Tatib Musyawarah Ranting NU Tahun 2023
Tatib Musyawarah Ranting NU Tahun 2023
Pasal 3
Musyawarah Ranting NU Tahun 2023 membicarakan dan menetapkan:
1. Laporan Pertanggung bjawaban Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama masa khidmat 2018-
2023;
2. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi;
3. Memilih Ketua Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama masa khidmat 2023-2028.
Pasal 6
1. Setiap Peserta Musyawarah Ranting NU Tahun 2023 mempunyai hak suara,
mengemukakan pendapat, usul dan saran terhadap masalah yang berkembang dalam
persidangan;
2. Hak suara yang dimiliki oleh Peserta Musyawarah Ranting NU Tahun 2023 diatur secara
tersendiri dalam Tata Tertib ini.
Pasal 8
Sidang Pleno adalah sidang yang membahas Laporan pertanggungjawaban Pengurus Ranting
NU, Penetapan Ahlul Halli Wal ‘Aqdi, Penetapan Rais, Pemilihan Ketua, Mede Formatur.
Pasal 10
Pimpinan Sidang berkewajiban:
1. Memimpin sidang dan menjaga ketertiban sidang;
Menjaga agar tata tertib Musyawarah Ranting NU Tahun 2023 ditaati dengan seksama oleh
setiap peserta;
3. Memberikan ijin berbicara dan menjaga agar pembicara dapat mengemukakan
pendapatnya dan tidak menyimpang dari agenda dan tema pembicaraan yang ditetapkan;
4. Menyimpulkan pembicaraan dan pembahasan serta mengambil keputusan.
Pasal 11
1. Pimpinan Sidang hanya dapat menggunakan hak bicaranya untuk menjelaskan pokok
masalah yang sebenarnya atau mengembalikan pembicaraan kepada pokok masalah;
2.
Pasal 12
Pimpinan Sidang berhak:
1. Mengatur urutan pembicaraan;
2. Mengatur waktu bagi tiap-tiap pembicara dalam pembahasan suatu masalah;
3. Menegur dan memberhentikan pembicaraan setelah diperingatkan terlebih dahulu.
Pasal 14
Dalam Musyawarah Ranting, Setiap PARNU atau anggota yang dinyatakan sah mempunyai 1
(satu) hak suara.
Pasal 16
1. Rais dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli Wal
‘Aqdi;
2. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi terdiri dari 5 orang ulama yang telah diusulkan oleh peserta MUSRAN
3. Panitia melakukan tabulasi nama-nama yang telah diusulkan oleh peserta Musyawarah
Ranting NU Tahun 2023 dengan ketentuan sebagai berikut:
3.
Pasal 17
1. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi menyelenggarakan sidang tersendiri untuk memilih Rais;
2. Sidang Ahlul Halli Wal ‘Aqdi dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh dan dari
anggota
Ahlul Halli Wal ‘Aqdi;
3. Calon Rais dapat dipilih dari anggota Ahlul Halli Wal ‘Aqdi ataupun bukan dari anggota
Ahlul
Halli Wal ‘Aqdi yang memenuhi syarat sebagai Rais;
4. Calon Rais yang terpilih membuat surat kesediaan dan kontrak jam’iyyah;
5. Ketua atau salah satu anggota Ahlul Halli Wal ‘Aqdi mengumumkan keputusan pemilihan
Rais oleh Ahlul Halli Wal ‘Aqdi di hadapan sidang pleno;
6. Pimpinan sidang menetapkan Rais terpilih berdasarkan keputusan Ahlul Halli Wal ‘Aqdi.
Pasal 18
1. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi menyelenggarakan sidang tersendiri untuk memilih minimal 2 (dua)
calon ketua;
2. Ketua atau salah satu anggota Ahlul Halli Wal ‘Aqdi mengumumkan keputusan pemilihan
minimal 2 (dua) calon ketua oleh Ahlul Halli Wal ‘Aqdi di hadapan sidang pleno;
3. Pimpinan sidang menetapkan minimal 2 (dua) calon ketua berdasarkan keputusan Ahlul
Halli Wal ‘Aqdi.
Pasal 19
Untuk dapat dipilih, seorang calon Ketua harus:
1. Mendapat persetujuan Rais terpilih;
2. Menyatakan kesediaannya secara lisan dan tertulis serta menandatangani kontrak jam’iyyah.
Pasal 20
1. Pemilihan dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menulis nama calon di surat
suara yang telah disediakan oleh MWC NU Lekok;
Pasal 21
1. Dalam menyusun kepengurusan harian Pengurus Ranting NU masa khidmat 2023 – 2028,
Rais terpilih dan Ketua terpilih dibantu oleh mede formatur;
2. Anggota Mede formatur adalah:
a. Salah satu anggota Ahlul Halli Wal ‘Aqdi;
b. Wakil dari masing-masing wilayah yang ada di wilayah kerja Pengurus Ranting NU.
3. Mede formatur bekerja maksimal 20 hari setelah Musyawarah Ranting NU Tahun 2023
selesai.
Ditetapkan di : Pasuruan
PadaTanggal : 1445 H
: 16 September 2023 M
( ) ( )