104022000793
JAKARTA
2009
KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA:
Skripsi
Oleh:
NIM. 104022000793
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
NIP.150227883
JAKARTA
2009
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Reformasi”
Reformasi telah diujikan dalam sidang munaqasah di Fakultas Adab dan Humaniora
pada tanggal 25 Nopember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pada program Strata satu (S-1) pada jurusan Sejarah
Drs. H. Ma’ruf Misbah, MA. Drs. Usep Abdul Matin, MA, MA.
Penguji Pembimbing
Kata perlawanan menjadi tema sentral gerakan mahasiswa 1998, ketika Orde
Baru telah berkuasa selama 32 tahun lamanya dan tetap angkuh untuk
mempertahankan kekuasaan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah dirasakan
begitu lama khususnya oleh rakyat miskin kala itu. Mahasiswa-mahasiswa yang berasal
dari kalangan menegah ke bawah merasakannya langsung dan terkena dampaknya.
Banyak di antara mereka yang terpaksa mengambil cuti karena tidak mencukupi biaya
kuliah.
Aktifitas gerakan protes juga masih dilakukan oleh mahasiswa sepanjang 1977-
1978, aktifis mahasiswa pada saat ini justru lebih berani lagi dibanding sebelumnya,
yaitu menuntut mundur Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden, dan ini adalah
gerakan pertama mahasiswa pada pemerintahan Soeharto yang menuntut mundur
seorang Presiden. Sikap protes itu pun dijawab oleh pemerintah dengan pendudukan
kampus oleh pasukan militer, hingga para tokoh mahasiswa ditangkapi dan diadili.
Pada akhir 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi panjang yang sangat
menyulitkan. Hal ini juga yang mendorong kalangan mahasiswa yang tergabung dalam
Forum Silaturahmi Lembaga-lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) untuk
membincangkan masalah krisis di Indonesia, untuk turun menyuarakan suara
masyarakat. Perbincangan itu pun tidak menemui keputusan sehingga pembahasan
dilanjutkan di luar forum setelah FSLDKN selesai lalu membuat muktamar dan
terbentuklah KAMMI sebagai komite aksi para aktifis dakwah kampus.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-
Nya kepada penulis, terutama nikmat Iman, Aslam, kesehatan, dan Waktu yang telah
penulis lalui dalam penulisan skripsi ini. Sholawat dan Salam tidak lupa tercurahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang
menghaturkan rasa syukur dan terima kasih yang tiada terkira kepada:
1. Rasa syukur dan permohonan ampunan yang sangat kepada Allah SWT atas
segala nikmat waktu dan peluang yang diberikan oleh-Nya dan atas segala dosa
yang penulis perbuat, dan sholawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad
SAW.
2. Kepada Ibu dan Bapak di rumah yang tak kenal letih demi masa depan anak-
anaknya, dan terus berjuang walaupun dalam kondisi yang sedang tidak sehat.
3. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Bpk. Dr. H. Abdul Chair, MA.
4. Kepala Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Drs. H. Ma’ruf Misbah, MA., dan
Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Bpk. Usep Abdul Matin MA,
MA.
5. Dosen pembimbing skripsi, Bpk. Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, MA. dan dosen
penguji sidang skripsi Bpk. Drs. Tarmizy Idris, MA. atas waktu dan kesediaannya.
6. Dosen-dosen jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang telah mengajar penulis
7. Kepada teman-teman yang ada di Fakultas Adab dan Humaniora yang terus
Abdurrohim (BSI), Reni Sintawati, Bety Wijayanti, Rose Febrian Ciptaning, Lia
8. Kepada teman-teman kelas di Jurusan SPI. Yudhi, Mantik Aziz, Rasyid Apridha,
Pratama, Syarif Hidayatullah, Ade Faizal Alam, sebagai teman berdiskusi yang
cerdas. Mujib Hardiyan Syah, Ahmad Arif, Samsul Umar, Willy Ahmadi, sebagai
10. Tidak lupa juga terima kasih kepada Rijalul Imam Ketua KAMMI Pusat, yang juga
sebagai sarjana di Jurusan SPI Fakultas Adab UIN Jogja sehingga memiliki
semangat akademis yang sama, dan sebagai mitra diskusi yang jenius.
11. Terima kasih kepada ketua-ketua KAMMI komisariat UIN Jakarta yang telah
penulis temui, Mustofa Makhdor (PPI-FUF, 2005-2006), Imam Hadi Kurnia (PH-
2008-2009), Imron Hasyim (SS-FSH, 2009-2010). Dan sukses selalu untuk ketua
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 72
B. Saran-saran ……………………………………………………………………... 73
PENDAHULUAN
Kata perlawanan menjadi tema sentral gerakan mahasiswa 1998, ketika Orde Baru
telah berkuasa selama 32 tahun lamanya dan tetap angkuh untuk mempertahankan
khususnya oleh masyarakat miskin kala itu. Mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari
kalangan ekonomi menegah ke bawah yang juga merasakannya langsung dan terkena
dampaknya. Banyak di antara mereka yang terpaksa mengambil cuti karena tidak
Dalam perspektif sejarah Indonesia, patisipasi mahasiswa bukanlah hal yang baru
dan asing. Setidaknya dapat kita lihat dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam
kebijakan-kebijakan Soekarno pada waktu itu (1966) yang dirasakan akan merugikan
dan berpengaruh buruk terhadap masyarakat. Bersama ABRI dan umat Islam,
1
Sebagaimana diberitakan oleh Media Indonesia (Jum’at 27-04-1998) sekitar 3000 mahasiswa Universitas
Gajah Mada (UGM) menunda studinya karena kesulitan membayar SPP.
Kemudian peristiwa MALARI (15 Januari) 1974 yaitu unjuk rasa besar-besaran
menentang kedatangan perdana menteri Jepang, Kakuei Tanaka. Pada waktu itu
mahasiswa menilai bahwa pengaruh Jepang di bidang ekonomi perlu dibatasi karena
jika terlalu bergantung terlalu berlebihan kepada modal asing akan merusak ekonomi
Negara secara bersamaan dalam jangka panjang dan adanya peran para elit politik
yang bertarung,. Sayangnya dalam aksi itu massa dan mahasiswa yang terkonsentrasi
di sepanjang Salemba hingga Kramat disusupi para propokator, oknum, dan preman.
Ditambah lagi dengan adanya aktifitas gerakan protes mahasiswa yang dilakukan
sepanjang 1977-1978, aktifis mahasiswa pada saat ini justru lebih berani lagi dibanding
sebelumnya, yaitu menuntut mundur Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden, dan
ini adalah gerakan pertama mahasiswa pada masa pemerintahan Soeharto yang berani
menuntut mundur seorang Presiden Republik Indonesia. Sikap protes itu pun dijawab
oleh pemerintah dengan pendudukan kampus oleh pasukan militer, sehingga para
pemerintah pun secara sepihak menilai dan menuduh mahasiswa telah bermain politik
praktis di kampus karena itu pemerintah merasa perlu untuk memberi “hadiah” atas
Kehidupan Kampus (NKK) oleh Badan Koordinasi Kamps (BKK). Ternyata cara ini
berhasil membuat mahasiswa menjadi vakum dan lebih sibuk mengejar kemajuan
Sedangkan menurut Eep Saefullah Fatah, ada beberapa sebab yang menjadi faktor
NKK BKK.
Pertama, karakter pendidikan politik yang dijalankan oleh pemerintah tertutup dan
kurang dialogis. Karakter semacam ini merupakan lahan subur bagi ketidakpuasan
melaksanakan sebuah kegiatan pendidikan politik yang mereka buat sendiri, maka
bermunculan berbagai lingkar kajian yang sangat beragam, sebagai bentuk pendidikan
politik alternatif mahasiswa. Yang pada saat itu memang mahasiswa merasakan rasa
haus yang sangat pada pendidikan politik yang sangat sulit sekali untuk didapatkan
oleh para pemuda dan mahasiswa dari rezim yang sangat tidak transparan.
ketidakadilan, kalangan muda dan para mahasiswa yang peduli dengan masyarakat
yang terpinggirkan akibat politik pembangunan melakukan kajian secara aktif dan
Ketiga, kegelisahan dan rasa penasaran dari kalangan muda dan mahasiswa ketika
melihat kehendak dan stabilisasi politik dan ekonomi yang begitu kuat dari pemerintah,
sehingga memicu daya kritis. Di samping itu juga upaya stabilisasi telah memakan biaya
berbagai kelompok studi tersendiri dalam memahami keadaan sosial masyarakat, hal-
2
Eep Saefullah Fatah, Catatan Atas Gagalnya Politik Orde Baru, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998). h.
276-278.
hal seperti inilah yang telah memberikan peluang pada kelompok-kelompok mahasiswa
Islam yang berasal dari kampus sekuler seperti UI, ITB, IPB, dan UGM menemukan
kembali ruh ideologisnya, yakni Islam. Maka kehidupan kampus yang sarat dengan
istilah BUTA PESTA (buku cinta dan pesta) menjadi BUNGA DAKWAH (buku ngaji dan
dakwah) yang bermula dari lingkar kajian yang khas mereka miiki yang biasa disebut
Usrah.
Konsep-konsep mendasar yang menjadi latar belakang hubungan dan relasi antara
mahasiswa, ketidakadilan, Islam dan masjid, merupakan tema sentral yang kita
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia muncul. Dalam keterkaitan inilah, akan
ditemukan suatu kerangka penjelasan yang akan digunakan dan dapat memberikan
gambaran dan penjelasan yang jelas sehigga mudah dipahami oleh orang-orang yang
membacanya. Karena ketika itulah Islam mucul dalam sebuah aksi kongkret yang
nyata, dan bukan hanya sebagai sebuah tradisi ritual yang simbolik dan tidak
Peristiwa reformasi yang ada, masih menurut Eep, merupakan sebuah tahapan dari
berbagai tahapan yang ada dalam transisi demokrasi. Oleh Eep unsur-unsur yang
Indonesia. Pertama, kritik dan resistensi eksternal pemerintah semakin kuat. Kedua,
terjadi konflik internal aparat Negara (ABRI). Ketiga, terjadi perpecahan internal dalam
rezim. Keempat, krisis ekonomi dan politik. Kelima, tuntutan perubahan semakin kuat.4
3
Dikutip dari Eep Saefullah Fatah oleh Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib, “Gerakan Perlawanan dari
Masjid Kampus”, (Surakarta: Purimedia, 2001). h. 27
4
Dikutip dari Eep Saefullah Fatah oleh Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik
Aktifis Dakwah Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi,
(Solo: Era Intermedia, 2003). h. 40
Perkembangan ideologisasi Islam terhadap mahasiswa, yang bergerak atas dasar
Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB). Begitu juga mereka menentang pelarangan
mengintregasikan antara masjid dan kampus yang sebelumnya masjid hanya tempat
dengan terlebih dahulu memahami dua prinsip. Pertama, setiap kumpulan masyarakat
terdiri dari tiga elemen utama yaitu: pemikiran, individu manusia, dan materi.
Masyarakat berada pada puncak kesehatan dan kekuatan ketika individu manusia dan
materi bergerak pada poros pemikiran yang benar. Masyarakat akan jatuh sakit apabila
pemikiran dan materi bergerak pada poros individu. Dan masyarakat akan sampai pada
titik ajal kematiannya apabila pemikiran dan individu manusia bergerak pada poros
materi.
fenomana sosial berawal dari materi-materi pemikiran yang melahirkan tujuan, disusul
Dalam paparan lainnya, yang dilakukan oleh Kuntwijoyo pada tahun 1991,
5
Majid Irsan al-Kilani, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemanangan Perang Salib, Refleksi 50 Tahun
Gerakan Dakwah Para Ulama untuk membangkitkan Umat dan Merebut Palestina, terj. Asep Sobari dan
Kamaluddin, (Bekasi: Kalam Aulia Mediatama, 2007). h. 5.
masjid dan dakwah kampus yang dilakukan oleh mahasiswa di kampus-kampus besar.
Dan ini terjadi akibat dari marginalisasi politik terhadap mahasiswa di kampus.
Kuntowijoyo melanjutkan bahwa pada saat itu metode terbaik dalam dakwah adalah
gerakan tersebut –masih menurut Kuntowijoyo- akibat dari enam kesadaran baru yang
mulai diadosi oleh sebagian masyarakat (khusunya kalangan kampus), enam kesadaran
kesadaran tentang fakta sosial, kesadaran tentang masyarakat abstrak, dan kesadaran
tentang perlunya objetifikasi.7 Dalam hal ini aktifis dakwah kampus disebut sebagai
Pada akhir 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi panjang yang sangat
menyulitkan. Hal ini juga yang mendorong kalangan mahasiswa yang tergabung dalam
demonstrasi turun ke jalan di saat-saat para aktifis mahasiswa masih tertahan didalam
6
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, cet. ke-3, Bandung: Mizan, 1991. h.63
7
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai
Strukturalisme Transedental, cet. ke-2, Bandung: Mian, 2001. h.27
8
Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib, “Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus”, dalam kata
pengantar. Lihat juga Suara Hidayatullah, 01/XI/Mei 1998; h. 22-23.
kampus. Pada hari Jum’at 10 April 1998, selepas shalat Jum’at, di halaman Masjid
Agung al-Azhar Jakarta sekitar 20.000-an mahasiswa muslim melakukan unjuk rasa,
dan aksi ini disebut sebagai Rapat Akbar Mahasiswa dan Rakyat. Terdiri dari berbagai
perguruan tinggi utama di Indonesia, seperti UI, ITB, Unibraw, IAIN Syarif Hidayatullah
Seiring dengan kemunculan KAMMI yang baru saja lahir, muncul juga pertanyaan
yang curiga dari berbagai pihak dan pandangan miring terhadap KAMMI, “bagaimana
bisa suatu organisasi berumur sehari mengeluarkan sikap politik yang demikian solid”,
begitulah pertanyaan yang bernada curiga, ditambah lagi dengan aksi-aksi KAMMI yang
Dilihat dari kondisi saat itu maka KAMMI adalah organisasi pertama yang melakukan
aksi unjuk rasa yang sangat fenomenal. Pertama, jumlah massa aksi yang hadir
tergolong besar. Kedua, aksi tersebut merupakan aksi yang pertama kali dilakukan
diluar kampus. Ketiga, aksi besar di luar itu ternyata berjalan dengan tertib dan aman.
Keempat, merupakan aksi mahasiswa pertama yang mampu memobilisasi massa rakyat
selain mahasiswa. Kelima, dalam aksi itu isu yang diangkat adalah “Reformasi Total”.10
Dengan adanya lima poin di atas maka muncul di samping kecurigaan yang telah
dijelaskan di atas berbagai pandangan miring terhadap KAMMI, seperti bahwa KAMMI
di-back up oleh pihak keamanan sehingga wajar aksi-aksi yang dilakukan KAMMI
9
Andi Rakhmat dan Mukhamad Najib, “Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus”. dalam kata pengantar
10
Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus h. 28-29.
berjalan dengan aman, KAMMI juga dianggap sebagai bagian rekayasa politik yang
adalah gerakan eksklusif,12 dalam pandangan beberapa peneliti pun KAMMI adalah
fundamentalisme Islam dalam gerakannya. Hal ini diungkapkan dalam buku “Islam dan
Radikalisme di Indonesia” sebuah karya tulis yang disusun oleh sebuah tim penulis dan
diterbitkan oleh LIPI Press, di buku tersebut dipaparkan dalam bab tiga sebuah
dianggap tidak sesuai lagi dengan Islam. Kedua, gerakan-gerakan Islam yang
menekankan pada pengajaran yang yang bersifat baru. Ketiga, gerakan Islam yang
lebih bersifat kontemporer yang dilakukan oleh mahasiswa yang ada di berbagai
kampus di Indonesia. Pada kelompok ketiga inilah menurut para penulis adalah sebuah
gerakan Islam yang dimotori oleh mahasiswa yang nantinya menggabungkan diri dalam
Selain itu, ada juga kelompok mahasiswa fundamentalis, yang terorganisir dalam
KAMMI dan mempunyai cabang di banyak kampus di Indonesia. KAMMI bisa dikatakan
11
Andi Rakhmat dan Mukhamad Najib, “Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus”, (Surakarta,
Purimedia, 2001). h. 79-85.
12
Ibid.
13
Endang Turmudi & Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia, et al, kumpulan karangan,
(Jakarta: LIPI Press, 2005). h. 119.
sebagai organisasi baru yang berbeda dengan organisasi mahasiswa Islam seperti HMI
Kuatnya pengaruh mahasiswa dalam dunia intelektual dapat dilihat dari berbagai
faktor yang terdapat dalam kehidupan masyarakat yang bukan hanya terbatas pada
negara Indonesia, tetapi sepanjang masa dan tempat yang terjadi di dunia ketiga
khususnya Asia Tenggara. Sejarah mencatat, hanya Indonesia saja yang bisa
membuktikan bahwa kudeta militer yang kerap terjadi dan sukses di berbagai negara
tidak selamanya berlaku bagi semua negara, contohnya adalah Indonesia, baik dalam
kekuatan peranan oposisi dan aksi masa praktis yang sangat berarti. Hal ini berlainan
dengan yang terjadi di kebanyakan negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Philipina,
atau Junta militer Myanmar yang hanya sebatas penggunaan kekuatan fisik dan
senjata. Main Act semacam itu malah sedikit demi sedikit akan, dan terus, mengubur
tatanan stabilitas sosial politik yang berakibat buruk pada nilai-nilai kemerdekaan dan
1. Pembatasan masalah
14
Ibid, h. 123.
Dalam pembahasan masalah ini, pembahasan skripsi dibatasi dengan beberapa
pokok pembahasan yang akan diungkap dan dijelaskan dalam skripsi ini, beberapa
peneliti gunakan.
Oleh karenanya dalam kajian skripsi ini lebih menekankan dan membatasi dengan
pembahasan politik, ekonomi, dan keagamaan yang memberi celah bagi gerakan
yang harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat dinilai secara utuh. Disamping itu
2. Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini mengandung beberapa pokok pertanyaan yang akan
diungkap dan dijawab dalam skripsi ini, beberapa pokok pertanyaan tersebut adalah:
c.) Bagaimana ideology dan kegiatan KAMMI sebagai gerakan mahasiswa muslim di
masa reformasi?
H. KAJIAN PUSTAKA TERDAHULU
Penelitian tentang gerakan politik mahasiswa telah ada dan sudah menjadi bahan
perbincangan yang hangat dalam dunia dan wacana tentang gerakan sosial. Penelitian
yang -mungkin- paling baru telah dilakukan oleh Mahfudz Sidiq, pada bukunya yang
berjudul KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus dalam
Sebuah bku yang pada awalnya merupakan sebuah tesis dalam program pasca sarjana
Ilmu Politik Universitas Indonesia, dan di terbitkan pada Oktober 2003 oleh Era
Intermedia, Solo.
Dalam kajian yang dibahas buku tersebut memiliki karakter penulisan yang terfokus
pada pergerakan KAMMI dalam bidang politik ekstra parlementer, pembahasan yang
dilakukan oleh mahfufudz Sidiq ini memulai langsung dengan membaca peranan KAMMI
tanpa memulai terlebih dulu dengan membaca asal muasal KAMMI dalam sejarah
Metode sejarah politik tersebut awalnya membahas lebih rinci lagi pergerakan
Indonesia secara umum. Kemudian penulis melengkapi dan memperkuat dengan kajian
teoritis mengenai pergerakan sosial masyarakt yang terjadi di duania ketiga yang
terjadi dan berkembang, dalam kajian teoritis tersebut terdapat satu sub bab pada bab
15
Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus dalam
Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi, (Solo: Era Intermedia, 2003).
Hal selanjutnya yang dibahas dalam buku tersebut lebih diwarnai dengan
pembahasan yang terfokus pada hal-hal yang karakternya bersifat sejarah politik
Sedangkan dalam buku tersebut bisa didapati sedikit pembahasan yang terfokus pada
sejarah KAMMI terdapat dalam prolog buku. Akan tetapi dalam tulisan sejarah KAMMI
oleh Fahri Hamzah ini sangat terbatas dan bahkan menurut peneliti sendiri pada
Selain itu ada juga buku lain yang ditulis oleh Andi Rakhmat dan Mukhamad Najib,
2001. Membahas secara lengkap dan mendasar perkembangan dan perjalanan KAMMI
mulai dari masa krisis ekonomi, krisis politik, dan krisis di segala bidang yang berujung
dengan lengsernya Suharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Dalam buku ini
buku sebelumnya.
Walaupun sebenarnya secara fisik dan ukuran buku Mahfudz Sidiq lebih tebal dan
merupakan karya tulis yang sebelumnya adalah sebuah bentuk Tesis di bidang Ilmu
Politik Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Tapi sebagaimana kita dapat memahami
karya tulis tersebut adalah karya tulis di bidang politik, sedangkan dalam buku yang di
tulis oleh Andi Rakhmat dan Mukhamad Najib merupakan sebuah karya tulis yang
Tulisan tersebut merupakan refleksi dalam membangun KAMMI ke masa depan yang
lebih baik bagi KAMMI. Dalam buku Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus, Andi dan
16
Andi Rakhmat dan Mukhamad Najib, “Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus”, (Surakarta,
Purimedia, 2001).
Najib memberikan karakter pada penulisannya sebagai sebuah karya sejarah yang
bersifat sejarah motivatif, bukan pada penelusuran geneologi sosialnya secara rinci
dan inovatif, kalau pun ada masih dengan keterbatasannya, dalam menemukan karya
tulis yang dapat memberikan penjelasan tentang jejaring sosial yang dimiliki oleh para
aktifis KAMMI sebelum membentuk KAMMI itu sendiri masih jarang ditemukan.
Peneliti sendiri menemukan sebuah buku yang membahas jejaring sosial dalam
membahas sejarah gerakan dakwah kampus secara rinci, yaitu dalam buku yang di tulis
oleh Kasinyo Harto, Islam Fundamentalis di Perguruan Tinggi Umum Kasus Gerakan
Litbang & Diklat Departemen Agama RI:2008 Jakarta. Akan tetapi dalam buku tersebut
pembahasan rinci tentang gerakan dakwah kampus hanya terbatas pada Universitas
Sriwijaya saja, ditambah dengan varian-varian gerakan yang di bahas dalam buku
tersebut dibahas secara terpisah dan tidak terfokus pada satu varian saja.
I. METODOLOGI PENELITIAN
metode penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian. Pertama, metode yang
peneliti gunakan adalah Library Research (studi kepustakaan). Dalam tahap awal ini
pengumpulan beberapa data dan sumber-sumber yang terkait dengan topik yang akan
dikaji oleh peneliti, pada berbagai data dan sumber seperti buku-buku, media masa,
mana langkah peranan dengan ikut serta berperan di dalamnya secara langsung di
tingkat Daerah Jakarta dan Pusat oleh peneliti menjadi modal penulisan skripsi ini.
Ketiga, pada tahap akhir ini dilakukan Deskripsi Analitis dan Historiografi untuk
dapat menggambarkan topik atau kajian dengan sebaik mungkin melalui penjabaran
sehingga mudah dipahami, sedangkan untuk karakter penulisan sejarah yang ada
dalam skripsi ini adalah Total History, karena menggunakan berbagai pendekatan
Untuk mendapatkan data baik primer maupun sekunder peneliti akan mengunjungi
Depok, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Depok,
Masyarakat (Humas) dan departemen lainnya yang ada di KAMMI Pusat dan
J. SISTEMATIKA PENULISAN
Hal selanjutnya bagi peneliti adalah menampilkan hasil penelitiannya dalam bentuk
tulisan yang sistematis. Kiranya tulisan yang ditulis secara sistematis dibuat ke dalam
lima bab. Bab Pertama, yakni Pendahuluan yang merupakan awal tulisan, peneliti
mengisi dengan beberapa bagian yang tersusun sebagai pendahuluan, yaitu latar
Pada bab Kedua, sebagai langkah awal pembahasan dan analisa permasalahan
yang ada. Berisi pembahasan tentang, gerakan mahasiswa dalam lintasan sejarahnya.
Yakni, latar belakang lahirnya gerakan mahasiswa muslim, ragam gerakan mahasiswa
muslim, visi keagaman dan kebangsaan gerakan mahasiswa muslim, dan yang terakhir
dari bab II adalah tokoh dan tujuan pendirian organisasi gerakan mahasiswa muslim.
Lalu pada bab Ketiga, pembahasan pada penelitian skripsi ini membahas tentang
KAMMI sebagai gerakan mahasiswa muslim orde reformasi, yang terdiri dari, orde
reformasi, dan akar gerakan KAMMI (keagamaan dan historis) masa orde reformasi.
Sedangkan pada bab Keempat membahas tentang peranan KAMMI sebagai gerakan
mahasiswa muslim, yang terdiri dari pembahasan tentang aspek ideologis, aspek
Bab yang terakhir adalah bab Kelima, berupa penutup yang diisi dengan
sebuah manifestasi pemuda yang muncul sesekali dan tanpa ada sebab musababnya
atau tanpa ada rantai sejarahnya sama sekali. Tetapi juga muncul berskala melalui
simbiosis mutualis, kausalitas, dan terus terjadi dengan fluktuasi gerakannya yang
selalu naik dan turun, sesuai dengan kondisi dan momentum yang ada. Gerakan dan
kelompok semi elit seperti mahasiswa. Berikut juga perjalanan mahasiswa yang
Pada masa ini keadaan Indonesia sangat tidak menentu, terutama dengan adanya
pemberontakan PKI dan yang lebih parah masih ditambah dengan inflasi 600%. Karena
kondisi inilah yang para mahasiswa terpancing untuk bersikap kritis terhadap Sukarno
Dalam catatan kumpulan artikel media cetak yang ditulis oleh wartawan senior,
kondisi negeri yang terluka akibat krisis politik dan ekonomi yang sangat tidak buruk. Ia
mengawali salah satu artikel untuk pemberitaan ini dengan sebuah narasi tentang ironi
perekonomian Negara.
“Satu liter bensin lebih murah harganya dari pada satu mangkok teh. Karcis kereta
api dari Jakarta ke Bandung, (180 km) lebih murah daripada bayar becak dari
Kebayoran ke Stasiun Gambir, (15 km). Inilah contoh-contoh distorsi harga di
Indonesia yang ekonominya dilanda inflasi, harga beras meningkat 1000 kali dalam
waktu enam tahun, dari Rp.6,5 pada tahun 1960 menjadi Rp.6.500 pada tahun
1966.…mereka yang mempunyai pendapatan tetap, paling menderita. Sebab inflasi
kentara dalam anggaran belanja Negara: pengeluaran pemerintah naik 40 kali
dalam masa 1960-1965, akan tetapi pendapatan hanya naik 17 kali. ...pengeluaran
dialokasikan pada daerah-daerah non produktif. Sekitar 61 persen dari anggaran
diberikan untuk membayar pegawai negeri dan angkatan bersenjata. Jumlah
pegawai negeri meningkat terus dari 809.00 orang pada tahun 1961 menjadi
1.605.000 pada tahun 1965. …………Keranjingan Presiden Sukarno terhadap
“ukuran” dan “kebesaran” mempengaruhi pertumbuhan birokrasi.”17
Juga pada catatannya yang diterbitkan The Age pada tanggal 10 September 1965,
begitu tidak stabilnya Indonesia dengan berbagai kejadian sosial yang terus bergolak
dan sering terjadi bentrokan antar kelompok pendukung dan anti Sukarno, pada
kejadian ini yang banyak menjadi korban adalah dari kelompok Islam:
17
H. Rosihan, Anwar, Indonesia 1966-1983 Dari koresponden Kami di Jakarta, (Jakarta: Pustaka Utama,
1992). Cet. ke-1, h. 7
yang membantu mereka dalam perkelahian. Pada tanggal 26 Juli kira-kira 2.000
orang anggota GPM berseragam hitam menyerang pasar kliwon di Solo.
………Mereka berteriak ‘Hidup Bung Karno’, ‘Hidup PKI’, dan bahkan ‘Hidup Cina’.
Beberapa pemuda Islam diculik dan disiksa oleh anggota GPM yang sudah
diinfiltrasi oleh Pemuda Rakyat, organisasi pemuda komunis. …Dalam perkelahian
antara pemuda nasionalis dan kelompok Islam, pemuda Ansor dan beberapa
pimpinan Ansor tewas”.18
Hal-hal di ataslah yang terus memicu perkembangan aksi protes mahasiswa yang
anti Sukarno dan anti PKI, yang nantinya mereka akan bersatu dalam menolak kabinet
pemerintahan Sukarno yang posisinya banyak diisi oleh tokoh-tokoh komunis. Aksi-aksi
protes mereka pun tidak menuntut pengunduran diri Presiden Sukarno yang didaulat
sebagai Presiden seumur hidup. Tetapi kelompok pemuda lebih memilih untuk
menuntut penurunan harga, disini soal harga dianggap lebih penting daripada sosok
Sukarno.19 Sebuah realita dan fakta sejarah yang sangat jauh berbeda dengan kesan
Sukarno yang diangap penuh kharisma sebagai sang fajar dan pemimpin besar revolusi
Dalam catatan harian seorang mahasiswa aktifis 66, yang diterbitkan menjadi buku
yang ditulis oleh Yozar Anwar, catatannya yang tertulis pada Sabtu, 8 Januari 1966,
Yozar menjelaskan bahwa keadaan Indonesia semakin memburuk setelah tiga bulan
uang dari Rp.1.000,00- menjadi Rp.1,00- (dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 1965),
tetapi tidak mengobati keadaan dan justru terjadi kenaikan harga terus menerus.20 Dari
kondisi ini kelompok pemuda dan mahasiswa semakin giat untuk memperotes
18
Ibid, h. 3
19
Yozar Anwar, Angkatan 66, (Jakarta: Sinar Harapan, 1981). cet.ke-2, h. 167
20
Ibid, h. 1
Sayangnya dalam catatan Yozar Anwar tersebut, sangat kental dengan fungsinya
sebagai ‘tesis’-nya Orde Baru dan sebagai ‘antitesa’-nya Orde Lama. Memang kondisi
yang ada dalam tulisannya sedang ramai dengan gejolak anti Sukarno, juga sedang
dalam penantian dan penyambutan Orde Baru, sebagai pengganti Orde Lama. Akan
tetapi walau bagaimana pun juga catatan ini sangat kaya dengan berbagai informasi,
kegiatan harian dan mingguan yang kerap dilakukan oleh para aktifis 66 pada umumnya
Tetapi klimaks peristiwa yang terjadi malah bermuara pada peralihan kekuasan
sebagai akibat dari konstelasi politik yang terjadi dikalangan elit penguasa, melalui
permainan politik elit yang sangat rumit dan terus menjadi perdebatan. Adalah Jendral
Suharto yang mendapatkan peralihan kekuasaan itu berdasarkan pada Surat Perintah
dan tidak terjadi gejolak yang berarti dari mahasiswa, yang berperan sebagai
pengimbang kekuatan rezim di luar parlemen. Hal ini mengingat bahwa komponen yang
ada dalam Orde Baru adalah patner perjuangan bersama mahasiswa yang berhasil
menggulingkan Orde Lama.22 Hal ini juga akan di bahas pada pembahasan khusus pada
sub bab selanjutnya. Tetapi dalam masa perjalanan mahasiswa yang terjadi paska
gerakan angkatan 66 bukan berarti tidak terjadi sama sekali peristiwa politik di tanah
air.
21
Dana k. Anwari SB (editor), Matinya Seorang Mantan Presiden: BK, (Orayta Kurnia Dian Kirana, cet,I,
tanpa tempat dan tahun). h. 22.
22
Andi Rahmat dan Mukhammad Najib, Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus, (Surakarta:
Purimedia, 2001). h. 50
Muara kisah sejarah gerakan politik mahasiswa yang ada pada tahun 1974 adalah
sebuah gerakan protes yang terkenal dengan tragedi malapetaka Lima belas Januari
Gerakan mahasiswa ini memprotes kebijakan pemerintah dengan unjuk rasa besar-
besaran.
Protes mahasiswa ini didasarkan pada penilaian bahwa sikap kebergantungan pada
jepang dalam investasi asing, dan dominasi Jepang pada bidang ekonomi nasional di
perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.23 Dan memang benar ekses ekonomi
Gerakan mahasiswa angkatan 1974 yang bergolak pada tanggal 15 Januari tidak
berjalan dengan sendirinya tanpa proses. Gerakan mahasiswa yang berjalan paska
elemen mahasiswa terlibat dalam perselisihan dalam memandang rezim baru. Mereka
Di masa-masa ini kerenggangan hubungan antar organ intra dan organ ekstra
kampus, sedikitnya dukungan dan perhatian masyarakat, dan tidak adanya kekuatan
Kemudian pada tahun 1973 angin segar gerakan mahasiswa mulai berhembus, gerakan
protes mahasiswa menjadi semakin solid dan kuat, atas inisiatif dari berbagai
23
Ibid, h. 6
Pada tanggal 11 Januari 1974, protes dilakukan oleh 35 dewan mahasiswa dari
berdialog dengan Presiden Suharto di Bina Graha, tapi hasil dialog itu memberikan
Aksi demonstrasi yang lebih besar digelar pada bulan yang sama dan hanya
beberapa hari setelah gagalnya dialog dengan Presiden Suharto. Aksi ini memprotes
kebijakan ekonomi Orde Baru yang terlalu condong kepada Jepang. Kedatangan
Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka, menjadi titik puncak aksi protes mahasiswa,
ribuan mahasiswa berpawai dari kampus UI Salemba menuju kampus Trisakti di jalan
Kyai Tapa.
dengan merusak dan membakar bangunan dan kendaraan yang dianggap representasi
Akibat dari aksi perusakan yang dilakukan dalam demonstrasi tersebut, ialah
konsideransi buruk bagi gerakan mahasiswa dan pemerintah memiliki alasan yang kuat
Universitas Indonesia.25
24
Ibid, h. 52.
25
Ibid, h. 53
Memang, dilihat dari kepentingan ekonomi nasional, pemerintah Indonesia memiliki
yang diperlukan pemerintah saat itu juga bukanlah dengan jumlah dana yang sedikit
pemberian modal asing pada kisaran 100 juta US$. Sedangkan Negara maju satu-
satunya di asia atau bahkan di dunia yang dapat menyanggupi jumlah kebutuhan
menangkapi para tokoh mahasiswa juga merasa perlu untuk mendekati mahasiswa
yang ada di berbagai kampus melalui ABRI dalam rangka mensosialisasikan pewarisan
nilai-nilai 1945. Yang ditanggapi dingin oleh para mahasiswa dan dianggap
membosankan.27
Pada masa angkatan 1978 juga telah tercatat dalam kisah gerakan mahasiswa yang
fenomenal dalam sejarah Orde Baru, karena di masa Orde Baru gerakan mahasiswa
pada tahun ini merupakan gerakan yang pertama kalinya dalam pemerintahan Orde
Heroisme gerakan ini juga bukan berarti akan berakhir dengan kisah bahagia bagi
mahasiswa. Setelah tragedi Malari, kegiatan mahasiswa kembali seperti semula tanpa
gejolak yang berarti, sepanjang tahun 1975 sampai dengan 1977 tak ada gejala yang
26
H. Rosihan Anwar, Indonesia 1966-1983 Dari koresponden Kami di Jakarta, h. 98
27
Ibid, h. 207
besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa dan dengan berani mereka menuntut
dari rezim Orde Baru, yang dianggap telah gagal dalam mengemban amanah dan
aspirasi rakyat.28
Ragam gerakan mahasiswa yang ada dan berjalan dalam perjalanan kehidupan
masyarakat Indonesia sangat sangat beragam dan juga menentukan arah perjuangan
mahasiswa adalah pemegang peran yang sangat penting dalam perjuangan bangsa
partai-partai yang ada. Dengan kata lain, pemuda dan mahasiswa terlibat aktif dan
Misalkan, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan PII (Pelajar Islam Indonesia)
walaupun mereka bukanlah sebuah organisasi pemuda dan mahasiswa yang menjadi
Underbouw salah satu partai politik saat itu yakni Masjumi, tetpi telah diketahui bahwa
para tok0oh dari kedua organisasi tersebut memiliki hubungan yang erat dengan para
tokoh politik dari Masjumi, karena adanya dua kepentingan yang sama, yaitu
kesamaaan ideologi keagamaan (modernisme Islam) dan sikap politik dan kebudayaan
28
Andi Rahmat dan Mukhammad Najib, Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus, h. 55
Menurutnya juga para pemuda dan mahasiswa Islam pada masa demokrasi liberal
terutama PII dan HMI, memiliki peranan yang sangat besar dalam kelahiran,
kemunculan, dan perjalanan Orde Baru. Disini Agung Pribadi berangkat dari sebuah
anekdot atau lebih tepat dikatakan sebagai analogi, yang dianekdotkan dengan
“Biasanya apabila ada suatu perubahan sosial baik yang radikal (revolusi) atau
evolusi, peran pemuda terutama pemuda Islam cukup menonjol. Misalnya dengan
revolusi di Iran dengan Bani Sadr, Khomeini, dan Ali Syari’atinya, di Afghanistan
semisal Gulbudin Hikmatyar, Abdur Rabir Rasul Sayyaf Burhanuddin Rabbani, dan
lain-lain. Juga dengan revolusi di Aljazair dengan Abbas Madani beserta FIS-nya.
Evolusi di Malaysia dengan Anwar Ibrahim yang dulunya aktivis demonstrasi
mengkritik pemeintah Malaysia (dia berasal dari ABIM, Angkatan Belia Islam
Malaysia), dan masih banyak contoh-contoh lainnya. Di Indonesia peran pemuda
Islam memang menonjol, misalnya Jong Islamieten Bond (JIB) dalam pergerakan
nasional yang mana cabang-cabangnya tersebar di seluruh Indonesia. Pemuda
Masjumi pada masa demokrasi liberal juga sangat berperan. Untuk periode 1960-an
dan sampai 1970-an yang menonjol adalah PII, HMI, PMII (Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia, organisasi di bawah naungan NU). Akan tetapi dalam periode 1965-
1985 peranan pemuda Islam agak tersamarkan karena semua organisasi pemuda
Islam, para anggotanya melepas “jaket” dan melebur dalam organisasi yang bersifat
nasionalis. PII masuk dalam KAPPI. HMI dan PMII masuk dalam KAMI dan banyak
lagi. Organisasi-organisasi di atas terlibat dalam bentrokan-bentrokan fisik di
lapangan (di daerah) dan mengalami benturan sangat keras. Benturan antara kubu
“hijau” dan kubu “Merah”. …Pada tanggal 20 Maret 1978 terjadi demonstrasi
menentang P4 dan aliran kepercayaan masuk dalam GBHN oleh Gerakan Pemuda
Islam (GPI) yang dimotori Abdul Qadir Djailani. Demikian juga dengan delegasi PII,
HMI, GP Ansor, IMM, IPNU, dan PMII intensif berdialog di gedung MPR-RI dengsn
para anggota MPR sejak tahun 1977 sampai dengan 1978 menentang masuknya
aliran kepercayaan dalam GBHN 1978.”29
kelemahan mendasar dalam analogi yang dibuatnya, dimana anekdot tentang peran
pemuda Islam yang terjadi di Iran, Afganistan, Aljazair, dan Malaysia, tidak relevan
29
Agung Pribadi, “Islam Meretas Kebangkitan” dalam Majalah Sabili Edisi khusus, No. 9 Th. X. h. 76.
dengan konteks Indonesia. Mengingat Iran adalah sebagai Negara dengan populasi
masyarakat Islam yang mayoritas adalah Syi’ah, sedangkan Indonesia adalah Suni.
Sedangkan tokoh-tokoh pemuda Islam Iran yang di sebut seperti Bani Sadr adalah
tokoh yang justru mengkritik dan menentang kepemimpinan para Mullah (Ulama) dalam
bermazhab Deobandi yang berasal dari India (Riza Sihbudi, 2005) sedang Indonesia
menganut 4 mazhab besar, Syafi’I, Maliki, Hambali, dan Hanafi. Begitu juga kondisi
sering terjadi perang antar Milisi Jihad yang justru terjadi pasca pengusiran tentara Uni
Soviet dan juga perang antar suku, sebuah fenomena yang tidak terjadi pada Indonesia,
yang mana hal itu salah satu faktor sangat menentukan perkembangan sosial politik di
Afghanistan karena di Indonesia yang terjadi adalah justru seluruh kekuatan politik
Islam bersatu dalam perang Ideologis antara Islam, Komunisme, dan Nasionalis-
Sekular.
politik FIS yang di lakukan olah kubu tentara. Sedangkan Indonesia memiliki kondisi
yang justru sebaliknya, dimana tentara Indonesia justru berasal dari milisi-milisi sipil
yang dimiliki oleh umat Islam di Indonesia,30 begitu juga dengan perang ideologis yang
terjadi selama kurun waktu 1965-1966 militer Indonesia TNI, justru bersama umat Islam
30
Z. A. Maulani, “Rahim yang Melahirkan TNI”, lihat dalam Majalah Sabili Edisi khusus, No. 9 Th. X. h.
56.
Indonesia berjuang bersama melawan PKI. Begitu juga dengan Malaysia yang memiliki
polemik sosial politik kebudayaan yang bersifat rasial yang tidak terjadi di Indonesia.
Karena Indonesia memiliki puluhan suku bangsa yang justru bersatu dalam
Mengenai peran pemuda dan mahasiswa Islam di Indonesia seperti HMI dan PII yang
melebur dalam organisasi yang bersifat nasionalis memiliki penguatan informasi, hal ini
“Para pemuda antikomunis kini menguasai jalan-jalan, membakar markas besar PKI
di Jakarta pada 8 Oktober. Pada akhir bulan Oktober, para mahasiswa anti-PKI
membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dengan dukungan dan
perlindungan tentara. KAMI berintikan kelompok pemuda Islam, Katolik, dan mantan
PSI. front kesatuan pelajar yang sama di sebut KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia), dan front alumni universitas, KASI (Kesatuan Aksi Sarjana
Indonesia) di bentuk pada awal tahun 1966. kedua front yang terakhir ini berintikan
simpatisan Masyumi-PSI”.31
Visi keagamaan dan kebangsaan yang dimiliki oleh berbagai gerakan mahasiswa
muslim di Indonesia pada kurun waktu 1947 sampai dengan masa terakhir kekuasaan
mendasar yaitu cita-cita dalam membentuk masyarakat Islam yang di mulai dari
31
M. C. Ricklefs, Sejarah Modern Indonesia, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005). h. 565.
Adapun yang akan dibahas dalam sub bab ini ditujukan pada HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam). Karena bisa dikatakan sejarah emas gerakan mahasiswa Islam di
Indonesia disematkan pada organisasi HMI, juga banyak yang mengatakan organisasi-
organisasi seperti PMII dan IMM adalah berawal dari muara gerakan HMI. Visi
keagamaan dan kebangsaan yang dimiliki oleh HMI bisa dilihat dari tujuan, usaha, dan
sifat yang tercantum dalam Anggaran Dasar Himpunan Mahasiswa Islam, pada pada
Dimulai dari pasal 4 mengenai tujuan HMI, “Terbinanya insane akademis, pencipta,
dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah subhanhu wata’ala”. Sedangkan usaha
HMI dalam mewujudkan tujuannya, (a.) membina mahasiswa muslim untuk mencapai
akhlakul karimah (b.) mengembangkan potensi kreatif keilmuan, sosial, dan budaya (c.)
Sedangkan untuk Visi keagamaan dan kebangsaan yang dimiliki oleh berbagai
gerakan HMI juga dapat dipahami sebagai gerakan mahasiswa Islam pembaharu,33
sedangkan kegiatan-kegiatan HMI pada hal yang paling inti dan mendasar adalah
akhlak, dan watak. Kedua, kemampuan ilmiah dengan membina seseorang hingga
32
Modul Latihan Kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam, Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang
Ciputat.Periode 2003-2004. h. 9.
33
Agussalim Sitompul, HMI dalam Pandangan Seorang Pendeta, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1982). h.
32.
kebijaksanaan atau wisdom. Ketiga, ketrampilan, yakni kepandaian menterjemahkan
Tokoh di sini lebih difokuskan kepada tokoh yang merupakan pemrakarsa HMI
(bukan pendiri HMI), dalam hal ini Agussalim Sitompul membedakan apa tiu ‘pendiri’
dan apa itu ‘pemrakarsa’. Menurutnya pendiri sebuah organisasi tidaklah seorang diri
tetapi juga melibatkan beberapa orang tertentu. Pendiri HMI itu sendiri adalah Lafran
Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur,
Siti Zainah, Muhammad Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha
dengan sebagian kehidupan Drs. Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang pegang andil
terbanyak pada mula buka lahirnya HMI, kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh
pendiri utamanya.36
Seperti yang sudah dicantumkan di atas bahwa tujuan HMI adalah, “Terbinanya
insane akademis, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah subhanhu
34
Ibid, h. 70.
35
Ibid, h. 43.
36
Ibid, h.32.; dikutip dari Majalah Media suara resmi Pengurus Besar HMI, No. 7 Tahun ke III
Februari1957, sebagai sambutannya pada Dies Natalis HMI ke-10 tahun 1957.
mahasiswa muslim untuk mencapai akhlakul karimah (b.) mengembangkan potensi
37
Modul Latihan Kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam, Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang
Ciputat.Periode 2003-2004. h. 9.
BAB III
Runtuhnya Orde Baru memberikan iklim yang kondusif bagi lahirnya organisasi dan
gerakan Islam yang lebih militan dibandingkan dengan ormas-ormas Islam yang telah
mapan dan sudah ada sebelumnya. Dengan lengsernya Orde Baru -yang lebih penting
lagi- adalah kondisinya yang longgar memberikan kesempatan baik pada faktor-faktor
Menurut Sudirman Tebba, Islam memiliki konsep tentang demokrasi sosial, politik,
dan ekonomi, misalkan di Timur Tengah dengan tidak adanya partai politik dan bahkan
pendidikan dan kesehatan, maka mereka tidak memiliki demokrasi sosial dan politik
ruang politik.
38
Imam Tholhah dan Choirul Fuad Yusuf, Gerakan Islam Kontemporer di Era Reformasi, Badan Litbang
Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI, Cet. ke-1, Jakarta:2002. h.V
39
Sudirman Tebba, Islam Pasca Orde Baru, Cet. ke-1, PT. Tiarawacana, Jogja:2001. h.13
Pada masa reformasi inilah bergulir sebuah wacana terhadap gerakan-gerakan
militan tersebut tentang ‘radikalisme Islam’ sama halnya dengan wacana yang lainnya
yaitu, ‘fundamentalisme’ dan ‘militan’ dan selalu berkonotasi dengan dengan hal-hal
yang menyangkut terorisme, kekerasan, atau minimal tidak toleran dan eksklusif.
Pada masa kolonial Belanda kata ‘radikal’ mengandung arti yang positif bagi para
pejuang RI, Adian Husaini menerangkan penjelasannya dari disertasi Adnan Buyung
Nasution di Utrecht, Belanda. Bahwa di Indonesia pada tahun 1918 dibentuk apa yang
dinamakan dengan “Radicale Concentratie” yang terdiri atas Budi Utomo, Sarekat
Islam, Insulinde, dan Indische Sociaal Democratiche Vereniging yang bertujuan untuk
Adian juga menerangkan bahwa Azyumardi Azra menyebut Sarekat Islam sebagai
gerakan Islam radikal yang membawa semangat dan amalgamasi ideologi revivalisme
Islam, mahdiisme dan anti penjajahan. ‘Radikalisme’ berasal dari kosa kata bahasa
Latin, “radix, radicis” yang berarti akar ; (radicula, radiculae: akar kecil), dalam kamus
besar bahasa Indonesia (1990) ‘radikal’ diartikan sebagai secara menyeluruh, habis-
habisan, keras dalam menuntut perubahan, dan maju dalam berpikir atau bertindak.
Sedangkan kata ‘radikalisme’ bermakna sebagai paham yang radikal dalam politik,
menginginkan perubahan sosial politik dengan cara yang keras atau drastis, sikap
40
Adian Husaini, Jebakan Istilah ‘Islam Radikal’, Majalah Media Dakwah, edisi No.361 Dzulqa’dah
1426 H / Desember 2005 M
Menurut Adian saat ini wacana tentang radikalisme sudah jauh berbeda dengan
kondisi yang dulu, sedangkan menurut peneliti sendiri istilah radikalisme pada saaat ini
telah sangat kental dengan nuansa politisasi dan depolitisasi nasional. Karena ketika
kata radikal itu disebutkan maka arti yang terkandung dalam kata tersebut kaitannya
sangat erat dengan kondisi dan keadaan sosial yang sedang berlangsung pada
Mengingat tragedi yang terjadi pada 11 September 2001 isu tentang radikalisme
Islam pun semakin ramai, terlebih wacana tentang radikalisme yang erat kaitannya
sejarah.41
Maka dari itu peneliti beranggapan bahwa penggunaan istilah ’radikal’ yang
berlangsung saat ini adalah ahistoris, karena tidak sesuai dengan latar belakang
sejarah penggunaan istilah itu sendiri. Kalaupun memang istilah yang dipakai tersebut
disesuaikan dengan semangat jaman yang sedang berlangsung saat ini, maka lebih
barat yang mencatat adanya gerakan Kristen Protestan yang ada pada abad ke-19 M,
karakter dari gerakan ini mengimani kembalinya Yesus ke bumi secara tekstual untuk
kedua kalinya, yang mana sebagian penganut Kristen Protestan tidak memahaminya
seperti itu. Gerakan ini juga mengeluarkan dua belas buku yang berjudul
41
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta, Cet. ke-2, Pustaka Jaya:1995. h. 17
Fundamentals, mereka menolak sisi positif dan sisi negatif yang berasal dari nilai-nilai
Tetapi pada pola penafsiran kitab suci yang tekstual, bukan hanya dimiliki oleh
kelompok fundamentalis saja. Tapi juga dimiliki oleh kelompok pemikir sekuler-liberal.
ayat suci “lakum diinukum wa liyyaddin”, atau dalam hal kesamaan semua agama
(pluralisme agama) mereka sering memahami ayat suci al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
ke-62 sebagai sebuah pembenaran dengan menafsirkan ayat tersebut secara mutlak
tekstual.43
Sedangkan dalam khazanah Islam sendiri istilah-istilah yang dapat digunakan dalam
bukannya tidak ada atau harus mengadopsi mentah-mentah dari pemikiran barat. Yusuf
Qaradhawi misalnya menjelaskan hal ini sebagai sebuah sikap beragama yang ekstrem
Bukan hanya itu saja, tetapi Qaradhawi pun juga mengatakan bahwa orang-orang
sekuler pun dapat disebut sebagai ekstrem, dengan mencontohkan Turki sebagai
42
Muhammad Imarah, Fundamentalisme dalam Perspektif Pemikiran Barat dan Islam, Cet.ke-1,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 10
43
Ayat yang dimaksud tentang keimanan orang-orang Yahudi, Nashrani, dan Shabi’in kepada Allah dan
hari kiamat, arti ayat tersebut sebagai berikut:“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nashrani, dan orang-orang Shabi’in, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah,
hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS: al-Baqarah-62)”
44
Yusuf Qaradhawi, Membedah Islam Ekstrem, Cet. ke-9, (Bandung: Mizan, 2001), h. 12.
sampai-sampai harus mengatur keagamaan seseorang yang justru belum pernah ada
dalam kehidupan politik demokrasi Negara sekuler yang sudah ada sebelumnya.45
Adapun kriteria yang diberikan untuk gerakan Islam radikal sebagai berikut:
1. kelompok yang mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang mereka
berlangsung.
kelompok yang kuat, dan menampilkan ciri-ciri penampilan diri dan ritual yang
khas.
Kriteria yang ada di atas, sebenarnya jelas tidak menjadi dasar penilaian yang
absolut, karena menurut peneliti memiliki beberapa kelemahan yang mendasar. Pada
poin pertama misalnya, keyakinan ideologis yang tinggi dan fanatik tidak hanya dimiliki
oleh kelompok ‘Islam radikal’ saja, tapi juga dimiliki oleh beberapa kelompok ‘Islam
tradisional’ yang sangat memegang kuat pemahaman akulturasi Islam dan bahkan
45
Yusuf Qaradhawi, Sekular Ekstrim, Cet. ke-1, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000), h. 109
46
Jajang Jahroni, Jamhari (editor), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, Cet. ke-1, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004, h. 6.
mapan, keyakinan ideologis yang fanatik juga dimiliki oleh kelompok di luar kelompok
Sedangkan pada poin kedua, aksi-aksi keras yang digunakan sebagian masyarakat
tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai dasar penilaian apakah satu kelompok
yang terjadi acap kali merupakan sebuah riak-riak kecil yang bersifat temporal, dan
Selain itu juga, bisa didapati oleh masyarakat kelompok mahasiswa yang
(Forkot). Kelompok mahasiswa ini terkenal dengan aksi-aksinya yang sering kali
berujung pada bentrokan fisik dengan aparat keamanan. Akan tetapi tidak lantas
Kemudian pada poin yang ketiga, peneliti menangkap maksud dari penulis buku
tersebut adalah ritual ibadah yang memang berbeda dengan kebiasaan masyarakat
Islam di Indonesia pada umumnya. Ritual ibadah yang merupakan permasalahan furu’
masyarakat Islam di Indonesia, terlebih lagi keberadaan puritanisme Islam juga lebih
dan dikenang oleh para sejarawan dan masyarakat di Indonesia telah memberikan
sumbangsih sosial bagi proses kemerdekaan.47 Begitu juga dengan poin keempat,
kriteria ini banyak dimilliki oleh berbagai kelompok, baik itu kelompok Islam atau bukan.
47
Subhan SD, Ulama-Ulama Oposan, Cet. ke-1, (Pustaka Hidayah: Bandung: 2000). h. 32
Dari empat kriteria di atas menurut peneliti jarang ada kelompok yang memenuhinya
secara total.
mereka bukanlah orang-orang yang berpaham puritan, karena mereka juga masih
bagian dari masyarakat ‘Islam tradisional’ yang akulturatif dengan budaya setempat
(NU). Demikian juga Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), mereka memiliki pemikiran yang
Pada empat kriteria yang diberikan oleh Jamhari dan Jajang Jahroni di atas, dapat
sebagaimana yang sering kita dengar dalam wacana dan opini publik, diberbagai
seminar atau tajuk-tajuk berita, adanya berbagai terma yang digunakan dalam
mengimbuhi sebutan-sebutan bagi beberapa keompok Islam, yang juga berakibat pada
fragmentasi dalam masyarakat Islam yang sarat nuansa vis a vis, seperti Islam radikal-
Namun sayangnya pada saat ini muara orientasi pada ‘Islam politik’ seperti yang
dinilai oleh beberapa pihak, khususnya yang bermuara pada kelompok Islam liberal dan
nasionalis sekuler, justru sedikit demi sedikit, mengalami kerapuhan. Hal ini disebutkan
Teori hubungan yang selalu vis a vis, semisal hubungan agama dan Negara, partai
nasionalis dan partai agamis, sudah mengalami pembiasan. Begitu juga nasib teori
hubungan sosial politik santri, abangan, dan priyayi.masing-masing term yang sarat
ideologis bahkan secara jujur dalam sejarah diwarnai darah.ini telah mengalami
Hal yang unik adalah teori vis a vis dalam fragmentasi masyarakat Islam, justru
Diungkapkan dalam buku “Islam dan Radikalisme di Indonesia” yang disusun oleh
sebuah tim penulis LIPI Press, dipaparkan sebuah gambaran umum tentang radikalisme
kelompok.
dianggap tidak sesuai lagi dengan Islam. Kedua, gerakan-gerakan Islam yang
menekankan pada pengajaran yang yang bersifat baru. Ketiga, gerakan Islam yang
lebih bersifat kontemporer yang dilakukan oleh mahasiswa yang ada di berbagai
kampus di Indonesia. Pada kelompok ketiga inilah menurut para penulis adalah sebuah
gerakan Islam yang dimotori oleh mahasiswa yang nantinya menggabungkan diri dalam
Selain itu, ada juga kelompok mahasiswa fundamentalis, yang terorganisir dalam
KAMMI dan mempunyai cabang di banyak kampus di Indonesia. KAMMI bisa dikatakan
sebagai organisasi baru yang berbeda dengan organisasi mahasiswa Islam seperti HMI
48
Rijalul Imam, Reposisi Gerakan KAMMI, Harian Republika, Jum’at 7 November 2008, dalam rubrik
opini h. 6.
49
Endang Turmudi & Riza Sihbudi, ed, Islam dan Radikalisme di Indonesia, kumpulan karangan,
(Jakarta, LIPI Press, 2005). h. 123.
Adanya isu yang ditujukan kepada sebuah atau beberapa kelompok yang menjadi
objek sangatlah penting, sebagai titik tolak penilaian yang dialektis dan proporsional,
pada wacana yang berkembang, agar dapat menyajikan kerangka penilaian. Dalam hal
ini KAMMI yang berada pada titik objek isu, sebagai gerakan mahasiswa Islam yang
yang terkait antara isu radikalisme Islam dalam gerakan mahasiswa seperti KAMMI,
baik dalam bentuk yang formal dan utuh seperti dalam bentuk buku, jurnal, atau media
cetak, atau dalam bentuk yang tidak utuh seperti esai-esai yang menjadi bagian dari
Jika pun ada tidak lebih dari sekedar tulisan yang berjumlah satu atau dua paragraf,
sehingga kesan yang muncul dari isu-isu yang ada hanyalah sebuah klaim-klaim yang
prematur. Akan tetapi yang mengejutkan dari keterbatasan sumber yang ada, justru
penulis mendapatkan berbagai isu dan wacana yang berkembang pada tataran
Status sumber-sumber yang peneliti dapatkan bukanlah apa-apa, yakni berupa isu,
wacana, dan dialektika pada artikel-artikel lepas yang ada di dunia maya. Artikel-artikel
lepas yang peneliti dapatkan dari dunia maya tidak mungkin dicantumkan sepenuhnya,
mengingat ada dua alasan dalam penulisan sejarah dalam skripsi ini.
tekhnologi informasi yang sangat pesat, hampir setiap orang mampu untuk memuat
pendapatnya di dunia maya, sehingga mengandung konsekuensi yang jelas. Yaitu, ada
pandangan yang argumentatif yang memiliki nilai-nilai ilmiah dan ada juga pandangan
yang amatiran yang hanya merupakan sebuah reaksi emosional bukan reaksi
intelektual. Ditambah lagi dengan belum adanya kejelasan yang akurat apakah tulisan-
tulisan yang ada dalam dunia maya dapat dijadikan sebagai sumber dalam penulisan
Kedua, mengingat kemudahan hampir dimiliki setiap orang untuk dapat mengakses
informasi yang ada dalam dunia maya, sebagai akibat dari kemajuan tekhnologi dunia
informasi yang sangat canggih, maka kandungan informasi yang tersebar dalam situs
dan blog-blog pribadi, peneliti pikir tidak berlebihan jika kandungan informasi yang ada
yang ada di Indonesia layaknya empat mazhab besar fiqh, ada empat mazhab besar
Pertama, adalah mazhab Ikhwanul Muslimin, dianggap penganut ideologi Abduh dan
Rasyid Ridha tapi dalam versi yang lebih ekstrim, dengan membandingkan mazhab
Abduh di Indonesia dalam versi yang lebih soft, Muhammadiyah. Mereka pun dianggap
dekat dengan para mantan DI/TII, dan bermetaforfosis menjadi KAMMI dan sejenisnya
Disebut sebagai sempalan NII dan kelanjutan DI/TII yang kelahirannya dibecking Ali
Moertopo. Kelompok ini terlihat cukup soft, jarang melakukan kekerasan, tapi
melakukan kekerasan dalam wacana. Nyaris semua media fundamentalis seperti Sabili,
Suara Hidayatullah dll dikontrol kelompok ini, juga buku-buku bernuansa radikal bisa
Organisasi rohis , remas , sampai pengajian kantor banyak dikuasai mereka. Dari
segi penampilan untuk pria biasa saja tapi rata-rata berjenggot sementara wanitanya
berjubah dan berjilbab model lebar dan panjang. Secara politik mereka cukup mahir,
tapi sebagaimana kelompok radikal lainnya mereka sangat eksklusif dan menjadikan
politik identitas seperti penampilan, baju maupun bahasa yang dicampur dengan
kosakata bahasa Arab sebagai identitas untuk membedakan dan memisahkan mereka
dengan yang lainnya. Walaupun terlihat kurang begitu menakutkan tapi dalam jangka
panjang akan sangat berbahaya dari pada preman macam FPI, tulisnya dalam artikel.
Kedua, mazhab Wahabi. Laskar Jihad dan MMI adalah bagian dari mereka. Ketiga,
Hizbut Tahrir, mereka menginginkan khilafah tapi menolak menempuh jalur politik
demokrasi. Konsep ideologi mereka lebih condong dan lebih soft dengan
mengislamkan pemikiran masyarakat umum dimana bila tercapai maka khilafah akan
julukan/gelar bagi klan keturunan Nabi. Mereka sangat rasis, misal perempuan dari
golongan ini dilarang menikah dengan non Sayyid. Kelompok formal tertua golongan ini
Pada penjelasan Sidqy Suyitno di atas khususnya pada poin pertama, memberikan
benang merah dengan pernyataan yang pernah dilontarkan oleh Yusuf Qaradhawi:
“Dulu mereka berkata pada setiap orang agar berhati-hati dengan Islam ekstrim.
sebab ia jauh lebih berbahaya, dan pengaruhnya jauh lebih meluas, serta akan berumur
lebih panjang”.51
50
Sidqy Suyitno, Empat Mazhab Besar Fundamentalisme Islam di Indonesia, artikel di akses pada
tanggal 28 Agustus 2009 dari http://www.nabble.com/empat-mazhab-besar-fundamentalisme-islam-di-indonesia-
td14325530.html
51
Ishom Talimah, Manhaj Fiqih Yusuf al-Qaradhawi, Cet. ke-1, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001). h. 29
dinyatakan fundamentalisme dapat dibaca sebagai pencarian identitas, otentisitas, dan
yang permisif adalah produk kehidupan modern yang tak lain adalah hasil pengaruh
Barat. Menurut Hasan Hanafi modernisasi mampu menyuguhkan sejuta opsi dalam satu
hal kecil yang sangat terbatas sekalipun. Siapa pun bebas menggunakan ukuran dan
standar, bahkan berganti-ganti dari satu standar ke standar yang lain. Kebebasan
semakin kuat. ”Di Indonesia geliat kehidupan kampus ditandai dengan menguatnya
1997/1998, merasa perlu untuk menghubungkan krisis moneter dan ekonomi dengan
besar masih bergantung pada pengeluaran biaya dari orang tuanya. Saat kondisi krisis
ekonomi mereka terjebak kedalam tindakan yang anarkis dan menceburkan diri
kedalam kerusuhan sosial (social unrest), sebuah hal yang sebenarnya tidak bisa
dikira-kira oleh banyak pihak.Hal-hal di atas bisa terjadi karena adanya kekecewaan
yang mendasar, keresahan dan frustasi yang spontan, dan apa-apa yang terjadi juga
pergi kuliah kemudian pulang dan berharap setelah lulus menjadi sarjana yang bisa
mendapat kerja enak dengan berbekal ijzah yang dimiliki, terutama mereka yang
Dalam kesimpulan yang dibuat oleh Muchtar E. Harahap, ada empat indicator utama
ekonomi:
ada.
2. mahasiswa semakin mengalami kesulitan ekonomi seperti harga buku yang naik,
tarif transportasi, dan biaya kesehatan, sewa tempat tinggal, uang kuliah yang
semakin mahal, biaya ujian, dan pengeluaran dana kehidupan secara umum.
53
Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus dalam
Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi, (Solo: Era Intermedia, 2003). h.
119
54
Ibid, h. 148. Lebih jelasnya lagi bisa dilihat pada footnote nomor 5.
3. kondisi sosial-ekonomi mahasiswa yang semakin mirip dengan kondisi sosial-
Islam, terlebih jika ditinjau dari perspektif politik masa kini, alasannya bukan hanya
masalah kegagalan pemerintahan yang terjadi di negeri-negeri muslim, tapi juga akibat
dari alasan yang fundamental. Yakni, tidak adanya kesempatan yang dimiliki oleh
berbagai kelompok Islam dalam realitas politik yang telah berjalan sekian lamanya.
Sehingga mereka harus merebut kembali apa yang menurut mereka, merupakan hak
politik yang selayaknya patut untuk mereka miliki seperti yang lainnya.
Seperti kelompok-kelompok yang lainnya, kelompok aksi Islam akan tumbuh dengan
subur, bilamana keadaan rakyat menjadi sebuah dilema kehidupan yang harus dibantu.
Dalam perjalanan politik di Indonesia kalangan Islam bukanlah kelompok yang memiliki
Islam tertentu. Maka dari kondisi tersebutlah, kelompok aksi Islam menjamur layaknya
55
Ibid, h. 119
56
Ibid, h. 49
57
Dalam pemerintahan Orde Baru banyak terjadi kasus-kasus yang menyudutkan kelompok masyarakat
Islam dan tuduhan itu juga menimpa sebagaian kelompok Islam, seperti: peristiwa Talangsari Lampung, Komando
Jihad, Haur Koneng, tragedi Tanjung Priok, dan lain-lain.
Gerakan tarbiyah atau biasa diafiliasikan dengan gerakan Islam internasional
populer yang paling besar di Indonesia, lebih besar daripada gerakan Hizbut Tahrir,
Salafi, dan Jama’ah Tabligh. Penyebab kurang populerannya Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI) dan lainnya, dibandingkan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) di Indonesia
adalah karena faktor tidak adanya dalam gerakan HTI dan lainnya, figur terkenal
seperti Hasan al Banna, Sayyid Qutb, dan Said Hawwa, dalam buku tersebut juga
dijelaskan bahwa perbandingan antara IM dengan HTI adalah 80 banding 20, tanpa ada
gerakan Hizbut Tahrir memiliki kelemahan, karena perolehan anggota atau kader yang
Pada dekade dimana gerakan ini mulai berada di Indonesia, masyarakat Islam di
dan Saddam Husein yang sedang populer saat itu, dan tokoh-tokoh Islam nasional yang
Tokoh-tokoh semacam Hasan al-Banna, Said Hawa, dan Sayyid Qutb justru bukan
tokoh-tokoh terkenal, kecuali setelah gerakan ini mulai marak dan berkembang di
tentang terorisme yang digulirkan Amerika, tokoh-tokoh tersebut pun dianggap sebagai
58
Jajang Jahroni, Jamhari (editor), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, h. 165
penyebar paham radikalisme Islam yang mengakibatkan para pegikutnya melakukan
Pada tangal 26-29 Maret 1998, ratusan mahasiswa muslim dari berbagai daerah di
Pertemuan ini sudah rutin dan menjadi rutinitas tahunan yang biasa diselenggarakan.
Dalam acara yang diadakan tersebut terjadi sebuah perdebatan alot apakah apakah
perlu para aktifis dakwah kampus membentuk sebuah wadah baru atau komite aksi
memberikan penjelasan dan keputusan yang kongkret, bagi para mahasiswa muslim
yang hadir pada acara tersebut. Lalu sebagian peserta yang hadir setelah acara
sebuah wadah yang juga sebuah komite aksi, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI).59
Kegiatan kelompok aktifis gerakan Tarbiyah yang ada dikampus-kampus ini bukan
yang pertama kalinya tetapi telah ada dan selalu giat mengadakan aktifitas-aktifitasnya
yang dilakukan oleh para mahasiswa di Universitas Andalas Padang, 10 Oktober 1994,
59
Fahri Hamzah, Mari Kita Tulis Lagi Sejarah Jangan Titipkan Reformasi Pada Siapa Pun!. Sebuah
prolog dalam: Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus dalam
Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi, (Solo: Era Intermedia, 2003). h.
11
yang bertema ‘Gema Masjid Kampus’.60 Dan juga pada laporan berita yang lainnya,
60
Gema Masjid Kampus, Majalah Al-Ishlah, No. 17/Tahun II, 1994, h. 31.
61
Derap Islam di Kampus dari Bengkulu Hingga Jakarta, Majalah Al-Ishlah, No. 18/Tahun II, 1994, h.
63.
BAB IV
dimana mahasiswa adalah sebuah kekuatan pada garda terdepan dalam perubahan
sosial politik di Indonesia. Peranan mahasiswa adalah peranan yang khas dalam
masyarakat yang luas, karena mereka memiliki sifat dan semangat pergerakan yang
didalamnya terdapat jiwa keikhlasan yang tinggi, dan senantiasa menjadi para pemuda
Dalam setiap gerakan menuntut perubahan memegang peranan dan bahkan posisi
yang sangat menentukan, “suplai perlawanan” yang mereka miliki seakan-akan tidak
pernah habis. Walaupun pada saat-saat tertentu mereka secara langsung atau tidak
langsung akan berhadapan dengan rezim pemerintah yang berkuasa saat itu.63
62
Anas Urbaningrum, Mahasiswa Menggugat; Pengantar, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999) h. 17.
63
Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib, “Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus”, (Surakarta:
Purimedia, 2001). h. 187
KAMMI meyakini sunnah yang telah ditetapkan oleh Allah sepenuhnya bahwa
kemenangan Islam adalah suatu kepastian dan sebuah aksioma dalam sebuah kamus
sesungguhnya telah kami tulis dalam Zabur sesudah kami tulis dalam Lauh Mahfuzh
bahwasanya bumi ini diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang Shaleh”. Dan dalam surat 58
ayat 21 Allah juga berfirman: “Aku dan Rasul-rasul-Ku pasti menang, sesungguhnya
Allah maha kuat lagi maha perkasa”. Inilah bahan bakar perjuangan KAMMI yang
menyalakan api semangat, cahayanya tak akan pernah redup dan padam, pancarannya
menuju ridho-Nya. KAMMI yakin bahwa pertolongan Allah sangatlah dekat, dekat bagi
merka yang berjihad dan berkorban, dekat bagi orang yang mengharapkan pertemuan
adalah penyakit yang menyengsarakan umat manusia. Oleh karenanya harus diperangi
dan dimusuhi. Fitrah manusia sepanjang masa selalu menolak penyakit yang
menyengsarakan mereka, namun banyak manusia yang tidak sadar bahkan tidak
mengenal penyakit yang diderita atau yang mengancamnya, sehingga tidak melakukan
pencegahan atau upaya pengobatan. Menjadi salah satu misi KAMMI untuk
menyadarkan ummat akan hakekat kebathilan, karena KAMMI yakin bahwa mengenal
kebathilan adalah bagian dari integritas amal Islam, salah satu inspirasi bagi poin ini
adalah salah satu Riwayat; Dari Huzaifah bin Yaman: “Orang banyak bertanya kepada
Rasulullah SAW. tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang
kejahatan karena khawatir kejahatan itu menimpa diri ku” (HR. Bukhori). KAMMI yakin
bahwa Qur’an dan Sunnah adalah satu-satunya standar penentu kebenaran dan
kebathilan. KAMMI menyatakan perang terhadap segala bentuk kebathilan, selamanya
ia menjadi musuh abadi KAMMI, sampai Allah menghancurkan kebathilan itu melalui
Adalah sebuah aksioma bahwa Tuhan Pencipta alam semesta beserta isinya yang
Maha Mengetahui kebutuhan ciptaan-Nya, apa yang baik bagi mereka dan apa yang
buruk. Islam datang dari sisi-Nya dan dibawa oleh Rasul-Nya, Muhammad SAW.
membawa umat manusia keluar dari kegelapan jahiliyah, penuh dangan kerusakan,
Islam, dien yang hanif ini, Rasulullah SAW. membawa umat manusia keluar dari
mengantarkan perjuangan ummat ini kepada kebahagiaan. Islam adalah titik tolok
perjuangan, metode dan jalan, sebagaimana ia adalah tujuan. KAMMI meyakini bahwa
ruh dan jasad, memadukan antara jasmani, akal, dan ruhani, dan membawa manusia
menuju keutuhan peradaban, sebagaimana firman Allah dalam surat 21 ayat 10:
KAMMI selalu melandasi setiap gerakannya pada prinsip ishlah (perbaikan) mulai
Sedapat mungkin KAMMI menghidar dari gerakan atau aktifitas yang membawa
kerusakan meskipun ada manfaat yang bisa diperoleh darinya, karena KAMMI
berprinsip “menghidari kerugian lebih diutamakan daripada mengambil manfaat”. Islam
sebagai azas KAMMI mewajibkan umatnya untuk menjaga lima penopang hidup
manusia; agama, akal, jiwa, kehormatan, dan harta benda. Oleh karena itu seluruh
gerak dan aktifitas KAMMI senantiasa selalu berorientasi pada perbaikan dan
pemeliharaan kelima hal tersebut, sebagaimana KAMMI akan memerangi setiap upaya
yang merusaknya. Untuk merealisasikan semua itu KAMMI berpegang teguh pada
teguh pada prinsip dakwah Islamiyah sebagai metode perbaikan. KAMMI berusaha
untuk memelihara dan menghidupkan tradisi perbaikan ini, karena ia adalah tradisi
KAMMi yakin bahwa negeri ini akan bahagia apabila nilai-nilai Islam mewarnai
kehidupan masyarakat di saat amar ma’ruf nahi munkar ditegakkan. Semua itu akan
terwujud dengan baik manakala ummat Islam berperan memimpin negeri ini. Sebab
keshalihan pemimpin lebih terjamin jika terdapat control dari masyarakat yang shaleh.
Dan sekali lagi KAMMI meyakini hanya Islam yang dapat melahirkan keshalihan itu.
Sebagaimana firman Allah dalam surat 2 ayat 143: “Dan demikian pula telah kami
jadikan kamu ummat yang adil dan pillihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan
yang memiliki visi perbaikan untuk bangsa ini, karena KAMMI yakin bahwa upaya untuk
membangun bangsa ini tidak mungkin terwujud jika hanya dilakukan oleh sekelompok
anak bangsa tanpa melibatkan yang lain. Sementara kerjasama dalam hal ini
membutuhkan jiwa persaudaraan. Dengan sesama muslim dan organisasi Islam, KAMMI
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” (QS. 49:10). Juga firman-Nya: “Dan
tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong
dalam perbuatan dosa dan pelanggaran” (QS, 5:2). Sementara dengan ummat lain
besera organisasinya, Islam mengajarkan; “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi kamu karena agama
dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
kawanmu orang-orang yang memerangimu kamu karena agamamu dan mengusir kamu
dari negerimu dan membantu orang lain untuk mengusirmu. Dan barang siapa yang
menjadikan mereka sebagai kawan maka mereka itulah orang-orang yang zhalim” (QS.
60:8-9).64
Visi KAMMI adalah menjadikan “KAMMI sebagai wadah perjuangan permanen yang
akan melahirkan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan yang tangguh untuk
pemimpin masa depan yang tangguh’ menurut penulis bisa dipahami dari enam prinsip
gerakan KAMMI yang sudah ditulis diatas sebelumnya. Sedangkan masyarakat Islam
madani yang dimaksud disini adalah masyarakat yang hidup dalam sebuah Negara
yang:
64
Sebagaimana yang tertulis dan disederhanakan dari buku Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib,
“Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus”. h. 189-194
1. Dapat mencegah terjadinya eksploitasi antar manusia, antar kelompok, dan antar
masyarakat.
5. Menjadikan Negara sebagai tempat tinggal yang teduh dan mengayomi bagi setiap
Masyarakat Islam madani dalam pandangan KAMMI adalah masyarakat yang hidup
dalam sebuah Negara yang memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia untuk
dapat menikmati hidup yang lebih baik.65 Gagasan semacam ini terinspirasi dari al-
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kalian dan yang
beramal shaleh, bahwasanya Allah akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi,
65
Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus dalam
Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi, (Solo: Era Intermedia, 2003). h.
209
66
Ibid, h. 211
Pelopor, yang dimaksud disini ialah, dalam setiap aktifitasnya KAMMI berusaha
semampu mungkin untuk menjadi pelopor gerakan perubahan yang dimotori oleh
mahasiswa yang lebih berani dengan cara-cara yang sehat. Hal ini bisa kit lihat contoh
melakukan aksi unjuk rasa keluar kampus dengan dua puluh ribuan masa yang berjalan
reformasi, dimana reformasi tidak boleh berlangsung terlalu lama dan parsial, agar
kekuatan lama yang pro status quo tidak mendapatkan dan memiliki waktu lagi untuk
bisa berkonsolidasi menghimpun kekuatannya. Dalam hal ini KAMMI menjadi pelopor
tuntutan yang dikenal dengan “Ultimatum Salemba” dan ultimatum itu menjadi
pemercepat bagi terjadinya kristalisasi tuntutan dari berbagai elemen aksi mahasiswa,
walaupun disamping itu juga tetap terjadi polarisasi gerakan mahasiswa dalam
Perekat, semua elemen gerakan mahasiswa tidak boleh untuk terpecah belah,
karena jika hal ini terjadi maka kekuatan mahasiswa akan menjadi lemah untuk dapat
melawan kekuatan pro status quo. Disini KAMMI juga tetap berusaha melakukan dialog
dengan berbagai elemen gerakan mahasiswa seperti Forkot, Famred, HMI, GEMUIS,
adalah refleksi kesadaran sosial pada mayarakat yang berada dalam kondisi ekonomi
yang sulit dalam rentang waktu yang panjang. Yang mana jika hal ini didiamkan begitu
67
Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib, “Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus”, h. 176
saja maka akan menimbulkan tingkat kriminalitas yang tinggi. Pelayanan sosial ini
berupa pendidikan luar sekolah bagi anak jalanan, beasiswa bagi anak putus sekolah,
Pendidikan politik, KAMMI juga berupaya untuk bisa memberikan pada masyarakat
luas sebuah pendidikan politik yang bergerak diatas jalur-jalur konstitusional. Dimana
selama dialog masih memungkinkan maka hal itu menjadi prioritas bagi KAMMI, aksi
masa yang menurunkan sejumlah besar masa aksi hanyalah pilihan terakhir bagi
KAMMI jika dirasakan DPR/MPR dan pemerintah terlalu angkuh untuk mendengarkan
aspirasi rakyat.69
Dalam memahami KAMMI bisa juga dengan memahami karakter KAMMI yang
KAMMI.
organisasi pergerakan, yaitu sesuatu kekuatan yang terorganisisr yang secara terus
Karakter KAMMI menurut penulis erat kaitannya dan juga bisa dipahami dari Garis-
garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) Bab IV tentang paradigma gerakan pada Pasal
a. Gerakan Tauhid.
madani, meliputi: (a) gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penyembahan
68
Ibid, h. 179
69
Ibid, h. 180
selain kepada Allah SWT, (b) pendeklarasian tata sosial masyarakat Islamiyah sebagai
b. Gerakan Intelektual.
keilmuan dan intelektualisme, sehingga menjadi gerakan rasional dan moderat. Hal ini
Islam secara kreatif, proporsional, dan kontekstual, (b) melakukan pengkajian Islam
dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu, (c) melakukan integrasi ilmu secara teoritis
Keberadaan KAMMI harus menjadi bagian utuh bagi masyarakat yang dapat
pengelolaan potensi ekonomi umat, (b) memberikan pendidikan kepada masyarakat, (c)
kakuatan kontrol sosial terhadap kekuasaan. Akan tetapi KAMMI juga membuka jalan
publik.70
Ada sejumlah pertanyaan menarik yang bisa menjadi titik masuk untuk mengenali
sistem kaderisasi KAMMI, bila memperhatikan asal-usul gerakan KAMMI yang berbasis
pada gerkan tarbiyah di kampus, apakah konsep dan sistem kaderisasinya ada
kemiripan dengan yang dijalankan oleh gerakan tarbiyah sebelumnya (LDK)? Kemudian
ketika menegaskan dirinya sebagai gerakan yang mengedepankan peran sosial dan
politiknya, bagaimanakah konsep atau sistem kaderisasi yang bisa memenuhi berbagai
kualifikasi dan kompetensi sosial politik para kadernya? Yang terakhir, apakah ada
irisan atau persinggungan antara sistem kaderisasi KAMMI dengan sistem kaderisasi
LDK?
Dalam rumusan konsep umum kaderisasinya, KAMMI menjadikan asal-usul dan latar
atau anggotanya, baik latar belakang ideologis maupun historis. Hal ini bisa dipahami
sebagai orientasi awal proses rekrutmen dan pembinaan anggota atau kader
organisasi, sehingga tampak bahwa setiap anggota atau kader yang bergabung dalam
KAMMI, secara sadar sedari awal, mereka memposisikan diri sebagai penganut
atau pijakan dasar seperti ini ternyata memiliki sebuah perbedaan yang mendasar
70
Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus. h. 219
dengan konsep atau sistem kaderisasi yang dijalankan gerakan tarbiyah yang sudah
berada di dalam kampus, yang sejak awal menjadikan “kesadaran dan peran diri
seorang muslim” sebagai orientasi awalnya, seperti pada salah satu prinsip yang
orientasi dasar sistem kaderisasi ini memang secara khusus disiapkan untuk mencetak
kader dari para mahasiswa muslim, baik yang sebelumnya sudah atau belum terlibat
dalam kegiatan dakwah kampus. Pada tataran praktis operasional, hal ini dapat dilihat
dengan adanya program pra Daurah Marhalah (pra DM), berupa pengenalan dan
yaitu; kaderisasi integratif, kaderisasi politik, kaderisasi berorietasi hasil atau sasaran.
Kaderisasi integratif ialah proses kaderisasi yang dijalankan oleh semua komponen
setiap lini struktur), dan juga semua komponen-komponen non-struktural, yakni semua
jajaran kader.
Kaderisasi politik, spesifikasi yang dikedepankn oleh KAMMI dari sisem kaderisasi
yang sudah ada di LDK. Bila LDK proses kaderisasinya mencetak kader dakwah secara
umum, maka KAMMI ingin mencetak kader politik secara khusus, dengan tidak
kepemudaan Masjid, LSM-LSM Islam, dan bahkan organisasi politik Islam. Maka kader
KAMMI adalah kader politik yang diupayakan seoptimal mungkin di dalam dirinya
mengalir akhlak-akhlak Islam. Dalam hal ini kader KAMMI adalah kader politik yang
eksklusif-inklusif, dalam artian bahwa kader KAMMI adalah kader politik yang berbeda
dengan yang lainnya, karena mencoba menerapkan Islam dalam dirinya walaupun
berada dalam dunia aktifitas politik yang saat ini sarat dengan praktik-praktik kotor
Rumusan sasaran-sasaran ini diformulasikan sebagai IJDK (Indeks Jati Diri Kader)
KAMMI, yaitu ukuran untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan, prestasi, dan
percepatan kader dalam memahami nilai-nilai dasar KAMMI yang terdiri dari akidah,
disingkronisasikan dengan sistem dan pola pemungsian secara keanggotaan dan pola
pemungsian pada tataran struktural maupun fungsional. Dalam artian proses bagi
anggota dan kader KAMMI yang berjalan secara reguler beriringan dengan masa
kenggotaan yang ada di KAMMI terwujudkan pola-pola pemungsian, baik untuk pos-pos
struktural atau fungsi-fungsi perubahan bagi organisasi. Dalam pola ini proses
kaderisasi diawali dengan program Pra Daurah Marhalah (Pra DM), sebuah program
71
Sebagaimana yang dimaksud dalam, Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik
Aktifis Dakwah Kampus, h. 221-223
penyampaian materi tentang: (a) dunia kemahasiswaan dan pergerakan mahasiswa, (b)
ke-KAMMI-an, dan (c) materi tambahan berupa kiat sukses di perguruan tinggi.
Program ini untuk menyeleksi calon anggota KAMMI agar mereka memiliki
Setelah itu barulah calon-calon anggota yang tertarik pada KAMMI mengikuti
program Daurah Marhalah satu (DM 1), sebuah proses pengkaderan yang yang
memberi jalan masuk bagi mahasiswa dengan menjadi Anggota Biasa satu (AB-1).
Sedangkan muatan yang ada dalam program tersebut ialah: (a) Syahadatain sebagai
titik tolak perubahan (b) Syumuliyatul Islam (komprehensifitas Islam), dan (c) peran
pemuda Islam dalam perubahan sosial. Setelah melalui program tersebut maka kader
akan mengikuti program-program pembinaan dalam bentuk Madrasah KAMMI satu (MK-
1), sebuah program kaderisasi dalam bentuk kelompok kecil, yang berlangsung secara
reguler (Halaqah Tarbawi/Usrah), program ini dibimbing oleh seorang Pembina dari
kader KAMMI yang sudah direkomendasi, dan proses tersebut mengacu pada Indeks
Jati Diri Kader (IJDK), dan muatan yang ada dalam MK-1 disesuaikan dengan sasaran
IJDK.
Setiap kader yang telah yang dinilai telah mencapai sasaran IJDK mendapatkan
sertifikasi dari KAMMI dan selanjutnya diorientasikan untuk mengikuti Daurah Marhalah
dua (DM-2), agar bisa menjadi Anggota Biasa dua (AB-2), kemudian kader yang telah
menjadi AB-2 untuk selanjutnya mengikuti Madrasah KAMMI dua (MK-2) yang juga
yang mana hal itu akan terus berlanjut sampai kader tersebut menempuh Daurah
Marhalah tiga (DM-3) lalu menjadi Anggota Biasa tiga (AB-3) yang kemudian mengikuti
Madrasah KAMMI tiga (MK-3), dan kemudian lagi ditambah dengan program
suplemennya sampai memenuhi IJDK AB-3. bila dicermati maka sistem pengkaderan
seperti ini sangatlah ketat dan selektif, mengingat banyaknya proses yang harus dilalui
Perkembangan yang terjadi pada KAMMI tetap dan akan terus berlangsung, pada
poin dalam sub bab ini yang akan di terangkan tentang dinamika KAMMI ialah yang
terjadi pada masa-masa awal gerakan KAMMI, sedangkan perkembangan yang terjadi
pada masa yang berlangsung setelah masa-masa awal akan dibahas pada bab
selanjutnya. Muktamar 1 KAMMI, tujuh bulan dari waktu kelahirannya, para aktifis
KAMMI meletakkan dasar-dasar organisasi modern bagi KAMMI dengan menjadikan diri
KAMMI menjalani fase kedua perkembangan organisasi dan pergerakan KAMMI yang
berada dibawah kepemimpinan Fitra Arsil, S.H. dan Haryo Setyoko, terpilihnya Fitra
Arsil sebagai ketua KAMMI adalah hasil dari pertimbangan logis dan konsekuensi bagi
KAMMI yang memasuki fase baru untuk di pimpin oleh sosok yang memiliki figur bagi
Fitra Arsil sendiri bukan sosok yang baru dalam tubuh KAMMI, ia adalah orang yang
mengemban amanah sebagai ketua bidang Kajian Strategis yang menjadi dapur utama
KAMMI untuk mencerna berbagai isu dan agenda reformasi, pada kepengurusan awal
periode Fahri Hamzah. Dalam periode kepengurusan Fitra Arsil, KAMMI berhasil
menghadapi tantangan untuk dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat ditengah
terjadinya pluralisasi dan fragmentasi gerakan mahasiswa pro reformasi, dengan
membangun manuver politik yang cerdas dan agenda alternatif yang moderat. Hanya
saja dalam preiode ini terjadi kekurangan komunikasi dengan kalangan elit politik,
2000, yang memilih Andi Rakhmat dan Vijaya Fitriyasa sebagai Ketua Umum dan
Sekretaris Jendral.72
Dalam periode Fitra Arsil ini banyak posisi-posisi yang diisi oleh kader-kader KAMMI
yang sebelumnya tidak ada dalam jajaran kepengurusan KAMMI Pusat. Hal ini
perkembangan KAMMI Daerah. Tema besar yang menjadi semangat dalam Muktamar II
KAMMI adalah, “Terus Bergerak, Tuntaskan Perubahan”, hal ini mengingat dari hasil
maka sisa-sisa agenda reformasi yang ditinggalkan oleh B. J. Habibie belumlah tuntas,
mungkin seperti itulah pandangan KAMMI tentang masa depan reformasi dalam
kepemimpinan Abdurrahman Wahid, yang dianggap bisa menuju pada dua arah,
Sedangkan prestasi terbesar KAMMI pada perioe ini adalah tercabutnya status
Abdurrahman Wahid sebagai mandataris MPR-RI. Pada periode ini soliditas dan
loyalitas para kader KAMMI benar-benar teruji dengan melontarkan wacana yang
melawan arus dan dipaksa untuk berhadapan dengan elemen gerakan mahasiswa yang
72
Doni Riyadi, KAMMI dan Pergerakan Mahasiswa Reformasi, Sabtu, Suara Merdeka, 31 Agustus 2002.
lainnya. Logika yang mendasari tuntutan ini sebenarnya sangat sederhana, tidak
ditemukannya sikap kejujuran pada mulut dan hati presiden, serta sikap ngototnya
untuk tetap membuka pintu negeri ini bagi Israel, yang jika diberi sesenti minta
Yang menjadi ciri khas kepemimpinan KAMMI periode Andi Rakhmat ini adalah
yang secara jeles dan terang mendukung pemerintahan Abdurrahman Wahid. Mereka
pada umumnya adalah elemen gerakan mahasiswa radikal kiri. Dan inilah yang
konvergensi dan kesepahaman bagi perbedaan agenda yang terdapat dalam elemen-
elemen gerakan mahasiswa yang lainnya. Mengenai hal ini akan dibahas pada bab
selanjutnya.
Kepengurusan Andi Rakhmat dan Vijaya Fitriyasa ternyata tidak berjalan penuh
sesuai dengan jangka waktu kepemimpinan yang ada. Pada Mei 2001 berlangsung
Musyawarah Luar Biasa (MLB) KAMMI sebagai respon terhadap surat pengunduran diri
yang diajukan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jendral KAMMI yang menghasilkan
kepemimpinan Presidium yang terdiri dari: Akbar Zulfikar (Ketua Umum untuk masa
Badaruddin (Ketua Bidang Kajian Strategis), Elvis Bakri (Ketua Teritorial I), Ahmad
Fauzi (Ketua Teritorial II), Supriyadi (Ketua Teritorial III), Hermawan (Ketua Teritorial
IV), Suparmono (Ketua Teritorial V), dan Yusran (Ketua Teritorial Ketua Teritorial VI).
secara mendasar dengan langkah awal pengajuan surat pengunduran diri yang
dilakukan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jendral KAMMI Pusat kepada Badan
Musyawarah KAMMI dan dari sini Badan Musyawarah KAMMI mengambil inisiatif untuk
Hermawan, S.Si dan sebagai Sekretaris Jendral Fahmi Rusydi, Lc. Era kepengurusan
KAMMI menandakan pergerakan KAMMI pada fase yang keempat dimana fase ini
dalam penilaian KAMMI gagal dalam menjalankan agenda reformasi. Bahkan dalam
demonstrasi yang dilakukan oleh KAMMI beraliansi dengan berbagai elemen gerakan
mahasiswa yang lainnya, termasuk dengan elemen kiri mahasiswa yang pada waktu
Dalam hal ini juga, peneliti pun mengalami apa yang dilakukan oleh para aktifis
KAMMI, dengan mengikutsertakan diri peneliti dalam berbagai aksi-aksi dan juga kajian
73
Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus. h. 221-
223.
yang dilakukan oleh aktifis mahasiswa dalam organisasi gerakan KAMMI, hal peneliti
mungkin dalam bentuk patisipatoris, hal ni juga didasari oleh pernyataan Hariyono.
”Untuk dapat melihat sejarah dari dalam, sejarawan harus mampu memasuki roh
kultural yang melandasi suatu peradaban yang bersangkutan. Suatu pendekatan yang
Dari beberapa catatan para penulis yang lainnya pada masa krisis politik yang
terjadi di Indonesia, geliat aksi protes yang dijalankan oleh mahasiswa semakin marak
di berbagai kampus yang ada di Indonesia dan juga beberapa aksi yang dilakukan oleh
para mahasiswa yang lainnya dikomentari oleh Mendikbud, Wiranto Aris Munanadar,
Akan tetapi Amien Rais menyatakan bahwa yang dilakukan oleh para mahasiswa
bukanlah sebuah politik praktis tapi high politics. Pada tanggal 9 April 1998 sekitar
800-an mahasiswa dari KAMMI Yogya menggelar rapat akbar di Arena Mahasiswa UGM,
pada hari itu selain KAMMI Yogya yang mengadakan aksi, di kota-kota lain juga terjadi
aksi yang serupa, yaitu di Bandung dan Ujung Pandang. Dengan melakukan aksi
keprihatinan.
Sedangkan untuk aksi KAMMI dalam skala nasional, diadakan pada tanggal 10 April
Masjid al-Azhar, Jakarta. Aksi ini melibatkan sekitar 20.000 mahasiswa dari berbagai
kampus, yang terdiri dari, IPB, UI, ITB, UGM, Unair, dan masyarakat sejabotabek.75
74
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Cet. ke-2, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995). h. 25.
75
Majalah Gatra 18 April 1998.
Hadirnya KAMMI dalam berbagai aksi semakin menambah ramai suasana aksi
demonstrasi yang terus berlangsung dari berbagai gerakan aksi protes yang telah ada
sebelumnya. Disaat itulah para mahasiswa mendapatkan sebuah kata yang sama-sama
diusung, Reformasi. Walaupun KAMMI membawa label Islam dalam gerakannya, tetap
tidak membuat barisan mahasiswa yang lainnya merasa terancam akan terpecah
dengan kehadiran KAMMI. Karena KAMMI bergerak pada satu kepentingan yang sama,
Reformasi.
Pada tanggal 13 April 1998, dipelataran Masjid Nuuruz Zaman, kampus Unair
Surabaya, para angota KAMMI melakukan aksi yang diikuti oleh sekitar 1000-an
mahasiswa yang hadir dalam aksi tersebut. Aksi ini untuk mempertegas tuntutan yang
telah dibacakan oleh ketua KAMMI Pusat dalam aksinya di Jakarta. Aksi yang dilakukan
oleh mahasiswa di kampus Unair ini juga diikuti oleh mahasiswa dari beberapa kampus
yang ada di Jawa Timur, dan disaat yang sama juga dilkukan aksi yang dilakukan oleh
Pada hari berikutnya pada tanggal 14 April 1998, aksi protes berlangsung dikampus
Unibraw yang juga dihadiri oleh beberapa perwakilan yang ada dari berbagai kampus
yaitu, UI, ITB ITS, Unair, IKIP Surabaya, dan IKIP Malang.77 Yang menarik dari berbagai
aksi ini adalah tidak berakhir dengan bentrokan fisik dengan aparat keamanan, aksi-
aksi ini erus berjalan dengan damai sampai aksi ini selesai.
Dalam hal ini bisa dipahami bahwa reputasi KAMMI sebagai sebuah organisasi
76
Harian Republika, 14 April 1998.
77
Harian Jawa Pos, 14 April 1998.
anggapan-anggapan atau penilaian-penilaian yang menganggap KAMMI sebagai
Secara pribadi menurut peneliti adanya penilaian yang memadang sebuah kelompok
masyarakat sebagai kelompok Ilsam radikal, perlu melewati beberapa tahap atau
beberapa variable yang ada dan sesuai pada tiga tingkatan pula, tiga tingkatan itu
tahap yang harus menempati tiga tingkatan itu adalah, ekstremisme keberagamaan-
anarkisme/vandalisme-terorisme.
Penjelasan dari tiga tingkatan dan tiga variable ini ialah, dimana jika pada tataran
Jika tiga variable di atas digunakan dalam penilaian KAMMI sebagai gerakan Islam,
maka KAMMI tidak “lulus” untuk melewati tiga variable tersebut. Paling maksimal
KAMMI hanya menempati dirinya pada variable dan tingkatan awal saja, karena pada
Pada tanggal 22 Mei 1998, setelah Suharto lengser, wakil Presiden B. J. Habibie
orang tetap pada posnya, dan 5 orang sisanya bertugas di tempat yang baru.78
pengembalian harta kekayaan Negara dari para koruptor Negara, pencabutan asas
tunggal dan P4, pencabutan Dwi Fungsi ABRI, revisi 5 paket UU politik, Amandemen
Pada permasalahan ekonomi Negara KAMMI memfokuskan diri pada isu: penurunan
KKN dalam praktek perekonomian Indonesia, dan isu keadilan ekonomi untuk rakyat
kecil,
hukum, seperti: penangkapan dan pengadilan hukum terhadap para pelaku KKN,
Dalam isu reformasi sosial dan moral, KAMMI dihentikannya berbagai bentuk konflik
horizontal yang terjadi di Ambon, atau konflik vertikal yang terjadi di Aceh. Sedang
78
Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus. h. 154.
79
Mahfudz Sidiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus. h. 157.
dengan kritis, di satu sisi mengakui bahwa Pemilu yang berlangsung cukup demokratis
untuk Indonesia yang mengalami proses transisi demokrasi. Tapi di sisi lain juga tetap
mengkritisi para politikus wajah lama yang masih bermain dalam kencah poliik nasional
menempatkan diri pada posisi sebagai kekuatan oposisi bersama, dengan berbagai
elemen kekuatan oposisi mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam
batasan kritis dalam menyimak dan mengawasi jalannya pemerintahan di era reformasi
yaitu, enam visi reformasi. Dengan begitu enam tuntutan reformasi yang digulingkan
oleh mahasiswa adalah sebuah tolok ukr dalam menilai keberhasilan dan kegagalan
Abdurrahman Wahid memiliki peran dalam pencairan dana Bulog. Sehingga hal ini juga
Dalam kondisi seperti ini para kader KAMMI mendapatkan posisi pergerakan yang
rumit, karena harus bergabung bersama beberapa elemen gerakan mahasiswa dan
Presiden Adurrahman Wahid, sebuah posisi yang bagi KAMMI tidak lazim. Aksi-aksi
80
Ibid, hal. 236.
81
Ibid, hal. 255.
marak di berbagai daerah di Indonesia. Di Solo misalnya, sekitar 1.000 pemuda dan
beralih dari sekedar reformasi menjadi revolusi. Apa sebab? Karena berdasarkan pada
sebuah tesis penting yang diajukan oleh Huntington, reformasi dapat dibuktikan
bukannya akan meningkatkan stabilitas, tetapi justru melahirkan instabilitas, yang akan
tengah masyarakat seperti ini mahasiswa seperti ini merupakan kekuatan politik kelas
menengah dan aktif, peluang mereka dalam oposisi politik juga dibatasi oleh pranata
disinggung juga peran KAMMI masa pemerintahan Megawati Sukarno Putri, dengan
beberapa fakta sosial yang ada di lapangan. KAMMI bersama-sama dengan berbagai
elemen gerakan mahasiswa yang lainnya beraksi bersama dan yang perlu dicermati
ialah:
1. KAMMI dan sejumlah elemen gerakan mahasiswa yang lainnya, telah menyatakan
bahwa reformasi telah mati, dan secara simbolik itu ditunjukkan dengan mengubur
empat gambar wajah tokoh politik nasional: Megawati sebagai Presiden RI, Hamzah
82
Ibid, hal. 256.
Haz sebagai Wakil Presiden RI, Akbar Tanjung sebagai Ketua DPR, dan juga Amien
mahasiswa radikal.
3. berkembang wacana revolusi di internal KAMMI dan wacana ini ikut mewarnai isu-
menjelang Pemilu 2004, KAMMI mengembangkan wacana tolak pemilu dengan alas
Dalam masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) ini para
aktifis KAMMI terus bergerak dalam kapasitasnya, sebagai aktifis mahasiswa yang pro
Indonesia, dengan tetap melakukan aksi-aksi demonstrasi, hanya saja pada masa ini
terjadi bukan saja fragmentasi gerakan mahasiswa, tetapi juga terjadi fragmentasi isu
publik yang menjadi sasaran kritik mahasiswa, sebagai akibat dari meluasnya ototnomi
daerah yang terus berlanjut potensi kritik mahasiswa harus terbagi-bagi ke beberapa
daerah.
Padahal dalam keadaan yang ada banyak sekali momentum peristiwa yang patut
untuk dijadikan sasaran kritik mahasiswa, yang sebenarnya juga merupakan tanggung
jawab pemerintah pusat. Akan tetapi aturan formal yang membagi kekuasaan
83
Ibid, hal.295.
sebenarnya melibatkan pejabat tinggi Negara, Aburizal Bakri sebagai pemilik
Desember 2008) menguraikan sikap yang jelas terhadap pemerintahan SBY, sebagai
berikut:
1. perlunya evaluasi dan pembaharuan atas penerapan sistem ekonomi nasional yang
liberalis dan kapitalis, dan secara perlahan dan progresif membangun sistem
ekonomi yang lebih berpihak pada kepentingan rakyat. Hal ini diperlukan untuk
kebijakan liberal yang merugikan rakyat di Indonesia dan sekaligus sebagai upaya
dengan membuat keijakan politik, ekonomi dan hukum yang berpihak kepada
rakyat. Hal ini dilakukan dengan menurunkan harga-harga kebutuhan pokok rakyat,
menangkap dan mengadili koruptor kakap, (BLBI, KLBI), mencegah PHK masal
mengantisipasi dan memberikan problem solving atas situasi krisis sosial dan
mengajak seluruh anak bangsa untuk tidak berhenti dan tidak putus asa dalam
Dalam hal ini berdasarkan pada landasan teori yang telah peneliti sampaikan pada
sub bab sebelumnya berdasarkan pada pernyataan Hariyono, ”Untuk dapat melihat
sejarah dari dalam, sejarawan harus mampu memasuki roh kultural yang melandasi
suatu peradaban yang bersangkutan. Suatu pendekatan yang bersifat etik perlu diganti
komunikasi yang intens dengan berbagai lembaga keagamaan baik pada tataran
nasioanl atau internasioanl, seperti dengan World Assembly of Moslem Youth (WAMY),
Komite untuk Solidaritas Palestina (KISPA), Komite untuk Solidaritas Dunia Islam
(KISDI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), dan
lain-lain.
84
Rahman Toha Budiarto, Pemerintah yang Tidak Memerintah, sebuah makalah orasi pelantikan ketua
umum KAMMI yang baru periode 2008-2010, Perpustakaan Nasional, Salemba, 23 Desember 2008.
85
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Cet. ke-2, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995). h. 25.
Dalam kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh KAMMI sebagaimana layaknya
yang memiliki cita-cita dalam setiap geraknya sehingga harus menjalani apa yang
mahasiswa ternama pada masa lampau, HMI misalkan. Walaupun bukan sebagai
underbouw Masjumi tapi tokoh-tokoh HMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh Masjumi
Begitu juga halnya KAMMI yang sejatinya bukanlah underbouw sebuah partai politik
nasional tetapi memiliki hubungan yang sangat erat dengan para tokoh-tokoh salah
satu partai politik nasional di Indonesia, yaitu Partai Keadilan (PK) yang menjadi salah
satu partai politik peserta pemilu pada pemilu 1999, yang kemudian pada pemilu 2004
menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan peraihan suara lebih dari 7% suara
legislatif dan menjadi fraksi politik dengan suara yang signifikan dalam kursi parlemen,
bersama partai-partai politik besar yang sudah ada sebelumnya. Selain itu para tokoh
dan alumni KAMMI juga bisa dikatakan sebagai salah satu elemen dari berbagai elemen
yang ada, yang menjadi cikal bakal kelahiran Partai Keadilan (PK).
Dari hasil temuan peneliti ada beberapa dilematika yang harus dihadapi oleh KAMMI
dalam menentukan posisinya sebagai organisasi gerakan mahasiswa yang mana para
kader-kadernya banyak juga yang menjadi kader PKS. Terlebih dalam hal-hal yang
Misalkan, pada saat keluarnya keputusan tentang tentang beberapa kali kenaikan
harga BBM yang kontroversial, PKS sebagai partai yang masuk dalam lingkaran koalisi
pemerintahan mendukung kebijakan tersebut dan pada kondisi ini KAMMI berada pada
posisi yang justru mengkritik kebijakan tersebut secara terang-terangan, dan juga
Maka hal ini juga yang menimbulkan partanyaan dari berbagai pihak, baik dari
sebagian kader KAMMI yang juga merupakan kader PKS atau dari para tokoh PKS yang
banyak mengenal para kadernya yang menjadi aktifis KAMMI. Sikap ini juga
persepsi masing-masing pihak, khususnya dari berbagai media dan para pemerhati
politik.
KAMMI lakukan. KAMMI yang hanya sebagai organisasi gerakan mahasiswa tentunya
memiliki keterbatasan materi dan finansial, sehingga sering kali KAMMI dalam bakti
ingin memberikan bantuannya kepada masyarakat. Mediator di sini dalam artian adalah
menjadi perantara jika ada salah satu lembaga politik seperti PKS atau lembaga
bantuan seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU).
PKS, ACT dan PKPU sebagai pihak yang ingin memberikan bantuan dan memiliki
dan ingin berperan serta dalam kegiatan atau aktifitas seperti penanggulangan
bencana alam dan kegiatan bakti sosial, mendapatkan saluran bantuan dari lembaga-
Kegiatan seperti ini bisa berjalan dikarenakan KAMMI dengan para kader-kadernya
lembaga tersebut, di dalam kondisi ini para kader KAMMI sebagai aktifis mahasiswa
yang bermodalkan keikhlasan dan militansi gerakan mahasiswa atau minimal keinginan
untuk bisa ikut dalam kegiatan ekstra kurikuler di luar kampus yang jauh dari orientasi
profit, dan berbeda dengan para kru yang ada di lembaga-lembaga sosial yang memang
yang memang sudah ada kesepakatan kontrak kerja dan menerima upah dari lembaga
tersebut.
BAB V
PENUTUP
C. KESIMPULAN
pergerakannya cukup bisa untuk dikatakan telah berhasil dalam nilai-nilai Islam dan
demokrasi, hal yang sebagian pihak baik dari kalangan nasionalis-sekuler Islam sulit
agama dengan politik, dan dari kalangan Islam ekstrim yang menganggap bahwa
melalui jalur politik. KAMMI adalah sebuah gerakan politik ekstra parlementer, yang
Hal ini juga terbukti dengan perjalanannya dalam mengawal gerakan reformasi di
Indonesia, banyak hal-hal yang memang telah dijalankan oleh KAMMI dalam mengiringi
reformasi dan apa-apa yang dilakukan oleh KAMMI juga banyak yang menjadi panutan
bagi gerakan-gerakan mahasiswa pro reformasi yang lainnya. Ini dibuktikan dengan
gagasan-gagasan yang muncul dari KAMMI yang sangat kental dengan sikap jalan
tengahnya ketika suhu politik era reformasi bergolak dan memancing reaksi yang
Radikalisme Islam dalam berbagai wacana dan isu memang terus berlanjut dan
politik yang memang terlihat jelas terkandung dalam perjalan politik umat Islam pada
saat-saat yang memang monumental. Adanya kekerasan yang terjadi pada Umat Islam
bukanlah tanpa sebab, tetapi penuh dengan perjalanan ketidakadilan terhadap umat
Lalu bukan berarti kita juga akan dengan mudah menggunakan berbagai macam
orang, karena ketidak dewasaaan sikap seperti itu justru semakin mempercepat
fragmentasi masyarakat Islam dan akan berbahaya bagi keberlangsungan laju sosial
yang berharga.
Karena yang perlu kita ingat adalah adanya sebagian pihak umat Islam yang
menggunakan kekerasan bukanlah ujug-ujug tanpa sebab yang terjadi begitu saja,
kemudian kita memberikan penilaian yang miring, bahwa mereka melakukan itu akibat
dari pemahamannya yang fundamentalis dan berasal dari ideologi mereka yang radikal.
Karena Pertama, radikalisasi sosial dan prilaku bukan hanya milik kelompok agama,
tapi juga milik kelompok lainnya, seperti kelompok preman misalnya. Kedua, kekerasan
mereka muncul akibat dari ketidakadilan yang mereka terima selama berabad-abad
lamanya. Dan di saat mereka akan mengapresiasikan politik mereka dalam sistem
demokrasi saat ini, lalu mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan lagi, justru
ideologi, dan mendobrak kondisi dan tatanan sosial yang ada. Hal yang justru sangat
Politik
A., Denny J., Gerakan Mahasiwa dan Pol 80--an, cet. ke-1,
itik Kaum Muda Era 80
Yogyakarta: LKiS, 2006.
al-Kilani, Majid Irsan, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemanangan Perang Salib, Refleksi
50 Tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk membangkitkan Umat dan Merebut
Palestina, terj. Asep Sobari dan Kamaluddin, Bekasi: Kalam Aulia Mediatama,
2007)
Fatah, Eep Saefullah, Catatan Atas Gagalnya Politik Orde Baru, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Cet. ke-2, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.
Mahasiswa
Hamzah, Alfian, Musa Kazhim & Muhammad Ikhsan (editor), Suara Mahasiswa Suara
Rakyat, cet. ke1, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.
Indonesia
Jahroni, Jajang & Jamhari (editor), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, Cet. ke-1,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Moyer, Bill, Merencanakan Gerakan, cet. Ke-1, Yogyakarta: Pustaka Kendi, 2004.
Nugraha, Rivai, Gerakan Keagamaan: Studi Kasus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia, Skripsi Fakultas Ushluddin dan Filsafat Jurusan Sosiologi Agama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: tidak diterbitkan,
2008.
Qaradhawi, Yusuf, Membedah Islam Ekstrem, cet. ke-9, Bandung: Mizan, 2001.
Qaradhawi, Yusuf, Sekular Ekstrim, cet. ke-1, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000.
Rahmat, Andi dan Mukhammad Najib, Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus,
Surakarta: Purimedia, 2001.
Ricklefs, M. C., Sejarah Modern Indonesia, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005.
SB, Dana k. Anwari, (editor), Matinya Seorang Mantan Presiden: BK, PT Orayta Kurnia
Dian Kirana, cet, ke-1, tanpa tempat dan tahun.
Sidiq, Mahfudz, KAMMI dan Pergulatan Reformasi kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus
dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional
Multidimensi, Solo: Era Intermedia, 2003.
Siregar, Amir Effendi, Pers Mahasiswa Indonesia Patah Tumbuh Hilang Berganti, cet.
ke-1, Jakarta: PT. Karya Unipress, 1983.
al--Qaradhaw
Talimah, Ishom, Manhaj Fiqih Yusuf al Qaradhawii, cet. ke-1, Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2001.
Tebba, Sudirman , Islam Pasca Orde Baru, cet. ke-1, Jogja: PT. Tiarawacana, 2001.
Tholhah, Imam dan Choirul Fuad Yusuf, Gerakan Islam Kontemporer di Era Reformasi,
cet. ke-1, Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen
Agama RI, 2002.
Rad
Turmudi, Endang & Riza Sihbudi (editor), Islam dan Radikalisme di Indonesia, et al,
kumpulan karangan, Jakarta: LIPI Press, 2005.
Media Cetak
Harian Republika,
Republika 14 April 1998
Harian Republika,
Republika 7 November 2008
Majalah Gatra,
Gatra 18 April 1998
Majalah Ishlah,
Ishlah No. 17/Tahun II, 1994
Majalah Ishlah,
Ishlah No. 18/Tahun II, 1994
Internet