Anda di halaman 1dari 16

Penetapan Karantina Wilayah Menurut Pandangan Legal Positivisme

Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Pandemi Coronavirus


Disease (Covid)-19
Yusufa Ibnu Sina Setiawan / 201910380211009
Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
Email : yusufaibnusina92@gmail.com

Abstrak

Aliran hukum positivism melahirkan pemikiran yang menyatakan bahwa satu-satunya hukum
merupakan undang-undang. Aliran positivisme mengedepankan undang-undang tertulis, kaum
positivis hukum dengan tegas memisahkan hukum yang ada dengan hukum yang seharusnya ada,
pemisahan antara wilayah kontemplatif dan wilayah empiris. Produk hukum seperti Undang-Undang
Tentang Kekarantinaan Kesehatan ini merupakan bukti empiris yang selama ini telah dilakukan kajian
empiris baik oleh pakar-pakar hukum dan pakar-pakar di bidang kesehatan. Adanya pandemic
coronavirus diseas (Covid) 19 menjadikan produk undang-undang dalam UU kekarantinaan kesehatan
menjadi penting. Kemampuan virus menyebar dengan cepat dan kemampuannya dalam menimbulkan
dampak yang fatal bagi kesehatan menyebabkan karantina kesehatan harus segera dilakukan. Penulis
ingin mengkaji permasalahan yang muncul yaitu tentang legal positivsme untuk penerapan UU Nomor
6 Tahun 2018 serta dampak yang ditimbulkan jika asas tersebut tidak dilakukan di tengah pandemic
Covid-19 ini. Dari hasil kajian, ditemukan bukti bahwa pemerintah belum menjalankan amanat dalam
UU Kekarantinaan Kesehatan dengan tidak melakukan karantina wilayah secara ketat, yang berakibat
meluasnya dampak yang ditimbulkan yaitu kasus positif bertambah banyak dan kematian meningkat.
Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana prasarana dalam memenuhi Alat Pelindung Diri (APD)
dan alat-alat medis (pemeriksaan penunjang) termasuk ketersediaan bed isolasi dan ventilator yang
sangat terbatas. Pandemi ini juga mengakibatkan terhambatnya roda perekonomian dengan banyaknya
sekotr-sektor yang mengalami kerugian. Pemerintah tidak mengupayakan adanya karantina wilayah
dikarenakan mempertimbangkan faktor ekonomi serta kemungkinan adanya kekhawatiran jika
pemerintah tidak mampu membiayai seluruh masyarakat yang terdampak jika nanti karantina wilayah
benar-benar diberlakukan.

Kata Kunci : Legal Positivisme, Karantina Wilayah, Covid-19

1
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang menganut faham negara hukum. Hukum dibuat sebagai
perwujudan untuk mencapai kesejahteraan, ketertiban, kedamaian dan keadilan. Dalam
pembentukannya, sudah sepatutnya produk hukum dibuat berdasarkan dari kumpulan pemikiran yang
rasional dan mendalam sehingga produk hukum yang dihasilkan sesuai dengan tujuan itu ditegakkan.
Hukum akan dipersepsikan dalam bentuk tertulis yaitu peraturan perundang-undangan. Positivisme
hukum dikenal juga sebagai teori yang memisahkan antara hukum dan moral. Apa yang tertulis di
dalam peraturan perundang-undangan merupakan peraturan yang sifatnya mengikat dan memaksa, dan
sudah tentu harus ditegakkan meskipun seringkali bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. Karena sifatnya itulah, produk hukum yang buruk tetaplah disebut hukum yang sah jika
tidak melanggar konstitusi.1

Karantina kesehatan sendiri merupakan sebuah peraturan yang telah diatur dalam undang-undang.
Termaktub dan tercantum jelas bahwa karantina kesehatan sendiri merupakan cara yang efektif di saat
terjadi kedaduratan bencana seperti wabah yang dapat menimbulkan dampak dan kerugian besar bagi
negara. UU Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan dengan jelas menerangkan
tentang adanya pembatasan masuk-keluarnya individu ke suatu daerah yang telah dinyatakan sumber
wabah, termasuk mengatur pula tentang adanya perintah untuk melakukan isolasi, karantina wilayah,
vaksinasi dan lain sebagainya untuk menghentikan penyebaran wabah yang terjadi di Indonesia. 2

Munculnya wacana Kekarantinaan Kesehatan disebabkan adanya pandemic yang terjadi di dunia
saat ini yaitu sebuah penyakit yang dinamai Coronavirus Disease (Covid) 19. Penyakit ini disebabkan
oleh virus Systemic Acute Respiratory Syndrome (SARS) Coronavirus-2 (SARS-COV2). Virus yang
terdeteksi pertama kali di Wuhan, yaitu di pasar seafood Hunan, mengakibatkan pada awal Desember
ditemukan 50 kasus infeksi pernafasan (pneumonia). Hal ini salah satunya disebabkan karena penyakit
ini dapat dibawa oleh hewan-hewan yang dijual di pasar tersebut seperti kelelawar, anjing, ular dan
lain sebagainya. Namun lambat laun, ternyata banyak ditemukan kasus seseorang yang tidak makan-
makanan dari Pasar Hunan di Wuhan terinfeksi virus ini. Saat itulah disimpulkan bahwa virus ini
dapat menyebar melalui droplet (partikel), ketika manusia saling melakukan kontak (komunikasi) satu
sama lain. Perlahan-lahan, virus ini mengakibatkan 8.000 kematian dan ratusan ribu individu terinfeksi
dalam 50 (lima puluh) hari pertama pasca ditetapkannya infeksi tersebut oleh pemerintah China.
Akhirnya, dalam waktu sekejap saja, infeksi virus ini menyebar ke lebih dari 100 (seratus) negara di
dunia.3

1
Sudiyana, Suswoto. 2018. Kajian Kritis Terhadap Teori Positivisme Hukum Dalam Mencapai Keadilan
Substansif. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol 11 No. 1, 01 Mei 2018
2
Undang-Undang Nomor 6 Thaun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan
3
Sheereen, M., Khan, S., Kazmi, A., et al. 2020. Covid-19 Infection: Origin, Transmission and Characteristics
of Human Coronaviruses. Journal of Advanced Research: Elsevier.
2
Aliran positivisme dan legisme, yang mengedepankan undang-undang tertulis, kaum positivis
hukum dengan tegas memisahkan hukum yang ada dengan hukum yang seharusnya ada, pemisahan
antara wilayah kontemplatif dan wilayah empiris, akan tetapi dalam kerangka pemikiran hukum aliran
positivis tetap dikategorikan sebagai aliran filsafat dalam hukum, dengan metode mereka sendiri yang
khas dan dipengaruhi oleh cara berpikir empirisme. 4 Hal tersebut menjelaskan bahwa produk hukum
seperti Undang-Undang Tentang Kekarantinaan Kesehatan ini merupakan bukti empiris yang selama
ini telah dilakukan kajian empiris baik oleh pakar-pakar hukum dan pakar-pakar di bidang kesehatan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan, sesuai dengan pasal 55-
59, menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis karantina kesehatan yaitu Karantina Rumah, Karantina
Wilayah, Karantina Rumah Sakit dan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Hal ini juga dapat dilihat dari
beberapa contoh karantina atau isolasi atau pembatasan negara lain terhadap beberapa penyakit.
Sebagai contoh yaitu di Amerika ketika kasus Ebola merebak tahun 2014, pemerintah melarang di 18
negara bagian untuk menerima kedatangan para imigran atau warga negara asing yang berasal dari
daerah Afrika Barat. Lalu kemudian pada tahun 2019, pemerintah memerintahkan warga untuk tidak
mengunjungi tempat-tempat public, bagi warga yang belum melakukan vaksinasi measles. Untuk
keadaan seperti sekarang ini, Presiden Trump melarang penuh adanya imigran atau warga negara asing
yang berasal dari China dan Iran untuk datang ke Amerika. Hal ini juga berlaku bagi seluruh warga
negara Amerika yaitu dilarang untuk pergi ke tempat-tempat di negara bagian dan negara-negara yang
jumlah prevalensi (persebaran) kasus Covid-19 yang tinggi. 5
Karantina wilayah juga dilakukan di beberapa negara yang terdampak sangat berat terhadap
pandemi Covid-19. Beberapa negara di Eropa dan China menerapkan karantina wilayah. Karantina
wilayah tersebut melarang warga masuk atau keluar dari daerah yang terdampak Covid-19. Di dalam
karantina wilayah itu juga ditekankan adanya “social/individuals distancing” seperti seluruh sekolah
diliburkan, bekerja di rumah, tidak berkumpul atau melakukan agenda yang mengumpulkan massa,
mencegah berjabat tangan, tidak berciuman dan lain sebagainya. Hal itu dilakukan dalam jangka
waktu beberapa minggu. Dalam penilaiannya, ternyata setiap minggunya terdapat penurunan kasus
yang positif Covid-19 secara signifikan yaitu berkisar antara 66-96%. 6
Presiden dalam kesempatannya menjelaskan bahwa pemerintah tidak akan melakukan karantina
wilayah. Presiden Joko Widodo menjelaskan karantina wilayah dapat menyebabkan dampak yang
besar. Maka dari itu Presiden menegaskan untuk melakukan pembatasan sosial skala besar saja
dikarenakan ekonomi juga harus tetap berjalan. Karena yang paling penting adalah menjaga jarak
ketika berkomunikasi, selalu cuci tangan sebelum makan ataupun memegang wajah dan mulut
sehingga penularan dapat dicegah. Selain itu pemerintah daerah juga harus melakukan koordinasi de-
4
B. Arief Sidharta (ed.). 2007. Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan
Filsafat Hukum. Bandung: Refika Aditama.
5
Parmet, W., Sinha, M. 2020. Covid 2019: The Law and Limits of Quarantine. The New England Journal of
Medicine. Massachusetts Medical Society: US.
6
ECDC. 2020. Novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic: increased transmission in the EU/EEA
and the UK – sixth update – 12 March 2020
3
ngan pemerintah pusat. Diharapkan nanti ketika mudik, pemerintah daerah menyediakan tempat untuk
isolasi warga yang datang dari luar kota selama waktu yang ditentukan agar tidak menyebarkan
penyakit ke keluarganya. Jadi mudik tidak dilarang. 7
Namun hal yang berkebalikan diutarakan oleh Menteri Sekretaris Negara, Yusril Ihza Mahendra.
Dikutip dalam sebuah pernyataannya di media, beliau menyatakan bahwa pemerintah tidak
memberlakukan karantina wilayah dikarenakan pemerintah khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhan
warganya. Bisa dibayangkan, ketika dilakukan karantina wilayah, untuk Jakarta saja, pemerintah harus
menyiapkan kebutuhan dasar seperti sembako, listrik dan air untuk 14 juta warganya, apalagi seluruh
warga negara Indonesia. Hal ini dikarenakan permasalahan yang dihadapi pemerintah justru adalah
masalah ekonomi, sehingga lebih memilih memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Namun
pada akhirnya, ketika PSBB tidak mampu meredam wabah Covid-19, nanti karantina wilayah atau
Lockdown terpaksa akan diberlakukan.8
Penentapan karantina wilayah sesuai dengan undang-undang sangat dibutuhkan . Karena hal
tersebut sangat berkaitan dengan ranah tatanan hukum Indonesia yaitu sesuai dengan fungsi Pancasila
sebagai rechtsidee (Cita Hukum). Berdasarkan pemikiran Hans Kelsen, Gustav Radbruch dan Hans
Nawiasky, pemikiran yang menyatakan bahwa Pancasila adalah semacam “Leitstern” (bintang
pemandu) yang mengarahkan hukum bukan kepada dirinya sendiri melainkan kepada apa yang dicita-
citakan masyarakat (termasuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai fokus kajian ini).
Selain itu di dalam Undang-undang HAM maupun Undang-Undang Dasar 1945, masyarakat berhak
untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan kesehatan dari negara. 9,10
Ketidaktegasan pemerintah bisa menimbulkan adanya sebuah pertentangan di masyarakat. Akan
tetapi menilik adanya kegentingan yang muncul akibat pandemi Covid—19, bentuk kekarantinaan
kesehatan yang sesuai adalah karantina wilayah. Oleh sebab itu, dengan permasalahan tersebut di atas,
penulis ingin mengetahui tentang kemungkinan tidak diterapkannya legal positivism untuk pasal
karantian wilayah dan dampak apa saja yang akan ditimbulkan bagi masyarakat.

7
CNBC Indonesia. “Catat Ya, Ini Lho Alasan Jokowi Tak Mau Karantina Wilayah Republik Indonesia. Diakses
Dari : https://www.cnbcindonesia.com/news/20200402091127-4-149230/catat-ya-ini-lho-alasan-jokowi-tak-
mau-karantina-wilayah-ri, Tanggal 04 April 2020, Pukul 16.30 WIB
8
Kompas.com. Diakses dari: https://nasional.kompas.com/read/2020/04/02/11003161/soal-karantina-wilayah-
yusril-nilai-pemerintah-khawatir-tak-mampu-penuhi, Tanggal 4 April 2020, Pukul 20.20 WIB
9
Sujadi, Suparjo. 2008. Kajian Tentang Pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Keadilan Sosial
(perspektif Hukum Pancasila. Jurnal Hukum Lingkungan 4 Vol. 4 Issue 2, Februari 2008
10
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Rumusan Masalah

4
1. Bagaimana bentuk pandangan legal positivism terkait karantina wilayah jika dihubungkan
dengan pandemi Covid-19?
2. Apa dampak jika tidak diterapkannya asas hukum positivistik pada Undang-Undang Tentang
Kekarantinaan Kesehatan di tengah pandemi Covid-19?
PEMBAHASAN
Bentuk hubungan legal positivisme terkait Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan jika
dihubungkan dengan Pandemi Covid-19
A. Legal Positivisme
Ilmu hukum yang dikembangkan oleh aliran filsafat positivisme menunjukkan, bahwa hukum itu
bersifat konkret, bebas nilai, imparsial, impersonal dan obyektif. Tujuannya adalah supaya para pelaku
hukum dapat menegakkan keadilan dengan membuat keputusan atau aturan yang berdasarkan
ketentuan hukum yang telah disepakati bersama. Selain itu, juga bertujuan untuk memandang hukum
sebagai realitas yang lepas dari kepentingan individu atau kelompok. Munculnya gerakan positivisme
mempengaruhi banyak pemikiran di berbagai bidang ilmu tentang kehidupan manusia termasuk ilmu
sosial dan alam. Positivisme sebagai suatu aliran filsafat ilmu pengetahuan, menyatakan bahwa ilmu
alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, semua didasarkan pada data empiris, real,
nyata, konkret dan kasat mata serta menggunakan metode ilmiah. Pengaruh aliran filsafat positivisme,
telah mendorong penggunaan rasio yang begitu kuat, hingga melahirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berbasis pada pengamatan dan pengalaman nyata yang tersusun secara sistematis. Ilmu
hukum menurut aliran filsafat positivisme akan melahirkan konsep hukum positif, yakni seperangkat
ketentuan hukum tertulis yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dan mengandung perintah.
Selain itu, hukum juga dikonsepsikan sebagai peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
penguasa atau negara, yang berwujud perintah yang harus ditaati karena mengandung sanksi. Hukum
positif mengandung nilai-nilai yang telah ditetapkan berdasarkan kesepakatan, kemudian
diintegrasikan dalam norma yang tertuang dalam hukum positif. 11
Titik kebenaran adalah teks peraturan yang dikenal dengna peraturan perundangan (legislasi).
Hukum yang pada wujud sesungguhnya tak terbatas direduksi dalam batas tertentu, deterministic
bahkan mekanistik bagi penegak hukum untuk dilaksanakan menghakimi peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Positivisme telah menyelesaikan hukum yang terjadi dalam masyarakat berdasar apa yang
tertulis dalam teks undang-undang. Produk hukum sendiri akan melahirkan formalistik semata dimana
kepastian hukum menjadi ikon kebenaran. Teori ini mengidentikkan hukum dengan undang-undang.
Tidak ada hukum di luar undang-undang dan satu-satunya hukum adalah undang-undang. 12

11
Islamiyati. 2018. Kritik Filsafat Hukum Positivisme Sebagai Upaya Mewujudkan Hukum Yang Berkeadilan.
Law And Justice Journal Vol.1 No 1 (2018).
12
Sarmadi, Sukris. 2012. Membebaskan Positivisme Hukum Ke Ranah Hukum Progresif (Studi Pembacaan Teks
Hukum Bagi Penegak Hukum). Jurnal Dinamika Hukum. Vo. 12 No. 2 Mei 2012

5
Sebelum lahirnya aliran ini telah berkembang suatu pemikiran dalam ilmu hukum dikenal sebagai
Legisme. Pemikiran hukum ini berkembang semenjak abad pertengahan dan telah banyak berpengaruh
di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Aliran ini mengidentikan hukum dengan undang
undang. Di Jerman pandangan ini banyak dianut dan dipertahankan oleh msialnya Paul Laband,
Jellinek, Rudolf van Jhering, Hans Nawiasky, Hans Kelsen dan lain-lain. Tokoh hukum ini adalah
salah satunya Austin. Austin berkata bahwa hukum adalah perintah yang yang dibebankan untuk
mengatur makhluk perpikir, perintah yang dilakukan oleh makhluk berpikir yang memegang dan
mempunyai kekuasaan. Austin menganggap hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat
tertutup (closed logical system), hukum scara tegas dipisahkan dari keadilan dan tidak didasrkan pada
nilai-nilai yang baik atau buruk. Selain John Austin, penganut aliran positivisme lainnya adalah Hans
Kelsen, Hans Kelsen terkenal dengan konsep hukum murninya (reine rechtslehre, the pure theory of
law), yang ingin membersihkan ilmu hukum dari anasir-anasir yang sifatnya nonhukum, seperti kultur,
moral, politik, sosiologis, dan sebagainya. Menurut Hans Kelsen tentang positivisme dinyatakan
bahwa “Law is a coercive order of human behavior, it is the primary norm which stipulates the
sanction.” (Hukum adalah sesuatu perintah memaksa terhadap perilaku manusia. yang menetapkan
sanksi-sanksi). Hans Kelsen, terkenal dengan teori grundnorm, mengkonsepsikan bahwa hukum
adalah sistem norma yang didasarkan pada keharusan, di mana sistem norma ini penentuannya
dilandaskan pada moralitas atau nilai-nilai yang baik. Pertimbangan yang melandasi sebuah norma
bersifat metayuridis, dan belum menjadi hukum yang berlaku. Norma itu akan menjadi hukum yang
berlaku apabila dikehendaki oleh masyarakat dan dituangkan dalam wujud tertulis, dikelurkan oleh
negara dan memuat perintah. yang menjelaskan bahwa hukum ditaati bukan karena dinilai adil atau
baik, namun karena hukum itu tertulis dan disahkan oleh penguasa. 13
B. Kekarantinaan Kesehatan
Karantina adalah pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang terpapar penyakit
menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangundangan meskipun belum menunjukkan
gejala apapun atau sedang berada dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, Alat Angkut,
atau Barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau Barang yang mengandung
penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah kemungkinan penyebaran ke
orang dan/atau Barang di sekitarnya.
Dalam Undang-Undang 6 Tahun 2018, dalam Bab VII yaitu menjelaskan tentang penyelenggaraan
kekarantinaan kesehatan di wilayah. Pasal 49 yaitu: (1) Dalam rangka melakukan tindakan mitigasi
faktor risiko di wilayah pada situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dilakukan Karantina Rumah,
Karantina Wilayah, Karantina Rumah Sakit, atau pembatasan Sosial Berskala Besar oleh pejabat
Karantina Kesehatan. (2) Karantina Rumah, Karantina Wilayah, Karantina Rumah Sakit, atau
Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada pertim-
13
Ramadhan, Muhammad. 2017. Pengaruh Aliran Positivisme Dalam Kebijakan Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia. Jurnal Warta Edisi: 53 ISSN : 1829-7463

6
bangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional,
pertimbangan ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Penjelasan lanjutan tentang Karantina Wilayah,
yaitu dalam Pasal 53: 1) Karantina Wilayah merupakan bagian respons dari Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat. (2) Karantina Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan kepada seluruh
anggota masyarakat di suatu wilayah apabila dari hasil konlirmasi laboratorium sudah terjadi
penyebaran penyakit antar anggota masyarakat di wilayah tersebut. 14
Hal tersebut juga didukung dengan Undang-Undang lain yaitu Undang-undang lain yang terkait
dengan kekarantinaan, sebagaimana telah diinventarisir pada Bab I : 1. Undang-undang Nomor 4
Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular; 2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Hal-hal yang terkait kekarantinaan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular terdapat dalam Bab V pasal 5 ayat 1 tentang Upaya
penanggulangan. Upaya penanggulangan wabah, menurut undang-undang ini meliputi beberapa poin
penting yaitu: a. Penyelidikan epidemiologi b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi
penderita termasuk karantina..15
C. Deskripsi Covid-19
Novel Coronavirus atau yang lebih dikenal dengan Corona Virus Disease (COVID) 19 merupakan
sebuah penyakit yang muncul pertama kali di China pada awal Desember 2019. Penyakit ini
diumumkan secara resmi pada tanggal 31 Desember 2019 yang mengakibatkan kesakitan pada 41
orang penderita dengan detail 1 (satu) orang meninggal dunia. Virus ini oleh WHO dicurigai berasal
dari hewan yang diperjualbelikan secara bebas di Wuhan, China. Salah satu penyebabnya adalah
transmisi atau penyebaran melalui kelelawar yang kemudian dikonsumsi oleh manusia. 16
Penyakit ini dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru di China hingga Eropa, Amerika Serikat,
Asia Tenggara dan Afrika. Covid-19 menyebar melalui droplet (partikel) yang keluar melalui mulut
manusia ketika berbicara dengan orang lain. Virus ini dapat menginfeksi setiap orang jika orang
tersebut kontak dengan penderita yang positif Covid-19. Karena tingkat virulensi (kekeuatan virus
menyebabkan infeksi) Covid-19 yang begitu tinggi, kontak seperti komunikasi yang intens atau
diskusi berkelompok yang cukup lama, berisiko menjadi tempat menempelnya virus tersebut terutama
di daerah mukosa (lidah, orofaring, rongga hidung dan konjunctiva). Sekali Covid-19 menempel dan
akhirnya menginfeksi, jika imunitas seseorang rendah, maka orang tersebut akan sangat mudah
mengalami gejala Covid-19.17
14
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan
15
Syam, Firdaus. 2013. Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan Tentang Kekarantinaan.
Kemenkumham: Jakarta
16
Diakses dari: https://www.who.int/csr/don/12-january-2020-novel-coronavirus-china/en/, diakses pada
Tanggal 1 April 2020, Pukul 00.15
17
European Centre for Disease Prevention and Control. Outbreak of acute respiratory syndrome associated with
a novel coronavirus, China: first local transmission in the EU/EEA – third update. 31 January 2020. ECDC:
Stockholm; 2020
7
Covid-19 menunjukkan gejala infeksi saluran pernafasan yang akan memicu munculnya
pneumonia (infeksi saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru di paru-paru). Individu yang tidak
menggunakan masker, usia tua dan memiliki penyakit lain yang menyertai (hipertensi, diabetes
melitus) menjadi individu yang rentan terkena. Gejala awal yaitu panas badan, disertai batuk kering
hingga akhirnya jatuh ke dalam keadaan sesak yang lama-kelemaan akhirnya mengalami Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau gagal nafas hingga meninggal. Gejalanya begitu cepat
tergantung dari tingkat imunitas penderita.18
Begitu besarnya kemampuan virus ini dalam menginfeksi dan menyebar dibuktikan dengan catatan
bahwa sampai sejauh ini masih banyak orang yang terinfeksi Covid-19 dengna jumlah yang makin
bertambah. Total kasus Covid-19 di dunia berjumlah 1.074.290 kasus dengan kematian sebanyak
56.987 jiwa. Amerika menjadi negara dengan jumlah individu yan gterinfeksi corona paling tinggi
yaitu 265.506 kasus dengan kematian sekitar 6.786 jiwa. Sedangkan sampai saat ini, Indonesia, dalam
rentang waktu 1 (satu) bulan saja, jumlah kasus yang positif adalah 1.986 kasus dengan kematian yang
sangat tinggi yaitu 181 jiwa.19
D. Implementasi Kekarantinaan di Indonesia
Substansi penegakan hukum dalam aturan kekarantinaan memuat 2 (dua) hal yaitu pembinaan dan
pengawasan. Pembinaan meliputi pengelolaan sumber daya, metode pendekatan penanggulangan,
peningkatan kemampuan teknis SDM, serta penelitian dan pengembangan. Hal ini merupakan aspek
penting yang perlu dibina dalam kekarantinaan agar sesuai dengan perkembangan yang ada saat ini
Pengawasan dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atau hal-hal yang dapat menghambat serta
mempengaruhi pelaksanaan kekarantinaan. Pengaturan pengawasan kekarantinaan dimaksudkan agar
dampak yang akan timbul akibat kejadian KLB/wabah dapat diminimalisir. Pembinaan terhadap
petugas karantina diberikan untuk meningkatkan pemahaman tentang ketentuan di bidang karantian
agar pelanggaran hukum di bidang kekarantinaan dapat dicegah. Contohnya dalam pelaksanaan
karantina kesehatan, masih sering dijumpai adanya pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang
Karantina, diantaranya tidak memasang isyarat karantina, bphn 44 menaikan dan/atau menurunkan
orang dan barang sebelum mendapat surat ijin karantina dan pemalsuan dokumen kesehatan.
Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dilakukan oleh baik nakhoda maupun pengguna jasa serta
oleh lintas sektor/ instansi terkait. Pelanggaran tersebut sangat berpotensi menimbulkan terjadinya
masalah kesehatan yang lebih luas terutama risiko kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit
karantina. Apabila alat angkut dan muatannya belum dinyatakan bebas karantina, sementara ketentuan
karantina diabaikan dapat menyebabkan penyebaran penyakit karantina yang berasal dari alat angkut
tersebut kepada masyarakat luas. Terkait perihal tersebut perlu adanya ketentuan yang mengatur
tentang pelaksanaan dan mekanisme, penetapan tindakan karantina wilayah, karena berhubungan de-
18
Huang, Chaolin et al. 2020. Clinical Features of Patients Infected With 2019 Novel Coronavirus In Wuhan,
China. The Lancet : Vol 395 Feb 15, 202019
19
Diakses dari: https://www.worldometers.info/coronavirus/#countries, Tanggal 4 April 2020 Pukul 00.25 WIB

8
dengan otonomi daerah. Pengaturan tersebut harus mampu mensinergi penyelenggaraan karantina
antara Pusat dengan daerah.20
Penegakkan hukum dalam aturan kekarantinaan adalah Pembinaan meliputi pengelolaan sumber
daya, metode pendekatan penanggulangan, peningkatan kemampuan teknis SDM, serta penelitian dan
pengembangan. Sumber Daya Manusia maupun Material untuk penanganan Covid-19 sendiri masih
sangat terbatas. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan bahwa
karena kekurangan Alat Pelindung Diri (APD), tenaga medis dapat memodifikasi APD dengan
menggunakan kantong plastik untuk sampah supaya dapat digunakan untuk melindungi. Namun yang
mudah, dapat juga menggunakan jas hujan sekali pakai yang dijual murah. Bahkan Ketua Umum PB
IDI sendiri mengancam petugas medis tidak akan menolong jika pemerintah tidak menyediakan APD
yang cukup dikarenakan tenaga medis yang tertular berisiko menularkan ke pasien-pasien lainnya. 21
Penegakan hukum untuk metode pendekatan penanggulangan juga harus dijadikan perhatian. Hal
ini disebabkan kunci dari pemberantasan virus Covid-19 adalah setelah mengetahui ada yang
terkonfirmasi positif, maka langsung dilakukan tracing (pelacakan) terhadap siapa saja yang kontak
dengan pasien. Setelah seluruh tracing ditemukan, maka baru dilakukan pemeriksaan apakah mereka
juga terinfeksi apa tidak. Tetapi hal ini menjadi sangat rumit dikarenakan menemukan tracing adalah
hal yang sangat sulit untuk sepenuhnya dilakukan. Tidak menutup kemungkinan, pasti masih ada
individu yang tidak terlacak dengan baik. Selain tracing, cara lain yang efektif adalah melakukan
pemeriksaan secara masal dan karantina lokal atau bahkan sampai lockdown wilayah yang lebih luas.22
Lockdown atau karantina wilayah dilakukan di Wuhan, China. Karantina wilayah tersebut
melarang seluruh individu keluar dari Wuhan ataupun masuk ke Wuhan. Seluruh transportasi darat
dan udara dibekukan. Tidak ada rute penerbangan dari dan ke Wuhan. Sekitar 9 juta penduduk Wuhan
diisolasi dalam rentang waktu berminggu-minggu. Karantina wilayah yang sangat ketat ini mampu
meminimalisir meluasnya penduduk yang terinfeksi maupun yang meninggal. Case Fatality Rate
untuk Covid-19 di China berkisar antara 3%, hal ini salah satunya didukung oleh karantina wilayah
pemerintah China.23
Italia sendiri menerapkan lockdown selama lebih dari sebulan, dan hingga sekarang masih
berlanjut. Lockdown tersebut meliputi seluruh wilayah Italia. Warga hanya diperbolehkan keluar
untuk membeli makanan dan obat-obatan saja. Toko yang beroperasi hanya toko makanan dan obat-
obatan saja. Seluruh perusahaan ditutup. Bahkan setiap orang yang keluar tanpa alasan dapat dikenai -
20
Op.Cit Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-undangan Tentang Kekarantinaan Halaman 43
21
CNN Indonesia.2020. “APD Kurang, Tenaga Medis Pasien Corona Pakai Kantong Sampah.” Diaksies Dari:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200328151600-20-487817/apd-kurang-tenaga-medis-pasien-corona-
pakai-kantong-sampah, Tanggal 4 April 2020, Pukul 17.55 WIB
22
Lancet Public Health. Covid-19: Extending or Relaxing Distancing Control Measures. Published Online
March 25, 2020. The Lancet Public Health
23
Yuan, Z., Xiao, Y., Dai, Z., et al. 2020. A Simple Model To Assess Wuhan Lock-down Effect and Region
Efforts During Covid-19 Epidemic In China Mainland. Human Engineering And Technology Research Center:
China.

9
denda oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena lockdown Italia awalnya tidak terlalu ketat. Hal ini
memicu adanya eksodus besar-besaran dari satu wilayah (yang terkategori red zone) untuk pulang
kampung ke wilayah Italia lain yang terkategori Green Zone. Alhasil, Covid-19 menjadi menyebar
begitu cepat. Lockdown atau karantina wilayah yang ketat yang dilakukan di Italia memang sudah
sangat terlambat, namun lebih baik dilakukan daripada tidak sama sekali. Sampai sejauh ini kematian
akibat Covid-19 di Italia paling tinggi di dunia yaitu 17.127 kematian dari 135.586 kasus yang
terkonfirmasi positif.24
Meninjau dari beberapa referensi karantina wilayah di beberapa negara, pendekatan penangan
Covid-19 saat ini, termasuk di Indonesia adalah melakukan karantina wilayah. Hal ini disebabkan,
dengan tidak adanya aturan karantina wilayah yang ketat, individu yang sehat pun dapat menularkan
ataupun tertular oleh individu lainnya. Dikarenakan Covid-19 juga dapat ditularkan oleh individu yang
tidak bergejala (carrier atau pembawa). Jika tidak dilakukan lockdown, maka yang akan terjadi adalah
penumpukan pasien di Rumah Sakit, sedangkan kita ketahui kapasitas bed isolasi maupun ventilator di
Rumah Sakit seluruh Indonesia tiodak akan mungkin mencukupi untuk menangani seluruh pasien
yang terinfeksi Covid-19.25
Pendekatan lain yang dapat dilakukan adalah tes masal untuk pemeriksaan Covid-19. Namun
penerapan tes masal ini juga memilki tingkat sensitivitas yang tidak begitu baik, dikarenakan apabila
tes rapid serologi (IgM/IgG Antibodi) dinayatakan negatif, belum tentu individu tersebut bebas dari
Covid-19. Satu-satunya tes dengan sensitivitas mendekati 100% adalah tes Polymerase Chain Reaction
(PCR). Ketersediaan tes PCR sendiri hanya ada di beberapa tempat yaitu di Surabaya (Rumah Sakit
Universitas Airlangga) dan di Jakarta (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan). Pemeriksaan
PCR sangat mahal, dan tidak semua orang dapat dilakukan PCR akibat terkendala jarak (wilayah
geografis Indoenesia) sehingga menyebabkan bahan (sepsiemn swab) dipertanyakan validitasnya.
Selain itu pemeriksaan PCR selain tempatnya terbatas (yang dapoat melakukan), membutuhkan waktu
konfirmasi sekitar 3-4 hari. Sehingga kebanyakan kasus di Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid-
19 telah terlebih dahulu meninggal.26,27,28

24
Medscape. 2020. Covid-19: What Can The World Learn From Italy?. Diakses dari:
https://www.medscape.com/viewarticle/926777, Tanggal 5 April 2020, Pukul 00.35 WIB.
25
BBC Indonesia. 2020. Virus Corona: Jumalh Kasus Terus Meningkat, Kelengkapan Alat Kesehatan Menipis.
Diakses dari : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51924204, Tanggal 6 April 2020, Pukul 05.40 WIB
26
PDS PatKLin. 2020. Press Release Kewaspadaan Tes Cepat (Rapid Test) Covid-19 IgM/IgG Berbasis
Serologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia: Jakarta
27
Sumeks.co. 2020. Dua Pasien Positif Covid-19 di Sumsel Sudah Meninggal Dunia, Warga Palembang dan
Prabumulih. Diakses Dari: https://sumeks.co/dua-pasien-positif-covid-19-di-sumsel-sudah-meninggal-dunia-
warga-palembang-dan-prabumulih/. Tanggal 5 April 2020, Pukul 10.50 WIB
28
CNN Indonesia. 2020. SDM Minim, LIPI Latih 800 Relawan Percepat Tes PCR Korona. Diakses dari:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200406202006-20-490955/sdm-minim-lipi-latih-800-relawan-
percepat-tes-pcr-corona. Tanggal 06 April 2020, Pukul 08.05 WIB

10
Dampak Tidak Diterapkannya asas hukum Positivistik Pada UU Kekarantinaan Kesehatan di
Tengah Pandemi Covid-19

A. Dampak Kesehatan

Melalui beberapa model statistic tentang pandemic Covid-19, ditemukan sebuah penjelasan
tentang seberapa lama virus ini akan bertahan hingga menimbulkan dampak dan berangsur-angsur
menurun virulensinya. Kemampuan virus ini dari menyebabkan infeksi hingga individu
mengalami kesembuhan secara global adalah berkisar 30-40 hari. Hal tersebut jika dilihat dari
kurva yang dihitung di Wuhan, China dari rentang akhir Februari hingga awal April. Estimasi
kurva tersebut bukan merupakan estimasi individual namun merupakan estimasi global pada suatu
wilayah. Kurva tersebut dapat sesuai dengan perkiraan namun dapat juga terjadi perlambatan
(memanjang) dikarenakan perbedaan regulasi yang diterapkan masing-masing pemerintah. Kurva
tersebut diperoleh saat pemerintah di China melakukan karantina wilayah yang sangat ketat,
larangan kunjungan wisatawan dari negara lain, tertutupnya akses darat dan udara serta pelarangan
keluar dari rumah selain membeli makanan dan obat-obatan. 29

Melihat fakta di atas, kemungkinan besar Indonesia akan mengalami perlambatan puncak
pandemi. Dengan kata lain, Indonesia akan mengalami perpanjangan pandemic dikarenakan tidak
adanya penetapan terhadap karantina wilayah yang sangat ketat. Hal ini menimbulkan
kemungkinan tertularnya individu terutama dari Red Zone (zona merah) menuju ke Green Zone
(zona hijau). Lambat laun, seluruh Indonesia akan menjadi Zona Merah. Ditambah lagi dengan
ketidakpatuhan beberapa masyarakat yang tetap keluar rumah, tidak menggunakan masker, tetap
mengadakan perkumpulan, yang justru menambah semakin tingginya orang yang terinfeksi Covid-
19. Pandemi di Indonesia bisa jadi akan bertahan hingga 4-6 bulan ke depan.

B. Dampak Ekonomi

Beberapa dampak ekonomi yang terjadi di negara lain adalah banyak sector-sektor baik
perdagangan, informal maupun pariwisata yang merugi. Siklus perputaran uang kacau,
dikarenakan banyakanya kerugian yang dialami pengusaha. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
beberapa komoditi menjadi untung terutama mereka yang menyediakan alat-alat kesehatan
ataupun segala sesuatu yang terkait dengan pemberantasan atau pencegahan Covid-19 ini. 30

29
Petropoulos, F., Makridakis, S. 2020. Forecasting The Novel Coronavirus COVID-19. Journal PlosOne, March
31 2020
30
Binti Hamzah FA, Lau C, Nazri H, Ligot DV, Lee G, Tan CL, et al. CoronaTracker: Worldwide COVID-19
Outbreak Data Analysis and Prediction. [Submitted]. Bull World Health Organ. E-pub: 19 March 2020. doi:
http://dx.doi.org/10.2471/BLT.20.255695

11
Alasan pemerintah yang juga tidak melakukan karantina wilayah adalah adanya kerugian yang
akan muncul ketika benar-benar diadakan karantina wilayah. Keuangan akan menjadi chaos dan
menimbulkan kekacauan. Selain itu, pemerintah juga kemungkinan tidak mampu untuk
membiayai masayarakat apabila benar-benar dilakukan karantina wilayah ketat di suatu daerah. 31

30
FH Unpad. 2020. COVID-19 dalam Perspektif One Health Approach dan Law Enforcement.
Diakses dari: http://fh.unpad.ac.id/covid-19-dalam-perspektif-one-health-approach-dan-law-
enforcement/
12
PENUTUP

Kesimpulan

1. Pemerintah belum melaksanakan amanat sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang
Kekarantinaan Kesehatan untuk penanganan pandemic Covid-19 untuk melakukan karantina
wilayah

2. Covid-19 adalah masalah global yang menyebar dengan sangat cepak, dapat menginfeksi banyak
orang dan menimbulkan Case Fatality Rate yang cukup tinggi terutama di negara-negara
berkembang

3. Penundaan penetapan karantina wilayah dapat menyebabkan krisis yaitu ketersediaan APD
menipis, alat kesehatan tidak banyak tersedia dan pemanjangan pandemic Covid-19 hingga
berbulan-bulan, yang dapat menyebabkan peningkatan kasus Covid-19 yang terkonfirmasi positif

4. Beberapa aspek yang diperhitungkan pemerintah salah satunya adalah aspek ekonomi.
Dikhawatirkan pemerintah tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyat ketika terjadi karantina
wilayah yang sangat ketat

Saran

Pemerintah sebaiknya tetap melakukan amanat sesuai Undang-Undang dikarenakan ketidaktegasan


pemerintah dalam penetapan karantina wilayah justru dapat menimbulkan dampak yang sangat
berbahaya di kemudian hari dan mengancam nyawa baik amsayrakat awam maupun tenaga medisnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku

B. Arief Sidharta (ed.). 2007. Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum
dan Filsafat Hukum. Bandung: Refika Aditama.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan

Jurnal

Binti Hamzah FA, Lau C, Nazri H, Ligot DV, Lee G, Tan CL, et al. CoronaTracker: Worldwide
COVID-19 Outbreak Data Analysis and Prediction. [Submitted]. Bull World Health Organ. E-
pub: 19 March 2020. doi: http://dx.doi.org/10.2471/BLT.20.255695

ECDC. 2020. Novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic: increased transmission in the
EU/EEA and the UK – sixth update – 12 March 2020

European Centre for Disease Prevention and Control. Outbreak of acute respiratory syndrome
associated with a novel coronavirus, China: first local transmission in the EU/EEA – third update.
31 January 2020. ECDC: Stockholm; 2020

Huang, Chaolin et al. 2020. Clinical Features of Patients Infected With 2019 Novel Coronavirus In
Wuhan, China. The Lancet : Vol 395 Feb 15, 202019

Islamiyati. 2018. Kritik Filsafat Hukum Positivisme Sebagai Upaya Mewujudkan Hukum Yang
Berkeadilan. Law And Justice Journal Vol.1 No 1 (2018).

Lancet Public Health. Covid-19: Extending or Relaxing Distancing Control Measures. Published
Online March 25, 2020. The Lancet Public Health

Parmet, W., Sinha, M. 2020. Covid 2019: The Law and Limits of Quarantine. The New England
Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society: US.

PDS PatKLin. 2020. Press Release Kewaspadaan Tes Cepat (Rapid Test) Covid-19 IgM/IgG Berbasis
Serologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia:
Jakarta

14
Petropoulos, F., Makridakis, S. 2020. Forecasting The Novel Coronavirus COVID-19. Journal
PlosOne, March 31 2020

Sarmadi, Sukris. 2012. Membebaskan Positivisme Hukum Ke Ranah Hukum Progresif (Studi
Pembacaan Teks Hukum Bagi Penegak Hukum). Jurnal Dinamika Hukum. Vo. 12 No. 2 Mei 2012

Sheereen, M., Khan, S., Kazmi, A., et al. 2020. Covid-19 Infection: Origin, Transmission and
Characteristics of Human Coronaviruses. Journal of Advanced Research: Elsevier.

Sudiyana, Suswoto. 2018. Kajian Kritis Terhadap Teori Positivisme Hukum Dalam Mencapai
Keadilan Substansif. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol 11 No. 1, 01 Mei 2018
Sujadi, Suparjo. 2008. Kajian Tentang Pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Keadilan
Sosial (perspektif Hukum Pancasila. Jurnal Hukum Lingkungan 4 Vol. 4 Issue 2, Februari 2008
Syam, Firdaus. 2013. Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan Tentang Kekarantinaan.
Kemenkumham: Jakarta
Yuan, Z., Xiao, Y., Dai, Z., et al. 2020. A Simple Model To Assess Wuhan Lock-down Effect and
Region Efforts During Covid-19 Epidemic In China Mainland. Human Engineering And
Technology Research Center: China.
Referensi Lainnya

CNBC Indonesia. “Catat Ya, Ini Lho Alasan Jokowi Tak Mau Karantina Wilayah Republik Indonesia.
Diakses Dari : https://www.cnbcindonesia.com/news/20200402091127-4-149230/catat-ya-ini-lho-
alasan-jokowi-tak-mau-karantina-wilayah-ri, Tanggal 04 April 2020, Pukul 16.30 WIB
Kompas.com. Diakses dari: https://nasional.kompas.com/read/2020/04/02/11003161/soal-karantina-
wilayah-yusril-nilai-pemerintah-khawatir-tak-mampu-penuhi, Tanggal 4 April 2020, Pukul 20.20
WIB
Diakses dari: https://www.who.int/csr/don/12-january-2020-novel-coronavirus-china/en/, diakses pada
Tanggal 1 April 2020, Pukul 00.15
Diakses dari: https://www.worldometers.info/coronavirus/#countries, Tanggal 4 April 2020 Pukul
00.25 WIB
CNN Indonesia.2020. “APD Kurang, Tenaga Medis Pasien Corona Pakai Kantong Sampah.” Diaksies
Dari: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200328151600-20-487817/apd-kurang-tenaga-
medis-pasien-corona-pakai-kantong-sampah, Tanggal 4 April 2020, Pukul 17.55 WIB
Medscape. 2020. Covid-19: What Can The World Learn From Italy?. Diakses dari:
https://www.medscape.com/viewarticle/926777, Tanggal 5 April 2020, Pukul 00.35 WIB.
BBC Indonesia. 2020. Virus Corona: Jumalh Kasus Terus Meningkat, Kelengkapan Alat Kesehatan
Menipis. Diakses dari : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51924204, Tanggal 6 April
2020, Pukul 05.40 WIB

15
Sumeks.co. 2020. Dua Pasien Positif Covid-19 di Sumsel Sudah Meninggal Dunia, Warga Palembang
dan Prabumulih. Diakses Dari: https://sumeks.co/dua-pasien-positif-covid-19-di-sumsel-sudah-
meninggal-dunia-warga-palembang-dan-prabumulih/. Tanggal 5 April 2020, Pukul 10.50 WIB
CNN Indonesia. 2020. SDM Minim, LIPI Latih 800 Relawan Percepat Tes PCR Korona. Diakses dari:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200406202006-20-490955/sdm-minim-lipi-latih-800-
relawan-percepat-tes-pcr-corona. Tanggal 06 April 2020, Pukul 08.05 WIB
FH Unpad. 2020. COVID-19 dalam Perspektif One Health Approach dan Law
Enforcement. Diakses dari: http://fh.unpad.ac.id/covid-19-dalam-perspektif-one-health-
approach-dan-law-enforcement/

16

Anda mungkin juga menyukai