Makalah Abotus Inkomplit ERNI
Makalah Abotus Inkomplit ERNI
ABORTUS INKOMPLIT
OLEH :
A. Latar Belakang
Angka abortus di seluruh dunia adalah sekitar 35 per 1000 wanita yang
berusia 15-44 tahun, sehingga abortus merupakan salah satu penyebabtingginya
angka kematian ibu dari seluruh kehamilan (selain keguguran danlahir mati).
Salah satu abortus yang menyumbang peran dalam angka kematianibu adalah
abortus inkomplit, yaitu pengeluaran sebagian hasil konsepsi padakehamilan
sebelum 20 minggu dan masih terdapat sisa yang tertinggal di dalamuterus.
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancamkeselamtan ibu
karena adanya perdarahan yang masif yang dapat menimbulkankematian akibat
adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidakmendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat.Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah penurunan
dan peningkatan derajat kesehatan, salah satu indikator derajat kesehatan adalah
Angka Kematian Ibu (AKI), sehingga diperlukan penanganan yang cepat dantepat
dalam mengatasi hal-hal yang dapat menyebabkan kematian ibu, salahsatunya
abortus inkomplit. Mengenal lebih banyak tentang abortus inkomplitmenjadi
penting bagi para pelayan kesehatan agar mampu menegakkandiagnosis kemudian
memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat sertadapat melakukan
pencegahan komplikasi. Selain penting bagi pelayankesehatan, masyarakat juga
penting mengetahui tanda-tanda dari abortusinkomplit agar dapat menyadari
sedini mungkin sehingga bisa memeriksakan diri sesegera mungkin.
Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Salah satu penyebab utama kematian
ibu adalah perdarahan berupa komplikasi yang disebabkan oleh abortus. Abortus
inkomplit merupakan salah satu penyebab kematian Neonatal dan Maternal di
Indonesia. Risiko terjadinya abortus inkomplit meningkat bersamaan dengan
peningkatan jumlah paritas dan usia ibu. Abortus meningkat 10% pada wanita
dengan paritas primipara dan grandemultipara, sedangkan pada usia abortus
meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat
sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun (Cunningham, 2012).
Angka kematian merupakan indikator keberhasilan sistem pelayanan
kesehatan suatu Negara. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator
dalam bidang obstetrik. AKI juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu tujuan ke-
3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia (Depkes, 2015).
Paritas dan usia dapat menyumbangkan AKI sebesar 21% dimana rentan
terjadi kematian ibu pada paritas pertama (18%) dan lebih dari 3(20%) sedangkan
pada usia kurang dari 20 tahun (22%) dan lebih dari 35 tahun (20%) (Sari, 2014).
Penyebab kematian maternal merupakan hal yang cukup kompleks, yang dapat
digolongkan pada faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan
kesehatan dan sosioekonomi. Faktor terbanyak penyebab kematian maternal yaitu
komplikasi obstetrik yang disebabkan oleh 2 perdarahan, perdarahan antara lain
disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik, perdarahan pada kehamilan trimester
tiga, perdarahan post partum, distosia, pengguguran kandungan dan infeksi nifas.
Infeksi nifas sendiri dapat terjadi pada keadaan persalinan yang tidak
mengindahkan syarat-syarat asepsis-antisepsis, partus lama, ketuban pecah dini
dan sebagainya (Prawirohardjo, 2012)
Diwilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO) tahun 2017
memperkirakan 4,2 juta abortus inkomplit dilakukan setiap tahunnya diantaranya
750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Resiko kematian akibat abortus
inkomplit tidak aman di wilayah Asia Tenggara di perkirakan antara satu sampai
250, Negara maju hanya satu dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran
bahwa masalah abortus inkomplit di Asia Tenggara masih cukup tinggi.
AKI salah satu disumbangkan oleh kejadian abortus inkomplit. Angka
kejadian abortus inkomplit di Indonesia adalah sekitar 2 sampai dengan 2,6juta
kasus per tahun atau 43 abortus inkomplit untuk setiap 100 kehamilan dan juga
frekuensiabortus inkomplit di Indonesia berkisar antara 10-15% 3 (Rosai, 2013)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu abortus inkomplit?
2. Bagaimana epidemiologi abortus inkomplit?
3. Apa penyebab terjadinya abortus inkomplit?
4. Apa faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya abortus inkomplit?
5. Bagaimana gambaran klinis dari abortus inkomplit?
6. Bagaimana diagnosis abortus inkomplit?
7. Bagaimana penatalaksanaan abortus inkomplit?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan abortus inkomplit.
2. Untuk mengetahui epidemiologi abortus inkomplit.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya abortus inkomplit.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya abortus
inkomplit.
5. Untuk mengetahui gambaran klinis dari abortus inkomplit.
6. Untuk mengetahui diagnosis abortus inkomplit.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap abortus inkomplit.
C. Manfaat
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan abortus inkomplit.
2. Mengetahui epidemiologi abortus inkomplit.
3. Mengetahui penyebab terjadinya abortus inkomplit.
4. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya abortus inkomplit.
5. Mengetahui gambaran klinis dari abortus inkomplit.
6. Mengetahui diagnosis abortus inkomplit.
7. Mengetahui penatalaksanaan terhadap abortus inkomplit.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapathidup
di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gr atau usiakehamilan kurang
dari 20 minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortusspontan dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus
insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed
abortion, dan abortus habitualis (recurrentabortion), abortus servikalis, abortus
infeksiosus, dan abortus septik (Maryam,2019)
Adapun abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 grdan
masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. Pada abortus inkomplit
inididapatkan kanalis servikalis yang membuka. (Cunningham, et al., 2014)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2008).
Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus (Nugroho,
2011).
C. FATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan 9 isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian
plasenta. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (blighted ovum), mugkin pula janin telah mati lama (mised
abortion) ( Prawirohardjo, 2006).
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainanyang
timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang berkaitan
dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri.Miomektomi sering
mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapatmengalami ruptur pada
kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan. Perlekatan intrauteri
(sinekia atau sindrom Ashennan) palingsering terjadi akibat tindakan kuretase
pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula
akibat komplikasi postpartum.Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi
endometrium yang sangat luas.Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan
amenore dan abortus habitualisyang diyakini terjadi akibat endometrium yang
kurang memadai untukmendukung implatansi hasil pembuahan. (Maryam,
2019)
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks
untukmempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun
struktur pada serviks. Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan abortus
padatrimester kedua dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini juga
dapatmenyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan kehamilan
dariflora bakteri vagina dan kebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan
barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.
(Maryam, 2019)
4. Kelainan endokrina.
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan
suatukeadaan dimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga
produksi progesteron tidak cukup dan mengakibatkan kurang
berkembangnyadinding endometrium. (Maryam, 2019)
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memilikifaktor
autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus,antibodi
antikardiolipin. Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai70%. Selain
itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui HLA.Bila kadar atau reseptor
leptin menurun, terjadi aktivasi sitrokin proinflamasi,dan terjadi peningkatan
risiko abortus. Mekanismenya berhubungan dengantimbal balik aktif reseptor
di vili dan ekstravili tropoblas. (Maryam, 2019)
6. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia,tetapi
hal ini tidak umum terjadi. Organisme sepert Treponema pallidum,Chlamydia
trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina ,virus herpes
simpleks, sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai
penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapatmenyebabkan abortus.
Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasmaurealyticum dari 4 traktus
genetalia sebagaian wanita yang mengalamiabortus telah menghasilkan
hipotesis yang menyatakan bahwa infeksimikoplasma yang menyangkut
traktus genetalia dapat menyebabkanabortus. Dari kedua organisme tersebut,
Ureaplasma Urealyticum
merupakan penyebab utama. (Maryam, 2019)
7. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkankeadaan
ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan
abortus. Hipertensi jarang disertai dengan abortus padakehamilan sebelum 20
minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkankematian janin dan persalinan
prematur. Pada saat ini, hanya malnutrisiumum sangat berat yang paling besar
kemungkinanya menjadi predisposisimeningkatnya kemungkinan abortus.
(Maryam, 2019)
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi
banyakkasus yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang
paling banyak adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini
akanmenyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture
uteri,trauma janin langsung. (Maryam, 2019)
A. Kesimpulan
Abortus inkomplit merupakan salah satu hal yang menjadi penyumbang
terbesar dalam angka kematian ibu. Terdapat berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya abortus inkomplit ini seperti faktor fetal dan
faktormaternal. Penanganan yang cepat dan tepat diperlukan dalam menangani
kasus abortus inkomplit karena merupakan kegawatdaruratan yang dapat
mengancam nyawa ibu seperti mengakibatkan komplikasi yaitu syok hipovolemik
dan perdarahan terus menerus. Oleh karena itu pelayan kesehatan sudah
seharusnya menerapkan cara-cara yang tepat dan cepat dalam menangani kasus
abortus inkomplit sehingga tidak menambah angka kematian ibu.
B. Saran
Sebagai petugas kesehatan kita harus melakukan asuhan kebidanansecara teliti
dan cermat agar masalah kebidanan yang timbul dapat diatasisesuai dengan hak
dan kewenangan masing-masing petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. (2019). Faktor Penyebab Abortus di Indonesia Tahun 2010-2019 : Studi Meta
Analisis, 182–191
Aminin, F., Wulandari, A., & Pratidina, R. lestari. (2014). Pengaruh kekurangan energi kronis
(kek) dengan kejadian anemia pada ibu hamil, 167–172.
Andriza, 2013. Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus Inkomplit di
Rumah Sakit Muhammadiyah. Palembang. Jurnal Harapan Bangsa 1(1) : 81-84
Arif, K. (2015). Analisis Faktor Ibu Sebagai Prediktor Kejadian Abortus Inkomplit, 500
Arikonto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aspiani. R.Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi Nanda, NIC, dan
NOC. Jakarta : TIM