Anda di halaman 1dari 5

TEORI OTAK TRIUNE

TEORI OTAK TRIUNE

TEORI TENTANG OTAK MANUSIA


Otak memegang peranan yang sangat penting dalam struktur tubuh manusia. Otak adalah
organ yang unik dan dahsyat, tempat diaturnya proses berpikir, berbahasa, kesadaran emosi
dan kepribadian. Menurut teori otak Triune (“Triune” berarti “Three in One”),
Menurut MacLean, seorang ahli neurologi mantan direktur dari Laboratory of the
Brain and Behavior pada United States National Institute of Mental Health, otak berbagai
spesies mengalami evolusi panjang. Otak manusia merupakan hasil evolusi terakhir yang
paling canggih.
Berdasarkan penelitan yang panjang, MacLean (1990) mengajukan sebuah konsep yang
diberi nama The Triune Brain (Tiga Serangkai Otak). Teori ini mulai dikembangkan
pada tahun 1954 dan terus berkembang berdasarkan berbagai penelitian sampai akhir
hayatnya. Menurut MacLean (1990), otak berevolusi dalam tiga periode besar dan evolusi ini
membentuk tiga lapisan. Lapisan yang paling tua dikenal sebagai R-complex, lapisan kedua
disebut Limbic System, dan yang terakhir Neocortex. Masing-masing lapisan memiliki
karakter dan fungsi yang berbeda-beda namun saling berhubungan dan bekerjasama dalam
menentukan perilaku yang akan ditampilkan oleh individu.
Otak yang saling terkait. Ketiga bagian otak ini saling terkait dalam satu organisme
menyeluruh dan sering saling terlibat dalam suatu tugas yang kompleks, rumit, dan
menentukan. Tak satupun dari ketiga bagian ini yang bekerja sendiri sepanjang waktu di
dalam otak terjadi pertukaran dan saling bantu yang berlangsung terus-menerus.
Aspek Kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual, yakni kemampuan anak dalam
menggunakan otak untuk befikir. Kemampuan anak dalam menggunakan otak adalah salah
satu karakteristik yang dimiliki oleh manusia, sehingga membedakannya dengan makhluk
lain. Karena otaklah manusia berbeda dan karena otaklah manusia memiliki kekuatan.
Otak adalah bagian dari suatu jaringan kabel listrik yang menyebar keseluruh tubuh dan terus
menerus mengirim dan menerima pesan (Meier, 2002). Otak memiliki labih dari 100.000 mil
kabel, kabel tersebut disebut sebagai akson dan dendrit yang memiliki jutaan interaksi
perdetik dengan dirinya sendiri, dengan jaringan yang disebarkan keseluruh tubuh dan
dengan zat-zat kimia yang diangkut melalui aliran darah.
Sampai saat ini manusia belum menemukan teori otak yang lengkap dan diterima oleh semua
pihak. Dengan demikian otak masih merupakan misteri yang belum dan sulit untuk dipahami,
namun karena kemampuan otak yang dimiliki manusia tersebut yang membuat manusia itu
hebat dan dapat menciptakan atau menemukan hal-hal baru yang mencengangkan.
Teori yang popular dewasa ini tentang otak adalah “teori otak triune”.
Triune berarti three dan one (Dave Meier, 2002), menurut teori ini, otak
manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu otak reptil, sistem limbik dan
neokorteks.
1. Otak reptil (R-COMPLEX)
R-complex meliputi bagian atas batang otak dan cerebellum merupakan otak yang tertua.
Pada reptilia otak inilah yang paling dominan. Oleh karena itu, otak ini juga disebut sebagai
Otak Reptil. Lapisan Otak Reptil ini yang bertanggungjawab pada pola perilaku bawaan
yang penting untuk kelangsung¬an hidup diri maupun spesies. Fungsinya antara lain
adalah mengendalikan semua gerakan involunter dari jantung, peredaran darah,
reproduksi dan sebagainya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup makhluk
tersebut maupun spesiesnya. Sebagai contoh betapa vitalnya otak reptil pada kehidupan
manusia dapat dilihat dari perintahnya pada jantung untuk bergerak. Atas perintah dari bagian
otak ini jantung berdenyut mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung. Bisa
dibayangkan jika otak memerintahkan jantung untuk beristirahat beberapa saat, maka oksigen
dan nutrisi yang dibawa melalui darah tidak akan dapat didistribusikan ke seluruh organ dan
sel dalam tubuh, termasuk otak yang membutuhkan dua unsur sumber asupan
penting tersebut. Orang yang mengalami gagal jantung karena jantungnya tidak berdenyut
lebih dari 5 menit secara medis diperkirakan akan menyebabkan kehilangan kesadaran dan
pernafasan berhenti karena kekurangan asupan oksigen ke otak. Bila dibiarkan dalam waktu
cukup lama akan terjadi kerusakan jaringan otak (brain damage). Memang ada beberapa
kasus khusus seperti yang terjadi baru-baru ini dimana seorang pemain sepak bola profesional
Inggris bernama Fabrice Muamba mengalami gagal jantung selama 78 menit. Muamba
selamat karena penanganan seksama dari tim medis mulai dari lapangan bola hingga di
rumah sakit.
Kerusakan pada bagian otak ini bisa berakibat fatal, sehingga bila dulu untuk menetapkan
apakah seseorang masih hidup atau sudah meninggal dunia biasa ditentukan dari apakah
jantungnya masih bekerja atau tidak, saat ini ditentukan oleh batang otaknya masih berfungsi
atau tidak, karena batang otaklah yang memerintahkan jantung.
Otak Reptil juga bertanggungjawab bagi pola perilaku khas bawaan yang penting bagi
pertahanan diri. Reaksi yang paling sering muncul untuk mempertahankan hidup
adalah tempur atau kabur (fight or flight).
Perhatikan bagaimana seekor ular saat mempersepsikan ada ancaman bagi hidupnya, reaksi
yang biasa muncul adalah menegakkan kepala siap untuk mematok (fight) atau lari sipat
kuping (flight). Perilaku makan dan reproduksi yang terkait dalam kelangsungan hidup
diri dan spesies, juga termasuk reaksi dari otak reptil.
Saat individu dikendalikan oleh Otak Reptilnya, ia pun biasa bertindak secara refleks untuk
mempertahankan hidupnya tanpa memikirkan secara cermat apa yang akan dilakukannya. Ini
biasa terjadi saat mereka berada dalam keadaan darurat, bahaya, dan terdesak. Otak reptil
adalah otak paling sederhana, tugas utama otak ini adalah mempertahankan diri meskipun itu
bukan satu-satunya bagian otak yang menjalankan tugas ini). Otak ini menguasai fungsi
otomatis seperti degupan jantung dan sistem peredaran darah. Disinilah perilaku naluriah
yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas yang cenderung membuta. Otak reptil
diyakini sebagai otak hewan yang cenderung mengejar kekuasaan, dengan berbuat apa
saja demi mengejar tujuan yang diinginkannya dan termasuk mempertahankan diri
(Wina Sanjaya, 2009: 273).
2. Sistem limbik
Setelah otak Reptil, bagian berikutnya yang berkembang dalam evolusi otak adalah otak
Paleomammalia. Otak ini terdiri dari sistem limbik yang terkait dengan batang otak. Bagian
otak ini berkembang pada awal masa evolusi mamalia. Oleh karena itu, MacLean
menyebutnya sebagai otak Mamalia.
Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan bersar dalam hubungan
manusia dan dalam hal emosi. Dengan demikian fungsi otak ini adalah berhubungan
dengan sosial dan emosional. Di dalam otak ini juga terkandung sarana untuk mengingat
jangka panjang. Otak ini juga bertanggungjawab atas pemelajaran dan memori. Dua struktur
yang paling penting dalam sistem limbik adalah amygdala dan hippocampus.
Amygdala
Amygdala, yang berbentuk biji almond, membantu organisme untuk mengenali apakah
sesuatu atau situasi yang dihadapinya itu berbahaya atau tidak, apakah sesuatu itu penting
bagi kelang¬sungan hidup atau tidak, misalnya apakah makanan ini boleh dimakan, apakah
orang ini tepat untuk dijadikan pasangan, apakah situasi ini bahaya bagi kita. Sebagaimana
telah dijelaskan sebe¬lumnya otak reptil saling berkaitan dengan otak mamalia. Sebuah
contohnya adalah otak reptil yang memerintahkan jantung bekerja sangat berkaitan dengan
bagian amygdala. Dalam keadaan relaks, sistem syaraf melakukan pengendalian sehingga
jantung berdenyut sebanyak 64-72 kali per-menit untuk lelaki dewasa dan 72-80 kali per-
menit untuk wanita dewasa. Pada saat berolah¬raga, atau kondisi perasaan yang emosional
atau tegang, jantung bisa berdenyut lebih cepat (sumber).
Dalam aliran darah yang dipompa oleh jantung terdapat asupan oksigen dan nutrisi yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh dan otak, sebaliknya Amygdala di otak yang merespon situasi
“menegangkan”, “berbahaya”, atau lainnya yang ditangkap panca indera, akan menghasilkan
zat kimia yang lalu dibawa oleh darah ke jantung dan selanjutnya perasaan ini disalurkan ke
seluruh tubuh. Akibatnya seluruh tubuh bereaksi secara selaras terhadap perasaan
“menegangkan”, “sedih”, “cemas”, “terancam” atau lainnya.
Pada manusia amygdala membantu untuk memahami ekspresi dari orang yang
dihadapinya. Kerusakan pada amygdala akan membuat individu tidak mampu berempati
dengan orang lain. Oleh karena dalam berfungsi amygdala banyak dipengaruhi oleh
persepsi, maka amygdala dapat keliru memahami apabila organisme menangkap tanda-
tanda secara keliru saat menerima rangsangan dari lingkungannya, kesalahan persepsi ini
dapat menyebabkannya mereka menampilkan perilaku yang tidak sesuai (King, 2011).
Bila amygdala rusak, individu mengalami kesulitan dalam menangkap emosi yang signifikan
dari setiap peristiwa. Kondisi ini kadang-kadang disebut sebagai ‘buta afektif’ (Goleman,
1996). Orang yang mengalami kerusakan pada amygdala atau yang dicabut amygdalanya
sulit membaca ekspresi orang lain maupun mengenali bahasa tubuh. Tentunya kesulitannya
ini dapat membawa akibat dalam hubungan antar manusia. Sulit baginya untuk memahami
ekspresi dan bahasa tubuh dari orang yang dihadapinya.
Kemampuan membaca ekspresi pembicaralah yang dapat membantu kita memahami maksud
dari apa yang disampaikan oleh pembicara sebenarnya, apakah ia bersungguh-sungguh atau
sedang bercanda atau bahkan sedang menyindir kita. Bahkan dalam bukunya Emotional
Intelligence, why it matters more than IQ, Daniel Goleman (1996) menceriterakan bagaimana
seorang pemuda yang diangkat amygdalanya (untuk mengendalikan kejang-kejang yang
dialaminya) walaupun masih memiliki kemampuan berbicara, menjadi sama sekali tidak
tertarik pada orang lain, lebih suka memisahkan diri dari orang lain.
Hippocampus
Hippocampus memiliki peran khusus dalam ingatan (Bethus, Tse, & Morris dalam King,
2011). Walaupun ingatan tidak tersimpan dalam sistem limbik, hippocampus berperan
penting dalam mengintegrasikan berbagai rangsangan yang terkait serta membantu dalam
membangun ingatan jangka panjang. Selain itu, hippocampus dan daerah sekitarnya berperan
penting dalam membentuk ingatan mengenai fakta-fakta walaupun hanya mengalami sekali
saja. Oleh karena itu, hippocampus sangat penting peranannya dalam hidup, terutama dalam
belajar. Apa yang telah dipelajari dan diingat oleh individu inilah nantinya yang akan turut
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi segala sesuatu, sehingga merangsang
amygdala memberi signal pada individu.
Bila otak reptil mengeluarkan perilaku refleks yang kaku dan tidak berubah dari saat ke saat,
otak mamalia menghasilkan perilaku yang lebih luwes dan mengintegrasikan pesan dari
dalam maupun dari luar tubuh. Oleh karena itu perilaku yang ditampilkan dapat beraneka
ragam, tergantung sistem limbik ini berkolaborasi dengan siapa? …. otak reptilkah atau
dengan neocortex yang canggih.
3. Neokorteks
Neokorteks ini adalah topi otak, penutup yang melilit berupa zat berwarna kelabu yang
merupakan 80-85% dari massa otak. Neokorteks merupakan otak yang memiliki tingkatan
paling tinggi dan memiliki fungsi tingkat tinggi, misalnya: mengembangkan kemampuan
berbahasa, berfikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan kedepan, dan
qberkreasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa otak inilah yang membedakan antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Periode evolusi terakhir dari otak menghasilkan neocortex atau otak neomamalian. Neocortex
adalah lapisan teratas yang mengelilingi otak mamalia, dan hanya dimiliki oleh jenis
mamalia. Reptil dan burung tidak memiliki bagian otak ini. Walaupun neocortex juga
dimiliki mamalia lain selain manusia, pada manusia perbandingan ukuran neocortex dari
keseluruhan otak adalah yang terbesar. Pada manusia neocortex mencakup 80% dari otak bila
dibandingkan dengan pada mamalia lain yang umumnya hanya mencakup 30 sampai 40%
dari keseluruhan otaknya (King, 2011).
Perbedaan luasnya neocortex ini mempengaruhi banyaknya syaraf dan kompleksitas
hubungan antar syaraf yang berkaitan dengan kemampuan berpikir dari makhluk-makhluk
tersebut. Berbeda dengan amygdala yang bekerja dengan sistem intuitif yang primitif,
neocortex bekerja dengan sistem analitis yang lebih canggih. Sebagai hasil evolusi otak yang
paling akhir, neocortex mengendalikan keterampilan berpikir tingkat tinggi, nalar,
pembicaraan, dan berbagai tipe kecerdasan lainnya. Oleh karena itu bagian ini sering disebut
sebagai otak berpikir.
Saat menjumpai masalah rumit yang perlu dipecahkan dengan pemikiran tingkat tinggi,
neocortexlah yang paling cocok berfungsi. Besarnya neocortex pada manusia membuat
manusia mampu berpikir abstrak, transendens, dan tidak terbatas pada hal-hal yang sedang
dialami saat ini saja. Salah satu kelebihan dari kemampuan berpikir ini membuat manusia
dapat melakukan introspeksi untuk mengenali dirinya serta membuat perencanaan untuk
mengembangkannya, sedangkan gajah, misalnya, mungkin tidak pernah sadar bahwa dia
adalah seekor gajah, apalagi memikirkan cara untuk menjadi gajah unggul.
Ketiga otak ini (triune brain) tidaklah bekerja secara terpisah. Menurut MacLean (1990),
ketiganya bekerja seperti tiga komputer biologis yang saling berkaitan. Tentunya diharapkan
otak reptil secara rutin bekerja otomatis menjalankan fungsinya menjaga kelangsungan hidup,
dan tidak lengah dalam menggerakkan jantung agar memompa darah ke seluruh tubuh, atau
menggerakkan usus-usus dan seluruh alat pencernaan lainnya untuk mencerna makanan yang
kita makan. Namun dalam menghadapi masalah pelik, kita tentu mengharapkan neocortex
yang akan ‘memimpin’, memikirkan cara-cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan awal, Otak Reptil berfungsi dalam mekanisme
penyelamatan hidup (survival). Perilaku yang muncul sebagai reaksi dari otak reptil ini
muncul sebagai refleks-refleks pertahanan diri. Pertahanan diri tanpa pikir panjang yang
paling sering muncul dalam perilaku adalah tempur (fight) atau kabur (flight).
Perilaku yang merupakan reaksi dari otak reptil, yang berupa refleks-refleks instinktif dan
tanpa dipikirkan masak-masak ini juga sering kali muncul pada manusia. Reaksi ini dapat
sangat membantu dalam keadaan darurat, namun dapat pula justru mencelakai. Kita ambil
contoh seorang ibu yang menghadapi perampok bersenjata belati yang bertubuh tegap, Dapat
saja tanpa berpikir si ibu melawan (fight) perampok tadi padahal ia tidak memba¬wa senjata
dan juga tidak memiliki bekal ilmu bela diri. Perilaku ibu tadi (dalam hal ini sang perampok
yang menunjukkan mekanisme pertahanan ‘kabur’ atau flight), namun dapat juga
membahayakan dirinya karena mungkin saja perampok tidak menunjukkan mekanisme
“kabur” melainkan ‘tempur’ dan tenaga serta kemampuan bertempur perampok itu lebih
unggul ketimbang ibu tadi.
Hal yang perlu diketahui adalah neocortex hanya dapat betul-betul berfungsi bila sistem
limbik berada dalam keadaan emosi terkendali. Sebab saat amygdala menemukan situasi
yang dipersepsi sebagai bahaya dan sistem limbik tak dapat membuat organisme menjadi
lebih nyaman, maka yang lebih sering berperan adalah otak reptil dengan refleks-refleks
pertahanan diri tanpa memikirkan secara mendalam bagaimana keadaan sebenarnya dan
tindakan apa yang sebaiknya diambil. Padahal bila sistem limbik dapat menenangkan dan
membuat individu merasa nyaman, maka neocortex dapat berperan dengan segala
kecanggihannya untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya
tidak dilakukan. Seperti pemegang kunci, sistem limbiklah yang akan menetapkan ‘pintu’
mana yang akan dibuka. Pintu ke arah otak reptil atau neocortex.
Sebagaimana dinyatakan MacLean, tiga serangkai otak ini bekerja seperti tiga komputer
biologis yang saling berkaitan. Dengan adanya neocortex yang sangat besar pada manusia,
yang membuatnya mampu berpikir tingkat tinggi, diharapkan manusia lebih banyak
menggunakan kemampuannya berpikir tingkat tingginya dan tidak sering dikendalikan oleh
otak reptilnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi sistem limbik untuk membuat organsime
nyaman, dan perlu untuk menjaga agar kesalahan amygdala dalam menilai situasi dapat
segera disadari dengan mengaktifkan neocortex dalam menilai dan menyadarkan sistem
limbik bahwa ada cara yang lebih tepat untuk mengendalikan keadaan.
Manusia berbeda dengan hewan lainnya, tidak sepenuhnya bergerak berdasarkan insting,
langsung bereaksi begitu mendapat rangsangan. Manusia mampu menunda reaksinya,
mengambil waktu untuk member kesempatan bagi neocortex berpikir dan menganalisis
situasi. Memang mula-mula penundaan ini membuat reaksi manusia acap terkesan lamban,
namun dengan latihan menganalisis dan berpikir kritis, lama kelamaan reaksi menjadi lebih
cepat. Hal yang penting diketahui adalah kesadaran akan pentingnya menunda reaksi demi
menganalisis situasi dengan lebih cermat. Beberapa cara untuk menenangkan diri adalah
dengan menghirup napas panjang beberapa kali, minum air putih, lalu menggunakan
kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis situasi. Makin sering kita menggunakan
kemampuan analisis kita, semakin cepat kita mampu menganalisis lingkungan dan situasi
yang kita hadapi.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pendidikan harus mengembangkan
setiap bagian otak peserta didik. Apabila pembelajaran mampu mencapai otak neokorteks,
maka otak reptil dan sistem limbik dapat terkembangkan pula. Namun demikian proses
pembelajaran yang dilaksanakan pendidik yang hanya mampu menyentuh otak limbik apalagi
otak reptil, maka belum dapat mengembangkan otak neokorteks peserta didik.
Oleh karena itu, proses pembelajaran harus mampu mengembangkan berbagai kemampuan
yang berhubungan dengan neokorteks, adalah melalui pengembangan bahasa, pemecahan
masalah dan membangun kreasi diantara peserta didik dan dalam setiap kali pertemuan.

DAFTAR PUSTAKA
Meier, Dave.2002.The Accelerated Learning Handbook.Cetakan I.Penerbit Kaifa.Bandung
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desdain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009
http://darikelas.blogspot.com/ sebagai sumber artikel.

Anda mungkin juga menyukai