Anda di halaman 1dari 4

ANDE ANDE LUMUT

Alkisah dahulu kala di Jawa Timur, Berdirilah dua buah kerajaan. Bernama Kerajaan Jenggala
yang dipimpin oleh Raja Jayengnegara. Dan Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Raja Jayengrana.
Dahulunya kedua kerajaan tersebut berada dalam satu wilayah yang bernama Kahuripan.
Sesuai dengan pesan pendahulunya, kedua kerajaan tersebut harus disatukan kembali melalui
ikatan pernikahan untuk menghindari terjadinya peperangan di antara mereka. Akhirnya, Panji
Asmorobangun putra Jayengnegara dinikahkan dengan Dewi Sekartaji, Putri Jayengrana. Suatu
ketika Kerajaan Jenggala diserang oleh kerajaan musuh. Pertempuran berlangsung sengit.
Akibat serangan dadakan itu, pertarungan menjadi tak seimbang. Prajurit Jenggala kuwalahan
dan mulai terdesak. Pertempuran itu semakin mendekat ke sekitar istana. Melihat hal itu Dewi
Sekartaji bergegas menyelematkan diri pergi meninggalkan istananya. “ Kakanda, Maafkan aku !
Aku harus pergi dari istana ini agar selamat. ” Sementara itu, Panji Asmorobangun yang sedang
berburu mendapatkan kabar dari salah satu prajurit istana bahwa kerajaan telah diserang oleh
musuh. Seketika dia menghentikan kegiatan perburuannya dan pulang menuju istana. “ Istriku,
semoga keadaanmu baik-baik saja ” Sesampainya di Jenggala, dia melihat sebagian kerajaan
telah porak poranda. Dengan sisa pasukan yang masih bertahan dia melawan sekuat tenaga
dan berharap semoga sang istri dalam keadaan baik-baik saja. Di bawah komandonya, akhirnya
pangeran Panji Asmorobangun berhasil memukul mundur pasukan musuh. Namun dia merasa
sedih karena mengetahui istrinya tak berada di istana dan tak ada seorang pun mengetahui
keberadaannya. Seorang diri melakukan pelarian membuat Dewi Sekartaji bingung dengan
nasibnya. Hingga sampailah dia disebuah rumah milik janda kaya bernama Nyai Intan. “Nyai,
kumohon izinkan aku tinggal ditempat ini. Aku butuh tempat untuk berlindung.” Nyai Intan
tinggal bersama tiga orang putrinya yang cantik. Mereka adalah Klenting Abang si sulung,
Klenting Ijo, dan Kleting Biru si bungsu. Dewi Sekartaji memohon untuk bisa tinggal ditempat
itu. Demi keselamatannya, bahkan rela menjadi gadis kampung biasa dan mengabdi kepada
Nyai Intan. Akhirnya Nyai Intan menerima Dewi Sekartaji sebagai anak angkat dan mengganti
namanya menjadi Klenthing Kuning Di rumah Nyai Intan Klenthing Kuning selalu disuruh
mengerjakan seluruh perkerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah.
Dia sering dibentak oleh ibu angkatnya dan diperlakukan tidak layak oleh ketiga kakak
angkatnya. Bahkan dia terkadang hanya diberi makan sehari satu kali. Selang beberapa waktu di
Kerajaan Jenggala telah kembali aman, sang Pangeran memutuskan pergi mencari sang istri.
Namun sebelum itu, dia memerintahkan pengawalnya untuk mencari jejak kepergian Dewi
Sekartaji. Hinga pada suatu sore, ketika Panji Asmorobangun duduk di pendopo istana, datang
seorang pengawalnya untuk menyampaikan laporannya. “ Apakah kamu telah mengetahui di
mana keberadaan istriku? " “Hamba telah berusaha sekuat tenaga mencari informasi tentang
Dewi Sekartaji. Namun hamba hanya menemukan seorang gadis kampung yang mirip
dengannya." “ Apa kau yakin ? " “ Hamba kurang yakin kalau itu adalah Dewi Sekartaji, karena
gadis itu bernama Klenting Kuning yang bekerja sebagai pembantu pada seorang janda kaya. ”
yang bekerja sebagai pembantu pada seorang janda kaya. ” " Hmmmm,,,!" Mendengar laporan
itu Panji Asmorobangun memutuskan untuk menyamar menjadi seorang pangeran bernama
Ande Ande Lumut yang sedang mencari jodoh. Keesokan harinya, berangkatlah dia bersama
pengawalnya untuk menuju Desa Dadapan yang berada di dekat Sungai Bengawan Solo. Desa
itu berseberangan dengan desa tempat tinggal Klenting Kuning. Ketika sampai di tepian sungai
Bengawan Solo, sang pangeran di hadang dan di serang oleh Yuyu Kangkang. Dia adalah
makhluk berbentuk kepiting akan tetapi memiliki ukuran yang besar dan menjadi penguasa di
perairan itu. Terjadi pertempuran hebat antara Yuyu Kangkang dengan Ande Ande Lumut.
Setelah mengalahkan Yuyu Kangkang. Ande Ande lumut memutuskan untuk tinggal di rumah
seorang janda tua bernama Mbok Rondo dan menjadi anak angkatnya. Beberapa hari kemudian
dia memerintahkan pengawalnya untuk membuat sayembara tentang pencarian jodoh. Dalam
waktu yang singkat berita tentang sayembara itu tersebar luas hingga ke desa seberang,
Mendengar berita itu betapa senang hati Klenting Abang, Ijo, dan Biru. Mereka berencana akan
berdandan secantik mungkin untuk menaklukkkan hati sang Pangeran Tampan, Ande Ande
Lumut. Jika salah satu dari mereka dipilih oleh sang pangeran dan menjadi permaisuri kerajaan,
pasti akan membuat sang ibu senang. Pada hari sayembara tiba, ketiga Klenting bersaudara
berdandan dengan sangat mencolok. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan
perhiasan yang indah. Saat mereka sedang asyik berdandan, Klenting Kuning hanya bisa melihat
dari kejauhan. Sadar sedang diamati, Klenting Biru memerintahkan Klenting Kuning pergi ke
sungai untuk mencuci semua pakaian kotor mereka. Klenting Kuning pun dengan sabar
bergegas mengumpulkan pakaian kotor itu lalu pergi ke sungai. Sebenarnya dia pun tak tertarik
untuk mengikuti sayembara itu, karena dia masih teringat dengan suaminya, Panji
Asmorobangun. Dia akan selalu setia kepada suaminya, meskipun belum mendengar kabar
tentang keadaannya apakah masih hidup atau sudah tewas dalam peperangan. Ketika sedang
mencuci di sungai, tiba-tiba seekor burung bangau datang menghampirinya. “ Wahai, Tuan
Putri! ” “ Hah… ba …bangau bisa bicara !“ Bangau bisa bicara !“ “ Pergilah ke Desa Dadapan
mengikuti sayembara itu! Disana Tuan Putri akan bertemu dengan Panji Asmorobangun. “
“Bertemu dengan suami ku?” “ Benar, Bawalah cambuk ini! Jika sewaktu-waktu Tuan Putri
membutuhkan pertolongan, Tuan Putri boleh menggunakannya,” Burung bangau itu kemudian
terbang dan menghilang dari pandangan mata. Mendengar bisa bertemu dengan suaminya,
tanpa pikir panjang lagi Klenting Kuning kembali ke rumah untuk bersiap pergi ke Desa
Dadapan. Sementara itu, ketiga saudara dan ibu angkatnya telah berangkat terlebih dahulu
menuju tempat sayembara. Sesampainya di tepi Sungai Bengawan Solo. Mereka kebingungan,
karena harus menyeberangi sungai yang luas dan dalam. Selain itu tak ada satu pun perahu
yang nampak di tepi sungai itu. Tiba-tiba seekor kepiting raksasa muncul dari dalam sungai. “
Hai, Kepiting Raksasa! Maukah kamu membantu kami menyeberangi sungai ini? ” " Aku akan
membantu kalian, tapi kalian harus memenuhi satu syarat. ” " Apakah syaratmu itu,
Katakanlah! " “Apapun syaratmu, kami akan memenuhinya. Asalkan kami dapat menyeberangi
sungai ini.” " iya, betul" " Kalian harus menciumku terlebih dahulu sebelum aku mengantarkan
kalian ke seberang sungai. " Akhirnya ketiga bersaudara itu menerima persyaratan Yuyu
Kangkang. Satu persatu mereka mencium si Yuyu Kangkang. Setelah itu Yuyu Kangkang pun
mengantar mereka ke seberang sungai. Tak lama Klenthing Kuning pun juga tiba di tepi sungai.
Ketika Yuyu Kangkang mengajukan persyaratan yang sama, Kleting Kuning menolaknya. Dia tak
ingin menghianati sang suami. Meski dia tidak mau memenuhi syarat itu, Klenthing Kuning
tetap memaksa si Yuyu Kangkang untuk membantunya menyeberangi sungai. Berkali-kali
Klenting Kuning memohon, namun kepiting raksasa itu menolaknya. Klenthing Kuning mulai
habis kesabaran. Dia mengambil cambuk dan memukulkanya ke sungai. Seketika air sungai
Bengawan Solo menjadi surut. " Ampun gadis kecil, ampun ! Baiklah , aku akan
menyebrangkanmu tanpa syarat apapun. tanpa syarat apapun. Kalau begitu segera naiklah !" "
Aku mohon kepadamu gadis kecil. Tolong kembalikan air dari sungai Bengawan Solo ini. Aku
tidak mungkin bisa hidup tanpa air itu. Tolong maafkan aku !" Merasa kasian dengan Yuyu
Kangkang, Klenthing Kuning kembali memukulkan cambuknya ke sungai. Seketika air sungai
kembali seperti semula. Dan Klenthing Kuning melanjutkan perjalanan menuju Desa Dadapan.
Setibanya di tempat sayembara. Kleting Kuning bertemu dengan ketiga saudara dan ibu
angkatnya. Melihat kedatangannya, ibu angkat beserta ketiga saudari angkatnya nampak tak
suka. Tak berapa lama kemudian, sayembara pun dimulai. Secara bergiliran, Kleting Abang dan
kedua adiknya menunjukkan kecantikan di hadapan Ande Ande Lumut. Namun, tak seorang
pun di antara mereka yang dipilih oleh Ande Ande Lumut. Melihat hal itu, Nyai Intan pun
berlutut memohon kepada Ande Ande Lumut agar memilih salah satu putrinya untuk dijadikan
permaisuri. “ Ketiga putri Nyai memang cantik semua. Tapi aku tetap tidak akan memilih
seorang pun dari mereka. Haii gadis berbaju kuning kemarilah “ “ Aku memilih gadis ini sebagai
permaisuriku. “ Dengan wajah kesal, Nyai Intan mempertanyakan alasan Ande Ande Lumut
kenapa memilih Klenthing Kuning yang mana dia hanya seorang gadis yang tak jelas asal
usulnya. “ Nyai Intan! Ketahuilah, aku tidak memilih seorang pun dari putrimu, karena mereka
telah mencium si Yuyu Kangkang. Aku memilih gadis ini, karena dia lulus ujian, yakni menolak
untuk mencium Yuyu Kangkang” Yuyu Kangkang tiba-tiba muncul dan memberitahukan
kejadian yang sebenarnya kepada semua orang yang hadir di tempat itu. “ Yuyu Kangkang !
Jelaskan kepada mereka ! tugas yang kau emban setelah aku mengalahkanmu waktu itu ” “
Ampun pangeran. Hamba adalah makhluk yang ditugaskan untuk memberikan ujian kepada
para gadis yang ingin mengikuti sayembara. Dan benar mereka bertiga telah menciumku untuk
menyebrangi sungai.” Mendengar penjelasan itu, Nyai Intan dan ketiga putrinya baru sadar
bahwa mereka ditolak oleh Ande Ande Lumut karena tidak lulus ujian. Sementara itu, Kleting
Kuning masih kebingungan, karena belum menemukan suaminya. “ Maaf pangeran, hamba
kemari tidak untuk mengikuti sayembara ini. Hamba sudah memiliki suami. Tujuan hamba
kemari adalah mencari keberadaan suami hamba yaitu pangeran Panji Asmorobangun.” “
Terima kasih Dewi Sekartaji, kau telah membuktikan kesetiaanmu sebagai istriku. ” Ande ande
Lumut membongkar penyamarannya, bahwa dia adalah Panji Asmorobangun, barulah Klenting
Kuning sadar. Akhirnya, sepasang suami istri yang saling mencintai itu bertemu kembali.
Sebagai ucapan terima kasih kepada Mbok Rondo. Panji Asmorobangun membawanya untuk
tinggal di istana. Sementara itu, Nyai Intan dan ketiga putrinya kembali ke desa dengan
perasaan kecewa dan malu.

Anda mungkin juga menyukai