Anda di halaman 1dari 2

 Bagaimana bentuk supervisi di Bungus?

Pengawasan terhadap program vaksin : KAPUS, dibawah KAPUS adalah kepala tata
usaha, dibawah KTU Koordinator wilayah dan coordinator di wilayah setempat itu.
Satu kecamatan satu puskesmas. Sehingga bungus hanya 1 supervisi.
(-) kewalahan
(-) kurang SDM

 Apa saja kegiatan dalam supervisi?

 Siapa sasaran dalam supervisi di Puskesmas? Mana yang paling baik dan mana
yang perlu ditingkatkan?
 Berapa kali idealnya frekuensi supervisi dalam puskesmas?
Supervisi Dinkes dari kota Padang, sudah setahun tidak ada pengawasan dari Dinkes
dari imun

 Adakah Supervisi ke setiap Pustu?


Sebelum covid, setiap bulan kunjungan ke Pustu.
Disiplinan, obat, cakupan pustu ada, vaksinasi.

 Supervisi dari Dinas Kesehatan terhadap Puskesmas bagaimana?


Supervisi Dinkes dari kota Padang, sudah setahun tidak ada pengawasan dari Dinkes
dari imun
(+) manajemen SDM, tidak 100% terolah baik, namun jika attitude nya baik maka
Perencanaan supervisi subdin maupun dinas belum dibuat secara rinci karena laporan
kegiatan supervisi belum dibuat berdasarkan identifikasi masalah, sasaran dan target.
Metode supervisi apa yang digunakan? Ceklis kah?
Kenapa supervisi belum dilaksanakan dengan baik? Karena kurangnya dana, sarana,
tidak terjadwal, tidak ada pelatihan bagi supervisor, tidak ada pemecahan masalah.
Pemanfaatan data supervisi untuk perencanaan, penggorganisasian, koordinasi,
metode, umpan balik, laporan hasil, rencana tindak lanjut dilakukan hanya untuk
memenuhi kepentingan supervisor Dinas Kesehatan.

 Bagaimana bentuk delegasi wewenang di Bungus?


Jika Kapus dan KTU tidak ada, maka akan dilimpahkan ke dokter/dokter gigi yang
jaga.

 Kapan delegasi dilakukan dan tidak dilakukan?

 Contoh delegasi wewenang di puskesmas? Dokter ke perawat? Apakah secara


tertulis?
Misalkan rapat IDI,
 Adakah checklist daftar tilik pendelegasian wewenang?
 Apa hambatan dalam pendelegasian di Bungus?
Institusi dari perawat dan bidan  sifat arogan organisasi.
Cara menyelesaikan masalah: pendekatan komunikasi ke staff.
Pemimpin harus mengarahkan ke teamnya.

 Apakah kepala puskesmas bisa mendelegasikan wewenang untuk tenaga khusus


yang tidak memiliki kompetensi?
 Bisa gak delegasi ke yg d tidak berkompeten kalau emergensi?
Bisa, dengan pembinaan dan diarahkan oleh pemimpin.
 Delegasi tindakan medik itu hanya dibolehkan jika dokter tersebut sudah sangat yakin
bahwa perawat yang menerima delegasi itu sudah mampu melaksanakan dengan baik
 Pendelegasian itu harus dilakukan secara tertulis termasuk instruksi yang jelas tentang
pelaksanaannya, bagaimana harus bertindak jika timbul komplikasi dan sebagainya.

Kelemahan Bungus:
a. Tidak ada yang standby, hanya on call
b. Jika ada kegiatan mendadak, tidak ada ditempat – solusinya harusnya mendapat
pengganti. SDM kurang. Pelayanan tidak maksimal.
c. Tumpang tindih kegiatan disaat itu.

Jika emergency, surat pendelegasiannya menyusul.


Tanpa surat permenkes, pendelegasian dokter ke perawat atau bidan tidak perlu
surat tertulis.

Anda mungkin juga menyukai