dan oleh pihak-pihak yang secara sukarela memiliki kesamaan visi dan misi DKPP.
VISI:
1) Diseminasi kebijakan, program dan gagasan DKPP selaku lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode
etik Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu (Pasal 1 ayat (22) UU
15/2011).
2) Expose hasil kajian dan penelitian terkait urgensi penegakan kode etik bagi penyelenggara negara dan upaya
menata kembali sistem kepemiluan di Indonesia menuju negara demokrasi modern.
MISI:
Volume 1, Nomor 4, Desember 2015 Terbitnya Jurnal Ilmiah (Nasional + Internasional) tentang Etika dan Pemilu sebagai University of Industry Democracy.
M
ukadimah DEKLARASI UNIVER- “Pembebasan Perempuan (2007)”. Ia
SAL HAK-HAK ASASI MANUSIA menyampaikan suatu pandangan tentang
yang diterima dan diumumkan perempuan dalam Islam. Menurutnya,
oleh Majelis Umum Perserikatan ayat-ayat Al Qur’an yang membicarakan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 10 hak-hak perempuan dan laki-laki tidak
Desember 1948 melalui resolusi 217 A membeda-bedakan jenis kelamin atau
(III) menyatakan, bahwa bangsa-bangsa kodrat yang dibawa sejak lahir. Ia juga
dari Perserikatan Bangsa-Bangsa di melihat, adanya kontradiksi di dalam Al
dalam Piagam Perserikatan Bangsa- Qur’an merefleksikan kontradiksi dalam
Bangsa telah menegaskan kembali situasi yang kompleks pada waktu
kepercayaan mereka pada hak-hak diturunkannya Al Qur’an (Engineer,
dasar dari manusia, akan martabat dan 1999: 238).
nilai seseorang manusia dan akan hak- Namun, dalam praktik dan penerapan
hak yang sama dari laki-laki maupun ajaran Islam, menurut Asghar tidak
perempuan, dan telah memutuskan sedikit umat Islam justru menunjukkan
akan mendorong kemajuan sosial dan kenyataan yang berbeda dengan apa
tingkat hidup yang lebih baik dalam yang sudah digariskan Al-Qur’an. Kese-
kemerdekaan yang lebih luas. taraan yang dijunjung tinggi oleh Al
Jauh sebelum itu, pada pertengahan Qur’an tidak dapat direalisasikan dalam
abad ke-19, gerakan perempuan sudah kehidupan nyata. Apa yang ditafsirkan
mulai muncul di Amerika. Tuntutannya Asghar seirama dengan catatan
adalah emansipasi persamaan hak serta sejarah perempuan di dunia. Faktanya,
penghapusan diskriminasi terhadap perempuan terus mengalami kenyatan
kaum perempuan. Tuntutan itulah yang pahit dari zaman ke zaman (dahulu
menjadi embrio dari gerakan perempuan hingga zaman sekarang). Perempuan
yang dikenal dengan feminisme. terus dinisbatkan sebagai kaum yang
Pada 19 – 20 Juli 1848, Lucretia Mott tidak berdaya, lemah dan selalu menjadi
dan Elizabeth Cady Stanton menggelar yang “ke-2" atau dalam istilah jawa
Konvensi yang membahas tentang hak “konco wingking (teman di belakang)”.
sosial, sipil dan agama kaum perempuan. Berbagai bentuk diskriminasi dan
Konvensi menghasilkan “The Declaration perlakuan yang tidak adil diterima oleh
of Sentiment”. Upaya terus berlanjut kaum perempuan.
dengan membentuk National Women Pada rentang waktu 32 tahun di
Suffrage Association (NWSA) dengan bawah rezim Orde Baru membuat para
mengajukan amandemen konstitusi perempuan menjadi amat apolitis dan
untuk hak suara bagi kaum perem- takut untuk terjun kembali ke ranah
puan. Dalam waktu bersamaan, politik. Ranah politik dan kepemimpinan
organisasi serupa dideklarasikan, seolah hanya menjadi ruang bagi para
bernama; American Women Suffrage laki-laki. Ruang politik dianggap banal,
Association (AWSA). Tujuannya sama keras, saling sikut dan kotor bagi
memperjuangkan hak suara bagi kaum perempuan. Maka menjadi wajar bila
perempuan untuk ikut memilih. para perempuan akan berpikir ratusan
Asghar Ali Engineer, seorang pemikir kali untuk bekerja dan berjuang di arena
feminis Muslim dari India, menulis politik. Hal ini kemudian berimbas pada
buku “ The Qur’an Women and Modern jumlah kepemimpinan dan partisipasi
Society” yang kemudian diterjemahkan perempuan dalam ruang politik formal,
dan diterbitkan LKiS dengan judul seperti di parlemen atau dalam tatanan
(1,3%) jumlah perempuan yang terpilih merupakan lingkaran yang dekat dengan
menjadi anggota DPR. Berlanjut pada kekuasaan. Sebanyak 28 di antaranya
Pemilu 2009, 102 perempuan (18%) juga memiliki hubungan darah, ikatan
perempuan terpilih sebagai anggota perkawinan dan hubungan kekerabatan
DPR. (Any Sundari).
Jika dibandingkan dengan negara Memang ada argumentasi yang
lain di dunia, Indonesia memang hanya menyatakan bahwa, tidak dicantum-
menempati peringkat 75. Jauh di bawah kannya kuota 30 persen bagi perempuan
Rwanda (56.3 persen), Andorra (50 dalam Pilkada bukan karena membatasi
persen), dan Kuba (45,2 persen). Namun, kesempatan perempuan dalam Pilkada.
jika dibandingkan dengan negara- Tapi ketiadaan pengaturan kuota tersebut
negara Arab, Indonesia lebih maju, di seakan menjadi modus pembebasan
negara-negara tersebut perempuan baru kembali bagi laki-laki (mayoritas di
memperoleh hak pilih dalam belasan DPR) untuk membonsai keikutsertaan
tahun belakangan. perempuan melalui UU. Kenapa
Dalam perkembangan pemenuhan affirmative action mesti ditegaskan
kuota 30% bagi perempuan yang dalam UU? Sekurang-kurangnya ada
cenderung meningkat pada tiga Pemilu 3 alasan: 1) ketersediaan kuota akan
sebelumnya, Kondisi sekarang justru menegaskan penghargaan atas posisi
sangat disayangkan, karena dalam dan pentingnya peran perempuan,
kontestasi Pilkada serentak, 9 Desember 2) realitas bahwa laki-laki dalam
2015, tidak ada kebijakan affirmative kehidupan sosial, budaya, dan politik
action. Undang-Undang Nomor 8 Tahun telah lebih dominan. Jika kenyataan itu
2015 tentang Perubahan Atas Undang- ditambah dengan tidak mematok kuota
Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang bagi keterlibatan perempuan, maka
Penetapan Peraturan Pemerintah perempuan akan kembali dikebiri. 3)
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Harus pula diakui bahwa laki-laki telah
Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, mengawali peran dalam segala bidang,
Bupati, Dan Walikota, tidak mengatur tapi laki-laki pula yang mengawali
secara khusus tentang kuota 30 persen kesalahan yang menyebabkan hilangnya
kepada perempuan untuk maju dalam hak bagi perempuan. Jika kuota
gelaran Pilkada yang untuk pertama kali perempuan ditiadakan (meski tidak
secara serentak di Negeri ini. Akibatnya, ada larangan). Maka dapat dipastikan
berdasarkan data yang dikeluarkan KPU, perempuan akan disepelekan, jika
jumlah perempuan yang mencalonkan pun terpaksa punya peran – itu hanya
diri sangat minim. keterlanjuran. Kenyataan itu nampak
Berdasarkan data yang dirilis KPU. dari data perempuan dalam Pilkada
Jumlah perempuan yang menjadi Serentak 2015 sebagaimana diuraikan
kontestan pilkada serentak sebesar 7,4% di atas, “Mereka didominasi oleh sosok
atau sebanyak 123 calon perempuan elite yang berlatar belakang legislatif,
dari 1644 calon. Yang menarik, meski petahana dan pengusaha, dan 28 di
prosentasenya amat minim, akan tetapi antaranya juga memiliki hubungan
visi misi dan program yang ditawarkan darah, ikatan perkawinan dan hubungan
oleh para perempuan calon banyak kekerabatan”. Semoga Pilkada Serentak
menyasar pada isu-isu pro perempuan. berikutnya akan lebih baik.
Sayangnya, mereka didominasi oleh
sosok elite yang berlatar belakang
legislatif baik di tingkat lokal maupun
nasional, petahana dan pengusaha yang
This main article contains the main topic selected by Editorial Team; resulting from
Call for Papers program in order to develop a harmony of political dinamics, law
and democracy emerged in community. Bottom up pattern is intended that values of
democracy are literally fundamental, structural and not polarized by desire to build
a state or government that lead to political interest. Bottom up pattern becomes
important because of top down approach as practiced in the new order era, would
only distort aspirations of the people.
6 Vol. 1, Nomor 4, Desember 2015 Jurnal ETIKA & PEMILU
PETA SEBARAN DAN PERSPEKTIF ISU
PEREMPUAN CALON PEREMPUAN PESERTA
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK 20151
ABSTRAKSI/ABSTRACT
Kontestasi perempuan di ranah politik terus berkembang di Indonesia.
Selama kurang lebih tiga kali pemilu yakni tahun 2004, 2009 dan 2014,
perempuan telah mewarnai panggung politik di parlemen nasional dan
menghasilkan berbagai kebijakan yang pro perempuan. Hal ini disebabkan
oleh instrument afirmasi melalui Undang-Undang No 8 Tahun 2012 di
mana partai politik wajib melaksanakan kuota 30 persen perempuan di
dalam daftar tetap calon legislatif. Kondisi ini berbanding terbalik dengan
kontestasi Pilkada serentak, 9 Desember 2015. Tidak ada kebijakan
afirmasi yang memberi dorongan lebih luas pada perempuan untuk maju
pada Pilkada. Tentu ini kemudian berdampak pada minimnya keterwakilan
calon perempuan mengikuti proses pemilihan. Jumlah perempuan yang
mengikuti pilkada serentak hanya sebesar 7,4% atau sebanyak 123 calon
perempuan dari 1644 calon (data terakhir di website KPU per 15 Oktober
2015). Yang menarik, meski prosentasenya amat minim, akan tetapi visi
misi dan program yang ditawarkan oleh para perempuan calon banyak
menyasar pada isu-isu pro perempuan. Sayangnya, mereka didominasi
oleh sosok elite yang berlatar belakang legeslatif baik di tingkat lokal
maupun nasional, petahana dan pengusaha yang merupakan lingkaran
yang dekat dengan kekuasaan. Sebanyak 28 di antaranya juga memiliki
hubungan darah, ikatan perkawinan dan hubungan kekerabatan.
Tabel 2.
Posisi Yang Diperebutkan
Perempuan Calon.
ABSTRAK/ABSTRACT
In the field of politics, especially the local elections, the government has been
working a lot to achieve gender equality between men and women. Within the
rules of the local election organization has been many opportunities opened
for women to take part in the politics. Not just a legislative position, but also
possibly opened for executive positions held by women. The momentum of
local election certainly can be a golden opportunity for women to increase
its role. However, until now the representation of women is still very low.
The results of the study shows that the object of gender equality still not
really happen in politics. Political parties still often discriminate to women.
Political parties are still not dynamic in conducting the internal reforms.
bisa dikatakan cukup besar. Akan pola kedekatan dan pragmatisme masih
tetapi keterwakilan perempuan masih sangat kental. Keadaan seperti itu akan
sangat rendah. Didalam Undang- menghambat perempuan yang tidak
undang No. 8 Tahun 2015 tentang memiliki akses ke partai, birokrasi,
Pemilihan Gubernur, Bupati dan dan sumber-sumber ekonomi. Dalam
Walikota belum memberikan ruang artian, perempuan akan mengalami
satu ayat pun yang menyinggung banyak kesulitan ketika tidak memiliki
afirmasi kepada perempuan dalam kedekatan dengan elite partai maupun
pencalonan kepala daerah. Sampai elite kekuasaan.
saat ini di lembaga eksekutif sama Menurut Musdah Mulia, seorang
sekali tidak ada gubernur perempuan. Tokoh Perempuan Nasional, rendahnya
Sementara itu, wakil gubernur baru partisipasi politik perempuan, terma-
diisi oleh satu perempuan di Papua suk didalamnya pilkada diakibatkan
barat. Sedangkan, 620 jabatan bupati, oleh faktor internal dan eksternal.
walikota dan wakilnya, hanya 36 posisi Faktor eksternal yang menghambat di
yang diisi oleh perempuan.12 Dalam antaranya:
pencalonan perempuan untuk maju 1. Partai politik masih memiliki
dalam pilkada yang akan dilakukan pandangan yang rendah terhadap
serentak 9 Desember mandatang, juga perempuan dan masalah perem-
masih terbilang rendah. Dari 1.604 puan (unsensitive gender).
calon yang sudah ditetapkan oleh KPU 2. Partai politik belum intensif
pada 3 Agustus lalu, hanya ada 119 memberikan pendidikan politik
perempuan yang terlibat didalamnya, kepada masyarakat, khususnya
atau setara dengan 7,4 persen.13 perempuan.
Rendahnya representasi 3. Partai politik memiliki mekanisme
perempuan dalam pilkada ini tidak pengkaderan yang lebih memihak
terlepas dari sifat maskulin ranah politik laki-laki.
selama ini. Politik masih menjadi dunia 4. Partai politik masih didominasi
belantara bagi perempuan, didukung oleh pemikiran laki-laki (male
tidak adanya kebijakan afirmasi domain).
perempuan dalam pilkada. Selain itu, 5. Partai politik memperlakukan
partai politik juga berpengaruh besar perempuan tidak lebih sebagai
terhadap representasi perempuan obyek dan sebatas alat mobilisasi
dalam pilkada. Hingga saat ini, partai (pengerahan) rakyat saja.
politik masih belum dinamis dalam 6. Aturan yang melarang anggota
melakukan reformasi internal. Dalam dan pengurus parpol direkrut
hal perekrutan calon kepala daerah, dari PNS, sementara kebanyakan
12
Politik Indonesia. “Pilkada Serentak, Momentum perempuan yang pandai biasanya
Peningkatan Peran Perempuan” dalam http://www. sudah menjadi PNS.
politikindonesia.com/index.php?k=politik&i=67905-
Pilkada-Serentak,-Momentum-Peningkatan-Peran-
7. Diskriminasi terhadap perempuan
Perempuan--. Diakses 23 November 2015. 13: 13. yang terjadi selama ini membuat
13
Otonomi Daerah. “Pencalonan Perempuan di garis start (mulai) yang berbeda
Pilkada” dalam http://otda.kemendagri.go.id/index.
php/berita-210/2301-pencalonan-perempuan-di-pilkada. antara laki-laki dan perempuan.
Diakses 23 November 2015. 15:45. Sementara faktor internal yang
ABSTRAK/ABSTRACT
Majelis taklim sering kali dijadikan sebagai sarana sosialisasi visi misi
maupun ajakan untuk memilih calon tertentu pada masa kampanye para
kontestan Pemilu baik Pemilu legislatif maupun Pemilu eksekutif. Padahal
sudah jelas termaktub dalam regulasi Pemilu tentang larangan kampanye
bagi para kontestan pada pasal 69 UU No 8 Tahun 2015 untuk tidak
menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan. Meski larangan itu
ada, namun realitasnya majelis taklim tidak luput dari ajang sosialisasi
dan kampanye pada Pemilu Gubernur Provinsi Jambi Tahun 2015. Salah
satu calon gubernur Jambi bahkan memberikan barang tertentu kepada
anggota majelis taklim sebagai imbalan agar pada saat Pemilu memilih sang
calon tersebut. Berdasarkan observasi di lapangan tidak ada satu orang
pun yang melaporkan praktik ini kepada pengawas Pemilu sebagai sebuah
pelanggaran. Riset ini ingin mengeksplorasi tentang bagaimana respons
pemilih perempuan terhadap politik uang dalam Pemilu Gubernur Jambi
Tahun 2015.
Majelis Ta’lim or Islamic study groups are often used as a means to socialize
vision and mission as well as an invitation to choose certain candidates during
the election campaign of the contestants either legislative or executive election.
Yet it is clear embodied in the regulations of election towards the prohibition
of campaign for the contestants referred to article 69 of Law constitution No.
8 of 2015 not to use worship places and educational facilities. Despite the
prohibition is there, but the reality of Islamic study groups could not be free
from any of socialization and campaign on Governor election of Jambi in 2015.
One of candidate for governor of Jambi even provide certain goods to maje;is
taklim members in exchange to vote the candidates for the election. Based on
observations in the field not a single person who reported this infringement to
the election supervisor committe. This research wants to explore on how women
voters response to money politics during Jambi Governor Election 2015.
Kata kunci : Majelis ta’lim, Pemilu gubernur, larangan Pemilu, politik
uang
Keyword :Islamic study groups, Governor Election, Election ban, money
politics
A. PENDAHULUAN adalah:
Pemilihan Gubernur Gubernur dan “A communication campaigns is
Wakil Gubernur Jambi tahun 2015 ha- an organized communication activity,
nya diikuti oleh dua pasangan calon directed at a particular audience,
(paslon) yakni pasangan incumbent for a particular period of time, to
Hasan Basri Agus-Edi Purwanto dan achieve a particular goal” (Kampanye
pasangan calon Zumi Zola-Fahrori komunikasi adalah tindakan komu-
Umar. Keduanya sama-sama memi- nikasi yang terorganisasi yang di-
liki kesempatan luas untuk menjadi arahkan pada khalayak tertentu, pada
gubernur Jambi. Saat ini keduanya periode waktu tertentu guna mencapai
sedang bersaing untuk mendapatkan tujuan tertentu).3
hati masyarakat Jambi. Jika meru- Merujuk pada definisi-definisi di
juk agenda penyelenggaraan Pemilu, atas, maka kita dapat melihat bahwa
maka saat ini masuk dalam tahapan dalam setiap aktivitas kampanye
pelaksanaan Pemilu di mana kedua setidaknya mengandung empat hal,
calon diperkenankan menyampaikan yaitu tindakan kampanye yang ditu-
visi misi maupun program masing- jukan untuk menciptakan efek atau
masing melalui serangkaian kegiatan dampak tertentu, jumlah khalayak
kampanye. sasaran yang besar, dipusatkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kurun waktu tertentu, dan melalui
mendefinisikan kampanye dalam dua serangkaian tindakan komunikasi
arti yakni gerakan (tindakan) serentak yang terorganisir.
(untuk melawan, mengadakan aksi, Kategori kampanye menurut
dsb); dan kegiatan yang dilaksanakan Charles U Larson, terbagi menjadi tiga
oleh organisasi politik atau calon yang sebagaimana penjelasan berikut:
bersaing memperebutkan kedudukan 1. Product oriented campaign atau
di parlemen untuk mendapat dukun- kampanye yang berorientasi pada
gan massa pemilih di suatu pemungu- produk yang umumnya terjadi di
tan suara.1 lingkungan bisnis.
Sementara definisi menurut Pefau 2. Candidate oriented campaign atau
dan Parrot (1993), kampanye adalah kampanye yang berorientasi pada
suatu proses yang dirancang secara sa- kandidat dan dimotivasi untuk
dar, bertahap, berkelanjutan, yang di- memperoleh kekuasaan
laksanakan pada waktu tertentu den- 3. Ideologically or caused oriented
gan tujuan mempengaruhi khalayak campaign adalah jenis kampanye
atau sasaran yang telah ditetapkan.2 yang berorientasi pada tujuan yang
Definisi lain kampanye sebagai- bersifat khusus dan seringkali
mana pendapat Leslie B. Snyder dalam berdimensi perubahan social.4
karangan Gudykunst & Mody, 2002 Kampanye bukan dilakukan secara
1
Kbbi.web.id diakses desember 2014 serampangan dan tanpa tujuan. Apa
2
Toni Andrianus Pito, Efriza, Kemal Fasya. Menge-
nal Teori-Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. 3
All-about-theory.com diakses Desember 2014
(Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), hl. 187. 4
Ibid.,
memisahkan dirinya dari objek-objek pada sikap sinis bahwa segala hal
tersebut dan selanjutnya berusaha memiliki harga, bahwa apapun dapat
mengatasi jarak, kendala, dan kesulitan. dijual atau dibeli di pasar. Ekonomi
Prinsip umumnya adalah bahwa nilai uang juga mengakibatkan sikap acuh.7
benda berasal dari kemampuan orang Menurut Simmel, uang juga
untuk menjarakkan dirinya secara berdampak pada gaya hidup seseorang.
tepat dari objek.6 Masyarakat yang didominasi oleh
Uang memiliki fungsi yang unik, ekonomi uang akan cenderung
menciptakan jarak antara orang mereduksi segala hal menjadi tali
dengan objek, kemudian menjadi penghubung kausal yang dapat
sarana untuk mengatasi jarak dipahami secara intelektual, bukan
tersebut. Dalam proses menciptakan secara emosional. Bentuk spesifik
nilai, uang juga menyediakan dasar intelektualitas yang cocok yaitu cara
bagi berkembangnya pasar, ekonomi pikir matematis. Cara pikir matematis
modern, dan akhirnya masyarakat ini terkait dengan kecenderungan
(kapitalistis) modern. untuk menekankan faktor kuantitatif
Terkait dengan interaksi, uang juga ketimbang kualitatif dalam dunia
memungkinkan orang untuk mengatasi sosial.
dan memenuhi kebutuhannya dalam Uang juga dapat menyebabkan
transaksi ekonomi yang pada akhirnya perubahan pola interaksi. Misalnya,
hal tersebut juga akan memicu pada zaman dahulu, ketika belum
seseorang untuk terlibat interaksi terdapat uang maka orang akan
dengan orang lain dalam usahanya melakukan kegiatan ekonomi (jual
memenuhi kebutuhannya yang beli) dengan cara barter, tetapi
dilakukan dengan cara bertransaksi setelah kemunculan uang sebagai
dengan menggunakan uang. alat tukar, masyarakat merasa lebih
Orientasi terhadap uang ternyata mudah melakukan kegiatan ekonomi
memiliki sejumlah efek negatif pada dan transaksi perdagangan, karena
individu (Beilharz, 1996). Dua di membawa uang jauh lebih mudah dan
antaranya yang paling menarik adalah praktis dibandingkan dengan cara
meningkatnya sinisme dan sikap lama yaitu barter yang dianggap lebih
acuh. Sinisme terjadi ketika aspek rumit dan standarnya yang tidak jelas.
tertinggi dan terendah kehidupan Pertukaran ekonomi menurut Simmel
sosial diperjualbelikan, direduksi juga merupakan suatu interaksi
menjadi alat tukar umum yaitu uang. sosial. Ketika transaksi moneter
Jadi seseorang dapat “membeli” menggantikan barter, maka terjadi
kecantikan atau kebenaran atau perubahan penting dalam bentuk
kecerdasan semudah membeli interaksi atau pelaku sosial dalam
makanan. Meningkatnya segala hal kehidupan masyarakat.
menjadi alat tukar umum mengarah Pentingnya uang bagi manusia
bisa dilihat dalam kasus kampanye
6
http://coretanpenasyadza.blogspot.
com/2012/05/analisis-teori-philosophy-of-money.html 7
ibid
perkuat dukungan, misalnya 2 atau 3 yang menerima suap serta orang yang
partai yang akhirnya berkoalisi untuk menjadi perantara antara penyuap
berjuang memenangkan pemilihan. dan penerima suap.” (Hadits Riwayat
Kesimpulan dari analisis kasus Ahmad).
kampanye politik ini yaitu uang da- Kata arrisywah berasal dari rasya
pat menjadi alat interaksi penting un- yarsyu yang dalam bahasa Arab me-
tuk mendekatkan jarak antara calon miliki beberapa makna sebagaimana
dengan masyarakat. Sang calon yang dikompilasi oleh Abu al-Fadlal Jama-
umumnya memiliki banyak dana me- luddin Muhammad bin Mukrim
miliki kebebasan untuk membuat aca- dalam kamus monumentalnya, Lisan
ra-acara menarik yang akan mewarnai al-Arab (IV:322- 323). Pendapat lain
kampanyenya. Namun upaya ini akan mengatakan bahwa arrisywah berasal
menimbulkan sinisme pada diri calon dari kata ar-risyaau yang bermakna al-
bahwa ia dapat dengan mudah mem- hablu, tali. Ar-risywah juga dimaknai
beli suara masyarakat. Dalam proses sebagai alju’lu artinya hadiah. Ada juga
kampanye itu pula, terjadi hubungan- yang memaknai ar-risywah sebagai al-
hubungan yang oleh Simmel disebut wushlah ila haajah bilmushaana’ah,
sosiabilita, sosiasi, dan triad (pem- cara sampai pada satu keperluan
bentukan koalisi). Jadi, kasus kampa- dengan berbagai rekayasa.10
nye politik ini selain dapat dikaitkan Beberapa ulama menyamakan
dengan teori filosofi uang, juga dapat politik uang dengan riswah karena
dikaitkan dengan teori Simmel lainnya unsur-unsur yang terdapat dalam ar-
mengenai interaksi sosial.9 risywah ditemukan dalam tindakan
politik uang. Unsur-unsur dimaksud
B.2. Politik Uang dalam Perspektif mencakup adanya orang yang mem-
Islam berikan, sesuatu (ar-raasyii), adanya
Dalam Islam, politik uang sangat orang yang menerima sesuatu
dilarang oleh beberapa ulama. Bahkan (almurtasyii), ada target yang di-
ada yang menyamakan politik uang inginkan dari pemberian itu. Dengan
dengan risywah. Hal ini didasarkan demikian sebagaimana halnya ar-
kepada hadis Nabi berikut risywah praktik politik uang pun dapat
dikategorikan sebagai perbuatan yang
dilaknat Allah dan Rasul-Nya.
Persoalan money politics harus
dilihat dari segi unsur-unsur yang
melingkupi. Dalam hal ini money politics
mengandung dua unsur. Pertama
sebab, yakni ada maksud dan tujuan
Artinya:”Rasulullah saw melaknat
untuk memengaruhi aspirasi dan
orang yang melakukan suap dan orang
pandangan politik seseorang. Unsur
9
George Ritzer dan Douglas J.Goodman. 10
Wawan Gunawan Abdul Hamid. “Politik uang itu
Teori Sosiologi Modern. terj. Ali Mandan (Jakarta:
Riswah” dalam muhammadiyah.or.id diakses desember
PrenadaMedia, 2004), hlm.265
2014
kedua adalah akibat, yakni akibat penerima suap, sekaligus broker suap
dari tindakan pemberian uang atau yang menjadi penghubung antara
barang tertentu. Jika demikian adanya keduanya. Pelaku money politics/
maka memengaruhi massa pada saat penyuap dianggap berdosa karena
Pemilu sama dengan Rishwah, karena telah membantu perbuatan haram dan
money politics secara umum sering ia pun harus dikenai hukum sesuai
dinilai dengan uang bujuk atau uang dengan kebijakan hakim.
suap atau sogok. Dengan mengaitkan Kedua : Boleh jika memang dalam
penelusuran money politics dan me- keadaan darurat pendapat ini mengacu
ngidentifikasikanya dengan Rishwah, pada kaidah syara’ yang mengatakan :
maka pengertian Rishwah menurut
tinjauan fiqih seperti kata ulama
adalah :11 Artinya: Keadaan darurat memper-
bolehkan hal-hal yang terlarang Me-
nurut mereka jika memang sesorang
memiliki hak yang terbengkalai atau
kemaslahatan yang tertunda, dan
Yang artinya Rishwah adalah : tidak akan dapat memperolehnya
Sesuatu yang diberikan guna memba- ataupun merealisasikan kemaslahatan
talkan yang benar atau membenarkan tersebut kecuali dengan melakukan
yang salah. Rishwah/Money Politics, maka dalam
Sedangkan definisi Rishwah seperti situasi demikian si penyuap tidak
yang dikatan oleh Al-Fayyumi adalah: berdosa namun dosanya dibebankan
sepenuhnya kepada si penerima suap.
Allah SWT dalam Al-Quran me-
nyinggung praktik Rishwah pada
Artinya: Rishwah adalah sesuatu sejumlah ayat di antaranya:
yang diberikan kepada seseorang
kepada hakim atau yang lainya agar
memberi hukum menurut kehendak
orang yang memberikan sesuatu itu.
Para ahli fiqih telah membahas
masalah ini dan muncul beragam Qaul Artinya : Wahai orang-orang yang
(pendapat) Pertama: Mengatakan beriman janganlah kamu sekalian
Haram dalam kondisi apapun. memakan harta sebagian diantara
Landasan yang dipakai oleh kelompok kamu dengan bathil, kecuali itu adalah
ini adalah keumuman makna dan tijarah yang telah disepakati bersama,
dalalah hadis yang menyebutkan dan janganlah kamu membunuh
bahwa Rasulullah SAW melaknat dirimu sendiri sesungguhnya Allah
orang orang yang memberi suap, sangat menyayangimu.
11
H Muhammad Saifullah. “Politik uang Dalam Berdasarkan hadis maupun Al-
Kacamata Islam” dalam onniesandi wordpress.com Quran, maka Majelis Ulama Indonesia
diakses desember 2014
ABSTRAK/ABSTRACT
Media mengalami perubahan karakter mengikuti perubahan politik yang
terjadi di negara ini. sebagai salah satu kekuatan sosial, media tidak lagi
menyampaikan realitas, namun bekerja berdasarkan kecenderungan,
kepentingan, dan keberpihakan yang dianggapnya penting. Media secara
sadar atau tidak sadar turut mempopulerkan mereka sebagai pendefinisi
sekunder atas realitas atau secondary definers. Media hanya menjadi sebuah
alat bagi pengusaha dan politikus dalam menyampaikan kepentingan
mereka sambil mendapatkan keuntungan dari bisnis. Media dipandang
sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Media
merupakan wahana pergulatan antarideologi yang saling berkompetisi.
Media adalah ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan.
Representasi ideologi dapat dilihat melalui berita pada media. Sebab,
proses pemaknaan terhadap realitas selalu melibatkan nilai-nilai yang
dimiliki media tersebut. Untuk itu, agak sulit rasanya media bersikap
solutif atau memposisikan dirinya netral dalam konstelasi politik saat
ini. Penulis akan melihat peran media dalam pilkada. Apakah hipotesis
yang mengatakan bahwa media berperan sebagai konstruksi atas realita
terbukti benar? Ataukah, media memang terperangkap pada kondisi yang
sulit untuk menjaga independensinya? Selain itu, apakah media sekarang
lebih bersifat provokatif atau solutif?
The media changes its character following the political changes that occurred
in the country. As one of a social power, media is no longer convey the reality,
but the work is based on trends, interests and alignments that considered as
important. The media consciously or unconsciously involved to popularize
them as secondary definer over reality or secondary definers. Media only
becomes a tool for bussinesman and politicians in conveying their interests
while earning a profit from the business. The media is seen as an agent of
social construction that defines reality. The media is a tool for struggle
between ideologies competed. The media is a space where various ideologies
represented. The representation of ideology can be seen through the news they
serve. Therefore, the meaning of reality always involves values owned by the
media. To that end, it seems rather difficult to say that media can be solutive-
or position itself neutral in the current political constellation. The author will
see the role of the media in local elections?. Whether the hypothesis that the
media serve as the construction of reality proved to be true? Or is it, the media
is trapped in difficult conditions to maintain its independence? In addition, if
the media is now more provocative or solutive?
alat bagi pengusaha dan politikus dalam dalam pemberitaan. Bagaimana media
menyampaikan kepentingan mereka yang sudah mendukung kandidat atau
sambil mendapatkan keuntungan dari partai tertentu bisa objektif dalam
bisnis. Dengan demikian, akan terjadi pemberitaan pemilu?18
kompetisi bisnis sekaligus kompetisi Seperti yang penulis kemukakan di
politik, sebab para pengusaha media awal, pemberian slot-slot berita akan
tersebut juga merangkap sebagai sangat tidak berimbang jika media
politikus, yang berkeinginan kuat mendukung salah satu kandidat. Belum
menjadi pejabat negara di berbagai lagi jika masing-masing kandidat
lembaga eksekutif, maupun legislatif, memiliki medianya sendiri. Kontestasi
bahkan ingin jadi presiden. politiknya akan pindah dari atmosfer
Akibatnya secara mengerucut demokrasi ke layar kaca atau dunia
adalah di pilkada. Taipan-taipan media maya. Persis seperti kejadian pilpres
itu tentu ingin meluaskan sayap bisnis 2014 lalu, ketika masing-masing
medianya hingga ke daerah-daerah. kandidat memiliki medianya sendiri.
Kecenderungan mereka mendukung Publik akan disuguhkan perang antar
salah satu calon, bahkan mengusung media dengan menggunakan “baju”
calon pilihannya sendiri sangat politik. Walaupun sebenarnya ini
terbuka. Pemberian porsi pemberitaan adalah kompetisi politik, tapi secara
dan kampanye bagi calon-calon implisit kita melihat ada kepentingan
tersebut yang berkontestasi dalam bisnis media yang besar disana.
pilkada menjadi ajang bargaining Selain itu, di luar kita bicara ada
position dengan sang calon ketika kepentingan pemodal besar berskala
sudah menjabat kepala daerah nasional dalam kontestasi pilkada,
nantinya. Relasi uang dan kekuasaan kita juga harus melihat aspek lokalnya.
tentu bermain di sini. Biasanya media lokal cenderung
Atas dasar itulah dukungan media menyajikan informasi semua kandidat,
terhadap kandidat atau partai tertentu dengan anggapan masyarakat belum
dalam pemilu selalu menyisakan tahu siapa sosok kandidat pemimpin
perdebatan etis. Ada yang mengatakan yang akan mereka pilih. Setelah mulai
bahwa dukungan media terhadap terlihat kandidat mana yang lebih
salah satu kandidat atau partai penting berpeluang menang dan mendapatkan
untuk menggerakkan diskusi publik, dukungan publik yang luas, barulah
yang terkadang apatis jelang pilkada. media lokal mulai terlihat memberikan
Padahal, pemilu lokal sangat krusial porsi pemberitaan yang lebih terhadap
untuk menentukan nasib bangsa ke kandidat tersebut.
depan, terutama pembangunan dan Ada dua alasan menurut penulis,
kesejahteraan daerah yang selama pertama ini adalah kesempatan media
ini terabaikan. Sementara pendapat 18
Suara Pembaruan, 11 Juli 2014. Ke Mana
lain beranggapan, dukungan media Objektivitas Media dalam Pilpres 2014?. Diunduh pada
terhadap kandidat atau partai 25 November 2015, dari http://www.suarapembaruan.
com/pemilu-2014/ke-mana-objektivitas-media-dalam-
tertentu akan menimbulkan bias pilpres-2014/59572.
Kedua, media sering dipandang sebagai informasi mana yang kredibel dan
alat kekuasaan yang efektif karena mana yang tidak, sehingga tidak lagi
mampu untuk mempengaruhi opini mudah terprovokasi.
publik. Maka tidak sedikit media yang Terlepas dari perbedaan cara
menyuarakan pemberitaan kelompok pandang ini, penulis berpendapat
yang dominan di dalam masyarakat bahwa peran media yang seperti ini
dengan menonjolkan basis penafsiran dalam konteks pemberitaan isu politik
sepihak.30 ini sebenarnya justru dibutuhkan
Ketika pemberitaan media sangat dalam iklim demokrasi seperti
bergantung kepada pemesannya, sekarang. Secara tidak langsung, media
tidak salah jika muncul anggapan memberikan gambaran dari berbagai
bahwa fungsi media hampir mustahil macam perspektif tentang sebuah
dipisahkan relasinya dari kehidupan objek pemberitaan, yang mana akan
politik. Dalam praktiknya fungsi dan memperkaya perspektif pembacanya
peran media banyak terjebak dalam pula. Pada akhirnya memang semua
pragmatisme di mana pers sering kembali kepada para pembaca untuk
menjadi alat kekuasaan. Ini yang memilih berita seperti apa yang
membuat penulis cenderung kembali mereka inginkan, dan berdasarkan
menganggap bahwa media lebih beragam perspektif tadi mereka pun
provokatif dibanding solutif.31 menjadi cerdas karena bisa memilih
Faktor pembaca pun penting di mana berita yang mengandung fakta,
sini karena tidak semua pembaca mana berita yang hanya sekedar
media di Indonesia memiliki tingkat mencari sensasi, huburan, atau oplah
intelegensia dan kesadaran moral tinggi medianya saja. Jika masyarakat
yang tinggi untuk memahami kita memiliki kesadaran dan tingkat
secara komprehensif sebuah berita. kecerdasan seperti ini, maka seperti
Prinsip “telan bulat-bulat” lebih apapun konstruksi atas realita yang
banyak dikedepankan, daripada dibuat media, konflik politik niscaya
mencoba untuk cover all sides. Mudah tidak akan terjadi.
terprovokasi, terhasut, close minded,
dan masih banyak sikap immature G. KESIMPULAN DAN SARAN
lainnya yang harus dirubah oleh para Bicara soal hubungan antara media
pembaca di indonesia agar tidak ada dan pilkada tentunya kita harus liat
gesekan, walaupun sudah dipicu oleh dari sisi umumnya yaitu hubungan
pemberitaan media yang dekonstruktif media dengan politik. Media bisa
dan parsial. Walaupun begitu, dengan berperan secara positif, dan juga
perkembangan teknologi informasi tentunya negatif. Alhasil, media
yang sedemikian pesat pada era ini, seperti pisau bermata dua, di satu sisi
pembaca di Indonesia sudah cukup media dapat berperan penting dalam
dewasa untuk bisa memilah-milah edukasi publik, tetapi di sisi lain juga
30
Log cit.
bisa menimbulkan konfik politik
31
Log cit. dengan beragamnya opini publik yang
mengatur apa-apa saja yang boleh Nugroho, Bimo, Eriyanto, dan Frans
dan tidak boleh dilakukan oleh media, Surdiarsis. 1999. Politik Media
terutama dalam kontestasi pilkada. Mengemas Berita. Yogyakarta:
Asosiasi wartawan, seperti Aliansi Institut Studi Arus Informasi.
Jurnalis Indonesia dan Ikatan Jurnalis Rahmat, Jalaluddin. 1996. Teori-teori
Televisi Indonesia, sampai Dewan Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Pers, juga penulis sarankan untuk Rosdakarya.
lebih melibatkan dirinya mengawasi Sirait, Hasundungan. 2007. Jurnalisme
pelaksanaan pilkada di Indonesia, Sadar Konflik: Meliput Konflik
agar kaidah dan etika jurnalistik tetap dengan Perspektif Damai. Jakarta:
terjaga. Aliansi Jurnalis Independen.
Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media:
DAFTAR PUSTAKA Suatu Pengantar untuk Analisis
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Wacana, Analisis Semiotik, dan
Pengantar Analisis Teks Media. Analisis Framing. Jakarta: PT
Yogyakarta: PT. LKiS. Remaja Rosdakarya.
Hall, Stuart, Chas Cricher, Tony Suara Pembaruan, 11 Juli 2014. Ke
Jefferson, John N. Clarke, dan Brian Mana Objektivitas Media dalam
Roberts 1978. Policing the Crisis. Pilpres 2014?. Diunduh pada 25
London: Macmillan. November 2015, dari http://www.
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas suarapembaruan.com/pemilu-
Politik dalam Media Massa. Jakarta: 2014/ke-mana-objektivitas-
Granit. media-dalam-pilpres-2014/59572.
Junaedi, Fajar. 2013. Komunikasi Suara Merdeka, 22 September 2015.
Politik: Teori, Aplikasi dan Strategi Peran Media Pada Pilkada Serentak.
di Indonesia. Yogyakarta: Buku Diunduh pada 24 November 2015,
Litera. dari http://berita.suaramerdeka.
com/smcetak/peran-media-pada-
Luwarso, Lukas, Samsuri, dan Kusmadi
pilkada-serentak/.
(peny). 2005. Pers dan Pilkada
2005. Jakarta: Dewan Pers. Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan
Pertarungan Wacana. Yogyakarta:
Moelong, Lexy J. 2001. Metode
LKiS Pelangi Aksara.
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Yuniati, Yenni. “Pengaruh Berita di
Surat Kabar terhadap Persepsi
Mc Quail, Denis. 2000. Teori Komunikasi
Mahasiswa tentang Politik”,
Massa. Jakarta: Erlangga.
Mediator: Jurnal Komunikasi Vol.
Nawawi, Hadari. 1997. Metode 3 Nomor 1 Tahun 2002. Bandung:
Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Fikom Unisba.
Gadjah Mada University Press.
Yursak, Firman. 2007. Eddie Widiono:
Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi politik: Di Bawah Pusaran Media. Jakarta:
Khalayak dan efek. Bandung: PT Next Reign Media.
Remaja Rosdakarya.
ABSTRAK/ABSTRACT
Media massa atau pers memiliki nilai-nilai yang harus menjadi dasar
dalam menjalankan peran sebagai sarana tercipta komunikasi massa yang
baik, salah satunya dalam menyediakan informasi yang berhubungan
dengan penyelenggaraan proses demokrasi di Indonesia, khususnya pada
pemiluhan umum (Pemilu). Akan tetapi, nilai-nilai yang salah satunya
tertuang dalam Kode Etik Jurnalistik tersebut bersinggungan dengan
peran media dalam mendukung proses Pemilu di Indonesia, seperti dapat
dilihat pada Pemilu 2014 lalu. Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada pembaca tentang peran media massa atau pers dalam
hubungannya dengan proses pilkada di Indonesia, yang sesuai dengan
norma dan aturan pendirian perusahaan pers. Karya tulis ini ditulis
dengan menggunakan metode studi pustaka. Dua kaidah yang harus diacu
dalam pelaksanaan peran media massa di pilkada adalah Undang-Undang
No 40 tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik. Kedua dasar beraktivitas pers
ini harus diimplementasikan agar tercipta kehidupan berdemokrasi yang
adil dan sesuai dengan dasar negara Indonesia.
Mass media or the press has the values that should be the basis in the role as
a means of mass communication to create a good mass communication, one of
them in providing information related to the implementation of the democratic
process in Indonesia, especially in general election. However, the values that
contained in the Code of Journalistic Ethics is tangent to the media’s role in
supporting the electoral process in Indonesia, as can be seen in the 2014 election.
This paper aims to provide information to the reader about the role of the mass
media or the press in relation to the local electoral process in Indonesia, in
accordance with the norms and rules of the press company’s establishment .
This paper was written by using the method of literature. Two principles that
must be referred to the implementation of the role of mass media in the elections
is Act No. 40 of 1999 and the Code of Ethics of Journalism. These both basis of
press activities should be implemented in order to create a fair and democratic
life in accordance with the basis of the Indonesian’s way of life.
Kata kunci : media massa, pilkada, kode etik, adil
Keyword : Mass media, local election, ethic code, fair
Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar bisa beraneka ragam. Penyampaian
bersikap di Indonesia sebagai salah pesan tersebut merupakan salah satu
satu negara demokrasi. peran media massa dalam kehidupan
masyarakat dan bernegara. Media
A.4 Manfaat Penulisan Karya Tulis massa terdiri dari media cetak dan
Karya tulis ini dapat bermanfaat elektronik, yang masing-masing
jangka panjang dalam mendukung berperan dalam penyebaran informasi
perwujudan tatanan masyarakat tertentu dalam masyarakat.
yang adil sesuai yang diamanahkan Media massa atau pers memegang
oleh para pendiri negeri ini dalam peran penting dalam demokrasi.
Pembukaan UUD 1945. Perwujudan Salah satu proses yang menjamin
tatanan masyarakat adil melalui keberlangsungan sistem demokrasi
proses demokrasi yang jujur dalam di suatu negara adalah Pemilu untuk
pilkada melalui pengembalian peran menentukan posisi wakil rakyat yang
berbagai pihak sesuai dengan fungsi menentukan nasib rakyat dalam
dan kewajiban yang tercantum kurun waktu tertentu. Pemilu dalam
dalam etika dan prinsip yang harus demokrasi adalah suatu hal yang tidak
dianut oleh media massa dan pihak mungkin tanpa keterlibatan media1.
tertentu yang berkepentingan. Pers, menurut UU No. 40 tahun 1999
didefinisikan sebagai,
B. METODE PENULISAN KARYA “Pers adalah lembaga sosial dan
TULIS wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan Jurnalistik
Karya tulis ini ditulis dengan
meliputi mencari, memperoleh,
menggunakan studi pustaka. Pustaka
memiliki, menyimpan, mengolah, dan
yang dijadikan rujukan terdiri dari
menyampaikan informasi baik dalam
artikel surat kabar online, artikel
bentuk tulisan, suara, gambar, suara
penelitian dan sumber tertulis lain
dan gambar, serta data dan grafik
yang relevan, dan mendukung penu-
maupun dalam bentuk lainnya dengan
lisan karya tulis sesuai dengan tujuan
menggunakan media cetak, media
penulisan yang telah dijelaskan
elektronik, dan segala jenis saluran
di bab sebelumnya. Pustaka yang
yang tersedia.”
diperoleh kemudian dianalisis dengan
Turow (2009) mendefiniskan me-
membandingkan dan menelusuri se-
dia massa atau pers sebagai instrumen
cara mendalam terhadap informasi
teknologi komunikasi massa. Komu-
lain yang diperoleh. Hasil analisis
nikasi massa yang baik harus didukung
kemudian dituangkan dalam bentuk
dengan peraturan-peraturan tertentu
tulisan.
agar tidak terjadi ketimpangan
komunikasi antar beberapa pihak yang
C. HASIL ANALISIS
berkepentingan. Beberapa pedoman
Pengertian media, menurut Soraya 1
Media and Parliamentary Elections in Egypt:
(2008) adalah sarana transformasi Evaluation of Media Performance in the Parliamentary
Elections” Human Rights Movement Issues 26, (Cairo,
pesan kepada khalayak. Pesan yang Egypt: Cairo Institute for Human Rights Studies, 2011):
dapat disampaikan melalui media 27
dari Kode Etik Jurnalistik berpotensi pers memiliki tanggung jawab besar
tidak ditaati jika media massa tersebut dalam menentukan jenis masyarakat
memang digunakan sebagai kendaraan apa yang timbul akibat kegiatan pers
politik seorang atau beberapa kandidat yang diselenggarakannya.
Pemilu. Apabila berkaca dari pelaksanaan
Selain itu, Prasetya (2014) me- Pemilu nasional tahun 2014 tersebut di
nuliskan bahwa pemilik media massa atas, peran media massa dalam Pemilu
memiliki kemampuan untuk bisa kepala daerah tahun 2015 tidak jauh
bersaing di kancah perpolitikan di berbeda dibandingkan dengan peran
Indonesia. Hal ini disebabkan karena media massa dalam Pemilu nasional.
perusahaan media massa yang Media massa berperan sebagai
dimilikinya dapat dijadikan sebagai pendukung proses transparansi infor-
kendaraan politik. Perusahaan media masi tentang segala hal yang berkaitan
yang dimilikinya dapat dijadikan dengan kandidat yang maju dalam
sebagai tempat untuk melakukan pilkada. Selain itu, media massa juga
promosi besar-besaran terhadap berperan sebagai panggung kam-
kandidat tertentu yang akan maju panye dan sebagai penyedia forum
di panggung politik. Promosi yang terbuka untuk debat publik. Ketiga
dimaksud adalah promosi yang tersurat peran tersebut mendukung peran
maupun promosi yang tersirat, yang media massa dalam mencerdaskan
mendeskripsikan kandidat tertentu. publik, karena melalui ketiga peran di
Pengalaman dalam Pemilu nasional atas, publik dapat menentukan pilihan
tahun 2014 lalu memberikan pelajaran tentang kandidat yang akan dijadikan
bahwa peran media massa harus idola.
dikembalikan sesuai dengan Undang- Sementara itu, lingkup pemilihan
Undang yang mengaturnya. Media yang lebih sempit di pilkada menye-
massa dalam bentuk perusahaan babkan hanya kandidat yang bermodal
media massa atau perusahaan pers besar yang mampu menjadikan me-
bertanggung jawab terhadap opini dia massa nasional sebagai tempat
yang berkembang di masyarakat. berkampanye melalui iklan-iklan
Sebagai komponen dari perusahaan yang ditayangkan. Peraturan Komisi
pers, jurnalis memegang peranan Pemilu No 7 tahun 2015 memang
penting dalam pengembalian peran memperbolehkan kegiatan kampanye
tersebut. Meskipun demikian, pe- melalui beberapa jenis media massa.
milik perusahaan pers juga harus Dalam hal ini, media massa harus
mendasarkan seluruh aktivitas pers bisa bersikap merdeka terhadap iklan
pada Undang-Undang yang berlaku, yang masuk ke media tersebut, karena
karena mengandung sistem nilai tetap harus mempertimbangkan
dan etika sebagai pedoman demi asas independen dalam Kode Etik
tewujudnya masyarakat yang adil dan Jurnalistik yang mereka anut dan taati.
cerdas. Sebagai manusia yang memiliki Media massa, baik nasional maupun
akal dan rasa, serta berbudaya, sudah lokal harus bersikap adil dan bijaksana
selayaknya seorang pemilik perusahaan menyikapi permintaan salah satu
ABSTRAK/ABSTRACT
Tulisan ini membahas tentang peran pers, dalam hal ini media televisi,
dalam mengawal Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, 9 Juli 2014 (Pilpres
2014) di Indonesia serta muculnya isu pelanggaran HAM. Tulisan ini
bersifat diskriptif analitis, dengan menggunakan metode kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data, menggunakan teknik “librarian
research”. Hasil dari pembahasan menunjukkan adanya fakta bahwa telah
terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh media terkait manipulasi
hasil perhitungan sementara Pilpres 2014 sehingga menimbulkan opini
publik yang tidak benar. Hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang akurat telah dilanggar oleh pers Indonesia ketika mereka melakukan
manipulasi data perhitungan cepat pada Pilpres 2014. Pers Indonesia
telah melakukan banyak penyimpangan terhadap kode Etik Jurnalistik,
terutama pasal 1, 2, 3, 4, 8, 10, dan 11 yang mengatur tentang tugas-tugas
yang harus dijalankan oleh pelaku jurnalistik di Indonesia.
This paper discusses the role of the media, in this case is television media,
to guard the President and Vice President election of July 9th, 2014 (the
2014 presidential election) in Indonesia as well as the emergence of the
issue of human rights violations. This paper is a descriptive analytical,
using qualitative methods, with data collection techniques using “librarian
research”. The results of the study shows the fact that there have been
human rights violations committed by media related the manipulation
of the result of tentative quickcount as the 2014 presidential election so
that the public opinion rised was not true. The right of people to obtain
accurate information have been violated by some Indonesian media by the
manipulated quick count data. Some of Indonesian TV media has done a lot
of infringement towards the Ethics code of Journalism, especially chapters 1,
2, 3, 4, 8, 10, and 11 which regulates the tasks that has to be performed by
journalists in Indonesia.
sebagai konsumen utama pers.13 benar dari pers yang mengunakan me-
Kebebasan pers bukan berarti be- dia masa.
bas untuk memberikan informasi yang Komisi Nasional Hak Asasi Manu-
tidak benar. Karena pers juga memiliki sia (Komnas HAM) menyatakan, segala
tugas pokok yang harus dijalankan bentuk manipulasi pungut hitung dan
oleh para pelaku pers atau jurnalis- rekapitulasi suara Pemilu Presiden 9
tik. Mengutip penjelasan Bambang Juli 2014 dikategorikan pelanggaran
Harymurti (Wakil Ketua Dewan Pers), HAM dan para pelakunya merupakan
dalam Media Workshop on Corporate pelanggar HAM. berdasarkan Undang-
Governance Tugas Pers menurut UU undang Nomor 39 tahun 1999 tentang
Pers adalah Memenuhi hak masyara- HAM. Bahkan ketika itu rapat paripur-
kat untuk mengetahui, Menegakkan na Komnas HAM tanggal 14 Juli 2014
nilai-nilai dasar demokrasi, mendo- memutuskan siapapun yang melaku-
rong terwujudnya supremasi hukum kan manipulasi suara adalah pelang-
dan hak asasi manusia, serta men- gar HAM.15
ghormati kebhinekaan, Mengembang- Lebih jauh lagi, sebenarnya keten-
kan pendapat umum berdasarkan tuan-ketentuan mengenai pers telah
informasi yang tepat, akurat dan be- diatur di dalam UU no 40 tahun 1999
nar, Melakukan pengawasan, kritik, tentang Pers. Selain itu para jurna-
koreksi, dan saran terhadap hal-hal lis atau pers juga terikat dalam kode
yang berkaitan dengan kepentingan etik yang dimilikioleh pers di Indo-
umum,serta Memperjuangkan keadi- nesia. Dan para pelaku jurnalistik di-
lan dan kebenaran.14 wajibkan untuk mematuhi kode etik
Memberikan informasi yang tidak tersebut. Sehingga para pelaku pers
benar terkait penyajian data hasil tidak bisa berlaku seenaknnya ketika
quick count pada Pilpres 2014 meru- menjalankan fungsinya sebagai seo-
pakan satu bentuk pelanggaran dari rang jurnalis. Ketentuan tersebut telah
fungsi dan tugas pers itu sendiri, di- tertuang secara jelas dalam UU no 40
mana seharusnya salah satu tugas pers tahun 1999 tentang pers Pasal 7 ayat
adalah memberikan informasi yang 2 yang berbunyi: “wartawan memiliki
tepat, akurat dan benar. Dan membe- dan mentaati Kode Etik Jurnalistik”.
rikan informasi yang tidak benar yang Adapun kode etik jurnalistik yang
dilakukan dengan sengaja, maka hal berlaku dan mengikat seluruh jurna-
tersebut termasuk tindakan pelangga- listik atau pers di Indonesia terdiri
ran HAM. karena masyarakat berhak dari 11 pasal yang harus ditaati. Dari
untuk mendapatkan informasi yang kesebelas pasal tersebut adalah seba-
gai berikut:
13
Hamdan Daulay, “KODE ETIK JURNALISTIK
DAN KEBEBASAN PERS DI INDONESIA DITINJAU DARI
PERSPEKSTIF ISLAM”, JURNAL PENELITIAN AGAMA, Pasal 1
VOL. XVII, NO. 2 MB-AGUSTUS 2008, hal 298. 15
Lihat lebih jauh dalam Raja Monang Silalahi,
14
Bambang Harymurti “Konsep Pers Profesonal
“Komnas HAM : Manipulasi Pungut Hitung Pilpres
menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers”, dalam
Pelanggaran HAM”, dalam http://bawaslu.go.id/, diakses
Media Workshop on Corporate Governance, 6 Oktober
pada 25 November 2015.
2014.
sejara dan disajikan secara netral telah melanggar HAM warga negara
dan jujur kepada masyarakat, Indonesia ketika memanipulasi data
terutama ketika mengawal proses hasil perhitungan cepat Pilpres 2014.
pemilihan umum. Karena hal tersebut Saran yang dapat dirumuskan
menyangkut kepentingan semua dalam tulisan ini adalah: sebaiknya
warga negara Indonesia. Namun pada badan penyelenggara pemilu baik
kenyataannya jika kita merujuk pada DKKP, KPU, dan juga BAWASLU,
kasus manipulasi data perhitungan memperhatikan isu penting terkait
sementara atau quick count pada peran pers dalam pemilu tersebut.
Pilpres 2014, maka pers Indinesia Hendaknya lembaga penyelenggara
telah melakukan pelanggaran terhadap pemilu bekerja sama dengan pihak lain
Kode Etik Jurnalistik tertama pasal 1, guna mengawal segala proses, demi
2, 3, 4, 8, 10, dan 11. Dengan demikian terciptanya pemilu yang bermartabat
pers Indonesia juga telah merampas dan tanpa menimbulkan kerugian bagi
hak rakyat untuk memperoleh masyarakat.
informasi yang bersifat netral, akurat
dan berimbang. Itu artinya pers DAFTAR PUSTAKA
Indonesia telah melanggar HAM Sumber Buku
terhadap seluruh konsumen pers
Achmad Deni, “Analisis Pertanggung-
terkait informasi pemilu tahun 2014.
jawaban Pidana Dalam Tindak
Pidana Penghinaan Oleh Pers”,
C. KESIMPULAN DAN SARAN
Tesis Magister Hukum Universitas
Dalam menjalankan fungsinya, Indonesia, Jakarta : 2006, hal. 33.
pers di Indonesia masih belum dapat
Adji Oemar Seno, “Mass Media dan
menjalankan tugas sebagaimana
Hukum”, Jakarta : Erlangga, 1973,
mestinya ketika mengawal proses
hal. 13.
Pilpres 2014. Bahka pers di Indonesia
terutama yang menggunakan media Hamzah A, Delik-Delik Pers Di Indonesia,
televisi tidak dapat menunjukkan Jakarta : Media Sarana Press, 1987,
netralistasnya sebagai jurnalistik. hal. 3.
Tugas-tugas serta aturan Kode Etik Daulay Hamdan, “KODE ETIK
Jurnalistik telah dilanggar, ketika JURNALISTIK DAN KEBEBASAN
terbukti pers Indonesia melakukan PERS DI INDONESIA DITINJAU DARI
manipulasi dengan menyampaikan PERSPEKSTIF ISLAM”, JURNAL
data yang tidak benar mengenai hasil PENELITIAN AGAMA, VOL. XVII,
perhitungan cepat atau quick count NO. 2 MB-AGUSTUS 2008, hal 298.
pada pemilu 2014. Dengan demikian Harymurti Bambang “Konsep Pers
pers di Indonesia telah merampas Profesonal menurut Kode Etik
hak masyarakat untuk mendapatkan Jurnalistik dan UU Pers”, dalam
informasi yang tepat, akurat dan Media Workshop on Corporate
jujur dari pers. Hal tersebut dapat Governance, 6 Oktober 2014.
diartikan bahwa pers di Indoensia
ABSTRAK/ABSTRACT
Politik uang adalah satu persoalan besar yang dihadapi dalam pemilihan
kepala daerah (Pilkada) di berbagai tempat, tak terkecuali di Kota
Metro, Lampung. Hasil survei menyebutkan 58,25% persen responden
pemilih di Kota Metro mengatakan wajar adanya politik uang. Hanya
34,75% responden yang mengatakan tidak wajar. Sayangnya di tingkat
lokal, belum banyak media massa konvensional yang membicarakan
persoalan ini. Kehadiran laman jurnalisme warga pojoksamber.com di
Kota Metro ternyata mampu membangun diskursus publik. Tulisan ini
mendayagunakan pemikiran Piere Bourdieau tentang gerakan intelektual
kolektif yang menggabungkan beragam bakat intelektual di berbagai
bidang untuk saling bekerja sama dan menyediakan wadah interaksi
dan komunikasi. Pendekatan etnografi digunakan untuk melihat kiprah
pojoksamber.com dalam usahanya mengampanyekan perlawanan
terhadap politik uang. Kesimpulannya, gerakan melawan politik uang yang
diinisiasi laman jurnalisme warga dapat membangun diskursus sekaligus
memberikan informasi pemantauan proses Pilkada dan berperan dalam
membangun kolaborasi berbagai kalangan untuk mendorong proses
Pilkada yang berkualitas.
masih kurang membuat warga seakan Ada banyak praktik politik uang di
permisif terhadap berbagai bentuk kota Metro. Sebagai contoh, apa yang
praktek politik uang. terjadi pada Sumiati, Warga Kampung
Banten, Kota Metro, Lampung itu
C.2. Partisipasi Politik Semu senang mendapat bingkisan dari calon
Partisipasi politik di Kota Metro walikota. “Dapat minyak goreng dan
pada Pilpres 2014 lalu mencapai 76,11 gula, dua kilogram.” kata wanita berusia
persen naik dari angka partisipasi 60 tahun tersebut. Dia mengaku, bukan
Pileg 2009 sebesar 70 persen. Pemilih kali pertama mendapat bingkisan dari
sebanyak 111.015 orang. Di Kota si calon itu. “Sudah empat kali, dan
Metro tersebar di 238 TPS. Kenaikan pernah dikasih uang Rp50 ribu.9
angka partisipasi pemilih tersebut Mungkin masih banyak contoh-
mengundang banyak pertanyaan. contoh lain di Kota Metro yang
Apakah hal tersebut muncul dari menerima bingkisan atau sekedar
kesadaran politik warga yang ingin uang transportasi bahkan amplop
mewujudkan cita-cita mulia dari yang sering dikenal dengan “serangan
demokrasi? Atau apakah ada faktor fajar” sebagai senjata terakhir yang
lain yang menyebabkan kenaikan dimiliki oleh para calon pada hari H
angka pemilih tersebut? Mengingat, Pilkada berlangsung. Kemasan aliran
hasil survei yang telah dikemukakan di uang daripara elite politik di kota
atas, diindikasikan bahwa politik uang Metro menjelang Pilkada bermacam-
juga berperan dalam meningkatkan macam rupanya. Mulai dari bagi-
partisipasi pemilih. bagi bingkisan gratis, uang sampai
Penelitian Sai Wawai Institute mengadakan acara dengan berbagai
menyebutkan bahwa angka partisipasi hadiah yang fantastis. Bak cendawan
politik yang tinggi di Kota Metro yang merebak di musim hujan,
saat Pemilu dan Pilpres disebabkan begitupun para dermawan dadakan
oleh dua hal. Pertama, disebabkan menampakkan batang hidungnya
oleh intensifnya sosialisasi yang jelang Pilkada.
dilakukan oleh penyelenggara Pemilu Menurut Fathoni10, salah kaprah
dan intensitas para politisi dalam istilah “money politic” dimaknai
“menggerakan” pemilih ke TPS. sebagai barter suara antara pemilih
Pada konteks Pilkada, rendahnya dan orang yang minta dipilih, padahal
kesadaran politik masyarakat dan yang dimaksud adalah “membeli
masih banyaknya rakyat miskin pemilih (voter buying). Hak suara yang
yang menjadi sasaran politik uang. dimiliki pemilih dibarter dengan nasi
Ditambah dengan kecilnya luas Kota bungkus, uang, kaos, beasiswa, sepeda
Metro menyebabkan persaingan motor, atau bahkan proyek-proyek
antar calon kepala daerah semakin besar, tergantung kuantitas suaranya.
sengit berebut suara rakyat. Sehingga Dan memang, demokrasi macam ini
penawaran suara hingga menembus tidak berorientasi pada kualitas, tetapi
9
M. Yamin Panca Setia. 2015. Gotong Royong
angka 250-300 ribu per kepala8. Melawan Politik Uang. Metro: Sai Wawai Publishing.Hlm
8
Wawancara dengan Dharma Setyawan, peneliti 43.
Sai Wawai Institute tanggal 15 Oktober 2015 10
Fathoni, 2015.Ibid, Hlm 33.
tumbuh dengan pesat.15 Banyaknya informasi dari, untuk dan oleh warga.
media yang terbit, menyisakan Keterlibatan warga di Kota Metro
berbagai persoalan konten. Media selain sebagai penerima informasi,
sering mengabaikan tanggung jawab juga sebagai jurnalis. 17.
menyuguhkan informasi mendidik Guna mencapai langkah tujuan
dan menjalankan fungsi kontrol tersebut pojoksamber.com secara
sosial. Mutu media dikorbankan. Di aktif bekerjasama dengan berbagai
Indonesia, tingkat penetrasi media pihak melakukan berbagai kegiatan.
sebagai sumber berita politik yang Kampanye Metro Menulis dan Metro
tinggi menimbulkan kekhawatiran Melek Media, pelatihan jurnalisme
tersendiri terhadap asupan informasi warga, lomba penulisan, hingga dis-
politik yang diterima oleh publik. kusi maupun seminar, menjadi ke-
Terlebih, dalam masa-masa kampanye, giatan rutin yang direalisasikan portal
informasi politik menjadi salah jurnalisme warga Pojoksamber.com.
satu hal yang sangat krusial dalam Beberapa bulan terakhir ini,
menentukan kualitas demokrasi. pojoksamber.com juga intens menga-
Brian Mc Nair16 mencatat ada lima wasi proses jelang Pilkada di kota
peran media dalam mewujudkan Metro. Berbagai berita, informasi, foto
kehidupan demokratis. Pertama, untuk dikirim warga ke admin pojoksamber.
menginformasikan apa yang terjadi di com untuk diberitakan terkait
lapangan (surveillance). Kedua, media kampanye calon kepala daerah dan
mengedukasi masyarakat ihwal fakta lain-lain. Adapun pojoksamber.com
yang ditemukan di lapangan. Ketiga, bersifat netral terhadap semua calon
media menjadi wadah diskursus yang yang ada di Metro.
kemudian dapat mempengaruhi opini Shoemaker dan Reese mengung-
publik. Keempat, media juga berperan kapkan bahwa peran media dapat
sebagai pemantau pemerintah (watch dilakukan melalui pendekatan pasif.
dog). Kelima, media juga memiliki Media sebagai kanal yang hanya
peran untuk mengadvokasi beberapa melaporkan realitas sosial. Konsep
pandangan politik (persuasion). null effect model dimana media
Terlepas dari keadaan ideal tersebut, mempresentasikan realitas tanpa
liputan-liputan politik di media adanya distorsi.18
cenderung bisa subyektif dan partisan, pojoksamber.com berupaya menye-
alih-alih obyektif atau tidak berpihak. diakan panggung dan saluran untuk
Para pegiat pojoksamber.com warga berekspresi dan menjaga
tidak hanya mengajak warga untuk kotanya. Mengingat tingginya indikasi
menulis tapi juga menyediakan tempat 17
Beberapa kontributor memanfaatkan jaringan
bagi warga untuk memproduksi warga Indonesia yang bekerja atau sedang menempuh
pendidikan di luar negeri seperti kontributor dari negara
15
Catatan Dewan Pers pada 2014 jumlah media di Hongkong, Belanda, Jepang, Malaysia, Inggris, Perancis
Indonesia mencapai 2130 media. Rinciannya: 567 media dan lainnya. Untuk memenuhi kualitas berita, informasi
cetak harian, mingguan dan bulanan, 1166 stasiun yang disampaikan warga tetap disunting oleh tim editor
radio, 194 TV bersiaran lokal dan nasional dan 211 media pojoksamber.com secara profesional.
online.
18
Shoemaker, Pamela J. and Stephen D. Reese.
16
Brian McNair. 2011. An Introduction 1996. Mediating tje Message : Theories of Influences
Communication. Newyork: Roudledge. Hlm 21 on Mass Media Content. Second Edition. New York :
Longman, hal 23
Free Topics: Exposing the result of study and research related to legal thought,
politic and democracy, particularly in an attempt to reorganize electoral system
in Indonesia towards modern democratic state. A manuscript can be a dissertation,
thesis, or essay, and also independent research (scientific work)
ABSTRAK/ABSTRACT
atau blog memiliki arti yang sama. sphere) yang merupakan sebuah
Kata “Weblog” menjadi “Blog” pertama arena dimana warga masyarakat
kali diperkenalkan oleh Peter Merholz dapat memberi kontribusi, diskusi
ketika dia mencoba menerjemahkan dan membuat keputusan berkait
singkatan kata blog pada blog pri- dengan isu-isu publik. Blogosphere
badinya di Peterme dot com. Weblog hadir untuk mendeskripsikan jumlah
atau blog diartikan sebagai online diari besar hubungan timbal balik melalui
di mana informasi secara elekronik blog roll lists, hot links to private posts,
dipublikasikan, di update berkala dan trackbacks dan syndications services.
ditampilkan secara kronologis24. Andrew dalam Lasica27 berpen-
Orang yang secara aktif menulis dapat bahwa banyak bentuk online
dan mengoperasikan blog dinamakan journalism termasuk didalamnya
blogger. Kegiatan meng-update sebuah blog sedang tumbuh pesat, hal ini
blog dengan menambahkan informasi dimungkinkan karena turunnya kre-
dinamakan blogging. Sementara dibilitas media mainstream. Andrew
ekspresi umum untuk melukiskan percaya bahwa blog akan menjadi
komunitas blog dan blogger dinamakan media yang lebih kredibel ketika
blogosphere, dimana antar mereka beberapa media lain sudah mulai
berhubungan satu sama lain. Jadi kehilangan kredibilitasnya. Baker dan
blogosphere merujuk pada semua blog Green (2005) mencatat bahwa blog
dan koneksi diantara mereka. adalah alat warga masyarakat untuk
Bruns dan Jacobs25 menyatakan memublikasikan berita dan informasi.
bahwa blogosphere adalah semua blog Melalui blog orang dapat berbuat guna
dan komunikasi interaktif diantara menetraliskan dominasi informasi
blogger melalui link, komentar dan dari media mainstream.
trackbacks. Ini adalah perangkat yang Blog memang telah tumbuh pesat
unik dalam struktur dan distribusi dari waktu ke waktu. Menurut search
informasi. Lebih dari itu blogosphere engine di internet Technorati (2004)
menopang beberapa bentuk blog melaporkan bahwa tahun 2004
seperti political blogging, entertainment jumlah blog lebih dari 4.298.000 sites.
blogging, hobby blogging, mommy Pada Juli 2005 ada lebih dari 900
blogging, dan technology blogging. ribu tulisan yang dibuat setiap hari28.
Seperti didiskusikan oleh Ward Sementara itu Technorati pada 2007
dan Cahill26 bahwa blogosphere adalah melaporkan bahwa search engine
inspirasi dari ruang publik (public untuk weblog lebih dari 112 juta blog
di seluruh dunia. Masih menurut
24
Blood, R. (2005).Weblogs: a history and
perspective. In E. P. Bucy (Ed.), Living in the information Technorati bahwa setiap hari ada
age. Belmont, CA: Wadsworth. sekitar 120 ribu blog baru dibuat orang
Keren, M. (2004). Blogging and the politics of
melancholy. Canadian Journal of Communication. 27
Lasica, J.D. (2002). Blogging as a form of
25
Bruns dan Jacobs (2006), op.cit. p.5 journalism. Online Journalism Review, http://www.ojr.
26
Ward, I. & Cahill, J. (2007). Old and new media: org/ojr/workplace/1017958873.php
blogs in the third age of political communication. http:// 28
Quiggin J. (2006a). Economic blog and blog
www.arts.monash.edu.au/psi/news-and-events/apsa/ economics. In Bruns, A. & Jacobs J. (Ed.). Uses of blogs.
refereed-papers/media-and-culture/ward_cahill.pdf New York: Peter Lang.
Jurnal ETIKA & PEMILU Vol. 1, Nomor 4, Desember 2015 97
TULISAN UMUM (GENERAL ARTICLES)
blogosphere_gill.pdf
Gillmor, D. (2004), We the media: Kahney, L. (2003). “Citizen reporters
grassroot journalism by the people, make the news”. Wired News, May
for the people. California: O’Reilley. 17. http://www.wired.com/news/
Haas, T. (2005). “From ‘public journalism’ culture/0,1284,58856,00.html.
to the ‘public’s journalism’? Rhetoric Keren, M. (2004). Blogging and the
and reality in the discourse on politics of melancholy. Canadian
weblogs”. Journalism Studies. Vol. 6, Journal Of Communication.
No. 3. pp.387-396. Kitley, P. (1994). “Fine turning control:
Haenens, L. Verelst, C. & Gazali, E. commercial television in Indonesia”.
(2000). “In serach of quality mea- Continuum: The Australian Journals
sures For Indonesian television of Media and Culture.Vol. 8 pp.102-
news”, in David French & Michael 123.
Richards (eds), Television in _____ (2001). After the bans: modelling
Contemporary Asia. New Delhi: Indonesian communications for
Sage Publications. the future, in Lloyd, G. & Smith, S.
Heinrich, A. (2008), Network journa- (eds), Indonesia Today. Challenges
lism: moving towards a global of History, Singapore: Institute of
journalism culture, PhD Thesis. Southeast Asian Studies.
University of Otago, New Zealand. Kolodzy, J. (2006). Convergence journa-
http://www.uta.fi/jour/ripe/ lism: writing and reporting across
papers/Heinrich.pdf the news media. Maryland: Rowman
Heryanto, A. & Adi, S.Y. (2002). & Littlefield Publishers.
“Industrialised media in democra- Kurniawan, N. (2007). “Journalism
tising Indonesia”. In Changing warga di Indonesia, prospek dan
Times: ASEAN States in Transition, tantangannya”. Journal Makara,
ed.Russell Hiang Khng Heng Sosial Humaniora, Vol. 11, No. 2.
(Singapore: Institute of Southeast pp.71-78.
Asian Studies) pp.47-82.
Lasica, J.D. (2002). Blogging as a form
Heryanto, A. & Hadiz, V.R. (2005). of journalism. Online Journalism
“Post-authoritarian Indonesia: Review, http://www.ojr.org/ojr/
a Comparative Southeast Asian workplace/1017958873.php
Perspective”. Critical Asian Studies.
_____ (2003a). What is participatory
Vol.37, No. 2, June, pp. 251-275.
journalism?. Online Journalism
Hill, D. & Sen, K. (2005). The Internet Review, http://www.ojr.org/ojr/
in Indonesia’s new democracy. workplace/1060217106.php
London:Routledge.
_____ (2003b), Blog and journalism
Johnston, C. B., (1998) Global new access need each other. Nieman Reports,
the impact of new communications vol. 57, no. 3. http://www.jdlasica.
technologies, Westport: Praeger. com/articles/nieman.html
merazd83567.pdf;jsessionid=6E8
Lestari, D. (2009). “Journalism 4248C34A4B4D94DFE4DDC5980
ngeblok, masih terlalu jauh”. 051E?sequence=2
Antara news. http://www.antara. Outing, S. 2005. The eleven layers of
co.id/arc/2009/2/7/jurnalisme- citizen journalism. Poynter Online.
ngeblog-masih-terlalu-jauh/ http://www.poynter.org/content/
Lim, M. (2002).”Cyber-civic space content_view.asp?id=83126
in Indonesia from panopticon to Perlmutter, D.D. & McDaniel, M.
pandemonium?” Journal IDPR, Vol (2005). The ascent of blogging.
24, No.4. http://www.public.asu. Nieman Reports. http://www.
edu/~mlim4/files/Lim_IDPR_ nieman.harvard.edu/reportsitem.
final.pdf aspx?id=100641
Lin, J. & Halavais, A. (2006). Priyambodo. (2008). Tatkala
“Geographical distribution of blogs multimedia massa kian dekat ke
in the United States”. Webology, publiknya. http://cyberjournalism.
Vol. 3 (4). http://www.webology. files.wordpress.com/2008/08/
ir/2006/v3n4/a30.html wajah_cybermedia.pdf
Littau, J. (2007). Citizen journalism Quiggin J. (2006a). Economic blog
and community building: predictive and blog economics. In Bruns, A. &
measure of social capital generation. Jacobs J. (Ed.).Uses of blogs. New
Master Thesis. University of York: Peter Lang.
Missouri, Columbia. http://edt. _____ (2006b) “Blogs, wikis and creative
missouri.edu/Winter2007/ innovation”. International Journal
Thesis/LittauJ-050307-T6908/ of Cultural Studies, Vol. 9(4): pp.
short.pdf. 481–496.
Low, P.,C. (2003). The media in society Reich, Z. (2008). “How citizen create
in transition, a case study of news stories. The ‘news access’
Indonesia. Master Thesis. TUFTS problem reversed”. Journalism
University. http://fletcher.tufts. Studies, Vol.9 No.5, pp. 739-758.
edu/research/2003/PitChenLow.
Rife, D., Lacy, S., & Fico, F.G. (2005).
pdf
Analysing media messages. London:
Meraz, S. M., (2007). The networked Lawrence Erlbaum Association.
political blogosphere and mass
Sen, K. & Hill, D.T. (2000). Media, culture
media: understanding how agen-
and politic in Indonesia. New York:
das are formed, framed, and
Oxford University Press.
transferred in the emerging new
media environment. PhD Thesis. Schaffer, J. (2007). Citizen media: fad or
The University of Texas, Austin. the future of news?, Knight Citizen
http://repositories.lib.utexas.edu/ NewsNetwork. http://www.j-lab.
bitstream/handle/2152/3637/ org/citizen_media.pdf
Shoemaker, Pamela J., Eichholz, Martin,
ABSTRAK/ABSTRACT
Dari sudut pandang asas pemilihan yang demokratis, sistem noken yang
digunakan oleh masyarakat Papua merupakan praktik pelanggaran
terhadap hukum yang masuk kategori pelanggaran sistematis, terstruktur,
dan masif dalam penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu). Meskipun
Mahkamah Konstitusi (MK) mengakui dan mempertimbangkan proses
dan sistem pemungutan suara dengan sistem noken dengan penafsiran
“noken suatu budaya kearifan lokal, namun putusan MK memerintahkan
kepada penyelenggara Pemilu untuk melakukan pemungutan suara ulang
dan penghitugan suara ulang”. Berdasarkan penelitian yuridis normatif,
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menerbitkan Keputusan Nomor 01/Kpts/
KPU Prov.030/2013 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pemungutan Suara
Dengan Menggunakan Noken Sebagai Pengganti Kotak Suara, sebagai
tindak lanjut Putusan MK No. 47-48/PHPU.A-VI/2009, dan diperkuat oleh
Mahkamah pada Putusan Nomor 14/PHPU.D-XI/2013 dan Nomor 06-32/
PHPU-DPD/XII/2014. Putusan tersebut menggambarkan pertimbangan
hukum tidak serta merta dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan sengketa hasil pemilihan di Provinsi Papua. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pemungutan suara pada pemilihan dengan
sistem noken di Provinsi Papua diakui oleh MK dan dibenarkan secara
hukum.
The polemic of noken system used by the people of Papua, this is a violation of
the law that systematic, structured and massive during the last presidential
election. Eventhough, The Constitution Court admitted and considered the
process and the voting system used noken with the interpretation that “noken
is an indiginous local wisdom”. However, The Constitution Court command
to re-voting and re-counting the votes” to the election organizers. Based
on the research of normative General Election Commission published the
verdict No. 01/Kpts /KPU Prov.030/2013 explaining on How the Technical
Guidelines on Voting Procedures Using Noken System as substitute of
ballot box, as a follow-up over the verdict of the Constitutional Court No.
47-48/PHPU.A-VI /2009, and confirmed by the Court in the verdict No.
oleh Majelis Hakim Mahkmah Kons- Pemilu tersebut, misal faktor geografis,
titusi pada perkara Perselisihan sosiologis, dan adaptasi kultur yang
Hasil Pemilihan Umum Papua Nomor terjadi di masyarakat, namun demikian
47-48/PHPU.A-VII/2009 hanyalah pemerintah menilai bahwa seiring
bersifat kasuistis5, Mahkamah pada berjalannya waktu dan perkembangan
Putusan Nomor 14.PHPU.D-XI/2013 dinamika masyarakat disegala as-
dan Putusan Nomor 06-32/PHPU- pek kehidupan dan upaya-upaya
DPD/XII/2014 pada pertimbangan yang dilakukan pemerintah tentu
Mahkamah menyatakan bahwa saja akan membangun pemahaman
menurut Majelis Rakyat Papua hasil masyarakat dalam memperbaiki
Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil pelaksanaan pemilihan umum yang
Gubernur Provinsi Papua Tahun 2013, bercorak kedaerahan hendaknya
yang dilakukan masyarakat dengan segera diseragamkan sesuai dengan
memasukkan surat suaranya dalam sistem yang berlaku secara nasional.
noken-noken, tertentu dan/atau me- Pemahaman Mahkamah dalam
ngikat surat suaranya untuk ditusuk hal pengakuan sistem noken yang
atau dicontreng setelah sebelumnya merupakan suatu terobosan hukum
dilakukan musyawarah bersama atau dapat dikatakan berdasarkan unsur
berdasarkan keputusan otoritas kepala sosiologi. Beberapa ahli hukum mem-
suku adalah sah adanya. Hal ini sesuai berikan definisi mengenai unsur so-
dengan Putusan Mahkamah Konstitusi siologis, satu diantaranya adalah Selo
Nomor 81/PUU-VIII/2010 bahwa Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
pemilihan yang demokratis itu dapat menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu
secara langsung atau tidak secara masyarakat ialah ilmu yang mempela-
langsung berdasarkan perwakilan, dan jari struktur sosial dan proses-proses
kedua-duanya sesuai dengan UUDasar sosial. Struktur sosial adalah keseluru-
1945 dan Pancasila. Oleh karena di han jalinan antara unsur-unsur sosial
dalam sila keempat tersimpul bahwa yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial
dalam sistem demokrasi di Indonesia (norma-norma sosial), lembaga-lem-
harus berdasarkan “kerakyatan yang baga sosial, kelompok-kelompok serta
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan lapisan-lapisan sosial.
dalam permusyawaratan/perwakilan”. Proses sosial adalah pengaruh
Merujuk pada nilai dasar kons- timbal balik antara berbagai segi ke-
titusional dan falsafah dasar Negara hidupan bersama, misalnya pengaruh
Kesatuan Republik Indonesia yaitu timbal balik antara segi kehidupan
Pancasila. Pertimbangan Mahkamah ekonomi dengan segi kehidupan po-
tidak terlepas dari beberapa faktor litik, antara segi kehidupan hukum
yang mempengaruhi pelaksanaan dan segi kehidupan agama, antara segi
kehidupan agama dan segi kehidupan
5
Suatu teori hukum dipandang menurut ajaran
modern berdasarkan tujuan Ajaran Prioritas Kusuistis,
ekonomi dan lain sebagainya. Salah
dalam ajaran ini tujuan hukum tidak disamaratakan dari satu proses sosial yang bersifat ter-
ketiga nilai tadi, tapi dilihat secara kasuistis, artinya bisa sendiri ialah dalam hal terjadinya pe-
saja dalam suatu kasus yang dihadapi keadilan yang
diutamakan, demikian kasus lainnya yaitu kemanfaatan rubahan-perubahan di dalam struktur
dan yang lainnya diprioritaskan kepastian.
memilih calon Kepala Daerah, tetap berada pad tiang atau pada leher
Presiden dan Wakil Presiden serta orang tertentu dengan tidak berpindah
wakil-wakil rakyat dalam pemilihan tempat sesuai petunjuk Ketua KPPS.
anggota legislatif di tingkat daerah Pasal 4 menyatakan bahwa Pe-
maupun pusat. Pemilihan dilakukan nghitungan Suara dimulai dengan
atas dasar kesepakatan bersama menghitung jumlah surat suara yang
sekelompok orang yang dipimpin ada dalam noken, setelah dihitung
oleh tokoh masyarakat/Kepala jumlah surat suara untuk Pasangan
Suku dari masyarakat setempat Calon yang dikehendaki, maka Petugas
dengan meminta surat suara sesuai KPPS yang ditunjuk harus mencoblos
dengan jumlah orang yang ada satu persatu surat suara yang sudah
untuk dimasukkan di dalam noken dihitung dalam noken tersebut
kepada pasangan calon/partai/ sesuai pilihan masyarakat kepada
calon siapa suara diberikan. pasangan calon siapa suara mereka
Tata Cara Penggunaan Noken pada diberikan dan disaksikan oleh saksi
Pasal 3 menyebutkan kelompok dan/ pasangan calon, Panwas Lapangan,
atau anggota masyarakat pemilih dan Tokoh Masyarakat/Kepala Suku
yang menggunakan noken dapat yang mewakili kelompok tertentu.
menyediakan sebatang kayu yang Surat suara yang ada dalam noken
ditancapkan/ditanam dalam area ditambahkan dengan hasil pilihan
TPS dengan petunjuk Ketua KPPS masyarakat/pemilih yang ada dalam
yang berfungsi untuk mengikatkan kotak suara untuk pasangan calon
noken pada tiang tersebut selama tertentu dan ditetapkan didalam
berlangsungnya pemungutan suara berita acara model C, model C1-KWK
atau dengan cara lain menurut KPU, Lamp. Model C1-KWK KPU dan
kebiasaan masyarakat Papua setempat Model C2-KWK KPU ukuran besar.
seperti menggantung noken pada Noken yang telah berisi surat suara
leher. Pemilih yang berkehendak tidak dibenarkan dibawa oleh Tokoh
menggunakan noken dapat mema- Masyarakat/Kepala Suku sampai di
sukkan surat suara ke dalam noken PPS, PPD bahkan sampai di KPU Kab/
untuk pasangan calon yang dike- Kota, setelah surat suara dalam noken
hendaki atau dapat diwakilkan yang telah dihitung dan dicoblos oleh
dan/atau kepada Kepala Suku petugas KPPS untuk pasangan calon
sesuai kebiasaan yang berkembang tertentu sesuai pilihan masyarakat/
dalam masyarat selama ini, selama pemilih digabungkan dengan surat
berlangsung pemungutan suara, noken suara lainnya dalam kotak suara
yang telah berisi Surat Suara tidak setelah selesai penghitungan suara.
dibenarkan untuk dibuka, dihitung Keputusan Komisi Pemilihan Umum
dan dibawa oleh tokoh masyarakat/ Provinsi Papua Nomor: 01/Kpts/KPU
kepala suku yang mewakilinya. Prov.030/2013 tentang Petunjuk
Isi noken hanya dapat dibuka dan Teknis Tata Cara Pemungutan Suara
dihitung oleh petugas KPPS. Selama Dengan Menggunakan Noken Sebagai
berlangsung pemungutan suara, noken Pengganti Kota Suara Pasal 4 ayat (2)
GAGASAN PENGUATAN
SISTEM ETIKA PROFESI
DAN JABATAN
DI SEKTOR PUBLIK
(PUBLIC OFFICES AND
Jimly Assiddiqie SECTORS)
Ketua Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP)
Republik Indonesia
S
tandar sistem etik profesi dan masyarakat luas pada umumnya.
perilaku dalam berorganisasi Pada mulanya, pada sekitar abad
di era modern sekarang ini pertengahan sampai abad pra modern,
memerlukan penguatan secara teknis hanya dikenal adanya tiga jenis
maupun substansial guna mewujudkan pekerjaan yang disebut sebagai “the
suasana kerja yang produktif dan so-called learned professions”, yaitu
profesional. Subjek yang dituntut para profesional di bidang agama,
kepatuhannya akan kode etika dan pengobatan (kesehatan), dan di bidang
standar-standar perilaku ideal adalah hukum (“divinity, medicine, and law”).
(i) para profesional, dan (ii) anggota Beberapa perkembangan yang
organisasi agar mampu menjaga menimbulkan loncatan dalam sejarah
standar perilaku yang diidealkan menyebabkan pelbagai jenis pekerja-
dalam kehidupan bersama dalam an ikut diidentifikasikan sebagai
profesi atau dalam organisasi. Yang profesi, misalnya adalah: (i) mulainya
dimaksud dengan profesi disini tidak muncul kebutuhan akan pekerjaan
lain merupakan suatu pekerjaan yang yang bersifat purna-waktu (full-time
dibangun atas dasar pendidikan yang occupation); (ii) munculnya kebutuhan
berkeahlian khusus, dengan maksud sekolah dan universitas untuk men-
untuk memberikan nasihat objektif didikkan dan melatihkan keahlian;
dan pelayanan untuk kepentingan (iii) berkembangnya kesadaran ber-
orang lain yang menjadi klien dan organisasi dan membentuk asosiasi di
Jurnal ETIKA & PEMILU Vol. 1, Nomor 4, Desember 2015 127
KULIAHETIKA
Mengenal
Penyelenggara
Pemilu di Dunia
P
emilihan Umum (Pemilu) telah parlementer. Bahkan, negara-negara yang
menjadi bagian tak terpisahkan bagi sistem pemerintahannya sama pun, model
negara-negara penganut demokrasi. Pemilu atau untuk memilih siapa Pemilu
Pemilu digunakan sebagai mekanisme juga dapat berbeda.
dalam proses pergantian jabatan, Unsur lain yang tidak dapat diabaikan
khususnya di dua cabang kekuasaan, dalam penyelenggaraan Pemilu adalah
yakni di lembaga legislatif dan lembaga keberadaan penyelenggara Pemilu. Di
eksekutif. Seiring perkembangan zaman, setiap negara, siapa yang menjadi penye-
Pemilu telah berubah menjadi sistem lenggara Pemilu bisa saja berbeda. Ada
tersendiri yang selanjutnya melahirkan yang dilaksanakan oleh pemerintah, ada
pelbagai corak, model, dan cara yang yang dilaksanakan oleh sebuah komisi,
disesuaikan dengan sistem pemerintahan dan ada juga yang dipercayakan kepada
negara masing-masing. Di negara penganut pengadilan. Buku “Penyelenggara Pemilu
sistem pemerintahan presidensial, Di Dunia” yang diterbitkan oleh Dewan
model Pemilu akan berbeda dengan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)
negara penganut sistem pemerintahan akan mengurai secara spesifik tentang
politik sebagai perwujudan kedaulatan Manusia dan dokumen hukum lain yang
rakyat. Pemilu yang baik akan mampu terkait, yaitu Deklarasi Universal tentang
mencerminkan arus harapan yang muncul Hak Asasi Manusia tahun 1948; Perjanjian
dalam masyarakat tentang apa yang Internasional tentang Hak-hak Sipil dan
mereka inginkan dari pemerintahannya. Politik tahun 1960; Konvensi Eropa
Dari aspek jangkauan partisipasi, Pemilu tahun 1950 (bersama Protokolnya) untuk
juga menyediakan ruang partisipasi yang Perlindungan Hak Asasi Manusia dan
memadai bagi dihimpunnya aspirasi Kebebasan Asasi; Dokumen Pertemuan
publik. Dengan Pemilu yang jujur dan Copenhagen tahun 1990 dari Konferensi
terbuka rakyat mendapatkan informasi Dimensi Manusia pada Konferensi untuk
mengenai calon kepala daerah sebelum Keamanan dan Kerja Sama Eropa (CSCE);
publik menentukan pilihannya secara Deklarasi Amerika tahun 1948 tentang
rasional. Hak dan Kewajiban Manusia; Konvensi
Pemilu dan demokrasi adalah ba- Amerika tahun 1969 tentang Hak Asasi
gian tak terpisahkan dalam sistem Manusia; dan Piagam Afrika tahun 1981
pemerintahan. Sebuah negara atau tentang Hak Manusia dan Masyarakat.
pemerintahan yang mengadopsi nilai-nilai Ada 15 aspek yang bisa dijadikan
demokrasi akan melaksanakan Pemilu ukuran untuk melihat Pemilu yang
dalam proses pergantian ke-kuasaan. demokratis.
Meskipun dalam praktik dan sistem 1. Penyusunan Kerangka Hukum. Ke-
Pemilu di setiap negara berbeda-beda. rangka hukum Pemilu harus disusun
Namun, secara teoretis demokrasi hendak sedemikian rupa sehingga tidak
menjawab dua pertanyaan penting: untuk bermakna ganda, mudah dipahami, dan
kepentingan siapa kekuasaan dijalankan harus dapat menyoroti semua unsur
(demokrasi substansial); dan bagaimana sistem Pemilu yang diperlukan untuk
kekuasaan itu dikelola (demokrasi memastikan Pemilu yang demokratis.
prosedural). Dua pertanyaan kunci ini 2. Pemilihan Sistem Pemilu. Standar
juga dapat dikemukakan dalam konteks internasional menyebutkan, di dalam
Pemilu: untuk kepentingan siapa Pemilu sistem Pemilu harus terdapat badan-
dilaksanakan; dan bagaimana menjamin badan yang dipilih, frekuensi Pemilu,
Pemilu agar kepentingan rakyat betul- dan lembaga penyelenggara Pemilu.
betul diakomodasi. 3. Penetapan Daerah Pemilihan. Ke-
Tentang Pemilu yang ideal, setidaknya rangka hukum Pemilu harus me-
dapat dirujuk dari Serial Buku Panduan mastikan bahwa daerah pemilihan
“Standar-standar Internasional untuk dibuat sedemikian rupa sehingga
Pemilihan Umum Pedoman Peninjauan setiap suara setara untuk mencapai
Kembali Kerangka Hukum Pemilu”, yang derajat keterwakilan yang efektif.
diterbitkan oleh International Institute 4. Hak untuk Memilih dan Dipilih. Ke-
for Democracy and Electoral Assistance rangka hukum harus memastikan
(International IDEA) Tahun 2002. IDEA semua warga negara yang memenuhi
menerangkan tentang standar yang syarat dijamin bisa ikut dalam
diakui secara internasional dan menjadi pemilihan tanpa diskriminasi.
rujukan untuk melihat apakah sebuah 5. Badan Penyelenggara Pemilu. Badan
Pemilu sudah demokratis. Sumber-sumber penyelenggara Pemilu harus dijamin
utama dari standar internasional yang bisa bekerja secara independen.
dijadikan rujukan International IDEA 6. Pendaftaran Pemilih dan Daftar Pe-
adalah berbagai deklarasi dan konvensi milih. Kerangka hukum harus me-
internasional, regional, serta Deklarasi wajibkan penyimpanan daftar pe-
dan Konvensi PBB tentang Hak Asasi milih secara transparan dan akurat,