SKRIPSI
Disusun oleh:
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439 H
LEMBAR PERNYATAAN
1。 Skripsi ini merupよ an hasil karya asli dai saya sendi五 yang dittLlkan untuk
「sarJana dalaIII Jen」 ang
memenuhi saltth satu persyaratan memperolch gel〔 】
2. Semua sumber yang saya gunakan dal〔 In penulisan ini tel〔 ■l saya cantumkan
3。 Jika dikelnudian hari terbukti bahwa kaFya ini bukan hasil karya asli saya atau
SICRIPSI
Oleh
Pembimbing
saltt satu syttat memperoleh gelar Sttana Humttiora(SoH■ lln。 )pada progr枷
studi Saartt dtt Perad島 狙 Islam.
Jttk劉 飩a,l November 2017
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota S ekretaris Merangkap Arggota
Pembimbing
Peran Gerakan Kifaya dalam Perubahan Sistem Politik Mesir Masa Husni
Mubarak (2003-2008)
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji usaha gerakan sosial dalam mereformasi
sistem politik Mesir pada masa pemerintahan Husni Mubarak (lahir, 1928). Beliau
memerintah sebagai presiden Republik Arab Mesir selama 30 tahun (1981-2011).
Gerakan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah gerakan Kifaya/gerakan
“Cukup” anti Mubarak yang pertama (Kifaya “Enough” movement). Yakni,
sebuah gerakan yang memperkenalkan metode baru dari tindakan kolektif dalam
sebuah gerakan sosial di Mesir. Secara khusus penulis akan mengkaji gerakan
Kifaya dari mulai berdirinya pada tahun 2003 sampai kemundurannya pada tahun
2008. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
sejarah pada umumnya yakni, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi
disertai pendekatan sosiologis dan politik. Temuan dalam penelitian ini adalah
bahwa gerakan Kifaya merupakan gerakan massa, bukan gerakan politik formal.
Karena itu, tujuannya bukanlah mencapai kekuasaan, melainkan sebuah gerakan
koalisi nasional yang bertujuan untuk mengakhiri kekuasaan presiden Mubarak,
serta untuk mencegah upaya pewarisan kekuasaan dari Mubarak kepada putranya.
Anggota gerakan Kifaya mencakup semua lapisan masyarakat Mesir dari berbagai
macam ideologi, profesi, dan agama. Lebih dari itu, gerakan Kifaya menggunakan
media sosial sebagai alat dalam pergerakannya dan tanpa menggunakan kekerasan
fisik.
Kata Kunci: Reformasi Politik, Republik Arab Mesir, Husni Mubarak, dan
gerakan Kifaya.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala, atas
segala nikmat dan karunia-Nya, karena segala sesuatu di dunia ini terjadi atas izin-
Nya, termasuk rampungnya skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah
limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam,
keluarga, sahabat beserta umatnya yang senantiasa mengamalkan risalah yang
dibawanya. Dengan tekad yang kuat disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh
dan doa, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Gerakan Kifaya dalam Perubahan Sistem Politik Mesir Masa Husni Mubarak
(2003-2008).”
Di balik usaha dan kerja keras penulis terdapat orang-orang yang
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kendala yang berarti. Penulis persembahkan
ucapan terimakasih tersebut kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA., selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
3. Bapak H. Nurhasan, M.A., selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam.
4. Ibu Solikhatus Sa‟diyah, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam yang telah sabar mengurusi semua administrasi yang
penulis butuhkan.
5. Bapak Usep Abdul Matin, S.Ag., M.A., M.A, Ph.D., selaku dosen
pembimbing skripsi. Terima kasih atas motivasi dan perhatiannya, dengan
meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan arahan, serta masukan
selama penulis menyusun skripsi ini.
ii
6. Bapak Drs. Azhar Shaleh, M.A., selaku dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas curahan waktu, motivasi, dan perhatiannya selama penulis
menjadi mahasiswa.
7. Ibu Diah Susilawati dan Bapak Nana Suryana (alm) selaku kedua orang tua
penulis. Terima kasih untuk doa yang tak pernah putus, rasa sabar, motivasi,
cinta, dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah kalian berikan. Juga kepada
kakak dan adik-adik tercinta, Alvin, Zulfikar, Khaerunnisa, Sultan, Tyan,
Malik, dan Syakir. Terima kasih atas dukungan kalian dan menjadikan
rumah tempat yang nyaman untuk melepas penat. Skripsi ini penulis
persembahkan untuk cinta kasih yang kalian berikan.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis yakni Elis, Putri, Izmi, Lia, Yuni,
Nia, Fida, Sunnah, Burhan, Lukman, Fahmi, Ilham, Hanifan, dan Faqih.
Terima kasih telah menemani penulis melewati masa-masa sulit dalam
perkulihan maupun di luar perkuliahan. Terima kasih telah menjadikan
masa-masa kuliah begitu menyenangkan dan penuh kenangan. Terima kasih
telah menemani perjuangan ini hingga akhir. Tanpa dukungan, doa, dan
semangat dari kalian, sangat sulit bagi penulis untuk sampai pada titik ini.
9. Aidah, Alfian, Hafidzi, Anggra, terima kasih atas dukungan dan semangat
yang kalian berikan selama proses menyelesaikan skripsi ini. Terakhir untuk
teman-teman SPI Konsentrasi Timur Tengah angkatan 2013 dan semua
teman-teman yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, tetapi tidak
mengurangi rasa terima kasih penulis kepada kalian yang telah memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis selama perkuliahan maupun dalam
menyelesaikan skripsi ini.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................9
C. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................................9
D. Tujuan Penelitian ..........................................................................................10
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................10
F. Tinjauan Pustaka...........................................................................................10
G. Kerangka Teori .............................................................................................14
H. Metodologi Penelitian ...................................................................................15
I. Sistematika Penulisan ...................................................................................17
BAB II: MESIR PADA MASA PEMERINTAHAN MUBARAK ...................19
A. Sistem Pemerintahan Negara Mesir..............................................................19
B. Sejarah Pemerintahan Mesir dari 1952 .........................................................20
C. Biografi Husni Mubarak ...............................................................................32
D. Kebijakan Politik Husni Mubarak ................................................................35
1. Reformasi Politik ......................................................................................35
2. Undang-Undang Darurat ...........................................................................37
3. Kebijakan Pemilihan Presiden ..................................................................39
4. Kebijakan Multipartai (al-Ta‟dudiyah al-Hizbiyah) .................................39
BAB III: GERAKAN KIFAYA ..........................................................................42
A. Latar Belakang Gerakan Kifaya Berdiri .......................................................43
1. Faktor Internal (Dalam Negeri) .................................................................44
iv
2. Faktor Eksternal (Luar Negeri) .................................................................47
B. Tokoh-Tokoh Gerakan Kifaya ......................................................................53
C. Strategi Gerakan Kifaya ...............................................................................56
1. Strategi Internet .........................................................................................57
2. Demonstrasi ..............................................................................................61
BAB IV: PERAN GERAKAN KIFAYA DALAM PERUBAHAN SISTEM
POLITIK MESIR MASA HUSNI MUBARAK (2003-2008) ...........................65
A. Kiprah Gerakan Kifaya .................................................................................65
1. Gamal Mubarak dan Isu Suksesi ...............................................................66
2. Amandemen UU Pemilihan Presiden........................................................68
3. Pemilihan Presiden Tahun 2005................................................................74
4. Pemilihan Parlemen 2005 .........................................................................79
B. Kemunduran Gerakan Kifaya .......................................................................81
C. Gerakan Pasca Gerakan Kifaya ....................................................................83
BAB V: PENUTUP ..............................................................................................86
A. Kesimpulan ...................................................................................................86
B. Saran .............................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................88
LAMPIRAN ..........................................................................................................96
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Daftar Partai Politik pada Masa Presiden Mubarak ..............................40
Tabel 3.1: Anggota Gerakan Kifaya ......................................................................54
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammad Husni Sayyid Mubarak atau lebih dikenal dengan Husni
Mubarak lahir pada tanggal 4 Mei 1928 di Kafr el-Maselha provinsi Monufiyah,
Mesir. Mubarak merupakan presiden Mesir keempat setelah peristiwa revolusi
1952 yang menumbangkan Raja Farouk (memerintah 1936-1952). Revolusi
tersebut dianggap menjadi salah satu titik balik perjalanan sejarah politik Mesir.1
Mubarak merupakan presiden dengan masa jabatan terlama di antara tiga presiden
sebelumnya yaitu, Muhammad Naguib (masa jabatan 18 Juni 1953-14 November
1954), Gamal Abdul Nasser (14 November 1954-28 September 1970) dan Anwar
Sadat (28 September 1970-6 Oktober 1981).
Mubarak terpilih menjadi presiden bukan melalui pemilihan umum. Ketika
ia menjabat sebagai wakil presiden, Sadat ditembak mati oleh Khalid Al-Islambuli
pada 6 Oktober 1981. Pada saat itu, sedang diselenggarakan parade militer Mesir
dalam rangka memperingati Perang Arab-Israel 1973.2 Al-Islambuli, penembak
Sadat, merupakan salah satu tentara yang ikut dalam parade militer tersebut. Al-
Islambuli tergabung dengan kelompok Jama‟ah Islamiyah, yakni salah satu
kelompok Islam yang kecewa atas penandatanganan perjanjian Camp David 17
September 1978 oleh Presiden Sadat.3 Peran Mubarak mulai diperhitungkan
karena prestasinya dalam perang Arab-Israel 1973 tersebut. Saat itu, Mubarak
1
Menurut Osama Ghazali al-Harb, ada tiga titik balik dalam sejarah politik Mesir modern:
Pertama, kemerdekaan dari Kolonial Inggris 1922, yang melahirkan sistem Monarki. Kedua,
Revolusi 1952, yang mengakhiri sistem monarki menjadi republik pertama. Ketiga, usulan
presiden Husni Mubarak untuk mengamandemen pasal No. 76 yang dianggap akan melahirkan
Republik kedua. Lihat, Bulbul Abdurahman, “Dinamika Pemerintahan Mesir Menuju Negara yang
Demokratis: Ditandai Persaingan Antara Demokrat Islam Dengan Militer”, Jurnal Online
Westphalia, Vol. 13, No. 1, (2014), h. 117.
2
Negara-negara Arab yang terlibat dalam perang ini di antaranya Mesir, Libya, Suriah,
Yordania dan Irak. Perang Arab-Israel 1973 atau disebut juga Perang Yom Kippur. Mesir dan
negara-negara Arab yang ikut serta dalam perang ini berhasil melakukan serangan awal dengan
baik dan menerobos pertahanan Israel, sehingga kemenangan berada di pihak Arab. Lihat,
Britanica “Yom Kippur War Middle East [1973]” dalam https://www.britannica.com/event/Yom-
Kippur-War diakses Kamis, 11 Mei 2017 pukul 14.52 WIB.
3
Susan Muaddi Darraj, Modern World Leaders: Hosni Mubarak, (New York: Chelsea
House Publishers, 2007), h. 56-57.
1
2
4
Pembentukan Dewan Konsultatif bertujuan untuk melengkapi Majelis Rakyat, yang
berfungsi menghapuskan Arab Socialist Union (ASU), menegaskan kepatuhan Mesir kepada
syariat, dan melarang diskriminasi ras dan agama. Lihat, Arthur Goldschmidt Jr dan Robert
Johnston, Historical Dictionary of Egypt (Third Edition), African Historical Dictionaries No. 89,
(Oxford: The Scarecrow Press Inc, 2003), hal. 287.
5
Bulbul Abdurahman, “Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 118.
6
William E. Farrell, “Sadat Assassinated at Army Parade as Men Amid Ranks Fire Into
Stands: Vice President Affirms All Treaties” dalam
http://www.nytimes.com/learning/general/onthisday/big/1006.html diakses Kamis, 11 Mei 2017
pukul 15.33 WIB.
3
keterbukaan) dan tidak akan bersikap lunak terhadap korupsi dan kekacauan di
Mesir.7
Dalam hubungan dengan kelompok Islam di Mesir, Mubarak telah mencoba
melakukan perdamaian dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis semasa
pemerintahan Sadat dengan kelompok-kelompok Islam ekstrimis.8 Mubarak
membuka secara luas aktivitas dakwah dan menambah acara keislaman di televisi
dan radio. Ia juga mengizinkan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin untuk berkoalisi
dengan partai lain dalam memperebutkan kursi parlemen. Dalam batas tertentu
pemerintahannya masih bersikap toleran kepada kelompok Islam ekstrimis ini.
Mubarak mulai bertindak tegas saat terjadi penyerangan di salah satu kawasan
wisata Mesir yakni Kairo dan Luxor yang merupakan pilar ekonomi negara
Mesir.9 Pemerintah pun memilih berkonfrontasi dengan kelompok Islam ekstrimis
hingga terjadi upaya pembunuhan terhadap Mubarak pada saat ia di kota Addis
Ababa, Ethiopia, pada tahun 1995 oleh kelompok Islam Jama‟ah Islamiyah.10
Adapun masalah luar negeri, Mubarak menghadapi situasi regional yang
cukup sulit karena Mesir terisolasi dari dunia Arab akibat penandatanganan
Perjanjian Camp David 1978 oleh Sadat. Latar belakang diselenggarakannya
perjanjian ini secara garis besar untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di
Timur Tengah. Di antara isi perjanjian tersebut adalah membahas mengenai
kerangka kerja perdamaian antara Mesir dan Israel yang diwujudkan dengan
penarikan mundur pasukan Israel dari Gurun Sinai di tahun 1979.
Secara tidak langsung perjanjian ini mencerminkan bahwa Mesir menjadi
negara Arab pertama yang mengakui eksistensi Israel dan secara substansial
7
Susan Muaddi Darraj, Modern World Leaders: Hosni Mubarak…, h. 60.
8
Kelompok Islam ekstrimis di Mesir di antaranya: al-Jihad, Jama‟ah Islamiyah, al-Qaeda,
dan al-Takfir wa al-Hijra. Lihat, Hilary Kalmback, “Reviev Works: Muslim Rebels: Kharijites and
Politics of Extreamism in Egypt by Jeffrey T. Kenney”, International Journal of Middle East
Studies, Vol. 41, No. 2 (May, 2009), h. 309-311
9
Lucy Dean, The Middle East and North Africa 2004, 50th Edition, (London and New
York: Europa Publications, 2004), hal. 309.
10
Holly Fletcher, “Jamaat al-Islamiyya”, dalam http://www.cfr.org/egypt/jamaat-al-
islamiyya/p915 diakses 03 Mei 2017 pukul 21.31 WIB.
4
memperkuat Israel di kawasan Timur Tengah.11 Isi Perjanjian Camp David itu
membuat negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab12 kecewa atas tindakan
Mesir tersebut. Akibatnya keanggotaan Mesir dicabut selama 12 tahun. Mubarak
mencoba mengembalikan hubungan baik Mesir dengan dunia Arab lainnya. Pada
bulan Juli 1990 Mesir diterima kembali sebagai anggota dan berhasil
memindahkan kembali markas besar Liga Arab dari Tunisia ke Kairo.13
Selama tahun 1990-an, Mubarak fokus pada reformasi pendidikan dan
ekonomi. Reformasi tersebut meliputi bantuan pembiayaan usaha kecil, pinjaman
untuk pengusaha perempuan, membangun garasi untuk Armada Kairo, dan
menyediakan bahan-bahan ajar tentang pendidikan lingkungan. Selain itu,
terdapat proyek untuk memperkuat militer seperti pelatihan dan penyediaan
pesawat jet tempur, artileri modern, tangki, dan kendaraan personel lapis baja.
Sebagian proyek ini bisa berjalan karena hubungan dekat antara Amerika Serikat
dan Mesir.14
Selain dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan militer, Mubarak juga
melakukan reformasi dalam bidang sosial-politik. Ia melakukan demokratisasi
secara terbatas dengan terus memperkuat sistem multipartai serta kebebasan
berpendapat dan pers. Partai yang saat itu eksis pada masa pemerintahan Mubarak
di antaranya: National Democratic Party/Partai Nasional Demokrat (NDP) yang
merupakan partai Presiden Mubarak, dan partai-partai oposisi seperti Partai al-
Ghad (Tomorrow Party/Partai Hari Esok), Partai Wafd (Delegation Party/Partai
Delegasi), Ikhwanul Muslimin, Partai Tagammu/Hizb al-Tagamu al-Watani al-
Taqadomi al-Wahdawi (National Progressive Unionist Organization/Partai
Unionist Progresif Nasional), Partai Wasat (Center Party/Partai Tengah), dan
Partai Karama (Dignity Party/Partai Martabat).
11
Afaf Luthfi Al-Sayyid Marsot, A History of Egypt: From the Arab Conquest to the
Present, second edition (New York: Cambridge University Press, 2007), h. 160.
12
Liga Arab didirikan di Kairo pada tahun 1945 oleh Mesir, Irak, Yordania dan Yaman.
Saat ini Liga Arab terdiri dari 22 anggota. Lihat, Nations Online, “Arab League”, dalam
www.nationsonline.org/oneworld/arab_league.htm diakses Jumat 12 Mei 2017 pukul 05.03 WIB.
13
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Kairo, (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012), h. 33.
14
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt, (New York: An Imprint of Infobase
Publishing, 2008), h. 215.
5
15
Bulbul Abdurahman, Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 119.
16
Musthafa Abd Rahman, “Undang-Undang Darurat Dicabut”, dalam
http://nasional.kompas.com/read/2012/01/26/02161866/UndangundangDaruratDicabut diakses
Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 14.11 WIB.
17
Fidh, “The Emergency Law in Egypt”, dalam https://www.fidh.org/en/region/north-
africa-middle-east/egypt/THE-EMERGENCY-LAW-IN-EGYPT diakses 27 Oktober 2016, pukul
08.20 WIB.
18
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt, h. 217-218.
6
19
Eyal Zisser, “Does Bashar al-Assad Rule Syria?”, dalam
http://www.meforum.org/517/does-bashar-al-assad-rule-syria diakses 28 Oktober 2016, pukul
13.00 WIB.
20
“Reforming Egypt: In Search of A Strategy”, Middle East/North Africa Report N°46 – 4
October 2005, International Crisis Group Working To Prevent Conflict Wordwide, 2005, h.1.
21
“Reforming Egypt: In Search of A Strategy”, h. 4.
7
22
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, (USA:Washington Institute
for Near East Policy, 2006), h. 5.
23
Al-Aryan Isam “The Constitutional Amendments in Egypt and Extent of Presence of the
„Brotherhood‟ in Democratic Institutions” (al-tacdilat al-dusturiyya fi misr wa mada hudur “al-‟
ikhwan” fi al-mu‟assasat al-dimuqratiyya) dalam http://www.daralhayat.com/special/issues/04-
2007/Item-20070407-cd09a1b8-c0a8-10ed-01d5-2634d737529b/story.html diakses Jumat, 28
Oktober 2016 pukul 15.30 WIB.
8
dan jargon mereka. Hal ini menjadi sesuatu yang unik dan pertama kalinya bagi
Mesir.
Pemicu dalam pembentukan gerakan Kifaya adalah pemilihan presiden dan
parlemen pada tahun 2005. Gerakan Kifaya memanfaatkan momen tersebut untuk
mereformasi sistem politik yang selama ini berjalan di Mesir, dalam hal ini di
antaranya kebijakan dalam jumlah kandidat saat pemilihan presiden dan masa
jabatan presiden yang tidak dibatasi. Selain itu, seluruh lapisan masyarakat dari
berbagai profesi, ideologi, dan agama menginginkan perubahan nyata dalam
kehidupan Mesir, baik itu sosial, ekonomi maupun politik. Adapun faktor ekternal
yang mendukung gerakan Kifaya ini berdiri di antanya:
Pertama, dorongan Amerika Serikat untuk menggalakan demokratisasi di
Timur Tengah, karena melalui proses tersebut dapat menekan ekstrimisme di
kawasan Timur Tengah. Kedua, peristiwa perang pembebasan nasional bangsa
Palestina terhadap pendudukan asing pada tahun 2000, atau lebih kenal dengan
istilah Intifhada. Ketiga, pengaruh invasi Amerika Serikat terhadap Irak dan
penggulingan presiden Sadam Hussein, yang kemudian mengintensifkan
perdebatan tentang perubahan politik di Mesir.24
Pada awalnya, gerakan Kifaya berhasil memobilisasi segmen luas
masyarakat Mesir, namun kemudian terbukti tidak mampu mengatasi banyak
hambatan untuk upaya reformasi dan partisipasi politik karena dianggap tidak
punya tujuan di luar oposisinya terhadap pemerintahan Presiden Mubarak. Pada
tahun 2008, gerakan Kifaya mengalami penurunan karena konflik internal di
dalam gerakan dan intimidasi dari pemerintah terhadap gerakan ini.25 Namun di
balik kemundurannya, gerakan Kifaya mengilhami munculnya gerakan serupa
dengan gerakan Kifaya yang tujuannya agar presiden Mubarak turun dari
jabatannya. Gerakan tersebut di antaranya: gerakan pemuda 6 April 2008 (April 6th
Youth Movement) dan We are All Khaled Said Group 2010.
24
Sherif Mansour, “Enough Is Enough” Achievements and Shortcomings of Kefaya, the
Egyptian Movement for Change” dalam J. Stephan (Ed.), Civilian Jihad: Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, (USA: Palgrave Macmillan, 2009), h. 205.
25
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement: A Case Study of a Grassroots Reform Initiative,
(Pittsburgh: RAND Corporation, 2008), h. 27-38.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, masalah
yang dapat penulis identifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan politik Husni Mubarak
2. Kemunculan gerakan Kifaya
3. Tiga peristiwa penting dalam sejarah politik Mesir kontemporer, yakni
Referendum 25 Mei 2005 untuk menyetujui perubahan konstitusi tentang
pemilihan presiden multikandidat, pemilihan presiden dan pemilihan
parlemen tahun 2005.
4. Isu pewarisan kekuasaan Mubarak kepada putranya Gamal Mubarak.
5. Gerakan Kifaya dan usahanya dalam reformasi sistem politik di Mesir dari
tahun 2003 sampai 2008.
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk memaparkan dan
menghadirkan apa yang menjadi judul dari penelitian ini, dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah pemerintahan Mubarak di Mesir, terutama dalam
bidang politik.
2. Mengidentifikasi kemunculan gerakan Kifaya yang merupakan gerakan
oposisi baru pada masa Mubarak dalam upaya mengkritisi kebijakan
politiknya dan melengserkan kekuasaannya.
3. Untuk mengetahui peran gerakan Kifaya, dalam mereformasi sistem politik
Mesir pada tahun 2003 hingga 2008 di mana gerakan Kifaya hadir.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai sejarah politik
kontemporer Mesir pada masa pemerintahan Husni Mubarak dari tahun 2003
sampai 2008, dan memberikan gambaran mengenai gerakan Kifaya yang
muncul pada masa Mubarak sebagai pihak oposisi yang bertujuan untuk
mereformasi sistem politik yang selama ini dipertahankan.
2. Memahami usaha gerakan sosial dalam menegakkan demokratisasi di Mesir.
3. Sebagai kontribusi untuk bidang akademik yang penulis geluti, yakni Sejarah
dan Peradaban Islam.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan tinjauan
pustaka terkait dengan judul yang akan diteliti. Adapun yang pertama kali
mendorong penulis mengkaji tema ini adalah monograf berjudul The Kefaya
Movement: A Case Study of a Grassroots Reform Initiative karya Nadia Oweidat.
Topik dalam monograf ini adalah gerakan alternatif yang kajiannya melihat
sebuah gerakan masyarakat adat untuk mereformasi politik di dunia Arab dan
implikasinya terhadap kebijakan Amerika Serikat di wilayah tersebut. Secara
11
berbeda namun mempunyai prinsip dan tujuan yang selaras. Sehingga mengurangi
fragmentasi oposisi terhadap rezim Mubarak dan menjadi dasar tujuan bersama
yaitu perubahan politik di Mesir.
Kemudian buku berjudul Civilian Jihad: Nonviolent Struggle,
Domocratization, and Governance in The Middle East. Dalam buku tersebut
terdapat subbab berjudul “Enough Is Not Enough: Achievements and
Shortcomings of Kefaya, the Egyptian Movement for Change” karya Sherif
Mansour. Sherif Mansour menjelaskan tentang sebab-sabab mengapa gerakan
Kifaya bisa muncul, dengan dikaitkan pada peristiwa awal mula Mubarak
menjabat sebagai presiden Mesir. Kemudian Sherif Mansour juga membahas
secara khusus tentang prestasi dan kekurangan gerakan Kifaya selama
eksistensinya
Skripsi yang ditulis oleh Rizfa Amalia, salah seorang mahasiswi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Skripsi ini berjudul “Kebijakan-
Kebijakan Husni Mubarak di Mesir (1981-2011)”. Rizfa Amalia menganalisis
kebijakan dalam bidang politik, agama, dan ekonomi yang menjadi faktor
langgengnya kekuasaan Mubarak di Mesir selama 30 tahun, dan tiga faktor itu
pula yang menyebabakan jatuhnya Rezim Mubarak tahun 2011. Hal yang
membedakan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah, penulis membahas
tentang gerakan sosial-politik yang muncul pada masa Mubarak, yakni gerakan
Mesir untuk perubahan atau yang lebih dikenal gerakan Kifaya dan perannya
dalam mereformasi sistem politik Mesir, sehingga penulis hanya fokus pada
kebijakan politik Mubarak saja. Sedangkan skripsi ini membahas kebijakan-
kebijakan Husni Mubarak dalam berbagai bidang yang ia gunakan untuk
melanggengkan kekuasaannya di Mesir.
Galal Amin dengan bukunya 1111-1891 ( يصر و انًصريىٌ في عهد يباركMisr
wa-l-Misriyyun fi „ahd Mubarak 1981-2011). Buku ini terdiri dari tiga belas bab
yang keseluruhannya memberikan gambaran mengenai situasi dan kondisi Mesir
di bawah pemerintahan Mubarak, dalam bidang politik, ekonomi, agama, dan
kehidupan sosial masyarakat Mesir. Buku ini penting bagi penulis untuk
mengetahui akar masalah yang berkesinambungan sejak awal masa pemerintahan
13
pemersatu dan mengubah protes online menjadi protes offline. Seperti yang
dikatakan Merlyna Lim dalam artikelnya bahwa peran media sosial dalam
pemberontaan Mesir bukan hanya sekedar representasi kemajuan teknologi tetapi
juga gambaran gerakan sosial politik dalam bentuk baru.
Tinjauan yang terakhir yaitu artikel Courtney Redsch yang berjudul “Arab
Media&Society: Core to Commonplace: The Evolution of Egypt‟s Blogosphere”.
Gerakan Kifaya menggunakan blog dalam salah satu strateginya mengkritisi rezim
Mubarak. Redsch mengidentifikasi tiga tahap perkembangan blogosfer di Mesir
sesuai dengan alur muncul hingga kemunduran gerakan Kifaya. Tiga tahap
perkembangan tersebut yakni tahap percobaan (2003-2005), tahap aktivis (2005-
2006), dan tahap diversifikasi dan fragmentasi (2006-2008).
G. Kerangka Teori
Teori yang akan penulis gunakan adalah teori Gerakan Sosial Politik
(gersospol). Gersospol pada dasarnya merupakan bagian dari studi sosial tentang
prilaku kolektif (collective behavior), dan merupakan aspek dinamis dalam
kehidupan politik. Gersospol dapat terjadi dalam bentuk masyarakat apapun,
terutama masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosial, ekonomi, budaya
dan politik. Dalam studi prilaku kolektif terdapat beberapa prilaku: Panic
(kepanikan), Crazes (kegilaan), Crowds (massa), dan Social Movement (gerakan
sosial). Di antara empat karakteristik prilaku kolektif ini, gerakan Kifaya
merupakan jenis social movement.
Menurut Sidney Tarrow, gerakan sosial adalah tantangan kolektif oleh
orang-orang yang mempunyai tujuan bersama berdasarkan solidaritas yang
dilaksanakan melalui interaksi secara terus-menerus dengan para elit, lawan-
lawanya dan orang-orang yang berwenang (Social movements are collective
challenges by people with common purposes and solidarity in sustained
interaction with elites, opponents and authorities).26 Torrow menempatkan
gerakan sosial sebagai politik perlawanan yang terjadi ketika masyarakat biasa
26
Sidney Tarrow, Power in Movement: Social Movements, Collective Action and Politics
(New York: Cambridge University Press,1994), h. 4-3.
15
H. Metodologi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan tahap-tahap sebagai
berikut: pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.
1. Pemilihan Topik
Dalam hal ini penulis memilih sejarah gerakan sosial di Mesir pada masa
pemerintahan Husni Mubarak. Adapun metode yang digunakan oleh penulis
adalah deskriptif-analitis yang dilanjutkan dengan perencanaan penelitian. Dalam
27
Roland Hill, Lord Acton, (London: Yale University Press, 2000), h. 300-301.
16
2. Heuristik
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan. Pada tahap
ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber terkait dengan tema
penelitian baik itu dalam bentuk buku, monograf, e-book, surat kabar, artikel,
jurnal, dan keputusan-keputusan Pemerintah Mesir pada masa pemerintahan
Presiden Husni Mubarak yang diakses dari website pemerintah Republik Arab
Mesir, sumber tak terbit (skripsi dan disertasi) dan berita media elektronik.
Penulis mencari dan mendapatkan sumber-sumber tersebut dari Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora, dan Kedutaan Besar Republik Arab Mesir di Jakarta. Adapun sumber
yang banyak penulis dapatkan adalah melalui akses internet. Seperti e-book yang
diakses dari Libgen dan Bookzz, jurnal yang diakses melalui ProQuest, SAGE,
Jstore dan e-ressource Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
3. Kritik Sumber
Setelah sumber terkumpul, penulis melakukan verifikasi terhadap sumber
yang didapatkan. Penulis mengklasifikasikan mana sumber primer dan skunder.
Penulis membandingkan beberapa sumber yang sudah didapat dan memilih yang
benar-benar terkait dengan topik.
4. Interpretasi
Setelah melakukan verifikasi kemudian penulis menyimpulkan untuk
dijadikan argumen dan eksplanasi. Kemudian penulis membuat daftar pertanyaan,
yang dengan menjawab pertanyaan tersebut akan menyajikan data-data yang
penulis butuhkan untuk melakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan penjelasan serta penelaahan sejarah yang bersifat analisis social
scientific. Maka dari itu Penulis mengunakan ilmu bantu sejarah dengan
pendekatan sosiologis dan politik.
17
5. Historiografi
Setelah langkah-langkah di atas selesai, maka penulis mulai menyusun
penelitian dengan judul “Peran Gerakan Kifaya dalam Perubahan Sistem Politik
Mesir Masa Husni Mubarak (2003-2008)“.
I. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian
yang saling berkaitan, yakni pendahuluan, isi, kesimpulan atau penutupan dan
secara keseluruhan terbagi menjadi lima bab. Adapun susunan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I pendahuluan, terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
28
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
h. 11.
29
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, h. 17-18.
18
BAB II membahas Mesir pada masa pemerintahan Husni Mubarak. Bab ini
membahas mengenai sistem pemerintahan Mesir, sejarah Mesir dari tahun 1952,
biografi Husni Mubarak mulai dari keluarga, latar belakang pendidikan, karirnya
di bidang militer dan politik, serta kebijakan-kebijannya ketika ia menjabat
menjadi presiden, terutama di bidang politik.
BAB III secara khusus akan membahas tentang profil gerakan Kifaya, yang
terdiri dari latar belakang gerakan Kifaya berdiri, tokoh-tokoh, dan strategi yang
digunakan gerakan Kifaya dalam melakukan aksinya.
BAB IV, secara umum akan membahas tentang peran-peran yang dimainkan
gerakan Kifaya dalam upaya mereformasi sistem politik di Mesir dari tahun 2003
sampai 2008. Adapun rincian pembahasannya yakni Gamal Mubarak dan isu
suksesi presiden Mubarak, referendum 25 Mei 2005, pemilihan presiden dan
parlemen tahun 2005, sebab-sebab kemunduran gerakan Kifaya, dan gerakan yang
muncul setelah gerakan Kifaya menurun.
BAB V penutupan, yang terdiri atas kesimpulan dari peristiwa yang
diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan merupakan jawaban dari permasalahan
yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini.
BAB II
MESIR PADA MASA PEMERINTAHAN HUSNI MUBARAK
1
Pada bulan Mei 1962 Piagam Nasonal Mesir mengumumkan, bahwa dokumen ini
mewujudkan doktrin sosialis nasional dan menguraikan langkah-langkah yang luas untuk
revolusioner. Hal ini menimbulkan perubahan mendasar dalam struktur masyarakat Mesir dan
menganjurkan bentuk baru dari organisasi sosial bersifat sosialistik dengan lingkup nasional.
Selain itu, Piagam Nasional ini juga memberikan identitas nasional untuk orang Mesir. Lihat. Baha
Abu-Laban, “The National Character in the Egyptian Revolution”, The Journal of Developing
Areas, Vol. 1, No. 2 (1967), College of Business, Tennessee State University. Lihat juga, Arthur
Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 100.
2
Konstitusi Republik Arab Mesir yang disetujui oleh referendum nasional pada 11
September 1971. Amandemen konstitusi 1971 diiadopsi pada tahun 1977 untuk pembentukan
partai politik, dan pada tahun 1980 dibentukalah Majelis Syura (Dewan Konsultatif) 264 kursi
untuk melengkapi Majelis al-Sya‟ab atau Majelis Rakyat (dengan 444 orang terpilih dan 10
anggota terpilih). Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h.
110.
3
Harlan Hariz, “Profil Negara Mesir” dalam
https://www.academia.edu/28049083/PROFIL_NEGARA_MESIR.pdf?auto=download diakses 22
Mei 2017 pukul 06.55 WIB.
19
20
sehingga presiden bebas berkuasa sampai kapanpun.4 Satu masa bakti atau periode
kepemimpinan presiden adalah enam tahun. Presiden memiliki hak mengangkat
wakil presiden, perdana menteri serta anggota kabinetnya. Selain itu, presiden
juga memiliki hak untuk memberhentikan mereka. Tugas anggota kabinet adalah
membantu presiden dalam merencanakan dan mengarahkan kebijaksanaan.
Untuk badan legislatif, Mesir memiliki sebuah lembaga bernama Majelis al-
Sya‟ab atau Majelis Rakyat yang separuh dari anggotanya haruslah seorang
pekerja atau petani.5 Masa bakti dalam satu periode adalah lima tahun. Majelis al-
Sya‟ab terdiri dari 458 anggota, 448 anggota dipilih oleh rakyat melalui pemilihan
umum, dan 10 anggota lagi dipilih oleh presiden.6 Rakyat yang boleh ikut serta
dalam pemilihan umum adalah warganegara Mesir yang berusia 18 tahun ke atas.
Karena Mesir menganut sistem pemerintahan republik, sehingga terdapat
partai politik. Partai politik terbesar dan terkuat di Mesir adalah Partai Nasional
Demokrat (NDP) yang merupakan partai Presiden Mubarak. NDP mencakup
berbagai kalangan masyarakat Mesir.
4
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”, Middle
East Journal, Vol. 60, No. 2, (2006), h. 258.
5
Arab Republic of Egypt Shoura Assembly, “The Constitution of The Arab Republic of
Egypt 11 September 1971 And Amendments May, 22 1980-May, 25 2005-March, 26 2007”, h. 37.
6
Harlan Hariz, “Profil Negara Mesir” dalam
https://www.academia.edu/28049083/PROFIL_NEGARA_MESIR.pdf?auto=download diakses
pada Senin, 22 Mei 2017 pukul 06.55 WIB
7
Sebuah negara di mana tampuk pemerintahan bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip
keturunan bangsawan atau golongan tertentu dan dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih oleh
rakyat. Lihat, “Bentuk Pemerintahan Republik” dalam http://pemerintah.net/bentuk-pemerintahan-
republik/, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 21.54 WIB.
8
Kerajaan Mesir (al-Mamlakah al-Misriyah) adalah negara modern Mesir pertama yang
berdiri dari tahun 1922 setelah pemerintah Inggris melepas Mesir dari protektorat dengan Fuad I
sebagai raja pertamanya. Sistem monarki ini bertahan sampai 1953.
21
Farouk turun dari jabatannya sebagai kepala negara dan digantikan oleh putranya
Raja Fuad II. Namun, karena Raja Fuad II belum cukup dewasa untuk memegang
pemerintahan, maka tampuk kekuasaannya diambil alih oleh dewan keamanan
yang terdiri dari perwira-perwira Mesir. Dewan keamanan tersebut bernama
Dubbath al-Ahrar (Dewan Jenderal), dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser (1918-
1970) dengan anggotanya Hasan Ibrahim, Khalid Muhyiuddin, Kamaluddin
Husain, Abd al-Mun‟im, Abd al-Rauf, Abd al-Latif Baghdadi, Anwar Sadat, Abd
al-Hakim Amir, Salah Salim, Husain al-Syafi‟i, dan Zakariyya Muhyiuddin.9
Tugas utama mereka adalah mengubah situasi Mesir menjadi lebih aman dan
terkendali.
Peristiwa yang ditujukan untuk melengserkan Raja Farouk ini dikenal
sebagai peristiwa Revolusi Mesir 23 Juli 1952. Pasukan Dubbath al-Ahrar
bergerak menguasai pusat-pusat pemerintahan termasuk istana Abdeen. Revolusi
ini memiliki ambisi politik dan beberapa tujuan di antaranya: mengakhiri
imperialisme, feodalisme, monopoli dan kontrol kapitalistik, membentuk tentara
yang kuat, menetapkan keadilan sosial dan menegakkan demokrasi di Mesir.10
Tujuan tersebut diekspresikan oleh dewan keamanan Mesir melalui nasionalisme
Arab.11 Empat hari setelah kudeta yang dilakukan kepada Raja Farouk, Dubbath
al-Ahrar mengganti namanya menjadi Revolution Command Council (RCC) atau
dewan komando revolusi.
Setelah revolusi, Muhammad Naguib (1901-1984) menjadi presiden Mesir
pertama dengan sistem pemerintahan baru yakni republik. Naguib memerintah
dari 18 Juni 1953 sampai 14 November 1954. Setelah itu, posisinya sebagai
presiden digantikan oleh Gamal Abdul Nasser. Kebijakan yang terkenal pada
masa Naguib di antaranya: Pertama, Naguib menyatakan pada bulan Desember
9
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 165.
10
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy and the Downfall of the Mubarak Regime”,
International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 3 No. 10, (2013), h. 23.
11
Boundless, “The Egyptian Revolution of 1952” dalam
https://www.boundless.com/world-history/textbooks/boundless-world-history-textbook/post-
colonial-africa-1448/egypt-1467/the-egyptian-revolution-of-1952-1470-18167/ diakses Kamis, 01
Juni 2017 pukul 08.58 WIB.
22
1952 bahwa konstitusi Mesir tahun 1923 tidak berlaku lagi.12 Pada pasal pertama
konstitusi 1923 yang mengatur tentang negara dan sistem pemerintahan
menyatakan bahwa, Mesir merupakan negara berdaulat, bebas, dan merdeka.
Selain itu, konstitusi ini juga menyatakan bahwa Mesir adalah negara monarki
konstitusional dengan raja sebagai kepala eksekutif.13 Pada praktiknya konstitusi
1923 ini memberikan banyak kekuasaan pada raja dan memberdayakan rakyat
secara terbatas. Kedua, pada bulan Januari tahun 1953, Naguib melarang semua
partai politik di Mesir. Ketiga, Naguib menghapus sistem monarki (kerajaan)
menjadi republik pada tanggal 18 Juni 1953. Republik yaitu sebuah negara di
mana tampuk pemerintahan bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan
bangsawan atau golongan tertentu dan dipimpin oleh seorang presiden yang
dipilih oleh rakyat.14 Keempat, sebagai akibat penghapusan sistem monarki,
Naguib memproklamasikan Mesir sebagai negara republik dengan Naguib sebagai
kepala negara (presiden) sekaligus perdana menteri (kepala pemerintahannya).15
Saat Naguib menjabat sebagai presiden, Nasser menjabat sebagai deputi
perdana menteri dan menteri dalam negeri. Rezim Militer Mesir yang berpusat
pada dwi-tunggal Naguib dan Nasser memperlihatkan tanda-tanda persaingan
kekuasaaan di antara keduanya. Tanda-tanda tersebut tercermin sejak bulan
Februari 1954, ketika RCC meminta Naguib untuk mengundurkan diri dengan
suka rela dari perpolitikan Mesir. Tekanan ini berakhir pada bulan April 1954
ketika Naguib hanya menjabat sebagai presiden saja, dan jabatan perdana menteri
12
Setelah meningkatnya perlawanan oleh rakyat Mesir terhadap Inggris yang telah
menjadikan Mesir sebagai negara protektoratnya sejak 1914, akhirnya disepakatilah sebuah
deklarasi kemerdekaan untuk Mesir pada tahun 1922. Deklarasi tersebut mengatur terbentuknya
komite legislatif 30 anggota, terdiri dari partai politik dan anggota gerakan revolusioner. 30
anggota ini memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan negara Mesir yang merdeka dengan
sistem monarki di bawah sebuah konstitusi 1923. Lihat, Constitution Net, “Constitutional History
of Egypt”, dalam http://www.constitutionnet.org/country/constitutional-history-egypt diakses
Senin, 03 Juli 2017 pukul 23.40 WIB.
13
1923 Egyptian Constitution: Royal Decree No.42 of 1923 on Building a Constitutional
System for the Egyptian State (terj. Joy Ghali), dipublikasikan oleh International Institute for
Democracy and Electoral Assistance (International IDEA), hal. 2-3.
14
Pemerintah.Net, “Bentuk Pemerintahan Republik”, dalam http://pemerintah.net/bentuk-
pemerintahan-republik/ diakses Senin, 03 Juli 2017 pukul 21.54 WIB.
15
Doni Setyawan, “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser”, dalam
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-nasser/ diakses Minggu, 11
Juni 2017 pukul 10.51 WIB.
23
16
Doni Setyawan, “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser”, dalam
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-nasser/
17
New World Encyclopedia, “Muhammad Naguib”, dalam
http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Muhammad_Naguib diakses Sabtu, 04 November
2017 pukul 07.45 WIB.
18
Laeny Sulistyawati “Sejarah Hari Ini: Terusan Suez Dibangun” dalam
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/selarung-waktu/16/04/25/o65vem377-
sejarah-hari-ini-terusan-suez-dibangun diakses Selasa 04 Juli 2017 pukul 24.16 WIB.
19
Laeny Sulistyawati “Sejarah Hari Ini: Terusan Suez Dibangun” dalam
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/selarung-waktu/16/04/25/o65vem377-
sejarah-hari-ini-terusan-suez-dibangun
24
20
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”, h. 24.
21
Doni Setyawan, “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser”
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-nasser/
22
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”, h. 24.
23
Shakeer Ahmad, “The Egyptian Revolution: Rebels, UCBMUN XXI”, dalam
https://ucbmun.herokuapp.com/bgs/rebels.pdf, h. 5. Diakses Jumat 26 Mei 2017 pukul 15.02
WIB.
25
24
Afaf Luthfi Al-Sayyid Marsot, A History of Egypt…, h. 145.
25
Doni Setyawan, “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser”
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-nasser/
26
ASU menjadi satu-satunya partai politik di Mesir dari tahun 1962 sampai 1977. Lihat,
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 55.
27
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 270.
26
28
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”,h. 26.
29
Premis dasar strategi liberalisasi ekonomi terbuka ini digambarkan oleh Cooperin
(Cooper, 1982) dalam bentuk sebuah persamaan: Modal Arab+teknologi Barat+sumber daya
Mesir yang melimpah= perkembangan dan kemajuan. Lihat, K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political
Economy…”, h. 26.
30
Perang ini terjadi pada tahun 1973 antara Israel melawan negara-negara Arab. Negara-
negara Arab yang terlibat dalam perang ini di antaranya Mesir, Libya, Suriah, Yordania dan Irak.
Perang skala besar ini dimulai oleh Mesir dan Suriah yang bertujuan untuk mendapatkan kembali
tanah yang diduduki Israel sejak 1967, perang ini dinamakan juga Perang Yom Kippur. Mesir dan
negara-negara Arab yang ikut serta dalam perang ini berhasil melakukan serangan awal dengan
baik dan menerobos pertahanan Israel, sehingga kemenangan berada di pihak Arab. Lihat, Arthur
Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 301.
31
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 189-199.
32
Alex, “1977: Egypt‟s Bread Intifada”, dalam https://libcom.org/history/1977-egypts-
bread-intifada diakses Minggu, 11 Juni 2017 pukul 19.13 WIB.
27
33
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”, h. 258.
34
Abnaa Alwatan, “The Development of the Partisian Life in Egypt”, dalam
http://www.sis.gov.eg/newvr/son2011/en/party.pdf diakses Kamis, 8 Juni 2017 pukul 11.56 WIB.
35
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa Vol L-Z, (Detroit, US: Thomson Gale, 2008), h. 548.
36
Camp David (Naval Support Facility Thurmont) merupakan tempat peristirahatan
Presiden Amerika Serikat seluas 0,5 km² di Catoctin Mountain Park, Frederick County, Maryland.
Camp David sering digunakan sebagai tempat pertemuan resmi maupun tidak resmi antara
Amerika Serikat dengan para pemimpin negara lain. Lihat, White House, “Camp David”, dalam
https://www.whitehouse.gov/1600/camp-david diakses Senin, 6 November 2017 pukul 11.00 WIB.
37
Afaf Luthfi Al-Sayyid Marsot, A History of Egypt…, h. 160.
28
ini mencerminkan bahwa Mesir menjadi negara Arab pertama yang mengakui
eksistensi Israel dan secara substansial telah memperkuat Israel di kawasan Timur
Tengah.38 Penandatanganan Perjanjian Camp David itu membuat negara-negara
yang tergabung dalam Liga Arab kecewa. Akibatnya, Mesir dikeluarkan dari
organisasi tersebut selama 12 tahun.
Kekecewaan atas penandatanganan pun berakibat terhadap pembunuhan
Sadat pada 6 Oktober 1981. Saat itu, Mesir sedang melangsungkan parade militer
dalam rangka memperingati Perang Arab-Israel 1973. Sadat ditembak oleh Khalid
Al-Islambuli yang merupakan tentara yang ikut dalam parade militer tersebut. Al-
Islambuli tergabung dalam kelompok Islam Jama‟ah Islamiyah salah satu
kelompok yang kecewa dengan tindakan Sadat yang menandatangani Perjanjian
Camp David tersebut.39 Husni Mubarak yang merupakan wakil presiden Mesir
pada saat pembunuhan Sadat, tanpa melalui proses pemilu terpilih menggantikan
Sadat atas persetujuan Majelis al-Sya‟ab (Majelis Rakyat) dan Majelis Syura
(Dewan Konsultatif).
Mubarak resmi menjadi presiden Republik Arab Mesir keempat pada 14
Oktober 1981. Di awal masa jabatannya, Mubarak di hadapkan dengan berbagai
masalah dari pemerintahan sebelumnya, baik itu masalah dalam negeri dan luar
negeri. Masalah dalam negeri berkaitan dengan kehidupan sosial dan ekonomi,
seperti angka pengangguran yang meningkat, pertumbuhan penduduk yang sulit
dikendalikan, harga-harga bahan pokok naik, korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) yang merajalela dari pemerintahan sebelumnya, serta ancaman dari kaum
militan.40
Demi mengatasi masalah-masalah tersebut, Mubarak mencoba menindak
korupsi di pemerintahannya, memulai keterbukaan dan banyak menghilangkan
kebijakan Sadat yang tidak etis. Salah satunya dengan membebaskan lebih dari
1.500 orang ekstrimis Koptik dan Muslim, serta beberapa lawan politiknya yang
ditangkap Sadat pada September 1981. Sadat menganggap mereka sebagai pemicu
perselisihan sektarian dan membahayakan upayanya untuk membawa demokrasi
38
Afaf Luthfi Al-Sayyid Marsot, A History of Egypt…, h. 160-161.
39
Susan Muaddi Darraj, Modern World Leaders: Hosni Mubarak…, h. 56-57.
40
Bulbul Abdurahman, “Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 118.
29
41
William E. Farrell, “Sadat Assassinated at Army Parade as Men Amid Ranks Fire Into
Stands: Vice President Affirms All Treaties”
http://www.nytimes.com/learning/general/onthisday/big/1006.html
42
Susan Muaddi Darraj, Modern World Leaders: Hosni Mubarak…, h. 60.
43
Lucy Dean, The Middle East and North Africa 2004, hal. 309.
44
Holly Fletcher, “Jamaat al-Islamiyya”, dalam http://www.cfr.org/egypt/jamaat-al-
islamiyya/p9156
45
BBC Indonesia. “Profil Husni Mubarak”, dalam
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/01/110129_profilmubarak diakses Rabu, 17 Mei 2017
pukul 14.16 WIB.
30
46
Araş. Gör. İsmail, “Democratisation in Egypt From A Historical Perspective: Problems,
Pitfalls and Prospects”, Yönetim ve Ekonomi 22/1 (2015), h. 185.
47
Bulbul Abdurahman, “Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 118.
48
Britanica, “The Mubārak regime”, dalam https://www.britannica.com/place/Egypt/The-
Mubarak-regime diakses Kamis, 18 Mei 2017 pukul 10.18 WIB.
49
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Kairo (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012), h. 33.
50
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”, h.30.
51
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”, h. 31-32.
31
52
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 549.
53
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt, h. 215.
54
Bulbul Abdurahman, Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 119.
55
Britanica, “The Mubārak Regime”, dalam https://www.britannica.com/place/Egypt/The-
Mubarak-regime
56
Shakeer Ahmad, The Egyptian Revolution…”, h. 6.
32
57
Shakeer Ahmad, The Egyptian Revolution…”, h. 7.
58
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt,… h. 217.
59
Britanica, “The Mubārak regime”, dalam https://www.britannica.com/place/Egypt/The-
Mubarak-regime
33
60
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 548.
61
Encyclopedia, “Hosni Mubarak”, dalam
http://www.encyclopedia.com/politics/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/mubarak-
hosni, diakses Selasa 04 Juli 2017 pukul 11.51 WIB.
34
jasanya dalam Perang Arab-Israel pada tahun 1973.62 Mubarak dipandang banyak
orang telah sukses menunjukkan totalitasnya dalam perang 1973 antara negara-
negara Arab dengan Israel tersebut, dan pada tahun 1974 Mubarak dipromosikan
menjadi Letnan Jenderal.
Setelah berbagai pencapiannya yang luar biasa di bidang militer, pada bulan
April 1975, Mubarak diangkat menjadi Wakil Presiden Mesir oleh Presiden
Anwar Sadat. Mubarak sangat loyal mengikuti kebijakan-kebijakan politik Sadat.
Kemudian, pada tahun 1980 Mubarak diangkat menjadi Presiden NDP yang
merupakan partai terkuat di Mesir. Kemudian pada 14 Oktober 1981 Mubarak di
angkat menjadi presiden menggantikan Sadat yang tewas ditembak saat mengikuti
parade militer Mesir untuk memperingati Perang Arab-Israel 1973.
Mubarak menikah dengan seorang wanita keturunan Mesir-Inggris bernama
Suzanne Thabet pada tahun 1958. Suzanne lahir pada tahun 1941 di Minya,
sebuah kota dekat Sungai Nil yang terletak 250 km selatan Kairo, Mesir. Suzanne
merupakan putri dari seorang dokter dan perawat yang di besarkan di Heliopolis.
Ia mendapatkan gelar B.A. dalam ilmu politik pada tahun 1977 dan gelar M.A
dalam bidang sosiologi dan antropologi pada tahun 1982. Kedua gelar tersebut ia
dapatkan dari American University in Cairo (AUC).
Suzanne memiliki ketertarikan pada hak dan kesejahteraan anak-anak. Ia
juga telah mempromosikan banyak proyek untuk memperbaiki sekolah dan
membangun perpustakaan umum di Mesir.63 Suzanne memimpin sejumlah
museum, perpustakaan, dan yayasan seperti Dewan Nasional untuk Wanita (the
National Council for Women), Masyarakat Bulan Sabit Merah (Red Crescent
Society) Mesir, dan Gerakan Internasional Suzanne Mubarak untuk Perempuan
dan Perdamaian (the Suzanne Mubarak International Movement for Women and
Peace). Ia menerima banyak penghargaan internasional termasuk dari berbagai
institusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.64
62
Bobby Reza Satrian, “Hosni Mubarak” dalam
https://profil.merdeka.com/mancanegara/h/hosni-mubarak/ diakses Rabu 17 Mei 2017 pukul 14.08
WIB.
63
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt, arh. 266.
64
Al-Jazeera, “Profile: Suzanne Mubarak”, dalam
35
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/05/201151452710305808.html diakses
Selasa 03 Juli 2017 pukul 12.11 WIB.
65
Al-Jazeera, “Alaa Mubarak”, dalam
https://www.revolvy.com/topic/Alaa%20Mubarak&item_type=topic diakses pada Kamis, 8
Juni 2017 pukul 11.00 WIB.
66
Stevy Maradona “Hosni Mubarak, Cita-citanya Menjadi Da‟i Tapi Berakhir Menjadi
Tiran”, dalam http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/11/02/16/164282-
hosni-mubarak-citacitanya-menjadi-dai-tapi-berakhir-menjadi-tiran diakses Selasa 04 Juli 2017
pukul 11.40 WIB.
36
lebih muda dari pada pendahulunya. Mubarak ingin membentuk sebuah kabinet di
mana mayoritas menterinya berusia dibawah enam puluh tahun. Selain itu, arahan
Mubarak ini dapat memungkinkan lebih banyak kontak pejabat pemerintahan
dengan partai politik yang sebagian besar diawasi ketat oleh negara. Banyak yang
berharap bahwa reformasi semacam ini cukup menjadi bagian dari agenda
perdana menteri baru dan fokus presiden tetap tertuju pada misi reformasi
ekonomi seperti memerangi kemiskinan dan pengangguran.67
Dalam Kabinet Nazif kedua yang dibentuk pada awal tahun 2006, tidak
disebutkan secara jelas tentang agenda liberalisasi sistem politik, seperti
mengubah konstitusi, menghapuskan Undang-Undang Darurat, melembagakan
kebebasan pers, mengizinkan kebebasan berkumpul (termasuk demostrasi dan
pemogokan), dan mengizinkan warga mendirikan partai politik.68 Pada tahun 2004
juga merupakan bangkitnya elite baru di jajaran partai presiden, NDP. Putra
Mubarak yakni Gamal Mubarak, secara efektif mulai mengendalikan NDP.
Mengingat meningkatnya keterlibatan politik putra presiden tersebut, Gamal
disebut-sebut akan meneruskan kepemimpinan ayahnya sebagai presiden. Namun,
baik Gamal ataupun Mubarak membantah opini publik bahwa mereka akan
menciptakan “monarki republik” bergaya Suriah.69
Reformasi politik terbatas dilakukan pada tahun 2005, yakni dengan
diizinkannya kandidat oposisi dari berbagai partai politik untuk mencalonkan diri
sebagai presiden dan duduk di bangku parlemen. Hal ini dapat terjadi atas
amandemen konstitusi 1971 pasal 76 pada tanggal 25 Mei 2005. Pemilihan
presiden dan parlemen yang dilaksanakan pada bulan September sampai
Desember 2005 menandai puncak baru dalam perjuangan meraih kekuasaan di
arena politik dalam negeri di Mesir, serta memicu perdebatan tentang
kemungkinan membangun reformasi politik di negara-negara Arab.70
67
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 2.
68
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 2-3.
69
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 2-3.
70
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”, h. 257.
37
2. Undang-Undang Darurat
Undang-Undang Darurat pertama kali ditetapkan di Mesir pada masa
pemerintahan Nasser tahun 1958, sebagai undang-undang No. 162 tahun 1958.71
Keadaan darurat diumumkan pada tahun 1967 selama Perang Arab Israel 1967
yang berlangsung sampai tahun 1980. Setelah dicabut selama 18 bulan, Undang-
Undang Darurat kembali diumumkan dengan resolusi sementara No. 560/1981
selama satu tahun setelah pembunuhan Presiden Anwar Sadat.72 Setelah itu, pada
masa pemerintahan Mubarak Undang-Undang Darurat terus diperpanjang selama
tiga tahun sekali. Keadaan darurat yang terus berlanjut ini merupakan salah satu
keluhan warga Mesir dan kelompok oposisi terhadap pemerintahan Mubarak.
Selama pemberlakuan Undang-Undang Darurat ini, secara otomatis
kekuatan polisi diperpanjang, hak konstitusional ditangguhkan, sensor disahkan,
dan habeas corpus73 dihapuskan. Hal ini membatasi aktivitas politik non-
pemerintah, termasuk demonstrasi jalanan, organisasi politik yang tidak disetujui
dan donasi keuangan yang tidak terdaftar. Mubarak berhak menyensor, menyita,
atau mengkonversikan surat kabar, dan segala cara untuk berekspresi atau beriklan
sebelum dipublikasikan. Peraturan darurat ini juga memungkinkan Mubarak untuk
mengendalikan kampanye politik dengan mewajibkan agar semua rapat politik
harus melapor terlebih dahulu perihal tanggal, lokasi, dan perkiraan jumlah massa
ke polisi setempat, yang kemudian informasi ini diteruskan ke Kementerian
Dalam Negeri untuk mendapatkan persetujuan.74
Undang-Undang Darurat ini juga melegalkan penahanan warga sipil tanpa
batas waktu, tanpa pengadilan dan persidangan oleh pengadilan militer, melarang
pertemuan lebih dari lima orang, dan membatasi pidato atau orasi dan
perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama terhadap pemerintah.75
71
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 140.
72
Fidh, “The Emergency Law in Egypt” https://www.fidh.org/en/region/north-africa-
middle-east/egypt/THE-EMERGENCY-LAW-IN-EGYPT
73
Hak pada seseorang melalui suatu surat perintah pengadilan menuntut pejabat yang
melakukan penahanan atas dirinya (polisi ataupun jaksa), biasanya untuk memperoleh kebebasan.
74
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 549.
75
Fidh, “The Emergency Law in Egypt” https://www.fidh.org/en/region/north-africa-
middle-east/egypt/THE-EMERGENCY-LAW-IN-EGYPT
38
Dengan kata lain, penetapan peraturan darurat membuat Mubarak tidak hanya
dapat mengendalikan negara, tapi juga memberinya jalan untuk memanipulasi
politik Mesir.
Mubarak selalu memberikan alasan menangkal terorisme dalam
pemberlakuan Undang-Undang Darurat ini. Pemerintah sering menggunakan
undang-undang ini melawan kelompok Islam, kaum kiri yang dicurigai
melakukan kekerasan politik, penyelundup narkoba, pedagang mata uang ilegal,
dan bahkan pekerja yang mogok, demonstran mahasiswa pro-Palestina, dan
kerabat buron. Pada tahun 1990 pemerintah mengakui memiliki 2.411 orang
tahanan, 813 di antaranya dikenai dakwaan politik. Perkiraan jumlah tahanan pada
tahun 2002 adalah 15 ribu orang, terutama anggota Jama'at dan Ikhwanul
Muslimin.76 Selain itu, Mubarak mengklaim bahwa kelompok oposisi seperti
Ikhwanul Muslimin dapat memperoleh kekuasaan di Mesir jika pemerintah tidak
menekan kelompok tersebut melalui Undang-Undang Darurat. Hal ini
menyebabkan pemenjaraan aktivis Ikhwanul Muslimin tanpa melalui proses
peradilan, dengan fasilitas penahanan illegal yang tidak berdokumen. Namun,
Mubarak selalu berhati-hati dalam membatasi kekuatan militer dan menggunakan
paksaan untuk membatasi mereka dengan pasukan intelijennya, untuk
mengingatkan mereka bahwa Mubarak memiliki kekuatan tertinggi.
Seiring berjalannya waktu, ketidakpuasan umum terhadap Mubarak tumbuh,
dan Mubarak mulai menerapkan perubahan dalam ideologi politik. Mubarak
mulai memaksakan reformasi politik menuju pembebasan dan demokratisasi,
bukan karena Mubarak meyakininya, tapi lebih sebagai strategi bertahan. Pada
tahun 2006, Undang-Undang Darurat diperpanjang selama dua tahun meskipun
Mubarak sebelumnya berjanji (pada kampanye pemilihan presiden tahun 2005)
untuk melakukan reformasi termasuk mencabut Undang-Undang Darurat dan
menggantinya dengan tindakan lain, seperti membuat undang-undnag anti-
terorosme yang lebih spesifik.77
76
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 140-141.
77
Daniel Williams, “Egypt Extends 25 Year Old Emergency Law” dalam
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/04/30/AR2006043001039.html
diakses Senin, 12 Juni 2017 pukul 23.36 WIB.
39
78
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 551.
79
“Reforming Egypt: In Search of A Strategy”…, h. 4.
80
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, (USA:Washington Institute
for Near East Policy, 2006), h. 5.
81
Anna Sundell, “Narration and Identity: Dealing with social and ideological heterogeneity
in the Kefaya Movement” LUND UNIVERSITY, Department of Political Science (2006), h. 17.
40
82
Alwatan, ”The Development of the Partisian Life in Egypt”, dalam
http://www.sis.gov.eg/newvr/son2011/en/party.pdf diakses Kamis, 8 Juni 2017 pukul 11.56 WIB.
Lihat juga, Galal Amin, 1111-1891 ( يصر و يصريىٌ في عهد يباركMisr wa-l-Misriyyun fi „ahd
Mubarak 1981-2011), (Cairo: American University in Cairo Press, 2011), hal. 3-5.
41
83
Mona Clara, “Sistem Pemerintahan Mesir”, dalam https://prezi.com/m/uwslp-
qlyapy/sistem-pemerintahan-mesir/ diakses Jumat, 16 Juni 2017 pukul 09.35 WIB.
BAB III
GERAKAN KIFAYA
1
Kepala pemerintahan yang mempunyai kekuasaan mutlak, biasanya diperoleh melalui
kekerasan atau dengan cara yang tidak demokratis.
2
Sistem pemerintahan dengan kekuasaan tidak terbatas dan sewenang-wenang.
3
Nahed Ezzeldeen, “Protes Movements in Egypt: The Case of Kefaya”, RAMSES
Working Paper (2010), h. 29.
4
Nahed Ezzeldeen, “Protes Movements in Egypt: The Case of Kefaya”, h. 29.
5
Hamdy A. Hassan, “Civil Society in Egypt under the Mubarak Regime“, Afro Asian
Journal of Social Sciences, Volume 2, No. 2.2, Quarter II (2011), h. 1.
42
43
6
Hamdy A. Hassan, “Civil Society in Egypt under the Mubarak Regime”, h. 1-2.
7
Nahed Ezzeldeen, “Protes Movements in Egypt: The Case of Kefaya”, h. 31.
8
Abdullah Al-Arian, “Egypt: Reduxing the Past”, dalam
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2011/02/20112110358461902.html diakses Jumat, 11
Agustus 2017 pukul 11.42 WIB.
9
Bailey Socha dan Barbara Eber Schmid, “Whats is New Media?”, dalam
http://www.newmedia.org/what-is-new-media.html diakses Selasa, 27 Juni 2017 pukul 19.26
WIB.
44
10
Killian B. Clarke, “Kefaya Movement Media (Egypt) dalam John D. H. Downing (Ed.),
Encyclopedia of social movement media, (USA, SAGE Publications, Inc, 2011), h. 288.
11
Sherif Mansor, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya, the
Egyptian Movement for Change” dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 206.
12
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses: Social Media and Oppositional
Movements in Egypt 2004-2011”, Journal of Communication (2012), h. 236.
13
Amr Hamzawy dan Nathan J. Brown, “Can Egypt‟s Troubled Elections Produce a More
Democratic Future? “ (Washington, Carnegie Endowment for International Peace, 2005), h. 2.
14
Nasserisme adalah ideologi politik nasionalis Arab yang didasarkan pada pemikiran
mantan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser. Ideologi politik Nasserisme ini memiliki pengaruh
besar pada politik pan-Arab di tahun 1950an dan 1960an. Selama masa pemerintahan Mubarak,
cakupan anggota Nasserisme pada umumnya penulis, intelektual dan partai oposisi kecil. Di Mesir
sendiri partai Nasseris berperan sebagai penerus Nasser dan Serikat Sosialis Arabnya. Nasseris
hari ini menekankan dukungan mereka terhadap demokrasi, dan menjelaskan autokrasi Nasser
yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan revolusionernya. Lihat, Saylor.org, “Nasserism”,
dalam https://www.saylor.org/site/wp-content/uploads/2011/06/Nasserism.pdf diakses Sabtu, 12
Agustus 2017 pukul 20.44 WIB.
45
15
Partai Karama adalah partai sayap kiri Pan-Arab, Nasionalis, Nasseris yang didirikan
oleh Hamdeen Sabahi dan Amin Iskander pada tahun 1996, diketuai oleh Mohamed Samy. Selama
era pemerintahan Mubarak, Partai Karama mengecam pemerintah karena memonopoli kekuatan
politik dan membatasi aktivitas kelompok oposisi. Pengajuan status hukum dan legalisasi Partai
Karama pada tahun 2002, 2004 dan 2006 selalu ditolak oleh pemerintahan Mubarak, salah satu
alasanya karena Partai Karama mendukung ideologi radikal. Partai Karama baru mendapatkan
legalisasi partainya pada Agustus 2011 setelah revolusi yang menumbangkan pemerintahan
Mubarak di Mesir. Lihat, Carnegie Endowment,“Karama Party”, dalam
http://carnegieendowment.org/2012/02/15/karama-party-pub-54830 diakses Selasa, 22 Agustus
2017 pukul 22.29 WIB.
16
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, Comparative Political
Studies, Volume 42 Number 8 (August, 2009), SAGE Publications, h. 1019.
17
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 11.
18
Partai Wafd al-Misri atau Partai Delegasi Mesir merupakan salah satu partai politik
tertua di Mesir yang berperan dalam mendapatkan kemerdekaan Mesir dari Inggris. Didirikan oleh
Sa‟ad Zaghlul pada 13 November 1918, sebagai delegasi orang-orang Mesir pada konferensi
perdamaian setelah Perang Dunia I. Wafd mengorganisir dirinya sebagai partai pada September
1923. Partai Wafd dibentuk kembali oleh Fouad Serageddin pada 4 Februari 1978 dengan nama
Partai Wafd Al-Ghadeed (New Wafd Party) sesuai dengan legalisasi sistem multipartai Presiden
Anwar Sadat. Lihat, “Wafd: Political Party, Egypt” diakses pada Selasa, 22 Agustus 2017 pukul
21.13 WIB dari: https://www.britannica.com/topic/Wafd
19
Carnegie Endowment, “Ghad Party”, dalam
http://carnegieendowment.org/2011/09/20/ghad-party-pub-54828 diakses Selasa, 22 Agustus 2017
pukul 20.04 WIB.
46
20
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 288.
21
Hizb al-Tagamu al-Watani al-Taqadomi al-Wahdawi (National Progressive Unionist
Organization/Partai Unionist Progresif Nasional) didirikan oleh mantan Perwira Bebas Khalid
Muhyiuddin pada tahun 1976. Tagammu merupakan partai politik sosialis (sayap kiri) yang
anggotanya terdiri dari orang-orang Marxis dan Nasseris. Partai Tagammu dianggap sebagai
pembela prinsip-prinsip Revolusi Mesir tahun 1952. Lihat, Carnegie Endowment, “Tagammu
Party” dalam http://carnegieendowment.org/2011/09/22/tagammu-party-pub-54896 diakses pada
Rabu, 23 Agustus 2017 pukul 14.04 WIB.
22
International Crisis Group 2005, Reforming Egypt: In Search of A Strategy: 4 October
2005, Middle East/North Africa Report N°46, hal. 11.
23
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egyp‟s Quest for Democracy”, h. 1013.
47
24
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 288.
25
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 288.
26
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1013.
27
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1021.
48
28
Housam Darwisheh, “Regime Survival Strategies and the Conduct of Foreign Policy in
Egypt”, Middle East Review of IDE-JETRO, Vol. 2 (2015), h. 49.
29
Karam Muhammad Zuhdi, et al., Kritik Internal Terhadap Al-Qaeda: Bahaya dan
Kesalahan Ideologinya (Jakarta, Lazuardi Biru, 2012), h. 14-15.
30
History, “9/11 Attacks”, dalam http://www.history.com/topics/9-11-attacks diakses
Jumat, 30 Juni 2017 pukul 12.28 WIB.
31
Musthafa Abd Rahman, “Demokrasi di Arab dan Standar Ganda AS”, dalam
http://internasional.kompas.com/read/2011/04/25/08254212/Demokrasi.di.Arab.dan.Standar.Gand
a.AS diakses Rabu, 28 Juni 2017 pukul 15.21 WIB.
49
32
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement, h. vii.
33
Unisosdem, “AS dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah”, dalam
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2429&coid=3&caid=22&gid=4 diakses Kamis,
29 Juni 2017 pukul 24.37 WIB.
34
Housam Darwisheh, “Regime Survival Strategies…”, h. 49.
35
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement, h. vii.
36
Al-Bab.com, “Greater Middle East Partnership” dalam http://al-bab.com/documents-
section/greater-middle-east-partnership diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 24.22 WIB.
50
kedua pada tahun 2000.37 Peristiwa ini menandai dimulainya era baru politik
jalanan Mesir. Ribuan mahasiswa dan siswa sekolah menengah atas turun ke
jalan-jalan Mesir dalam rangka mengekspresikan kekecewaan meraka terhadap
rezim Mubarak.
Kata Intifada memiliki arti “gerakan” atau “guncangan” yang juga bisa
diartikan sebagai “kebangkitan” atau “perlawanan”. Intifada Palestina sendiri
merupakan istilah atas peristiwa pemberontakan bangsa Palestina melawan
pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai salah satu cara untuk
mencapai kemerdekaan dan kebebasan.38 Intifada Palestina pertama berlangsung
pada bulan Desember tahun 1987 sampai 1993, dan Intifada kedua yang disebut
juga “Intifadha al-Aqsa” dimulai pada 29 September 2000 sampai 8 Februari
2005. Disebut Intifadha Al-Aqsa karena peristiwa ini dimulai di Masjid al-Aqsa.
Intifada kedua ini pecah akibat dipicu oleh kunjungan provokatif perdana
menteri Israel ke-11 Ariel Sharon (wafat, 2014) dan sekitar 1000 orang bersenjata
ke kawasan Masjid al-Aqsa.39 Ariel Sharon mendeklarasikan bahwa situs suci
ketiga umat Islam (setelah Makkah dan Madinah) tersebut akan berada di bawah
kendali Israel.40 Pernyataan itu memicu protes besar-besaran dan bentrok
berkepanjangan, antara Palestina dan Israel hingga lima tahun lamanya.
37
Baheyya, “Kifaya: Asking the Right Questions”, dalam
http://baheyya.blogspot.co.id/2005/04/kifaya-asking-right-questions.html diakses Kamis, 29 Juni
2017 pukul 23.51 WIB.
38
Oxford Dictionaries, “Intifada”, dalam
https://en.oxforddictionaries.com/definition/intifada diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 22.40
WIB.
39
Michael Scott-Baumann, Crisis in the Middle East: Israel and the Arab States 1945–
2007 (London: Hodder Education, 2009), h. 101.
40
Republika, “Intifada Ketiga?”, dalam
http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/15/10/12/nw3noe1-intifada-ketiga diakses Kamis,
29 Juni 2017 pukul 23.11 WIB.
51
negara Arab lainnya. Amerika Serikat juga ingin menciptakan realita politik baru
di Timur Tengah demi menjaga kepentingannya serta menjamin keamanan Israel
dengan runtuhnya acaman Irak pasca era Saddam Hussein.41 Selain isu demokrasi,
Minyak juga menjadi motivasi dibalik invasi Amerika ke Irak ini.42 Iklim politik
Mesir berubah secara drastis akibat invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun
2003 ini. Pada hari pertama bom turun di Baghdad, ribuan pemrotes turun ke jalan
menyuarakan kemarahan mereka, dan selama satu hari penuh pemrotes
menduduki lapangan Tahrir Square di pusat kota Kairo, Mesir.43
Setelah peristiwa invasi Amerika Serikat ke Irak, para aktivis yang
melakukan aksi solidaritas untuk peristiwa Intifada Palestina tahun 2000
membentuk gerakan anti-perang Mesir. Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam
gerakan anti-perang ini menunjukan kemarahan mereka atas Amerika Serikat
yang melakukan agresi militer melawan Irak, dan motif lain Amerika dibalik
invasi militer tersebut. Bahkan para mahasiswa di Universitas Al-Azhar di Mesir
membakar bendera Amerika Serikat dan Israel untuk mengekspresikan kemarahan
mereka terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat tersebut. 44 Kegagalan
Mesir dan pemerintahan Arab lainnya untuk mencegah invasi Amerika Serikat ke
Irak, serta mengatasi berbagai kesulitan pertumbuhan ekonomi mendorong massa
untuk menentang rezim Mubarak yang diawali dengan sebuah proses panjang
aktivisme dan protes jalanan.45
Demostrasi anti-perang ini kemudian bertransformasi menjadi gerakan
politik baru yang dikenal sebagai gerakan Kifaya dan menjadi demostrasi publik
pertama melawan Presiden Mubarak dan memintanya untuk lengser dari
jabatannya. Peristiwa invasi Amerika Serikat ke Irak merupakan peristiwa
41
Unisosdem, “AS dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah” dalam
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2429&coid=3&caid=22&gid=4
42
Democratic Underground, “The Purpose of the U.S. Invasion and Occupation of Iraq”,
dalamhttps://www.democraticunderground.com/discuss/duboard.php?az=view_all&address=389x
1714474 diakses Rabu, 23 Agustus 2017 pukul 14.32 WIB.
43
Tamir Moustafa, The Struggle for Constitutional Power: Law, Politics, and Economic
Development in Egypt (New York: Cambridge University Press, 2007), h. 209.
44
Voa News, “Anti-War Protest Continue for 3 rd Day in Egypt”, dalam
https://www.voanews.com/a/a-13-a-2003-03-22-35-anti-war-67304142/381153.html diakses
Jumat 30 Juni 2017 pukul 24.17 WIB.
45
Housam Darwisheh, “Regime Survival Strategies…”, h. 50.
52
pertama kalinya dalam sejarah modern Timur Tengah bahwa kekuatan atau
pasukan asing secara fisik mengambi alih sebuah negara setelah era poskolonial.46
Para aktivis gerakan anti-perang 2003 ini meneriakan slogan anti pemerintah,
karena menganggap pemerintah Mesir telah gagal menerapkan implikasi atau
keterlibatan jangka panjang perang Irak.47
Kemudian pada tahun 2004, juru bicara kampanye aksi solidaritas Palestina
dan anti-perang mendeklarasikan gerakan Kifaya yang menargetkan Mubarak dan
menciptakan reformasi sistem politik di Mesir.48 Dengan kata lain, gerakan Kifaya
sebenarnya merupakan “siklus ketiga” aktivisme yang mengikuti gerakan
sebelumnya yakni aksi solidaritas pro-Intifada tahun 2000 dan gerakan anti perang
pada tahun 2003.49 Meskipun awalnya dimulai dengan slogan aksi solidaritas,
aktivis gerakan Kifaya dapat mengubah aksi ini ke gerakan oposisi yang
menyerukan reformasi politik di Mesir dan berakhirnya pemerintahan Presiden
Mubarak.50
Faktor ekternal memiliki pengaruh penting dalam membantu proses
demokrasi, namun tetap posisinya hanya sebagai pendukung saja. Lahir dan
lestarinya proses demokrasi tergantung pada faktor internal (dalam negeri), baik
menyangkut bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Hal ini seperti yang
Nadia Oweidat katakan dalam bukunya The Kefaya Movement: A Case Study of a
Grassroots Reform Initiative, bahwa gerakan reformasi adat/dalam negeri
(indigenous reform) adalah posisi terbaik untuk memajukan demokrasi di negara
mereka sendiri.51 Proses demokrasi tidak hanya sekedar membuat sistem
multipartai atau menyelenggarakan pemilu secara periodik, tetapi mencakup
46
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1021.
47
Paul Schemm, “Egypt: Mubarak Struggles to Control Anti-War Protests”, dalam
https://www.greenleft.org.au/content/egypt-mubarak-struggles-control-anti-war-protests diakses
Jumat, 30 Juni 2017 pukul 02.37 WIB.
48
Hossam el-Hamalawy, “How Palestine‟s Uprising Inspired Egypt‟s”, dalam
https://electronicintifada.net/content/how-palestines-uprising-inspired-egypts/9253 diakses Jumat,
30 Juni pukul 02.33 WIB.
49
Rabab El-Mahdi, “The Democracy Movement: Cycles of Protest” dalam Egypt The
Moment of Change (Ed. Rabab El-Mahdi dan Philip Marfleet), (New York: Zed Books, 2009), h.
93
50
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 236.
51
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. vii.
53
penegakan hukum dan prinsip hak asasi manusia, suksesi kekuasaan secara damai,
pemisahan kekuasaan secara jelas antara legislatif, yudikatif, dan eksekutif, serta
yang tak kalah penting memperkuat budaya transparansi dalam pemerintahan.52
52
Unisosdem, “AS dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah”, dalam
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2429&coid=3&caid=22&gid=4
53
Ellen Knickmeyer, “In Egypt, A Son is Readied for Succession”, dalam
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/10/10/AR2007101002436.html
diakses Jumat, 25 Agustus 2017 pukul 14.01 WIB.
54
Khalil Al-Anani, “The Kefaya Movement Depicted as a Social Phenomenon”, dalam
http://www.elkarama.net/modules.php?name=News&file=article&sid=342 ” diakses Senin, 31
Oktober 2016 pukul 13.24 WIB.
55
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1019.
54
56
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 206.
57
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 11.
58
Global Security, “Kifaya (“Enough”) Egyptian Movement for Change)”, dalam
http://www.globalsecurity.org/military/world/egypt/kifaya.htm diakses pada Senin, 31 Juli 2017
pukul 19.06 WIB.
55
Intifada Palestina di
sejumlah ensiklopedi
khusus, buku, dan
referensi.
Beberapa karyanya telah
diterjemahkan ke dalam
beberapa bahasa. Messiri
meninggal pada 2 Juli
2008.59
Juru bicara gerakan
Kifaya hingga awal
tahun 2007. Pada
tahun 2008
Seorang editor surat
menjadi
3. Abdel-Halim Qandil kabar Nasserist, Al-
koordinator
Arabi.
gerakan Kifaya
menggantikan
Abdel Wahhab el-
Messiri.
Mohamed al-Saied
4. Akademisi Liberal Anggota aktif
Edris
Penggagas gerakan
5. Hany Anan Pengusaha
Kifaya
Seorang Insinyur, aktivis
buruh, anggota
Revolutionary Socialists, Anggota aktif sejak
6. Kamal Khalil dan aktivis veteran yang gerakan anti-
hadir pada demonstrasi perang.
mahasiswa Februari
tahun 1968.
Pendiri Partai Wasat Penggagas gerakan
7. Abu Ala Madi
moderat. Kifaya.
Ahmed Bhaa Eddin Penggagas gerakan
8. Aktivis Sayap Kiri
Shaaban Kifaya60
9. Yehia Elkazaz Pemimpin Partai Buruh Anggota aktif
10. Magdy Hussein Pemimpin Partai Buruh Koordinator umum
Kandidat Presiden tahun
11. Ayman Nour 2005 dari Partai al-Ghad Anggota aktif
(Partai Hari Esok)
59
“Profiles: Abdel Wahab Mohammed el-Messiri”, The Emirates Center for Strategic
Studies and Research, dalam
http://www.ecssr.com/ECSSR/print/prf.jsp?lang=en&prfId=/Profile/Profiles_0837.xml diakses
pada Minggu, 25 Juni 2017 pukul 01.51 WIB.
60
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 10.
56
61
Security with Human Right, Time for Justice: Egypt‟s Corrosive System of Detention
(UK: Amnesty International, 2011), h. 27.
62
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 29.
63
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 11.
57
reformasi politik dan sosial di Mesir.64 Salah satu aspek yang membedakan
gerakan Kifaya dengan organisasi dan gerakan lain yang terlibat dalam aktivitas
politik di Mesir adalah, penggunaan taktik dan strategi inovatifnya.
Gerakan Kifaya berhasil menunjukkan aspirasi dan aksi protes mereka,
meskipun ada larangan terhadap pertemuan publik secara besar-besaran
berdasarkan Undang-Undang Darurat. Hal tersebut merupakan kemenangan besar
bagi gerakan Kifaya terhadap sikap pemerintah yang tidak ragu untuk
menggunakan kekerasan terhadap pemrotes.65 Dalam aksinya, gerakan Kifaya
menggunkan dua strategi dalam pergerakannya, yakni menggunkan terknologi
internet dan demostrasi langsung.
1. Strategi Internet
Strategi internet gerakan Kifaya berfokus pada blogger (penulis blog),
masyarakat umum, media lokal, dan media internasional. Kifaya sendiri memiliki
tiga domain atau ranah tindakan yakni lingkaran aktivis, koordinator, dan juru
bicara.66 Untuk kegiatan berbasis web-nya, gerakan Kifaya mengandalkan
lingkaran dalam sesama aktivis Kifaya untuk mempertahankan ide dan
mendorong masyarakat umum menyuarakan pendapat mereka tentang korupsi di
pemerintahan, kinerja kedutaan Mesir di seluruh dunia, Ikwanul Muslimin, dan
topik hangat lainnya yang menjadi isu di Mesir kala itu.67 Gerakan Kifaya
menggunakan media baru sebagai sarana dalam membentuk opini publik tentang
masalah-masalah di pemerintahan Mubarak tersebut.
Menurut Everett M. Rogers, seorang teoretisi dan sosiolog komunikasi
Amerika terkemuka, terdapat empat perkembangan media komunikasi: era
komunikasi tulisan, era komunikasi cetak, era telekomunikasi, dan era komunikasi
64
Rabab El-Mahdi, Egypt: The Moment of Change, h. 94.
65
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change” dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 208.
66
Manar Shorbagy, “Understanding Kefaya: The New Politics in Egypt”, Pluto Journals,
Arab Studies Quarterly, Vol. 29, No. 1 (2007), h. 48.
67
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, The Middle East Center St. Antony‟s College, University of Oxford, 2008,
h. 3-6.
58
interaktif. Adapun media baru muncul di era komunikasi interaktif.68 Media baru
adalah sarana komunikasi massa yang menggunkan teknologi digital seperti
internet, termasuk Web, Blog, Flickr, YouTube, e-mail, Facebook, dan Twitter.69
Pada awal tahun 2000, media baru sangat erat kaitannya dengan aktivitas
politik di Mesir dan salah satu faktor yang mendorong berkembangnya demokrasi
dan reformasi di dunia Arab. Saluran televisi seperti al-Jazeera, al-Arabiyya,
MBC, LCB dan surat kabar Pan-Arab yang diterbitkan oleh al-Hayat dan al-
Awsat merevolusi aksesibilitas informasi dan interpretasi untuk masyarakat Arab
yang lebih luas.70
Di Mesir sendiri, blog dikaitkan dengan munculnya gerakan Kifaya, serta
banyak aktivisnya menggunakan teknologi ini.71 Blog memiliki fungsi yang
sangat beragam, mulai dari sebuah catatan harian, sarana publikasi program-
program media, perusahaan-perusahaan dan bahkan dalam sebuah kampanye
politik. Blog biasanya dikelola oleh seorang penulis tunggal dan memiliki fasilitas
interaksi dengan para pengunjungnya, seperti buku tamu dan kolom komentar
yang memperbolehkan mengomentari isi dari tulisan yang dipublikasikan.
Gerakan Kifaya sendiri menggunakan blog sebagai sarana memobilisasi massa
dan menyebarkan pesan politik untuk melengserkan kepresidenan Mubarak dan
isu suksesi oleh putranya Gamal.72
Situs-situs web yang saling berkaitan atau kumpulan blog disebut sebagai
blogosphere. Apabila sebuah kumpulan aktifitas, informasi dan opini yang sangat
besar berulang kali muncul untuk beberapa subjek atau sangat kontroversial
terjadi dalam blogosphere, maka hal itu dinamakan blogstorm atau badai blog.
Macam-macam blog di antaranya blog pribadi, politik, bertopik, kesehatan, sastra
(litblog), perjalanan, mode (fashion), riset, hukum, media, agama, pendidikan,
68
“Era Perkembangan Komunikasi” dalam http://vespabiru.weebly.com/era-
perkembangan-telekomunikasi.html diakses Jumat, 30 Juni 2017 pukul 15.23 WIB.
69
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 240.
70
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Election”, h. 260.
71
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, hal. 22.
72
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, hal. 23.
59
kebersamaan, dan bisnis.73 Menurut Courtney Radsch seorang editor dan jurnalis
Al-Arabiya.net yang memfokuskan penelitiannya tentang media di dunia Arab,
selama tahun 2003 sampai 2008 ada tiga tahap yang dapat mendefinisikan
perkembangan blogosphere Mesir:
Pertama, tahap percobaan (2003-2005).74 Dalam tahap ini muncul blogger
(penulis blog) awal Mesir dan gerakan protes yang membantu mempopulerkan
blogosphere Mesir sebagai tempat demokrasi saat gerakan Kifaya mulai popular
di tahun 2005. Kemunculan blogosphere di Mesir ini terinspirasi setelah perang
Irak tahun 2003 karena masyarakat Irak membutuhkan media untuk
mendokumentasikan dan menyuarakan keinginan mereka.
Courtney Radsch menyebutkan di antara blogger awal yang muncul pada
tahap ini adalah Arabis (Hossam, Issandr, dan Eman),75 Sandmonkey,76 The Big
Pharoh,77 Baheyya,78 dan Nermeena.79 Mereka menggunakan bahasa Inggris
dalam postingan blognya. Adapun blogger yang menggunakan bahasa Arab dalam
postingan blognya seperti Normal,80 Digressing,81 serta Gharbeia bersaudara
Amr82 dan Ahmad.83
73
Rebecca Blood, “Weblogs: A History and Perspective”, dalam
http://www.rebeccablood.net/essays/weblog_history.html diakses Jumat 30 Juni 2017 pukul 16.57
WIB.
74
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 2-4.
75
Lihat salah satu tulisannya: Arabist, “NDP vs. Kefaya” dalam http://www.arabist.net
diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 07.11 WIB
76
Lihat salah satu tulisannya: Sandmonkey, “Mubarak Egypt No More”, dalam
http://www.sandmonkey.org/ diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 08.02 WIB.
77
Lihat salah satu tulisannya: Bigpharaoh, “Sharp Drop Seen in Iraqi and US Deaths in
Iraq” dalam http://www.bigpharaoh.com/ diakses pada Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.00 WIB.
78
Lihat salah satu tulisannya: Baheyya, “Who Afraid of Change”, dalam
http://baheyya.blogspot.com/ diakss Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.15 WIB.
79
Lihat salah satu tulisannya: Narnoura, “An Angry to Egypt‟s Political Activists” dalam
http://nerro.wordpress.com/ diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.55 WIB.
80
Lihat salah satu tulisannya: Beyond Normal,"ييى راء:جديد بهىج, dalam
http://beyondnormal.blogspot.com/ diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 10.22 WIB.
81
Lihat salah satu tulisannya: Mohammed, تقيدة يا زغركطي...تبهىجُا جايت أيريكا...., dalam
http://digressing.blogspot.com diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 11.20 WIB.
82
Lihat salah satu tulisannya: Gharbeia, خالص؟ يٍ هم "كفاىت" بعد, dalam http://gharbeia.net/
diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 12.10 WIB.
83
Lihat salah satu tulisanya: Zamakan Gharbeia, نٍ انبم, dalam http://zamakan.gharbeia.org/
diakses pada Kamis, 29 Juni 2017 pukul 13.12 WIB.
60
84
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 4-7.
85
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 22.
61
untuk makan malam atau buka puasa bersama selama bulan Ramadan. Mereka
saling mengungkapkan solidaritas sebagai blogger di bidang politik dan agama.86
Ketiga, yakni tahap diversifikasi/penganekaragaman dan fragmentasi (2006-
2008).87 Seiring berkembangnya blogosphere dengan keanekaragaman
macamnya, menjadikan komunitas identitas mulai terbentuk. Para blogger
mengidentifikasi mereka sesuai agama, ideologi atau gender. Simbiosis antara
Kifaya dan blogger telah menciptakan bentuk keterlibatan publik baru yang
dianggap subversif (pelanggaran/kejahatan) terhadap negara. Sedangkan dari segi
sudut pandang masyarakat Mesir sendiri, hal tersebut merupakan bentuk
pemberdayaan masyarakat.88 Pada tahun 2008 banyak blogger inti dan aktivis
yang meninggalkan gerakan Kifaya, sehingga menyebabkan penurunan pada
gerakan ini.89
2. Demonstrasi
Demonstrasi awal yang dilakukan oleh gerakan Kifaya terkenal dengan
slogan la li-tawrith, la li-tamdid yang artinya “tidak ada pewarisan kekuasaan dan
tidak ada perpanjangan kekuasaan”.90 Gerakan Kifaya melakukan aksi gerakannya
dengan cara damai dan tanpa kekerasan fisik. Salah satunya dengan menempelkan
stiker kuning berbentuk lingkaran yang bertuliskan nama gerakan dan jargon
mereka. Gerakan Kifaya mengembangkan sebuah teknik demonstrasi yang disebut
“demonstrasi kilat”, di mana sekelompok aktivis gerakan sebanyak 20 sampai 30
orang muncul di sebuah lapangan di Kairo dan melakukan demonstrasi selama 15
menit, sambil membagikan selebaran kepada warga yang menyatakan
ketertarikannya.91 Kemudian sebelum pasukan keamanan tiba, para pemrotes akan
86
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 8.
87
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 7-10.
88
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 8
89
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 9.
90
Carrie Rosefsky Wickham, The Muslim Brotherhood: Evolution of an Islamist Movement
(New Jersey: Princeton University Press, 2015), h. 109.
91
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 289.
62
92
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h 18.
93
Potongan kertas berwarna yang biasanya dihamburkan pada waktu pesta.
94
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 289.
95
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change” dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 208.
96
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 19.
63
97
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 19.
98
Al-Aryan Isam, al-tacdilat al-dusturiyya fi misr wa mada hudur “al-‟ ikhwan” fi al-
mu‟assasat al-dimuqratiyya, dalam http://www.daralhayat.com/special/issues/04-2007/Item-
20070407-cd09a1b8-c0a8-10ed-01d5-2634d737529b/story.html diakses Jumat, 28 Oktober 2016
pukul 15.30 WIB.
64
99
Sherif, Ahmad, “Mr Mubarak 26 Years is Enough- كفية-Kefaya Song 2.0-“, dalam
https://www.youtube.com/watch?v=WbEM6soTHOA diakses pada Selasa, 5 Juli 2017 pukul
13.11 WIB.
100
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change” dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 209.
BAB IV
PERAN GERAKAN KIFAYA DALAM PERUBAHAN SISTEM
POLITIK MESIR MASA HUSNI MUBARAK (2003-2008)
1
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 288.
2
Tamir Moustafa, The Struggle for Constitutional Power: Law, Politics, and Economic
Development in Egypt, h. 210.
65
66
8
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 103.
9
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 104.
10
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1012.
11
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”, h. 267.
12
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises: Egypt's Looming Succession Struggle”, h.
103.
68
13
Anna Sundell, “Narration and Identity: Dealing with social and ideological heterogeneity
in the Kefaya Movement” (Departement of Political Science, Lund University, 2006), h. 22.
14
Rabab El-Mahdi, Egypt The Moment of Change, h. 89.
15
Rabab El-Mahdi, Egypt The Moment of Change, h. 90.
16
Egypt The Moment of Change (Ed. Rabab El-Mahdi dan Philip Marfleet), h. 89-90.
69
spanduk dan memasang stiker berwarna kuning yang terdapat tulisan nama
gerakan mereka.17 Tulisan dalam properti demostrasi mereka merupakan pesan-
pesan yang menentang peraturan Mubarak. Demonstrasi awal gerakan Kifaya ini
menarik perhatian dan simpati langsung dari masyarakat Mesir untuk merasakan
kesulitan yang sama di bawah rezim Mubarak. Gerakan Kifaya melanjutkan aksi
demonstrasi damai mereka pada bulan selanjutnya. Mereka memilih lokasi yang
strategis di mana mereka bisa menarik lebih banyak lagi perhatian publik, seperti
di Pekan Raya Buku Kairo, kampus universitas dan di Tahrir Square.18
Setelah menerima banyak tekanan eksternal dari Amerika Serikat19 dan
tekanan internal khususnya dari gerakan Kifaya, Mubarak mengakui bahwa
reformasi politik sebagai upaya diterapkannya demokrasi di Mesir adalah sangat
penting. Sebagai tanggapan dari tekanan tersebut, kurang dari tiga bulan setelah
demonstrasi pertama gerakan Kifaya pada 12 Desember 2004, Presiden Mubarak
mengusulkan sebuah perubahan konstitusional pemilihan presiden (Konstitusi
Mesir 1971, pasal 76) pada 26 Februari 2005.20
Amandemen konstitusi pasal 76 tersebut memungkinkan pemilihan
presiden Mesir multikandidat dari perwakilan berbagai partai politik untuk
pertama kalinya di Mesir.21 Sebelumnya, pemilihan presiden dilakukan dengan
mencalonkan kandidat tunggal yang sudah disaring oleh Militer, kemudian
diajukan ke parlemen untuk diadakan voting melalui referendum.22 Mubarak
disetujui sebagi presiden dalam empat referendum yang diselenggarakan pada
tahun 1981, 1987, 1993, dan 1999 serta menerima lebih dari 90% suara
pendukung dalam setiap referendum tersebut.
Keputusan Presiden Mubarak untuk menyelenggarakan pemilihan presiden
multikandidat menjadi kejutan tersendiri untuk masyarakat Mesir maupun dunia
17
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 235.
18
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”, dalam https://nvdatabase.swarthmore.edu/content/kefaya-protests-
mubaraks-referendum-and-re-election-egypt-2005, diakses Rabu, 13 September 2017 pukul 12.15
WIB.
19
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 105.
20
“Reforming Egypt: In Search of A Strategy”, Middle East/North Africa Report N°46 – 4
October 2005, International Crisis Group Working To Prevent Conflict Wordwide, 2005, h.1.
21
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1013.
22
Iwan Gunawan, “Pemilu Presiden Secara Langsung di Mesir Tahun 2005…”, h. 161.
70
23
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 2-3.
24
Refworld, “Constitution of the Arab Republic of Egypt” dipublikasikan oleh National
Legislative Bodies/National Authorities, dalam http://www.refworld.org/cgi-
bin/texis/vtx/rwmain/opendocpdf.pdf?reldoc=y&docid=54917e9c4 diakses Minggu, 17 September
2017 pukul 19.00 WIB.
25
Arab Republic of Egypt Shoura Assembly, “The Constitution of The Arab Republic of
Egypt 11 September 1971 And Amendments May, 22 1980-May, 25 2005-March, 26 2007”, h. 28.
26
Arab Republic of Egypt Shoura Assembly, “The Constitution of The Arab Republic of
Egypt 11 September 1971 And Amendments May, 22 1980-May, 25 2005-March, 26 2007”, h. 29.
71
27
Anna Sundell, “Narration and Identity: Dealing with Social and Ideological
Heterogeneity in the Kefaya Movement”, h. 19.
28
Edmund Blair, “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum”
29
Edmund Blair, “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum”
30
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 209.
31
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
72
32
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 209.
33
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
34
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, Review of African Political
Economy, Vo. 35, No. 116, The Politics of Capital (2008), h. 301.
35
Arabic News, “Egyptian Judiciary Rejects Halting Referendum on The Constitution”,
dalam
https://web.archive.org/web/20080522112426/http://www.arabicnews.com/ansub/Daily/Day/0505
24/2005052417.html diakses Minggu, 17 September 2017 pukul 14.02 WIB.
36
Edmund Blair, “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum” dalam
https://www.iol.co.za/news/africa/egypt-opposition-urges-boycott-of-referendum-242139 diakses
Minggu, 17 September 2017 pukul 21.27 WIB.
73
37
Election Guide Democracy Assistance & Elections News, “Arab Republic of Egypt
Referendum May 25, 2005” dalam http://www.electionguide.org/results.php?ID=81 diakses pada
Kamis, 14 September 2017 pukul 11.20 WIB.
38
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 4.
39
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
40
Edmund Blair, “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum”
41
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 105.
42
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 105.
74
43
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
44
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 301.
75
45
Election Guide Democracy Assistance & Elections News, Arab Republic of Egypt
Election for Precident 2005” dalam http://www.electionguide.org/election.php?ID=80 diakses
pada 16 Agustus 2017 pukul 22.38 WIB
46
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 302.
47
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 303.
76
48
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 304.
49
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 303-305.
50
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 304.
51
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 304.
77
dan hambatan dalam penggalangan dana kampanye. Masalah lain dari kampanye
Nour adalah belum mapan dan populernya al-Ghad sebagai partai politik,
sehingga mengharuskan Nour untuk mengunjungi daerah-daerah di Mesir untuk
bertemu dengan calon pemilih.52
Nour merupakan kandidat yang paling aktif dalam berkampanye. Seperti
yang dikatakan Nour kepada pendukungnya di lapangan Tahrir Kairo pada 3
September 2005 bahwa dalam 18 hari Nour telah melakukan 22 kampanye di 19
gubernur.53 Sebagai bagian dari strategi, tim kampanye Nour memilih daerah yang
dianggap bertentang dengan Presiden Mubarak. Selama pidato kampanyenya di
al-Minya, jika terpilih Nour berjanji: Mencabut undang-undang darurat dan
membebaskan semua tahanan politik pada bulan Oktober 2005; Pemilihan
parlemen akan diadakan pada bulan November sesuai jadwal; Merestrukturisasi
atau menata kembali aparat media negara pada bulan Januari 2006; Pada bulan
Maret 2006, sebuah komite terpilih akan menulis sebuah konstitusi baru, yang
akan tunduk pada referendum nasional; Pada bulan September 2007, Nour
menjanjikan pemilihan presiden baru di mana dia akan mundur dari jabatan
tersebut.54
Partai Wafd memutuskan untuk maju dalam pemilihan presiden dengan
harapan dapat meningkatkan profil partai tersebut sebelum pemilihan parlemen
pada bulan November 2005. Dengan dorongan tersebut, Partai Wafd memilih
Noman Gomaa sebagai kandidatnya. Dengan basis anggota partai yang kaya,
Wafd mampu mengumpulkan uang kampanye dari para anggotanya. Tim
kampanye Gomaa bergantung pada iklan TV dan surat kabar dari pada bertemu
langsung dengan para calon pemilih.55 Gomaa hanya melakukan enam kampanye
pemilihan selama periode kampanye 19 hari. Kampanye tersebut pun hanya
dilakukan di kota-kota besar seperti Kairo dan Alexandria. Dalam kampanyenya
Gomaa menyinggung isu tentang sosial-ekonomi seperti pengangguran dan
52
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 305.
53
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 305.
54
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 305-306.
55
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 307.
78
56
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 307.
57
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 210.
58
Tamir Moustafa, The Struggle for Constitutional Power: Law, Politics, and Economic
Development in Egypt, h. 213.
79
memperoleh 208.891 suara atau sekitar (2,93%)59 dan sisanya terbagi untuk tujuh
kandidat lainnya. Pada tanggal 27 September 2005, Mubarak dilantik sebagai
presiden untuk kelima kalinya.60
59
Election Guide Democracy Assistance & Elections News, Arab Republic of Egypt
Election for Precident 2005” dalam http://www.electionguide.org/election.php?ID=80
diakses pada 16 Agustus 2017 pukul 22.38 WIB.
60
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
61
International Republican Institute, 2005 Parliamentary Election Assessment in Egypt:
November 15-21, 2005, (Washington, D.C: USAID, 2005), h. 21.
62
International Republican Institute, 2005 Parliamentary Election…, h. 22.
63
Anna Sundell, “Narration and Identity: Dealing with social and ideological heterogeneity
in the Kefaya Movement”, h. 18.
80
pendidikan, dan kesejahteraan jutaan warga Mesir yang belum terlayani oleh
negara.64
Sejak kelahiran kembali sistem multipartai di Mesir pada tahun 1970an,
partai-partai oposisi secara berkala membahas “front persatuan”, namun pada
umumnya selalu gagal karena konflik internal akibat perbedaan ideologis. Seperti
halnya yang terjadi pada pemilihan parlemen tahun 2005, pembentukan Front
Nasional untuk Perubahan dan Reformasi (National Front for Change and
Reform) menyatukan sebagian besar gerakan oposisi untuk program reformasi
politik dan sebuah kesepakatan untuk berkoordinasi sehingga kandidat dari
berbagai komponen front tidak akan bersaing dalam pemilihan parlemen.65
Bentrokan di dalam front kerap kali terjadi. Misalnya, Ayman Nour dari
Partai al-Ghad tidak bisa bergabung apabila di dalam front ada Partai Wafd yang
mana dulunya Nour merupakan mantan anggota partai tersebut. Selain itu,
Ikhwanul Muslimin memutuskan tidak bergabung dengan front. Alasan Ikhwanul
Muslimin tidak ingin bergabung salah satunya karena keterlibatan Partai
Tagammu yang berhaluan kiri. Selain itu Ikhwanul Muslimin menganggap kaum
liberal dan kiri memilih sebuah rezim otoriter untuk memerintah Islam.
Sebaliknya, kaum kiri dan liberal menganggap bahwa ideologi Ikhwanul
Muslimin itu terlalu ekstrim. Di sini gerakan Kifaya mencoba untuk
menjembatani kesenjangan ideologi tersebut. Walaupun hasil dari pemilihan
parlemen tahun 2005 tetap didominasi oleh NDP, tetapi gerakan Kifaya akhirnya
berhasil menyatukan opoisisi yang mempunyai tujuan sama terhadap
pemerintahan Mubarak.66
64
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 549.
65
Amr Hamzawy dan Nathan J. Brown, “Can Egypt‟s Troubled Elections Produce a More
Democratic Future?”, hal. 3.
66
Amr Hamzawy dan Nathan J. Brown, “Can Egypt‟s Troubled Elections Produce a More
Democratic Future?”, hal. 3.
81
67
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1014.
68
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 27.
69
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 211.
82
70
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 212.
71
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 212.
72
Josep Puig Montada, “Oppositional Movement in Egypt, From 1952 to Mubarak‟s
Downfall”, Nómadas. Revista Crítica de Ciencias Sociales y Jurídicas Volumen Especial:
Mediterranean Perspectives, 49 (2016), h. 12.
73
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 212.
74
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 213.
83
tuntutan hak, partisipasi, dan tindakan sipil. Gerakan Kifaya telah menggerakan
masyarakat Mesir untuk berani menyuarakan tuntutannya.
75
Al-MasryAl-Youm,www.youm7.com/story/2011/5/1/402723/-عبد-انجهيم-يصطفي-احسب-انعدل
اَضًاوdiakses Senin, 06 November 2017 pukul 13.11 WIB.
76
Al-Masry Al-Youm, www.egyptindependent.com/news/kefaya-origins-mubaraks-
downfall, diakses Senin, 06 November 2017 pukul 13.34 WIB.
77
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 239.
84
besaran kembali muncul pada tahun 2004, yang dipicu oleh gerakan Kifaya yang
sedang eksis pada tahun tersebut.78 Gerakan Pemuda 6 April memanfaatkan
Facebook dalam aktivitas gerakannya.
Dalam halaman Facebook mereka yang beragontakan sekitar 70.000 (tujuh
puluh ribu) orang, dibahas isu-isu yang mendesak seperti kebebasan berbicara,
ekonomi, dan hak asasi manusia.79 Gerakan Pemuda 6 April ini terinspirasi oleh
gerakan Kifaya dalam aktivitas gerakannya. Ahmed Maher pendiri gerakan
Pemuda 6 April ini memulai aktifitas politiknya di tahun 2005 dengan cara
bergabung dalam gerakan Kifaya. Selain Ahmed Maher, anggota gerakan Kifaya
yang kemudian bergabung dalam gerakan 6 April ini di antaranya Waleed Rashed
dan Mohamad Adel yang sebelumnya menjadi juru bicara gerakan Kifaya.80
Pada 7 Desember 2006, 24.000 (dua puluh empat ribu) pekerja Mesir
melakukan aksi mogok di Misr Spinningin el-Mahalla el-Kubra. Aksi mogok
tersebut memicu gelombang demonstrasi buruh di seluruh Mesir dan menjadi
gerakan protes terbesar sejak tahun 1950-an. Kemudian pada bulan Maret 2008,
Ahmed Maher dan kawan-kawannya membentuk kelompok Facebook Youth
Movement (Gerakan Pemuda) yang akan dilaksanakan pada 6 April 2008. Seperti
gerakan Kifaya, kelompok ini kemudian bertransformasi dari gerakan buruh
menjadi gerakan anti-Mubarak yang paling dinamis pada waktu itu.81
Adapun pembentukan We are All Khaled Said Group dilatarbelakangi oleh
seorang pemuda bernama Khaled Said yang diseret keluar dari kafe internet oleh
polisi di Alexandria dan dipukuli hingga meninggal dunia. Peristiwa kekerasan
yang dilakukan oleh polisi Mesir terhadap Khaled Said tersebut terjadi pada
tanggal 6 Juni 2010. Said ditargetkan oleh polisi karena ia berniat memposting
video yang diduga menunjukan polisi yang sedang menawarkan pembagian
rampasan obat bius.82 Pada awal bulan Juli 2010, pihak berwenang memutuskan
untuk menuntut dua petugas polisi yang menyeret Said dengan dakwaan
78
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 239.
79
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, Movements.Org Alliance for
Youth Movements (2010), h, 2.
80
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 239.
81
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 239.
82
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 3.
85
83
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 3.
84
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 3.
85
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 3.
86
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 8.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan Kifaya adalah koalisi aktivis dari berbagai afiliasi politik, profesi
dan ideologi. Kifaya pada dasarnya tetap gerakan protes yang tujuannya bukan
mencapai kekuasaan. Ketika gerakan Kifaya didirikan, para anggotanya bertekad
untuk menjadi jaringan oposisi yang kuat untuk menekan rezim Mubarak agar
melakukan reformasi. Gerakan Kifaya berhasil menarik sejumlah besar anggota
dan pendukung, tetapi tidak cukup kuat untuk memengaruhi pemerintah. Hal ini
dibuktikan dengan tak satupun dari tujuan gerakan Kifaya yang terwujud. Gamal
akhirnya tidak menggantikan posisi ayahnya Mubarak, karena Mubarak justru
mencalonkan kembali pada pemilu 2005 dan mendapatkan kemenangan yang
telak.
Setelah pemilu 2005, gerakan Kifaya tidak menawarkan solusi praktis untuk
masalah masyarakat Mesir yang mendesak seperti kemiskinan, pengangguran,
korupsi, dan akses terhadap pendidikan dan pelayanan publik. Gerakan Kifaya
hanya fokus pada bagaimana pemerintahan Mubarak harus berhenti tanpa
menawarkan solusi yang pasti bagaimana masa depan Mesir apabila tujuan
mereka tercapai. Justru setelah tahun 2005 mereka mulai mengalami kemunduran
akibat konflik internal dalam gerakan dan intimidasi dari pemerintah.
Meskipun tidak berhasil mencapai tujuan utamanya, Kifaya merupakan
gerakan oposisi tanpa kekerasan dan suskses memberikan peran serta kontribusi
dalam beberapa hal, di antaranya: Pertama, gerakan Kifaya menunjukan kepada
orang-orang Mesir bahwa jika bersatu, orang-orang dari kalangan biasa dapat
menjadi kuat dan memberi pengaruh. Kedua, gerakan Kifaya menciptakan
dinamika baru dalam politik Mesir dengan cara memecah rasa takut masyarakat
Mesir untuk langsung menyuarakan tuntutannya kepada Presiden Mubarak.
Ketiga, gerakan Kifaya membantu masyarakat Mesir menciptakan ruang politk
untuk protes, menentang tabu mengkritik pemerintah secara terbuka, dan
membuka masa depan gerakan dan kegiatan oposisi di Mesir.
86
87
B. Saran
Melalui penelitian ini penulis secara umum berusaha untuk menyajikan
sejarah politik Mesir kontemporer, dan secara khusus membahas gerakan sosial
sebagai gerakan oposisi baru yang muncul pada masa pemerintahan Presiden
Husni Mubarak yakni gerakan Kifaya. Kajian ini akan lebih menarik jika
diperkaya dengan sumber-sumber primer atau sumber yang ditulis langsung oleh
anggota gerakan Kifaya. Kepada pengkaji (peneliti lain) yang ingin mengkaji
lebih jauh lagi tentang gerakan Kifaya atau tentang reformasi politik di negara
Mesir, penulis menyarankan kajian yang lebih komprehensif lagi, karena penulis
sadar betul akan kekurangan kajian ini.
Jika tahun penelitian kajian ini ditarik sampai tahun 2011, gerakan Kifaya
mempunyai peran penting dalam peristiwa Revolusi Mesir 11 Februari 2011 yang
akhirnya menumbangkan kekuasaan Mubarak di Mesir. Walaupun mengalami
pasang surut, gerakan Kifaya menjadi awal mula atau faktor internal yang
melatarbelakangi peristiwa yang mempunyai dampak besar di dunia Arab
tersebut. Akhir kata, semoga penelitian ini menjadi kontribusi untuk bidang
akademik yang penulis geluti dan menambah wawasan untuk pembaca tentang
sejarah kebudayaan Islam di Mesir.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abaza, Khairi. Political Islam and Regime Survival in Egypt. USA:Washington
Institute for Near East Policy, 2006.
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999.
Amin, Galal. 1111-1891 ( يصر و يصريىٌ في عهد يبركMisr wa-l-Misriyyun fi „ahd
Mubarak).Cairo: American University in Cairo Press, 2011.
Antonio, Muhammad Syafii. Ensiklopedia Peradaban Islam Kairo. Jakarta:
Tazkia Publishing, 2012.
Arab Republic of Egypt Shoura Assembly, “The Constitution of The Arab
Republic of Egypt 11 September 1971 And Amendments May, 22 1980-
May, 25 2005-March, 26 2007”.
Clarke, Killian B. “Kefaya Movement Media (Egypt) dalam John D. H. Downing
(Ed.), Encyclopedia of social movement media. USA: SAGE Publications,
Inc, 2011.
El-Mahdi, Rabab dan Marfleet, Philip. Egypt The Moment of Change. New York:
Zed Books, 2009.
Darraj, Susan Muaddi. Modern World Leaders: Hosni Mubarak. New York:
Chelsea House Publishers, 2007.
Dean, Lucy. The Middle East and North Africa 2004 (50th Edition). London and
New York: Europa Publications, 2004.
Fischbach, Michael R. Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and
North Africa Vol L-Z. Detroit, US: Thomson Gale, 2008.
Hill, Roland. Lord Acton. London: Yale University Press, 2000.
International Republican Institute, 2005 Parliamentary Election Assessment in
Egypt: November 15-21, 2005. Washington, D.C: USAID, 2005.
Jr, Arthur Goldschmidt dan Johnston. Robert Historical Dictionary of Egypt
(Third Edition), African Historical Dictionaries No. 89. Oxford: The
Scarecrow Press Inc, 2003.
___________A Brief History of Egypt. New York: An Imprint of Infobase
Publishing, 2008.
Stephan, J. Civilian Jihad: Nonviolent Struggle, Democratization, and
Governance in the Middle East. USA: Palgrave Macmillan, 2009.
Marsot, Afaf Luthfi Al-Sayyid. A History of Egypt: From the Arab Conquest to
the Present, (second edition). New York: Cambridge University Press,
2007.
Oweidat,Nadia. The Kefaya Movement: A Case Study of a Grassroots Reform
Initiative. Pittsburgh: RAND Corporation, 2008.
Moustafa, Tamir. The Struggle for Constitutional Power: Law, Politics, and
Economic Development in Egypt. New York: Cambridge University Press,
2007.
Scott-Baumann, Michael. Crisis in the Middle East: Israel and the Arab States
1945–2007. London: Hodder Education, 2009.
88
89
Security with Human Right. Time for Justice: Egypt‟s Corrosive System of
Detention. UK: Amnesty International, 2011.
Tarrow, Sidney. Power in Movement: Social Movements, Collective Action and
Politics. New York: Cambridge University Press, 1994.
Wickham,Carrie Rosefsky The Muslim Brotherhood: Evolution of an Islamist
Movement. New Jersey: Princeton University Press, 2015.
Zuhdi, Karam Muhammad et al. Kritik Internal Terhadap Al-Qaeda: Bahaya dan
Kesalahan Ideologinya. Jakarta: Lazuardi Biru, 2012.
1923 Egyptian Constitution: Royal Decree No.42 of 1923 on Building a
Constitutional System for the Egyptian State (terj. Joy Ghali),
dipublikasikan oleh International Institute for Democracy and Electoral
Assistance (International IDEA).
Jurnal
Abdurahman, Bulbul. “Dinamika Pemerintahan Mesir Menuju Negara yang
Demokratis: Ditandai Persaingan Antara Demokrat Islam Dengan Militer”.
Jurnal Online Westphalia, Vol. 13, No. 1, 2014.
Cullum, Brannon. “Spotlighting Digital Activism in Egypt”. Movements.Org
Alliance for Youth Movements, 2010.
Darwisheh, Housam “Regime Survival Strategies and the Conduct of Foreign
Policy in Egypt”, Middle East Review of IDE-JETRO, Vol. 2, 2015.
Ezzeldeen, Nahed “Protes Movements in Egypt: The Case of Kefaya”, RAMSES
Working Paper, 2010.
Ezzelarab, Bahaa. "Kefaya”-An Egyptian Movement for Change”. The
Undergraduate Research Journal, Vol.1, 2005.
El-Mahdi, Rabab. “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”. Comparative
Political Studies, Vol. 42, No. 8, SAGE Publications, 2009.
Hamzawy, Amr dan Brown, Nathan J. “Can Egypt‟s Troubled Elections Produce
a More Democratic Future?”. Washington: Carnegie Endowment for
International Peace, 2005.
Hanna, Michael Wahid. “The Son Also Rises: Egypt‟s Looming Succession
Struggle”. World Policy Journal, Vol. 26, No. 3, 2009.
Hassan, Hamdy A. “Civil Society in Egypt under the Mubarak Regime“, Afro
Asian Journal of Social Sciences, Volume 2, No. 2.2, Quarter II, 2011.
International Crisis Group 2005, Reforming Egypt: In Search of A Strategy: 4
October 2005, Middle East/North Africa Report N°46.
İsmail, Araş. Gör. “Democratisation in Egypt From A Historical Perspective:
Problems, Pitfalls and Prospects”, Yönetim ve Ekonomi 22/1, 2015.
Kalmback, Hilary. “Review Works: Muslim Rebels: Kharijites and Politics of
Extreamism in Egypt by Jeffrey T. Kenney”. International Journal of
Middle East Studies, Vol. 41, No. 2, May, 2009.
Laban, Baha Abu. “The National Character in the Egyptian Revolution”, The
Journal of Developing Areas. College of Business, Tennessee State
University, Vol. 1, No. 2. Jan, 1967.
Lim, Merlyna. “Clicks, Cabs, and Coffee Houses: Social Media and Oppositional
Movements in Egypt 2004-2011”. Journal of Communication, 2012.
90
Artikel
Abd Rahman, Musthafa “Demokrasi di Arab dan Standar Ganda AS” diakses
Rabu, 28 Juni 2017 pukul 15.21 WIB, melalui:
http://internasional.kompas.com/read/2011/04/25/08254212/Demokrasi.di.A
rab.dan.Standar.Ganda.AS
Abnaa Alwatan. “The Development of the Partisian Life in Egypt” diakses Kamis,
8 Juni 2017 pukul 11.56 WIB, melalui:
http://www.sis.gov.eg/newvr/son2011/en/party.pdf
Ahmad, Shakeer. “The Egyptian Revolution: Rebels, UCBMUN XXI” diakses
Jumat 26 Mei 2017 pukul 15.02 WIB, melalui:
https://ucbmun.herokuapp.com/bgs/rebels.pdf
Alex, “1977: Egypt‟s Bread Intifada” diakses Minggu, 11 Juni 2017 pukul 19.13
WIB, melalui: https://libcom.org/history/1977-egypts-bread-intifada
Al-Jazeera. “Alaa Mubarak” diakses pada Kamis, 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB,
melalui:
https://www.revolvy.com/topic/Alaa%20Mubarak&item_type=topic
________“Profile: Gamal Mubarak” diakses Selasa, 02 Mei 2017 pukul 09. 30
WIB, melalui:
http://www.aljazeera.com/focus/2009/12/2009126113730937103
________“Profile: Suzanne Mubarak” diakses Selasa 03 Juli 2017 pukul 12.11
WIB,
melalui:http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/05/201151452710
305808.html
91
history/textbooks/boundless-world-history-textbook/post-colonial-africa-
1448/egypt-1467/the-egyptian-revolution-of-1952-1470-18167/
Britanica. “Yom Kippur War Middle East [1973]” diakses Kamis, 11 Mei 2017
pukul 14.52 WIB, melalui: https://www.britannica.com/event/Yom-Kippur-
War
_______“The Mubārak regime” diakses Kamis, 18 Mei 2017 pukul 10.18 WIB,
melalui: https://www.britannica.com/place/Egypt/The-Mubarak-regime
Clara, Mona “Sistem Pemerintahan Mesir”, diakses Jumat, 16 Juni 2017 pukul
09.35 WIB, malalui: https://prezi.com/m/uwslp-qlyapy/sistem-
pemerintahan-mesir/
Constitution Net, “Constitutional History of Egypt” diakses Senin, 03 Juli 2017
pukul 23.40 WIB, melalui:
http://www.constitutionnet.org/country/constitutional-history-egypt
Election Guide Democracy Assistance & Elections News, “Arab Republic of
Egypt Referendum May 25, 2005” diakses pada Kamis, 14 September 2017
pukul 11.20 WIB, melalui: http://www.electionguide.org/results.php?ID=81
________________“Arab Republic of Egypt Election for Precident 2005” diakses
pada 16 Agustus 2017 pukul 22.38 WIB, melalui:
http://www.electionguide.org/election.php?ID=80
el-Hamalawy, Hossam. “How Palestine‟s Uprising Inspired Egypt‟s” melalui:
https://electronicintifada.net/content/how-palestines-uprising-inspired-
egypts/9253 diakses Jumat 30 Juni pukul 02.33 WIB.
Encyclopedia. “Hosni Mubarak” diakses Selasa 04 Juli 2017 pukul 11.51 WIB,
melalui: http://www.encyclopedia.com/politics/encyclopedias-almanacs-
transcripts-and-maps/mubarak-hosni,
Endowment,Carnegie “Karama Party” diakses Selasa, 22 Agustus 2017 pukul
22.29 WIB, melalui: http://carnegieendowment.org/2012/02/15/karama-
party-pub-54830
________________“Ghad Party” diakses Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 20.04
WIB, melalui: http://carnegieendowment.org/2011/09/20/ghad-party-pub-
54828
________________“Tagammu Party” diakses pada Rabu, 23 Agustus 2017 pukul
14.04 WIB, melalui: http://carnegieendowment.org/2011/09/22/tagammu-
party-pub-54896
“Era Perkembangan Komunikasi” diakses Jumat, 30 Juni 2017 pukul 15.23 WIB,
melalui: http://vespabiru.weebly.com/era-perkembangan-
telekomunikasi.html
Democratic Underground. “The Purpose of the U.S. Invasion and Occupation of
Iraq” diakses Rabu, 23 Agustus 2017 pukul 14.32 WIB, malalui:
https://www.democraticunderground.com/discuss/duboard.php?az=view_all
&address=389x1714474
“Demonstrasi Damai Gerakan Kifaya” diakses Senin, 10 April 2017 pukul 09.00
WIB, melalui: https://arabist.net/blog/2006/11/13/demo-kefaya-marks-2nd-
anniversary.html,
http://english.ahram.org.eg/NewsContent/1/64/29124/Egypt/Politics-
/Kefaya-defied-Mubarakera-taboos-Sabahi-.aspx
93
Farrell, William E. “Sadat Assassinated at Army Parade as Men Amid Ranks Fire
Into Stands: Vice President Affirms All Treaties” diakses Kamis, 11 Mei
2017 pukul 15.33 WIB, melalui:
http://www.nytimes.com/learning/general/onthisday/big/1006.html
Fidh, “The Emergency Law in Egypt” diakses 27 Oktober 2016, pukul 08.20
WIB, melalui: https://www.fidh.org/en/region/north-africa-middle-
east/egypt/THE-EMERGENCY-LAW-IN-EGYPT
Fletcher, Holly. “Jamaat al-Islamiyya” diakses 03 Mei 2017 pukul 21.31 WIB,
melalui: http://www.cfr.org/egypt/jamaat-al-islamiyya/p915
Gharbeia. خالص؟ يٍ هم "كفاىت" بعدdiakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 12.10 WIB,
melalui: http://gharbeia.net/
_____Zamakan. نٍ انبمdiakses pada Kamis, 29 Juni 2017 pukul 13.12 WIB,
melalui: http://zamakan.gharbeia.org/
Global Security, “Kifaya (“Enough”) Egyptian Movement for Change)” diakses
pada Senin, 31 Juli 2017 pukul 19.06 WIB, melalui:
http://www.globalsecurity.org/military/world/egypt/kifaya.htm
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and
Re-election, Egypt, 2005” diakses Rabu, 13 September 2017 pukul 12.15
WIB, melalui: https://nvdatabase.swarthmore.edu/content/kefaya-protests-
mubaraks-referendum-and-re-election-egypt-2005
Hariz, Harlan “Profil Negara Mesir” diakses 22 Mei 2017 pukul 06.55 WIB,
melalui:
https://www.academia.edu/28049083/PROFIL_NEGARA_MESIR.pdf?auto
=download
History, “9/11 Attacks” diakses Jumat, 30 Juni 2017 pukul 12.28 WIB, melalui:
http://www.history.com/topics/9-11-attacks
Isam, Al-Aryan. “al-tacdilat al-dusturiyya fi misr wa mada hudur “al-‟ ikhwan” fi
al-mu‟assasat al-dimuqratiyya” diakses Jumat, 28 Oktober 2016 pukul 15.30
WIB, melalui: http://www.daralhayat.com/special/issues/04-2007/Item-
20070407-cd09a1b8-c0a8-10ed-01d5-2634d737529b/story.html
Knickmeyer, Ellen “In Egypt, A Son is Readied for Succession” diakses Jumat,
25 Agustus 2017 pukul 14.01 WIB, melalui:
http://www.washingtonpost.com/wp-
dyn/content/article/2007/10/10/AR2007101002436.html
“Logo Gerakan Kifaya” diakses pada Senin, 10 April 2017 pukul 08.23 WIB,
melalui: http://www.voltairenet.org/article168381.html
“Logo gerakan 6 April” diakses pada Rabu 23 Agustus 2017 pukul 20.20 WIB, melalui:
http://www.alef-
yaa.com/index.php?type=article&operation=read&idArticle=14612
Maradona, Stevy. “Hosni Mubarak, Cita-citanya Menjadi Da‟i Tapi Berakhir
Menjadi Tiran” diakses Selasa 04 Juli 2017 pukul 11.40 WIB, melalui:
http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/internasional/11/02/16/164282-hosni-mubarak-citacitanya-menjadi-
dai-tapi-berakhir-menjadi-tiran
“Might vs. Right: Kifaya's March 30, 2005 protest in downtown Cairo. Cairo
Security Chief General Nabil al-Ezabi and his men (left) face off with
94
Kifaya organizers George Ishaq and Amin Iskandar (right).” Diakses Kamis,
29 Juni 2017 pukul 09.15 WIB, melalui:
http://baheyya.blogspot.co.id/2005/04/kifaya-asking-right-questions.html
Mohammed, تقيدة يا زغركطي...تبهىجُا جايت أيريكا...., diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul
11.20 WIB, melalui: http://digressing.blogspot.com
Narnoura, “An Angry to Egypt‟s Political Activists” diakses Kamis, 29 Juni 2017
pukul 09.55 WIB, melalui: http://nerro.wordpress.com/
Nations Online. “Arab League” diakses Jumat 12 Mei 2017 pukul 05.03 WIB,
melalui: www.nationsonline.org/oneworld/arab_league.htm
“Nadia Oweidat” diakses pada Minggu, 13 Agustus 2017 pukul 23.00 WIB,
melalui: wiac.byu.edu/roundtable/chair_bio/?id=3
Oxford Dictionaries, “Intifada” diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 22.40 WIB,
malalui: https://en.oxforddictionaries.com/definition/intifada
Pemerintah.Net, “Bentuk Pemerintahan Republik” diakses Senin, 03 Juli 2017
pukul 21.54 WIB, melalui: http://pemerintah.net/bentuk-pemerintahan-
republik/
Rahman, Musthafa Abd. “Undang-Undang Darurat Dicabut” diakses Kamis, 27
Oktober 2016 pukul 14.11 WIB, melalui:
http://nasional.kompas.com/read/2012/01/26/02161866/UndangundangDaru
ratDicabut
Refworld, “Constitution of the Arab Republic of Egypt” dipublikasikan oleh
National Legislative Bodies/National Authorities, diakses Minggu, 17
September 2017 pukul 19.00 WIB, melalui: http://www.refworld.org/cgi-
bin/texis/vtx/rwmain/opendocpdf.pdf?reldoc=y&docid=54917e9c4
“Remembering Khaled Saeed, whose death sparked Egypt‟s revolution” diakses
Senin, 06 November 2017 pukul 14.10 WIB, melalui:
http://english.alarabiya.net/en/perspective/features/2014/01/25/Khaled-
Saeed-Egypt-s-Jan-25-icon-remembered-unlike-before.html
Republika, “Intifada Ketiga?” diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 23.11 WIB,
melalui: http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/15/10/12/nw3noe1-
intifada-ketiga
Sandmonkey, “Mubarak Egypt No More” diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul
08.02 WIB, melalui: http://www.sandmonkey.org/
Satrian, Bobby Reza. “Hosni Mubarak” diakses Rabu 17 Mei 2017 pukul 14.08
WIB, melalui: https://profil.merdeka.com/mancanegara/h/hosni-mubarak/
Saylor.org, “Nasserism” diakses Sabtu, 12 Agustus 2017 pukul 20.44 WIB,
melalui: https://www.saylor.org/site/wp-
content/uploads/2011/06/Nasserism.pdf
Schemm,Paul “Egypt: Mubarak Struggles to Control Anti-War Protests” diakses
Jumat, 30 Juni 2017 pukul 02.37 WIB, melalui:
https://www.greenleft.org.au/content/egypt-mubarak-struggles-control-anti-
war-protests
95
“Logo Gerakan Kifaya” diakses pada Senin, 10 April 2017 pukul 08.23 WIB, dari:
http://www.voltairenet.org/article168381.html
“Demonstrasi Damai Gerakan Kifaya” diakses Senin, 10 April 2017 pukul 09.00 WIB,
dari: https://arabist.net/blog/2006/11/13/demo-kefaya-marks-2nd-anniversary.html,
http://english.ahram.org.eg/NewsContent/1/64/29124/Egypt/Politics-/Kefaya-defied-
Mubarakera-taboos-Sabahi-.aspx
96
97
“Might vs. Right: Kifaya's March 30, 2005 protest in downtown Cairo. Cairo Security
Chief General Nabil al-Ezabi and his men (left) face off with Kifaya organizers George
Ishaq and Amin Iskandar (right).” Diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.15 WIB, dari:
http://baheyya.blogspot.co.id/2005/04/kifaya-asking-right-questions.html
“Logo gerakan 6 April” diakses pada Rabu 23 Agustus 2017 pukul 20.20 WIB dari:
http://www.alef-yaa.com/index.php?type=article&operation=read&idArticle=14612
“Remembering Khaled Saeed, whose death sparked Egypt‟s revolution” diakses Senin,
06 November 2017 pukul 14.10 WIB dari:
http://english.alarabiya.net/en/perspective/features/2014/01/25/Khaled-Saeed-Egypt-s-
Jan-25-icon-remembered-unlike-before.html
M. Lim Clicks, Cabs, and Coffee Houses
v
~0
'"0
<U
N
'a
'".....0
0.0
...2:
(;:j
'.;j
~
''""
+-'
.D
;:l
(j)
*
~
-<
......
0
N
I
r<"l
0
0
~
+-'
~
P."I
.S
e'"
.~
•.;j
<..)
("j
+-'
<U
.......
<U
'"0
4-<
<U
~
:.=1
<U
~
....
....>t<btl~
Journal of Communication 62 (2012) 231-248 © 2012 International Communication Association 233
Arab Republic of Egypt
Shoura Assembly
The Constitution
Of
11 September 1971
And
The Amendments
May, 22 nd 1980
May, 25 th 2005
March, 26 th 2007
attached text.
Signed
-\'
Promulgation of the Amendment of the Constitution
Signed
Signed
Signed
Proclamation:
-'\
First: World Peace:
_A _
contradictions.
Article 1
Article 2
Chapter I:
Article 73
Article 74
Article 75
Article 76
_'t". _
The committee's resolutions shall be passed with a
majority of at least seven members. Its resolutions shall be final,
self-enforcing. and incontestable by any means or before any
authority whatsoever.
Article 80
Article 81
The one who shall act on behalf of the President may not
request the amendment of the Constitution or dissolve the
People's Assembly or the Shoura Council or to relieve the
cab-inet.
Article 83
Article 84
Article 85
Opposition 12 Seats
(6 Al Wafd + 2 Al Tagammu + 2 Al Ghad + 2 Al Karama)
Independents 8 Seats
(4 leaning toward the opposition)
Haiam Abd AI-Aziz Omar Dakahlia Belkas 3ro phase lSI round
Amer-NDP
Constituencies:
Cairo, Giza, Manoufiya, Beni Suef, Minya, Asyut, Matruh, Al Wadi Al Jadid
Cairo: 9 seats.
Giza: 4 seats.
MODofia: 9 seats. .
Menia: 6 seats.
Asiout: 2 seats.
Independent: 4 Seats
Carro: 2 seats.
MODofia: 2 seats.
Cairo: 1 seat.
Gila: 1 seat.
, .•
'
AI TagammuParty: 2 Seats
Cairo: 1seat.
Giza: Iseat.
Cairo: 1 seat.
C08!tituencies:
Qeua
3 districts (6 seats) will face a runoff again; the following 138 seats have been
determined:
NDP: 90 Seats
Alexandria: 11 seats.
AI Behira: 20 seats.
Ismaila: 2 seats.
Suez: 2 seats.
Qalyobia: 8 seats.
Alexandria: 8 seats.
AI Behira: 6 seats.
Ismaila: 3 seats.
. Suez: 2 seats.
QaJyobia: 7 seats.
AI Gharbia: 10 seats.
AI Fioum: 3 seats.
Qena: 1 seat.
Independent: 4 Seats
Aieandria: 1 seat
Qa1yobia: 1 seat.
Qena: 1 seat.
Ismailia: 1 seat.
IAPPENDIX C:
AI-Tagammu
J Party - 2 Seats l
Abd El-Malik Abd EI-.Fatah Port Said IPort Fo'ad 2nd phase Run off
Mohammed EI-Zeni i
I Taber Hozain Moham..-rn.ed Qena Isna
12na phase .1 Run off
. Badawi .
-
I
Kamal Ahmed Mohammed Alexandria Atarin
2DG phase Runoff
Ahmed
Hasan