Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam (Pengorbanan Ismail)
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim Alaihissalam menempatkan Ismail dan ibunya,
terpisah dengan bunda Sarah. Suatu hari Nabi Ibrahim menyuruh Bunda Hajar untuk berkemas kemas. Mereka akan mengadakan perjalanan jauh. Ismail yang masih menyusu pada ibunya tentu di bawa pula. Mereka melintasi rute yang panjang. Akhirnya sampailah ke suatu tempat yang sangat gersang. Tidak ada pohon pohon dan tempat bernaung. Udaranya pun panas. Yang ada hanyalah hamparan pasir dan bukit bukit berbatu. Nabi ibrahim turun dari kendaraannya kemudian menurunkan istri dan anaknya tanpa berkata apa apa. Beberapa saat kemudian beliau beranjak dan pergi meninggalkan keluarganya. Ibunda hajar yang melihat keanehan ini segera berteriak memanggil Ibrahim: “Hendak kemana suamiku, kenapa kau biarkan kami sendirian di sini ?” Nabi ibrahim tidak menjawab, hanya menunduk dan terus berjalan. “Ibrahim, Apakah ini perintah Allah?” “Iya” “ Kalau begitu aku yakin Allah tidak akan membiarkan kami” Ibunda hajar begitu sabar dan ridho pada keputusan Allah. Nabi ibrahim sebenarnya tidak tega meninggalkan keluarganya di tempat terpencil dan gersang itu. Tetapi keyakinan akan kebenaran Allah dan kemurahan Allah menjadikan beliau mematuhi perintah yang sulit ini. Dengan berlinang air mata beliau berdoa sebelum kembali ke Palestina. “Tuhanku Aku telah menempatkan keluarga aku di tempat gersang ini, di dekat rumahmu Kakbah. Mudah-mudahan mereka menegakkan salat dan jadikanlah hati manusia senang kepada mereka, dan berikanlah mereka rizki buah buahan supaya mereka bersyukur” Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, sekitar Ka'bah sudah menjadi tempat yang ramai berkat munculnya sumber air zamzam. Banyak orang bermukim di sana. Ibunda Hajar dan Ismail sangat dihormati oleh penduduk karena mereka dianggap pemilik sumber air itu. Ismail tumbuh menjadi anak yang tampan santun dan sabar. Suatu ketika Nabi Ibrahim mengunjungi keluarganya di mekah. Setelah beberapa lama tinggal di sana, suatu malam beliau bermimpi menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim termangu-mangu memikirkan mimpinya, apakah itu wahyu dari Allah atau godaan syetan. Dua malam berikutnya mimpi yang sama terulang. Pagi harinya setelah mimpi yang ketiga, beliau yakin ini perintah Allah yang harus dilaksanakan walaupun terasa sangat berat di hati. Nabi Ibrahim bermusyawarah dengan keluarganya tentang mimpi itu” “Anakku aku melihat dalam mimpi aku menyembelihmu pikirkan apa pendapatmu?” Ismail sangat memahami bahwa ayahnya adalah Nabi Allah. Mimpi para nabi adalah wahyu Ilahi. Dengan mantap dia menjawab: “Ayah laksanakan perintah Allah. Insya Allah aku akan sabar menerimanya” Berambah rasa syukur Nabi Ibrahim, bertambahlah kecintaan kepada anaknya. Bertambah mantap pula hati beliau melaksanakan perintah yang sulit itu. Berangkatlah Nabi Ibrahim dan Ismail menuju Mina tempat penyembelihan. Sepanjang jalan iblis menggoda mereka agar mengurungkan niat pengorbanan ismail. “Ibrahim dasar ayah tidak punya perasaan anak sendiri mau disembelih?! Ingat kau berdoa puluhan tahun meminta anak, Allah sudah memberimu anak yang sholeh, sekarang kau mau sembelih..hah?!” Nabi ibrahim mengambil kerikil kerikil dan melempari iblis Beliau tidak bergeming dengan godaan godaan itu. Hatinya dipenuhi keyakinan yang mantap kepada Allah begitu pula ismail Sampai di tempat penyembelihan nabi ibrahim membaringkan Ismail, bersiap mengayunkan golok ke leher anaknya. Lalu allah berfirman “Hai Ibrahim, engkau telah mentaati perintahku. Ini adalah perintah yang sulit. Aku memberi balasan orang-orang yang berbuat baik.” Allah mengganti Ismail dengan seekor domba yang besar. Itulah yang disembelih sebagai qurban, sedangkan Ismail tidak jadi disembelih. Peristiwa ketika Bunda Hajar ditinggal sendirian bersama ismail ketika masihh bayi dan pengorbanan Ismail diabadikan dalam rangkaian ibadah haji. Peristiwa penting lain antara Nabi ibrahim dan Nabi Ismail adalah ketika Allah memerintahkan mereka meninggikan bangunan Kakbah. Pondasi kakbah sudah ada sebelum masa Nabi Ibrahim. Beliau dan Ismail hanya meninggikan temboknya. Kakbah itu kenudian menjadi pusat ibadah sholat dan haji. Ketika tembok sudah tinggi, Nabi Ibrahim kesulitan membuatnya lebih tinggi lagi. Nabi Ibrahim menjadikan sebuah batu sebgai pijakan kakiknya. Pada batu tersebut ada bekas tapak kaki Ibrahim, akhirnya dinamakan Maqam Ibrahim. Ketika kakbah sudah jadi, Nabi Ibrahim berdoa untuk beliau, untuk Ismail dan anak keturunan Ibrahim. Beliau berdoa agar kelak diangkat Rasul dari anak keturunan mereka. Diangkatnya Rasul Muhammad SAW dari keturunan mereka merupakan jawaban dari doa Nabi Ibrahim. Nabi Muhammad adalah keturunan Nabi Ismail. Suatu ketika Nabi ibrahim sedang di Palestina bersama bunda Sarah. Datanglah tamu asing 3 orang laki-laki tampan. Nabi Ibrahim meminta tolong Bunda Sarah untuk memasak sapi panggang untuk menghormati tamu. Setelah hidangan tersaji, nabi Ibrahim mempersilahkan tamu-tamunya makan. Akan tetapi para tamu itu sama sekali tidak menyentuh hidangan makanan itu. Timbul rasa takut pada Nabi Ibrahim. Tamu itu berkata: “Jangan takut, kami adalah malaikat utusan Allah. Kami tidak makan dan tidak minum. Kam membawa berita gembira, bahwa Allah akan mengaruniai kalian seorang anak yang sangat cerdas, yang mempunyai pengetahuan sangat dalam”. Mendengar kabar gembira dari malaikat, Ibunda Sarah memeikik kegirangan: “Haah benarkah? Padahal aku adalah seorang perempuan tua yang mandul.” “Adakah tugas kalian yang lain, wahai malaikat?” “Sebenarnya kami diutus untuk memberi siksa kepada Penduduk Sadum, karena mereka keterlaluan.” “Tapi di sana ada Luth dan orang-orang beriman” “siksa ini hanya untuk orang-orang yang durhaka. Luth, kelaurga dan pengikutnya akan selamat. Kecuali seorang istrinya yang jahat. Dia turut binasa.” Nabi Ibrahim dikaruniai keturunan di masa tuanya. Beliau diberikan umur panjang. Dari keturunan Ismail kelak akan lahir Nabi Muhammad. Sedangkan dari keturunan Nabi Ishak akan lahir Nabi dari keturunan Bani Israil. Semua nabi yang ada dalam Al-Qur’an setetlah nabi Ibrahim adalah keturunan beliau. Maka Nabi Ibrahim disebut sebagai Bapak para Nabi. Nabi Ibrahim juga disebut sebagai bapak Tauhid, karena yang pertama mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam. Para nabi sebelumnya hanya mengajarkan tuhan suatu kaum. Nabi Ibrahim diberi gelar khalilullah artinya kekasih Allah.