Anda di halaman 1dari 131

PERAN GERAKAN KIFAYA DALAM PERUBAHAN SISTEM

POLITIK MESIR MASA HUSNI MUBARAK (2003-2008)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humanoira


untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Disusun oleh:

Karlinda Rahma Syahida (1113022000027)

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1439 H
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya lnenyatよ an bahwa:

1。 Skripsi ini merupよ an hasil karya asli dai saya sendi五 yang dittLlkan untuk
「sarJana dalaIII Jen」 ang
memenuhi saltth satu persyaratan memperolch gel〔 】

飩rtta satu(Sl)di Fakultas Adあ dtt Humaniora UIN Syarif Hidayatullah


Jttktta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dal〔 In penulisan ini tel〔 ■l saya cantumkan

sesuai dengttn ketenman yang beFlattu di UIN Sya五 fHidayatullah Jよ arta.

3。 Jika dikelnudian hari terbukti bahwa kaFya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupよ 狙 hasiljiplよ an dtti karya orang lain,maka saya bersedia mene五 ma


sanksi yang berlaku di UIN Sya五 fHidayatull山 J乏 法[arta.

Jakarta,17 0ktober 2017

Karlinda Rahma Syahida


PERAN GERAKANICIFAYA DALAM PERUBAHAN SISTEM
POLITIK MESIR M:ASA HUSNI MUBARAK(2003-2008)

SICRIPSI

Dittukan kepada Fakultas Adab dan Humanoira


untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora(SoHum。 )

Oleh

Karlinda Rahma Svahida


NIM。 1113022000027

Pembimbing

USeD Abdul Matin.SoA2。 .MoA。 .MbA..Ph.D.


NIP。 196808071998031002

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITASISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017M/1439】 巨
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsibettudul PERAN GERAKAN KIFAYA DALAM PERUBAHAN


SISTEM POLITIK MESIR MASA HUSNI MUBARAK(2003‐ 2008)tel山
dittiktt daltt sidang munaqasytt Fよ ultas Adab&m Humaniora UIN Syι mf
Hidayatull血 Jよ arta pada l Novel■ ber 2017。 Skripsi ini telah dite五 ma sebagai

saltt satu syttat memperoleh gelar Sttana Humttiora(SoH■ lln。 )pada progr枷
studi Saartt dtt Perad島 狙 Islam.
Jttk劉 飩a,l November 2017

Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota S ekretaris Merangkap Arggota

Nurhasan. M.A Sholi MoPd


NIP。 196907241997031001 NIP 197504172005012007
Anggota,
Penguji I Penguji II

Dro H.Abd.Chairη M.A。 Dro Zakiva Daroiat.MoA,


NIP。 19541231 1983031030 NIP。 197405302005012006

Pembimbing

Usep Abdul Matin,SoA2。 。M.A。 ,MoA。 。PheD.


NIP.196808071998031002
ABSTRAK

Peran Gerakan Kifaya dalam Perubahan Sistem Politik Mesir Masa Husni
Mubarak (2003-2008)
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji usaha gerakan sosial dalam mereformasi
sistem politik Mesir pada masa pemerintahan Husni Mubarak (lahir, 1928). Beliau
memerintah sebagai presiden Republik Arab Mesir selama 30 tahun (1981-2011).
Gerakan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah gerakan Kifaya/gerakan
“Cukup” anti Mubarak yang pertama (Kifaya “Enough” movement). Yakni,
sebuah gerakan yang memperkenalkan metode baru dari tindakan kolektif dalam
sebuah gerakan sosial di Mesir. Secara khusus penulis akan mengkaji gerakan
Kifaya dari mulai berdirinya pada tahun 2003 sampai kemundurannya pada tahun
2008. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
sejarah pada umumnya yakni, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi
disertai pendekatan sosiologis dan politik. Temuan dalam penelitian ini adalah
bahwa gerakan Kifaya merupakan gerakan massa, bukan gerakan politik formal.
Karena itu, tujuannya bukanlah mencapai kekuasaan, melainkan sebuah gerakan
koalisi nasional yang bertujuan untuk mengakhiri kekuasaan presiden Mubarak,
serta untuk mencegah upaya pewarisan kekuasaan dari Mubarak kepada putranya.
Anggota gerakan Kifaya mencakup semua lapisan masyarakat Mesir dari berbagai
macam ideologi, profesi, dan agama. Lebih dari itu, gerakan Kifaya menggunakan
media sosial sebagai alat dalam pergerakannya dan tanpa menggunakan kekerasan
fisik.

Kata Kunci: Reformasi Politik, Republik Arab Mesir, Husni Mubarak, dan
gerakan Kifaya.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala, atas
segala nikmat dan karunia-Nya, karena segala sesuatu di dunia ini terjadi atas izin-
Nya, termasuk rampungnya skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah
limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam,
keluarga, sahabat beserta umatnya yang senantiasa mengamalkan risalah yang
dibawanya. Dengan tekad yang kuat disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh
dan doa, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Gerakan Kifaya dalam Perubahan Sistem Politik Mesir Masa Husni Mubarak
(2003-2008).”
Di balik usaha dan kerja keras penulis terdapat orang-orang yang
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kendala yang berarti. Penulis persembahkan
ucapan terimakasih tersebut kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA., selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
3. Bapak H. Nurhasan, M.A., selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam.
4. Ibu Solikhatus Sa‟diyah, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam yang telah sabar mengurusi semua administrasi yang
penulis butuhkan.
5. Bapak Usep Abdul Matin, S.Ag., M.A., M.A, Ph.D., selaku dosen
pembimbing skripsi. Terima kasih atas motivasi dan perhatiannya, dengan
meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan arahan, serta masukan
selama penulis menyusun skripsi ini.

ii
6. Bapak Drs. Azhar Shaleh, M.A., selaku dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas curahan waktu, motivasi, dan perhatiannya selama penulis
menjadi mahasiswa.
7. Ibu Diah Susilawati dan Bapak Nana Suryana (alm) selaku kedua orang tua
penulis. Terima kasih untuk doa yang tak pernah putus, rasa sabar, motivasi,
cinta, dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah kalian berikan. Juga kepada
kakak dan adik-adik tercinta, Alvin, Zulfikar, Khaerunnisa, Sultan, Tyan,
Malik, dan Syakir. Terima kasih atas dukungan kalian dan menjadikan
rumah tempat yang nyaman untuk melepas penat. Skripsi ini penulis
persembahkan untuk cinta kasih yang kalian berikan.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis yakni Elis, Putri, Izmi, Lia, Yuni,
Nia, Fida, Sunnah, Burhan, Lukman, Fahmi, Ilham, Hanifan, dan Faqih.
Terima kasih telah menemani penulis melewati masa-masa sulit dalam
perkulihan maupun di luar perkuliahan. Terima kasih telah menjadikan
masa-masa kuliah begitu menyenangkan dan penuh kenangan. Terima kasih
telah menemani perjuangan ini hingga akhir. Tanpa dukungan, doa, dan
semangat dari kalian, sangat sulit bagi penulis untuk sampai pada titik ini.
9. Aidah, Alfian, Hafidzi, Anggra, terima kasih atas dukungan dan semangat
yang kalian berikan selama proses menyelesaikan skripsi ini. Terakhir untuk
teman-teman SPI Konsentrasi Timur Tengah angkatan 2013 dan semua
teman-teman yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, tetapi tidak
mengurangi rasa terima kasih penulis kepada kalian yang telah memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis selama perkuliahan maupun dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, 17 Oktober 2017

Karlinda Rahma Syahida

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................9
C. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................................9
D. Tujuan Penelitian ..........................................................................................10
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................10
F. Tinjauan Pustaka...........................................................................................10
G. Kerangka Teori .............................................................................................14
H. Metodologi Penelitian ...................................................................................15
I. Sistematika Penulisan ...................................................................................17
BAB II: MESIR PADA MASA PEMERINTAHAN MUBARAK ...................19
A. Sistem Pemerintahan Negara Mesir..............................................................19
B. Sejarah Pemerintahan Mesir dari 1952 .........................................................20
C. Biografi Husni Mubarak ...............................................................................32
D. Kebijakan Politik Husni Mubarak ................................................................35
1. Reformasi Politik ......................................................................................35
2. Undang-Undang Darurat ...........................................................................37
3. Kebijakan Pemilihan Presiden ..................................................................39
4. Kebijakan Multipartai (al-Ta‟dudiyah al-Hizbiyah) .................................39
BAB III: GERAKAN KIFAYA ..........................................................................42
A. Latar Belakang Gerakan Kifaya Berdiri .......................................................43
1. Faktor Internal (Dalam Negeri) .................................................................44

iv
2. Faktor Eksternal (Luar Negeri) .................................................................47
B. Tokoh-Tokoh Gerakan Kifaya ......................................................................53
C. Strategi Gerakan Kifaya ...............................................................................56
1. Strategi Internet .........................................................................................57
2. Demonstrasi ..............................................................................................61
BAB IV: PERAN GERAKAN KIFAYA DALAM PERUBAHAN SISTEM
POLITIK MESIR MASA HUSNI MUBARAK (2003-2008) ...........................65
A. Kiprah Gerakan Kifaya .................................................................................65
1. Gamal Mubarak dan Isu Suksesi ...............................................................66
2. Amandemen UU Pemilihan Presiden........................................................68
3. Pemilihan Presiden Tahun 2005................................................................74
4. Pemilihan Parlemen 2005 .........................................................................79
B. Kemunduran Gerakan Kifaya .......................................................................81
C. Gerakan Pasca Gerakan Kifaya ....................................................................83
BAB V: PENUTUP ..............................................................................................86
A. Kesimpulan ...................................................................................................86
B. Saran .............................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................88
LAMPIRAN ..........................................................................................................96

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Daftar Partai Politik pada Masa Presiden Mubarak ..............................40
Tabel 3.1: Anggota Gerakan Kifaya ......................................................................54

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammad Husni Sayyid Mubarak atau lebih dikenal dengan Husni
Mubarak lahir pada tanggal 4 Mei 1928 di Kafr el-Maselha provinsi Monufiyah,
Mesir. Mubarak merupakan presiden Mesir keempat setelah peristiwa revolusi
1952 yang menumbangkan Raja Farouk (memerintah 1936-1952). Revolusi
tersebut dianggap menjadi salah satu titik balik perjalanan sejarah politik Mesir.1
Mubarak merupakan presiden dengan masa jabatan terlama di antara tiga presiden
sebelumnya yaitu, Muhammad Naguib (masa jabatan 18 Juni 1953-14 November
1954), Gamal Abdul Nasser (14 November 1954-28 September 1970) dan Anwar
Sadat (28 September 1970-6 Oktober 1981).
Mubarak terpilih menjadi presiden bukan melalui pemilihan umum. Ketika
ia menjabat sebagai wakil presiden, Sadat ditembak mati oleh Khalid Al-Islambuli
pada 6 Oktober 1981. Pada saat itu, sedang diselenggarakan parade militer Mesir
dalam rangka memperingati Perang Arab-Israel 1973.2 Al-Islambuli, penembak
Sadat, merupakan salah satu tentara yang ikut dalam parade militer tersebut. Al-
Islambuli tergabung dengan kelompok Jama‟ah Islamiyah, yakni salah satu
kelompok Islam yang kecewa atas penandatanganan perjanjian Camp David 17
September 1978 oleh Presiden Sadat.3 Peran Mubarak mulai diperhitungkan
karena prestasinya dalam perang Arab-Israel 1973 tersebut. Saat itu, Mubarak

1
Menurut Osama Ghazali al-Harb, ada tiga titik balik dalam sejarah politik Mesir modern:
Pertama, kemerdekaan dari Kolonial Inggris 1922, yang melahirkan sistem Monarki. Kedua,
Revolusi 1952, yang mengakhiri sistem monarki menjadi republik pertama. Ketiga, usulan
presiden Husni Mubarak untuk mengamandemen pasal No. 76 yang dianggap akan melahirkan
Republik kedua. Lihat, Bulbul Abdurahman, “Dinamika Pemerintahan Mesir Menuju Negara yang
Demokratis: Ditandai Persaingan Antara Demokrat Islam Dengan Militer”, Jurnal Online
Westphalia, Vol. 13, No. 1, (2014), h. 117.
2
Negara-negara Arab yang terlibat dalam perang ini di antaranya Mesir, Libya, Suriah,
Yordania dan Irak. Perang Arab-Israel 1973 atau disebut juga Perang Yom Kippur. Mesir dan
negara-negara Arab yang ikut serta dalam perang ini berhasil melakukan serangan awal dengan
baik dan menerobos pertahanan Israel, sehingga kemenangan berada di pihak Arab. Lihat,
Britanica “Yom Kippur War Middle East [1973]” dalam https://www.britannica.com/event/Yom-
Kippur-War diakses Kamis, 11 Mei 2017 pukul 14.52 WIB.
3
Susan Muaddi Darraj, Modern World Leaders: Hosni Mubarak, (New York: Chelsea
House Publishers, 2007), h. 56-57.

1
2

dipercaya menjadi Komandan Angkatan Udara dan sukses mengintruksikan


serangan awal.
Kesuksesannya dalam perang tersebut dapat dikatakan menjadi batu
loncatan untuk karier politiknya. Karena, setelah Mubarak dipromosikan menjadi
Letnan Jenderal pada tahun 1974, setahun kemudian yakni pada tahun 1975, ia
diangkat menjadi wakil presiden Mesir mendampingi Sadat. Setelah penembakan
terhadap Presiden Sadat, Majelis al-Sya‟ab (Majelis Rakyat) dan Majelis Syura
(Dewan Konsultatif)4 mengadakan sidang untuk mengukuhkan Mubarak menjadi
presiden yang baru. Ia resmi menjabat sebagai Presiden Republik Arab Mesir
keempat pada 14 Oktober 1981.
Pada awal masa jabatannya, Mubarak dihadapkan dengan berbagai masalah
dalam dan luar negeri. Masalah dalam negeri berkaitan dengan kehidupan sosial
dan ekonomi, seperti angka pengangguran yang meningkat, pertumbuhan
penduduk yang sulit dikendalikan, harga-harga bahan pokok naik, korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN) yang merajalela dari pemerintahan sebelumnya, serta
ancaman dari kaum militan.5
Mubarak menindak korupsi di pemerintahannya, memulai keterbukaan dan
banyak menghilangkan kebijakan Sadat yang tidak etis. Salah satunya dengan
membebaskan lebih dari 1.500 orang ekstrimis Koptik dan Muslim, serta beberapa
lawan politiknya yang ditangkap Sadat pada September 1981. Sadat menganggap
mereka sebagai pemicu perselisihan sektarian dan membahayakan upayanya
untuk membawa demokrasi ke Mesir.6 Pada November 1981, dalam pidatonya
Mubarak menegaskan bahwa ia tidak akan melakukan apa yang tidak dapat ia
terapkan, tidak akan menyembunyikan kebenaran pada rakyat (melakukan

4
Pembentukan Dewan Konsultatif bertujuan untuk melengkapi Majelis Rakyat, yang
berfungsi menghapuskan Arab Socialist Union (ASU), menegaskan kepatuhan Mesir kepada
syariat, dan melarang diskriminasi ras dan agama. Lihat, Arthur Goldschmidt Jr dan Robert
Johnston, Historical Dictionary of Egypt (Third Edition), African Historical Dictionaries No. 89,
(Oxford: The Scarecrow Press Inc, 2003), hal. 287.
5
Bulbul Abdurahman, “Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 118.
6
William E. Farrell, “Sadat Assassinated at Army Parade as Men Amid Ranks Fire Into
Stands: Vice President Affirms All Treaties” dalam
http://www.nytimes.com/learning/general/onthisday/big/1006.html diakses Kamis, 11 Mei 2017
pukul 15.33 WIB.
3

keterbukaan) dan tidak akan bersikap lunak terhadap korupsi dan kekacauan di
Mesir.7
Dalam hubungan dengan kelompok Islam di Mesir, Mubarak telah mencoba
melakukan perdamaian dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis semasa
pemerintahan Sadat dengan kelompok-kelompok Islam ekstrimis.8 Mubarak
membuka secara luas aktivitas dakwah dan menambah acara keislaman di televisi
dan radio. Ia juga mengizinkan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin untuk berkoalisi
dengan partai lain dalam memperebutkan kursi parlemen. Dalam batas tertentu
pemerintahannya masih bersikap toleran kepada kelompok Islam ekstrimis ini.
Mubarak mulai bertindak tegas saat terjadi penyerangan di salah satu kawasan
wisata Mesir yakni Kairo dan Luxor yang merupakan pilar ekonomi negara
Mesir.9 Pemerintah pun memilih berkonfrontasi dengan kelompok Islam ekstrimis
hingga terjadi upaya pembunuhan terhadap Mubarak pada saat ia di kota Addis
Ababa, Ethiopia, pada tahun 1995 oleh kelompok Islam Jama‟ah Islamiyah.10
Adapun masalah luar negeri, Mubarak menghadapi situasi regional yang
cukup sulit karena Mesir terisolasi dari dunia Arab akibat penandatanganan
Perjanjian Camp David 1978 oleh Sadat. Latar belakang diselenggarakannya
perjanjian ini secara garis besar untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di
Timur Tengah. Di antara isi perjanjian tersebut adalah membahas mengenai
kerangka kerja perdamaian antara Mesir dan Israel yang diwujudkan dengan
penarikan mundur pasukan Israel dari Gurun Sinai di tahun 1979.
Secara tidak langsung perjanjian ini mencerminkan bahwa Mesir menjadi
negara Arab pertama yang mengakui eksistensi Israel dan secara substansial

7
Susan Muaddi Darraj, Modern World Leaders: Hosni Mubarak…, h. 60.
8
Kelompok Islam ekstrimis di Mesir di antaranya: al-Jihad, Jama‟ah Islamiyah, al-Qaeda,
dan al-Takfir wa al-Hijra. Lihat, Hilary Kalmback, “Reviev Works: Muslim Rebels: Kharijites and
Politics of Extreamism in Egypt by Jeffrey T. Kenney”, International Journal of Middle East
Studies, Vol. 41, No. 2 (May, 2009), h. 309-311
9
Lucy Dean, The Middle East and North Africa 2004, 50th Edition, (London and New
York: Europa Publications, 2004), hal. 309.
10
Holly Fletcher, “Jamaat al-Islamiyya”, dalam http://www.cfr.org/egypt/jamaat-al-
islamiyya/p915 diakses 03 Mei 2017 pukul 21.31 WIB.
4

memperkuat Israel di kawasan Timur Tengah.11 Isi Perjanjian Camp David itu
membuat negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab12 kecewa atas tindakan
Mesir tersebut. Akibatnya keanggotaan Mesir dicabut selama 12 tahun. Mubarak
mencoba mengembalikan hubungan baik Mesir dengan dunia Arab lainnya. Pada
bulan Juli 1990 Mesir diterima kembali sebagai anggota dan berhasil
memindahkan kembali markas besar Liga Arab dari Tunisia ke Kairo.13
Selama tahun 1990-an, Mubarak fokus pada reformasi pendidikan dan
ekonomi. Reformasi tersebut meliputi bantuan pembiayaan usaha kecil, pinjaman
untuk pengusaha perempuan, membangun garasi untuk Armada Kairo, dan
menyediakan bahan-bahan ajar tentang pendidikan lingkungan. Selain itu,
terdapat proyek untuk memperkuat militer seperti pelatihan dan penyediaan
pesawat jet tempur, artileri modern, tangki, dan kendaraan personel lapis baja.
Sebagian proyek ini bisa berjalan karena hubungan dekat antara Amerika Serikat
dan Mesir.14
Selain dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan militer, Mubarak juga
melakukan reformasi dalam bidang sosial-politik. Ia melakukan demokratisasi
secara terbatas dengan terus memperkuat sistem multipartai serta kebebasan
berpendapat dan pers. Partai yang saat itu eksis pada masa pemerintahan Mubarak
di antaranya: National Democratic Party/Partai Nasional Demokrat (NDP) yang
merupakan partai Presiden Mubarak, dan partai-partai oposisi seperti Partai al-
Ghad (Tomorrow Party/Partai Hari Esok), Partai Wafd (Delegation Party/Partai
Delegasi), Ikhwanul Muslimin, Partai Tagammu/Hizb al-Tagamu al-Watani al-
Taqadomi al-Wahdawi (National Progressive Unionist Organization/Partai
Unionist Progresif Nasional), Partai Wasat (Center Party/Partai Tengah), dan
Partai Karama (Dignity Party/Partai Martabat).

11
Afaf Luthfi Al-Sayyid Marsot, A History of Egypt: From the Arab Conquest to the
Present, second edition (New York: Cambridge University Press, 2007), h. 160.
12
Liga Arab didirikan di Kairo pada tahun 1945 oleh Mesir, Irak, Yordania dan Yaman.
Saat ini Liga Arab terdiri dari 22 anggota. Lihat, Nations Online, “Arab League”, dalam
www.nationsonline.org/oneworld/arab_league.htm diakses Jumat 12 Mei 2017 pukul 05.03 WIB.
13
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Kairo, (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012), h. 33.
14
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt, (New York: An Imprint of Infobase
Publishing, 2008), h. 215.
5

Namun langkah demokratisasi yang dilakukan Mubarak masih menuai kritik


dan protes dari kelompok oposisi karena Undang-Undang Darurat masih berlaku
dan membatasi gerak partai politik.15 Terkait dengan UU Darurat ini, setelah
diresmikan menjadi Presiden, Mubarak melakukan perpanjangan terhadap
Undang-Undang Darurat No. 162 Tahun 1958 yang disahkan pada 1967. Garis
besar dari UU Darurat tersebut adalah memperpanjang kekuasaan polisi,
menangguhkan hak konstitusional, mengesahkan sensor istilah politik, dan
pemerintah berhak memenjarakan individu tanpa batas waktu dan tanpa alasan
tertentu. Selain itu, inti dari UU tersebut bertujuan untuk mempertahankan
kekuasaan Mubarak dan membatasi lawan-lawan politiknya,16 serta menjadi alat
kekuasaan eksekutif untuk hak-hak dasar dan kebebasan yang dijamin oleh
Konstitusi Mesir.17
Sejak Mubarak diangkat menjadi presiden pada tahun 1981, ia selalu
menang dalam semua pemilihan umum yang diselenggarakan. Pemerintahannya
yang terlampau lama, kemudian melahirkan masalah-masalah yang pernah terjadi
di pemerintahan pendahulunya. Pemerintah yang dinilai diktator, koruptif, kolusif
dan nepotisme, tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, penindasan politik
terutama pada kelompok oposisi, serta kebebasan media pers dan kebebasan
berpendapat dibatasi. Bahkan hak asasi manusia (HAM) menjadi masalah yang
sangat serius di Mesir.18 Sehingga rakyat Mesir dan kelompok-kelompok oposisi
mulai gusar dengan rezimnya. Permasalahan tersebut menurunkan karisma
kepemimpinan Mubarak di Mesir. Akibatnya pada awal tahun 2000, tepatnya
pada tahun 2003, terjadi perubahan di panggung politik Mesir, karena munculnya
aktivitas publik yang belum pernah terjadi di Mesir sebelumnya. Di tahun tersebut
muncul gerakan sosial yang menyuarakan protes atas kebijakan-kebijakan
Mubarak yang tidak pro terhadap rakyat.

15
Bulbul Abdurahman, Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 119.
16
Musthafa Abd Rahman, “Undang-Undang Darurat Dicabut”, dalam
http://nasional.kompas.com/read/2012/01/26/02161866/UndangundangDaruratDicabut diakses
Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 14.11 WIB.
17
Fidh, “The Emergency Law in Egypt”, dalam https://www.fidh.org/en/region/north-
africa-middle-east/egypt/THE-EMERGENCY-LAW-IN-EGYPT diakses 27 Oktober 2016, pukul
08.20 WIB.
18
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt, h. 217-218.
6

Gerakan tersebut bernama “Kifaya” yang dalam bahasa Indonesia berarti


“Cukup”. Maksud dari nama dan tujuan gerakan ini adalah mengkritik dan ingin
melengserkan pemerintahan Mubarak yang sudah berjalan selama 24 tahun, serta
menolak perpanjangan masa jabatan selanjutnya. Selain itu, gerakan ini juga
mengkritisi isu Mubarak yang mungkin akan menurunkan jabatan presiden kepada
putranya, Gamal Mubarak (lahir. 1963). Karena rakyat Mesir tidak menginginkan
apa yang telah terjadi di Syria dialami oleh Mesir. Di Syiria, Hafizd al-Assad
menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada anaknya, Bashar al-Assad.19 Hal ini
sesuai dengan apa yang gerakan Kifaya serukan, la li-tawrith, la li-tamdid yang
artinya “tidak ada warisan, tidak ada perpanjangan (kekuasaan)”.
Setelah banyak tekanan internal dan internasional, tak terkecuali tekanan
dari gerakan Kifaya, Mubarak mengakui bahwa reformasi politik sebagai upaya
diterapkannya demokrasi di Mesir adalah sangat penting. Akhirnya pada 26
Februari 2005, Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden
Mesir menjadi pemilihan multikandidat.20 Diselenggarakannya pemilihan presiden
secara langsung dan dari beberapa kandidat adalah pertama kalinya dalam sejarah
pemerintahan Mesir. Karena sebelumnya pemilihan presiden dilakukan dengan
mencalonkan kandidat tunggal yang sudah disaring oleh militer, kemudian
diajukan ke parlemen untuk diadakan voting melalui referendum.
Namun dalam aturan yang baru pemilihan presiden tersebut diterapkan
berbagai batasan dan aturan yang sulit.21 Salah satu kandidat Presiden saat itu,
Ayman Nour dari Partai al-Ghad mengatakan, aturan dan tekanan terhadap rakyat
Mesir yang dilakukan Mubarak membuat kandidat lainnya tidak bisa bersaing.
Aturan tersebut di antaranya: partai politik yang ingin mencalonkan kandidatnya
minimal harus memperoleh setidaknya 3% dari anggota Majelis Rakyat dan
Dewan Syura, serta setidaknya partai politik tersebut telah berdiri dan mendapat
lisensi dari negara 5 tahun sebelum tangal dimulainya pencalonan. Karena

19
Eyal Zisser, “Does Bashar al-Assad Rule Syria?”, dalam
http://www.meforum.org/517/does-bashar-al-assad-rule-syria diakses 28 Oktober 2016, pukul
13.00 WIB.
20
“Reforming Egypt: In Search of A Strategy”, Middle East/North Africa Report N°46 – 4
October 2005, International Crisis Group Working To Prevent Conflict Wordwide, 2005, h.1.
21
“Reforming Egypt: In Search of A Strategy”, h. 4.
7

ketidakpuasaan pihak oposisi terhadap reformasi politik yang masih dilakukan


Mubarak secara terbatas tersebut, akhirnya mereka menyerukan pembiokotan
terhadap referendum 25 Mei 2005. Referendum tersebut merupakan hari
pemungutan suara rakyat Mesir “Ya” atau “Tidak” tentang diberlakukannya UU
yang mengatur pemilihan presiden multikandidat tersebut.22
Berbeda dari Partai al-Ghad, Kifaya bukanlah partai politik, melainkan
gerakan sosial-politik di Mesir. Gerakan Kifaya menarik dukungan dari berbagai
lapisan masyarakat serta dengan beragam ideologi di Mesir seperti Nasseris,
Islam, Liberal, dan Sosialis Marxis. Bahkan beberapa di antaranya memiliki
perbedaan ideologi yang mengakar dan bentrok di masa lalu. Semua kelompok
yang tergabung dalam gerakan ini menyerukan perubahan demokratis dalam
masyarakat dengan tuntutan yang sesuai dengan bidang dan profesi mereka.
Sebagai contoh, para hakim di Mesir membentuk aliansi untuk memimpin seruan
reformasi hukum dan pengawasan pemilu tanpa campur tangan dari pemerintah
dan aparat keamanan.23
Selain kemampuan untuk menyatukan berbagai kelompok, keberhasilan
awal gerakan Kifaya bisa dilihat dari pesan sederhana dari nama gerakannya
sendiri yang berarti “cukup”, yang mencerminkan rasa frustasi kepada
pemerintah. Kecakapan gerakan Kifaya mengekploitasi teknologi informasi untuk
memobilisasi massa juga menjadi keberhasilan tersendiri. Lewat media sosial
mereka berdiskusi, membingkai isu, merencanakan pereksgerakan, dan mengubah
protes online (berdiskusi di media sosial seperti blog) menjadi protes offline
(terjun kelapangan langsung, seperti melakukan demonstrasi). Gerakan Kifaya
melakukan aksi gerakanya dengan cara damai dan tanpa kekerasan fisik. Mereka
hanya menempelkan stiker bulat berwarna kuning yang bertuliskan nama gerakan

22
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, (USA:Washington Institute
for Near East Policy, 2006), h. 5.
23
Al-Aryan Isam “The Constitutional Amendments in Egypt and Extent of Presence of the
„Brotherhood‟ in Democratic Institutions” (al-tacdilat al-dusturiyya fi misr wa mada hudur “al-‟
ikhwan” fi al-mu‟assasat al-dimuqratiyya) dalam http://www.daralhayat.com/special/issues/04-
2007/Item-20070407-cd09a1b8-c0a8-10ed-01d5-2634d737529b/story.html diakses Jumat, 28
Oktober 2016 pukul 15.30 WIB.
8

dan jargon mereka. Hal ini menjadi sesuatu yang unik dan pertama kalinya bagi
Mesir.
Pemicu dalam pembentukan gerakan Kifaya adalah pemilihan presiden dan
parlemen pada tahun 2005. Gerakan Kifaya memanfaatkan momen tersebut untuk
mereformasi sistem politik yang selama ini berjalan di Mesir, dalam hal ini di
antaranya kebijakan dalam jumlah kandidat saat pemilihan presiden dan masa
jabatan presiden yang tidak dibatasi. Selain itu, seluruh lapisan masyarakat dari
berbagai profesi, ideologi, dan agama menginginkan perubahan nyata dalam
kehidupan Mesir, baik itu sosial, ekonomi maupun politik. Adapun faktor ekternal
yang mendukung gerakan Kifaya ini berdiri di antanya:
Pertama, dorongan Amerika Serikat untuk menggalakan demokratisasi di
Timur Tengah, karena melalui proses tersebut dapat menekan ekstrimisme di
kawasan Timur Tengah. Kedua, peristiwa perang pembebasan nasional bangsa
Palestina terhadap pendudukan asing pada tahun 2000, atau lebih kenal dengan
istilah Intifhada. Ketiga, pengaruh invasi Amerika Serikat terhadap Irak dan
penggulingan presiden Sadam Hussein, yang kemudian mengintensifkan
perdebatan tentang perubahan politik di Mesir.24
Pada awalnya, gerakan Kifaya berhasil memobilisasi segmen luas
masyarakat Mesir, namun kemudian terbukti tidak mampu mengatasi banyak
hambatan untuk upaya reformasi dan partisipasi politik karena dianggap tidak
punya tujuan di luar oposisinya terhadap pemerintahan Presiden Mubarak. Pada
tahun 2008, gerakan Kifaya mengalami penurunan karena konflik internal di
dalam gerakan dan intimidasi dari pemerintah terhadap gerakan ini.25 Namun di
balik kemundurannya, gerakan Kifaya mengilhami munculnya gerakan serupa
dengan gerakan Kifaya yang tujuannya agar presiden Mubarak turun dari
jabatannya. Gerakan tersebut di antaranya: gerakan pemuda 6 April 2008 (April 6th
Youth Movement) dan We are All Khaled Said Group 2010.

24
Sherif Mansour, “Enough Is Enough” Achievements and Shortcomings of Kefaya, the
Egyptian Movement for Change” dalam J. Stephan (Ed.), Civilian Jihad: Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, (USA: Palgrave Macmillan, 2009), h. 205.
25
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement: A Case Study of a Grassroots Reform Initiative,
(Pittsburgh: RAND Corporation, 2008), h. 27-38.
9

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, masalah
yang dapat penulis identifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan politik Husni Mubarak
2. Kemunculan gerakan Kifaya
3. Tiga peristiwa penting dalam sejarah politik Mesir kontemporer, yakni
Referendum 25 Mei 2005 untuk menyetujui perubahan konstitusi tentang
pemilihan presiden multikandidat, pemilihan presiden dan pemilihan
parlemen tahun 2005.
4. Isu pewarisan kekuasaan Mubarak kepada putranya Gamal Mubarak.
5. Gerakan Kifaya dan usahanya dalam reformasi sistem politik di Mesir dari
tahun 2003 sampai 2008.

C. Batasan dan Rumusan Masalah


Masalah yang akan penulis angkat dalam penelitian ini adalah peran gerakan
Kifaya dalam reformasi sistem politik Mesir pada masa Mubarak dari tahun 2003
sampai tahun 2008. Hal ini penulis awali dengan mengkaji kebijakan Mubarak
dalam bidang politik. Kajian tersebut bertujuan untuk melacak akar pemasalahan
apa yang memicu gerakan oposisi terhadap Mubarak itu muncul, sebagai respon
terhadap kebijakannya. Dalam hal ini, penulis memfokuskan pada satu gerakan
sosial yang bernama Kifaya.
Kemudian penulis akan bahas mengenai awal mula gerakan Kifaya
terbentuk, tokoh-tokohnya, aktifitas dan pergerakan yang dilakukan, juga
tantangan yang menyebabkan penurunan gerakan Kifaya. Penulis membatasi
penelitian ini sesuai dengan eksistensi gerakan Kifaya sendiri, yakni dari tahun
2003 sampai 2008. Untuk memudahan dalam penelitian, maka penulis buat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan politik Mubarak di Mesir yang menyebabkan protes
anti-Mubarak?
2. Bagaimana kemunculan gerakan Kifaya di Mesir?
3. Bagaimana peran gerakan Kifaya dalam perubahan sistem politik di Mesir?
10

D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk memaparkan dan
menghadirkan apa yang menjadi judul dari penelitian ini, dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah pemerintahan Mubarak di Mesir, terutama dalam
bidang politik.
2. Mengidentifikasi kemunculan gerakan Kifaya yang merupakan gerakan
oposisi baru pada masa Mubarak dalam upaya mengkritisi kebijakan
politiknya dan melengserkan kekuasaannya.
3. Untuk mengetahui peran gerakan Kifaya, dalam mereformasi sistem politik
Mesir pada tahun 2003 hingga 2008 di mana gerakan Kifaya hadir.

E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai sejarah politik
kontemporer Mesir pada masa pemerintahan Husni Mubarak dari tahun 2003
sampai 2008, dan memberikan gambaran mengenai gerakan Kifaya yang
muncul pada masa Mubarak sebagai pihak oposisi yang bertujuan untuk
mereformasi sistem politik yang selama ini dipertahankan.
2. Memahami usaha gerakan sosial dalam menegakkan demokratisasi di Mesir.
3. Sebagai kontribusi untuk bidang akademik yang penulis geluti, yakni Sejarah
dan Peradaban Islam.

F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan tinjauan
pustaka terkait dengan judul yang akan diteliti. Adapun yang pertama kali
mendorong penulis mengkaji tema ini adalah monograf berjudul The Kefaya
Movement: A Case Study of a Grassroots Reform Initiative karya Nadia Oweidat.
Topik dalam monograf ini adalah gerakan alternatif yang kajiannya melihat
sebuah gerakan masyarakat adat untuk mereformasi politik di dunia Arab dan
implikasinya terhadap kebijakan Amerika Serikat di wilayah tersebut. Secara
11

khusus, monograf ini merupakan dokumen sejarah gerakan Mesir untuk


perubahan atau yang lebih dikenal dengan gerakan Kifaya.
Monograf ini mengkaji awal mula terbentuknya gerakan Kifaya, prestasi
dan kemundurannya melalui analisis karya ilmuan Mesir yang juga mengkaji
tentang gerakan Kifaya, dan laporan media berbahasa Arab (termasuk media
online) serta wawancara terstruktur yang dilakukan pada bulan Februari dan Mei
tahun 2007 terkait dengan pemerhati gerakan Kifaya dan Ikhwanul Muslimin.
Nadia Oweidat memberikan gambaran kepada penulis mengenai cikal-bakal untuk
membawa demokrasi dan menerapkan reformasi politik di dunia Arab pada
umumnya dan di Mesir pada khususnya. Penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam lagi mengenai peran gerakan Kifaya dalam melakukan reformasi atau
perubahan sistem politik Mesir di masa Presiden Husni Mubarak. Karena bagi
penulis gerakan ini sangat unik dalam hal keanggotaan maupun aktivitasnya.
Selanjutnya penulis mengembangakan tema ini dengan melakukan kajian
beberapa karya serupa dan terkait dengan judul yang penulis teliti. Karya-karya
tersebut di antaranya:
Artikel berjudul “"Kefaya"– An Egyptian Movement for Change” karya
Bahaa Ezzelarab. Artikel ini berisi tentang seruan masyarakat Mesir terhadap
reformasi masalah dalam negeri dengan fokus terhadap putra Mubarak, yakni
Gamal Mubarak sebagai taruhan pemerintahan Mesir dan gerakan Mesir untuk
Perubahan (gerakan Kifaya) sebagai wakil gerakan reformasi masyarakat Mesir.
Bahaa Ezzelarab mencoba membandingkan manakah antara Gamal Mubarak dan
gerakan Kifaya yang memiliki kesempatan lebih baik dalam mencapai tingkat
reformasi yang diinginkan rakyat Mesir.
Artikel Nahed Ezzeldeen yang berjudul “Protest Movements in Egypt: the
Case of Kefaya”. Dalam artikel ini Nahed Ezzeldeen mengajukan beberapa
pertanyaan terkait gerakan Kifaya yang dibagi kepada tiga bagian yakni:
kemunculan gerakan Kifaya, strategi gerakan Kifaya dan pengaruh gerakan
Kifaya. Dalam artikelnya ia menjelaskan bahwasanya gerakan Kifaya
memberikan kontribusi pada beberapa aspek perubahan dalam masyarakat Mesir,
di antaranya menghadirkan para aktivis dan pemimpin dari latar belakang yang
12

berbeda namun mempunyai prinsip dan tujuan yang selaras. Sehingga mengurangi
fragmentasi oposisi terhadap rezim Mubarak dan menjadi dasar tujuan bersama
yaitu perubahan politik di Mesir.
Kemudian buku berjudul Civilian Jihad: Nonviolent Struggle,
Domocratization, and Governance in The Middle East. Dalam buku tersebut
terdapat subbab berjudul “Enough Is Not Enough: Achievements and
Shortcomings of Kefaya, the Egyptian Movement for Change” karya Sherif
Mansour. Sherif Mansour menjelaskan tentang sebab-sabab mengapa gerakan
Kifaya bisa muncul, dengan dikaitkan pada peristiwa awal mula Mubarak
menjabat sebagai presiden Mesir. Kemudian Sherif Mansour juga membahas
secara khusus tentang prestasi dan kekurangan gerakan Kifaya selama
eksistensinya
Skripsi yang ditulis oleh Rizfa Amalia, salah seorang mahasiswi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Skripsi ini berjudul “Kebijakan-
Kebijakan Husni Mubarak di Mesir (1981-2011)”. Rizfa Amalia menganalisis
kebijakan dalam bidang politik, agama, dan ekonomi yang menjadi faktor
langgengnya kekuasaan Mubarak di Mesir selama 30 tahun, dan tiga faktor itu
pula yang menyebabakan jatuhnya Rezim Mubarak tahun 2011. Hal yang
membedakan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah, penulis membahas
tentang gerakan sosial-politik yang muncul pada masa Mubarak, yakni gerakan
Mesir untuk perubahan atau yang lebih dikenal gerakan Kifaya dan perannya
dalam mereformasi sistem politik Mesir, sehingga penulis hanya fokus pada
kebijakan politik Mubarak saja. Sedangkan skripsi ini membahas kebijakan-
kebijakan Husni Mubarak dalam berbagai bidang yang ia gunakan untuk
melanggengkan kekuasaannya di Mesir.
Galal Amin dengan bukunya 1111-1891 ‫( يصر و انًصريىٌ في عهد يبارك‬Misr
wa-l-Misriyyun fi „ahd Mubarak 1981-2011). Buku ini terdiri dari tiga belas bab
yang keseluruhannya memberikan gambaran mengenai situasi dan kondisi Mesir
di bawah pemerintahan Mubarak, dalam bidang politik, ekonomi, agama, dan
kehidupan sosial masyarakat Mesir. Buku ini penting bagi penulis untuk
mengetahui akar masalah yang berkesinambungan sejak awal masa pemerintahan
13

Mubarak hingga munculnya gerakan Kifaya sebagai garakan pelopor untuk


perubahan Mesir.
Kemudian masih terkait dengan kepemimpinan Mubarak, penulis
melakukan tinjauan pada buku Modern World Leaders Hosni Mubarak karya
Susan Muaddi Darraj. Secara umum, buku ini merupakan biografi Presiden Husni
Mubarak dengan masa kekuasaan paling panjang selama Mesir menggunakan
sistem pemerintahan republik. Buku ini menjelaskan tentang sejarah-sejarah
penting dalam masa pemerintahan Mubarak, kebijakan dalam dan luar negeri,
hubungannya dengan Amerika Serikat dan Israel, serta respon Mubarak terhadap
kelompok oposisi pemerintahannya.
Khairi Abaza, dalam bukunya Political Islam and Regime Survival in Egypt,
membahas tentang perjalanan reformasi politik di Mesir tahun 2005. Buku ini
cukup lengkap untuk dijadikan bahan kajian mengenai amandemen pasal yang
berkaitan dengan kebijakan pemilihan kepala negara Mesir, serta menjabarkan
secara gamblang mengenai situasi perpolitikan Mesir saat itu.
“The Constitution of The Arab Republic of Egypt 11 September 1971 And
Amendments May, 22 1980-May, 25 2005-March, 26 2007”, ini merupakan
kumpulan Undang-Undang dalam seluruh aspek kehidupan di Mesir. Penulis
menggunakan Undang-Undang yang diamandemen saat pemilu 2005 yang mana
untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir pencalonan multikandidat
diberlakukan. Dalam buku undang-undang ini juga terdapat keputusan presiden
Mubarak pada 25 Mei 2005.
Karena gerakan Kifaya menggunakan media sosial dalam aktivitasnya,
penulis melakukan tinjauan pada artikel Merlyna Lim yang berjudul “Clicks,
Cabs, and Coffee Houses: Social Media and Oppositional Movements in Egypt,
2004–2011”. Dalam artikel ini dijelaskan tentang hubungan antara media sosial
dan perubahan politik selama pemberontakan Mesir diawal tahun 2011, dilihat
dalam konteks yang lebih besar dari pengguna media sosial dan sejarah aktivisme
online yang sudah ada sebelumnya, yakni tahun 2004 termasuk gerakan Kifaya.
Merlyna Lim mempresentasikan bagaimana media sosial memfasilitasi gerakan
oposisi dalam merencanakan pertentangan, membingkai isu, menyebarkan simbol
14

pemersatu dan mengubah protes online menjadi protes offline. Seperti yang
dikatakan Merlyna Lim dalam artikelnya bahwa peran media sosial dalam
pemberontaan Mesir bukan hanya sekedar representasi kemajuan teknologi tetapi
juga gambaran gerakan sosial politik dalam bentuk baru.
Tinjauan yang terakhir yaitu artikel Courtney Redsch yang berjudul “Arab
Media&Society: Core to Commonplace: The Evolution of Egypt‟s Blogosphere”.
Gerakan Kifaya menggunakan blog dalam salah satu strateginya mengkritisi rezim
Mubarak. Redsch mengidentifikasi tiga tahap perkembangan blogosfer di Mesir
sesuai dengan alur muncul hingga kemunduran gerakan Kifaya. Tiga tahap
perkembangan tersebut yakni tahap percobaan (2003-2005), tahap aktivis (2005-
2006), dan tahap diversifikasi dan fragmentasi (2006-2008).

G. Kerangka Teori
Teori yang akan penulis gunakan adalah teori Gerakan Sosial Politik
(gersospol). Gersospol pada dasarnya merupakan bagian dari studi sosial tentang
prilaku kolektif (collective behavior), dan merupakan aspek dinamis dalam
kehidupan politik. Gersospol dapat terjadi dalam bentuk masyarakat apapun,
terutama masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosial, ekonomi, budaya
dan politik. Dalam studi prilaku kolektif terdapat beberapa prilaku: Panic
(kepanikan), Crazes (kegilaan), Crowds (massa), dan Social Movement (gerakan
sosial). Di antara empat karakteristik prilaku kolektif ini, gerakan Kifaya
merupakan jenis social movement.
Menurut Sidney Tarrow, gerakan sosial adalah tantangan kolektif oleh
orang-orang yang mempunyai tujuan bersama berdasarkan solidaritas yang
dilaksanakan melalui interaksi secara terus-menerus dengan para elit, lawan-
lawanya dan orang-orang yang berwenang (Social movements are collective
challenges by people with common purposes and solidarity in sustained
interaction with elites, opponents and authorities).26 Torrow menempatkan
gerakan sosial sebagai politik perlawanan yang terjadi ketika masyarakat biasa

26
Sidney Tarrow, Power in Movement: Social Movements, Collective Action and Politics
(New York: Cambridge University Press,1994), h. 4-3.
15

bergabung dengan kelompok masyarakat yang lebih berpengaruh dalam suatu


negara, menggalang kekuatan dan membentuk aliansi untuk melawan para elit,
pemegang otoritas dan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan lainnya karena
sebuah kebijakan dirasa tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Konsep gerakan sosial menurut Torrow ini dapat diterapkan pada upaya
masyarakat Mesir untuk melengserkan kekuasaan Husni Mubarak yang sudah
berjalan sangat lama. Gerakan Kifaya menjadi fasilitator untuk menyerukan
solidaritas masyarakat Mesir yang tidak puas terhadap kebijakan yang diterapkan
Mubarak. Mereka berkeinginan untuk mereformasi sistem politik yang tidak
demokratis, karena presiden dianggap menghambat demokrasi itu sendiri. Seluruh
elemen masyarakat tergabung dalam gerakan ini, baik itu intelektual, tokoh
politik, masyarakat dari berbagai profesi, dan masyarakat biasa.
Kekuasaan yang tidak diatur dan dibatasi akan cenderung menjadi otoriter.
Kekuasaan yang terlalu lama akan digunakan sebagai sarana untuk memenuhi
kepentingan penguasa, dan pada perkembangannya cenderung untuk serakah dan
menguasai segala-galanya. Selain itu, kekuasaan dapat dijadikan sarana yang
dapat mempermudah pemangkunya untuk menjelma menjadi seorang koruptor.
Hal ini seperti yang Lord Acton (1834-1902) katakan bahwa “kekuasaan
cenderung untuk korupsi dan kekuasaan yang absolut cenderung korupsi absolut”
(Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely). Korupsi yang
dimaksud Acton tidak hanya hanya terkait dengan uang, melainkan juga politik
atau kebijakan.27

H. Metodologi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan tahap-tahap sebagai
berikut: pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.
1. Pemilihan Topik
Dalam hal ini penulis memilih sejarah gerakan sosial di Mesir pada masa
pemerintahan Husni Mubarak. Adapun metode yang digunakan oleh penulis
adalah deskriptif-analitis yang dilanjutkan dengan perencanaan penelitian. Dalam
27
Roland Hill, Lord Acton, (London: Yale University Press, 2000), h. 300-301.
16

rencana penelitian, penulis mengemukakan permasalahan dan garis besar yang


akan dibahas.

2. Heuristik
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan. Pada tahap
ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber terkait dengan tema
penelitian baik itu dalam bentuk buku, monograf, e-book, surat kabar, artikel,
jurnal, dan keputusan-keputusan Pemerintah Mesir pada masa pemerintahan
Presiden Husni Mubarak yang diakses dari website pemerintah Republik Arab
Mesir, sumber tak terbit (skripsi dan disertasi) dan berita media elektronik.
Penulis mencari dan mendapatkan sumber-sumber tersebut dari Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora, dan Kedutaan Besar Republik Arab Mesir di Jakarta. Adapun sumber
yang banyak penulis dapatkan adalah melalui akses internet. Seperti e-book yang
diakses dari Libgen dan Bookzz, jurnal yang diakses melalui ProQuest, SAGE,
Jstore dan e-ressource Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

3. Kritik Sumber
Setelah sumber terkumpul, penulis melakukan verifikasi terhadap sumber
yang didapatkan. Penulis mengklasifikasikan mana sumber primer dan skunder.
Penulis membandingkan beberapa sumber yang sudah didapat dan memilih yang
benar-benar terkait dengan topik.

4. Interpretasi
Setelah melakukan verifikasi kemudian penulis menyimpulkan untuk
dijadikan argumen dan eksplanasi. Kemudian penulis membuat daftar pertanyaan,
yang dengan menjawab pertanyaan tersebut akan menyajikan data-data yang
penulis butuhkan untuk melakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan penjelasan serta penelaahan sejarah yang bersifat analisis social
scientific. Maka dari itu Penulis mengunakan ilmu bantu sejarah dengan
pendekatan sosiologis dan politik.
17

Menurut Dudung Abdurrahman, pendekatan sosiologis berfungsi untuk


melihat aktor yang memimpin sebuah gerakan, latar belakang masyarakat yang
dipimpin, interpretasi terhadap situasi pada zamannya, pola-pola serta bentuk-
bentuk gerakan yang dijadikan perhatian utama, dan hal-hal yang terjadi setelah
adanya gerakan sosial tertentu.28 Sedangkan pendekatan politik berfungsi untuk
mengetahui pola distribusi kekuasaan, hakikat dan tujuan sistem politik, hubungan
struktural dalam sistem politik, pola-pola dari perilaku individu dan kelompok
yang membantu menjelaskan bagaimana sistem itu berfungsi, serta perkembangan
hukum dan kebijakan-kebijakan sosial yang meliputi: partai-partai politik,
kelompok-kelompok kepentingan, komunikasi dan pendapat umum, birokrasi dan
administrasi.29 Dua pendekatan tersebut penulis gunakan untuk melihat lebih
dalam situasi politik di Mesir masa pemerintahan Presiden Husni Mubarak dan
untuk melihat respon gerakan sosial, dalam hal ini gerakan Kifaya, terhadap
pemerintahannya.

5. Historiografi
Setelah langkah-langkah di atas selesai, maka penulis mulai menyusun
penelitian dengan judul “Peran Gerakan Kifaya dalam Perubahan Sistem Politik
Mesir Masa Husni Mubarak (2003-2008)“.

I. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian
yang saling berkaitan, yakni pendahuluan, isi, kesimpulan atau penutupan dan
secara keseluruhan terbagi menjadi lima bab. Adapun susunan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I pendahuluan, terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

28
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
h. 11.
29
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, h. 17-18.
18

BAB II membahas Mesir pada masa pemerintahan Husni Mubarak. Bab ini
membahas mengenai sistem pemerintahan Mesir, sejarah Mesir dari tahun 1952,
biografi Husni Mubarak mulai dari keluarga, latar belakang pendidikan, karirnya
di bidang militer dan politik, serta kebijakan-kebijannya ketika ia menjabat
menjadi presiden, terutama di bidang politik.
BAB III secara khusus akan membahas tentang profil gerakan Kifaya, yang
terdiri dari latar belakang gerakan Kifaya berdiri, tokoh-tokoh, dan strategi yang
digunakan gerakan Kifaya dalam melakukan aksinya.
BAB IV, secara umum akan membahas tentang peran-peran yang dimainkan
gerakan Kifaya dalam upaya mereformasi sistem politik di Mesir dari tahun 2003
sampai 2008. Adapun rincian pembahasannya yakni Gamal Mubarak dan isu
suksesi presiden Mubarak, referendum 25 Mei 2005, pemilihan presiden dan
parlemen tahun 2005, sebab-sebab kemunduran gerakan Kifaya, dan gerakan yang
muncul setelah gerakan Kifaya menurun.
BAB V penutupan, yang terdiri atas kesimpulan dari peristiwa yang
diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan merupakan jawaban dari permasalahan
yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini.
BAB II
MESIR PADA MASA PEMERINTAHAN HUSNI MUBARAK

A. Sistem Pemerintahan Negara Mesir


Sistem pemerintahan yang dianut oleh Mesir adalah Republik dan presiden
sebagai kepala negara. Berdasarkan Piagam Nasional tahun 1962 1 yang
dicanangkan oleh Presiden Gamal Abdul Nasser dan Konstitusi tahun 19712 yang
dibuat pada masa Presiden Anwar Sadat, Mesir merupakan sebuah negara sosialis
yang disebut dengan Republik Arab Mesir.
Piagam Nasional 1962 tersebut menyebutkan bahwa tujuan dari Republik
Arab Mesir adalah kemerdekaan, sosialisme, dan kesatuan Arab. Sedangkan
Konstitusi 1971 menetapkan struktur resmi dalam pemerintahan Mesir, yakni
presiden, kabinet, legislatif dan pengadilan.3 Dengan kata lain Piagam Nasional
1962 berfungsi sebagai landasan dalam bernegara, identitas nasional, serta dasar
persatuan dan kesatuan bangsa Mesir. Sedangkan konstitusi 1971 merupakan
sumber hukum tertinggi serta aturan dan ketentuan yang mengatur jalannya
pemerintahan.
Hukum konstitusi Mesir menjelaskan bahwa, presiden didukung oleh
minimal dua pertiga anggota legislatif dan harus mendapatkan persetujuan dari
mayoritas para pemilih. Presiden memiliki masa bakti yang tidak terbatas,

1
Pada bulan Mei 1962 Piagam Nasonal Mesir mengumumkan, bahwa dokumen ini
mewujudkan doktrin sosialis nasional dan menguraikan langkah-langkah yang luas untuk
revolusioner. Hal ini menimbulkan perubahan mendasar dalam struktur masyarakat Mesir dan
menganjurkan bentuk baru dari organisasi sosial bersifat sosialistik dengan lingkup nasional.
Selain itu, Piagam Nasional ini juga memberikan identitas nasional untuk orang Mesir. Lihat. Baha
Abu-Laban, “The National Character in the Egyptian Revolution”, The Journal of Developing
Areas, Vol. 1, No. 2 (1967), College of Business, Tennessee State University. Lihat juga, Arthur
Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 100.
2
Konstitusi Republik Arab Mesir yang disetujui oleh referendum nasional pada 11
September 1971. Amandemen konstitusi 1971 diiadopsi pada tahun 1977 untuk pembentukan
partai politik, dan pada tahun 1980 dibentukalah Majelis Syura (Dewan Konsultatif) 264 kursi
untuk melengkapi Majelis al-Sya‟ab atau Majelis Rakyat (dengan 444 orang terpilih dan 10
anggota terpilih). Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h.
110.
3
Harlan Hariz, “Profil Negara Mesir” dalam
https://www.academia.edu/28049083/PROFIL_NEGARA_MESIR.pdf?auto=download diakses 22
Mei 2017 pukul 06.55 WIB.

19
20

sehingga presiden bebas berkuasa sampai kapanpun.4 Satu masa bakti atau periode
kepemimpinan presiden adalah enam tahun. Presiden memiliki hak mengangkat
wakil presiden, perdana menteri serta anggota kabinetnya. Selain itu, presiden
juga memiliki hak untuk memberhentikan mereka. Tugas anggota kabinet adalah
membantu presiden dalam merencanakan dan mengarahkan kebijaksanaan.
Untuk badan legislatif, Mesir memiliki sebuah lembaga bernama Majelis al-
Sya‟ab atau Majelis Rakyat yang separuh dari anggotanya haruslah seorang
pekerja atau petani.5 Masa bakti dalam satu periode adalah lima tahun. Majelis al-
Sya‟ab terdiri dari 458 anggota, 448 anggota dipilih oleh rakyat melalui pemilihan
umum, dan 10 anggota lagi dipilih oleh presiden.6 Rakyat yang boleh ikut serta
dalam pemilihan umum adalah warganegara Mesir yang berusia 18 tahun ke atas.
Karena Mesir menganut sistem pemerintahan republik, sehingga terdapat
partai politik. Partai politik terbesar dan terkuat di Mesir adalah Partai Nasional
Demokrat (NDP) yang merupakan partai Presiden Mubarak. NDP mencakup
berbagai kalangan masyarakat Mesir.

B. Sejarah Pemerintahan Mesir dari 1952


Sebelum menjadi negara republik7 pada 18 Juni 1953, Mesir merupakan
negara monarki (kerajaan) yang diperintah oleh Raja Farouk (wafat. 1965).8
Rakyat Mesir menuntut Raja Farouk turun dari pemerintahannya dan saat itu
keadaan Mesir sedang terpuruk. Rakyat tidak bebas menyampaikan pendapat,
ekonomi merosot tajam dan kehidupan sosial pun tidak stabil. Akhirnya, Raja

4
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”, Middle
East Journal, Vol. 60, No. 2, (2006), h. 258.
5
Arab Republic of Egypt Shoura Assembly, “The Constitution of The Arab Republic of
Egypt 11 September 1971 And Amendments May, 22 1980-May, 25 2005-March, 26 2007”, h. 37.
6
Harlan Hariz, “Profil Negara Mesir” dalam
https://www.academia.edu/28049083/PROFIL_NEGARA_MESIR.pdf?auto=download diakses
pada Senin, 22 Mei 2017 pukul 06.55 WIB
7
Sebuah negara di mana tampuk pemerintahan bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip
keturunan bangsawan atau golongan tertentu dan dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih oleh
rakyat. Lihat, “Bentuk Pemerintahan Republik” dalam http://pemerintah.net/bentuk-pemerintahan-
republik/, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 21.54 WIB.
8
Kerajaan Mesir (al-Mamlakah al-Misriyah) adalah negara modern Mesir pertama yang
berdiri dari tahun 1922 setelah pemerintah Inggris melepas Mesir dari protektorat dengan Fuad I
sebagai raja pertamanya. Sistem monarki ini bertahan sampai 1953.
21

Farouk turun dari jabatannya sebagai kepala negara dan digantikan oleh putranya
Raja Fuad II. Namun, karena Raja Fuad II belum cukup dewasa untuk memegang
pemerintahan, maka tampuk kekuasaannya diambil alih oleh dewan keamanan
yang terdiri dari perwira-perwira Mesir. Dewan keamanan tersebut bernama
Dubbath al-Ahrar (Dewan Jenderal), dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser (1918-
1970) dengan anggotanya Hasan Ibrahim, Khalid Muhyiuddin, Kamaluddin
Husain, Abd al-Mun‟im, Abd al-Rauf, Abd al-Latif Baghdadi, Anwar Sadat, Abd
al-Hakim Amir, Salah Salim, Husain al-Syafi‟i, dan Zakariyya Muhyiuddin.9
Tugas utama mereka adalah mengubah situasi Mesir menjadi lebih aman dan
terkendali.
Peristiwa yang ditujukan untuk melengserkan Raja Farouk ini dikenal
sebagai peristiwa Revolusi Mesir 23 Juli 1952. Pasukan Dubbath al-Ahrar
bergerak menguasai pusat-pusat pemerintahan termasuk istana Abdeen. Revolusi
ini memiliki ambisi politik dan beberapa tujuan di antaranya: mengakhiri
imperialisme, feodalisme, monopoli dan kontrol kapitalistik, membentuk tentara
yang kuat, menetapkan keadilan sosial dan menegakkan demokrasi di Mesir.10
Tujuan tersebut diekspresikan oleh dewan keamanan Mesir melalui nasionalisme
Arab.11 Empat hari setelah kudeta yang dilakukan kepada Raja Farouk, Dubbath
al-Ahrar mengganti namanya menjadi Revolution Command Council (RCC) atau
dewan komando revolusi.
Setelah revolusi, Muhammad Naguib (1901-1984) menjadi presiden Mesir
pertama dengan sistem pemerintahan baru yakni republik. Naguib memerintah
dari 18 Juni 1953 sampai 14 November 1954. Setelah itu, posisinya sebagai
presiden digantikan oleh Gamal Abdul Nasser. Kebijakan yang terkenal pada
masa Naguib di antaranya: Pertama, Naguib menyatakan pada bulan Desember

9
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 165.
10
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy and the Downfall of the Mubarak Regime”,
International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 3 No. 10, (2013), h. 23.
11
Boundless, “The Egyptian Revolution of 1952” dalam
https://www.boundless.com/world-history/textbooks/boundless-world-history-textbook/post-
colonial-africa-1448/egypt-1467/the-egyptian-revolution-of-1952-1470-18167/ diakses Kamis, 01
Juni 2017 pukul 08.58 WIB.
22

1952 bahwa konstitusi Mesir tahun 1923 tidak berlaku lagi.12 Pada pasal pertama
konstitusi 1923 yang mengatur tentang negara dan sistem pemerintahan
menyatakan bahwa, Mesir merupakan negara berdaulat, bebas, dan merdeka.
Selain itu, konstitusi ini juga menyatakan bahwa Mesir adalah negara monarki
konstitusional dengan raja sebagai kepala eksekutif.13 Pada praktiknya konstitusi
1923 ini memberikan banyak kekuasaan pada raja dan memberdayakan rakyat
secara terbatas. Kedua, pada bulan Januari tahun 1953, Naguib melarang semua
partai politik di Mesir. Ketiga, Naguib menghapus sistem monarki (kerajaan)
menjadi republik pada tanggal 18 Juni 1953. Republik yaitu sebuah negara di
mana tampuk pemerintahan bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan
bangsawan atau golongan tertentu dan dipimpin oleh seorang presiden yang
dipilih oleh rakyat.14 Keempat, sebagai akibat penghapusan sistem monarki,
Naguib memproklamasikan Mesir sebagai negara republik dengan Naguib sebagai
kepala negara (presiden) sekaligus perdana menteri (kepala pemerintahannya).15
Saat Naguib menjabat sebagai presiden, Nasser menjabat sebagai deputi
perdana menteri dan menteri dalam negeri. Rezim Militer Mesir yang berpusat
pada dwi-tunggal Naguib dan Nasser memperlihatkan tanda-tanda persaingan
kekuasaaan di antara keduanya. Tanda-tanda tersebut tercermin sejak bulan
Februari 1954, ketika RCC meminta Naguib untuk mengundurkan diri dengan
suka rela dari perpolitikan Mesir. Tekanan ini berakhir pada bulan April 1954
ketika Naguib hanya menjabat sebagai presiden saja, dan jabatan perdana menteri

12
Setelah meningkatnya perlawanan oleh rakyat Mesir terhadap Inggris yang telah
menjadikan Mesir sebagai negara protektoratnya sejak 1914, akhirnya disepakatilah sebuah
deklarasi kemerdekaan untuk Mesir pada tahun 1922. Deklarasi tersebut mengatur terbentuknya
komite legislatif 30 anggota, terdiri dari partai politik dan anggota gerakan revolusioner. 30
anggota ini memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan negara Mesir yang merdeka dengan
sistem monarki di bawah sebuah konstitusi 1923. Lihat, Constitution Net, “Constitutional History
of Egypt”, dalam http://www.constitutionnet.org/country/constitutional-history-egypt diakses
Senin, 03 Juli 2017 pukul 23.40 WIB.
13
1923 Egyptian Constitution: Royal Decree No.42 of 1923 on Building a Constitutional
System for the Egyptian State (terj. Joy Ghali), dipublikasikan oleh International Institute for
Democracy and Electoral Assistance (International IDEA), hal. 2-3.
14
Pemerintah.Net, “Bentuk Pemerintahan Republik”, dalam http://pemerintah.net/bentuk-
pemerintahan-republik/ diakses Senin, 03 Juli 2017 pukul 21.54 WIB.
15
Doni Setyawan, “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser”, dalam
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-nasser/ diakses Minggu, 11
Juni 2017 pukul 10.51 WIB.
23

atau kepala pemerintahan digantikan oleh Nasser. Nasser memasukkan sebagaian


besar perwira-perwira mantan Dhubbath al-Ahrar ke dalam kabinetnya.16 Pada 14
November 1954 Naguib akhirnya mengundurkan diri dari posisinya sebagai
Presiden Mesir setelah sebelumnya terjadi perebutan pengaruh dan kekuasaan
yang berjalan singkat antara ia dan Nasser untuk mengendalikan militer dan
pemerintahan Mesir.17
Pada masa pemerintahan Nasser (14 November 1954-28 September 1970),
Mesir mempunyai agenda membangkitkan Nasionalisme Arab dan Pan Arabisme
serta menasionalisasi Terusan Suez. Terusan Suez mulai dibangun pada 25 April
1859 oleh insiyur Prancis bernama Ferdinand Vicomte de Lesseps (wafat.1894)
untuk menghubungkan benua Asia dan benua Afrika. Sebelumnya pada tahun
1854 de Lesseps telah memastikan kesepakatan dengan gubernur Mesir Utsmani
untuk membangun terusan. Pada tahun 1856, perusahaan Terusan Suez (Suez
Canal Company) dibentuk dan diberikan hak untuk mengoperasikan kanal ini
selama 99 tahun setelah penyelesaian pekerjaan tersebut.18
Pembangunan Terusan Suez dilatarbelakangi oleh motif ekonomi, yakni
pada awal abad ke-15 orang Eropa berspekulasi tentang membangun sebuah
terusan yang melintasi Suez, yang kelak akan memudahkan pedagang untuk
berlayar dari Mediterania ke Samudera Hindia melalui Laut Merah, daripada
harus berlayar jauh menuju Tanjung Harapan di Afrika.19 Terusan ini diresmikan
pada 17 November 1869 dalam sebuah upacara yang turut dihadiri oleh istri
Napoleon III, Ratu Prancis bernama Eugene. Pada 26 Juli 1956 Nasser
menasionalisasi Terusan Suez.

16
Doni Setyawan, “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser”, dalam
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-nasser/
17
New World Encyclopedia, “Muhammad Naguib”, dalam
http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Muhammad_Naguib diakses Sabtu, 04 November
2017 pukul 07.45 WIB.
18
Laeny Sulistyawati “Sejarah Hari Ini: Terusan Suez Dibangun” dalam
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/selarung-waktu/16/04/25/o65vem377-
sejarah-hari-ini-terusan-suez-dibangun diakses Selasa 04 Juli 2017 pukul 24.16 WIB.
19
Laeny Sulistyawati “Sejarah Hari Ini: Terusan Suez Dibangun” dalam
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/selarung-waktu/16/04/25/o65vem377-
sejarah-hari-ini-terusan-suez-dibangun
24

Usahanya dalam menasionalisasi Terusan Suez tersebut berakibat pada


krisis Suez dan membuat Mesir berhadapan dengan Prancis, Inggris dan Israel
yang memiliki kepentingan terhadap terusan tersebut.20 Israel menginvasi Mesir
pada akhir bulan Oktober 1956. Kemudian pasukan Inggris dan Prancis mendarat
pada awal November 1956 untuk menempati zona terusan ini. Krisis ini berakhir
dengan keputusan dunia Internasional yang meguntungkan Mesir. Terusan Suez
resmi berada dalam kedaulatan Mesir dan membuatnya kembali untuk pelayaran
komersial pada tahun 1957. Kemudian, Nasser mengadakan proyek infrastruktur
besar-besaran, salah satunya adalah proyek pembangunan Bendungan Aswan
yang dibantu oleh Uni Soviet.21
Program nasionalisasi yang dilakukan Nasser tidak berakhir dengan Terusan
Suez. Pada bulan Januari 1957, semua bank umum, perusahaan asuransi dan agen
perdagangan luar negeri dinasionalisasi. Laju nasionalisasi terus berlanjut, pada
tahun 1960 dan 1961 negara memegang kontrol perusahaan pelayanan, industri
berat, perusahan farmasi, dan perusahaan kontruksi besar. Bagi Nasser, program
nasionalisasi berarti pemutusan kekuasaan asing dan domestik oligarki.22 Maka
dari itu, pada masa pemerintahannya, Nasser mengadopsi sikap ekonomi sosialis
serta melakukan pengendalian terhadap industri.23
Adapun dalam bidang politik, Nasser melakukan reformasi politik dengan
mengeluarkan konstitusi baru yang kemudian disetujui oleh rakyat melalui
referendum nasional pada 23 Juni 1956. Dengan diberlakukanya konstitusi Mesir
1956 tersebut, satu bulan kemudian Nasser membubarkan RCC. Walaupun
demikian, Mesir tetap diperintah oleh rezim militer di bawah kepemimpinan
tunggal Nasser yang sah karena dipilih oleh rakyat Mesir sendiri. Kemudian,
setelah pembubaran RRC, pada tahun 1962 Nasser membentuk partai baru
bernama Arab Socialist Union (ASU) yang merupakan satu-satunya partai politik

20
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”, h. 24.
21
Doni Setyawan, “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser”
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-nasser/
22
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”, h. 24.
23
Shakeer Ahmad, “The Egyptian Revolution: Rebels, UCBMUN XXI”, dalam
https://ucbmun.herokuapp.com/bgs/rebels.pdf, h. 5. Diakses Jumat 26 Mei 2017 pukul 15.02
WIB.
25

yang diakui oleh pemerintah.24 Pembentukan ASU bertujuan untuk menggiring


seluruh komponen masyarakat Mesir baik pelaku ekonomi, politik, dan sosial ke
dalam satu barisan front nasional.25 ASU digunakan sebagai alat politik Nasser
untuk menjalankan kebijakannya terutama dalam pengawalan kearah demokrasi
yang akan diaplikasikan kepada masyarakat Mesir. Dengan tidak adanya partai
politik lain, militer menjadi aktor tunggal dalam perpolitikan di Mesir di bawah
kepemimpinan Nasser.26
Untuk menangkal ancaman potensial terhadap kekuasaannya, Nasser
menciptakan organisasi intelijen bernama Mukhbarat (Direktorat Intelijen
Umum). Organisasi ini aktif dalam mempromosikan keamanan negara dan
menekan atau membatasi perbedaan pendapat pada saat presiden Mesir merasa
terancam. Di bawah Nasser, Mukhbarat digunakan sebagai badan pengawasan
dan pengasingan penjara terhadap Ikhwanul Muslimin dan orang-orang Mesir
yang dicurigai melakukan hubungan kerja dengan Zionisme atau kekuatan Barat,
seperti Inggris dan Amerika Serikat. Tepat setelah Revolusi Korektif Mei 1971,
Anwar Sadat secara terbuka menolak praktik perekaman percakapan telepon yang
dilakukan Mukhbarat. Namun kemudian Sadat menggunakan metode tersebut
untuk mengendalikan kelompok Nasseris dan Komunis. Adapun pada masa
pemerinahan Presiden Mubarak, Mukhbarat digunakan dalam melawan terorisme
dan kelompok Jama'at.27
Nasser meninggal pada tahun 1970, mewariskan sebuah rezim yang telah
membuat beberapa kemajuan struktural dan ekonomi. Ia memerintah selama
hampir 16 tahun, kemudian digantikan oleh Anwar Sadat yang ketika itu menjabat
sebagai wakil presiden.
Saat Anwar Sadat memerintah (28 September 1970-6 Oktober 1981), ia
mengubah konstitusi untuk memberinya kekuasaan yang lebih panjang dan ingin
menghilangkan ideologi Nasser. Di masa pemerintahan Sadat, Nasser telah

24
Afaf Luthfi Al-Sayyid Marsot, A History of Egypt…, h. 145.
25
Doni Setyawan, “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser”
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-nasser/
26
ASU menjadi satu-satunya partai politik di Mesir dari tahun 1962 sampai 1977. Lihat,
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 55.
27
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 270.
26

meninggalkan strategi pertumbuhan ekonomi melalui perluasan sektor publik dan


memulai langkah tentatif menuju liberalisasi. Liberalisasi inilah yang ditempuh
lebih jauh oleh Sadat pada masa pemerintahannya. Di bidang ekonomi, upayanya
untuk liberalisasi tidak menguntungkan sebagian besar masyarakat Mesir. Begitu
pula di bidang politik, usahanya dalam liberalisasi dinilai kontradiktif.28
Sadat mengubah kebijakan ekonomi pemerintahan sebelumnya. Ia beralih
kepada kebijakan ekonomi terbuka (al-Infitah) yang memungkinkan investasi
langsung dari dalam dan luar negeri.29 Tujuan kebijakan ekonomi terbuka Sadat
ini untuk mengembalikan kapitalisme di Mesir, yang merupakan sebuah reaksi
melawan sosialisme Nasser. Secara resmi kebijakan ini diluncurkan bersama
October Working Paper tahun 1974. Setelah Perang Oktober 1973,30 akselerasi
kebijakan ini dirancang untuk menarik dana asing untuk membiayai impor bahan
dan suku cadang yang dibutuhkan untuk memulihkan ekonomi Mesir ke produksi
penuh, untuk mengubah hutang luar negeri jangka pendek menjadi jangka
panjang, dan untuk menerapkan investasi yang akan memberikan pendapatan,
pekerjaan, dan devisa masa depan.31
Namun, kebijakannya ini berdampak pada timbulnya masalah inflasi dan
memperlebar kesenjangan kelas di Mesir. Selain itu, subsidi makanan dipotong
oleh pemerintah untuk melunasi pinjaman ke International Monetary Fund (IMF)
atau Dana Moneter Internasional, yang mengakibatkan kerusuhan pangan di
seluruh negeri pada tahun 1977.32 Peristiwa kerusuhan tahun 1977 itu disebut juga
dengan peristiwa Bread Intifada atau “Revolusi Roti”.

28
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”,h. 26.
29
Premis dasar strategi liberalisasi ekonomi terbuka ini digambarkan oleh Cooperin
(Cooper, 1982) dalam bentuk sebuah persamaan: Modal Arab+teknologi Barat+sumber daya
Mesir yang melimpah= perkembangan dan kemajuan. Lihat, K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political
Economy…”, h. 26.
30
Perang ini terjadi pada tahun 1973 antara Israel melawan negara-negara Arab. Negara-
negara Arab yang terlibat dalam perang ini di antaranya Mesir, Libya, Suriah, Yordania dan Irak.
Perang skala besar ini dimulai oleh Mesir dan Suriah yang bertujuan untuk mendapatkan kembali
tanah yang diduduki Israel sejak 1967, perang ini dinamakan juga Perang Yom Kippur. Mesir dan
negara-negara Arab yang ikut serta dalam perang ini berhasil melakukan serangan awal dengan
baik dan menerobos pertahanan Israel, sehingga kemenangan berada di pihak Arab. Lihat, Arthur
Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 301.
31
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 189-199.
32
Alex, “1977: Egypt‟s Bread Intifada”, dalam https://libcom.org/history/1977-egypts-
bread-intifada diakses Minggu, 11 Juni 2017 pukul 19.13 WIB.
27

Pembentukan partai politik yang dilarang sejak revolusi 1952, mulai


diizinkan pada masa pemerintahan Sadat. Selain itu, berbagai partai politik
diizinkan untuk menerbitkan surat kabar mereka masing-masing.33 Namun
kebijakan tersebut segera dibatasi oleh Sadat, karena Sadat tidak mau mengambil
resiko apabila terjadi pertentangan oposisi terhadap rezimnya, dan sejumlah
aturan untuk membatasi partisipasi politik pun dibuat.34 Sebagai oposisi terhadap
peraturan satu partai Nasser, Sadat mengumumkan peraturan multipartai. Sadat
membentuk partainya sendiri bernama National Democratic Party (NDP)/Al-Hizb
al-Watani al-Dimuqrati atau Partai Nasional Demokrat pada tahun 1978
menggantikan ASU. Sadat Menggunakan Political Parties Committee (Komite
Urusan Partai Politik/PPC) untuk memastikan partainya sendiri, NDP, tetap
dominan.35 Pada tahun 1980, Sadat menyerahkan kepemimpinannya di NDP
kepada Mubarak.
Dalam masalah luar negeri, Sadat melakukan kebijakan yang memicu
gelombang protes. Dengan mediasi Presiden Amerika Jimmy Carter, Sadat dan
Perdana Menteri Israel Menachem Begin menandatangani Perjanjian Camp David
pada tanggal 17 September 1978. Dinamakan demikian karena perjanjian tersebut
dilaksanakan di Camp David.36 Atas kesepakatan ini, keduanya dianugrahi hadiah
Nobel Perdamaian. Isi perjanjian tersebut di antaranya membahas mengenai
kerangka kerja perdamaian antara Mesir dan Israel yang diwujudkan dengan
penarikan mundur pasukan Israel dari Gurun Sinai pada tahun 1979.
Penandatanganan perjanjian Camp David 1978 menunjukan bahwa Sadat
telah melakukan negosiasi dan perdamaian sepihak untuk mendapatkan kembali
gurun Sinai.37 Namun bila ditinjau lebih dalam, secara tidak langsung perjanjian

33
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”, h. 258.
34
Abnaa Alwatan, “The Development of the Partisian Life in Egypt”, dalam
http://www.sis.gov.eg/newvr/son2011/en/party.pdf diakses Kamis, 8 Juni 2017 pukul 11.56 WIB.
35
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa Vol L-Z, (Detroit, US: Thomson Gale, 2008), h. 548.
36
Camp David (Naval Support Facility Thurmont) merupakan tempat peristirahatan
Presiden Amerika Serikat seluas 0,5 km² di Catoctin Mountain Park, Frederick County, Maryland.
Camp David sering digunakan sebagai tempat pertemuan resmi maupun tidak resmi antara
Amerika Serikat dengan para pemimpin negara lain. Lihat, White House, “Camp David”, dalam
https://www.whitehouse.gov/1600/camp-david diakses Senin, 6 November 2017 pukul 11.00 WIB.
37
Afaf Luthfi Al-Sayyid Marsot, A History of Egypt…, h. 160.
28

ini mencerminkan bahwa Mesir menjadi negara Arab pertama yang mengakui
eksistensi Israel dan secara substansial telah memperkuat Israel di kawasan Timur
Tengah.38 Penandatanganan Perjanjian Camp David itu membuat negara-negara
yang tergabung dalam Liga Arab kecewa. Akibatnya, Mesir dikeluarkan dari
organisasi tersebut selama 12 tahun.
Kekecewaan atas penandatanganan pun berakibat terhadap pembunuhan
Sadat pada 6 Oktober 1981. Saat itu, Mesir sedang melangsungkan parade militer
dalam rangka memperingati Perang Arab-Israel 1973. Sadat ditembak oleh Khalid
Al-Islambuli yang merupakan tentara yang ikut dalam parade militer tersebut. Al-
Islambuli tergabung dalam kelompok Islam Jama‟ah Islamiyah salah satu
kelompok yang kecewa dengan tindakan Sadat yang menandatangani Perjanjian
Camp David tersebut.39 Husni Mubarak yang merupakan wakil presiden Mesir
pada saat pembunuhan Sadat, tanpa melalui proses pemilu terpilih menggantikan
Sadat atas persetujuan Majelis al-Sya‟ab (Majelis Rakyat) dan Majelis Syura
(Dewan Konsultatif).
Mubarak resmi menjadi presiden Republik Arab Mesir keempat pada 14
Oktober 1981. Di awal masa jabatannya, Mubarak di hadapkan dengan berbagai
masalah dari pemerintahan sebelumnya, baik itu masalah dalam negeri dan luar
negeri. Masalah dalam negeri berkaitan dengan kehidupan sosial dan ekonomi,
seperti angka pengangguran yang meningkat, pertumbuhan penduduk yang sulit
dikendalikan, harga-harga bahan pokok naik, korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) yang merajalela dari pemerintahan sebelumnya, serta ancaman dari kaum
militan.40
Demi mengatasi masalah-masalah tersebut, Mubarak mencoba menindak
korupsi di pemerintahannya, memulai keterbukaan dan banyak menghilangkan
kebijakan Sadat yang tidak etis. Salah satunya dengan membebaskan lebih dari
1.500 orang ekstrimis Koptik dan Muslim, serta beberapa lawan politiknya yang
ditangkap Sadat pada September 1981. Sadat menganggap mereka sebagai pemicu
perselisihan sektarian dan membahayakan upayanya untuk membawa demokrasi
38
Afaf Luthfi Al-Sayyid Marsot, A History of Egypt…, h. 160-161.
39
Susan Muaddi Darraj, Modern World Leaders: Hosni Mubarak…, h. 56-57.
40
Bulbul Abdurahman, “Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 118.
29

ke Mesir.41 Semua tindakan tersebut sesuai dengan pidatonya pada November


1981. Dalam pidatonya tersebut Mubarak menegaskan bahwa ia tidak akan
melakukan apa yang tidak dapat ia terapkan, tidak akan menyembunyikan
kebenaran pada rakyat alias melakukan keterbukaan, dan tidak akan bersikap
lunak terhadap korupsi dan kekacauan di Mesir.42
Masalah dalam negeri lainnya yang Mubarak coba selesaikan adalah
hubungannya dengan kelompok Islam di Mesir. Mubarak mencoba melakukan
perdamaian dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis semasa
pemerintahan Sadat dengan kelompok-kelompok Islam ekstrimis. Upaya tersebut
Mubarak lakukan dengan cara membuka secara luas aktivitas dakwah dan
menambah acara keIslaman di televisi dan radio. Ia juga mengizinkan tokoh-tokoh
Ikhwanul Muslimin untuk berkoalisi dengan partai lain dalam memperebutkan
kursi parlemen. Dalam batas tertentu, pemerintahannya masih bersikap toleran
kepada kelompok Islam ekstrimis ini. Mubarak mulai bertindak tegas saat terjadi
penyerangan di salah satu kawasan wisata Mesir yakni Kairo dan Luxor yang
merupakan pilar ekonomi negara Mesir.43
Pemboman di Luxor pada tahun 1977 oleh kelompok Jama‟ah Islamiyah
menyababkan 58 turis asing tewas. Pemerintah pun memilih berkonfrontasi
dengan kelompok Islam ekstrimis hingga terjadi upaya pembunuhan terhadap
Mubarak pada saat ia di kota Addis Ababa, Ethiopia, pada 1995 oleh kelompok
Islam Jama‟ah Islamiyah.44 Upaya pembunuhan terhadap Mubarak oleh kelompok
Islam ekstrimis setidaknya terjadi sebanyak enam kali, dan Mubarak berhasil
selamat dari semua upaya pembunuhan tersebut.45 Dampak perlawanan dari
pemerintah tidak hanya terhadap kelompok Islam ekstrimis, semua kelompok
Islam termasuk yang moderat mendapat tekanan yang keras dari pemerintah

41
William E. Farrell, “Sadat Assassinated at Army Parade as Men Amid Ranks Fire Into
Stands: Vice President Affirms All Treaties”
http://www.nytimes.com/learning/general/onthisday/big/1006.html
42
Susan Muaddi Darraj, Modern World Leaders: Hosni Mubarak…, h. 60.
43
Lucy Dean, The Middle East and North Africa 2004, hal. 309.
44
Holly Fletcher, “Jamaat al-Islamiyya”, dalam http://www.cfr.org/egypt/jamaat-al-
islamiyya/p9156
45
BBC Indonesia. “Profil Husni Mubarak”, dalam
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/01/110129_profilmubarak diakses Rabu, 17 Mei 2017
pukul 14.16 WIB.
30

dalam eksistensinya. Ikhwanul Muslimin yang merupakan kelompok Islam


moderat serta memiliki dampak sosial yang signifikan di masyarakat Mesir pun
ikut tertindas.46
Adapun masalah luar negeri, Mubarak berhasil mengembalikan Gurun Sinai
pada April 1982 dalam proses damai dengan Israel.47 Selain itu, Mubarak
menghadapi situasi regional yang cukup sulit karena Mesir terisolasi dari Dunia
Arab akibat penandatanganan Perjanjian Camp David 1978 oleh Sadat. Mubarak
mencoba mengembalikan hubungan baik Mesir dengan dunia Arab lainnya. Pada
pertemuan puncak Liga Arab tahun 1987, setiap pemerintah diberi wewenang
untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Mesir. Irak yang saat itu sedang
terlibat perang berlarut-larut dengan Iran, mengambil kesempatan tersebut untuk
membeli perlengkapan militer dari Mesir.48 Pada bulan Juli 1990 Mesir diterima
kembali sebagai anggota49 serta berhasil memindahkan kembali markas besar
Liga Arab dari Tunisia ke Kairo.
Pada akhir tahun 1980-an, ekonomi Mesir mengalami penurunan tajam dari
penurunan harga minyak dan kemudian dilemahkan oleh penurunan jumlah
pengiriman uang dari tiga juta pekerja di luar negeri. Terlepas dari meningkatnya
beban hutang negara, pemerintah terus bergantung pada bantuan ekonomi luar
negeri, yang menyebabkan meningkatnya campur tangan IMF dalam kebijakan
ekonomi Mesir.50 Pada tahun 1991, pemerintah Mesir menandatangani Program
Reformasi Ekonomi dan Penyesuaian Struktural dengan IMF dan Bank Dunia.
Mata uang negara, pound Mesir, harus dinegosiasikan beberapa kali, tingkat suku
bunga dinaikkan, dan subsidi diturunkan pada makanan dan bahan bakar.51
Kebijakan ini merugikan terutama bagi warga Mesir kelas bawah, yang sering
melihat kelompok-kelompok Islam seperti Ikhwanul Muslimin untuk

46
Araş. Gör. İsmail, “Democratisation in Egypt From A Historical Perspective: Problems,
Pitfalls and Prospects”, Yönetim ve Ekonomi 22/1 (2015), h. 185.
47
Bulbul Abdurahman, “Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 118.
48
Britanica, “The Mubārak regime”, dalam https://www.britannica.com/place/Egypt/The-
Mubarak-regime diakses Kamis, 18 Mei 2017 pukul 10.18 WIB.
49
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Kairo (Jakarta: Tazkia
Publishing, 2012), h. 33.
50
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”, h.30.
51
K.V. Nagarajan, “Egypt‟s Political Economy…”, h. 31-32.
31

mendapatkan bantuan. Ikhwanul Muslimin memenuhi dan melayani kebutuhan


kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan jutaan warga Mesir yang belum
terlayani oleh negara.52
Selama tahun 1990-an Mubarak fokus pada reformasi pendidikan dan
ekonomi. Reformasi tersebut meliputi bantuan pembiayaan usaha kecil, pinjaman
untuk pengusaha perempuan, membangun garasi untuk armada Kairo dan
menyediakan bahan-bahan ajar tentang pendidikan lingkungan. Selain itu,
terdapat proyek untuk memperkuat militer seperti pelatihan dan penyediaan
pesawat jet tempur, artileri modern, tangki, dan kendaraan personel lapis baja.
Sebagian proyek ini bisa berjalan karena hubungan dekat antara Mesir dengan
Amerika Serikat.53
Selain dalam bidang pendidikan, ekonomi dan militer, Mubarak juga
melakukan reformasi dalam bidang sosial-politik. Ia melakukan demokratisasi
secara terbatas dengan terus memperkuat sistem multipartai serta kebebasan
berpendapat dan pers. Namun langkah demokratisasi yang dilakukan Mubarak
masih menuai kritik dan protes dari kelompok oposisi karena Undang-Undang
Darurat masih berlaku dan membatasi gerak partai politik.54 Mubarak juga
mengizinkan berbagai organisasi politik untuk eksis, kecuali ekstrimis Islam,
karena mereka telah menunjukkan kekerasan pada saat pembunuhan Sadat.55
Di bawah konstitusi, Mubarak memiliki kontrol penuh atas angkatan
bersenjata, pengadilan tinggi, dan sistem kepolisian. Ia juga memiliki hak veto
atas Majelis Nasional dan memiliki kendali atas banyak bidang lainnya. Karena
presiden adalah kepala cabang eksekutif dan memiliki kendali atas cabang
peradilan dan legislatif, sistem checks and balances telah dieliminasi dan presiden
sering menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan dukungan bagi partai
politiknya NDP.56 Seringkali, legislatif disalahgunakan sehingga presiden dapat

52
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 549.
53
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt, h. 215.
54
Bulbul Abdurahman, Dinamika Pemerintahan Mesir…”, h. 119.
55
Britanica, “The Mubārak Regime”, dalam https://www.britannica.com/place/Egypt/The-
Mubarak-regime
56
Shakeer Ahmad, The Egyptian Revolution…”, h. 6.
32

melakukan tindakan dan kebijakan yang tidak sesuai dengan konstitusional.


Seperti tindakan terhadap warga Mesir yang sering kali diadili secara tidak adil.57
Pemerintahan Mubarak yang terlampau lama melahirkan masalah-masalah
yang pernah terjadi di pemerintahan pendahulunya. Pemerintah yang dinilai
diktator, koruptif, kolusif, dan nepotisme, tingginya angka pengangguran dan
kemiskinan, penindasan politik terhadap oposisi pemerintahanya, serta kebebasan
berpendapat dan media pers dibatasi.58 Pada tahun 1995, Mubarak
memperkenalkan sebuah undang-undang yang akan memenjarakan wartawan atau
pemimpin partai apabila menerbitkan berita yang merugikan pemerintahannya.59
Permasalahan-permasalahan tersebut membuat kharisma Mubarak sebagai
orang nomor satu di Mesir turun. Oposisi terhadap berbagai kebijakan politik,
ekonomi, dan sosial berlanjut, terutama di antara kelompok buruh dan agama yang
tidak puas terhadap kebijakan Mubarak. Beberapa kelompok Islam ekstrimis
seperti al-Jihad, terus menggunakan terorisme melawan para pemimpin politik,
penulis sekuler, Kristen Koptik, dan turis asing. Pemerintah menindak aksi
pemogokan buruh, kerusuhan pangan, dan insiden kerusuhan lainnya yang
bertujuan untuk membatasi dorongan ekstrimis Islam untuk mengacaukan rezim
Mubarak. Hingga pada awal tahun 2000, tepatnya tahun 2003, terjadi perubahan
di panggung politik Mesir, karena munculnya aktivitas publik yang belum pernah
terjadi di Mesir sebelumnya. Pada tahun 2003 tersebut muncul gerakan sosial
bernama “Kifaya” yang mengarahkan langsung protesnya terhadap presiden.
Gerakan Kifaya menyuarakan protes atas kebijakan-kebijakan Mubarak yang
tidak pro terhadap rakyat dan ingin mengubah sistem politik yang selama ini
dipertahankan di Mesir. Adapun gerakan ini akan di bahas pada bab selanjutnya.

C. Biografi Husni Mubarak


Muhammad Husni Sayyid Mubarak lahir pada tanggal 4 Mei 1928 di sebuah
desa yang terletak di kawasan subur delta sungai Nil bernama Kafr el-Maselha,

57
Shakeer Ahmad, The Egyptian Revolution…”, h. 7.
58
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt,… h. 217.
59
Britanica, “The Mubārak regime”, dalam https://www.britannica.com/place/Egypt/The-
Mubarak-regime
33

provinsi Monufiyah, Mesir. Mubarak dibesarkan dalam sebuah keluarga


sederhana kelas menengah. Ayahnya merupakan seorang inspektur yang bekerja
untuk Kementrian Kehakiman. Ia menginginkan Mubarak untuk menumpuh
pendidikan di Higher Teacher College di Kairo dan menjadi guru sekolah, namun
Mubarak lebih memilih karir militer.60
Husni Mubarak menempuh sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di
Sahabin el-Koum. Setelah lulus dari pendidikan menengah, Mubarak bergabung
dengan Akademi Militer Mesir dan menerima gelar sarjana ilmu militer pada
tahun 1949. Setelah itu, Mubarak bergabung dengan Akademi Angkatan Udara, di
mana ia mendapatka izin sebagai pilot pada tanggal 13 Maret 1950 dan menerima
gelar sarjana ilmu penerbangan. Setelah menyelesaikan pendidikannya di
angkatan udara, Mubarak berangkat ke Uni Soviet untuk memperdalam ilmunya
di bidang angkatan udara di Frunze General Staff Academy (Akademi Pelaksana
Umum Frunze/Akademi Militer Frunze) hingga diangkat menjadi Komandan
Pangkalan Udara Barat Kairo pada tahun 1964.61
Mubarak tetap mengasah keahliannya mengudara dengan mengikuti
berbagai macam pelatihan, sehingga karirnya di angkatan udara semakin
gemilang. Pada bulan November 1967, Mubarak menjadi komandan Akademi
Angkatan Udara. Mubarak disebut-sebut sebagai pendorong meningkatnya jumlah
pilot dan navigator di angkatan udara. Dua tahun kemudian yakni pada tahun
1969, Mubarak diangakat menjadi kepala staf Angkatan Udara Mesir. Karirnya di
bidang militer tidak berhenti sampai di situ, Mubarak diangkat menjadi
Komandan Angkatan Udara Mesir dan Wakil Menteri Pertahanan Mesir pada
tahun 1972. Kemudian karir militernya mencapai puncak ketika ia dipromosikan
menjadi Air Chief Marshal (laksamana jenderal penerbangan) Mesir karena

60
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 548.
61
Encyclopedia, “Hosni Mubarak”, dalam
http://www.encyclopedia.com/politics/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/mubarak-
hosni, diakses Selasa 04 Juli 2017 pukul 11.51 WIB.
34

jasanya dalam Perang Arab-Israel pada tahun 1973.62 Mubarak dipandang banyak
orang telah sukses menunjukkan totalitasnya dalam perang 1973 antara negara-
negara Arab dengan Israel tersebut, dan pada tahun 1974 Mubarak dipromosikan
menjadi Letnan Jenderal.
Setelah berbagai pencapiannya yang luar biasa di bidang militer, pada bulan
April 1975, Mubarak diangkat menjadi Wakil Presiden Mesir oleh Presiden
Anwar Sadat. Mubarak sangat loyal mengikuti kebijakan-kebijakan politik Sadat.
Kemudian, pada tahun 1980 Mubarak diangkat menjadi Presiden NDP yang
merupakan partai terkuat di Mesir. Kemudian pada 14 Oktober 1981 Mubarak di
angkat menjadi presiden menggantikan Sadat yang tewas ditembak saat mengikuti
parade militer Mesir untuk memperingati Perang Arab-Israel 1973.
Mubarak menikah dengan seorang wanita keturunan Mesir-Inggris bernama
Suzanne Thabet pada tahun 1958. Suzanne lahir pada tahun 1941 di Minya,
sebuah kota dekat Sungai Nil yang terletak 250 km selatan Kairo, Mesir. Suzanne
merupakan putri dari seorang dokter dan perawat yang di besarkan di Heliopolis.
Ia mendapatkan gelar B.A. dalam ilmu politik pada tahun 1977 dan gelar M.A
dalam bidang sosiologi dan antropologi pada tahun 1982. Kedua gelar tersebut ia
dapatkan dari American University in Cairo (AUC).
Suzanne memiliki ketertarikan pada hak dan kesejahteraan anak-anak. Ia
juga telah mempromosikan banyak proyek untuk memperbaiki sekolah dan
membangun perpustakaan umum di Mesir.63 Suzanne memimpin sejumlah
museum, perpustakaan, dan yayasan seperti Dewan Nasional untuk Wanita (the
National Council for Women), Masyarakat Bulan Sabit Merah (Red Crescent
Society) Mesir, dan Gerakan Internasional Suzanne Mubarak untuk Perempuan
dan Perdamaian (the Suzanne Mubarak International Movement for Women and
Peace). Ia menerima banyak penghargaan internasional termasuk dari berbagai
institusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.64

62
Bobby Reza Satrian, “Hosni Mubarak” dalam
https://profil.merdeka.com/mancanegara/h/hosni-mubarak/ diakses Rabu 17 Mei 2017 pukul 14.08
WIB.
63
Arthur Goldschmidt Jr, A Brief History of Egypt, arh. 266.
64
Al-Jazeera, “Profile: Suzanne Mubarak”, dalam
35

Dari pernikahannya dengan Mubarak, Suzanne dikaruniai dua orang putra,


yakni Alaa al-Din Muhammad Husni el-Sayyid Mubarak (lahir, 1960) dan Gamal
al-Din Muhammad Husni el-Sayyid Mubarak (lahir, 1963). Alaa memilih berkarir
di dunia bisnis dan dikenal sebagai pengusaha sukses, sedangkan Gamal
mengikuti jejak ayahnya terjun ke dunia politik, dengan membina karir politiknya
lewat NDP.65

D. Kebijakan Politik Husni Mubarak


Adapun kebijakan-kebijakan politik Mubarak selama memerintah di Mesir
di antaranya:
1. Reformasi Politik
Tekanan internal terhadap reformasi tidak pernah berhenti selama masa
pemerintahan Mubarak. Meskipun ada seruan untuk melakukan reformasi politik
dari kelompok oposisi, Mubarak seringkali enggan melakukannya. Karena
Mubarak mengklaim bahwa stabilitas yang dibuat oleh Mubarak akan rusak bila
pintu reformasi politik dibuka.66 Selain itu, Mubarak juga telah mendapat banyak
dukungan dari sekutu Barat dan Arab karena telah memberikan kontribusi yang
sangat dibutuhkan pada stabilitas regional. Di saat yang sama, ketidakmampuan
Mubarak dalam mengatasi penyebaran ekstrimisme Islam atau memajukan
ekonomi dan sosial yang substansial di dalam negeri, telah menyebabkan
meningkatnya tekanan terhadap reformasi.
Upaya pertama Mubarak dalam memenuhi panggilan reformasi terjadi pada
tahun 2004. Ketika itu Mubarak menunjuk Ahmed Nazif (lahir. 1952) yang masih
muda sebagai perdana menteri (menjabat 2004-2011). Hal itu dianggap sebagai
perubahan kecil dalam reformasi politik Mesir, karena perdana menteri yang baru

http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/05/201151452710305808.html diakses
Selasa 03 Juli 2017 pukul 12.11 WIB.
65
Al-Jazeera, “Alaa Mubarak”, dalam
https://www.revolvy.com/topic/Alaa%20Mubarak&item_type=topic diakses pada Kamis, 8
Juni 2017 pukul 11.00 WIB.
66
Stevy Maradona “Hosni Mubarak, Cita-citanya Menjadi Da‟i Tapi Berakhir Menjadi
Tiran”, dalam http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/11/02/16/164282-
hosni-mubarak-citacitanya-menjadi-dai-tapi-berakhir-menjadi-tiran diakses Selasa 04 Juli 2017
pukul 11.40 WIB.
36

lebih muda dari pada pendahulunya. Mubarak ingin membentuk sebuah kabinet di
mana mayoritas menterinya berusia dibawah enam puluh tahun. Selain itu, arahan
Mubarak ini dapat memungkinkan lebih banyak kontak pejabat pemerintahan
dengan partai politik yang sebagian besar diawasi ketat oleh negara. Banyak yang
berharap bahwa reformasi semacam ini cukup menjadi bagian dari agenda
perdana menteri baru dan fokus presiden tetap tertuju pada misi reformasi
ekonomi seperti memerangi kemiskinan dan pengangguran.67
Dalam Kabinet Nazif kedua yang dibentuk pada awal tahun 2006, tidak
disebutkan secara jelas tentang agenda liberalisasi sistem politik, seperti
mengubah konstitusi, menghapuskan Undang-Undang Darurat, melembagakan
kebebasan pers, mengizinkan kebebasan berkumpul (termasuk demostrasi dan
pemogokan), dan mengizinkan warga mendirikan partai politik.68 Pada tahun 2004
juga merupakan bangkitnya elite baru di jajaran partai presiden, NDP. Putra
Mubarak yakni Gamal Mubarak, secara efektif mulai mengendalikan NDP.
Mengingat meningkatnya keterlibatan politik putra presiden tersebut, Gamal
disebut-sebut akan meneruskan kepemimpinan ayahnya sebagai presiden. Namun,
baik Gamal ataupun Mubarak membantah opini publik bahwa mereka akan
menciptakan “monarki republik” bergaya Suriah.69
Reformasi politik terbatas dilakukan pada tahun 2005, yakni dengan
diizinkannya kandidat oposisi dari berbagai partai politik untuk mencalonkan diri
sebagai presiden dan duduk di bangku parlemen. Hal ini dapat terjadi atas
amandemen konstitusi 1971 pasal 76 pada tanggal 25 Mei 2005. Pemilihan
presiden dan parlemen yang dilaksanakan pada bulan September sampai
Desember 2005 menandai puncak baru dalam perjuangan meraih kekuasaan di
arena politik dalam negeri di Mesir, serta memicu perdebatan tentang
kemungkinan membangun reformasi politik di negara-negara Arab.70

67
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 2.
68
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 2-3.
69
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 2-3.
70
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”, h. 257.
37

2. Undang-Undang Darurat
Undang-Undang Darurat pertama kali ditetapkan di Mesir pada masa
pemerintahan Nasser tahun 1958, sebagai undang-undang No. 162 tahun 1958.71
Keadaan darurat diumumkan pada tahun 1967 selama Perang Arab Israel 1967
yang berlangsung sampai tahun 1980. Setelah dicabut selama 18 bulan, Undang-
Undang Darurat kembali diumumkan dengan resolusi sementara No. 560/1981
selama satu tahun setelah pembunuhan Presiden Anwar Sadat.72 Setelah itu, pada
masa pemerintahan Mubarak Undang-Undang Darurat terus diperpanjang selama
tiga tahun sekali. Keadaan darurat yang terus berlanjut ini merupakan salah satu
keluhan warga Mesir dan kelompok oposisi terhadap pemerintahan Mubarak.
Selama pemberlakuan Undang-Undang Darurat ini, secara otomatis
kekuatan polisi diperpanjang, hak konstitusional ditangguhkan, sensor disahkan,
dan habeas corpus73 dihapuskan. Hal ini membatasi aktivitas politik non-
pemerintah, termasuk demonstrasi jalanan, organisasi politik yang tidak disetujui
dan donasi keuangan yang tidak terdaftar. Mubarak berhak menyensor, menyita,
atau mengkonversikan surat kabar, dan segala cara untuk berekspresi atau beriklan
sebelum dipublikasikan. Peraturan darurat ini juga memungkinkan Mubarak untuk
mengendalikan kampanye politik dengan mewajibkan agar semua rapat politik
harus melapor terlebih dahulu perihal tanggal, lokasi, dan perkiraan jumlah massa
ke polisi setempat, yang kemudian informasi ini diteruskan ke Kementerian
Dalam Negeri untuk mendapatkan persetujuan.74
Undang-Undang Darurat ini juga melegalkan penahanan warga sipil tanpa
batas waktu, tanpa pengadilan dan persidangan oleh pengadilan militer, melarang
pertemuan lebih dari lima orang, dan membatasi pidato atau orasi dan
perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama terhadap pemerintah.75

71
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 140.
72
Fidh, “The Emergency Law in Egypt” https://www.fidh.org/en/region/north-africa-
middle-east/egypt/THE-EMERGENCY-LAW-IN-EGYPT
73
Hak pada seseorang melalui suatu surat perintah pengadilan menuntut pejabat yang
melakukan penahanan atas dirinya (polisi ataupun jaksa), biasanya untuk memperoleh kebebasan.
74
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 549.
75
Fidh, “The Emergency Law in Egypt” https://www.fidh.org/en/region/north-africa-
middle-east/egypt/THE-EMERGENCY-LAW-IN-EGYPT
38

Dengan kata lain, penetapan peraturan darurat membuat Mubarak tidak hanya
dapat mengendalikan negara, tapi juga memberinya jalan untuk memanipulasi
politik Mesir.
Mubarak selalu memberikan alasan menangkal terorisme dalam
pemberlakuan Undang-Undang Darurat ini. Pemerintah sering menggunakan
undang-undang ini melawan kelompok Islam, kaum kiri yang dicurigai
melakukan kekerasan politik, penyelundup narkoba, pedagang mata uang ilegal,
dan bahkan pekerja yang mogok, demonstran mahasiswa pro-Palestina, dan
kerabat buron. Pada tahun 1990 pemerintah mengakui memiliki 2.411 orang
tahanan, 813 di antaranya dikenai dakwaan politik. Perkiraan jumlah tahanan pada
tahun 2002 adalah 15 ribu orang, terutama anggota Jama'at dan Ikhwanul
Muslimin.76 Selain itu, Mubarak mengklaim bahwa kelompok oposisi seperti
Ikhwanul Muslimin dapat memperoleh kekuasaan di Mesir jika pemerintah tidak
menekan kelompok tersebut melalui Undang-Undang Darurat. Hal ini
menyebabkan pemenjaraan aktivis Ikhwanul Muslimin tanpa melalui proses
peradilan, dengan fasilitas penahanan illegal yang tidak berdokumen. Namun,
Mubarak selalu berhati-hati dalam membatasi kekuatan militer dan menggunakan
paksaan untuk membatasi mereka dengan pasukan intelijennya, untuk
mengingatkan mereka bahwa Mubarak memiliki kekuatan tertinggi.
Seiring berjalannya waktu, ketidakpuasan umum terhadap Mubarak tumbuh,
dan Mubarak mulai menerapkan perubahan dalam ideologi politik. Mubarak
mulai memaksakan reformasi politik menuju pembebasan dan demokratisasi,
bukan karena Mubarak meyakininya, tapi lebih sebagai strategi bertahan. Pada
tahun 2006, Undang-Undang Darurat diperpanjang selama dua tahun meskipun
Mubarak sebelumnya berjanji (pada kampanye pemilihan presiden tahun 2005)
untuk melakukan reformasi termasuk mencabut Undang-Undang Darurat dan
menggantinya dengan tindakan lain, seperti membuat undang-undnag anti-
terorosme yang lebih spesifik.77

76
Arthur Goldschmidt Jr dan Robert Johnston, Historical Dictionary of Egypt, h. 140-141.
77
Daniel Williams, “Egypt Extends 25 Year Old Emergency Law” dalam
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/04/30/AR2006043001039.html
diakses Senin, 12 Juni 2017 pukul 23.36 WIB.
39

3. Kebijakan Pemilihan Presiden


Awal tahun 2005 Mubarak terlibat dalam dialog nasional tentang reformasi
pemilihan untuk Majelis Rakyat dan kepresidenan itu sendiri. Reformasi
dibicarakan pada bulan Juli 2005, hingga Mubarak mengumumkan niatnya untuk
mengambil masa jabatan presiden untuk kelima kalinya. Ia menjanjikan reformasi
lebih lanjut saat ia berkampanye untuk pemilihan presiden tahun 2005.78 Pada 26
Februari 2005, Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden
menuju ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya sejak 1952, rakyat Mesir
mendapat kesempatan untuk memilih pemimpin mereka dari daftar berbagai
kandidat dan ini pun menjadi pertama kalinya dalam sejarah pemerintahan Mesir.
Namun, aturan baru pemilihan presiden tersebut menerapkan berbagai
batasan dan aturan yang sulit.79 Salah satu kandidat Presiden saat itu, Ayman
Nour dari Partai al-Ghad mengatakan, aturan dan tekanan terhadap rakyat Mesir
yang dilakukan Mubarak membuat kandidat lainnya tidak bisa bersaing. Aturan
tersebut di antaranya: partai politik yang ingin mencalonkan kandidatnya minimal
harus memperoleh setidaknya 3% dari anggota Majelis Rakyat dan Dewan Syura,
serta setidaknya partai politik tersebut telah berdiri dan mendapat lisensi dari
negara 5 tahun sebelum tangal dimulainya pencalonan. Karena ketidakpuasaan
pihak oposisi terhadap reformasi politik yang masih dilakukan Mubarak secara
terbatas tersebut, akhirnya mereka menyerukan terhadap pemboikotan referendum
25 Mei 2005.80

4. Kebijakan Multipartai (al-Ta‟dudiyah al-Hizbiyah)


Mesir memiliki sistem multipartai sejak tahun 1970an dan hingga tahun
2006 terdapat 21 partai politik yang secara resmi disetujui oleh negara. 81 Partai
politik terbesar dan terkuat di Mesir adalah Partai Nasional Demokrat (NDP) yang

78
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 551.
79
“Reforming Egypt: In Search of A Strategy”…, h. 4.
80
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, (USA:Washington Institute
for Near East Policy, 2006), h. 5.
81
Anna Sundell, “Narration and Identity: Dealing with social and ideological heterogeneity
in the Kefaya Movement” LUND UNIVERSITY, Department of Political Science (2006), h. 17.
40

merupakan partai presiden Mubarak. Partai politik di Mesir dapat dikategorikan


berdasarkan orientasi sosial, ekonomi, profesi, agama, dan ideologi. Di bawah ini
adalah partai politik yang eksis pada masa pemerintahan Mubarak, dan tahun
berdirinya merupakan tahun di mana partai tersebut mendapatkan lisensi dari
negara, di antaranya:82
Tabel 2.1: Daftar Partai Politik pada Masa Presiden Mubarak
No Nama Partai Tahun Berdiri
1. Tagammu Party 1976
2. The Socialist Liberals (Al Ahrar) Party 1977
3. National Democratic Party (NDP) 1978
4. The Socialist Labour Party 1978
5. The New Wafd Party 1978
6. Ummah Party/The National Party 1983
7. Egypt Arab Socialist Party 1985
8. The Greens Party 1990
9. The Democratic Unionist Party 1990
10. Misr El-Fatah Party 1990
11. The Arab Democratic Nasserist Party 1992
12. The People Democratic Party 1992
13. The Social Justice Party 1993
14. Takaful Party 1995
15. National Conciliation (Al-Wifak) Party 2000
16. Misr (Egypt) 2000 Party 2001
17. Democratic Generation (El-Geel) Party 2002
18. Al-Ghad (Tomorrow) Party 2004
19. Free Social Constutional Party 2004
20. Egypt Youth Party 2005
21. Democratic Peace Party 2005
22. Conservatives Party 2006
23. Free Public Party 2006
24. Democratic Front Party 2007
25. Wasat Party 2011
26. Karama Party 2011
Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidensial multipartai atau
sistem pemerintahan yang menggabungkan dua sistem pemerintahan, yakni
presidensial dan parlementer. Secara teoritis, kekuasaan eksekutif dibagi antara
presiden dan perdana menteri. Dalam sistem ini, presiden dipilih oleh Rakyat

82
Alwatan, ”The Development of the Partisian Life in Egypt”, dalam
http://www.sis.gov.eg/newvr/son2011/en/party.pdf diakses Kamis, 8 Juni 2017 pukul 11.56 WIB.
Lihat juga, Galal Amin, 1111-1891 ‫( يصر و يصريىٌ في عهد يبارك‬Misr wa-l-Misriyyun fi „ahd
Mubarak 1981-2011), (Cairo: American University in Cairo Press, 2011), hal. 3-5.
41

sehingga memiliki kekuasaan yang kuat. Namun di Mesir sendiri dalam


praktiknya kekuasaan hanya terpusat pada presiden, yang selama ini dipilih
melalui referendum dengan kandidat tunggal.83

83
Mona Clara, “Sistem Pemerintahan Mesir”, dalam https://prezi.com/m/uwslp-
qlyapy/sistem-pemerintahan-mesir/ diakses Jumat, 16 Juni 2017 pukul 09.35 WIB.
BAB III
GERAKAN KIFAYA

Nahed Ezzeldeen, dosen di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Politik Universitas


Kairo, mengatakan bahwa dalam opini publik Mesir, citra seorang politisi sering
kali dianggap negatif. Hal tersebut merupakan sebuah pandangan umum
masyarakat Mesir terhadap kelas politik di Mesir yang diekspresikan oleh
keyakinan bahwa politisi adalah seorang pendusta, oportunis, dan manipulator.
Stigma tersebut muncul karena adanya sosok penguasa lalim dalam sejarah masa
lalu Mesir, yaitu Fir‟aun yang diktator. Anggapan negatif tentang penguasa atau
politisi di Mesir tersebut telah menimbulkan kebencian orang Mesir terhadap
diktator1 dan despotisme,2 yang dalam hal ini mereka mengekspresikan
kemarahan dan kebencian itu melalui cara yang tidak langsung. Mereka tetap
diam di depan umum, menceritakan dan bertukar lelucon secara rahasia dengan
teman dan kerabat dalam percakapan mereka sehari-hari.3
Masyarakat Mesir tradisional di pedesaan sangat bergantung pada otoritas
pemerintah pusat. Mereka lebih memilih stabilitas dari pada perubahan. Karena
alasan ini pula, mereka lebih memilih mematuhi penguasa dan berada di bawah
otoritas tersebut.4 Penguasa atau kepala negara di Mesir selalu menikmati otoritas
tak terbatas yang diiringi dengan sikap “pengagungan” atau istilah yang Hamdi A.
Hasan gunakan yakni “deifikasi” (pendewaan).5 Selain itu, kerangka hukum dan
konstitutional negara Mesir tahun 1971 turut mendukung situasi tersebut. Dalam
konstitusi 1971 disebutkan bahwa presiden dicalonkan melalui parlemen
kemudian dipilih oleh rakyat melalui referendum tanpa lawan atau saingan.
Konsep pergantian kekuasaan tidak berdasarkan persetujuan seluruh anggota yang

1
Kepala pemerintahan yang mempunyai kekuasaan mutlak, biasanya diperoleh melalui
kekerasan atau dengan cara yang tidak demokratis.
2
Sistem pemerintahan dengan kekuasaan tidak terbatas dan sewenang-wenang.
3
Nahed Ezzeldeen, “Protes Movements in Egypt: The Case of Kefaya”, RAMSES
Working Paper (2010), h. 29.
4
Nahed Ezzeldeen, “Protes Movements in Egypt: The Case of Kefaya”, h. 29.
5
Hamdy A. Hassan, “Civil Society in Egypt under the Mubarak Regime“, Afro Asian
Journal of Social Sciences, Volume 2, No. 2.2, Quarter II (2011), h. 1.

42
43

terlibat (bersifat konsensual) dan terlihat ambigu, terutama setelah diperkenalkan


amandemen konstitusi pada tahun 1980. Presiden dapat mencalonkan diri untuk
jangka waktu yang tidak terbatas, dan secara praktis presiden dapat mengabadikan
masa jabatannya seumur hidup.6 Meskipun demikian, gerakan politik, seperti
gerakan Kifaya, bisa muncul dan berkembang dalam konteks masyarakat Mesir
yang sebagian masih mempunyai pandangan bahwa penguasa merupakan orang
yang agung dan mutlak untuk dipatuhi.
Reformasi politik jarang menjadi titik temu bagi masyarakat Mesir, baik itu
dari kalangan biasa maupun aktivis, seperti mahasiswa atau pekerja. Karena, pada
umumnya prilaku protes masyarakat Mesir sering kali didorong oleh kesulitan
ekonomi.7 Seperti, peristiwa kerusuhan di Mesir tahun 1977 yang disebut juga
dengan “Revolusi Roti” di era Presiden Sadat.8 Namun, akibat rasa frustasi warga
Mesir terhadap kebijakan Mubarak, gerakan Kifaya dengan lantang menyerukan
perubahan rezim Mubarak yang sudah terlampau lama dan dianggap menghambat
laju demokrasi di Mesir.
Berikut akan dibahas mengenai latar belakang gerakan Kifaya berdiri,
tokoh-tokoh, dan strategi gerakan Kifaya dalam mencapai tujuannya.

A. Latar Belakang Gerakan Kifaya Berdiri


Gerakan Kifaya adalah sebuah gerakan sosial yang berorientasi pada politik.
Gerakan Kifaya muncul di Mesir pada awal tahun 2000 bertepatan dengan
berkembangnya media baru. Media Baru adalah istilah pada abad ke-21 yang
digunakan untuk mendefinisikan semua yang terkait dengan internet dan interaksi antara
teknologi, gambar dan suara.9 Kata Kifaya dalam bahasa Indonesia memiliki arti
“cukup” dan Kifaya menjadi nama de facto dari “Gerakan Mesir untuk

6
Hamdy A. Hassan, “Civil Society in Egypt under the Mubarak Regime”, h. 1-2.
7
Nahed Ezzeldeen, “Protes Movements in Egypt: The Case of Kefaya”, h. 31.
8
Abdullah Al-Arian, “Egypt: Reduxing the Past”, dalam
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2011/02/20112110358461902.html diakses Jumat, 11
Agustus 2017 pukul 11.42 WIB.
9
Bailey Socha dan Barbara Eber Schmid, “Whats is New Media?”, dalam
http://www.newmedia.org/what-is-new-media.html diakses Selasa, 27 Juni 2017 pukul 19.26
WIB.
44

Perubahan” (el-Haraka el-Masreyya men agl el-Taghyeer).10 Abdel Halim Qandil,


selaku juru bicara gerakan ini mengatakan bahwa, dalam sejarah Mesir kata
Kifaya digunakan untuk menggambarkan ketidakpuasan rakyat terhadap
pemerintah. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari orang Mesir, kata Kifaya juga
digunakan sebagai istilah di pertandingan sepak bola.11 Kifaya menjadi gerakan
pertama yang langsung mengarahkan tuntutanya kepada Presiden Mubarak agar
lengser dari jabatanya.12 Adapun latar belakang gerakan Kifaya berdiri adalah
sebagai berikut:

1. Faktor Internal (Dalam Negeri)


Gagasan dalam mendirikan gerakan Kifaya pertama kali disepakati pada
bulan November tahun 2003 dalam sebuah pertemuan di rumah pemimpin Partai
Wasat (Partai Tengah), Abu Ala Madi. Partai Wasat merupakan partai berideologi
Islam moderat yang didirikan pada tahun 1996 oleh Abu al-Ala Madi sendiri. Ia
sebelumnya merupakan anggota Ikhwanul Muslimin yang kemudian berhenti dari
organisasi dan membentuk partai sendiri yakni Partai Wasat yang didedikasikan
untuk memadukan nilai-nilai liberal dan Islam. 13
Pertemuan yang diadakan di kediaman Abu Ala Madi tersebut dihadiri oleh
perwakilan organisasi politik dari berbagai ideologi di Mesir, di antaranya:
Nasseris14 yang diwakili oleh Partai Karama (Dignity Party/Partai Martabat),15

10
Killian B. Clarke, “Kefaya Movement Media (Egypt) dalam John D. H. Downing (Ed.),
Encyclopedia of social movement media, (USA, SAGE Publications, Inc, 2011), h. 288.
11
Sherif Mansor, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya, the
Egyptian Movement for Change” dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 206.
12
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses: Social Media and Oppositional
Movements in Egypt 2004-2011”, Journal of Communication (2012), h. 236.
13
Amr Hamzawy dan Nathan J. Brown, “Can Egypt‟s Troubled Elections Produce a More
Democratic Future? “ (Washington, Carnegie Endowment for International Peace, 2005), h. 2.
14
Nasserisme adalah ideologi politik nasionalis Arab yang didasarkan pada pemikiran
mantan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser. Ideologi politik Nasserisme ini memiliki pengaruh
besar pada politik pan-Arab di tahun 1950an dan 1960an. Selama masa pemerintahan Mubarak,
cakupan anggota Nasserisme pada umumnya penulis, intelektual dan partai oposisi kecil. Di Mesir
sendiri partai Nasseris berperan sebagai penerus Nasser dan Serikat Sosialis Arabnya. Nasseris
hari ini menekankan dukungan mereka terhadap demokrasi, dan menjelaskan autokrasi Nasser
yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan revolusionernya. Lihat, Saylor.org, “Nasserism”,
dalam https://www.saylor.org/site/wp-content/uploads/2011/06/Nasserism.pdf diakses Sabtu, 12
Agustus 2017 pukul 20.44 WIB.
45

Sosialis Marxis yang diwakili oleh Organisasi Sosialis Revolusioner (The


Revolutionary Socialist Organization), Liberal yang diwakili oleh Partai al-Ghad
(Tomorrow Party/Partai Hari Esok), dan Islamis yang diwakili oleh Partai Wasat
(Center Party/Partai Tengah) dan Partai Buruh.16 Pertemuan tersebut juga dihadiri
oleh beberapa tokoh independen, seperti George Ishaq seorang intelektual dan
Majid Ahmad Husein.17 Saat itu, semua partai politik yang hadir dalam pertemuan
tersebut bukanlah partai politik yang dilisensikan secara resmi oleh negara,
kecuali Partai al-Ghad. Partai al-Ghad didirikan oleh Ayman Nour yang keluar
dari Partai Wafd Al-Ghadeed (New Delegation Party/New Wafd Party/Partai
Delegasi Baru)18 pada tahun 2001, dan mendapat lisensi dari negara pada tahun
2004.19
Dalam pertemuan itu mereka membahas prospek politik pemilihan presiden
dan parleman yang dijadwalkan pada tahun 2005. Mereka bersepakat untuk
membentuk sebuah komite yang terdiri dari tujuh anggota. Setelah diskusi yang
panjang selama delapan bulan pertama di tahun 2004 (dari bulan Januari sampai
bulan Agustus), akhirnya munculah kesepakatan untuk mendeklarasikan gerakan
Kifaya pada bulan Agustus 2004 sebagai koalisi gerakan sosial yang berorientasi

15
Partai Karama adalah partai sayap kiri Pan-Arab, Nasionalis, Nasseris yang didirikan
oleh Hamdeen Sabahi dan Amin Iskander pada tahun 1996, diketuai oleh Mohamed Samy. Selama
era pemerintahan Mubarak, Partai Karama mengecam pemerintah karena memonopoli kekuatan
politik dan membatasi aktivitas kelompok oposisi. Pengajuan status hukum dan legalisasi Partai
Karama pada tahun 2002, 2004 dan 2006 selalu ditolak oleh pemerintahan Mubarak, salah satu
alasanya karena Partai Karama mendukung ideologi radikal. Partai Karama baru mendapatkan
legalisasi partainya pada Agustus 2011 setelah revolusi yang menumbangkan pemerintahan
Mubarak di Mesir. Lihat, Carnegie Endowment,“Karama Party”, dalam
http://carnegieendowment.org/2012/02/15/karama-party-pub-54830 diakses Selasa, 22 Agustus
2017 pukul 22.29 WIB.
16
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, Comparative Political
Studies, Volume 42 Number 8 (August, 2009), SAGE Publications, h. 1019.
17
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 11.
18
Partai Wafd al-Misri atau Partai Delegasi Mesir merupakan salah satu partai politik
tertua di Mesir yang berperan dalam mendapatkan kemerdekaan Mesir dari Inggris. Didirikan oleh
Sa‟ad Zaghlul pada 13 November 1918, sebagai delegasi orang-orang Mesir pada konferensi
perdamaian setelah Perang Dunia I. Wafd mengorganisir dirinya sebagai partai pada September
1923. Partai Wafd dibentuk kembali oleh Fouad Serageddin pada 4 Februari 1978 dengan nama
Partai Wafd Al-Ghadeed (New Wafd Party) sesuai dengan legalisasi sistem multipartai Presiden
Anwar Sadat. Lihat, “Wafd: Political Party, Egypt” diakses pada Selasa, 22 Agustus 2017 pukul
21.13 WIB dari: https://www.britannica.com/topic/Wafd
19
Carnegie Endowment, “Ghad Party”, dalam
http://carnegieendowment.org/2011/09/20/ghad-party-pub-54828 diakses Selasa, 22 Agustus 2017
pukul 20.04 WIB.
46

kepada politik.20 Nama Kifaya dipilih karena mencerminkan slogan kampanye


nasional untuk perubahan (national campaign for change).
Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh 300 intelektual dari perwakilan
organisasi politik dan tokoh independen yang hadir pada pertemuan November
tahun 2003, termasuk di antaranya akademisi, seniman, pelajar, pekerja dan petani
dari Partai Wasat, Karama, Organisasi Sosialis Revolusioner, al-Ghad, Wafd,
Tagammu21 dan Partai Buruh. Kesepakatan yang telah ditandatangani kemudian
dibacakan dan didiskusikan dalam sebuah konferensi yang dilaksanakan pada 21
September 2004 di Kairo, bertepatan dengan konferensi tahuanan NDP.
Konferensi yang dihadiri oleh sekitar 500 orang tersebut mengusung tema
The Egyptian for Change atau “Mesir untuk Perubahan” dan memilih 35 aktivis
untuk mengkoordinir gerakan tersebut. Tujuh di antaranya bertanggung jawab
untuk aktifitas sehari-hari gerakan Kifaya.22 Terlepas dari perbedaan ideologi
politik mereka, tujuan bersama dan prinsip dasar dibentuknya gerakan ini adalah
untuk menentang kontrol terus menerus terhadap iklim politik Mesir oleh rezim
Mubarak dan partainya NDP.23 Di antara tuntutan gerakan Kifaya sekaligus
menjadi faktor internal dalam berdirinya gerakan ini di antaranya:
Pertama, gerakan Kifaya menginginkan berakhirnya pemerintahan Mubarak
di Mesir. Kedua, mencegah putra Mubarak, Gamal, untuk menggantikan posisi
ayahnya sebagai presiden. Dua tujuan ini dilatarbelakangi oleh tiga peristiwa di
tahun 2005 yakni: Referendum Mei 2005 untuk menyetujui amendemen konstitusi
yang mengizinkan pemilihan presiden multipartai, pemilihan presiden pada bulan
September 2005, dan pemilihan parlemen pada bulan Oktober dan November

20
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 288.
21
Hizb al-Tagamu al-Watani al-Taqadomi al-Wahdawi (National Progressive Unionist
Organization/Partai Unionist Progresif Nasional) didirikan oleh mantan Perwira Bebas Khalid
Muhyiuddin pada tahun 1976. Tagammu merupakan partai politik sosialis (sayap kiri) yang
anggotanya terdiri dari orang-orang Marxis dan Nasseris. Partai Tagammu dianggap sebagai
pembela prinsip-prinsip Revolusi Mesir tahun 1952. Lihat, Carnegie Endowment, “Tagammu
Party” dalam http://carnegieendowment.org/2011/09/22/tagammu-party-pub-54896 diakses pada
Rabu, 23 Agustus 2017 pukul 14.04 WIB.
22
International Crisis Group 2005, Reforming Egypt: In Search of A Strategy: 4 October
2005, Middle East/North Africa Report N°46, hal. 11.
23
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egyp‟s Quest for Democracy”, h. 1013.
47

2005.24 Gerakan Kifaya memanfaatkan tiga momen tersebut untuk mereformasi


sistem politik yang selama ini berjalan dan dipertahankan di Mesir. Dalam hal ini,
di antaranya, kebijakan dalam jumlah kandidat saat pemilihan presiden dan masa
jabatan presiden yang tidak dibatasi.
Sepanjang tahun 2005 ini, gerakan Kifaya mempertahankan kehadiran dan
eksistensinya di jalanan Kairo, mengadakan demonstrasi secara terus-menerus,
bentrok dengan petugas penegak hukum, dan hal ini menarik perhatian baik dalam
maupun luar negeri.25 Seruan untuk mengakhiri pemerintahan Mubarak ini
mendorong tuntutan untuk pemilihan presiden dan parlemen yang demokratis di
Mesir. Munculnya gerakan Kifaya dan aktivitas gerakan mereka menandakan
sebuah era baru dalam masyarakat politik Mesir.26

2. Faktor Eksternal (Luar Negeri)


Selain dorongan yang kuat untuk reformasi yang muncul dari dalam Mesir
sendiri, faktor eksternal seperti peristiwa-peristiwa di awal tahun 2000 yang
terjadi di negara-negara Timur Tengah lainnya, secara tidak langusung turut
melatarbelakangi gerakan Kifaya untuk berdiri. Adapun faktor ekternal tersebut di
antaranya: dorongan Amerika Serikat untuk menggalakan demokrasi di Timur
Tengah, peristiwa Intifada kedua Palestina pada tahun 2000, dan pengaruh invasi
Amerika Serikat ke Irak tahun 2003.
Dorongan Amerika Serikat untuk menggalakan demokrasi di Timur Tengah
memang tidak secara langsung melatarbelakangi gerakan Kifaya untuk berdiri.
Tetapi salah satu motif Amerika Serikat yakni “menciptakan stabilitas politik”
dengan membangun rezim yang demokratis selaras dengan tujuan gerakan Kifaya.
Meskipun demikian, tidak ada intervensi Amerika Serikat terhadap gerakan
Kifaya. Gerakan Kifaya sendiri kontra atau menentang Amerika Serikat. Hal ini
terbukti karena Kifaya menentang intervensi Amerika Serikat ke Irak pada Maret
2003 saat Kifaya masih menjadi gerakan anti-perang.27

24
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 288.
25
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 288.
26
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1013.
27
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1021.
48

Sedangkan peristiwa Intifada kedua Palestina pada tahun 2000, dan


pengaruh invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 memiliki dampak langsung
terhadap berdirinya gerakan Kifaya. Karena gerakan Kifaya merupakan
transformasi dari gerakan solidaritas untuk Intifada Palestina tahun 2002 dan
gerakan anti-perang untuk menentang invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003.
Dampak dari dua peristiwa regional tersebut mengubah secara drastis iklim politik
di Mesir.28

a. Amerika Serikat dan Demokratisasi Timur Tengah


Amerika Serikat mengaku telah tertarik pada agenda demokratisasi yang
lebih besar di dunia Arab terutama sejak peristiwa 11 September 2001. Peristiwa
yang dikenal sebagai serangan 9/11 (September 2011) ini merupakan serangkaian
pembajakan empat maskapai penerbangan Amerika Serikat dan serangan bunuh
diri yang dilakukan oleh 19 orang yang terkait dengan kelompok Islam ekstrimis
al-Qaeda.29 Pesawat pertama dan kedua diterbangkan ke World Trade Center
(WTC) di New York, pesawat ketiga menabrak gedung Pentagon di Washington
D.C, dan pesawat keempat jatuh disebuh lapangan di Pennsylvania.
Serangan ini menyebabkan sekitar 3000 orang Amerika yang berada di
lokasi kejadian meninggal dunia.30 Peristiwa ini memicu Amerika Serikat untuk
memerangi terorisme dan menjadi bagian dari upaya untuk mengurangi
destabilisasi politik di Timur Tengah.31 Hal ini seperti yang Presiden George W.
Bush sampaikan dalam pidatonya pada tahun 2003 untuk National Endowment for
Democracy bahwasanya apabila kebebasan di negara-negara Timur Tengah
dibatasi dan dibiarkan tidak berkembang, maka Timur Tengah akan tetap menjadi
tempat stagnasi atas kebencian dan kekerasa yang siap diekspor ke mana pun

28
Housam Darwisheh, “Regime Survival Strategies and the Conduct of Foreign Policy in
Egypt”, Middle East Review of IDE-JETRO, Vol. 2 (2015), h. 49.
29
Karam Muhammad Zuhdi, et al., Kritik Internal Terhadap Al-Qaeda: Bahaya dan
Kesalahan Ideologinya (Jakarta, Lazuardi Biru, 2012), h. 14-15.
30
History, “9/11 Attacks”, dalam http://www.history.com/topics/9-11-attacks diakses
Jumat, 30 Juni 2017 pukul 12.28 WIB.
31
Musthafa Abd Rahman, “Demokrasi di Arab dan Standar Ganda AS”, dalam
http://internasional.kompas.com/read/2011/04/25/08254212/Demokrasi.di.Arab.dan.Standar.Gand
a.AS diakses Rabu, 28 Juni 2017 pukul 15.21 WIB.
49

sewaktu-waktu.32 Dengan kata lain, tidak adanya demokrasi berandil besar


terhadap tumbuh berkembangnya radikalisme dan aksi kekerasan di Timur
Tengah. Maka dari itu, pemerintah Amerika Serikat menyadari bahwa meredam
kekerasan dan terorisme di Timur Tengah adalah agenda yang mendesak serta
harus dibarengi dengan penguatan dan penyebaran demokrasi.33
Dengan runtuhnya Uni Soviet dan tumbuhnya Islamophobia di Barat setelah
peristiwa 9/11, Mubarak memposisikan rezimnya sebagai pembela sekularisme di
Mesir dan dunia Arab, serta ikut menentang terhadap terorisme yang merupakan
musuh baru Amerika Serikat tersebut. Mubarak meluncurkan kebijakan dalam
memerangi teror (war on terror) yang menindas Ikhwanul Muslimin dan segala
bentuk oposisi terhadap pemerintahannya. Kebijakan tersebut dibuat atas nama
menegakkan keamanan nasional dengan keadaan darurat dan pengadilan militer.34
Amerika Serikat telah menggunakan berbagai cara untuk menerapkan
demokratisasi di Timur Tengah, termasuk dengan intervensi militer. 35 Salah satu
langkah yang diambil Amerika Serikat dalam menerapkan demokrasi di Timur
Tengah adalah melalui program bernama Greater Middle East (GME) atau
“Kemitraan AS-Timur Tengah” tahun 2002. Program ini bertujuan
mempromosikan reformasi politik, ekonomi, dan sosial di Timur Tengah dengan
cara membangun demokrasi dan pemerintahan yang baik, membangaun sebuah
masyarakat yang berpengetahuan dan memperluas peluang ekonomi.36

b. Intifada Kedua Palestina Tahun 2000


Cikal bakal gerakan Kifaya bermula dari serangkaian demonstrasi yang
dilakukan rakyat Mesir untuk aksi solidaritas terhadap peristiwa Intifada Palestina

32
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement, h. vii.
33
Unisosdem, “AS dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah”, dalam
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2429&coid=3&caid=22&gid=4 diakses Kamis,
29 Juni 2017 pukul 24.37 WIB.
34
Housam Darwisheh, “Regime Survival Strategies…”, h. 49.
35
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement, h. vii.
36
Al-Bab.com, “Greater Middle East Partnership” dalam http://al-bab.com/documents-
section/greater-middle-east-partnership diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 24.22 WIB.
50

kedua pada tahun 2000.37 Peristiwa ini menandai dimulainya era baru politik
jalanan Mesir. Ribuan mahasiswa dan siswa sekolah menengah atas turun ke
jalan-jalan Mesir dalam rangka mengekspresikan kekecewaan meraka terhadap
rezim Mubarak.
Kata Intifada memiliki arti “gerakan” atau “guncangan” yang juga bisa
diartikan sebagai “kebangkitan” atau “perlawanan”. Intifada Palestina sendiri
merupakan istilah atas peristiwa pemberontakan bangsa Palestina melawan
pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai salah satu cara untuk
mencapai kemerdekaan dan kebebasan.38 Intifada Palestina pertama berlangsung
pada bulan Desember tahun 1987 sampai 1993, dan Intifada kedua yang disebut
juga “Intifadha al-Aqsa” dimulai pada 29 September 2000 sampai 8 Februari
2005. Disebut Intifadha Al-Aqsa karena peristiwa ini dimulai di Masjid al-Aqsa.
Intifada kedua ini pecah akibat dipicu oleh kunjungan provokatif perdana
menteri Israel ke-11 Ariel Sharon (wafat, 2014) dan sekitar 1000 orang bersenjata
ke kawasan Masjid al-Aqsa.39 Ariel Sharon mendeklarasikan bahwa situs suci
ketiga umat Islam (setelah Makkah dan Madinah) tersebut akan berada di bawah
kendali Israel.40 Pernyataan itu memicu protes besar-besaran dan bentrok
berkepanjangan, antara Palestina dan Israel hingga lima tahun lamanya.

c. Invasi Amerika Serikat ke Irak


Sebelum melakukan invasi ke Irak pada bulan Maret 2003, Amerika Serikat
gencar menggalakan isu reformasi dan demokrasi di dunia Arab. Amerika Serikat
berdalih, salah satu misi menyerang Irak adalah mengubah rezim Saddam Hussein
dengan pemerintahan demokratis yang kelak akan menjadi contoh bagi negara-

37
Baheyya, “Kifaya: Asking the Right Questions”, dalam
http://baheyya.blogspot.co.id/2005/04/kifaya-asking-right-questions.html diakses Kamis, 29 Juni
2017 pukul 23.51 WIB.
38
Oxford Dictionaries, “Intifada”, dalam
https://en.oxforddictionaries.com/definition/intifada diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 22.40
WIB.
39
Michael Scott-Baumann, Crisis in the Middle East: Israel and the Arab States 1945–
2007 (London: Hodder Education, 2009), h. 101.
40
Republika, “Intifada Ketiga?”, dalam
http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/15/10/12/nw3noe1-intifada-ketiga diakses Kamis,
29 Juni 2017 pukul 23.11 WIB.
51

negara Arab lainnya. Amerika Serikat juga ingin menciptakan realita politik baru
di Timur Tengah demi menjaga kepentingannya serta menjamin keamanan Israel
dengan runtuhnya acaman Irak pasca era Saddam Hussein.41 Selain isu demokrasi,
Minyak juga menjadi motivasi dibalik invasi Amerika ke Irak ini.42 Iklim politik
Mesir berubah secara drastis akibat invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun
2003 ini. Pada hari pertama bom turun di Baghdad, ribuan pemrotes turun ke jalan
menyuarakan kemarahan mereka, dan selama satu hari penuh pemrotes
menduduki lapangan Tahrir Square di pusat kota Kairo, Mesir.43
Setelah peristiwa invasi Amerika Serikat ke Irak, para aktivis yang
melakukan aksi solidaritas untuk peristiwa Intifada Palestina tahun 2000
membentuk gerakan anti-perang Mesir. Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam
gerakan anti-perang ini menunjukan kemarahan mereka atas Amerika Serikat
yang melakukan agresi militer melawan Irak, dan motif lain Amerika dibalik
invasi militer tersebut. Bahkan para mahasiswa di Universitas Al-Azhar di Mesir
membakar bendera Amerika Serikat dan Israel untuk mengekspresikan kemarahan
mereka terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat tersebut. 44 Kegagalan
Mesir dan pemerintahan Arab lainnya untuk mencegah invasi Amerika Serikat ke
Irak, serta mengatasi berbagai kesulitan pertumbuhan ekonomi mendorong massa
untuk menentang rezim Mubarak yang diawali dengan sebuah proses panjang
aktivisme dan protes jalanan.45
Demostrasi anti-perang ini kemudian bertransformasi menjadi gerakan
politik baru yang dikenal sebagai gerakan Kifaya dan menjadi demostrasi publik
pertama melawan Presiden Mubarak dan memintanya untuk lengser dari
jabatannya. Peristiwa invasi Amerika Serikat ke Irak merupakan peristiwa

41
Unisosdem, “AS dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah” dalam
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2429&coid=3&caid=22&gid=4
42
Democratic Underground, “The Purpose of the U.S. Invasion and Occupation of Iraq”,
dalamhttps://www.democraticunderground.com/discuss/duboard.php?az=view_all&address=389x
1714474 diakses Rabu, 23 Agustus 2017 pukul 14.32 WIB.
43
Tamir Moustafa, The Struggle for Constitutional Power: Law, Politics, and Economic
Development in Egypt (New York: Cambridge University Press, 2007), h. 209.
44
Voa News, “Anti-War Protest Continue for 3 rd Day in Egypt”, dalam
https://www.voanews.com/a/a-13-a-2003-03-22-35-anti-war-67304142/381153.html diakses
Jumat 30 Juni 2017 pukul 24.17 WIB.
45
Housam Darwisheh, “Regime Survival Strategies…”, h. 50.
52

pertama kalinya dalam sejarah modern Timur Tengah bahwa kekuatan atau
pasukan asing secara fisik mengambi alih sebuah negara setelah era poskolonial.46
Para aktivis gerakan anti-perang 2003 ini meneriakan slogan anti pemerintah,
karena menganggap pemerintah Mesir telah gagal menerapkan implikasi atau
keterlibatan jangka panjang perang Irak.47
Kemudian pada tahun 2004, juru bicara kampanye aksi solidaritas Palestina
dan anti-perang mendeklarasikan gerakan Kifaya yang menargetkan Mubarak dan
menciptakan reformasi sistem politik di Mesir.48 Dengan kata lain, gerakan Kifaya
sebenarnya merupakan “siklus ketiga” aktivisme yang mengikuti gerakan
sebelumnya yakni aksi solidaritas pro-Intifada tahun 2000 dan gerakan anti perang
pada tahun 2003.49 Meskipun awalnya dimulai dengan slogan aksi solidaritas,
aktivis gerakan Kifaya dapat mengubah aksi ini ke gerakan oposisi yang
menyerukan reformasi politik di Mesir dan berakhirnya pemerintahan Presiden
Mubarak.50
Faktor ekternal memiliki pengaruh penting dalam membantu proses
demokrasi, namun tetap posisinya hanya sebagai pendukung saja. Lahir dan
lestarinya proses demokrasi tergantung pada faktor internal (dalam negeri), baik
menyangkut bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Hal ini seperti yang
Nadia Oweidat katakan dalam bukunya The Kefaya Movement: A Case Study of a
Grassroots Reform Initiative, bahwa gerakan reformasi adat/dalam negeri
(indigenous reform) adalah posisi terbaik untuk memajukan demokrasi di negara
mereka sendiri.51 Proses demokrasi tidak hanya sekedar membuat sistem
multipartai atau menyelenggarakan pemilu secara periodik, tetapi mencakup

46
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1021.
47
Paul Schemm, “Egypt: Mubarak Struggles to Control Anti-War Protests”, dalam
https://www.greenleft.org.au/content/egypt-mubarak-struggles-control-anti-war-protests diakses
Jumat, 30 Juni 2017 pukul 02.37 WIB.
48
Hossam el-Hamalawy, “How Palestine‟s Uprising Inspired Egypt‟s”, dalam
https://electronicintifada.net/content/how-palestines-uprising-inspired-egypts/9253 diakses Jumat,
30 Juni pukul 02.33 WIB.
49
Rabab El-Mahdi, “The Democracy Movement: Cycles of Protest” dalam Egypt The
Moment of Change (Ed. Rabab El-Mahdi dan Philip Marfleet), (New York: Zed Books, 2009), h.
93
50
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 236.
51
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. vii.
53

penegakan hukum dan prinsip hak asasi manusia, suksesi kekuasaan secara damai,
pemisahan kekuasaan secara jelas antara legislatif, yudikatif, dan eksekutif, serta
yang tak kalah penting memperkuat budaya transparansi dalam pemerintahan.52

B. Tokoh-Tokoh Gerakan Kifaya


Anggota gerakan Kifaya terdiri dari berbagai macam ideologi, agama,
profesi dan usia serta merupakan aktivis lintas sektor. Secara ideologis, gerakan
tersebut mendapat dukungan dari berbagai kelompok dan individu, termasuk
Nasseris, Islamis, liberal, dan kaum kiri, beberapa di antaranya bentrok di masa
lalu. Apa yang membawa mereka bersama-sama menuntut Presiden Mubarak
untuk turun dari jabatannya salah satunya adalah, kekhawatiran akan pengalaman
Suriah dalam mewariskan kekuasaan dari ayah kepada anak kemungkinan akan
terjadi pula di Mesir.53
Selain dari berbagai ideologi, agama, profesi dan usia, keanggotan gerakan
Kifaya juga terdiri dari koalisi partai politik. Meskipun begitu, Kefaya bukanlah
sebuah partai politik dan tidak terstruktur seperti itu, karena Kifaya menyebut
dirinya sebagai “gerakan”. Beberapa intelektual Arab mendeskripsikan gerakan
Kifaya ini sebagai “sebuah ekspresi dari fenomena sosial”.54
Meskipun pada saat perumusan awal didirikannya gerakan Kifaya dihadiri
oleh anggota partai oposisi tradisional seperti Partai Tagammu dan Partai Wafd,
tidak ada koordinasi formal antara gerakan Kifaya dengan partai-partai tersebut.
Karena pada dasarnya gerakan Kifaya merupakan sebuah kumpulan atau wadah
pesaing politik terhadap Mubarak yang menanggulangi kesenjangan ideologi.55
Adapun struktur kepemimpinan gerakan Kifaya sendiri terdiri dari seorang
koordinator umum, komite koordinasi dan seorang juru bicara.

52
Unisosdem, “AS dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah”, dalam
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2429&coid=3&caid=22&gid=4
53
Ellen Knickmeyer, “In Egypt, A Son is Readied for Succession”, dalam
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/10/10/AR2007101002436.html
diakses Jumat, 25 Agustus 2017 pukul 14.01 WIB.
54
Khalil Al-Anani, “The Kefaya Movement Depicted as a Social Phenomenon”, dalam
http://www.elkarama.net/modules.php?name=News&file=article&sid=342 ” diakses Senin, 31
Oktober 2016 pukul 13.24 WIB.
55
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1019.
54

Sebagian besar kepemimpinan gerakan Kifaya berbasis di Kota Kairo, dan


di lokasi tempat di mana demonstrasi politik dan partai-partai politik terkait
dengan gerakan Kifaya berada, seperti di kota Alexandria dan Mansoura. Anggota
dan para pemimpin gerakan Kifaya kebanyakan berasal dari tengah-tengah
demonstran mahasiswa yang pernah berjuang menentang kebijakan Sadat. Mereka
merupakan aktivis generasi 1970-an yang pernah dipenjara dan berasal dari kelas
menengah dan intelektual seperti seniman, penulis dokter, insinyur dan profesor
universitas.56
Di bawah ini adalah tokoh-tokoh yang tergabung dalam gerakan Kifaya, di
antaranya:
Tabel 3.1: Anggota Gerakan Kifaya
Nama Status
No Profil
Tokoh/Anggota Keanggotaan
Seorang intelektual
(sekuler dan komunis Penggagas gerakan
Koptik),57 kepala sekolah Kifaya, koordinator
menengah Kristen yang umum pertama
1. George Ishaq
memulai karirnya gerakan Kifaya
sebagai aktivis selama sampai tahun 2007.
Perang Arab-Israel tahun
1956.
2. Merupakan seorang
nasionalis Arab dan
mantan anggota Partai
Komunis Mesir dan
Ikhwanul Muslimin.58 Koordinator
Messiri telah menulis gerakan pada tahun
Abdel Wahhab el-
banyak penelitian dan 2007,
Messiri
artikel di surat kabar, menggantikan
serta majalah Arab dan George Ishaq.
asing.
Dia juga aktif menulis
tema yang berkaitan
dengan Zionisme dan

56
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 206.
57
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 11.
58
Global Security, “Kifaya (“Enough”) Egyptian Movement for Change)”, dalam
http://www.globalsecurity.org/military/world/egypt/kifaya.htm diakses pada Senin, 31 Juli 2017
pukul 19.06 WIB.
55

Intifada Palestina di
sejumlah ensiklopedi
khusus, buku, dan
referensi.
Beberapa karyanya telah
diterjemahkan ke dalam
beberapa bahasa. Messiri
meninggal pada 2 Juli
2008.59
Juru bicara gerakan
Kifaya hingga awal
tahun 2007. Pada
tahun 2008
Seorang editor surat
menjadi
3. Abdel-Halim Qandil kabar Nasserist, Al-
koordinator
Arabi.
gerakan Kifaya
menggantikan
Abdel Wahhab el-
Messiri.
Mohamed al-Saied
4. Akademisi Liberal Anggota aktif
Edris
Penggagas gerakan
5. Hany Anan Pengusaha
Kifaya
Seorang Insinyur, aktivis
buruh, anggota
Revolutionary Socialists, Anggota aktif sejak
6. Kamal Khalil dan aktivis veteran yang gerakan anti-
hadir pada demonstrasi perang.
mahasiswa Februari
tahun 1968.
Pendiri Partai Wasat Penggagas gerakan
7. Abu Ala Madi
moderat. Kifaya.
Ahmed Bhaa Eddin Penggagas gerakan
8. Aktivis Sayap Kiri
Shaaban Kifaya60
9. Yehia Elkazaz Pemimpin Partai Buruh Anggota aktif
10. Magdy Hussein Pemimpin Partai Buruh Koordinator umum
Kandidat Presiden tahun
11. Ayman Nour 2005 dari Partai al-Ghad Anggota aktif
(Partai Hari Esok)

59
“Profiles: Abdel Wahab Mohammed el-Messiri”, The Emirates Center for Strategic
Studies and Research, dalam
http://www.ecssr.com/ECSSR/print/prf.jsp?lang=en&prfId=/Profile/Profiles_0837.xml diakses
pada Minggu, 25 Juni 2017 pukul 01.51 WIB.
60
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 10.
56

Anggota pendiri Popular


Committee to Support
the Intifada (PCSI/
Komite Populer untuk
12. Aida Seif el-Dawla Anggota aktif
Mendukung Intifada) dan
Campaign for Change
(Kampanye untuk
Perubahan)
Pendiri Partai Karama,
aktivis solidaritas
Penggagas gerakan
13. Hamdeen Sabahi Intifada Palestina tahun
Kifaya
2000, dan aktivis Anti
Perang Mesir 2003.
Jurnalis dan aktivis Penggagas gerakan
14. Magdy Hussein
politik Islam Kifaya
Pendiri Partai Karama,
Penggagas gerakan
15. Amin Iskander politisi, penulis, dan
Kifaya
aktivis politik.
Juru bicara gerakan
16. Dia el Din Gad Mahasiswa dan Blogger Kifaya dari
mahasiswa.61
Aktor, anggota sekuler
Partai Majelis kiri,
Abdel Aziz pendiri The Greens Party
17. Anggota aktif
Makhyoun (Partai Hijau Mesir) dan
simpatisan Ikhwanul
Muslimin.62
Seorang kardiologis dan
18. Abdelgelil Mostafa Koordinator umum
aktivis politik
Magdi Ahmad Aktivis politik Pengagas gerakan
19.
Hussein berideologi Islamis. Kifaya63

C. Strategi Gerakan Kifaya


Gerakan Kifaya memperkenalkan metode baru dari tindakan kolektif.
Tindakan kolektif ini mengacu pada tindakan bersama yang diambil oleh
sekelompok orang yang tujuannya adalah untuk meningkatkan status mereka dan
mencapai tujuan bersama. Gerakan Kifaya mendeklarasikan diri sebagai gerakan
non-partisan yang memayungi berbagai ideologi dan kekuatan yang mendukung

61
Security with Human Right, Time for Justice: Egypt‟s Corrosive System of Detention
(UK: Amnesty International, 2011), h. 27.
62
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 29.
63
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 11.
57

reformasi politik dan sosial di Mesir.64 Salah satu aspek yang membedakan
gerakan Kifaya dengan organisasi dan gerakan lain yang terlibat dalam aktivitas
politik di Mesir adalah, penggunaan taktik dan strategi inovatifnya.
Gerakan Kifaya berhasil menunjukkan aspirasi dan aksi protes mereka,
meskipun ada larangan terhadap pertemuan publik secara besar-besaran
berdasarkan Undang-Undang Darurat. Hal tersebut merupakan kemenangan besar
bagi gerakan Kifaya terhadap sikap pemerintah yang tidak ragu untuk
menggunakan kekerasan terhadap pemrotes.65 Dalam aksinya, gerakan Kifaya
menggunkan dua strategi dalam pergerakannya, yakni menggunkan terknologi
internet dan demostrasi langsung.

1. Strategi Internet
Strategi internet gerakan Kifaya berfokus pada blogger (penulis blog),
masyarakat umum, media lokal, dan media internasional. Kifaya sendiri memiliki
tiga domain atau ranah tindakan yakni lingkaran aktivis, koordinator, dan juru
bicara.66 Untuk kegiatan berbasis web-nya, gerakan Kifaya mengandalkan
lingkaran dalam sesama aktivis Kifaya untuk mempertahankan ide dan
mendorong masyarakat umum menyuarakan pendapat mereka tentang korupsi di
pemerintahan, kinerja kedutaan Mesir di seluruh dunia, Ikwanul Muslimin, dan
topik hangat lainnya yang menjadi isu di Mesir kala itu.67 Gerakan Kifaya
menggunakan media baru sebagai sarana dalam membentuk opini publik tentang
masalah-masalah di pemerintahan Mubarak tersebut.
Menurut Everett M. Rogers, seorang teoretisi dan sosiolog komunikasi
Amerika terkemuka, terdapat empat perkembangan media komunikasi: era
komunikasi tulisan, era komunikasi cetak, era telekomunikasi, dan era komunikasi

64
Rabab El-Mahdi, Egypt: The Moment of Change, h. 94.
65
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change” dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 208.
66
Manar Shorbagy, “Understanding Kefaya: The New Politics in Egypt”, Pluto Journals,
Arab Studies Quarterly, Vol. 29, No. 1 (2007), h. 48.
67
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, The Middle East Center St. Antony‟s College, University of Oxford, 2008,
h. 3-6.
58

interaktif. Adapun media baru muncul di era komunikasi interaktif.68 Media baru
adalah sarana komunikasi massa yang menggunkan teknologi digital seperti
internet, termasuk Web, Blog, Flickr, YouTube, e-mail, Facebook, dan Twitter.69
Pada awal tahun 2000, media baru sangat erat kaitannya dengan aktivitas
politik di Mesir dan salah satu faktor yang mendorong berkembangnya demokrasi
dan reformasi di dunia Arab. Saluran televisi seperti al-Jazeera, al-Arabiyya,
MBC, LCB dan surat kabar Pan-Arab yang diterbitkan oleh al-Hayat dan al-
Awsat merevolusi aksesibilitas informasi dan interpretasi untuk masyarakat Arab
yang lebih luas.70
Di Mesir sendiri, blog dikaitkan dengan munculnya gerakan Kifaya, serta
banyak aktivisnya menggunakan teknologi ini.71 Blog memiliki fungsi yang
sangat beragam, mulai dari sebuah catatan harian, sarana publikasi program-
program media, perusahaan-perusahaan dan bahkan dalam sebuah kampanye
politik. Blog biasanya dikelola oleh seorang penulis tunggal dan memiliki fasilitas
interaksi dengan para pengunjungnya, seperti buku tamu dan kolom komentar
yang memperbolehkan mengomentari isi dari tulisan yang dipublikasikan.
Gerakan Kifaya sendiri menggunakan blog sebagai sarana memobilisasi massa
dan menyebarkan pesan politik untuk melengserkan kepresidenan Mubarak dan
isu suksesi oleh putranya Gamal.72
Situs-situs web yang saling berkaitan atau kumpulan blog disebut sebagai
blogosphere. Apabila sebuah kumpulan aktifitas, informasi dan opini yang sangat
besar berulang kali muncul untuk beberapa subjek atau sangat kontroversial
terjadi dalam blogosphere, maka hal itu dinamakan blogstorm atau badai blog.
Macam-macam blog di antaranya blog pribadi, politik, bertopik, kesehatan, sastra
(litblog), perjalanan, mode (fashion), riset, hukum, media, agama, pendidikan,

68
“Era Perkembangan Komunikasi” dalam http://vespabiru.weebly.com/era-
perkembangan-telekomunikasi.html diakses Jumat, 30 Juni 2017 pukul 15.23 WIB.
69
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 240.
70
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Election”, h. 260.
71
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, hal. 22.
72
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, hal. 23.
59

kebersamaan, dan bisnis.73 Menurut Courtney Radsch seorang editor dan jurnalis
Al-Arabiya.net yang memfokuskan penelitiannya tentang media di dunia Arab,
selama tahun 2003 sampai 2008 ada tiga tahap yang dapat mendefinisikan
perkembangan blogosphere Mesir:
Pertama, tahap percobaan (2003-2005).74 Dalam tahap ini muncul blogger
(penulis blog) awal Mesir dan gerakan protes yang membantu mempopulerkan
blogosphere Mesir sebagai tempat demokrasi saat gerakan Kifaya mulai popular
di tahun 2005. Kemunculan blogosphere di Mesir ini terinspirasi setelah perang
Irak tahun 2003 karena masyarakat Irak membutuhkan media untuk
mendokumentasikan dan menyuarakan keinginan mereka.
Courtney Radsch menyebutkan di antara blogger awal yang muncul pada
tahap ini adalah Arabis (Hossam, Issandr, dan Eman),75 Sandmonkey,76 The Big
Pharoh,77 Baheyya,78 dan Nermeena.79 Mereka menggunakan bahasa Inggris
dalam postingan blognya. Adapun blogger yang menggunakan bahasa Arab dalam
postingan blognya seperti Normal,80 Digressing,81 serta Gharbeia bersaudara
Amr82 dan Ahmad.83

73
Rebecca Blood, “Weblogs: A History and Perspective”, dalam
http://www.rebeccablood.net/essays/weblog_history.html diakses Jumat 30 Juni 2017 pukul 16.57
WIB.
74
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 2-4.
75
Lihat salah satu tulisannya: Arabist, “NDP vs. Kefaya” dalam http://www.arabist.net
diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 07.11 WIB
76
Lihat salah satu tulisannya: Sandmonkey, “Mubarak Egypt No More”, dalam
http://www.sandmonkey.org/ diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 08.02 WIB.
77
Lihat salah satu tulisannya: Bigpharaoh, “Sharp Drop Seen in Iraqi and US Deaths in
Iraq” dalam http://www.bigpharaoh.com/ diakses pada Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.00 WIB.
78
Lihat salah satu tulisannya: Baheyya, “Who Afraid of Change”, dalam
http://baheyya.blogspot.com/ diakss Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.15 WIB.
79
Lihat salah satu tulisannya: Narnoura, “An Angry to Egypt‟s Political Activists” dalam
http://nerro.wordpress.com/ diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.55 WIB.
80
Lihat salah satu tulisannya: Beyond Normal,"‫ييى راء‬:‫جديد بهىج‬, dalam
http://beyondnormal.blogspot.com/ diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 10.22 WIB.
81
Lihat salah satu tulisannya: Mohammed, ‫تقيدة يا زغركطي‬...‫تبهىجُا جايت أيريكا‬...., dalam
http://digressing.blogspot.com diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 11.20 WIB.
82
Lihat salah satu tulisannya: Gharbeia, ‫خالص؟ يٍ هم "كفاىت" بعد‬, dalam http://gharbeia.net/
diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 12.10 WIB.
83
Lihat salah satu tulisanya: Zamakan Gharbeia, ‫نٍ انبم‬, dalam http://zamakan.gharbeia.org/
diakses pada Kamis, 29 Juni 2017 pukul 13.12 WIB.
60

Kedua tahap aktivis (2005-2006).84 Pada tahun 2005 diperkirakan jumlah


blog di Mesir sekitar 400 dan pada tahun 2006 jumlahnya meningkat hampir tiga
kali lipat. Blogosphere mulai mapan di tahun 2005, hal ini berdampak pada
berkembangnya sebuah dinamika baru yang membentuk faktor-faktor struktural
yang saling berkaitan. Di Mesir faktor tersebut muncul dalam ranah domestik dan
internasional. Faktor domestik termasuk kebijakan pemerintah dalam kebebasan
media dan berekspresi, infrastruktur teknologi informasi, dan munculnya gerakan
politik baru yang berfokus pada reformasi dan perubahan pemerintahan. Faktor
internasional termasuk dinamika kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap
Mesir mengenai reformasi, peran media Barat dan organisasi hak asasi manusia
dalam mensertifikasi blogger sebagai kelompok istimewa yang layak mendapat
liputan dan advokasi serta perkembangan di bidang teknologi informasi. Peluang
yang diwujudkan oleh dinamika domestik dan internasional ini membantu untuk
mendorong blogosphere Mesir ke pusat perhatian dan menjadi jalan keluar untuk
masyarakat menyuarakan aspirasinya.
Dalam konteks ini, simbiosis berkembang antara gerakan Kifaya, dan
aktivis blogger yang berlangsung sampai tahun 2006. Pada tahap kedua ini juga
blogger Mesir membuat nama untuk mereka sendiri di dalam dan luar negeri
karena mereka berfokus pada penerbitan artikel, foto, video demonstrasi dan
video tentang penyiksaan dan kekerasan yang dilakukan oleh petugas kemanan
Mesir.85
Tingginya profil blogger tertentu, banyak di antaranya diterbitkan dalam
bahasa Inggris dan mendapat perhatian dari organisasi hak asasi manusia karena
banyak kegiatan mereka bertepatan dengan Kifaya, yang dilihat oleh para politisi
Barat dan media sebagai gerakan reformasi yang menjanjikan. Saat itu banyak
yang saling mengenal melalui pertemuan secara langsung di demonstrasi. Blogger
memperkuat komunitas online mereka melalui pertemuan ini, sering berkumpul

84
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 4-7.
85
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 22.
61

untuk makan malam atau buka puasa bersama selama bulan Ramadan. Mereka
saling mengungkapkan solidaritas sebagai blogger di bidang politik dan agama.86
Ketiga, yakni tahap diversifikasi/penganekaragaman dan fragmentasi (2006-
2008).87 Seiring berkembangnya blogosphere dengan keanekaragaman
macamnya, menjadikan komunitas identitas mulai terbentuk. Para blogger
mengidentifikasi mereka sesuai agama, ideologi atau gender. Simbiosis antara
Kifaya dan blogger telah menciptakan bentuk keterlibatan publik baru yang
dianggap subversif (pelanggaran/kejahatan) terhadap negara. Sedangkan dari segi
sudut pandang masyarakat Mesir sendiri, hal tersebut merupakan bentuk
pemberdayaan masyarakat.88 Pada tahun 2008 banyak blogger inti dan aktivis
yang meninggalkan gerakan Kifaya, sehingga menyebabkan penurunan pada
gerakan ini.89

2. Demonstrasi
Demonstrasi awal yang dilakukan oleh gerakan Kifaya terkenal dengan
slogan la li-tawrith, la li-tamdid yang artinya “tidak ada pewarisan kekuasaan dan
tidak ada perpanjangan kekuasaan”.90 Gerakan Kifaya melakukan aksi gerakannya
dengan cara damai dan tanpa kekerasan fisik. Salah satunya dengan menempelkan
stiker kuning berbentuk lingkaran yang bertuliskan nama gerakan dan jargon
mereka. Gerakan Kifaya mengembangkan sebuah teknik demonstrasi yang disebut
“demonstrasi kilat”, di mana sekelompok aktivis gerakan sebanyak 20 sampai 30
orang muncul di sebuah lapangan di Kairo dan melakukan demonstrasi selama 15
menit, sambil membagikan selebaran kepada warga yang menyatakan
ketertarikannya.91 Kemudian sebelum pasukan keamanan tiba, para pemrotes akan

86
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 8.
87
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 7-10.
88
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 8
89
Courtney Redsch, “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution of
Egypt‟s Blogosphere”, h. 9.
90
Carrie Rosefsky Wickham, The Muslim Brotherhood: Evolution of an Islamist Movement
(New Jersey: Princeton University Press, 2015), h. 109.
91
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 289.
62

berhamburan ke jalan-jalan atau lorong-lorong dan kemudian berkumpul kembali


di alun-alun lain.
Slogan dan nama Kifaya sendiri yang sederhana namun memiliki pesan
yang kuat, karena menggambarkan situasi yang setiap warga Mesir mampu
memahaminya.92 Mereka juga mengembangkan variasi pada spanduk Kifaya.
Selain poster dan spanduk mereka juga membuat potongan kertas kuning yang
akan mereka lempar seperti konfeti93 ke jalanan. Pada satu titik, mereka
menempatkan slogan pada ratusan balon kuning yang kemudian dilepaskan ke
langit pada saat demonstrasi. Taktik gerakan Kifaya sangat inovatif karena kaum
muda mengambil peran lebih aktif dalam merencanakan dan mengkoordinasikan
demonstrasi.94
Gerakan Kifaya juga memiliki cara unik dalam penggunaan simbol dan
tindakan melawan pemerintah. Misalnya, setelah pelecehan pemerintah terhadap
demonstran yang memprotes amendemen konstitusi pada tanggal 25 Mei 2005,
gerakan tersebut mengorganisir sebuah demonstrasi pada bulan Juni di dalam
Masjid al-Sayeda di pusat kota Kairo. Di sana ratusan aktivis mengambil sapu dan
menyapu lantai masjid. Tindakan simbolis ini diakui oleh orang Mesir yang
mewakili penolakan terhadap ketidakadilan dan pembersihan politik Mesir.
Liputan media tentang acara tersebut menciptakan dilema bagi pemerintah: Jika
menghentikan demonstrasi dan menyita sapu pemrotes, akan terlihat konyol; Jika
tidak melakukan apa-apa, tetap saja terlihat buruk, mengelilingi demonstran tak
berdaya yang hanya datang untuk menyapu masjid dan berdoa.95
Selain itu, gerakan Kifaya pernah menggelar demonstrasi yang didukung
sekitar 30.000 (tiga puluh ribu) tahanan politik. Demonstrasi ini menyoroti kisah
anak-anak yang tidak bisa melihat keluarga mereka selama bertahun-tahun akibat
dipenjarakan dan tanpa proses persidangan terlebih dahulu.96 Pada puncaknya

92
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h 18.
93
Potongan kertas berwarna yang biasanya dihamburkan pada waktu pesta.
94
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 289.
95
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change” dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 208.
96
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 19.
63

gerakan Kifaya berhasil melakukan demonstrasi dan melakukan protes dengan


ribuan anggota di 24 provinsi Mesir, selama fase awal berdirinya. Kifaya
memberikan peran untuk pemuda, dan mereka pun memanfaatkan kesempatan ini.
Mobilisasi gerakan Kifaya juga merangkul seluruh profesi utama yang ada
di Mesir yang semuanya merangkul terhadap perubahan, seperti: Profesor untuk
perubahan, Hakim untuk Perubahan, Pemuda untuk Perubahan, Insinyur untuk
Perubahan, Jurnalis untuk Perubahan, Penulis dan Artis untuk Perubahan. Secara
khusus, semua kelompok ini menyerukan perubahan demokratis dalam
masyarakat sesuai dengan tuntutan dalam bidang mereka. 97 Hakim sendiri
membentuk aliansi untuk memimpin reformasi hukum dan pengawasan pemilu
tanpa campur tangan dari pemerintah dan aparat keamanan.98
Salah satu aspek yang menarik dari gerakan Kefaya adalah hubungannya
dengan berbagai seniman dan ikon budaya yang menjadi bagian dari gerakan
tersebut. Sutradara film Mesir yang paling terkenal, Youssef Shahin, dan aktor
dan juga novelis berpartisipasi dalam acara tersebut. Pada bulan Agustus 2007,
para seniman meluncurkan Festival Puisi Kebencian, di mana mereka
mengundang penyair Mesir terkenal untuk mempresentasikan sebuah karya
politik.
Dalam tindakan menantang lainnya, gerakan tersebut mengambil lagu
kebangsaan dan mengubah liriknya untuk memasukkan slogan mereka, "Cukup!
Cukup! Cukup!". Mereka juga memiliki mars berjudul “Mr. Mubarak 26 years is
Enough” yang diunggah ke YouTube pada 23 Februari 2007. Dalam lirik mars
tersebut terdapat kata “Kifaya” dalam delapan bahasa. Di akhir video, terdapat
pesan bahwa lagu mars tersebut ditujukan untuk pejuang kebebasan, blogger,
pengamat hak asai manusia, oposisi militan, dan orang-orang Mesir yang

97
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 19.
98
Al-Aryan Isam, al-tacdilat al-dusturiyya fi misr wa mada hudur “al-‟ ikhwan” fi al-
mu‟assasat al-dimuqratiyya, dalam http://www.daralhayat.com/special/issues/04-2007/Item-
20070407-cd09a1b8-c0a8-10ed-01d5-2634d737529b/story.html diakses Jumat, 28 Oktober 2016
pukul 15.30 WIB.
64

tertindas.99 Ketika represi pemerintah meningkat dalam menanggapi agenda


promosi demokrasi pada tahun 2006 dan 2007, gerakan Kifaya menyelenggarakan
kampanye "tinggal di rumah" selama perayaan tahunan revolusi tahun 1952, pada
tanggal 23 Juli 2007.100
Dari pemaparan di atas, telah dijelaskan bagaimana gerakan Kifaya dapat
muncul dalam konteks masyarakat Mesir yang masih mempunyai stigma
mengagungkan penguasa. Munculnya gerakan Kifaya sendiri sebagai gerakan
oposisi dari berbagai kelas dan ideologi politik di Mesir, menjadi sesuatu yang
baru untuk perpolitikan di Mesir saat itu. Gerakan Kifaya mencoba mendorong
laju demokrasi dengan menyerukan reformasi sistem politik, salah satunya dengan
cara menuntut pemerintah untuk melangsungkan pemilihan presiden yang
kompetitif. Adapun peran dan upaya gerakan Kifaya dalam reformasi sistem
politik di Mesir akan dibahas pada bab selanjutnya.

99
Sherif, Ahmad, “Mr Mubarak 26 Years is Enough- ‫ كفية‬-Kefaya Song 2.0-“, dalam
https://www.youtube.com/watch?v=WbEM6soTHOA diakses pada Selasa, 5 Juli 2017 pukul
13.11 WIB.
100
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change” dalam Maria J. Stephan (Ed.), Nonviolent Struggle,
Democratization, and Governance in the Middle East, h. 209.
BAB IV
PERAN GERAKAN KIFAYA DALAM PERUBAHAN SISTEM
POLITIK MESIR MASA HUSNI MUBARAK (2003-2008)

A. Kiprah Gerakan Kifaya


Dalam bab ini, penulis akan perjelas bahwa gerakan Kifaya dalam merubah
sistem politik Mesir di masa Husni Mubarak dengan mengambil langkah damai,
tidak dengan kekerasan. Seperti dibahas pada bab sebelumnya, tuntutan dan
tujuan gerakan Kifaya berdiri adalah keinginan untuk mengakhiri pemerintahan
Mubarak di Mesir, dan mencegah putra Mubarak, Gamal, untuk tidak
menggantikan posisi ayahnya sebagai presiden. Dua tujuan ini dilatarbelakangi
oleh tiga peristiwa di tahun 2005 yakni: Referendum Mei 2005 untuk menyetujui
amendemen konstitusi yang mengizinkan pemilihan presiden multipartai, dan
pemilihan presiden pada bulan September 2005, serta pemilihan parlemen pada
bulan Oktober dan November 2005.1
Hal ini dikarenakan gerakan Kifaya punya peluang untuk berhasil seiring
ada tekanan eksternal kepada Mubarak untuk melakukan reformasi politik di
Mesir. Tekanan tersebut cukup sukses, karena Mubarak pada akhirnya
mengusulkan amandemen konstitusi 1971 pasal 76 yang memungkinkan
pemilihan presiden Mesir multikandidat dari perwakilan berbagai partai politik
untuk pertama kalinya di Mesir. Seperti yang dikatakan oleh Tamir Moustofa
seorang Associate Professor of International Studies dan Jarislowsky Chair dalam
bidang Agama dan Perubahan budaya di Simon Fraser University, langkah yang
diambil oleh Mubarak tersebut merupakan keputusan strategis untuk
menenangkan tekanan dari Amerika Serikat dan kritikus rezim Mubarak di dalam
negeri.2 Peluang tersebut dimanfaatkan gerakan Kifaya untuk mencapai
tujuannya.

1
John D. H. Downing (Ed.), Encyclopedia of social movement media, h. 288.
2
Tamir Moustafa, The Struggle for Constitutional Power: Law, Politics, and Economic
Development in Egypt, h. 210.

65
66

1. Gamal Mubarak dan Isu Suksesi


Gamal adalah putra bungsu Presiden Mubarak. Ia lahir di Kairo, Mesir pada
27 Desember 1963. Gamal menempuh pendidikan tingginya di St. George‟s
College, Kairo sebelum masuk ke American University in Cairo (AUC) dan
meraih gelar Administrasi Bisnis. Setelah lulus, ia memulai karir di bidang
perbankan dan membawanya ke posisi manajer Bank of America cabang London.3
Pada pertengahan tahun 1990-an Gamal kembali ke Mesir dan mulai terjun ke
dunia politik. Kemudian, pada tahun 2000 Gamal memutuskan untuk bergabung
dengan partai berkuasa di Mesir, yakni Partai Nasional Demokrat (NDP).4 Tidak
lama setelah Gamal bergabung dengan NDP, pada 17 September 2002, Presiden
Mubarak menempatkan Gamal di posisi Sekretaris Jenderal Komite Kebijakan,
yang mana posisi tersebut merupakan posisi ketiga terkuat di NDP. Jabatan
Komite Kebijakan menjadi sangat penting di NDP, karena jabatan tersebut adalah
sumber sebagian besar tindakan atau kebijakan pemerintah.5
Dalam menempatkan Gamal pada posisinya tersebut, Mubarak mendapat
tentangan dari dalam dan luar NDP. Senior NDP kala itu tidak langsung meyukai
dan menyetujui atas pengangkatan Gamal, walaupun tujuan Mubarak adalah
memberikan suasana baru dengan masuknya anggota muda ke dalam NDP. Salah
satu tokoh oposisi dari dalam tubuh NDP yang tidak menyetujui keputusan
Mubarak tersebut ialah Safwat Sharif, ketua Dewan Syura dan mantan Menteri
Informasi serta Kamal al-Shathili seorang anggota Dewan Syura.6
Di luar NDP, partai-partai oposisi Mesir mencela keterlibatan Gamal dalam
politik.7 Keputusan Gamal untuk mengikuti jejak ayahnya terjun di dunia politik,
serta dalam waktu singkat ia bisa menempati posisi penting di NDP membuat
banyak spekulasi di pihak oposisi. Hal tersebut dikaitkan dengan isu kemungkinan
3
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises: Egypt's Looming Succession Struggle”,
World Policy Journal, Vol. 26, No. 3 (2009), h. 103.
4
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 103.
5
Middle East Institute, “Cronology July 16, 2002-October 15, 2002”, Middle East Journal,
Vol. 57, No. 1 (2003), h. 139.
6
Aljazeera, “Profile: Gamal Mubarak” dalam
http://www.aljazeera.com/focus/2009/12/2009126113730937103 diakses Selasa, 02 Mei 2017
pukul 09. 30 WIB
7
Aljazeera, “Profile: Gamal Mubarak” dalam
http:// www.aljazeera.com/focus/2009/12/2009126113730937103
67

Mubarak mempersiapkan Gamal untuk menggantikan posisinya sebagai presiden


pada tahun 2005. Isu ini semakin diperkuat dengan peristiwa di Suriah ketika
Bashar al-Assad menggantikan ayahnya Hafiz al-Assad (masa jabatan 22 Februari
1971-10 Juni 2000) sebagai presiden pada Juli tahun 2000. Pewarisan kekuasaan
ayah ke anak ini mendorong diskusi yang luas di dunia Arab, khususnya di
Mesir.8 Selain itu, spekulasi tentang suksesi kepada Gamal didukung fakta bahwa
Mubarak secara konsisten menolak untuk mengangkat wakil presiden.9
Isu tersebut telah mendorong usaha baru dalam kerjasama antar kelompok
oposisi di Mesir. Banyak artikel ditulis oleh pihak oposisi dan penulis dalam
rangka mengkritik apa yang telah dikenal di Mesir sebagai “warisan kekuasaan”.
Selain penolakan tegas terhadap pihak oposisi politik terhadap prinsip pewarisan
kekuasaan, gerakan Kifaya juga menyerukan diakhirinya pemerintahan Presiden
Mubarak.10 Seperti yang tertulis dalam atribut demonstrasinya yakni “la li-tawrith
la li-tamdid” (tidak ada warisan, tidak ada perpanjangan kekuasaan) atau “li-
tawrith la li-tamdid li-fatrat ri‟asa khamisa” (tidak ada warisan atau suksesi
kepresidenan dan tidak untuk perpanjangan masa jabatan kelima Mubarak).11
Sejak awal Mei tahun 2000 Mubarak berusaha memadamkan spekulasi
tentang pewarisan kekuasaan tersebut selama wawancara dengan surat kabar
Spanyol, El Vais. Dalam wawancara tersebut Mubarak menegaskan bahwa ia
tidak mungkin melakukan suksesi berdasarkan keinginannya, karena ada
konstitusi yang menentukan dan Mesir adalah republik.12 Namun mendekati
pemilu tahun 2005, baik Gamal maupun Mubarak tidak mengubris isu tentang
pewarisan kekuasaan tersebut. Hal ini berdampak pada munculnya banyak
spekulasi dari pihak oposisi, salah satunya bahwa pewarisan kekuasaan akan
dilakukan melalui proses demokrasi.

8
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 103.
9
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 104.
10
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1012.
11
Yoram Meital, “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”, h. 267.
12
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises: Egypt's Looming Succession Struggle”, h.
103.
68

2. Amandemen UU Pemilihan Presiden


Setelah peresmian gerakan Kifaya pada bulan Agustus 2004, visi awal
mereka adalah menandatangani petisi untuk menuntut pemilihan presiden yang
bersaing dengan beberapa kandidat, demokratis, adil, dan transparan. Maka dari
itu, amandemen konstitusi pemilihan presiden merupakan fokus utama gerakan
Kifaya pada masa awal pergerakanya.13 Dalam upaya merealisasikan keinginan
mereka tersebut, gerakan Kifaya berhasil mengumpulkan sekitar 1.800 tanda
tangan dalam mendukung prinsip-prinsip reformasi dan demokrasi di Mesir.
Pernyataan tersebut berbunyi:
“We, the undersigned, are citizens of Egypt; are part of its rich social
texture; and are active in its public life in different arenas: intellectual, civic,
political, cultural, and unionist. We come from different walks of life and together
represent Egypt‟s rich political diversity. We believe there are two grave dangers
which beset our nation today. they are two sides of the same coin, each nourishing
the other, and neither curable alone”. (Kifaya 2004)14
Rabab El-Mahdi menjelaskan, dalam pernyataan tersebut, ada dua bahaya
yang menimpa bangsa Mesir. Dua bahaya yang dimaksud pertama, serangan
bangsa asing terhadap sesama negara dan bangsa Arab yakni Palestina dan Irak.
Kedua, “despotisme represif” yang merasuki semua aspek sistem politik Mesir.15
Sebagai respons dari permasalahan tersebut, gerakan Kifaya mengemukakan
bahwa Mesir memerlukan reformasi di antaranya dengan: menghentikan
monopoli kekuasaan pada saat itu di semua tingkat, yang dimulai dari presiden
Mesir sendiri. Menjalankan hukum sebagai sumber legitimasi tertinggi,
menghapus monopoli ekonomi yang tidak berdasar, dan menghentikan
pemborosan kekayaan bangsa.16
Demonstrasi pertama yang dilakukan gerakan Kifaya berlangsung pada
tanggal 12 Desember 2004. Tiga ratus anggota gerakan Kifaya dan sekitar seribu
aktivis politik lainnya berdemonstrasi di depan Gedung Pengadilan Tinggi di
pusat kota Kairo. Mereka melakukan demonstrasi damai dengan cara membawa

13
Anna Sundell, “Narration and Identity: Dealing with social and ideological heterogeneity
in the Kefaya Movement” (Departement of Political Science, Lund University, 2006), h. 22.
14
Rabab El-Mahdi, Egypt The Moment of Change, h. 89.
15
Rabab El-Mahdi, Egypt The Moment of Change, h. 90.
16
Egypt The Moment of Change (Ed. Rabab El-Mahdi dan Philip Marfleet), h. 89-90.
69

spanduk dan memasang stiker berwarna kuning yang terdapat tulisan nama
gerakan mereka.17 Tulisan dalam properti demostrasi mereka merupakan pesan-
pesan yang menentang peraturan Mubarak. Demonstrasi awal gerakan Kifaya ini
menarik perhatian dan simpati langsung dari masyarakat Mesir untuk merasakan
kesulitan yang sama di bawah rezim Mubarak. Gerakan Kifaya melanjutkan aksi
demonstrasi damai mereka pada bulan selanjutnya. Mereka memilih lokasi yang
strategis di mana mereka bisa menarik lebih banyak lagi perhatian publik, seperti
di Pekan Raya Buku Kairo, kampus universitas dan di Tahrir Square.18
Setelah menerima banyak tekanan eksternal dari Amerika Serikat19 dan
tekanan internal khususnya dari gerakan Kifaya, Mubarak mengakui bahwa
reformasi politik sebagai upaya diterapkannya demokrasi di Mesir adalah sangat
penting. Sebagai tanggapan dari tekanan tersebut, kurang dari tiga bulan setelah
demonstrasi pertama gerakan Kifaya pada 12 Desember 2004, Presiden Mubarak
mengusulkan sebuah perubahan konstitusional pemilihan presiden (Konstitusi
Mesir 1971, pasal 76) pada 26 Februari 2005.20
Amandemen konstitusi pasal 76 tersebut memungkinkan pemilihan
presiden Mesir multikandidat dari perwakilan berbagai partai politik untuk
pertama kalinya di Mesir.21 Sebelumnya, pemilihan presiden dilakukan dengan
mencalonkan kandidat tunggal yang sudah disaring oleh Militer, kemudian
diajukan ke parlemen untuk diadakan voting melalui referendum.22 Mubarak
disetujui sebagi presiden dalam empat referendum yang diselenggarakan pada
tahun 1981, 1987, 1993, dan 1999 serta menerima lebih dari 90% suara
pendukung dalam setiap referendum tersebut.
Keputusan Presiden Mubarak untuk menyelenggarakan pemilihan presiden
multikandidat menjadi kejutan tersendiri untuk masyarakat Mesir maupun dunia

17
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 235.
18
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”, dalam https://nvdatabase.swarthmore.edu/content/kefaya-protests-
mubaraks-referendum-and-re-election-egypt-2005, diakses Rabu, 13 September 2017 pukul 12.15
WIB.
19
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 105.
20
“Reforming Egypt: In Search of A Strategy”, Middle East/North Africa Report N°46 – 4
October 2005, International Crisis Group Working To Prevent Conflict Wordwide, 2005, h.1.
21
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1013.
22
Iwan Gunawan, “Pemilu Presiden Secara Langsung di Mesir Tahun 2005…”, h. 161.
70

internasional. Karena selama memerintah, Mubarak selalu gigih mempertahankan


penolakannya untuk reformasi. Mubarak menganggap jika pintu reformasi dibuka
akan mengganggu stabilitas politik yang ada. Walaupun reformasi dibuka,
Mubarak hanya menyelenggarakan reformasi secara terbatas.23 Berikut ini adalah
perbandingan sebelum dan sesudah pasal 76 diamandemen:
 Sebelum amandemen, pasal 76 dari konstitusi Mesir menetapkan: "Majelis
Rakyat mencalonkan Presiden Republik [...] Calon yang memenangkan dua
pertiga suara anggota majelis akan dirujuk ke orang-orang untuk dilakukan
plebisit...".24 Dalam sistem plebisit ini rakyat memberikan suara “Ya” atau
“Tidak” terhadap kandidat tunggal yang ditunjuk parlemen.
 Setelah amandemen konstitusi, undang-undang yang mengatur pemilihan
presiden menetapkan: “Presiden akan dipilih secara langsung, umum dan
rahasia. Untuk diterima sebagai kandidat presiden, ia harus menerima
dukungan dari 250 anggota yang dipilih dari badan perwakilan Mesir, di
mana minimal 65 dukungan diperoleh dari Majelis Rakyat, 25 dukungan
Dewan Syura, dan 10 dukungan dewan lokal dari 14 gubernuran (untuk
memastikan keterwakilan geografis”.25 Adapun aturan partai politik yang
boleh mengajukan calon presiden yakni: "…Partai politik, yang didirikan
setidaknya 5 tahun sebelum tanggal dimulainya pencalonan dan telah
beroperasi tanpa terputus untuk periode ini, dan yang anggotanya telah
memperoleh setidaknya 3% dari anggota terpilih dari Majelis Rakyat dan
Dewan Syura…”26
Secara umum, kebijakan tersebut awalnya mendapat sambutan baik dari
pihak oposisi pemerintahan Mubarak. Namun, ketika diketahui bahwa kriteria
pencalonan presiden dirasa memberatkan dan hanya sedikit memberikan peluang

23
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 2-3.
24
Refworld, “Constitution of the Arab Republic of Egypt” dipublikasikan oleh National
Legislative Bodies/National Authorities, dalam http://www.refworld.org/cgi-
bin/texis/vtx/rwmain/opendocpdf.pdf?reldoc=y&docid=54917e9c4 diakses Minggu, 17 September
2017 pukul 19.00 WIB.
25
Arab Republic of Egypt Shoura Assembly, “The Constitution of The Arab Republic of
Egypt 11 September 1971 And Amendments May, 22 1980-May, 25 2005-March, 26 2007”, h. 28.
26
Arab Republic of Egypt Shoura Assembly, “The Constitution of The Arab Republic of
Egypt 11 September 1971 And Amendments May, 22 1980-May, 25 2005-March, 26 2007”, h. 29.
71

bagi kandidat independen dan partai-partai oposisi lainnya untuk berpartisipasi,


kritik dan tanggapan negatif pun berkembang.27 Setelah keputusan Mubarak untuk
mengamandemen konstitusi Mesir tahun 1971 pasal 76, pada 30 Maret 2005,
gerakan Kifaya menyelenggarakan tiga demonstrasi menentang referendum dan
pemilihan kembali Mubarak sebagai presiden di kota Kairo, Alexandria, dan
Mansoura. Polisi menahan sekitar 30 orang anggota dari empat kelompok yang
berkampanye untuk aksi boikot tersebut, termasuk di antaranya 10 anggota
gerakan Kifaya yang mencoba berdemonstrasi di pusat kota Kairo.28 Polisi anti
huru-hara mengepung anggota gerakan Kifaya dan membiarkan bebas kelompok
pro-Mubarak yang saat itu hadir di tempat yang sama dengan kelompok oposisi
yang sedang melakukan demonstrasi. Di wilayah Terusan Suez, Ismailia, polisi
menahan lebih dari 20 anggota gerakan Kifaya, Partai al-Ghad, Partai Wafd,
Partai Tagammu, dan anggota Partai Nasserist.29
Pada bulan April 2005, gerakan Kifaya semakin aktif menyerukan slogan-
slogan anti Mubarak dan pembatalan Undang-Undang Darurat. Gerakan Kifaya
menyerukan terhadap pembatalan semua undang-undang khusus yang membatasi
kebebasan masyarakat Mesir untuk pertama kalinya memilih pemimpinnya dari
berbagai kandidat.30 Selain itu, gerakan Kifaya mengkritisi kinerja pemerintah
dalam memberikan kesejahteraan sosial, penciptaan lapangan kerja, dan
pendidikan. Pada tanggal 28 April 2005, seruan gerakan Kifaya disambut
masyarakat Mesir saat mereka mengadakan demonstrasi di empat belas kota di
Mesir secara bersamaan. Hal ini salah satunya terbukti dengan keikutsertaan
Ikhwanul Muslimin dalam demonstrasi yang diselenggarakan oleh gerakan Kifaya
tersebut. Namun, akibat dari demonstrasi yang dilakuan di empat belas kota itu,
sekitar 75 anggota gerakan Kifaya di tangkap oleh petugas keamanan Mesir.31

27
Anna Sundell, “Narration and Identity: Dealing with Social and Ideological
Heterogeneity in the Kefaya Movement”, h. 19.
28
Edmund Blair, “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum”
29
Edmund Blair, “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum”
30
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 209.
31
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
72

Selain mendapat dukungan dari masyarakat Mesir, gerakan Kefaya juga


mendapat dukungan dari hakim, yang mencoba menekan Mubarak untuk
mendapatkan pemantau pada saat pemilu dilaksanakan. Pada saat pertemuan
konferensi pers di Alexandria yang dilaksanakan pada bulan April 2005, 1.200
hakim menyatakan bahwa mereka tidak akan mengawasi pemilihan presiden dan
parlemen kecuali jika mereka diberi kebebasan dan kontrol dalam proses
pemilihan.32 Untuk mendapatkan publisitas, gerakan Kifaya memanfaatkan
konferensi pers secara efektif dengan mengundang wartawan internasional dan
wartawan televisi satelit Arab.33
Namun, tekanan yang diberikan gerakan Kifaya tidak berhasil. Karena,
akhirnya Parlemen Mesir menyetujui putusan Mubarak tersebut pada Selasa, 10
Mei 2005.34 Selain itu, pada 24 Mei 2005, sehari sebelum referendum tersebut
dilaksanakan, lima petisi yang diajukan oleh pihak oposisi untuk menghentikan
pemungutan suara ditolak oleh pengadilan Mesir. Petisi tersebut salah satunya
merupakan petisi yang dibuat oleh gerakan Kifaya pada awal pembentukannya.35
Dalam referendum yang dilaksanakan pada 25 Mei 2005 tersebut,
masyarakat Mesir yang memiliki hak pilih datang ke tempat pemungutan suara
untuk menyatakan “Ya” atau “Tidak” terhadap perubahan konstitusional yang
menggantikan sistem lama pemilihan presiden tersebut.36 Ketidakberhasilan
gerakan Kifaya diperkuat dengan hasil referendum yang menyatakan bahwa suara
yang menyetujui diselenggarakannya pemilihan presiden multikandidat lebih
dominan. Adapun hasil dari referendum tersebut yakni yang mengatakan “Ya”

32
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 209.
33
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
34
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, Review of African Political
Economy, Vo. 35, No. 116, The Politics of Capital (2008), h. 301.
35
Arabic News, “Egyptian Judiciary Rejects Halting Referendum on The Constitution”,
dalam
https://web.archive.org/web/20080522112426/http://www.arabicnews.com/ansub/Daily/Day/0505
24/2005052417.html diakses Minggu, 17 September 2017 pukul 14.02 WIB.
36
Edmund Blair, “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum” dalam
https://www.iol.co.za/news/africa/egypt-opposition-urges-boycott-of-referendum-242139 diakses
Minggu, 17 September 2017 pukul 21.27 WIB.
73

tercatat sebanyak 13.593.552 (82.86%) dari total pemilih 17.183.302. Sedangkan


yang memberi suara “Tidak” tercatatat sebanyak 2.811.894 (17,14%).37
Walaupun demikian, gerakan Kifaya tidak menyerah. Pada hari referendum
25 Mei 2005, gerakan Kifaya menyelenggarakan demonstrasi di depan kantor
pusat Pers Sindikat dan Makam Sa‟ad Zaghlul di Kairo. Gerakan Kifaya
menganggap bahwa amandemen konstitusi yang mengatur tentang pencalonan
presiden tersebut sangat sulit untuk diikuti.38 Gerakan Kifaya bukan tidak ingin
diselenggarakannya pemilihan presiden yang demokratis. Tetapi mereka hanya
tidak setuju dengan aturan yang memberatkan dalam amandemen pasal 76
tersebut.39 Karena, kondisi yang diatur dalam amandemen pasal 76 secara tidak
langsung bertujuan untuk mengamankan jabatan yang dipegang Mubarak sejak
1981 untuk Partai Nasional Demokrat (NDP),40 karena pada dasarnya hanya
kandidat presiden dari NDP yang benar-benar memenuhi syarat di bawah batasan
tersebut.41
Adapun ketentuan dalam konstitusi tersebut di antaranya membatasi:42
Pertama, kelayakan pencalonan presiden terbatas pada badan eksekutif partai
politik, tidak termasuk anggota partai yang tidak memegang jabatan
kepemimpinan. Kedua, hampir tidak mungkin calon independen mencalonkan diri
sebagai presiden. Dengan badan-badan terpilih yang didominasi oleh NDP,
kandidat independen harus mendapatkan setidaknya 250 dukungan oleh anggota
terpilih dari Majelis Rakyat, Dewan Syura, dan dewan lokal pada tingkat
gubernuran. Ketiga, hanya partai dengan 5 persen kursi legislatif yang dapat
mengajukan calon presiden. Persyaratan ini memberi rezim dorongan kuat untuk
menjamin dominasi kandidat NDP dalam pemilihan presiden.

37
Election Guide Democracy Assistance & Elections News, “Arab Republic of Egypt
Referendum May 25, 2005” dalam http://www.electionguide.org/results.php?ID=81 diakses pada
Kamis, 14 September 2017 pukul 11.20 WIB.
38
Khairi Abaza, Political Islam and Regime Survival in Egypt, h. 4.
39
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
40
Edmund Blair, “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum”
41
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 105.
42
Michael Wahid Hanna, “The Son Also Rises…”, h. 105.
74

Sebagai dampak dari kegagalan dalam pemboikotan referendum 25 Mei


2005, gerakan Kifaya mengubah rencananya untuk mendukung beberapa tokoh
politik terkenal dalam pemilihan presiden. Tujuannya tetap, agar Mubarak tidak
terpilih kembali untuk masa jabatan selanjutnya.43

3. Pemilihan Presiden Tahun 2005


Mubarak mengumumkan bahwa ia akan kembali mencalonkan diri untuk
masa jabatan kelimanya pada pemilihan presiden yang akan diselenggarakan pada
7 September 2005. Kabar tersebut sekaligus membantah bahwa ia akan
mewariskan kekuasaannya pada putranya, Gamal. Setelah amandemen pasal 76
disahkan melalui referendum 25 Mei 2005, secara resmi peraturan sistem
pemilihan presiden berubah dari referendum ke sistem pemilihan langsung,
umum, dan rahasia dengan beberapa kandidat dari berbagai partai politik. Atas
aturan baru ini, sepuluh kandidat dari 21 partai politik yang diakui oleh negara
berhasil melewati beberapa tahapan seleksi oleh Presidential Election
Commission (PEC) atau Komisi Pemilihan Presiden.44
Adapun sepuluh orang kandidat tersebut yaitu: Muhammad Husni Mubarak
(National Democratic Party/Partai Nasional Demokrat), Ayman Abdel Aziz Nour
(al-Ghad/Tomorrow Party/Partai Hari Esok), Noman Khalil Gomaa (Wafd Party),
Osama Abdel Shafi Shaltout (al-Takaful/The Solidarity Party/Partai Solidaritas),
Wahid Fakhry al-Uksory (Misr al-Arabi Ishtraki/The Egyptian Socialist Arab
Party/Partai Arab Sosialis), Ibrahim Mohamed Abdel Monem Tork (al-Itihad Al-
Demoqrati/The Democratic Union Party/Partai Uni Demokrasi), Mamdouh
Mohamed Ahmed Qenawy (al-Dustour al-Igtima‟i/The Social Constitutional
Party/Partai Konstitusi Sosialis), Ahmed al-Sabahi Awadallai (al-Ummah/The
National Party), Fawzi Khalil Ghazal (Misr 2000/Egypt 2000 Party), dan al-Said

43
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
44
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 301.
75

Refaat Mohamed al-Agroudy (al-Wifaq al-Qawmy/The National Conciliation


Party/Partai Kesepakatan).45
Dari sepuluh kandidat yang diterima oleh Komisi Pemilihan Presiden
(PEC), terpilih kandidat dari tiga partai politik yang di kategorikan aktif dan tujuh
lainnya dari partai-partai kurang signifikan. Tiga Partai tersebut yakni NDP, al-
Ghad, dan Wafd. Calon-calon dari ketiga partai tersebut mendominasi hasil
pemungutan suara.46 Partai al-Ghad dan Partai Wafd merupakan afiliasi politik
gerakan Kifaya. Gerakan Kifaya dan kelompok opisisi terhadap pemerintahan
Mubarak merasa mempunyai harapan untuk menang dalam pemilihan presiden
tahun 2005.
Adapun masa kampanye pemilu presiden multikandidat pertama ini
berlangsung selama 19 hari, dimulai pada 17 Agustus 2005 sampai dengan 4
September 2005. Semua kandidat berusaha memanfaatkan waktu kampanye yang
sudah ditetapkan tersebut dengan baik. Strategi kampanye mereka pun berbeda-
beda. Ayman Nour memilih melakukan kampanye dengan mendatangi langsung
masyarakat Mesir. Noman Gomaa memilih melakukan kampanye melalui media
cetak dan iklan di televisi. Sedangkan Mubarak melakukan keduanya, yakni
mengadakan kunjungan ke beberapa kota di Mesir dan lewat media elekronik.47
Di antara tiga calon potensial pada pemilu presiden Mesir 2005, Mubarak
yang merupakan calon dari NDP menjalankan kampanye paling mengesankan.
Dengan kantor pusat mereka yang terletak di Pusat Studi Nasional di distrik
Heliopolis Kairo, NDP mempekerjakan sekitar 200 orang secara paruh waktu
khusus untuk mengurus kampanye yang berlangsung selama 19 hari tersebut. Tim
kampanye NDP berusaha mengembangkan citra Mubarak sebagai seorang warga
negara biasa yang memiliki jiwa patriot karena jasanya saat perang Arab-Israel

45
Election Guide Democracy Assistance & Elections News, Arab Republic of Egypt
Election for Precident 2005” dalam http://www.electionguide.org/election.php?ID=80 diakses
pada 16 Agustus 2017 pukul 22.38 WIB
46
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 302.
47
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 303.
76

tahun 1973. Namun, kampanye tersebut tidak banyak mengubah pandangan


umum bahwa presiden Mesir adalah sumber otoritas yang tak tertandingi.48
Dalam pidato pencalonannya, Mubarak membahas masalah substansial yang
sering kali dikritisi oleh oposisi pemerintahannya, seperti pandangan tentang
ekonomi, standar hidup dan politik. Mubarak membuat beberapa janji reformasi
apabila ia terpilih, di antaranya: Amandemen konstitusional yang mengabadikan
kebebasan individu, menghidupkan kembali partai politik, mengembangkan
kerangka kelembagaan untuk proses pengambilan keputusan, dan menempatkan
pembatasan pada wewenang eksekutif; Meningkatkan peran kelembagaan
parlemen; Meningkatkan kualitas surat kabar milik negara; Membuat 4,5 juta
pekerjaan dalam enam tahun ke depan; Memulai program pinjaman keuangan
mikro yang lebih baik; Menyediakan asuransi kesehatan nasional untuk semua
warga negara; Melengkapi jalur metro baru dan transportasi yang lebih baik bagi
penduduk di Mesir; Menaikkan gaji pegawai negeri sebesar 100%; Membuat
3.500 sekolah dalam enam tahun ke depan; dan legalisasikan RUU anti-terorisme
sehingga undang-undang darurat dapat dicabut.49
Gerakan Kifaya menanggapi janji yang disampaikan dalam kampanye
Mubarak tersebut dengan mempertanyakan kegagalan Mubarak dalam
50
menghadapi masalah tersebut dalam 24 tahun masa kepresidenannya. Di tempat-
tempat yang dikunjungi NDP selama kampanyenya, masalah reformasi dan politik
lebih di tekankan di daerah perkotaan. Sedangkan masalah ekonomi lebih
ditekankan di daerah pedesaan. Mubarak mengatakan bahwa di daerah yang jauh
dari dari ibu kota, ekonomi merupakan perhatian yang lebih substansial bagi
warga negara. Sebaliknya, di pusat kota besar seperti Alexandria dan Kairo, sisi
politik harus lebih menonjol.51
Ayman Nour merupakan kandidat presiden termuda dalam pemilihan
presiden tahun 2005. Saat itu usia Nour baru 40 tahun. Dalam kampanye yang
Nour selenggarakan, masalah yang ia hadapi adalah kurangnya infrastruktur partai

48
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 304.
49
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 303-305.
50
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 304.
51
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 304.
77

dan hambatan dalam penggalangan dana kampanye. Masalah lain dari kampanye
Nour adalah belum mapan dan populernya al-Ghad sebagai partai politik,
sehingga mengharuskan Nour untuk mengunjungi daerah-daerah di Mesir untuk
bertemu dengan calon pemilih.52
Nour merupakan kandidat yang paling aktif dalam berkampanye. Seperti
yang dikatakan Nour kepada pendukungnya di lapangan Tahrir Kairo pada 3
September 2005 bahwa dalam 18 hari Nour telah melakukan 22 kampanye di 19
gubernur.53 Sebagai bagian dari strategi, tim kampanye Nour memilih daerah yang
dianggap bertentang dengan Presiden Mubarak. Selama pidato kampanyenya di
al-Minya, jika terpilih Nour berjanji: Mencabut undang-undang darurat dan
membebaskan semua tahanan politik pada bulan Oktober 2005; Pemilihan
parlemen akan diadakan pada bulan November sesuai jadwal; Merestrukturisasi
atau menata kembali aparat media negara pada bulan Januari 2006; Pada bulan
Maret 2006, sebuah komite terpilih akan menulis sebuah konstitusi baru, yang
akan tunduk pada referendum nasional; Pada bulan September 2007, Nour
menjanjikan pemilihan presiden baru di mana dia akan mundur dari jabatan
tersebut.54
Partai Wafd memutuskan untuk maju dalam pemilihan presiden dengan
harapan dapat meningkatkan profil partai tersebut sebelum pemilihan parlemen
pada bulan November 2005. Dengan dorongan tersebut, Partai Wafd memilih
Noman Gomaa sebagai kandidatnya. Dengan basis anggota partai yang kaya,
Wafd mampu mengumpulkan uang kampanye dari para anggotanya. Tim
kampanye Gomaa bergantung pada iklan TV dan surat kabar dari pada bertemu
langsung dengan para calon pemilih.55 Gomaa hanya melakukan enam kampanye
pemilihan selama periode kampanye 19 hari. Kampanye tersebut pun hanya
dilakukan di kota-kota besar seperti Kairo dan Alexandria. Dalam kampanyenya
Gomaa menyinggung isu tentang sosial-ekonomi seperti pengangguran dan

52
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 305.
53
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 305.
54
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 305-306.
55
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 307.
78

korupsi. Gomaa berpendapat bahwa ekonomi berbasis impor membuat Mesir


bergantung pada industri saja.56
Menjelang hari pemilihan, gerakan Kifaya tetap mempertahankan tekanan
pada pemerintah. Pada tanggal 8 Juni 2005, sebanyak dua ribu orang Mesir yang
mewakili oposisi terhadap presiden Mubarak melakukan demonstrasi damai
dengan membawa lilin di depan makan Saad Zaghlul. Seiring dengan semakin
aktifnya gerakan Kifaya memberikan tekanan kepada pemerintah, tekanan
pemerintah kepada gerakan Kifaya pun semakin meningkat.
Pada tanggal 30 Juli 2005, petugas keamanan Mesir menyerang pertemuan
200 aktivis yang memprotes pencalonan Mubarak untuk masa jabatan selanjunya.
Menurut Human Rights Watch dalam Sherif Mansour, tindakan yang dilakukan
oleh pihak berwenang tidak hanya untuk mencegah demonstrasi, tetapi secara
fisik menghukum mereka yang berani untuk memprotes pencalonan kembali
Presiden Mubarak.57
Di balik usahanya untuk mencegah agar Mubarak tidak kembali menjadi
presiden, pada akhirnya gerakan Kifaya kembali tidak berhasil dalam mencapai
tujuannya. Hasil dari pemilihan presiden multikandidat yang dilaksanakan pada
tahun 2005 dimenangkan oleh Mubarak. Kemenangan presiden Mubarak
diumumkan secara resmi oleh Ketua Komisi Pemilihan Presiden yang juga
merupakan Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir yaitu Mamdouh Mar‟i.58
Mar‟i menjelaskan pemilihan presiden yang berlangsung pada Rabu, 7
September 2005, dimenangkan Mubarak dengan perolehan suara sebanyak
6.316.784 suara (88,57%) dari total jumlah suara pemilih 7.305.036 suara (23%
dari jumlah pemilih terdaftar). Posisi kedua dimenangkan oleh Ayman Nour dari
Partai al-Ghad dengan suara sejumlah 540.405 (7,58%) dan Noman Gomaa

56
Joshua Stacher, “Egypt: The Anatomy of Succession”, h. 307.
57
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 210.
58
Tamir Moustafa, The Struggle for Constitutional Power: Law, Politics, and Economic
Development in Egypt, h. 213.
79

memperoleh 208.891 suara atau sekitar (2,93%)59 dan sisanya terbagi untuk tujuh
kandidat lainnya. Pada tanggal 27 September 2005, Mubarak dilantik sebagai
presiden untuk kelima kalinya.60

4. Pemilihan Parlemen 2005


Secara keseluruhan perolehan suara kelompok oposisi dalam parlemen
Mesir tahun 2005 mencapai 100 kursi yang diaraih oleh Partai Wafd, Partai
Tagammu, Partai al-Ghad, Karama, dan kandidat independen Ikhwanul Muslimin.
Adapun NDP mendominasi kemenangan pemilihan parlemen tahun 2005 dengan
memperoleh 324 kursi.61 Rendahnya kredibilitas partai-partai oposisi utama
seperti Partai al-Ghad, Partai Wafd, dan Partai Tagammu tercermin dalam
pemilihan parlemen tahun 2005 ini. Sebagai gantinya, Ikhwanul Muslimin
membuat kinerja yang kuat pada pemilihan. Karena Ikhwanul Muslimin dilarang,
mereka mencalonkan diri sebagai anggota independen, dan mereka menyerukan
selogan mereka yakni “Islam adalah solusi” pada kampanye mereka. Sebanyak
150 calon independen dari Ikhwanul Muslimin berhasil memenangkan 88 kursi
(20,4%).62
Anna Sundell mengatakan bahwa analisis dari keberhasilan Ikhwanul
Muslimin tersebut adalah kesabaran mereka menghadapi penindasan politik dari
rezim Mubarak, kehadiran mereka di masyarakat di tinggkat lokal, aktivitas sosial
mereka dalam pengiriman barang-barang seperti bantuan medis dan keuangan
pada masyarakat miskin (didanai bersama oleh masyarakat Islam lokal dan
internasional).63 Hal serupa sesuai dengan Michael R. Fischbach yang mengatakan
bahwa Ikhwanul Muslimin memenuhi dan melayani kebutuhan kesehatan,

59
Election Guide Democracy Assistance & Elections News, Arab Republic of Egypt
Election for Precident 2005” dalam http://www.electionguide.org/election.php?ID=80
diakses pada 16 Agustus 2017 pukul 22.38 WIB.
60
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and Re-
election, Egypt, 2005”
61
International Republican Institute, 2005 Parliamentary Election Assessment in Egypt:
November 15-21, 2005, (Washington, D.C: USAID, 2005), h. 21.
62
International Republican Institute, 2005 Parliamentary Election…, h. 22.
63
Anna Sundell, “Narration and Identity: Dealing with social and ideological heterogeneity
in the Kefaya Movement”, h. 18.
80

pendidikan, dan kesejahteraan jutaan warga Mesir yang belum terlayani oleh
negara.64
Sejak kelahiran kembali sistem multipartai di Mesir pada tahun 1970an,
partai-partai oposisi secara berkala membahas “front persatuan”, namun pada
umumnya selalu gagal karena konflik internal akibat perbedaan ideologis. Seperti
halnya yang terjadi pada pemilihan parlemen tahun 2005, pembentukan Front
Nasional untuk Perubahan dan Reformasi (National Front for Change and
Reform) menyatukan sebagian besar gerakan oposisi untuk program reformasi
politik dan sebuah kesepakatan untuk berkoordinasi sehingga kandidat dari
berbagai komponen front tidak akan bersaing dalam pemilihan parlemen.65
Bentrokan di dalam front kerap kali terjadi. Misalnya, Ayman Nour dari
Partai al-Ghad tidak bisa bergabung apabila di dalam front ada Partai Wafd yang
mana dulunya Nour merupakan mantan anggota partai tersebut. Selain itu,
Ikhwanul Muslimin memutuskan tidak bergabung dengan front. Alasan Ikhwanul
Muslimin tidak ingin bergabung salah satunya karena keterlibatan Partai
Tagammu yang berhaluan kiri. Selain itu Ikhwanul Muslimin menganggap kaum
liberal dan kiri memilih sebuah rezim otoriter untuk memerintah Islam.
Sebaliknya, kaum kiri dan liberal menganggap bahwa ideologi Ikhwanul
Muslimin itu terlalu ekstrim. Di sini gerakan Kifaya mencoba untuk
menjembatani kesenjangan ideologi tersebut. Walaupun hasil dari pemilihan
parlemen tahun 2005 tetap didominasi oleh NDP, tetapi gerakan Kifaya akhirnya
berhasil menyatukan opoisisi yang mempunyai tujuan sama terhadap
pemerintahan Mubarak.66

64
Michael R. Fischbach, Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and North
Africa, h. 549.
65
Amr Hamzawy dan Nathan J. Brown, “Can Egypt‟s Troubled Elections Produce a More
Democratic Future?”, hal. 3.
66
Amr Hamzawy dan Nathan J. Brown, “Can Egypt‟s Troubled Elections Produce a More
Democratic Future?”, hal. 3.
81

B. Kemunduran Gerakan Kifaya


Gerakan Kifaya telah mengalami pasang surut sejak mereka memulai aksi
demonstrasinya pada Desember 2004.67 Mengevaluasi peran dan dampak dari
gerakan Kifaya, banyak pengamat yang melihat Kifaya sebagai kasus kegagalan.
Pada awalnya, gerakan Kifaya berhasil memobilisasi segmen luas masyarakat
Mesir, namun kemudian terbukti tidak mampu mengatasi banyak hambatan untuk
upaya reformasi dan partisipasi politik karena dianggap tidak punya tujuan di luar
oposisinya terhadap pemerintahan Presiden Mubarak. Pada tahun 2008, gerakan
Kifaya mengalami penurunan karena intimidasi dari pemerintah terhadap gerakan
Kifaya dan konflik internal di dalam gerakan.68
Pemerintah Mesir mencoba untuk menekan gerakan Kifaya sejak mereka
masih menjadi aktivis aksi solidaritas untuk Intifada kedua Palestina dan aktivis
anti-perang tahun 2003. Selain menekan gerakan Kifaya, pemerintah melakukan
intimidasi kepada para pemimpin gerakan Kifaya. Misalnya Abdel Halim Qandil
pernah diculik oleh empat orang pria dan dibawa sejauh 50 mil ke luar kota Kairo.
Di sana ia dipukuli dan ditinggalkan di tempat terpencil. Intimidasi pun kerap
dilakukan kepada anggota gerakan Kifaya, seperti yang terjadi kepada seorang
wartawan bernama Muhammad al-Sharqawi. Ia diseret dari mobil dan dipukuli
oleh petugas keamanan Mesir dan dibawa ke kantor polisi.69
Konflik internal dalam kelompok ini diawali pada tahun 2006 dengan
renggangnya hubungan gerakan Kifaya dengan kelompok Islam setelah sebuah
artikel anonim diposting situs web gerakan Kifaya. Artikel tersebut berisi
dukungan anti-jilbab yang dianjurkan oleh menteri kebudayaan Mesir, Farouk
Husni. Dalam artikel tersebut dikatakan bahwa perempuan mengenakan jilbab
adalah tanda keterbelakangan. Meskipun artikel tersebut telah dihapus, tujuh
tokoh kunci gerakan Kifaya pro-Islam akhirmnya mengumumkan niat mereka
untuk meninggalkan gerakan. Salah satu dari tujuh tokoh kunci tersebut yakni

67
Rabab El-Mahdi, “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”, h. 1014.
68
Nadia Oweidat, The Kefaya Movement…, h. 27.
69
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 211.
82

Magdi Ahmad Hussein. Ia menyatakan bahwa Kifaya telah gagal menemukan


jalan tengah untuk Islam dan Liberal.70
Penurunan gerakan Kifaya di perparah dengan mengundurkan dirinya
George Ishaq selaku koordinator pertama gerakan Kifaya pada bulan Januari
2007. Kemudian posisi George Ishaq digantikan oleh Abdel Wahhab al-Messiri
yang merupakan seorang nasionalis Arab serta mantan Partai Komunis dan
Ikhwanul Muslimin. Messiri menghadapi tugas yang sulit untuk menghidupkan
kembali gerakan Kifaya yang mulai melemah sejak kemenangan Mubarak di
pemilu 2005.71 Pada bulan Juli 2008 Messiri meninggal dunia dan posisinya
sebagai koordinator gerakan Kifaya digantikan oleh Abdel Halim Qandil.72
Sherif Mansour mengatakan, kekurangan gerakan Kifaya yang akhirnya
mendorong kemunduran gerakan ini salah satunya adalah keengganan gerakan
Kifaya untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah. Pada saat gerakan Kifaya
setuju dengan keputusan pemerintah, tidak pernah ada kesepakatan di antara
anggota gerakan tentang cara untuk membuka dialog, mengeksplorasi kepentingan
bersama, atau mencapai pemahaman dengan pemerintah.73 Selain itu, gerakan
Kifaya tidak pernah menargetkan atau merekrut pendukung dari dalam rezim, hal
ini berdasarkan pada prinsip mereka bahwa segala sesuatu yang melibatkan rezim
itu tindak kejahatan dan harus diperangi. Terlepas dari itu, sebenarnya gerakan
Kifaya telah kehilangan banyak potensi pendukung.74
Namun walaupun tidak berhasil membuat perubahan rezim, gerakan Kifaya
telah membuat perubahan dan perkembangan penting dalam iklim politik Mesir.
Kefaya telah berhasil menciptakan dan meningkatkan budaya baru tentang

70
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 212.
71
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 212.
72
Josep Puig Montada, “Oppositional Movement in Egypt, From 1952 to Mubarak‟s
Downfall”, Nómadas. Revista Crítica de Ciencias Sociales y Jurídicas Volumen Especial:
Mediterranean Perspectives, 49 (2016), h. 12.
73
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 212.
74
Sherif Mansour, “Enough Is Not Enough: Achievements and Shortcomings of Kefaya,
the Egyptian Movement for Change”, h. 213.
83

tuntutan hak, partisipasi, dan tindakan sipil. Gerakan Kifaya telah menggerakan
masyarakat Mesir untuk berani menyuarakan tuntutannya.

C. Gerakan Pasca Gerakan Kifaya


Sejak penurunannya pada tahun 2006, secara struktur gerakan Kifaya sudah
tidak ada. Namun slogannya masih terus disuarakan oleh oposisi pemerintahan
Mubarak, serta mantan anggotanya kembali membentuk gerakan dengan visi dan
misi yang serupa dengan gerakan Kifaya. Gerakan tersebut di antaranya Gerakan
6 April 2008 dan We are All Said Khaled Group 2010. Gerakan-gerakan ini
disebut sebagai gerakan-gerakan penerus Kifaya dan gerakan Kifaya menjadi
salah satu akar terjadinya peristiwa revolusi Mesir pada bulan Februari 2011.75
Aktivis gerakan Kifaya yang kembali aktif membentuk gerakan-gerakan serupa
Kifaya sebelum revolusi tahun 2011 di antaranya Abdelgelil Mustafa dan George
Ishaq.76
Gerakan Pemuda 6 April adalah sebuah kelompok aktivis Mesir yang
didirikan pada tahun 2008 untuk mendukung pekerja di Mahalla el-Kubra yang
merupakan sebuah kota industri di Mesir, yang berencana untuk melakukan
mogok pada tanggal 6 April 2008. Gerakan ini dibentuk oleh Ahmad Maher dan
mendorong para pemuda untuk menunjukan solidaritas mereka dengan
berpartisipasi dalam pemogokan kerja. Ahmed Maher mulai aktif menjadi aktivis
buruh pada tahun 2007. Tujuan dari dibentuknya gerakan Pemuda 6 April adalah
untuk memperluas demonstrasi buruh ke dalam gerakan yang lebih luas,
menyebarkan pemogokan dan mengubahnya menjadi gerakan pro-demokrasi
secara umum.77
Gerakan Pemuda 6 April pertama kali dibentuk pada tahun 2007 sebagai
tanggapan atas kebangkitan kembali gerakan buruh di Mesir setelah bertahun-
tahun ditekan oleh pemerintahan Sadat dan Mubarak. Demonstrasi buruh besar-

75
Al-MasryAl-Youm,www.youm7.com/story/2011/5/1/402723/-‫عبد‬-‫انجهيم‬-‫يصطفي‬-‫احسب‬-‫انعدل‬
‫ اَضًاو‬diakses Senin, 06 November 2017 pukul 13.11 WIB.
76
Al-Masry Al-Youm, www.egyptindependent.com/news/kefaya-origins-mubaraks-
downfall, diakses Senin, 06 November 2017 pukul 13.34 WIB.
77
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 239.
84

besaran kembali muncul pada tahun 2004, yang dipicu oleh gerakan Kifaya yang
sedang eksis pada tahun tersebut.78 Gerakan Pemuda 6 April memanfaatkan
Facebook dalam aktivitas gerakannya.
Dalam halaman Facebook mereka yang beragontakan sekitar 70.000 (tujuh
puluh ribu) orang, dibahas isu-isu yang mendesak seperti kebebasan berbicara,
ekonomi, dan hak asasi manusia.79 Gerakan Pemuda 6 April ini terinspirasi oleh
gerakan Kifaya dalam aktivitas gerakannya. Ahmed Maher pendiri gerakan
Pemuda 6 April ini memulai aktifitas politiknya di tahun 2005 dengan cara
bergabung dalam gerakan Kifaya. Selain Ahmed Maher, anggota gerakan Kifaya
yang kemudian bergabung dalam gerakan 6 April ini di antaranya Waleed Rashed
dan Mohamad Adel yang sebelumnya menjadi juru bicara gerakan Kifaya.80
Pada 7 Desember 2006, 24.000 (dua puluh empat ribu) pekerja Mesir
melakukan aksi mogok di Misr Spinningin el-Mahalla el-Kubra. Aksi mogok
tersebut memicu gelombang demonstrasi buruh di seluruh Mesir dan menjadi
gerakan protes terbesar sejak tahun 1950-an. Kemudian pada bulan Maret 2008,
Ahmed Maher dan kawan-kawannya membentuk kelompok Facebook Youth
Movement (Gerakan Pemuda) yang akan dilaksanakan pada 6 April 2008. Seperti
gerakan Kifaya, kelompok ini kemudian bertransformasi dari gerakan buruh
menjadi gerakan anti-Mubarak yang paling dinamis pada waktu itu.81
Adapun pembentukan We are All Khaled Said Group dilatarbelakangi oleh
seorang pemuda bernama Khaled Said yang diseret keluar dari kafe internet oleh
polisi di Alexandria dan dipukuli hingga meninggal dunia. Peristiwa kekerasan
yang dilakukan oleh polisi Mesir terhadap Khaled Said tersebut terjadi pada
tanggal 6 Juni 2010. Said ditargetkan oleh polisi karena ia berniat memposting
video yang diduga menunjukan polisi yang sedang menawarkan pembagian
rampasan obat bius.82 Pada awal bulan Juli 2010, pihak berwenang memutuskan
untuk menuntut dua petugas polisi yang menyeret Said dengan dakwaan

78
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 239.
79
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, Movements.Org Alliance for
Youth Movements (2010), h, 2.
80
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 239.
81
Merlyna Lim, “Clicks, Cabs, and Coffee Houses…, h. 239.
82
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 3.
85

penangkapan illegal dan penyiksaan. Persidangan kedua polisi yang menangkap


Said dijadwalkan pada 25 September 2010, namun ditunda hingga 23 Oktober
2010.
Akibat kemarahan masyarakat mesir atas insiden yang menimpa Khaled
Said, mereka berkumpul dan membuat halaman Facebook bernama “We are all
Khaled Said Group”. Halaman Facebook berbahasa Inggris memiliki lebih dari
7.000 (tujuh ribu) anggota, sedangkan halaman Facebook berbahasa Arab
memiliki lebih dari 275.000 (dua ratus tujuh puluh lima ribu) anggota.83 Dalam
sebuah wawancara yang dilakukan oleh Brannon Cullum kepada administrator
halaman Facebook berbahasa Inggris We are all Khaled Said Group, ia
mengatakan bahwa mereka tidak menerima perlakuan polisi kepada Khaled Said
yang hanya seorang masyarakat Mesir biasa dan non-politik. Selain itu, mereka
merasa tidak heran jika hal yang sama seperti yang dialami oleh Khaled Said
kapanpun bisa menimpa mereka.84 Dengan kata lain, We are all Khaled Said
Group menjadi cerminan keberanian masyarakat mesir yang tidak takut dan siap
untuk bertindak dan menentang penyiksaan yang dilakukan rezim Mubarak.
Seperti halnya gerakan Kifaya, We are all Khaled Said Group melakukan
demonstrasi secara damai. Mereka berkumpul dan berdiri membuat barisan
dengan membaca al-Quran atau al-Kitab.85 Gerakan 6 April 2008 dan We are all
Khaled Said Group 2010 keduanya memiliki tujuan jangka panjang untuk
direalisasikan yakni mengakhiri otokrasi, proyek warisan politik, dan pelanggaran
hak asasi manusia. Peristiwa yang menimpa Khaled Said ini pun menjadi salah
satu pemicu terjadinya revolusi Mesir pada 11 Februari 2011 yang akhirnya
menumbangkan kekuasaan Husni Mubarak di Mesir.86

83
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 3.
84
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 3.
85
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 3.
86
Brannon Cullum, “Spotlighting Digital Activism in Egypt”, h. 8.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan Kifaya adalah koalisi aktivis dari berbagai afiliasi politik, profesi
dan ideologi. Kifaya pada dasarnya tetap gerakan protes yang tujuannya bukan
mencapai kekuasaan. Ketika gerakan Kifaya didirikan, para anggotanya bertekad
untuk menjadi jaringan oposisi yang kuat untuk menekan rezim Mubarak agar
melakukan reformasi. Gerakan Kifaya berhasil menarik sejumlah besar anggota
dan pendukung, tetapi tidak cukup kuat untuk memengaruhi pemerintah. Hal ini
dibuktikan dengan tak satupun dari tujuan gerakan Kifaya yang terwujud. Gamal
akhirnya tidak menggantikan posisi ayahnya Mubarak, karena Mubarak justru
mencalonkan kembali pada pemilu 2005 dan mendapatkan kemenangan yang
telak.
Setelah pemilu 2005, gerakan Kifaya tidak menawarkan solusi praktis untuk
masalah masyarakat Mesir yang mendesak seperti kemiskinan, pengangguran,
korupsi, dan akses terhadap pendidikan dan pelayanan publik. Gerakan Kifaya
hanya fokus pada bagaimana pemerintahan Mubarak harus berhenti tanpa
menawarkan solusi yang pasti bagaimana masa depan Mesir apabila tujuan
mereka tercapai. Justru setelah tahun 2005 mereka mulai mengalami kemunduran
akibat konflik internal dalam gerakan dan intimidasi dari pemerintah.
Meskipun tidak berhasil mencapai tujuan utamanya, Kifaya merupakan
gerakan oposisi tanpa kekerasan dan suskses memberikan peran serta kontribusi
dalam beberapa hal, di antaranya: Pertama, gerakan Kifaya menunjukan kepada
orang-orang Mesir bahwa jika bersatu, orang-orang dari kalangan biasa dapat
menjadi kuat dan memberi pengaruh. Kedua, gerakan Kifaya menciptakan
dinamika baru dalam politik Mesir dengan cara memecah rasa takut masyarakat
Mesir untuk langsung menyuarakan tuntutannya kepada Presiden Mubarak.
Ketiga, gerakan Kifaya membantu masyarakat Mesir menciptakan ruang politk
untuk protes, menentang tabu mengkritik pemerintah secara terbuka, dan
membuka masa depan gerakan dan kegiatan oposisi di Mesir.

86
87

B. Saran
Melalui penelitian ini penulis secara umum berusaha untuk menyajikan
sejarah politik Mesir kontemporer, dan secara khusus membahas gerakan sosial
sebagai gerakan oposisi baru yang muncul pada masa pemerintahan Presiden
Husni Mubarak yakni gerakan Kifaya. Kajian ini akan lebih menarik jika
diperkaya dengan sumber-sumber primer atau sumber yang ditulis langsung oleh
anggota gerakan Kifaya. Kepada pengkaji (peneliti lain) yang ingin mengkaji
lebih jauh lagi tentang gerakan Kifaya atau tentang reformasi politik di negara
Mesir, penulis menyarankan kajian yang lebih komprehensif lagi, karena penulis
sadar betul akan kekurangan kajian ini.
Jika tahun penelitian kajian ini ditarik sampai tahun 2011, gerakan Kifaya
mempunyai peran penting dalam peristiwa Revolusi Mesir 11 Februari 2011 yang
akhirnya menumbangkan kekuasaan Mubarak di Mesir. Walaupun mengalami
pasang surut, gerakan Kifaya menjadi awal mula atau faktor internal yang
melatarbelakangi peristiwa yang mempunyai dampak besar di dunia Arab
tersebut. Akhir kata, semoga penelitian ini menjadi kontribusi untuk bidang
akademik yang penulis geluti dan menambah wawasan untuk pembaca tentang
sejarah kebudayaan Islam di Mesir.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abaza, Khairi. Political Islam and Regime Survival in Egypt. USA:Washington
Institute for Near East Policy, 2006.
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999.
Amin, Galal. 1111-1891 ‫( يصر و يصريىٌ في عهد يبرك‬Misr wa-l-Misriyyun fi „ahd
Mubarak).Cairo: American University in Cairo Press, 2011.
Antonio, Muhammad Syafii. Ensiklopedia Peradaban Islam Kairo. Jakarta:
Tazkia Publishing, 2012.
Arab Republic of Egypt Shoura Assembly, “The Constitution of The Arab
Republic of Egypt 11 September 1971 And Amendments May, 22 1980-
May, 25 2005-March, 26 2007”.
Clarke, Killian B. “Kefaya Movement Media (Egypt) dalam John D. H. Downing
(Ed.), Encyclopedia of social movement media. USA: SAGE Publications,
Inc, 2011.
El-Mahdi, Rabab dan Marfleet, Philip. Egypt The Moment of Change. New York:
Zed Books, 2009.
Darraj, Susan Muaddi. Modern World Leaders: Hosni Mubarak. New York:
Chelsea House Publishers, 2007.
Dean, Lucy. The Middle East and North Africa 2004 (50th Edition). London and
New York: Europa Publications, 2004.
Fischbach, Michael R. Biographical Encyclopedia of the Modern Middle East and
North Africa Vol L-Z. Detroit, US: Thomson Gale, 2008.
Hill, Roland. Lord Acton. London: Yale University Press, 2000.
International Republican Institute, 2005 Parliamentary Election Assessment in
Egypt: November 15-21, 2005. Washington, D.C: USAID, 2005.
Jr, Arthur Goldschmidt dan Johnston. Robert Historical Dictionary of Egypt
(Third Edition), African Historical Dictionaries No. 89. Oxford: The
Scarecrow Press Inc, 2003.
___________A Brief History of Egypt. New York: An Imprint of Infobase
Publishing, 2008.
Stephan, J. Civilian Jihad: Nonviolent Struggle, Democratization, and
Governance in the Middle East. USA: Palgrave Macmillan, 2009.
Marsot, Afaf Luthfi Al-Sayyid. A History of Egypt: From the Arab Conquest to
the Present, (second edition). New York: Cambridge University Press,
2007.
Oweidat,Nadia. The Kefaya Movement: A Case Study of a Grassroots Reform
Initiative. Pittsburgh: RAND Corporation, 2008.
Moustafa, Tamir. The Struggle for Constitutional Power: Law, Politics, and
Economic Development in Egypt. New York: Cambridge University Press,
2007.
Scott-Baumann, Michael. Crisis in the Middle East: Israel and the Arab States
1945–2007. London: Hodder Education, 2009.

88
89

Security with Human Right. Time for Justice: Egypt‟s Corrosive System of
Detention. UK: Amnesty International, 2011.
Tarrow, Sidney. Power in Movement: Social Movements, Collective Action and
Politics. New York: Cambridge University Press, 1994.
Wickham,Carrie Rosefsky The Muslim Brotherhood: Evolution of an Islamist
Movement. New Jersey: Princeton University Press, 2015.
Zuhdi, Karam Muhammad et al. Kritik Internal Terhadap Al-Qaeda: Bahaya dan
Kesalahan Ideologinya. Jakarta: Lazuardi Biru, 2012.
1923 Egyptian Constitution: Royal Decree No.42 of 1923 on Building a
Constitutional System for the Egyptian State (terj. Joy Ghali),
dipublikasikan oleh International Institute for Democracy and Electoral
Assistance (International IDEA).

Jurnal
Abdurahman, Bulbul. “Dinamika Pemerintahan Mesir Menuju Negara yang
Demokratis: Ditandai Persaingan Antara Demokrat Islam Dengan Militer”.
Jurnal Online Westphalia, Vol. 13, No. 1, 2014.
Cullum, Brannon. “Spotlighting Digital Activism in Egypt”. Movements.Org
Alliance for Youth Movements, 2010.
Darwisheh, Housam “Regime Survival Strategies and the Conduct of Foreign
Policy in Egypt”, Middle East Review of IDE-JETRO, Vol. 2, 2015.
Ezzeldeen, Nahed “Protes Movements in Egypt: The Case of Kefaya”, RAMSES
Working Paper, 2010.
Ezzelarab, Bahaa. "Kefaya”-An Egyptian Movement for Change”. The
Undergraduate Research Journal, Vol.1, 2005.
El-Mahdi, Rabab. “Enough! Egypt‟s Quest for Democracy”. Comparative
Political Studies, Vol. 42, No. 8, SAGE Publications, 2009.
Hamzawy, Amr dan Brown, Nathan J. “Can Egypt‟s Troubled Elections Produce
a More Democratic Future?”. Washington: Carnegie Endowment for
International Peace, 2005.
Hanna, Michael Wahid. “The Son Also Rises: Egypt‟s Looming Succession
Struggle”. World Policy Journal, Vol. 26, No. 3, 2009.
Hassan, Hamdy A. “Civil Society in Egypt under the Mubarak Regime“, Afro
Asian Journal of Social Sciences, Volume 2, No. 2.2, Quarter II, 2011.
International Crisis Group 2005, Reforming Egypt: In Search of A Strategy: 4
October 2005, Middle East/North Africa Report N°46.
İsmail, Araş. Gör. “Democratisation in Egypt From A Historical Perspective:
Problems, Pitfalls and Prospects”, Yönetim ve Ekonomi 22/1, 2015.
Kalmback, Hilary. “Review Works: Muslim Rebels: Kharijites and Politics of
Extreamism in Egypt by Jeffrey T. Kenney”. International Journal of
Middle East Studies, Vol. 41, No. 2, May, 2009.
Laban, Baha Abu. “The National Character in the Egyptian Revolution”, The
Journal of Developing Areas. College of Business, Tennessee State
University, Vol. 1, No. 2. Jan, 1967.
Lim, Merlyna. “Clicks, Cabs, and Coffee Houses: Social Media and Oppositional
Movements in Egypt 2004-2011”. Journal of Communication, 2012.
90

Stacher, Joshua. “Egypt: The Anatomy of Succession”. Review of African


Political Economy, Vol. 35, No. 116, The Politics of Capital, 2008.
Shorbagy, Manar. “Understanding Kefaya: The New Politics in Egypt”. Pluto
Journals, Arab Studies Quarterly, Vol. 29, No. 1, 2007.
Meital, Yoram. “The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections”,
Middle East Journal, Vol. 60, No. 2, 2006.
Montada, Josep Puig. “Oppositional Movement in Egypt, From 1952 to
Mubarak‟s Downfall”. Nómadas. Revista Crítica de Ciencias Sociales y
Jurídicas Volumen Especial: Mediterranean Perspectives, 49, 2016.
Nagarajan, K.V. “Egypt‟s Political Economy and the Downfall of the Mubarak
Regime”, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 3
No. 10, 2013.
Redsch, Courtney. “Arab Media & Society: Core to Commonplace: The Evolution
of Egypt‟s Blogosphere”. The Middle East Center St. Antony‟s College,
University of Oxford, 2008.
Reforming Egypt: In Search of A Strategy”, Middle East/North Africa Report
N°46 – 4 October 2005, International Crisis Group Working To Prevent
Conflict Wordwide, 2005.
Sundell, Anna. “Narration and Identity: Dealing with social and ideological
heterogeneity in the Kefaya Movement” LUND UNIVERSITY, Department
of Political Science, 2006.

Artikel
Abd Rahman, Musthafa “Demokrasi di Arab dan Standar Ganda AS” diakses
Rabu, 28 Juni 2017 pukul 15.21 WIB, melalui:
http://internasional.kompas.com/read/2011/04/25/08254212/Demokrasi.di.A
rab.dan.Standar.Ganda.AS
Abnaa Alwatan. “The Development of the Partisian Life in Egypt” diakses Kamis,
8 Juni 2017 pukul 11.56 WIB, melalui:
http://www.sis.gov.eg/newvr/son2011/en/party.pdf
Ahmad, Shakeer. “The Egyptian Revolution: Rebels, UCBMUN XXI” diakses
Jumat 26 Mei 2017 pukul 15.02 WIB, melalui:
https://ucbmun.herokuapp.com/bgs/rebels.pdf
Alex, “1977: Egypt‟s Bread Intifada” diakses Minggu, 11 Juni 2017 pukul 19.13
WIB, melalui: https://libcom.org/history/1977-egypts-bread-intifada
Al-Jazeera. “Alaa Mubarak” diakses pada Kamis, 8 Juni 2017 pukul 11.00 WIB,
melalui:
https://www.revolvy.com/topic/Alaa%20Mubarak&item_type=topic
________“Profile: Gamal Mubarak” diakses Selasa, 02 Mei 2017 pukul 09. 30
WIB, melalui:
http://www.aljazeera.com/focus/2009/12/2009126113730937103
________“Profile: Suzanne Mubarak” diakses Selasa 03 Juli 2017 pukul 12.11
WIB,
melalui:http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/05/201151452710
305808.html
91

Al-Anani, Khalil “The Kefaya Movement Depicted as a Social Phenomenon”


diakses Senin, 31 Oktober 2016 pukul 13.24 WIB, melalui:
http://www.elkarama.net/modules.php?name=News&file=article&sid=342
Al-Arian, Abdullah “Egypt: Reduxing the Past” diakses Jumat, 11 Agustus 2017
pukul 11.42 WIB, melalui:
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2011/02/20112110358461902.ht
ml
Al-Bab.com, “Greater Middle East Partnership” diakses Kamis, 29 Juni 2017
pukul 24.22 WIB, malalui: http://al-bab.com/documents-section/greater-
middle-east-partnership
Alwatan,”The Development of the Partisian Life in Egypt”, diakses Kamis, 8 Juni
2017 pukul 11.56 WIB, melalui:
http://www.sis.gov.eg/newvr/son2011/en/party.pdf
Al-MasryAl-Youm,www.youm7.com/story/2011/5/1/402723/-‫يصطفي‬-‫احسب‬-‫انعدل‬
‫اَضًاو‬-‫عبد‬-‫ انجهيم‬diakses Senin, 06 November 2017 pukul 13.11 WIB.
_______________, www.egyptindependent.com/news/kefaya-origins-mubaraks-
downfall, diakses Senin, 06 November 2017 pukul 13.34 WIB.
Arabic News, “Egyptian Judiciary Rejects Halting Referendum on The
Constitution” diakses Minggu, 17 September 2017 pukul 14.02 WIB,
melalui:
https://web.archive.org/web/20080522112426/http://www.arabicnews.com/
ansub/Daily/Day/050524/2005052417.html
Arabist, “NDP vs. Kefaya” diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 07.11 WIB,
melalui: http://www.arabist.net
Baheyya. “Kifaya: Asking the Right Questions” diakses Kamis, 29 Juni 2017
pukul 23.51 WIB, malalui: http://baheyya.blogspot.co.id/2005/04/kifaya-
asking-right-questions.html
________“Who Afraid of Change” diakss Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.15 WIB,
melalui: http://baheyya.blogspot.com/
BBC Indonesia. “Profil Husni Mubarak” diakses Rabu, 17 Mei 2017 pukul 14.16
WIB, melalui:
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/01/110129_profilmubarak
Beyond Normal. ‫ييى راء‬:‫جديد بهىج‬, diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 10.22 WIB,
melalui: http://beyondnormal.blogspot.com/
Bigpharaoh, “Sharp Drop Seen in Iraqi and US Deaths in Iraq” diakses pada
Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.00 WIB, melalui:
http://www.bigpharaoh.com/
Blair, Edmund. “Egypt Opposition Urges Boycott of Referendum” diakses
Minggu, 17 September 2017 pukul 21.27 WIB, melalui:
https://www.iol.co.za/news/africa/egypt-opposition-urges-boycott-of-
referendum-242139
Blood, Rebecca. “Weblogs: A History and Perspective” diakses Jumat 30 Juni
2017 pukul 16.57 WIB, melalui:
http://www.rebeccablood.net/essays/weblog_history.html
Boundless, “The Egyptian Revolution of 1952” diakses Kamis, 01 Juni 2017
pukul 08.58 WIB, melalui: https://www.boundless.com/world-
92

history/textbooks/boundless-world-history-textbook/post-colonial-africa-
1448/egypt-1467/the-egyptian-revolution-of-1952-1470-18167/
Britanica. “Yom Kippur War Middle East [1973]” diakses Kamis, 11 Mei 2017
pukul 14.52 WIB, melalui: https://www.britannica.com/event/Yom-Kippur-
War
_______“The Mubārak regime” diakses Kamis, 18 Mei 2017 pukul 10.18 WIB,
melalui: https://www.britannica.com/place/Egypt/The-Mubarak-regime
Clara, Mona “Sistem Pemerintahan Mesir”, diakses Jumat, 16 Juni 2017 pukul
09.35 WIB, malalui: https://prezi.com/m/uwslp-qlyapy/sistem-
pemerintahan-mesir/
Constitution Net, “Constitutional History of Egypt” diakses Senin, 03 Juli 2017
pukul 23.40 WIB, melalui:
http://www.constitutionnet.org/country/constitutional-history-egypt
Election Guide Democracy Assistance & Elections News, “Arab Republic of
Egypt Referendum May 25, 2005” diakses pada Kamis, 14 September 2017
pukul 11.20 WIB, melalui: http://www.electionguide.org/results.php?ID=81
________________“Arab Republic of Egypt Election for Precident 2005” diakses
pada 16 Agustus 2017 pukul 22.38 WIB, melalui:
http://www.electionguide.org/election.php?ID=80
el-Hamalawy, Hossam. “How Palestine‟s Uprising Inspired Egypt‟s” melalui:
https://electronicintifada.net/content/how-palestines-uprising-inspired-
egypts/9253 diakses Jumat 30 Juni pukul 02.33 WIB.
Encyclopedia. “Hosni Mubarak” diakses Selasa 04 Juli 2017 pukul 11.51 WIB,
melalui: http://www.encyclopedia.com/politics/encyclopedias-almanacs-
transcripts-and-maps/mubarak-hosni,
Endowment,Carnegie “Karama Party” diakses Selasa, 22 Agustus 2017 pukul
22.29 WIB, melalui: http://carnegieendowment.org/2012/02/15/karama-
party-pub-54830
________________“Ghad Party” diakses Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 20.04
WIB, melalui: http://carnegieendowment.org/2011/09/20/ghad-party-pub-
54828
________________“Tagammu Party” diakses pada Rabu, 23 Agustus 2017 pukul
14.04 WIB, melalui: http://carnegieendowment.org/2011/09/22/tagammu-
party-pub-54896
“Era Perkembangan Komunikasi” diakses Jumat, 30 Juni 2017 pukul 15.23 WIB,
melalui: http://vespabiru.weebly.com/era-perkembangan-
telekomunikasi.html
Democratic Underground. “The Purpose of the U.S. Invasion and Occupation of
Iraq” diakses Rabu, 23 Agustus 2017 pukul 14.32 WIB, malalui:
https://www.democraticunderground.com/discuss/duboard.php?az=view_all
&address=389x1714474
“Demonstrasi Damai Gerakan Kifaya” diakses Senin, 10 April 2017 pukul 09.00
WIB, melalui: https://arabist.net/blog/2006/11/13/demo-kefaya-marks-2nd-
anniversary.html,
http://english.ahram.org.eg/NewsContent/1/64/29124/Egypt/Politics-
/Kefaya-defied-Mubarakera-taboos-Sabahi-.aspx
93

Farrell, William E. “Sadat Assassinated at Army Parade as Men Amid Ranks Fire
Into Stands: Vice President Affirms All Treaties” diakses Kamis, 11 Mei
2017 pukul 15.33 WIB, melalui:
http://www.nytimes.com/learning/general/onthisday/big/1006.html
Fidh, “The Emergency Law in Egypt” diakses 27 Oktober 2016, pukul 08.20
WIB, melalui: https://www.fidh.org/en/region/north-africa-middle-
east/egypt/THE-EMERGENCY-LAW-IN-EGYPT
Fletcher, Holly. “Jamaat al-Islamiyya” diakses 03 Mei 2017 pukul 21.31 WIB,
melalui: http://www.cfr.org/egypt/jamaat-al-islamiyya/p915
Gharbeia. ‫خالص؟ يٍ هم "كفاىت" بعد‬diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 12.10 WIB,
melalui: http://gharbeia.net/
_____Zamakan. ‫ نٍ انبم‬diakses pada Kamis, 29 Juni 2017 pukul 13.12 WIB,
melalui: http://zamakan.gharbeia.org/
Global Security, “Kifaya (“Enough”) Egyptian Movement for Change)” diakses
pada Senin, 31 Juli 2017 pukul 19.06 WIB, melalui:
http://www.globalsecurity.org/military/world/egypt/kifaya.htm
Global Nonviolent Action Database, “Kefaya Protests Mubarak‟s Referendum and
Re-election, Egypt, 2005” diakses Rabu, 13 September 2017 pukul 12.15
WIB, melalui: https://nvdatabase.swarthmore.edu/content/kefaya-protests-
mubaraks-referendum-and-re-election-egypt-2005
Hariz, Harlan “Profil Negara Mesir” diakses 22 Mei 2017 pukul 06.55 WIB,
melalui:
https://www.academia.edu/28049083/PROFIL_NEGARA_MESIR.pdf?auto
=download
History, “9/11 Attacks” diakses Jumat, 30 Juni 2017 pukul 12.28 WIB, melalui:
http://www.history.com/topics/9-11-attacks
Isam, Al-Aryan. “al-tacdilat al-dusturiyya fi misr wa mada hudur “al-‟ ikhwan” fi
al-mu‟assasat al-dimuqratiyya” diakses Jumat, 28 Oktober 2016 pukul 15.30
WIB, melalui: http://www.daralhayat.com/special/issues/04-2007/Item-
20070407-cd09a1b8-c0a8-10ed-01d5-2634d737529b/story.html
Knickmeyer, Ellen “In Egypt, A Son is Readied for Succession” diakses Jumat,
25 Agustus 2017 pukul 14.01 WIB, melalui:
http://www.washingtonpost.com/wp-
dyn/content/article/2007/10/10/AR2007101002436.html
“Logo Gerakan Kifaya” diakses pada Senin, 10 April 2017 pukul 08.23 WIB,
melalui: http://www.voltairenet.org/article168381.html
“Logo gerakan 6 April” diakses pada Rabu 23 Agustus 2017 pukul 20.20 WIB, melalui:
http://www.alef-
yaa.com/index.php?type=article&operation=read&idArticle=14612
Maradona, Stevy. “Hosni Mubarak, Cita-citanya Menjadi Da‟i Tapi Berakhir
Menjadi Tiran” diakses Selasa 04 Juli 2017 pukul 11.40 WIB, melalui:
http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/internasional/11/02/16/164282-hosni-mubarak-citacitanya-menjadi-
dai-tapi-berakhir-menjadi-tiran
“Might vs. Right: Kifaya's March 30, 2005 protest in downtown Cairo. Cairo
Security Chief General Nabil al-Ezabi and his men (left) face off with
94

Kifaya organizers George Ishaq and Amin Iskandar (right).” Diakses Kamis,
29 Juni 2017 pukul 09.15 WIB, melalui:
http://baheyya.blogspot.co.id/2005/04/kifaya-asking-right-questions.html
Mohammed, ‫تقيدة يا زغركطي‬...‫تبهىجُا جايت أيريكا‬...., diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul
11.20 WIB, melalui: http://digressing.blogspot.com
Narnoura, “An Angry to Egypt‟s Political Activists” diakses Kamis, 29 Juni 2017
pukul 09.55 WIB, melalui: http://nerro.wordpress.com/
Nations Online. “Arab League” diakses Jumat 12 Mei 2017 pukul 05.03 WIB,
melalui: www.nationsonline.org/oneworld/arab_league.htm
“Nadia Oweidat” diakses pada Minggu, 13 Agustus 2017 pukul 23.00 WIB,
melalui: wiac.byu.edu/roundtable/chair_bio/?id=3
Oxford Dictionaries, “Intifada” diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 22.40 WIB,
malalui: https://en.oxforddictionaries.com/definition/intifada
Pemerintah.Net, “Bentuk Pemerintahan Republik” diakses Senin, 03 Juli 2017
pukul 21.54 WIB, melalui: http://pemerintah.net/bentuk-pemerintahan-
republik/
Rahman, Musthafa Abd. “Undang-Undang Darurat Dicabut” diakses Kamis, 27
Oktober 2016 pukul 14.11 WIB, melalui:
http://nasional.kompas.com/read/2012/01/26/02161866/UndangundangDaru
ratDicabut
Refworld, “Constitution of the Arab Republic of Egypt” dipublikasikan oleh
National Legislative Bodies/National Authorities, diakses Minggu, 17
September 2017 pukul 19.00 WIB, melalui: http://www.refworld.org/cgi-
bin/texis/vtx/rwmain/opendocpdf.pdf?reldoc=y&docid=54917e9c4
“Remembering Khaled Saeed, whose death sparked Egypt‟s revolution” diakses
Senin, 06 November 2017 pukul 14.10 WIB, melalui:
http://english.alarabiya.net/en/perspective/features/2014/01/25/Khaled-
Saeed-Egypt-s-Jan-25-icon-remembered-unlike-before.html
Republika, “Intifada Ketiga?” diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 23.11 WIB,
melalui: http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/15/10/12/nw3noe1-
intifada-ketiga
Sandmonkey, “Mubarak Egypt No More” diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul
08.02 WIB, melalui: http://www.sandmonkey.org/
Satrian, Bobby Reza. “Hosni Mubarak” diakses Rabu 17 Mei 2017 pukul 14.08
WIB, melalui: https://profil.merdeka.com/mancanegara/h/hosni-mubarak/
Saylor.org, “Nasserism” diakses Sabtu, 12 Agustus 2017 pukul 20.44 WIB,
melalui: https://www.saylor.org/site/wp-
content/uploads/2011/06/Nasserism.pdf
Schemm,Paul “Egypt: Mubarak Struggles to Control Anti-War Protests” diakses
Jumat, 30 Juni 2017 pukul 02.37 WIB, melalui:
https://www.greenleft.org.au/content/egypt-mubarak-struggles-control-anti-
war-protests
95

Sherif, Ahmad, “Mr Mubarak 26 Years is Enough- ‫ كفية‬-Kefaya Song 2.0-“.


diakses pada Selasa, 5 Juli 2017 pukul 13.11 WIB, melalui:
https://www.youtube.com/watch?v=WbEM6soTHOA
Setyawan, Doni. “Mesir Pada Masa Pemerintahan Gamal Abdul Nasser” diakses
Minggu, 11 Juni 2017 pukul 10.51 WIB, melalui:
www.donisetyawan.com/mesir-pada-masa-pemerintahan-gamal-abdul-
nasser/
Socha, Bailey dan Schmid, Barbara Eber. “Whats is New Media?” diakses Selasa,
27 Juni 2017 pukul 19.26 WIB, melalui: http://www.newmedia.org/what-is-
new-media.html
Sulistyawati, Laeny. “Sejarah Hari Ini: Terusan Suez Dibangun” diakses Selasa
04 Juli 2017 pukul 24.16 WIB, melalui:
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/selarung-
waktu/16/04/25/o65vem377-sejarah-hari-ini-terusan-suez-dibangun
Unisosdem, “AS dan Proses Demokratisasi di Timur Tengah” diakses Kamis, 29
Juni 2017 pukul 24.37 WIB, malalui:
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2429&coid=3&caid=22&
gid=4
Voa News, “Anti-War Protest Continue for 3rd Day in Egypt” diakses Jumat 30
Juni 2017 pukul 24.17 WIB, melalui: https://www.voanews.com/a/a-13-a-
2003-03-22-35-anti-war-67304142/381153.html
Williams, Daniel. “Egypt Extends 25 Year Old Emergency Law” diakses Senin,
12 Juni 2017 pukul 23.36 WIB, melalui:
http://www.washingtonpost.com/wp-
dyn/content/article/2006/04/30/AR2006043001039.html
White House, “Camp David”, dalam https://www.whitehouse.gov/1600/camp-
david diakses Senin, 6 November 2017 pukul 11.00 WIB.
Zisser, Eyal. “Does Bashar al-Assad Rule Syria?” diakses 28 Oktober 2016, pukul
13.00 WIB, melalui: http://www.meforum.org/517/does-bashar-al-assad-
rule-syria
LAMPIRAN

“Logo Gerakan Kifaya” diakses pada Senin, 10 April 2017 pukul 08.23 WIB, dari:
http://www.voltairenet.org/article168381.html

“Demonstrasi Damai Gerakan Kifaya” diakses Senin, 10 April 2017 pukul 09.00 WIB,
dari: https://arabist.net/blog/2006/11/13/demo-kefaya-marks-2nd-anniversary.html,
http://english.ahram.org.eg/NewsContent/1/64/29124/Egypt/Politics-/Kefaya-defied-
Mubarakera-taboos-Sabahi-.aspx

96
97

“Might vs. Right: Kifaya's March 30, 2005 protest in downtown Cairo. Cairo Security
Chief General Nabil al-Ezabi and his men (left) face off with Kifaya organizers George
Ishaq and Amin Iskandar (right).” Diakses Kamis, 29 Juni 2017 pukul 09.15 WIB, dari:
http://baheyya.blogspot.co.id/2005/04/kifaya-asking-right-questions.html

“Logo gerakan 6 April” diakses pada Rabu 23 Agustus 2017 pukul 20.20 WIB dari:
http://www.alef-yaa.com/index.php?type=article&operation=read&idArticle=14612

“Remembering Khaled Saeed, whose death sparked Egypt‟s revolution” diakses Senin,
06 November 2017 pukul 14.10 WIB dari:
http://english.alarabiya.net/en/perspective/features/2014/01/25/Khaled-Saeed-Egypt-s-
Jan-25-icon-remembered-unlike-before.html
M. Lim Clicks, Cabs, and Coffee Houses
v
~0
'"0
<U
N
'a
'".....0
0.0
...2:­
(;:j
'.;j
~
''""
+-'
.D
;:l
(j)
*
~
-<
......
0
N
I
r<"l
0
0
~
+-'
~
P."I
.S
e'"
.~
•.;j
<..)
("j
+-'
<U
.......
<U
'"0
4-<
<U
~
:.=1
<U
~
....
....>t<btl~
Journal of Communication 62 (2012) 231-248 © 2012 International Communication Association 233
Arab Republic of Egypt

Shoura Assembly

The Constitution

Of

The Arab Republic of Egypt

11 September 1971

And

The Amendments

May, 22 nd 1980

May, 25 th 2005

March, 26 th 2007

Promulgation of the Constitution

Of the Arab Republic of Egypt

The Head of the State

Taking into account the results of the referendum of the


Constitution of the Arab Republic of Egypt,held on September,
11 th 1971 and the unanimity of the people's consensus of the
Constitution.

And after taking into account article 183 of the


Constitution of the Arab Republic of Egypt.

Issues the Constitution of the Arab Republic of Egypt in the

attached text.

Cairo Ragab, 21 5t 1391 - September 11 th 1971

Signed

Mohamed Anwar E1 Sadat

-\' ­
Promulgation of the Amendment of the Constitution

of the Arab Republic of Egypt

The Head of the State

Reviewing the results of the referendum, on the


Amendment of the Constitution of the Arab Republic of Egypt,
conducted on May, 22nd 1980 and the people's unanimous
approval of the Constitutional Amendment and article 189 ofthe .
Constitution,

Issues the Amendment of the Constitution of the Arab


Republic of Egypt in accordance with the text stated in the
referendum and shall be in effect as of the declaration of the
referendum results.

Cairo Ragab, 7th 1400 - May, 2nd 1980

Signed

l\tIohamed Anwar El Sadat


Promulgation of the Amendment of the Constitution

of The Arab Republic of Egypt

The head of State

Reviewing the results of the referendum on the amendment


of article No. 76 of the constitution conducted on May 25, 2005
adding article No. 192 ibid and reviewing article No. 189 of the
constitution.

Issues the amendment of article No. 76 of the constitution


and adds article No. 192 ibid to the constitution of the Arab
Republic of Egypt in accordance with the text stated in the
referendum and shall be in effect as of the declaration of the
referendum results.

Cairo, Rabie Akbar 18, 1426 - May 26,2005

Signed

Mohamed Hosny Mubarak


Promulgation of the Amendment of the Constitution

of the Arab Republic of Egypt

The Head of State

Reviewing the results of the referendum conducted on


March 26, 2007 on the amendment of articles 1, 4, 5 (third
paragraph added), 12 (First paragraph ), 24,· 30, 33, 37, 56
(Second paragraph ), 59, 62, 73, 74, 76, (third and fourth
paragraph ), 78 (second paragraph added), 82, 84 (first
paragraph), 85 (second paragraph), 88, 94, 115, 118 (first
paragraph) 127, 133, 136 (first and second paragraph ), 138
(second paragraph added), 141, 161 (second paragraph added),
173, title of chapter 6, 179, 180 (first paragraph), 194,195 and
article Bo. 205 of the constitution,

And reviewing article No. 189 of the constitution,

Issues the amendment of the aforementioned articles of the


constitution of the Arab Republic of Egypt in accordance with
the text stated in the referendum and shall be in effect as of the
declaration of the referendum results.

Cairo, Rabie Awal10, 1428 - March 29,2007

Signed

Mohamed Hosny Mubark


Constitution of the Arab Republic of Egypt

Proclamation:

We, the people of Egypt, who have been toiling on this


great land since the dawn of history and the beginning of
civilization;

We, the people working in Egypt's villages, cities, plants,


centers of education, industry and in each and every field of work
which contributes to the making of life on its soil or which plays
a part in the honour of defending this land;

We, the people who believe in our immortal and spiritual


heritage, and who are confident in our profound faith, and
cherish the honour of man and of humanity;

We, the people, who in addition to shouldering the trust of


history, carry the responsibility of great present and future
objectives whose seeds are embedded in the long and arduous
struggle, and which hosted the flags of freedom, socialism and
unity along the path of the great march of the Arab nation;

We, the Egyptian people, in the name of God and by His


assistance, pledge indefinitely and unconditionally to exert every
effort to realize;

-'\ ­
First: World Peace:

Being determined that peace should be based on justice,


and that the political and social progress of all peoples can only
be realized through the freedom of these peoples and their
independent will, and that any civilization is not worthy of its
name unless it is free from exploitation whatever its form.

Second: Arab Unity :

The hope of our Arab Nation, being convinced that Arab


Unity is a call of history and of the future, and a demand of
destiny; and that it cannot materialize except through an Arab
Nation, capable of warding off any threat, whatever the source or
the pretexts for such a threat.

Third: National Development:

Being convinced that the true challenge confronting


nations is the realization of progress and that such progress does
not occur automatically, or through slogans; but that the driving
force behind it is the release of the potentials of creativity and
inspiration in our people, who have asserted at all times their
contribution to civilization and to humanity through work alone.

Our people have passed through successive experiences,


meantime offering rich experiences on the national and
international level and being guided by them, which ultimately
took shape in the July 23 Revolution of 1952.
_v _
This Revolution was brought about by the alliance of the
working forces of our militant people who were able, through
profound and refined consciousness, to retain their original
character, but at the same time move forward in a bid to realize
full integration between science and faith, between political and
social freedom, between national independence and social
affiliation; and to participate in the worldwide struggle for the
liberation of man, on the political, economic, cultural and
ideological levels, and in the struggle against the forces of
regression, domination and exploitation.

Fourth: Freedom and Humanity of Egyptians:

Realizing that man's humanity and dignity are the beams


of light that guide and direct the course of the great development
of mankind for the realizatj on of its supreme ideal.

Man's dignity is a natural reflection of the nation's dignity,


now that the individual is the cornerstone in the edifice of the
homeland, the land that derives its strength and prestige from the
value of man and his education. The rule of law is not only a
guarantee for the freedom of the individual alone, but is also at
the same time the sole basis for the legitimacy of authority.

The alliance of the active popular powers is not a means


for social strife leading towards historical development. In this
modem age, it is a safety valve that protects the unity of working

_A _

powers in the country and eliminating, through democracy, any

contradictions.

We, the people of Egypt, out of determination, confidence


and faith in all national and international responsibilities, and in
acknowledgment of God's right and His Heavenly Messages, and
in the right of the country and nation, as well as of the principle
and responsibility of mankind, and in the name of the Almighty
and His assistance, declare on the 11 Th. of September, 1971 that
we accept and grant to ourselves this Constitution, affirming our
determination to defend and protect it, and asserting our respect
for it in letter and spirit.

Constitution of The Arab Republic of Egypt

PART ONE: THE STATE

Article 1

The Arab Republic of Egypt is a democratic state based on


citizenship.

The Egyptian people is part of the Arab Nation and works


for the realization of its comprehensive unity.

Article 2

Islam is the religion of the state and Arabic is its official


language. Principles of Islamic law (Shari'a) are the principal
source of legislation.
Article 72

Sentences shall be passed and executed in the name of the


people. Likewise, refm.ining to execute sentences or obstructing
them on the part of the concerned civil servants is considered a
crime punishable by law. In this case, those whom the sentence is
in favour of, have the right to sue a direct penal lawsuit before
the competent court.

PART FIVE: SYSTEM OF GOVERNMENT

Chapter I:

The Head of State

Article 73

The Head of State is the President of the Republic. He


shall ensure sovereignty of the people, respect for the
Constitution and rule of law, protection of nationallmity and the
social justice and maintain the boundaries between authorities in
such way as to ensure that each shall perform its role in the
national action.

Article 74

Should there emerge any instant and serious danger that


threatens national unity or the safety of the motherland or
obstructs the constitutional role of the State institutions, the
President shall take urgent measures to confront such danger
after taking the opinion of the Prime Minister and the Speakers of
the People's Assembly and the Shoura Council and deliver a
statement to the people. A referendum on these measures taken
thereby shall be conducted within sixty days of adopting such
measures. The People's Assembly and the Sho\.lra Council may
not be dissolved during the time of exercising these authorities.

Article 75

The person to be elected President of the Republic must be


an Egyptian born to Egyptian parents and enjoy civil and
political rights. His age must not be less than 40 Gregorian years.

Article 76

The President shall be elected by direct, public, secret


ballot.

For an applicant to be accepted as a candidate to


presidency, he shall be supported by at least 250 elected
members of the People's Assembly, the Shoura Council and local
popular councils on governorate level, provided that those shall
include at least 65 members of the People's Assembly, 25 of the
ShouraCouncil and ten of every local council in at least 14
governorates. The number of members of the People's Assembly,
the Shoura Council and local popular councils on governorate
level supporting candidature shall be raised in pro rata to any
Increase in the number of any of these councils. In all cases,
support may not be given to more than one candidate. Procedures
related to this process shall be regulated by the law.

Political parties, founded at least five consecutive years


before the starting date of candidature and have been operating
uninterruptedly for this period, and whose members have
obtained at least 3% of the elected members of both the People's
Assembly and the Shoura Council in the latest elections or an
equivalent percentage of such total in one of the two assemblies,
may each nominate for presidency a member of their respective
higher board, according to their own bylaws, provided he has
been a member of such board for at least one consecutive year.

As an exception to the provisions of the afore-mentioned


paragraph, the afore-mentioned political parties whose members
obtained at least one seat in any of the People's Assembly or the
Shoura Council in the latest electioils may nominate in any
presidential elections to be held within ten years starting from
May 1, 2007, any member of its higher board, according to their
own bylaws, provided he has been a member of such board for at
least one consecutive year.

Candidature applications shall be submitted to an


independent committee, named the Presidential Elections
Committee. The committee shall be composed of the head of the
Supreme Constitutional Court as a chairman and the head of the
Cairo Court of Appeal, the most senior deputy of the head of the
Supreme Constitutional Court, the most senior deputy of the head
of the Court of Cassation, the most senior deputy of the State
Council and five public figures, recognized for impartiality.
Three of the afore-mentioned public figures shall be selected by
the People's Assembly and the other two by the Shoura Council
upon a recommendation of the bureaus of both houses for a
period of five years.

The law shall determine who will act on behalf of the


chairman or any member of the committee, should there be some
reason for their absence. This committee shall exclusively have
the following competences:

1- To declare the initiation of candidature and supervIse


procedures for declaring the final list of candidates;

2-T 0 generally supervIse balloting and vote-counting


procedures;

3- To announce elections results;

4- To decide on all appeals, challenges and all matters related


to its competences, including conflict ofjurisdiction;

5- To draw up by-laws regulating its modus operandi and


method of practising its competences.

_'t". _
The committee's resolutions shall be passed with a
majority of at least seven members. Its resolutions shall be final,
self-enforcing. and incontestable by any means or before any
authority whatsoever.

Its resolutions may not be challenged through construing


or stay of execution. The law regulating presidential elections
shall determine other competences for the committee.

The law shall also determine regulating rules governing


the nomination of a candidate to replace another one whe has
vacated his seat for some reasons other than assignment within
the period between the starting date of candidature and before the
temlination of voting.

Voting shall be conducted in one single day. The


presidential elections committee shall establish committees to
administer stages of the voting and ballot-counting process. The
committee shall establish main committees to be composed of
members of the judiciary to supervise the process in accordance
with such rules and regulations as may be decided by the
committee.

Election of the president shall be declared when candidates


have obtained an absolute majority of the number of valid votes.

In the event that none of the candidates has obtained such


majority, election shall be repeated, at least after seven days,
between the two candidates who haye obtained the largest
number of votes. Should another candidate obtain a number of
valid votes equal to those of the second, he shall take part in the
re-election. In this case, the candidate who has obtained the
largest number of votes will be .declared winner.

V oting for electing the president shall be effected, even


though one single candidate has applied or even if he was the
only candidate remaining due to assignment of the rest of
candidates or due to failure to field another candidate in lieu of
the one vacating his seat.

In this case, the candidate who has obtained the absolute


majority of the number of valid votes shall be declared winner.
The law shall regulate procedures to be followed in the event the
candidate has failed to obtain this majority,

The President shall submit the draft law regulating the


presidential elections to the Supreme Constitutional Court
following endorsement by the People's Assembly and before
promulgation, to detennine compliance with the Constitution.

The Court shall return its ruling in this connection within


fifteen days from date of submission thereto. Should the court
decide that one or more provisions of the draft law are
unconstitutional; the President shall return it to the People's
Article 79

Before exercising his powers, the President shall take the


following oath before the People's Assembly.

"I swear by Almighty God to uphold the Republican


system with loyalty, to respect the Constitution and the law, to
look after the interests of the people fully and to safeguard the
independence and territorial integrity of the motherland".

Article 80

The salary of the President of the Republic shall be fixed


by law.

Any amendment in the salary shall not come into force


during the Presidential term in which it is decided upon.

The President of the Republic may not receive any other


salary or remuneration.

Article 81

During his term the President of the Republic may not


exercise any free profession or undertake any commercial,
financial or industrial activity. Nor may he acquire or take on
lease any State property, sell to or exchange with the State any
property of his whatsoever.
Article 82

If on account of any temporary obstacle the President is


unable to carry out his functions, he shall delegate his powers to
the vice-president or the Prime Minister if there is no vice­
president or ifhe is unable to act in such capacity.

The one who shall act on behalf of the President may not
request the amendment of the Constitution or dissolve the
People's Assembly or the Shoura Council or to relieve the
cab-inet.

Article 83

In case of resignation, the President shall address the letter


of resignation to the Peopie's Assembly.

Article 84

In case vacancy of the Presidential Office or the pennanent


disability of the President of the Republic, the Speaker of the
People's Assembly shall temporarily assume the Presidency; and,
if at that time, the People's Assembly is already dissolved, the
President of the Supreme Constitutional Court shall take over the
Presidency, provided, however, that neither shall nominate
himself for the Presidency while abiding by the provisions of the
second paragraph of article 82 .
The people's assembly shall them the vacancy of the office
of President.

The president of the Republic shall be chosen within a


maximum period of sixty days from the date of vacancy of the
presidential office.

Article 85

Any charge against the President of high treason or of


committing a criminal act shall be made upon a proposal by at
least one third of the members of the People's assembly. No
impeachment shall be issued except upon approval of a majority
of two-third of the Assembly members.

The President shall cease to exercise his function as soon


as an impeachment decision has been issued. The vice-president
or, if there is no vice-president or if he is unable to act in such
capacity, the Prime Minister shall temporarily assume the
Presidency, until a decision has been made OD the impeachment,
subject to abidance by the ban stipulated in paragraph 2 of
Article 82.

The President of the Republic shall be tried by a special


Tribunal set up by law. The law shall also organize the trial
procedures and define the penalty . In case he is found guilty , he
shall be relieved of his post without prejudice other penalties.
I APPENDIX B:

Parliamentary Election Results

2005 People's Assembly Number of


Seats
National Democratic Party 324 Seats
. Official NDP (152 Seats) + Independents Affiliated with NDP (172)

Muslim Brotherhood 88 Seats


34 (First Phase) + 42 (Second Phase) + 12 (Third Phase)

Opposition 12 Seats
(6 Al Wafd + 2 Al Tagammu + 2 Al Ghad + 2 Al Karama)

Independents 8 Seats
(4 leaning toward the opposition)

Open 112 Seats-­ J


(will be determined by a re-run, date unknown) I
i
I
Appointed IVlembers 10 Seats
(5 Women - 4 Copts - 1 Muslim appointed by President Mubarak) I
I
Total ~·454 I

Elected Women Members - 4 Seats


(All from the National Democratic Party)
Amal Osman - NDP Giza Dokki lSI phase 1st round

Dr. Shahinaz EI-Nagar ­


. NDP
Cairo Mania} IlSI phase Ru..TJ. off

I Gamalat Abd AI-HaEm


Hasan Rafi - NDP
Qalubia Toukh 2nd phase IRunoff !

Haiam Abd AI-Aziz Omar Dakahlia Belkas 3ro phase lSI round
Amer-NDP

EGYPTIAN PARLIAMENTARY ELECTION 22 December 2005


IRl REPORT
PARLIAMENTARY ELECTIONS: FIRST PHASE

Constituencies:

Cairo, Giza, Manoufiya, Beni Suef, Minya, Asyut, Matruh, Al Wadi Al Jadid

Total seats for First Phase: 164 scats (82 districts)

NDP: 120 Seats


. Cairo: 36 seats.
Giza: 22 seats.
MODofia: 11 seats.
Bani Swif: 9 seats.
Menia: 16 seats.
Asiont: 18 seats.
Matrouh: 4 seats.
Al Wadi AI- Gadid: 4 seats.

Muslim Brotherhood: 34 Seats

Cairo: 9 seats.

Giza: 4 seats.

MODofia: 9 seats. .

Bani Swif: 4 seats.

Menia: 6 seats.

Asiout: 2 seats.

Independent: 4 Seats

Carro: 2 seats.

MODofia: 2 seats.

Al Wafd Party: 2 Seats

Cairo: 1 seat.

Gila: 1 seat.

, .•
'

AI TagammuParty: 2 Seats
Cairo: 1seat.

Giza: Iseat.

Al Ghad Party: 1 Seat

Cairo: 1 seat.

AI-Karama Movement (Independent): 1 seat

Bani Swif: 1 seat.

EGYP17AN PARLIAMENTARY ELECTION 23 December 2005


lRJREPORT
PARLIAMENTARY ELECTIONS: SECOND PHASE

C08!tituencies:

Aleundria, Al Bahira, Ismailiya, Port Said, Suez, Qalyubiya, Gharbiya, Fayoum,

Qeua

Total seats for Second Phase: 144 seats

3 districts (6 seats) will face a runoff again; the following 138 seats have been

determined:

NDP: 90 Seats

Alexandria: 11 seats.

AI Behira: 20 seats.

Ismaila: 2 seats.

Port Said: 2 seats.

Suez: 2 seats.

Qalyobia: 8 seats.

. oAI Gharbia: 16 seats.


AI mum: 9 seats.
Qesa: 20 seats.

lVIuslim Brotherhood: 42 Seats

Alexandria: 8 seats.

AI Behira: 6 seats.

Ismaila: 3 seats.

Pon Said: 2 seats.

. Suez: 2 seats.
QaJyobia: 7 seats.
AI Gharbia: 10 seats.
AI Fioum: 3 seats.
Qena: 1 seat.

Independent: 4 Seats

Aieandria: 1 seat

POlt Said: 1 seat.

Qa1yobia: 1 seat.

Qena: 1 seat.

Wafd Party: 2 Seats

Ismailia: 1 seat.

Port Said: 1 seat.

EGYPTIAN PARLIAMENTARY ELECTION. 24 December 2005"'


IRlREPORT
• •

IAPPENDIX C:

Egyptian Opposition Party Representation: People's Assembly (2005)

Wafd Party.,... 6 Seats

Name Governorate District Phase No. Round


1- Tarek Mohammed El- Cairo Rood El-Farag 1st phase Runoff
Said Ahmed Sebak
2- Ahmed Hussien Nasser. Giza Kerdasa lSIphase Runoff
3- Salah El-dien Hasan Ismailya Ismailya 2ndp hase Runoff
Mahmoud Hasan AI-Saygh
2nophase
Runo~

4- Mohammed Moustafa Port Said Mau.akh


M()hammed Ahmed Sherdi
5- ~'lahmoud Abaza AI-Sharkia AI-Telin 3fd phase Runoff

I 6- Mohammed Abd EI-


Aliom Abmed Dawood
Kafr Al-
I Sheik.lJ
Pooh 3fd phase Runoff

AI-Tagammu
J Party - 2 Seats l

7- Mohammed Abd AI-Ariz Cairo I I Hadaik Al- 1st phase Runoff


Sha'aban , Koba I
8- Mohammed Ahmed Abd Giza
AL- ~.10telib Telima
I Oseim IS! phase . Runoff I
I I-

AI-Karama l\'Iovement: 2 Seats


(not an official political party) .

9- Saad Abdo Abd Al Bani Swif Beba 1st phase Runoff


Wahid Kotb Agroud
10- Hamdin Sabahi Kafr Al- HamouI 3fd phase Runoff
Sheikh

AI-Ghad Party - 2 Seats


(not a member of the National Front for Change)

11- Ragab Helal Badwi ICairo Abdein 1st phase Runoff


IHemeda
12- Mohammed Iv1ahmoud IIAswan Komombo 3fd phase Runoff
LAli Hamid

EGYPTIAN PARLIAMENTARY ELECTION 26 December 2005


IRJREPORT
Independent Members

Moustafa Bakri Cairo AI-Tebin lSI phase Runoff


(affiliated with National Coalition
for Democratic Change)
..

Tala'at Ahmed Esmat AI- Monofia Tla 18& phase Runoff


Sadat (Affiliated with AI-Ahrar
bllt ran as an Independent)

Hesham Moustafa Khalil


Cairo Kasr AI-Nil lSI phase Runoff
Kamel

Mohammed Anwar Esmat Monofia Tla lSI phase Runoff


. Al-Sadat

Abd El-Malik Abd EI-.Fatah Port Said IPort Fo'ad 2nd phase Run off
Mohammed EI-Zeni i
I Taber Hozain Moham..-rn.ed Qena Isna
12na phase .1 Run off
. Badawi .
-
I
Kamal Ahmed Mohammed Alexandria Atarin
2DG phase Runoff
Ahmed

Dr. Gamal Ali Zahran

Hasan

(affiliated with National Coalition


I Qaluibia
~=raAl- I't'" phase I Runoff
I

for Democratic Change)


I· ·
., I

EGYPTIAN PARLIAMENTARY ELECTION 27 December 2005' .


IRJREPORT

Anda mungkin juga menyukai