Anda di halaman 1dari 86

PENGANTAR REDAKSI

Pelaksanaan Pemilu Serentak 2019 cukup menguras energi bagi penyelenggara


Pemilu, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawasan Pemilihan
Umum (Bawaslu). Kedua lembaga tersebut menjadi sorotan publik karena adanya
sejumlah kritikan terhadap pelaksanaan Pemilu Serentak 2019. Namun, kritikan yang
berdatangan menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan Pemilu Serentak. Bahkan,
kritikan tersebut dapat dimanfaatkan Bawaslu sebagai materi penelitian dan penulisan
ilmiah. Sebagai contoh Bawaslu menerbitkan Jurnal Adhyasta Pemilu dengan tema
Evaluasi Pemilu Serentak 2019 yang terdiri dari 2 edisi.
Edisi I dibuka dengan tulisan dari Mouliza K.D. Sweinstani yang mengangkat tentang
perempuan dan pemilu. Melalui tulisannya yang berjudul Pilihan Sistem Pemilu dan
Dampaknya pada Keterwakilan Perempuan: Lesson Learned Sistem Pemilu Serentak
2019, Mouliza ingin mengungkapkan bahwa sistem pemilu (dan segala perubahannya)
dapat memiliki dampak pada keterwakilan perempuan. Ia melihat adanya kenaikan angka
perempuan yang terpilih dalam pemilu, namun kenaikan tersebut masih disebabkan oleh
adanya kekerabatan elit. Ia menyarankan adanya komitmen antarelemen politik untuk
dapat menciptakan sistem pemilu ramah perempuan sehingga keterwakilan perempuan
yang bermakna dan substantive dapat terwujud. Selain itu, ia merekomendasikan untuk
mempertimbangkan kembali pilihan sistem proporsional tertutup dan mendorong
kebijakan kuota sukarela dalam internal partai.
Dalam edisi kali, Jurnal Adhyasta Pemilu kembali mengangkat fenomena dalam
pemilu yanb kerapkali muncul, yaitu Politik Uang. Berdasarkan tulisan Aminuddin
Kasim dan Supriyadi, menemukan bahwa faktor yang menyebabkan politik uang
marak terjadi disebabkan oleh lemahnya daya imperatif hukum Pemilu. Tulisan yang
berjudul Money Politics pada Pemilu 2019 (Kajian terhadap Potret Pengawasan
dan Daya Imperatif Hukum Pemilu) tersebut menunjukkan bahwa norma imperatif
Undang-undang Pemilu tidak berjalan efektif dalam mengendalikan perilaku politik.
Topik yang tidak kalah menarik dari edisi kali ini adalah Evaluasi Rekrutmen Pengawas
Tempat Pemungutan Suara (PTPS) dalam Pemilu Serentak 2019. Tulisan yang dibuat
oleh Faisal Andri Mahrawa dan Irfan Prayogi mengkaji pola rekrutmen yang dilakukan
Bawaslu untuk menghadirkan PTPS dengan pilihan lokasi di Kecamatan Sunggal dan
Kecamatan Percut Sei Tauan, Kabupaten Deliserdang. Berdasarkan tulisan tersebut
dihasilkan sebuah rekomendasi berupa peninjauan ulang terhadap aspek regulasi,
promosi dan sosialisasi, pembekalan fungsi pengawasan intensif, dan transparansi
rekrutmen dalam menyambut pemilu selanjutnya.
Frase Kata Memerintahkan dan Merekomendasikan dalam Putusan Bawaslu terkait
Pelanggaran Administratif Pemilu menjadi salah satu artikel yang dimuat dalam Jurnal
Adhyasta Pemilu. Tulisan yang dibuat oleh Fauzi Heri dan Retna Elyasari melihat ada
inkonsistensi dalam draft amar putusan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 8
Tahun 2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu yang diatur dalam
Pasal 55 dan Pasal 56 dimana terdapat frase kata “memerintahkan” dan frase kata

Pengantar Redaksi i

01 Hi JURNAL BAWASLU 2019 REV 1.indd 1 12/11/19 8:42 AM


“merekomendasikan.” Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kata rekomendasi
dalam amar Putusan Bawaslu dapat ditafsirkan lain sehingga berpotensi salah eksekusi.
Jurnal Adhyasta Pemilu 2019 menampilkan topik yang sedikit berbeda dari edisi
tahun sebelumnya. Edisi kali ini menyajikan artikel dengan judul Film Dokumenter
Sexy Killers sebagai Alat Kritik Kandidat dalam Pemilihan Presiden 2019 yang ditulis
Yugha Erlangga. Ia mencoba mengukur sejauh mana produk kreatif seperti film
dokumenter sanggup mempengaruhi diskursus dalam ruang publik terhadap kandidat
dalam Pemilu. Artikel tersebut menemukan bahwa Sexy Killers yang hingga per Juli
2019 telah diakses sebanyak kurang lebih 24 juta penonton, mampu memberikan
efek yaitu mengembalikan Diskursus substansial ke Ruang Publik di tengah jenuhnya
isu perdebatan antarkandidat Pemilihan Presiden 2019.
Demikianlah, lima artikel jurnal yang terdapat dalam Edisi I Jurnal Adhyasta
Pemilu 2019. Semoga tulisan yang disajikan mampu memberikan sumbangsih dan
memperkaya pengetahuan tentang pengawasan pemilu dalam perspektif hukum dan
politik. Selamat membaca!

ii Jurnal Adhyasta Pemilu

01 Hi JURNAL BAWASLU 2019 REV 1.indd 2 12/11/19 8:42 AM


DEWAN REDAKSI

Mitra Bestari
Prof Drs. Ramlan Surbakti., MA., Ph.D.
Dr. Nur Hidayat Sardini, S.Sos, M.Si
Dr. rer.pol. Mada Sukmajati, MPP
Dra. Mudiyati Rahmatunnisa., MA., Ph.D.
Dr. Caroline Paskarina S.IP., M.Si
Dr. Dra. Dwi Windyastuti Budi Hendararti., MA
Dr. Siti Aminah., MA
Dr. Drs. Kris Nugroho., MA
Dr. phil. Aditya Perdana S.IP., M.Si
Dr. Agus Riwanto, S.H, S.Ag., M.Ag
Dr. Khairul Fahmi, S.H., M.H.
Dr. Laila Kholid Alfirdaus
Ruslan Ramli, S.Sos, M.Si, Ph.D
Drs. Priyatmoko., MA
Hurriyah, S.Sos, IMAS
Ucu Martanto S.IP., MA
Feri Amsari, S.H., LLM
Rachmad Gustomy S.IP., M.IP.

Penanggung Jawab Sekretaris Redaksi


Mochamad Afifuddin Ira Sasmita
Adrian Pasga Dagama
Pemimpin Redaksi Dina Dwi Rahayu
Ferdinand Eskol Tiar Sirait Dinar Safa Anggraeni
Tya Lita Aprianti
Dewan Redaksi Rafael Maleakhi
Ilham Yamin
Masykurudin Hafidz Produksi dan Sirkulasi
Eko Agus Wibisono M. Qodri Imaduddin
R. Alief Sudewo Gusti Ayu Indah Lestari
Djoni Irfandi Taufiequrrohman
Mulyadi Ade Candra
Nasichun Aviv Aluwi
Redaksi Pelaksana Alifuddin Fahmi Abdillah
Rury Uswatun Hasanah
Bre Ikrajendra
Insan Azzamit
Syah Rizal Humardani
Anjar Arifin

Dewan Redaksi iii

01 Hi JURNAL BAWASLU 2019 REV 1.indd 3 12/11/19 8:42 AM


DAFTAR ISI

Pilihan Sistem Pemilu dan Potret Keterwakilan Perempuan:


Lesson Learned Sistem Pemilu Serentak 2019
Mouliza K.D Sweinstani ........................................................................................... 1

Money Politics Pada Pemilu 2019


(Kajian Terhadap Potret Pengawasan dan Daya Imperatif Hukum Pemilu)
Aminuddin Kasim & Supriyadi ................................................................................. 19

Evaluasi Rekrutmen Pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS)


dalam Pemilu Serentak 2019
Faisal Andri Mahrawa & Irfan Prayogi .................................................................. 35

Frase Kata Memerintahkan dan Merekomendasikan dalam


Putusan Bawaslu Terkait Pelanggaran Administratif Pemilu
Fauzi Heri dan Retna Elyasari ................................................................................. 49

Film Dokumenter Sexy Killers Sebagai Alat Kritik Kandidat


dalam Pemilihan Presiden 2019
Yugha Erlangga ........................................................................................................ 67.

iv Jurnal Adhyasta Pemilu

01 Hi JURNAL BAWASLU 2019 REV 1.indd 4 12/11/19 8:42 AM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539
Vol. 6 No. 1 2019, Hal. 1-18

PILIHAN SISTEM PEMILU DAN POTRET


KETERWAKILAN PEREMPUAN:
LESSON LEARNED SISTEM PEMILU SERENTAK 2019

Mouliza K.D Sweinstani


Pusat Penelitian Politik LIPI
Gedung Widya Graha Lt. 11 Jalan Gatot Subroto Kav. 10 Jakarta Selatan
moulizadonna@gmail.com

Abstract
As a mechanism that turns voter preference into seats, the electoral system (and all
changes) may have impact on women’s representation. Using qualitative methods
through documentary study and analysis based on national vote recapitulation data,
it is known that the simultaneous electoral system in Indonesia in 2019 provides
a separate dilemma for women’s representation. Based on national recapitulation
data, it is known that the potential of women elected in 2019 rose to 20.52 percent.
However, this increase cannot be classified as a significant increase because elected
women are still dominated by those from elite kinship. In addition, several elements
of the electoral system such as the time of implementation, the district magnitude,
the used of Pure Sainte Lague Formula and the stagnation of the affirmation policy
make women have to work harder in the electoral districts to get as many votes as
possible according to the laws of the Sainte Lague Pure formula. Therefore, this study
suggests a commitment between political elements to be able to create a female-
friendly electoral system so that the meaningful and substantive women representation
can be achieved. In doing so, I recommend to consider the closed-PR List System and
a voluntary gender quota within the party as the next electoral engineering.

Keywords: affirmation policy, women’s representation, election system

Mouliza K.D Sweinstani 1

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 1 12/12/19 11:36 AM


Abstrak

Sebagai sebuah mekanisme yang mengubah preferensi suara pemilih menjadi kursi,
sistem pemilu (dan segala perubahannya) dapat memiliki dampak pada keterwakilan
perempuan. Dengan menggunakan metode kualitatif melalui studi pustaka dan
melakukan analisis berdasarkan pada data rekapitulasi suara nasional, diketahui
bahwa diberlakukannya sistem pemilu serentak di Indonesia pada tahun 2019,
memberikan dilema tersendiri pada keterwakilan perempuan. Berdasarkan pada
data rekapitulasi nasional, diketahui bahwa potensi perempuan terpilih pada tahun
2019 naik menjadi 20,52 persen. Namun, kenaikan tersebut tidak dapat digolongkan
sebagai kenaikan yang signifikan dikarenakan perempuan terpilih masih didominasi
oleh mereka yang berasal dari kekerabatan elit. Selain itu, beberapa unsur sistem
pemilu seperti waktu penyelenggaraan, metode konversi suara Sainte Lague Murni
serta stagnansi kebijakan afirmasi justru membuat perempuan harus bekerja lebih
keras di dapil untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya sesuai dengan hukum
formula Sainte Lague Murni. Karenanya studi ini menyarankan adanya komitmen antar
elemen politik untuk dapat menciptakan sistem pemilu ramah perempuan sehingga
keterwakilan perempuan yang bermakna dan substantif dapat terwujud. Rekomendasi
penulis adalah mempertimbangkan kembali pilihan sistem proporsional tertutup dan
mendorong kebijakan kuota sukarela dalam internal partai.

Kata Kunci: kebijakan afirmasi, keterwakilan perempuan, sistem pemilu

1. Pendahuluan perubahan waktu penyelenggaraan


pada pada Pemilu 2019 menjadi pemilu
Setelah sebelas kali menyelenggarakan
serentak adalah semangat efisiensi
pemilu sejak kemerdekaan, pada tahun
dan efektivitas penyelenggaraan dan
2019 Indonesia memasuki babak
hasil pemilu. Kerisauan atas beberapa
baru dalam dunia kepemiluan dengan
ketidaksempurnaan penyelenggaraan
diselenggarakannya Pemilu Serentak
dan hasil pemilu pada masa sebelumnya,
2019. Hal yang diubah pada sistem ini
seperti disproporsionalitas hasil pemilu,
adalah perihal waktu penyelenggaraan
sistem multipartai ekstrem, dan efektivitas
pemilu menjadi pemilu serentak yang
penyelenggaraan pemerintahan, belum
menyerentakan penyelenggaraan pemilu
mencapai bentuk idealnya. Oleh karena itu,
presiden dengan pemilu legislatif DPR,
berdasarkan pada argument menciptakan
DPD, dan DPRD dalam satu waktu
desain pemilu yang lebih baik bagi
ya n g b e rs a m a a n . Pe r t i m b a n ga n

2 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 2 12/12/19 11:36 AM


efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan bagi potensi keterpilihan perempuan,
tata kelola pemerintahan pada tahun tulisan ini bertujuan untuk menjawab
2019 Indonesia memasuki babak baru pertanyaan, “bagaimana konsekuensi dari
sistem pemilu dengan penyelenggaraan beberapa unsur dalam penyelenggaraan
Pemilu Serentak lima kotak untuk memilih Pemilu Serentak 2019 terefleksi dalam
Pasangan Capres-Cawapres, Anggota DPR potret keterpilihan perempuan?” Hal
RI, Anggota DPD, Anggota DPRD Provinsi, yang secara khusus akan disoroti tentang
dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota. Pemilu Serentak 2019 adalah tentang
Disamping diproyeksikan beban elektoral kandidat perempuan
dapat berimplikasi pada efektivitas dalam situasi keserentakan waktu
penyelenggaraan pemerintah dan sistem penyelenggaraan pemilu. Selain itu,
kepartaian di Indonesia, disadari atau dampak dari perubahan metode konversi
tidak, perubahan ini dapat secara langsung suara Sainte Lagüe yang baru pertama
maupun tidak langsung memengaruhi kali diimplementasikan di Indonesia bagi
eksistensi perempuan dalam politik. perjuangan memeroleh kursi legislatif juga
Beberapa studi terdahulu bahkan secara menjadi fokus dalam tulisan ini. Hal lain
tegas menyimpulkan bahwa sistem pemilu yang juga akan menjadi sorotan dalam
dan segala perubahannya berpengaruh tulisan ini adalah perihal implementasi
terhadap keterwakilan perempuan dalam kebijakan afirmasi yang tidak banyak
politik (Lijphart & Aitkin, 1994; Matland, berubah pada penyelenggaraan Pemilu
2005; McAllister & Studlar, 2002; Norris, Serentak 2019.
2004, 2006; Roberts, Seawright, & Tulisan ini terdiri dari empat
Cyr, 2013). Setiap sistem pemilu dan bagian, di mana bagian pertama adalah
beberapa unsur di dalamnya dapat pendahuluan, bagian kedua adalah
memiliki dampak yang berbeda-beda tentang varian sistem pemilu dan
pada keterwakilan perempuan. Hal dampaknya pada keterwakilan perempuan
ini dikarenakan masing-masing sistem berdasarkan pada pengalaman beberapa
pemilu memiliki konsekuensi pada negara, bagian ketiga adalah dinamika
keterbukaan akses bagi perempuan perempuan dalam Pemilu Serentak
untuk dapat mendekat pada sumber 2019 dan bagian terakhir penutup. Pada
kekuasaan dalam sebuah mekanisme bagian terkahir, penulis mencoba untuk
elektoral yang sering kali netral gender. memberikan beberapa strategi termasuk
Berdasarkan pada konsep tersebut, studi di dalamnya tentang desain sistem pemilu
terdahulu menyimpulkan bahwa sistem yang tergolong ramah bagi perempuan.
pemilu pluralitas/mayoritas dinilai sebagai
sistem pemilu yang lebih menantang bagi 2. Metode Penelitian
perempuan sementara sistem pemilu
Metode penelitian yang digunakan
proporsional dinilai sebagai sistem yang
dalam penelitian ini adalah metode
paling ramah bagi perempuan (Lijphart
kualitatif dengan studi dokumenter dan
& Aitkin, 1994; Matland, 2005; Norris,
melakukan analisis terhadap rekapitulasi
2006; Of, 2014).
hasil pemilu yang dikeluarkan oleh KPU.
Dengan argumen bahwa setiap
pemilu memiliki dampak tersendiri

Mouliza K.D Sweinstani 3

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 3 12/12/19 11:36 AM


3. Kerangka Teoritis: Sistem Pemilu jumlah wakil dalam sebuah distrik,
dan Keterwakilan Perempuan yaitu distrik berwakil tunggal (SMD)
atau distrik berwakil jamak (MMD).
Dalam diskusi tentang upaya
Ketika membandingkan keduanya dalam
meningkatkan keterwakilan perempuan,
konteks sistem mana yang lebih banyak
peran dari pilihan sistem pemilu tidak
menghasilkan perwakilan perempuan,
dapat diabaikan begitu saja. Pilihan
ternyata persentase perempuan terpilih
mekanisme ini dapat menentukan
dalam negara dengan distrik berwakil
derajat rekognisi sebuah sistem politik
jamak lebih tinggi dari pada negara
pada eksistensi perempuan untuk dapat
dengan distrik berwakil tunggal (Matland,
menduduki jabatan politik tertentu.
2005). Kondisi tersebut disebabkan
Selain itu, beberapa sarjana politik dan
oleh sistem distrik berwakil jamak
aktifis perempuan berpendapat bahwa
memungkinkan beberapa pihak untuk
sistem pemilu dapat memiliki dampak
dapat terpilih dalam suatu dapil di mana
pada keterwakilan perempuan setidaknya
hal ini dapat memperbesar potensi
untuk dua alasan. Pertama, sistem pemilu
perempuan untuk terpilih. Sementara
memiliki kemungkinan untuk berubah
itu pada sistem dengan distrik berwakil
sesuai dengan perkembangan politik
tunggal, hanya akan ada satu kandidat
suatu negara, termasuk perubahan dalam
atau partai politik yang kan terpilih
rangka mewujudkan mekanisme yang
dalam suatu dapil. Hal ini tentunya
menguntungkan bagi politisi perempuan.
mempersempit peluang perempuan
Dibandingkan dengan dinamika perubahan
untuk terpilih. Perbedaan potensi
kultur masyarakat terhadap penerimaan
keterpilihan dari kedua sistem tersebut
perempuan atau dinamika dalam
adalah hal yang membuat pengaruh
pembangunan nasional dan ideologi
sistem pemilu terhadap keterpilihan
gender suatu negara, sistem pemilu lebih
perempuan menjadi substansial.
mudah dan lebih mungkin untuk berubah
Berdasarkan logika pada kedua sistem
tanpa harus membangun konstruksi
pemilihan lembaga perwakilan yang
budaya masyarakat atas penerimaan status
dilihat dari jumlah wakil dalam satu distrik
perempuan di ruang publik terlebih dahulu
tersebut, maka sistem pemilu secara
(Matland, 2005). Perubahan ini bahkan
umum dapat diklasifikasikan menjadi
sering kali dapat menyasar tujuan yang
empat rumpun utama, yaitu sistem
lebih realistik dan dramatis dalam upaya
pluralitas/mayoritas, sistem proporsional,
meningkatkan keterwakilan perempuan
sistem campuran, dan sistem lainnya
dari pada perubahan yang terjadi pada
(Norris, 1997, 2004; Reynolds, Reilly, Ellis,
tatanan sosial masyarakat.
& International Institute for Democracy
Alasan yang kedua adalah dampak
and Electoral Assistance., 2005) Dari
dari pilihan jenis sistem pemilu dapat
keempat sistem pemilu tersebut, studi-
secara dramatis berpengaruh kepada
studi terdahulu menyimpulkan bahwa
keterwakilan perempuan. Dalam konteks
sistem proporsional adalah sistem yang
sistem pemilihan lembaga perwakilan,
dinilai paling ramah terhadap perempuan.
secara sederhana C.F Strong (1950)
Serangkaian studi yang dimulai pada
membagi sistem pemilu menjadi dua
tahun 1980an menyimpulkan bahwa
rumpun besar berdasarkan pada

4 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 4 12/12/19 11:36 AM


perempuan cenderung lebih banyak lain, besarnya peluang keterpilihan
terpilih dalam sistem ini dibandingkan perempuan dalam sistem campuran
dengan sistem pluralitas/mayoritas tidak berada di antara besarnya peluang dalam
hanya di negara demokrasi yang masih sistem proporsional dan sistem mayoritas.
berkembang namun juga di negara Dalam sistem campuran perempuan
dengan sistem politik demokrasi yang diuntungkan dengan adanya mekanisme
sudah mapan (Matland, 2005; Moser, daftar proporsional dalam sistem ini
2001; Norris, 2006; Reynolds et al., 2005; yang telah terbukti mampu menghasilkan
Siaroff, 2000) keterpilihan perempuan yang lebih
besar dibandingkan dengan mekanisme
Tabel 1. Perbandingan Seluruh
mayoritas dalam sistem campuran.
Keluarga Sistem Pemilu dan
Beberapa negara yang mendapatkan
Keterwakilan Perempuan
keuntungan ini dalam konteks perwakilan
% of perempuan adalah Itali, Selandia Baru,
Electoral System Number of
Women
Families Nations dan Jerman. Pada kasus Selandia Baru,
MPs, 2000
All Majoritarian 10,5 72 lonjakan keterwakilan perempuan bahkan
AV 8,5 4 terjadi ketika negara ini mengubah sistem
BV 7,4 20
pemilu setempat dari SMD menjadi
sistem campuran jenis Mixed member
Second Ballot 12 20
Proportional (MMP). Pada tahun 1990
FPTP 11,4 35
dengan SMD, keterwakilan perempuan
Single non-
transferable Vote 3,1 3 di Selandia Baru sebesar 16,5%.
All Combined 13,6 36 Namun, setelah berubah menjadi sistem
Combined MMP pada tahun 1993, keterwakilan
Independent 12,6 27 perempuan mengalami lonjakan menjadi
Combined 21,2% dan semakin mengalami lonjakan
Dependent 16,8 9 hingga pada angka 40,83% pada tahun
All Proportional 19,6 67 2017 (Human Rights Commision, 2012;
STV 11,3 2 Inter-Parliamentary Union, 2019).
List PR 19,9 64 Melihat fakta dari keunggulan sistem
Total 14,3 175 daftar proporsional dalam menghadirkan
Sumber: Norris, 2006 kete r wa k i l a n p e re m p u a n , s e l a i n
dikarenakan mekanisme distrik berwakil
Jika dibandingkan dengan sistem banyak yang membuka kesempatan
pemilu campuran, Norris (2006) lebih besar bagi perempuan untuk
menambahkan bahwa sistem pemilu terpilih, Norris juga turut memberikan
proporsional masih lebih menguntungkan analisisnya tentang keunggulan sistem ini.
perempuan dari pada sistem campuran. Berdasarkan pada analisis Norris sistem
Hanya saja, dengan adanya kombinasi proposional (baik yang berdiri sendiri
antara sistem proporsional dan mayoritas maupun yang menjadi komponen dalam
dalam sistem campuran, maka peluang sistem campuran) lebih menguntungkan
keterpilihan perempuan dalam sistem perempuan karena dalam sistem ini partai
campuran lebih besar dibandingkan politik memiliki pertimbangan untuk
dengan sistem mayoritas. Dengan kata

Mouliza K.D Sweinstani 5

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 5 12/12/19 11:36 AM


memberikan insensif yang seimbang Beberapa unsur yang dapat mendukung
sesuai dengan karakter masyarakat keterbukaan akses bagi keterpilihan
dalam suatu distrik dalam daftar calon perempuan antara lain besaran distrik
masing-masing. Hal ini perlu menjadi (Norris, 2004, 2006; Reynolds et al., 2005)
pertimbangan partai agar partai dapat dan parliamentary threshold (Puskapol UI,
terhindar dari “penalty” yang mungkin 2015). Semakin besar besaran distrik dan
diberikan kepada partai karena daftar parliamentary threshold, hal ini berarti
calon yang tidak representatif dan kursi yang diperebutkan dalam suatu
cenderung diskriminatif. Dengan kata distrik semakin banyak. Dengan demikian
lain, partai politik tidak bisa begitu saja potensi perempuan mendapatkan kursi
meninggalkan representasi perempuan juga semakin besar. Sementara itu,
karena perempuan perlu hadir sebagai berkaitan dengan kebijakan afirmasi,
wujud dari representasi identitas kombinasi sistem daftar proporsional
perempuan dalam masyarakat. dengan zipper system seperti yang
Namun, dalam praktiknya, ada kalanya diimplementasikan di Indonesia dimulai
sistem proporsional tidak bekerja dengan pada Pemilu 2009 menguntungkan
baik untuk menhadirkan keterwakilan perempuan. Selain itu statutory quota
permepuan yang tinggi. Karenanya, atau kuota minimal yang harus dipenuhi
sistem ini juga perlu didukung oleh unsur- partai politik dalam daftar calon, reserved
unsur sistem pemilu lain yang mendukung seat, dan voluntary quota dari partai
termasuk kebijakan afirmansi sebegai politik atau kuota minimal yang diatur
kebijakan komplementer dalam semangat sendiri oleh partai politik juga dapat
perjuangan keterwakilan perempuan. mendukung keterpilihan perempuan.

Tabel 2. Statutory Gender Quota dalam Sistem Pemilu di berbagai negara

% MP
% MP
Date of Gender Legislative Electoral Open/ Women
Country Women Change
Law Quota Body System Closed Before
After Law
Law

France 1999 50 Lower Majoritarian 11 12 1

Costa Rica 1997 40 Unicameral Proportional Closed 14 19 5

Belgium 1994 33 Lower Proportional Open 18 23 5


Bosnia &
Herzegovina 2001 33 Lower Proportional Open 14,3  

Argentina 1991 30 Lower Proportional Closed 6 27 21

Peru 1997 30 Unicameral Proportional Open 11 18 7

Venezuela 1998 30 Lower MMP Closed 6 13 7

Panama 1997 30 Unicameral Combined Closed 8 10 2

Venezuela 1998 30 Senate MMP Closed 8 9 1

Bolivia 1998 30 Lower MMP Closed 11 12 1

Mexico 1996 30 Senate MMP Closed 15 16 1

Bolivia 1997 30 Senate MMP Closed 4 4 0

6 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 6 12/12/19 11:36 AM


Brazil 1997 30 Lower Proportional Open 7 6 -1

Mexico 1996 30 Lower MMP Closed 17 16 -1

Indonesia 2003 30 Lower Proportional Open 9 11 2

Macedonia 2001 30 Lower MMP Closed 17,5  

Serbia 2002 30 Lower Proportional Open 7,5 7,9 0,4


Dominican
Rep 1997 25 Lower Proportional Closed 12 16 4

Ecuador 1997 20 Unicameral Proportional Open 4 15 11

Paraguay 1996 20 Senate Proportional Closed 11 18 7

Paraguay 1996 20 Lower Proportional Closed 3 3 0

North Korea 20 Lower Majoritarian 20,1  


MMM/
Philipines 1995 20 Lower Parallel Closed 17,8  
MMM/
Armenia 1999 5 Lower Parallel Closed 3,1  

Nepal 1990 5 Lower Majoritarian 5,9  

Iraq 2005 25 Lower Proportional Closed 31,5  

            10 14 4

Sumber: IPU dalam Norris, 2006; IPU, 2019; Reynolds, 2005

Berkaitan dengan penelitian ini, dilemma perempuan dalam mekanisme


beberapa komponen yang mampu penyelenggaraan pemilu serentak akan
mendukung keterpilihan perempuan baik dibahas pada bagian selanjutnya.
secara pilihan jenis sistem pemilu maupun
kebijakan afirmasi yang menyertainya 4. Hasil dan Pembahasan
sudah dilakukan oleh Indonesia (kecuali 4.1 Potret Keterpilihan Perempuan
kebijakan reserved seat). Namun, Hasil Pemilu 2019
Indonesia pada tahun 2019 melakukan
perubahan waktu penyelenggaraan Setelah lebih dari satu dekade
pemilu dan formula konversi suara dari implementasi kebijakan afirmasi untuk
kuota hare menjadi formula Sainte lagüe. meningkatkan keterwakilan perempuan
Di satu sisi perubahan dalam mekanisme dalam politik, dalam perjalanan
penyelenggaraan pemilu di Indonesia sejarahnya, capaian terbaik dari persentase
tidak ekstreem seperti perubahan keterwakilan perempuan di lembaga
jenis sistem seperti yang dilakukan legislatif nasional di Indonesia adalah
oleh Selandia baru dari SMD menjadi pada tahun 2009 dengan persentase
Sistem Daftar Proporsional. Namun, 17,86%1. Sejak penyelenggaraan pemilu
perubahan dalam unsur sistem pemilu
tersebut, ternyata juga memberikan
dampak bagi perempuan dalam dua aras
yang berbeda. Selengkapnya tentang 1
Selanjutnya menjadi 18.30% karena ada
mekanisme PAW pada kurun waktu berjalan

Mouliza K.D Sweinstani 7

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 7 12/12/19 11:36 AM


pertama di era reformasi, yaitu Pemilu keterwakilan perempuan dalam lembaga
tahun 1999, persentase perempuan legislatif bahkan cenderung lebih rendah
yang duduk di kursi DPR hanya sebesar dibandingkan dengan keterwakilan
9,00%. Lima tahun setelahnya, pada perempuan di tingkat nasional. Karenanya,
Pemilu tahun 2004, terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan rata-rata dunia,
keterwakilan perempuan menjadi 11,09%. keterwakilan perempuan di Indonesia
Capaian tersebut terus meningkat pada masih jauh dari rata-rata keterwakilan
tahun 2009, namun kembali meredup perempuan dalam lingkup global, yaitu
pada pemilu 2014, walau tidak dalam 24% (Inter-Parliamentary Union, 2018),
jumlah penurunan yang signifikan, yaitu dan standar critical mass yang ditetapkan
menjadi 17,32%. Di tingkat daerah, oleh PBB, yaitu sebesar 30%.

Tabel 3. Keterwakilan Perempuan di Parlemen (dalam persen)

Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014


Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Perempuan Laki-laki total perempuan Laki-laki Total perempuan Laki- Total
kursi Kursi laki Kursi
17,32% 82,67%
88,18% 82 %
DPR RI 11,82% (65) 550 18 % (103) 560 560
(485) (457)
(97) (463)
15,85% 84,5%
DPRD 90% 84%
10% (188) 1.850 16 % (321) 2.005 2.114
Provinsi (1.662) (1.584)
(335) (1.779)
DPRD 14,2% 85,8%
92% 12% 88%
Kab/ 8% (1.090) 13.125 15.758 14.410
(12.035) (1.857) (13.901)
Kota (2.406) (12.360
25,8% 74,2%
78,9% 73,5%
DPD RI 21,1% (27) 128 26,5% (35) 132 132
(101) (97)
(34) (98

Sumber: (Ekawati, 2017; Sweinstani & Idris, 2019; Wardani et al., 2010)

Pa d a Pe m i l u S e re nta k 2 0 1 9 , bahkan menunjukkan peningkatan yang


berdasarkan pada penghitungan yang signifikan jika dibandingan dengan
dilakukan sesuai dengan hasil rekapitulasi pemilu sebelumnya. Kedua partai yang
suara nasional yang dilansir KPU, cukup signifikan mengalami perbaikan
terdapat 20,52% atau setara dengan keterwakilan perempuan adalah Nasdem
118 perempuan yang berpotensi untuk (32,2%) yang secara jumlah naik dari
menduduki kursi DPR tahun 2019-2024. 4 perempuan terpilih pada tahun
Angka tersebut naik jika dibandingkan 2014 menjadi 19 perempuan potensial
dengan beberapa penyelenggaraan terpilih pada tahun 2019 dan PKS (16%)
pemilu sebelumnya, bahkan Pemilu yang secara jumlah naik dari hanya 1
2009 yang sejauh ini diklaim sebagai perempuan terpilih pada tahun 2014
pemilu dengan keterpilihan perempuan menjadi 8 perempuan potensial terpilih
yang terbaik. Beberapa partai politik pada tahun 2019.

8 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 8 12/12/19 11:36 AM


Gambar 1. Caleg Potensial Terpilih Berdasarkan Partai Politik

% Laki-laki % Perempuan

84.62%

84.09%

81.48%
84.00%
79.69%
79.31%

77.65%

73.68%
67.80%
32.20%

26.32%
22.35%
20.31%
20.69%

18.52%
15.38%

15.91%
16.00%
PKB GERINDRA PDIP GOLKAR NASDEM PKS PPP PAN DEMOKRAT

Sumber: Diolah dari Hasil Rekapitulasi Nasional KPU Pemilu 2019

Tabel 4. Trend Keterpilihan Perempuan Pemilu 2004-2014


dan Potensi Keterpilihan Perempuan Pemilu 2019

Pemilu Catatan
No Partai Pemilu 2004 Pemilu 2009 Pemilu 2014
2019* Perubahan

1 PKB 13,4% 25,0% 21,3% 20,7% Fluktuatif Turun


Fluktuatif
2 GERINDRA 0,0% 19,0% 15,0% 15,4% Cenderung Naik
3 PDIP 11,0% 18,0% 19,3% 20,3% Naik Simultan
4 GOLKAR 14,0% 18,0% 17,6% 22,4% Naik Simultan
Naik (Signifikan
5 NASDEM 0,0% 0,0% 11,4% 32,2% pada 2019)
Naik (Signifikan
6 PKS 6,6% 13,0% 2,5% 16,0% pada 2019)
7 PPP 5,2% 13,0% 25,6% 26,3% Naik Simultan
8 PAN 13,4% 15,0% 18,4% 15,9% Fluktuatif Turun
9 DEMOKRAT 10,5% 24,0% 21,3% 18,5% Fluktuatif Turun

Sumber: Diolah dari Statistik Politik 2005, Statistik Politik 2009-2010, Statistik Politik 2015 dan Hasil
Rekapitulasi Nasional KPU Pemilu 2019
*data dihitung berdasarkan hasil rekapitulasi nasional dari KPU sebelum penetapan akhir

Jika dilihat dari karakter keterpilihan hasil analisa, 48,31% perempuan potensial
perempuan hasil Pemilu Serentak 2019, terpilih ditempatkan pada nomor urut 1.
pola yang tidak jauh berbeda dengan Sementara itu, pada nomor urut 2 dan
pola keterpilihan perempuan pada pemilu 3, masing-masing terdapat 23,73% dan
sebelumnya masih terjadi pada tahun ini. 13,56% perempuan potensial terpilih.
Pertama, dari 118 perempuan potensial Perempuan yang ditempatkan pada
terpilih pada Pemilu Serentak 2019 di atas, nomor urut sepatu dari mulai nomor
sebagian besar masih didominasi oleh 6 hingga seterusnya, jumlahnya hanya
mereka yang ditempatkan pada nomor berkisar 5,9%. Temuan ini menunjukkan
kecil dalam daftar calon. Berdasarkan bahwa sekalipun formula calon terpilih

Mouliza K.D Sweinstani 9

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 9 12/12/19 11:36 AM


yang digunakan adalah suara terbanyak, masih menjadi “faktor keberuntungan”
penempatan nomor urut caleg masih yang cukup penting bagi seorang caleg.
berpengaruh pada keterpilihannya karena Kaitannya dengan caleg perempuan,
hal ini berhubungan dengan kondisi sayangnya partai politik lebih memiliki
psikologis pemilih yang memiliki preferensi preferensi untuk menempatkan caleg
untuk memilih calon pada nomor kecil. laki-laki pada nomor urut 1. Hal ini dapat
Temuan ini juga menunjukkan bahwa dilihat dari hanya terdapat 57 perempuan
belum terjadi pola yang signifikan berbeda terpilih yang berada di nomor urut 1,
yang berkaitan dengan penomoran caleg sementara persentase laki-laki terpilih yang
dalam daftar calon dimana nomor urut menduduki nomor urut ini adalah 68%.

Gambar 2. Keterpilihan Perempuan Berdasarkan Nomor Urut

Sumber: Diolah dari Hasil Rekapitulasi Nasional KPU Pemilu 2019

Kedua, dilihat dari latar belakang Ketiga, jika dilihat dari dapil ramah
caleg perempuan terpilih, 53% dari perempuan, Bengkulu menjadi dapil
perempuan terpilih adalah aktivis partai. sekaligus provinsi dengan persentase
Yang dimaksud dengan aktivis partai keterwakilan perempuan paling tinggi,
partai mereka yang merupakan pengurus yaitu 75%. Dapil kedua dan ketiga yang
partai, anggota DPRD, mantan kepala ramah perempuan adalah Sulawesi utara
daerah, termasuk di dalamnya caleg dan Maluku Utara dengan keterwakilan
petahana. Sementara itu, 41% lainnya perempuan sebesar 67%. Jika dilihat
memiliki kekerabatan politik dan 6% secara sepintas, ketiga dapil ini adalah
sisanya adalah mereka yang berasal dari dapil yang melingkupi satu wilayah
kalangan profesional.2 provinsi. Terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan kondisi di atas.
Secara teknis dalam sistem pemilu,
besaran alokasi kursi dalam suatu daerah
2
Dikutip dari paparan Puskapol UI dalam Rilis dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah
Penghitungan Potensi Caleg Terpilih Pemilu penduduk. Pada kasus dimana suatu
Serentak 2019,

10 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 10 12/12/19 11:36 AM


Tabel 4. Tiga Dapil Paling Tinggi Menyumbang Kursi Perempuan

% %
Provinsi Perempuan Laki-Laki Alokasi Kursi Perempuan Perempuan Perubahan
2019 2014

Bengkulu 3 1 4 75* 75 0
Sulawesi
67
Utara 4 2 6 33,3 33,7
Maluku
67
Utara 2 1 3 33,3 33,7

Sumber: Diolah dari Hasil Rekapitulasi Nasional KPU Pemilu 2019


*selanjutnya menjadi 100% setelah adanya PAW dari Partai Nasdem

wilayah provinsi menjadi satu dapil, hal sekalipun Bali juga merupakan dapil
ini berarti jumlah penduduk dengan luas dengan cakupan satu provinsi. Di Bali,
wilayah setempat kecil. Kondisi ini dapat Krame Adat yang mengatur bagaimana
menjadi peluang bagi perempuan untuk peran perempuan dalam ruang publik
dapat memanfaatkan sumber daya yang dan ruang privat menjadi tantangan
dimiliki untuk keperluan elektoralnya di bagi perempuan untuk dapat berkarya
tengah luas wilayah dan jumlah penduduk di dunia politik. Perempuan-perempuan
yang sedikit dalam suatu dapil. yang sudah menikah, akan memikul
Namun kondisi ini tidak lantas beban berlipat karena secara adat ia juga
dapat disimpulkan ulan bahwa pada bertanggung jawab atas Krame Adat yang
daerah pemilihan yang juga merupakan melekat padanya. Kondisi konstruksi adat
suatu provinsi perempuan lebih mudah yang demikian lantas membuat struktur
untuk terpilih. Pasalnya, beberapa patriakhi di Bali masih sangat kuat
provinsi yang juga menjadi satu dapil dan menjadi tantangan tersendiri bagi
seperti Dapil Bangka Belitung, Kep. perempuan dalam politik. Oleh karena
Riau, Bali, Kalimantan Utara, dan itu, untuk mencari fakta mengapa dalam
Papua Barat justru tidak memiliki caleg dapil yang mencangkup satu provinsi
perempuan terpilih. Karenanya perihal keterpilihan perempuan cenderung
keterpilihan perempuan dalam suatu tinggi, diperlukan kajian lebih lanjut
dapil yang berbentuk provinsi penulis karena dengan beberapa faktor diluar
akui memerlukan kajian mendalam yang mekanisme elektoral, kecenderungan
jauh menelisik faktor-faktor apa yang tersebut bisa saja tidak terjadi.
menyebabkan adanya kecenderungan B e rd a s a r ka n p a d a ga m b a ra n
tersebut. Faktor-faktor seperti budaya keterpilihan perempuan pada Pemilu 2019
dan agama yang dapat memengaruhi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerimaan terhadap perempuan bisa selain terjadi peningkatan keterwakilan
saja menjadi faktor pendorong dan perempuan, capaian pada Pemilu 2019
penghambat kondisi tersebut. Misalnya juga menunjukkan bahwa dukungan
di Bali, faktor budaya justru menjadi administratif kuota perempuan dalam
tantangan bagi keterpilihan perempuan proses pencalonan mulai menunjukkan

Mouliza K.D Sweinstani 11

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 11 12/12/19 11:36 AM


progres yang lebih baik. Namun, melihat Memasuki era pemilu serentak,
pola latar belakang dan nomor urut calon mekanisme ini memang memberikan
terpilih yang tidak berbeda dengan hasil tantangan dan peluang tersendiri bagi
pemilu sebelumnya, hal ini menunjukkan perjuangan keterwakilan perempuan.
bahwa belum terjadi perubahan lanskap Di satu sisi seperti yang telah dijelaskan
politik yang berarti. Dengan fakta bahwa pada bagian sebelumnya, mekanisme
lebih dari setengah perempuan terpilih pemilu serentak ternyata berhasil
dari ikatan kekerabatan, menunjukkan meningkatkan keterwakilan perempuan
bahwa peran dinasti politik pada Pemilu walaupun belum secara signifikan karena
2019 masih kuat, yang sesungguhnya ambang batas kritis 30% belum terpenuhi.
tidak hanya terjadi pada caleg perempuan Penyelenggaraan pemilu yang serentak
namun juga caleg laki-laki. Oleh karena dengan pilpres sebagai sentral dalam
itu, jika ditelisik lebih jauh, peningkatan mekanisme ini juga dapat menjadi
keterwakilan perempuan pada tahun celah kesempatan bagi perempuan
2019 tidak dapat serta merta dimaknai untuk dapat mengafiliasikan diri bahkan
sebagai keberhasilan dalam representasi mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian
perempuan karena beberapa kondisi dari capres-cawapres dalam melakukan
seperti dinasti politik dan keberuntungan kampanye kepada masyarakat. Ketika
nomor urut masih menjadi faktor seorang caleg perempuan ditempatkan
yang melatar belakangi keterpilihan pada daerah yang menjadi basis suara
perempuan. capres-cawapres, mengidentifikan diri
sebagai bagian dari mereka adalah hal
4.2 Dinamika Elektoral Perempuan: yang dapat membantu caleg perempuan
Analisis beberapa unsur Sistem mendekatkan diri dengan pemilih.
Pemilu 2019 Di satu sisi, penyelenggaraan pemilu
serentak juga ternyata memberikan
Setelah mengetahui bahwa tantangan tersendiri bagi perempuan.
peningkatan keterwakilan perempuan Pertama, berkaitan dengan waktu
pada tahun 2019 belum dapat sepenuhnya penyelenggaraan pemilu yang serentak,
dimaknai sebagai keberhasilan pranata seorang caleg harus memikul beban
gender dalam mekanisme elektoral, ganda karena tidak hanya bekerja untuk
pada bagian ini akan dibedah bagaimana dirinya dan partai pengusungnya, namun
sesungguhnya beberapa unsur dalam juga bekerja untuk presiden yang diusung
sistem pemilu yang diimplementasikan oleh partai politiknya. Terlebih, bagi caleg
d a p a t m e n d u k u n g ke t e r p i l i h a n perempuan yang mungkin tidak semua
perempuan. Apakah sebetulnya beberapa mendapat bantuan mesin elektoral
unsur tersebut memiliki sumbangsih pada dari partai, kondisi ini berarti membuat
peningkatan keterwakilan perempuan caleg perempuan harus bekerja lebih
atau justru memberikan dilema dan keras dari caleg laki-laki. Pada saat yang
tantangan bagi keterpilihan perempuan bersamaan, dalam proses pencalonan,
dan justru mendukung simpulan tentang caleg perempuan harus berjuang
peran dinasti politik dan penomoran caleg melawan nilai-nilai patriakhis baik dalam
pada keterpilihan perempuan. partai politik maupun dalam masyarakat

12 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 12 12/12/19 11:36 AM


untuk menunjukkan eksistensinya sebagai Murni lebih rigid dan tidak mengenal sisa
kandidat (perempuan) yang memiliki kursi. Hal tersebut dikarenakan perolehan
kesetaraan kapabilitas dengan laki-laki. kursi partai dihitung dengan cara membagi
Selain itu, pada saat masa kampanye jumlah perolehan suara dengan bilangan-
berlangsung ia berarti harus berjuang bilangan tertentu (bilangan ganjil), yaitu
untuk keterpilihannya, partai politiknya, 1, 3, 5, 7, 9, dan seterusnya hingga jumlah
dan presiden yang diusung oleh partainya. kursi dalam satu dapil tersebut terpenuhi
Kedua, metode konversi suara yang seluruhnya. Dengan hasil pembagian
baru pertama kali diimplementasikan tersebut, penentuan jumlah kursi yang
di Indonesia ternyata memberikan akan diperoleh partai adalah didasarkan
tantangan tersendiri bagi perempuan. pada peringkat hasil pembagian suara
Sebelumnya, sejak pemilu 1955 hingga partai dengan divisor tersebut. Oleh
2014 Indonesia menggunakan metode karena itu, dengan mekanisme yang
konversi suara sisa suara terbesar/Large demikian, kekuatan dukungan ditingkat
Reminder dengan jenis Kuota Hare, maka dapil menjadi kunci untuk memenangkan
untuk pertama kalinya pada tahun 2019 kursi legislatif.
Indonesia menggunakan metode divisor Formula Sainte Lagüe Murni dalam
Sainte Lagüe Murni. Jika dalam metode eksperimen penghitungan yang dilakukan
Hare, partai politik akan memeroleh oleh Benoith (2000) terhadap 11 formula
kursi yang proporsional dengan harga konversi suara dinilai lebih proporsional
kursi (BPP) yang ditentukan dengan cara (walau tidak begitu signifikan) jika
membagi total suara sah dengan alokasi dibandingan dengan formula Hare.
kursi dalam suatu dapil. Jika masih Namun, berkaitan dengan potensi
terdapat sisa kursi setelah pembagian keterpilihan perempuan, mekanisme
perolehan suara dengan BPP, maka divisor dengan kekuatan partai di dapil
sisa kursi akan diberikan kepada partai sebagai kunci utamanya berimplikasi
politik dengan sisa suara terbesar. kerja ekstra perempuan agar dapat
Metode ini akan terus dilakukan sampai memeroleh suara sebanyak-banyaknya
semua kursi habis terbagi. Dengan agar perolehan suara tersebut dapat
logika metode konversi suara yang mendongkrak perolehan suara partai
demikian yang dipadukan dengan dan memperbesar keterpilihannya. Hal
formula calon terpilih dengan suara ini tentunya menambah beban kerja
terbanyak, maka perempuan dapat elektoral perempuan dimana ia harus
memeroleh keuntungan dari sisa suara berkampanye untuk tiga tujuan sekaligus-
tersebut. Keuntungan ini dapat diperoleh pribadi, partai, dan capres- dan berjuang
karena adanya kemungkinan partai mendapatkan suara sebanyak-banyaknya
politik pengusungnya mendapatkan agar partainya dapat lolos berdasarkan
kursi (walau hanya satu kursi) dari sisa mekanisme Sainte Lagüe Murni. Sebagai
terbesar hasil bagi. ilustrasi, berikut contoh penghitungan
Berbeda dengan Hare yang konversi suara dengan menggunakan
memungkinkan perempuan terpilih dari metode kuota Hare dan Sainte Lagüe.
hasil sisa kursi, pembagian kursi dalam Pada tabel kelima dan keenam, dapat
Metode Konversi Suara Sainte Lagüe terlihat maksud dari keuntungan quota

Mouliza K.D Sweinstani 13

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 13 12/12/19 11:36 AM


Hare jika mencermati perolehan suara dari mulai tahap pencalonan ia harus
dan kursi partai A. Dengan menggunakan mampu menghadapi persaingan yang
Kuota Hare (Tabel 5) jumlah wakil dari cukut ketat. Di sisi lain, jika ia ingin mudah
partai ini bertambah satu menjadi tiga dicalonkan bahkan ingin menjadi caleg
wakil dimana satu wakil tambahan adalah unggul dari suatu partai, maka memilih
berasal dari sisa kursi yang belum habis partai baru atau partai dalam kategori
dibagi. Jika suara terbesar ketiga dalam menengah dapat menjadi pilihan tepat.
partai ini adalah seorang perempuan, Namun, hal ini tidak menjamin bahwa
hal ini berarti perempuan tersebut partai tersebut mendapatkan cukup suara
mendapat keuntungan dari sisa suara sehingga mampu lolos dari penghitungan
dan kursi dalam kuota Hare. Namun Sainte Lagüe Murni.
pada tabel 6, dikarenakan pembagian H a l te r ka h i r ya n g m e m b awa
secara rigid tersebut, partai A tidak perempuan berada pada sebuah dinamika
memperoleh sisa kursi karena semua elektoral adalah stagnansi kebijakan
suara habis dibagi dengan divisor tertentu afirmasi. Pada penyelenggaraan Pemilu
dan didistribusikan kepada partai-partai Serentak 2019, tidak ada perubahan
dengan hasil pembagian terbesar. Oleh signifikan dalam kebijakan afirmasi dalam
karena itu dalam formula ini perempuan Pemilu Serentak 2019 dibandingkan
tidak dapat lagi bergantung pada sisa dengan kebijakan afirmasi untuk Pemilu
kursi karena kekuatan partai di dapil 2014. Beberapa unsur di dalamnya,
menjadi kunci utama agar pada saat seperti statutory quota atau kuota
suara tersebut dibagi dengan divisor minimal dalam daftar calon yang masih
tententu partai mampu mendapat alokasi paling sedikit 30% dan zyper system yang
kursi yang besar. Bagi perempuan yang longgar yang berdampak pada celah
ingin menjadi anggota legislatif dalam munculnya sikap abai partai dengan hanya
mekanisme ini, memilih partai dengan menempatkan perempuan pada nomor 3,
basis dukungan yang besar disuatu 6, 9, dan kelipatan 3 selanjutnya, menjadi
wilayah/dapil dapat menjadi strategi sebuah kebijakan afirmasi yang kurang
yang paling baik (Sweinstani, 2018). cocok jika dihubungkan dengan beban
Namun, perlu diingat pula bahwa menjadi ekstra perempuan dalam mekanisme
caleg dari partai besar yang memiliki Pemilu Serentak dan Formula Sainte
basis dukungan yang kuat tentunya Lagüe yang telah dijelaskan sebelumnya.
tidak mudah. Persaingan internal partai Tentunya hal ini sangat disayangkan,
dalam partai besar tentunya tidak karena seharusnya kebijakan afirmasi
terelakkan bahkan mungkin saja lebih yang sudah lebih dari satu dekade
ketat dibandingkan persaingan internal sudah mampu berbuah manis. Namun
di partai-partai baru. dengan sistem yang semakin kompleks,
Kondisi ini tentunya membawa pemangku kepentingan justru lalai untuk
perempuan dalam sebuah dilemma. Jika ia memperbarui kebijakan afirmasi yang
ingin mudah memenangkan pemilu maka lebih cocok dan mampu mendukung
strategi paling tepat adalah memilih partai dinamika elektoral dalam mekanisme
dengan dukungan yang besar di suatu keserentakan pemilu. Oleh karena itu,
dapil tertentu. Namun konsekuensinya, sekalipun secara fakta jumlah perempuan

14 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 14 12/12/19 11:36 AM


Tabel 5. Contoh Penghitungan Konversi Suara dengan Kuota Hare

Sisa Kursi
Sisa Kuota (Kuota
(dari Total
Partai Suara Kuota Hare Kursi Penuh Hare-Kursi
peringkat Kursi
Penuh)
sisa kuota)
A 117.317 2,65 2 0,65 1 3
B 65.002 1,47 1 0,47 1 2
C 63.815 1,44 1 0,44 1 2
D 63.497 1,44 1 0,44 0 1
E 60.859 1,38 1 0,38 0 1
F 49.526 1,12 1 0,12 0 1
G 35.193 0,80 0 0,80 1 1
H 32.505 0,73 0 0,73 1 1
I 17.656 0,40 0 0,40 0 0
J 15.308 0,35 0 0,35 0 0
K 5.982 0,14 0 0,14 0 0
L 4.050 0,09 0 0,09 0 0
TOTAL 530.710 12 7     12

Sumber: Simulasi dilakukan oleh penulis

Tabel 6. Contoh Penghitungan Konversi Suara dengan Kuota Hare

Partai Suara 1 3 5 7 Total Kursi


A 117.317 117.317 39.106 7.821 1.117 2
B 65.002 65.002 21.667 4.333 619 2
C 63.815 63.815 21.272 4.254 608 2
D 63.497 63.497 21.166 4.233 605 2
E 60.859 60.859 20.286 4.057 580 1
F 49.526 49.526 16.509 3.302 472 1
G 35.193 35.193 11.731 2.346 335 1
H 32.505 32.505 10.835 2.167 310 1
I 17.656 17.656 5.885 1.177 168 0
J 15.308 15.308 5.103 1.021 146 0
K 5.982 5.982 1.994 399 57 0
L 4.050 4.050 1.350 270 39 0
TOTAL 530.710         12

Sumber: Simulasi dilakukan oleh penulis

Mouliza K.D Sweinstani 15

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 15 12/12/19 11:36 AM


dalam lembaga legislatif naik, namun hal politik kehadiran sehingga keterwakilan
ini tidak lantas mendorong pemangku perempuan tidak hanya dilihat secara
kepentingan untuk bersikap naïve dengan deskriptif namun juga substantif.
tidak memperharui kebijakan afirmasi Karenanya sekalipun secara jumlah
menjadi lebih baik dan komprehensif. keterwakilan perempuan naik, namun
kita perlu untuk memikirkan rekayasa
5. Simpulan desain pemilu seperti apa yang dapat
menjadi sebuah sistem politik yang ramah
Beberapa dinamika yang dihadapi
perempuan.
oleh perempuan akibat beban ekstra
Berkaitan dengan hal demikian, tulisan
dalam desain sistem Pemilu Serentak
ini pada akhirnya merekomendasikan
2019 dapat menjadi pelajaran berharga
perlunya untuk memikirkan kembali
bagi Indonesia untuk dapat mencari
apakah wacana mengembalikan sistem
desain sistem pemilu terbaik untuk
pemilu menjadi Proporsional daftar
meningkatkan keterwakilan perempuan
tertutup diperlukan? Pasalnya, beberapa
secara substantif. Fakta lonjakan
teori menyatakan bahwa perpaduan
persentase keterwakilan perempuan
sistem proporsional tertutup dengan
pada Pemilu 2019 dan dinamika elektoral
zipper system adalah desain sistem
yang sesungguhnya masih menjadi
pemilu yang paling mungkin ramah
beban cukup berat bagi perempuan
perempuan. Namun, mengingat kultur
menunjukkan bahwa desain Sistem Pemilu
partai yang sering kali patriarkhis,
2019 merupakan sebuah dilema bagi
kebijakan afirmasi berupa voluntary
keterwakilan perempuan. Keterwakilan
gender quota atau kuota perempuan
perempuan pada Pemilu 2019 memang
dalam proses pencalonan yang secara suka
naik cukup drastis dibandingkan dengan
rela diatur dalam landasan hukum partai
pemilu sebelumnya. Namun peningkatan
sudah semestinya perlu dipertimbangkan
tersebut bukan karena desain elektoral
untuk diterapkan di Indoensia. Kebijakan
yang ramah perempuan, melainkan karena
ini banyak diterapkan dalam partai politik
dinasti politik yang masih cukup kuat dan
di negara-negara Scandinavia, Eropa
“faktor keberuntungan” nomor urut caleg
Barat, Latin Amerika, dan Negara-negara
yang masih memainkan peran signifikan.
komunis di Eropa Tengah dan Eropa
Ketika hasil yang dicapai justru demikian,
Timur (Caul, 2001; Dahlerup, 2005).
hal ini dapat berdampak pada tidak
Hasilnya, negara-negara inipun berhasil
adanya makna peningkatan keterwakilan
meningkatkan keterwakilan perempuan
perempuan karena perempuan masih
setelah kebijakan ini diterapkan. Oleh
menjadi proxy kepentingan patronnya.
karena itu, mengonstruksi partai politik
Dalam kajian tentang keterwakilan
sebagai pihak paling bertanggung jawab
perempuan, Anne Philips (1995)
dalam semangat afirmasi ini menjadi
menjelaskan bahwa keterwakilan yang
penting untuk dilakukan, sehingga partai
perlu diperjuangkan bagi perempuan
politik dapat berkreasi dengan kebijakan
adalah ketika ia dapat menjadi pesan
internal partai masing-masing untuk
dan pembawa pesan itu sendiri. Di
mendukung keterwakilan perempuan.
sinilah Philips menekankan pentingnya

16 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 16 12/12/19 11:36 AM


DAFTAR PUSTAKA

Benoit, K. (2000). Which electoral formula is the most proportional? A new


look with new evidence. Political Analysis. https://doi.org/DOI: 10.1093/
oxfordjournals.pan.a029822
Ekawati, E. (2017). Keterwakilan Perempuan Pada Pemilu Pasca Orde Baru.
Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam, 16(1), 67–80. https://doi.
org/10.14421/MUSAWA.2017.%X
Human Rights Commision. (2012). New Zealand Census Of Women’s Participation.
Wellington. Retrieved from https://www.hrc.co.nz/files/2314/2360/5171/web-
census.pdf
Inter-Parliamentary Union. (2018). Women in National Parliament: World Average.
Retrieved December 2, 2018, from http://archive.ipu.org/wmn-e/world.htm
Lijphart, A., & Aitkin, D. (1994). Electoral systems and Party Systems. Comparative
European politics.
Matland, R. E. (2005). Enhancing Women ’ s Political Participation  : Legislative
Recruitment and Electoral Systems. In Women in Parliament: Beyond
Numbers.
McAllister, I., & Studlar, D. T. (2002). Electoral systems and women’s
representation: A long-term perspective. Representation, 39(1), 3–14. https://
doi.org/10.1080/00344890208523209
Moser, R. G. (2001). The effects of electoral systems on women’s representation
in post-communist states. Electoral Studies. https://doi.org/10.1016/S0261-
3794(00)00024-X
Norris, P. (1997). Choosing Electoral Systems: Proportional, Majoritarian and Mixed
Systems. International Political Science Review / Revue Internationale de
Science Politique. Sage Publications, Ltd. https://doi.org/10.2307/1601345
Norris, P. (2004). Electoral engineering: Voting rules and political behavior.
Electoral Engineering: Voting Rules and Political Behavior. https://doi.
org/10.1017/CBO9780511790980
Norris, P. (2006). The impact of electoral reform on women’s representation. Acta
Politica. https://doi.org/10.1057/palgrave.ap.5500151
Of, P. N. & M. L. K. (2014). Handbook on Promoting Women ’ s Participation in
Political Parties. Retrieved from www.osce.org/odihr
Phillips, A. (1995). The Politics of Presence (Vol. 1998). https://doi.
org/10.1093/0198294158.001.0001
Puskapol UI. (2015). Potret Keterpilihan Anggota Legislatif Hasil Pemilu 2014.
Depok, Jawa Barat: Puskapol UI.
Reynolds, A., Reilly, B., Ellis, A., & International Institute for Democracy and
Electoral Assistance. (2005). Electoral system design  : the new international
IDEA handbook. International Institute for Democracy and Electoral
Assistance. Retrieved from https://www.idea.int/publications/catalogue/
electoral-system-design-new-international-idea-handbook

Mouliza K.D Sweinstani 17

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 17 12/12/19 11:36 AM


Roberts, A., Seawright, J., & Cyr, J. (2013). Do Electoral Laws Affect
Women’s Representation? Comparative Political Studies. https://doi.
org/10.1177/0010414012463906
Siaroff, A. (2000). Women’s Representation in Legislatures and Cabinets in
Industrial Democracies. International Political Science Review. https://doi.
org/10.1177/0192512100212005
Strong, C. (1950). Modern political constitutions an introduction to the
comparative study of their history and existing form. London: Sidgwick and
Jackson. Retrieved from https://www.worldcat.org/title/modern-political-
constitutions-an-introduction-to-the-comparative-study-of-their-history-and-
existing-form/oclc/2432920
Sweinstani, M. (2018). Keterwakilan Perempuan di Ujung Tanduk: Proyeksi Dampak
Metode Sainte Lague Murni pada Pemilu 2019.
Sweinstani, M., & Idris, K. (2019). Mengenal Demokrasi dan Politik Untuk Pemula.
Jakarta: Esensi.
Wardani, S. B. E., Soetjipto, A., Panjaitan, Y., Ichwanuddin, W., Supriyanto, D.,
Ardiansa, D., & Novitasari, M. (2010). Naskah Rekomendasi Kebijakan.
Representasi Perempuan dalam Regulasi Partai Politik dan Pemilu. Retrieved
from http://www.puskapol.ui.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/NASKAH-
REKOMENDASI-KEBIJAKAN.pdf

18 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 18 12/12/19 11:36 AM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539
Vol. 6 No. 1 2019, Hal. 19-33

MONEY POLITICS PADA PEMILU 2019


(Kajian Terhadap Potret Pengawasan dan
Daya Imperatif Hukum Pemilu)

Aminuddin Kasim
Fakultas Hukum Universitas Tadulako
aminkashukum@gmail.com

Supriyadi
Fakultas Hukum Universitas Tadulako
adipandean37@gmail.com

Abstract
The one of legal functions performed by the Election Law is the function of controlling
behavior in the context of social and political life . To carry out this function , the
Election Law formulates imperative norms so that political behavior complies with
election law . The imperative norm is in the form of rules that prohibit money politics
during the campaign , the quiet period and when the ballot takes place . Then, if
there is a violation of the rule of law , the culprit will face legal proceedings to obtain
criminals sanctions in the form of prisons and fines. Identification of the problem in
this research is: why the imperative norms of the Election Law are not effective in
preventing the practice of money politics, and what factors influence the weak power
of the electoral law imperatives so that massive money politics practices occur? That
problem is discussed and analyzed in this article. The author uses normative jurisdiction
research, besides that the writer also uses the imperative theory of Edward A. Ross,
Achmad Ali’s legal function theory and Jimly Asshiddiqie’s law enforcement theory.
From this study the authors found that when the 2019 Concurrent Elections took
place, the imperative norm was not effective in controlling political behavior expected
by the Election Law. The practice of massive money politics took place so that the
process of democracy and the 2019 Simultaneous Elections occurred.

Keywords: election, law, money politics, campaign, criminal sanction

Aminuddin Kasim & Supriyadi 19

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 19 12/12/19 11:36 AM


Abstrak

Salah satu fungsi hukum yang diemban UU Pemilu adalah fungsi pengendalian prilaku
dalam konteks kehidupan sosial dan politik. Dalam menjalankan fungsi itu, UU Pemilu
merumuskan norma imperatif agar prilaku berpolitik bersesuaian dengan aturan hukum
Pemilu. Norma imperatif itu berupa aturan yang melarang politik uang pada saat
kampanye, masa tenang, dan saat pemungutan suara berlangsung. Lalu, jika terjadi
pelanggaran terhadap aturan hukum itu, maka pelakunya akan berhadapan dengan
proses hukum untuk mendapatkan sanksi pidana berupa pidana penjara dan denda.
Identifikasi masalah dalam penelitian ini ialah : mengapa norma imperatif UU Pemilu
tidak berjalan efektif dalam mencegah praktik politik uang, dan faktor apa yang
mempengaruhi lemahnya daya imperatif hukum Pemilu sehingga praktik politik uang
masif terjadi? Masalah itulah yang dibahas dan dianalisis dalam artikel ini. Penulis
menggunakan penelitian yurisdis normatif, selain itu penulis juga menggunakan teori
imperatif Edward A. Ross, teori fungsi hukum Achmad Ali dan teori penegak hukum
Jimly Asshiddiqie. Dari penelitian ini penulis menemukan ketika Pemilu Serentak 2019
berlangsung, norma imperatif tidak efektif berlaku dalam mengendalikan prilaku
berpolitik yang diharapan UU Pemilu. Praktik politik uang masif terjadi sehingga
menondai proses berdemokrasi dan Pemilu Serentak 2019.

Kata Kunci: pemilu, hukum, politik uang, kampanye, sanksi pidana.

1. Pendahuluan komisioner penyelenggara Pemilu,


komisioner pengawas Pemilu, pegiat
Meski penyelenggaraan Pemilihan
Pemilu, tokoh masyarakat, akademisi,
Umum (Pemilu) di Indonesia terutama
penegak hukum (polisi dan jaksa), dan
Pemilu pasca reformasi ketatanegaraan
para aktor politik (Caleg, tim sukses, dan
di Indonesia (pasca amandemen UUD
petugas penghubung Parpol). Nalar publik
1945), selalu sukses dalam mengisi
umumnya sepakat menilai bahwa praktik
jabatan Presiden dan Wakil Presiden,
money politics merupakan penyakit dan
anggota lembaga perwakilan rakyat (DPR
sekaligus musuh demokrasi. Namun,
dan DPRD), serta lembaga perwakilan
ketika tiba masa kampanye dimulai,
daerah (DPD), namun penyelenggaraan
para Caleg juga bergerak memanfaatkan
Pemilu pasca reformasi ketatanegaraan
ruang untuk melakukan money politic.
juga memiliki catatan noda terkait dengan
Ironisnya, sebagian warga masyarakat
adanya praktik politik uang (money
malah bersikap permisif terhadap praktik
politics).
money politics.
Setiap agenda Pemilu
Angka-angka mengenai praktik
diselenggarakan, masalah money politisc
money politics dari Pemilu ke Pemilu,
selalu menjadi bahan perbincangan publik
kita bisa lacak mulai dari Pemilu 2009,
yang melibatkan banyak aktor, seperti:

20 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 20 12/12/19 11:36 AM


meskipun tidak berarti bahwa Pemilu terjadi pada Pemilu 2009 dan Pemilu
1999 dan Pemilu 2004 tidak terjadi 2014. Namun, karena tidak semua
praktik money politics. Pada Pemilu 2009, warga masyarakat melaporkan praktik
praktik politik uang tercatat sebanyak 691 money politics itu, sehingga banyak
kasus. Harus Husen (2014:80), merinci praktik money politics tidak terdeteksi
kasus politik uang itu berdasarkan oleh jajaran Pengawas Pemilu di semua
tahapan, yakni sebanyak 537 kasus daerah. Bahkan banyak praktik money
terjadi pada masa kampanye, 95 kasus politics yang terekam lewat video dan
terjadi pada masa tenang, 57 kasus pada beredar luas di media sosial, namun
tahapan pemungutan suara. Sementara 2 tidak kunjung tertangani oleh jajaran
kasus tidak bersentuhan dengan pemilih Pengawas Pemilu karena tidak ada warga
karena terjadi pada masa penetapan masyarakat yang menyampaikan laporan
hasil Pemilu. Selanjutnya, pada Pemilu dugaan pelanggaran.
Legislatif 2014, kasus politik uang masih Data jumlah kasus money politics
mendominasi seluruh jumlah pelanggaran yang diterima oleh Badan Pengawas
Pemilu. Berdasarkan catatan Indonesia Pemilu (Bawaslu) dari Bawaslu Provinsi
Corruption Watch (ICW), praktik politik dan Kabupaten/Kota tidak sebanyak kasus
uang yang terjadi pada Pemilu Legislatif money politics yang terjadi pada Pemilu
2014 tercatat sebanyak 313 kasus (Berita 2009 dan Pemilu 2014. Data Bawaslu
Hukum Online, 22 April 2014). Modus terkait dengan kasus money politics pada
praktik politik uang itu serupa dengan Pemilu 2019 mencatat hanya sebanyak 36
modus praktik politik uang pada Pemilu kasus yang telah diputus oleh pengadilan.
2009, yakni dalam bentuk bagi-bagi uang Kasus money politics itu tidak hanya
dan barang. terjadi pada masa kampanye, tetapi juga
Pada Pemilu serentak 2019 (17 April terjadi pada masa terlarang kampanye,
2019), praktik money politics dalam yakni pada masa tenang, Satu contoh
bentuk bagi-bagi uang dan barang kasus money politics yang terjadi pada
(minyak goreng, beras, gula, jilbab) masih masa tenang adalah kasus yang dilakukan
terjadi hampir di semua provinsi dan calon anggota DPRD kota Palu dari Partai
kabupaten. Bahkan ada praktik money Hanura No. Urut 1 di Daerah Pemilihan 3
politics dalam bentuk membagi-bagi Kota Palu. Kasus money politics ini telah
kupon umroh seperti kasus yang menjerat dinyatakan terbukti bersalah berdasarkan
Mandala Shoji (Caleg DPR-RI dari PAN) putusan Pengadilan Negeri Palu Nomor:
dan Lucky Andriani (Caleg DPRD DKI dari 214/Pid.B/2019/PN Pal (Pemilu), serta
PAN). Praktik money politic dilakukan dikuatkan dengan putusan banding
secara terang-terangan dan terekam Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah
dengan mata telanjang. Tidak terhitung (Putusan PT Nomor: 71/Pid.Sus/2019/PT
lagi jumlah video yang beredar di media PAL).
sosial terkait dengan praktik money Data dan fakta di atas menunjukkan
politics. Praktik money politics pada bahwa Pemilu selalu ternodai oleh praktik
Pemilu serentak 2019 sesungguhnya jauh money politics. Hal ini menyiratkan kesan
lebih banyak dan masif jika dibandingkan bahwa praktik money politics merupakan
dengan praktik money politics yang bagian yang tidak terpisahkan dari Pemilu.

Aminuddin Kasim & Supriyadi 21

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 21 12/12/19 11:36 AM


Kesan ini semakin kuat ketika membuka Caleg tidak terpilih, dan 20 responden
catatan noda pada Pemilihan Kepala dari unsur warga masyarakat.
Daerah/Wakil Kepala Daerah (Pilkada).
Semua Pilkada yang telah berlangsung 3. Perspektif Teori.
selama ini selalui ternodai dengan praktik
Edward A. Ross adalah salah seorang
money politics.
ahli yang mempopulerkan fungsi hukum
Mengapa praktik money politics
sebagai sarana pengendalian sosial
selalu terjadi saat Pemilu berlangsung?
(social control). Menurut Ross, bahwa
Kenapa UU Pemilu (UU No.7 Tahun
pengendalian sosial mencakup semua
2017) tidak memiliki daya imperatif
kekuatan yang menciptakan serta
untuk mencegah praktik money politics?
memelihara ikatan sosial. Dalam konteks
Faktor apa saja yang mempengaruhi
ini, Ross menganut teori imperatif dan
lemahnya daya imperatif UU Pemilu
menghubungkan fungsi hukum itu dengan
sehingga praktik money politics selalu
hukum pidana (dalam Soerjono Soekanto,
masih terjadi? Permasalahan ini akan
1981:43-44). Fungsi hukum sebagai sarana
penulis telaah dan analisis dari perspektif
pengendalian sosial dijabarkan oleh
ilmu hukum.
Achmad Ali (1996:98), yakni fungsi hukum
untuk menetapkan tingkah laku mana
2. Metode Penelitian
yang dianggap merupakan penyimpangan
Penulisan artikel ini menggunakan terhadap aturan hukum, dan apa sanksi
bahan hukum dari peraturan perundang- atau tindakan yang dilakukan oleh hukum
undangan Pemilu, serta teori dan/atau jika terjadi penyimpangan tersebut.
pendapat para ahli yang berkenaan dengan Fungsi hukum sebagai sarana
fungsi hukum sebagai alat pengendalian pengendalian sosial (social control)
prilaku dalam konteks sosial dan politik, sesungguhnya bertujuan untuk
teori tentang daya imperatif hukum, dan menciptakan ketertiban dan keteraturan.
teori tentang kategori ketaatan seseorang Untuk mewujudkan tujuan ini, maka
terhadap hukum. Semua bahan hukum hukum menetapkan pedoman dan
itu diperoleh dari metode penelitian petunjuk tentang bagaimana berprilaku
kepustakaan. Bahan hukum bersumber dalam masyarakat, bagaimana prilaku
dari buku, artikel dalam jurnal, risalah yang baik dan bagaimana prilaku yang
putusan dari lembaga peradilan dan tercela atau terlarang. Jadi, hukum
lembaga pengawas Pemilu, dan dokumen merumuskan norma yang berisi perintah
peraturan perundang-undangan. (gebod), dan larangan (verbod). Bagi
Lalu, untuk memperdalam Soedjono Dirjosisworo (2010:154),
analisis tentang hubungan fungsi hukum memformulasikan semua itu sebagai
dan daya imperatif hukum terkait dengan salah satu fungsi hukum. Dari tiga fungsi
larangan praktik money politics, maka hukum yang dikemukakan beliau, salah
disajikan data hasil wawancara dengan satu diantaranya adalah fungsi hukum
puluhan responden yang pernah melihat, sebagai alat ketertiban dan keteraturan.
mendengar, bahkan menyaksikan dan/ Berbeda dengan Soedjono
atau melakukan praktik money politics, Dirjosisworo, Jimly Asshiddiqie
yakni terdiri dari 22 anggota DPRD, 13 menggunakan konsep “penegakan hukum”

22 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 22 12/12/19 11:36 AM


untuk menjelaskan soal berfungsinya lainnya sebagai imbalan kepada peserta
norma-norma hukum sebagai pedoman Kampanye Pemilu secara langsung atau
berprilaku. Menurut Jimly Asshiddiqie tidak langsung untuk:
(2010:1), penegakan hukum adalah proses a. tidak menggunakan hak pilihnya;
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau b. menggunakan hak pilihnya dengan
berfungsinya norma-norma hukum secara memilih Peserta Pemilu dengan cara
nyata sebagai pedoman perilaku dalam tertentu sehingga surat suaranya
lalu lintas atau hubungan-hubungan tidak sah;
hukum dalam kehidupan bermasyarakat c. memilih Pasangan Calon tertentu;
dan bernegara. d. memilih Partai Politik Peserta Pemilu
Dalam konteks penyelenggaraan tertentu; dan/atau
Pemilu, UU Pemilu mengemban fungsi e. memilih calon anggota DPD tertentu,
hukum sebagai sarana pengendalian dljatuhi sanksi sebagaimana diatur
prilaku berpolitik dan sekaligus sebagai dalam undang-undang ini.
sarana untuk mewujudkan ketertiban Fungsi UU Pemilu sebagai sarana
dan keteraturan dalam konteks berpolitik. pengendalikan prilaku berpolitik tidak
Dalam UU Pemilu (UU No. 7 Tahun hanya berlaku pada masa kampanye,
2017), banyak sekali norma yang berisi tetapi juga berlaku pada masa tenang.
pedoman atau petunjuk tentang cara Penyelenggaraan Pemilu pada masa
berprilaku dalam berpolitik. Dalam UU tenang, terdapat norma imperatif untuk
Pemilu juga berisi sejumlah larangan menjaga ketertiban dan keteraturan
(norma imperatif) terkait dengan prilaku Pemilu, yakni dirumuskan dalam Pasal
berpolitik, serta norma ancaman sanksi 278, sebagai berikut:
pidana (penjara dan denda), dan bahkan (1) Masa Tenang sebagaimana dimaksud
sanksi administratif bagi mereka yang dalam pasar 276 berlangsung selama
sudah terbukti secara hukum melanggar 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan
larangan atau menyimpang dari UU suara.
Pemilu. (2) Selama Masa Tenang sebagaimana
Praktik money politics adalah salah d i m a ks u d d a l a m ’ Pa s a l 2 7 6 ,
satu prilaku berpolitik yang dilarang pelaksana, peserta, dan/atau tim
(tercela) dalam proses penyelenggaraan Kampanye Pemilu Presiden dan wakil
Pemilu. Hal itu terbaca dalam Pasal Presiden dilarang menjanjikan atau
280 ayat (1) huruf j UU Pemilu, yang memberikan imbalan kepada pemilih
menyebutkan bahwa pelaksana, peserta, untuk:
dan tim kampanye Pemilu dilarang a. tidak menggunakan hak pilihnya;
menjanjikan atau memberikan uang atau b. memilih Pasangan Calon;
materi lainnya kepada peserta kampanye. c. memilih Partai Politik Peserta
Lalu, Pasal 284 UU Pemilu mempertegas pemilu terttentu;
larangan money politics tersebut, sebagai d. memilih calon anggota DPR, DPRD
berikut: provinsi, dan DPRD kabupaten/
Dalam hal terbukti pelaksana dan kota; dan/atau
tim kampanye Pemilu menjanjikan e. m emilih calon anggota DPD
atau memberikan uang atau materi tertentu.

Aminuddin Kasim & Supriyadi 23

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 23 12/12/19 11:36 AM


Dalam Pemilu 2019 yang lalu, fungsi itu hanya diartikan sebagai upaya
UU Pemilu sebagai saranat pengendalian aparatur penegakan hukum tertentu
perilaku berpolitik maupun sebagai untuk menjamin dan memastikan
sarana dalam mewujudkan ketertiban bahwa suatu aturan hukum berjalan
dan keteraturan berpolitik, tampak tidak sebagaimana seharusnya. Dalam
berjalan secara maksimal. Praktik money memastikan tegaknya hukum itu,
politics yang terjadi pada masa kampanye apabila diperlukan, aparatur penegak
dan masa tenang telah menabrak hukum itu diperkenankan untuk
larangan (verbod) dalam Pasal 280 ayat menggunakan daya paksa (Jimly
(1) huruf j, Pasal 284, dan Pasal 278 ayat Asshiddiqie, 2010:1).
(2) UU Pemilu. Mengapa hal itu bisa
terjadi? Dengan merujuk pada pendapat Jimly
Menurut Achmad Ali (1996:100), Asshiddiqie tentang konsep penegakan
bahwa terlaksana atau tidak terlaksananya hukum di atas, maka subjek “pelaksana
fungsi hukum sebagai alat pengendalian hukum” dalam konteks penyelenggaraan
sosial, ditentukan oleh dua hal, yaitu: (a) Pemilu tentu tidak hanya anggota Badan
faktor norma hukumnya sendiri, dan (b) Pengawas Pemilu pada semua tingkatan
faktor pelaksana (orang) hukumnya. Lalu, dan anggota KPU pada semua tingkatan,
pertanyaan berikutnya adalah: siapakah polisi, jaksa, dan hakim, serta advokat.
yang dimaksud subjek “pelaksana hukum? Akan tetapi semua subjek (orang) yang
Dengan merujuk pada pendapat Jimly terkena dan terikat dengan aturan
Asshiddiqie tentang konsep penegakan larangan praktik money politics. Subjek
hukum, maka subjek “pelaksana (orang) yang dimaksud bisa jadi anggota tim
hukum” mencakup pengertian yang luas. sukses calon peserta Pemilu, anggota
Lebih jelasnya pendapat beliau, sebagai pelaksana kampanye, dan/atau calon
berikut: anggota legislatif (Caleg).
Ditinjau dari sudut subjeknya, Pada Pemilu 2019 lalu, masih banyak
penegakan hukum itu dapat dilakukan Caleg yang terjerat kasus praktik money
oleh subjek yang luas dan dapat pula politisc. Adanya praktik money politics
diartikan sebagai upaya penegakan ini jelas menunjukkan bahwa tingkat
hukum oleh subjek dalam arti yang ketaatan hukum sebagian Caleg terhadap
terbatas atau sempit. Dalam arti larangan praktik money politisc, dinilai
luas, proses penegakan hukum itu masih rendah. Lalu, bagaimana dengan
melibatkan semua subjek hukum Caleg yang tidak melakukan praktik
dalam setiap hubungan hukum. money politics? Dapatkah kita menyebut
Siapa saja yang menjalankan aturan bahwa Caleg yang tidak melakukan
normatif atau melakukan sesuatu praktik money politics adalah Caleg yang
atau tidak melakukan sesuatu dengan memiliki ketaatan hukum terhadap aturan
mendasarkan diri pada norma aturan larang money politics?
hukum yang berlaku, berarti dia Jawaban atas pertanyaan di atas,
menjalankan atau menegakkan aturan dapat dijelaskan lewat teori tentang
hukum. Dalam arti sempit, dari segi kategori ketaatan hukum. Menurut
subjeknya itu, penegakan hukum Herbert C. Kelman (dalam Achmad Ali,

24 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 24 12/12/19 11:36 AM


1998:193 dan (Soerjono Soekanto, 1988: 4. Hasil dan Pembahasan
50), ketaatan seseorang terhadap aturan 4.1 Gambaran Umum Kasus Money
hukum dibedakan atas tiga kategori, Politic di Sulawesi Tengah.
yaitu:
Sejak Pemilu 2019 berlangsung
a. Ketaatan yang bersifat compliance,
(17 April 2019) hingga menjelang
yaitu jika seseorang taat terhadap
akhir Juli 2019, sudah lebih dari 20
suatu aturan hukum hanya karena dia
warga masyarakat yang sempat penulis
takut terkena sanksi;
wawancarai terkait dengan praktik
b. Ketaatan yang bersifat identification,
money politics yang terjadi pada masa
yaitu jika seseorang taat terhadap
kampanye dan masa tenang pada Pemilu
suatu aturan hukum hanya karena dia
2019 yang lalu. Mereka berasal dari
takut hubungan baiknya rusak dengan
beberapa desa/kelurahan dalam wilayah
seseorang; dan
hukum yang berbeda (Kabupaten Sigi,
c. Ketaatan yang bersifat internalization,
Kota Palu, dan Kabupaten Donggala).
yaitu jika seseorang taat terhadap
Hasil wawancara mengungkapkan bahwa
suatu aturan hukum karena benar-
mereka tidak hanya mendengar adanya
benar dia merasa bahwa aturan
praktik money politics, tetapi juga
hukum itu sesuai dengan nilai-nilai
menyaksikan dan bahkan menikmati
intristik yang dianutnya.
praktik money politics itu.
Soal ketaatan seseorang terhadap Praktik money politics diwujudkan
aturan hukum terkait larangan praktik dalam bentuk bagi-bagi uang (paling
money politics dalam UU Pemilu, sedikit Rp.50.000,00.- dan paling banyak
sesungguhya tidak terlepas dari etika Rp100,000,-), serta barang berupa: beras,
berpolitik dan moral. Idealnya, seorang gula, indomie/supermie, kain sarung,
Caleg sudah harus menahan diri untuk busana muslim (kebanyakan jilbab), sabun
tidak melakukan praktik money politics deterjen, dan sebagainya. Ironisnya, ada
pada masa kampanye atau masa tenang. 3 orang diantara 20 orang yang pernah
Sebab Caleg adalah calon wakil rakyat diwawancarai mengaku pernah menerima
yang kelak duduk di tempat terhormat uang dan bahan makanan dari 3 Caleg
(lembaga perwakilan rakyat) dan selalu yang berbeda dan dari partai berbeda..
diperlakukan secara terhormat jika Praktik money politics sebagian besar
terpilih melalui proses Pemilu. Oleh terjadi di lokasi pengungsian korban
karena itu, dari perspektif etika politik dan gempa, likuifaksi, dan tsunami yang
moral, Caleg yang terlibat praktik money pernah terjadi pada tanggal 28 September
politics, sesungguhnya tidak pantas duduk 2018 lalu.
ditempat terhormat apabila berusaha Hasil wawancara juga terungkap
meraih suara pemilih dengan cara-cara bahwa ada 9 Caleg dari partai berbeda
yang tidak terhormat (tercela) dimata yang pernah melakukan praktik money
publik. politics, tidak ada seorang pun Caleg
yang terlapor ke lembaga Pengawas
Pemilu, apalagi diproses hukum sampai
di pengadilan. Hal ini terkomfirmasi dari
data Bawaslu Provinsi Sulawesi Tengah.

Aminuddin Kasim & Supriyadi 25

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 25 12/12/19 11:36 AM


Dari sebanyak 23 kasus pelanggaran dengan pidana penjara paling lama 2
tindak pidana Pemilu, kasus praktik (dua) tahun dan denda paling banyak
money politisc hanya tercatat 6 kasus, Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
yakni: 2 kasus terjadi di kota Palu, 1 kasus rupiah).
terjadi di Kabupaten Buol, 2 kasus terjadi Lalu, dalam Pasal 523 ditegaskan
di Kabapaten Sigi, dan 1 kasus terjadi sebagai berikut:
di Kabupaten Tojo Una-Una. Sementara
(1) Setiap pelaksana, peserta, dan/
13 kasus pidana lainya adalah terkait
atau tim Kampanye Pemilu yang
dengan penggunaan fasilitas ibadah (5
dengan sengaja menjanjikan atau
kasus), penggunaan ijazah palsu (7 kasus),
memberikan uang atau materi
keterlibatan kepala desa dalam kampanye
lainnya sebagai imbalan kepada
(3 kasus), dan manipulasi suara (1 kasus).
peserta Kampanye Pemilu secara
langsung ataupun tidak langsung
4.2 Lemahnya Daya Imperatif dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Penegakan UU Pemilu
280 ayat (1) huruf j dipidana dengan
Praktik money politics yang terjadi pidana penjara paling lama 2 (dua)
pada masa kampanye dan masa tenang tahun dan denda paling banyak
pada Pemilu 2019, jelas menunjukkan Rp24.000.000,00 (dua puluh empat
bahwa fungsi UU Pemilu sebagai sarana juta rupiah).
pengendalian prilaku berpolitik dan/ (2) Setiap pelaksana,peserta dan/
atau fungsi normatif dalam menciptakan atau tim Kampanye Pemilu yang
ketertiban dan keteraturan dalam dengan sengaja pada Masa Tenang
berpolitik, tampaknya belum berjalan menjanjikan atau memberikan
secara efektif. Menurut Tim Peneliti imbalan uang atau materi lainnya
Perludem (Titi Anggraini, dkk, 2011: kepada Pemilih secara langsung
128), bahwa problema utama soal politik ataupun tidak langsung sebagaimana
uang adalah apakah tetentuan yang ada dimaksud dalam Pasal 278 ayat (2)
sudah memadai untuk mengawasi dan dipidana dengan pidana penjara
menangani politik uang. paling lama 4 (empat) tahun dan
Norma imperatif dalam UU Pemilu denda paling banyak Rp48.000.000,00
tidak hanya terbaca dalam Pasal 278 (empat puluh delapan juta rupiah).
ayat (2), Pasal 280 ayat (1) huruf j, dan
UU Pemilu tidak hanya mengandalkan
Pasal 284, tetapi juga terbaca dalam Pasal
instrumen hukum pidana yang
521 dan Pasal 523 ayat (1) dan ayat (2).
berbasis pada teori imperatif untuk
Dalam Pasal 521 telah ditegaskan sebagai
mengendalikan prilaku berpolitik dalam
berikut:
rangka mewujudkan ketertiban dan
Setiap pelaksana, peserta, dan/
keteraturan berpolitik dalam Pemilu,
atau tim Kampanye Pemilu yang dengan
tetapi juga mengandalkan instrumen
sengaja melanggar Larangan pelaksanaan
hukum administrasi. Hal ini juga terbaca
kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal 285 UU Pemilu,
dalam Pasal 280 ayat (1) huruf a, huruf
sebagai berikut:
b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf
Putusan pengadilan yang telah
g, huruf h, huruf i, atau huruf j dipidana

26 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 26 12/12/19 11:36 AM


memperoleh kekuatan hukum tetap Pe n u l i s te l a h m e wawa n ca ra i
terhadap pelanggaran sebagaimana sebanyak 22 (dua puluh dua) anggota
dimaksud dalam Pasal 280 dan Pasal DPRD Kabupaten/Kota (dari Parpol yang
284 yang dikenai kepada pelaksana berbeda) setelah usai memberi materi
Kampanye Pemilu anggota DPR, DPD, pembekalan (orientasi) kepada anggota
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota DPRD dari 11 (sebelas) kabupaten/kota
yang berstatus sebagai calon anggota se-Sulawesi Tengah. Dari hasil wawancara
DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD yang dilakukan pada waktu dan tempat
kabupaten/kota digunakan sebagai dasar yang berbeda, semuanya mengakui
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/ bahwa mereka melakukan bagi-bagi
Kota untut mengambil tindakan berupa: uang kepada pemilih. Sebagian dari
mereka mengaku melakukan pada masa
a. pembatalan nama calon anggota
kampanye, dan ada sebagian dari mereka
DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
mengaku melakukan pada masa tenang.
kabupaten/kota dari daftar calon
Lalu, sebagian dari mereka mengaku
tetap; atau
hanya membagi-bagi uang kepada pemilih
b. pembatalan penetapan calon
sebanyak Rp40 juta, sebagian lainnya
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi,
mengaku sampai Rp100 juta, bahkan ada
dan DPRD kabupaten/kota sebagai
diantara mereka melakukan bagi-bagi
calon terpilih.
uang sampai Rp200 juta.
Idealnya, semua Caleg dari berbagai Semua anggota DPRD yang pernah
Parpol peserta Pemilu sudah harus penulis wawancarai mengaku mengetahui
menahan diri ketika mengetahui adanya dan menyadari adanya aturan tentang
larangan praktik money politics pada larangan money politics. Namun, mereka
masa kampanye dan masa tenang (Pasal terpaksa melakukan hal itu (bagi-bagi
278 ayat (2), Pasal 280 ayat (1) huruf j, uang) karena alasan mempengaruhi
dan Pasal 284 UU Pemilu), dan menahan sikap pemilih untuk menjatuhkan pilihan
diri ketika mengetahui adanya ancaman kepada mereka. Praktik money politics
sanksi pidana (penjaran dan denda) ketika itu dilakukan secara rapih agar tidak
melanggar larangan praktik money politics diketahui Pengawas Pemilu dan sesama
pada masa kampanye dan masa tenang Caleg baik diinternal Parpol maupun
(Pasal 521 dan Pasal 523 ayat (1) dan sesama Caleg dari Parpol yang berbeda.
ayat (2) UU Pemilu). Ketaatan terhadap Harus diakui, bahwa masih banyak
aturan di atas sudah harus muncul pada Caleg dari berbagai Parpol peserta Pemilu
diri pribadi setiap Caleg, sebab jika yang tidak terjerat kasus money politics.
larangan money politics itu dilanggar, Bagi Caleg yang tidak terjerat kasus money
maka akan berakibat pada pembatalan politics selama penyelenggaraan Pemilu
nama Caleg pada Daftar Calon Tetap 2019, bisa digolongkan sebagai Caleg
DCT) atau pembatalan penetapan calon yang memiliki ketaatan terhadap larangan
anggota lembaga legislatif (DPR, DPD, money politics. Ketaatan mereka terhadap
DPRD provinsi, atau DPRD kabupaten/ larangan money politics harus diapresiasi,
kota) sebagai calon terpilih (Pasal 285 sebab mereka mampu menahan diri (self
UU Pemilu). control) untuk menjaga integritas Pemilu

Aminuddin Kasim & Supriyadi 27

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 27 12/12/19 11:36 AM


dan tidak menodai proses demokrasi money politics. Dengan demikian, faktor
yang berlangsung. Namun demikian, juga kecukupan modal (uang) yang dimiliki
perlu dilacak apakah Caleg yang tidak Caleg ternyata ikut bicara dan berpengaruh
melakukan praktik money politics karena dalam menentukan ketaatan seorang
atas dasar kesadaran bahwa praktik Caleg terhadap aturan hukum Pemilu.
money politics adalah prilaku berpolitik Menurut Nur Hidayat Sardini (2011:213),
yang terlarang dan tercela? Sebab, bahwa bagi para calon legislatif, politik
sampai saat ini belum ada hasil riset yang uang merupakan alat untuk menaklukkan
mengungkap kategori ketaatan mereka pilihan bebas masyarakat.
terhadap aturan mengenai larangan Dengan merujuk pada pendapat Jimly
money politics, sehingga mengundang Asshiddiqie (2008) tentang lingkup subjek
pertanyaan: apakah ketaatan mereka penegakan hukum, maka subjek pelaksana
dalam kategori compliance atau dalam penegakan hukum tentu tidak hanya
kategori identification atau kategori Parpol, tetapi juga Caleg yang diusung
internalization? Parpol. Idealnya, setiap aktor politik
Selanjutnya, ada sebanyak 13 Caleg (Caleg) harus bisa memainkan peran
DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ sebagai subjek penegakan hukum guna
Kota yang tidak terpilih dari beberapa mewujudkan Pemilu yang berintegritas.
Parpol peserta Pemilu yang juga sempat Caleg yang tidak melakukan praktik
penulis wawancarai. Mereka pada money politics terlepas dari kondisi
umumnya mengakui bahwa praktik money keuangannya yang tidak terbatas, dapat
politics pada Pemilu 2019 masif terjadi dikategorikan sebagai Caleg yang memiliki
di semua lokasi pengungsian korban etika politik serta tanggung-jawab hukum
bencana gempa, likufaksi dan tsunami. dan moral untuk menegakkan aturan
Mereka menerima realitas, tidak terpilih hukum Pemilu, khususnya larangan
sebagai calon anggota DPRD karena praktik money politics.
alasan tidak memiliki uang banyak untuk Sebaliknya, Caleg yang melakukan
mempengaruhi pemilih dengan modus praktik money politics adalah Caleg
money politics. Jadi, kategori ketaatan yang tidak memiliki etika politik serta
mereka terhadap larangan money politics tanggung-jawab hukum dan moral untuk
bukan karena takut terkena sanksi pidana menegakkan aturan hukum Pemilu.
(penjara dan denda) termasuk pencoretan Hal ini menjadi tanggung jawab Parpol
nama dari DCT (kategori compliance), pengusung, sebab UU No. 2 Tahun
juga bukan karena takut hubungan 2008 tentang Partai Politik sebagaimana
baiknya rusak dengan seseorang (kategori telah diubah dengan UU No. 2 Tahun
identification), misalnya; sesama Caleg di 2011 (UU Parpol) telah menetapkan,
internal Parpol), lebih-lebih bukan karena bahwa salah satu tujuan Parpol adalah
alasan bahwa praktik money politics itu untuk membangun etika dan budaya
bertentangan dengan nilai-nilai intristik politik dalam kehidupan bermasyarakat,
yang dianutnya (kategori internalization). berbangsa, dan bernegara (Pasal 10 ayat
Akan tetapi lebih pada faktor kondisi (2) huruf c). Lebih dari itu, UU Parpol
keuangan yang tidak mendukung untuk juga menetapkan tentang fungsi Parpol,
mempengaruhi pemilih dengan cara yakni melakukan pendidikan politik

28 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 28 12/12/19 11:36 AM


bagi anggota dan masyarakat luas agar pertanyaan dari tiga pertanyaan yang
menjadi warga negara Indonesia yang diajukan, yakni; apa yang sebaiknya saya
sadar akan hak dan kewajibannya dalam lakukan (dalam Endang Daruni Asdi,
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan 1995). Bagi Kant, moralitas dan juga
bernegara, serta melakukan rekrutmen integritas ditentukan oleh kecakapan
politik dalam proses pengisian jabatan akal budi. Dengan menggunakan akal
politik melalui mekanisme demokrasi budi, maka individu dapat mengendalikan
dengan memperhatikan kesetaraan dan kehendak bebasnya, lalu menyesuaikan
keadilan gender (Pasal 11). Atas dasar itu, dengan aturan hukum yang telah
Parpol yang mengusung para Caleg-nya disepakati (Ahmad Rafsanjani, 2010).
dalam Pemilu, ikut bertanggung jawab Jadi, paksaan untuk tidak melakukan
secara hukum dan moral jika Caleg yang sesuatu yang terlarang menurut hukum
diusungnya menodai Pemilu dengan seperti larangan praktik money politics,
praktik money politics. idealnya harus timbul dari kesadaran
Dengan banyaknya Caleg yang terjerat moral pribadi (perintah yang bersumber
kasus money politics pada Pemilu 2019, dari diri sendiri).
menjadi satu penilaian bahwa Parpol Harus diakui, bahwa untuk
telah gagal melakukan pendidikan politik mewujudkan Pemilu yang demokratis,
kepada kader-kader yang diusungnya. Hal beradab, dan berintegritas tanpa noda
ini menjadi bahan pembelajaran bagi money politics, tidak cukup hanya
Parpol guna memperbaiki kualitas Pemilu bersandar pada kemampuan fungsi hukum
ke depan (Pemilu 2024). Harus diakui, beserta kelengkapan norma imperatifnya
bahwa selama proses penyelenggaran (ancaman sanksi pidana penjara dan
Pemilu 2019 berlangsung, para pengurus denda, serta sanksi administratif), akan
Parpol telah berkali-kali melakukan tetapi juga membutuhkan sandaran etika/
pertemuan atau rapat tingkat nasional moral. Meskipun kaidah hukum dilengkapi
maupun tingkat daerah dengan seluruh dengan sarana pemaksa (imperatif) yang
kader atau Caleg yang diusungnya. dibentuk lewat otoritas negara, namun
Namun demikian, pertemuan atau kaidah hukum tidak mampu bekerja
rapat-rapat yang diselenggarakan oleh sendiri untuk mengendalikan prilaku
berbagai Parpol selama ini, terkesan dalam konteks kehidupan sosial, termasuk
minus substansi etika perpolitik santun dalam konteks kehidupan politik.
dan bermoral. Untuk mewujudkan Pemilu yang
Filsuf Immanuel Kant mengajarkan bersih dari noda money politics, idealnya
teori imperatif kategoris yang bersandar harus dimulai dari kesadaran moral
pada filsafat moral. Bagi Kant, moral pribadi setiap Caleg. Jika Caleg menilai
adalah bagian dari kekayaan batin bahwa praktik money politics adalah
manusia yang berlaku universal. Ada sesuatu yang terlarang dan tercela, dan
perasaan wajib untuk bertindak, sehingga ada paksaan dari dalam dirinya untuk
ada kehendak baik yang timbul yang tidak melanggar larangan itu, maka
seolah-olah memerintah (imperatif), harapan untuk mewujudkan Pemilu yang
tetapi tidak memaksa. Postulat rasio bersih dari noda money politics, masih
praktis Kant tersimpul pada salah satu terbuka lebar. Sebab, ketaatan semua

Aminuddin Kasim & Supriyadi 29

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 29 12/12/19 11:36 AM


Caleg terhadap aturan larangan money uang”, pamflet, spanduk, stiker, media
politics sudah masuk pada kategori cetak, bahkan lewat media elektronik.
“internalization”. Jadi, kaidah imperatifnya Namun demikian, semua cara yang
bersumber dari kesadaran moral pribadi telah ditempuh oleh KPU dan jajarannya
masing-masing Caleg. serta BAWASLU dan jajarannya untuk
Selanjutnya, untuk mewujudkan mencegah praktik money politics terkesan
ketertiban dan keteraturan dalam tidak efektif. Spirit gerakan moral dengan
berpolitik, hukum dan etika/moral harus slogan “tolak politik uang” atau slogan
beriringan, bekerja bersama dan saling “katakan tidak untuk politik uang”, dan
melengkapi. Jadi, penegakan hukum lain-lain slogan yang terkait dengan virus
dalam penyelenggaraan Pemilu, tidak money politics, terkesan tidak membuat
hanya bersandar pada rule of law dan bergeming para aktor politik (Caleg) yang
rule of justice, tetapi juga bersandar pada ikut Pemilu, terutama bagi mereka yang
rule of ethics. memiliki segudang uang.
Dalam kehidupan sosial dan politik,
4.3 Sikap Pemisif Warga Masyarakat terutama saat Pemilu dan Pilkada
Terhadap Praktik Money Politics. berlangsung, selalu muncul anomali.
Warga masyarakat cenderung sudah
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/
bersikap permisif terhadap praktik money
Kota, serta Bawaslu Provinsi dan Bawaslu
politis, bahkan menanti datangnya praktik
Kabupaten/Kota telah mengalokasikan
money politics itu. Di tengah masifnya
anggaran untuk sosialisasi Pemilu
sosialisasi “tolak politik uang” pada
kepada warga masyarakat. Dalam proses
masa kampanye, dan bahkan pada masa
penyelenggaraan Pemilu 2019, lembaga-
tenang, saat bersamaan juga beredar di
lembaga kepemiluan itu sudah berulang
berbagai media sosial seperti “whatsapp”
kali menyelenggarakan sosialisasi Pemilu
(WA) dan “facebook” postingan dalam
yang melibatkan pengurus dan kader
bentuk gambar dan/atau tulisan yang
Parpol, tokoh pemuda, tokoh masyarakat,
berisi pesan atau ajakan “siap menerima
mahasiswa, dan siswa-siswa Sekolah
serangan fajar” Bahkan pernah ada
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Soal
postingan di media sosial yang memasang
larangan praktik politik uang adalah salah
besarnya tarif money politics. Tarif untuk
satu materi sosialisasi. Kalaupun bukan
Caleg DPR sebesar Rp150.000,- tarif untuk
soal politik uang (money politics) yang
Caleg DPRD Provinsi sebesar Rp100.000,-
dijadikan tema sosialisasi Pemilu, namun
, dan tarif untuk Caleg Kabupaten/Kota
soal money politics selalu mengemuka
sebesar Rp50.000,-. Kenapa bisa terjadi
pada setiap sesi diskusi pada acara
anomali ini?
sosialisasi Pemilu.
Salah satu faktor yang mengkondisikan
Upaya KPU dan jajarannya serta
sikap permisif warga pemilih terhadap
BAWASLU dan jajarannya dalam mencegah
praktik money politics adalah kondisi sosial
terjadinya praktik money politics, tidak
dan ekonomi warga masyarakat pasca
hanya dilakukan melalui sosialisasi di
terjadinya bencana alam (gempa, likufaksi,
setiap daerah provinsi dan kabupaten/
dan tsunami). Ketika masa kampanye
kota, tetapi juga dilakukan lewat deklarasi
dimulai hingga pada saat pemungutan
dengan memilih slogan “tolak politik

30 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 30 12/12/19 11:36 AM


suara, masih banyak warga masyarakat subjek penegak hukum, maka UU Pemilu
korban bencana alam terkonsentrasi di (UU. No. 7 Tahun 2017), masih memiliki
lokasi-lokasi pengungsian. Dalam kondisi kekurangan, sebab tidak memasukkan
yang masih serba kekurangan, mereka setiap orang sebagai subjek penegak
selalu menanti datangnya bantuan hukum.
baik berupa uang maupun barang. Memang disadari bahwa ketentuan
Bagi Caleg yang bermodal besar dan Pasal 187A UU Pilkada juga mengandung
bernafsu menjadi anggota DPRD, tentu kelemahan, sebab warga masyarakat tidak
memanfaatkan momentum itu untuk akan berani melaporkan kasus money
meraih simpati warga agar memilih politics jika dia menerima uang dan/atau
Caleg yang memberi bantuan. Menjelang barang dari peserta pemilihan dan/atau
pemungutan suara berlangsung, terkesan tim kampanye. Hal ini belajar dari kasus
sulit dibedakan antara bantuan yang pemilihan kepala daerah di kabupaten Pati
bersifat kemanusiaan dengan money pada Pilkada Serentak 2017. Dari 14 kasus
politics. money politics yang sementara ditangani
UU Pemilu (UU No. 7 Tahun 2017) oleh Panwas Kabupaten Pati, ada 10 kasus
memang tidak memuat aturan hukum laporan tidak diteruskan penanganannya
bagi pemilih yang menerima uang dan/ karena saksi pelapor (penerima politik
atau barang pada kasus money politics, uang) mencabut laporannya setelah
juga tidak ada aturan hukum terkait mengetahui bahwa dirinya juga terjerat
pengenaan ancaman sanksi pidana dan/ ketentuan Pasal 187A UU Pilkada (Abhan,
atau denda bagi pemilih yang menerima dkk, 2017: 79).
uang dan/atau barang pada kasus money Kalaupun UU Pemilu ke depan
politics. Berbeda dengan UU Pemilu, ingin memperkuat daya imperatifnya
UU Pilkada (UU No. 1 Tahun 2015 dalam mencegah praktik money politics,
sebagaimana telah diubah kedua kali rumusan Pasal 187A UU Pilkada bisa saja
dengan UU No. 10 Tahun 2016) lebih diterapkan sepanjang dengan catatan
impresif dalam mengatur subjek pelaku bahwa bagi warga masyarakat yang
money politics beserta ancaman sanksi terlibat praktik money politics (penerima
pidananya (penjara dan/atau danda). uang dan/atau barang) namun berani
Ketentuan ancaman sanksi pidana dalam melaporkan kasus itu kepada Pengawas
UU Pilkada menggunakan frasa “setiap Pemilu, perlu dikecualikan dari jeratan
orang” sehingga baik pihak pemberi sanksi pidana kasus money politics.
(pelaku money politics) maupun pemilih Penerapan ketentuan semacam itu, selain
yang menerima uang dan/atau barang dapat menstimulasi dan menumbuhkan
dalam kasus money politics akan terjerat keberanian warga masyarakat untuk
dengan Pasal 187A UU Pilkada, yakni melaporkan kasus money politics, juga
terkait dengan pelanggaran larangan mengandung nilai edukasi bagi warga
money politics dalam Pasal 73 ayat (4) masyarakat agar membiasakan diri untuk
UU Pilkada. Jika merujuk pada pendapat tidak terlibat dalam kasus money politics,
Jimly Asshiddiqie terkait dengan cakupan dan memberi efek jera kepada Caleg yang
melakukan money politic.

Aminuddin Kasim & Supriyadi 31

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 31 12/12/19 11:36 AM


5. Simpulan terjadi pada Pemilu Serentak 2019, jelas
Bertolak dari hasil dan pembahan menunjukkan bahwa fungsi UU Pemilu
yang ternarasikan di atas, terdapat sebagai sarana pengendalian prilaku
beberapa catatan sebagai simpulan dari dalam berpolitik, tampak belum berjalan
artikel ini. Pertama, bahwa meskipun secara efektif. UU Pemilu belum memiliki
Pemilu Serentak 2019 telah sukses daya imperatif yang kuat dalam menekan
menyelesaikan semua tahapan Pemilu, atau mencegah masifnya praktik money
namun Pemilu Serentak juga menorehkan politics. Keempat, Pemilu Serentak
catatan noda terkait dengan masif dan 2019 memunculkan anomali. Warga
banyaknya praktik money politics. Hal ini masyarakat (pemilih) cenderung permisif
patut dijadikan pelajaran berharga guna dalam menerima kehadiran praktik
mewujudkan Pemilu yang demokratis dan money politics. Meskipun banyak warga
berintegritas ke depan (Pemilu 2024).. masyarakat yang menolak, mencela,
Kedua, banyaknya praktik money politics dan membenci praktik money politics,
yang terjadi pada Pemilu Serentak 2019, namun masih ada sebagian warga
jelas menunjukkan bahwa penegakan masyarakat menanti kapan lagi datangnya
hukum Pemilu belum sesuai yang praktik money politics. Praktik money
diharapkan. Sebab, UU Pemilu tidak politics ibarat syair lagu yang pernah
menggunakan frasa “setiap orang” dalam dipopulerkan oleh Diana Nasution:
menjaring pelaku money politics. Ketiga, dibenci, tapi juga dirindukan (Benci tapi
banyaknya praktik money politics yang Rindu).

32 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 32 12/12/19 11:36 AM


DAFTAR PUSTAKA

Abhan, dkk, (2017), Pasangan Calon Melawan Kolom Kosong (Potret Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Tahun 2017.CV. Rafi Sarana Perkasa,Semarang.
Ali, Achmad (1996), Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
Chandra Pratama, Jakarta.
Ali, Achmad (1998), Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, PT. Yasrif Watampone,
Jakarta.
Anggraini, Titi (2011), Menata Kembali Pengaturan Pemilu Kada, Perludem, Jakarta.
Asdi, Endang Daruni (1995), Imperatif Kategoris Dalam Filsafat Moral Immanuel Kant,
Artikel dalam Jurnal Filsafat, 23 Nopember 1995, Yogyakarta, hlm. 10-12.
Assiddiqie, Jimly (2010), Penegakan Hukum, Makalah, Universitas Indonesia, Jakarta.
Dirdjosisworo, Soedjono (2010), Pengantar Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Husen, Harun (2014), Pemilu Indonesia (Fakta, Angka, Analisis, dan Studi Banding),
Perludem, 2014.
Rafsanjani, Ahmad (2010), Korupsi dan Moralitas Pemimpin, Opini dalam Harian
Pikiran Rakyat, Edisi 10 Desember 2010.
Sardini, Nur Hidayat (2011), Restorasi Penyelenggaraan Pemilu Di Indonesia, Fajar
Media Press, Jakarta.
Soekanto, Soerjono (1981), Fungsi Hukum dan Perubahan Sosial, Alumni, Bandung.
Soekanto, Soerjono (1986), Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Alumni,
Bandung.

Dokumen (Hukum)
• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
• Putusan Pengadilan Negeri Palu Nomor: 14/Pid.B/2019/PN Pal (Pemilu), serta
dikuatkan dengan putusan banding oleh Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah (Putusan
PT Nomor: 71/Pid.Sus/2019/PT PAL).
• Data Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu Tahun 2019, Bawaslu RI, Jakarta.
• Data Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu 2019, Bawaslu Sulteng, Palu.
• Berita Hukum Online, Selasa, 22 April 2014, Kasus Pidana Pemilu di Polri Didominasi
Politik Uang, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53563f475f480/kasus-
pidana-pemilu-di-polri-didominasi-politik-uang/
• http://rumahpemilu.org/perludem-rekomendasikan-perbaikan-penegakan-hukum-
pidana-pemilu/.

Aminuddin Kasim & Supriyadi 33

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 33 12/12/19 11:36 AM


34 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 34 12/12/19 11:36 AM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539
Vol. 6 No. 1 2019, Hal. 35-47

EVALUASI REKRUTMEN PENGAWAS TEMPAT PEMUNGUTAN


SUARA (PTPS) DALAM PEMILU SERENTAK 2019

Faisal Andri Mahrawa


Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Sumatera Utara, Indonesia
faisal.mahrawa@gmail.com

Irfan Prayogi
Alumni Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, Medan, Sumatera Utara, Indonesia
irfanprayogi44@yahoo.com

Abstract
This paper is intended to examine the recruitment pattern carried out by Bawaslu to
bring PTPS to the 2019 Simultaneous Elections. The research location was conducted in
two regions namely Sunggal District and Percut Sei Tauan District, Deliserdang Regency.
By understanding various aspects ranging from the regulatory side to the technical
implementation of recruitment, found various obstacles that resulted in the quality
of PTPS, ranging from age limits, educational boundaries, community enthusiasm to
regional factors that cause PTPS presented less professional. Using the descriptive-
analysis method, data sources were collected through interviews and literature studies
related to the PTPS recruitment process. As an evaluation and recommendation, this
paper reviews several aspects, namely regulation, promotion and outreach, provision
of intensive supervision functions, and transparency of recruitment to be considered
in welcoming the next election

Keywords: bawaslu, evaluation, ptps, recrutment

Faisal Andri Mahrawa & Irfan Prayogi 35

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 35 12/12/19 11:36 AM


Abstrak
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji pola rekrutmen yang dilakukan Bawaslu
untuk menghadirkan PTPS pada Pemilu Serentak 2019. Adapun lokasi penelitian
dilakukan di dua daerah yakni Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Percut Sei Tauan,
Kabupaten Deliserdang. Dengan memahami berbagai aspek mulai dari sisi regulasi
hingga teknis pelaksanaan rekrutmen, ditemukan berbagai kendala yang berakibat
pada kualitas PTPS, mulai dari batas usia, batas pendidikan, antusiasme masyarakat
hingga faktor wilayah yang menyebabkan PTPS yang dihadirkan kurang profesional.
Menggunakan metode analisis-deskriptif, sumber data dikumpulkan melalui proses
wawancara dan studi literatur terkait dengan proses rekrutmen PTPS. Sebagai evaluasi
dan rekomendesi, tulisan ini meninjau beberapa aspek yakni regulasi, promosi dan
sosialisasi, pembekalan fungsi pengawasan intensif, dan transparansi rekrutmen untuk
diperhatikan dalam menyambut pemilu berikutnya.

Kata Kunci : bawaslu, evaluasi, ptps, rekrutmen

1. Pendahuluan mengawasi jalannya pemungutan suara


hingga penghitungan suara.
Institusi pengawas Pemilu menjadi
PTPS memiliki kewajiban
solusi yang dianggap tepat menangani
melaporkan hasil pengawasan dalam
permasalahan ini. Sebagai wujud
pemungutan suara kepada Panwascam
kongktitnya, dalam UU No. 17 Tahun 2017
melalui Panwaslu Desa/kelurahan.
tentang Pemilihan Umum kedudukan
Selain itu, PTPS berwenang untuk
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di
menyampaikan keberatam atas dugaan
perkuat dan diperjelas secara fungsi dan
pelanggaran,kesalahan, penyimpangan
tugas sebagai penyelenggara Pemilu.1
admistrasi, dan menerima berita acara
Bawaslu untuk pertama kali dalam sejarah
dalam penghitungan suara dengan
memiliki kewenangan mengawasi TPS
rentang waktu selama persiapan,
dengan membentuk Pengawas Tempat
pelaksanaan, hingga pergerakan hasil
Pemungutan Suara yang selajutnya
penghitungan suara dari TPS ke PPS
disebut PTPS. Pilkada Serentak 2018
(UU No 17 tahun 2017: Pasal 114-116).
dan Pemilu Serentak 2019 menjadi pesta
Dengan demikian PTPS memiliki peran
demokrasi yang melibatkan PTPS dalam
yang sangat strategis dalam menjaga dan
mengawasi proses Pemilu agar berjalan
dengan jujur dan mengedepankan asas
keadilan dalam pemilu.
1
Dalam UU No 7 Tahun 2017 disebutkan bahwa Sebagai formatur baru dalam
Badan Pengawas Pemilu Tingkat KabupatenKota
telah bersifat tetap. Setidaknya ada 11 kewenangan
kepemiluan skala nasional, otomatis
yang melekat yang diamanahkan oleh Undang- kehadiran PTPS sangat membantu
Undang tersebut.

36 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 36 12/12/19 11:36 AM


melakukan monitoring secara lebih 25 tahun, berpendidikan paling rendah
efektif dengan jumlah yang sama dengan SMA/Sederajat. Selain itu, calon PTPS
jumlah TPS yang ada. 2 Sebelumnya harus memiliki kemampuan dan keahlian
dalam UU No 15 Tahun 2011 tentang yang berkaitan dengan Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Pemilu, Bawaslu di Pemilu, ketatanegaraan, kepartaian, dan
tingkatan akar rumput membawahi Pengawasan Pemilu.
Pengawas Pemilu Lapangan yang hanya Sebagai catatan, banyak Panwascam
bertugas mengawasi, merekomendasi, di daerah yang mengalami kesulitan
meneruskan, dan menyampaikan dalam rangka merekrut PTPS terutama
temuan kepada Panwascam dalam di daerah Pedesaan dan Pesisir yang
hal pelanggaran Pemilu. Hal tersebut diakibatkan persyaratan usia dan
berbeda dengan wewenang yang batas minimal pendidikan. Artinya,
diamatkan oleh UU No. 7 tahun 2017, sulit mendapatkan PTPS yang sesuai
di mana Pengawas dalam tatanan dengan kualifikasi sebagaimana yang
akar rumput yakni PTPS sebagaimana ditentukan oleh regulasi perundang-
p a s a l 1 1 5 b o l e h m e nya m p a i ka n undangan. Adapun PTPS dibentuk paling
keberatan dalam hal ditemukannya lambat 23 hari sebelum pemungutan
dugaan pelanggaran, kesalahan dan/ suara dan dibubarkan paling lambat
atau penyimpangan administrasi tujuh hari setelah hari pemungutan
pemungutan dan penghitungan suara suara oleh Panitia Pengawas Kecamatan
langsung di TPS, bahkan Pengawas TPS (Panwascam). Dalam surat edaran
bisa merekomendasikan agar dilakukan Bawaslu terkait pembentukan PTPS,
pemungutan suara ulang (PSU) di TPS tercatat Panwascam hanya memiliki waktu
yang bersangkutan (Rudia 24 Maret satu bulan dalam proses pelaksanaan
2019). rekrutmen, terhitung dari pengumuman
Tetapi pada kenyataannya, kinerja pendaftaran hingga pelantikan dan
PTPS masih belum efektif dalam Bimbingan teknis (Bawaslu.go.id: 2019).
menjalankan fungsunya dan terkesan Dikutip dari berbagai laman berita,
hanya sebagai pelengkap Pemilu persyaratan usia dan tingkat pendidikan
disamping kewenangannya yang strategis. sangat mendominasi kendala yang
Pola rekrutmen PTPS menjadi salah satu dihadapi Panwascam untuk melakukan
faktor permasalahannya. Sebagaimana perekrutan. Ini juga diakui oleh Ketua
diketahui, dalam pasal 106 UU No 17 Bawaslu RI dalam Rapat Dengar
Tahun 2017 PTPS dibentuk oleh Panitia Pendapat bersama Komisi II DPR RI.
Pengawas Kecamatan (Panwascam) Permasalahannya adalah dengan usia
dengan memperhatikan masukan yang telah ditetapkan oleh Undang-
Panwaslu Kelurahan/Desa. Adapun syarat Undang, seseorang pasti sudah mapan
yang ditetapkan untuk menjadi seorang dengan pekerjaannya. Disamping juga
PTPS secara teknis yakni minimal berusia menutup peluang kepada mahasiswa dan
muda-mudi untuk berkontribusi dalam
proses pengawasan pemilu akibat batasan
usia yang terpaut tinggi.
2
Dihimpun dari Website kpu.go.id : jumlah TPS se Tidak dinafikkan bahwa dalam proses
Indonesia sebesar 809.500 unit.

Faisal Andri Mahrawa & Irfan Prayogi 37

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 37 12/12/19 11:36 AM


perekrutan terjadi persaingan antara menurut KIPP Bawaslu perlu melakukan
KPPS, Linmas, Saksi partai politik dan evaluasi terhadap kinerja PTPS yang
Caleg, serta PTPS itu sendiri. Tentu belum mampu meningkatkan kualitas
masyarakat memiliki pertimbangan pelaksanaan pungut hitung suara di TPS.
tersendiri untuk memilih melibatkan
diri dalam gelaran pemilu pada porsi 2. Metode Penelitian
yang mana, mulai dari pertimbangan
Tipe penelitian ini adalah kualitatif-
pendapatan, beban tugas dan fungsi
deskriptif. Dalam penelitian ini, informan
hingga kompetensi.
diarahkan untuk dapat menggambarkan/
Dengan pola rekrutmen yang
menceritakan secara rinci permasalahan
terkesan terburu-buru, keterbatasan
dalam rekrutmen penyeleng gara
sumber daya manusia, beban kerja
pengawas pemilu di tingkat bawah
PTPS yang cukup berat dan ditambah
yakni PTPS serta berbagai persoalan
dengan persyaratan teknis yang sulit
yang melingkupinya, termasuk faktor-
diterapkan, menyebabkan kinerja Bawaslu
faktor internal maupun eksternal yang
terhambat dan dalam beberapa kasus
mendukung maupun menghambat
malah terbukti melakukan pelanggaran
kinerja mereka. Penelitian ini juga
kode etik. Rekrutmen yang seharusnya
mempertimbangkan peran subyektif
menghasilkan petugas PTPS yang handal,
dari setiap informan dalam memperoleh
berkompetensi, dan netral malah hanya
informasi. Dengan kata lain, sisi “emic”
menghasilkan PTPS dengan kualitas
lebih ditonjolkan dengan mendeskripsikan
apa adanya. Bahkan di banyak kasus,
informasi yang diperoleh berdasarkan
Panwascam harus melakukan ‘jemput
pada pernyataan, pola pikir dan
bola’ agar kuota PTPS terpenuhi dan
interpretasi informan sehingga akan
berimbas pada kualitas pengawasan pada
dapat diungkap data tersembunyi.
tingkatan bawah.
Penelitian ini dilakukan di dua
Sementara Bawaslu sebagai lembaga
kecamatan yang ada di Kabupaten
pelaksana Undang-Undang Pemilu tidak
Deliserdang, Sumatera Utara yakni
bisa melakukan banyak inovasi dalam
Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan
hal perekrutan serta terpaku pada
Sunggal. Pemilihan lokasi dianggap
mekanisme yang sudah diatur. Hasilnya,
menarik sebab kedua Kecamatan tersebut
mereka yang menjadi petugas PTPS
memiliki jumlah TPS yang banyak,
banyak yang tidak memahami teknis
masing-masing 814 dan 1250 TPS. Selain
pemungutan suara. Problemnya, PTPS
itu, kondisi sosial-ekonomi masyarakat
sebagai ujung tombak pengawasan
yang beragam baik dari sisi tingkat
Pemilu hanya diberikan sekali Bimtek
pendidikan hingga mata pencaharian akan
pasca dilantik sebagai petugas PTPS yang
berpengaruh terhadap proses rekrutmen
berimbahs pada pengetahuan teknis
PTPS yang ada di kedua kecamatan
pemilu. KIPP mencatat bahwa kehadiran
tersebut.
PTPS ternyata tidak mengurangi berbagai
Studi literatur juga menjadi kerangka
pelanggaran dan penyimpangan dalam
acuan sebagai bahan komparasi dalam
proses pungut hitung, sebagaimana yang
perspektif ilmu politik. Sumber data dari
diakui oleh Bawaslu sendiri. Sehingga
pemberitaan dari media cetak maupun

38 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 38 12/12/19 11:36 AM


elektronik sangat membantu dalam atau anggota yang berkualitas dan ahli
usaha mencari jejak informasi mengenai di bidangnya.
PTPS. Adapun dalam penelitian ini Armstrong (2014) menjelaskan
penulis berusaha menelusuri perjalanan rekrutmen SDM merupakan salah satu
pembentukan PTPS mulai dari tahap bagian dari proses mengelola SDM mulai
perekrutan sampai pembubaran dengan dari menentukan kebutuhan kerja hingga
melihat setiap permasalahan yang hadir. hubungan dan pelayanan karyawan.
Rekrutmen SDM berfungsi untuk
3. Perspektif Teori mengenali calon SDM yang memenuhi
Joan E. Pynes dalam bukunya Human standar kualifikasi yang dibutuhkan dan
Research Management for Public & menariknya menjadi SDM dalam sebuah
Non Profit Organization menyatakan, ― organisasi.
Recruitment is the process of attracting Menurut R Wayne Mondy, salah
qualified candidates to apply for vacant satu tahapan yang penting dalam proses
positions within an organization‖. rekrutmen adalah perencanaan SDM
Rekrutmen SDM merupakan sebuah yang dibutuhkan baik secara kuantitas
proses dalam menarik calon-calon yang atau kualitas dalam sebuah perusahaan
memiliki kualifikasi untuk masuk ke posisi atau organisasi. Kebutuhan ini didasarkan
di dalam organisasi. Sedangkan R Wayne atas alternatif – alternatif evaluasi
Mondy perekrutan adalah proses menarik dari penarikan karyawan yang ada.
orang – orang pada waktu yang tepat, Jika terdapat evaluasi dalam penarikan
dalam jumlah yang cukup, dan dengan karyawan yang ada maka perekrutan
persyaratan yang layak, untuk mengisi akan dimulai dilakukan. Permintaan
lowongan dalam organisasi. Berdasarkan rekrutmen SDM akan dimulai dengan
pendapat diatas dapat dikatakan bahwa manajer mengeluarkan permintaan
rekrutmen SDM adalah upaya dalam karyawan (employee requisition) berupa
menarik calon SDM yang memenuhi dokumen yang merinci nama pekerjaan,
kualifikasi atau persyaratan yang telah departemen, tanggal karyawan dibutuhkan
ditentukan untuk menempati posisi kerja, dan selainnya.
tertentu dalam sebuah organisasi. Setelah menyusun kebutuhan akan
Rekrutmen merupakan proses kuantitas dan kualitas SDM, langkah
yang dilakukan perorangan, organisasi, berikutnya mencari sumber-sumber
lembaga, dan perusahaan untuk menarik calon karyawan yang memenuhi syarat
atau mencari pekerja dalam jumlah yang telah ditetapkan. Sumber calon
dan waktu tertentu guna membantu karyawan ada 2, yaitu dalam perusahaan
menjalankan sebuah proses untuk (sumber internal), di luar perusahaan
mencapai tujuannya. Rekrutmen juga (sumber eksternal). Perekrutan eksternal
merupakan sebuah langkah awal orgnisaai diperlukan untuk mengisi pekerjaan
untuk menjaring anggota yang berkualitas tingkat pemula (entry level), mendapatkan
dan sesuai dengan kebutuhan organisasi keterampilan ketrampilan yang belum
tersebut. Artinya rekrutmen merupakan dimiliki SDM yang ada, dan memperoleh
sebuah proses untuk mencari karyawan SDM dengan latar belakang yang berbeda
untuk menciptakan keragaman ide.

Faisal Andri Mahrawa & Irfan Prayogi 39

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 39 12/12/19 11:36 AM


Proses rekrutmen atau penyeleksian yang hanya berjumlah 500.000 dengan
harus dilakukan sebaik mungkin agar melayani 400 orang per TPS-nya. Efisiensi
tidak terjadi kesalahan dalam menerima di TPS inilah yang menjadi salah satu
dan menempatkan tenaga kerja, hal ini kunci keberhasilan terlaksananya pemilu
harus dilakukan dengan baik dan teliti di Indonesia.
untuk menghindari pekerja yang tidak Selain itu, yang unik dalam pemilu
dapat memenuhi target yang telah di Indonesia adalah dilaksanakan secara
ditetapkan oleh perusahaan. Pendapat manual yakni mencoblos dan dihitung
lain mengungkapkan bahwa rekrutmen pula secara manual berjenjang. Sementara
adalah proses untuk menjaring para partisipasi pada pemilu serentak 2019
pelamar kerja yang mempnyai spesifikasi melampaui angka persentase yang
tertentu, yang memenuhi syarat sebagai ditargetkan yaitu mencapai 81 persen.
pekerja dalam perusahaan, badan atau Angka partisipasi ini naik dari pemilu
lembaga seperti diungkapkan pendapat 2014 dengan 70 persen partisipasi untuk
ahli di bawah ini: pemilihan presiden dan 75 persen untuk
pemilihan legislatif (KPU.go.id, 2019).
“Succesful human resource Mengingat betapa kompleksnya
planning is designed to identify an Pemilu Serentak 2019 baik secara
organization’s human needs. Once s u b sta n s i a l m a u p u n p ro s e d u ra l ,
this needs are known, an organization mengharuskan dihadirkannya Pengawas
will want to do something about pemilu ditingkatan yang paling bawah.
meeting them. The next step, them, Kehadiran PTPS sebagai ujung tombak
in the staffing function-assuming, of pengawasan Pemilu dibawah Bawaslu
course, that demand for certain skills, menjadi satu solusi agar pemilu
knowledge, and abilities as greater berjalan dengan efektif, berkeadilan dan
than the currwnt supply- is recruitng berintegritas. Data Bawaslu menunjukkan
“(Decenzo & Robbins, 1999:156) dari sekian banyak pelanggaran pidana
pemilu mulai dari netralitas aparat dan
4. Hasil dan Pembahasan
birokrat negara, kampanye, penggunaan
Pemilu 17 April 2019 dikatakan fasilitas negara, dan lain sebagainya,
sebagai pemilu yang paling rumit dan ada satu yang paling mendominasi yakni
menakjubkan di dunia karena skalanya politik uang dengan 23 putusan inkrah.
yang besar dan dilaksanakan dalam Tentu angka ini tidak sebanyak pada
satu hari saja. Dengan jumlah pemilih kenyataan di lapangan terkait intrik politik
sebanyak 193 juta orang, Indonesia uang yang dampaknya langsung dirasakan
berhasil memadukan antara pemilihan oleh masyarakat pemilih yang ada di
legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden bawah.
(Pilpres). Pemungutan suara dilaksanakan Politik uang sudah terkonfirmasi
pada 809.500 tempat pemumgutan suara sebagai rahasia umum masyarakat di
(TPS), di mana setiap TPS melayani sekitar tingkatan bawah untuk memengaruhi
200 hingga 300 orang/DPT pada saat hari pilihan dalam gelaran pesta demokrasi.
pencoblosan (Jawapos, 2018). Artinya, Ini sebagai alasan mengapa PTPS begitu
jumlah TPS meningkat dari Pemilu 2014 relevan sebagai ujung tombak pengawasan

40 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 40 12/12/19 11:36 AM


selama gelaran pesta demokrasi di jujur, adil, dan berkualitas, serta
wilayah akar rumput, selain daripada dilaksanakannya peraturan perundang-
fungsi pengawasan langsung di TPS dan undangan mengenai pemilu secara
pengawasan adminsitrasi lainnya. menyeluruh; mewujudkan pemilu yang
demokratis; dan menegakkan integritas,
4.1 Ideal menjadi seorang kredibilitas penyelenggara, transparansi
Pengawas TPS penyelenggaraan dan akuntabilitas hasil
pemilu.
Menurut Stoner dan Freeman
Dalam kerangka itu kemudian keadilan
(1989: 556) yang dikutip oleh Wasistiono
pemilu dapat terwujud yang mencakup
dan Yonatan (2009), dikatakan bahwa
sarana dan mekanisme serta mengandung
pengawasan merupakan proses untuk
tiga elemen, yaitu pencegahan terhadap
menjamin suatu kegiatan sesuai
sengketa pemilu (prevention of electoral
dengan rencana kegiatan. Sedangkan
disputes), penyelesaian terhadap sengketa
Koontz (1994) berpendapat bahwa
pemilu (resolution of electoral disputes),
pengawasan adalah pengukuran dan
dan alternatif penyelesaian sengketa
tindakan atas kinerja yang berguna untuk
pemilu di luar mekanisme yang ada
meyakinkan organisasi secara obyektif
(alternative of electoral disputes). (Ayoeb
dan merencanakan suatu cara dalam
& Ellis, 2010). Di pundak PTPS lah fungsi
mencapai tujuan organisasi.
pengawasan dan pencegahan yang paling
Tentu dalam konteks pemilu
mendasar berjalan dan PTPS musti
pengawasan merupakan usaha yang
memiliki kapasitas mumpuni dalam
dilakukan demi terciptanya keadilan
mengemban tugasnya sebagai ujung
dalam pemilu. Dalam Pasal 22E ayat (1)
tomnbak pengawasan dalam pemilu di
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia.
Indonesia Tahun 1945 dinyatakan,
Secara garis besar ada 6 poin ruang
pemilihan umum dilaksanakan secara
lingkup tugas PTPS, 1) pengawasan
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
s e b e l u m p e m u n g u ta n s u a ra ; 2 )
dan adil setiap lima tahun sekali. Sesuai
pengawasan persiapan pemungutan
ketentuan tersebut, “adil” merupakan
suara; 3) pengawasan pemungutan suara;
salah satu asas penyelenggaraan pemilu.
4) pengawasan proses pemungutan
Oleh karena itu, asas tersebut haruslah
suara; 5) pengawasan penghitungan
menjiwai sistem pemilu yang terdiri
surat suara, dan; 6) pemungutan suara
dari hukum pemilu (electoral law)
ulang dan penghutungan ulang surat
maupun proses penyelenggaraan pemilu
suara. Seorang PTPS yang ideal harus
(electoral process). Yang dimaksud dengan
mengetahui sekaligus melaksanakan tugas
pengawasan pemilu adalah kegiatan
tersebut dengan penuh integritas dan
mengamati, mengkaji, memeriksa, dan
profesional. PTPS diwajibkan melakukan
menilai proses penyelenggaraan pemilu
fungsi koordinasi dengan KPPS sekaligus
sesuai peraturan perundang-undangan
melakukan pengawasan terhadap KPPS itu
(dikutip dari Perbawaslu No. 2 Tahun 2015).
sendiri. Jadi tidak hanya melakukan fungsi
Pengawasan pemilu bertujuan
pengawasan kepada partai peserta pemilu
memastikan terselenggaranya pemilu
dan calon legislatif, tetapi juga melakukan
secara langsung, umum, bebas, rahasia,

Faisal Andri Mahrawa & Irfan Prayogi 41

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 41 12/12/19 11:36 AM


pengawasan kepada penyelenggara di dan dilaporkan, dan yang kedua peserta
bawah KPU. Pemilu yang masih tidak taat terhadap
Tidak berhenti hanya disitu, PTPS peraturan kampanye.
juga musti memahami administrasi Dalam artian, pada Pemilu 2019,
pemungutan suara pada saat Bawaslu dan jajaran dibawahnya berhasil
hari pemungutan suara, mulai dari menaikkan fungsi penindakan terhadap
pemeriksaan TPS, pemasangan salinan pelanggaran pemilu. Tetapi musti diingat
daftar pemilih dan daftar calon, bahwa, Bawaslu RI hingga pada tingkatan
pengawasan saksi, hingga pengawasan PTPS tidak hanya berkutat pada fungsi
penyampaian salinan DPT, DPTb kepada penindakan dan peradilan saja, namun
saksi peserta pemilu dan PTPS. Fungsi- juga pada fungsi pencegahan. Setelah
fungsi tersebut tentu bukan tugas dikonfirmasi, banyak petugas PTPS yang
yang sederhana. Seorang PTPS harus tidak memahami fungsi pencegahan
mengetahui secara detail sekaligus tersebut. Dan kalaupun petugas PTPS
berani mempraktekkan tugasnya bila paham, banyak diantara mereka yang
ada kesalahan atau pelanggaran yang enggan melakukannya dengan alasan
dilakukan baik oleh penyelenggara pemilu kekerabatan dan kedaerahan.3
maupun peserta pemilu. Kualitas petugas pengawas Pemilu
yang terkesan apa adanya tersebut
4.2 Kendala dalam Proses merupakan cerminan betapa proses
Rekrutmen PTPS rekrutmen tidak berjalan sesuai dengan
Kompleksitas tugas dan fungsi yang diharapkan. Regulasi menjadi
pengawasan yang dilimpahkan kepada permasalahan yang dominan, dan
PTPS inilah yang membuat masyarakat Bawaslu sebagai lembaga pelaksana
ragu untuk terlibat menjadi seorang Undang-Undang harus taat dengan
pengawas pemilu pada level paling apa yang sudah ditetapkan. Rekrutmen
bawah tersebut. Kenyataan bahwa PTPS yang berlangsung singkat dan minimnya
dibutuhkan dalam upaya mewujudkan antusiasme masyarakat menjadikan
Pemilu berintegritas dan berkeadilan kualitas PTPS terkesan apa adanya.
mengaami kendala, mulai dari proses Ini yang dialami oleh Panwascam
rekrutmen, implementasi tugas pokok di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan
dan fungsi, hingga kapasitas PTPS. Percut Sei Tuan. Dengan jumlah TPS yang
Bila dibandingkan dengan Pemilu besar dengan masing-masing jumlah 814
2014 jumlah pelanggaran Pemilu Serentak dan 1250 TPS mengharuskan mereka
2019 mengalami kenaikan. Bawaslu bekerja ekstra untuk memenuhi kuota
mencatat ada 15.052 jumlah pelanggaran PTPS yang besarannya sebanding dengan
Pemilu. Jumlah ini hampir 50% naik dari jumlah TPS yang ada. Harus disadari
pemilu sebelumnya yang tercatat hanya bahwa keadaan ini akibat antusiasme
10.754 jumlah pelanggaran. Setidaknya masyarakat yang masih minim.
ada dua hal yang membuat catatan
pelanggaran Pemilu begitu tinggi yakni
pengawasan yang ketat sehingga lebih
3
Dikonfirmasi dari bebebrapa petugas PTPS dan
banyak pelanggaran yang terpantau Panwascam Kecamatan Sunggal dan Percut Sei Tuan

42 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 42 12/12/19 11:36 AM


Hal ini dikonfirmasi Panwascam Pe r m a s a l a h a n ke d u a t e r ka i t
Kecamatan Sunggal dan Percut Sei rekrutmen PTPS yang sangat singkat dan
Tuan, Kabupaten Deliserdang. Mereka menyebabkan persiapan terhadap PTPS
kompak menyatakan, masyarakat punya menjadi terbatas. Sebagaimana diketahui,
beberapa alasan untuk menolak menjadi rekrutmen PTPS dimulai dari proses
PTPS dan lebih memilih menjadi KPPS. pendaftaran selama 4 hari, dilanjutkan
Masyarakat takut akan sistem kerja yang dengan seleksi berkas selama sekitar 3
rumit dan mengancam keselamatan minggu sebelum 23 hari menuju hari
mereka. Masyarakat berasumsi menjadi pemungutan suara, dan pengumunan
PTPS berarti melaporkan segala tindak lolos 5 hari sebelum 23 hari masa
kecurangan yang ada di sekitar. Artinya, pencoblosan. Setelah Panwascam selesai
permasalahan pertama yang muncul melakukan perekrutan, dilanjutkan
berkenaan dengan Sumber Daya Manusia dengan pelantikan dan Bimbingan Teknis
yang terbatas. yang hanya dilakukan dalam waktu sehari
Mereka mengakui proses perekrutan oleh Panwascam setempat.
yang ideal tidak dapat dilakukan sebab di Selanjutnya, wilayah yang luas
pengalaman Pemilu Serentak 2019 silam dan jumlah TPS yang banyak menjadi
mereka hanya mendapatkan satu orang tantangan tersendiri. Untuk Kecamatan
pendaftar di satu TPS, yang artinya tidak Percut Seituan Luas wilayahnya yakni
ada proses seleksi ketat didalamnya. 190,79 Km2 dengan DPT 229.979
Panwascam bahkan harus menempatkan orang, dan luas wilayah Kecamatan
seorang PTPS di TPS yang bukan menjadi Sunggal sebesar 92,52 Km2 dengan DPT
tempat ia mencoblos. Hal ini dikarenakan 177.187 orang. Keduanya terbesar di
ada TPS yang tidak punya wakil yang Kabupaten Deliserdang baik secara luas
mendaftar sebagai PTPS, dan ada pula geografis maupun jumlah penduduk
dalam satu TPS jumlah yang mendaftar dan DPT dengan latar belakang mata
lebih dari satu. pencaharian mayoritas Pekerja/buruh,
Maka jumlah yang lebih dari petani, pedagang dan nelayan. Luasnya
satu tersebut kemudian diterima oleh wilayah ini sangat memengaruhi peforma
Panwascam untuk menutupi TPS yang Panwascam dalam merekrut PTPS.
tidak memiliki PTPS. Permasalahan yang Pasalnya, waktu yang disediakan untuk
muncul saat kondisi ini terjadi adalah melakukan perekrutan terlampau singkat
PTPS yang DPT-nya berada di TPS lain apabila dibandingkan dengan jangkauan
akan kesulitan menyalurkan hak suaranya, daerah dan jumlah PTPS yang harus
sebab PTPS bekerja penuh mengawasi TPS dihadirkan pada masing-masing TPS.
dari mulai persiapan, pemungutan hingga Dikonfirmasi oleh Panwascam
penghitungan suara. Sedangkan KPU kedua Kecamatan, jumlah penduduk
tidak memiliki regulasi tentang pindah yang besar tidak kompatibel dengan
memilih (A5) antar desa/kelurahan. Pada ketersediaan SDM yang sesuai dengan
akhitnya perekrutan PTPS tidak berjalan persyaratan perekrutan PTPS. Diakui
profesional bahkan dalam beberapa kasus bahwa antusisme banyak datang dari
terkesan bersifat patronase. kalangan muda mahasiswa/mahasiswi,

Faisal Andri Mahrawa & Irfan Prayogi 43

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 43 12/12/19 11:36 AM


tetapi karena alasan usia mereka tidak tingkat TPS. Banyak kejadian kesalahan
bisa mendaftar sebagau PTPS. Rata-rata dan pelanggaran hanya diselesaikan
mereka yang secara usia memenuhi dengan cara-cara musyawarah di tingkat
syarat sudah memiliki rutinitas dan TPS. Ada dua kemungkinan, yang pertama
mapan bekerja sehingga tidak tertarik seorang PTPS tidak tahu apakah satu
untuk menjadi PTPS, dan lebih memilih kejadian di TPS termasuk kesalahan/
menjadi KPPS karena waktu kerja yang pelanggaran atau bukan. Dan yang kedua,
singkat, mekanisme kerja yang simpel kalaupun PTPS melihat itu adalah sebuah
dan sudah terbiasa serta bekerja secara kesalahan, ia tidak berani melakukan
berkelompok. upaya penindakan langsung, sebab secara
Mau tidak mau Panwascam tidak psikologis seorang PTPS tidak memiliki
melakukan fungsi rekrutmen secara keberanian untuk mengungkapkan bahwa
efisien dan tanpa proses ketak untuk telah terjadi kesalahan/kecurangan di TPS
mendapatkan SDM yang unggul di bidang tersebut.
pengawasan dan kepemiluan. Hal ini Ken d a l a - ken d a l a d i l a p a n ga n
menjadi problematis apabila dihadapkan mau tidak mau menghasilkan PTPS
dengan pembekalan pengetahuan seputar tidak bekerja secara maksimal. Dari
pengawasan yang dikemas didalam hasil temuan, terbukti sebagian PTPS
Bimbingan Teknis (Bimtek) yang hanya yang dihasilkan memiliki integritas
dilakukan sehari pasca pelantikan. dan kapasitas yang lemah dan malah
B a ga i m a n a m u n g k i n Pa nwa s ca m menimbulkan permasalahan seperti:
dalam waktu sehari bisa secara efektif
membekali pengetahuan dan sikap 1. Netralitas dan sikap independensi.
independensi PTPS dalam waktu sehari? Hasil temuan di lapangan, dan
Dengan latar belakang pendidikan yang dikonfirmasi oleh beberapa petugas
berbeda-beda, diakui bahwa kapasitas PTPS sendiri, sebagian dari mereka
PTPS sangat jauh dari yang diharapkan. terlibat menjadi tim sukses salah
Bimbingan teknis menjadi semacam satu Caleg tertentu baik melalui pola
seremonial saja. Padahal seorang PTPS patronase maupun kekerabatan.
tidak cukup hanya dibekali pengetahuan 2. Pengetahuan yang lemah mengenai
seputar pengawasan dalam Pemilu, Tugas Pokok dan Fungsi dan tidak
lebih jauh lagi, PTPS membutuhkan memahami jenis pelanggaran pemilu
pendampingan psikologis dan pola dan mekanisme pencegahan.
komunikasi yang sesuai untuk menunjang
kinerja pengawasan di lapangan. 4.3 Rekrutmen dan Kompensasi PTPS
Sebab PTPS akan berhadapan Kompensasi adalah salah satu
dengan berbagai dinamika baik intrik cara untuk meningkatkan produktifitas
kecurangan maupun kesalahan di kerja, motivasi kerja, prestasi kerja dan
TPS. Hal ini dibutuhkan agar PTPS kepuasan kerja seorang petugas PTPS.
mampu secara cakap dan meyakinkan Sebagaimana kita ketahui penetapan
menyampaikan kepada Petugas TPS, kompensasi adalah salah satu diantara
peserta Pemilu maupun masyarakat fungsi operasional manajemen personalia
bahwa terjadi kesalahan/pelanggaran di instansi yang sangat penting. Oleh

44 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 44 12/12/19 11:36 AM


karena itu kompensasi harus mempunyai 1. S e c a ra r e g u l a s i , U U 7 / 2 0 1 7
dasar yang logis, rasional dan dapat tentang Pemilu tidak memberikan
dipertahankan karena hal ini menyangkut kesempatan yang luas kepada setiap
faktor yang mempengaruhi emosional warga negara yang sudah dapat
dari sudut pandang petugas PTPS. memilih dalam Pemilu 2019 dengan
Pemberian kompensasi bukan hanya adanya ambang batas usia. Tidak
dapat memotivasi atau mendorong dipungkiri bahwa setiap daerah
seseorang untuk menjadi pekerja/petugas, memiliki keunikan dan sumber daya
tetapi juga karena kompensasi yang terbatas mejadi fakta yang tidak
diberikan akan mempengaruhi semangat dapat dihindari. Juga terkait masa
dan kegairahan kerja. Kebutuhan akan rekrutmen yang lebih diperpanjang,
pendapatan dan keinginan mereka perlu mengingat PTPS adalah perangkat
diperlakukan secara wajar oleh negara baru dalam kepemiluan nasional.
yang membuat program kompensasi 2. Promosi dan Sosialisasi terkait
menjadi vital bagi departemen sumber kelembagaan Bawaslu, peran
daya manusia. Setelah PTPS bekerja dan Bawaslu dan hadirnya PTPS pada
memberikan kontribusi yang strategis bagi setiap TPS. Banyak masyarakat yang
instansi, maka sudah selayaknya instansi belum mengetahui adanya PTPS.
tersebut memberikan suatu imbalan Sosialisasi Bawaslu ke masyarakat
bentuk kompensasi. sangat penting dan berdampak
Setelah ditelisik, baik melalui terhadap proses rekrutmen. Selama
Panwascam maupun petugas PTPS, ini mungkin Bawaslu banyak
minimalnya kinerja dan dan antusiasme melakukan sosialisasi ke kampus-
masyarakat untuk menjadi petugas PTPS kampus. Dalam upaya menaikkan
dikarenakan kompensasi yang tidak sesuai eforia dan antusiasme masyarakat
dengan beban kerja. Diketahui honorarium untuk menjadi bagian pengawas
PTPS sejumlah 600 ribu rupiah. Beberapa kepemiluan, Bawaslu musti turun
petugas PTPS menyebutkan menjadi PTPS dan menyapa langsung masarakat.
hanya dihitung sebagai kerja sampingan 3. Pembekalan Fungsi Pengawasan yang
saja. Integritas dan independensi menjadi dikemas dalam Bimbingan Teknis
nomor dua yang bisa ditawar. (Bimtek). Ini menjadi persoalan
sebab PTPS menjalankan fungsi
4. Evaluasi Pola Rekrutmen pengawasan, penindakan dan
PTPS dan Upaaya yang bisa pencegahan, tetapi hanya diberikan
dilakukan satu kali sesi bimbingan.
Di atas telah diuraikan permasalahan 4. Proses rekrutmen yang tidak dilakukan
dan kendala yang dihadapi Panwascam secara terbuka dengan tahapan-
dan dampaknya terhadap PTPS terkait tahapan yang jelas. Proses rekrutmen
dengan rekrutmen yang dilakukan. justru memberikan celah nepotisme
Berdasarkan persoalan, ada beberapa dan memungkinkan ketidakmandirian
poin yang menjadi bahan evaluasi dalam para PTPS dalam bertugas karena
hal pola rekrutmen PTPS. masih bergantung pada rekomendasi.
Sebagaimana diketahui Panwascam

Faisal Andri Mahrawa & Irfan Prayogi 45

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 45 12/12/19 11:36 AM


untuk menunjang kinerja harus 5. Simpulan
berkoordinasi dengan perangkat desa
Pengawasan Pemilu menjadi salah
dan tokoh masyarakat agar kuota
satu agenda penting dalam gelaran
terpenuhi. Dampaknya, independensi
pemilu yang diadakan secara reguler.
dan integritas kalah dengan asas
Tak dapat dipungkiri, bahwa tindak
hutang budi karena telah diberikan
pidana pemilu, pelanggaran administrasi
akses menjadi PTPS.
hingga permasalahan independensi
Berdasarkan persoalan di atas, maka penyelenggara pemilu masih banyak
dapat disusun beberapa rekomendasi terjadi. Hadirnya PTPS tentu sebagai
berikut sebagai upaya yang dapat wujud kongkrit agar permasalahan
dilakukan. pemilu dapat diminimalisir baik dari sisi
penyelenggara pemilu maupun peserta
1. Dalam tahapan rekrutmen tersebut pemilu. Maka menghadirkan PTPS yang
diadakan tahapan sosialisasi sebelum berkualitas menjadi urgensi agar keadilan
tahapan pengumuman pendaftaran. pemilu mampu terwujud.
Masa sosialisasi ini dilakukan 2-3 Dengan permasalahan yang hadir
bulan sebelum dimulainya tahapan. seperti yang sudah disebutkan diatas,
Untuk itu Bawaslu Kab/kota harus Bawaslu mestinya harus merespon
menyediakan anggaran sosialisi agar eksistensi pengawasan pemilu di
untuk turun secara langsung ke akar rumput meningkat dan dikenal
masyarakat. di masyarakat. Ini penting, sebab
2. Upaya penyebarluasan informasi permasalahan Bawaslu yang saat ini terjadi
tentang rekrutmen dan adalah kesulitan melakukan rekrutmen
m e m p e rs i a p ka n ca l o n - ca l o n PTPS diakibatkan minimnya antusiasme
yang kompeten dapat melibatkan masyarakat disamping cara kerja
organisasi masyarakat, tokoh agama, pengawasan yang kurang tersosialisasi.
perguruan tinggi, LSM dan para Kedepan, Bawaslu mesti membuka
penggiat demokrasi lainnya. diri dengan melakukan pendekatan
3. Memperingan syarat calon PTPS. intensif dengan masyarakat serta
Beberapa persyaratan yang perlu bersentuhan langsung dengan mereka.
ditinjau ulang antara lain, syarat usia Mengajak masyarakat berpaertisipasi
yang semula paling rendah 25 tahun dalam pengawasan, baik secara struktural
diubah menjadi minimal 18 tahun. PTPS maupun secara individu.
Selain itu adalah tingkat pendidikan,
karena di beberapa daerah terpencil
masih sulit ditemukan tingkat
pendidikan SMA.

46 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 46 12/12/19 11:36 AM


DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Michael (2006). A Handbook of Human Resource Management Practice,


Edition London: Kogan Page
Ayoeb, A & Ellis, A (Ed.). (2011). Electoral Justice: The International IDEA
Handbook, International IDEA.
Bawaslu.go.id. (2019). Hasil Pengawasan Pemilu 2019. Diakses Dari https://www.
bawaslu.go.id/id/hasil-pengawasan/pemilu-2019
Farisa, F, C. (2019, Mei 27). KPU Sebut Partisipasi Pemilih 2019 Capai
81 Persen. Kompas.com. Diakses Dari: https://nasional.kompas.com/
read/2019/05/27/16415251/kpu-sebut-partisipasi-pemilih-pada-peilu-2019-capai-81-
persen
Hayati, N, N. (2019, April 27). Catatan Penting atas Pemilu 2019. Kompas.com.
Diakses Dari: https://nasional.kompas.com/read/2019/04/27/17101381/catatan-
penting-atas-pemilu-2019?page=all
Joan E Peyes. (1997). Human Resources Management Non Profit Organization.
Kartini, D,S. (2017). Demokrasi dan Pengawasan Pemilu. Journal of Governance
Volume 2. Univeristas Padjajaran, Bandung.
Mathis, R. L. Jackson, J. H. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Selemba
Empat, Jakarta
Pradana, J. (2019, Juni 3). Sepenggal Perjalanan Kewenangan Bawaslu. Bawaslu.
go.id. Diakses Dari: https://bawaslu.go.id/id/berita/sepenggal-perjalanan-
kewenangan-bawaslu
Pratama, A, N. ((2018, Juni 5). Perjalanan Terbentuknya Pengawas Pemilu, dari
Panwaslak pada 1982 hingga Kini Bawaslu. Kompas.com. Diakses dari: https://
nasional.kompas.com/read/2018/06/05/21020331/perjalanan-terbentuknya-
pengawas-pemilu-dari-panwaslak-pada-1982-hingga-kini?page=all
Rudia, K. (2019, Maret 24). Dicari, Pengawas TPS “Bermata Seribu”.
Baliekxpress.jawapos.com. Diakses Dari: https://baliexpress.jawapos.com/
read/2019/03/24/127268/dicari-pengawas-tps-bermata-seribu
Wawancara 20 Juli 2019. Pengawas Tempat Pemungutan Suara di Desa Bandar
Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang.
Wawancara 20 Juli 2019. Pengawas Tempat Pemungutan Suara di Desa Sei Semayang,
Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang.
Wawancara 20 Juli 2019. Pengawas Tempat Pemungutan Suara di Desa Sei Mencirim,
Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang.
Wawancara 21 Juli 2019. Pengawas Tempat Pemungutan Suara di Desa Amplas,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang.
Wawancara 22 Juli 2019. Panitia Pengawas Kecamatan Sunggal, Kabupaten DeliSerdang,
Provinsi Sumatera Utara.
Wawancara 24 Juli 2019. Panitia Pengawas Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten
Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara.
Winarno, B. (2012). Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.

Faisal Andri Mahrawa & Irfan Prayogi 47

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 47 12/12/19 11:36 AM


48 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 48 12/12/19 11:36 AM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539
Vol. 6 No. 1 2019, Hal. 49-65

FRASE KATA MEMERINTAHKAN DAN MEREKOMEMENDASIKAN


DALAM PUTUSAN BAWASLU TERKAIT
PELANGGARAN ADMINISTRATIF PEMILU

Fauzi Heri dan Retna Elyasari


KPU Kota Bandar Lampung
Jl. P. Sebesi No. 90, Sukarame, Bandar Lampung
fauzi.heri@gmail.com

Abstract

Election Supervisory Agency Regulation Number 8 Year 2018 concerning Settlement


of Election Administrative Violations has become a guideline for the Election
Supervisory Agency in accepting, examining, reviewing, and deciding allegations of
Election Administrative Violations. However, there are inconsistencies in the verdict
draft stated in Article 55 and Article 56 where there are phrases “ordered” and
“recommend”. The General Election Commission must follow up the verdict of the
Election Supervisory Agency Election. The verdict of the Election Supervisory Agency
contains the phrase “ordered” will not be interpreted otherwise. While the phrase
“recommend” can be interpreted differently considering the word recommendation
can be interpreted as a suggestion or input. This study is a normative legal research
with a qualitative approach. Primary and secondary data were collected through
interviews and legislation, general election books whereas the definitions of research
variables obtained from dictionaries, encyclopedias and internet media. The results
of this study indicates that the phrase “recommend” can be interpreted differently,
therefore it has the potential for wrong execution.

Keywords: ordered, recommend, verdict of the election supervisory agency,


election administrative violation

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 49

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 49 12/12/19 11:36 AM


Abstrak

Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penyelesaian


Pelanggaran Administratif Pemilu menjadi pedoman Badan Pengawas Pemilu dalam
menerima, memeriksa, mengkaji, dan memutus dugaan Pelanggaran Administratif
Pemilu. Namun terdapat inkonsistensi dalam draft amar putusan yang diatur dalam
Pasal 55 dan Pasal 56 dimana terdapat frase kata “memerintahkan” dan frase kata
“merekomendasikan”. Komisi Pemilihan Umum wajib menindaklanjuti putusan Badan
Pengawas Pemilu tersebut. Putusan yang memuat frase kata “memerintahkan” tidak
akan ditafsirkan lain. Sedangkan frase kata “merekomendasikan” dapat ditafsirkan
lain mengingat kata rekomendasi dapat diartikan sebagai saran atau masukan. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan
kualitatif. Penulis mengumpulkan data primer dan data sekunder berupa pengumpulan
wawancara dan dari peraturan perundang-undangan, buku-buku kepemiluan dan
definisi terhadap variabel penelitian yang penulis dapatkan dari kamus, ensiklopedia
dan media internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata rekomendasi dalam
amar Putusan Bawaslu dapat ditafsirkan lain sehingga berpotensi salah eksekusi.

Kata kunci: memerintahkan, merekomendasikan, putusan badan pengawas pemilu,


pelanggaran administratif pemilu

1. Pendahuluan dengan administrasi pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 7 Tahun Pemilu dalam setiap tahapan
2 0 1 7 t e n t a n g Pe m i l i h a n U m u m penyelenggaraan Pemilu.
memberikan kewenangan baru kepada 2) Pelanggaran Administratif Pemilu
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) berupa yang terjadi secara Terstruktur,
kewenangan membuat putusan dalam Sistematis, dan Masif atau disebut
penanganan pelanggaran administratif Pelanggaran Pemilu TSM:
Pemilu. Perbuatan atau tindakan yang
Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun melanggar tata cara, prosedur,
2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran atau mekanisme yang berkaitan
Administratif Pemilu mendefinisikan dengan administrasi pelaksanaan
pelanggaran administratif dalam Pemilu Pemilu dalam setiap tahapan
terbagi menjadi dua, yaitu: penyelenggaraan Pemilu, dan/
atau Pasangan Calon,calon anggota
1) Pelanggaran Administratif Pemilu:
DPR, DPD, DRRD Provinsi, DPRD
Perbuatan atau tindakan yang
Kabupaten/Kota, menjanjikan dan/
melanggar tata cara, prosedur,
atau memberikan uang atau materi
atau mekanisme yang berkaitan
lainnya untuk mempengaruhi

50 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 50 12/12/19 11:36 AM


penyelenggara Pemilu dan/atau berasal dari temuan atau laporan
Pemilih yang terjadi secara tersruktur, Pelanggaran Pemilu dimana Pihak
sistematis, dan masif. Pelapornya adalah WNI yang telah
memiliki hak pilih, peserta Pemilu dan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 461
pemantau Pemilu.
ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Pihak Terlapor dalam dugaan
2017, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
pelanggaran administratif Pemilu adalah
Kabupaten/Kota menerima, memeriksa,
calon anggota DPR/ DPD/ DPRD Provinsi/
mengkaji, dan memutus pelanggaran
DPRD Kabupaten/Kota, Pasangan Calon,
administratif Pemilu.
tim kampanye, dan/atau Penyelengara
Bawaslu selanjutnya membentuk
Pemilu. Sedangkan Pihak Terlapor dugaan
Majelis Pemeriksa dalam penyelesaian
pelanggaran Pemilu TSM adalah calon
pelanggaran administratif Pemilu dan
anggota DPR/ DPD/ DPRD Provinsi/ DPRD
pelanggaran Pemilu TSM. Majelis
Kabupaten/Kota, dan/atau Pasangan
Pemeriksa dipimpin oleh Ketua yang
Calon.
berasal dari Ketua Bawaslu di setiap
Temuan dan laporan dugaan
tingkatan yang pembentukannya dilakukan
pelanggaran administratif Pemilu dan
melalui Rapat Pleno. Majelis Pemeriksa
pelanggaran Pemilu TSM harus memenuhi
paling sedikit berjumlah 3 (tiga) orang
syarat formil dan syarat materiil yang
yang berasal dari Ketua dan Anggota
diatur dalam Peraturan Bawaslu Nomor
Bawaslu.
8 Tahun 2018.
Objek pelanggaran administratif
M a j e l i s Pe m e r i ks a m e m u t u s
Pemilu berupa perbuatan atau tindakan
pelanggaran administratif Pemilu dan
yang melanggar tata cara, prosedur,
pelanggaran Pemilu TSM berdasarkan
atau mekanisme yang berkaitan dengan
paling sedikit 2 (dua) alat bukti yang sah.
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam
Alat bukti tersebut berupa keterangan
setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.
saksi, surat atau tulisan, petunjuk,
Sedangkan objek pelanggaran Pemilu
dokumen elektronik, keterangan Pelapor
TSM terdiri atas:
atau keterangan terlapor dalam sidang
a) Perbuatan atau tindakan yang pemeriksaan, dan/atau keterangan ahli.
melanggar tata cara, prosedur, Sanksi terhadap terlapor/pelaku
atau mekanisme yang berkaitan pelanggaran administratif Pemilu adalah:
dengan administrasi pelaksanaan
a) Perbaikan administrasi terhadap tata
Pemilu dalam setiap tahapan
cara, prosedur, atau mekanisme
Penyelenggaraan Pemilu yang terjadi
sesuai dengan ketentuan peraturan
secara terstruktur, sistematis, dan
perundang-undangan;
masif; dan/atau
b) Teguran tertulis;
b) Perbuatan atau tindakan menjanjikan
c) Tidak diikutkan pada tahapan
dan/atau memberikan uang atau
tertentu dalam penyelenggaraan
materi lainnya untuk mempengaruhi
Pemilu; dan/atau
p e n y e l e n g g a ra P e m i l u d a n /
d) Sanksi administratif lainnya sesuai
atau Pemilih yang terjadi secara
dengan ketentuan dalam undang-
terstruktur, sistematis, dan masif.
undang mengenai Pemilu.
Pelanggaran administratif Pemilu

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 51

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 51 12/12/19 11:36 AM


Sedangkan sanksi terhadap terlapor/ – Pihak Terlapor masih dapat melakukan
pelaku yang terbukti melakukan tindakan upaya hukum ke Mahkamah Agung –
pelang garan Pemilu TSM berupa namun inkonsistensi amar putusan atas
pembatalan sebagai calon anggota DPR, laporan pelanggaran administratif Pemilu
DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/ dan pelanggaran Pemilu TSM itu menurut
Kota, atau Pasangan Calon. penulis sangat menarik untuk diteliti.
Majelis pemeriksa melakukan Untuk mengkonstruksi analisis
pemeriksaan pendahuluan atas terhadap persoalan di atas, maka
kelengkapan dan keabsahan dokumen dan penulis melakukan penelitian dengan
membuat putusan pendahuluan. Putusan judul “Frase Kata memerintahkan dan
tersebut akan menentukan apakah dugaan merekomemendasikan dalam putusan
pelanggaran administratif Pemilu dan Bawaslu terkait Pelanggaran Administratif
pelanggaran Pemilu TSM dapat dilanjutkan Pemilu”.
ke tahap sidang atau tidak.
Selanjutnya dalam Pasal 55 dan Pasal 2. Metode Penelitian
56 Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun
Penelitian ini menggunakan metode
2018 tentang Penyelesaian pelanggaran
penelitian hukum normatif. Penelitian
administratif Pemilu mengatur tentang
hukum normatif menurut Soerjono
amar putusan. Pasal 55 mengatur amar
Soekanto (2006) adalah pendekatan yang
putusan terkait pelanggaran administratif
dilakukan berdasarkan bahan baku utama,
Pemilu yang di dalamnya memuat frase
menelaah hal yang bersifat teoritis yang
kata “memerintahkan”, sedangkan Pasal
menyangkut asas-asas hukum, konsepsi
56 mengatur tentang pelanggaran Pemilu
hukum, pandangan dan doktrin-doktrin
TSM di dalamnya memuat frase kata
hukum, peraturan dan sistem hukum
“merekomendasikan”.
dengan menggunakan data sekunder,
Penulis melihat adanya inkonsistensi
diantaranya asas, kaidah, norma dan
dalam draft amar putusan yang diatur
aturan hukum yang terdapat dalam
dalam Pasal 55 dan Pasal 56 tersebut.
peraturan perundang-undangan dan
Putusan Bawaslu yang memuat frase kata
peraturan lainnya, dengan mempelajari
“memerintahkan” tidak akan ditafsirkan
buku-buku, peraturan perundang-
lain karena dengan tegas memberi
undangan dan dokumen lain yang
perintah.
berhubungan erat dengan penelitian.
Sedangkan frase kata
Penelitian ini dilakukan dengan
“merekomendasikan” dapat ditafsirkan
mengumpulkan data sekunder untuk
lain mengingat kata rekomendasi dapat
kemudian dilakukan kajian kepustakaan
diartikan sebagai saran atau masukan.
terhadap literatur dan bahan tertulis
Padahal sanksi atas pelanggaran
berupa peraturan perundang-undangan,
administratif Pemilu TSM sangat berat
putusan atas perkara yang diteliti,
yaitu berupa pembatalan sebagai calon.
maupun bahan tulisan lainnya yang
Meskipun sifat putusan Bawaslu
diperoleh penulis dari media dan internet.
yang final dan mengikat bagi pelanggaran
Data sekunder yang menjadi bahan baku
administratif Pemilu dikecualikan jika
utama penelitian ini adalah Peraturan
berkaitan dengan sanksi pembatalan calon
Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018 tentang

52 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 52 12/12/19 11:36 AM


Penyelesaian Pelanggaran Administratif dari jurnal Atip Latipulhayat (2014) adalah
Pemilu. teori tentang norma yang didefinisikan
Data primer yang didapatkan penulis sebagai proposisi yang berhubungan
kemudian digunakan untuk menunjang dengan sesuatu yang harus terjadi atau
hasil kajian berdasarkan data sekunder sesuatu yang harus dilakukan (ought to
yang telah dianalisis terlebih dahulu. Data happen). Namun sebaliknya norma bukan
primer dalam penelitian ini diperoleh “ought to proposition” dalam pengertian
melalui wawancara, serta data yang bahwa norma tersebut mengharuskan
diperoleh berdasarkan pengamatan di orang untuk berprilaku dalam bingkai
lapangan yang terkait dengan obyek moral (in a moral sense).
penelitian. Ilmu hukum (legal science) menurut
Teknik pengumpulan data yang Kelsen bukan untuk memberikan penilaian
penulis gunakan dalam penelitian ini terhadap norma atas dasar parameter
dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) moral, tetapi untuk menafsirkan secara
cara, yaitu: objektif sebagai bagian dari sistem
hukum. Dengan kata lain, norma bukan
a) Studi Pustaka
hanya dipahami sebagai rumusan yang
Studi pustaka dilakukan dengan
melarang atau memerintahkan seseorang
tujuan untuk memperoleh bahan hukum
untuk melakukan suatu perbuatan dengan
sekunder dengan cara membaca, mencatat
cara tertentu, tetapi harus dikemas
dan mengutip dari berbagai literatur,
dalam rumusan hukum (legal statement)
peraturan perundang-undangan, buku,
mengenai apa yang akan terjadi apabila
surat kabar, media massa, internet dan
seseorang melakukan perbuatan tersebut.
bahan tertulis lainnya yang berhubungan
Dalam kaitannya dengan hal tersebut,
dengan penelitian.
Hans Kelsen menemukan sebuah teori
b) Studi Lapangan Piramida atau dikenal dengan sebutan teori
Studi lapangan dalam penelitian Stufenbau. Teori Piramida didefinisikan
ini dilakukan dengan cara melakukan sebagai sebuah teori mengenai sistem
wawancara. Informan dalam penelitian hukum.
ini berjumlah 2 (dua) orang yaitu: Teori tersebut menurut Hans Kelsen
1. Iskardo P. Panggar, Anggota (2010) menyatakan bahwa sistem hukum
Bawaslu Provinsi Lampung. merupakan sistem anak tangga dengan
2. Dedy Triyadi, Ketua Divisi Hukum kaidah berjenjang dimana norma hukum
KPU Kota Bandar Lampung yang paling rendah harus berpegangan
Pengolahan data dilakukan pada norma hukum yang lebih tinggi,
dengan cara validasi, pemberian kode, dan kaidah hukum yang tertinggi (seperti
sistematisasi data untuk selanjutnya konstitusi) harus berpegangan pada
dilakukan analisis. norma hukum yang paling mendasar
(grundnorm).
3. Perspektif Teori Selanjutnya Hans Nawiasky
salah seorang murid Hans Kelsen
Hukum menurut Hans Kelsen m e n g e m b a n g ka n t e o r i t e rs e b u t
adalah ilmu normatif (science of norm). sebagai theorie von stufenufbau der
Komponen utama teori Kelsen, dikutip

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 53

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 53 12/12/19 11:36 AM


rechtsordnung. Adapun susunan norma 1) Undang-Undang Dasar Negara
tersebut menurut teori sebagaimana Republik IndonesiaTahun 1945;
dikutip dari Jimly Ashiddiqie dan M. Ali 2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Safa’at (2006) adalah: Rakyat;
1) N o r m a f u n d a m e n t a l n e g a r a 3) U n d a n g - U n d a n g / P e r a t u r a n
(Staatsfundamentalnorm); Pemerintah Pengganti Undang-
2) A t u r a n dasar negara Undang;
(staatsgrundgesetz); 4) Peraturan Pemerintah;
3) Undang-undang formal (formell 5) Peraturan Presiden;
gesetz); dan 6) Peraturan Daerah Provinsi; dan
4) Peraturan pelaksanaan dan peraturan 7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
otonom (verordnung en autonome Selanjutnya Pasal 8 ayat (1) Undang-
satzung). Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
S e o r a n g a h l i H u k u m Ta t a Pembentukan Peraturan Perundang-
Negara A. Hamid S. Attamimi (1990) Undangan mengatur bahwa jenis
mengintegrasikan teori Kelsen dengan Peraturan Perundang-undangan selain
teori Hans Nawiaky dan menerapkannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
pada struktur tata hukum di Indonesia. ayat (1) di atas mencakup peraturan yang
Atta m i m i m e n u n j u k ka n st r u k t u r ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
hierarki tata hukum Indonesia dengan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
menggunakan teori Nawiasky. Dengan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
berdasarkan teori tersebut, struktur tata Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
hukum Indonesia dapat disusun sebagai Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia,
berikut: Menteri, badan, lembaga, atau komisi
1) Staats fundamental norm: Pancasila yang setingkat yang dibentuk dengan
(Pembukaan Undang-Undang Dasar Undang-Undang atau Pemerintah atas
1945). perintah Undang-Undang, DPRD Provinsi,
2) Staats grundgesetz: Batang Tubuh Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/
Undang-Undang Dasar 1945, TAP Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
MPR, dan Konvensi Ketatanegaraan. Peraturan perundang-undangan tersebut
3) Formell gesetz: Undang-Undang. diakui keberadaannya dan mempunyai
4) Verordnung en Autonome Satzung: kekuatan hukum mengikat sepanjang
Secara bertingkat mulai dari Peraturan diperintahkan oleh peraturan perundang-
Pemerintah hingga Keputusan Bupati undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
atau Walikota. berdasarkan kewenangan.
Teori ini diadopsi dalam tata hukum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Indonesia sebagaimana yang diatur tentang Pemilihan Umum memberikan
dalam Undang-Undang No. 12 Tahun kewenangan kepada Bawaslu untuk
2011 tentang Pembentukan Peraturan membuat peraturan teknis yang
Perundang-Undangan pada pasal 7 ayat menjadi aturan pelaksana terhadap
1 disebutkan bahwa jenis dan tata urutan Undang-Undang sebagaimana dijelaskan
Peraturan Perundang-undangan terdiri dalam Undang-Undang No. 12 Tahun
atas:

54 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 54 12/12/19 11:36 AM


2011 tentang Pembentukan Peraturan Pasal 461 ayat (1) Undang-Undang
Perundang-Undangan. Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Selanjutnya berdasarkan perspektif Umum mengatur bahwa Bawaslu,
teori kewenangan menurut Bagir Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/
Manan (2000) istilah wewenang dengan Kota menerima, memeriksa, mengkaji
kekuasaan macht itu berbeda. Kekuasaan dan memutus pelanggaran administratif
menurutnya hanya digambarkan hak untuk Pe m i l u . F ra s e k a t a “ m e m u t u s ”
berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan diterjemahkan sebagai kewenangan baru
wewenang memiliki pengertian yang lebih Bawaslu salah satunya untuk membuat
luas meliputi hak dan kewajiban (rechten putusan atas pelanggaran administratif
en plichten). Pemilu.
Philipus M. Hadjon (1998) membagi Kewenangan membuat putusan itu
cara memperoleh wewenang atas dua dapat diterjemahkan bahwa Bawaslu
cara, yaitu: di setiap tingkatan menjalankan fungsi
1) atribusi; dan kehakiman. Hal itu dapat dilihat
2) delegasi dan kadang-kadang juga dalam Peraturan Bawaslu Nomor 8
mandat. Tahun 2018 tentang Penyelesaian
Atribusi merupakan wewenang Pelanggaran Administratif dimana
untuk membuat keputusan (besluit) yang Bawaslu melalui rapat pleno membentuk
langsung bersumber kepada undang- Majelis Pemeriksa. Penamaan dengan
undang dalam arti materiil. Atribusi menggunakan frase kata “Majelis” ini
juga dikatakan sebagai suatu cara juga merujuk kepada penamaan Majelis
normal untuk memperoleh wewenang Hakim dalam lembaga peradilan.
pemerintahan. Sehingga tampak jelas Oleh karena itu, sesuai dengan
bahwa kewenangan yang didapat melalui penamaannya, maka “putusan” Bawaslu
atribusi oleh organ pemerintah adalah itu juga dipersyaratkan untuk diputuskan
kewenangan asli, karena kewenangan di dalam sidang pemeriksaan terbuka. Hal
itu diperoleh langsung dari peraturan itu juga berlaku sama dengan putusan
perundang-undangan (utamanya UUD hakim yang diputuskan dalam suatu
1945). Dengan kata lain, atribusi berarti sidang terbuka.
timbulnya kewenangan baru yang Putusan terdefinisi sebagai produk
sebelumnya kewenangan itu, tidak hukum yang menimbulkan akibat hukum
dimiliki oleh organ pemerintah yang yang diputuskan oleh Hakim di dalam
bersangkutan. persidangan. Putusan Hakim merupakan
Delegasi diartikan sebagai suatu tindakan akhir yang dilakukan oleh
penyerahan wewenang untuk membuat Hakim di dalam persidangan. Putusannya
besluit oleh pejabat pemerintahan akan menentukan terbukti bersalah
(pejabat Tata Usaha Negara) kepada pihak atau tidak bersalah bagi si terlapor.
lain. Definisi frase kata penyerahan itu Oleh karena itu, putusan Hakim dapat
adalah adanya perpindahan tanggung didefinisikan sebagai pernyataan dari
jawab dan yang memberi delegasi hakim dalam memutuskan suatu perkara
(delegans) kepada yang menerima di dalam persidangan dan memiliki
delegasi (delegetaris). kekuatan hukum tetap.

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 55

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 55 12/12/19 11:36 AM


Berdasarkan landasan teoritik 4. Pembahasan
dan praktik, maka putusan Hakim itu
Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun
merupakan:
2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran
“Putusan yang diucapkan oleh
Administratif Pemilu berfungsi sebagai
hakim karena jabatannya dalam
aturan teknis tentang tata cara
persidangan perkara pidana yang
penyelesaian pelanggaran administratif
terbuka untuk umum setelah melalui
Pemilu. Sebagaimana teori Stufenbau,
proses dan prosedural hukum acara
maka aturan teknis tersebut tidak boleh
pidana pada umumnya berisikan
bertentangan dengan aturan di atasnya
amar pemidanaan atau bebas atau
yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun
pelepasan dari segala tuntutan
2017 tentang Pemilihan Umum.
hukum dibuat dalam bentuk tertulis
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
dengan tujuan menyelesaikan
2017 Pasal 461 mengamanatkan:
perkara. (Lilik Mulyadi, 2007:127)
1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan
Setiap putusan hakim harus berisi Bawaslu Kabupaten/Kota menerima,
penetapan-penetapan. Putusan hakim memeriksa, mengkaji dan “memutus”
selain harus menyatakan seseorang pelanggaran administratif Pemilu.
terbukti bersalah atau tidak terbukti 2) Panwaslu Kecamatan menerima,
bersalah, juga harus memerintahkan memeriksa, mengkaji dan membuat
kepada lembaga yang memiliki hak rekomendasi atas hasil kajiannya
eksekusi atas putusan tersebut untuk mengenai pelanggaran administratif
menindaklanjuti putusan hakim. Pemilu kepada pengawas Pemilu
Putusan hakim bersifat memaksa secara berjenjang.
(dwingend), artinya jika ada pihak 3) Pemeriksaan oleh Bawaslu, Bawaslu
yang tidak mematuhinya hakim dapat Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota
memerintahkan pihak yang bersangkutan harus dilakukan secara terbuka.
supaya mematuhinya dengan kesadaran 4) Dalam hal diperlukan sesuai
sendiri. Putusan hakim menimbulkan kebutuhan tindak lanjut penanganan
akibat hukum bagi pihak-pihak yang pelanggaran Pemilu, Bawaslu,
terlibat. Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Menurut R. Soeroso (2011) akibat Kabupaten/Kota dapat melakukan
hukum dapat berwujud: investigasi.
• Lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya 5) B a w a s l u , B a w a s l u P r o v i n s i ,
suatu keadaan hukum. Bawaslu Kabupaten/Kota wajib
• Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya memutus penyelesaian pelanggaran
suatu hubungan hukum antara dua administratif Pemilu paling lama
atau lebih subyek hukum, dimana 14 (empat belas) hari kerja setelah
hak dan kewajiban pihak yang temuan dan laporan diterima dan
satu berhadapan dengan hak dan diregistrasi.
kewajiban pihak yang lain. 6) “ P u t u s a n ” B awa s l u , B awa s l u
• Lahirnya sanksi apabila dilakukan Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota
tindakan yang melawan hukum. untuk penyelesaian pelanggaran
administratif Pemilu berupa:

56 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 56 12/12/19 11:36 AM


a) Perbaikan administrasi terhadap di setiap tingkatan diminta untuk
tata cara, prosedur, atau “merekomendasikan” pembatalan calon
mekanisme sesuai dengan yang terbukti melakukan pelanggaran
ketentuan peraturan perundang- administratif Pemilu TSM kepada KPU.
undangan;
b) Teguran tertulis; 4.1 Mekanisme Penyelesaian
c) Tidak diikutkan pada tahapan
Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun
tertentu dalam Penyelenggaraan
2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran
Pemilu; dan
Administratif Pemilu menerjemahkan
d) Sanksi administratif lainnya
ketentuan Pasal 461 Undang-Undang
sesuai dengan ketentuan dalam
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Undang-Undang ini.
Umum dengan membuat tata cara
Ketentuan di atas menyatakan
penyelesaian pelanggaran administratif
dengan tegas bahwa Bawaslu di setiap
Pemilu yaitu dengan cara membentuk
tingkatan setelah menerima, memeriksa
Majelis Pemeriksa. Pembentukan Majelis
dan mengkaji, selanjutnya berhak
Pemeriksa ini mirip sekali dengan tata
“memutus” pelanggaran administratif
cara penyelesaian sengketa Pemilu
Pemilu. Sedangkan Panwaslu Kecamatan
melalui adjudikasi. Di mana penyelesaian
setelah menerima, memeriksa dan
sengketa proses Pemilu dilakukan dengan
mengkaji, selanjutnya hanya berhak
cara pembentukan Majelis Adjudikasi
membuat “rekomendasi” atas
setelah proses mediasi gagal dilaksanakan.
pelanggaran administratif Pemilu. Hal
Penanganan penyelesaian
itu termuat dalam ayat (1) dan (2).
pelanggaran administratif Pemilu dan
Dengan kata lain ketentuan dalam aturan
sengketa proses Pemilu dengan melakukan
tersebut menyiratkan makna bahwa
pembentukan Majelis Pemeriksa dan
Bawaslu diberi kewenangan “memutus”
Majelis Adjudikasi tersebut menempatkan
yang diterjemahkan membuat “putusan”
Bawaslu di setiap tingkatan menjalankan
dan Panwaslu Kecamatan hanya diberi
kekuasaan kehakiman. Hal itu ditandai
kewenangan sampai tahapan “mengkaji”
dengan penyebutan “Majelis” yang
yang selanjutnya produknya adalah
sebelumnya dikenal sebagai istilah yang
“rekomendasi”.
berlaku umum di pengadilan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
Oleh karena itu, frase kata “memutus”
penyelesaian pelanggaran administratif
yang dimuat dalam Pasal 461 ayat (1) dan
Pemilu, Bawaslu di setiap tingkatan
frase kata “putusan” yang dimuat dalam
membuat “putusan” sebagaimana diatur
Pasal 461 ayat (6) Undang-Undang Nomor
dalam ayat (6). Artinya untuk penyelesaian
7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
pelanggaran administratif Pemilu,
terdefinisi secara tepat oleh Peraturan
penyelesaiannya dengan cara membuat
Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018 tentang
“putusan” yang kemudian diterjemahkan
Penyelesaian Pelanggaran Administratif
dilakukan dalam sidang terbuka dilakukan
Pemilu.
oleh Majelis Pemeriksa. Namun berbeda
Selanjutnya di dalam Pasal 55
halnya dengan penyelesaian pelanggaran
Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018
administratif Pemilu TSM, Bawaslu
memuat ketentuan:

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 57

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 57 12/12/19 11:36 AM


(1) Dalam hal putusan Bawaslu/Bawaslu “memerintahkan” kepada KPU, KPU
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota. Frase
menyatakan laporan Pelanggaran kata “memerintahkan” tersebut sebagai
Administratif Pemilu terbukti, amar penerjemahan dari kewenangan Bawaslu
putusan berbunyi,“MEMUTUSKAN”, di setiap tingkatan dalam menyelesaikan
serta: pelanggaran administratif Pemilu yaitu
a. menyatakan terlapor, terbukti menerima, memeriksa, mengkaji lalu
secara sah dan meyakinkan “memutuskan” lewat putusan yang berisi
melakukan Pelanggaran frase kata “memerintahkan”.
Administratif Pemilu; S e m e n t a ra i t u , p e l a n g ga ra n
b. memerintahkan kepada KPU, KPU administrasi Pemilu TSM penyelesaiannya
Provinsi, atau KPU Kabupaten/ diatur agak berbeda dengan pelanggaran
Kota untuk melakukan perbaikan administratif Pemilu biasa. Pasal 286
administrasi terhadap tata cara, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
prosedur, atau mekanisme pada tentang Pemilihan Umum memuat:
tahapan Pemilu sesuai dengan (1) Pasangan Calon, calon anggota
ketentuan peraturan perundang- DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD
undangan; ka b u p ate n j ko ta , p e l a ks a n a
c. memberikan teguran tertulis kampanye, dan/atau tim kampanye
kepada terlapor; dilarang menjanjikan dan/atau
d. memerintahkan kepada KPU, KPU memberikan uang atau materi lainnya
Provinsi, atau KPU Kabupaten/ untuk memengaruhi PenyeIenggara
Kota agar terlapor untuk tidak Pemilu dan/atau Pemilih.
diikutkan pada tahapan Pemilu (2) Pasangan Calon serta calon anggota
dalam penyelenggaraan Pemilu; DPR, DPD, DPRD provinsi, dan
dan/atau DPRD kabupaten/kota yang terbukti
e. memberikan sanksi administratif melakukan pelanggaran sebagaimana
lainnya kepada terlapor sesuai dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
dengan ketentuan undang- rekomendasi Bawaslu dapat dikenai
undang mengenai Pemilu. sanksi administratif pembatalan
(2) P u t u s a n B a w a s l u , B a w a s l u sebagai Pasangan Calon serta calon
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/ anggota DPR, DPD, DPRD provinsi,
Kota menyatakan laporan tidak dan DPRD kabupaten/kota oleh KPU.
terbukti, amar putusan berbunyi, (3) Pelanggaran sebagaimana dimaksud
“MEMUTUSKAN”, serta menyatakan pada ayat (2) merupakan pelanggaran
terlapor tidak terbukti secara sah dan yang terjadi secara terstruktur,
meyakinkan melakukan perbuatan sistematis, dan masif.
melanggar tata cara, prosedur, atau (4) P e m b e r i a n s a n k s i t e r h a d a p
mekanisme pada tahapan Pemilu pelanggaran sebagaimana dimaksud
sesuai dengan ketentuan peraturan pada ayat (2) tidak menggugurkan
perundang-undangan. sanksi pidana.
D raf t a m a r p u t u s a n d i ata s Berdasarkan ketentuan di atas, maka
dengan tegas memuat frase kata Bawaslu hanya membuat rekomendasi

58 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 58 12/12/19 11:36 AM


berupa sanksi administratif pembatalan (6) Mahkamah Agung memutus upaya
sebagai Pasangan Calon serta calon hukum pelanggaran administratif
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan Pemilu sebagaimana dimaksud pada
DPRD kabupaten/kota kepada KPU jika ayat (5) dalam waktu paling lama 14
pelanggaran Pemilu TSM dinyatakan (empat belas) hari kerja terhitung
terbukti. sejak berkas perkara diterima oleh
Namun selanjutnya Pasal 463 Mahkamah Agung.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 (7) Dalam hal putusan Mahkamah
mengatur: Agung membatalkan keputusan KPU
(1) Dalam hal terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
administratif Pemilu sebagaimana (5), KPU wajib menetapkan kembali
dimaksud dalam Pasal 460 yang sebagai calon anggota DPR, DPD,
terjadi secara terstruktur, sistematis, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/
dan masif, Bawaslu menerima, kota, dan Pasangan Calon Presiden
memeriksa, dan merekomendasikan dan Wakil Presiden.
pelanggaran administratif Pemilu (8) Putusan Mahkamah Agung bersifat
dalam waktu palinglama 14 (empat final dan mengikat.
belas) hari kerja. Hasil analisis terhadap ketentuan di
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud atas dirumuskan sebagai berikut:
pada ayat (1) harus dilakukan secara • Bawaslu menerima, memeriksa dan
terbuka dan sesuai dengan ketentuan merekomendasikan pelanggaran
peraturan perundang-undangan. administratif Pemilu TSM. Pembuat
(3) KPU wajib menindaklanjuti putusan Undang-Undang menghilangkan frase
Bawaslu dengan menerbitkan kata “memutus” sebagaimana diatur
keputusan KPU dalam waktu paling dalam penyelesaian pelanggaran
lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung administratif Pemilu biasa.
sejak diterbitkannya putusan • Pemeriksaan atas pelanggaran
Bawaslu. administratif Pemilu TSM dilakukan
(4) Ke p u t u s a n K P U s e b a ga i m a n a secara terbuka. Ketentuan ini
dimaksud pada ayat (3) dapat berupa diterjemahkan dalam peraturan
sanksi administratif pembatalan calon Bawaslu dengan melakukan sidang
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, terbuka yang dilakukan oleh Majelis
DPRD kabupaten/kota, dan Pasangan Pemeriksa.
Calon Presiden dan Wakil Presiden. • KPU wajib menindaklanjuti putusan
(5) Calon anggota DPR, DPD, DPRD Bawaslu. Hal ini diterjemahkan
provinsi, DPRD kabupaten/kota, B awa s l u b a hwa p e nye l e s a i a n
dan Pasangan Calon yang dikenai pelanggaran administratif Pemilu
sanksi administratif pembatalan TSM juga dilakukan dengan cara
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) membuat “putusan” atau sama
dapat mengajukan upaya hukum ke dengan penyelesaian pelanggaran
Mahkamah Agung dalam waktu paling administratif Pemilu biasa.
lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung Padahal dalam sebuah “amar
sejak keputusan KPU ditetapkan. putusan” tidak dikenal frase kata

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 59

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 59 12/12/19 11:36 AM


“merekomendasikan”. Selanjutnya terbukti, amar putusan berbunyi,
KPU wajib menindaklanjuti putusan “MEMUTUSKAN”, serta:
Bawaslu tersebut. a. menyatakan terlapor, terbukti
• Keputusan KPU atas “putusan” secara sah dan meyakinkan
Bawaslu “dapat” berupa sanksi melakukan Pelanggaran
administratif pembatalan calon. Administratif Pemilu berupa
Frase kata “dapat” sebagaimana perbuatan menjanjikan dan/atau
diterjemahkan dalam Kamus Besar memberikan uang atau materi
Bahasa Indonesia memiliki makna lainnya untuk mempengaruhi
harafiah sebagai: mampu; sanggup; penyelenggara Pemilu dan/
bisa; boleh; mungkin. atau Pemilih yang terjadi secara
Tersruktur, Sistematis, dan
Berdasarkan uraian di atas, penulis
Masif;
menilai telah terjadi inkonsistensi atas
b. “merekomendasikan” kepada
pemberian wewenang baru kepada
K P U u nt u k m e m b ata l ka n
Bawaslu dalam hal menyelesaikan
terlapor sebagai calon anggota
pelanggaran administratif Pemilu
DPR/DPD atau Pasangan Calon;
TS M . Kewe n a n ga n B awa s l u i t u
c. “merekomendasikan” kepada
dibatasi hanya menerima, memeriksa
KPU untuk memerintahkan KPU
dan merekomendasikan. Sementara
Provinsi membatalkan terlapor
produk hukum atas kewenangan
sebagai calon anggota DPRD
Bawaslu menerima, memeriksa dan
Provinsi; atau
m e r e ko m e n d a s i ka n p e l a n g ga ra n
d. “merekomendasikan” kepada
administratif Pemilu TSM itu di sisi lain
KPU untuk memerintahkan
diatur dalam bentuk putusan.
KPU Kabupaten/Kota untuk
Akibatnya, Bawaslu membuat aturan
membatalkan, terlapor sebagai
teknis mengenai tata cara penyelesaian
calon anggota DPRD Kabupaten/
pelanggaran Pemilu TSM sebagaimana
Kota.
diatur dalam Pasal 286 dan Pasal 463
2) Putusan Bawaslu menyatakan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Pelanggaran Administratif Pemilu
dengan mekanisme penyelesaian yang
TSM tidak terbukti, amar putusan
sama dengan tata cara penyelesaian
berbunyi, “MEMUTUSKAN”, serta
pelanggaran administratif Pemilu. Hal
menyatakan terlapor calon anggota
itu dipertegas dengan memasukkan
DPR/ DPD/ DPRD Provinsi/ DPRD
Pelanggaran Pemilu TSM sebagai bagian
Kabupaten/Kota/ Pasangan Calon
dari pelanggaran administratif Pemilu.
tidak terbukti secara sah dan
Pembedanya hanya terdapat dalam
meyakinkan melakukan perbuatan
amar putusannya saja. Dimana Pasal
menjanjikan dan/atau memberikan
56 Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun
uang atau materi lainnya untuk
2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran
mempengaruhi penyelenggara
Administratif Pemilu memuat aturan:
Pemilu dan/atau Pemilih yang terjadi
1) D a l a m h a l p u t u s a n B a wa s l u
secara tersruktur, sistematis, dan
menyatakan laporan Pelanggaran
masif.
Administratif Pemilu TSM

60 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 60 12/12/19 11:36 AM


Frase kata “merekomendasikan” Putusan hakim selain harus menyatakan
yang dimuat dalam draft amar putusan seseorang terbukti bersalah atau
sebagaimana disebutkan di atas, sudah tidak terbukti bersalah, juga harus
tepat jika dikaji berdasarkan pendekatan memerintahkan kepada lembaga yang
stufenbau teori Hans Kelsen. Artinya memiliki hak eksekusi atas putusan
norma yang terkandung dalam Pasal 286 tersebut untuk menindaklanjuti putusan
ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun hakim.
2017 tidak terlanggar oleh adanya frase Terlebih putusan Majelis Pemeriksa
kata “merekomendasikan”. yang diputuskan melalui mekanisme
Namun, frase kata persidangan itu bersifat deklaratoir dan
“merekomendasikan” itu menimbulkan perlu dijalankan oleh lembaga lain yang
potensi salah tafsir dalam pelaksanaannya. memiliki hak eksekusi yaitu KPU yang
KPU yang memiliki hak eksekusi notabene adalah lembaga penyelenggara
atas putusan Bawaslu tersebut, akan Pemilu yang memiliki kedudukan sejajar
mengkaji kembali apakah putusan dengan Bawaslu sebagai pembuat
Majelis Pemeriksa yang memuat frase putusan.
kata “merekomendasikan” itu bisa Berdasarkan uraian di atas, maka
ditindaklanjuti atau tidak. penulis berpendapat bahwa meski tidak
Frase kata “rekomendasi” sendiri ada pertentangan norma antara Pasal
menurut kamus besar bahasa Indonesia, 286 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7
terdefinisi sebagai saran atau masukan. Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Artinya frase kata rekomendasi secara dengan pasal 56 ayat (1) huruf b, c, dan
harafiah memiliki arti yang tidak mengikat d Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun
sehingga dapat dikaji kembali apakah 2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran
dapat dilaksanakan atau tidak. Administratif Pemilu, namun penggunaan
Selanjutnya frase kata frase kata “merekomendasikan” dalam
“merekomendasikan” tidak dikenal sebuah produk putusan, tidaklah tepat
dalam setiap pengambilan putusan karena tidak mengandung sifat memaksa
yang diputuskan melalui mekanisme (dwingend) sebagaimana putusan hakim
persidangan terbuka. Dalam setiap amar dan berpotensi menimbulkan multi tafsir
putusan yang diterbitkan oleh hakim tidak dalam pelaksanaannya.
dikenal kata “merekomendasikan” karena Hal itu mempertegas bahwa dalam
akan menimbulkan multi tafsir dan salah menjalankan kewenangannya membuat
diterjemahkan. peraturan, Bawaslu hanya an sich
Padahal jika merujuk kepada memperhatikan agar norma dari aturan
putusan Majelis Hakim di persidangan, yang dibuatnya tidak bertentangan
maka Putusan hakim bersifat memaksa dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
(dwingend), artinya jika ada pihak 2017 tentang Pemilu saja. Namun Bawaslu
yang tidak mematuhinya hakim dapat tidak melakukan kajian mendalam dengan
memerintahkan pihak yang bersangkutan melakukan pengkajian dari seluruh
supaya mematuhinya dengan kesadaran aspek baik landasan teori, filosofis, dan
sendiri. Selain itu setiap putusan hakim kebiasaan yang selama ini dikenal dalam
harus berisi penetapan-penetapan. praktek hukum di lembaga peradilan.

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 61

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 61 12/12/19 11:36 AM


Kondisi tersebut sangat jauh berbeda tercela seperti judi, mabuk, pemakai
dengan apa yang dilakukan oleh KPU atau pengedar narkoba, berzina dan/
dalam menerjemahkan Undang-Undang atau melanggar perbuatan melanggar
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. kesusilaan lainnya.
Peraturan KPU justru dirancang untuk Hal tersebut mengakibatkan adanya
kemudian ditetapkan dengan cara perbedaan antara produk regulasi yang
lebih progresif. Peraturan KPU justru dibuat oleh Bawaslu dan KPU. Padahal
lebih berani mengisi celah hukum yang kedua lembaga itu berkedudukan setara
ditimbulkan oleh norma Undang-Undang sebagai lembaga penyelenggara Pemilu.
Pemilu. KPU lebih progresif merancang Peraturan Bawaslu terlihat lebih kaku
aturan dengan berani terbuka meminta dalam memegang norma yang terkandung
saran dan masukan dari masyarakat dalam Undang-Undang Pemilu, sedangkan
meskipun terkadang tindakan itu justru Peraturan KPU lebih bersifat progresif.
dinilai melampaui kewenangannya dalam
membuat sebuah regulasi. 4.2 Sanksi Pidana
Pada perhelatan Pemilu Tahun
Hasil wawancara dengan informan,
2019, KPU membuat aturan larangan
penulis menemukan fakta bahwa kata
mencalonkan diri bagi mantan terpidana
rekomendasi Bawaslu dalam Pemilu adalah
korupsi, bandar narkoba dan kejahatan
sebuah keharusan yang berakibat hukum
seksual terhadap anak. Aturan ini langsung
berupa pidana jika tidak dilaksanakan.
menjadi kontroversi karena sejumlah tokoh
“Di Bawaslu itu lebih dikenal
partai politik yang pernah menjadi terpidana
istilah merekomendasikan daripada
kasus korupsi terjegal pencalonannya.
memerintahkan. Frase kata rekomendasi
Meskipun akhirnya Mahkamah Agung
itu otomatis mengikat KPU di setiap
mengabulkan permohonan uji materiil atas
tingkatan untuk menindaklanjuti sesuai
aturan tersebut, namun dalam pendapat
hasil kajian Bawaslu,” ujar Iskardo P.
hukumnya KPU menyatakan bahwa dalam
Panggar, Anggota Bawaslu Provinsi
membuat aturan tersebut KPU tidak saja
Lampung.
berpedoman kepada Undang-Undang
S e m e n ta ra i n fo r m a n l a i n nya
Pemilu tetapi juga berpedoman kepada
menyatakan:
nilai-nilai etika yang berlaku dalam
“ S e te l a h m e m b a c a Pa s a l 5 5
masyarakat.
dan Pasal 56 Perbawaslu Nomor 8
Aturan kontroversi lainnya yang
Tahun 2018, terlihat kesan jika itu
saat ini tengah menjadi perbincangan
menyangkut pelanggaran administratif
di masyarakat adalah KPU pada tanggal
Pemilu biasa yang sanksinya hanya
2 Oktober 2019 melakukan uji publik
ringan, Bawaslu tegas memuat kata
terhadap revisi Peraturan KPU Nomor 3
memerintahkan dalam putusannya,
Tahun 2017 tentang Pencalonan dalam
tetapi giliran pelanggaran Pemilu TSM
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
yang berkonsekuensi pembatalan calon,
Kepala Daerah. KPU kembali memasukan
putusan Bawaslu berubah lunak menjadi
larangan mencalonkan diri sebagai Kepala
merekomendasikan,” ujar Dedy Triyadi,
Daerah dan Wakil Kepala Daerah bagi
Ketua Divisi Hukum KPU Kota Bandar
orang yang pernah melakukan perbuatan
Lampung. (Wawancara, Senin 18/07/2019)

62 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 62 12/12/19 11:36 AM


Hasil analisis berdasarkan wawancara Uraian peristiwa di atas makin
dengan informan di atas, frase kata mempertegas kesimpulan penulis bahwa
“rekomendasi” dalam Pemilu telah penggunaan frase kata “rekomendasi”
mengalami perubahan makna dari diikuti oleh frase kata Bawaslu telah
arti sesungguhnya. Secara harafiah mengalami perubahan makna yang
rekomendasi berarti saran atau masukan, menjadi suatu keharusan untuk dijalankan
tetapi dalam Pemilu berubah maknanya atau ditindaklanjuti. Apabila rekomendasi
menjadi hal yang wajib dilakukan. Bawaslu ditolak, maka dapat berakibat
pidana.
Bukti Empiris
5 (lima) Anggota KPU Kota 5. Kesimpulan dan Saran
Palembang divonis bersalah karena Berdasarkan uraian di atas, penulis
tidak menjalankan rekomendasi Bawaslu berkesimpulan bahwa telah terjadi
Kota Palembang untuk melaksanakan inkonsistensi terhadap draft amar
Pemungutan Suara Lanjutan pada Pemilu putusan Bawaslu terkait pelanggaran
Tahun 2019 yang lalu. Pemilu TSM. Hal itu dapat menimbulkan
Pengadilan Negeri Kelas IA Khusus tafsir terhadap tindak lanjut pelaksanaan
Palembang selanjutnya menjatuhkan rekomendasi Bawaslu oleh KPU. Oleh
putusan enam bulan penjara dengan karena itu, Bawaslu disarankan untuk
masa percobaan satu tahun dan denda mengajukan revisi terhadap Undang-
sepuluh juta rupiah subsider satu bulan Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
penjara, terhadap 5 (lima) anggota Pemilu agar mekanisme penyelesaian
KPU Kota Palembang karena tidak pelanggaran Pemilu TSM bisa memuat
menindaklanjuti rekomendasi Bawaslu. secara tegas aturan tentang kewenangan
Sebelumnya dalam tuntutannya jaksa Bawaslu membuat putusan bukan sekedar
penuntut Ursula Dewi mengatakan, rekomendasi. Atau, setidaknya Bawaslu
lima terdakwa terbukti secara sah dan merevisi Pasal 56 Peraturan Bawaslu
meyakinkan bersama-sama melakukan Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pelanggaran
perbuatan yang menyebabkan hak pilih Administratif Pemilu dengan mengganti
orang lain hilang seperti yang tercantum frase kata “merekomendasikan” menjadi
dalam pasal 510 Undang-Undang Nomor “memerintahkan”.
7 tahun 2017 tentang pemilihan umum Pelanggaran Pemilu TSM yang
juncto pasal 55 KUHP. berakibat hukum pembatalan sebagai
“Para terdakwa terbukti tidak calon tidak saja berlaku dalam Pemilu,
secara cermat saat melakukan verifikasi tetapi juga telah lebih dulu diterapkan
yang menentukan dilaksanakannya pada pelaksanaan Pemilihan Kepala
pemungutan suara lanjutan [PSL] atau Daerah. Beberapa catatan dalam
tidak yang menyebabkan hilangkan hak pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
pilih warga negara. Fakta persidangan dari seperti dalam Pilgub Lampung, Bawaslu
saksi perbuatan, mereka [komisioner KPU Provinsi yang diberi kewenangan untuk
Palembang] terbukti sebagaimana yang memutuskan pelanggaran Pemilihan TSM
didakwakan,” ujar dia. (CNN Indonesia, ditekan sedemikian rupa oleh massa pro
2019) dan kontra. Berdasarkan pengamatan

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 63

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 63 12/12/19 11:36 AM


dalam proses penyelesaian dugaan agar Bawaslu melakukan telaah untuk
pelanggaran Pemilihan TSM dalam Pilgub mengadobsi sistem juri sebagai bagian tak
Lampung itu, Majelis Pemeriksa dalam hal terpisahkan dalam tata cara penyelesaian
ini Bawaslu Provinsi Lampung menjadi pelanggaran Pemilu TSM di mana juri
pihak yang menjadi sasaran unjuk rasa berperan membuat keputusan atau
masa pro dan kontra. membuat temuan fakta yang kemudian
Menyusul hal tersebut, Pimpinan diterapkan oleh Majelis Pemeriksa.
Bawaslu di daerah dikhawatirkan secara Dengan mengadopsi sistem juri dalam
psikologis terpengaruh oleh tekanan peradilan pelanggaran Pemilu/Pemilihan
masa pendukung sehingga tidak bisa TSM, maka tekanan masa pendukung
memberikan keputusan yang seadil- calon baik pro dan kontra akan bisa
adilnya. Sebagai bentuk evaluasi terhadap diminimalisir sehingga putusan yang
kewenangan baru yang diberikan kepada ditetapkan dapat merupakan putusan
Bawaslu dalam hal penyelesaian yang seadil-adilnya tanpa didasari
pelanggaran Pemilu/Pemilihan TSM ketakutan dan tekanan dari berbagai
itu, maka penulis juga menyarankan pihak.

64 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 64 12/12/19 11:36 AM


DAFTAR PUSTAKA

Ashiddiqie, Jimly & Safaát, M. Ali. (2006). Teori Hans Kelsen tentang Hukum. Jakarta,
Indonesia: Konpress.
Attamimi, A. Hamid S. (1990). Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam
Penyelenggaraan Negara. Jakarta, Indonesia: Fakultas Pascasarjana UI.
Hadjon, Philipus M. (1998). Tentang Wewenang Pemerintahan (Bestuurbevoegdheid).
Jakarta, Indonesia: Pro Justitia Tahun XVI Nomor I.
Latifulhayat, Atip. (2014). Khazanah Hans Kelsen, hlm. 197-198, http://jurnal.
unpad.ac.id/pjih/article/download/7056/3338.
Manan, Bagir. (2000). Wewenang Propinsi, Kabupaten dan Kota dalam Rangka Otonomi
Daerah. Bandung, Indonesia: Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Mulyadi, Lilik. (2007). Kompilasi Hukum Pidana dalam Perspektif Teoritis dan Praktek
Peradilan. Bandung, Indonesia: Mandar Maju.
Palembang. (2019, Juli 11). KPU Lima Komisioner Palembang dituntut 6
Bulan Penjara. CNN Indonesia. Diakses dari: https://www.cnnindonesia.com/
nasional/20190711184837-12-411392/lima-komisioner-kpu-palembang-dituntut-
6-bulan-penjara
Soekanto, Soerjono. (2006). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta, Indonesia: UI-Press.
Soeroso, R. (2011). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta, Indonesia: Sinar Grafika.

Fauzi Heri dan Retna Elyasari 65

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 65 12/12/19 11:36 AM


66 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 66 12/12/19 11:36 AM


Jurnal Adhyasta Pemilu
ISSN 2443-2539
Vol. 6 No. 1 2019, Hal. 67-82

FILM DOKUMENTER SEXY KILLERS


SEBAGAI ALAT KRITIK KANDIDAT DALAM PEMILIHAN PRESIDEN
2019

Yugha Erlangga
Konsultan Media dan Penerbitan
Bekasi, Jawa Barat
begawan_erlangga@yahoo.com

Abstract

This writing is based on the increasing variety of criticism deliveries to the candidates
of 2019 Presidential Election; one of them is through a documentary titled Sexy Killers.
The film produced by Watchdoc production house and directed by a senior journalist,
Dandhy Dwi Laksono, is the second work that welcomes the election season, after in
2014 they released a documentary Yang Ketu7uh. Sexy Killers is a creative product
that contains criticism on the ruler’s policies—one that competed in 2019 Presidential
Election. Witnessing the development of the digital world, one of them is the existence
of Youtube channel, the public access to Sexy Killers is easier. The existence of Sexy
Killers is inevitable in democracy because of the openness of public space. This
writing will measure the length of how a creative product, such as a documentary,
can influence the discourse in public space towards the candidates in the election.
This research uses a descriptive analytical method. The data collection is also done
by interviewing Dandhy Dwi Laksono as the director. This writing is also supported
by the media study and other literature that contain the debate and polemic of Sexy
Killers’s existence in public. The finding of this writing shows that Sexy Killers, which
up to July 2019 has been accessed by approximately 24 million viewers, is capable in
giving the effect in returning a substantial discourse to the public space in the middle
of satiety on debate issues between the candidates of 2019 Presidential Election.

Keywords: film, documentary, election, communication, public sphere

Yugha Erlangga 67

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 67 12/12/19 11:36 AM


Abstrak

Penulisan ini didasarkan atas semakin variatifnya penyampaian kritik kepada kandidat
Pemilihan Presiden 2019 lalu, salah satunya melalui film dokumenter berjudul Sexy
Killers. Film yang diproduksi oleh rumah produksi Watchdoc sekaligus disutradarai
oleh jurnalis senior Dandhy Dwi Laksono adalah karya keduanya menyambut musim
Pemilu, setelah pada 2014 merilis film dokumenter Yang Ketu7uh. Sexy Killers adalah
produk kreatif yang bermuatan kritik atas kebijakan penguasa –yang notabene
berkompetisi dalam Pemilihan Presiden 2019. Menyaksikan perkembangan dunia
digital, salah satunya dengan kehadiran kanal Youtube, kian memudahkan akses
publik terhadap Sexy Killers. Kehadiran Sexy Killers adalah keniscayaan dalam
demokrasi karena terbukanya ruang publik. Tulisan ini akan mengukur sejauh mana
produk kreatif seperti film dokumenter sanggup mempengaruhi diskursus dalam
ruang publik terhadap kandidat dalam Pemilu. Penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif. Pengumpulan data juga dilakukan dengan mewawancarai Dandhy
Dwi Laksono selaku sutradara film. Penulisan juga ditopang oleh studi media dan
literatur yang berisi perdebatan sekaligus polemik kehadiran Sexy Killers di hadapan
publik. Temuan dari penulisan ini menunjukkan bahwa Sexy Killers yang hingga per
Juli 2019 telah diakses sebanyak kurang lebih 24 juta penonton, mampu memberikan
efek yaitu mengembalikan Diskursus substansial ke Ruang Publik di tengah jenuhnya
isu perdebatan antarkandidat Pemilihan Presiden 2019.

Kata kunci: film, dokumenter, pemilu, komunikasi, ruang publik

1. Pendahuluan dan legilatif sangat korelatif karena calon


presiden nantinya merupakan refleksi
Kemeriahan pesta demokrasi
dari basis ideologi parpol pendukung dan
dirayakan dengan berbagai macam cara.
terbangunnya relasi antara komitmen
Pada era teknologi informasi yang pesat
partai politik, calon anggota legislatif, dan
kini, berbagai produk, baik visual, audio,
calon presiden (Haris, 2016).
hingga audio visual yang berisi informasi
Pe rd e b ata n a nta r p e n d u ku n g ,
hingga kampanye para kandidat dengan
terutama untuk pasangan calon tidak
cepat terpublikasi atau tersebar melalui
hanya terjadi di ruang terbuka, melainkan
media sosial.
terbawa arus hingga ranah media sosial.
Pada tahun 2019 ini, Indonesia
Platform media sosial, seperti Facebook,
mencatatkan sejarah dengan
Twitter, Instagram, hingga WhatsApp, tak
menyelenggarakan Pemilu Serentak yang
lepas dari konten-konten yang berkaitan
bertujuan untuk memilih anggota legislatif
dengan Pemilihan Umum dari para
dari tingkat kabupaten/kota, provinsi,
pendukung pasangan calon. Melalui
hingga pusat dan juga Presiden dan Wakil
meme, pesan singkat, foto hingga video.
Presiden. Penggabungan pemilu eksekutif

68 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 68 12/12/19 11:36 AM


Padatnya alat peraga kampanye di ruang Maret 1895, dianggap sebagai tonggak
terbuka hingga riuhnya media sosial dimulainya film, yang populer dengan
berujung pada perdebatan yang tidak sebutan gambar bergerak pada masa
substansial, seperti saling serang karakter itu (Cook, 2004). Memasuki abad ke-
masing-masing kandidat hingga polemik 20, film berkembang menjadi industri
jumlah masing-masing pendukung yang yang sangat menjanjikan. Film tidak lagi
hadir dalam kampanye akbar di Gelora bisu atau hitam putih di abad ini. Selain
Bung Karno. Hadirnya sebuah film telah berwarna dan memiliki suara
dokumenter berjudul Sexy Killers, tiga dalam penayangannya, film modern juga
hari sebelum pencoblosan, yang diunggah memiliki variasi cerita dan genre. Pada
oleh rumah produksi Watchdoc di abad inilah, Hollywood, ikon industri
kanal Youtube kembali membuka mata film Amerika Serikat, merajai pangsa
publik. Isu penting yaitu kerusakan pasar film dunia. Eksistensi Hollywood
lingkungan yang selama ini dianggap ini pula yang kemudian menentukan arah
tema pinggiran dibandingkan isu-isu perkembangan genre-genre perfilman.
lain seperti persoalan hak asasi manusia Genre, turunan dari kata genus dalam
hingga toleransi beragama kembali bidang biologi, merupakan jenis, tipe,
mengemuka. Perdebatan gimmick selama atau klasifikasi dari beberapa film yang
ini pun kembali bergeser kepada isu memiliki karakter yang khas seperti latar,
yang selama ini terabaikan: kerusakan isi, dan cerita.
lingkungan akibat tambang batu bara Film dokumenter adalah produk
yang melibatkan oligarki. visual yang merekam kondisi yang
Ke h a d i ra n S ex y K i l l e r s ya n g menuturkan realitas tanpa interpretasi
mengangkat isu kerusakan lingkungan imajinatif. Dalam film dokumenter,
dan permainan oligariki ini mampu sutradara mengobservasi suatu peristiwa
menarik perhatian publik yang notabene dan fakta di lapangan lalu merekam
akan memilih pada Pemilu Serentak gambar sesuai apa adanya. Cara kerja
2019. Tontonan ini menjadi alternatif dan sutradara film dokumenter ini mirip
memperkaya referensi memilih saat hari dengan cara kerja jurnalis televisi dalam
pencoblosan. Film berdurasi 80 menit ini merekam sebuah peristiwa. Jika cerita
hadir dengan substansi yang terang: alat pada film fiksi bersandar pada alur atau
kritik. Persoalannya, sejauh mana film plot, maka dalam fokus film dokumenter
dokumenter ini mampu berperan sebagai atau non-fiksi tertuju kepada isi dan
alat kritik yang efektif bagi pasangan pemaparannya (Ayawaila, 2008).
calon presiden dan wakil presiden dari Sejarah mencatat beberapa film
dua kubu. dokumenter awal. Pada 1920, Robert
Sejatinya, film merupakan produk Flaherty membuat film promosi produk
kreatif yang lazim menjadi sarana hiburan jaket musim dingin berjudul Nanook of
bagi khalayak. Meski sejarah kapan the North dirilis pada 1922 (Ayawaila,
film pertama kali dirilis ke publik masih 2008). Flaherty merekam kehidupan
menjadi polemik hingga kini, namun, keluarga Nanook, sebuah keluarga suku
pemutaran perdana film pendek oleh Eskimo. Setahun sebelumnya, Charles
Lumière Bersaudara di Paris pada 22 Sheeler dan rekannya, Paul Strand,

Yugha Erlangga 69

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 69 12/12/19 11:36 AM


membuat film berjudul Manhatta. kekerasan bersenjata, terutama tragedi
Film berdurasi kurang lebih 10 menit penembakan brutal yang menewaskan
ini merekam kota New York sebagai 12 orang di Sekolah Menengah The
subyeknya, tanpa narator, namun dilatari Columbine, Amerika Serikat, pada 1999.
musik dan selingan teks. Karya Moore tadi diganjar penghargaan
Film dokumenter pun tak sekadar Oscar pada 2002 untuk kategori Best
menjadi alat promosi, melainkan mulai Documentary Feature. Pada 2004,
berubah menjadi alat propaganda. Moore kembali lagi dengan karyanya
Dziga Vertov, sineas asal Uni Soviet, berjudul Fahrenheit 9/11, yang mengkritik
ya n g m e m u l a i p e n g g u n a a n f i l m kebijakan Perang Melawan Teror (War on
dokumenter sebagai alat propaganda. Terror) Presiden George W. Bush.
Vertov adalah pendukung Lenin dan Sama halnya dengan Amerika,
Revolusi Bolsheviknya. Karena itu, Vertov salah film dokumenter yang bermuatan
memproduksi film dokumenter yang kritik pun muncul tepat pada peristiwa
linear dengan kebijakan politik Lenin. penting: Pemilihan Umum Serentak 2019.
Berbarengan dengan tahun rilis Nanook Film dokumenter berjudul Sexy Killers
of the North, pada 1922, Vertov pun yang diproduksi oleh rumah produksi
memulai serial Kino-Pravda atau Film Watchdoc sekaligus disutradarai oleh
Truth dalam bahasa Inggris (Ayawaila, jurnalis senior Dandhy Dwi Laksono
2008). adalah karya kedua menyambut musim
Pemilu, setelah pada 2014 merilis film
1.1. Memposisikan Film Dokumenter dokumenter Yang Ketu7uh. Seperti
sebagai Alat Kritik halnya, film dokumenter Fahrenheit 9/11
(2004) atau Sicko (2007) karya sineas AS
Berkebalikan dari karya-karya film
Michael Francis Moore, Sexy Killers adalah
Vertov yang sarat propaganda, begitu juga
produk kreatif yang bermuatan kritik
dengan cara kerja NAZI melalui Joseph
atas kebijakan penguasa yang notabene
Goebbels, belakangan film dokumenter
sedang berkompetisi dalam Pemilihan
juga dipakai sebagai alat kritik kepada
Presiden 2019 saat itu. Sexy Killers
penguasa. Melalui kekuatan audio visual
karya Dandhy mengajak penonton untuk
dewasa ini, ditambah perkembangan
melihat keterkaitan antara penguasa, batu
teknologi informasi, film dokumenter kian
bara, dan kerusakan lingkungan, seperti
berbobot dijadikan sebagai medium kritik
Sicko-nya Moore, tentang keterkaitan
yang kuat, seperti dilakukan oleh Michael
antara industri farmasi dengan para
Francis Moore, sutradara film sekaligus
senator.
penulis naskah tersohor. Moore melalui
Film dokumenter pertama dimomen
karya-karya dokumenternya merupakan
Pemilu berjudul Yang Ketu7uh pada 2014
produk investigatif sekaligus pamflet bagi
lalu lebih menyoroti sudut pandang dan
kebijakan pemerintah Amerika Serikat
harapan masyarakat kecil pada sosok
(Jusuf, 2014).
pemimpin masa depan Indonesia yang
Pada 2002, Moore melalui filmnya
direpresentasikan oleh empat aktor yang
Bowling for Columbine melancarkan
berprofesi sebagai pembantu rumah
kritik terhadap kebijakan kepemilikan
tangga, tukang ojek, pekerja bangunan,
senjata yang berujung pada maraknya aksi

70 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 70 12/12/19 11:36 AM


dan petani penggarap. Dandhy berusaha menarik perhatian publik sedemikian
menggali harapan-harapan kaum marjinal besar.
tersebut terhadap akses kesehatan,
tempat tinggal yang layak, hingga bantuan 2. Metode Penelitian
tunai langsung. Sang sutradara juga
Untuk melihat bagaimana film
menampilkan sejumlah tayangan yang
dokumenter bekerja sebagai alat kritik,
berisi janji kampanye dua pasangan saat
maka penulis menggunakan pendekatan
itu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan
analitis-deskriptis untuk melihat latar
Joko Widodo-Jusuf Kalla.
belakang sutradara Dandhy Dwi Laksono
Lima tahun kemudian, tiga hari
membuat film dokumenter Sexy Killers,
menjelang pencoblosan, Watchdoc
sekaligus bagaimana film ini bekerja
kembali merilis film dokumenter yang
hingga membuka Ruang Publik untuk
kali ini pada posisi yang lebih kritis
terlibat dalam diskursus yang substansial.
yaitu menyorot hubungan antarkorporasi
Dengan melakukan studi pustaka dan
tambang yang dianggap bertanggung
media, penulis berusaha menggali proses
jawab terhadap kerusakan lingkungan
di balik layar pembuatan Sexy Killers
dengan lingkaran pasangan calon presiden
sekaligus melihat dampak yang diberikan
dan wakil presiden yang berlaga di Pemilu
oleh film ini terhadap diskursus publik
Serentak 2019.
terkait isu-isu elektoral bagi pasangan
Kehadiran film ini langsung mendapat
calon presiden dan wakil presiden.
respons yang beragam. Ada yang
mendukung dan menyambut baik, namun
tak sedikit pula yang mengecamnya 3. Perspektif Teori
karena dianggap tidak memenuhi unsur Sejatinya, kritik yang membangun
keberimbangan (cover both sides). adalah sejumlah saran dan petunjuk
Namun, melihat fakta animo publik bukan ancaman apalagi kendali yang
terhadap tayangnya Sexy Killers yang telah menyudutkan si penerima kritik
diakses sebanyak 24.312.270 penonton (Susetiawan, 1997). Meski secara
per juli 2019 atau tiga bulan dari harfiah, menurut Kamus Besar Bahasa
penayangan perdananya menunjukkan Indonesia Edisi Lima (Kemendikbud,
isu ini direspons oleh publik. Selain itu, 2016), kritik diartikan sebagai kecaman
penayangan perdananya disambut dengan atau tanggapan, atau kupasan kadang-
agenda nobar (nobar) di lebih dari 10 kadang disertai uraian dan pertimbangan
kota di antaranya Semarang, Samarinda, baik buruk terhadap suatu hasil karya,
Surabaya, Kupang, dan Makassar. Tiga pendapat, dan sebagainya. Jika merujuk
hari pertama penayangan, sudah terdapat pada Max Horkheimer, filsuf Jerman yang
74 lokasi yang menggelar acara nonton merupakan generasi pertama Mazhab
bareng (beritagar, 2019). Kehadiran Sexy Frankfurt yang mahsyur itu bersama
Killers adalah fenomena yang menarik dengan Adorno, Formm, dan Marcus,
untuk dicermati tentang bagaimana maka teori kritik tak lepas dari upayanya
kehadiran sebuah tayangan yang begitu membongkar pemikiran Hegel dan Marx.
“serius” dari sisi tema, sarat kritik, dan Generasi pertama Mazhab Frankfurt
berformat film dokumenter mampu yang kebanyakan keturunan Yahudi ini

Yugha Erlangga 71

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 71 12/12/19 11:36 AM


mengalami tekanan di era Nazi yang Berbeda dengan Marx dan pendahulunya
memaksa mereka hijrah ke Amerika Serikat d i S e ko l a h F ra n k f u r t , H a b e r m a s
pada 1933 (Sindhunata, 1982). Eksodus menekankan pada konsep subyek dan
para anggota Mazhab Frankfurt ke Negeri rasio yang dialogis yang bertopang pada
Abang Sam justru mempertontonkan subyek lainnya melalui komunikasi.
langsung budaya media massa yang Bagi Habermas, eksistensi Ruang
mencakup film, musik, radio, televisi, Publik akan membuat individu saling
dan lainnya. Korporasi-korporasi besar mengerti satu dengan lainnya. Ruang Publik
adalah aktor tunggal yang mengontrol diisi oleh “Masyarakat Komunikatif” yang
media hiburan untuk sampai kepada melakukan kritik melalui argumentasi,
masyarakat tanpa campur tangan negara. bukan kekerasan atau paksaan lainnya.
Masyarakat pun kian terseret pada Individu akan saling memahami antara
budaya massa komersial, salah satu ciri satu dengan yang lainnya di Ruang Publik.
masyarakat kapitalis. Teori ini seharusnya Menariknya, Habermas memandang
turut memperhatikan aspek-aspek dunia dengan kritis bahwa elemen-elemen
sosial lain, seperti ekonomi, positivisme, masyarakat modern, mulai dari negara,
sosiologi, masyarakat modern, hingga organisasi birokratis, hingga pasar justru
budaya. Teori kritis ditujukan untuk menghalangi dialog itu terjadi di Ruang
membongkar selubung ideologis yang Publik sehingga mengacaukan proses
merenggut kebebasan dan kejernihan komunikasi di masyarakat. Dampaknya,
pikiran individu modern, akan tetapi Teori pemahaman antarindividu semakin sulit
Kritis awal berakhir dengan kebuntuan terjalin (Ritzer, 2007).
(Hardiman, 2009). Setelah generasi Sejatinya, Ruang Publik adalah ruang
pertama Mazhab Frankfurt, hadirlah demokratis di mana masyarakat berada
Jurgen Habermas sebagai generasi kedua. pada wahana diskursus yang membuka
lebar pintu opini-opini, kepentingan-
3.1 Habermas: Masyarakat kepentingan, dan kebutuhan-kebutuhan
Komunikatif, Ruang Publik, dan yang bisa disampaikan secara diskursif.
Demokrasi Deliberatif Karena itu, Ruang Publik juga menjadi
tempat warga untuk berkomunikasi
B e r b e d a d e n ga n M a r x ya n g mengenai kegelisahan-kegelisahan
m e n ga b a i ka n s a m a s eka l i a s p ek politisnya. Ruang Publik harus bersifat
komunikasi, Habermas justru bebas dari intervensi pemerintah dan
menitikberatkan pemikirannya dalam otonom, mudah diakses masyarakat
aspek tersebut. Habermas menyoroti sehingga terhimpun solidaritas untuk
tumbuhnya industri media cetak yang melawan mesin-mesin pasar/kapitalis dan
memungkinkan massa untuk berdiskusi di mesin-mesin politik (Hardiman, 2009).
dalam ruang publik. Dalam ruang-ruang Terciptanya Ruang Publik bisa
ini, masyarakat dapat bertukar argumen dikatakan menjadi bentangan karpet
demi klaim atas kebenaran. merah bagi Demokrasi Deliberatif yang
Pemikiran Habermas sejatinya digagas pula oleh Habermas. Demokrasi
merupakan kritik terhadap Marxisme Deliberatif bukanlah jargon besar yang
dan para generasi awal Mazhab Frankfurt. memfokuskan pada aturan yang mengikat

72 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 72 12/12/19 11:36 AM


warga, melainkan melihat apa yang ada dokumenter ini, Ruang Publik dan
di balik lahirnya peraturan-peraturan Masyarakat Komunikatif menjadi
tersebut. Istilah Demokrasi Deliberatif keniscayaan di dalam masyarakat kita.
memiliki makna yang tersirat yaitu
diskursus, formasi opini, dan aspirasi 4. Hasil dan Pembahasan
politik, serta kedaulatan sebagai prosedur 4.1. Menggeser Paradigma Film
(Hardiman, 2009). Teori ini tidak hanya dari Industri Kebudayaan dan
menaruh perhatian pada keputusan-
Propaganda Menjadi Alat Kritik
keputusan kolektif, melainkan pula
dapat membantu dalam pengambilan Film selama ini dianggap sebagai
keputusan-keputusan politik. Secara produk budaya massa komersial.
tidak langsung, opini-opini publik di Pandangan itu tidak lepas dari pandangan
sini dapat mengklaim keputusan yang para pengagas awal Mazhab Frankfurt
membuat masyarakat mematuhinya. seperti Adorno, Horkheimer, Mercuse,
Dalam pandangan Habermas, Demokrasi dan Formm. Sebagaimana telah diuraikan
Deliberatif ingin meningkatkan intensitas pada bagian persepektif teori, para filsuf
partisipasi warga negara dalam proses Jerman keturunan Yahudi ini melihat
pembentukan aspirasi dan opini agar langsung fenomena media (film, musik,
kebijakan yang dirumuskan oleh mereka radio, dan televisi) di Amerika Serikat
yang memegang mandat mendekati setelah dipaksa hijrah dari Jerman
harapan pihak yang diperintah. Deliberasi akibat tekanan Nazi pada 1933. Saat
semakin intens melalui diskursus publik itu korporasi-korporasi besar tanpa
ini merupakan jalan untuk mewujudkan dicampuri oleh negara, memproduksi
hakikat demokrasi (dari rakyat, oleh berbagai bentuk tayangan hiburan, seperti
rakyat, dan untuk rakyat) film, musik, radio, dan televisi). Kondisi
Demokrasi Deliberatif menempatkan inilah yang kemudian memunculkan
kedaulatan rakyat mampu mengendalikan budaya massa komersial sebagai ciri dari
keputusan-keputusan mayoritas. Dengan masyarakat kapitalis. Pada saat yang sama
begitu, rakyat mampu mengkritisi para pemikir Mazhab Frankfurt, seperti
kebijakan atau keputusan yang dibuat Horkheimer dan Adorno, memfokuskan
oleh mereka yang memegang mandat studinya pada budaya kritis ini. Dari
(Hardiman, 2009). Pada tahap inilah, sinilah lahir istilah “industri kebudayaan”
masyarakat irasional telah bertransformasi sebagai padanan dari industrialisasi dan
menjadi masyarakat rasional dengan komersialisasi budaya di bawah ketiak
berani mengkritisi kebijakan yang Kapitalisme.
dikeluarkan penguasa. Aspirasi atau Film atau tontonan, terutama film-
opini publik di sini memiliki fungsi untuk film hollywood, adalah salah satu produk
mengendalikan politik atau kebijakan utama dari industri kebudayaan, yang
formal. tanpa disadari kehadirannya sebagai
Awalnya, film dipandang sebagai konsumsi sehari-hari kelas pekerja.
bagian dari produk budaya kapitalisme. Mereka yang seharian bekerja akan
Namun, dalam konteks Sexy Killers, menjadikan tontonan di televisi sebagai
paradigma itu bergeser. Melalui film hiburan di malam hari saat pulang,

Yugha Erlangga 73

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 73 12/12/19 11:36 AM


sebelum akhirnya terlelap, untuk Film propaganda adalah tontonan
kemudian kembali menjalani rutinitas esok yang bersifat satu arah. Tidak ada
harinya. Mereka tanpa sadar dieksploitasi. kesempatan bagi penonton untuk
Tontonan televisi maupun film bioskop bertindak komunikatif. Penguasa seolah
merupakan industri kebudayaan yang menutup Ruang Publik karena khawatir
merupakan bisnis dan berorientasi laba. munculnya intrepretasi sejarah baru di
Tujuannya jelas mencari untung dengan luar sejarah resmi yang dipegang oleh
menjual rating atau jumlah penonton pemerintah Orde Baru. Melalui film
kepada pengiklan. propaganda seperti Pengkhianatan G
Tak hanya tontonan yang bersifat 30 S PKI dan lanjutannya, film Djakarta
hiburan yang mengeksploitasi. Film 1966 (1988), kehidupan sosial diatur oleh
tertentu bahkan digunakan oleh elemen- sebuah kerangka logika dan retorika tak
elemen masyarakat modern, mulai dari masuk akal, yang dari waktu ke waktu
negara, organisasi birokratis, hingga pasar menjungkirbalikkan norma politik negara,
justru menghalangi dialog itu terjadi sistem pendidikan dan pengetahuan
di Ruang Publik. Sebuat saja film-film umum di sekolah, berikut media massa,
propaganda, seperti Pengkhianatan G 30 hingga kehidupan sehari-hari (Heryanto,
5 PKI (1984) karya Arifin C. Noer. Karya 2017).
yang sering dikategorikan dokudrama Pascareformasi 1998, film
ini adalah film yang mengangkat situasi Pengkhianatan G 30 S PKI sempat
politik yang genting di tahun 1965, d i h e n t i ka n p e n aya n ga n nya o l e h
tentang penculikan enam orang jenderal Pemerintah B.J. Habibie melalui Menteri
dan satu orang perwira oleh pasukan Penerangan saat itu Yunus Yosfiah
Cakrabirawa. Narasi film berdurasi 271 (Historia, 2018). Baru pada 2003, film
menit mengacu pada satu versi sejarah dokumenter Shadow Play: Indonesia’s
yang bertujuan untuk menglorifikasi Year of Living Dangerously karya Chris
sosok Suharto sebagai pahlawan. Film Hilton, The Act of Killing (Jagal) pada
ini menjadi tontonan yang diulang setiap 2012 dan The Look of Silence (Senyap)
menjelang Hari Kesaktian Pancasila pada 1 pada 2014 karya sutradara Joshua
Oktober. Cara kerja penguasa di mana film Oppenheimer hadir sebagai antitesis
dan siaran radio dijadikan propaganda terhadap narasi besar yang selama
massal berjalan sangat aktif di era NAZI ini dibangun oleh penguasa terhadap
melalui Joseph Goebbels. Rusaknya logika peristiwa 1965. Antitesis terhadap isu
serta retorika antikomunisme dalam utama di Ruang Publik ini pula yang ingin
masyarakat kita merupakan tanggung disasar oleh film Sexy Killers.
jawab negara dalam negara yang telah Konsep kritik yang linear dengan
merekayasanya dalam berbagai bentuk. kondisi Indonesia tidak dapat dipisahkan
Di wilayah mental atau psikologis, cuci- dengan budaya dan era pembangunan
otak berlangsung lewat penataran, pidato (Susetiawan, 1997: 4). Kritik dalam film
resmi, pelajaran sejarah resmi, media dokumenter Sexy Killers erat kaitannya
massa, museum, dan monumen, serta, dengan jargon pembangunan infrastruktur
terakhir dan yang terpenting adalah film di era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf
(Heryanto, 2017). Kalla sepanjang 2014-2019. Salah satunya,

74 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 74 12/12/19 11:36 AM


Program listrik 35ribu Megawatt adalah tayangnya Yang Ketu7uh (Sasono, 2014).
manifestasi dari era pembangunan yang A n t u s i a s m e p u b l i k te r h a d a p
dimaksud. Yang Ketu7uh tidak berhenti setelah
Awalnya, film dipandang sebagai penayangan di Kota Tua atau jaringan
bagian dari produk budaya kapitalisme. bioskop saja. Setelah beberapa waktu
Namun, dalam konteks Sexy Killers, hak ciptanya dimiliki oleh KompasTV,
paradigma itu bergeser. Melalui film kini Yang Ketu7uh bisa diakses langung
dokumenter ini, Ruang Publik dan melalui kanal Youtube. Per 31 Juli, film
Masyarakat Komunikatif menjadi tersebut sudah diakses sebanyak 263 ribu
keniscayaan di dalam masyarakat kita. penonton. Jumlah yang terhitung besar
untuk sebuah film dokumenter yang
4.2 Film Dokumenter sebagai berdurasi panjang sekitar 75 menit atau
Pembuka Ruang Publik satu jam lima belas menit.
Yang Ketujuh adalah karya yang
Meski Sexy Killers dirilis pada tahun mengkisahkan pergulatan hidup empat
Pemilu, menurut Dandhy Dwi Laksono narasumber di tengah kemeriahan pesta
sang sutradara, Watchdoc tidak memiliki demokrasi. Keempat narasumber tersebut
agenda wajib untuk merilis film di setiap adalah warga suburban dengan profesi
gelaran pesta demokrasi lima tahunan marjinal seperti petani, pembantu rumah
tersebut. Namun, Pascapemilu tahun tangga, tukang ojek pangkalan, dan petani
2014, film dokumenter pertama mereka penggarap. Film ini mengisahkan dua ruang
Yang Ketu7uh karya pertama diputar berbeda, ruang kehidupan para tokoh dan
perdana dengan menyelenggarakan ruang keriuhan pesta demokrasi. Ruang
acara nobar (nonton bareng) di Museum para tokoh memvisualkan kehidupan
Fatahillah, kawasan Kota Tua, Jakarta, sehar-hari, bergelut dengan keterbatasan
pada 16 Agustus 2014. Bekerja sama upah, sempitnya tempat tinggal, hingga
dengan lembaga riset Katadata, animo harapan-harapan di masa depan. Ruang
penonton membludak hingga 3000 lainnya menggambarkan tentang alur
penonton (Erlangga, 2019). hidup dua kandidat presiden, yaitu
Selain Yang Ketu7uh merujuk pada Prabowo Subianto dan Joko Widodo, dari
pemilihan presiden RI yang ketujuh, film 2009 hingga menuju kontestasi Pemilu
ini juga menjadi film dokumenter ketujuh 2014.
yang pernah tayang secara komersial Ruang  Yang Ketu7uh yang terbagi
di bioskop. Sebelumnya, ada Student ke dalam kontras kemeriahan pesta
Movement in Indonesia (Tino Saroengallo, demokrasi dan pergulatan hidup empat
2002), the Jak (Andibachtiar Yusuf dan berfungsi sebagai potongan-potongan
Amir Pohan, 2007), Pertatuhan (Lucky visual yang saling melengkapi. Namun
Kuswandi, Ucu Agustin, Iwan Setiawan, tidak semua sepakat bahwa kedua
Ani Ema Susanti, dan Muhammad Ichsan, ruang itu terintegrasi dalam tayangan
2008), The Conductors (Andibachtiar itu, melainkan berdiri sendiri-sendiri:
Yusuf, 2008), Setelah 15 Tahun (Tino tidak ada adegan yang secara jelas
Saroengallo, 2013), dan Jalanan (Daniel menghubungkan mereka, sehingga
Ziv, 2014), di tahun yang sama dengan masing-masing terisolasi satu sama lain

Yugha Erlangga 75

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 75 12/12/19 11:36 AM


(Putranda, 2014). Bagi sebagian yang lain, Ketika film Belakang Hotel diunggah
film ini berhasil menghadirkan persoalan di kanal Youtube, para warga di kampung-
penting yang selama ini terabaikan yaitu kampung yang difilmkan menggelar
lantangnya suara-suara “orang-orang acara nonton bareng. Sederhananya,
kalah” memasuki ruang publik (Sasono, acara itu membludak karena banyak
2014). penonton ingin melihat aksi mereka
Terlepas dari perdebatan substansi sendiri dalam film. Ternyata tetangga
film, Yang Ketu7uh bisa dikatakan sebagai kampung lain, terutama di kawasan yang
titik tolak terbentuknya Ruang Publik akan mengalami penggusuran akibat
di mana antarindividu berinteraksi, pembangunan apartemen, tergerak
menonton, dan berdiskusi tentang untuk melakukan kegiatan yang sama.
sesuatu yang selama ini dikategorikan Alhasil, agenda nobar film Belakang
sebagai tayangan yang “berat” dan “tidak Hotel berlangsung masif dari kampung ke
menghibur”. Agenda Nobar di Museum kampung. Padahal di sisi lain, Belakang
Fatahillah menunjukan bahwa film bisa Hotel bukanlah tontonan berbayar
menjadi trigger atau pemicu untuk karena bisa diakses gratis di kanal
sebuah diskursus publik melalui diskusi Youtube. Namun, masyarakat justru ingin
setelah film usai ditonton (Erlangga, berdiskusi tentang film dan relevansinya
2019). dengan apa yang mereka rasakan saat
Ruang Publik di sini adalah ruang itu. Seperti yang dikatakan oleh Dandhy
demokratis di mana masyarakat berada sebagai sutradara, bahwa film mereka
dalam diskursus yang membuka lebar pintu hanya pemicu untuk diskusi yang lebih
opini-opini, kepentingan-kepentingan, intens (Erlangga, 2019)
dan kebutuhan-kebutuhan yang bisa Dari sinilah, Ruang Publik terbuka
disampaikan secara diskursif. Dari lebar. Masyarakat tidak hanya berkumpul
definisi inilah, Yang Ketu7uh bukanlah untuk menikmati tontonan hiburan,
awal sekaligus akhir dari perjalanan film seperti halnya budaya layar tancap di
dokumenter Watchdoc yang bermuatan masa lalu. Pemutaran Belakang Hotel
advokasi yang terdiri atas kritik terhadap telah mengubah premis bahwa publik
kebijakan penguasa. lebih menyukai tontonan “ringan” dan
Kurang dari setahun, di akhir “menghibur” karena memang tidak
2014, Watchdoc kembali merilis film ada pilihan lain di televisi atau saluran
dokumenter terbaru di kanal Youtube tontonan lain. Premis itu patah karena di
berjudul Belakang Hotel. Film yang dibuat Yogyakarta, pada 2014, acara menonton
atas kerja sama dengan Komunitas Warga bareng berlangsung secara masif. Film
Berdaya di Yogyakarta ini menyoroti itu secara tidak langsung membuka mata
menjamurnya pembangunan hotel di pimpinan daerah, dalam hal ini Gubernur
wilayah Yogyakarta yang merugikan DI Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono
masyarakat sekitar akibat keringnya air X. Sultan mengapresiasi film dokumenter
tanah. Masifnya Pembangunan hotel ini berdurasi 40 menit itu sebagai karya yang
diiringi oleh penyedotan air besar-besaran menyadarkan publik tentang kerusakan
demi kebutuhan operasional dan tamu lingkungan akibat maraknya pembangunan
hotel. hotel di Yogyakarta (Tempo, 2015).

76 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 76 12/12/19 11:36 AM


Cita-cita Dandhy, sebagai sutradara, Lembata, Mahuze, dan lain-lain. Dengan
agar film-film bermuatan advokasi keterbatasan peralatan dan akses Internet
yang dirilis Watchdoc mampu menjadi di beberapa wilayah, Dandhy dan Ucok
pemicu terwujudnya diskursus publik mengunggah film-film tersebut di lokasi
semakin menemukan jalannya. Jalan liputan. Namun, tidak semua hasil
yang dimaksud adalah berlangsungnya dokumentasi selama perjalanan Ekspedisi
Ekspedisi Indonesia Biru, sebuah Indonesia Biru langsung diolah menjadi
perjalanan bersepeda motor selama film. Beberapa isu besar, terutama
setahun mengelilingi Indonesia sekaligus industri sawit dan tambang batu bara,
meliput isu-isu lingkungan. diendapkan selama tiga hingga empat
tahun untuk melengkapi kekurangan data
4.3 Sexy Killers, Alat Kritik, dan sekaligus memperbesar magnitudo efek
Keniscayaan Masyarakat tayangannya.
Komunikatif Sexy Killers dibangun atas dasar
kolaborasi dan gotong royong. Hal
Sebelum Sexy Killers dirilis, jejak
itu dilakukan untuk memperkuat isu
Watchdoc dalam memproduksi film
kerusakan lingkungan akibat tambang
dokumenter cukup intens. Rumah
batu bara bisa lebih komprehensif.
produksi yang didirikan Dandhy bersama
Berbeda dengan film Samin vs Semen, Kala
Andy Panca Kurnia ini terhitung produktif.
Benoa, atau Mahuze yang bisa fokus pada
Hingga tahun 2019, Watchdoc telah
satu titik lokasi, di mana isu lingkungan
memproduksi 125 episode dokumenter
terjadi. Film Samin vs Semen mengangkat
dan 540 feature televisi. Empat puluh
persoalan konflik antara masyarakat
video di antaranya dapat penghargaan.
Samin dengan perusahaan Semen
Sebagian besar, meski bersifat komersial,
Indonesia. Film Kala Benoa mengangkat
film-film karya Watchdoc tidak pernah
perlawanan terhadap reklamasi pantai di
jauh dari isu sosial, lingkungan hidup,
Pulau Bali. Sedangkan Mahuze menyoroti
politik, dan hukum, seperti Kiri Hijau
kebijakan pangan ambisius pemerintah
Kanan Merah (2010) tentnag aktivis
melalui Merauke Integrated Food and
HAM Almarhum Munir Said Thalib dan
Energy Estate (MIFEE) melawan kearifan
Alkinemokiye (2012) tentang kehidupan
lokal pangan masyarakat Papua. Ketiga
pekerja tambang Freeport.
film di atas memang dirancang untuk
Sexy Killers sendiri tidak bisa
menjadi tuan rumah di wilayahnya sendiri
dilepaskan dari Ekspedisi Indonesia Biru
dan nyatanya berhasil menginspirasi
yang dilakukan pada 2015. Perjalanan
dan menggerakkan diskursus di Ruang
yang dilakukan oleh dua jurnalis,
Publik, melalui kegiatan menonton
Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Az
bareng dan diskusi intens membedah
(Ucok), itu mengelilingi Indonesia dari
film-film tersebut. Namun, Sexy Killers
1 Januari hingga 31 Desember 2015
membutuhkan jangkauan yang lebih luas
sekaligus meliput isu-isu lingkungan di
dan tidak bisa hanya menyoroti satu lokasi.
beberapa titik lokasi yang dilintasinya.
Kekuatan Sexy Killers ada pada
Sepanjang ekspedisi, Dandhy dan Suparta
kemampuannya memetakan jalur
menelurkan 12 film dokumenter, dimulai
distribusi batu bara dari hulu hingga
dari Samin vs Semen, Kala Benoa, Lewa di

Yugha Erlangga 77

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 77 12/12/19 11:36 AM


hilir yang masing-masing memberikan pencemaran akibat tumpahnya bagian
dampak kerusakan lingkungan, kerugian batu bara ke laut.
materil, hingga korban jiwa yang tidak Kondisi lebih pilu bisa ditemukan di
sedikit. Dimulai dari Kalimantan Timur, hilir, atau tepatnya di kawasan PLTU-PLTU
Sexy Killers langsung menyorot kamera berdiri, seperti di Kabupaten Batang, Jawa
pada lubang-lubang galian bekas tambang Tengah; Kabupaten Cirebon, Jawa Barat;
yang kini sudah bersalin rupa menjadi Kabupaten Buleleng, Bali; Kota Palu,
kubangan mirip danau besar. Kubangan itu Sulawesi Tengah. Tidak hanya kerusakan
ditinggalkan begitu saja oleh perusahaan lingkungan seperti produktivitas tanaman
tambang tanpa melakukan reklamasi. yang menurun, populasi ikan yang
Dampaknya sungguh pilu. Sejumlah anak semakin sedikit, hingga munculnya
tewas tenggelam saat bermain di lubang penyakit infeksi saluran pernapasan
tambang tanpa ada satu pihak pun mau hingga kanker.
bertanggung jawab. Kepiluan lain dapat Sexy Killers tidak hanya membabarkan
dilihat dari jerat hukum bagi mereka kritik dengan menampilkan sejumlah
yang ingin membela haknya atas lahan korban kebijakan penambangan baru
sendiri. Film ini di antaranya mengangkat bara hingga pendirian PLTU. Film ini
kisah Nyoman Derman, transmigran juga memberikan alternatif tentang
asal Negara, Bali, yang menggarap pengembangan energi terbarukan tidak
lahan sejak 1980 di desa Kertabuana, lagi mimpi melalui sosok I Gusti Ngurah
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Agung Putradhyana atau Gung Kayon,
Namun, kehadiran perusahaan tambang yang melakukan konversi panas sinar
mengusik lahannya dengan merusak matahari menjadi energi listrik. Gung
jalur air. Protes Nyoman berujung Kayon menggunakannya mulai dari
pada penangkapan karena mengganggu skala pribadi dan rumah tangga. Mimpi
operasional perusahaan lantas dipenjara besarnya, Indonesia yang berlimpah
selama tiga bulan. Sanksi hukum yang cahaya matahari ini bisa mandiri dengan
diterima Nyoman membuat petani lain energi terbarukan.
memilih bungkam. Peta dari hulu ke hilir inilah yang
Sorotan kamera tidak berhenti di kemudian memberikan kekuatan pada
hulu. Tongkang pengangkut batu bara Sexy Killers sebagai film yang utuh.
berlayar dari Sarmarinda, Kalimantan Mirip dengan film Asimetris (2018),
Timur, menuju Pulau Jawa. Kapal-kapal yang menyorot industri kelapa sawit di
besar itu mendistribusikan pasokan sejumlah daerah, tidak hanya Kalimantan
batu bara demi hidupnya turbin PLTU Barat, melainkan pula Jambi dan Papua.
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di Jawa. Saat melakukan ekspedisi, Dandhy dan
Namun, jalur distribusi tongkang batu Ucok hanya berhasil menangkap kondisi
bara itu melintasi kawasan konservasi yang terjadi di Kalimantan Timur atau
Kepulauan Karimun Jawa. Hilir mudiknya bagian hulu dari keseluruhan cerita
tongkang berakibat buruk pada kondisi Sexy Killers. Dandhy berpendapat
terumbu karang yang hancur akibat bahwa sorotan pada satu titik wilayah
aktivitas kapal pengangkut emas hitam hanya membuat film dokumenternya
itu, seperti melepas jangkar hingga nanti mudah dipatahkan. Sehingga,

78 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 78 12/12/19 11:36 AM


diperlukan areal liputan yang lebih bagi kegiatan pasar modal sejumlah
luas dan mendalam. Ia endapkan dulu perusahaan batu bara. Di kubu seberang,
pengembangan Sexy Killers karena selain Prabowo dan Sandiaga sendiri
memang tidak ada tuntutan deadline yang menguasai kepemilikan sejumlah
dalam pengerjaannya (Erlangga, 2019). perusahaan energi batu bara, lingkaran
Seperti halnya pengerjaan film-film terdekat pasangan Prabowo Subianto-
mereka sebelumnya seperti Belakang Sandiaga Uno, juga tidak lepas dari
Hotel. Maka, Sexy Killers juga hasil dari kepemilikan saham di perusahaan
kerja kolaboratif dan gotong royong energi ini, seperti adik Prabowo, Hashim
dengan berbagai pihak di antaranya Djojohadikumo, dan direktur relawan
Jatam (Jaringan Advokasi Tambang), BPN (Badan Pemenangan Nasional) kubu
Green Peace, juga komunitas nelayan Prabowo-Sandi, Ferry Mursyidan Baldan.
yang melakukan perlawanan terhadap Menampilkan infografis dalam film
tongkang-tongkang batu bara (Beritagar, tentang oligarki kepemilikan batu bara
2019). ini mirip dengan cara yang dilakukan
Bagian terpentingnya, Sexy Killers oleh sutradara Michael Moore dalam
berhasil memetakan oligarki dalam isu film Sicko. Dalam film dokumenter yang
lingkungan ini. Melalui tampilan infografis, dirilis pada 2007, Moore menampilkan
film ini menampilkan kepemilikan saham grafis yang menyoroti keterikatan anggota
dari masing-masing perusahaan energi parlemen dengan industri farmasi
batu bara yang juga berkaitan dengan yang menyokongnya. Dalam grafisnya,
PLTU-PLTU. Lantas muncullah nama- tiap orang ditandai atau diberi simbol
nama elite politik yang saat itu sedang untuk menunjukkan mereka mendapat
berkompetisi dalam Pemilihan Presiden sumbangan dari pihak mana saja. Secara
2019. Infografis itu menunjukkan bahwa visual, grafis yang dirancang Moore dalam
kedua kubu kandidat memiliki jabatan Sicko memiliki efek yang kuat terutama
atau kepemilikan dalam perusahaan. kepada elite politik yang kongkalikong
Rangkaian infografis itu juga menunjukkan dengan perusahaan farmasi.
bahwa dalam persoalan politik di Film Sexy Killers yang tadinya berdurasi
permukaan mereka berkompetisi dalam sekitar dua jam lebih, dipotong menjadi 1
Pemilu, namun dalam ranah bisnis jam 32 menit, lalu finalnya menjadi hanya
mereka saling berkaitan satu sama lain. berdurasi 88 menit (Beritagar, 2019).
Figur-figur lingkaran utama pasangan Dandhy sadar bahwa premis utama
calon nomor satu, Joko Widodo-Ma’ruf Sexy Killers adalah menggambarkan peta
Amin, seperti Luhut Binsar Pandjaitan, oligarki Indonesia, khususnya dalam
Hary Tanoesoedibjo, Oesman Sapta kebijakan energi. Bagi Dandhy, sang
Odang, Andi Syamsudin Arsyad, hingga sutradara, jika persoalan energi batu bara
Jusuf Kalla, memiliki kepemilikan saham ini tentang oligarki, maka bicara yang
atau terkait dengan perusahaan tambang tepat tentang oligarki kekuasaan adalah
batu bara. Calon wakil presiden Joko saat Pemilu berlangsung. Pemilihan
Widodo, K.H. Ma’ruf Amin juga tidak waktu penayangan perdana dimulai saat
lepas dari sorotan karena MUI lembaga minggu tenang, saat di mana semua
yang dipimpinnya memberi stempel halal perdebatan wacana antarpendukung dua

Yugha Erlangga 79

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 79 12/12/19 11:36 AM


calon presiden mengalami “shut-down”. yaitu Inggris, Korea Selatan, Amerika
Uniknya, Sexy Killers justru mengangkat Serikat, Singapura, Jerman, Jepang,
persoalan lingkungan hidup, isu periferi Cile, dan Turki secara berurutan dalam
dibandingkan dengan isu-isu HAM atau peringkat di bawah Indonesia dengan
toleransi. Karena itu, menurut Dandhy jumlah pendengung (buzzer) terbanyak
selaku sutradara, isu pinggiran akan bisa (Purnama, 2019). Sedangkan di Indonesia
terseret arus utama jika memanfaatkan sendiri, kota Jakarta menempati posisi
momentum Pemilu Serentak 2019 tertinggi untuk wilayah dengan jumlah
(Erlangga, 2019). mention Sexy Killers terbanyak dengan
Pada saat yang sama, perdebatan 2131 kali. Disusul kota pelajar, Yogyakarta,
antarkandidat terutama di level bawah dan kota kembang, Bandung, dengan
semakin jauh dari substansi persoalan selisih keduanya sebanyak 61 mention
yang dekat dengan realitas. Perdebatan (Purnama, 2019)
absurd seperti saling klaim jumlah Fakta dan data terkait animo publik
pendukung di Gelora Bung Karno, dinilai terhadap Sexy Killers menunjukkan kian
Dandhy perlu dikembalikan lagi menuju terbukanya Ruang Publik di Indonesia,
diskursus publik yang lebih substansial sekaligus keniscayaan terhadap eksistensi
(Erlangga, 2019). Demokrasi Deliberatif. Kemunculan
Ia pun memutuskan untuk Demokrasi Deliberatif ini ditandai dengan
mengunggah film Sexy Killers tiga hari intensitas partisipasi warga negara dalam
menjelang pencoblosan. Efeknya sungguh pembentukan aspirasi atau opini, melalui
di luar dugaan. Sexy Killers meraih jumlah fenomena nobar Sexy Killers hingga perang
1,5 penonton dalam waktu dua hari opini di media sosial. Penayangan Sexy
setelah diunggah. Jumlah ini tentu tidak Killers semakin mendorong opini publik,
bisa dibandingkan dengan konten-konten terutama terkait kelestarian lingkungan
dari kreator Youtube populer lain, karena hidup, untuk memengaruhi pemegang
Sexy Killers bukanlah materi “menghibur’. kekuasaan agar merumuskan kebijakan
Angka yang di luar dugaan karena hanya yang berpihak pada isu lingkungan.
dua film Watchdoc yang mendapatkan Dalam pandangan Habermas,
animo penonton lebih dari 1 juta itu pun Demokrasi Deliberatif ingin meningkatkan
harus menunggu selama satu tahun lebih intensitas partisipasi warga negara
dari pertama kali diunggah (Erlangga, dalam proses pembentukan aspirasi dan
2019). opini agar kebijakan yang dirumuskan
Sejak 5 hingga 13 April 2019, nobar oleh mereka yang memegang mandat
Sexy Killers tercatat di 476 titik di seluruh mendekati harapan pihak yang diperintah.
Indonesia, dengan sebaran penonton Deliberasi semakin intens melalui
mencapai 30 hingga 50 di tiap titik diskursus publik ini merupakan jalan
(Suara, 2019). Keriuhan Sexy Killers juga untuk mewujudkan hakikat demokrasi
terjadi di dunia maya sebagai manifestasi (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
konsep Ruang Publik di era digital. Data rakyat) Sinisme terhadap keberimbangan
Drone Emprit Academik menunjukkan Sexy Killers sendiri dapat dengan mudah
percakapan seputar Sexy Killers di Twitter dipatahkan oleh adagium lama dari
mengemuka sejumlah negara di dunia, jurnalis Amerika Serikat pada era

80 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 80 12/12/19 11:36 AM


1950-an, Edward R. Murrow, yang Sebuah tayangan yang memiliki
menegaskan bahwa film dokumenter konten serius pun dapat menyedot
tidak harus merepresentasikan realitas perhatian publik asalkan memenuhi
yang berimbang. Jadi, menurut Murrow, sejumlah syarat. Pertama, isu yang
jika ada yang mempertanyakan itu, maka diangkat adalah sesuatu yang baru
kita bisa menanyakan sebaliknya: sejauh atau tidak terjamah selama ini. Kedua,
mana mereka memahami arti realitas dan pemilihan realitas di lapangan terkait
keberimbangan itu sendiri (Aufderheide, pihak-pihak yang menjadi bagian dari
2007). Kehadiran Sexy Killers diklaim film. Faktor kedua ini menunjukkan
memberikan dampak elektoral pada kedua bagaimana Sexy Killers dengan tepat
kandidat. Namun, Direktur Program Saiful memilih sosok petani Nyoman Derman
Mujani Research Center (SMRC) Sirojudin hingga Mat Juri nelayan asal Karimun
Abbas menyebut film dokumenter Jawa sebagai korban dari pembangunan
tersebut tidak memberikan dampak PLTU dan penambangan batu bara.
yang signifikan karena persoalan batu Tepatnya pemilihan figur dalam Sexy
bara bukan khas Indonesia, melainkan di Killers ini mirip dengan yang dilakukan
semua negara-negara berkembang yang oleh Joshua Oppenheimer saat memilih
mengandalkan energi dari “emas hitam” Anwar Congo, pelaku pembantaian orang-
yang ekonomis tersebut (Gatra, 2019). orang yang diduga PKI di Sumatera Utara,
Bahkan, Pemilu 2019 ini mencatat angka dalam film Act of Killing pada 2012 lalu.
partisipasi pemilih yang meningkat dari Film ini berhasil menggemakan Ruang
75 persen di 2014 menjadi 81 persen di Publik dengan opini-opini, kepentingan-
tahun 2019. kepentingan, dan kebutuhan-kebutuhan
yang bisa disampaikan secara diskursif.
5. Simpulan Akses tontonan hingga 2,4 juta hingga
akhir Juli 2019 menunjukkan bahwa
Film dokumenter, yang selama ini
ketertarikan publik terhadap isu-isu
dianggap sebagai produk yang serius
yang dekat pada kehidupan mereka
dan tidak disukai publik, berjudul Sexy
ternyata sangat besar. Namun, diperlukan
Killers, justru mampu berperan sebagai
penelitian lanjutan, terutama sejauh
alat kritik yang efektif terhadap dua
mana sebuah tayangan visual yang
kandidat yang sedang berkompetisi.
bermuatan kritik mampu mempengaruhi
Film ini membuka mata publik dengan
elektabilitas kandidat secara terukur dan
menunjukkan kerusakan lingkungan yang
kuantitatif, terutama di wilayah yang
diakibatkan oleh kebijakan penambangan
terpapar langsung oleh kebijakan energi
batu bara yang melibatkan elite-elite
batu bara tersebut.
politik.

Yugha Erlangga 81

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 81 12/12/19 11:36 AM


DAFTAR PUSTAKA

Aufderheide, Patricia. (2007). Documentary Film: A Very Short Introduction. United


Kingdom: Oxford.
Ayawaila, Gerzon R. (2008). Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi. Jakarta: FFTV-IKJ
Press
Cook, David A. (1990).  A History of Narrative Film, 2nd edition. New York:  W. W.
Norton,
Hardiman, F. Budi. (2009). Buku Teori Kritis Sekolah Frankfurt. Jakarta: Gramedia
Haris, Syamsuddin (ed.). (2016). Pemilu Nasional Serentak 2019. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Heryanto, Ariel (2017). Film, Teror Negara, dan Luka Bangsa. Historia. Diakses dari
http://www.historia.id
Isnaneni, Hendri F. (2018). Orang-orang di Balik Penghentian Penayangan Film
Pengkhianatan G30S/PKI . Historia.id. Diakses dari http://www.historia.id
Jusuf, Windu. (2014). Sang Patriot: Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan
Sang Jendeal. Cinemapoetica. Diakses dari http://www.cinemapoetica.com
Laksono, Dandhy Dwi. (2019, 30 Juli). Film sebagai Alat Kritik Kandidat dalam Pemilihan
Presiden 2019. (Y. Erlangga, intervierwer)
Purnama, Yuli Finsensius. (2019). Hari Sexy Killers Sedunia. Timesjatim. Diakses dari
http://www.m.timesjatim.com

Putranda, Pandji. (2014). Yang Ketu7uh: Selesai Pesta, Lalu Apa? Cinemapoetica.
Diakses dari http://www.cinemapoetica.com

Ritzer, George. (2007).  The Blackwell Encyclopedia of Sociology. Massachusetts:


Blackwell Publishing
Sanita, Meigitaria. (2019). Film Sexy Killers Tak Pengaruhi Jumlah Golput. Gatra. Diakses
dari http://www.gatra.com
Sasono, Eric (2014). Politik Hal Ihwal dan Film Dokumenter. Historia. Diakses dari
http://www.historia.id
Sindhunata. 2019. Teori Kritis Sekolah Frankfurt: Teori Kritis Sekolah Frankfurt. Jakarta:
Gramedia
Susetiawan. (1997). Harmoni, Stabilitas Politik dan Kritik Sosial. UNISIA NO. 32/XVII/
IV, halaman 3-16
Triyono, Heru. (2019). Dandhy Laksono: So what kalau Sexy Killers bikin golput.
Beritagar. Diakses dari http://www.beritagar.id
Zakaria, Anang. (2015). Gara-gara Tonton ‘Di Belakang Hotel’ Sultan Jadi Sadar. Tempo.
Diakses dari http://www.tempo.co

82 Jurnal Adhyasta Pemilu

01 JURNAL BAWASLU 2019 CETAK.indd 82 12/12/19 11:36 AM

Anda mungkin juga menyukai