Anda di halaman 1dari 88

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny.

T
DENGAN GOUT ARTHRITIS PADA Ny. T (GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL) DI RT 006/ RW 003 DESA JAYI KECAMATAN SUKAHAJI
WILAYAH KERJA UNIT PELAYANAN TINGKAT DAERAH PUSKESMAS
SALAGEDANG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2023

Untuk Memenuhi Tugas PBL 3 Keperawatam keluarga dan


Gerontik Dosen Pengampu : Ibu Tresna Komalasari,
S.kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh :
Dede Hilmi
20142011016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
Tahun Ajaran 2022/2023
BAB I

TINJAUAN TEORI

1. KONSEP KELUARGA

A. Pengertian Keluarga

Keluarga menurut UU No. 52 Tahun 2009 adalah unit terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman, 2013).

B. Bentuk Keluarga

a. Keluarga tradisional

1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami,
istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas
suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini
mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak.

3) Single parent yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.

4) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa.
Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak
mempunyai suami.

5) Extended family yaitu keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah
pedesaan.

6) Middle-aged or elderly couple yaitu orang tua yang tinggal sendiri di


rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah
membangun karir sendiri atau sudah menikah.

7) Kin-network family yaitu beberapa keluarga yang tinggal bersama atau


saling berdekatan dan menggunakan barang- barang pelayanan, seperti
dapur dan kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga nontradisional
1) Unmarried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri atas orang
tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family yaitu seorang pasangan yang mempunyai
persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumahsebagaimana pasangan
suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family yaitu keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya(Kholifah&Widagdo, 2016).
C. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi keluarga:
1. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial
anggota keluarga. Melalui pemenuhanfungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai
tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota
keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih
akrab, dan harga diri.
2. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsungseumur hidup, karena individu secara
lanjut mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara
sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau
perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluargasecara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhankeluarga.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan
praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
D. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman & Marylin(2010) adalah berikut :
1. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru.
Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga
tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,
berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga.
2. Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi siklus
kehidupan keluarga.
3. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½
tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari
tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-
saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga
tahap III adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang,
privasi dan keamanan yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak
kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
lain, mempertahankan hubungan yangsehat didalam keluarga dan diluar keluarga.
4. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketikaia mencapai pubertas, sekitar 13
tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan
hubungankeluarga pada tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap IV adalah menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan
restasi, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
5. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap iniberlangsung selama enam atau
tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19
atau20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah
melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan
remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa
muda.
6. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir
juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada tahap ini adalah memperluas
lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk memasukkan anggota
keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk
memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang
tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
7. Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu
pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan
hubunganyang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka,
memperkuat hubungan pernikahan.
8. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau
kedua pasangan, berlanjut sampai salah satukehilangan pasangan dan berakhir
dengan kematian pasangan lain. Tujuan perkembangan tahap keluarga ini adalah
mempertahankanpenataan kehidupan yang memuaskan.
E. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto dalam Fajri(2017) adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatanpada keluarga,
terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk
menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry
point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara
komprehensif.
d. Sebagai supervisi pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga
menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak keluarga
klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi
system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan
keluarga. Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban
mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan
keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan dankeperawatan yang mereka hadapi
sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah
kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul
didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga. Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran
perawat keluarga dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai
berikut.
1. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang
penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara
hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya
penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera
yang dapat dilakukan oleh perawat. Penemuan kasus baru merupakan
upaya pencegahan sekunder, sehingga segera dapat dilakukan
tindakan. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah mengendalikan
perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Peran
perawat adalah merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,
melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.
3. Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini
bertujuanmengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan,
sehingga dapat meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan
atau memelihara fungsi tubuh. Fokus utama adalah rehabilitasi.
Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat
penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna padatingkat yang
paling tinggi secara fisik, sosial, emosional (Kholifah & Widagdo,
2016).

2. Konsep Gerontik

A. Pengertian

Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,
2008).

WHO dan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal
1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr .R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono
(1994) mengatakan bahwa "menua" (mejadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang di deritannya.

B. Batasan-batasan Lanjut Usia.


Ada beberapa sumber batasan lansia yang ada dalam buku Padilla (2013)diantaranya
yaitu:
1. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi:
A. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
B. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun
C. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun
D. Sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
2. Menurut Setyonegoro, batasan lansia adalah sebagai berikut :
A. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
B. Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
C. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
a. Young old (usia 70-75)
b. Old (usia 75-80)
c. Very old (usia >80 tahun)

3. Menurut Bee (1996) bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut :
A. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

B. Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun)

C. Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun)

D. Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)

E. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)

4. Menurut Burnsie (1979) sebagai berikut :

A. Young Old (usia 60-70 tahun)

B. Middle age old (usia 70-79 tahun)

C. Old-old (usia 80-89 tahun)

D. Very old-old (usia > 90 tahun)


C. Tipe Lanjut Usia di Indonesia
Menurut Nugroho (2008) di kelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominnya. Antara lain :
1. Tipe Optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka memandang
masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai
kesempatanuntuk menuruti kebutuhan pasifnya.
2. Tipe Konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mumpunyai
toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Mereka dengan tenang
menghadapi proses menua dan mengadapi akhir.
3. Tipe Ketergantungan
Masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak mempunyai
inisiatif dan bila bertindak selalu yang praktis.
4. Tipe Defensif
Mempunyai riwayat pekerjaan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan,
emosi sering tidak terkontrol.
5. Tipe Militan dan Serius
Tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa menjadi panutan.
6. Tipe Pemarah Frustasi

Pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan orang lain,


menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering mengekspresikan kepahitan
hidupnya.
7. Tipe Bermusuhan
Selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh,
bersikap agresif, dan curiga.
8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami
penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Selain mengalami
kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia sebagai berguna karena
masa yang tidak menarik, membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.
D. Penggolongan Lanjut Usia berdasarkan KelompokMenurut Nugroho (2008) meliputi:
a. Lanjut usia mandiri sepenuhnya

b. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluargannya

c. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung

d. Lanjut usia dibantu oleh badan sosial

e. Lanjut usia panti asuhan tresna werdha

f. Lanjut usia yang dirawat di rumah sakit

g. Lanjut usia yang mengalami gangguan mental

E. Perubahan Akibat Proses Menua Menurut Nugroho (2008) meliputi :


a. Sel

1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit

2) Ukuran sel lebih besar

3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang

4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun

5) Jumlah sel otak menurun

6) Mekanisme perbaikan sel terganggu

7) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%


8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

b. Sistem Persyarafan

1) Menurun hubungan persarafan

2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya.
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khusunya terhadap stress

4) Saraf panca indera mengecil

5) Penglihatan, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil

6) Kurang sensitif terhadap sentuhan

7) Defisit memori

c. Sistem Pendengaran

1) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis

2) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah,
bisa terus menerus atau intermiten)
3) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar)

d. Sistem Penglihatan

1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang

2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas


menyebabkan gangguan penglihatan
e. Sistem Kardiovaskular

1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku

2) Elastisitas dinding aorta menurun

3) Curah jantung menurun

4) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat


Sistole normal ± 170 mmHg, diastole ± 90 mmHg

F. Masalah yang bisa muncul pada lansiaMenurut Nugroho (2008) meliputi :


b. Depresi mental
c. Gangguan pendengaran

d. Bronkitis kronis

e. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan

f. Gangguan pada koksa/sendi panggul

g. Anemia

h. Demensia

i. Gangguan penglihatan

j. Ansietas/kecemasan

k. Dekompensasi kordis

l. Diabetes mellitus, osteo malasia, dan hipotiroidisme

m. Gangguan defekasi

G. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Potter & Perry (2005) tugas perkembangan muncul dari banyak sumber.
Tugas-tugas tersebut muncul dari kematangan fisik, tekanan budaya dari masyarakat,
dan nilai serta aspirasi pribadi. Tugas perkembangan utama pada lansia adalah
mengklarifikasi, memperdalam, dan menemukan fungsi seseorang yang sudah
diperoleh dari proses belajar dan beradaptasi seumur hidup. Ahli teori perkembangan
menyakini bahwa sangatlah penting bagi lansia untuk terus tumbuh, berkembang, dan
mengubah diri mereka jika ingin mempertahankan dan ingin meningkatkan kesehatan.

1. Menurut Erickson dalam Potter & Perry (2005)

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri


terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang
sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina
hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia
akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan
sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.


b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.

c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

d. Mempersiapkan kehidupan baru.

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social atau masyarakat secara


santai.

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

2. Menurut Peck dalam Potter & Perry (2005)

Peck mengkonseptualisasi tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.

a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja

Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang yang


memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang dan mendefinisikan kembali
pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengarahkan lansia untuk mengganti
peran yang sudah hilang dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu
menemukan cara- cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orang
yang berguna selain peran orang tua dan okupasi.

b. Body Transendens versus preokupasi tubuh

Sebagaian besar lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa


orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang
tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dan mengabaikan status fisik
mereka. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, sumber-
sumber kesenangan sosial, mental dan rasa menghormati diri sendiri dapat
mengabaikan kenyamanan fisik semata.

c. Transendensi ego versus preokupasi ego

Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk hidup ditahun-tahun


terakhir dapat didefinisikan : hidup secara dermawan dan tidak egois yang
merupakan prospek dari kematian personal (The Right Of The Ego). Yang
bisa disebut paras dan perasaan kurang penting dibandingkan pengetahuan
yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih
panjang daripada yang dapat dicakup dari ego seseorang. Manusia
menyelesaikan hal
melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada
masyarakat dan persahabatan mereka. Kemudian, untuk mencapai integritas,
seseorang harus mengembangkan kemampuan untuk mendefinisikan diri
kembali, untuk melepas identitas okupasi, untuk bangkit dari
ketidaknyamanan fisik, dan untuk membentuk makna pribadi yang melampaui
jangkauan pemusatan diri.

3. Konsep Penyakit Gout Arthritis

A. Definisi

Gout Arthritis merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan


metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
Penyakit Gout Arthritis merupakan penyakit akibat penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi disebut Gout
Artritis (Wulandari, 2019).

Menurut (Zarin Helmi, 2011) Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan
metabolism purin yang ditandai dengan hiperurikemi dan serangan sinovatis akut
yang berulang-ulang. Penyakitini sering menyerang pria usia pertengahan sampai
usia lanjut dan wanita menopause (Amin Huda Nurarif, 2016).

B. Etiologi

Gangguan metabolic dengan meningkatkan konsentrasi asam urat ini ditimbulkan


dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, Gout) dan kalsium
pirofostat dihidrat (CPPD, pseudogout), dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi
degenarasi tulang rawan sendi (Amin Huda Nurarif, 2016). Klasifikasi Gout dibagi
2 yaitu :
a. Gout primer : dipengaruhi oleh factor genetic. Terdapat produksi
atau sekresi asam uart yang berlebih dan tidak diketahui
penyebabnya.
b. Gout sekunder
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan
2. Kelainan mieloprolife (polisitemia, leukemia, myeloma retikularis)
3. Sindroma Lench-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi
hipoxantin guanine fosforibosil transferase yang terjadi pada
anak- anak dan pada sebagian orang dewasa.
4. Gangguan penyimpanan glikogen
5. Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena maturasi sel
megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat.
6. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada :
a. Kelainan ginjal kronik
b. Pemakaian obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretic dan
sulfonamide
c. Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik,
hiperparatiroidisme dam mikesedema.
C. Factor predisposisi terjadinya penyakit gout
Umur, jenis kelamin lebih sering terjadi pada pria, iklim, herediter dan
keadaan- keadaan yang menyebabkan timbulnya hiperurikemia.
D. Pathway

Gambar 1.1 pathway Arthritis Gout

E. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari
7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabilakonsentrasi asam urat dalam
serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan
atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam
urat mengendapdalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan gout.

Dengan adanya serangan yang berulang – ulang, penumpukan kristal monosodium


urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari
kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan
disertai penyakit ginjal kronis. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan
kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada
beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat
ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak
pernah mendapat serangan akut.

Dengan demikian, gout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan
temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya
kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki
dan tangan, dapat 11 menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan
pada kedua tempat tersebut.

Predileksi untuk pengendapan kristalmonosodium urat pada metatarsofalangeal-1


(MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada
daerah tersebut.

F. Manifestasi klinis

A. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat
serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat
serum.
B. Stadium kedua Artitis Gout akut awitan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsifalangeal.
C. Stadium ketiga setelah serangan gout artitis akut adalah tahap
interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat
berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang
mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun
jika tidak diobati.
D. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam
urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak
dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi bengkak (Amin Huda Nurarif, 2016).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar asam urat meningkat
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
3. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
4. Analisi cairan synovial dari sendi terinflamasi atau trodi menunjukkanKristal
urat monosodium yang membuat diagnosis
5. Sinar x sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang danperubahan
sendi.

H. Penatalaksanaan

Penganan gout biasanya dibagi menjadi penganan serangan akut dan penganan
hiperurisemia pada pasien artitis kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan Kristal uratpada
jaringan, terutama persendian.
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik
Terapi non-farmakologi merupakan strategi dalam
penanganan gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan
kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alcohol dan
menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan
terbukti efektif (Amin Huda Nurarif, 2016).
Terapi Farmakologis pada serangan akut adalah istirahatkan
dan terapi cepat dengan pemberian NSAID merupakan terapi lini
pertama dalam menangan serangan akut gout, asalkan tidak ada
kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena
ekskresi aspirin berkonpetisi dengan asam urat dan dapat
memperparah seranga akut gout. Keputusan memilih NSAID atau
Urikosurik atau anti gout tergantung padakeadaan pasien, misalnya
adanya penyakit
penyerta lain/komorbid, obat lain juga diberikan pada pasien pada
saat yang sama, dan fungsi ginjal. Urikosurik atau anti gout
merupakan obat pilihan jika pasien juga menderita penyakit
kardiovaskuler, termasuk hipertensi, pasien yang mendapat diuretic
untuk gagal jantung dan pasien yang mengalami toksisitas
gastrointestinal, kecenderungan perdarahan atau gangguanfungsi
ginjal. Penggunaan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (cox-
2),Urikosurik atau anti gout dan kortikosteroid untuk serangan
akutdibicarakan berikut ini :
a. NSAID; NSAID merupakan terpi lini pertama yang efektif untuk
pasien yang mengalami serangan gout akut. Hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang
dipilih melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai
diberikan. NSAIDharus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full
dose) pada 24-28 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang
b. COX-2 inhibitor; etoricoxib merupakan atu-satunya COX-2
inhibitor yang dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout.
Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk
pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal NSAID
non-selektif. COX-2 inhibitor mempunyai resikoefek samping
gastrointestinal bagian atas yang lebih rendahh disbanding NSAID
non-selektif.
c. Urikosurik atau anti gout; merupakan terapi spesifik dan efektif
untuk serangan gout akut. Namun, dibandingkan NSAID kurang
popular karena mulai kerjanya (onset) lebih lambat dan efek
samping lebih sering dijumpai.
d. Steroid; Strategi alternative selain NSAID dan kolkisin adalh
pemberian steroid intra-artikular. Cara ini dapat meredakan
serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena.
Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial
diagnose antara Artitrissepsis dan Gout akut karena pemberian
steroid intra-artikular akanmemperburuk infeksi.
Penatalaksaan Gout kronik adalah dengan control jangka
hiperurisema merupakan factor penting untuk mencegah terjadinya
serangan akut Gout, Gout tophaceous kronik, keterlibatan ginjal dan
pembentukan batu asam urat. Kappa mulai diberikan obat penurun
asam urat masih kontroversi.
Obat urikosurik merupakan kebanyakan pasien dengan
hiperurisemia yang sedikit mengekspresikan asam urat dapat diterapi
dengan obat urikosurik. Mengekskresikan asam urat dapat diterapi
dengan obat urikosurik. Urikosurik harus dihindari pada pasien
dengan nefrotik urat yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat
ini tidak efektif pada pasien dengan fungsi ginjal yang buruk (klirens
kreatinin
<20-30 ml/menit). Sekitar 5% pada pasien yang menggunakan
probenesid jangka lama mengalami mual, nyeri ulu hati, kembung
atau konstipasi.
Secara umum, penanganan Gout Artritis adalah memberikan
edukasi tentang penyakit asam urat (Gout Artritis), pengaturan diet,
istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar
tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan
gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
14 peradangan dengan obat-obat.
Namun, pada pasien yang secara rutin telah mengkonsumsi
obat penurun gout arthritis, sebaiknya tetap diberikan. Pada stadium
interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar
asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan.
Penurunan kadar asamurat dilakukan dengan pemberian diet rendah
purin dan minum obat.
Adapun pengelompokan makanan yang dianjurkan dan
dihindari antara lain :
a. Kelompok I
Jenis makanan yang sebaiknya dihindari dengan
kandungan purin tinggi ( 100-1000 mg/100 g bahan makanan),
seperti: Otak, hati, jantung, paru, ginjal, jeroan, ekstrak
daging/kaldu bebek, angsa, burung, kornet sapi, sardine, udang
kecil, bagian leher dan kaldu,alkohol, ragi.

b. Kelompok II
Jenis makanan yang harus dibatasi dengan kandungan
purin sedang (9-100 mg purin/100 g bahan makanan) antara lain:
maksimal 50-75 g (1-1,5 ptng) daging, ikan, unggas atau 1
mangkok (50-100 g) sayuran sehari. Daging sapi dan ikan (kecuali
yang terdapat dalam kelompok 1), ayam, udang, kacang kering
maks 25 g/hari dan hasil olahan seperti tahu dan tempe (50
g/hari), asparagus, kembang kol, kapri, jamur, bayam, daun
singkong, kangkung, daun dan biji melinjo.
c. Kelompok III
Pemakaian bebas karena kandungan purinnya rendah
(dapat diabaikan). Bahan ini dapat dimakan setiap hari: Nasi, ubi,
singkong, jagung, roti, mi, bihun, tepung beras, cake, kue kering,
pudding, susu, keju, lemak dan minyak terbatas , gula, sayuran
dan buahbuahan (kecuali buah dan sayur kelompok 2), teh dan
kopi (Kusumayanti, Wiardami, & Sugiani, 2017).

H. Komplikasi

Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari artritis gout meliputi severe degenerative
arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin,
protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada
proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago,
dan erosi tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk
mengeluarkan IL-1, merangsang sintesis nitric oxide dan matrik metaloproteinase
yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal monosodium urat
mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi
anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxta artikular tulang
(Widyanto, 2017).

Komplikasi yang muncul menurut (Diananti, 2015) antara lain :


1. Gout kronik bertophus, merupakan serangan gout yang
disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering
meradang. Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat di
sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial,
bursa atau tendon. Tofi bisa jugaditemukan di jaringan lunak
dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal
tenggorokan.
2. Nefropati gout kronik, penyakit tersering yang ditimbulkan
karenahiperurisemia. terjadi akibat dari pengendapan kristal
asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa
terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak
glomerulus.
3. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal), terjadi pembentukan
massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan
nyeri, pendarahan,penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Air kemih jenuh dengan garamgaram yang dapat membentuk
batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit
(campuran magnesium, ammonium, fosfat).
4. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.

4. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan klien gerontik dengan penyakit Gout
Arthritis
A. Pengkajian menurut Friedman,bowden,2003
Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses perawatan, mengingat
pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga untuk mengidentifikasi data
kesehatan seluruh anggota keluarga. Pengkajian keperawatan merupakan proses
pengumpulan data. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien
yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien (Ns. Wahyu Widagdo, 2017)
NO KRITERIA SKORING BOBOT NILAI PEMBENARAN

1. Sifat Masalah

a. Tidak / kurang sehat 3

b. Ancaman kesehatan 2 1

c. Krisis / 1

keadaan
sejahtera
2. Kemungkinan Masalah
DapatDiubah
a. Dengan mudah
2
b. Hanya sebagian
1 2
c. Tidak dapat
0
3. Potensial Masalah
DapatDicegah
a. Tinggi
3
b. Cukup
2
1
c. Rendah
1

4. Menonjolnya Masalah

a. Masalah berat, 2

harus segera
ditangani
b. Ada masalah, 1 1

tetapitidak perlu
segera ditangani
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Total
Keterangan :
Rumus Perhitungan Skoring

Skor yang diperoleh X Bobot


Skor tertinggi

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gout arthritis:


Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem
keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosis keperawatan termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan
perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk
menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman(Friedman, 2010).
Tipologi dari diagnosa keperwatan adalah:
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual(terjadi defisit/gangguan kesehatan)
b. Diagnosa keperawatan keluarga resiko(ancaman) dirumuskan apabila sudah ada
ada tanda yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera(potensial) merupakan suatu keadaan
dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan dengan SDKI terkait dengan diagnosa Gout
Arthritis:
1. Gangguan mobilotas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Mengenal masalah kesehatan setiap keluarga yang terkena penyakit Artritis
Gout yaitu mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
mengkai sejauh mana keluraga mengenal tanda dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda gejala dan penyebab.

2. Mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan yang tepat bagi


anggota keluarga yang menderita Artritis Gout meliputi cara
mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang menderita Artritis
Gout yang meliputi cara perawatan kepada anggota keluarga yang
mengalami masalah.
4. Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan
untuk penderita Artritis Gout meliputi memelihara lingkungan yang
menguntungkan bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
masyarakat meliputi cek kesehatan rutin untuk mengetahui kondisi
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga merupakan tahap keempat dari proses


keperawatan keluarga. Pada tahap ini, perawat dapat melakukan tindakan keperawatan
secara mandiri dan atau melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan lain.
Keberhasilantindakan keperawatan dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi
klien dan keluarga, serta sarana yang tersedia. Tindakan perawat adalah upaya
perawat untuk membantu kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan
untuk meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya dan
lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan adalah
implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapaitujuan yang spesifik.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau tahap terakhir dari
proses keperawatan. Tahap evaluasi ini akan menilai keberhasilan dari tindakan yang
telah dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah kriteria hasil yang telah
ditulis pada tujuan ketika perawat menyusun perencanaan tindakan keperawatan.
Evaluasi dikatakan berhasil apabila tujuan tercapai. Evaluasi adalah tindakan untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun
tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Menurut (Badan PPSDM Kesehatan, 2013) komponen untuk mengevaluasi kualitas
tindakan keperawatan terdiri dari 2 antara lain :
a. Evaluasi Formatif
Formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan.
Fosuk tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas
pelayanan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif
Fokus evaluasi ini adalah perubahan perilaku klien ataustatus kesehatan klien
pada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
tindakan keperawatan secara paripurna.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN GERONTIK NY. U
DENGAN GOUT ARTHRITIS
A. PENGKAJIAN
1. Struktur dan Sifat
a. Keluarga Data Umum
1) Nama KK : Tn. S
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) Umur : 68 th
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SD
6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7) Suku Bangsa : Sunda
8) Alamat : Blok Pon, Rt/Rw:006/003, Desa Jayi Kecamatan
Sukahaji
9) Tanggal Pengkajian : 26 Juli 2023
10) Nama Puskesmas : Puskesmas Salagedang
11) Jarak tempuh ke Puskesmas : ± 1 Km
b. Komposisi Keluarga

Hubungan Status
No Nama Sex Umur Pendidikan Pekerjaan
dengan KK Kesehatan
Penghasi
Kepala l
1 Santo Laki-laki 68 SD Sehat
keluarga kerajinan
anyaman
bambu
Ibu Rumah
2 Tuti Perempuan 68 Kakak SD Sehat
Tangga
Keterangan : kalo ada anggota keluarga yang usianya di bawah 5 tahun
tambahkan status imunisasi
c. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Menikah
: Tinggal Serumah
: Cerai
Apabila penyakit keturunanbuat tiga generasi ke atas, dan apabila bukan
penyakit keturunan cukup satu generasi saja
d. Tipe Keluarga
Keluarga Ny. T termasuk keluarga Kin-network family yaitu beberapa keluarga inti
yang tinggal dalam satu rumah
e. Struktur Peran
1) Tn. S berperan sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah
2) Tn. S berperan sebagai family lain yang kehidupanya ditanggung oleh Ny. T
f. Suku Bangsa
Keluarga Ny.T termasuk dalam Suku Sunda dan Berbahasa Sunda
g. Agama
Agama yang ada di keluarga Ny. T yaitu agama Islam, di dalam keluarga tidak ada
perbedaan agama, antara anggota keluarga terlihat taat dalam menjalankan
ibadahnya dan dalam keluarga agama dijadikan sebagai dasar keyakinan dalam
kehidupan.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Keluarga pada saat ini berada pada tahap keluarga usia lanjut, karena mereka sudah
berada diusia 60 th keatas.
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi:
Keluarga Ny.T mengatakan kebutuhanya belum terpenuhi dikarenakan pengeluaran
sama penghasilan yang didapatkan lebih banyak pengeluarannya.
c. Riwayat keluarga inti
Ny. T mengatakan mempunyai penyakit asam urat sedangkan Tn. S tidak ada
penyakit apapun.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. T mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit keturunan dari orang tua, Ny. T
mengalami asam urat karena memang tidak menjaga makananya, ny. T terlalu
banyak mengkonsumsi kacang-kacangan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Kebutuhan Nutrisi
1) Kebiasaan makan : makan 2x sehari
2) Kebiasaan minum : minum 2 liter/hari
b. Kebutuhan Eliminasi
1) Pola BAB : 1x sehari
2) Pola BAK : 3x sehari
c. Istirahat tidur
1) Waktu tidur : 21:00 WIB
2) Waktu bangun : 03:00 WIB
d. Kebersihan Diri
1) Mandi : 3x sehari
2) Gosok gigi : 3x sehari
3) Keramas : 3x seminggu
4) Potong kuku : 1 minggu sekali
e. Rekreasi waktu luang
Keluarga Ny. T mempunyai kegiatan rekreasi yaitu menganyam.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Menurut Ny.T dan Tn.S memandang dirinya masingmasing layaknya manusia
normal lainnya. Ny. T mengatakan keluarganya saling menghormati satu sama lain
dan tetap mempertahankan keharmonisan keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan keluarga Ny.T dengan tetangga sekitar terjalin dengan baik dan tidak
pernah ada pertengkaran dengan tetanga dan lingkungan sekitar.
c. Fungsi ekonomi
Ny. T mengatakan kondisi keuangan keluarga saat ini cukup untuk makan sehari-
hari. Oleh karena itu pemanfaatan uang seefisien mungkin.
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Ny. T mengatakan sudah tidak menggunakan KB karena sudah lanjut usia
dan juga sudah tidak mempunyai suami.
5. Faktor Sosial Buday a dan Ekonomi
a. Pekerjaan Ny.T :
Menganyam
b. Penghasilan dan Pengeluaran:
Ny. T mengatakan penghasilan dari menganyam kurang lebih Rp. 650.000 per
bulannya dan pengeluaran perharinya 20.000 perhari
c. Simpanan / uang keluarga
Ny.T mengatakan tidak mempunyai simpanan baik di bank maupun dalam celengan.
d. Penentu Keuangan
Penentu keuangan keluarga Tn.S adalah Ny. T
e. Nilai yang diterapkan / Sistem Nilai
Keluarga Ny.T menerapkan norma agama islam dan budaya sunda dlaam kehidupan
sehari-harinya
f. Hubungan dengan masyarakat
Keluarga Ny.T berada dipemukiman padat penduduk, hubungan keluarga Ny.T
dengan masyarakat sangat baik dan tidak ada hambatan dalam melaksanakan
interaksi dengan masyarakat.
g. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Ny.T menetap
dirumahnya.
6. Faktor Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Status kepemilikan rumah adalah milik rumah sendiri. Tipe rumah permanen dengan
lantai keramik dan dinding tembok, luas rumah menurut Ny.T dan hasil pengamatan
adalah 10 x 9 m, jumlah ruang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang TV
atau keluarga, 1 ruang dapur, 1 wc, setiap ruangan memiliki pintu dan jendela yang
jarang dibuka sehingga setiap ruangan memiliki sirkulasi udara yang buruk dan untuk
pencahayaan terang, perabot rumah tangga sesuai pada tempatnya, jenis WC yang
digunakan adalah kloset jongkok, dengan jarak sepicteng 9m dari sumber air berasal
dari sumur gali. Halaman rumah sekitar bersih selalu melakukan bersih bersih
halamannya dan ada tempat sampah didepan rumahnya.
b. Denah rumah

c. Karakteristik komunikasi dan tetangga


Keluarga Ny. T bertetangga dengan keluarga yang mayoritas dari satu daerah dan satu
Bahasa yaitu sunda. Semua tetangga beragama Islam, hubungan dengan tetangga
sangat dekat dan bersifat kekeluargaan. Kunjung mengunjung dilakukan hampir
setiap hari.
7. Psikologis
a. Status emosi
1) Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a) Jangka Pendek
Keluarga Ny.T mengatakan sementara tidak mempunyai masalah berat,
hanya saja Ny. T yang mengalami permasalahan yaitu menderita penyakit
asam urat sejak ± 2 tahun yang lalu.
b) Jangka Panjang
Keluarga Ny.T mengatakan memikirkan masalah kesehatan Tn.S yang
sudah tua, meskipun sekarang masih sehat tapi takut sewaktu-waktu
kesehatanya menurun dan Ny.T takut tidak bias membawanya ke dokter
karena keadaan ekonomi yang sangat pas-pasan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga Ny. T menganggap bahwa setiap ujian atau masalah yang datang
adalah kehendak Allah SWT dan pasti Allah SWT tidak akan menguji
hambanya diluar batas kemampuannya.
3) Stressor koping yang digunakan
Dalam keluarga Ny.T apabila ada permasalahan diselesaikan secara bersama-
sama Selain itu Ny.T mengatakan disamping berusaha dan berdoa pada Allah
SWT, kalua kebutuhan yang sangat mendesak maka keluarga Ny. T selalu
meminta bantuan kepada sanak familinya dan juga kepada tetangga
terdekatnya.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Ny. T tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional.
b. Konsep Diri
1) Body Image : Ny. T melihat dirinya sebagai kepala rumah tangga sangat merasa
cukup terhadap gambaran dirinya , Tn. S sebagai Family lain merasa cukup
terhadap gambaran diri masing-masing.
2) Identitas diri : Tn. S sebagai kepala rumah tangga, Ny. T sebagai Family Lain.
3) Peran : Tn.S berperan sebagai kepala rumah tangga dan mencari nafkah. Ny.T
sebagai ibu rumah tangga yang sudah tua.
4) Ideal diri : Ny. T dan keluarga selalu berdoa, berusaha mencari solusi dalam
menghadapi masalah.
a. Harga diri, Pola komunikasi keluarga.
1) Harga diri : Ny. T dan keluarga selalu menerima setiap masalah yang menimpa
keluarga dengan sangat ikhlas.
2) Pola komunikasi : Keluarga Ny. T selalu menggunakan bahasa daerah yaitu
sunda dalam komunikasi sehari – hari.
8. Derajat Kesehatan
a. Kejadian Kesehatan
Dalam bulan – bulan ini keluarga Ny. T dalam keadaan sehat.
b. Kejadian Cacat
Dalam keluarga Ny. T tidak ada yang mengalami kecacatan.
c. Kejadian kematian dalam satu tahun terakhir
Tidak ada kematian di keluarga Ny. T dalam satu tahun terakhir.
d. Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit
Keluarga Ny. T sering membawa anggota keluarganya ketika sakit ke Dokter atau
puskesmas terdekat, tapi jika sakitnya kambuh lagi Ny. T cuma membeli saja obat ke
apotik dari resep yang diberikan oleh dokter atau membeli jamu.
9. Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan
Harapan keluarga Ny. T terhadap petugas kesehatan yaitu dapat memberikan
pelayanan yang baik terhadap pengguna BPJS dan mengharapkan diadakan
penyuluhan mengenai penyakit – penyakit yang sering diderita oleh masyarakat,
karena masyarakat disini masih minim tentang Pendidikan kesehatannya.
10. Tingkat Kemandirian Keluarga (DEPKES, 2006)
No Kriteria Tingkat Kemandirian
Keluarga
I II III IV
1 Menerima petugas perawatan kesehatan 
Komunitas
2 Menerima pelayanan keperawatan yang 
diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah 
kesehatannya secara benar
4 Melakukan perawatan sederhana sesuai 
yang dianjurkan
5 Memanfaatkan fasilitas yankes secara 
Aktif
6 Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif
7 Melaksanakan tindakan promotive secara
aktif
Tingkat kemandirian keluarga Ny. T yaitu berada pada tingkat kemandirian ke-III.
11. Tugas Perawatan Kesehatan
No Fungsi Ya Tidak
1 Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah 
2 Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil 
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
3 Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat 
anggota keluarga yang sakit
4 Mengetahui kemampuan keluarga 
memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
5 Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas 
pelayanan kesehatan masyarakat

B. PENGKAJIAN INDIVIDU
1. Identitas Klien
Nama KK : Tuti
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Sunda
Status Marital : Cerai Mati
Alamat : Blok Pon, Rt/Rw:006/003, Desa Jayi Kecamatan Sukahaji
2. Riwayat Kesehatan
a. Masalah kesehatan yang pernah dialami
Pasien mengatakan nyeri dibagian lutut kirinya,apabila banyak melakukan
aktivitas, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul dan seperti ditusuk- tusuk
Terkadang kaki klien terasa kaku,tampak bengkak dipersendian. Klien
tampakmeringis dan
memijat bagian persendian yang nyeri, klien mengatakan susah untuk
melakukan aktivitas dan mudah lelah dan merasa tidak nyaman.
b. Masalah kesehatan keluarga (keturunan)
Klien mengatakan tidak memiliki masalah Kesehatan keluarga yang bersifat
turun temurun
c. Kebiasaan Sehari-hari
1. Biologi
1. Kebutuhan Nutrisi
2. Kebiasaan makan : makan 2x sehari
3. Kebiasaan minum : minum 2 liter/hari
4. Kebutuhan Eliminasi
Pola BAB : 1x sehari
Pola BAK : 3x sehari
5. Istirahat tidur
Waktu tidur : 21:00
Waktu bangun : 03:00
6. Kebersihan Diri
Mandi : 3x sehari
Gosok gigi : 3x sehari
Keramas : 3x seminggu
Potong kuku : 1 minggu sekali
7. Aktivitas sehari-hari
Klien mengatakan dapat melaakukan aktivitas sehari hari dengan baik
8. Rekreasi waktu luang
Klien mengatakan memiliki waktu untuk rekreasi untuk dirinya sendiri
seperti menonton tv dan menganyam.
2. Psikologis
Klien mengatakan status psikologisnya baik, klien dapat menerima
penyakitnya dengan Ikhlas dan mengatakan bahwa penyakitnya masih bisa
teratasi dan tidak terlalu memberatkan.
3. Sosial
a. Hubungan antar keluarga
Hubungan antar keluarga biasanya tidak ada yang terganggu, karena
keluarga sudah memahami betul kondisi penderita sehingga bisa
menerima klien apa adanya.
b. Hubungan dengan orang lain
Klien memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar, dan
tidak ada kendala apapun
4. Spiritual
a. Pelaksanaan Ibadah
Klien mengatakan dapat melaksanakan ibadah dengan baik, klien
melaksanakan shalat 5 waktu dan ibadah yang lainnya
b. Keyakinan tentang Kesehatan
Klien mengatakn bahwa masalah Kesehatan yang deritanya adalah akibat
dari pola makanan yang kurang teratur.
C. PENGKAJIAN GERONTIK
a. Identifikasi Masalah Psikososial
Klien mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain, dan orang yang baru
kenal. Klien juga memiliki sikap yang baik serta ramah tamah terhadap orang
lain.
b. Identifikasi Masalah Emosional
No. Pertanyaan tahap 1 Ya Tidak
1 Apakah klien sering mengalami susah tidur? 
2 Apakah klien sering mengalami gelisah? 
3 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?

4 Apakah klien sering was-was atau khawatir? 
Pertanyaan tahap 2 Ya Tidak
5 Apakah keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari
satu kali dalam satu bulan? 
6 Apakah ada masalah atau banyak piiran? 
7 Apakah ada gangguan dengan keluarga ini? 
8 Apakah menggunakan obat tidur, atau obat penengan
dengan anjuran dokter? 
9 Apakah cenderung mengurung sendiri? 
c. Identifikasi Masalah Spiritual
Tn.S mengatakan beragama islam dan menjalankan ibadah sholat 5 waktu.

d. Katz Indeks
No. Aktivitas Mandiri bantu
1. Makan  -
2. BAK (Buang air kecil)  -
3. BAB (Buang air besar)  -
4. Memakai pakaian  -
5. Pergi ke toilet  -
6. Berpindah tempat - 
7. Mandi  -

Untuk mengetahui kemandirian pasien dari Makan, BAB, BAK, Mengganti


pakaian, pergi ke toilet, Berpindah tempat dan Mandi. Klien mendapatkan nilai
A
e. Barthel Indeks
No Kriteria Dengan Bantuan Mandiri
1 Makan  (10)
2 Aktivitas Toilet  (10)
3 Berpindah dari  (15)
kursi roda ke
tempat tidur dan
sebaliknya,
termasuk duduk di
tempat tidur
4 Kebersihan diri  (5)
mencuci muka
menyisir rambut
menggosok gigi
5 Mandi  (5)
6 Berjalan  (15)
dipermukaan datar
7 Naik turun tangga  (10)
8 Berpakaian  (10)
9 Mengontrol  (10)
defekasi
10 Mengontrol  (10)
berkemih
Total 100
Ket: Klien mampu melakukan 10 indikator dengan mandiri tanpa bantuan orang
lain. Total=100
f. Inventaris Depresi Beck
Penilaian Skor
A. Kesedihan 0
Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan 0
C. Rasa kegagalan
Saya tidak merasa gagal 0
D. Ketidakpuasan
Saya tidak merasa tidak puas 0
E. Rasa Bersalah
Saya tidak merasa benar – benar bersalah 0
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri 0
Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri 0
Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri Dari Sosial
Saya tidak kehilangan minat pada orang lain 0
I. Keragu – raguan
Saya berusaha mengambil keputusan 0
J. Perubahan Gambaran Diri
Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan yang
permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya 2
tidak
menarik lagi
K. Kesulitan Kerja
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk 0
melakukan sesuatu
L. Keletihan 1
Saya merasa lelah dari yang biasanya
M. Anoreksia 2
Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
Jumlah 5

Ket: Klien memiliki penilaian 5 dan masuk kategori depresi ringan.


g. Sistem SPSMQ
No Pertanyaan Benar Salah Ket.
1 2 3 4 5
1 Tanggal berapa sekarang ? √ 26 Mei 2023
2 Hari apa sekarang ? √ Rabu
3 Apa nama tempat ini ? √ Rumah
4 Dimana alamat anda ? √ Ds.jayi
5 Berapa umur anda ? √ -
6 Kapan anda lahir ? √
-
(minimal tahun)
7 Siapa Presiden Indonesia √
Jokowi
sekarang ?
8 Siapa Presiden Indonesia √
Jokowi
sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda? √ Ibu Esih
10 Kurangi 3 dari 20 dan √
tetap pengurangan 3 dari
-
setiap angka baru semua
secara
Menurun
Total hasil 7 3
Ket: Klien mendapatkan hasil 7 dari 10 pertanyaan, hasil fungsi intelektual utuh

h. Sistem MMSE
Nilai
Aspek Nilai
No Maximu Kriteria
Kognitif Klien
m
1 2 3 4 5

1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :


 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan

Orientasi 5 5 Dimana kita sedang berada :


 Negara Indonesia
 Provinsi Jabar (Jawa Barat)
 Kota Majalengka
 Kecamatan Sukahaji
 Desa Jayi

2 Registras 3 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh


i pemeriksa), 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
objek. Kemudian tanyakan
kepada klien objek tadi :

 Objek kursi

 Objek meja

 Objek pintu
3 Perhatian 5 0 Minta klien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian dikurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali/ tingkat :

93

86

79

72

65

4 Menging 3 2 Minta klien untuk mengulangi


at ketiga objek pad no.2 (registrasi)
tadi. Bila benar, 1 point untuk
masing-masing objek.

5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu


benda dan tanyakan namanya
pada klien

 (misal jam tangan)

 (misal pensil )

Minta klien untuk mengulang


kata berikut “Tak ada jika dan
atau tetapi” bila benar 2 buah
“tak ada tetapi”

 Pernyataan benar 2 buah tak


ada, tetapi
3 Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut terdiri dari 3
langkah, “ambil kertas ditangan
anda lipat dua dan taruh di lantai
:

 Ambil kertas ditangan anda

 Lipat dua

 Taruh di lantai

3 Perintah pada klien untuk hal


berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)

 Tutup mata anda

Perintahkan pada klien untuk


dan menyalin gambar.

 Tulis satu kalimat

 Menyalin gambar

Total
23
Hasil

Pengkajian pada klien didapatkan hasil 23 dari interpretasi hasil ada probable
gangguan kognitif

i. Pengkajian keseimbangan untuk pasien keluarga


No Kriteria Hasil
1. Perubahan posisi/gerakan
keseimbangan 0 Tidak stabil saat berdidri
- Bangun dari kursi pertama kali

- Duduk ke kursi 0 Menjatuhkan diri ke kursi


dengan baik dan berada di
tengah satukali menggeser.
0 Keadaan stabil
- Menahan dorongan pada 0 Perputaran leher baik, tidak
stenum (3x) mengalami pusing/vertigo
- Mata tertutup dan keadaan stabil.
0 Dapat memegang benda
yang ada di
- Perputaran leher atas/didepannya.
0 Mampu membungkuk untuk
- Gerakan mencapai sesuatu mengambil objek.
- Membungkuk.
2. Komponen gaya berjalan 0 Berjalan stabil tanpa ragu,
- Minta klien untuk berjalan tanpa tersandung
ke tempat yang ditentukan. 0 Berjalan dengan baik
- Ketinggian jalan kaki 0 Berjalan dengan baik
- Kontinuitas langkah kaki 0 Berjalan lurus
- Keistimewaan langkah 0 Stabil
- Penyimpangan jalur pada 0 Stabil
saat berjalan
- Berballik.

Ket: Keseimbangan pada klien termasuk dlam kategori resiko jatuh rendah
j. Afgar Keluarga
No Fungsi Uraian Skor
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 2
keluarga (teman – teman) saya untuk
membantu pada saat saya sedang
mengalami kesulitan
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman – 2
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan masalah
dengan
saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman – 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau
kegiatan baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman – 1
teman) saya mengekspresikan afeks dan
berespon terhadap emosi – emosi saya,
seperti marah, sedih, atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara keluarga (teman – 1
teman) saya dan saya menyediakan waktu
bersama – sama
Ket: Klien mampu berinteraksi dengan baik di lingkungan sekitarnya

D. PENGKAJIAN TANDA – TANDA VITAL

No Pemeriksaan Fisik Ny. T Tn.S


1 Keadaan umum
- TD 120/80mmHg 130/80mmHg
- Nadi 72x/menit 80x/menit
- Suhu 36,5 36,4
- TB 148 cm 152 cm
- Respirasi Rate 19x/menit 20x/menit
No Pemeriksaan Fisik Ny. T Tn.S
- Berat badan 52 Kg 49 Kg
- Kesadaran Composmentis Composmentis
- Tes urine - -
- LK perut - -
- LK lengan - -
2 Kepala
- Bentuk Simetris Simetris
- Kulit kepala Bersih Bersih
- Warna rambut Putih Putih
- Luka Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
3 Mata
- Penglihatan Rabun Dekat Rabun Dekat
- Bentuk Simetris Simetris
- Pupil Isokor Isokor
- Skela Anikterik Anikterik
- Konjungtiva Anamnemis Anamnemis
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
4 Telinga
- Bentuk Simetris Simetris
- Pengeluaran Cairan Tidak ada Tidak ada
- Ketajaman pendengaran Dapat Dapat
menjawab menjawab
pertanyaan pertanyaan
dengan baik dengan baik
5 Hidung
- Bentuk Simetris Simetris
- Polip Tidak Tidak ada
ada
6 Mulut
- Mukosa bibir Lembab Lembab
- Gigi Tidak Caries
- Kebersihan Bersih
ada caries
No Pemeriksaan Fisik Ny. T Tn.S
Bersih
7 Leher
- P.Kelenjar tonsil Tidak Tidak ada
ada
- Peningkatan tekanan vena jugularis Tidak ada
Tidak
- Lesi ada Tidak ada
- Nyeri Tidak Tidak ada
ada
Tidak
ada

8 Paru
- Bentuk Simetris Simetris
- Suara nafas Vesikuler Vesikuler
9 Abdomen
- Bentuk dada Simetris Simetris
- Turgor Elastis Elastis
- Lesi Tidak Tidak ada
ada
- Asites Tidak ada
Tidak
- Pemb. Hepar ada Tidak ada
- Nyeri tekan Tidak Tidak ada
ada
Tidak ada
10 Ektremitas
- Turgor Elastis Elastis
- Lesi Tidak Tidak ada
ada
- Capillary refill < 2 detik
< 2 detik
- Sianosis Tidak ada
Tidak
- Kaki ada Normal
- Kekuatan otot Nyeri dibagian 5555
sendi sebelah
kanan
50
50

E. ANALISA DATA
No. Data Fokus Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
1 Ds: Gout Arthritis Nyeri Akut
1. Klien mengeluh nyeri pada
persendian.
2. klien mengatkan nyeri
berdenyut- denyut.
3. nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk
4. nyeri terasa di bagian
persendian lutut bagian
kanan
5. skala nyeri 6
6. nyeri hilang timbul dan nyeri
dapat bertambah setelah
banyak melakukan aktivitas
Do :
1. Klien tampak meringis dan
memegangi kaki.
2. klien memegangi kaki yang
sakit
2 DS : Gout Arthritis Gangguan Mobilitas
1. Klien mengatakan jika Fisik
melakukan aktivitas terlalu
lama terasa nyeri
2. Klien tampak
berhati-hati berjalan
DO :
1. Di persendian dan
pergelangan kaki tampak
bengkak.
2. klien melakukan aktivitas
dengan hati-hati.

F. PRIORITAS MASALAH (SKORING)


i. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi ditandai dengan pasien
tampak meringis,bersikap protektif.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
1 1) Sifat Ny. T mengeluh
Masalah nyeri pada
: persendian,nyeri
Aktual(t berdenyut-
i 3 1 3/3x1 1 denyt, nyeri
dak/kura terasa seperti
ng ditusuk- tusuk
sehat) skala nyeri 6
Skala: 3
2 a. Kemungkinan Dengan control
masalah dapat yang teratur
diubah dapat
2 2 2/2x2 2
: menurunkan rasa
Mudah nyeri yang
b. Skala: 2 dirasakan Ny. T
3 Kemungkinan Rasa nyeri dapat
masalah berkurang
2
apabila
1 2/3x1 0.5
untuk dicegah mendapat
a. Cukup (2) pengobatan yang
tepat.
4 Menonjolnya Ny. T
masalah mengatakan
a. Masalah rasa nyerinya
berat dan
2
sangat
1 2/2x1 1
harus segera menggangunya
ditangani(2) dalam
beraktivitas
maka harus
segeradiatasi
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
Total 4,5

ii. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendiditandai dengan
klien mengeluh nyeri dan sendi kaku.

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran


1 Sifat masalah : Ny. T
a. Ganggu mengatakan
an jika
kesehata melakukan
3 1 3/3x1 1
n/ aktual aktivitas
(3) terlalu lama
terasa nyeri

2 Kemungkinan Dengan tidak


masalah banyak
melakukan
dapat diubah : aktivitas
2 1/2x2 0,5
a. Sedang/sebag gangguan
1
ian (1) mobilitas fisik
Ny. T dapat
segera teratasi.
3 Kemungkinan Ny. T
masalah 2 mengatakan
1 2/3x1 0,5 sangat berhati-
untuk dicegah hati ketika
a. Cukup (2) berjlan
4 Menonjolnya
masalah Pergelangan kaki
Masalah berat dan 1 2/2x1 1 Ny. T tampak
harus 2 bengkak

segera
ditangani(2)
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
Total 3

G. HASIL PENGHITUNGAN PRIORITAS MASALAH


1. Perhitungan prioritas masalah keluarga Ny. T mengenai Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologi ditandaidengan pasien tampak meringis,bersikap
protektif dengan nilai 4,5.
2. Perhitungan prioritas masalah keluarga Ny. T mengenai Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekakuan pada sendiditandai dengan klien mengeluh nyeri
dan sendi kaku dengan nilai 3
H. Diagnosa Keperawatan
Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan
Diagnosa
Individu Psikologis Nyeri dan D.0077 Nyeri akut
Kenyamanan berhubungan
dengan agen
pencedera
fisiologi
ditandai
dengan pasien
tampak
meringis,
bersikap
protektif.
Individu Fisiologis Aktivitas dan D.0054 Gangguan
Istirahat mobilitas fisik
berhubungan
dengan
kekakuan pada
sendi ditandai
dengan klien
mengeluh
nyeri dan sendi
kaku

I. Rencana Keperawatan
No DATA SDKI SLKI SIKI
.
KODE DIAGNOSA KODE HASIL KODE INTERVENSI
1 Ds: D.0077 Nyeri akut L.0806 Keluhan I.08238 1.Manajemen
1. Klien Berhubungan 6 nyeri Nyeri:
mengeluh dengan agen menurun a.Identifikasi
nyeri pada Pencedera Sikap lokasi,
persendian. fisiologi protektif karakteristik,
2.klien ditandaidengan menurun durasi, frekuensi,
mengatkan pasien tampak Meringis kualitas, intensitas
nyeri meringis,bersi menurun nyeri
berdenyut- kap protektif b.Identifikasi skala
denyut. nyeri
3.nyeri terasa 2.Edukasi
seperti I.12391 manajemen
ditusuk- nyeri:
tusuk Jelaskan
4.nyeri terasa penyebab,perio
di bagian de, dan strategi
persendian meredakan
lutut bagian nyeri
kanan I.12444 3.Edukasi
5.skala nyeri proses penyakit:
6 Jelaskan
6.nyeri hilang penyebab dan
timbul dan faktor risiko
nyeri dapat penyakit.
bertambah I.08235 4.Kompres
setelah panas:
banyak Lakukan
Melakukan kompres panas
aktivitas. pada daerah
DO: yang cedera
1. Klien I.09326 5.Terapi
tampa relaksasi:
k Anjurkan sering
merin mengulangi
gisdan atau melatih
meme teknik
gangi yang dipilih
kaki.
2. klien
meme
gangi
kaki
yang
sakit

2 DS : D. 0054 Gangguan L.0504 Pergerakan I.05173 1.Dukungan


1.Klien mobilitas fisik 2 ekstermitas Mobilisasi:
mengataka berhubungan meningkat Identifikasi adanya
n jika dengan Kekuatan otot nyeri atau keluhan
melakukan kekakuan pada meningkat fisik lainnya
aktivitas sendi ditandai Rentang I.14540 2. Pencegahan
terlalu lama dengan klien gerak(ROM) jatuh:
terasa nyeri mengeluh nyeri meningkat Anjurkan
2.Klien dan sendi kaku Gerakan berkonsentrasi
tampak terbatas untuk menjaga
berhati-hati menurun keseimbangan
berjalan Nyeri tubuh
DO : menurun I.12389 3. Edukasi latihan
1. Di fisik:
persendian Jelaskan jenis
dan latihan yang sesuai
pergelangan dengan kondisi
kaki tampak kesehatan
bengkak. I.05186 4. Terapi aktivitas:
2. klien Ajarkan cara
melakukan melakukan
aktivitas aktivitas yang
dengan hati- dipilih
hati. I.12361 5. Dukungan
kepatuhan program
pengobatan:
Informasikan
program
pengobatan yang
harus dijalani.

J. Implementasi Keperawatan
Tanggal/Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon
26 Juli 2023 Nyeri akut 1.Mengidentifikasi lokasi, 1.Klien mengeluh nyeri pada
10:00 berhubungan dengan karakteristik, durasi, persendian.klien mengatkan
agen pencedera frekuensi, kualitas, nyeri berdenyut- denyut,nyeri
fisiologis di tandai intensitas nyeri terasa dibagian persendian lutut
dengan pasien tampak
meringis, 2. Mengidentifikasi skala bagian kanan.
bersikap protektif. nyeri 2.skala nyeri 6
3.Menjelaskan 3. Klien mengerti cara
penyebab,periode, dan meredakan nyeri
strategi meredakan nyeri 4. klien tampak mengerti setelah
4.Menjelaskan penyebab diberi penjelasan.
dan faktor risiko gout
arthritis

26 Juli 2023 Gangguan mobilitas 1. Mengidentifikasi adanya 1. Klien mengatakan jika


10.30 fisik berhubungan nyeri atau keluhan fisik melakukan aktivitas
dengan kekakuan pada lainnya terlalu lama terasa
sendi ditandai dengan 2. Menganjurkan klien nyeri, kaki bengkak
klien mengeluh nyeri berkonsentrasi untuk 2. Klien tampak berhati-
dan sendi kaku menjaga keseimbangan hati dalam berjalan
tubuh 3. Klien tampak mengerti
3. Memberikan edukasi setelah diberikan
latihan fisik ,menjelaskan penjelasan
untuk sering berjalan kaki
agar membantu memperkuat
otot dan meningkatkan
sirkulasi darah.
27 Juli 2023 Nyeri akut 1. Melakukan kompres 1. Klien melakukan kompres
10:00 WIB berhubungan dengan panas pada area yang panas
agen pencedera terasa nyeri 2. Klien tampak mengerti dan
fisiologis di tandai 2. Menganjurkan untuk melakukan teknik relaksasi
dengan pasien tampak melakukan terapi genggam jari
meringis, relaksasi yaitu relaksasi
bersikap protektif. genggam jari untuk
meredakan nyeri
27 Juli 2023 Gangguan mobilitas 1.Ajarkan klien untuk 1. Klien mengatakan akan
10:30 WIB fisik berhubungan melakukan aktivitas ringan sering berjalan kaki
dengan kekakuan pada seperti berjalan kaki 2. Klien paham setelah
sendi ditandai dengan 2. Memberikan diberikan penjelasan dan akan
klien mengeluh nyeri Informasi tentang melakukan pengobatan
dan sendi kaku program
pengobatan yang harus
dijalani.

K. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/waktu Diagnosa Evaluasi Paraf
1 26 Juli 2023 Nyeri akut berhubungan dengan S: klien mengeluh nyeri pada
agen pencedera fisiologis di tandai persendian dengan skala nyeri 6
dengan pasien tampak meringis, O: klien tampak memijit
bersikap protektif. persendian di kaki kanannya
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan,
melakukan kompres hangat dan
anjurkan teknik relaksasi
2 26 Juli 2023 Gangguan mobilitas fisik S:Klien mengatakan merasa
berhubungan dengan kekakuan lelah setelah melakukan
pada sendi ditandai dengan klien aktivitas
mengeluh nyeri dan sendi kaku O : klien masih tampak mudah
lelah, TD: 120/80 mmhg,
N:72x/menit,
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan, anjurkan
melakukan aktivitas
ringan dan
memberitahu
program pengobatan

3 27 Juli 2023 Nyeri akut berhubungan dengan S:Klien mengatakan akan


agen pencedera fisiologis di tandai melakukan kompres hangat
dengan pasien tampak meringis, dan terapi relaksasi genggam
bersikap protektif. jari.
O: Klien tampak
rileks A: Masalah
teratasi
P:Intervensi dihentikan
4 27 Julis 2023 Gangguan mobilitas fisik S: Klien melakukan aktivitas
berhubungan dengan kekakuan berjalan kaki dan akan
pada sendi ditandai dengan klien melakukan pengobatan.
mengeluh nyeri dan sendi kaku O: klien tampak lebih
rileks A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

L. Catatan Perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal/waktu Diagnosa Kep Implementasi Evaluasi Paraf
26 juli 2023 Nyeri akut 1.Mengidentifikasi S: klien mengeluh nyeri pada
10.00 berhubungan lokasi, karakteristik, persendian dengan skala nyeri 6
dengan agen durasi, frekuensi, O: klien tampak memijit
pencedera kualitas, intensitas persendian di kaki kanannya
fisiologis di tandai nyeri A: Masalah belum teratasi
dengan pasien 2. Mengidentifikasi P: Intervensi dilanjutkan
tampak meringis, skala nyeri
bersikap protektif. 3.Menjelaskan
penyebab,periode, dan
strategi meredakan
nyeri
4.Menjelaskan
penyebab dan
faktor risiko gout
arthritis

26 Juli 2023 Gangguan 1.Mengidentifikasi S:Klien mengatakan merasa


11:00 WIB mobilitas fisik adanya nyeri atau lelah setelah melakukan
berhubungan keluhan fisik lainnya aktivitas
dengan kekakuan 2.Menganjurkan klien O : klien masih tampak mudah
pada sendi berkonsentrasi untuk lelah, TD: 120/80 mmhg,
ditandai dengan menjaga N:72x/menit,
klien mengeluh keseimbangan tubuh A : Masalah belum
nyeri dan sendi 3. Memberikan teratasi P : Intervensi
kaku edukasi latihan fisik dilanjutkan
,menjelaskan untuk
sering berjalan kaki
agar membantu
memperkuat otot dan
meningkatkan
sirkulasi darah.

CATATAN PERKEMBANGAN II
Tanggal/waktu Diagnosa Kep Implementasi Evaluasi Paraf
27 juli 2023 Nyeri akut 1. Melakukan S:Klien mengatakan akan
10.00 berhubungan kompres panas melakukan kompres hangat
dengan agen pada area yang dan terapi relaksasi genggam
pencedera terasa nyeri jari.
fisiologis di 2. Menganjurkan O: Klien tampak
tandai dengan untuk melakukan rileks A: Masalah
pasien tampak terapi relaksasi yaitu teratasi P:Intervensi
meringis, relaksasi genggam dihentikan
bersikap jari untuk meredakan
protektif. nyeri
27 Juli 2023 Gangguan 1. Ajarkan klien untuk S: Klien melakukan aktivitas
11:00 WIB mobilitas fisik melakukan aktivitas berjalan kaki dan akan
berhubungan ringan seperti melakukan pengobatan.
dengan kekakuan berjalan kaki O: klien tampak lebih
pada sendi 2. Memberikan rileks A: masalah teratasi
ditandai dengan Informasi tentang P: intervensi dihentikan
klien mengeluh program pengobatan
nyeri dan sendi yang harus dijalani.
kaku
DAFTAR PUSTAKA
Lukman ,Ningsih,Nurna.2009. asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistemMusculoskeletal.Jilid 1 .Jakarta : salemba medika
Suparyanto.Metabolism purin dan pirimidin.http://dr-suparyanto-
m.kes.blogspot.com(online) 01 juli 2012.
Mansjoer ,Arif.2001. kapita selekta.kedokteran.disi ke-3. Jakarta : media aeusculapius
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN
GOUT ARTHRITIS

1. Pokok bahasan
Pencegahan Gout Artritis (Asam Urat)
2. Sub Pokok Bahasan
a. Pengetrian Gout Artritis (Asam Urat)
b. Prinsip Diet GA ( Asam Urat )
3. Sasaran : Keluarga Ny.T
4. Waktu : 30 menit
5. Tempat : Kediaman Keluarga Ny.T
6. Hari/ tgl : Kamis, 27 Juli 2023
7. Tujuan :
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai gout artritis diharapkan klien
mengetahui

pentingnya mencegah terjadinya penyakit gout arthritis.


b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x 30 menit diharapkan klien dapat:
1. Dapat mengerti tentang penyakit gout arthritis
2. Menjelaskan bagaimana pencegahan gout arthritis
8. Materi ( terlampir )
1. Pengertian asam urat
2. Tanda dan gejala
3. Diet Gout Artritis
4. Penatalaksanaan asam urat
9. Media
 Leaflet
 Lembar balik
10. Metode penyuluhan
 Ceramah
11. Kegiatan penyuluhan
Waktu Kegiatan
No. Pembicara Peserta
1. 5 menit Pembukaan

1. Memberi salam 1 Menjawab


2 salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
dan
3. Menyampaikan topik Memperhatikan

4. Menjelaskan tujuan
penyuluhan

5. Melakukan kontrak
waktu
15 Isi

Menit
1. Pengertian Asam Urat 1 Mendengarkan dan
2. Penyebab dari asam memperhatikan
urat
3. Tanda dan gejala
asam

urat
4. Pengobatan untuk
asam urat
5. Diet asam urat
3. 10 Evaluasi

Menit
1. Memberikan
kesempatan
pada peserta untuk 1 Bertanya
bertanya

2. Menanyakan kembali pada


peserta tentang materi
2 Menjawab
yang disampaikan

4. 5 Penutup

menit
1 Menyimpulkan materi 1 Mendengarkan

2 Memberi salam 2 Menjawab salam

12. Evaluasi
 Ny.U dapat menjawab beberapa petanyaan seperti berikut :
1. Apakah pengertian asam urat?
2. Bagaimana tanda dan gejalanya?
3. Diet untuk pasien asam uarat?
4. Bagaimana penanganannya
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam
urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk
sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam
urat (hiperurisemia).

Pada keadaan normal, kadar urat serum pada pria mulai meningkat setelah
pubertas. Pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena
estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause kadar
urat serum meningkat seperti pada pria. Gout dapat ditemukan semua ras manusia dan
sekitar 95 % penderitanya adalah pria.
B. Etiologi
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan.

2. Kurangnya pengeluaran asam urat.

3. Diet (pola makan)

4. Berat badan

5. Gaya hidup

C. Patofisiologis

Masalah akan timbul bila terbentuk kristal-kristal dari monosodium urat monohidrat
padasendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk jarum ini
mengakibatkan reaksiperadangan yang bila berlanjut akan mengakibatkan nyeri
hebat yang sering menyertai serangan gout.. Jika tidak diobati endapan kristal akan
menyebabkan kerusakan hebat pada sendi dan jaringan lunak.
D. Gambaran Klinis
Terdapat empat tahap dari perjalanan klinis penyakit gout yang tidak diobati:
1. Tahap pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Dalam tahap ini penderita tidak
menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan asam urat serum. Hanya 20%
dari penderita hiperurisemia asimptomatik yang menjadi serangan gout akut.
2. Tahap kedua adalah arthritis gout akut. Pada tahap ini terjadi pembengkakan
mendadak dan nyeri yang luar biasa. Arthritis bersifat monoartikular dan
menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal. Mungkin terdapat demam dan
peningkatan jumlah sel darah putih. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan,
trauma, obat-obatan, alkohol, atau stress emosional. timbunan kristal asam urat.
Reaksi peradangan dapat meluas dan bertambah sendiri, akibat dari penambahan
timbunan kristal dari serum.
3. Tahap ketiga setelah serangan gout akut adalahtahap interkritical. Tidak terdapat
gejala-gejala pada masa ini yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai
tahun. Kebanyakan orang mengalami ulangan serangan gout dalam waktu kurang
dari 1 tahun jika tidak diobati.
4. Tahap keempat adalah tahap gout kronik dimana timbunan urat terus bertambah
dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat
kristal-kristal asam urat menyebabkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan dari sendi yang bengkak. Serangan akut dari artritis gout dapat terjadi
pada tahap ini. Tofi terbentuk pada masa gout kronik akibat insolubilitas realtif dari
urat. tofi terbentuk pada daerah-daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat
tendon achilles pada metatarsofalangeal digiti I.

E. Tanda dan gejala

Gejala utamanya adalah adanya rasa nyeri/sakit pada sendi, bengkak disekitar
persendian, terasa kaku di persendian saat bangun tidur atau setelah istirahat lama.
Lokasi-lokasi biasanya terasa nyeri yaitu pada daerah lutut, tumit, pergelangan
tangandan kaki, panggul dan kadang-kandang menjalar sampai ke tulang belakang.
Serangan sering terjadi di malam hari. Biasanya sehari sebelumnya penderita tidak
merasakan apa-apa atau terlihat segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba terbangun
oleh rasa sakit yang hebat sekali
F. DIET
Penderita asam urat tinggi, memang harus hati-hati terhadap makanan. Diet yang

dilakukan, harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Pembatasan purin

Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam


urat harus melakukan diet bebas purin.Namun karena hampir semua bahan
makanan sumber protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak
mungkin dilakukan.Maka yang harus dilakukan adalah membatasi asupan purin
menjadi 100- 150 mg purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1.000
mg purin per hari).
2. Kalori sesuai kebutuhan

Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh


berdasarkan pada tinggi dan berat badan.Penderita gangguan asam urat yang
kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkannn dengan tetap
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga
bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
3. Tinggi karbohidrat

Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya
tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti
gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa
akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

4. Rendah protein

Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan protein
yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari
atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah
protein nabati yang berasal dari susu, keju dan telur.
5. Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari.Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
6. Tinggi cairan

Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui
urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak
2,5 liter atau10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh, atau
kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang
mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,
blewah, nanas, belimbing manis,dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-
buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan
durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
7. Tanpa alkohol

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang


mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi
alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma.
Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

G. Penatalaksanaan
1. Serangan Akut
Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:
a. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan artritis
gaut maupun pencegahannya dengan dosis yang lebih rendah. Kolkisisn bekerja
pada peradanganterhadap kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel
radang.
b. OAINS, semua jenis oains dapat diberikan , yang paling sering digunakan
adalah indometasin. Dosis awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam, diteruskan
sampai gejala menghilang (5-10 hari).
c. Analgesik, diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin
karena dalam dosis yang rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari
ginjal dan memperberat hiperurisemia.
d. Tirah baring, merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah
serangan menghilang.
2. Penatalaksanaan Periode Antara

Bertujuan mengurangi endapan urat dalam jaringan dan menurunkan frekuensi


serta keparahan serangan.

a. Diet, dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk, serta diet
rendah purin. Hindari alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan
sarden, daging kambing,) termasuk roti amnis. Perbanyak minum. Pengeluaran
urin 2 liter/hari atau lebih akan membantu pengeluaran asam urat dan
mengurangi pembentukan endapan di saluran kemih.
b. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti tiazid, diuretik,
aspirin > dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam urat dari ginjal.
c. Kolkisin secara teratur dindikasikan untuk:

- Mencegah serangan gout yang akan datang. Obat ini tidak mempengaruhi
tingginya kadar asam rat namun menurunkan frekuensi terjadinya serangan.
- Menekan serangan akut yang dapat terjadi akibat perubahan mendadak dari
kadar asam urat serum dalam pemakaian obat urikosurik atau alopurinol.
d. Penurunan kadar asam urat serum

Diindikasikan pada artritis akut yang sering dan tidak terkontrol dengan
kolkisin, terdapat endapan tofi. Tujuannya untuk mempertahankan kadar asam
urat serum di bawah 6 mg/dL, agar tidak terbentuk kristalisasi urat.

Ada 2 jenis obat yang dapat digunakan, yaitu:


- Obat Urikosurik, bekerja menghambat reabsorbsi tubulus terhadap asam
urat ang telah difiltrasi dan mengurangi penyimpanannya, mencegah
pembentukan tofiyang baru dan mengurangi ukuran yang telah terbentuk.
Misalnya: Probenesid, sulfinpirazon, Bensbromaron, Azapropazon.
- Inhibitor xantin oksidase atau alopurinol, bekerja menurunkan produksi
asam uratdan meningkatkan pembentukan xantin serta hipoxantin dengan
cara menghambatenzim xantin oksidase.
ARTRITIS GOUT DAN PERKEMBANGANNYA
Fandi Wahyu Widyanto
Rumah Sakit Aminah Blitar
Email funday_hoho@yahoo.com
Abstrak
Artritis Gout dan Perkembangannya. Latar Belakang. Artritis gout merupakan istilah yang
dipakai untuk kelompok gangguan metabolik, yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi
asam urat (hiperurisemia). Setiap tahun penderita artritis gout meningkat jumlahnya dan
merupakan bagian dari masalah utama kesehatan bagi usia lanjut di Indonesia maupun
seluruh dunia. Oleh karena itu, penatalaksanaan artritis gout harus dilakukan dengan cermat
agar tidak menimbulkan kecacatan yang lebih parah. Obat yang dipakai untuk artritis gout
akut ialah kolkisin, obat antiinflamasi non-steroid atau kortikosteroid. Kolkisin juga dipakai
sebagai terapi pencegahan. Diet dan perubahan cara hidup merupakan komponen yang
penting dalam penatalaksanaan gout karena menurunkan kadar asam urat serum. Dengan
pengobatan dini, pemantauan yang ketat disertai pendidikan terhadap penderita, prognosis
umumnya baik.

Abstract
Gout Arthritis and Its Progress Background. Gout arthritis is the term used for a group of
metabolic disorder. The sign of this disease is marked by increasing the level of uric acid
(hyperuricemia). The patient of gout arthritis continues to grow every year and becomes the
part of health problem for the elderly not only in Indonesia but also a worldwide health
problem. Therefore the theraphy of gout arthritis should be done carefully in order to
diminish the disability. Colchicine, nonsteroidal anti-inflammatory drugs and corticosteroid
are drugs used for treating acute gouty arthritis. Colchicine is also used for prophylaxis. Urate
lowering drugs also play a role in prophylactic management of gout. With early intervention,
careful monitoring, and patient education, the prognosis is excellent. Key words : gout
arthritis, hyperuricemia
PENDAHULUAN kasus artritis gout dari tahun ke tahun
Artritis gout merupakan salah satu mengalami peningkatan di bandingkan
penyakit metabolik (metabolic syndrom) dengan kasus penyakit tidak menular
yang terkait dengan pola makan diet tinggi lainnya. Pada tahun 2007 jumlah kasus
purin dan minuman beralkohol. artritis gout di Tegal sebesar 5,7%
Penimbunan kristal monosodium urat meningkat menjadi 8,7% pada tahun 2008,
(MSU) pada sendi dan jaringan lunak dari data rekam medik di RSU Kardinah
merupakan pemicu utama terjadinya selama tahun 2008 tercatat 1068 penderita
keradangan atau inflamasi pada gout baik rawat inap maupun penderita rawat
artritis (Nuki dan Simkin, 2006). Artritis jalan yang melakukan pemeriksaan kadar
gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga asam urat 40% di antaranya menderita
setelah osteoartritis dan kelompok rematik hiperurisemia (Purwaningsih, 2009). Hasil
luar sendi (gangguan pada komponen survei WHO-ILAR Copcord (World
penunjang sendi, peradangan, penggunaan Health Organization–International League
berlebihan) (Nainggolan, 2009). Penyakit of Associations for Rheumatology
ini mengganggu kualitas hidup Community Oriented Program for Control
penderitanya. Peningkatan kadar asam of Rheumatic Disease) di pedesaan
urat dalam darah (hiperurisemia) Sulawesi Utara dan Manado menemukan
merupakan faktor utama terjadinya artritis hubungan asam urat menahun dengan pola
gout (Roddy dan Doherty, 2010). Masalah konsumsi dan gaya hidup, diantaranya
akan timbul jika terbentuk kristal-kristal konsumsi alkohol dan kebiasaan makan
monosodium urat (MSU) pada sendisendi makanan kaya purin. Selain itu, kebiasaan
dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal minum obat jenis diuretika
berbentuk seperti jarum ini (hidroklorotiazide), yaitu obat untuk
mengakibatkan reaksi peradangan yang menurunkan tekanan darah tinggi dapat
jika berlanjut akan menimbulkan nyeri meningkatkan kadar asam urat serum
hebat yang sering menyertai serangan (Muniroh et al, 2010). Perubahan gaya
artritis gout (Carter, 2006). Data hidup tradisional ke gaya hidup modern
NHANES III pada tahun 1988 hingga merupakan pemicu utama artritis gout
1994 di Amerika Serikat menunjukkan (Saag dan Choi, 2006). Sebagian besar
bahwa artritis gout menyerang lebih dari 3 kasus artritis gout mempunyai latar
juta pria dengan usia 40 tahun atau lebih, belakang penyebab primer, sehingga
dan 1,7 juta wanita dengan usia 40 tahun memerlukan pengendalian kadar asam urat
atau lebih (Weaver, 2008). Sedangkan di jangka panjang. Perlu komunikasi yang
tahun 2007 hingga 2008 penderita artritis baik dengan penderita untuk mencapai
gout meningkat menjadi 8,3 juta tujuan terapi. Hal itu dapat diperoleh
penderita, dimana jumlah penderita artritis dengan edukasi dan diet rendah purin yang
gout pada pria sebesar 6,1 juta penderita baik. Pencegahan lainnya berupa
dan penderita wanita berjumlah 2,2 juta. penurunan konsumsi alkohol dan
Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi penurunan berat badan (Hidayat, 2009).
penderita artritis gout di Amerika Serikat Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
meningkat dalam dua dekade ini (Zhu et mengetahui perkembangan artritis gout
al, 2011). Di Indonesia belum banyak meliputi epidemiologi, faktor resiko,
publikasi epidemiologi tentang artritis patogenesis, manifestasi klinis
gout. Berdasarkan laporan Dinas penatalaksanaan, dan komplikasi prognosis
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, jumlah serta perkembangan penyakit tersebut.
Diharapkan dengan mengetahuinya Indonesia
dapat meningkatkan kualitas derajat
kesehatan masyarakat, terutama
berkaitan dengan artritis gout. Kemudian
dapat menjadi salah satu tinjauan
pustaka dalam penelitian-penelitian
selanjutnya.
PEMBAHASAN
Definisi
Artritis gout adalah penyakit yang sering
ditemukan dan tersebar di seluruh dunia.
Artritis gout atau dikenal juga sebagai
artritis pirai, merupakan kelompok
penyakit heterogen sebagai akibat
deposisi kristal monosodium urat pada
jaringan atau akibat supersaturasi asam
urat di dalam cairan ekstraseluler.
Gangguan metabolisme yang
mendasarkan artritis gout adalah
hiperurisemia yang didefinisikan sebagai
peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl
untuk pria dan 6,0 ml/dl untuk wanita
(Tehupeiory, 2006).
Sedangkan definisi lain, artritis gout
merupakan penyakit metabolik yang
sering menyerang pria dewasa dan wanita
posmenopause. Hal ini diakibatkan oleh
meningkatnya kadar asam urat dalam
darah (hiperurisemia) dan mempunyai ciri
khas berupa episode artritis gout akut dan
kronis (Schumacher dan Chen, 2008).
Epidemiologi
Artritis gout menyebar secara merata di
seluruh dunia. Prevalensi bervariasi antar
negara yang kemungkinan disebabkan
oleh adanya perbedaan lingkungan, diet,
dan genetik (Rothschild, 2013). Di Inggris
dari tahun 2000 sampai 2007 kejadian
artritis
gout 2,68 per 1000 penduduk, dengan
perbandingan 4,42 penderita pria dan 1,32
penderita wanita dan meningkat seiring
bertambahnya usia (Soriano et al, 2011).
Di Italia kejadian artritis gout meningkat
dari 6,7 per 1000 penduduk pada tahun
2005 menjadi 9,1 per 1000 penduduk
pada
tahun 2009 (Rothschild, 2013).
Sedangkan jumlah kejadian artritis gout di
masih belum jelas karena data pada wanita muda (Roddy dan Doherty,
yang masih sedikit. Hal ini 2010).Pertambahan usia merupakan faktor
disebabkan karena Indonesia resiko penting pada pria dan wanita. Hal
memiliki berbagai macam jenis ini kemungkinan disebabkan banyak
etnis dan kebudayaan, jadi sangat faktor, seperti peningkatan kadar asam
memungkinkan jika Indonesia urat
memiliki lebih banyak variasi
jumlah kejadian artritis gout
(Talarima et al, 2012). Pada tahun
2009 di Maluku Tengah ditemukan
132 kasus, dan terbanyak ada di
Kota Masohi berjumlah 54 kasus
(Talarima et al, 2012). Prevalensi
artritis gout di Desa Sembiran, Bali
sekitar 18,9%, sedangkan di Kota
Denpasar sekitar 18,2%.
Tingginya prevalensi artritis gout di
masyarakat Bali berkaitan dengan
kebiasaan makan makanan tinggi
purin seperti lawar babi yang diolah
dari daging babi, betutu ayam/itik,
pepes ayam/babi, sate babi, dan
babi guling (Hensen, 2007).
Etiologi
Etiologi dari artritis gout meliputi
usia, jenis kelamin, riwayat
medikasi, obesitas, konsumsi purin
dan alkohol. Pria memiliki tingkat
serum asam urat lebih tinggi
daripada wanita, yang
meningkatkan resiko mereka
terserang artritis gout.
Perkembangan artritis gout sebelum
usia 30 tahun lebih banyak terjadi
pada pria dibandingkan wanita.
Namun angka kejadian artritis gout
menjadi sama antara kedua jenis
kelamin setelah usia 60 tahun.
Prevalensi artritis gout pada pria
meningkat dengan bertambahnya
usia dan mencapai puncak antara
usia 75 dan 84 tahun (Weaver,
2008). Wanita mengalami
peningkatan resiko artritis gout
setelah menopause, kemudian
resiko mulai meningkat pada usia
45 tahun dengan penurunan level
estrogen karena estrogen memiliki
efek urikosurik, hal ini
menyebabkan artritis gout jarang
serum (penyebab yang paling sering terjadinya hiperurisemia dan tidak
adalah karena adanya penurunan fungsi meningkatkan resiko artritis gout (Weaver,
ginjal), peningkatan pemakaian obat 2008). Mekanisme biologi yang
diuretik, dan obat lain yang dapat menjelaskan hubungan antara konsumsi
meningkatkan kadar asam urat serum alkohol dengan resiko terjadinya serangan
(Doherty, 2009). Penggunaan obat gout yakni, alkohol dapat mempercepat
diuretik merupakan faktor resiko yang proses pemecahan adenosin trifosfat dan
signifikan untuk perkembangan artritis produksi asam urat (Zhang, 2006).
gout. Obat diuretik dapat menyebabkan Metabolisme etanol menjadi acetyl CoA
peningkatan reabsorpsi asam urat dalam menjadi adenin nukleotida meningkatkan
ginjal, sehingga menyebabkan terbentuknya adenosin monofosfat yang
hiperurisemia. merupakan prekursor pembentuk asam
Dosis rendah aspirin, umumnya diresepkan urat. Alkohol juga dapat meningkatkan
untuk kardioprotektif, juga meningkatkan asam laktat pada darah yang menghambat
kadar asam urat sedikit pada pasien usia eksresi asam urat (Doherty, 2009). Alasan
lanjut. Hiperurisemia juga terdeteksi pada lain yang menjelaskan hubungan alkohol
pasien yang memakai pirazinamid, dengan artritis gout adalah alkohol
etambutol, dan niasin (Weaver, 2008). memiliki kandungan purin yang tinggi
Obesitas dan indeks massa tubuh sehingga mengakibatkan over produksi
berkontribusi secara signifikan dengan asam urat dalam tubuh (Zhang, 2006).
resiko artritis gout. Resiko artritis gout Asam urat merupakan produk akhir dari
sangat rendah untuk pria dengan indeks metabolisme purin. Dalam keadaan
massa tubuh antara 21 dan 22 tetapi normalnya, 90% dari hasil metabolit
meningkat tiga kali lipat untuk pria yang nukleotida adenine, guanine, dan
indeks massa tubuh 35 atau lebih besar hipoxantin akan digunakan kembali
(Weaver, 2008). Obesitas berkaitan sehingga akan terbentuk kembali masing-
dengan terjadinya resistensi insulin. masing menjadi adenosine monophosphate
Insulin diduga meningkatkan reabsorpsi (AMP), inosine monophosphate (IMP),
asam urat pada ginjal melalui urate anion dan guanine monophosphate (GMP) oleh
exchanger transporter-1 (URAT1) atau adenine phosphoribosyl transferase
melalui sodium dependent anion (APRT) dan hipoxantin guanine
cotransporter pada brush border yang phosphoribosyl transferase (HGPRT).
terletak pada membran ginjal bagian Hanya sisanya yang akan diubah menjadi
tubulus proksimal. Dengan adanya xantin dan selanjutnya akan diubah
resistensi insulin akan mengakibatkan menjadi asam urat oleh enzim xantin
gangguan pada proses fosforilasi oksidatif oksidase (Silbernagl, 2006).
sehingga kadar adenosin tubuh meningkat.
Peningkatan konsentrasi adenosin Patologi
mengakibatkan terjadinya retensi sodium, Histopatologis dari tofus menunjukkan
asam urat dan air oleh ginjal (Choi et al, granuloma dikelilingi oleh butir kristal
2005). monosodium urat (MSU). Reaksi inflamasi
Konsumsi tinggi alkohol dan diet kaya di sekeliling kristal terutama terdiri dari sel
daging serta makanan laut (terutama mononuklir dan sel giant. Erosi kartilago
kerang dan beberapa ikan laut lain) dan korteks tulang terjadi di sekitar tofus.
meningkatkan resiko artritis gout. Sayuran Kapsul fibrosa biasanya prominen di
yang banyak mengandung purin, yang sekeliling tofus. Kristal dalam tofus
sebelumnya dieliminasi dalam diet rendah
purin, tidak ditemukan memiliki hubungan
berbentuk jarum (needle shape) dan sering menginduksi pengeluaran interleukin (IL)
membentuk kelompok kecil secara radier pada sel monosit yang merupakan faktor
(Tehupeiory, 2006). Komponen lain yang penentu terjadinya akumulasi neutrofil
penting dalam tofus adalah lipid (Choi et al, 2005). Pengenalan kristal
glikosaminoglikan dan plasma protein. monosodium urat diperantarai oleh Toll-
Pada artritis gout akut cairan sendi juga like receptor (TLR) 2 dan TLR 4, kedua
mengandung kristal monosodium urat reseptor tersebut beserta TLR protein
monohidrat pada 95% kasus. Pada cairan penyadur MyD88 mendorong terjadinya
aspirasi dari sendi yang diambil segera fagositosis. Selanjutnya proses pengenalan
pada saat inflamasi akut akan ditemukan TLR 2 dan 4 akan mengaktifkan faktor
banyak kristal di dalam lekosit. Hal ini transkripsi nuclear factor-kB dan
disebabkan karena terjadi proses menghasilkan berbagai macam faktor
fagositosis (Tehupeiory, 2006). inflamasi (Cronstein dan Terkeltaub,
Patogenesis 2006). Proses fagositosis kristal
Monosodium urat akan membentuk monosodium urat menghasilkan reactive
kristal ketika konsentrasinya dalam oxygen species (ROS) melalui NADPH
plasma berlebih, sekitar 7,0 mg/dl. Kadar oksidase. Keadaan ini mengaktifkan
monosodium urat pada plasma bukanlah NLRP3, kristal monosodium urat juga
satu-satunya faktor yang mendorong menginduksi pelepasan ATP yang
terjadinya pembentukan kristal. Hal ini nantinya akan mengaktifkan P2X7R.
terbukti pada beberapa penderita Ketika P2X7R diaktifkan akan terjadi
hiperurisemia tidak menunjukkan gejala proses pengeluaran cepat kalium dari
untuk waktu yang lama sebelum serangan dalam sel yang merangsang NLRP3.
artritis gout yang pertama kali. Faktor- Kompleks makro melekular yang disebut
faktor yang mendorong terjadinya dengan inflamasom terdiri dari NLRP3,
serangan artritis gout pada penderita ASC dan pro-caspase-1 dan CARDINAL.
hiperurisemia belum diketahui pasti. Semua proses diatas nantinya akan
Diduga kelarutan asam urat dipengaruhi menghasilkan IL-1α (Busso dan So, 2010).
pH, suhu, dan ikatan antara asam urat dan Sel-sel yang sering diteliti pada artritis
protein plasma (Busso dan So, 2010). gout adalah lekosit, neutrofil, dan
Kristal monosodium urat yang menumpuk makrofag (Busso dan So, 2010). Salah
akan berinteraksi dengan fagosit melalui satu komponen utama pada inflamasi akut
dua mekanisme. Mekanisme pertama adalah pengaktifan vascular endhotelial
adalah dengan cara mengaktifkan sel-sel yang menyebabkan vasodilatasi dengan
melalui rute konvensional yakni peningkatan aliran darah, peningkatan
opsonisasi dan fagositosis serta permeabilitas terhadap protein plasma dan
mengeluarkan mediator inflamasi. pengumpulan lekosit ke dalam jaringan.
Mekanisme kedua adalah kristal Aktivasi endotel akan menghasilkan
monosodium urat berinteraksi langsung molekul adhesi seperti E-selectin,
dengan membran lipid dan protein melalui intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-
membran sel dan glikoprotein pada 1) dan vascular cell adhesion molecule-1
fagosit. Interaksi ini mengaktivasi (VCAM-1) yang kemungkinan
beberapa jalur transduksi seperti protein disebabkan karena adanya faktor TNF-α
G, fosfolipase C dan D, Srctyrosine- yang dikeluarkan oleh sel mast (Dalbeth
kinase, ERK1/ERK2, c-Jun N- terminal dan Haskard, 2005). Neutrofil
kinase, dan p38 mitogen-activated protein berkontribusi pada proses inflamasi
kinase. Proses diatas akan melalui faktor
kemotaktik yakni sitokin dan kemokin pertahanan tubuh non spesifik untuk
yang berperan pada adhesi endotel dan
menghindari kerusakan jaringan akibat
proses transmigrasi. Sejumlah faktor yang
diketahui berperan dalam proses artritis agen penyebab. Tujuan dari proses
gout adalah IL-1α, IL-8, CXCL1, dan inflamasi itu adalah untuk menetralisir dan
granulocyte stimulating-colony factor
(Busso dan So, 2010). menghancurkan agen penyebab serta

Tabel 1. Penyebab Umum Overproduksi dan mencegah perluasan agen penyebab ke


Ekskresi yang menurun dari asam urat pada artritis jaringan yang lebih luas (Tehupeiory,
gout 2006). Reaksi inflamasi yang berperan
Over Produksi Eksreksi yang dalam proses melibatkan makrofag,
menurun
neutrofil, yang nantinya menghasilkan
Makanan dengan Penyakit ginjal
berbagai mediator kimiawi antara lain,
kandungan purin
tinggi TNFα, interleukin-1, interleukin-6,

Alkohol Intoksikasi interleukin-8, alarmin, dan leukotrien


(Neogi, 2011).
Kekurangan enzim Obat-obatan
Manifestasi Klinis
Obesitas Asidosis metabolik
Gambaran klinis artritis gout terdiri dari
Peningkatan Alkohol
pergantian sel artritis gout asimptomatik, artritis gout
akut, interkritikal gout, dan gout menahun
Keganasan
dengan tofus. Nilai normal asam urat
Psoriasis
serum pada pria adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl,
dan pada wanita adalah 4,0 ± 1,0 mg/dl.
Penurunan konsentrasi asam urat serum
Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/
dapat mencetuskan pelepasan kristal
dl pada seseorang dengan artritis gout
monosodium urat dari depositnya dalam
(Carter, 2006). Pada tahap pertama
tofus (crystals shedding). Pada beberapa
hiperurisemia bersifat asimptomatik,
pasien gout atau yang dengan
kondisi ini dapat terjadi untuk beberapa
hiperurisemia asimptomatik kristal urat
lama dan ditandai dengan penumpukan
ditemukan pada sendi metatarsofalangeal
asam urat pada jaringan yang sifatnya
dan lutut yang sebelumnya tidak pernah
silent. Tingkatan hiperurisemia berkolerasi
mendapat serangan akut. Dengan demikian
dengan terjadinya serangan artritis gout
gout dapat timbul pada keadaan
pada tahap kedua (Sunkureddi et al, 2006).
asimptomatik (Tehupeiory, 2006).
Radang sendi pada stadium ini sangat akut
Peradangan atau inflamasi merupakan
dan yang timbul sangat cepat dalam waktu
reaksi penting pada artritis gout. Reaksi
singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-
ini merupakan reaksi
apa. Pada
saat bangun pagi terasa sakit yang hebat asam urat darah secara mendadak dengan
dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat alopurinol atau obat urikosurik dapat
monoartikuler dengan keluhan utama menimbulkan kekambuhan (Tehupeiory,
berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, 2006). Stadium interkritikal merupakan
merah dengan gejala sistemik berupa kelanjutan stadium akut dimana terjadi
demam, menggigil dan merasa lelah periode interkritik asimptomatik.
(Tehupeiory, 2006). Serangan artritis gout Walaupun secara klinis tidak didapatkan
akut terjadi ditandai dengan nyeri pada tanda-tanda radang akut, namun pada
sendi yang berat dan biasanya bersifat aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal
monoartikular. Pada 50% serangan ini menunjukkan bahwa proses peradangan
pertama terjadi pada metatarsophalangeal1 tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan.
(MTP-1) yang biasa disebut dengan Keadaan ini dapat terjadi satu atau
podagra. Semakin lama serangan mungkin beberapa kali pertahun, atau dapat sampai
bersifat poliartikular dan menyerang 10 tahun tanpa serangan akut. Apabila
ankles, knee, wrist, dan sendi-sendi pada tanpa penanganan yang baik dan
tangan (Sunkureddi et all, 2006). Serangan pengaturan asam urat yang tidak benar,
akut ini dilukiskan sebagai sembuh maka dapat timbul serangan akut lebih
beberapa hari sampai beberapa minggu, sering yang dapat mengenai beberapa
bila tidak terobati, rekuren yang multipel, sendi dan biasanya lebih berat
interval antara serangan singkat dan dapat (Tehupeiory, 2006). Kebanyakan orang
mengenai beberapa sendi (Tehupeiory, mengalami serangan artritis gout berulang
2006). Ketika serangan artritis gout terjadi dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak
eritema yang luas di sekitar area sendi diobati (Carter, 2006). Segera setelah
yang terkena dapat terjadi. Meskipun serangan akut terjadi penderita mungkin
serangan bersifat sangat nyeri biasanya mengalami proses yang terus berlanjut,
dapat sembuh sendiri dan hanya beberapa meskipun bersifat asimptomatik apabila
hari. Setelah serangan terdapat interval terapi antiinflamasi tidak diberikan pada
waktu yang sifatnya asimptomatik dan waktu yang cukup, yaitu beberapa hari
disebut juga stadium interkritikal setelah serangan akut berhenti. Setelah itu
(Sunkureddi et al, 2006). Faktor pencetus terdapat jeda waktu yang lama sebelum
serangan akut antara lain berupa trauma serangan berikutnya. Selama waktu ini
lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, deposit asam urat kemungkinan meningkat
stres, tindakan operasi, pemakaian obat secara silent (Mandell, 2008). Stadium
diuretik atau penurunan dan peningkatan gout menahun ini umumnya pada pasien
asam urat. Penurunan yang mengobati
sendiri sehingga dalam waktu lama tidak kristal urat dalam cairan sendi atau tofus
berobat secara teratur pada dokter. Artritis dan/atau bila ditemukan 6 dari 12 kriteria
gout menahun biasanya disertai tofus yang yaitu, Inflamasi maksimum pada hari
banyak dan terdapat poliartikuler pertama, serangan akut lebih dari satu kali,
(Tehupeiory, 2006). Tofus terbentuk pada artritis monoartikuler, sendi yang terkena
masa artritis gout kronis akibat berwarna kemerahan, pembengkakan dan
insolubilitas relatif asam urat. Awitan dan nyeri pada sendi metatarsofalangeal,
ukuran tofus secara proporsional mungkin serangan pada sendi metatarsofalangeal
berkaitan dengan kadar asam urat serum. unilateral, adanya tofus, hiperurisemia,
Bursa olekranon, tendon achilles, pada foto sinar-X tampak pembengkakan
permukaan ekstensor lengan bawah, bursa sendi asimetris dan kista subkortikal tanpa
infrapatelar, dan heliks telinga adalah erosi, dan kultur bakteri cairan sendi
tempat-tempat yang sering dihinggapi negatif. Sedangkan menurut Fauci et al
tofus. Secara klinis tofus ini mungkin sulit (2008), diagnosis artritis gout meliputi
dibedakan dengan nodul rematik. Pada kriteria analisis cairan sinovial, terdapat
masa kini tofus jarang terlihat dan akan kristal-kristal asam urat berbentuk jarum
menghilang dengan terapi yang tepat baik di cairan eksraseluler maupun
(Carter, 2006). Pada tofus yang besar intraseluler, asam urat serum, asam urat
dapat dilakukan ekstirpasi, namun hasilnya urin, ekskresi >800 mg/dl dalam diet
kurang memuaskan. Lokasi tofus yang normal tanpa pengaruh obat, yang
paling sering pada cuping telinga, MTP-1, menunjukkan overproduksi, skrining untuk
olekranon, tendon Achilles dan jari tangan. menemukan faktor resiko, seperti
Pada stadium ini kadang-kadang disertai urinalisis, serum kreatinin, tes fungsi hati,
batu saluran kemih sampai penyakit ginjal kadar glukosa dan lemak, dan hitung darah
menahun (Tehupeiory, 2006). Pada artritis lengkap, jika terbukti karena overproduksi,
gout kronis yang menyerang banyak sendi konsentrasi eritrosit hypoxantine guanine
dapat menyerupai artritis reumatoid. phosporibosyl transferase (HGPRT) dan 5-
Penderita dapat timbul tofus subkutaneus phosphoribosyl-1-pyrophosphate (PRPP)
pada area yang mengalami gesekan atau terbukti meningkat, foto sinar-X,
trauma. Tofus tersebut dapat serng diduga menunjukkan perubahan kistik, erosi
sebagai nodul reumatoid (Mandell, 2008). dengan garis tepi bersklerosi pada artritis
Diagnosis gout kronis. Artritis gout memiliki
Diagnosis artritis gout dilakukan sesuai diagnosis banding seperti artritis septik,
dengan kriteria dari The American College psoriasis, calcium pyrophosphate
of Rheumatology (ACR) yaitu terdapat
deposition disease (CPPD), dan artritis asiptomatik biasanya tidak membutuhkan
rematik. Untuk diagnosis definitif artritis pengobatan. Serangan akut artritis gout
gout dikonfirmasikan dengan analisis diobati dengan obat-obatan antiinflamasi
cairan sendi dimana pada penderita artritis nonsteroid atau kolkisin. Obat-obat ini
gout mengandung monosodium urat yang diberikan dalam dosis tinggi atau dosis
negatif birefringent (refraktif ganda) yang penuh untuk mengurangi peradangan akut
juga ditelan oleh neutrofil (dilihat dengan sendi (Carter, 2006). Beberapa lifestyle
mikroskop sinar terpolarisasi) (Setter dan yang dianjurkan antara lain menurunkan
Sonnet, 2005). Analisis cairan sinovial dan berat badan, mengkonsumsi makanan
kultur sangat penting untuk membedakan sehat, olahraga, menghindari merokok, dan
artritis septik dengan artritis gout. Artritis konsumsi air yang cukup. Modifikasi diet
gout cenderung tidak simetris dan faktor pada penderita obesitas diusahakan untuk
reumatoid negatif, sedangkan pada artritis mencapai indeks masa tubuh yang ideal,
rematik cenderung terjadi simetris dan namun diet yang terlalu ketat dan diet
lebih dari 60% kasus memiliki faktor tinggi protein atau rendah karbohidrat (diet
reumatoid positif. Hiperurisemia juga atkins) sebaiknya dihindari. Pada penderita
sering terjadi pada penderita psoriasis dan artritis gout dengan riwayat batu saluran
adanya lesi kulit membedakan kasus ini kemih disarankan untuk mengkonsumsi 2
dengan artritis gout (Depkes, 2006). liter air tiap harinya dan menghindari
Penatalaksanaan kondisi kekurangan cairan. Untuk latihan
Tujuan pengobatan pada penderita artritis fisik penderita artritis gout sebaiknya
gout adalah untuk mengurangi rasa nyeri, berupa latihan fisik yang ringan, karena
mempertahankan fungsi sendi dan dikhawatirkan akan menimbulkan trauma
mencegah terjadinya kelumpuhan. Terapi pada sendi (Jordan et al, 2007).
yang diberikan harus dipertimbangkan Penanganan diet pada penderita artritis
sesuai dengan berat ringannya artrtitis gout gout dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
(Neogi, 2011). Penatalaksanaan utama yaitu avoid, limit, dan encourage. Pada
pada penderita artritis gout meliputi penderita yang dietnya diatur dengan baik
edukasi pasien tentang diet, lifestyle, mengalami penurunan kadar urat serum
medikamentosa berdasarkan kondisi yang bermakna (Khanna et all, 2012).
obyektif penderita, dan perawatan Tujuan terapi serangan artritis gout akut
komorbiditas (Khanna et al, 2012). adalah menghilangkan gejala, sendi yang
Pengobatan artritis gout bergantung pada sakit harus diistirahatkan dan terapi obat
tahap penyakitnya. Hiperurisemia dilaksanakan secepat mungkin untuk
menjamin respon yang cepat dan artritis gout terjadi pada banyak sendi
sempurna. Ada tiga pilihan obat untuk besar. Terapi kombinasi yang dilakukan
artritis gout akut, yaitu NSAID, kolkisin, adalah kolkisin dengan NSAID, kolkisin
kortikosteroid, dan memiliki keuntungan dan kortikosteroid oral, steroid
dan kerugian. Pemilihan untuk penderita intraartikular dan obat lainnya. Untuk
tetentu tergantung pada beberapa faktor, kombinasi NSAID dengan kortikosteroid
termasuk waktu onset dari serangan yang sistemik tidak disarankan karena
berhubungan dengan terapi awal, dikawatirkan menimbulkan toksik pada
kontraindikasi terhadap obat karena saluran cerna (Khanna et al, 2012). Obat
adanya penyakit lain, efikasi serta resiko golongan NSAID yang di-rekomendasikan
potensial.NSAID biasanya lebih dapat sebagai lini pertama pada kondisi artritis
ditolerir dibanding kolkhisin dan lebih gout akut adalah indometasin, naproxen,
mempunyai efek yang dapat diprediksi dan sulindak. Ketiga obat tersebut dapat
(Depkes, 2006). Untuk penderita artritis menimbulkan efek samping serius pada
gout yang mengalami peptic ulcers , saluran cerna, ginjal, dan perdarahan
perdarahan atau perforasi sebaiknya saluran cerna. Obat golongan
mengikuti standar atau guideline cyclooxigenase 2 inhibitor (COX 2
penggunaan NSAID. Kolkisin dapat inhibitor) seperti celecoxib merupakan
menjadi alternatif namun memiliki efek pilihan pada penderita artritis gout dengan
kerja yang lebih lambat dibandingkan masalah pada saluran cerna (Cronstein dan
dengan NSAID. Kortikosteroid baik secara Terkeltaub, 2006).
oral, intraartikular, intramuskular, ataupun Tabel 2. Contoh Obat NSAID
intravena lebih efektif diberikan pada gout
monoartritis, penderita yang tidak toleran
terhadap NSAID dan penderita yang
mengalami refrakter terhadap pengobatan
lainnya (Jordan et al, 2007). Untuk
mendapatkan hasil yang optimal,
sebaiknya pengobatan serangan artritis
gout diobati dalam 24 jam pertama
serangan, salah satu pertimbangan
pemilihan obat adalah berdasarkan
tingkatan nyeri dan sendi yang terkena.
Terapi kombinasi dapat dilakukan pada
kondisi akut yang berat dan serangan
Nama Obat Rute Dosis
pemberian
Aspirin Oral 4-6
gram/hari
Indometasin Oral 2-4 kali 25
mg/hari
Piroksikam Oral 10-20
mg/hari
Ibuprofen Oral 1200-2400
mg/hari
Asam Oral 750-1500
mefanemat mg/hari NLRP3 inflamasom yang mana
Meloksikam Oral 7,5-15 menghasilkan IL-1â diasumsikan sitokin
mg/hari ini dapat menjadi target terapi untuk
Natrium Oral 100- keadaan inflamasi artritis gout. IL-1
diklofenak 150mg/hari inhibitor, rilonacept juga menunjukkan
keefektifan dalam menekan artritis gout
Kolkisin oral merupakan salah satu obat akut dan kadar C reactive protein (Baker
pilihan utama ketika terjadi serangan gout dan Schumacher, 2010). Indikasi terapi
artritis akut, akan tetapi pemberian obat ini hiperurisemia adalah tofus, gambaran
tidak dianjurkan pada penderita yang onset radiografik adanya erosi akibat gout,
serangannya telah lebih dari 36 jam. nefrolitiasis karena asam urat, nefropati
Pemberian kolkisin dimulai dengan urat, profilaksis untuk kemoterapi yang
loading dosis sebesar 1,2 mg dan diikuti menginduksi artritis gout, dan penderita
dengan 0,6 mg satu jam kemudian sebagai kambuhan yang mengganggu kualitas
profilaksis diberikan 12 jam kemudian dan hidup (Wesselman, 2005). Target terapi
dilanjutkan sampai serangan artritis gout pada artritis gout adalah untuk mengurangi
akut berhenti dan dosis maksimal kolkisin keluhan dan gejala dimana kadar asam
2 mg per hari urat yang dituju adalah
(Khanna et al, 2012). Pemilihan sekurangkurangnya dapat mengakibatkan
kortikosteroid sebagai terapi inisial inflamasi dan fibrosis, dan menurunkan
serangan gout artritis akut fungsi ginjal (Rothschild, 2013). Pada
direkomendasikan untuk tahun 2010, artritis gout diasosiasikan
mempertimbangkan jumlah sendi yang sebagai penyebab utama kematian akibat
terserang. Satu atau dua sendi kecil yang penyakit kardiovaskuler. Analisis 1383
terserang sebaiknya menggunakan kematian dari 61527 penduduk Taiwan
kortikosteroid oral, namun jika sendi yang menunjukkan bahwa individu dengan
terserang adalah sendi besar, disarankan artritis gout dibandingkan dengan individu
pemberian kortikosteroid intraartikular. yang memiliki kadar asam urat normal,
Kortikosteroid oral dapat diberikan seperti hazard ratio (HR) dari semua penyebab
prednison 0,5 mg/kg/hari dengan lama kematian adalah 1,46 dan HR dari
pemberian 5 sampai 10 hari atau2 sampai kematian karena penyakit kardiovaskuler
5 hari dengan dosis penuh kemudian adalah 1,97. Sedangkan individu dengan
ditappering off selama 7 sampai 10 hari artritis gout, HR dari semua penyebab
(Khanna et al, 2012). Didapatkannya peran kematian adalah 1,07, dan HR dari
kematian karena penyakit kardiovaskuler
adalah 1,08 (Kuo
et al, 2010). seperti severe degenerative arthritis,
KESIMPULAN infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur
Artritis gout merupakan gangguan pada sendi. Prognosis artritis gout baik jika
metabolik yang pertama kali dijabarkan terapi dilakukan lebih dini dan dilakukan
oleh Hippocrates pada masa Yunani kuno. dengan cara yang tepat. DAFTAR
Artritis gout dapat primer (akibat langsung PUSTAKA Baker JF, Schumacher R 2010,
overproduksi atau penurunan ekskresi Update on Gout and Hyperuricemia,
asam urat) atau sekunder (terjadi bila International Journal Clinical Practice,
overproduksi atau penurunan eskresi asam Vol. 64, No. 3, pp.371-377 Busso N,
urat merupakan akibat proses penyakit So A 2010,
lain,obat-obatan, atau konsumsi purin. Mechanisms of Inflammation in Gout,
Kristal monosodium urat monohidrat Arthritis Research and Therapy, diakses 5
terbentuk dalam sendi dan jaringan sekitar Agustus 2013, http://arthritis-
serta berperan pada reaksi radang akut research.com/content/12/2/206 Carter, MA
yang berkembang, menyebabkan nyeri 2006, Gout dalam Patofosiologi: Konsep
berat. Faktor resiko dari penyakit artritis Klinis Proses-proses Penyakit, EGC,
gout adalah: 1) usia diatas 40 tahun dan Jakarta pp. 1402-1405 Chen et al. 2013,
jenis kelamin yang lebih dominan pada Impact of Obesity and
pria, 2) medikasi seperti penggunaan obat Hypertriglyceridemia on Gout
diuretik, Development With or Without
3) obesitas, 4) konsumsi purin dan alkohol. Hyperuricemia: A Prospective Study,
Terdapat 4 stadium perkembangan klinis Arthritis Care and Research, Vol. 65, No.
artritis gout, yaitu hiperurisemia 1, pp. 133-140 Choi et al. 2005,
asimtomatik, artritis gout akut, stadium Pathogenesis of Gout, American College
interkritikal, dan stadium artritis gout of Physicians, pp. 499-516 Cronstein BN,
kronis. Artritis gout menyerang terutama Terkeltaub R 2006, The Inflammatory
pada pria dewasa usia 40 tahun keatas dan Process of Gout and Its Treatment,
pada wanita postmenopause. Pengobatan Arthritis Research and Therapy, diakses 5
artritis gout tergantung pada stadium. Agustus 2013,
Hiperurisemia asimtomatik biasanya tidak http://arthritisresearch.com/content/8/S1/S
memerlukan pengobatan, sedang artritis 3 Dalbeth N, Haskard DO 2005,
gout akut dapat diobati dengan analgesik, Mechanisms of Inflammation in Gout,
NSAID, glukokortikoid sistemik dan Oxford Journals, pp. 1090-1096
artikular. Jika tidak tertangani dengan Departemen Kesehatan Republik
baik, maka dapat mengakibatkan Indonesia 2006, Pharmaceutical Care
komplikasi Untuk Pasien Penyakit Artritis Rematik,
Jakarta Doherty,
M 2009, New Insights Into The 141-146 Liebman et al. 2007, Urid Acid
Epidemiology of Gout, Oxford Journals, Nephrolithiasis, Current Rheumatology
pp. ii2-ii8 Edwards, NL 2009, Febuxostat: Reports, Vol. 9, No. 3, pp. 251-257
A New Treatment for Hyperuricemia in Mandell, BF 2008, Clinical Manifestations
Gout, Oxford Journals, pp. ii15-119 Fauci of Hyperuricemia and Gout, Cleveland
et al. 2008, Gout, Pseudogout, and Related Clinic Journal of Medicine, Vol. 75, No. 5,
Disease in Harrisons’s Manual of pp. S5-S8 Muniroh et al 2010, Minyak
Medicine 17th Edition, The McGraw Hill Atsiri Kunyit Sebagai Anti Radang Pada
Companies, USA pp. 903-904 Hensen, Penderita Gout Artritis Dengan Diet
TRP 2007, Tinggi Purin, Makara-Kesehatan, Vol. 14,
Hubungan Konsumsi Purin Dengan No. 2, pp. 58 Nainggolan, O 2009,
Hiperurisemia Pada Suku Bali di Daerah Prevalensi dan Determinan Penyakit
Pariwisata Pedesaan, Jurnal Penyakit Rematik di Indonesia, Majalah Kedokteran
Dalam, Vol. 8, No. 1, pp. 38 Hidayat, R Indonesia, Vol. 59, No 12, pp. 589 Neogi,
2009, Gout dan Hiperurisemia, Medicinus, T 2011, Clinical Practice of Gout, The
Vol. 22, No. 1, Divisi Reumatologi New England Journal of Medicine, pp.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas 443-447 Nuki G, Simkin PA. 2006, A
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Concise History of Gout and
Jordan et al. 2007, Rheumatology Hyperuricemia and Their Treatment,
Guideline for the Management of Gout, Arthritis Research and Therapy, diakses 4
The British Society for Rheumatology, Agustus 2013,
Khanna et al. 2012, Guidelines for http://arthritisresearch.com/content/8/S1/S
Management of Gout. Part 1: 1 Purwaningsih, T 2009, “Faktor-faktor
Systematic Nonpharmacologic Risiko Hiperurisemia”, Tesis, Universitas
and Pharmacologic Therapeutic Diponegoro Roddy, E dan Doherty, M
Approaches to Hyperuricemia, American 2010, Epidemiology of Gout, Arthritis
College of Rheumatology, Vol. 64, No. 10, Research and Therapy, diakses 4 Agustus
pp. 1431- 1446 Khanna et al. 2012, 2013,
Guidelines for Management of Gout. Part http://arthritisresearch.com/content/12/6/2
2: Therapy and Antiinflammatory 23 Rotschild, BM 2013, Gout and
Prophylaxis of Acute Gouty Arthritis, Pseudogout, Emedicine Medscape, diakses
American College of Rheumatology, Vol. 2 August 2013,http:// www.emedicine.
64, No. 10, pp. 1447-1461 Kuo et al, 2010, medscape. com/article/329958-author Saag
Gout: An Independent Risk Factor for KG, Choi H 2006, Epidemiology, Risk
Allcause and Cardiovascular Mortality, Factors and Lifestyle Modifications for
Rheumatology Oxford, Vol. 49, No. 1, pp.
Gout, Arthritis Research and Therapy, 2013,
diakses 4 Agustus 2013, http://arthritisresearch.com/content/11/4/2
http://arthritisresearch.com/content/8/S1/S 36 Weaver, AL 2008, Epidemiology of
2 Sakhaee K, Maalouf NM 2008, Gout, Cleveland Clinic Journal of
Metabolic Syndrome and Uric Acid Medicine, Vol. 75, No. 5, pp. S9-S10
Nephrolithiasis, Seminars in Nephrology, Wesselman et all. 2005, Gout Basics,
Vol. 28, No. 2, pp. 174-180 Schumacher et Bulletin on the Rheumatic Diseases for
al. 2007, Outcome Evaluations in Gout, Evidence Based Management of
Journal Rheumatol, Vol.34, No. 6, pp. Rheumatic Diseases, Vol. 50, No. 9, pp. 1-
1381-1385 Schumacher HR, Chen LX 3 Wilmana, PF dan Gan, S 2008,
2008, Gout and Others CrystalAssociated Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-
Arthropathies in inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan
Harrison’s Principle of Internal Medicine Sendi Lainnya dalam Farmakologi dan
17th Edition, The McGraw Hill, USA pp. Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi
2165 Setter SM, Sonnet TS 2005, New dan Terapeutik FKUI, Jakarta pp. 230-244
Treatment Option in the Management of Zhang et al. 2006, Alcohol Consumption
Gouty Arthritis, US Pharmacist, as a Trigger of Recurrent Gout Attacks,
Silbernagl, S 2006, Acid Base The American Journal of Medicine, pp.
Homeostatis in Color Atlas of 800.e13-800.e18 Zhu et al 2011,
Physiology, Thieme, New York Soriano Prevalence of Gout and Hyperuricemia in
et al. 2011, Contemporary the US General Population, American
Epidemiology of Gout in The UK General College of Rheumatology, pp. 313
Population, NCBI, diakses 2 August 2013,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC3132018 Sunkureddi et al.
2006, Clinical Signs of Gout, Review of
Clinical Signs, pp. 39-42 Talarima et al.
2012, Faktor Risiko Gouty Athritis di Kota
Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun
2010, Makara-Kesehatan, Vol. 16, No. 2
pp. 90 Tehupeiory, ES 2006, Artritis Gout
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
FKUI, Jakarta pp. 1208-1210 Terkeltaub,
R 2009, Novel Therapies for Treatment of
Gout and Hyperuricemia, Arthritis
Research and Therapy, diakses 5 Januari
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai