di Shanghai, RRT

Sumber: PPLN Shanghai

Hal-hal pokok dalam pelaksanaan Pemungutan Suara di TPSLN adalah:


a. Pengumuman dan Penyampaian Formulir Model C6-KPU LN (TPSLN/KSK);
b. Ketua KPPSLN wajib mengumumkan hari, tanggal, dan waktu pelaksanaan
Pemungutan Suara dan nama TPSLN kepada Pemilih di wilayah kerjanya,
paling lambat 5 (lima) hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara.
Pengumuman dilakukan menurut cara yang lazim digunakan di negara yang
bersangkutan dengan menyebutkan adanya kemudahan bagi penyandang
cacat dalam memberikan suara di TPSLN. KPPSLN menyampaikan form
Model C6 LN-KPU kepada Pemilih paling lambat 3 hari sebelum pemungutan
suara. Apabila pemilih tidak berada ditempat tinggalnya, KPPSLN dapat
menyampaikan formulir C6 LN-KPU kepada keluarganya dan diminta untuk
menandatangani tanda terima Apabila sampai dengan 3 Hari sebelum hari
Pemungutan Suara terdapat pemilih belum menerima formulir Model C6 LN-
KPU, pemilih bersangkutan dapat meminta formulir Model C6 LNKPU kepada
Ketua KPPSLN (TPSLN/KSK) paling lambat 1 (satu) Hari sebelum hari
Pemungutan Suara dengan menunjukkan KTP-el/Paspor/SPLP. Dalam hal
sampai dengan 1 (satu) Hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara
terdapat formulir Model C6 LN-KPU yang tidak dapat diserahkan kepada
Pemilih, Ketua KPPSLN wajib mengembalikan formulir Model C6 LN-KPU
kepada PPLN dengan menggunakan Berita Acara Model D1-KPU LN.
c. Penyiapan TPSLN;

Menata Kelola Demokrasi 135


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
d. Ketua KPPSLN dibantu oleh Anggota KPPSLN menyiapkan lokasi dan
pembuatan TPSLN/KSK, dengan memperhatikan: mudah dijangkau,
termasuk oleh penyandang cacat, aspek geografis menjamin Pemilih dapat
memberikan suaranya secara LUBER. Pembuatan TPSLN ini, KPPSLN dapat
bekerja sama dengan Warga Negara Indonesia, Kantor Perwakilan Republik
Indonesia dan/atau Pemerintah setempat. TPSLN dibuat di dalam halaman
atau gedung Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Apabila
TPSLN/KSK dibuat di luar halaman atau gedung Perwakilan Republik
Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari pemerintah atau negara
setempat. Perlu diketahui bahwa TPSLN dilarang dibuat di dalam ruangan
tempat ibadah;
e. Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara. Ketua KPPSLN
memastikan perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara, serta
dukungan perlengkapan lainnya sudah diterima dari PPLN paling lambat 1
(satu) Hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara.
f. Pembagian Tugas KPPSLN. Pembagian tugas KPPSLN Paling lambat 1 (satu)
hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara. Mekanismenya adalah
melalui Ketua KPPSLN memberikan penjelasan kepada Anggota KPPSLN
mengenai: (1) tata cara pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di
TPSLN; dan (2) pembagian tugas Anggota KPPSLN.
g. Kegiatan Pelaksanaan;
h. Pelaksanaan Rapat Pemungutan Suara;
i. Pemberian Suara di TPSLN.

2) Pemungutan Suara Melalui Kotak Suara Keliling (KSK)


Diskusi yang kedua adalah tata cara pemungutan suara melalui KSK.
Pelayanan Pemungutan Suara melalui KSK hanya diberikan kepada kelompok
Warga Negara Indonesia yang berada di wilayah yang sulit untuk mengakses
TPSLN atau Kantor Pos yang dilaksanakan oleh KPPSLN KSK. Pada intinya, tugas
KPPSLN KSK dapat melayani lebih dari 1 (satu) lokasi KSK mendasarkan pemilih
yang terdaftar dalam DPTLN formulir Model A.3 LN-KPU. Hal-hal penting dalam
pemilihan menggunakan metode KSK adalah sebagai berikut:
a. Waktu pelaksanaan pelayanan Pemungutan Suara melalui KSK ditentukan
oleh PPLN dengan memperhatikan situasi dan kondisi di negara setempat,
setelah PPLN berkoordinasi dengan Panwaslu LN dan Saksi Peserta Pemilu.
b. Rapat Pemungutan Suara dilaksanakan di kantor PPLN pada hari pertama
pada waktu yang ditetapkan, serta dihadiri oleh Panwaslu LN dan/atau Saksi.
c. Setelah rapat Pemungutan Suara di kantor PPLN selesai, KPPSLN KSK segera
melaksanakan Pemungutan Suara di lokasi KSK yang sudah ditentukan.

136 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
d. Pemilih membawa formulir Model C6 LN-KPU dan KTP-el atau Paspor atau
SPLP ke lokasi KSK yang sudah ditentukan.
e. Pemilih yang dapat memberikan suara yaitu Pemilih yang namanya tercantum
dalam salinan DPT LN dan DPTb LN.
f. Pemilih menerima 2 (dua) buah surat suara, yaitu surat suara Pemilu Anggota
DPR Dapil DKI Jakarta II dan surat suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
g. Pemilih mencoblos surat suara hanya dengan menggunakan paku yang telah
disediakan, tidak boleh dengan cara merobek/mengambil bagian dari surat
suara atau menggunakan rokok atau memberikan catatan/tanda.
h. Pemilih DPTb yang berasal dari luar Dapil DKI Jakarta II hanya menerima surat
suara Presiden dan Wakil Presiden.
i. Pemilih khusus (DPKLN) dapat menggunakan KTP el atau Paspor atau SPLP
sepanjang pemilih tersebut berdomisili di wilayah kerja KPPSLN dan
dilakukan 1 (satu) jam sebelum waktu pemungutan suara berakhir. Apabila
tidak tersedia surat suara, Pemilih diarahkan untuk memberikan hak pilihnya
ke lokasi KSK selanjutnya yang masih dalam satu wilayah kerja KPPSLN KSK
dan sesuai DPT LN KSK tempat pemilih terdaftar.
j. Kesempatan untuk memberikan suara kepada pemilih berdasarkan prinsip
urutan kehadiran pemilih.
k. Pemilih penyandang disabilitas dapat dibantu oleh pendamping yang berasal
dari Anggota KPPSLN atau orang lain atas permintaan pemilih.
l. Pemilih dilarang menggunakan telepon genggam dan/atau alat perekam
gambar lainnya di bilik suara.
m. Pada pukul berakhirnya pemungutan suara yang telah ditentukan, Ketua
KPPSLN mengumumkan bahwa yang diperbolehkan memberikan suara hanya
Pemilih yang telah hadir dan sudah terdaftar atau tercatat kehadirannya dalam
formulir C7-LN KPU serta sedang menunggu giliran untuk memberikan suara.
Adapun alur memilih di lokasi KSK yaitu sebagai berikut:
a. Pemilih mendatangi lokasi KSK.
b. Pemilih menyerahkan Formulir Model C6 LN-KPU dan wajib menunjukkan
KTP el atau Paspor atau SPLP serta memperlihatkan jari-jari pemilih sebagai
bukti belum menggunakan hak pilihnya kepada Petugas KPPSLN.
c. Pemilih mengisi dan menandatangani Daftar Hadir (Formulir C7 LN-KPU).
d. Pemilih menuju meja Ketua KPPSLN untuk menerima surat suara.
e. Pemilih memeriksa dan meneliti surat suara tersebut dalam keadaan baik
atau tidak rusak. Jika surat suara diterima rusak, Pemilih dapat meminta surat
suara pengganti kepada Ketua KPPSLN.

Menata Kelola Demokrasi 137


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
f. Pemilih menuju bilik suara.
g. Membuka surat suara lebar-lebar dan meletakkan di atas alas coblos yang
disediakan.
h. Mencoblos surat suara dengan alat coblos (paku) yang telah disediakan.
i. Melipat kembali surat suara seperti semula sehingga tanda tangan Ketua
KPPSLN tetap terlihat dan tanda coblos tidak dapat dilihat.
j. Pemilih menuju tempat kotak suara dan memperlihatkan kepada Ketua
KPPSLN bahwa surat suara dalam keadaan terlipat dan terlihat tanda tangan
KPPSLN. Selanjutnya, memasukkan surat suara ke dalam kotak suara sesuai
dengan jenis Pemilu.
k. Kemudian Pemilih menuju meja tinta untuk mencelupkan salah satu jari ke
dalam botol tinta yang telah disediakan hingga mengenai bagian kuku
sebelum meninggalkan lokasi KSK

Gambar 12. Pemungutan Suara melalui Metode Kotak Suara Keliling


di Muscat, Oman

Sumber: PPLN Muscat

Pelayanan Pemungutan Suara melalui KSK paling banyak 300 (tiga ratus)
Pemilih atau dapat disesuaikan dengan kondisi di negara setempat dengan
memperhatikan waktu penyelesaian pemungutan suara di masing-masing
wilayah kerja. PPLN yang memiliki jumlah pemilih melalui KSK kurang dari 300

138 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
(tiga ratus) pemilih, hanya dapat membentuk 1 (satu) tim KPPSLN KSK.
Ketentuan mengenai wilayah yang dicakup oleh 1 (satu) tim KPPSLN KSK
ditetapkan oleh PPLN dengan mempertimbangkan jarak tempuh dan waktu yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pemungutan suara melalui KSK. Penyiapan lokasi
KSK pada prinsipnya sama dengan metode Pemungutan Suara TPSLN.
Perbedaannya adalah bahwa KSK dibuat di luar halaman atau gedung Perwakilan
Republik Indonesia sehingga harus terlebih dahulu mendapat izin dari
pemerintah setempat. Oleh sebab itu, KPPSLN harus bekerjasama atau
mendapatkan izin otoritas setempat.

Gambar 13. Pemungutan Suara melalui Metode Kotak Suara Keliling


di Kuching, Malaysia

Sumber: PPLN Kuching

Perlu menjadi catatan bahwasanya penyiapan lokasi KSK harus selesai paling
lambat pada hari dan tanggal pemungutan suara. Ukurannya disesuaikan dengan
kondisi setempat, dengan memberi tanda batas dengan menggunakan tali atau
tambang atau bahan lain. Tergantung dari lokasi yang diizinkan, apakah di ruang
terbuka atau tertutup. Namun demikian kondisinya, KPPSLN harus tetap
berpedoman pada ketentuan dalam PKPU ini dalam membangun KSK. Termasuk
kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan penyusunannya di
lokasi. Demikian pula halnya dengan Perlengkapan Pemungutan Suara dan
Dukungan perlengkapan lainnya, jenis dan waktu penerimaannya juga sama
dengan TPSLN.

Menata Kelola Demokrasi 139


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 14. Pemungutan suara melalui Metode Kotak Suara Keliling
di Vanimo, Papua Nugini

Sumber: PPLN Vanimo

Mekanisme pemungutan suara menggunakan metode KSK didahului dengan


kegiatan sebelum rapat pemungutan suara yang dilakukan di Kantor PPLN pada
hari pertama pada waktu yang telah ditetapkan sebagai rentang waktu
pelaksanaan pemungutan suara melalui KSK. Kegiatan Rapat Pemungutan Suara
ini dihadiri oleh saksi dan/atau Panwaslu LN. Sebelum rapat, Ketua KPPSLN KSK
bersama-sama Anggota KPPSLN KSK, dan saksi yang hadir melaksanakan
tugasnya. Proses selanjutnya adalah Pelaksanaan Rapat Pemungutan Suara
Melalui KSK Ketua dengan cara PPLN memandu seluruh KPPSLN KSK dalam
pelaksanaan rapat Pemungutan Suara. Rapat ini dihadiri oleh Panwaslu LN

140 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
dan/atau Saksi. Kehadiran Saksi pada acara ini sama dengan di TPSLN. Setelah
rapat Pemungutan Suara di kantor PPLN selesai, KPPSLN KSK segera
melaksanakan Pemungutan Suara di lokasi KSK.
3) Pemungutan Suara Melalui Pos
Metode ketiga dalam pemungutan suara adalah melalui Pos. Pelayanan
Pemungutan Suara melalui Pos dilaksanakan oleh KPPSLN Pos. PPLN dapat
membentuk lebih dari 1 (satu) KPPSLN Pos dengan mempertimbangkan jumlah
pemilih dalam wilayah kerja PPLN. Pemungutan suara melalui Pos merupakan
pelayanan Pemungutan Suara bagi pemilih di luar negeri yang berada di wilayah
yang sulit untuk mengakses TPSLN atau KSK. Pelayanan Pemungutan Suara
melalui Pos dilaksanakan oleh KPPSLN Pos. Hal-hal penting dalam pelaksanaan
pemungutan suara dengan metode Pos adalah sebagai berikut:
1) KPPSLN Pos mengirim surat suara kepada pemilih paling lambat 30 (tiga
puluh) Hari sebelum Hari dan tanggal Pemungutan Suara.
2) Paling lambat 14 (empat belas) Hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan
Suara, surat suara sudah diterima oleh Pemilih.
3) Pemilih menerima pengiriman melalui Pos, berupa Amplop No 1, yang berisi:
a) formulir C6-LN. b) Surat suara untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
dan surat suara untuk Pemilu Anggota DPR. c) 1 (satu) buah Amplop Nomor
2 yang telah dilengkapi dengan alamat kantor PPLN atau PO BOX dan
dibubuhi perangko. d) 2 (dua) buah Amplop Nomor 3 yang belum disegel
untuk memasukkan surat suara sebagaimana dimaksud pada angka 2, dan e)
Petunjuk tata cara pemberian suara.

Gambar 15. Pemungutan Suara melalui Metode Pos di Los Angeles,


Amerika Serikat

Sumber: PPLN Los Angeles

Menata Kelola Demokrasi 141


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Mekanismenya adalah KPPSLN Pos mengirim surat suara melalui Pos kepada
pemilih yang akan memilih melalui Pos paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum hari dan tanggal pemungutan suara di masing-masing PPLN. KPPSLN
Pos menerima surat suara melalui Pos dari pemilih yang memilih melalui pos
paling lambat pada hari dan tanggal penghitungan suara di luar negeri.
Pengembalian surat suara Pos dapat dilakukan dengan cara dikirim kembali
melalui pos atau disampaikan secara langsung kepada KPPSLN Pos atau PPLN.
Proses pemungutan suara melalui pos juga mengadakan pelaksanaan rapat
pemungutan suara melalui Pos yang diselenggarakan di kantor PPLN. Kegiatan
rapat diselenggarakan sebelum penerimaan perlengkapan Pemungutan Suara
dan dukungan perlengkapan lainnya untuk KPPSLN Pos. Ketua PPLN memandu
seluruh Anggota PPLN dan KPPSLN Pos dalam pelaksanaan rapat pemungutan
suara yang dihadiri oleh Panwaslu LN dan/atau saksi. Kehadiran saksi pada
kegiatan ini ditetapkan sama dengan di TPSLN. Saksi dapat mengikuti seluruh
proses pemungutan suara melalui Pos. Rapat ini dihadiri oleh Panwaslu LN
dan/atau Saksi. Kehadiran Saksi pada acara ini sama dengan di TPSLN.
Kegiatan pemberian suara melalui Pos dimulai dengan pengiriman surat
suara, dikemas dalam amplop oleh KPPSLN dan pengiriman surat suara kepada
Pemilih harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pengiriman surat
suara juga harus disaksikan oleh Panwaslu LN dan Saksi, selain itu KPPSLN Pos
juga menuangkan pengiriman surat suara ke dalam berita acara.
Gambar 16. Persiapan Pemungutan Suara melalui Metode Pos
di Kuching, Malaysia

Sumber: PPLN Kuching

142 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Setelah dikirimkan maka pemilih menyerahkan surat suara Pkepada PPLN
dengan cara mengirimkan kembali melalui pos atau disampaikan secara
langsung kepada PPLN. Surat suara paling lambat diterima oleh PPLN pada hari
dan tanggal penghitungan suara di luar negeri. KPPSLN Pos menerima dan
mencatat Sampul Nomor 2 ke dalam formulir pengguna hak pilih dengan
menggunakan formulir Model C7.DPTLN-KPU.
PPLN dibantu KPPSLN Pos membuka Sampul Nomor 2, mengeluarkan dan
menghimpun formulir Model C6-KPU LN yang telah ditandatangani oleh pemilih.
Kemudian mengeluarkan dan memisahkan masing-masing Sampul Nomor 3
berdasarkan jenis Pemilu dan dimasukkan ke dalam kotak suara untuk masing-
masing jenis Pemilu. Dalam hal pemilih tidak mengirimkan formulir Model C6-
KPU LN atau tidak menandatanganinya, PPLN dibantu KPPSLN Pos mencatat ke
dalam formulir Model C7.DPTLN-KPU dengan diberi catatan pada kolom
keterangan serta dicatat sebagai catatan kejadian khusus dalam formulir Model
C2-KPU LN. Dalam hal terdapat Sampul Nomor 1 dikembalikan karena tidak
sampai kepada pemilih (return to sender), PPLN dibantu KPPSLN Pos
memasukkan Sampul Nomor 1 tersebut ke dalam kotak khusus yang berisi surat
suara tidak digunakan.
PPLN dibantu KPPSLN Pos mengakhiri penerimaan surat suara yang dikirim
melalui Pos sebelum rapat Penghitungan Suara selesai dan menuangkan ke
dalam berita acara pemungutan suara. Proses penerimaan surat suara dari
pemilih ke PPLN melalui Pos ini dapat dihadiri Saksi dan/atau Panwaslu LN.
KPPSLN Pos menyampaikan kotak suara yang berisi surat suara kepada PPLN
setelah Pemungutan Suara selesai.
Kotak suara disimpan di Kantor Perwakilan Republik Indonesia dengan
memperhatikan aspek keamanan. PPLN wajib menjaga dan mengamankan
keutuhan kotak suara, tidak membuka, tidak mengubah, tidak mengganti, tidak
merusak, tidak menghitung surat suara, dan/atau tidak menghilangkan kotak
suara. Apabila kondisi daya tampung Perwakilan Republik Indonesia tidak
memungkinkan, penyimpanan surat suara dapat dilakukan di luar Kantor
Perwakilan Republik Indonesia. Pembukaan kotak suara dilakukan pada hari dan
tanggal yang sama dengan pemungutan dan penghitungan di dalam negeri untuk
keperluan penghitungan suara.

Menata Kelola Demokrasi 143


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 17. Persiapan Pemungutan Suara melalui Metode Pos
di Los Angeles, Amerika Serikat

Sumber: PPLN Los Angeles

C. Menghitung Suara Rakyat pada Pemilu Luar Negeri


KPU telah membuat dan mengembangkan aplikasi berbasis website untuk
penghitungan suara pelaksanaan pemungutan suara yaitu Sistem Informasi
Perhitungan Suara (SITUNG). Aplikasi berbasis website tersebut merupakan alat
bantu untuk mempercepat informasi terkait hasil penghitungan suara. Adapun
hasil resmi penghitungan tetap dilakukan secara berjenjang dan secara manual.
Aplikasi SITUNG telah digunakan oleh 130 PPLN, baik untuk penghitungan suara

144 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
calon anggota DPR maupun calon Presiden dan Wakil Presiden (PPWP). Menu
yang disediakan dalam SITUNG dapat digunakan sesuai kebutuhan PPLN dalam
penghitungan suara pemilih, termasuk juga metode pemilihan yang terdiri dari
TPSLN, Pos, dan KSK. Aplikasi SITUNG sangat membantu dalam rekapitulasi
suara secara real time.

Gambar 18. Penghitungan Suara Pemilu 2019 di Bogota

Sumber: PPLN Bogota

Gambar 19. Penghitungan Suara Pemilu 2019 di Beograd

Sumber: PPLN Beograd

Menata Kelola Demokrasi 145


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Aplikasi SITUNG dijaga oleh beberapa instansi yang terkait untuk
menghindari gangguan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Disamping itu, KPU menggunakan tunnel khusus yaitu Virtual Private Network
(VPN) untuk membuka web SITUNG. VPN yang digunakan cukup efektif dan
mampu menghindari dari serangan pihak luar. Tiap anggota PPLN dan Pokja PLN
diberi akun dan password VPN dan web SITUNG khusus.

Gambar 20. VPN Check Point

Sumber : https://Pemilu2019.kpu.go.id

Gambar 21. Aplikasi SITUNG

Sumber : https://Pemilu2019.kpu.go.id

146 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Hitung suara untuk Pemilu Anggota DPR dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden (PPWP) dapat dilakukan pada menu lihat form. PPLN menginput data
dalam bentuk excel (SITUNG Desktop) dan memindai form C1 sebagai bukti
data pemilih, pengguna hak pilih, penggunaan surat suara, dan data suara sah
dan tidak sah. Hasil proses pada penghitungan suara ini selanjutnya akan
diverifikasi oleh akun verifikator PPLN, selanjutnya akan tampil di
www.Pemilu2019.kpu.go.id.

Gambar 22. Tampilan Rekapitulasi Perolehan Suara pada SITUNG

Sumber : https://Pemilu2019.kpu.go.id

Meskipun bertujuan untuk mempermudah proses penghitungan suara,


tetapi pemanfaatan SITUNG tidak terhindar dari sejumlah permasalahan.
Tantangan dan permasalahan dalam pelaksanaan rekapitulasi nasional
pemilu luar negeri menggunakan SITUNG yang terbagi ke tiga kluster
kurangnya pengetahuan petugas, kurangnya kemampuan petugas dan
kendala eksternal sebagai berikut:
1) Pada saat pelaksanaan rekapitulasi penghitungan suara tanggal 10 s.d 21
Mei 2019 terdapat beberapa PPLN yang dokumen aslinya belum diterima
oleh Pokja Pembina PLN. Meskipun dokumen aslinya belum diterima,
akan tetapi dokumen soft copy hasil scan sudah diterima melalui email dan
FTP (File Transfer Protocol). Oleh karena itu, proses rekapitulasi tetap
dilaksanakan dengan menggunakan data soft dan hard copy dengan tetap
menunggu dokumen aslinya diterima oleh KPU;
2) Dalam proses tersebut, diketahui bahwa masih banyak PPLN yang tidak
memahami cara menuangkan hasil rekapitulasi ke dalam formulir-
formulir berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara;

Menata Kelola Demokrasi 147


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
3) PPLN tidak mematuhi surat dari Kementerian Luar Negeri terkait
jadwal dan jenis dokumen yang harus dikirimkan secara manual kepada
KPU;
4) Terdapat ketidaksesuaian antara jumlah surat suara yang tidak
digunakan dan jumlah surat suara sah dan tidak sah;
5) Jumlah DPT dan jumlah surat suara yang diterima tidak sesuai. Jumlah
surat suara lebih sedikit dibandingkan jumlah DPTLN;
6) Masih ada PPLN yang belum mempublikasi DA1-PPWP dan DPR;
7) Masih ada PPLN yang belum melakukan verifikasi C1 entry dan image;
8) Masih ada PPLN hasil entry data berbeda dengan C1 image;
9) Masih ada PPLN salah menjumlah dalam entry data maupun di C1 image;
10) Masih ada PPLN memindai image tidak sesuai dengan form yang sudah
ditentukan;
11) PPLN Caracas terkendala dengan SITUNG dikarenakan negara tersebut
sedang mengalami Black-out;
12) Masih ada PPLN yang kesulitan mendapatkan printer/scanner yang sesuai
dengan SITUNG;
13) Masih banyak PPLN yang kurang paham penggunaan SITUNG
dikarenakan tidak adanya buku manual dan bimtek yang tidak maksimal;
14) Masih banyak PPLN mengalami kendala saat melakukan kirim image file
ke dalam SITUNG dikarenakan image file terlalu banyak dan size file-nya
besar, juga mengalami kondisi stuck saat melakukan proses kirim image
file;
15) Admin yang menangani permasalahan SITUNG jumlahnya tidak
signifikan dan selalu lambat mengantisipasi masalah yang diajukan oleh
PPLN.
Sesuai dengan peraturan KPU, formulir yang digunakan dalam pelaksanaan
Penghitungan Suara di TPSLN/KSK/Pos terdiri dari formulir:
1) Model C-KPU LN2 Penghitungan Suara sebagai Berita Acara Penghitungan
Suara Luar Negeri Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk TPSLN dan KSK;
2) Model C-KPU LN2 Penghitungan Suara Pos sebagai Berita Acara
Penghitungan Suara Luar Negeri Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk Pos;
3) Model C1.Plano-PPWP LN sebagai Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Luar
Negeri Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilihan Umum Tahun
2019 untuk TPSLN dan KSK;

148 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
4) Model C1.Plano-PPWP LN Pos sebagai Sertifikat Hasil Penghitungan Suara
Luar Negeri Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilihan Umum
Tahun 2019 untuk Pos;
5) Model C1.Plano-DPR LN sebagai Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Luar
Negeri Calon anggota DPR Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk TPSLN dan
KSK;
6) Model C1.Plano-DPR LN Pos sebagai Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Luar
Negeri Calon anggota DPR Pemilihan Umum Tahun Tahun 2019 untuk Pos;
7) Model C1-PPWP LN sebagai Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Luar Negeri
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilihan Umum Tahun 2019
untuk TPSLN dan KSK;
8) Model C1-PPWP LN Pos sebagai Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Luar
Negeri Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilihan Umum Tahun
2019 untuk Pos;
9) Model C1-DPR LN sebagai Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Luar Negeri
Calon anggota DPR Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk TPSLN dan KSK;
10) Model C1-DPR LN Pos sebagai Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Luar
Negeri Calon anggota DPR Pemilihan Umum Tahun Tahun 2019 untuk Pos;
11) Model C2-KPU LN2 Penghitungan Suara sebagai Pernyataan Keberatan Saksi
atau Catatan Kejadian Khusus Penghitungan Suara Luar Negeri Pemilihan
Umum Tahun 2019 untuk TPSLN dan KSK;
12) Model C2-KPU LN2 Penghitungan Suara Pos sebagai Pernyataan Keberatan
Saksi atau Catatan Kejadian Khusus Penghitungan Suara Luar Negeri
Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk Pos;
13) Model C3-KPU LN sebagai Surat Pernyataan Pendamping Pemilih;
14) Model C4-KPU LN sebagai Surat Pengantar Penyampaian Berita Acara
Pemungutan dan Penghitungan Suara Luar Negeri kepada PPLN;
15) Model C5-KPU LN2 Penghitungan Suara sebagai Tanda Terima Penyerahan
Salinan Berita Acara Penghitungan Suara Luar Negeri Pemilihan Umum
Tahun 2019 untuk TPSLN dan KSK;
16) Model C5-KPU LN2 Penghitungan Suara Pos sebagai Tanda Terima
Penyerahan Salinan Berita Acara Penghitungan Suara Luar Negeri Pemilihan
Umum Tahun 2019 untuk Pos;
Ketiga metode penghitungan suara yang digunakan pada Pemilu luar negeri
tahun 2019 dapat dilakukan secara paralel berdasarkan jenis Pemilu. Pada
pelaksanaanya, perlu memperhatikan jumlah pemilih dalam DPT LN. Sebelum
rapat penghitungan suara, anggota KPPSLN mengatur sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam Penghitungan Suara, meliputi:

Menata Kelola Demokrasi 149


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
1) Mengatur tempat dan perlengkapan rapat penghitungan suara;

2) Memasang formulir Model C1.Plano-PPWP LN dan Model C1.Plano-DPR LN


di papan pengumuman;
3) Mengatur keperluan administrasi penghitungan suara, yaitu formulir
pemungutan dan penghitungan suara, sampul kertas/kantong plastik, serta
segel Pemilu dan peralatan lainnya;
4) Menempatkan kotak suara di dekat meja Ketua KPPSLN TPSLN/KSK atau
Ketua PPLN serta menyiapkan kuncinya;
5) Ketua KPPSLN TPSLN/KSK atau Ketua PPLN mempersilahkan anggota
KPPSLN/PPLN, saksi, dan Panwaslu LN untuk menempati tempat duduk
yang telah disediakan;
6) Ketua KPPSLN TPSLN/KSK atau Ketua PPLN memastikan bahwa saksi yang
hadir dalam rapat penghitungan suara telah menyerahkan surat mandat;
7) Ketua KPPSLN TPSLN/KSK atau Ketua PPLN mengatur pembagian tugas
Anggota KPPSLN/PPLN demi kelancaran pelaksanaan rapat Penghitungan
Suara.
Setelah menyiapkan sarana dan prasarana, KPPSLN melakukan pencatatan
ke dalam formulir Model C1.Plano-PPWP/DPR LN terhadap data sebagai berikut:
1) Jumlah pemilih terdaftar dalam salinan DPT LN (formulir Model A.3 LN-KPU)
yang memberikan suara untuk masing-masing jenis Pemilu;
2) Jumlah pemilih terdaftar dalam DPTb LN (formulir Model A.4 LNKPU) yang
memberikan suara untuk masing-masing jenis Pemilu;
3) Jumlah pemilih yang terdaftar dalam DPK LN (formulir Model A.DPKLN-KPU)
yang menggunakan hak pilihnya untuk masing-masing Pemilu;
4) Jumlah pemilih disabilitas yang terdaftar yang menggunakan hak pilihnya
untuk masing-masing Pemilu;
5) Jumlah surat suara yang diterima termasuk surat suara cadangan untuk
masing-masing Pemilu;
6) Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru
dicoblos untuk masing-masing Pemilu;
7) Jumlah surat suara yang tidak digunakan termasuk sisa surat suara cadangan
untuk masing-masing Pemilu; dan
8) Jumlah surat suara yang digunakan untuk masing-masing Pemilu.
Penjumlahan terhadap surat suara yang digunakan, surat suara yang rusak
atau keliru dicoblos, dan surat suara yang tidak digunakan, termasuk sisa surat
suara cadangan, harus sama dengan jumlah surat suara yang diterima termasuk

150 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
surat suara cadangan oleh KPPSLN untuk masing-masing Pemilu. Surat suara
yang tidak digunakan termasuk sisa surat suara cadangan, dan surat suara yang
rusak atau keliru dicoblos diberi tanda silang pada bagian luar surat suara yang
memuat tempat nomor, alamat TPSLN, dan tanda tangan ketua KPPSLN dalam
keadaan terlipat dengan menggunakan spidol/pena pulpen (ballpoint).
Penghitungan suara di TPSLN/KSK/Pos pada dasarnya dipimpin oleh Ketua
KPPSLN TPSLN dengan mengumumkan bahwa rapat Penghitungan Suara
dimulai.
Proses penghitungan suara dimulai dari pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden dilanjutkan Pemilihan Anggota DPR. Ketua KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN
dibantu anggota KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN/Pos membuka kotak suara,
mengeluarkan surat suara dan menyusun serta menghitung jumlah surat suara
serta mengumumkan jumlah surat suara kepada yang hadir dan mencatat
jumlahnya. Langkah selanjutnya adalah mencocokkan jumlah surat suara yang
terdapat di dalam kotak suara dengan jumlah Pemilih yang hadir dalam Formulir
Model C7.DPT LN-KPU, Model C7.DPTb LN-KPU, dan Model C7.DPK LNKPU.
Dalam metode pencocokan apabila KPPSLN menemukan surat suara yang
dikeluarkan tidak berada pada kotak suara sesuai jenis Pemilu maka:
1) Ketua KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN menunjukan surat suara tersebut kepada
Saksi, Pengawas TPSLN, Anggota KPPSLN, Pemantau Pemilu atau
masyarakat/pemilih yang hadir;
2) Memasukan surat suara ke dalam kotak suara sesuai dengan jenis Pemilu,
apabila penghitungan suara terhadap jenis Pemilu tersebut belum
dilaksanakan;
3) Membuka surat suara dan memeriksa pemberian tanda coblos pada surat
suara sesuai dengan jenis Pemilu, dan mencatat ke dalam formulir Model
C1.Plano LN-PPWP/DPR sesuai jenis Pemilu dalam bentuk tally, apabila
penghitungan suara terhadap jenis Pemilu tersebut telah dilaksanakan; dan
4) Mencatat hasil penghitungan jumlah surat suara masing-masing jenis Pemilu
yang diumumkan sebagaimana dimaksud dalam huruf e dengan
menggunakan formulir Model C1.Plano PPWP/DPR LN.
Anggota KPPSLN Kedua membuka surat suara lembar demi lembar dan
memberikan surat suara tersebut kepada ketua KPPSLN. Ketua KPPSLN
TPSLN/KSK/PPLN memeriksa pemberian tanda coblos pada surat suara. Ketua
KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN menunjukkan kepada Saksi, Pengawas TPSLN,
Anggota KPPS, Pemantau Pemilu atau masyarakat/Pemilih yang hadir dengan
ketentuan 1 (satu) surat suara dihitung 1 (satu) suara dan dinyatakan sah atau
tidak sah. Memudian mengumumkan hasil perolehan suara Pasangan Calon,
Partai Politik dan calon anggota DPR, dengan suara yang terdengar jelas. Anggota
KPPSLN yang bertugas mencatat hasil penghitungan melakukan pencatatan hasil

Menata Kelola Demokrasi 151


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
penghitungan suara ke dalam formulir Plano dengan cara tally yaitu memberikan
tanda berupa satu garis tegak setiap hitungan suara sah/tidak sah pada masing-
masing peserta Pemilu dan setiap hitungan kelima diberi garis datar memotong
empat garis tegak tersebut.
Apabila terjadi kesalahan dalam hal kepenulisan pada formulir Plano maka
dilakukan pembetulan oleh Ketua KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN dengan cara
mencoret angka atau kata yang salah dengan 2 (dua) garis horizontal lalu
dituliskan angka atau kata hasil pembetulan dan KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN
membubuhkan paraf. KPPSLN mengisi formulir beserta salinannya sebagai
berikut:
1) Sertifikat Hasil Penghitungan Suara masing-masing jenis Pemilu dalam
formulir Model C1 LN-PPWP berhologram, Model C1 LN-DPR berhologram,
berdasarkan formulir Model C1.Plano LN-PPWP berhologram, Model
C1.Plano LN-DPR berhologram;
2) Pernyataan keberatan saksi atau catatan kejadian khusus dalam pemungutan
dan penghitungan suara dalam formulir Model C2 LN1-KPU dan Model C2
LN2-KPU; dan
3) Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam formulir Model C
LN1-KPU dan Model C LN2-KPU berhologram beserta salinannya.
Kesalahan lain seperti terjadi kesalahan penulisan pada formulir maka KPPSLN
melakukan pembetulan. Pembetulan dilakukan dengan cara mencoret angka atau
kata yang salah dengan 2 (dua) garis horizontal. Pada angka atau kata yang
dicoret, dituliskan angka atau kata hasil pembetulan. Ketua KPPSLN
TPSLN/KSK/PPLN membubuhkan paraf pada angka atau kata pembetulan.
Pengisian Salinan Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara dapat
menggunakan alat yang mendukung penggunaan teknologi informasi untuk
dilakukan pencetakan.
Dalam hal terdapat ketidaksesuaian dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Saksi/Pengawas LN dapat mengajukan keberatan
terhadap prosedur dan/atau selisih penghitungan perolehan suara kepada
KPPSLN/PPLN. KPPSLN/PPLN wajib menjelaskan prosedur dan/atau
mencocokkan selisih perolehan suara dalam formulir Model C1 LN-PPWP
berhologram, Model C1 LN-DPR berhologram. Apabila keberatan yang diajukan
Saksi/Pengawas LN dapat diterima, KPPSLN/PPLN seketika melakukan
pembetulan. Pembetulan dilakukan dengan cara mencoret angka yang salah dan
menuliskan angka yang benar. Ketua KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN dan Saksi yang
hadir membubuhkan paraf pada angka hasil pembetulan.
Kasus lain apabila saksi masih keberatan terhadap hasil pembetulan,
KPPSLN/PPLN meminta pendapat dan/atau rekomendasi Pengawas LN yang
hadir dan wajib menindaklanjuti rekomendasi Pengawas LN. KPPS/PPLN wajib

152 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
mencatat keberatan Saksi yang diterima sebagai kejadian khusus dan mencatat
seluruh kejadian khusus selama pelaksanaan Penghitungan Suara di
TPSLN/KSK/PPLN pada formulir Model C2 LN2-KPU dan ditandatangani oleh
Ketua KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN. Keberatan Saksi yang belum atau tidak dapat
diterima, dicatat pada formulir Model C2 LN2-KPU sebagai keberatan Saksi dan
ditandatangani oleh Saksi serta Ketua KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN.
Dalam hal tidak terdapat keberatan Saksi atau kejadian khusus dalam
pelaksanaan Penghitungan Suara di TPSLN, KPPSLN wajib mencatat dengan
kalimat NIHIL pada formulir Model C2 LN2-KPU dan ditandatangani oleh Ketua
KPPSLN TPSLN/KSK/PPLN. Keberatan yang diajukan oleh Peserta
Pemilu/Saksi/Pengawas TPSLN/Pemantau Pemilu/ masyarakat/Pemilih melalui
Saksi/Pengawas LN terhadap pelaksanaan Penghitungan Suara di
TPSLN/KSK/PPLN, tidak menghalangi pelaksanaan rapat Penghitungan Suara di
TPSLN/KSK/PPLN.
Kasus lain perihal penghitungan suara di TPSLN wajib diulang apabila dari
hasil penelitian dan pemeriksaan Pengawas TPSLN terbukti terdapat keadaan
sebagai berikut:
1) Kerusuhan yang mengakibatkan Penghitungan Suara tidak dapat
dilanjutkan;
2) Penghitungan Suara dilakukan secara tertutup;
3) Penghitungan Suara dilakukan di tempat yang kurang pencahayaan;
4) Penghitungan Suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;
5) Penghitungan Suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas;
6) Saksi Panwaslu LN dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan dengan
jelas;
7) Penghitungan suara dilakukan di tempat lain selain tempat dan waktu yang
telah ditentukan;
8) Ketidaksesuaian jumlah hasil penghitungan surat suara yang sah dan surat
suara yang tidak sah dengan jumlah Pemilih yang menggunakan hak pilih.
Mekanisme penghitungan suara ulang maka saksi atau Panwaslu dapat
mengusulkan penghitungan ulang surat suara di TPSLN/KSK/PPLN yang
bersangkutan. Penghitungan ulang surat suara di TPSLN/KSK/PPLN harus
dilaksanakan dan selesai pada hari yang sama dengan hari Pemungutan Suara.

D. Gambaran Pemungutan dan Penghitungan Suara di Beberapa Negara


Setelah membahas mekanisme pemungutan dan penghitungan suara yang
diimplementasikan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
bagian ini akan membahas catatan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan

Menata Kelola Demokrasi 153


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
suara di sejumlah negara yang bersumber dari laporan akhir penyelenggaraan
Pemilu oleh masing-masing PPLN. Pembahasan tersebut bertujuan untuk
memberikan gambaran kontekstual pelaksanaan pemungutan suara di luar
negeri.
1) Abu Dhabi
Acara pemungutan suara Pemilihan Umum Tahun 2019 bagi warga negara
Indonesia yang berada di Abu Dhabi berjalan dengan lancar dan diselenggarakan
dengan menggunakan tiga metode antara lain adalah Pemungutan Suara lewat
Pos, Pemungutan Suara melalui Kotak Suara Keliling (KSK), dan Pemungutan
Suara di TPSLN. Daftar pemilih yang digunakan untuk pelaksanaan adalah daftar
pemilih DPTLN ditambahkan Daftar Pemilih Khusus (DPK) dan DPTbLN yang
terupdate dan mendaftar sesuai dengan arahan KPU dan Bawaslu.
a) Pemungutan Suara melalui Pos
Kegiatan pengiriman surat suara kepada para Pemilih dengan metode
pemungutan suara lewat Pos di Abu Dhabi dilaksanakan oleh satu KPPSLN Pos
yang terdiri dari tiga orang anggota KPPSLN, diawasi oleh PPLN Abu Dhabi,
Panwaslu Abu Dhabi, dan para saksi. Kegiatan pengiriman surat suara tersebut
dimulai tiga puluh hari sebelum tanggal pemungutan suara di TPSLN atau pada
hari Rabu, tanggal 13 Maret 2019.
Surat suara yang telah dicoblos oleh pemilih dikembalikan kepada
sekretariat PPLN Abu Dhabi yang beralamat di Kantor Kedutaan Besar Republik
Indonesia, P.O. BOX 7256 Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Pemungutan Suara lewat
Pos juga dilakukan dengan hand-carry atau diambil dan dikembalikan secara
langsung oleh Pemilih. Batas akhir dari penerimaan kembali surat suara tersebut
yaitu pada tanggal penghitungan surat suara Pemilihan Umum Tahun 2019,
baik di Abu Dhabi maupun di Indonesia yang jatuh pada hari Rabu, tanggal 17
April 2019.
Berdasarkan keterangan DPTLN, DPTbLN, dan DPKLN pemungutan suara
lewat Pos yang meliputi empat wilayah akreditasi PPLN Abu Dhabi, diketahui
bahwa jumlah total Pemilih dengan pemungutan surat suara lewat Pos sebanyak
927 orang Pemilih yang meliputi 180 pemilih LLaki-laki dan 747 pemilih
perempuan. Sedangkan jumlah keseluruhan surat suara yang telah kembali
(digunakan) adalah sejumlah 182 surat suara untuk Pemilu anggota DPR Dapil II
DKI Jakarta dan 184 surat suara untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
b) Pemungutan Suara melalui Kotak Suara Keliling (KSK)
Pemungutan suara lewat Kotak Suara Keliling (KSK) dilaksanakan oleh tiga
KPPSLN KSK yang terdiri dari masing-masing tiga orang anggota KPPSLN,
diawasi oleh PPLN Abu Dhabi, Panwaslu Abu Dhabi, dan para Saksi. Kegiatan
tersebut dilaksanakan selama lima hari dimulai dari hari Senin, tanggal 8 April

154 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
2019 hingga tanggal pemungutan suara di TPSLN Abu Dhabi yaitu pada hari
Jum’at, tanggal 12 April 2019. Pembagian wilayah akreditasi PPLN Abu Dhabi
kepada KPPSLN KSK adalah sebagai berikut:
● KPPSLN KSK-1
KSK-1 diperuntukkan untuk wilayah akreditasi Ruwais yang diikuti oleh 277
pemilih yang meliputi 187 pemilih laki-laki dan 90 pemilih perempuan. Dari
total 277 pemilih tersebut, 268 pemilih terdaftar di DPTLN, dan 9 pemilih
terdaftar di DPKLN.
● KPPSLN KSK-2
KSK-2 juga diperuntukkan untuk wilayah akreditasi Ruwais tetapi di luar
wilayah KPPSLN KSK-1 dengan jumlah pemilih sebanyak 289 pemilih yang
terdiri dari 181 pemilih laki-laki dan 108 pemilih perempuan, dimana 269
pemilih terdaftar di DPTLN, 3 pemilih terdaftar di DPTbLN, dan 17 pemilih
DPKLN.
● KPPSLN KSK-3
KSK-3 i meliputi tiga wilayah akreditasi yaitu:
i. Wilayah akreditasi Ruwais di luar wilayah KPPSLN KSK-1 dan KPPSLN
KSK-2;
ii. Wilayah akreditasi Madinat Zayed Wilayah akreditasi Al Ain
Total pemilih yang mendaftar untuk menggunakan metode pemilihan KSK-3
sebanyak 314 pemilih yang terdiri dari 189 pemilih laki-laki dan 125 pemilih
perempuan. Dari total 314 pemilih yang terdaftar di KSK-3 terdapat 275 pemilih
yang terdaftar di DPTLN dan 39 pemilih yang terdaftar di DPKLN.
c) Pemungutan Suara di TPSLN
Acara Pemungutan Suara di TPSLN dilaksanakan di delapan (8) TPSLN,
dimana untuk masing-masing TPSLN terdapat lima (5) orang KPPSLN, dibantu
oleh volunteer dan diawasi oleh PPLN Abu Dhabi, Panwaslu Abu Dhabi dan juga
saksi. Acara tersebut diselenggarakan pada hari Jum’at, tanggal 12 April 2019 dan
bertempat di Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia. Pemungutan Suara di
TPSLN berlangsung lancar dan tertib selama sepuluh jam dimulai pada pukul
08.00 hingga pukul 17.00 waktu setempat. Berikut adalah rincian daftar pemilih
yang terdaftar untuk masing-masing TPSLN baik yang terdaftar di DPTLN,
DPTbLN dan DPKLN seperti yang tertuang di dalam form DA1.

Menata Kelola Demokrasi 155


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Tabel 12. Daftar Pemilih TPSLN Abu Dhabi

Jumlah Jumlah Jumlah Total


TPSLN
DPTbLN DPTbLN DPKLN Pemilih
TPSLN-1 336 12 115 463
TPSLN-2 338 - 122 460
TPSLN-3 331 - 116 447
TPSLN-4 332 6 111 449
TPSLN-5 332 - 107 439
TPSLN-6 332 - 55 387
TPSLN-7 333 - 94 427
TPSLN-8 333 - 65 398

2) PPLN Amman
PPLN Amman melaksanakan Pemungutan suara Legislatif dan Presiden dan
Wakil Presiden dengan metode TPSLN yang dibagi menjadi 2 TPSLN.
Pemungutan suara dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12 April 2019. Kedua
TPSLN tersebut berlokasi di halaman Wisma Duta KBRI Amman.TPSLN 1 berada
di sebelah sisi kiri dan TPSLN 2 berada di sebelah sisi kanan sesuai dengan surat
keputusan PPLN Amman nomor 04/Amman-Kpt/III/2019 tentang Penetapan
Tempat dan Waktu Penyelenggaraan Pemungutan di TPSLN dan KSK.
Pemungutan suara pada masing-masing TPSLN dimulai pukul 7.30 dengan
Pengambilan sumpah Anggota KPPSLN dan pengecekan surat suara. Kegiatan
pemungutan suara di TPS dihentikan pada pukul 13.00-14.00 waktu setempat
untuk beribadah Jum’at. Pemungutan suara resmi ditutup pada pukul 19.00
waktu setempat, setelah terlambat satu jam untuk mengganti waktu istirahat
shalat Jum’at.
Proses pemungutan suara berjalan dengan lancar dan tertib Para WNI
menggunakan moment acara ini untuk saling bersilaturahmi karena Hari Jumat
merupakan hari libur di Yordania. Hal tersebut memberikan kesempatan lebih
maksimal kepada WNI untuk dapat hadir pada acara pencoblosan. Pencoblosan
surat suara dilakukan sesuai arahan KPU, dimana bagi calon pemilih yang masuk
pada kategori Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb)
dimulai pukul 08.00 waktu setempat Sedangkan bagi calon pemilih kategori
Daftar Pemilih Khusus (DPK) dilakukan 1 jam sebelum berakhir masa
pencoblosan. Dalam proses pencoblosan kategori DPKLN ini ditemukan
beberapa masalah, antara lain:
a) Waktu 1 jam yang alokasikan untuk mencoblos terlalu singkat sehingga
menyulitkan bagi KPPSLN untuk mengatur pencoblosan tersebut karena

156 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
jumlah calon pemilih cukup banyak;
b) Calon pemilih sebagai PLRT dan Pegawai Swasta yang datang lebih awal
harus menunggu terlalu lama, akhirnya tidak bisa memberikan suaranya
karena dijemput oleh majikan dan harus masuk kerja sebelum waktu
pencoblosan dan atau mereka pergi tidak kembali lagi.
3) Berlin
Pemungutan suara di Jerman disepakati oleh tiga PPLN untuk dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 13 April 2019. Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 hingga
18.00 waktu Eropa Tengah. Lokasi pemungutan suara di Berlin yaitu di Gedung
Aula Jugendgäste Stadtmission Berlin, Lehrter Str 68, 10557 Berlin.
Pertimbangan lokasi berada di luar kantor perwakilan antara lain jumlah pemilih
yang tidak memungkinkan ditampung di aula KBRI seperti pada Pemilu tahun
2014 lalu. Selain itu adanya konsentrasi manusia dalam jumlah besar pada saat
bersamaan dikhawatirkan mengganggu lingkungan sekitar KBRI yang
merupakan kawasan permukiman dan hotel.
Gambar 23. Gedung Lokasi TPS 1-2-3 PPLN Berlin

Sumber: PPLN Berlin

Berdasarkan jumlah DPT TPS hingga h-30 pelaksanaan pemungutan suara,


tercatat sebanyak 1.345 pemilih yang datang ke TPS 1, 2 dan 3. Pembagian
distribusi pemilih per TPS dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan KPPSLN
dengan mempertimbangkan waktu yang diperlukan per pemilih saat simulasi
pemungutan suara. Hasilnya adalah setiap TPS memiliki rata-rata 400 pemilih
DPT serta ditambah 100 pemilih khusus (DPK) dan (DPTb)

Menata Kelola Demokrasi 157


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 24. Undangan Pemungutan Suara di Berlin

Sumber: PPLN Berlin

Proses pemungutan suara berlangsung sangat kondusif tanpa ada gangguan


ketertiban baik dari internal panitia maupun dari pemilih. Tenaga keamanan
bertugas mengarahkan pemilih seusai TPS yang telah ditentukan pada Form C6
yang memuat jam pencoblosan serta nomor TPS. Form C6 dicetak dengan tiga
warna yang berbeda sesuai dengan warna tiap TPS dengan tujuan agar tidak sulit
dikenali dan mempermudah pengaturan pada hari pemungutan suara. Form C6
sebagai undangan pemberitahuan sendiri telah dikirim melalui pos sejak dua
minggu sebelum tanggal pencoblosan sehingga hampir tidak ditemukan
penumpukan dan antrian panjang di setiap TPS. Hal ini tidak hanya karena sistem
pembagian waktu yang teratur akan tetapi peran serta pemilih yang disiplin
mengikuti panduan dari PPLN Berlin.
Pemungutan suara Pemilu 2019 di Berlin juga menggunakan metode Pos.
Pemungutan suara dengan metode pos dilakukan sebulan lebih cepat daripada
TPS sehingga memerlukan persiapan lebih dahulu, terutama terkait
penyimpanan dan pengamanan surat suara kembali, pengiriman surat suara, dan
sistem kontrol status pengiriman. Sejak awal seleksi KPPSLN, PPLN Berlin
sepakat untuk memilih anggota yang dapat mengoperasikan kendaraan dan
mengerti mekanisme pengelolaan logistik dan teknis pengiriman kurir untuk
mencegah adanya kendala pengiriman dan pengamanan surat suara yang telah
dicoblos dan dikirim ke PPLN Berlin.

158 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Penyimpanan surat suara yang telah kembali dilakukan dengan menyewa
gudang Pemilu bertempat di Shurgard Storage, sebuah jasa pergudangan
profesional yang memiliki tingkat keamanan tinggi berikut asuransi atas barang
yang disimpan.
Berdasarkan jumlah DPT pemilih Pos, sebanyak 830 surat telah dikirimkan
kepada pemilih melalui jasa kurir Deutsche Post sebuah perusahaan pos milik
Pemerintah Jerman. Adapun surat suara yang kembali karena alamat tidak jelas
mencapai 150 sampul. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan PPLN Berlin
bersama KPPSLN terhadap surat yang kembali beberapa faktor penyebabnya
antara lain:
a) Adanya penulisan keliru alamat dan nomor rumah;
b) Pemilih saat mendaftar tidak memberikan nama sesuai dengan yang tertera
pada kotak surat;
c) Pemilih tidak lagi berdomisili di alamat yang sama.
Hingga akhir pengiriman dan penerimaan surat suara kembali pada tanggal
17 April 2019 pukul 08.00 Waktu Eropa Tengah telah berhasil diterima sebanyak
810 sampul naik dari pemilih kepada PPLN Berlin dengan kondisi tanpa ada
kerusakan maupun surat suara hilang. Surat suara yang telah terkumpul
selanjutnya diproses pada tahap penghitungan suara.
Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 3 Tahun 2019
tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara bahwa proses penghitungan suara
di luar negeri dapat dilakukan setelah proses pemungutan suara di Indonesia
telah selesai diselenggarakan. Proses penghitungan suara Pemilu 2019 dilakukan
di Aula KBRI Berlin yang beralamat di Lehrter Strasse 16-17, 10557 Berlin pada
tanggal 17 April 2019. Penghitungan suara di Berlin dimulai pada pukul 08.00
dan berakhir pada pukul 23.00. Proses penghitungan suara TPS 1, 2, 3 dan Pos
dilakukan secara serentak.
PPLN dan KBRI Berlin memfasilitasi warga Indonesia yang hendak
menyaksikan proses penghitungan suara namun tidak dapat datang langsung ke
KBRI Berlin dengan menyiarkan secara langsung proses penghitungan di laman
Facebook PPLN Berlin. Penghitungan diawali dengan surat suara Pemilu
Presiden/Wakil Presiden kemudian diikuti dengan penghitungan surat suara
Pemilu DPR. Masing-masing TPS selesai menghitung dalam waktu yang hampir
bersamaan.Adapun penghitungan suara Pos membutuhkan waktu yang lebih
lama karena penerimaan amplop surat suara dicoblos masih dilakukan sampai
pukul 08.00.Sebelum dilakukan penghitungan suara Pos terlebih dahulu
dilakukan pengisian Form C pemungutan untuk memastikan berapa jumlah surat
suara PPWP dan DPR yang diterima oleh PPLN serta berapa yang tidak dikirim
kembali oleh pemilih.Secara garis, besar penghitungan suara di Berlin berjalan
aman, lancar, disertai adanya beberapa perdebatan hangat namun tanpa ada

Menata Kelola Demokrasi 159


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
halangan yang berarti.
4) Colombo
Pemungutan suara di Colombo menggunakan metode pemungutan suara Pos
dan pemungutan suara di TPSLN.Persiapan pemungutan suara melalui Pos
dilakukan sejak tanggal 1 Maret 2019 dimulai dengan proses penghitungan surat
suara yang akan dikirimkan melalui Pos beserta perangko dan amplopnya.
Seluruh proses pemeriksaan surat suara, pengisian data pemilih serta
penandatanganan surat suara oleh ketua KPPSLN dilakukan di sekretariat PPLN
dengan diawasi oleh kamera CCTV. Proses pemungutan suara melalui Pos
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2019. Seluruh rangkaian proses
pemungutan suara dilakukan dengan diawali oleh pengangkatan sumpah
anggota KPPSLN Pos oleh ketua KPPSLN Pos lalu membawa seluruh amplop surat
suara ke kantor Pos Colombo untuk dikirimkan ke alamat pemilih. Seluruh proses
Pemungutan Suara melalui Pos ini direkam dan didokumentasikan sesuai arahan
dari KPU pusat.
Kebutuhan dana untuk pembelian perangko Maladewa yang begitu mahal
yang melebihi harga satuan yang tercantum dalam RAB akhirnya dapat ditutupi
oleh kelebihan dana pembelian perangko Sri Lanka yang relatif lebih rendah
dibanding harga satuan pada RAB sehingga dilakukan subsidi silang. Dalam hal
ini PPLN menggunakan perangko biasa dimana pengiriman dari Maladewa ke
Colombo akan membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 14 hari kerja.
Sementara itu,pemungutan suara di TPS dilaksanakan di Gedung Riptaloka
KBRI Colombo yang beralamat di no.400/50, Sarana Road, Colombo-7 yang juga
diliput oleh media TV dan media surat kabar Sri Lanka. Pemilih yang terdaftar
dalam DPT TPS sejumlah 131 pemilih dan jumlah yang hadir melaksanakan hak
pilihnya sejumlah 117 pemilih. Kegiatan pemungutan suara melalui TPS ini juga
digunakan sebagai ajang silaturahmi masyarakat Indonesia yang berada di Sri
Lanka dimana setelah melaksanakan hak pilihnya para pemilih dapat menikmati
hidangan khas Indonesia yang disediakan oleh masyarakat Indonesia di Colombo.
Banyak masyarakat Indonesia yang datang dengan membawa keluarganya untuk
dapat menikmati suasana silaturahmi.
5) Den Haag
Pelaksanaan Pemungutan Suara Pemilu 2019 di Den Haag, dilakukan dengan
dua metode yaitu melalui pemungutan suara langsung di TPS dan pemungutan
suara melalui Pos. Pelaksanaan Pemilu 2019 Den Haag melalui Pos berjumlah
2.044 pemilih dilakukan bekerja sama dengan Post NL dalam pengiriman surat
suara. Jumlah ini belum termasuk pemilih yang mengubah cara memilih dari TPS
menjadi Pos. Pengiriman surat suara akan dilakukan secara biasa (tidak tercatat)
melalui Post NL yang kemudian akan dikirim oleh pemilih ke PPLN melalui PO
BOX PPLN di Post NL.

160 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Sebelum pengiriman surat suara,KPPSLN Pos dibantu oleh PPLN
memastikan dan memverifikasi alamat pemilih melalui e-mail dan/atau telepon
agar surat suara sampai kepada pemilih secara tepat. Verifikasi alamat pemilih
dilakukan selama 10 hari sebelum surat suara dikirim. KPPSLN dan PPLN secara
paralel menyiapkan dokumen berupa surat, amplop pengiriman dan surat suara
yang akan dikirim kepada pemilih.
Pengiriman surat suara akan dilakukan 14 (empat belas hari) hari sebelum
pelaksanaan Pemilu 2019 di Den Haag pada 13 April 2019. Pengiriman ini akan
dilakukan secara tercatat kepada para pemilih. Diharapkan Pemilih akan
mengirim kembali surat suara sampai dengan hari penghitungan suara pada
tanggal 17 April 2019 melalui PO BOX PPLN Den Haag di Post NL.Pada tanggal 15
April 2019 dan 17 April 2019 (pagi) KPPSLN, PPLN, Panwaslu, dan saksi akan
mengambil, menghitung dan memverifikasi surat suara yang berada di PO BOX
Post NL untuk disimpan secara aman di KBRI Den Haag yang kemudian akan
dihitung pada tanggal 17 April 2019 (pada malam hari).
Dalam pemungutan suara pada Pemilu 2019 terdapat kendala terkait dengan
Post NL mengenai pengembalian surat suara dari pemilih ke PO Box PPLN.
Beberapa pemilih mengalami kendala terkait dengan pengembalian yaitu surat
suara kembali kepada pemilih. PPLN tidak mempunyai kontrol terkait hal ini
karena pengiriman ini ada pada sistem Post NL. Pelaksanaan Pemilu 2019
melalui cara TPS dilaksanakan pada tanggal 13 April 2019 di Sekolah Indonesia
Den Haag, Rijksstraatweg 679, 2245 CB, Wassenaar.
Berdasarkan DPT pemilih yang menggunakan cara pilih TPS adalah sejumlah
9700 pemilih. Jumlah pemilih ini belum termasuk yang mengubah cara pilih dari
Pos menjadi TPS, DPK, DPTb dan pemilih yang akan datang langsung pada saat
pemilihan. KPPSLN dibantu oleh PPLN mempersiapkan perlengkapan
penyelenggaraan dan dukungan perlengkapan Pemilu 2019 sesuai dengan PKPU
No. 15 Tahun 2019 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan
Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum. TPS yang
dipersiapkan berjumlah 5 (lima) TPS, hal ini untuk mengantisipasi jumlah
pemilih yang meningkat dari Pemilu sebelumnya dan berdasarkan assesment
terkait dengan jumlah pemilih. Persiapan pengiriman dokumen berupa
undangan untuk memilih di TPS dalam bentuk Formulir Model C6 (sesuai dengan
PKPU) yang dimodifikasi dengan tambahan barcode dipersiapkan oleh KPPSLN
dibantu oleh PPLN. Dalam masa persiapan ini juga dilakukan verifikasi alamat
email oleh KPPSLN dibantu oleh PPLN. Pengiriman undangan memilih di TPS
Formulir Model C6, dikirim kepada pemilih melalui e-mail dan/atau mengunduh
dari website pplndenhaag.org dilakukan pada 25 Maret – 5 April 2019. Pemilih
harus mencetak Formulir Model C6 secara mandiri. Formulir Model C6 harus
dibawa oleh pemilih pada saat datang ke TPS.
Pada saat pelaksanaan pemungutan suara, penyelenggara mempersiapkan

Menata Kelola Demokrasi 161


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
bus untuk membawa para calon pemilih dari Stasiun Den Haag Centraal ke SIDH
Wassenaar. Fasilitasi tersebut bertujuan untuk mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi karena tempat parkir kendaraan yang terbatas. Kondisi pada
saat pelaksanaan cerah namun suhu di Belanda yang cepat berubah juga
memberikan tantangan terkait dengan pelaksanaan Pemilu. Suhu udara berubah
menjadi sangat dingin hampir minus dengan disertai hujan salju ringan yang juga
membuat kondisi sangat dingin. Ini mempengaruhi kondisi antrian pemilih yang
tidak sabar dan kedinginan. Meskipun demikian, pemilihan dapat terus berjalan
walaupun terdapat tantangan pada saat pelaksanaan. Berkat koordinasi yang
baik dengan KBRI Den Haag dan dukungan penuh dari Duta Besar RI untuk
Kerajaan Belanda, Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja, pelaksanaan Pemilu 2019
di Den Haag dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan Pemilu 2019 Den Haag
dilaksanakan sampai dengan pemilih terakhir pada jam 21.30 malam.
Setelah menyelesaikan tahapan pemungutan suara,KPPSLN, PPLN,
Panwaslu, dan saksi melakukan penghitungan surat suara Pemilu 2019 dengan
dihadiri oleh Perwakilan KBRI, Perwakilan Partai Politik, Pendukung Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden, dan WNI yang berada di Belanda.
Pelaksanaan perhitungan suara dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019,
bersamaan dengan pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Pelaksanaan dimulai pada
jam 09.00 baru selesai pada tanggal 18 April 2019, pukul 08.00 waktu setempat.
Pelaksanaan penghitungan suara dilakukan secara paralel, dimulai dengan surat
suara TPS 1 sampai dengan 5. Setelah penghitungan suara lima TPS selesai
dilanjutkan dengan surat suara melalui Pos secara paralel Pos 1 dan Pos 2.
6) Dili
Berdasarkan data pada Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN) yang telah
ditetapkan Pemungutan oleh PPLN Dili, terdapat ada 2 (dua) metode yang
digunakan untuk Pemungutan Suara untuk Pemilu Tahun 2019, yaitu: Tempat
Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) di Dili dan Kotak Suara Keliling Luar
Negeri (KSK) untuk distrik-distrik.PPLN Dili menetapkan 7 (tujuh) TPSLN dan 10
(sepuluh) Kotak Suara Keliling (KSK). Pemungutan Suara untuk 10 (sepuluh) KSK
dilaksanakan pada tanggal 8-11 April 2019. PPLN dan Sekretariat PPLN membagi
tugas menjadi 4 Tim untuk 10 KSK yang terdiri dari 12 (dua belas) distrik. Tugas
PPLN yaitu menyiapkan dan menyerahkan logistik kebutuhan Pemilu untuk
KSKLN dan melaksanakan pendampingan proses pelaksanaan Pemungutan
Suara KSK.

162 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 25. Suara Metode Kotak Suara Keliling (KSK) di Dili

Sumber: PPLN Dili

KPPSLN KSK sebelumnya telah menetapkan tempat/titik pelaksanaan


pemungutan suara yang mudah diakses oleh WNI terutama yang tinggal di
pelosok-pelosok distrik. Tempat yang telah disepakati tersebut yang menjadi
tempat pemungutan suara bagi pemilih di setiap distrik. Surat Pemberitahuan
Pemilih atau Form C6 LN di setiap KSK disampaikan 15 (lima belas) hari sebelum
pelaksanaan pemungutan suara KSK.
Setelah Pemungutan Suara KSK, KPPSLN KSK menyerahkan berkas dan kotak
suara yang sudah disegel kepada PPLN dengan disaksikan oleh WNI/pemilih.
Pengamanan pelaksanaan Pemungutan Suara KSK dibantu oleh pihak Kepolisian
Timor-Leste di masing-masing distrik di Timor-Leste. Pada umumnya
pemungutan suara di setiap distrik berjalan lancar, aman dan tertib. Antusias
WNI di Distrik saat pemungutan suara juga terbilang tinggi, karena pemungutan
suara tersebut juga menjadi ajang pertemuan dan silaturahmi bagi para WNI.

Menata Kelola Demokrasi 163


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 26. Pemungutan Suara di TPSLN Dili

Sumber:PPLN Dili

Pemungutan Suara di TPSLN Perwakilan RI di Dili, Timor-Leste dilaksanakan


pada hari Sabtu, 13 April 2019. Jumlah pemilih yang terdata oleh PPLN Dili untuk
metode TPSLN adalah sebanyak 3.410 orang, dan terbagi menjadi 7 TPS. Jumlah
pemilih per TPS sebanyak 500 orang kecuali TPS 7 yaitu 410 orang. Tujuh (7) TPS
tersebut seluruhnya berada di dalam area Kantor Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Dili, Timor-Leste. Pada umumnya pelaksanaan pemungutan suara di
TPS berjalan dengan baik, lancar dan tertib, walaupun sempat terjadi
penumpukan pemilih, terutama menjelang pemilih yang terdaftar dalam Daftar
Pemilih Khusus Luar Negeri (DPKLN), yang akan menggunakan hak pilihnya
mulai dari jam 17.00, yaitu satu jam sebelum pemungutan suara untuk DPTLN
berakhir pada pukul 18.00, sesuai instruksi dan ketentuan KPU RI bahwa pemilih
yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Khusus (DPKLN) dapat menggunakan hak
pilihnya setelah jam 17.00.
Pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Khusus sangat besar, mencapai
40 % dari total pemilih yang datang, hal ini yang mengakibatkan penumpukan di
setiap TPSLN, namun dapat dilayani seluruhnya di setiap TPSLN. Polisi Nasional
Timor-Leste (PNTL) mengamankan area diluar Kantor Kedutaan Besar Republik
Indonesia, mengatur jalur lalu lintas, dan membantu ketertiban pemilih yang
memasuki area KBRI Dili. Sebanyak 27 orang personil Polisi Timor-Leste
bertugas untuk membantu pengamanan pada saat pemungutan suara. Selain itu,
KBRI Dili juga menerima tiga (3) anggota Polri dalam Operasi Mantap Brata
dalam rangka melakukan pengamanan dan penjagaan seluruh rangkaian Pemilu.

164 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 27. Antrian WNI yang Akan Masuk ke Area KBRI Dili

Sumber: PPLN Dili

Seluruh pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPTLN),


maupun yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Khusus Luar Negeri (DPKLN) dapat
dilayani dengan baik, dan pemungutan suara berakhir jam 22.00 waktu setempat.
Penumpukan WNI yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Khusus Luar Negeri
(DPKLN) terjadi antara pukul 16.00 s/d 18.30, saat mengantri memasuki area
KBRI Dili sebelum menuju ke masing-masing TPS, sesuai Nomor DPKLN dan
TPSLN yang dituju, namun penumpukan massa tersebut berlangsung dengan
tertib, tanpa kendala. Penumpukan massa dapat terurai setelah jam 18.30.
Beberapa media lokal Timor-Leste melakukan liputan pada saat pemungutan
suara berlangsung dari pagi hari bahkan beberapa media lokal melakukan
liputan sampai berakhirnya pemungutan suara. Media dari dalam negeri
(Indonesia) juga turut meliput dengan informasi yang diberikan oleh pihak KBRI
Dili seputar Pemilu Luar Negeri 2019 di Timor-Leste.
7) Helsinki
Pemungutan suara di Helsinki dilakukan dengan menggunakan metode
pemungutan suara pada TPSLN dan Pos. DPTLN di Helsinki berjumlah sebanyak
596 orang, maka sesuai dengan Pasal 103 PKPU Tungsura, PPLN Helsinki
menyelenggarakan 1 (satu) TPSLN yang bertempat di KBRI Helsinki dan
membentuk 1 (satu) KPPSLN . Waktu dan tempat pelaksanaan pemungutan suara
di TPSLN ditetapkan berdasarkan Keputusan PPLN Helsinki Nomor
034/PPLN/HEL/IV/2019 tanggal 1 April 2019 tentang Tempat dan Waktu
Pemungutan Suara dengan Menggunakan Metode Pemungutan Suara Luar
Negeri pada Perwakilan Republik Indonesia di Helsinki untuk Pemilihan Umum

Menata Kelola Demokrasi 165


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Tahun 2019. Keputusan ini menjadi dasar diterbitkannya Keputusan KPU RI
Nomor 644/PP.05.2-Kpt/01/KPU/III/2019 tentang Perubahan atas Peraturan
KPU RI Nomor 467/PP.05.2-Kpt/01/KPU/II/2019 tentang Penetapan Hari dan
Tanggal Pemungutan Suara Luar Negeri pada Perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri untuk Pemilihan Umum Tahun 2019. Dalam keputusan-keputusan
tersebut, waktu dan TPSLN 001 Helsinki ditetapkan untuk dilaksanakan pada
Sabtu, 13 April 2019, pukul 08.00-18.00 EEST, bertempat di kantor KBRI
Helsinki, Kuusisaarentie 3, 00340 Helsinki, Finlandia.

Kantor KBRI Helsinki juga digunakan


sebagai tempat untuk melaksanakan
penghitungan suara, tepatnya pada
tanggal 17 April 2019 pukul 14.00
EEST – selesai. Pada tanggal 18 April
2019 mulai pukul 15.00 EEST – selesai,
di kantor yang sama, telah
dilaksanakan pula rekapitulasi
penghitungan perolehan suara.
Seluruh kegiatan pemungutan,
penghitungan, dan rekapitulasi
penghitungan perolehan suara
dilaksanakan secara terbuka dan
diumumkan di media sosial serta
poster.
Perlu disampaikan pula bahwa
Gambar 28. bersamaan dengan pelaksanaan
Pemberian Suara oleh Ibu Duta pemungutan suara, organisasi
Besar RI untuk Republik Finlandia kemasyarakatan Indonesia, khususnya
Merangkap Republik Estonia Diaspora Indonesia Finlandia Estonia
Sumber: PPLN Helsinki (DIFE) juga berinisiatif untuk
menyelenggarakan bazar, agar WNI
yang hadir untuk menggunakan hak
pilihnya di TPSLN 001 Helsinki dapat sekaligus bersilaturahmi dan menikmati
kuliner Indonesia.Dalam setiap kegiatan, PPLN Helsinki selalu mengingatkan
agar para hadirin yang datang ke KBRI Helsinki tidak menggunakan atribut
dukungan pasangan calon atau partai politik tertentu, apalagi untuk
mengekspresikan dukungan verbal dan visual yang didokumentasikan.
Sementara itu, kegiatan pemungutan suara via pos diselenggarakan oleh
PPLN Helsinki dalam rangka menjangkau pemilih yang tidak dapat atau
diperkirakan tidak dapat menggunakan hak pilihnya di TPSLN 001 Helsinki.
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, jumlah pemilih yang demikian ini
mencapai lebih dari separuh jumlah pemilih yang tercatat pada DPTLN Helsinki.

166 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Oleh karena itu, KPPSLN Pos perlu memastikan bahwa pemungutan suara via pos
dapat berjalan dengan baik. Pemungutan suara via pos dimulai dengan
penyerahan logistik pemilihan umum dari Ketua PPLN ke Ketua KPPSLN Pos.
Penyerahan tersebut telah dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tahapan
logistik yang diterima oleh PPLN Helsinki dari KPU RI. Logistik pertama diterima
oleh Ketua KPPSLN Pos pada tanggal 8 Maret 2019 dan dituangkan dalam Berita
Acara Nomor 017/PPLN/HEL/III/2019. Logistik yang diterima pada tahap ini
mencakup surat suara untuk PPWP dan Pemilihan Anggota DPR, sebanyak 385
surat suara, ditambah 2% (delapan surat suara).
Logistik kedua diterima oleh Ketua KPPSLN Pos pada tanggal 20 Maret 2019
dan dituangkan dalam Berita Acara Nomor 027/PPLN/HEL/III/2019. Logistik
yang diterima pada tahap ini mencakup sampul-sampul, formulir-formulir, dan
segel. Terakhir, logistik ketiga diterima Ketua KPPSLN Pos pada tanggal 25 Maret
2019 dan dituangkan dalam Berita Acara Nomor 033/PPLN/HEL/III/201,
berupa formulir dan segel yang kurang diterima dari KPU RI.
Seluruh logistik yang diserahterimakan dari Ketua PPLN Helsinki ke KPPSLN
Pos, khususnya surat suara, diperiksa untuk memastikan bahwa kondisinya baik
untuk digunakan saat pemilihan Penyerahan logistik pemilihan umum dalam
kotak suara yang bersegel merupakan bagian dari Rapat Pemungutan Suara
untuk pemungutan suara via pos, sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada
Pasal 173 PKPU Tungsura. Namun demikian, Berita Acara Pemungutan Suara via
Pos baru dapat dilengkapi setelah waktu penerimaan surat suara dari pemilih
berakhir pada tanggal 17 April 2019, pukul 13.00 EEST. Hal ini disebabkan
karena di dalam Formulir Model C KPU LN1 Pemungutan terdapat data pengguna
hak pilih, yang hanya dapat disalin dari Formulir Model C7.DPTLN-KPU. Formulir
ini baru dapat diselesaikan pada hari penghitungan suara.

Gambar 29. Proses Pengemasan Surat Suara dalam Sampul

Sumber: PPLN Helsinki

Menata Kelola Demokrasi 167


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Setelah penyerahan logistik pemilihan umum, Ketua dan Anggota KPPSLN
Pos mulai melaksanakan tahapan-tahapan pemberian suara melalui pos
sebagaimana diatur pada Pasal 175 – 176 PKPU Tungsura. Tahapan ini mencakup
kegiatan pengisian informasi dan penandatanganan surat suara; pengemasan
surat suara ke dalam sampul sesuai dengan mekanisme penyampulan 1, 2 dan 3;
pemberian penjelasan tentang tata cara pemberian suara pada surat suara, sesuai
dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 176 PKPU Tungsura; dan pengiriman
surat suara yang sudah tersusun dalam sampul kepada pemilih, yang telah
dilakukan oleh KPPSLN Pos Helsinki di Kantor Posti Postitalo, Elielinaukio 2,
00100 Helsinki pada tanggal 13 Maret 2019 dan dituangkan dalam Berita Acara
Nomor 022/PPLN/HEL/ III/2019.
8) Istanbul
Pemungutan suara di Istanbul menggunakan metode pemungutan suara
melalui Pos, KSK, dan TPSLN. Secara umum, penyelenggaraan acara pemungutan
suara dengan ketiga metode tersebut berlangsung dengan aman, tertib, dan
lancar. Pemungutan suara melalui metode Pos dilaksanakan oleh KPPSLN dengan
menggunakan jasa kantor pos nasional Turki "PTT", Periode pemungutan suara
melalui Pos terhitung mulai pengiriman berkas surat-surat suara (SS) sampai
dengan acara penghitungan SS yaitu tanggal 11 Maret s.d. 17 April 2019. Petugas
KPPSLN mulai menerima surat suara (SS) balasan dan SS kembali sekitar 3 (tiga)
hari sejak pengiriman amplop SS. Setiap SS yang diterima dimasukkan dalam
kotak-kotak suara khusus. Adapun amplop SS yang kembali dari PTT umumnya
karena alamat tidak dikenal atau penerima atas nama pemilih tidak berada di
alamat dimaksud. Hal tersebut dikarenakan pemilih pindah alamat ataupun
pulang ke Indonesia dengan tidak memberitahukan kepada PPLN/ Pantarlih
Istanbul.
Penggunaan surat suara untuk masing-masing Pemilu anggota DPR dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada metode Pos adalah sebagai berikut:
a) Tersedia 275 SS, yaitu sesuai 270 orang pada DPT ditambah cadangan 5%;
b) Amplop balasan/terpakai terhitung sebanyak 205 surat suara;
c) Rusak/tidak terpakai terhitung sebanyak 70 surat suara, dengan rincian
sejumlah 30 surat suara kembali (return to sender), 33 surat suara tidak
dikembalikan Pemilih, 7 surat suara sisa.
Sisa SS tidak terpakai pada metode Pos tidak dapat digunakan pada pelaksanaan
TPSLN di Istanbul.
Pemungutan suara melalui Kotak Suara Keliling (KSK) dilaksanakan di balai
pertemuan AKKM-Merinos Kota Bursa pada hari Selasa, 9 April 2019 pukul 08.00
s.d. 16.00 waktu setempat. Pelaksanaan KSK dilakukan oleh KPPSLN yang
bertugas dengan didukung oleh tenaga pengamanan kepolisian setempat dan

168 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
PPLN Istanbul. Acara dihadiri oleh 1 (satu) orang saksi dari tim pemenangan
Capres no. 02. Pada pelaksanaanya, tidak terdapat keberatan dari saksi dimaksud
terhadap penyelenggaraan KSK di Kota Bursa.
Penggunaan surat suara (SS) untuk masing-masing Pemilu Anggota DPR dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada KSK Bursa adalah sebagai berikut:
a) Terdapat 143 surat suara dari jumlah DPT KSK sebanyak 140 surat suara.
Jumlah surat suara yang disediakan ditambah 3 (tiga) atau 2% surat suara
cadangan;
b) Jumlah pengguna hak pilih pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
sebanyak 133 orang (123 orang DPT, 8 orang DPTbLN, 2 orang DPK);
c) Jumlah pengguna hak pilih pada pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat
sebanyak 131 orang (123 orang DPT, 6 orang DPTbLN, 2 orang DPKLN);
d) Terdapat sisa sebanyak 10 surat suara dari pelaksanaan KSK Bursa.
Sesuai ketentuan Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2019 bahwa sisa 10 SS dari
KSK Bursa kemudian dapat digunakan pada pelaksanaan TPSLN di Istanbul pada
tanggal 13 April 2019. Pelaksanaan Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri
(TPSLN) bertempat di gedung KJRI Istanbul pada hari Sabtu, tanggal 13 April
2019. Pemungutan suara berlangsung pada pukul 08.00 s.d. 18.00 waktu
setempat. Pelaksanaan TPSLN dilakukan oleh KPPSLN dengan didukung oleh
tenaga pengamanan dari KJRI dan kepolisian setempat, serta oleh PPLN Istanbul.
Acara dihadiri oleh 4 (empat) orang saksi, masing-masing dari: Gerindra (1
orang), PKS (1 orang), tim pemenangan Capres No. 02 (2 orang). Terdapat nihil
keberatan dari para saksi dimaksud terhadap penyelenggaraan TPSLN Istanbul.
Pemungutan suara TPSLN memerlukan penambahan waktu selama 1 (satu)
jam setelah mempertimbangkan banyaknya pemilih terdaftar yang belum
mencoblos dan ketersediaan sisa surat suara. Jumlah pengguna hak pilih pada
TPSLN Istanbul adalah sebanyak:
a) 534 orang pengguna hak pilih pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
(364 orang DPTLN, 149 DPTbLN, 21 DPKLN);
b) 407 orang pengguna hak pilih pada pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat
(364 orang DPTLN, 22 DPTbLN, 21 DPKLN).
Jumlah surat suara yang digunakan pada TPSLN Istanbul tercatat sebanyak 534
surat suara untuk pemilihan Presiden-Wapres dan 534 surat suara untuk
pemilihan DPR, yang diperoleh dari penetapan jumlah DPTLN sejumlah 514 surat
suara, cadangan surat suara sebanyak 2% dari DPTLN atau 10 surat suara dan;
sisa surat suara dari Kotak Suara Keliling sejumlah 10 surat suara
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Pemilih yang terdaftar pada DPTbLN
dan DPK dapat memberikan suara setelah pukul 15.00 waktu setempat. Pada

Menata Kelola Demokrasi 169


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
sore hari menjelang penutupan TPSLN, terdapat protes dari sekitar 38 orang
pemilih yang diketahui merupakan WNI wisatawan (bukan penduduk). WNI
wisatawan tersebut mempertanyakan mengapa mereka tidak dapat memberikan
suara di TPSLN. Persoalan tersebut telah ditangani oleh KPPSLN dan PPLN
Istanbul dengan memberikan penjelasan bahwa:
a) Pemilih yang terdaftar dalam DPTbLN dan DPK dapat memberikan suara
dengan sisa surat suara yang tersedia;
b) Penggunaan surat suara sesuai dengan persediaan yang dikirimkan oleh
KPU, yang setelah digunakan untuk metode POS dan metode KSK maka
berjumlah 534 SS untuk TPSLN. Tidak terdapat tambahan SS dari KPU diluar
jumlah dimaksud;
c) Sejak dibukanya TPSLN, KPPSLN Istanbul telah melayani 364 orang pemilih
DPTLN, pada sore harinya 149 DPTbLN dan 21 DPKLN, dimana semua
pemilih dilayani dengan asas first come – first serve;
d) Mengenai desakan pemrotes agar membuat pernyataan tertulis mengenai
habisnya SS, PPLN Istanbul menyampaikan tidak memiliki kewenangan
untuk itu.
Pemungutan suara resmi ditutup pada pukul 18.00 waktu setempat. Pada saat
penutupan TPSLN Istanbul, sisa surat suara tercatat sebanyak 127 sisa surat
suara pemilihan anggota DPR dan 0 (nihil) sisa surat suara pemilihan Presiden-
Wapres. Secara umum terlihat peningkatan minat para pemilih baik WNI
penduduk maupun wisatawan untuk berpartisipasi memberikan suaranya pada
TPSLN Istanbul. Sebagai pembanding, pada penyelenggaraan TPSLN Istanbul
sebelumnya (5 Juli 2014) tercatat kehadiran sebanyak 200 orang pemilih (168
dari 514 orang DPTLN, 2 DPTbLN, 30 DPK).

E. Rekapitulasi Suara Pemilu Luar Negeri di KPU


Kegiatan penghitungan/rekapitulasi suara Pemilihan Umum Anggota DPR
dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di luar negeri secara nasional
dilaksanakan dalam Rapat Pleno Terbuka Penghitungan Suara Pemilihan Umum
Anggota DPR tahun 2019 di luar negeri pada tanggal 10-21 Mei 2019 di Ruang
Sidang kantor KPU Lantai 2. Rapat Pleno Terbuka Penghitungan Suara dihadiri
dari Tim Pokja Pembina PLN, Kementerian Luar Negeri, Bawaslu RI, Saksi Partai
Politik, beberapa Ketua PPLN yang diundang dan media. Untuk kelancaran
pelaksanaan Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Anggota DPR,
KPU membuat susunan acara dan tata tertib yang ditandatangani oleh Ketua
KPU serta layout pelaksanaan Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan
Umum Anggota DPR di luar negeri dan melaksanakannya dalam dua panel.

170 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Gambar 30. Rapat Pleno Terbuka Penghitungan Suara Pemilu Luar Negeri
Tahun 2019 di Kantor KPU RI

Sumber: Laporan Pokja Pembina Pemilu LN

Gambar 31. PPLN membacakan Formulir Model DA1

Sumber: Laporan Pokja Pembina Pemilu LN

Tahapan pelaksanaan Rapat Pleno Rekapitulasi Penghitungan Suara


Pemilihan Umum Anggota DPR adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan dokumen hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilihan
Umum Anggota Tahun 2019 di luar negeri dari 130 PPLN;
2) Pembukaan Rapat Pleno Terbuka oleh Ketua KPU;
3) Membacakan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilihan Umum
Anggota DPR satu per satu dari 130 PPLN, dengan sebelumnya

Menata Kelola Demokrasi 171


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
mempersilahkan saksi parpol untuk memeriksa keaslian dan memastikan
dokumen masih dalam keadaan tersegel;
4) Mempersilahkan saksi dari parpol untuk mengajukan keberatan apabila
ada;
5) Menyediakan data dukung untuk saksi parpol berupa formulir-formulir
rekapitulasi penghitungan suara, berita acara, brafax dari KBRI/KJRI dari
130 PPLN;
6) Mencatat hasil rekapitulasi secara nasional dalam form D1;
7) Menyatukan hasil rekapitulasi suara luar negeri dengan hasil rekapitulasi
daerah pemilihan DKI Jakarta II

Gambar 32. Suasana Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Luar Negeri


Tahun 2019

Sumber: Laporan Pokja Pembina Pemilu LN

Dari hasil Perolehan Suara Pemilihan Umum Anggota DPR di luar negeri
Tahun 2019 diperoleh suara sebagai berikut:
Tabel 13. Tabel Pengguna Hak Pilih Anggota DPR Tahun 2019

No Daftar Pemilih Jumlah Suara

1. Pengguna Hak Pilih Luar Negeri 838.306

2. Daftar Pemilih Tetap 1.991.145

3. Partisipasi Pemilih 42,10%

172 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Tabel 14. Tabel pengguna hak pilih Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019

No. Daftar Pemilih Jumlah Suara


1. Pengguna Hak Pilih Luar Negeri 847.037
2. Daftar Pemilih Tetap 1.991.145
3. Partisipasi Pemilih 42,54 %

Dari hasil Perolehan Suara Pemilihan Umum Pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden di luar negeri tahun 2019 diperoleh suara sebagaimana pada tabel 14.

F. Analisis Kebijakan Pemungutan dan Penghitungan Suara di Luar Negeri


Hafizy (2017) menjelaskan dalam analisisnya terdapat 3 hal yang
menyebabkan kurang optimalnya manajemen penyelenggaraan pemilu di luar
negeri dari aspek regulasi. Pertama, Simplifikasi Regulasi, Kedua, Regulasi yang
ketat dan ketiga kesulitan penerapan regulasi di lapangan.
Proses Pemungutan dan Penghitungan Suara di luar negeri yang
dilaksanakan pada Pemilu Tahun 2019 sudah mencoba mengurai benang kusut
instrumen regulasi di atas. Kebijakan pemungutan dan penghitungan suara pada
prinsipnya sudah dapat mengakomodasi kebutuhan pemilih dan bertujuan
dalam rangka memudahkan pemilih dalam menunaikan hak pilihnya. Kendala
simplifikasi regulasi bagi WNI di Luar Negeri telah diakomodasi oleh KPU dengan
cara membuka ruang diskusi penyusunan rancangan PKPU serta menambahkan
fleksibilitasi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara di luar negeri.
Dalam analisis ini, penulis mencoba merangkum permasalahan-
permasalahan yang terjadi dan hal-hal apa yang menjadi rekomendasi PPLN
dalam pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di luar negeri yang
dirasa belum optimal penerapannya dalam rangka memfasilitasi pemilih di luar
negeri.
Terdapat beberapa inovasi kebijakan yang diterbitkan oleh KPU yang pada
intinya adalah memberikan ruang untuk lebih meningkatkan partisipasi pemilih
dalam pemilu dari aspek Pemungutan dan Penghitungan Suara. Hal ini karena
Pemungutan dan Penghitungan Suara adalah Inti dari penyelenggaraan Pemilu.
Pesta Demokrasi yang menjadi jargon pelaksanaan pemilu adalah pada saat
pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara.
Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam rangka
menjangkau pemilih secara lebih luas lagi. Di antaranya:
1) Mengakomodasi Pindah Memilih bagi Pemilih Melalui Pos
Pada Pemilu Tahun 2019, pelayanan pindah memilih hanya bisa diberikan

Menata Kelola Demokrasi 173


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
kepada Pemilih yang memilih dengan metode TPSLN dan KSK, karena prinsip
dari Pemilih melalui pos adalah semua pemilih akan dikirim surat suaranya,
artinya 100% Surat Suara akan terpakai. Berbeda dengan TPSLN dan KSK yang
memiliki kemungkinan pemilih yang tidak hadir.
Konsep awal ini yang kemudian membuat pemilih pindahan tidak bisa
memilih melalui pos. Padahal faktanya banyak pemilih yang baru datang dari
Indonesia misalnya yang berdomisili tidak dekat dengan lokasi KSK maupun
TPSLN, akhirnya meski mereka dimasukkan ke DPTb KSS maupun TPSLN maka
otomatis mereka tidak dapat menunaikan hak pilihnya.
Dalam Rancangan kebijakan ke depan, perlu dipertimbangkan untuk
mengakomodasi pemilih pindahan untuk memilih melalui pos. Adapun terkait
dengan surat suara yang akan digunakan dapat menggunakan surat suara pos
yang berstatus return to sender (RTS) dengan pencatatan yang rapi oleh PPLN
maupun KPPSLN.
2) Penggunaan Surat Suara Return to Sender (RTS)
Selisih jarak antara penetapan DPT, Pencetakan dan Pengiriman Logistik
dengan waktu Pemungutan Suara memiliki konsekuensi perubahan data pemilih
yang akan menggunakan hak memilih di suatu TPSLN, KSK maupun Pos. Hal ini
berimplikasi kepada potensi kekurangan surat suara maupun kelebihan surat
suara. Kondisi ini banyak dilaporkan oleh PPLN sebelum pelaksanaan
pemungutan suara, meskipun faktanya laporan kekurangan surat suara pada saat
pemungutan suara dapat diatasi dengan baik.
Surat Suara return to sender (RTS) terjadi jika pemilih sudah pindah domisili
namun tidak melaporkan diri kepada PPLN maupun Perwakilan RI, sehingga saat
surat suara dikirim ke alamat mereka otomatis petugas pos akan mengembalikan
ke PPLN masing-masing.
Surat suara tersebut dapat menjadi solusi bagi PPLN untuk mengantisipasi
kekurangan surat suara di KSK dan TPSLN, tentunya dengan pencatatan yang
rapi. Dalam Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pemungutan dan Penghitungan
Suara dalam Pemilihan Umum Pasal 228 Ayat 2 hanya menyebutkan jika terjadi
kekurangan surat suara di TPSLN, maka dapat menggunakan surat suara KSK
yang tidak digunakan.
Penggunaan surat suara return to sender (RTS) terkendala bahwa surat suara
tersebut sudah ditandatangani oleh Ketua PPLN atau Ketua KPPSLN Pos, terkait
hal ini dapat disiasati dengan cara menandai surat suara return to sender (RTS)
yang digunakan untuk kemudian dapat ditambahkan tandatangan oleh Ketua
KPPSLN TPSLN maupun KSK, catatan penggunaan ini harus terpublikasi dan
diketahui oleh Panwas LN, Saksi dan Pemilih yang hadir agar semuanya
mengetahui bahwa surat suara tersebut adalah surat suara yang sah digunakan

174 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
karena surat suara yang tersedia habis digunakan.
3) Memperpendek Masa Early Voting di Luar Negeri
Dalam Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program, Dan
Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019 sebagaimana diubah
terakhir dengan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2019 waktu pemungutan suara
di TPSLN adalah 1 hari di antara tanggal 8 April 2019 sd 14 April 2019 atau dari
hari Senin sampai dengan hari Minggu. PPLN kebanyakan memilih hari Jumat,
Sabtu atau Minggu sebagai hari pemungutan suara, pemilihan hari tersebut
didasari pada analisis masing-masing PPLN untuk melihat waktu yang ideal
untuk menjaring partisipasi pemilih. dibanding harus memberikan ruang yang
terlalu lama untuk early voting, sebaiknya early voting dapat dilakukan pada hari
Jumat, sabtu ataupun Minggu dengan menambah durasi pemungutan suara bagi
wilayah dengan jumlah pemilih yang banyak. Dengan masa early voting yang
singkat akan memudahkan proses pengawasan dan control yang dilakukan oleh
PPLN maupun oleh KPU dan juga tidak menyebabkan surat suara yang sudah
tercoblos disimpan terlalu lama sebelum waktu penghitungan suara.
Selain ketiga hal di atas, terdapat kendala yang cukup mengemuka dalam
Pemilu di Luar Negeri Tahun 2019 yaitu kasus Kuala Lumpur dan Kasus Sydney,
terkait kasus di 2 PPLN ini akan dibahas secara khusus dalam bab tersendiri.

G. Peristiwa Sydney dan Rekomendasi Pemungutan Suara Lanjutan pada


PPLN Sydney
Penyelenggaraan Pemilu di Luar Negeri memiliki dinamika yang sering kali
menjadi sorotan bagi pemilih di dalam negeri. Kejadian antrean panjang pemilih
hingga pukul 18.00 waktu setempat dan tidak terakomodirnya hak pilih seluruh
antrean pemilih di Sydney yang kemudian menjadi pemberitaan di dalam negeri,
membuat tekanan kepada penyelenggara karena tidak dapat memberikan
pelayanan yang maksimal. Selain itu, kejadian di Sydney menjadi perdebatan
diantara KPU maupun Bawaslu terkait dengan kebijakan pemungutan suara
lanjutan pada wilayah kerja PPLN Sydney.Pelaksanaan Pemilu 2019 di Sydney
sesungguhnya telah mempertimbangkan beban dari KPPSLN terhadap pelayanan
kepada para pemilih. Namun kasus antrean panjang berada di luar situasi yang
dapat dianggap normal. Pemilih berjubel mengantre dari pukul 08.00 sampai
dengan ditutupnya pintu gedung pada pukul 18.00 waktu setempat.
Sydney menjadi salah satu titik pemilu di LN yang memiliki jumlah pemilih
yang cukup banyak. Hal ini dikarenakan banyaknya WNI yang bekerja dan
menempuh studi di Australia. PPLN Sydney mengampu wilayah kerja pada
negara bagian New South Wales, Queensland, dan South Australia. Pada wilayah
kerja tersebut, jumlah pemilih sebesar 29.032 pemilih. Jumlah tersebut
merupakan jumlah paling besar pada regional Australia.

Menata Kelola Demokrasi 175


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pada Pemilu 2019, PPLN Sydney berjumlah 7 (tujuh) orang yaitu Sdr.
Christian Fransiscus Simarmata selaku Ketua sekaligus Anggota PPLN, kemudian
terdapat Sdr. Julianti Maria Umboh, Sdr. Herlinah, Sdr. Heranudin, Sdr. Hadiati
Utami Santoso, Sdr. Imam Dewanto, dan Sdr. Suliyanti Sunaryo sebagai Anggota
PPLN. Namun dalam perjalanannya Sdr. Christian Fransiscus Simamarta
mengundurkan diri sebulan jelang tahapan pemungutan suara. Posisi Ketua
PPLN Sydeny kemudian dipegang oleh Sdr. Heranudin. PPLN Sydney kemudian
hanya berjumlah 6 (enam) anggota. Proses pergantian antarwaktu tidak mungkin
dilakukan karena waktu yang sudah dekat dengan pemungutan suara. Sedangkan
pada dukungan Sekretariat PPLN didukung oleh Sekretaris PPLN Sdr. Zani
Murnia yang dibantu oleh Staf Sekretariat PPLN Sdr. Hermanus Dimara dan Sdr.
Risa Kharisma. Pada pertengah masa kerja juga terjadi perubahan Staf
Sekretariat PPLN, Sdr. Hysdawati menggantikan Sdr. Risa Kharisma.
Pada pemutakhiran data pemilih yang dilakukan pada 17 April sampai
dengan tanggal 17 Mei 2018, PPLN Sydney didukung oleh 28 Pantarlih LN.
Berdasarkan pada DPT Pemilu 2014, jumlah pemilih sebanyak 22.307 pemilih.
Sedangkan berdasarkan data dari KJRI Sydney terdapat peningkatan menjadi
sekitar 29.032 pemilih. Berdasarkan pada data tersebut, 1 orang Pantarlih LN
memiliki beban kerja untuk melakukan pendataan kepada 1.000 orang.
Menimbang dari masa kerja yang hanya sebulan dan luasnya wilayah kerja yang
mencakup 3 (tiga) negara bagian hal ini cukup menyulitkan Pantarlih LN dalam
melaksanakan coklit.
Pada saat pemungutan suara, PPLN Sydney didukung oleh 154 KPPSLN
TPSLN yang tersebar menjadi 126 KPPSLN untuk 18 TPSLN di negara bagian New
South Wales, 14 KPPSLN untuk 2 TPSLN di negara bagia Queensland, dan 14
KPPSLN untuk 2 TPSLN di negara bagian South Australia. Sedangkan pada
pemungutan suara dengan Metode Pos didukung 6 KPPSLN Pos yang bertugas
pada 2 Pos. Pelaksanaan pemungutan suara dengan Metode Pos tidak ada
kendala dalam proses pendistribusian surat suara dan berdasarkan catatan tidak
ada persoalan maupun hambatan yang mengganggu jalannya pemungutan Pos.
Untuk KSK sendiri tidak dilakukan pada PPLN Sydney. Berdasarkan hasil
pemutakhiran DPT, PPLN Sydney melayani 23.994 pemilih untuk TPSLN dan
5.038 pemilih untuk Pos. Berdasarkan rincian tersebut maka berpotensi adanya
kelebihan beban kerja bagi KPPSLN yang menangani metode TPSLN dikarenakan
jumlah pemilih yang terdaftar cukup banyak pada satu TPSLN rerata dapat
mencapai 1.000-1.700 pemilih. Kondisi ini belum lagi ditambah adanya potensi
antrean jika WNI yang terdaftar pada DPTLN dan DPTbLN menyalurkan hak
pilihnya bersamaan dengan yang terdaftar dalam DPKLN.
Pemungutan suara di TPSLN dilakukan pada tanggal 13 April 2019 yang
berada di negara bagian New South Wales ditempatkan di KJRI Sydney, Sydney
Town Hall, Addison Rd Community Centre, Yagoona Community Centre, CIDE

176 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Academy. Sedangkan di negara bagian Queensland dilakukan di Sherwood State
School dan di negara bagian South Australia dilakukan di State Library.
1) Kasus Antrean Pemilih di Sydney Town Hall
Berdasarkan tata cara pemungutan suara dari PPLN Sydney, TPSLN
dilaksanakan mulai pukul 08.00 sampai dengan 18.00 waktu setempat.
Ketentuan waktu tersebut berlaku pada TPSLN lain di wilayah kerja PPLN
Sydney. Pemilih wajib membawa Paspor atau SPLP. Pemilih yang berhak
memberikan suara di TPSLN adalah yang terdaftar pada DPTLN dan DPTbLN.
Sedangkan DPKLN diberikan hak memilih 1 jam sebelum waktu pemungutan
suara berakhir. Kesempatan untuk memberikan suara kepada pemilih
berdasarkan urutan kehadiran di TPSLN.
KPPSLN yang bertugas di Sydney Town Hall bertugas membuka TPSLN mulai
pukul 08.00 waktu setempat. Pemungutan suara di Sydney Town Hall
mengutamakan pemilih yang berada dalam daftar DPTLN dan DPTbLN.
Sedangkan sesuai dengan tata cara, DPKLN memang diberikan waktu satu jam
sebelum penutupan TPSLN. Berdasarkan pemilih yang terdaftar DPTLN
berjumlah 20.343 untuk metode TPSLN, DPTbLN berjumlah 448 pemilih
sedangkan pada DPKLN di wilayah kerja PPLN Sydney berjumlah 3.203 pemilih.
Jumlah ini cukup banyak dan tidak memungkinkan apabila durasi waktu akan
mencukupi pada TPSLN yang tersedia.
Pada pukul 17.00 sampai dengan pukul 18.00 waktu setempat, antrean
pemilih DPKLN mulai memenuhi pintu masuk dan memanjang sampai tiga blok
di sebelah gedung. Pergerakan antrean pun tidak terlalu cepat dan 10 menit maju
dua orang saja, hal ini berdasarkan dari kesaksian pemilih yang berada di luar.
KPPSLN yang bertugas mencoba usaha semaksimal mungkin untuk
mempercepat pelayanan kepada pemilih. Pemilih disabilitas diberikan akses
khusus sehingga tidak ikut dalam kerumunan antrean. KPPSLN mencoba untuk
melakukan koordinasi dengan Panwaslu LN, Saksi, Perwakilan Mabes Polri dan
Pihak Keamanan Gedung untuk bermusyawarah. Atas berbagai pertimbangan
maka penutupan pintu masuk gedung dilakukan pada pukul 18.00 waktu
setempat. Alasan utama dari kesepakatan tersebut pertimbangan keamanan
gedung dan waktu peggunaan gedung yang terbatas.
Pemilih yang berada di dalam gedung ketika penutupan pintu masuk tetap
diberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Akan tetapi untuk pemilih yang
berada di luar gedung tidak dapat menggunakan hak pilihnya. KPPSLN dengan
berbagai pihak terkait juga turut memberikan penjelasan kepada para pemilih
yang berada di luar gedung untuk meminta pengertian. Pemungutan suara di
dalam gedung kemudian diselesaikan hingga sekitar pukul 19.00 waktu
setempat.
Selanjutnya, KPPSLN melakukan proses penghitungan sisa surat suara dan

Menata Kelola Demokrasi 177


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
menyelesaikan administrasi dokumen. Kotak suara digembok dan disegel dengan
disaksikan oleh Panwaslu LN dan saksi. Pada pukul 20.00 waktu setempat
dilakukan sterilisasi tempat dengan mempertimbangkan batas waktu
penggunaan gedung.
Kejadian di Sydney memunculkan kekecewaan bagi para pemilih yang tidak
dapat menggunakan hak pilihnya, utamanya bagi mereka yang terdaftar pada
DPTLN dan DPTbLN. Beberapa pemilih yang diwawancarai dalam surat kabar
nasional mengungkapkan kekecewaan tersebut. Kekecewaan tersebut kemudian
memunculkan petisi untuk mengadakan pemilu ulang di PPLN Sydney pada
tanggal 15 April 2019. Pihak PPLN kemudian memberikan klarifikasi terhadap
persoalan yang terangkat ke publik. PPLN Sydney menjelaskan sudah melakukan
pemungutan suara sesuai dengan tata cara sebagaimana disosialisasikan. Hanya
saja untuk para pemilih yang masuk DPKLN memang hanya diberikan waktu
sejam untuk memberikan ruang bagi yang telah terdaftar pada DPTLN dan
DPTbLN.
2) Respon KPU terhadap Rekomendasi Pemungutan Suara Lanjutan
Dari kejadian yang terjadi pada tanggal 13 April 2019 di Sydney Town Hall,
Bawaslu kemudian menduga terjadi pelanggaran pemilu dikarenakan adanya
para pemilih yang belum dapat menggunakan hak pilihnya di TPSLN.
Berdasarkan Surat Bawaslu Nomor 0867/K.Bawaslu/PM.06.00/IV/2019 tanggal
16 April 2019 perihal Rekomendasi Terhadap Pelanggaran Pemilu, Bawaslu
memberikan rekomendasi untuk memerintahkan PPLN Sydney melakukan
Pemungutan Suara Lanjutan di TPS bagi yang sudah terdaftar pada DPTLN,
DPTbLN, dan DPKLN yang telah berada dalam antrean namun belum dapat
menggunakan hak pilih yang disebabkan penutupan TPSLN sesuai dengan
prosedur, tata cara, dan mekanisme sebagaimana diatur.
Berdasarkan surat Bawaslu tersebut, KPU menginstruksikan kepada PPLN
Sydney untuk mengklarifikasi dan menyampaikan informasi melalui Surat KPU
Nomor 725/PP.05-SD/01/KPU/IV/2021 tanggal 18 April 2019 perihal Tindak
Lanjut Rekomendasi Bawaslu RI Terhadap Dugaan Pelanggaran Pemilu terkait
dengan jumlah pemilih yang sudah masuk dalam antrean, kategorisasi jumlah
DPTLN, DPTbLN, dan DPK, dan pengecekan ketersediaan surat suara yang
tersisa. Hasil dari klarifikasi tersebut wajib disampaikan kepada KPU paling
lambat 22 April 2019.
KPU melakukan koordinasi secara intensif dengan PPLN Sydney untuk
melihat potensi penyelenggaraan pemungutan suara lanjutan. PPLN juga
berkoordinasi dengan Panwaslu LN dengan meminta informasi maupun data
melalui surat PPLN nomor 13/PPLN/04/2019 tanggal 25 April 2019 perihal
Permohonan Informasi dan Data dalam Rangka Tindak Lanjut Rekomendasi
Bawaslu RI. Pada kejadian antrean di Town Hall Sydney, PPLN membutuhkan
data dan informasi terkait dengan WNI yang tidak terlayani selama pemungutan

178 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
suara, jumlah WNI yang sudah masuk dalam antrean, dan laporan dari WNI yang
telah diterima dan diidentifikasi oleh Panwaslu LN.
Panwaslu LN Sydney kemudian merespon melalui Surat Panwaslu LN Nomor
014/PLN-SYDNEY/04/2019 tanggal 25 April 2019 perihal Pengkajian Panwaslu
LN Sydney, tidak dapat memberikan data yang dibutuhkan oleh PPLN Sydney
untuk melaksanakan pemungutan suara lanjutan. PPLN Sydney menindaklanjuti
hal tersebut dengan melakukan identifikasi. Dalam rapat koordinasi antara PPLN
Sydney dan Panwaslu LN Sydney, PPLN Sydney kesulitan dalam menindaklanjuti
rekomendasi dari Bawaslu terkait dengan pelaksanaan pemungutan suara
lanjutan kepada para pemilih dalam antrean pada kejadian di Sydney Town Hall,
13 April 2019. Hal ini juga ditambah dengan data dari Panwaslu LN Sydney yang
tidak mempunyai data jumlah WNI yang berada dalam antrean namun belum
menggunakan hak pilihnya.
Dalam Surat KPU yang ditujukan kepada Bawaslu dengan Nomor
784/PL.02.6-SD/01/KPU/V/2019 tanggal 4 Mei 2019 perihal Tindaklanjut atas
Rekomendasi Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia, KPU menyimpulkan
bahwa PPLN Sydney mengalami kesulitan dalam menindaklanjuti rekomendasi
Bawaslu terkait dengan pemungutan suara lanjutan dikarenakan Panwaslu LN
tidak memiliki data yang dibutuhkan sebagai dasar untuk melakukan
pemungutan suara lanjutan. Dari hal tersebut, KPU memutuskan bahwa
pemungutan suara lanjutan pada TPS yang berada di Sydney Town Hall tidak
dapat dilaksanakan dan menginstruksikan kepada PPLN Sydney untuk segera
menyelesaikan serta menyampaikan rekapitulasi hasil penghitungan suara di
Sydney.
3) Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu di Luar Negeri dari Kasus Sydney
KPU sebagai penyelenggara telah mempertimbangkan kemampuan tiap TPS
dalam mengakomodir hak pilih bagi pemilih terdaftar, termasuk di Sydney Town
Hall. Berdasarkan data, jumlah pemilih yang berada wilayah kerja PPLN Sydney
cukup besar dengan perbandingan jumlah TPSLN yang jauh sedikit jika
dibandingkan dengan rasio TPS yang ada di dalam negeri. Beban kerja berlebih
telah diketahui sejak pelaksanaan coklit. Hal tersebut menjadi potensi kendala
pada proses pemungutan suara.
Pelayanan per TPS di wilayah kerja PPLN Sydney menyentuh angka 1.000
per TPSLN. Jumlah tersebut mengacu pada jumlah pemilih yang terdaftar pada
DPTLN dan DPTbLN. Sedangkan jumlah DPKLN ini menjadi persoalan lain.
Pengutamaan bagi para pemilih yang telah terdaftar pada DPTLN dan DPTbLN
sudah tepat pada pelaksanaan. Hal ini dikarenakan setiap pemilih tentunya sudah
ditentukan pada TPS atau TPSLN mana yang akan menjadi tempat lokasi
pencoblosan. Namun, perpindahan pemilih dari satu wilayah ke wilayah lainnya
menjadikan data dinamis dan penumpukan antrean tidak dapat diprediksi
bahkan diantisipasi.

Menata Kelola Demokrasi 179


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pembagian pemilih ke sejumlah titik di sekitar Kota Sydney dilakukan untuk
mengurai kerumunan pemilih yang masuk ke DPKLN. Hal ini berkaitan dengan
kebijakan yang ada dengan hanya mengakomodasi pemilih DPKLN pada sejam
terakhir di TPSLN. Namun demikian, kerumunan justru memusat dan memuncak
di Sydney Town Hall. Penutupan yang terjadi pada TPSLN di Sydney Town Hall
bukanlah kehendak semata dari PPLN yang bertugas, namun atas konsultasi dan
pertimbangan dari Panwaslu LN Sydney serta pihak pengamanan gedung.
Artinya, kebijakan tersebut dilaksanakan berdasarkan pertimbangan para pihak
terkait. Sedangkan dalam kasus ketiadaannya data terkait dengan jumlah pemilih
yang berada di luar gedung tersebut lebih kepada persoalan responsivitas dari
PPLN maupun Panwaslu LN Sydney yang tidak sinergi dalam mengelola ataupun
mengakomodasi dari para pemilih yang berada di luar. Jika data tersedia maka
pemungutan suara lanjutan berpotensi untuk dilakukan.
Dengan adanya kasus yang terjadi di Sydney, KPU telah mengupayakan
tindak lanjut atas rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bawaslu dengan mencari
dasar yang kuat atas usulan penyelenggaraan pemungutan suara lanjutan. Akan
tetapi, dasar yang diberikan belum cukup kuat dan PPLN maupun Panwaslu LN
mengalami kesulitan dalam menindaklanjuti hal tersebut. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kasus di Sydney dapat terselesaikan dan dilanjutkan pada
tahapan selanjutnya.
KPU melihat bahwa data pemilih di luar negeri cukup dinamis dan dukungan
data yang dimiliki pada daftar pemilih potensial tidak dapat diakomodir karena
memerlukan waktu yang cukup panjang antara pemutakhiran data pemilih
sampai pemungutan suara. Kasus di Sydney mungkin terjadi di tempat lain.
Namun demikian, KPU melakukan evaluasi agar pemilih-pemilih yang masuk ke
dalam DPKLN dapat diakomodir sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada
para pemilih yang tersebar di seluruh penjuru wilayah kerja PPLN.

H. Peristiwa Selangor dan Pemungutan Suara Ulang pada PPLN Kuala


Lumpur
Kuala Lumpur merupakan Perwakilan RI yang memiliki jumlah pemilih
terbanyak di luar negeri. Berdasarkan data KPU, jumlah DPT Pemilu 2019 pada
wilayah kerja PPLN Kuala Lumpur sebesar 558.873 pemilih. Wilayah kerja PPLN
Kuala Lumpur meliputi Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Putrajaya, Selangor,
Perak, Kelantan, dan Terengganu. Jumlah pemilih yang banyak dan cakupan
wilayah yang luas, berbanding lurus dengan resiko-resiko yang timbul selama
perhelatan Pemilu. Oleh karenanya, tidak heran jika isu terkait Pemilu di Kuala
Lumpur selalu menjadi perhatian nasional. Baik dari sisi manajemen data
pemilih, pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara, maupun terkait
pengelolaan logistik dan arsip pemilu pasca pelaksanaan pemungutan dan
penghitungan suara.

180 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pada Pemilu 2019, PPLN Kuala Lumpur berjumlah 7 (tujuh) orang yaitu Sdr.
Agung Cahaya Sumirat selaku Ketua dan Anggota, Sdr. Agus Setiawan, Sdr.
Djadjuk Natsir, Sdr. Krishna K.U. Hannah, Sdr. Muhammad Taufik, Sdr. Yudhi
Martha Nugraha, dan Sdr. Yusron B. Amray selaku Anggota PPLN. Kemudian
didukung dengan 1 Sekretaris PPLN, Sdr. Ika Alful Laila dan 2 Staf Sekretariat
PPLN yaitu Sdr. Erwinsyah dan Sdr. Yogi Prayudhi Riyantoro. Kemudian dalam
Pemutakhiran Data Pemilih, PPLN Kuala Lumpur dibantu Pantarlih LN dengan
jumlah 171 (seratus tujuh puluh satu) orang. Kemudian pada level KPPSLN
didukung 1.713 KPPSLN yang terbagi dalam 443 KPPSLN Pos, 420 KPPSLN KSK,
dan 850 KPPSLN TPSLN. Jumlah tersebut cukup besar pada level Pantarlih LN
dan KPPSLN, namun pada level PPLN hanya terdapat 7 orang dengan mengelola
558.873 pemilih yang tersebar pada wilayah kerja yang cukup luas.
Perbandingan secara hierarkis sebetulnya kurang proporsional mengingat
cakupan wilayah kerja dari PPLN Kuala Lumpur itu sendiri setara dengan level
Kabupaten/Kota pada Pemilu di dalam negeri. Pada model hierarkis PPLN Kuala
Lumpur langsung di bawah KPU sedangkan pada level di bawah PPLN langsung
berhubungan dengan KPPSLN. Hal ini menjadi beban kerja yang cukup berat bagi
PPLN yang mengelola wilayah Perwakilan RI dengan DPT yang besar salah satu
contoh adalah Kuala Lumpur.
Hasil pencocokan dan penelitian data potensial pemilih yang dilakukan
Pantarlih pada Mei 2018 yaitu: Pertama, data DP4 Pemilu 2014 Kuala Lumpur
sejumlah 479.784 orang. Kedua, data SIMKIM KBRI Kuala Lumpur sejumlah
143.363 orang. Ketiga, data sistem ketenagakerjaan KBRI Kuala Lumpur
sejumlah 84.850 orang. Keempat, data WNI yang melakukan pelayanan
konsekuen sejumlah 30.112 orang. Pada penetapan SPSHP LN pada Pemilu 2019
di wilayah kerja PPLN Kuala Lumpur sejumlah 566.391 pemilih. Berdasarkan
hasil penelitian KPU pada 3 Desember 2018 bahwa terdapat data ganda sejumlah
50.634 pemilih untuk wilayah kerja PPLN Kuala Lumpur. Menindaklanjuti
temuan data ganda tersebut, PPLN Kuala Lumpur menyesuaikan arahan dan
kemudian menetapkan DPTHP II dengan jumlah 558.873 pemilih yang kemudian
terbagi menjadi jumlah pemilih TPSLN 127.044 pemilih dengan jumlah 255 TPS,
jumlah pemilih KSK 112.536 pemilih dengan jumlah 376 KSK, dan jumlah pemilih
Pos 319.293 pemilih dengan jumlah 160 Pos. Pada pembahasan rapat pleno
rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional PPLN Kuala Lumpur di Jakarta
pada tanggal 20 Mei 2019, telah disepakati adanya penyesuaian DPT sehubungan
dengan perubahan jumlah TPSLN, KSK dan pelaksanaan PSU Pos sehingga DPT
menjadi sebanyak 504.516 pemilih.
Pemungutan suara di TPSLN dilakukan pada tanggal 14 April 2019 dengan
personel sebanyak 850 KPPSLN. Rencana awal pemungutan suara di TPSLN akan
dilaksanakan pada 255 TPSLN. Namun berdasarkan arahan KPU pada tanggal 13
April 2019, terdapat pengurangan jumlah TPSLN yang semula direncanakan

Menata Kelola Demokrasi 181


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
sebanyak 255 TPSLN, di 88 titik dikurangi menjadi 170 TPSLN yang dilakukan
pada 3 titik yaitu di KBRI Kuala Lumpur, Wisma Duta Besar Republik Indonesia,
dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur dengan jumlah pemilih sebanyak 127.044
pemilih. Kondisi tersebut disebabkan berubahnya titik-titik pemungutan suara
karena tidak mendapatkan izin tertulis dari Pemerintah Malaysia dan hanya
terdapat izin dari Kepala Kampung dan Polis Diraja Malaysia setempat. Tidak
adanya izin tertulis tersebut dikarenakan peraturan Pemerintah Malaysia
melarang adanya kegiatan berpolitik, berorganisasi, dan berserikat maupun
berdemonstrasi di wilayah otoritas Pemerintah Malaysia.
Pemungutan suara melalui metode KSK dilakukan sejak tanggal 8-13 April
2019 yang dilaksanakan oleh 420 personil KPPSLN. Berdasarkan Pleno PPLN
tanggal 4 April 2019, PPLN telah melakukan pencatatan kembali pada data
pemilih KSK dan melakukan pencoretan terhadap 22.368 data pemilih
disebabkan adanya penutupan dan relokasi perusahaan sehingga jumlah pemilih
KSK berjumlah 112.536 pemilih. Hal ini berdampak pada jumlah titik KSK yang
semula 376 titik menjadi 222 titik. Pada tanggal 10 April 2019, berdasarkan
Pleno PPLN Kuala Lumpur jumlah titik KSK tersebut kemudian berubah menjadi
159 titik agar menghindari duplikasi pelaksanaan TPS di kantong-kantong WNI
yang tersebar pada wilayah kerja PPLN Kuala Lumpur.
Sedangkan pada pemungutan suara menggunakan metode Pos yang
sedianya dilaksanakan tanggal 8 Maret-17 April 2019. Jumlah Petugas KPPSLN
metode Pos sebanyak 443 orang. Sebanyak 319.293 surat suara telah dikirimkan
kepada pemilih. Hingga 16 April 2019 surat suara yang telah kembali ke PPLN
Kuala Lumpur adalah sebanyak 157.476 surat suara. Pada pelaksanaanya,
ditemukan surat suara yang kembali karena alamat tidak ditemukan (return to
sender) sejumlah 30.342 surat suara. Kemudian pada tanggal 11 April 2019
muncul kejadian dugaan pelanggaran pemilu dengan pencoblosan surat suara
pada metode Pos di Kajang dan Bangi, Selangor. Dari pengusutan yang dilakukan
oleh KPU dan Bawaslu kemudian menetapkan pelaksanaan pemungutan suara
ulang menggunakan metode Pos pada tanggal 6-9 Mei 2019 untuk pengiriman
surat suara. Batas pengiriman surat suara pada tanggal 15 Mei 2019 dan
penghitungan surat suara Pos menjadi tanggal 16 Mei 2019. Namun pada
pelaksanaannya terdapat 62.278 surat suara yang diterima pada tanggal 16 Mei
2019 meskipun cap pos yang tertera pada tanggal 15 Mei 2019.
Berdasarkan rekapitulasi akhir, jumlah pemilih pada PPLN Kuala Lumpur
sebesar 504.516 pemilih, pengguna hak pilih Pemilu Presiden-Wakil Presiden
sebesar 125.749 atau 24,92%, sedangkan untuk pengguna hak pilih Pemilu
Legislatif DPR sebesar 125.897 pemilih atau 24.95%. Jika dibandingkan dengan
partisipasi Pemilu Tahun 2014, terdapat penurunan partisipasi pemilih pada
Pemilu Presiden-Wakil Presiden sekitar 5,18% dan kenaikan partisipasi pemilih
pada Pemilu Legislatif DPR sekitar 13,95%.

182 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
1) Kasus Temuan Surat Suara Tercoblos di Selangor
Temuan kasus pada penyelenggaraan Pemilu 2019 di Luar Negeri, sedikit
banyak berdampak terhadap pendapat publik dalam menilai kecakapan
penyelenggara Pemilu. Kasus tercoblosnya surat suara yang belum
didistribusikan melalui Pos ditemukan di dua lokasi yang berada di Selangor,
Malaysia. Pertama, surat suara tercoblos yang ditemukan dalam tas belanjaan,
kantong plastik hitam, dan lima karung goni dengan tulisan “Pos Malaysia”
yang terletak di Taman Universiti Sungai Tangkas 43000 Kajang, Selangor.
Kedua, surat suara tercoblos ditemukan sebanyak 158 karung berisi surat
suara yang terletak di Kawasan Bandar Baru Bangi, Selangor. Kasus
tercoblosnya surat suara yang belum terdistribusikan kepada pemilih via Pos
tersebut kemudian menjadi salah satu headline pemberitaan di dalam negeri
yang menyebutkan bahwa terdapat indikasi kecurangan yang dilakukan oleh
peserta pemilu dan petugas penyelenggara pemilu. Pemberitaan tersebut
diperkuat dengan viralnya video-video penggerebekan pada lokasi yang
disinyalir pelanggaran surat suara dilakukan.
Penggerebekan tersebut dilakukan oleh salah satu relawan pendukung
peserta pemilu, setelah menerima laporan dari masyarakat yang mencurigai
aktivitas keluar masuk truk yang membawa karung ke dalam rumah yang
disinyalir sebagai tempat pencoblosan. Penggerebekan dilakukan oleh relawan
tanpa berkoordinasi dengan pihak keamanan setempat. Pada saat yang
bersamaan, terjadi penggerebekan di lokasi yang berbeda dengan kasus
pelanggaran pencoblosan surat suara seperti yang terjadi pada lokasi pertama.
Peristiwa tersebut kemudian berlanjut dengan penahanan kepada empat orang
dan penyegelan dua tempat kejadian yang dilakukan oleh Polis Diraja Malaysia.
Penyegelan terhadap tempat kejadian ini berdasarkan laporan Panwaslu LN
Kuala Lumpur kepada Polis Diraja Malaysia pada tanggal 11 April 2019.
Pada tanggal yang sama dengan beredarnya video penggerebekan di Taman
Univeristi Sungai Tangkas 43000 Kajang dan Bandar Baru, Bangi, Selangor,
PPLN Kuala Lumpur mengkonfirmasi kebenaran video kepada Pokja Pemilu
Luar Negeri melalui WhatsApp. Malam hari sebelum penyegelan oleh otoritas
keamanan setempat. PPLN Kuala Lumpur memastikan kejadian tersebut
dengan mengutus salah satu anggota untuk mendatangi tempat kejadian. PPLN
sempat menghubungi Panwaslu LN untuk mengonfirmasi kejadian tersebut,
namun tidak mendapat jawaban atau informasi terkait. Selain itu, Polisi Diraja
Malaysia memberikan akses terbatas untuk masuk ke dalam. Pihak Bawaslu
dan Kedutaan Besar Republik Indonesia sudah berusaha untuk mengirimkan
surat kepada Polis Diraja Malaysia untuk dapat mengakses atas barang bukti
yang telah disita pada tempat kejadian perkara. Namun demikian pihak Polis
Diraja Malaysia tidak memberikan jawaban dan bukti validasi terhadap barang
bukti yang disita tidak didapatkan detail dan jumlahnya.

Menata Kelola Demokrasi 183


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Selepas kejadian tersebut, pada tanggal 12 April 2019, Bawaslu bersama
dengan KPU tiba di Kuala Lumpur untuk memastikan kejadian pelanggaran
pemilu dengan pengerusakan surat suara. KPU dan Bawaslu tidak dapat
melihat langsung tempat kejadian mengingat lokasi tersebut sudah disegel oleh
Polis Diraja Malaysia. KPU dan Bawaslu melakukan negosiasi kepada otoritas
keamanan setempat agar dapat masuk ke lokasi tersebut namun tetap nihil dan
tidak dapat memastikan keaslian dari surat suara beserta jumlah surat suara
yang telah dilakukan pengerusakan. KPU menyatakan bahwa surat-surat suara
yang sudah tercoblos dan rusak tersebut tidak akan dihitung dan tidak
mempengaruhi ketersediaan surat suara yang ada khususnya pada metode Pos.

2) Verifikasi dan Klarifikasi Kasus Penemuan Surat Suara


KPU dan Bawaslu melakukan klarifikasi dan verifikasi isu dugaan
pelanggaran pencoblosan surat suara di Kajang dan Bangi, Selangor pada
tanggal 12 April 2019. Klarifikasi dilakukan oleh Sdr. Hasyim Asy’ari dan Sdr.
Ilham Saputra selaku Anggota KPU kepada PPLN yang diantaranya Sdr. Agung
Cahaya Sumirat selaku Ketua dan Anggota PPLN Kuala Lumpur, Sdr. Djajuk
Nasir, Sdr. Krisna K.U. Hannan, Sdr. Yudi Martha Nugraha, Sdr. Muhammad
Taufik, Sdr. Agus Badrul Jamal, dan Sdr. Yusron Ambary selaku Anggota PPLN
beserta Sdr. Erwinsyah selaku Sekretariat PPLN Kuala Lumpur dan Sdr. Rika
Yuli Indarti selaku Bendahara Sekretariat PPLN Kuala Lumpur. Kemudian
juga Panwaslu LN yang diantaranya Sdr. Yaya Azzahara Ulyana selaku Ketua
dan Anggota Panwaslu LN Kuala Lumpur serta Sdr. Rizki Israeni Nur dan Sdr.
Doni Ropawandi selaku Anggota Panwaslu LN Kuala Lumpur. Klarifikasi oleh
pihak Bawaslu diwakili oleh Sdr. Ratna Dewi Pettalolo kepada Ketua PPLN
Kuala Lumpur, Sdr. Agung Cahaya Sumirat. Di samping itu juga Bawaslu
meminta keterangan dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Sdr.
Rusdi Kirana. Kemudian pada tanggal 13 April 2019, Sdr. Rahmat Bagja selaku
Anggota Bawaslu bersama Kepala Sub Bagian Temuan dan Laporan
Pelanggaran Pemilu, Sdr. Lesmana meminta keterangan dari Sdr. Parlauangan
selaku relawan salah satu paslon serta Sdr. Khoiruddin selaku Sekretaris
Jenderal PAN Malaysia.
Berdasarkan Berita Acara Klarifikasi KPU terhadap Ketua dan Anggota
Panwaslu LN Kuala Lumpur diketahui bahwa terjadi miskomunikasi dan
miskoordinasi antara pihak PPLN dan Panwas LN. Sedangkan pada klarifikasi
terkait kejadian perusakan surat suara, Panwaslu LN yang melihat barang
langsung dan turut mendokumentasikan kejadian menyebutkan bahwa
mereka mengetahui karung yang telah dicoblos dan belum tercoblos. Dalam
klarifikasi tersebut, terdapat sekitar 10.000-20.000 surat suara yang telah
rusak. Selebihnya banyak pertanyaan yang tidak dapat diklarifikasi.
Sedangkan dalam klarifikasi yang dilakukan oleh KPU terhadap Ketua dan

184 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Anggota PPLN Kuala Lumpur didapatkan kesaksian bahwa PPLN belum
pernah ke tempat kejadian sebelum kasus ditemukan. PPLN dalam
kegiatannya tidak melakukan sewa pada tempat tersebut dan tempat lainnya
baik keperluan rutinitas maupun penyimpanan logistik pemilu. PPLN
menggunakan ruangan di KBRI dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur dan hal
tersebut juga diketahui oleh Panwaslu LN Kuala Lumpur. Ditemukan pula
bahwa pemungutan suara pada metode Pos menggunakan Pos Malaysia
sebagai vendor kerja sama dalam pengiriman surat suara kepada pemilih.
Namun demikian, penggunaan jasa PT Pos Malaysia belum memiliki kontrak
kerja sama. PPLN Kuala Lumpur telah melakukan usaha untuk meminta surat
kontrak pada PT Pos Malaysia namun sampai saat kejadian belum diterima
dengan alasan masih dicermati oleh pihak keuangan PT Pos Malaysia.
Pembayaran pengiriman lewat Pos Malaysia tetap dilakukan walaupun
kontrak kerja belum diterima dikarenakan pembayaran masih berupa
deposit dan belum ada angka pasti. Rincian kontrak dengan PT Pos Malaysia
didasarkan dengan jumlah sebesar DPT Pos yaitu sebanyak 319.293 pemilih,
ditambah deposit pengembalian 150.000 ringgit. Dengan asumsi berat
berkurang dan tidak semua surat suara kembali. Nilai per DPT 1 ringgit. Total
yang sudah dibayarkan (deposit) 469.293 Ringgit. Pembayaran dilakukan 11
Maret 2019. Pembayaran tidak dilakukan berdasarkan bukti kirim, karena
hanya berupa deposit. Sama dengan Panwaslu LN Kuala Lumpur, banyak
pertanyaan yang belum dapat dikonfirmasi validitas pernyataan dari PPLN
Kuala Lumpur.
Pada klarifikasi yang dilakukan Bawaslu terhadap PPLN Kuala Lumpur
didapati keterangan bagaimana proses pelaksanaan pemungutan suara
dengan metode Pos di wilayah Kerja PPLN Kuala Lumpur. PPLN Kuala
Lumpur melakukan pengiriman pos terkadang didampingi oleh pengawas
dan terkadang tidak ada pendampingan. PPLN Kuala Lumpur menggunakan
kantong coklat Pos yang digembok yang digunakan untuk menampung surat
suara. Koordinator pelaksanaan Pemungutan Suara melalui Pos adalah Sdr.
Djadjuk Natsir dan penanggungjawab dalam pengiriman surat suara melalui
pos adalah Sdr. Erwinsyah selaku Sekretariat PPLN yang didampingi Sdr.
Dony Ropawandi selaku Panwaslu LN. Pengiriman dilakukan dari tanggal 14
Maret 2019 dan berakhir pada tanggal 1 April 2019. Diketahui bahwa DPT
Pos di Kuala Lumpur sebesar 319.293 Pemilih dan surat suara yang telah
kembali berkisar 40% sekitar 139 ribu. Pada keterangan yang dilakukan
PPLN juga menyebutkan bahwa PPLN tidak bisa memastikan jumlah dan
validitas surat suara karena tidak melihat secara langsung kejadian dan tidak
berada di lokasi saat surat suara tersebut ditemukan.
Berdasarkan hasil verifikasi dan klarifikasi, Bawaslu menerbitkan Surat
Nomor 0866/K.Bawaslu/PM.06.00/IV/2019 tanggal 16 April 2019 perihal
Rekomendasi Terhadap Pelanggaran Pemilu dengan rekomendasi antara lain:

Menata Kelola Demokrasi 185


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pertama, melakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU) bagi pemilih di wilayah
Kuala Lumpur yang berhak memilih melalui metode Pos sebanyak 319.293
pemilih. Kedua, tidak melakukan penghitungan suara terhadap surat suara
Pemilu melalui metode Pos yang telah masuk ke PPLN Kuala Lumpur. Ketiga,
KPU agar mengganti anggota PPLN a.n. Krishna K.U. Hannan dan penggantian
anggota PPLN a.n. Djadjuk Natsir.

3) Pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang Pos di Kuala Lumpur


Menindaklanjuti Surat Bawaslu, KPU dan PPLN Kuala Lumpur melakukan
perencanaan dan melaksanakan pemungutan suara ulang metode Pos di
wilayah kerja Kuala Lumpur, tidak melakukan penghitungan pada surat suara
metode Pos yang telah masuk ke dalam PPLN Kuala Lumpur, serta melakukan
pemberhentian sementara terhadap anggota PPLN Kuala Lumpur
sebagaimana dimaksud yang kemudian dilaporkan pada DKPP. Dalam
pelaksanaan masa kerja PPLN Kuala Lumpur dilakukan oleh 5 (lima) Anggota
PPLN tersisa, sedangkan 2 (dua) Anggota PPLN yang dimaksud dalam
rekomendasi Bawaslu yaitu Sdr. Djadjuk Natsir dan Sdr. Krishna K.U. Hannan
diberhentikan sementara pada tanggal 16 April 2019 melalui Keputusan KPU
Nomor 898/PP.05-Kpt/01/KPU/IV/2019 tentang Pemberhentian Sementara
Anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri Kuala Lumpur untuk menunggu
putusan DKPP perihal pelanggaran kode etik, hal ini tertera dalam Surat KPU
Nomor 731/PP.05-SD/01/KPU/IV/2019 tanggal 18 April 2019.
Dalam rangka mempersiapkan PSU metode Pos, PPLN Kuala Lumpur telah
melakukan stock opname terhadap logistik surat suara PPWP dan DPR serta
melakukan cleansing data ganda pemilih melalui metode Pos sebanyak
31.830 pemilih. Dengan demikian, basis DPT PSU Pos menjadi 287.463
pemilih. Hal ini telah disampaikan melalui Berita Acara PPLN Kuala Lumpur
Nomor 0009/PPLN Kuala Lumpur/BA/IV/2019 tertanggal 25 April 2019.
PPLN Kuala Lumpur bersurat kepada Ketua KPU melalui Surat Nomor
00044/RO/PPLN/IV/2019 tanggal 25 April 2019 perihal Revisi Basis Data
Pemungutan Suara Ulang Pos di Kuala Lumpur dengan pokok menerangkan
persiapan PSU metode Pos di Kuala Lumpur. PPLN Kuala Lumpur kemudian
menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu dengan mengeluarkan surat nomor
00010/KUALA LUMPUR-Kpt/IV/TAHUN 2019 tentang Pelaksanaan PSU
melalui metode Pos di Wilayah Kerja PPLN Kuala Lumpur dengan tahapan
penyiapan surat suara dari 25 April 2019 – 6 Mei 2019. Dilanjutkan dengan
pengiriman surat suara secara bertahap pada 29 April, 3 Mei, dan 6 Mei 2019.
Penerimaan dan proses penyimpanan surat suara ke kotak suara dari tanggal
1-13 Mei 2019. Batas akhir penerimaan surat suara melalui metode Pos pada
tanggal 13 Mei 2019. Pada tanggal 14 Mei 2019 dilakukan penyimpanan surat
suara ke kotak suara dan penyiapan penghitungan hasil PSU Pos.

186 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Penghitungan suara dilakukan pada tanggal 15 Mei 2019 dan berlanjut pada
rekapitulasi suara yang dilakukan pada 15-16 Mei 2019. Penyampaian
rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan pada tanggal 17 Mei 2019.
Pada pelaksanaannya, terdapat perubahan jadwal sebagaimana
dijelaskan pada Surat KPU Nomor 819/PL.02.6-SD/01/KPU.V/2019 tanggal
13 Mei 2019 perihal Pemungutan Suara Ulang Pos pada PPLN Kuala Lumpur
yang menerangkan bahwa batas penerimaan surat suara Pos yang semula
pada tanggal 13 Mei 2019 menjadi 15 Mei 2019 dan penghitungan surat suara
Pos yang semula ditetapkan pada tanggal 14 Mei 2019 menjadi tanggal 16 Mei
2019. KPU menyetujui perubahan jadwal dalam tahapan PSU di wilayah PPLN
Kuala Lumpur yang telah sesuai dengan usulan partai politik dan konsultasi
dengan Panwaslu LN Kuala Lumpur.
Dikarenakan terjadi perubahan jadwal pemungutan suara ulang melalui
metode Pos, Panwaslu LN Kuala Lumpur mengirimkan teguran kepada PPLN
dengan Surat Nomor 073/Panwaslu LN-Kuala Lumpur/HK.02.02/V/2019
tanggal 15 Mei 2019 perihal Surat Teguran yang pokok isi bahwa PPLN wajib
melaksanakan PSU Pos sesuai tanggal yang telah ditentukan. Jika pelaksanaan
tidak dilakukan sesuai jadwal maka akan dijadikan temuan pelanggaran
administrasi pemilu. Kemudian disusulkan surat himbauan dari Panwaslu LN
kepada PPLN dengan nomor surat 074/Panwaslu LN-Kuala
Lumpur/HK.01.01/V/2019 tanggal 15 Mei 2019 perihal Surat Himbauan
yang menerangkan bahwa penerimaan surat suara melalui Pos hanya boleh
dilakukan sampai dengan tanggal 15 Mei 2019. Apabila surat suara diterima
sesudah tanggal tersebut tidak dapat diterima dan dihitung dalam proses
penghitungan yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2019.
Pada pelaksanaannya, PPLN masih menerima surat suara melalui Pos
pada tanggal 16 Mei 2019. Berdasarkan tanggapan Bawaslu melalui Surat
Nomor 078/Panwaslu LN-Kuala Lumpur/HK.01.01/V/2019 tanggal 16 Mei
2019 perihal Surat Tanggapan menyatakan bahwa Pengawas hanya
mengakui surat suara yang sampai kepada PPLN Kuala Lumpur sebanyak
22.807 surat suara dan surat suara yang sampai ke PPLN Kuala Lumpur
setelah tanggal 15 Mei 2019 tidak dapat dihitung. Pada saat pleno rekapitulasi
suara hasil pemungutan suara pada tanggal 16 Mei 2019, PPLN tetap
melakukan penghitungan surat suara yang diterima pada tanggal 16 Mei 2019
walaupun surat suara tersebut ditandai dengan stempel Pos bertanggal 15
Mei 2019. Total jumlah surat suara yang diterima oleh PPLN Kuala Lumpur
sesuai dengan cap pos tanggal 15 Mei 2019 adalah sebanyak 85.085 surat
suara.
Dengan pelaksanaan pemungutan suara ulang melalui metode Pos yang
dilakukan oleh PPLN dengan mengikutsertakan surat suara yang diterima
melewati batas waktu pada tanggal 15 Mei 2019, Bawaslu kemudian

Menata Kelola Demokrasi 187


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
mengeluarkan rekomendasi dengan Surat Nomor SS-
0968/K.BAWASLU/PM.00.00/5/2019 tanggal 19 Mei 2019 perihal
rekomendasi dengan pokok surat KPU melakukan rekapitulasi hasil
penghitungan suara ulang tingkat nasional terhadap surat suara Pos yang
diterima PPLN Kuala Lumpur hanya untuk 22.807 surat suara yang diterima
sampai tanggal 15 Mei 2019 dan menyatakan surat suara yang diterima PPLN
Kuala Lumpur setelah tanggal 15 Mei 2019 dinyatakan tidak sah. Berdasarkan
rekomendasi Bawaslu tersebut, KPU dalam Rapat Pleno Rekapitulasi Suara
Tingkat Nasional tanggal 19 Mei 2019 melaksanakan rekomendasi tersebut
dengan melakukan perbaikan terhadap formulir DA1 DPR RI LN Kuala
Lumpur sehingga surat suara yang diterima pada tanggal 16 Mei 2019
dinyatakan melewati batas waktu dan tidak sah. PPLN Kuala Lumpur telah
mengikuti rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional di
Jakarta dan berdasarkan keputusan Bawaslu menanggapi keberatan terhadap
penghitungan surat suara yang diterima oleh PPLN tanggal 16 Mei 2019,
maka surat suara sebanyak 62.278 (cap pos 15 Mei 2019 dan baru diterima
PPLN tanggal 16 Mei 2019) tidak diperhitungkan, Sehingga surat suara PSU
Pos yang dihitung hanya sebanyak 22.807.

4) Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu pada Kasus Selangor


Pada waktu yang bersamaan dengan dilakukannya pemungutan suara
pada TPSLN dan KSK serta pemungutan suara ulang melalui metode Pos,
persoalan pelanggaran pemilu dengan pengerusakan surat suara di Selangor
dilanjutkan pada pelanggaran etik di DKPP. KPU mengadukan Anggota PPLN
Kuala Lumpur atas nama Sdr. Djadjuk Natsir dan Sdr. Krishna K.U. Hannan
kepada DKPP setelah pelaksanaan verifikasi dan klarifikasi terhadap kasus di
Selangor pada tanggal 12 April 2019 dan berdasarkan rekomendasi Bawaslu
yang disampaikan pada tanggal 16 April 2019 terhadap kedua Anggota PPLN
Kuala Lumpur tersebut. Pokok dalam rekomendasi Bawaslu tersebut bahwa
Sdr. Djadjuk Natsir bertanggungjawab terhadap dugaan pelanggaran atas
pencoblosan surat suara di dalam wilayah PPLN Kuala Lumpur dan Sdr.
Krishna K.U. Hannan diduga berpotensi menimbulkan konflik kepentingan
dikarenakan tugas yang bersangkutan sebagai Pejabat Fungsional pada
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia.
Berdasarkan pertimbangan pada keterangan pihak-pihak terkait, bukti
dokumen, dan fakta yang terungkap dalam pemeriksaan DKPP, majelis
berpendapat bahwa teradu yaitu Sdr. Djadjuk Natsir bahwa yang
bersangkutan menyulitkan proses verifikasi dan klarifikasi atas peristiwa
tercoblosnya surat suara sah oleh pemilih yang tidak sah dan belum
tercoblosnya surat suara sah oleh pemilih sah yang terjadi di Kajang dan
Bangi, Selangor Malaysia. Melihat dari pembagian tugas, seharusnya yang

188 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
bersangkutan bertanggungjawab atas hal tersebut. Kemudian Sdr. Djadjuk
Natsir juga tidak mampu mengumpulkan informasi penting terkait dukungan
sarana dan prasarana teknis pemungutan suara melalui metode Pos. Majelis
menilai bahwa itu adalah bentuk kelalaian dari yang bersangkutan pada
pengiriman logistik pemilu ke Kantor Pos Malaysia yang dilakukan menjelang
tengah malam di luar jam operasional. Berdasarkan hal tersebut, DKPP
menilai bahwa Sdr. Djadjuk Natsir terbukti melakukan pelanggaran kode etik
penyelenggara pemilu yakni ketentuan Pasal 15 huruf e dan huruf f serta
Pasal 19 huruf d Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilu.
Sedangkan pada teradu Sdr. Krishna K.U. Hannan, Majelis berpendapat
bahwa kedudukan yang bersangkutan sebagai Deputy Chief Mission atau
Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia sekaligus PPLN Kuala
Lumpur berpotensi memiliki konflik kepentingan antara yang bersangkutan
dengan terpilihnya putra Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia
sebagai anggota legislatif di Dapil DKI II yang menjadi wilayah kerja yang
bersangkutan. Selain itu, tugas yang bersangkutan sebagai penghubung dan
kelembagaan tidak optimal dikarenakan hanya berhubungan dengan pihak
Panwaslu LN sedangkan pada urusan otoritas keamanan setempat tidak
dilakukan dengan baik. Oleh karenanya, DKPP meyakini posisi yang
bersangkutan sebagai anggota PPLN sekaligus pejabat fungsional pada
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur telah menimbulkan
konflik kepentingan. Hasil akhir putusan menyatakan bahwa yang
bersangkutan terbukti melanggar ketentuan Pasal 14 huruf c Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilu.
Dalam sidang kode etik terbuka untuk umum yang dilakukan oleh DKPP
Pada tanggal 17 Juli 2022 menyimpulkan bahwa Sdr. Djadjuk Natsir dan Sdr.
Krishna K.U. Hannan terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilu pada tingkatan berat dan
seharusnya dijd atuhi sanksi pemberhentian tetap. Namun pada saat Pleno
DKPP 9 Juli 2019 keduanya sudah tidak lagi menjabat sebagai penyelenggara
pemilu. Kemudian keduanya dinyatakan tidak lagi memenuhi syarat untuk
menjadi penyelenggara pemilu di masa yang akan datang.

5) Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara PPLN Kuala Lumpur


Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara PPLN Kuala Lumpur dilakukan
pada tanggal 19 Mei 2022 bertempat di Ruang Sidang Utama Kantor KPU RI.
Ketua PPLN Kuala Lumpur didampingi oleh Anggota PPLN Kuala Lumpur
membacakan Formulir Model DA1 KPU LN PPLN Kuala Lumpur. Dalam forum
tersebut terdapat perdebatan terkait status hasil Pemungutan Suara Ulang
melalui Pos yang diterima oleh PPLN lewat dari tenggat waktu akhir
pengiriman surat suara melalui Pos.

Menata Kelola Demokrasi 189


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Dalam dokumen notulensi hasil rapat pleno terbuka yang membahas
PPLN Kuala Lumpur, Pimpinan KPU sebagai pimpinan sidang menyampaikan
bahwa jika merujuk pada pasal 168 ayat 1 Peraturan KPU Nomor 3 Tahun
2019 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara, maka disebutkan dalam
ayat 2 bahwa KPPS LN Pos menerima surat suara melalui pos dari pemilih
yang memilih melalui pos paling lambat pada hari dan tanggal penghitungan
suara di luar negeri. Tanggal penghitungan suara di PPLN KL tanggal 16 Mei
2019 sehingga surat suara yang diterima sampai 16 Mei 2019 secara regulasi
masih bisa diterima. Sementara secara de jure, Pos menerima tanggal 15 Mei
2019 kemudian mengirimkan kepada PPLN pada tanggal 16 Mei 2019 pagi.
Karena terdapat perbedaan pandangan dari Saksi Peserta Pemilu, maka KPU
sebagai Pimpinan Rapat memberikan kesempatan kepada Bawaslu RI untuk
memberikan pendapat. Bawaslu RI merekomendasikan agar surat suara yang
diakui untuk dihitung adalah yang diterima pada tanggal 15 Mei 2019 yaitu
sejumlah 22.807. Rapat diskors selama 30 menit karena belum ada titik temu.
Berdasarkan pertimbangan aspek hukum dan dinamika forum, Bawaslu
merekomendasikan surat suara yang dapat dihitung adalah surat suara yang
diterima pada tanggal 15 Mei 2019 sejumlah 22.807 surat suara. Ketua KPU,
sebagai pimpinan rapat pleno saat itu menyampaikan Rekomendasi Bawaslu
dapat dijalankan, namun KPU akan menunggu terlebih dahulu rekomendasi
secara tertulis baru kemudian menindaklanjuti. Jika rekomendasi dijalankan,
maka ada perubahan hasil akhir yang akan ditetapkan dan dibacakan untuk
rekap nasional PPLN KL, begitu pun dengan administrasi PPLN KL yang harus
diperbaiki.
Rapat kembali diskors selama 60 menit untuk menunggu rekomendasi
tertulis dari Bawaslu RI. Menyikapi permintaan tersebut, Bawaslu RI
menyampaikan bahwa rekomendasi yang disampaikan selaras dengan
rekomendasi yang dibuat Panwaslu LN Kuala Lumpur No. 74/PANWASLU LN
Kuala Lumpur/hal/01/V/2019 tertanggal 15 Mei 2019 poin substansi antara
lain: Pertama, melakukan rekapitulasi hasil PSU terhadap Pos hanya untuk
jumlah 22.807 surat suara yang masuk terakhir sampai tanggal 15 Mei 2019.
Kedua, menyatakan surat suara yang diterima setelah tanggal 15 Mei 2019
sebagai surat suara tidak sah.
Dalam rangka memberi waktu kepada Bawaslu RI untuk
mengadministrasikan rekomendasi, Rapat Pleno PPLN Kuala Lumpur
kemudian ditunda dan dilanjutkan keesokan harinya pada pukul 13.27 WIB.
Setelah para Saksi Peserta Pemilu, Bawaslu RI dan Panwaslu LN Kuala
Lumpur diberi kesempatan berbicara, Pimpinan Sidang yaitu Hasyim Asy’ari
mengesahkan rekapitulasi suara PPLN KL sesuai dengan Rekomendasi
Bawaslu.
Selain terkait hasil Pemungutan Suara Ulang Pos, Para Saksi Peserta

190 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Pemilu dan Bawaslu RI termasuk juga Panwaslu LN menyampaikan beberapa
catatan dan pertanyaan kepada PPLN Kuala Lumpur. Catatan tersebut dapat
dirangkum sebagai berikut:
1. Personalia PPLN Kuala Lumpur yang didominasi Pejabat Perwakilan RI
Kuala Lumpur;
2. Alamat Pengiriman Pos yang tidak akurat;
3. Akurasi Jumlah Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri di PPLN Kuala Lumpur;
4. Mekanisme Kontrak dengan Pos Malaysia dalam Pengiriman Surat Suara
Melalui Pos;
5. Perubahan Jumlah TPSLN yang terjadi dalam pelaksanaan Pemungutan
Suara di PPLN Kuala Lumpur;
6. Perubahan Jadwal dan Jumlah Valid Surat Suara terkait Pemungutan Suara
melalui Pos;
7. Koordinasi dan Komunikasi yang kurang efektif antara PPLN, Panwaslu
LN dan Peserta Pemilu di Kuala Lumpur;
8. SOP Pelaksanaan Pemungutan Suara melalui Pos yang diterapkan oleh
PPLN Kuala Lumpur
Terhadap catatan-catatan tersebut telah direspon dengan baik oleh PPLN
Kuala Lumpur dan dijadikan bahan Evaluasi bagi Penyelenggaraan Pemilu ke
depan.
Berkaca dari kasus Kuala Lumpur. Secara umum pengelolaan Pemilu di Luar
Negeri tidak dapat disamakan dengan Pemilu di Dalam Negeri. Pola pengelolaan
ini berbeda mengingat daerah wilayah Perwakilan di Luar Negeri memiliki
jumlah penduduk dan wilayah yang berbeda-beda. Pola pengelolaan Pemilu di
Luar Negeri selama ini juga melihat hal tersebut utamanya dalam pengaturan
jumlah Badan Penyelenggara Pemilu Ad Hoc. Perbedaan jumlah pemilih dan
metode tersebut membuat adanya klasifikasi pada pengelompokan jumlah Badan
Penyelenggara Pemilu Ad Hoc yang dibentuk.
Namun hal tersebut pada beberapa daerah yang memiliki jumlah pemilih
yang cukup besar seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong,
Taiwan, Saudi Arabia, Amerika Serikat, ataupun Australia membutuhkan
dukungan sumber daya personel yang lebih jika dibandingkan wilayah lain yang
secara persebaran pemilih tidak begitu banyak dan padat. Daerah-daerah tujuan
pekerja migran atau tujuan studi bagi WNI perlu mendapatkan perhatian lebih
mengingat tarik ulur kebijakan yang ada sangat menentukan opini yang
terbentuk di masyarakat dan kualitas penyelenggaraan Pemilu.
Berdasarkan kasus yang terjadi pada PPLN Kuala Lumpur, beban kerja PPLN
yang bertugas cukup berat karena jumlah pemilih yang besar. Dari proses

Menata Kelola Demokrasi 191


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
pemutakhiran data pemilih dimulai, terdapat ketidaksesuaian data yang terdapat
pada aplikasi SIMKIM, data ketenagakerjaan, dan data Pemilu terakhir.
Pergerakan WNI pada wilayah kerja Perwakilan yang padat ini menyulitkan
penyelenggara dalam menetapkan DPT di wilayah kerja tersebut.
Ketidakpastian jumlah pemilih tetap tersebut berdampak pada kebutuhan
jumlah TPS yang disediakan dan juga metode yang tepat untuk memberikan
pelayanan bagi WNI dalam menggunakan hak pilihnya. Penentuan titik-titik yang
tepat ini dapat mempengaruhi partisipasi dari WNI pada pemungutan suara. Di
samping itu, persoalan pemungutan suara melalui Pos juga terkendala dengan
adanya alamat pemilih yang tidak sesuai sehingga surat suara yang dikirimkan
pada akhirnya dikembalikan oleh Pos karena tidak menemukan alamat tujuan.
Persoalan jumlah pemilih juga berdampak terhadap kebutuhan logistik Pemilu.
Beban kerja Badan Penyelenggara Pemilu Ad Hoc di Kuala Lumpur menjadi
evaluasi bagi KPU untuk meninjau kembali proses pembentukan PPLN pada
Pemilu 2019. Pada Pemilu 2019, proses pembentukan PPLN sangat bergantung
pada peranan Kepala Perwakilan RI yang memegang penuh dalam proses
penunjukan masyarakat yang layak sebagai PPLN. Kemudian Kepala Perwakilan
RI memberikan daftar usulan tersebut kepada KPU untuk ditetapkan. Mekanisme
yang demikian rawan dengan konflik kepentingan.
Potensi konflik kepentingan mungkin terjadi di beberapa negara, namun
pada kasus Kuala Lumpur terlihat jelas bahwa Wakil Duta Besar ditunjuk sebagai
PPLN oleh Duta Besar yang dimana putra dari Duta Besar sedang mencalonkan
diri pada Dapil yang merangkum wilayah kerja PPLN Kuala Lumpur. Hal ini
seharusnya dapat diantisipasi dengan memperhatikan aspek profesionalitas dan
netralitas penyelenggara. Penunjukan PPLN melalui Kepala Perwakilan RI tidak
relevan pada negara-negara yang memiliki WNI dengan jumlah besar karena
sumber daya manusia yang tersedia banyak dan potensi pelanggaran pemilu
cukup besar jika diisi oleh orang yang memiliki kedekatan dengan peserta
pemilu.
Terakhir adalah komunikasi antara penyelenggara, pengawas, dan otoritas
setempat. Hal ini sangat berpengaruh pada pelaksanaan tahapan pemilu.
Mengingat Pemilu di Luar Negeri diselenggarakan bukan di negara sendiri dan
memiliki hukum sendiri oleh sebab itu dibutuhkan koordinasi yang jelas
terhadap pihak otoritas setempat demi kelancaran pelaksanaan. Kasus di Kuala
Lumpur pada pelaksanaan TPSLN membuktikan bahwa tidak terselesaikannya
proses koordinasi antara pihak PPLN dengan Pemerintah Malaysia yang
kemudian berujung dengan pemusatan TPSLN di 3 titik saja. Selain itu koordinasi
antara PPLN dengan Panwaslu LN juga tidak diselesaikan dengan baik. Kasus
pelanggaran pemilu pencoblosan surat suara di Selangor dan penundaan jadwal
pemungutan suara ulang metode Pos membuktikan bahwa antara pihak PPLN
dan Panwaslu LN terjadi miskomunikasi yang kemudian menegasikan kuatnya

192 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
ego-sektoral keduanya dalam penyelenggaraan Pemilu. Padahal dalam konsepsi
hubungan antara penyelenggara dan pengawas merupakan mitra strategis di
mana informasi harus jelas sehingga tidak menimbulkan adanya perbedaan
kebijakan.
Kasus yang terjadi pada PPLN Kuala Lumpur seharusnya dapat diselesaikan
dengan tidak menghitung surat suara hasil pemungutan suara Pos dan
melaksanakan pemungutan suara ulang pada metode tersebut untuk
mendapatkan hasil yang sesungguhnya. Namun demikian, dalam tataran
pelaksanaannya koordinasi dan komunikasi dalam pelaksanaan tahapan baik itu
PPLN dan Panwaslu LN menjadi catatan bagaimana sinergitas tersebut tidak
hadir di dalamnya. Hal inilah yang memicu muncul tambahan persoalan-
persoalan di tengah persoalan klasik yang ada pada pemilu di luar negeri.
Aspek administratif dan teknikal tahapan Pemilu perlu mendapatkan
perhatian, dari pembentukan hingga proses pertanggungjawaban perlu menjadi
catatan pada Pemilu ke depan. Kejadian di Kuala Lumpur ini adalah bagain kecil
dari kendala selama masa tahapan Pemilu. Berbagai persitiwa yang terjadi
memberikan dampak yang besar menjelang pemungutan suara di dalam negeri.
Integritas penyelenggara Pemilu dipertaruhkan agar masyarakat tetap
memberikan kepercayaan penuh pada proses pemungutan, penghitungan, dan
rekapitulasi suara.

Menata Kelola Demokrasi 193


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB X
INOVASI DALAM PENJAMINAN HAK PEMILIH
DI LUAR NEGERI TAHUN 2019

Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) dan Kelompok Penyelenggara


Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) memiliki peran strategis dalam
melindungi hak pilih Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri.
Pada penyelenggaraan Pemilu tahun 2019 di luar negeri, terdapat 549 petugas
PPLN dengan rincian jumlah anggota untuk setiap PPLN berjumlah 3 (tiga) s.d 7
(tujuh) orang, yang tersebar pada 130 Perwakilan Republik Indonesia di Luar
Negeri. Sementara itu, petugas KPPSLN berjumlah 11.008 orang pada 3.177
KPPSLN, dengan jumlah anggota untuk setiap KPPSLN paling sedikit 3 (tiga)
orang dan paling banyak 7 (tujuh) orang. Tantangan terbesar PPLN dalam
melaksanakan tugasnya adalah mendorong WNI di wilayah kerjanya untuk
menggunakan suara dalam Pemilu. Terdapat sekitar 70% WNI yang tinggal di
luar negeri bekerja di sektor informal sebagai Asisten Rumah Tangga (ART). ART
harus mendapat izin pengguna jasanya dalam melakukan pencoblosan surat
suara.
Kendala lain yang dihadapi PPLN di negara-negara kawasan Timur Tengah
adalah PPLN mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi dari para
Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai ART karena mereka
dilarang menggunakan telepon seluler, tidak boleh berinteraksi dengan orang
luar rumah, dan untuk pergi ke KBRI mereka harus dikawal pendamping
(mahram) atau diantar majikannya sehingga harus menunggu majikan libur.
Lain lagi kondisi WNI di Malaysia yang jumlahnya hampir mencapai 3 juta jiwa,
namun banyak yang berstatus ilegal. Para PMI ilegal enggan berhubungan dengan
Pemerintah Malaysia maupun Perwakilan RI, baik Kedutaan Besar, Konsulat
Jenderal atau Konsulat RI. Beragam tantangan dan kendala yang dihadapi oleh
PPLN dalam menjalankan tugas, mendorong PPLN berinovasi dalam penjaminan
hak pemilih di luar negeri dalam rangka meningkatkan angka partisipasi Pemilih
di luar negri dalam Pemilu 2019.

A. Potensi dan Permasalahan


Dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pemilih, PPLN perlu
melakukan inovasi untuk penjaminan hak pemilih di luar negeri tahun 2019.
Inovasi-inovasi dilakukan PPLN berdasarkan potensi dan permasalahaan yang
dihadapi PPLN dalam pelaksanaan tugasnya. Sejumlah persoalan kerap
menghambat PPLN sebagai penyelenggara Pemilu di luar negeri dalam
memfasilitasi warga negara yang berada di luar negeri dalam menyalurkan hak
politiknya. Dalam penyelenggaraan Pemilu tahun 2019 terdapat sejumlah

194 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
kendala dalam proses pendataan pemilih hingga pemungutan dan penghitungan
suara. Kendala tersebut yakni:
Pertama menyangkut kendala profesionalisme petugas. Sebagian besar
terkendala oleh tingkat pengetahuan dalam pelaksanaan teknis tahapan serta
strategi pencegahan agar tidak terjadi masalah. Hal ini menunjukkan bahwa
bimbingan teknis kurang efektif karena menyangkut frekuensi dan volume
bimtek yang belum memadai sehingga materi belum mengarah pada strategi atau
teknik-teknik dalam pelaksanaan tugas dan cara mengatasi masalah. Masalah
profesionalisme dipicu juga oleh rendahnya partisipasi warga negara di sejumlah
negara untuk berpartisipasi menjadi petugas. Kurangnya warga yang bersedia
disebabkan karena keterikatan kerja dan fokus pada kuliah.
Masalah profesionalisme petugas mengakibatkan pada kelemahan
pencatatan administrasi daftar pemilih. Terdapat warga negara yang telah
tercatat dalam DPT, namun pada saat pemilih itu datang ke TPS namanya tidak
tercatat lagi. Selain masalah profesionalisme, kendala petugas lainnya adalah
ketidaksesuaian antara jumlah petugas dengan volume pekerjaan. Apalagi jika
cakupan wilayah pemerintahan dalam suatu negara sangatlah luas dan relatif
menyebar. Kondisi demikian menyebabkan banyaknya warga negara luput dari
pencatatan dalam dokumen daftar pemilih.
Kedua, menyangkut kendala yang ada pada warga negara sebagai pemilih.
Banyaknya jumlah warga negara yang tidak tercatat dalam daftar pemilih
disebabkan oleh cakupan wilayah pemerintahan suatu negara sangat luas,
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri,
ketidakmampuan petugas dalam meregistrasi serta banyaknya warga negara
yang tidak bisa didaftarkan karena ketidaklengkapan dokumen. Pada umumnya
dokumen tidak lengkap karena dokumen administrasi seperti paspor tidak
diijinkan dipinjamkan atau diperlihatkan perusahaan atau majikan karena warga
tersebut wajib bekerja. Karena PPLN mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
dengan pekerja migran untuk mensosialisasi tentang cara-cara pemberian suara,
akibatnya pada metode pemungutan suara dengan metode pos, surat suara yang
terdistribusi tidak sama dengan jumlah surat suara yang dikembalikan kepada
petugas di sejumlah perwakilan.
Ketiga, kendala penyimpanan logistik Pemilu. Prosedur keamanan gudang
logistik yang kurang representatif menjadi masalah di sejumlah negara. Peristiwa
di Selangor, Malaysia dihebohkan setelah beredar video di media sosial yang
menunjukkan penggerebekan lokasi penyimpanan surat suara di Bandar Baru
Bangi. Dari video itu, tampak sejumlah surat suara telah tercoblos. Meski telah
diklarifikasi namun peristiwa itu sempat memengaruhi opini publik. Di beberapa
negara, PPLN kesulitan mengatasi anggaran sewa gudang yang ternyata tidak
sesuai dengan angka kemahalan pada masing-masing perwakilan.
Masalah logistik lainnya berkaitan juga dengan keterlambatan dan

Menata Kelola Demokrasi 195


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
ketidakcukupan surat suara atau ketidaktepatan jumlah surat suara dengan
jumlah pemilih. Pada saat pemungutan suara di TPS pada sejumlah perwakilan,
terjadi antrean yang panjang. Terdapat kekurangan jumlah bilik suara sementara
jumlah pemilihnya membludak. Apalagi jumlah pemilih Daftar Pemilih Khusus
(DPK) yang menggunakan KTP-elektronik dan paspor tidak bisa diprediksi oleh
petugas disana. DPK bisa terlayani tergantung dari kelebihan surat suara di suatu
TPS. Sementara, surat suara di setiap TPS berdasarkan jumlah DPT ditambah dua
persen dari jumlah DPT, sehingga bagi Perwakilan yang jumlah pemilihnya
sedikit tidak bisa mengakomodir kekurangan surat suara.
Keempat adalah tempat pemungutan suara atau TPS. Kendala tersebut
seperti jarak yang terlalu jauh dengan tempat tinggal pemilih. Anggaran
penyewaan gedung menjadi salah satu sebab minimnya jumlah TPS. Selama ini
TPS hanya dibangun di area yurisdiksi Indonesia seperti di Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI), di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) atau
sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri. Tetapi ada juga TPS yang didirikan di
luar yurisdiksi Indonesia dan harus berkoordinasi dengan otoritas setempat dan
waktu juga dibatasi. Kasus seperti ini terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia. PPLN
Kuala Lumpur melalui KBRI sudah mengajukan ijin pembuatan TPS di luar kantor
perwakilan Indonesia. Namun, malam sebelum pemungutan suara, otoritas lokal
tidak memberikan izin. Dampaknya, jumlah TPS yang semula sebanyak 255
dijadikan 168 TPS ditempatkan di KBRI (76 TPS), Wisma Duta (6 TPS) dan
Sekolah Indonesia di Kuala Lumpur (86 TPS). Masalah yang sama terjadi juga di
Sydney, Osaka, dan Hongkong.
Selain itu terdapat tantangan dari luar yang mendorong PPLN berinovasi
dalam penjaminan hak pemilih sehingga mampu meningkatkan angka partisipasi
antara lain adalah wilayah kerja yang sangat luas dan Pemilih yang tersebar;
Keadaan alam serta kondisi cuaca menyulitkan pendataan pemilih sampai ke
kantong-kantong/wilayah yang sulit dijangkau; Infrastruktur jalan jauh dan sulit
dikunjungi dalam melakukan pendataan dan sosialisasi; Infrastruktur jaringan
komunikasi sulit; Rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan lapor
diri perubahan data kepada Kantor Perwakilan; Keterbatasan
pengetahuan/ketidakpedulian WNI migran dan keluarganya akan pentingnya
dokumen yang harus dimiliki; Banyaknya WNI ilegal, overstay, dan
undocumented; Jenis pekerjaan pemilih yang beragam; Mobilitas penduduk yang
sangat tinggi; Database yang diterima dari KBRI sifatnya mentah, tidak dilengkapi
dengan update mutasi, kematian, perubahan status keimigrasian, dan lain
sebagainya; Banyaknya referensi data untuk dicoklit (BNP2TKI, data lapor diri
Kemenlu, Kemendagri, Keimigrasian, dll); Belum tersedia panduan praktis
pelaksanaan pemungutan suara bagi KPPSLN; Sikap untuk menunda atau acuh
dari sebagian besar WNI untuk memberikan respon kepada PPLN baik
konfirmasi data diri, update alamat tempat tinggal dan kota domisili maupun
konfirmasi keberadaan.

196 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Sehubungan dengan hal tersebut, PPLN mengembangkan inovasi-inovasi
sebagai upaya untuk memberikan penjaminan hak pemilih di luar negeri dalam
Pemilu tahun 2019. Inovasi tersebut dikembangkan berdasarkan kekuatan yang
dimiliki PPLN. Kekuatan tersebut antara lain adalah adanya tugas, wewenang
dan kewajiban PPLN sebagaimana tercantum dalam Peraturan KPU Nomor 4
Tahun 2018 tentang Pembentukan dan Tata Kerja PPLN dan KPPSLN dalam
Penyelenggaraan Pemilu, Pasal 16, 17 dan 18; adanya pakta integritas yang
ditandatangani seluruh anggota PPLN; adanya pemahaman dan pengetahuan
PPLN terhadap ketentuan pelaksanaan Pemilu; adanya komitmen PPLN untuk
melakukan tugas, wewenang dan kewajiban dalam Pemilu tahun 2019 sesuai
dengan ketentuan yang berlaku; tersedianya kepengurusan PPLN yang memadai;
adanya prinsip netralitas yang dijunjung tinggi oleh PPLN; dan tersedianya
pedoman kerja.
Dalam berinovasi, selain memanfaatkan kekuatan yang dimiliki, PPLN juga
memanfaatkan peluang dari luar sehingga dapat berinovasi dalam penjaminan
hak pemilih di luar negeri antara lain adalah amanat Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilu, terkait tugas, wewenang dan kewajiban PPLN pada
Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66; adanya dukungan penuh Kantor Perwakilan RI
terhadap pelaksanaan Pemilu 2019; Dukungan keamanan dari pihak kepolisian
setempat selama persiapan dan pelaksanaan Pemilu 2019; dukungan tokoh
masyarakat Indonesia, paguyuban dan komunitas warga masyarakat Indonesia;
serta adanya dukungan petugas Pantarlih, KPPSLN, dan seluruh warga
masyarakat Indonesia.

B. Inovasi PPLN
Dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat di luar negeri dalam
Pemilu 2019, beberapa PPLN telah melakukan inovasi sehingga memberikan
jaminan bagi pemilih untuk berperan serta dalam pelaksanaan pemilu 2009.
Inovasi tersebut telah dilakukan PPLN dalam beberapa tahapan pemilu yaitu:
1. Pembentukan KPPSLN
2. Pembentukan Petugas Pantarlih Luar Negeri
3. Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih
4. Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di Luar Negeri
5. Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Pemungutan Suara dan
Perlengkapan Lainnya
6. Pengumuman dan Pemberitahuan Tempat dan Waktu Pemungutan Suara
7. Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara
Inovasi tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut:

Menata Kelola Demokrasi 197


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
1. Pembentukan KPPSLN
Jaminan terhadap hak pemilih WNI yang bertempat tinggal di luar negeri
untuk memilih dilakukan KPU melalui penetapan kebijakan terkait pembentukan
dan pengangkatan anggota PPLN dan KPPSLN sebagaimana tercantum dalam
Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pembentukan dan Tata Kerja PPLN
dan KPPSLN dalam Penyelenggaraan Pemilu sebagaimana tercantum pada
Pasal 13 ayat (1) tentang pembentukan KPPSLN, ayat (2) dan (3) tentang
perpanjangan masa kerja KPPSLN, serta Pasal 26 ayat (1) tenang persyaratan
anggota PPLN dan KPPSLN antara lain mempunyai integritas, pribadi yang kuat,
jujur dan adil, serta tidak menjadi anggota Partai Politik.
Dalam rangka penjaminan hak pemilih di luar negeri dalam Pemilu 2009,
beberapa PPLN telah melakukan upaya pada pembentukan KPPSLN yakni
sebagai berikut:
1. PPLN Adis Ababa melakukan pengumuman terhadap minat untuk menjadi
bagian dari PPLN melalui Perwakilan RI dan seluruh sosial media yang
tersedia;
2. PPLN Bangkok mengumumkan perekrutan PPLN/KPPSLN via medsos dan
website KBRI dan website komunitas;
3. PPLN Cairo melakukan pemilihan dan penetapan KPPSLN dilakukan secara
terbuka, dan diputuskan bersama;
4. PPLN Cape Town mengecek postingan sosmed calon pendaftar untuk
meyakinkan mereka yang terpilih adalah netral, tidak memihak salah satu
capres/partai; dan
5. PPLN Colombo mengumumkan lewat website PPLN dan media sosial dalam
pembentukan KPPSLN;
6. PPLN Helsinski melakukan penyelidikan ke akun sosmed calon anggota
KPPSLN;
7. PPLN Kuching membentuk 6 Koordinator Wilayah pelayanan (Korwil) di 6
kota yang berbeda menurut konsentrasi titik sebaran WNI calon pemilih.
Masing-masing diketuai oleh wakil PPLN sebagai penanggungjawab Korwil
(Person in Charge). Untuk membantu PIC melaksanakan tugasnya, PPLN
melakukan rekrutmen untuk staf Korwil. Jumlah stafnya disesuaikan dengan
DPT di masing-masing korwil tersebut. Anggarannya diambil dari peruntukan
yang sudah disetujui dalam RAB PPLN Kuching seperti yang diminta kepada
KPU untuk tahun 2019;
8. PPLN Johor Bahru mengumumkan recruitment KPPSLN melalui Flyer, grup
whatsapp, website KJRI Johor Bahru dan website PPLN Johor Bahru, serta
informasi yang disampaikan dari satu orang ke orang lainnya;

198 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
9. PPLN Madrid melakukan pengumuman secara terbuka melalui media sosial
KBRI Madrid dan menyeleksi berdasarkan kelengkapan syarat administrasi
dan pertimbangan keterwakilan kelompok masyarakat;
10. PPLN Taipei melakukan inovasi dalam pembentukan Badan Ad hoc sebagai
berikut:
a. Penggunaan Website PPLN Taipei; dan
b. Penelusuran Background Calon Badan Ad hoc melalui aktivitas di media
sosial.
11. PPLN Western Australia melakukan perekrutan calon anggota KPPSLN
dengan pengumuman yang disebarluaskan melalui website KJRI Perth dan
website PPLN WA serta media sosial lainnya. Seleksi dan penilaian
mempertimbangkan partisipasi seluruh unsur masyarakat, dari aspek
kedaerahan, profesi, maupun pengalaman pada Pemilu sebelumnya.

2. Pembentukan Petugas Pantarlih Luar Negeri


Untuk memberikan jaminan hak Pemilih WNI yang bertempat tinggal di luar
negeri untuk memilih, Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2018 tentang
Penyusunan Daftar Pemilih di luar negeri dalam Penyelenggaraan Pemilihan
Umum Pasal 6 dan Pasal (11) ayat (1) dan (2) telah menetapkan ketentuan bahwa
PPLN mendaftarkan Pemilih di luar negeri 1 (satu) kali ke dalam daftar Pemilih
di PPLN, sementara dalam melaksanakan tugasnya tersebut PPLN dibantu oleh
Pantarlih LN yang diangkat dan diberhentikan oleh PPLN.
Dalam rangka penjaminan hak pemilih, beberapa PPLN telah melakukan
inovasi dalam pembentukan Petugas Pantarlih luar negeri antara lain telah
dilakukan oleh PPLN berikut:
1. PPLN Cairo telah melakukan pemilihan dan penetapan Pantarlih secara
terbuka dan diputuskan bersama;
2. PPLN Tawau telah melakukan seleksi 13 (tiga belas) Petugas Pantarlih dan
penambahan petugas Pantarlih menjadi 26 (dua puluh enam) petugas; dan
3. PPLN Taipei telah mengumumkan secara terbuka calon anggota Pantarlih
Luar Negeri dan mengumumkan Anggota Pantarlih yang terpilih.

3. Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih


Dalam mewujudkan jaminan hak konstitusional WNI dalam
penyelenggaraan Pemilu, KPU telah melakukan sejumlah perbaikan dari sisi
regulasi maupun teknis. Dari aspek regulasi terdapat klausul bahwa WNI yang
telah memenuhi syarat untuk memilih tetapi tidak terdaftar dalam DPT tetap
dapat menggunakan hak pilihnya dan didaftar pada daftar pemilih khusus (DPK)
dan daftar pemilih khusus tambahan (DPKTb).

Menata Kelola Demokrasi 199


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
KPU dalam menyediakan data pemilih juga menggunakan sistem informasi
yang diberi nama sistem informasi pendaftaran pemilih yang dapat diakses oleh
publik secara online. Sistem informasi tersebut berfungsi untuk konsolidasi data,
pemeliharaan dan pemutakhiran data serta sosialisasi dan publikasi data.
Keakuratan DPTLN final sangat ditentukan oleh terverifikasinya para calon
pemilih pada masa coklit dan penyusunan DPSLN, DPTHPLN dan DPTLN.
Beberapa inovasi yang telah dilakukan PPLN dalam pendaftaran pemilih WNI
yang bertempat tinggal di luar negeri adalah sebagai berikut:
1. PPLN Johor Bahru menyediakan Pemilu Corner di KJRI Johor Bahru yang
dibuka setiap hari Senin s.d Kamis Jam 08.00 s.d 16.00 untuk memberikan
pelayanan bagi pemilih yang ingin daftar langsung di KJRI Johor Bahru atau
mengecek data dirinya apakah sudah betul atau tidak, serta mengembangkan
dan menggunakan KSK application untuk membantu pemilih dan
memastikan tidak terjadi double pemilih (lengkap). Mapping Data Pemilu
berdasarkan zoma (negeri) dengan anggota PPLN sebagai penanggung jawab
di masing-masing negeri, pembentukan coordinator di tiap negeri di bawah
koordinasi langsung PPLN;
2. PPLN Osaka telah melakukan inovasi yang sangat baik dalam pemutakhiran
data pemilih yaitu inovasi system database dan penggunaan barcode dan
barcode reader;
3. PPLN dan Pantarlih Den Haag melakukan pelaksanaan Pemutakhiran Data
Pemilih, salah satunya dengan cara menerima masukan dari masyarakat baik
melalui social media, hotline PPLN Den Haag dan Pengadaan langsung
termasuk menyediakan formulir pendaftaran Pemilih dalam jaringan
(online) melalui laman atau media sosial PPLN, atau dengan cara lain sesuai
dengan ketentuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Disamping itu PPLN
Den Haag juga melakukan inovasi sebagai berikut:
a. menggunakan Sistem Manajemen Data untuk memudahkan proses
pencocokan dan penelitian sehingga verifikasi data lebih akurat. Pada
tiap tahapan pengolahan data dilakukan Quality Control (QC) Database.
b. melakukan pendaftaran pemilih secara online dan penggunaan barcode
untuk para pemilih yang telah memiliki formulir C6 sehingga proses
pendataan berlangsung lebih cepat.
4. PPLN Riyadh telah berinovasi sejak masa pendaftaran pemilih. Bagi WNI
yang tinggal di 8 provinsi di Arab Saudi (Ahsa, Al Jouf, Dammam, Hail, Jubail,
Riyadh, Qassim dan Zulfi) dapat mendaftar secara online melalui website
konsulerriyadh.online/ Pemiluriyadh.
5. WNI di Singapore dapat mendaftar sebagai pemilih menggunakan 3 opsi,
yakni:

200 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
a. Website registrasi.pplnsingapura.org
b. SMS atau Whatsapp ke nomor 96506779
c. Email ke registrasi@pplnsingapura.org
6. PPLN Taipei menciptakan sistem baru pada pemutakhiran data pemilih
dengan melakukan verifikasi data secara online. Pendaftaran dan Penetapan
DPT berlangsung sejak April 2018 hingga minggu ketiga Desember 2018
(saat penetapan DPTHP-2), data pemilih yang digunakan utamanya berasal
dari data legalisir/endorsement, data Lapor Diri hasil Coklit Pantarlih serta
pendaftaran mandiri pemilih melalui website PPLN Taipei pada alamat
http://daftar.pplntaipei2019.org. Selain itu, PPLN Taipei bersama KDEI
Taipei telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan partisipasi
aktif masyarakat melalui sosialisasi di berbagai acara WNI seperti Tabligh
Akbar dan kegiatan keagamaan lainnya termasuk Safari Ramadhan, PPI Cup
dan berbagai acara kemahasiswaan, Mobile Service, maupun acara sosialisasi
mandiri PPLN Taipei ke Toko-toko Indonesia seputar Taiwan serta
melakukan blasting message (message) dengan melibatkan selebriti media
sosial Indonesia di Taiwan khususnya yang memiliki Facebook dengan
follower lebih dari 50.000 orang untuk periode sampai dengan Desember
2018;
7. PPLN Perth telah melakukan berbagai inovasi sebagai berikut:
a. membuka Posko Pendaftaran/Warung Coklit di berbagai tempat;
b. memanfaatkan media sosial dalam pendaftaran pemilih;
c. menggunakan mailchimp untuk memberikan notifikasi kepada calon
pemilih bahwa yang bersangkutan telah terdaftar sebagai calon pemilih
dalam Pemilu tahun 2019;
d. menerapkan registrasi online dengan membangun situs dapil PPLN-
WA.org sebagai sarana bagi calon pemilih untuk mendaftarkan diri
secara mandiri dan online tanpa dibatasi jarak waktu.
e. Penerapan QR code untuk memvalidasi data-data penting pemilih pada
online database. Dengan menggunakan QR code, setiap pemilih yang
terverifikasi akan dialokasikan dengan QR code yang unik tanpa harus
menyediakan data-data tersebut secara berulang, manual, dan
menggunakan kertas. PPLN Perth telah memiliki database pemilih
sebanyak 6.000 data yang telah dilengkapi dengan alamat email, nomor
kontak yang telah terupdate sehingga memudahkan pelaksanaan
pencocokan data pada Pemilu yang akan datang.
8. PPLN Bangkok membuka pendaftaran online, dengan QR, url, dan email;
9. PPLN Bangkok Pada hari H PPLN membuka tenda di ring 2 (sebelum masuk

Menata Kelola Demokrasi 201


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
TPS) untuk verifikasi final data dan persyaratan pemilih khususnya pemilih
DPTb dan DPK;
10. PPLN Jeddah melakukan pendaftaran pemilih bersifat terbuka, melalui:
a. Whatsapp Center: +966-549089561
b. PPLN Fanpage: www.facebook.com/PPLNJeddah
c. Website PPLN: www.pplnjeddah/org
d. Email PPLN: pplnjeddah2019@gmail.com
11. PPLN Kopenhagen membuat form online untuk pendaftaran dan koreksi data
pemilih;
12. PPLN Mexico City memantau pemilih melalui FB dan Google Maps untuk
melacak dimana keberadaan WNI.
13. PPLN Moskow mengurutkan data pemilih berdasarkan kota asal untuk
memudahkan pengiriman logistik serta bekerja sama dengan PPI dalam
melacak keberadaan pelajar di Rusia;
14. PPLN Muscat membuka help desk Pemilu di kantor konsuler bagi WNI yang
berkunjung ke kantor konsuler untuk keperluan administrasi. Hal ini
dilakukan karena sebagian besar WNI tidak lapor diri pada saat kedatangan
maupun kepulangan di KBRI Muscat. Selain itu, karena data awal dalam
proses Coklit dinilai sangat tidak lengkap dan tidak efisien; dan
15. PPLN Taipei melakukan inovasi pendataan Pemilih sebagai berikut:
a. Penggunaan Website PPLN Taipei; dan
b. Penciptaan Sistem Verifikasi Pemilih Mekanisme Coblos secara online
terpadu untuk seluruh TPS.

4. Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di Luar Negeri


Salah satu tugas dan fungsi dari Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) adalah
melakukan sosialisasi kepada para calon pemilih dengan menggunakan beberapa
metode, materi, dan strategi yang efektif dan kreatif. Sosialisasi tersebut
ditujukan untuk memberi pemahaman mengenai demokrasi dan Pemilu di
Indonesia, tahapan, jadwal dan program Pemilu di luar negeri, peningkatan
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban
dalam Pemilu, tata cara memilih, dan meningkatkan partisipasi Pemilih dalam
Pemilu.
Dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat sebagai pemilih, maka
PPLN telah melakukan inovasi pada kegiatan sosialisasi kepada pemilih WNI
yang bertempat tinggal di luar negeri untuk memastikan bahwa pemilih
memperoleh informasi yang memadai terkait dengan informasi kepemiluan,
sebagai berikut:

202 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
1. PPLN Abu Dhabi telah menggunakan berbagai sarana yang dipandang feasible
dan efektif dalam upaya melakukan sosialisasi (awareness campaign) serta
menjaring dan mendorong pemilih untuk menggunakan hak pilihnya. Hal ini
dilakukan melalui sejumlah kegiatan tatap muka dan sosialisasi dalam
berbagai kegiatan kemasyarakatan maupun pertemuan langsung dengan
masyarakat Indonesia di kota-kota yang banyak didiami WNI. Disamping itu,
PPLN Abu Dhabi juga mengoptimalkan penggunaan media digital (website,
facebook, twitter, Instagram, youtube, aplikasi ponsel pintar berbasis android,
dan SMS broadcast/blast), serta melakukan penyebaran buletin Pemilu secara
berkala di titik-titik berkumpul masyarakat Indonesia di Abu Dhabi. Meski
tetap dibayangi sejumlah kendala dan hambatan dalam mempersiapkan dan
menyelenggarakan Pemilu 2019, PPLN Abu Dhabi mampu mengukir capaian
positif yang terukur dalam hal peningkatan partisipasi jumlah pemilih yang
menggunakan hak pilihnya, yaitu sebanyak 2.813 orang atau 64% dari total
jumlah pemilih terdaftar. Jumlah tersebut meningkat sangat signifikan
dibandingkan jumlah pemilih pada Pemilu tahun 2014.
2. PPLN Johor Bahru telah melakukan beberapa terobosan melalui Sistem
Informasi Pemilu Online, bimbingan teknis kepada petugas Pemilu sebelum
melaksanakan tugas, sosialisasi Pemilu kepada WNI di empat negeri melalui
berbagai media.
3. PPLN Osaka telah melakukan sosialisasi dengan melibatkan pihak penyalur
tenaga kerja.
4. PPLN Taipei melakukan sosialisasi dengan baik dan inovatif. Secara offline,
PPLN Taipei melakukan pertemuan tatap muka dengan WNI, menjalin
kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan dan berkontribusi dalam
kegiatan-kegiatan besar yang diadakan oleh masyarakat Indonesia, termasuk
di dalamnya beberapa konser yang dihadiri oleh lebih dari puluhan ribu WNI
di setiap akhir pekan. Tercatat lebih dari 50 kali sosialisasi dilaksanakan ke
23 daerah administrasi dan kota – kota di Taiwan. Untuk sosialisasi secara
online, selain promosi fanpage PPLN Taipei, PPLN Taipei juga merangkul
puluhan media online untuk melakukan paid promotion menggunakan
Facebook dan Instagram. Dari hasil tersebut tercatat secara akumulatif
berhasil menjangkau lebih dari 2 juta WNI pengguna Facebook di Taiwan.
Untuk meningkatkan peran aktif dari masyarakat, PPLN Taipei juga
mengadakan perlombaan film pendek terbuka untuk WNI di Taiwan, dari
perlombaan ini ada 28 video yang kreatif yang terkumpul. Secara keseluruhan
PPLN Taipei terus menerus melakukan sosialisasi hingga mendekati hari
pemungutan suara.
5. PPLN Perth mengundang ketua organisasi kemasyarakatan dan tokoh
masyarakat luas di beberapa daerah, seperti Mandurah, Bunbury, Busselton,
Albany, dan Geralton untuk menyampaikan program Pemilu dan

Menata Kelola Demokrasi 203


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
menghimbau mereka untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya
peran aktif masyarakat dalam Pemilu. PPLN Perth juga telah memanfaatkan
website www.ppln-wa.org, Facebook, Instagram, Whatsapp dan SMS untuk
menyampaikan informasi terkait pelaksanaan Pemilu Tahun 2019.
6. PPLN Adis Ababa bekerja sama dengan pihak perusahaan Indonesia/asing
yang mempekerjakan WNI untuk mengijinkan/mengadakan sosialisasi di
wilayah tertentu.
7. PPLN Bangkok memanfaatkan media sosial: Twitter,WA, Line, Instagram dan
Website untuk sosialisasi kepada masyarakat.
8. PPLN Beograd berkolaborasi dengan kegiatan KBRI dalam melakukan
sosialisasi.
9. PPLN Cairo melakukan beberapa upaya sebagai berikut:
a. menggunakan media lomba hingga festival musik untuk menghadirkan
WNI dalam sosialisasi;
b. Bekerja sama dengan organisasi mahasiswa melalui sharing program dan
sharing dana kegiatan sosialisasi dalam hal mencetak pamflet, brosur,
notebook, kalender, dan item lainnya milik mahasiswa, dan
c. Memanfaatkan buletin, majalah, grup WA dan media lainnya.
10. PPLN Cape Town melakukan sidak sosialisasi kepada para ABK di kapal
mereka masing-masing dengan membawakan makanan.
11. PPLN Colombo bekerjasama dengan pihak pemberi kerja untuk memberikan
tempat dan waktu bagi PPLN dalam pelaksanaan sosialisasi Pemilu 2019.
12. PPLN Helsinski menggunakan poster sebagai pelengkap materi sosialisasi.
13. PPLN Jeddah melakukan Sosialisasi ‘Open Booth’ dengan membuka stand di
Bazar Nusantara dan berkunjung ke kota-kota kecil.
14. PPLN Kopenhagen melakukan sosialisasi live di media social.
15. PPLN Kuching membentuk 2 (dua) tim Sosialisasi dengan mekanisme kerja
sebagai berikut:
a. Masing-masing Tim yang dibentuk diusahakan mempunyai wakil yang
memiliki kapabilitas sama. Tim 1 bergerak di ujung minggu dan tim 2 di
hari kerja. Hal ini juga untuk menyesuaikan dengan jadwal yang diijinkan
oleh para majikan yang mempekerjakan TKI untuk dapat mengadakan
kegiatan sosialisasi yang tentunya akan mempengaruhi operasional
perusahaan. Dalam tiap tim ada personil dari perwakilan, ada yang
kompetensinya public speaking sebagai pembicara utama, ada yang
menjadi narasumber khusus, ada yang mengurus dokumentasi dan
administrasi serta ada yang piawai dalam teknis pelaksanaan secara

204 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
umum;
b. Menggunakan media sosialisasi sebagai berikut:
1) Media promosi berupa standing banner, pin badge, pencetakan brosur,
spanduk yang kita tinggalkan di perusahaan mereka sebagai reminder,
kaos yang bersablon tentang event Pemilu Serentak 2019, dan plakat
yang diberikan kepada pihak majikan sebagai penghargaan telah
memfasilitasi.
2) Media massa berupa mengisi slot di radio swasta maupun pemerintah
(dengan target yang berbeda). Juga melalui press release dengan
mengundang media cetak arus utama, televisi pemerintah/swasta
nasional, dan media online/alternative. Siaran radio dilakukan 2 kali
dengan penekanan berita yang berbeda. Press release juga dilakukan
beberapa kali, dan kesemuanya mendapat liputan di televisi.
Disamping itu PPLN Kuching juga menggunakan SMS blast, yang
memfokuskan broadcasting kepada nomor-nomor telepon WNI yang
berada di Sarawak. Inipun dilakukan beberapa kali dengan fokus
berita yang berbeda, menurut tahapan Pemilu yang berkaitan;
3) Menumpang pada event-event sosial kemasyarakatan yang sedang
berlangsung, seperti : kegiatan olahraga yang diikuti WNI, peringatan
Hari Kemerdekaan RI, kegiatan pengajian perkumpulan warga
masyarakat Indonesia, arisan WNI, juga pada setiap event yang
diadakan KJRI Kuching yang melibatkan masyarakat WNI di Sarawak.
4) Sosialisasi kepada stakeholder negara setempat seperti: audiensi
kepada pihak-pihak yang berwenang seperti Polis DiRaja Malaysia,
Imigrasi Malaysia Sarawak, Kerajaan Negeri Sarawak dan para pemilik
perusahaan (majikan) yang mempekerjakan WNI; dan
5) Mengunjungi sebanyak-banyaknya titik-titik konsentrasi WNI di kota-
kota yang tersebar di Sarawak, dengan prioritas diberikan kepada
lokasi-lokasi yang mempunyai WNI dalam jumlah besar dan
terkonsentrasi dalam kantong-kantong WNI, dan kemudian disusul
dengan yang tersebar/terpencar-pencar seperti asisten rumah tangga
dan pekerja di restoran/toko.
16. PPLN Mexico City telah melakukan sosialisasi melalui inovasi sebagai berikut:
a. Mengundang WNI dengan WA grup, FB, kontak WNI satu per satu melalui
WA;
b. Mengadakan kuis tentang Pemilu dengan memberikan hadiah;
c. Memberikan brosur dan kaos dengan tanggal Pemilu; dan
d. Mengirim info Pemilu, bahan sosialisasi, brosur dan kaos dikirim kepada

Menata Kelola Demokrasi 205


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
WNI bagi yang tidak datang.
17. PPLN Moskow mendatangi lokasi tempat kerja, asrama dan mengadakan
sosialisasi online.
18. PPLN Muscat menggunakan media sosial dan SMS blast, serta mempersiapkan
bahan-bahan sosialisasi yang lebih sederhana yang lebih mudah dipahami
oleh PMI domestik;
19. PPLN Taipei melakukan inovasi sosialisasi berikut:
a. Penggunaan Website PPLN Taipei;
b. Konser akbar dan kegiatan Promosi Perusahaan Indonesia di Taiwan;
c. melibatkan Media di Taiwan yang mempunyai basis massa lebih dari
50.000 di Taiwan;
d. Kerjasama dengan Telin (Telkom Indonesia Taiwan) untuk SMS blasting;
dan
e. Lomba video untuk sarana aktualisasi dan partisipasi aktif kaum milenial.
20. PPLN Tawau melakukan sosialisasi selain melalui tatap muka juga
menggunakan sarana media online yaitu website Konsulat RI Tawau, Facebook
PPLN Tawau, pemasangan spanduk, dan radio Tawau FM.
21. PPLN Madrid melakukan upaya untuk menjangkau pemilih antara lain
melalui:
a. Mengoptimalkan sarana media sosial dan media massa yang dimiliki PPLN
Madrid, antara lain melalui Facebook dan website;
b. Memanfaatkan website dan akun media sosial KBRI Madrid serta
menyampaikan pengumuman di ruang lobby; dan
c. Mendorong peran aktif warga yang memiliki pengaruh dan jaringan
untuk ikut serta mensosialisasikan Pemilu.
22. PPLN Washington DC berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat Indonesia,
memberikan informasi secara perorangan saat kegiatan Coklit, membuka
hotline dengan basis layanan 7/24, website PPLN, email PPLN, Facebook PPLN,
dan SMS Blast, serta bekerjasama dengan KBRI dalam mempergunakan
website dan media sosial Perwakilan RI; dan
23. PPLN London bekerja sama dengan fungsi konsuler KBRI London untuk
melakukan sosialisasi ke kantong-kantong masyarakat, yaitu daerah dengan
konsentrasi WNI yang besar. Selain itu, PPLN London juga bekerja sama
dengan PPI UK beserta PPI Cabang, dan kelompok/ organisasi yang
beranggotakan WNI. PPLN London juga melakukan sosialisasi dan publikasi
melalui tatap muka maupun media sosial seperti facebook, e-mail, dan website.

206 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
5. Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Pemungutan Suara dan
Perlengkapan Lainnya
Selain itu, untuk memberikan jaminan kepada Pemilih WNI yang bertempat
tinggal di luar negeri, beberapa PPLN telah melakukan pengadaan perlengkapan
pemungutan suara dan perlengkapan lainnya yang digunakan dalam rangka
pemungutan suara sebagai berikut:
1. PPLN Taipei menggunakan amplop surat suara dengan barcode. Logistik dari
sampul nomor 1, 2 dan 3, seluruhnya sudah di pack dari percetakan sehingga
KPPSLN lebih efektif dalam bekerja dengan hanya memasukkan surat suara
kedalam amplop satu (yang didalamnya sudah berisikan sampul no 2, 3 (2
buah), dan form C6. Foto dari pengiriman langsung ke kantor pos Taiwan.
Aplikasi smartphone digunakan untuk scan barcode untuk identifikasi surat
suara dan juga alat scan barcode sebagai alternatif scan barcode untuk
mempercepat proses scan. PPLN Taipei kerjasama dengan Kantor Pos untuk
Pemantauan posisi surat suara yang dikirimkan oleh pemilih dan juga PPLN;
2. PPLN Osaka menggunakan barcode system pada amplop surat suara;
3. PPLN Adis Ababa melakukan pemeriksaan logistik secara bersama seluruh
tim (bukan dilakukan oleh bagian logistik saja);
4. PPLN Bangkok menggunakan kamera CCTV yang mengcover seluruh proses
penghitungan suara;
5. PPLN Bangkok melakukan back-up penghitungan suara dengan google sheet
yang bisa diakses/dimonitor masyarakat tapi dalam bentuk persentase.
Sedang angka riil khusus untuk internal PPLN;
6. PPLN Beograd melakukan sharing knowledge kepada anggota baru dalam
penanganan logistik;
7. PPLN Cairo melakukan pengamanan gudang secara berlapis untuk menjaga
di luar Gudang;
8. PPLN Helsinski menyediakan kotak suara transparan;
9. PPLN Kuching telah melakukan beberapa inovasi dalam rangka ketersediaan
logistik Pemilu 2019 secara tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat
waktu, sebagai berikut:
a. Logistik disimpan di dalam logistik center yang dipasang 3 unit CCTV
berbasis web yang dilengkapi dengan sensor gerakan, yang terhubung ke
semua handset masing-masing anggota PPLN untuk memberikan
peringatan sedini mungkin terhadap upaya pergeseran;
b. Setiap pergerakan logistik Pemilu dibuat catatan yang berisikan
keterangan: tanggal, jam, jenis logistik Pemilu, jumlah satuan item, nama
petugas yang terlibat, penanggung jawab, tujuan dan asal pergerakan.

Menata Kelola Demokrasi 207


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Ditandatangani oleh yang memberikan dan yang menerima. Untuk item-
item yang krusial dan sensitif, lembar pengambilan dan penerimaan wajib
di capture dan di share di WAG PPLN Kuching untuk mengetahui sesegera
mungkin akan adanya pergerakan pada saat tertentu;
c. Setiap pergerakan logistik jauh atau dekat, sesuai dengan tingkat
sensitivitasnya, selalu harus didampingi oleh wakil PPLN. Pada
pergerakan jarak jauh (sampai 14 jam perjalanan) dan antar kota, PPLN
berkoordinasi dengan kepolisian negara Malaysia (PDRM) untuk back-up
pengawalan;
d. Untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya PPLN Kuching membentuk
Koordinator Wilayah pelayanan (Korwil) untuk membagi luas Sarawak
yang sedikit lebih kecil dari luas pulau Jawa. Karena jarak terjauh
pelayanan hampir mendekati 1000 km dengan waktu tempuh darat lebih
dari 20 jam, PPLN Kuching membagi Sarawak ke dalam 6 wilayah
pelayanan, 6 kota yang berbeda menurut konsentrasi titik sebaran WNI
calon pemilih. Masing-masing diketuai wakil PPLN sebagai
penanggungjawab Korwil (Person in Charge/PIC). Untuk membantu PIC
mengelola administrasi logistik dan SDM, PPLN melakukan rekrutmen
kembali untuk staf Korwil, yang pembobotan jumlahnya disesuaikan
dengan DPT di masing-masing korwil tersebut; dan
e. Memaksimalkan penggunaan hubungan telekomunikasi selular dan
komunikasi berbasis internet, sesuai dengan kondisi dan kualitas
penerimaan sinyal di lokasi. Penggunaan aplikasi WhatsApp digunakan
secara luas dan paling banyak digunakan baik internal PPLN maupun
dengan pihak luar. Penggunaan e-mail dan cloud storage juga dipakai
sebagai alternatif, menyesuaikan dengan keperluannya. Semakin
mendekati hari H pemilihan di KSK, intensitas koordinasi antara PPLN
Kuching dengan 5 Korwil yang lain makin tinggi, sehingga penggunaan
video call dan video conference lebih sering digunakan, terutama untuk
mengambil keputusan taktis atas apa yang terjadi dilapangan dan
dikoordinasikan antara PPLN Kuching dengan PIC Korwil terkait. Di setiap
base camp Korwil dipasang WiFi router yang menggunakan kartu seluler
untuk menjamin mobilitas. WiFi ini juga untuk menyediakan sambungan
langsung real time dari CCTV (masing-masing 3 unit) yang mengawasi
gudang penyimpanan logistik masing-masing Korwil langsung ke handset
seluruh anggota PPLN.
10. PPLN Moskow melakukan tracking dalam pengiriman logistik melalui Pos
sehingga bisa diketahui statusnya, serta berkoordinasi dengan pemilih di
setiap kota untuk konfirmasi penerimaan surat suara yang pos dan
pengiriman kembali; dan
11. PPLN London menyimpan surat suara dan logistik lainnya di ruangan steril

208 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
sampai dengan rekapitulasi akhir pada tanggal 23 April 2019, yang berlokasi
di KBRI London dengan memanfaatkan ruangan yang memiliki monitoring
CCTV 24 jam.

6. Pengumuman dan Pemberitahuan Tempat dan Waktu Pemungutan


Suara
PPLN menetapkan tempat pemungutan suara dengan menggunakan metode
di TPSLN dan KSK di wilayah perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain
yang diizinkan oleh pemerintah setempat, dengan keputusan PPLN. Waktu
pelaksanaan Pemungutan Suara di TPSLN dilaksanakan mulai pukul 08.00
sampai dengan pukul 18.00 waktu setempat, atau disesuaikan dengan kondisi di
negara setempat dengan ketentuan waktu Pemungutan Suara di TPSLN
dilaksanakan selama 10 (sepuluh) jam. Sedangkan waktu Pemungutan Suara
melalui KSK dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi di negara
setempat, setelah berkoordinasi dengan Panwaslu LN dan Saksi. Dalam hal tidak
terdapat Panwaslu LN dan/atau Saksi di wilayah kerja PPLN, PPLN membuat
surat pemberitahuan waktu pelaksanaan Pemungutan Suara kepada KPU dengan
tembusan kepada Bawaslu.
Penerapan inovasi dalam pengumuman dan Pemberitahuan Tempat dan
Waktu Pemungutan Suara kepada Pemilih dilakukan antara lain oleh PPLN
sebagai berikut:
1. PPLN Perth menerapkan elektronik C6 yang memungkinkan para calon
pemilih menerima C6 ber QR code lewat email;
2. PPLN Bangkok membagikan stiker kepada masyarakat untuk tahap
pendaftaran dan pemungutan suara;

7. Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara


Dalam pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara, PPLN di beberapa
kantor perwakilan RI telah melakukan beberapa inovasi untuk kelancaran dan
kesuksesan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara. PPLN yang telah
melakukan inovasi tersebut antara lain:
1. PPLN Den Haag dan KPPSLN Den Haag menyemarakkan proses pemungutan
suara di Belanda dengan memutar suara alunan musik di ruang-ruang TPS
Sekolah Indonesia di Den Haag, Belanda serta menyediakan tenda-tenda yang
menjajakan panganan Indonesia di sudut-sudut sekolah yang dipadati
pemilih;
2. PPLN Moskow melakukan penghitungan suara secara streaming melalui
YouTube PPLN Moskow sehingga bisa diakses secara luas oleh WNI;
3. PPLN Beograd menggabungkan pelaksanaan penghitungan surat suara 3

Menata Kelola Demokrasi 209


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
metode pemungutan suara;
4. PPLN London melaksanakan penghitungan dan rekapitulasi secara terbuka
dan disaksikan oleh masyarakat baik secara langsung ataupun live streaming
online pada media-media sosial PPLN London;
5. PPLN Kopenhagen menyiarkan secara live tungsura di media sosial serta
mendokumentasikan dan menyebarkan dokumentasi pengiriman surat suara
sebagai bukti bahwa surat suara sudah dikirimkan ke calon pemilih;
6. PPLN Adis Ababa melakukan live streaming melalui social media yang tersedia
untuk keterbukaan;
7. PPLN Bogota melaksanakan live streaming dalam pemungutan dan
penghitungan suara agar dapat diikuti secara langsung oleh WNI yang sudah
menggunakan hak pilihnya;
8. PPLN Taipei melaksanakan On-line Live Streaming proses penghitungan
suara. Pemungutan suara melalui Pos, penghitungan suaranya dilakukan
dengan cara berikut: surat suara yang masuk di Scan dengan barcode scanner
yang sudah terintegrasi dengan sistem PPLN Taiwan, data-data masing-
masing pemilih tercatat lengkap dan dapat digunakan sebagai form C7, yakni
daftar hadir pemilih. PPLN Taipei bukan hanya mendata surat suara yang
masuk saja, surat suara return to sender dan yang tertolak dikarenakan alamat
yang kurang lengkap juga bisa di cek langsung di sistem PPLN Taipei secara
online. Dengan demikian, apabila ada pemilik hak surat suara, PPLN Taipei
bisa memberikan informasi secara pasti dan akurat keberadaan surat suara
tersebut. Untuk mekanisme pengecekan kode resi surat suara setiap pemilih,
bisa dilihat langsung di website resmi PPLN Taipei
http://daftar.pplntaipei2019.org. Kemudian website pengecekan dark kantor
pos Taiwan untuk menginput kode resi dari surat suara yang dikirim, alamat
website tersebut bisa diakses di
http://postserv.post.gov.tw/pstmail/main_mail.html;
9. PPLN Johor Bahru menerapkan KSK application untuk membantu pemilih dan
memastikan tidak terjadi double pemilih (lengkap);
10. PPLN Kuching melaksanakan pemungutan suara secara serentak di stadion
tertutup dengan cara sebagai berikut:
a. Membagi luasan ruangan yang ada menjadi sejumlah 120 kavling/both
dan diselenggarakan dalam 4 kali giliran;
b. Membagi KPPSLN menurut zona/wilayah pelayanan sebagai dasar
pengelompokan giliran;
c. Memasang CCTV di setiap booth untuk dimonitor melalui screen 60 LED di
anjungan pengendali (control platform) dimana wakil saksi2, Panwaslu,
PPLN dan media dapat memantau;

210 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
d. Mematikan seluruh telepon seluler yang digunakan oleh seluruh petugas
KPPS di lapangan, untuk mengurangi kemungkinan yang dapat
mengganggu proses Pemilu di tanah air yang sedang berlangsung;
e. Alur yang dipakai: KPPS melapor kesiapan ke anjungan pengendali > KPPS
diberi akses ke kotak suara mereka > KPPS menuju ke booth tungsura >
proses penghitungan suara KPPS menuju sudut rekapitulasi (tempat
dimana para saksi memeriksa dan menandatangani lembar C1 Plano) > >
KPPS melapor selesai > KPPS menerima clearance card > KPPS mengambil
honornya > Selesai; dan
f. Untuk tetap dapat berhubungan antara anggota yang menyebar pada saat
tungsura di Stadion tertutup, PPLN Kuching menggunakan unit handy
talkie yang dipegang masing-masing anggota, koordinator PAM lapangan
dan Panwaslu LN.
11. PPLN Muscat bekerjasama dengan KBRI Muscat membuat surat edaran
sebagai ijin yang ditujukan kepada sponsor (majikan) dalam bahasa Inggris
maupun bahasa Arab agar sponsor (majikan) dapat memberi ijin PMI
domestik untuk datang pada hari pemungutan suara. Kemudian dari pada
itu, selain memberikan bimbingan teknis kepada KPPSLN, PPLN Muscat
memberikan ujian singkat untuk mengetahui pemahaman KPPSLN setelah
bimtek, untuk meminimalisasi kesalahan pada saat bertugas.

C. Rekomendasi
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka dalam rangka peningkatan
peranserta masyarakat dalam Pemilihan Umum di Luar Negeri yang akan
diselenggarakan secara serentak pada Tahun 2024, direkomendasikan untuk
melaksanakan dan menindaklanjuti inovasi yang telah dilakukan oleh beberapa
PPLN dalam rangka penjaminan hak pemilih di luar negeri dalam Pemilu Tahun
2024, yang dilaksanakan dalam tahapan pemilu, seperti:
1. Pembentukan KPPSLN
Inovasi yang direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam rangka
Pembentukan KPPSLN pada Pemilu 2024 di luar negeri adalah sebagai berikut:
1. Pengumuman recruitment KPPSLN melalui Flyer, group whatsapp, seluruh
sosial media yang tersedia, website PPLN, website KBRI, website komunitas,
dan informasi yang disampaikan dari satu orang ke orang lainnya;
2. Penyelidikan/penelusuran background calon angota KPPSLN ke akun sosmed
calon anggota KPPSLN;
3. Membentuk Koordinator Wilayah pelayanan (Korwil) menurut konsentrasi
titik sebaran WNI calon pemilih, dengan wakil PPLN sebagai
penanggungjawab Korwil (Person in Charge), yang dibantu oleh staf Korwil,

Menata Kelola Demokrasi 211


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
yang jumlah stafnya disesuaikan dengan DPT di masing-masing korwil;
4. Seleksi dan penilaian mempertimbangkan partisipasi seluruh unsur
masyarakat, dari aspek kedaerahan, profesi, maupun pengalaman pada
Pemilu sebelumnya.

2. Pembentukan Petugas Pantarlih Luar Negeri


Inovasi yang direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam rangka
Pembentukan Petugas Pantarlih Luar Negeri pada Pemilu 2024 di luar negeri
adalah pemilihan dan penetapan Pantarlih dilakukan secara terbuka dan
diputuskan bersama.

3. Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih


Inovasi yang direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam rangka
pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih pada Pemilu 2024 di
luar negeri adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan Pemilu Corner di Kantor Perwakilan untuk memberikan
pelayanan bagi pemilih yang ingin daftar langsung atau mengecek data
dirinya apakah sudah sesuai atau tidak.
2. Mengembangkan dan menggunakan KSK application untuk membantu
pemilih dan memastikan tidak terjadi double pemilih (lengkap).
3. Mapping Data Pemilu berdasarkan zona (negeri) dengan anggota PPLN
sebagai penanggung jawab di masing-masing negeri, pembentukan
coordinator di tiap negeri di bawah koordinasi langsung PPLN.
4. System database dan penggunaan barcode dan barcode reader.
5. Menyediakan formulir pendaftaran Pemilih dalam jaringan (online) melalui
laman atau media sosial PPLN.
6. Menggunakan Sistem Manajemen Data untuk memudahkan proses
pencocokan dan penelitian sehingga verifikasi data lebih akurat. Pada tiap
tahapan pengolahan data dilakukan Quality Control (QC) Database.
7. Penggunaan barcode untuk para pemilih yang telah memiliki formulir C6
sehingga proses pendataan berlangsung lebih cepat.
8. Melakukan verifikasi data secara online. Data pemilih yang digunakan
utamanya berasal dari data legalisir/endorsement, data Lapor Diri hasil Coklit
Pantarlih serta pendaftaran mandiri pemilih melalui website PPLN.
9. Membuka Posko Pendaftaran/Warung Coklit di berbagai tempat.
10. Menggunakan mailchimp untuk memberikan notifikasi kepada calon pemilih
bahwa yang bersangkutan telah terdaftar sebagai calon pemilih dalam Pemilu
tahun 2019.

212 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
11. Membangun situs dapil PPLN-WA.org sebagai sarana bagi calon pemilih untuk
mendaftarkan diri secara mandiri dan online tanpa dibatasi jarak waktu.
12. Penerapan QR code untuk memvalidasi data-data penting pemilih pada online
database. Dengan menggunakan QR code, setiap pemilih yang terverifikasi
akan dialokasikan dengan QR code yang unik tanpa harus menyediakan data-
data tersebut secara berulang, manual, dan menggunakan kertas.
13. Membuat form online untuk pendaftaran dan koreksi data pemilih.
14. Memantau pemilih melalui FB dan Google Maps untuk melacak dimana
keberadaan WNI.
15. Mengurutkan data pemilih berdasarkan kota asal untuk memudahkan
pengiriman logistik serta bekerja sama dengan PPI dalam melacak
keberadaan pelajar.
16. Membuka help desk Pemilu di kantor konsuler bagi WNI yang berkunjung ke
kantor konsuler untuk keperluan administrasi.
17. Penciptaan Sistem Verifikasi Pemilih Mekanisme Coblos secara online terpadu
untuk seluruh TPS.

4. Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di Luar Negeri


Inovasi yang direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam rangka
Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di Luar Negeri pada Pemilu 2024 di luar
negeri adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan berbagai sarana yang dipandang feasible dan efektif dalam
upaya melakukan sosialisasi (awareness campaign) serta menjaring dan
mendorong pemilih untuk menggunakan hak pilihnya, melalui sejumlah
kegiatan tatap muka dan sosialisasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan
maupun pertemuan langsung dengan masyarakat Indonesia di kota-kota yang
banyak didiami WNI.
2. Mengoptimalkan penggunaan media digital (website, facebook, twitter,
Instagram, youtube, aplikasi ponsel pintar berbasis android, dan SMS
broadcast/blast), serta melakukan penyebaran buletin Pemilu secara berkala
di titik-titik berkumpul masyarakat Indonesia.
3. Sistem Informasi Pemilu Online.
4. Sosialisasi melibatkan pihak penyalur tenaga kerja;
5. Menjalin kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan dan berkontribusi
dalam kegiatan-kegiatan besar yang diadakan oleh masyarakat Indonesia,
termasuk di dalamnya beberapa konser yang dihadiri oleh lebih dari puluhan
ribu WNI di setiap akhir pekan.
6. Promosi fanpage PPLN.

Menata Kelola Demokrasi 213


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
7. Merangkul puluhan media online untuk melakukan paid promotion
menggunakan Facebook dan Instagram.
8. Perlombaan film pendek terbuka untuk WNI.
9. Mengundang ketua organisasi kemasyarakatan dan tokoh masyarakat luas di
beberapa daerah untuk menyampaikan program Pemilu dan menghimbau
mereka untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya peran aktif
masyarakat dalam Pemilu.
10. Memanfaatkan website www.ppln-wa.org, Facebook, Instagram, Whatsapp,
Twitter, Line, dan SMS untuk menyampaikan informasi terkait pelaksanaan
Pemilu.
11. Bekerja sama dengan pihak perusahaan Indonesia/asing yang
mempekerjakan WNI untuk mengijinkan/mengadakan sosialisasi di wilayah
tertentu.
12. Menggunakan media lomba hingga festival musik untuk menghadirkan WNI
dalam sosialisasi.
13. Bekerja sama dengan organisasi mahasiswa melalui sharing program dan
sharing dana kegiatan sosialisasi dalam hal mencetak pamflet, brosur,
notebook, kalender, dan item lainnya milik mahasiswa.
14. Melakukan Sosialisasi ‘Open Booth’ dengan membuka stand di Bazar
Nusantara dan berkunjung ke kota-kota kecil.
15. Media promosi berupa standing banner, pin badge, pencetakan brosur,
spanduk yang ditinggalkan di perusahaan-perusahaan sebagai reminder, kaos
yang bersablon tentang event Pemilu Serentak 2019, dan plakat yang
diberikan kepada pihak majikan sebagai penghargaan telah memfasilitasi.
16. Mengisi slot di media massa di radio swasta maupun pemerintah (dengan
target yang berbeda). Juga melalui press release dengan mengundang media
cetak arus utama, televisi pemerintah/swasta nasional, dan media
online/alternative. Siaran radio dilakukan 2 kali dengan penekanan berita
yang berbeda. Press release juga dilakukan beberapa kali, dan kesemuanya
mendapat liputan di televisi. Disamping itu PPLN juga menggunakan SMS
blast, yang memfokuskan broadcasting kepada nomor-nomor telepon WNI.
Hal ini dilakukan beberapa kali dengan fokus berita yang berbeda, menurut
tahapan Pemilu yang berkaitan.
17. Mengadakan kuis tentang Pemilu dengan memberikan hadiah.
18. Konser akbar dan kegiatan Promosi Perusahaan Indonesia blasting.
19. Lomba video untuk sarana aktualisasi dan partisipasi aktif kaum milenial.
20. Sosialisasi ke kantong-kantong masyarakat, yaitu daerah dengan konsentrasi
WNI yang besar.

214 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
5. Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Pemungutan Suara dan
Perlengkapan Lainnya
Inovasi yang direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam rangka
Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Pemungutan Suara dan
Perlengkapan Lainnya pada Pemilu 2024 di luar negeri adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan barcode system pada amplop surat suara.
2. Menggunakan kamera CCTV yang mengcover seluruh proses penghitungan
suara.
3. Melakukan pengamanan gudang secara berlapis.
4. Logistik disimpan di dalam logistik center yang dipasang 3 unit CCTV berbasis
web yang dilengkapi dengan sensor gerakan, yang terhubung ke semua
handset masing-masing anggota PPLN untuk memberikan peringatan sedini
mungkin terhadap upaya kecurangan.
5. Setiap pergerakan logistik Pemilu dibuat catatan yang berisikan keterangan:
tanggal, jam, jenis logistik Pemilu, jumlah satuan item, nama petugas yang
terlibat, penanggung jawab, tujuan dan asal pergerakan. Ditandatangani oleh
yang memberikan dan yang menerima. Untuk item-item yang krusial dan
sensitif, lembar pelepasan dan penerimaan wajib dicapture dan dishare di
WAG PPLN.
6. Setiap pergerakan logistik jauh atau dekat, sesuai dengan tingkat
sensitivitasnya, selalu harus didampingi oleh wakil PPLN. Pada pergerakan
jarak jauh (sampai 14 jam perjalanan) dan antar kota, PPLN berkoordinasi
dengan kepolisian negara setempat untuk back-up pengawalan.
7. Untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya PPLN membentuk Koordinator
Wilayah pelayanan (Korwil). Masing-masing diketuai wakil PPLN sebagai
penanggungjawab Korwil (Person In Charge). Untuk membantu PIC
mengelola administrasi logistik dan SDM, PPLN melakukan rekrutmen
kembali untuk staf Korwil, yang pembobotan jumlahnya disesuaikan dengan
DPT di masing-masing korwil tersebut.
8. Pada setiap base camp Korwil dipasang WiFi router yang menggunakan kartu
seluler untuk menjamin mobilitas. WiFi ini juga untuk menyediakan
sambungan langsung real time dari CCTV (masing-masing 3 unit) yang
mengawasi gudang penyimpanan logistik masing-masing Korwil langsung ke
handset seluruh anggota PPLN.
9. Melakukan tracking dalam pengiriman logistik melalui Pos sehingga bisa
diketahui statusnya, serta berkoordinasi dengan pemilih di setiap kota untuk
konfirmasi penerimaan surat suara yang pos dan pengiriman kembali; dan
10. Menyimpan surat suara dan logistik lainnya di ruangan steril sampai dengan

Menata Kelola Demokrasi 215


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
rekapitulasi akhir, dengan memanfaatkan ruangan yang memiliki monitoring
CCTV 24 jam.

6. Pengumuman dan Pemberitahuan Tempat dan Waktu Pemungutan Suara


Inovasi yang direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam rangka
Pengumuman dan Pemberitahuan Tempat dan Waktu Pemungutan Suara pada
Pemilu 2024 di luar negeri adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan elektronik C6 yang memungkinkan para calon pemilih
menerima C6 ber QR code lewat email.
2. Membagikan stiker kepada masyarakat untuk tahap pendaftaran dan
pemungutan suara.

7. Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara


Inovasi yang direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam rangka
Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara pada Pemilu 2024 di luar
negeri adalah sebagai berikut:
1. Menyemarakkan proses pemungutan suara dengan memutar suara alunan
musik di ruang-ruang TPS serta menyediakan tenda-tenda yang menjajakan
penganan Indonesia di sudut-sudut sekolah yang dipadati pemilih.
2. Melakukan penghitungan suara secara streaming melalui YouTube PPLN
sehingga bisa diakses secara luas oleh WNI.
3. Menggabungkan pelaksanaan penghitungan surat suara 3 metode
pemungutan suara.
4. Melaksanakan On-line Live Streaming proses penghitungan suara. Surat
suara yang masuk di Scan dengan barcode scanner yang sudah terintegrasi
dengan sistem PPLN, data-data masing-masing pemilih tercatat lengkap dan
dapat digunakan sebagai form C7, yakni daftar hadir pemilih.
5. Pengecekan kode resi surat suara setiap pemilih, bisa dilihat langsung di
website resmi PPLN. Kemudian website pengecekan dari kantor pos untuk
menginput kode resi dari surat suara yang dikirim.
6. Memasang CCTV di setiap booth untuk dimonitor melalui screen 60 LED di
anjungan pengendali (control platform) dimana wakil saksi-saksi, Panwaslu,
PPLN dan media dapat memantau.

216 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
BAB XI

CATATAN REFLEKTIF DAN REKOMENDASI


PEMILU INDONESIA TAHUN 2019
DI LUAR NEGERI

Terselenggaranya Pemilu di luar negeri tahun 2019 tidak lepas dari peran
serta semua pihak dalam mendukung dan menyukseskan pelaksanaan setiap
tahapan Pemilu. Tentunya hal ini tidaklah mudah, kondisi geopolitik global,
luasnya wilayah kerja, keterbatasan anggaran dan personalia, kompleksitas
budaya masing-masing negara ditambah lagi sebaran WNI di luar negeri serta
jumlah WNI yang masif di beberapa PPLN menjadi tantangan bagi tugas yang
diemban PPLN. Namun, seluruh tantangan tersebut dapat diatasi, dan terbukti
partisipasi pemilih di luar negeri pada Pemilu tahun 2019 meningkat dibanding
Pemilu sebelumnya.
Inovasi, perbaikan kerangka kebijakan serta penyempurnaan regulasi telah
banyak dilakukan oleh KPU untuk meningkatkan kualitas tata kelola Pemilu di
luar negeri. Prinsip melayani pemilih untuk menunaikan hak pilih menjadi
pedoman utama bagi KPU dalam menyusun regulasi dan perencanaan Pemilu di
luar negeri. Beberapa inovasi dan perbaikan regulasi ini merupakan
implementasi dari tesis yang ditulis oleh Hafizy (2017) yang pada intinya
menganalisis instrumen regulasi dan instrument data pemilih dalam
penyelenggaraan pemilu di luar negeri.
Dalam bab ini, penulis akan menyajikan beberapa catatan yang perlu menjadi
perhatian khusus untuk penyelenggaraan Pemilu selanjutnya. Beberapa catatan
reflektif terangkum dalam bentuk rekomendasi yang disuarakan oleh
penyelenggara Pemilu di luar negeri. Kritik membangun dan sumbangsih
pemikiran untuk tujuan mulia ini menjadi sebuah tonggak baru untuk
meningkatkan kinerja KPU dalam menyelenggarakan Pemilu yang lebih
profesional dan berintegritas.

A. Bidang Penganggaran dan Keuangan


Konsep penganggaran yang dilakukan untuk Pemilu Tahun 2019 dilakukan
dengan mengkombinasikan antara top down untuk anggaran Tahun 2018 dan
bottom up untuk anggaran Tahun 2019. Keterbatasan anggaran menjadi
tantangan bagi PPLN dalam melakukan aktivitas tahapan Pemilu di luar negeri,
setiap PPLN harus menyesuaikan rencana kegiatan dengan ketersediaan
anggaran. Khususnya kegiatan yang berkaitan dengan sosialisasi Pemilu bagi
pemilih dan pengiriman surat suara melalui Pos.

Menata Kelola Demokrasi 217


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Selain tantangan penganggaran, tantangan juga dihadapi dalam pengelolaan
dan pelaksanaan anggaran PPLN tahun 2019 karena keterlambatan pencairan
anggaran serta keterlambatan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh PPLN,
kondisi ini diakibatkan proses birokrasi keuangan yang kurang fleksibel untuk
penyelenggaraan Pemilu di luar negeri dan kurangnya pemahaman akan
mekanisme pelaksanaan keuangan PPLN sebagaimana diatur dalam keputusan
KPU 302/PP.02-KPT/02/KPU/IV/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran Tahapan Pemilihan Umum 2019
untuk Badan Ad hoc di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum yang kemudian
diubah dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor
1132/PP.02-KPT/02/KPU/IX/2018.
Secara lebih rinci, berikut disampaikan catatan bidang penganggaran dan
keuangan yang dirangkum dari laporan PPLN:
1. Pengiriman uang selalu alami keterlambatan dan waktu penggunaan
terlampau pendek, karena itu mekanisme TUP perlu diubah menjadi UP
karena lebih fleksibel sehingga program kegiatan PPLN bisa dilakukan
dengan tepat waktu dan tepat target.
2. Pertanggungjawaban keuangan yang ditetapkan berdasarkan TUP terlalu
singkat, karena itu perlunya diatur terkait pengiriman, penggunaan dan
pertanggungjawaban yang lebih nyata dan fleksibel sehingga kerja PPLN dan
penggunaan anggaran bisa maksimal.
3. Pertanggungjawaban keuangan masih dilakukan manual, oleh karenanya ke
depan diperlukan penggunaan aplikasi untuk menertibkan proses
pertanggungjawaban.
4. Instruksi penggunaan sebaiknya menghindari dengan menggunakan media
whatsapp karena disamping kadang membingungkan juga instruksinya
berbeda-beda. Untuk perlu suatu mekanisme yang pasti dan bisa dijadikan
pegangan yang seragam untuk semua.
5. Perlu adanya kepastian hukum terhadap penggunaan anggaran termasuk
masalah honor atau potongan pajak terhadap honor anggota PPLN dan
lainnya.
6. Perlunya pedoman khusus yang pasti terhadap penggunaan anggaran. Perlu
dihindarinya arahan yang berbeda-beda dan tidak berdasarkan keterangan
tertulis.
7. Perlunya anggaran yang memadai untuk melakukan sosialisasi, pendataan
pemilih dan menjangkau warga yang tempat tinggalnya jauh.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa rekomendasi yang
ditawarkan oleh PPLN untuk meningkatkan kualitas proses pada bidang
penganggaran dan keuangan sebagai berikut:

218 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
1. Melakukan reformulasi proses birokrasi keuangan sehingga proses transfer
keuangan dapat berjalan dengan lebih cepat;
2. Penyediaan aplikasi dalam proses pengadministrasian dan
pertanggungjawaban keuangan;
3. Perlu penyediaan personil bidang anggaran penganggaran dan keuangan
yang selalu aktif dan proaktif dalam memberikan informasi dan
pendampingan yang dibutuhkan oleh PPLN dalam pengelolaan keuangan;
4. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi 2 (dua) arah antara Pokja Pemilu
Luar Negeri (Kemenlu dan KPU) dengan PPLN.

B. Bidang Pengelolaan Badan Penyelenggara Ad hoc Pemilu Luar Negeri


Pengelolaan Badan Penyelenggara Ad hoc Pemilu luar negeri memiliki
tantangan tersendiri, mulai dari proses rekrutmen yang sepi peminat,
membangun kerja sama yang efektif antar individu badan penyelenggara,
kurangnya dukungan teknis pelaksanaan tugas serta kesibukan personil badan
penyelenggara di pekerjaan utamanya baik sebagai pekerja maupun pelajar juga
terkait domisili calon PPLN yang berada di luar daerah tempat kantor
Perwakilan RI berada.
Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2018 mengatur jumlah PPLN pada masing-
masing perwakilan RI disesuaikan dengan jumlah Pemilih dengan ketentuan:
d. PPLN dengan jumlah Pemilih di bawah 1.000 orang sebanyak 3 orang PPLN
e. PPLN dengan jumlah Pemilih di atas 1.000 orang sampai dengan 10.000
sebanyak 5 orang PPLN.
f. PPLN dengan jumlah Pemilih di atas 10.000 orang sebanyak 7 orang Pemilih
Peraturan KPU juga mengatur jumlah KPPSLN yang dapat dibentuk di
masing-masing metode pemungutan suara yaitu melalui Pos, KSK dan
TPLSN.Dalam praktiknya terdapat keluhan dari PPLN dengan jumlah pemilih
yang banyak seperti di Malaysia, Hongkong dan beberapa wilayah di Timur
Tengah bahwa jumlah PPLN sebanyak 7 orang tidak cukup untuk mengelola
tahapan Pemilu untuk jumlah pemilih yang besar, sehingga perlu ada solusi untuk
meringankan beban kerja.
Selain jumlah PPLN, domisili Anggota PPLN yang tidak dekat dengan Kantor
Perwakilan RI yang merupakan Kantor PPLN menyulitkan PPLN dalam
melakukan rapat dan berkoordinasi. Hal ini dikarenakan PPLN tidak mendapat
tambahan insentif transportasi yang memadai. Latar belakang PPLN juga kerap
menjadi sorotan dimana perlu ada keseimbangan antara personil PPLN yang
berasal dari unsur masyarakat dan unsur Perwakilan RI. Kasus ini menjadi
mengemuka kala terdapat konflik kepentingan antara Kepala Perwakilan yang

Menata Kelola Demokrasi 219


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
berasal dari unsur peserta Pemilu dengan pelaksanaan tugas PPLN.
Pemahaman PPLN yang tidak seragam juga menjadi catatan penting dalam
pelaksanaan Pemilu Tahun 2019, hal ini memerlukan dukungan asistensi yang
melekat dari KPU dan Kemenlu sehingga seluruh permasalahan PPLN dapat
teratasi sesuai dengan regulasi. Terkait dengan isu badan penyelenggara, berikut
disampaikan beberapa usulan rekomendasi untuk perbaikan ke depan:
1. Proses rekrutmen PPLN yang lebih terbuka dan transparan
2. PPLN dengan jumlah Pemilih di atas 100.000 perlu untuk didukung dengan
tambahan personil baik itu dari unsur sekretariat maupun unsur tenaga
pendukung.
3. KPU membentuk tim supervisi dan monitoring PPLN secara regional untuk
mendukung pelaksanaan tugas PPLN
4. Perlu dipertimbangkan biaya transportasi bagi PPLN yang berdomisili jauh
dari Kantor Perwakilan RI untuk mempermudah mobilitas dan pelaksanaan
tugas.

C. Bidang Pengelolaan Logistik


Penyediaan logistik Pemilu 2019 secara umum tidak mengalami kendala
secara berarti, hal ini dapat dilihat dari kelancaran proses pemungutan dan
penghitungan suara di 130 (seratus tiga puluh) PPLN. Pengendalian pengadaan
dan pengiriman logistik Pemilu 2019 untuk Pemilu di luar negeri telah dilakukan
dengan baik, melakukan koordinasi secara intensif dengan pihak – pihak terkait
seperti Kemenlu dan pihak ekspedisi.
Secara umum, proses pengadaan dan pengiriman logistik Pemilu 2019 untuk
Pemilu di luar negeri dapat dilaksanakan dengan lancar walaupun terdapat
kendala keterlambatan namun masih dapat diantisipasi oleh PPLN. Hal-hal yang
direkomendasikan untuk pelaksanaan Pemilu LN ke depan adalah:
1. Pengadaan kantong diplomatik yang sesuai dengan spesifikasi untuk dapat
menjamin distribusi kebutuhan logistik Pemilu LN.
2. Monitoring dalam pemeriksaan, pengecekan, penghitungan dan pengepakan
surat suara untuk menjamin kualitas dan kuantitas barang – barang logistik
yang diterima dengan baik oleh PPLN.
3. Penguatan koordinasi di lapangan dalam efisiensi dan efektivitas pengaturan
alur pekerjaan logistik agar pengiriman tepat waktu
4. Koordinasi dengan penyedia surat suara sehingga diterima dan dikirimkan
sesuai jadwal.

220 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
5. Memperhatikan keperluan perwakilan untuk penyimpanan sisa logistik
Pemilu yang jumlahnya cukup besar dan membutuhkan tempat
penyimpanan yang memadai.
6. Prosedur penanggung jawab logistik yang jelas khususnya pasca Pemilu bagi
barang- barang Pemilu yang sudah tidak terpakai. KPU diharapkan dapat
mengeluarkan surat ketetapan mengenai prosedur dan teknis pemusnahan
barang logistik Pemilu.

D. Bidang Pengelolaan Data Pemilih Luar Negeri


Data pemilih merupakan isu krusial di awal tahapan Pemilu di luar negeri.
Proses penyerahan data dari Kemenlu kepada KPU, lalu dari KPU ke PPLN untuk
dilakukan coklit dan kemudian direkapitulasi oleh KPU dalam bentuk Daftar
Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN) memiliki berbagai tantangan dan hambatan.
Diantara tantangan dan hambatannya adalah terkait kualitas data yang
diberikan serta waktu coklit yang terbatas.
Memperhatikan permasalahan yang muncul dalam berbagai tahapan
pendaftaran pemilih di luar negeri, dan untuk melakukan perbaikan pendataan
pemilih pada Pemilu berikutnya, maka PPLN merekomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Kemenlu untuk menerapkan secara penuh Portal Peduli WNI sebagai basis
data WNI di luar negeri di semua Perwakilan RI yang terintegrasi dengan
Sidalih;
2. KPU untuk memastikan bahwa sistem teknologi informasi yang akan
digunakan dapat berjalan dengan baik sebelum diterapkan;
3. KPU untuk memastikan data pemilih terakhir telah dimasukkan ke dalam
Sidalih sehingga memudahkan PPLN dalam melaksanakan pemutakhiran
data;
4. KPU untuk menyiapkan penyesuaian jumlah personil apabila terjadi
dinamika situasi yang menyebabkan penambahan beban kerja secara
signifikan;
5. KPU untuk merumuskan Peraturan KPU terkait jumlah personil dan jangka
waktu pelaksanaan pendaftaran/pemutakhiran/pencocokan/penelitian
pemilih yang sesuai dengan karakter pemilih maupun wilayah/negara
tempat pemilih berada.

E. Bidang Sosialisasi Pemilu Luar Negeri


Sosialisasi merupakan unsur penting dalam tahapan Pemilu di luar negeri,
kendala luasnya wilayah, banyaknya WNI dan kendala komunikasi yang

Menata Kelola Demokrasi 221


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
dihadapi PPLN dengan Pemilih di beberapa negara Timur Tengah memerlukan
solusi yang matang dan komprehensif sehingga setiap pemilih dapat
menjangkau informasi terkait Pemilu di luar negeri.
Sosialisasi Pemilu di luar negeri memiliki tantangan dari sisi anggaran yang
terbatas, jumlah personil PPLN yang terbatas untuk melaksanakan sosialisasi,
material sosialisasi dari KPU yang tidak spesifik terkait Pemilu di luar negeri,
serta waktu sosialisasi yang terbatas.
PPLN dengan segala keterbatasannya melakukan sosialisasi dan melakukan
inovasi sosialisasi dengan menyediakan pendaftaran secara online, membuat
media sosial PPLN, membuat website resmi PPLN dan menggunakan berbagai
media komunikasi dalam melakukan sosialisasi. Untuk mengoptimalkan proses
sosialisasi pada Pemilu yang akan datang, PPLN menyampaikan beberapa
rekomendasi yaitu:
1. Perlunya mekanisme yang tepat bagi PPLN menjangkau calon pemilih yang
tinggal di lokasi terpencil atau sulit dijangkau.
2. Pemilihan media sosial yang tepat dan terkendali sehingga dapat dijadikan
alat komunikasi yang mudah dijangkau oleh calon pemilih.
3. Penyelenggaraan bimbingan teknis dan sosialisasi harus lebih efektif dan
komprehensif serta diadakan dalam waktu yang mencukupi agar mudah
dimengerti.
4. Perwakilan RI diharapkan dapat juga berperan dalam mendukung
pelaksanaan sosialisasi Pemilu.
5. KPU perlu menyediakan material sosialisasi yang khusus bagi WNI di luar
negeri.
6. KPU perlu memfasilitasi akun email dan media resmi yang akan digunakan
PPLN dalam sosialisasi Pemilu di luar negeri.

F. Bidang Pemungutan, Penghitungan dan Rekapitulasi Suara Luar Negeri


Pemungutan, penghitungan dan rekapitulasi suara di luar negeri merupakan
ruh dari seluruh tahapan persiapan Pemilu di Luar Negeri. Suksesnya
pelaksanaan pemungutan, penghitungan dan rekapitulasi suara di luar negeri
tidak lepas dari kerja keras PPLN dan pemangku kepentingan Pemilu di luar
negeri. Para pihak tersebut mengelola tahapan data pemilih, anggaran,
sosialisasi Pemilu, pengelolaan logistik, pembentukan badan penyelenggara dan
tahapan lainnya dengan maksimal.
Sebagai inti dari tahapan Pemilu di luar negeri, proses pemungutan,
penghitungan dan rekapitulasi suara di luar negeri kerap mendapat banyak
sorotan dari peserta Pemilu dan masyarakat. Pemilu 2019 adalah Pemilu

222 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
pertama dimana Pemungutan Suara Ulang dilaksanakan bagi Pemilih Pos di
Kuala Lumpur, hal ini menjadi catatan penting dan harus menjadi pembelajaran
yang baik bagi seluruh penyelenggara Pemilu di luar negeri. Bahwa inovasi
dalam pemungutan, penghitungan dan rekapitulasi suara di luar negeri perlu
dilakukan, untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu di luar negeri.
Catatan lain dalam proses pemungutan adalah keterbatasan TPSLN dan KSK
sehingga mengakibatkan antrean yang panjang dan kerumunan yang berlebihan
di Perwakilan RI. Pengelolaan TPSLN yang masif seperti di Kuala Lumpur dan
Hongkong menjadi catatan prestasi yang luar biasa bagi PPLN dalam melakukan
manajemen pengelolaan massa pada hari Pemungutan Suara.
Metode pos menjadi catatan tersendiri, karena keterbatasan anggaran maka
mekanisme pos tidak tercatat menjadi pilihan bagi PPLN dalam pengiriman
surat suara, mekanisme ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian siapa yang
mencoblos surat suara. Pelaksanaan pemungutan suara melalui KSK menjadi
metode yang banyak diandalkan oleh PPLN, metode ini dianggap efektif untuk
menjaring suara dari pemilih yang tidak dapat datang ke TPSLN. Para pemangku
kepentingan Pemilu pun mengamini hal ini, sehingga konsep KSK layak dan
patut untuk dilanjutkan dan disempurnakan pada pemilu-pemilu yang akan
datang.
Dalam proses pemungutan dan rekapitulasi suara, KPU banyak mendapati
PPLN tidak cermat dalam melakukan pengisian formulir, penjumlahan yang
salah, ketidaksinkronan antar elemen data dalam formulir. Hal ini menjadi
catatan tersendiri dalam proses rekapitulasi nasional hasil penghitungan suara
luar negeri di KPU.
Dari beberapa catatan refleksi di atas, PPLN menyampaikan beberapa
rekomendasi yaitu :
1. Untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi terkait pemungutan,
penghitungan dan rekapitulasi suara di luar negeri, KPU perlu menyediakan
layanan konsultasi secara online misalnya dalam website (close group) yang
terintegrasi antara Pokja PLN dan PPLN sehingga semua permasalahan
dalam setiap tahapan dapat dijawab dengan segera dan bahan-bahan
sosialisasi, informasi, kebijakan terbaru dapat segera didesiminasikan.
2. Perlu dioptimalkan pelatihan kepada PPLN untuk melakukan pengisian
formulir sehingga tidak terdapat kesalahan dalam pengisian data dalam
formulir.
3. Perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan aplikasi SITUNG secara intensif
kepada PPLN.

Menata Kelola Demokrasi 223


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
4. Agar PPLN diberikan wewenang untuk menggunakan surat suara tersisa dari
metode KSK dan Pos untuk calon pemilih DPK pada TPS sehingga semua
pemilih tetap mendapatkan surat suara.
5. Perlu penyesuaian Kembali jumlah pemilih di TPS agar petugas KPPSLN tidak
terlampau Lelah atau sakit, mengingat masa kerja yang pendek dan
pekerjaan yang cukup banyak.
6. Perlu dilakukan bimbingan teknis yang lebih memadai untuk pengisian
formulir, perlu dipertimbangkan untuk menyederhanakan formulir yang ada
agar lebih dipahami petugas KPPSLN yang hanya bertugas sangat singkat.
7. Perlu dibuat aturan jika pemilih metode Pos kurang dari 100 orang dapat
dilakukan oleh PPLN dan tidak harus dilakukan oleh KPPSLN Pos.
8. KPU dan Pokja PPLN hendaknya dapat merespons berbagai masalah secara
cepat dan menanggapi semua persoalan dengan membentuk tim secara
regional.
9. Perlu ada pembedaan formulir A5 yang pindah di dalam negeri dengan yang
pindah ke luar negeri, serta perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat
terkait hal ini.
KPU dan Kemenlu telah bekerja sama dengan baik dalam mendukung PPLN
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, hal ini juga menjadi
catatan penting bahwa koordinasi, komunikasi dan Kerja sama yang baik perlu
dilakukan untuk menjamin seluruh tahapan Pemilu di luar negeri berjalan
dengan baik.
Pemilu adalah hajat bangsa Indonesia yang harus didukung semua pihak
yang terlibat, kesuksesan Pemilu adalah kesuksesan bangsa. Kerja sama yang
baik antara Penyelenggara Pemilu dan Pemangku Kepentingan Pemilu
khususnya di luar negeri membuahkan hasil yang membanggakan yaitu
terselenggaranya Pemilu di luar negeri tahun 2019 yang jujur dan adil, serta telah
berhasil menciptakan para penyelenggara Pemilu di luar negeri mulai dari PPLN,
KPPSLN dan Pantarlih LN yang profesional dan berintegritas.
Di akhir buku ini, izinkan kami para penulis mengucapkan apresiasi dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para penyelenggara Pemilu di luar
negeri, para pejuang demokrasi di luar negeri sebagai garda depan KPU dalam
menata kelola demokrasi di luar negeri.

224 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
DAFTAR PUSTAKA

Elliott, O. V. (2002). The Tools of Government: A Guide to the New Governance. New
York: Oxford University Press.
Giddens, A. (1985). Nation State and Violence, Vol. II A Contemporary Critique of
Historical Materialism. Cambridge: Polity Press.
Grindle, M. S. (1980). Politics and Policy Implementation in The Third World: Policy
Content and Context in Implementation. New Jersey: Princeton University
Press.
Hafizy, W. (2017). Penjaminan Hak Pilih Warga Negara di Luar Negeri: Kajian
Instrumentasi Pemilu. Tesis Program Pascasarjana Departemen Ilmu
Politik dan Pemerintahan UGM.
Hanif, H., dkk. (2014). Analisa Penyelenggaraan Pemilu Luar Negeri Tahun 2014.
Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.
Hood, C. C., Helen Z. M. (2007). The Tools of Government in the Digital Age. New
York: Palgrave.
Ismatullah, D. (2015). Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Kaul, M. (1997). The New Public Administration: Management Innovations in
Government. Public Administration and Development Journal, Vol 17.
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. 2018. Peraturan KPU Nomor 4
tahun 2018 tentang Pembentukan dan Tata Kerja PPLN dan KPPSLN
dalam Penyelenggaraan Pemilu
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. 2018 Peraturan KPU Nomor 12
tahun 2018 tentang Penyusunan Daftar Pemilih di Luar Negeri dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum.
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. 2018 Peraturan KPU Nomor 32
Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019.
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia.. 2019. Peraturan KPU Nomor 3
Tahun 2019 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam
Pemilihan Umum.
Lay, C. (2006).Involusi Politik. Yogyakarta: PLOD.
Lembaga Administrasi Negara RI.(2011). Program Penataan Sistem Manajemen
SDM Aparatur. Jakarta: LAN RI.
Pratiwi, R.(2016).Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah, Kepala Daerah,

Menata Kelola Demokrasi 225


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
Tindak Lanjut Temuan Audit Terhadap Opini. Jurnal Akuntansi. Volume
XX, No. 02, Mei 2016: 167-189
Santosa, P. (2008).Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung: PT. Reflika Aditama.
Sugiono, M. (2005). Globalisasi, Global Governance dan Prospek Governance di
Dunia Ketiga. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Support for Decentralization Measures (SfDM). 2005. Guidelines on Capacity
Building in the Regions. Jakarta: Departemen Dalam Negeri.
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Vaughan N., William. (2009). Border Politics The Limits of Sovereign Power.
Edinburgh: Edinburgh University Press
Videc, M.B., dkk. (1998). Policy Instruments and Their Evaluation, New Brunswick:
Transaction Publishers.

226 Menata Kelola Demokrasi


Potret Penyelenggaraan Pemilu Indonesia Tahun 2019 di Luar Negeri
POTRET PENYELENGGARAAN PEMILU INDONESIA TAHUN 2019 DI LUAR NEGERI
MENATA KELOLA DEMOKRASI

KOMISI PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Imam Bonjol No. 29 Jakarta - 10310
Telp. 021-31937223
Fax. 021-3157759

Anda mungkin juga menyukai