Anda di halaman 1dari 15

LOGBOOK

PRAKTIKUM BIOLOGI HEWAN TERNAK


BA3102

ALFI SYAHRUL MIFTAHUL HUDA


11420020
KELOMPOK 6
Nama Asisten : Haikal Ghiffary Tanggal Praktikum : 31 Oktober 2022
NIM Asisten : 11419050 Praktikum ke : 8 (Delapan)

MODUL IX
EFEK KONDISI LINGKUNGAN TERHADAP FISIOLOGI: RESPIRASI

I. Tujuan
1. Menentukan konsep dasar proses respirasi.
2. Menentukan pengaruh respon sistem respirasi pada perubahan kondisi
lingkungan.
3. Menentukan analisis data hasil praktikum menggunakan pendekatan fisiologis
dan rekayasa.

II. Alat dan Bahan


Berikut alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini:
Alat Bahan
Batang pengaduk Detergen bubuk
Counter digital Es
Erlenmeyer atau gelas kimia ukuran 2 L Ikan mas (Cyprinus carpio)
Gelas plastik
Jas Lab
Masker
Sarung tangan
Stop watch
Termometer suhu
Timbangan
Waterbath
III. Cara Kerja dan Hasil Pengamatan
Berikut adalah cara kerja yang digunakan pada praktikum ini:
Cara Kerja
A. Pengaruh Suhu
a. Suhu Normal
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
- Gelas ukur diisi dengan air sebanyak 250 ml
- Diukur suhu awal dengan termometer
- Dimasukkan satu anak ikan mas ke dalam gelas plastik
- Diamati perilaku berenang dan dibuka tutup operculum selama 1 menit
Hasil Pengamatan Ikan Mas

b. Suhu Panas
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
- Gelas ukur diisi dengan air panas sebanyak 250 ml
- Diukur suhu awal dengan termometer
- Dimasukkan satu anak ikan mas ke dalam gelas plastik
- Diamati perilaku berenang dan dibuka tutup operculum selama 1 menit
Hasil Pengamatan Ikan Mas

c. Suhu Normal
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
- Gelas ukur diisi dengan air es sebanyak 250 ml
- Diukur suhu awal dengan termometer
- Dimasukkan satu anak ikan mas ke dalam gelas plastik
- Diamati perilaku berenang dan dibuka tutup operculum selama 1 menit
Hasil Pengamatan Ikan Mas

B. Pengaruh Senyawa Kimia (Detergen)


Ikan Mas (Cyprinus carpio)
- Diisi 250 ml air ke dalam 3 gelas plastik
- Diisi perlakuan pemberian detergen lalu diaduk dengan P1 = 0 gram, P2
= 1 gram, dan P3= 3 gram
- Dimasukkan satu ikan mas ke dalam gelas plastik
- Diamati perilaku berenang dan dibuka tutup operculum selama 1 menit
- Dikumpulkan data dari kelompok lain
- Ditentukan rata-rata laju respirasi untuk setiap konsentrasi detergen
- Dibuat grafik untuk memvisualisasikan data
Hasil Pengamatan Ikan Mas
Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Laju Respirasi pada Suhu Panas


Suhu Awal Waktu
Jumlah buka tutup Laju Respirasi
Kelompok Kondisi Panas Pengamatan
operkulum (kali) (kali/menit)
(oC) (menit)
1 36 193 1 193
2 36 128 1 128
3 35 238 1 238
4 36 190 1 190
5 37 186 1 186
6 37 37 1 37
7 37 25 1 25
8 36 181 1 181
Rata-Rata 36,25 147,25 1 147,25

Tabel 2. Hasil Pengamatan Laju Respirasi pada Suhu Dingin


Suhu Awal Waktu
Jumlah buka tutup Laju Respirasi
Kelompok Kondisi Dingin Pengamatan
operkulum (kali) (kali/menit)
(oC) (menit)
1 15 71 1 71
2 12 37 1 37
3 10 96 1 96
4 14 85 1 85
5 7 59 1 59
6 8 25 1 25
7 4 99 1 99
8 6,5 45 1 45
Rata-Rata 9,5625 64,625 1 64,625

Tabel 3. Hasil Pengamatan Laju Respirasi pada Suhu Normal


Suhu Awal Waktu
Jumlah buka tutup Laju Respirasi
Kelompok Kondisi Normal Pengamatan
operkulum (kali) (kali/menit)
(oC) (menit)
1 28 173 1 173
2 30 153 1 153
3 29 100 1 100
4 28 161 1 161
5 26 130 1 130
6 25 105 1 105
7 27 136 1 136
8 27 184 1 184
Rata-Rata 27,5 142,75 1 142,75
Tabel 4. Hasil Pengamatan Laju Respirasi pada Pemberian Detergen 0 gram
Waktu
Perlakuan 1 Jumlah buka tutup Laju Respirasi
Kelompok Pengamatan
(0 gram) operkulum (kali) (kali/menit)
(menit)
1 0 181 1 181
2 0 153 1 153
3 0 90 1 90
4 0 177 1 177
5 0 137 1 137
6 0 128 1 128
7 0 132 1 132
8 0 131 1 131
Rata-Rata 0 141,125 1 141,125

Tabel 5. Hasil Pengamatan Laju Respirasi pada Pemberian Detergen 1 gram


Waktu
Perlakuan 2 Jumlah buka tutup Laju Respirasi
Kelompok Pengamatan
(1 gram) operkulum (kali) (kali/menit)
(menit)
1 1 97 1 97
2 1 96 1 96
3 1 98 1 98
4 1 103 1 103
5 1 47 1 47
6 1 64 1 64
7 1 97 1 97
8 1 73 1 73
Rata-Rata 1 84,375 1 84,375

Tabel 6. Hasil Pengamatan Laju Respirasi pada Pemberian Detergen 3 gram


Waktu
Perlakuan 3 Jumlah buka tutup Laju Respirasi
Kelompok Pengamatan
(3 gram) operkulum (kali) (kali/menit)
(menit)
1 3 72 1 72
2 3 62 1 62
3 3 110 1 110
4 3 60 1 60
5 3 43 1 43
6 3 47 1 47
7 3 46 1 46
8 3 67 1 67
Rata-Rata 3 63,375 1 63,375
(a) (b) (c)
Gambar 1. Dokumentasi Pengamatan Suhu Normal (a), Suhu Tinggi (b), dan Suhu Rendah (c) Sebelum
Perlakuan
(Sumber: Dokumentasi kelompok 6, 2022)

(a) (b) (c)


Gambar 2. Dokumentasi Pengamatan Suhu Normal (a), Suhu Tinggi (b), dan Suhu Rendah (c) Setelah
Perlakuan
(Sumber: Dokumentasi kelompok 6, 2022)

(a) (b) (c)


Gambar 3. Dokumenatsi Pengamatan Pemberian Detergen 0 gram (a), 1 gram (b), dan 3 gram (c)
Sebelum Perlakuan
(Sumber: Dokumentasi kelompok 6, 2022)

(a) (b) (c)


Gambar 4. Dokumenatsi Pengamatan Pemberian Detergen 0 gram (a), 1 gram (b), dan 3 gra (c) Setelah
Perlakuan
(Sumber: Dokumentasi kelompok 6, 2022)

Gambar 5. Grafik Rata-Rata Laju Respirasi berdasarkan Suhu Panas, Dingin, dan Normal
(Sumber: Praktikan BHT, 2022)

Gambar 6. Grafik Rata- Rata Laju Respirasi pada Pemebrian Detergen 0,1, 3 gram
(Sumber: Praktikan BHT, 2022)
IV. Perhitungan
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑐𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑘𝑎𝑙𝑖)
Laju Respirasi = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

A. Pengaruh Suhu
1. Suhu Normal
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑐𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑘𝑎𝑙𝑖) 105 kali
Laju Respirasi = =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Menit
0
2. Suhu Tinggi (37 C)
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑐𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑘𝑎𝑙𝑖) 37 kali
Laju Respirasi = =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Menit
0
3. Suhu Rendah (8 C)
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑐𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑘𝑎𝑙𝑖) 35 kali
Laju Respirasi = =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Menit
B. Pengaruh Detergen
1. 0 gram
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑐𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑘𝑎𝑙𝑖) 105 kali
Laju Respirasi = =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Menit
2. 1 gram
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑐𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑘𝑎𝑙𝑖) 64 kali
Laju Respirasi = =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Menit
3. 3 gram
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑐𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑘𝑎𝑙𝑖) 47 kali
Laju Respirasi = =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) Menit
V. Pembahasan
Ikan mas bernafas menggunakan insang yang letaknya disisi kanan dan kiri,
tertutup penutup insang (operculum). Air yang masuk melalui insang membawa oksigen
(O2). Kemudian O2 diikat oleh selaput tipis di insang sedangkan CO2 dikeluarkan
melewati insang pula. Mekanisme pernapasan ikan mas melalui dua tahap yaitu fase
inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke dalam jaringan-jaringan. Pada fase ekspirasi
CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang lalu diekskresikan
keluar tubuh (Maya & Nur, 2021). Menurut Gunadi & Sudenda (2008) terdapat
beberapa parameter kualitas air yang mempengarui respirasi dan hidup ikan mas
diantaranya adalah suhu, kedalaman. pH, Dissolved, dan kadar amonia. Suhu yang ideal
untuk tempat hidup ikan mas adalah terletak pada kisaran antara 20-25 °C, dan
pertumbuhan akan menurun apabila suhu rendah di bawah 13°C. Pertumbuhan akan
menurun dengan cepat dan akan berhenti makan pada suhu di bawah 5°C. Kisaran pH
yang cocok untuk kehidupan ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah berkisaran antara pH
6-9. Oksigen terlarut- (DO) yang optimal untuk kelangsungan hidup ikan mas
berkisaran antara 3,40 -5,19 Mg/ L, sedangkan DO yang kisaran antara 3 Mg/ L atau 4
mg dalam jangka waktu yang lama, maka akan menghentikan makan dan pertumbuhan,
dan dapak mematikan ikan mas itu sendiri. Amonia mempengaruhi pertumbuhan karena
mereduksi masuknya oksigen yang disebabkan oleh rusaknya insang, mengganggu
osmoregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan. Kisaran terhadap
amonia tak terionisasi yang masih diperbolehkan dalam usaha budidaya adalah 0,02
mg/L.
Faktor yang mempengaruhi laju resprasi diantaranya adalah suhu air, kandungan
oksigen di dalam air, pH, Kandungan DO, salinitas, dan kandungan amoniak. Suhu
merupakan faktor penting dalam proses metabolisme dan kelarutan oksigen. Suhu
berpengaruh terhadap laju metabolisme ikan mas. Derajat keasaman (pH)
mempengaruhi daya produktivitas suatu perairan. Air yang bersifat basa dan netral
cenderung lebih produktif dibandingkan dengan air yang bersifat asam. Oksigen terlarut
di butuhkan ikan mas untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Oksigen
juga di butuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Amonia mempengaruhi laju respirasi karena mereduksi masuknya oksigen
yang disebapkan oleh rusaknya insang, mengganggu osmoregulasi dan mengakibatkan
kerusakan fisik pada jaringan (Alam, et al., 2020).
Suhu yang ideal untuk tempat hidup ikan mas adalah terletak pada kisaran antara
20-25 °C, dan pertumbuhan akan menurun apabila suhu rendah di bawah 13°C.
Pertumbuhan akan menurun dengan cepat dan akan berhenti makan pada suhu di bawah
5°C (Maya & Nur, 2021). Suhu merupakan faktor penting dalam proses metabolisme
dan kelarutan oksigen. Suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme ikan mas dan
mempengaruhi kadar oksigen terlarut di dalam air (Alam, et al., 2020). Suhu
lingkungan yang rendah menyebabkan degenerasi sel darah merah sehingga proses
respirasi terganggu, laju metabolisme turun, ikan menjadi pasif dan tidak mau berenang
(Sihombing, 2018). Berdasarkan model Arrhenius dalam Imamah et al (2016) Laju
respirasi adalah peubah tak bebas, sedangkan peubah bebasnya adalah suhu. Semakin
tinggi suhu, maka akan semakin tinggi pula laju reaksi, dengan kata lain semakin tinggi
suhu (T) maka akan semakin tinggi pula nilai laju respirasi (Ri). Hubungan ini
berdasarkan pada teori aktivasi, bahwa suatu reaksi perubahan akan mulai berlangsung
jika diberikan sejumlah energi minimum yang disebut sebagai energi aktivasi (Ea).
Selain itu, senyawa kimia detergen yang terlarut juga mempengaruhi laju respirasi ikan.
Detergen yang masuk ke badan air tempat habitat dari ikan mas dapat mempengaruhi
metabolisme dari ikan mas yang pada akhirnya dapat menyebabkan ikan mengalami
stress dan pada akhirnya mati. Apabila pada perairan terdapat detergen dengan kadar
yang cukup tinggi maka kadar oksigen terlarut cepat sekali mengalami pengurangan.
Karena kadar perairan dengan kadar oksigen terlarut yang sangat rendah maka akan
berbahaya bagi ikan mas. Selain itu, ikan mas yang terpapar detergen akan mengalami
gangguan pada organnya, terutama insang. Insang akan membengkak, berdarah dan
mengeluarkan lendir. Sehingga pada akhirnya ikan mati. Penyebab ikan membengkak,
berdarah lalu mengeluarkan lendir adalah difusi. Difusi adalah perpindahan zat dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan detergen lebih tinggi dari
sitoplasma sehingga partikel detergen berdifusi dari larutan ke sel-sel pada insang ikan
dan insang pun akhirnya membengkak, kemudian mengalami plasmolisis (pecahnya sel)
sehingga ikan akan mengeluarkan lendir. Setelah itu ikan akan kehilangan organ untuk
bernafas pada akhirnya ikan lemas dan mati (Inayah, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan, perbedaan suhu mempengaruhi
laju respirasi ikan. Pada gambar 5, diketahui bahwa urutan rata-rata laju respirasi ikan
dari terendah hingga tertinggi secara berturut-turut teramati pada perlakuan suhu rendah
sebesar 64,63 kali/menit, suhu normal sebesar 142,75 kali/menit, dan suhu tinggi
sebesar 147,25 kali/menit. Pada suhu panas ikan mas menjadi panik, berdarah dan
operkulum buka tutup secara cepat kemudian insang berhenti bekerja. Pada suhu dingin
pergerakan insang ikan cepat, lalu melambat. Perilaku renang lambat, lemas, dan
mengeluarkan lendir kemudian mati tenggelam. Pada suhu normal ikan bergerak seperti
biasa. Suhu merupakan faktor penting dalam proses metabolisme dan kelarutan oksigen.
Suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme ikan mas dan mempengaruhi kadar
oksigen terlarut di dalam air (Alam, et al., 2020). Suhu lingkungan yang rendah
menyebabkan degenerasi sel darah merah sehingga proses respirasi terganggu, laju
metabolisme turun, ikan menjadi pasif dan tidak mau berenang (Sihombing, 2018).
Suhu yang ideal untuk tempat hidup ikan mas adalah terletak pada kisaran antara 20-25
°C, dan pertumbuhan akan menurun apabila suhu rendah di bawah 13°C. Pertumbuhan
akan menurun dengan cepat dan akan berhenti makan pada suhu di bawah 5°C (Maya &
Nur, 2021). Suhu lingkungan yang tinggi akan mengakibatkan kelarutan oksigen
menjadi berkurang. Suhu mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen dalam
air. Semakin panas air maka oksigen yang terlarut di dalam air lebih rendah, maka
gerakan operkulum semakin cepat dan tingkah laku ikan semakin aktif. Selain itu, suhu
yang terlalu tinggi dapat merusak insang sehingga mengalami pecah pembuluh darah
(Alam, et al., 2020).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, penambahan detergen
mengakibatkan laju respirasi menurun. Berdasarkan gambar 6, diketahui bahwa rata-
rata laju respirasi ikan mas pada perlakuan 0 gram sebesar 141,13 kali/menit, perlakuan
1 gram sebesar 84,38 kali/menit, dan pada perlakuan detergen 3 gram sebesar 63,38
kali/menit. Pada perlakuan 0 gram, ikan berenang seperti biasa dan perilaku tidak ada
yang aneh. Pada perlakuan 1 gram, saat dimasukan gerakan ikan menjadi cepat dan
panik kemudian operkulum berhenti, dan ikan sedikit berlendir. Pada perlakuan 3 gram,
ikan mengeluarakan darah dan berhenti bergerak sementara pada detik 10 kemudian
diakhir ikan mati. Detergen yang masuk ke badan air tempat habitat dari ikan mas dapat
mempengaruhi metabolisme dari ikan mas yang pada akhirnya dapat menyebabkan ikan
mengalami stress dan pada akhirnya mati. Apabila pada perairan terdapat detergen
dengan kadar yang cukup tinggi maka kadar oksigen terlarut cepat sekali mengalami
pengurangan. Karena kadar perairan dengan kadar oksigen terlarut yang sangat rendah
maka akan berbahaya bagi ikan mas. Selain itu, ikan mas yang terpapar detergen akan
mengalami gangguan pada organnya, terutama insang. Insang akan membengkak,
berdarah dan mengeluarkan lendir. Sehingga pada akhirnya ikan mati. Penyebab ikan
membengkak, berdarah lalu mengeluarkan lendir adalah difusi. Difusi adalah
perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan
detergen lebih tinggi dari sitoplasma sehingga partikel detergen berdifusi dari larutan ke
sel-sel pada insang ikan dan insang pun akhirnya membengkak, kemudian mengalami
plasmolisis (pecahnya sel) sehingga ikan akan mengeluarkan lendir. Setelah itu ikan
akan kehilangan organ untuk bernafas pada akhirnya ikan lemas dan mati (Inayah,
2017).
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya polusi detergen
yang masuk kedalam lingkungan perairan adalah dengan menggunakan sistem upflow
anaerobic filter dengan aklimatisasi lumpur aktif. Proses pengolahan limbah deterjen
dilakukan dengan cara melakukan preparasi terhadap air limbah dengan
mengkondisikan pH menjadi 7, kemudian dimasukkan ke dalam bak anaerob dan
ditutup rapat. Pada bak upflow anaerobic filter dilakukan proses inokulasi dengan cara
memasukkan air limbah yang mengandung deterjen dan lumpur aktif dengan
perbandingan 1:1 dan dibiarkan selama 6 hari. Perkembangan mikroorganisme
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
meliputi cahaya, tempertur, tekanan, dan turbiditas. Faktor biotik meliputi kompetisi
nutrient, vitamin dan antibiotik serta keberadaan mikroorganisme lainnya. Media yang
digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme pada bak upflow anaerobic filter adalah
batu kerikil yang berfungsi sebagai penyaring (filter). Untuk memperoleh hasil yang
maksimal dengan mempertimbangkan sifat mikroorganisme perlu diperhatikan kondisi
agar mikroorgansime dapat berkembang dengan baik sesuai dengan lingkungannya.
Untuk keberhasilan proses aklimatisasi maka faktor penting yang harus dijaga adalah
suhu yang berkisar antara 37oC – 40oC, karena pada suhu tersebut bakteri mampu hidup
dan berkembang biak untuk beradaptasi di dalam reaktor. Keberhasilan proses
aklimatisasi ditandai dengan adanya gas yang berupa uap dalam bak dan kemudian
bakteri siap digunakan sebagai media pencerna pada proses anaerob. Setelah proses
aklimatisasi, kemudian air limbah dalam bak anaerob dialirkan ke dalam bak upflow
anaerobic filter melalui dasar bak dan melewati lapisan agregat (saringan batu kerikil)
mengalir keatas dan keluarkan melalui saluran pada bagian atas bak (Lusiana, 2011).
VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Mekanisme pernapasan ikan mas (Cyprinus carpio) melalui dua tahap yaitu fase
inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi O2 dari air masuk ke dalam insang
kemudian diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke dalam jaringan-jaringan.
Pada fase ekspirasi CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke
insang lalu diekskresikan keluar tubuh.
2. Rata-rata laju respirasi ikan mas (Cyprinus carpio) dari terendah hingga tertinggi
secara berturut-turut teramati pada perlakuan suhu rendah sebesar 64,63
kali/menit, suhu normal sebesar 142,75 kali/menit, dan suhu tinggi sebesar
147,25 kali/menit.
3. Rata-rata laju respirasi ikan mas (Cyprinus carpio) pada air dengan konsentrasi
detergen 0 gram yaitu 141,125 kali/menit. Terjadi penurunan laju respirasi pada
air dengan konsentrasi 1 dan 3 gram berturut-turut yaitu 84,375 kali/menit dan
63,375 kali/ menit.
VII. Daftar Pustaka
Alam, S., Malik, A, A., & Khairudin. (2020). Laju respirasi, pertumbuhan, dan sintasan
benih ikan mas (Cyprinus carpio) dikultur pada berbagai salinitas. Journal of
Aquaculture and Fish Health, 9(2), 173-182.
Gunadi, B., & Sudenda, D. (2008). Budi Daya Ikan Mas secara Intensif. AgroMedia.
Imamah, N., Hasbullah, R., & Nugroho, L. P. E. (2016). Model arrhenius untuk
pendugaan laju respirasi brokoli terolah minimal. Jurnal Keteknikan
Pertanian, 4(1), 25-30.
Inayah, I. (2017). Pengaruh detergen terhadap respon fisiologi, laju pertumbuhan dan
tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila pada skala laboratorium. Jurnal
Kemaritiman dan Sumber Daya Pulau-Pulau Kecil, 1(1), 44-50.
Lusiana, U. (2011). Efisiensi Pengolahan Air Limbah Detergen menggunakan Sistem
Upflow Anaerobic Filter dengan Aklimatisasi Lumpur Aktif. Biopropal
Ind, 2(1), 13-19.
Maya, S., & Nur, R. A. (2021). Zoologi Vertebrata. Penerbit Widina
Sihombing, P.C. (2018). Pengaruh perbedaan suhu air terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus). [Skripsi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara].
LAMPIRAN

Gambar 7. Pendarahan Operkulum Ikan Mas (Cyprinus caprio) pada Suhu Tinggi (37°C)
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 6, 2022)

Gambar 8. Selaput Lendir pada Ikan Mas (Cyprinus caprio) Perlakuan Detergen 1 gram
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 6, 2022)

Gambar 9. Selaput Lendir dan Pendarahan Operkulum Ikan Mas (Cyprinus caprio) Perlakuan
Detergen 3 gram
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 6, 2022)

Anda mungkin juga menyukai