Anda di halaman 1dari 131

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN STATUS GIZI IBU DENGAN


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS
ASAM KUMBANG PESISIR SELATAN

Penelitian Keperawatan Maternitas

TARI RAHMADIYA
NIM. 1811311001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN STATUS GIZI IBU DENGAN


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS
ASAM KUMBANG PESISIR SELATAN

Penelitian Keperawatan Maternitas

TARI RAHMADIYA
NIM. 1811311001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN STATUS GIZI IBU DENGAN


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS
ASAM KUMBANG PESISIR SELATAN

Penelitian Keperawatan Maternitas

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)


pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

TARI RAHMADIYA
NIM. 1811311001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah SWT dengan semua

keagungan dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan ke seluruh ciptaan-Nya.

Bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas

berkat dan nikmatnya, penulis bisa mengerjakan skripsi ini dengan judul

“Hubungan Tingkat Stres dan Status Gizi Ibu dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan”.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan untuk Ibu Dr. Ns. Lili

Fajria, S.Kep., M.Biomed selaku pembimbing utama dan Ibu Ns. Yelly Herien,

S.Kep., M.Kep selaku pembimbing pendamping yang telah sabar membimbing

saya dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan

untuk Pembimbing Akademik, Ibu Dr. Rika Sabri, S.Kp., M.Kes., Sp.Kep.Kom

yang sudah memberikan motivasi dan bimbingan selama saya kuliah di Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Andalas. Selanjutnya, saya juga sampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Ibu Hema Malini, S.Kp., MN., PhD sebagai Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas.

2. Ibu Ns. Yelly Herien, S.Kep., M.Kep sebagai Ketua Program Studi S1

Keperawatan Universitas Andalas.

3. Majelis penguji yang sudah memberikan kritik dan saran untuk

kebaikan skripsi ini.

v
4. Semua dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah

memberikan dan menyampaikan ilmunya selama perkuliahan.

5. Kepada Kepala Puskesmas Asam Kumbang yang memberikan izin

melakukan penelitian dan juga kepada ibu menyusui Puskesmas Asam

Kumbang yang menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Dengan hormat dan terima kasih yang tulus untuk kedua orang tua

penulis, Bapak Murdianto dan Ibu Andesda Triana Putri, yang selalu

merawat, mendidik, memberikan begitu banyak dukungan dan doa

tulus selama tahapan kehidupan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

7. Kakakku tercinta Putri Bestari yang selalu menemani peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini, memberikan semangat dan dukungannya.

8. Sahabat-sahabat dan seluruh teman-teman Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas angakatn tahun 2018 atas kebersamaan, semangat,

gotong royong dan tolong-menolongnya yang diberikan kepada

penulis.

Penulis sangat menyadari skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan jauh dari

sempurna. Maka saran serta kritik dari semua pihak sangat diharapkan untuk

perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Juli 2022

Penulis

vi
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JULI 2021

Nama : Tari Rahmadiya


NIM : 1811311001

Hubungan Tingkat Stres dan Status Gizi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan

ABSTRAK

Rendahnya pemberian ASI eksklusif akan dapat berdampak pada kualiats dan
kuantitas hidup manusia, karena pemberian ASI eksklusif pada anak sangat
bermanfaat untuk anak maupun ibu. Masalah rendahnya pemberian ASI eksklusif
dikarenakan beberapa faktor yaitu internal dan eksternal. Salah satu faktornya
yaitu tingkat stres dan status gizi ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat stres dan status gizi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan. Jenis penelitian ini memakai desain
penelitian kuantitatif korelasi dengan pendekatan crossectional. Sampel penelitian
berjumlah 60 orang ibu menyusui yang memiliki bayi berumur >6 bulan sampai
12 bulan dengan memakai total sampling. Metode pengumpulan data memakai
kuesioner tingkat stres DASS 42 dan pemberian ASI eksklusif serta pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang diberikan atau dilakukan secara langsung ke
rumah (door to door) responden. Hasil penelitian didapatkan bahwa 58,3% ibu
memiliki tingkat stres normal, 55% ibu memiliki status gizi normal dan 55% ibu
tidak memberikan ASI eksklusif. Dari hasil uji chi-square, terdapat hubungan
yang signifikan antara tingkat stres dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,000)
dan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pemberian ASI
eksklusif (p=0,027). Saran dari penelitian ini adalah diharapkan bagi keluarga
yang terdapat ibu sedang menyusui untuk memberikan dukungan dan kenyamanan
pada ibu, serta melakukan manajemen stres dan penimbangan berat badan secara
berkala.

Kata Kunci : Pemberian ASI Eksklusif, Tingkat Stres, Status Gizi


Daftar Pustaka : 78 (2001 - 2022)

vii
NURSING FACULTY
ANDALAS UNIVERSITY
JULY 2022

Name : Tari Rahmadiya


NIM : 1811311001

Relationship between Stress Levels and Maternal Nutritional Status


with Exclusive Breastfeeding at the Asam Kumbang
Pesisir Selatan Health Center

ABSTRACT

The low level of exclusive breastfeeding will have an impact on the quality and
quantity of human life, because exclusive breastfeeding for children is very
beneficial for both children and mothers. The problem of low exclusive
breastfeeding is due to several factors, namely internal and external. One of the
factors is the level of stress and nutritional status of the mother. This study aims to
determine the relationship between stress levels and maternal nutritional status
on exclusive breastfeeding at the Asam Kumbang Pesisir Selatan Health Center.
This type of research uses a quantitative correlation research design with a cross-
sectional approach. The research sample consisted of 60 breastfeeding mothers
who had babies aged >6 months to 12 months using total sampling. Data
collection methods used the DASS 42 stress level questionnaire and exclusive
breastfeeding as well as height and weight measurements given or carried out
directly to the respondent's house (door to door). The results showed that 58.3%
of mothers had normal stress levels, 55% of mothers had normal nutritional status
and 55% of mothers did not give exclusive breastfeeding. From the results of the
chi-square test, there was a significant relationship between stress levels and
exclusive breastfeeding (p=0.000) and there was a significant relationship
between nutritional status and exclusive breastfeeding (p=0.027). Suggestions
from this study are expected for families with mothers who are breastfeeding to
provide support and comfort to mothers, as well as carry out stress management
and regular weighing.

Keywords: Exclusive Breastfeeding, Stress Level, Nutritional Status


Bibliography : 78 (2001 – 2022)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... iv


PERSYARATAN GELAR................................................................................. v
PERSETUJUAN SKRIPSI ................................ Error! Bookmark not defined.
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI . Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
ABSTRAK........................................................................................................ vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
A. ASI EKSKLUSIF ...................................................................................... 9
1. Definisi ASI Eksklusif ........................................................................... 9
2. Manfaat ASI Eksklusif ........................................................................... 9
3. Kandungan ASI ................................................................................... 12
4. Kebijakan ASI Eksklusif ...................................................................... 15
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif ............... 17
B. KONSEP STRES .................................................................................... 24
1. Definisi Stres ....................................................................................... 24
2. Penyebab Stres..................................................................................... 25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres pada Ibu Menyusui ............... 27
4. Tingkat Stres........................................................................................ 27
5. Dampak Stres ...................................................................................... 28
6. Alat Ukur Tingkat Stres ....................................................................... 29
7. Hubungan Stres dengan ASI ................................................................ 30
C. KONSEP GIZI ........................................................................................ 31

ix
1. Definisi Gizi ........................................................................................ 31
2. Penilaian Status Gizi ............................................................................ 31
3. Faktor yang Mempengaruhi Gizi .......................................................... 33
4. Penambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan ................................ 35
5. Hubungan Status Gizi dengan ASI ....................................................... 35
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................... 38
A. Kerangka Teori ....................................................................................... 38
B. Hipotesis ................................................................................................. 39
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 40
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 40
B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 40
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 41
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 42
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 43
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 46
G. Etika Penelitian ....................................................................................... 47
H. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 48
I. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 48
J. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 49
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 52
A. Gambaran Umum Penelitian .................................................................... 52
B. Karakteristik Responden ......................................................................... 53
C. Analisis Univariat.................................................................................... 54
D. Analisis Bivariat ...................................................................................... 55
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 57
A. Tingkat Stres Ibu ..................................................................................... 57
B. Status Gizi Ibu......................................................................................... 60
C. Pemberian ASI Eksklusif......................................................................... 62
D. Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ................ 64
E. Hubungan Status Gizi Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif ................. 70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 77
A. Kesimpulan ............................................................................................. 77
B. Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79

x
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 88
Lampiran 2 Anggaran Biaya Penelitian .............................................................. 89
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ........................................................................ 90
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian ................................................................... 91
Lampiran 5 Kartu Bimbingan ............................................................................. 92
Lampiran 6 Lembar Penjelasan Penelitian .......................................................... 94
Lampiran 7 Lembar Persetujuan (Informed Consent) ......................................... 95
Lampiran 8 Instrumen Penelitian........................................................................ 96
Lampiran 9 Master Tabel ................................................................................. 100
Lampiran 10 Hasil Uji Statistik ........................................................................ 103
Lampiran 11 Uji Etik Penelitian ....................................................................... 114
Lampiran 12 Curriculum Vitae ........................................................................ 115
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 116
Lampiran 14 Uji Turnitin ................................................................................. 117

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Standar Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan ...................... 35


Tabel 2. 2 Standar Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Per Trisemester Sesuai
dengan Kategori IMT Sebelum Kehamilan ........................................................ 35
Tabel 4. 1 Definisi Operasional .......................................................................... 42
Tabel 4. 2 Kisi-kisi Tingkat Stres ....................................................................... 44
Tabel 4. 3 Kisi – kisi Kuesioner Pemberian ASI Eksklusif ................................. 45
Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ibu Menyusui yang
mempunyai bayi umur >6 bulan – 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Asam
Kumbang Pesisir Selatan (n = 60) ...................................................................... 53
Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif ............................................................................................................ 54
Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
.......................................................................................................................... 54
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif .................................. 55
Tabel 5. 5 Hubungan Tingkat Stres Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan ........................................................ 55
Tabel 5. 6 Hubungan Tingkat Stres Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan ........................................................ 56

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3. 1 Kerangka Teori................................................................................ 38


Bagan 3. 2 Kerangka Konsep ............................................................................ 39

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI eksklusif setelah kelahiran selama 6 bulan pertama adalah asupan

paling baik untuk diberikan kepada anak, tanpa perlu memberikan

tambahan asupan lain yang memiliki manfaat untuk nutrisi, dapat

menambah imunitas tubuh, kecerdasan, serta menjaga anak dari serangan

alergi (Rahmawati, 2018 dan Roesli, 2007). Air susu ibu (ASI) adalah

nutrisi paling baik serta telah terbukti bermanfaat bagi kehidupan bayi.

ASI bisa melindungi bayi dari penyakit diare atau pneumonia. Anak-anak

yang mendapatkan ASI saat bayi dapat memperlihatkan kecerdasan yang

baik, memiliki obesitas yang rendah dan tidak mudah terserang penyakit

tidak menular saat dewasa. Meningkatkan menyusui secara dunia dapat

menolong lebih dari 820.000 nyawa (WHO, 2021).

Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga bermanfaat untuk ibu yaitu

membantu ibu untuk pulih dari proses persalinan, sebagai kontrasepsi

alami, mempercepat menurunkan berat badan, mengoptimalkan

metabolisme dan mengurangi dampak dari penyakit metabolik serta

menurunkan risiko kanker atau mencegah kanker payudara pada wanita

setiap tahun sebanyak 20.000 kasus (Rahmawati, 2018 dan Roesli, 2007).

1
2

Menurut World Health Organization (2020) menunjukkan bahwa

pemberian ASI eksklusif secara global tidak meningkat secara signifikan,

yaitu sebesar 44% selama periode 2015-2020 bayi dengan umur 0 sampai

6 bulan di dunia dapatkan ASI eksklusif dari 50% target capaian ASI

eksklusif global (WHO, 2020).

Angka pelaksanaan ASI eksklusif di beberapa daerah di Indonesia

dikategorikan rendah. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia menunjukkan bahwa persentase memberikan ASI eksklusif pada

anak <6 bulan di Indonesia adalah 66,1% dari target pencapaian 80%.

Pada tahun 2016 Indonesia mendapatkan urutan 3 terendah dari 51 negara

dunia dalam pemberian ASI Eksklusif (Kemenkes RI, 2020).

Rendahnya pemberian ASI eksklusif dapat memiliki dampak kepada

kualitas serta kuantitas hidup manusia. Pada global 2019, 144 juta balita

dinilai stunting, 47 juta dinilai underweight dan 38,3 juta dinilaii

obesitas/kegemukan (WHO, 2020). Dan dampak anak tidak diberikan ASI

eksklusif adalah beresiko kematian akibat diare 3,94 kali dibandingkan

bayi yang diberi ASI eksklusif, kerentanan terhadap penyakit pada bayi

dan ibu, pertumbuhan dan perkembangan serta daya tahan tubuh yang

tidak optimal dan menurunnya kecerdasan (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

Masalah rendahnya pemberian ASI eksklusif dikarenakan beberapa

faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari fisik, usia,

pengetahuan dan stres. Dan faktor eksternal yaitu status gizi, pendidikan
3

ibu, dukungan keluarga, status pekerjaan ibu, kemajuan susu formula,

support tenaga kesehatan, nilai adat budaya (Rahmawati, 2018).

Menurut Amalia (2016), setelah melahirkan, ibu dapat mengalami

stres karena rasa tidak nyaman. Sebanyak 54,1% ibu dengan stres

mengalami ketidaklancaran ASI karena kelelahan saat melahirkan, takut

dan malas menyusui. Stres yang terjadi pada ibu merupakan unsur yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Saat awal menyusui ibu

merasakan kesusahan seperti ibu yang lelah, ASI tidak keluar atau sedikit,

nipple perih atau lecet, serta kekacauan tidur pada malam hari (Susanti,

2014). Stres dirasakan ibu menyusui seperti khawatir akan produksi ASI

yang kurang, merasa mutu ASI yang kurang baik untuk anak, takut akan

perubahan tubuh dan payudara, berubahnya pola atau gaya hidup apalagi

saat melahirkan anak pertama, tidak praktis untuk menawarkan ASI pada

ibu bekerja dan takut terinfeksi penyakit seelama menyusui 6 bulan (IDAI,

2013).

Stres terkait peran baru seorang ibu. Saat ibu cemas dan stres akan

mengganggu proses menyusui pada bayinya dan dapat mempengaruhi

produksi ASI karena menghambat produksi ASI. ASI yang diproduksi

dipengaruhi psikis seperti kecemasan, tidak percaya diri, depresi, dan

kondisi kestabilan emosi. Semakin stres atau depresi seorang ibu, semakin

sedikit produksi ASI yang akan dikeluarkan (Elsanti et al, 2018).

Stres yang muncul pada ibu menyusui akan dapat menyebabkan

terjadinya penurunan hormon oksitosin yang dapat menghambat


4

pengeluaran ASI ibu menyusui. ASI yang dihasilkan bisa dikeluarkan

dengan bantuan hormon oksitosin. Saat hormon oksitosin dalam tubuh ibu

naik, maka produksi ASI akan lancar dan sebaliknya (Soetjiningsih, 2005).

Status gizi atau nutrisi ibu juga mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif. Makanan sehat dan bergizi diperlukan untuk ibu menyusui yang

mengandung kurang dari 8-12 gelas air, karbohidrat, lemak, protein dan

vitamin karena produksi ASI dipengaruhi makanan dan minuman yang

dikonsumsi ibu. Ibu status gizi kurus berisiko 3,638 kali tidak dapat

memberikan ASI eksklusif pada bayi. Jumlah komponen daya tahan tubuh

dalam ASI dapat menurun bersama dengan kurangnya nutrisi pada ibu.

Intake energi ibu menyusui kurang dari 1500 kalori/hari bisa

mengaalami penurunan lemak total dan perubahan pola asam lemak

(Rohman, et al, 2021). Ibu status gizi normal akan menumpuk cadangan

makanan pada tubuhnya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

selama menyusui. Untuk jumlah kalori yang dikeluarkan secara seimbang

maka diperlukan gizi yang seimbang untuk kebutuhan menyusui (Paath,

2005). Status gizi gemuk pada ibu akan mempengaruhi produksi ASI

karena terlalu banyak jaringan lemak dalam tubuh yang dapat

mempengaruhi hormonal sehingga ASI sulit untuk keluar. Pengaruh

langsung ibu yang gemuk terhadap pemberian ASI eksklusif adalah

terhambatnya proses laktogenesis II (tahap pembentukan ASI yang terdiri

dari tahap I, II dan III). Ibu yang gemuk memiliki respon prolaktin yang

rendah, maka produksi ASI kurang memadai dan ibu cenderung menyusui
5

dalam waktu singkat. Jaringan lemak yang banyak dapat menurunkan

mobilitas dan menyulitkan ibu untuk menyusui dengan nyaman (Siska et

al., 2018).

Gizi atau nutrisi memiliki peran penting sebagai penunjang produksi

ASI karena hormon prolaktin akan mempengaruhi ASI berhubungan

dengan gizi ibu. Penyebab produksi dan kandungan ASI tidak maksimal

karena intake gizi yang kurang, pola makan tidak teratur dan konsumsi

makanan yang tidak seimbang (Wiknjosastro et al, 2006).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2020) mengenai

pemberian ASI eksklusif di setiap provinsi di Indonesia, ditemukan bahwa

cakupan ASI eksklusif untuk anak <6 bulan belum mencapai target

capaian nasional. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki persentase

tertinggi yaitu 78,9% dan persentase yang berada di urutan terendah yaitu

Kalimantan Tengah dengan capaian 52,98%. Provinsi Sumatera Barat juga

tidak mencapai target capaian nasional, dimana persentase pemberian ASI

eksklusif pada provinsi ini adalah 70,36%.

Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten/kota. Kabupaten

Pesisir Selatan merupakan kabupaten/kota pada Sumatera Barat yang

tingkat pencapaian ASI eksklusifnya belum memenuhi target nasional.

Kabupaten Pesisir Selatan termasuk salah satu dari lima daerah terendah

yang memberikan ASI eksklusif terendah (DKP Sumbar, 2017).

Berdasarkan Gambaran Umum Dinas Kesehatan Pesisir Selatan

(2021), data pemberian ASI eksklusif pada anak <6 bulan pada tahun 2021
6

sebesar 72,5%. Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Pesisir Selatan 2021

yang telah mencapai capaian nasional ASI Eksklusif yaitu Puskesmas

Airpura, Puskesmas Kambang, Puskesmas Koto Baru, Puskesmas IV Koto

Mudik, Puskesmas Pasar Baru. Dan yang belum mencapai capaian

nasional ASI eksklusif berada di wilayah kerja Puskesmas Asam

Kumbang yaitu 61,5%. Di wilayah kerja Puskesmas Asam Kumbang ini

merupakan cakupan ASI eksklusif terendah di kabupaten Pesisir Selatan

(Gambaran Umum Dinas Kesehatan, 2021).

Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Asam Kumbang (2021),

wilayah kerja Puskesmas Asam Kumbang merupakan kategori wilayah

terpencil dan sangat terpencil. Karena akses yang terbatas dapat

mempengaruhi dalam pemberian pendidikan kesehatan terkait gizi dan

stres terhadap pemberian ASI eksklusif. Selain itu, sebagian besar

pendidikan tertinggi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Asam

Kumbang adalah SD dan sebagian tidak dapat membaca.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 14 April 2022 di

Puskesmas Asam Kumbang, diperoleh data ibu mneyusui 5 orang di

wilayah kerja Puskesmas Asam Kumbang, diketahui 3 ibu mengatakan

tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya, 3 pernah mengalami stres

karena kurangnya istirahat karena gangguan tidur saat malam hari,

kekurangan ekonomi serta ASI yang sedikit dan 4 diantaranya memiliki

status gizi normal sedangkan 1 diantaranya berstatus gizi kurang.


7

Dari penjelasan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk

melihat bagaimana hubungan tingkat stres dan status gizi ibu dengan

pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana hubungan

tingkat stres dan status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dan status gizi ibu

dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir

Selatan?

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui tingkat stres pada ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

b. Diketahui status gizi pada ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

c. Diketahui pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Asam

Kumbang Pesisir Selatan.

d. Diketahui hubungan tingkat stres ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.


8

e. Diketahui hubungan status gizi ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keluarga

Hasil penelitian dapat menambah informasi mengenai faktor stres

dan status gizi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dan keluarga juga

dapat menerapkan dalam kehidupannya.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian bisa memberi saran serta rekomendasi bagi kepala

puskesmas dan petugas kesehatan untuk meningkatkan pemberian ASI

eksklusif pada masyarakat.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memperluas pandangan, meningkatkan

pengetahuan tentang faktor-faktor dalam pemberian ASI eksklusif

salah satunya adalah tingkat stres dan status gizi ibu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI EKSKLUSIF

1. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah memberikan ASI setelah melahirkan, tanpa

daftar dan tanpa memberikan makanan atau minuman sampai anak

berumur 6 bulan, selain obat-obatan, ASI perah serta vitamin

(Purwanti, 2004).

Menurut peraturan pemerintah (PP) No. 33 tahun 2012 mengenai

ASI eksklusif merupakan air susu ibu diberikan pada anak sejak lahir

sampai dengan umur 6 bulan, tidak ditambah dan diganti sama

makanan dan minuman lain (Kemenkes RI, 2017).

2. Manfaat ASI Eksklusif

Kandungan dan ASI eksklusif punya berbagai macam manfaat

untuk bayi maupun orangtua (ibu). Menurut Rahmawati (2018) dan

Roesli (2005), manfaat ASI eksklusif, yaitu :

a. Manfaat Untuk Bayi

Pemberian ASI eksklusif begitu penting serta memiliki

banyak manfaat untuk bayi. Beberapa manfaat ASI eksklusif

untuk bayi, yaitu :

1) ASI sebagai nutrisi

Air susu ibu memiliki kandungan nutrisi lengkap dan

kandungan dari hari ke harinya berbeda karena mengikuti

9
10

pertumbuhan dan kebutuhan bayi sesuai usia. Kolostrum

merupakan air susu ibu yang keluar saat lahir hingga hari 4-

7, sedangkan air susu ibu peralihan keluar saat hari 4-7

sampai hari 10-14 setelah lahir. Dan air susu ibu matang

keluar sesudah hari 14. Foremilk adalah air susu ibu yang

keluar pertama selama beberapa menit dan hindmilk adalah

air susu ibu yang keluar saat akhir.

2) ASI untuk meningkatkan imunitas tubuh

Bayi baru lahir secara alami mendapatkan

immunoglobulin (zat kekebalan) ibu dari plasenta.

Immunoglobulin akan turun saat lahir. ASI bisa

meningkatkan imunitas tubuh sebab mengandung

imunoglobulin yang bisa menjaga bayi dari berbagai infeksi

seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur. Kolustrum

mengandung 10 sampai 17 kali lebih banyak zat kekebalan

dari air susu ibu matang (mature).

3) ASI untuk meningkatkan kecerdasan

Kecerdasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu genetik dan lingkungan.

a) Faktor genetik

Faktor keturunan dapat menentukan kemampuan

genentik dari orangtua. Faktor yang tidak bisa

dimanipulasi.
11

b) Faktor lingkungan

Lingkungan mendukung atau menentukan unsur

genetik yang dimiliki akan berkembang secara

maksimal. Ada 3 jenis kebutuhan faktor lingkungan,

antara lain :

(1) Pertumbuhan fisik dan otak (ASUH)

(2) Perkembangan emosional serta mental (ASIH)

(3) Perkembangan intelektual (ASAH)

4) Untuk menambah hubungan ibu dan anak

Anak sering di pangkuan ibu sebab menyusui dapat

merasakan cinta dan sayang ibu. Apalagi saat ia bisa

merasakan detak jantung ibu yang sudah ia ketahui selama

masa kehamilan. Rasa dilindungi serta dicintai menjadi

landasan perkembangan emosi dan membentuk kepribadian

bayi yang percaya diri serta dasar mental yang baik.

5) ASI melindungi bayi dari serangan alergi.

Anak yang memperoleh ASI eksklusif semasa 6 bulan

pertama kelahiran mampu mengurangi kemungkinan alergi.

b. Manfaat untuk Ibu

Beberapa manfaat pemberian ASI eksklusif terhadap ibu,

yaitu :

1) Pemberian ASI membantu ibu dari pemulihan proses

persalinan. Karena uterus berkontraksi dan mencegah


12

perdarahan post partum yang dapat merangsang

pengeluaran oksitosin yang meningkatkan kontraksi uterus.

2) Pemberian ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan

karena dapat mensupresi kembalinya fertilisasi (kontrasepsi

alami).

3) Pemberian ASI dapat mempercepat menurunkan berat

badan dan mengoptimalkan metabolisme serta mengurangi

dampak dari penyakit metabolik.

4) Pemberian ASI menurunkan risiko kanker. Durasi

menyusui panjang dapat mengurangi subtansi risiko kanker

ovarium.

3. Kandungan ASI

Kandungan dalam ASI sangat dibutuhkan oleh bayi. Kebutuhan

nutrisi bayi 0-6 bulan akan terpenuhi saat mengkonsumsi ASI.

Menurut Kurniawati (2020), ASI memiliki beberapa kandungan yang

ada didalamnya, yaitu :

a. Protein

Protein merupakan bahan yang mengganti sel-sel tubuh yang

rusak, memberikan imunitas, mengorganisir kerja tubuh serta

memberi kekuatan untuk tubuh. Komposisi protein dalam ASI

sangat kompleks, yaitu 0,9 gram protein terdapat pada 100 ml ASI.

Alfa-laktalbumin merupakan salah satu protein yang penting dalam

ASI. Selain itu, ada kasein serta laktoferin. Air susu ibu memiliki
13

asam amino yaitu taurin sebagai pertumbuhan otak bayi dan sistin

untuk pertumbuhan sel.

b. Air

ASI memiliki kandungan air sebesar 88,1%. Air digunakan

untuk melarutkan bahan-bahan yang terkandung dalam ASI. Air

susu ibu adalah air yang aman berdasarkan proses untuk

menghasilkan kekuatan dan intake nutrsi. Kandungan air yang

sangat tinggi dapat meredakan rangsangan rasa haus anak

(Soetjiningsih, 2005).

c. Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi untuk bayi. ASI

mengandung laktosa. Dalam 100 ml ASI terdapat 7 gram

karbohidrat. Laktosa berguna untuk menolong tubuh mengabsorpsi

kalsium serta mengaktifkan organisme yang ukurannya kecil

(Lactobassilus bifidu). Oligosakarida juga terdapat dalam ASI.

d. Lemak dan ARA / DHA

Lemak yang terkandung dalam air susu ibu merupakan lemak

baik untuk membantu tumbuh kembang bayi. Dalam 100 ml ASI

ada 3,5 gram lemak. Lemaknya adalah lemak esensial, asam

lonileat (omega 3) serta asam linoleat (omega 6). Lemak bekerja

untuk perkembangan saraf. ARA (arachidonic acid) dan DHA

(docosahexaenoic acid) berfungsi untuk penglihatan bayi.


14

e. Vitamin

Vitamin berfungsi untuk mengelola, membantu perkembangan

sel dan fungsi tubuh. ASI memiliki vitamin kompleks, yaitu

vitamin D, vitamin E serta vitamin K. kolostrum mengandung

vitamin E. Vitamin yang membantu memproduksi sel darah yang

menggumpal di pendarahan merupakan vitamin K.

f. Garam dan mineral

Garam alami pada ASI yaitu kalium, kalsium, natrium dari

fosfat dan asam klorida. Kalium adalah zat yang paling melimpah,

sedangkan Fe, Cu, serta Mn sebagai zat pembikin darah relatif

kecil. Zat pembentuk tulang yang kadarnya dalam ASI cukup

adalah dan Ca.

g. Enzim

Enzim berfungsi sebagai zat untuk cara kimia pada tubuh.

Terdapat 20 enzim aktif pada air susu ibu untuk membantu

pencernaan, mencegah infeksi dan antimikroba.

h. Faktor pertumbuhan

Air susu ibu memiliki zat sebagai pembantu tumbuh kembang

bayi. Pertumbuhan usus sebagai pencernaan dan absorpsi bahan

yang dibutuhkan anak. Bahan yang terkandung dalam ASI sebagai

perkembangan saraf serta penglihatan anak.


15

i. Faktor antiparasit, anti-alergi, antivirus, dan antibody

Imunoglobin yang terdapat dalam air susu ibu dapat menjaga

tubuh dari berbagai jenis penyakit.

4. Kebijakan ASI Eksklusif

Undang-undang kesehatan nomor 36 Tahun 2009 pasal 128, yang

berisikan yaitu :

a. Semua bayi mempunyai hak mendapatkan ASI eksklusif saat lahir

sampai 6 bulan, selain dengan petunjuk medis.

b. Saat memberikan ASI eksklusif, keluarga, pemerintah pusat,

pemerintah daerah, serta masyarakat wajib mendukung penuh ibu

menyediakan waktu dan fasilitas khusus.

Undang-undang kesehatan juga mengatakan bahwa jika ada pihak

yang menahan ibu dalam pemberian ASI eksklusif bisa dipidana

menurut ketentuan Pasal 200 Undang-Undang Kesehatan.

Surat keterangan keputusan menteri kesehatan Nomor

450/MENKES/SK/IV/2004 terkait pemberian ASI eksklusif bagi anak

Indonesia, Peraturan Pemerintah nomor 33 Tahun 2012 terkait

Pemberian ASI Eksklusif. Undang-undang nomor 36 tahun 2009

terkait kesehatan pasal 129 ayat (2) PERMENKES nomor 15 tahun

2013 terkait cara pemberian fasilitas dan kenyamanan menyusui serta

peraturan menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

nomor 3 tahun 2010 tentang penggunaan 10 langkah kesuksesan

menyusui.
16

Sesuai surat keputusan Menteri Kesehatan nomor 450/Menkes/SK

/IV/2004. 10 langkah kesuksesan menyusui bagi layanan kesehatan,

yaitu :

a. Fasilitas pelayanan kesehatan (SPK) memiliki peraturan tertulis

yaitu meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) secara

berkala didiskusikan pada seluruh petugas.

b. Mengikuti training untuk petugas tentang pengetahuan serta

keterampilan dalam mengimplementasikan peraturan.

c. Menerangkan pada ibu hamil mengenai fungsi dan penanganan

menyusui, selama hamil, usia anak dua tahun dari lahir, dan

cara menangani kerumitan menyusui.

d. Mnenuntun memberikan ASI pada bayi dalam waktu 30 menit

sesudah melahirkan di tempat melahirkan. Jika ibu sectio

caesar, maka anak diberikan ASI sesudah 30 menit ibu sadar

e. Menjelaskan pada bagaimana menyusui yang baik dan benar.

f. Jika ibu dipisahkan dari anak karena indikasi medis, tetap

lanjutkan menyusui.

g. Jangan memberikan makan atau minum kecuali ASI untuk bayi

baru lahir.

h. Asuhan keperawatan berusaha mendapatkan ibu dengan

bayinya 24 jam sehari.

i. Menuntun ibu menyusui bayinya sesuka hati mereka, terlepas

dari durasi dan seringnya menyusui.


17

j. Jangan memberi dot pada bayi yang disusui.

k. Upayakan untuk membentuk Kelompok Pendukung menyusui

(KP-ASI) serta rujuk ibu ke kelompok saat kembali dari tempat

bersalin atau fasilitas kesehatan.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif dari ibu ke bayi dapat dipengaruhi

beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi adalah internal dan

eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan unsur yang berasal karena diri

seseorang. Menurut Rahmawati (2018), pemberian ASI

eksklusif yang dipengaruhi faktor internal, yaitu :

1) Faktor Fisik Ibu

Status kesehatan seorang ibu berpengaruh pada

pemberian ASI eksklusif. Koadaan fisik yang sehat dapat

mendukung produksi ASI baik secara jumlah maupun

mutunya. Kondisi ibu yang sakit, baik sementara maupun

lama dapat menyebabkan ibu tidak menyusui bayinya

(Roesli. 2008).

Fisik seorang ibu akan mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif antara lain gangguan endokrin, jaringan payudara

hipoplastik, bentuk dan kondisi putting susu dan nyeri.

Kondisi fisik yang sakit secara langsung tidak berpengaruh


18

pada produksi ASI. Namun, kondisi ibu terhadap kesehatan

bayi menyebabkan ibu berhenti menyusui. Hal ini dapat

membuat tidak ada dorongan pada puting dan produksi ASI

menurun bahkan berhenti.

2) Faktor Usia

Usia pada ibu menyusui mempengaruhi pengeluaran

ASI. Usia ibu yang muda < 35 tahun akan menghasilkan

banyak ASI dari pada >35 tahun (Soetjiningsih, 2005).

Ibu berusia kurang 20 tahun dinilai masih belum

dewasa baik lahir maupun batin menjadikan ibu akan

bergantung pada individu lain dalam pemberian ASI. Ibu

pada rentang umur 20-35 tahun merupakan orang dewasa

yang dapat menyelesaikan masalah dengan baik, seperti

memperoleh informasi yang tepat terkait ASI eksklusif. ibu

umur >35 tahun akan merasakan perubahan hormonal dapat

mengurangi produksi ASI yang menjadi kendala bagi ibu

menyusui (Afriyani et al., 2018).

Ibu dengan umur 20-35 tahun merupakan orang dewasa

sehingga akan mempunyai daya berpikir baik dalam

mendapatkan informasi, merawat serta menyusui bayi

dengan ASI eksklusif (Feling et al., 2021).


19

3) Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah proses manusia dan hasil

pencarian individu pada tujuan tertentu melewati

pancaindra yang dimiliki individu (Notoadmodjo, 2010).

Kurangnya pengetahuan terkait fungsi dan kegunaan dalam

memberikan ASI eksklusif membuat alasan kegagalan

pemberian ASI eksklusif kepada bayi.

Kurangnya pengetahuan terkait ASI eksklusif akan

menjadi alasan kegagalan memberikan ASI eksklusif

karena kurangnya dorongan serta pengetahuan. Sebaliknya

jika pengetahuan ibu baik maka akan mengarah pada

keberhasilan pemberian ASI eksklusif sehingga ibu

termotivasi untuk menyusui bayinya (Astuti, 2013).

4) Faktor Stres

Ibu yang berada dalam kondisi stres dapat menghambat

produksi ASI. Hormon oksitosin atau zat oksitosin

membantu ibu dalam menghasilkan ASI. Hormon oksitosin

naik jika dalam keadaan atau kondisi yang rileks dan

bahagia. Hormon oksitosin tidak dapat diproduksi ketika

ibu mengalami stres.

Let down rrefleks (refleks pengeluaran susu) adalah

refleks yang menyebabkan ASI keluar. Refleks sangat

mudah terganggu, seperti saat ibu mengalami stres,


20

gangguan mental dan emosi yang akan membuat ASI tidak

keluar. Karena adanya adrenalin (epinefrin) menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh darah alveolus dan oksitosin tidak

sampai ke organ mioepitelium. Karena let down refleks

tidak sempurna dapat menyebabkan kumulasi ASI di

alveoli. Penumpukan ASI pada payudara dapat

mengakibatkan abses, rasa sakit dan gagal menyusui. Rasa

sakit tersebut akan menimbulkan stres pada ibu. Dan let

down refleks tidak sempurna juga akan mengakibatkan bayi

haus yang akan meningkatkan kekuatan hisap sehingga

menyebabkan cedera serta ibu merasakan sakit yang juga

akan menambah stres pada ibu (circulus vitiosus)

(Soetjiningsih, 2005).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan hal bersumber karena

lingkungan luar seseorang. Menurut Rahmawati (2018),

pemberian ASI eksklusif yang dipengaruhi faktor eksternal,

yaitu :

1) Faktor Status Gizi

Ibu menyusui membutuhkan makanan yang sehat serta

bergizi. Yang mengandung lemak, karbohidrat, protein,

vitamin dan kurang lebih 8-12 gelas air putih/hari.

Makanan yang dimakan berpengaruh pada pengeluaran ASI


21

karena organ memproduksi zat penghasil ASI tidak

berfungsi tanpa makanan.

a) Status gizi ibu kurus

Status gizi kurus ibu berisiko 3,638 kali tidak dapat

memberikan ASI eksklusif. Ibu dengan gizi kurus dapat

memproduksi ASI, tetapi jika ibu dengan gizi kurus

terus-menerus dapat mempengaruhi nutrisi dalam ASI.

Jumlah komponen daya tahan tubuh pada ASI akan

turun dengan menurunnya status gizi ibu. Asupan

kekuatan <1500 kalori per hari bisa terjadi penurunan

lemak total dan perubahan skema asam lemak (Rohman

et al., 2021).

b) Status gizi ibu normal

Ibu status gizi normal akan menumpuk cadangan

makanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

selama menyusui. Pada bulan pertama persalinan,

produksi ASI akan melimpah dan dihisap oleh bayi.

Karena itu, ibu akan cepat haus. Untuk mendapatkan

jumlah kalori yang seimbang maka diperlukan gizi yang

seimbang karena energi yang akan diambil untuk

persiapan ASI. Banyaknya produksi ASI tergantung

besarnya cadangan lemak dalam batas tertentu (Paath,

2005).
22

c) Status gizi ibu gemuk

Status gizi gemuk pada ibu berpengaruh pada

produksi ASI karena terlalu banyak jaringan lemak

dalam tubuh yang dapat mempengaruhi hormonal

sehingga ASI sulit untuk keluar. Pengaruh langsung ibu

yang obesitas terhadap pemberian ASI eksklusif adalah

terhambatnya proses laktogenesis II (tahap

pembentukan ASI yang terdiri dari tahap I, II dan III)

(Siska et al., 2018)

Ibu yang gemuk juga memiliki respon prolaktin

yang rendah. Maka produksi ASI kurang memadai dan

ibu cenderung menyusui dalam waktu singkat. Jaringan

lemak yang banyak dapat menurunkan mobilitas dan

menyulitkan ibu untuk menyusui dengan nyaman. Ibu

yang memiliki gemuk juga memiliki risiko-risiko

berbagai penyakit seperti jantung yang bekerja ekstra

akan mengakibatkan kelelahan.

2) Pendidikan Ibu

Proses belajar dapat dipengaruhi oleh pendidikan,

tingginya pendidikan individu akan mempermudah

menerima informasi dari orang lain atau media. Banyaknya

informasi yang diterima, maka pengetahuan yang didapat

akan banyak (Notoadmodjo, 2007).


23

Beberapa penelitian menyebutkan memberikan ASI

eksklusif tidak selalu karena pendidikan ibu. Karena ada hal

lainnya yang dapat mempengaruhi seperti budaya

masyarakat setempat (Feling et al, 2021).

3) Dukungan Keluarga

Suami atau keluarga sangat berperan untuk kesuksesan

pemberian ASI eksklusif. dalam bentuk dukungan mental

serta praktis seperti mengurus bayi agar istri dapat istirahat

yang cukup dan merasa tenang yang akan berdampak pada

kelancaran produksi ASI (Poedianto, 2002)

4) Status Pekerjaan Ibu

Berdasarkan pasal 83 UU nomor 13 tahun 2003 terkait

tenaga kerja menyebutkan pekerja wanita memiliki anak

yang menyusui diberikan dukungan untuk menyusui saat

jam kerja.

Pekerjaan ibu menjadi salah satu alasan ibu tidak

menyusui bayi. Pada usia subur merupakan masa-masa

wanita untuk bekerja sehingga berpengaruh dengan cara

merawat bayi.

5) Promosi Susu Formula

Sarana komunikasi dan transportasi yang memfasilitasi

distribusi iklan susu yang menyebabkan perubahan perilaku

dari memberikan ASI eksklusif ke susu formula. Ibu


24

mendapatkan susu formula karena agen pemasaran

mempromosikan melalui petugas kesehatan dengan

menarik sehingga mempengaruhi ibu untuk menggunakan

susu formula kepada bayi serta mengesampingkan ASI

eksklusif (Armoni, et al, 2019)

6) Dukungan Petugas Kesehatan

Pendampingan ASI eksklusif dari tenaga kesehatan

dapat meningkatkan informasi tentang pengetahuan dan

informasi yang harus ibu ketahui. Adanya kader ASI

(KASI) untuk wadah melakukan promosi dan membantu

ibu yang memiliki masalah dengan merawat bayi

(Anggreini, 2018).

7) Nilai dan Adat Budaya

Kebudayaan memberikan air serta minuman yaitu

madu, air manis serta teh sangat umum dilakukan di

berbagai negara. Dari turun-temurun kepercayaan bayi

harus diberikan cairan serta air diyakini sumber kehidupan,

kebutuhan lahir dan batin.

B. KONSEP STRES

1. Definisi Stres

Stres merupakan tanggapan seseorang secara mental serta jiwa

terhadap perubahan lingkungan yang menuntut seseorang untuk


25

beradaptasi. Stres merupakan komponen alami serta penting bagi

kesehatan, tetapi jika parah dan bertahan lama, itu dapat menggagu

kesehatan. Namun, stres juga dapat membantu seseorang untuk lebih

waspada dan mengantisipasi dalam kondisi tertentu (Kemenkes RI,

2018).

Menurut Vincent Cornelli dalam Lalu Muhammad Saleh, stres

merupakan gangguan pikiran dan kelainan tubuh karena perubahan dan

tekanan kehidupan. The stress og life Hans Selye dalam Lalu

Muhammad Saleh mengatakan stres sebagai tanggapam non spesifik

tubuh manusia dengan tekanan yang diperoleh sebagai peristwa dunia

pada kehidupan serta tidak bisa mengelakkannya karena semua

individu merasakannya.

2. Penyebab Stres

Beberapa penyebab faktor stres, yaitu fisik, lingkungan, kognitif,

kepribadian, sosial budaya dan koping (Santrock, 2003).

a. Faktor Fisik

Gangguan dirasakan sebagai hasil dari berbagai masalah yang

menimpa seseorang. Gambaran umum yang terjadi pada tubuh saat

individu mengalami tekanan. Memiliki beberapa tahap yaitu tahap

warning, resistance dan fatigue disebut gejala-gejala adaptasi

umum (General Adaptation Syndrome).


26

b. Faktor Lingkungan

Hubungan manusia dengan lingkungan berkaitan terhadap

kesehatan. Keadaan lingkungan yang bagus akan menunjang

kesehatan dan jika lingkungan tidak bagus akan mengganggu

kesehatan termasuk kesehatan jiwa.

c. Faktor Kognitif

Sesuatu yang dapat menyebabkan stres tergantung pada

bagaimana seseorang menilai dan memaknai suatu peristiwa secara

kognitif. Kognitif adalah gambaran interpretasi individu terhadap

peristiwa dalam kehidupan sebagai sesuatu yang berbahaya,

mengancam atau memiliki kemampuan penilaian untuk

menghadapi peristiwa secara efektif.

d. Faktor Kepribadian

Karakteristik seseorang yang memiliki rasa persaingan,

kemauan, ketidaksabaran, lekas marah, dan permusuhan yang

berlebihan. Individu pemarah sering diberi label reaktor panas

karena mempunyai reaksi fisiologis yang kuat terhadap stres.

e. Faktor Sosial Budaya

Stres akulturasi yang merujuk pada perubahan budaya secara

terus-menerus. Dan stres status sosial ekonomi yang terjadi pada

keluarga serta remaja.


27

f. Faktor Koping

Penanganan stres atau koping ada dua bentuk, yaitu problem-

focused koping dan emotional-focused koping. Koping digunakan

untuk menghadapi masalah dan berusaha menyelesaikannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres pada Ibu Menyusui

Ada unsur yang bisa mempengaruhi stres terhadap ibu menyusui

(IDAI, 2013), yaitu:

a. Khawatir kurangnya jumlah ASI.

b. Khawatir mutu atau kualitas ASI tidak bagus untuk bayi.

c. Takut payudara dan tubuh berubah (estetika).

d. Stres karena perubahan gaya hidup.

e. Ketidaknyamanan dalam menyusui seperti puting lecet.

f. Takutnya terserang penyakit selama menyusui.

g. Stres karena menyusui tidak praktis untuk ibu bekerja.

a. Payudara yang besar karena bendungan ASI, gagal menyusui dan

rasa sakit.

h. Stres karena kurang mendapatkan dukungan suami atau keluarga.

4. Tingkat Stres

Menurut Potter & Perry (2005), ada beberapa tingkat stres, yaitu:

a. Stres ringan merupakan stresor yang dialami secara teratur yaitu

terlalu banyak tidur yang berlangsung beberapa menit atau jam.

Stres ringan memiliki tanda dan gejala, yaitu :

1) Sulit bernafas
28

2) Bibir yang kering

3) Tidak bertenaga

4) Keringat yang banyak saat temperatur normal

5) Takut

6) Nyaman saat kondisi berlalu

b. Stres sedang akan bertahan lama, berjam-jam sampai berhari-hari.

Stres sedang memiliki tanda dan gejala, yaitu:

1) Gampang marah

2) Kesulitan dalam beristirahat

3) Gampang tersinggung

4) Perasaan gugup atau gelisah

c. Stres berat merupakan kondisi berminggu-minggu hingga

bertahun-tahun. Stres berat memiliki tanda dan gejala, yaitu:

1) Merasa tidak cukup kuat untuk beraktivitas

2) Mudah menyerah

3) Tidak ada minat akan sesuatu

5. Dampak Stres

Terdapat dua cara stres mempengaruhi kesehatan yaitu perubahan

langsung dan perubahan tidak langsung. Perubahan langsung akan

berpengaruh pada sistem fisik tubuh dan perubahan tidak langsung

akan menimbulkan penyakit dan memperparah kondisi sebelumnya

(Sarafino, 2008).
29

Dampak yang ditimbulkan stres ada 2 aspek, yaitu :

a. Aspek Biologis

Saat individu mengalami stres akan menimbulkan gejala

seperti tidur tidak nyenyak, sakit kepala berlebihan, keringat yang

banyak, gangguan sistem pencernaan, tidak nafsu makan, dan

gangguan pada kulit.

b. Aspek Psikologis

Saat seseorang stres ada tiga gejala psikologis dialami individu

antara lain kognisi, emosi, serta tingkah laku.

1) Gejala Kognisi

Memori terganggu (daya ingat menurun, sering lupa),

atensi serta fokus terganggu saat beraktivitas.

2) Gejala Emosi

Iritabilitas (pemarah), cemas, perasaan sedih, dan depresi.

3) Gejala Tingkah Laku

Kelakuan negative ada ketika individu stres yaitu sering

menyalahkan individu lain, mencari kesalahan individu lain,

menyalahi norma, bersikap cuek dengan lingkungan serta

sering menunda-nunda tugas yang diberikan.

6. Alat Ukur Tingkat Stres

Alat ukur sebagai mengukur tingkatan stres adalah kuesioner

Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42). Unsur dinilai adalah

skala stres. Kuesioner memiliki 14 pertanyaan dengan penilaian


30

diberikan antara lain 0 : Tidak pernah, 1 : Kadang-kadang, 2 : Sering,

3 : Hampir setiap saat (Lovibond, SH dalam Indira, IGAA (2016)

Ketentuan penilaian tingkat stres, yaitu :

Normal : 0 - 14

Stres Ringan : 15 - 18

Stres Sedang : 19 - 25

Stres Berat : 26 - 33

7. Hubungan Stres dengan ASI

Stres yang terjadi saat ibu memberikan ASI karena merasa tidak

nyaman dalam memberikan ASI, menjaga bayi serta merawat diri ibu.

Ibu yang tidak mampu memecahkan masalah yang timbul, maka

timbul kondisi ibu yang stres (Zuly et al, 2020). Menurut Prasetyono

(2009), ASI yang diproduksi dipengaruhi dengan faktor psikologis.

Yang akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Terdapat 80%

wanita setelah melahirkan akan mengalami kondisi stres. Rasa sedih,

mudah marah dan mudah tersinggung yang dialami ibu akan

berlangsung selama 2 hari sampai 2 minggu setelah melahirkan.

Stres yang timbul pada ibu menyusui akan menurunkan hormon

oksitosin yang dapat menghambat produksi ASI pada ibu menyusui.

Karena ASI yang dihasilkan bisa dikeluarkan dengan bantuan hormon

oksitosin. Pada ibu menyusui, hormon oksitosin berfungsi untuk

memicu let down refleks yaitu refleks yang memberikan sensasi geli

pada payudara yang dapat memperlancar produksi ASI. Jika hormon


31

oksitosin dalam tubuh ibu menyusui meningkat, maka produksi ASI

akan lancar dan sebaliknya (Soetjingsih, 2005).

Pada saat hormon oksitosin meningkat, maka kadar hormon

estrogen dan progesterone dalam tubuh akan menurun. Hormon

oksitosin akan meningkat selama masa kehamilan, jika hormon

estrogen meningkat maka produksi ASI akan terhambat (Rini, 2014).

C. KONSEP GIZI

1. Definisi Gizi

Gizi adalah kestabilan dengan nutrisi (asupan) tubuh dari makanan

memiliki gizi yang dibutuhkan tubuh dengan proses metabolisme

tubuh. Asupan nutrisi yang dibutuhkan setiap individu tidak sama,

tergantung dengan usia, berat badan, serta jenis kelamin dan

sebagainya (Thamaria, 2017).

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah keterangan yang diperoleh dari data

memakai berbagai metode agar menemukan seseorang yang berisiko

mengalami gizi kurus atau gizi gemuk (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Beberapa cara untuk menilai status gizi menurut Gibron dan Brown

dalam Thamarin (2017) seperti antropometri, laboratorium, klinis,

survei konsumsi makanan serta faktor ekologi.


32

a. Metode Antropometri

Antropometri merupakan pengukuran dimensi pada manusia.

Konsep dasar mengukur status gizi dalah konsep dasar

pertumbuhan. Dimensi tubuh manusia yang digunakan untuk

parameter antropometri yang menetapkan status gizi adalah tinggi

badan, weight, chest size, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan

sebagainya.

Indeks massa tubuh merupakan metode mendapatkan

jangkauan berat badan ideal untuk menelaah risiko gangguan

kesehatan.

IMT = Berat Badan (Kg)

Tinggi badan (cm)2

a. Metode Laboratorium

Penetapan status gizi menggunakan metode laboratorium

merupakan cara langsung yang dilakukan pada tubuh. Tujuannya

agar tingkat ketersediaan nutrisi dalam tubuh dapat diketahui.

Cara ini menggunakan tes biokimia dan tes fungsi fisik. Tes

biokimia dilakukan dengan peralatan laboratorium kimia untuk

mengukur status gizi seperti nutrisi pada cairan tubuh, jaringan

tubuh dan ekskresi urin. Misalnya, status iodium dengan mengecek

urin, menilai hemoglobin dengan tes darah. Sedangkan, tes fungsi

fisik merupakan lanjutan dari tes biokimia. Misalnya, tes

penglihatan untuk gambaran kekurangan zink atau vitamin A.


33

b. Metode Klinis

Pemeriksaan riwayat medis dan fisik adalah cara untuk

mendeteksi tanda dan gejala berkaitan kurang gzi. Untuk

mengetahui gejala kekurangan dan kelebihan gizi dapat dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan pada bagian tubuh dengan cara

anamnesisi, observasi, palpasi, perkusi serta auskultasi.

b. Metode Survei Konsumsi Pangan

Untuk mengetahui pola makan seseorang, rumah tangga dan

masyarakat perlu dilakukan pengukuran makanan agar gizi dan

asupan makanan diketahui, mengetahui kecukupan nutrisi,

mengetahui asupan nutrisi dengan penyakit, menentukan banyak

nutrisi yang diperlukan masyarakat dan mengetahui cakupan gizi

kurang pada masyarakat.

c. Metode Faktor Ekologi

Ilmu yang menjelaskan hubungan manusia dengan lingkungan

serta gizi dengan lingkungan disebut ekologi. Untuk mengetahui

ekologi terhadap gizi dapat dilihat dari data sosial ekonomi

(pendidikan, budaya, agama, pengetahuan, fasilitas kesehatan,

anggota keluarga dan sanitasi), populasi penduduk, musim, data

statistik vital (BBLR, ibu menyusui, kesehatan anak).

3. Faktor yang Mempengaruhi Gizi

Berdasarkan Almatsier (2010) dalam Thamarin Netty (2017), gizi

setiap individu dipengaruhi oleh faktor yaitu primer dan sekunder.


34

a. Faktor Primer

Primer merupakan faktor intake makanan yang membuat

jumlah nutrisi tidak mencukupi dan berlebihan lantaran makanan

yang dikonsumsi kurang baik mutu dan jumlahnya.

1) Kurang kesiapan makanan

2) Kemiskinan berhubungan dengan keadaan ekonomi dan sosial

dalam keluarga

3) Rendahnya pengetahuan tentang zat gizi untuk kesehatan.

4) Kebiasaan mengonsumsi makanan yang kurang baik, termasuk

adanya larangan terhadap makanan tertentu.

b. Faktor Sekunder

Sekunder adalah faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

nutrisi pada tubuh. Seperti memakan makanan dengan kuantitas

cukup, namun nutrisnya tidak dimanfaatkan dengan baik.

1) Kerusakan pencernaan seperti pada gigi, sehingga enzim

makanan tidak dicerna baik dan zat gizi tidak diserap dengan

baik sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi.

2) Kerusakan proses atau absorpsi nutrisi misalnya mengkonsumsi

parasit dan obat-obatan.

3) Gangguan metabolisme yang biasanya terjadi karena gangguan

hati, diabetes mellitus, dan mengkonsumsi obat khusus.

4) Kerusakan ekskresi karena buang air kecil berlebihan, banyak

berkeringat sehingga pemanfaatan nutrisi terganggu.


35

4. Penambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan

Standar kenaikan berat badan ibu hamil normal di Indonesia yaitu

lebih kurang 9 sampai 12 kg (Kementerian Kesehatan, 2010). Berikut

ini adalah standar penambahan berat badan ibu hamil saat hamil

dengan IMT sebelum hamil, yaitu:

Tabel 2. 1 Standar Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan

IMT Sebelum Hamil Total Kenaikan Berat Badan


(kg)
Kurang (17 - <18,5 kg/m2) 12,5 – 18
Normal (18,5 – 25 kg/m2) 11,5 – 16
Overweight (25,1 – 27,0 kg/m2) 7 – 11,5
Obesitas (>27 kg/m2) 5–9
Sumber : WHO, 2004

Tabel 2. 2 Standar Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Per


Trisemester Sesuai dengan Kategori IMT Sebelum Kehamilan

IMT Sebelum Total Kenaikan Kenaikan Berat


Kehamilan Berat Badan Badan Trisemester
Trisemester 1 ke 2 dan ke 3 Per
Minggu
Kurang (17 - <18,5 1 – 3 kg 0,44 – 0,55 kg
kg/m2)
Normal (18,5 – 25 1 – 3 kg 0,35 – 0,5 kg
kg/m2)
Overweight (25,1 – 1 – 3 kg 0,23 – 0,33 kg
27,0 kg/m2)
Obesitas (>27 kg/m2) 0,2 – 2 kg 0,17 – 0,27 kg
Sumber : WHO, 2004

5. Hubungan Status Gizi dengan ASI

Menurut Wiknjosastro, et al,. (2006), produksi ASI dipengaruhi

oleh status gizi karena ASI dibantu dengan hormon prolaktin yang

berhubungan dengan gizi ibu. Bagian depan kelenjar hipofisis, otak,

payudara, rahim, lapisan lemak, prostat, kulit dan sel imun merupakan
36

tempat memproduksi hormon prolaktin. Ibu disarankan mengkonsumsi

makanan sebanyak 6 kali sehari dan mengkonsumsi tambahan 500-

1000 kalori setiap hari.

Intake gizi yang tidak baik, mengkonsumsi makanan tidak

seimbang serta makan tidak terjadwal akan menyebabkan produksi dan

kualitas ASI kurang optimal. Berdasarkan AKG (2003), selama 6

bulan pertama ibu membutuhkan tambahan asupan protein sebanyak

20 gr perhari. Konsentrasi kasein yang tidak mencukupi dalam ASI

disebabkan karena asupan protein yang tidak mencukupi. Kasein

berfungsi untuk absorpsi kalsium serta fosfat pada usus bayi bekerja

sebagai imunomodulator.

Ibu status gizi kurus berisiko 3,638 kali tidak dapat memberikan

ASI secara eksklusif. Ibu gizi kurus akan dapat mengeluarkan ASI,

tetapi jika tidak diperbaiki akan berpengaruh pada kualitas ASI

(Rohman et al, 2021). Ibu dengan gizi normal akan menumpuk

cadangan makanan pada tubuh untuk memenuhi kebutuhan selama

menyusui. Jumlah produksi ASI tergantung besarnya cadangan lemak

dalam batas tertentu (Paath, 2005). Sedangan ibu yang status gizi

gemuk akan mempengaruhi produksi ASI karena terlalu banyak

jaringan lemak dalam tubuh yang dapat mempengaruhi hormonal

sehingga ASI sulit untuk keluar (Siska et al., 2018).

Selama kehamilan hormon prolaktin akan meningkat. Hormon

estrogen serta progesterone akan mengalami penurunan sehingga


37

prolaktin akan meningkat menyebabkan sekresi ASI saat melahirkan.

Jika tingkat hormon estrogen dan progesterone yang tinggi dapat

menghambat produksi ASI (Rini, 2014).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi gizi adalah


faktor primer dan faktor sekunder

Status gizi kurus akan Faktor Status Gizi Status gizi gemuk berpengaruh
menyebabkan penurunan pada produksi ASI karena
total lemak dan pola asam banyak jaringan lemak yang
lemak berubah yang Status gizi normal akan mempengaruhi hormonal.
mempengaruhi produksi menumpuk cadangan makanan
ASI, bagian imun dalam gizi dalam tubuh untuk
ASI menurun. memenuhi kebutuhan selama
menyusui.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres Faktor-faktor yang


pada ibu menyusui : Pemberian ASI mempengaruhi
Eksklusif pemberian ASI
1. Khawatir kurangnya kuantitas eksklusif:
produksi ASI.
2. Merasa kualitas ASI tidak cukup baik. Stres yang dialami ibu Faktor internalnya yaitu
3. Takut bentuk tubuh/payudara berubah. karena tidak nyaman faktor fisik ibu. faktor
4. Perubahan pola/gaya hidup dalam menyusui, merawat usia, faktor
5. Tidak nyaman menyusui (puting diri dan bayinya, perasaan pengetahuandan faktor
lecet). sedih, uring-uringan dan stres.
6. Takut terserang penyakit selama stres bekerja yang dapat
menyusui. Faktor eksternalnya
menghambat dalam
7. Merasa pemberian ASI kurang praktis yaitu faktor status gizi,
pemberian ASI eksklusif.
bagi ibu yang bekerja. pendidikan ibu, status
8. Payudara besar (bendungan ASI), Stres yang muncul akan pekerjaan ibu, dukungan
gagal menyusui dan rasa sakit. terjadi penurunan hormon keluarga, promosi susu
9. Kurang dukungan suami/keluarga. oksitosin yang dapat formula, dukungan
menghambat produksi petugas kesehatan, nilai
ASI. dan adat budaya.
Faktor Stres

Bagan 3. 1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Konsep Rahmawati Anita & Prayogy Bisepta (2018)

38
39

Kerangka konseptual merupakan korelasi teoritis yang

menghubungkan antara variabel independen dan dependen dalam suatu

penelitian (Sugiyono, 2014). Kerangka konseptual dalam penelitian ini

berfungsi untuk melihat bagaimana hubungan antara tingkat stres dan

status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Asam

Kumbang Pesisir Selatan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Stres
Pemberian ASI
Eksklusif
Status Gizi

Bagan 3. 2 Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesis adalah tanggapan praduga rumusan masalah. Sifat hipotesis

yaitu sementara, sehingga memerlukan pembuktian ketetapannya melalui

data terkumpul yaitu empirik (Sugiyono, 2017). Hipotesis dalam penelitian

ini, yaitu :

1. Ada hubungan tingkat stres ibu dengan pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

2. Ada hubungan status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penenlitian menggunakan desain penelitian kuantitatif korelasi.

Penelitian kuantitatif korelasi adalah memakai cara statistik yang menilai

pengaruh dua variabel maupun lebih (Creswell, 2014).

Sudut pandang waktu pada penenlitian ini yaitu crossectional. Sudut

pandang crossectional merupakan mendalami perubahan antara faktor

risiko dengan efek yang dikumpulkan pada suatu penenlitian dengan

waktu yang sama. Caranya menggunakan pendekatan, observasional, atau

pengumpulan data bertujuan mengetahui hubungan tingkat stres dan status

gizi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang

Pesisir Selatan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan suatu kategori atau kelompok yang memiliki

tujuan dan persoalan punya mutu serta karakteristik yang telah

ditetapkan kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

Penenlitian ini mengambil populasi yaitu ibu menyusui yang

mempunyai bayi umur >6 bulan sampai 12 bulan di wilayah kerja

40
41

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan dengan populasi berjumlah

63 orang.

2. Sampel

Sampel adalah komponen populasi dengan karakteristik yang

sama. Penelitian ini memakai teknik Total Sampling yaitu semua

populasi akan diambil sebagai responden (Sugiyono, 2017). Penelitian

ini menggunakan sampel berjumlah 63 orang.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu menyusui yang memiliki anak berumur >6 bulan - 12

bulan.

2) Responden yang setuju dan mengisi informed consent.

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu mempunyai bayi berumur < 6 bulan.

2) Sudah pindah dari wilayah kerja Puskesmas Asam Kumbang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Asam Kumbang

Pesisir Selatan. Periode penelitian dimulai dari Maret 2022 – Juni 2022.

Pengambilan data dilaksanakan 14 hari, dimulai pada 1 Juni hingga 14

Juni 2022.
42

D. Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi dampak variabel lain disebut variabel

independen. Sedangan variabel yang terkena dampak disebut variabel

dependen (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian memiliki variabel, sebagai

berikut :

1. Variabel bebas atau independen dari penelitian ini yaitu tingkat stres

dan status gizi.

2. Variabel terikat atau dependen dari penenlitian ini yaitu pemberian

ASI eksklusif.

Tabel 4. 3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
Tingkat Kondisi atau hal Kuesioner Angket Skala Normal
Stres yang dialami ibu tingkat stres Ordinal :0-14
dalam sebulan Depression
terakhir yang Anxiety Stres
menimbulkan Stress Ringan
stres yang scales :15-18
berhubungan (DASS 42)
dengan pemberian dari Stres
ASI Lovibond, Sedang
SH dalam :19-25
Indira,
IGAA Stres Berat
(2016) :26-33

Status Gizi Keseimbangan Timbangan Antrop Skala Kurus


antara nutrisi digital dan ometri Ordinal :17,0-18,4
yang masuk dan mikrotoa (IMT)
nutrisi yang (stature Normal
dibutuhkan tubuh meter) :18,5-25
ibu dengan cara
menilai tinggi Gemuk
badan serta berat :25,1-27,0
badan. (Kemenkes,
2019)
43

Pemberian Upaya ibu Kuesioner Angket Skala Ya, jika


ASI memberi ASI pemberian Ordinal nilai 3-4
eksklusif kepada anaknya ASI
tanpa pemberian eksklusif Tidak, jika
jenis makanan dari diberikan
dan minuman Anathalia nilai <3
apapun selama 6 (2019)
bulan

E. Instrumen Penelitian

Suatu sarana ukur untuk menyatukan data yang digunakan peneliti

dalam penelitian adalah instrumen penelitian (Notoadmodjo, 2012).

Instrumen yang digunakan adalah instrumen Depression Anxiety Stress

scales (DASS 42) untuk tingkat stres dari Lovibond, SH dalam Indira,

IGAA (2016), antropometri (IMT) menggunakan timbangan digital

dengan akurasi 0,1 kg, skala jelas dan dikalibrasi serta mikrotoa (stature

meter) dengan akurasi 0,1 cm dan kuesioner pemberian ASI eksklusif yang

dilakukan dan pengisiannya secara langsung. Instrumennya terdiri dari 4

bagian yaitu sebagai berikut :

1. Data Demografi

Kuesioner ini terdiri dari 8 pertanyaan untuk mengetahui distribusi

data demografis responden. Yang berisikan tentang identitas responden

terdiri atas nama inisial responden, umur ibu, pekerjaan, status social

ekonomi (penghasilan), pendidikan terakhir, berat badan, tinggi badan

dan usia bayi.


44

2. Tingkat Stres

Kuesioner yang digunakan adalah Depression Anxiety Stress

Scales (DASS 42) dengan 14 pertanyaan (Lovibond, SH dalam Indira,

IGAA (2016). Pengambilan instrument DASS 42 karena instrumen

yang sudah baku dan pertanyaan-pertanyaan pada instrumen juga

menunjukkan pada tanda dan gejala individu jika mengalami stres.

Skala pengukurannya adalah Likert, antara lain :

a. Tidak pernah :0

b. Kadang-kadang :1

c. Sering :2

d. Hampir setiap saat :3

Indikator penilaian tingkat stres, antara lain :

a. Normal : 0 -14

b. Stres Ringan : 15 - 18

c. Stres Sedang : 19 - 25

d. Stres Berat : 26 - 33

Tabel 4. 4 Kisi-kisi Tingkat Stres

No Karakteristik Nomor Daftar Jumlah


Pertanyaan
1. Gejala Fisik 3, 5, 8, 11 4
2. Gejala Psikologis 7, 9, 10, 12, 14 5
3. Perilaku 1, 2, 4, 6, 13 5
Total 14
45

3. Status Gizi

Instrumen untuk status gizi yaitu indeks massa tubuh

(antropometri). Rumus IMT, antara lain :

IMT = Berat Badan (Kg)

Tinggi badan (cm)2

Dengan penilaian status gizi responden

a. 17 – 18,4 : Kurus

b. 18,5 – 18,4 : Normal

c. 25,1 – 27 : Gemuk

(Kemenkes, 2019)

4. Pemberian ASI Eksklusif

Kuesioner yang digunakan yaitu dari penelitian Anathalia (2019).

Pemberian ASI eksklusif memiliki 4 pertanyaan, dengan option

jawaban skala guttman. Skala guttman merupakan perbandingan

jawaban responden yang asertif yaitu “ya-tidak” dan sebagainya.

Dengan pertanyaan pilihan ganda atau centang (Sugiyono, 2014).

Tabel 4. 5 Kisi – kisi Kuesioner Pemberian ASI Eksklusif

Variabel Karakteristik No. Soal Jumlah


Soal
Pemberian ASI Pemberian ASI 1,2,3,4 4
Ekslusif Ekslusif
Total 4 4
46

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah penunjuk keakuratan alat ukur dalam mengukur

informasi. Suatu instrumen dapat dibilang akurat kalau bisa mengukur

menurut situasi serta keadaan tertentu dan dapat mengungkapkan data

variabel yang diteliti secara benar (Notoadmodjo, 2012). Nilai p value

<0,05 yang artinya instrumen akurat dan p value >0,05 artinya

intrumen tidak akurat yang memakai rumus pearson product moment

(Arikunto, 2015).

Instrumen tingkat stres memakai kuesioner DASS 42 (Depression

Anxiety Stress Scales) memiliki 14 pertanyaan yang telah baku dan

telah diuji validitasnya mempunyai nilai hubungan pearson product

moment yaitu 0,3532-0,87 yang dapat dikatakan akurat. Dan instrumen

pemberian ASI eksklusif dari kuesioner Anathalia (2019) yang telah

diuji validitasnya dengan nilai korelasi pearson product moment 0,396

yang dapat dikatakan akurat.

2. Uji Reliabilitas

Relibialitas adalah indeks yang menjelaskan alat ukur yang

mengumpulkan informasi. Hasil ukur akan tetap sesuai jika dipakai

beberapa kali pada objek yang sama dengan pengukuran yang sama

(Notoadmodjo, 2012). Cronbach's Alpha merupakan ukuran untuk

menguji reliabilitas. Nilai α > 0.06 yang artinya kuesioner dikatakan

reliable (Riwidikdo, 2013).


47

Instrumen DASS 42 telah di uji reliabilitasnya memiliki nilai

Cronbach's Alpha adalah α 0,8806 yang artinya reliable. Kuesioner

pemberian ASI eksklusif telah dilakukan uji reliabilitasnya oleh

Anathalia (2019) dengan nilai Cronbach's Alpha didapatkan α 0,881

dan dinyatakan reliabel.

G. Etika Penelitian

Dalam penelitian, ada etika dalam penelitian (Hidayat, 2014), sebagai

berikut :

1. Lembar Pernyataan Setuju (Informed Consent)

Lembar pernyataan setuju diisi oleh responden melalui kuesioner

yang disebarkan secara langsung. Pada bagian awal kuesioner berisi

penjelasan tujuan dari penelitian.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Dalam merahasiakan identitas responden, tidak menyematkan

nama responden, cukup memberikan kode awal untuk setiap data

responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjamin informasi responden agar tidak diketahui orang

lain, data yang disasjikan hanya berupa data yang telah diberi kode

oleh peneliti dan hasil dilaporkan sebagai hasil riset sesuai dengan

penelitian.
48

4. Sukarela

Peneliti tidak akan memaksa atau menekan responden secara

langsung atau tidak langsung.

5. Manfaat (Beneficence)

Pada penelitian ini peneliti meminimalisir dampak dan

memaksimalkan manfaat dari penelitian yang dilakukan.

H. Metode Pengumpulan Data

1. Data primer yaitu informasi atau keterangan diberikan langsung oleh

responden dari pengisian dan pengukuran antropometri yaitu dengan

pengisian identitas dan menjawab pertanyaan dari kuesioner. Informasi

atau keterangan yang diberikan yaitu data demografis, status gizi ibu,

tingkat stres ibu dan pemberian ASI eksklusif.

2. Data sekunder yaitu informasi atau keterangan yang didapatkan dari

Dinas Kesehatan, Puskesmas serta buku sumber. Informasi atau

keterangan ini berupa teori terkait kajian pustaka, jumlah ibu menyusui

dengan bayi usia ≤ 6 bulan.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dari mengambil data melewati prosedur, yaitu :

1. Memberikan lembaran persetujuan untuk melakukan penelitian dari

Dinas Kesehatan Pesisir Selatan ke Puskesmas Asam Kumbang.


49

2. Peneliti sudah mendapatkan persetujuan dan menjelaskan mengenai

penelitian dan prosedur yang akan dilakukan. Kemudian mendapatkan

izin untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian oleh kepala

puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

3. Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan peneliti kepada responden

dengan tetap menjaga protokol kesehatan dan memberikan informed

consent, memberikan kuesioner saat itu langsung kepada responden

dan melakukan pengukuran tinggi badan serta tinggi badan.

4. Peneliti melaksanakan penelitian dengan cara langsung ke rumah

responden (door to door) sebanyak 60 rumah dengan ditemani kader-

kader pada wilayah kerja puskesmas Asam Kumbang dalam waktu 7

hari. Peneliti mendatangi rumah responden sekitar 8 sampai 9 rumah

dalam waktu sehari.

J. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Saat informasi atau keterangan sudah terkumpul, langkah berikutnya

melakukan pengolahan informasi atau keterangan dengan sistem

penggunaan computer melalui tahap-tahap (Notoadmodjo, 2012),

yaitu:

a. Editing (pemeriksaan data)

Setelah responden melengkapi kuesioner, peneliti mengecek

kelengkapan informasi, kejelasan data serta konsistensi antar

jawaban.
50

b. Coding (pengkodean data)

Memberikan sandi atau pengkodean pada setiap informasi

yang terkumpul dari data kategorik menjadi numerik pada poin-

poin kuesioner agar mempermudah dalam pengolahan informasi.

c. Entry (memasukkan data)

Menginput data yang sudah di coding ke program SPSS yang

digunakan.

d. Cleaning (Membersihkan data)

Pengecekan kembali informasi atau data-data yang telah

dikumpulkan dan di entry untuk memastikan informasi tersebut

bersih agar tidak terjadi kesalahan.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan sebagai penjelasan gambaran

indikator tiap variabel (Notoadmodjo, 2012). Analisis univariat

mendeskripsikan masing-masing variabel serta menilai gambaran

tingkat stres, status gizi serta pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan dengan tabel distribusi

frekuensi dan proporsi atau persentase. Program komputer

merupakan media untuk menganalisis data.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan uraian menganalisis antar variabel

yang ditaksir mempunyai hubungan (Notoadmodjo, 2012). Uji


51

statistik berfungsi untuk mengetahui korelasi antar variabel pada

penelitian ini yaitu uji ch square, yang mempunyai skala data

kategorik (nominal atau ordinal) (Dahlan, 2012 dalam Norfai,

2019).

Data dikatakan bermakna atau berhubungan apabila nilai

probabilitas p value ≤0,05, jika data tidak berhubungan memiliki p

value > 0.05. Menurut Nugroho (2020), uji chi square memiliki

beberapa syarat, yaitu :

1) Tidak memiliki nilai 0 pada salah satu kolom tabel

kontingensi.

2) Jika tabel kontingensi dalam bentuk (2 x 2), dan tidak ada

memiliki hitungan yang harapan (expected count) <5.

3) Jika bentuk tabel lebih dari 2 x 2, maka mungkin ada nilai

frekuensi yang diharapkan (expected count) >5, tetapi tidak

>20%.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Pengumpulan data mengenai hubungan tingkat stres dan status gizi

ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir

Selatan dilakukan tanggal 20 Juni – 3 Juli 2022. Sampel pada penelitian

adalah Total Sampling dengan jumlah sampel 63 orang di wilayah kerja

Puskesmas Asam Kumbang. Dikarenakan ada 2 sampel yang tidak

bersedia menjadi responden dan 1 sampel sudah pindah dari wilayah kerja

Puskesmas Asam Kumbang. Jadi, total sampelnya adalah 60 orang. Data

dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran tinggi

badan serta berat badan dengan cara mendatangi rumah responden (door to

door). Setelah kuesioner dan pengukuran tinggi badan serta berat badan

sudah lengkap, maka penelitian telah melaksanakan pengolahan data

dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.

Puskesmas Asam Kumbang merupakan salah satu dari 20 puskesmas

yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Pesisir Selatan yang

berlokasi di IV Nagari Bayang Utara. Puskesmas ini merupakan kategori

wilayah terpencil dan sangat terpencil.

52
53

B. Karakteristik Responden

Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ibu


Menyusui yang mempunyai bayi umur >6 bulan – 12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan (n = 60)

Karakteristik ƒ %
Umur Ibu
Remaja Akhir (17 – 25 tahun) 13 21,7
Dewasa Awal (26 – 35 tahun) 50 50,0
Dewasa Akhir (36 – 45 tahun) 17 28,3
Pekerjaan
Bekerja 8 13,3
Tidak Bekerja 52 86,7
Penghasilan UMR (Rp. 2.484.041,-)
< UMR 49 81,7
≥ UMR 11 18,3
Pendidikan Terakhir
SMP 18 30,0
SMA 33 55,0
Perguruan Tinggi 9 15,0

Berdasarkan tabel 5. 1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden yang

berumur dengan kategori remaja akhir sebanyak 13 orang (21,7%), dewasa

awal sebanyak 50 orang (50%) dan dewasa akhir sebanyak 17 orang

(28,3%). Sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 52 orang

(86,7%). Dari data yang dapat dilihat bahwa rata-rata penghasilan

responden sebanyak 49 orang (81,7%) <UMR. Pendidikan terakhir

responden pada penelitian yaitu SMP sebanyak 18 orang (30%), SMA

sebanyak 33 orang (55%), dan perguruan tinggi sebanyak 9 orang (15%).


54

C. Analisis Univariat

1. Tingkat Stres Ibu

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Ibu dengan


Pemberian ASI Eksklusif

Tingkat Stres Ibu ƒ %


Normal 29 48,3
Stres Ringan 20 33,3
Stres Sedang 10 16,7
Stres Berat 1 1,7
Total 60 100

Berdasarkan tabel 5. 2 dapat dilihat bahwa sebanyak 29 orang

(48,3%) ibu menyusui yang memiliki bayi berumur >6 bulan sampai

12 bulan memiliki tingkat stres normal.

2. Status Gizi Ibu

Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu dengan


Pemberian ASI Eksklusif

Status Gizi Ibu ƒ %


Kurus 4 6,7
Normal 33 55,0
Gemuk 23 38,3
Total 60 100

Berdasarkan tabel 5. 3 dapat dilihat bahwa status gizi gemuk pada

ibu sebanyak 23 orang (38,3%), status gizi normal pada ibu sebanyak

33 orang (55%) dan status gizi ibu dengan kategori kurus sebanyak 4

orang (6,7%).
55

3. Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif ƒ %


Ya 27 45,0
Tidak 33 55,0
Total 60 100

Berdasarkan tabel 5. 4 dapat dilihat bahwa sebanyak 33 orang

(55%) ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

D. Analisis Bivariat

1. Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5. 5 Hubungan Tingkat Stres Ibu terhadap Pemberian ASI


Eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan

Pemberian ASI Eksklusif


Tingkat Total P
Ya Tidak
Stres Ibu Value
ƒ % ƒ % ƒ %
Normal 21 72,4 8 27,6 29 100
Stres Ringan 4 20,0 16 80,0 20 100
0,000
Stres Sedang 2 18,2 9 81,8 11 100
Total 27 45,0 33 55,0 60 100

Berdasarkan tabel 5. 5 terdapat cell yang digabung untuk

memenuhi uji statistik chi square yaitu tidak boleh ada nilai cell yang

nol, dapat dilihat bahwa dari 11 responden yang mengalami stres

sedang, sebanyak 9 orang (81,8%) ibu tidak memberikan ASI eksklusif

sementara sebanyak 2 orang (18,2% ibu memberikan ASI eksklusif.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Syarat

untuk uji statistik yang dilakukan yaitu p <0,05 yang artinya terdapat
56

hubungan antara tingkat stres ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

2. Hubungan Status Gizi Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5. 6 Hubungan Status Gizi Ibu terhadap Pemberian ASI


Eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan

Pemberian ASI Eksklusif


Status Total P
Ya Tidak
Gizi Ibu Value
ƒ % ƒ % ƒ %
Kurus 1 25,0 3 75,0 4 100
Normal 20 60,6 13 39,4 33 100
0,027
Gemuk 6 26,1 17 73,9 23 100
Total 27 45,0 33 55,0 60 100

Berdasarkan tabel 5. 6 dapat dilihat bahwa dari 4 responden

dengan status gizi kurus, sebanyak 3 orang (75,0%) tidak memberikan

ASI eksklusif sementara sebanyak 1 orang (25,0%) memberikan ASI

eksklusif.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value = 0,027 . Syarat

untuk uji statistik yang dilakukan yaitu p <0,05 yang artinya terdapat

hubungan antara status gizi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Tingkat Stres Ibu

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 60 orang ibu

menyusui yang memiliki bayi berumur >6 bulan sampai 12 bulan yang

menjadi responden memiliki tingkat stres normal sebanyak 29 orang

(48,3%) dan memiliki tingkat stres ringan sebanyak 20 orang (33,3%).

Stres merupakan reaksi tubuh pada kondisi yang berbahaya atau sulit.

Stres menciptakan tubuh memproduksi hormon adrenalin untuk

mempertahankan diri (Anoraga, 2005).

Stres yang timbul pada ibu menyusui disebabkan karena beberapa

masalah atau faktor internal (diri sendiri) maupun eksternal (luar). Stres

yang muncul menimbulkan berbagai macam respon dari masing-masing

ibu menyusui. Berdasarkan dari hasil kuesioner DASS 42 didapatkan

pilihan jawaban paling banyak yaitu kadang-kadang, dari 60 orang ibu

menyusui sebanyak 38 ibu menyusui (63,3%) mudah marah, 36 ibu

menyusui (60%) tidak sabar, 35 ibu menyusui (58,3%) mudah kesal, 35

ibu menyusui (58,3%) gampang mengalami ketersinggungan, 34 ibu

menyusui (56,7%) kesulitan beristirahat, 33 ibu menyusui (55%) mudah

marah karena hal-hal kecil atau sepele, 33 ibu menyusui (55%) gampang

gelisah, 32 ibu menyusui (53,3%) suka bereaksi berlebihan saat situasi

tertentu, 30 ibu menyusui (50%) kesulitan untuk tenang setelah hal-hal

57
58

yang mengganggu, 29 ibu menyusui (48,3%) mengalami keadaan tegang,

28 ibu menyusui (46,7%) merasa sering menghabiskan energy karena

cemas, 27 ibu menyusui (45%) kesulitan untuk bersantai dan relaksasi, 25

ibu menyusui (41,7%) mengalami kesulitan dalam mentoleransi gangguan-

gangguan terhadap sesuatu terhadap hal yang dilakukan, dan 19 ibu

menyusui (31,7%) tidak bisa memahami sesuatu yang menghalangi anda

untuk menyelesaikan sesuatu yang sedang anda lakukan. Kondisi tersebut

dirasakan ibu karena harus memenuhi tuntutan dan tanggung jawab dalam

merawat bayi terutama menyusui sehingga menimbulkan stres.

Beberapa penyebab individu mengalami stres yaitu faktor fisik

merupakan gangguan pada tubuh sebagai akibat dari masalah yang

menimpa individu, faktor lingkungan yang mana jika keadaan lingkungan

bagus akan menunjang kesehatan dan sebaliknya, faktor kognitif yaitu

suatu hal yang menyebabkan stres tergantung pada individu menilai

peristiwa yang dialaminya, faktor kepribadian yang berkaitan dengan

karakteristik individu yang memiliki rasa persaingan ketidaksabaran yang

berlebihan, faktor sosial budaya yang merujuk pada perubahan yang

terjadi terus-menerus menyebabkan stres akulturasi dan faktor koping

merupakan cara individu menangani atau menghadapi stres (Santrock,

2003).

Menurut IDAI (2013), ada faktor yang bisa mempengaruhi stres pada

ibu menyusui, yaitu khawatir kurangnya jumlah ASI, khawatir kualitas

ASI tidak bagus untuk bayi, takut payudara dan tubuh berubah, perubahan
59

gaya hidup, ketidaknyamanan dalam menyusui seperti puting lecet, takut

terserang penyakit selama menyusui, beranggapan bahwa menyusui tidak

praktis untuk ibu bekerja, payudara yang besar karena bendungan ASI,

gagal menyusui, rasa sakit dan kurang mendapat dukungan suami serta

keluarga.

Menurut Dr. Robert J. Van Amberg dalam Hawari (2001)

menjelaskan tahap-tahap stres yaitu stres tahap I yang merupakan tahapan

awal dan ringan, tahap ini diikuti dengan perasaan yang positif. Tahap II

yang awalnya menimbulkan perasaan positif berganti dengan timbulnya

keluhan-keluhan karena waktu istirahat berkurang yang dapat

menyebabkan merasa lelah, letih serta tidak ada semangat di saat pagi.

Tahap III yang ditandai dengan keluhan-keluhan semakin terasa seperti

gangguan tidur, perasaan tidak tenang, emosional yang meningkat. Tahap

IV akan menimbulkan perasaan takut, cemas dan konsetrasi menurun.

Tahap V yang gejala-gejala stresnya berlanjut dan tidak ada penanganan

maka akan terjadi kelelahan fisik dan mental. Tahap VI yang merupakan

tahap akhir, individu yang mengalami kepanikan ditandai dengan susah

bernafas, tubuh gemetar, keringat berlebihan, tidak ada dapat melakukan

hal-hal kecil sampai dapat mengalami penurunan kesadaran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting et al (2022) di klinik

wulandari medan didapatkan bahwa tingkat stres psikologis normal

sebanyak (42,1%), stres ringan sebanyak (15%), stres sedang sebanyak

(15,8%), stres berat sebanyak (2,6%).


60

B. Status Gizi Ibu

Berdasarkan hasil penelitian menjelaskan ibu menyusui yang memiliki

bayi berumur >6 bulan sampai 12 bulan sebanyak 23 orang (38,3%)

memiliki status gizi gemuk, sebanyak 33 orang (55%) memiliki status gizi

normal dan sebanyak 4 orang (6,7%) memiliki status gizi kurus. Status

gizi merupakan ukuran untuk pemenuhan gizi atau status kesehatan yang

dihasilkan oleh seimbangnya kebutuhan dan masukan nutrisi (Beck, 2000).

Ibu saat kehamilan akan mengalami kenaikan berat badan lebih

kurang 11 – 30 kg. maka, setelah melahirkan ibu bisa menurunkan berat

badan 1 kg perminggu yang tetap memperhatikan kualitas dan kuantitas

ASI serta kondisi ibu (Indriati, 2009).

Setelah melahirkan ibu akan kehilangan berat badan 5 kg – 11 kg

karena proses kelahiran seperti pengeluaran bayi, plasenta, air ketuban dan

darah serta pemberian ASI eksklusif. Dimana tubuh melakukan adaptasi

fisiologi karena semua organ akan kembali seperti sebelum hamil sejak

satu jam plasenta lahir sampai 6 minggu postpartum. Pada saat itu terjadi

penurunan berat badan sebanyak 2 -3 kg melalui dieresis, pengeluaran

lokia dan involusi uteri sehingga berat badan ibu yang saat itu masih

kelebihan 4 kg dari berat badan sebelum hamil. Sebagian besar ibu hampir

mencapai kembali berat badan sebelum hamil dalam 6 bulan setelah

melahirkan, tetapi ada sebagian ibu yang masih kelebihan berat badannya

sekitar 1,4 kg – 2 kg. Jika ditambah dengan latihan dan diet sehat, berat

badan ibu nifas dapat berkurang dalam 9 – 11 bulan setelah melahirkan


61

(Leveno, 2003 dan Hadiyono, 2008). Menurut Christna (2007), setelah

melahirkan ibu akan mengalami penurunan berat badan secara alamiah

setelah melahirkan melahirkan antara 5,4 kg sampai 11,33 kg disebabkan

karena proses kelahiran dan pemberian ASI eksklusif.

Menurut Supariasi, et al (2016) status gizi dipengaruhi oleh faktor

langsung yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan termasuk adanya

penyakit infeksi karena agen biologis, seperti individu yang

mengkonsumsi makanan yang baik tetapi sering diare atau demam akan

beresiko mengalami gizi kurang. Dan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi adalah zat gizi makanan, kebiasaan makan, pemeliharaan

kesehatan, lingkungan fisik serta sosial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu usia

berpengaruh pada pengalaman dan pengalaman individu dan infeksi yang

menurunkan nafsu makan atau kesulitan mencerna makanan. Faktor

eksternal yang mempengaruhi adalah pendapatan yang berkaitan dengan

gizi karena kemiskinan berhubungan dengan daya beli pangan, pendidikan

merupakan proses mengubah lebih baik pengetahuan, sikap atau perilaku

mengenai status gizi. Pekerjaan yang dilakukan untuk membantu

kehidupan dan budaya yaitu sesuatu yang berpengaruh pada kebiasaan dan

tingkah laku (Marmi, 2013).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Atana, Kadek., et al (2021)

di Puskesmas Way Kandis Kota Bandar Lampung bahwa sebanyak


62

(60,5%) responden memiliki status gizi kurang baik dan sebanyak (39,5%)

responden memiliki status gizi baik.

C. Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian menjelaskan dari 60 responden, sebanyak

33 orang (55%) ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 27

orang (45%) ibu memberikan ASI eksklsuif. Hasil tersebut menjelaskan

ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif lebih banyak dari pada ibu yang

memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

ASI eksklusif merupakan memberikan ASI sedini mungkin pada anak

setelah melahirkan, tanpa memberikan makanan atau minuman lain sampai

anak berusia 6 bulan, kecuali obat-obatan, ASI perah dan vitamin

(Purwanti, 2004). Pemberian ASI sangat bermanfaat untuk bayi yaitu

mendapatkan zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, air,

karbohidrat, lemak, vitamin, garam dan mineral, probiotik untuk

pencernaan bayi dan kolustrum untuk imunitas tubuh bayi (Kurniawati,

2020). Selain itu, ASI juga bermanfaat sebagai nutrisi untuk bayi,

meningkatkan kecerdasan, dan melindungi dari serangan alergi. Pemberian

ASI eksklusif penting untuk pertumbuhan bayi. ASI lebih baik dari pada

susu formula. Pemberian ASI juga bermanfat untuk ibu yaitu membantu

ibu memulihkan diri dari proses persalinan, kontrasepsi alami,

mempercepat menurunkan berat badan, mengoptimalkan metabolism dan


63

mengurangi dampak dari penyakit metabolik serta menurunkan resiko

kanker (Roesli, 2005).

Faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif

adalah status kesehatan yang tidak baik, usia yang lebih dari 35 tahun,

rendahnya pengetahuan ibu, penddikan ibu yang rendah, beban pekerjaan

ibu, dukungan keluarga terutama suami karena dapat menimbulkan

kenyamaan ibu, petugas dan pelayanan kesehatan yang kurang mendukung

program peningkatan penggunaan air susu ibu (PP-ASI), banyaknya

promosi susu formula, kurangnya rasa percaya diri serta nilai dan adat

budaya (Rahmawati, 2018).

Dari hasil penelitian yang didapatkan pada item pertanyaan pemberian

ASI eksklusif bahwa hampir semua ibu sebanyak 57 orang (95%) ibu

memberikan ASI setelah bayi lahir sampai 6 bulan, sebanyak 34 orang

(56,7%) ibu pernah memberikan obat-obatan, vitamin, dan ASI perah pada

bayi selama usia 0-6 bulan, sebanyak 32 orang (53,3%) ibu pernah

memberikan minuman air putih dan lainnya (air gula, susu formula, susu

kental manis, teh, dan lainnya) selama usia 0-6 bulan, dan sebanyak 29

orang (48,3%) ibu pernah memberikan makanan tambahan pada bayi

(bubur, biscuit, pisang, buah-biahan, dan lainnya).

Berdasarkan Depertemen Kesehatan (2014) bahwa penambahan

makanan selain ASI pada usia bayi yang terlalu dini dapat menyebabkan

kesakitan (morbiditas). Bayi akan mudah terjangkit infeksi saluran

pencernaan dan pernafasan. Angka kematian bayi yang tinggi di Indonesia


64

salah satu penyebabnya adalah tingginya infeksi saluran pencernaan dan

pernafasan pada bayi.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Elsanti et al (2018)

di wilayah kerja Puskesmas KedungBanten bahwa ibu memberikan ASI

eksklusif sebanyak (87,1%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif

sebanyak (12,9%). Hal ini menjelaskan bahwa jumlah responden yang

memberikan ASI eksklusif lebih besar dari pada ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif.

D. Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 11 responden yang

mengalami stres sedang, sebanyak 9 orang (81,8%) ibu tidak memberikan

ASI eksklusif sementara sebanyak 2 orang (18,2% ibu memberikan ASI

eksklusif. Berdasarkan uji statistik yang dilaksanakan dengan

menggunakan uji chi-square didapatkan hasil p value = 0,000 (p =

<0,005). Hasil ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara tingkat stres ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

Stres adalah respon individu secara mental atau psikis pada perubahan

lingkungan yang menuntut individu untuk beradaptasi. Stres merupakan

komponen alami dan penting bagi kesehatan, tapi jika stres parah dan lama

akan dapat mengganggu kesehatan. Namun, stres dapat membantu


65

individu untuk waspada dan mengantisipasi dalam kondisi tertentu

(Kemenkes RI, 2018).

Stres yang terjadi pada ibu saat memberikan ASI karena merasa tidak

nyaman dalam memberikan ASI, menjaga bayi serta merawat diri ibu. Ibu

yang tidak mampu memecahkan masalah yang timbul, maka timbul

kondisi ibu yang stres. Kategori stres yang dialami merupakan hal yang

sangat kompleks. Masa nifas merupakan periode fisiologis yang terjadi

perubahan fisiologis setelah persalinan yang dapat menimbulkan stres

fisiologis, stres juga dapat terjadi karena perubahan hormon yang

dikelompokkan menjadi stres kimiawi. Masa setelah persalinan terjadinya

adaptasi psikologis yang dapat mengganggu hubungan interpersonal,

sosial dan budaya, serta keagamaan. Hal ini disertai dengan mitos, tradisi,

dan kepercayaan yang beraneka ragam di beberapa daerah (Zuly, et al,

2020).

Berdasarkan Gail (2016) tentang stres model stimulus bahwa

seseorang yang gagal dalam berdaptasi dengan kondisi akan dapat

berdampak tidak baik seperti perasaan cemas. Kondisi ini sering dialami

oleh ibu setelah melahirkan. Ibu merasa cemas saat ASI tidak lancar, ibu

merasa cemas tidak dapat menyusui bayinya. Ibu mengalami distress yaitu

stres yang dapat menurunkan produksi ASI dan mengganggu hubungan

dengan orang lain. Faktor lainnya yang bisa mempengaruhi stres pada ibu

menyusui adalah merasa kualitas ASI tidak baik, takut bentuk tubuh atau

payudara berubah (faktor estetika), perubahan pola atau gaya hidup,


66

ketidaknyaman dalam menyusui seperti puting lecet, pemberian ASI

kurang praktis bagi ibu yang bekerja, payudara besar karena bendungan

ASI dan rasa sakit serta kurang mendapat dukungan suami dan keluarga.

Ibu yang berada dalam kondisi stres dapat menghambat produksi ASI.

ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh faktor psikologis. ASI yang

dihasilkan oleh ibu dikeluarkan dengan bantuan hormon atau zat oksitosin.

Hormon oksitosin meningkat jika ibu dalam keadaan atau kondisi rileks

dan bahagia. Jika ibu merasa stres, hormon oksitosin tidak dapat

diproduksi tubuh ibu (Rini, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aldina, Lya (2018) menjelaskan

bahwa sebanyak (53,8%) ibu yang mengalami stres sedang dan (76,9%)

ibu yang menyusui tidak lancar. Dari hasil ini didapatkan uju statistik

diperoleh p value = 0,000 (p = <0,005) yang artnya terdapat hubungan

stres psikologis dengan kelancaran ASI eksklusif pada ibu yang menyusui

bayi 0-6 bulan di lingkungan III kelurahan Pantai Johor Tanjung Balai

tahun 2018.

Sementara, dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 4 orang (20%)

ibu yang stres ringan memberikan ASI eksklusif pada anak dan sebanyak 2

orang (18,2%) ibu yang stres berat memberikan ASI eksklusif pada anak.

Hal ini dapat terjadi karena secara naluriah ibu akan selalu melindungi,

menjaga dan memberikan yang terbaik pada bayinya. Salah satunya

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Apapun keadaan dan kondisi

ibu, ibu akan berusaha dan mengupayakan yang terbaik untuk bayinya,
67

serta adanya motivasi kuat yang diterima ibu untuk memberikan ASI.

Keyakinan yang memiliki control stressor dapat mengurangi kekuatan

respons stres. Dan koping atau penanganan stres yang dimiliki setiap

individu akan berbeda-beda, ada yang dapat mengatasinya dengan mudah

serta ada yang tidak dapat mengatasinya.

Menurut Kholidah dan Alsa (2012), stressor dapat diatur atau kelola.

Saat seseorang mengartikan stressor secara tidak baik, maka tingkat stres

akan semakin meningkat. Jika stressor diartikan sebagai sesuatu yang tidak

mengancam, maka tingkat stres akan menurun.

Berdasarkan hasil penelitian ibu menyusui yang memiliki bayi

berumur >6 bulan sampai 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Asam

Kumbang Pesisir Selatan didapatkan bahwa dari 13 orang (21,7%) ibu

berumur 17 – 25 tahun terdapat stres ringan sebanyak 6 orang (46,2%).

Dari 50 orang (50%) ibu berumur 26 – 35 tahun terdapat stres ringan

sebanyak 10 orang (33,3%) dan stres sedang sebanyak 6 orang (20%). Dan

dari 17 orang (28,3) ibu berumur 36 – 45 tahun terdapat stres ringan dan

stres sedang sebanyak 4 orang (23,5%).

Ibu pada rentang usia 20 – 35 tahun merupakan orang dewasa yang

dapat menyelesaikan masalah dengan baik, seperti memperoleh informasi

yang tepat terkait ASI eksklusif dan tergolong dalam usia produktif. Ibu

yang berusia kurang dari 20 tahun dinilai belum dewasa secara lahir atau

batin sehingga ibu akan bergantung pada orang lain. Sedangkan umur
68

diatas 35 tahun akan merasakan perubahan hormonal yang akan

mengurangi produksi ASI (Afriyanti, et al, 2018).

Selain itu, ada faktor lain yang dapat menjadikan ibu stres ketika

menyusui yaitu ibu bekerja. Berdasarkan hasil penelitian dari 60

responden, 8 responden (13,3%) adalah ibu bekerja sedangkan 52

responden (86,7%) adalah ibu tidak bekerja. Menurut Waluyo (2019)

menyebutkan semakin tinggi beban kerja akan membuat kelelahan

kerja yaitu salah satu parameter pada stres kerja. Stres pada ibu menyusui

akan mempengaruhi pelepasan hormon oksitosin ke aliran darah yang bisa

mengganggu produksi ASI.

Berdasarkan hasil penelitian ibu menyusui yang memiliki anak

berumur >6 bulan sampai 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Asam

Kumbang Pesisir Selatan didapatkan 49 orang (81,7%) penghasilannya

<UMR dan 11 orang (18,3%) penghasilannya >UMR. Menurut Umami, W

(2018) menjelaskan bahwa penghasilan membantu ibu memberikan ASI

eksklusif, keluarga yang penghasilannya rendah akan condong

memberikan ASI eksklusif. Penghasilan rendah akan menyebakan individu

tidak bisa membeli pangan.

Berdasarkan hasil penelitian ibu menyusui yang memiliki anak

berumur >6 bulan sampai 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Asam

Kumbang Pesisir Selatan didapatkan 18 orang (30%) ibu pendidikan

terakhirnya SMP, 33 orang (55%) ibu pendidikan terakhirnya SMA dan 9

orang (15%) ibu pendidikan terakhirnya perguruan tinggi.


69

Tingkat pendidikan bisa menetapkan sikap serta perilaku individu

dalam mengambil keputusan terutama pada pemberian ASI eksklusif.

Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan. Pendidikan

berpengaruh untuk merubah perilaku kesehatan dengan memberikan

informasi kesehatan. Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk

mempengaruhi individu agar lebih baik (Notoadmodjo, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution, S, I., & Liputo, N, I

(2016) menjelaskan bahwa sebanyak (66%) memiliki pendidikan rendah.

Dari hasil yang diperoleh p value = 0,000 (p<0,05) artinya adanya

hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif.

Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa sebanyak 8 orang (27,6%)

ibu menyusui yang mengalami tingkat stres yaitu normal dan tidak

berhasil dalam pemberian ASI eksklusif. Menurut Anggreini (2018)

beberapa faktor yaitu bayi lahir prematur yang diharuskan bayi untuk

dirawat dalam inkubator sehingga ibu tidak dapat menyusui bayinya. Ibu

yang melahirkan di rumah sakit atau di tenaga kesehatan yang langsung

memberikan bayi susu formula karena menjadi agen pemasaran promosi

susu formula. Untuk itu pentingnya kader ASI untuk wadah

mempromosikan atau mengedukasi ASI eksklusif untuk melakukan

pendampingan ASI. Selain itu, adanya kebudayaan atau kebiasaan serta

ada yang menganut kepercayaan tertentu seperti memberikan air kepada

bayi karena diyakini sebagai sumber kehidupan, kebutuhan lahir dan batin.
70

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadi stres

pada ibu menyusui adalah memberikan dukungan oleh keluarga pada ibu

dan manajemen stres. Dukungan keluarga adalah proses sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap

siklus kehidupan. Dukungan keluarga berupa dukungan sosial internal,

seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan

dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti.

Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang paling besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif (Friedman, 2010).

Manajemen stres adalah pengontrolan dan pengaturan stres untuk

mengenal penyebab stres dan mengetahui teknik-teknik mengelola stres

sehingga ibu dapat mengatasi stres yang dialaminya atau mananggulangi

secara adaptif dan efektif (Schafer dalam Segarahayu, 2013). Beberapa

cara yang dapat dilakukan saat ibu menyusui mengalami stres yaitu

mencari tahu penyebab stres dan menghindarinya, istirahat yang cukup,

melakukan relaksasi dan olahraga ringan.

E. Hubungan Status Gizi Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 33 responden dengan

status gizi normal, sebanyak 13 orang (39,4%) tidak memberikan ASI

eksklusif sementara sebanyak 20 orang (60,6%) memberikan ASI

eksklusif. Berdasarkan uji statistik yang dilaksanakan dengan

menggunakan uji chi-square didapatkan hasil p value = 0,027 (p = <


71

0,005). Hasil ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara status ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan.

Status gizi merupakan status kesehatan yang ditandai dengan

keseimbangan antara status kebutuhan dan input nutrisi. Ibu yang memiliki

gizi yang baik akan mampu memproduksi ASI sehingga ASI bisa keluar

dengan lancar karena kebutuhan gizi yang cukup. ASI yang lancar untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga nutrisi bayi akan terpenuhi

(Thamaria, 2017).

Cadangan lemak selama kehamilan digunakan untuk memproduksi

ASI jika asupan ibu menyusui kurang. Pada ibu yang menyusui secara

eksklusif, cadangan lemak selama kehamilan lebih banyak dipecah dalam

proses produksi ASI dibandingkan dengan cadangan lemak pada ibu yang

menyusui secara non-eksklusif sehingga berat badan dan persen lemak

tubuh ibu yang menyusui secara eksklusif kembali ke kondisi normal lebih

cepat dibandingkan dengan ibu yang menyusui secara non-eksklusif

(Zahro et al.,2016).

Ibu yang menyusui perlu untuk mengonsumsi makanan dengan gizi

seimbang. Nutrisi yang seimbang akan memberikan gizi yang baik dan

berkualitas. Beberapa penelitian membuktikan ibu dengan gizi yang baik,

umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6 bulan. Pola makan

ibu yang tidak seimbang pada masa menyusui dapat menyebabkan

rentannya kondisi tubuh ibu dan tubuh ibu telah bekerja keras dalam
72

memproduksi ASI. Dampaknya produksi ASI akan menurun (Imasrani,

2016).

Beradaskan hasil penelitian Rohman, MA (2021) dengan p value

=0,002 (p =<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif, dimana ibu yang memiliki

status gizi baik, pemberian ASI eksklusifnya akan lebih baik dari pada ibu

yang status gizinya buruk.

Status gizi kurus sebanyak 3 orang (75%) ibu tidak memberikan ASI

eksklusif. Ibu yang berstatus gizi kurus memiliki risiko 3,638 kali tidak

dapat memberikan ASI eksklusif. Ibu dengan masalah gizi kurus tetap

dapat memproduksi ASI, akan tetapi jika ibu dengan gizi kurus ini

berlangsung secara terus-menerus dapat mempengaruhi zat gizi pada ASI.

Kuantitas komponen imun dalam ASI akan menurun seiring dengan

buruknya status gizi ibu. Asupan energi ibu menyusui kurus dari 1500

kalori per hari dapat menyebabkan penurunan total lemak dan terjadinya

perubahan pola asam lemak (Hariyani, 2010).

Beberapa faktor yang mempengaruhi gizi ibu yaitu asupan makanan

yang menyebabkan jumlah zat gizi yang kurang atau berlebih karena

makanan yang dikonsumsi seperti kurangnya ketersediaan pangan dalam

keluarga, kemiskinan yang berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi

dalam keluarga yang dari hasil penelitian menjelaskan hampir semua

penghasilan responden < UMR (81,7%) dan ≥ UMR (18,3%). Berdasarkan

hasil penelitian ibu menyusui yang memiliki penghasilan <UMR dengan


73

status gizi kurus 4 orang (8,2%), gemuk 19 orang (38,8%), pengetahuan

yang rendah tentang pentingnya zat gizi bagi kesehatan, kebiasaan makan

makanan yang salah, termasuk adanya pantangan memakan makanan

tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti, N (2010)

didapatkan bahwa hasil uji analisa statistik dengan uji mann whitney u test

pada tingkat kepercayaan 95% antara status gizi ibu menyusui dengan

kecukupan ASI menunjukkan hubungan yang bermakna (p = 0,009). Hal

ini menjelaskan bahwa ibu menyusui dengan gizi buruk akan

mempengaruhi kecukupan ASI karena tubuh membutuhkan zat gizi yang

cukup untuk memproduksi ASI tetapi tubuh tidak dapat memenuhi

sehingga zat gizi tersebut diambil dari tubuh ibu sehingga makin lama ibu

akan mengalami gizi yang bertambah buruk.

Status gizi gemuk terdapat 23 responden, sebanyak 6 ibu menyusui

(26,1%) memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 17 ibu menyusui

(73,9%) tidak memberikan ASI eksklusif. Status gizi gemuk pada ibu akan

mempengaruhi produksi ASI karena terlalu banyak jaringan lemak dalam

tubuh yang dapat mempengaruhi hormonal sehingga ASI sulit untuk

keluar. Pengaruh langsung ibu yang obesitas terhadap pemberian ASI

eksklusif adalah terhambatnya proses laktogenesis II (tahap pembentukan

ASI yang terdiri dari tahap I, II dan III).

Ibu yang gemuk juga memiliki respon prolaktin yang rendah. Maka

produksi ASI kurang memadai dan ibu cenderung menyusui dalam waktu
74

singkat. Jaringan lemak yang banyak dapat menurunkan mobilitas atau

hambatan fisik dan menyulitkan ibu untuk menyusui dengan nyaman. Ibu

yang memiliki gemuk juga memiliki risiko-risiko berbagai penyakit seperti

jantung yang bekerja ekstra akan mengakibatkan kelelahan (Siska et al.,

2018).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Samiun (2019) didapatkan distribusi persentase produksi ASI

(46.4%) dengan status gizi (90,9%) yang nilai p value = 0,365 (p =

<0,005) yang artinya status gizi ibu yang kurang tidak berhubungan

dengan produksi ASI.

Berdasarkan hasil penelitian ibu menyusui dengan kategori umur

remaja akhir terdapat 13 orang dengan status gizi kurus 1 orang (7,7%),

gemuk 4 orang (30,8%). Dewasa awal terdapat 30 orang dengan status gizi

kurus 2 orang (6,7%), gemuk 8 orang (26,7%) dan dewasa akhir terdapat

17 orang dengan status gizi kurus 1 orang (5,9%), gemuk 11 orang

(64,7%).

Berdasarkan hasil penelitian dari Lumbantoruan, M (2018) tentang

hubungan karakteristik ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif

pada bayi didapatkan hasil 22 orang (46,8%) umur ibu <20 tahun terdapat

20 orang (42,5%) yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan dari

19 orang (40,4%) umur ibu 20-35 tahun terdapat 11 orang (23,4%) yang

memberikan ASI eksklusif, sementara dari 6 orang(12,7%) umur ibu >35

tahun terdapat 4 orang (8,5%) yang tidak memberikan ASI eksklusif. hasil
75

uji statistiknya ada hubungan umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif

(P = 0.003).

Berdasarkan hasil penelitian ibu menyusui yang bekerja dengan status

gizi normal sebanyak 5 orang (62,5%), status gizi gemuk sebanyak 3

orang (37,5%). Dan tidak bekerja dengan status gizi kurus sebanyak 4

orang (7,7%), normal sebanyak 28 orang (53,8%), gemuk sebanyak 3

orang (38,5%). Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan

menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Adanya hubungan yang erat

antara pendapatan yang meningkatkan perbaikan kesehatan yang

berkaitan dengan keadaan gizi, rendahnya pendapatan orang-orang miskin

dan lemahnya daya beli memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan

dengan cara-cara perbaikan gizi yang efektif (Suhardjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian ibu menyusui yang memiliki pendidikan

SMP sebanyak 18 orang dengan status gizi kurus 2 orang (11,1%), gemuk

9 orang (50%). Pendidikan SMA sebanyak 33 orang dengan status gizi

kurus 2 orang (6,1%), gemuk 11 orang (30,3%). Pendidikan yang

perguruan tinggi sebanyak 9 dengan status gizi gemuk 4 (44,4%). Ibu yang

memiliki pendidikan yang tinggi serta pengetahuan yang baik akan

mengupayakan kemampuan menerapkan penegtahuan yang dimilikinya

dalam pengolahan pangan untuk menjamin kebutuhan dan kecukupan

kebutuhan keluarganya.

Menurut Almatsier (2010) dalam Thamarin (2017), faktor lain yang

mempengaruhi pemanfaatan zat gizi dalam tubuh seperti mengkonsumsi


76

makanan dengan jumlah yang cukup, tetapi zat gizi tidak dimanfaatkan

dengan optimal. Gangguan pencernaan seperti gangguan gizi, enzim yang

menyebabkan makanan tidak dicerna dengan baik, gangguan penyerapan

karena penggunaan obat-obatan dan parasit, gangguan metabolism karena

gangguan liver, penyakit kencing manis serta gangguan ekskresi karena

seringnya buang air kecil, keringat berlebihan yang dapat mengganggu

pemanfaatan zat gizi.

Beberapa cara menjaga kebutuhan gizi ibu menyusui tetap seimbang

yaitu mengonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi seperti energy,

protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai rekomendasi yang dianjurkan.

Olahrga yang teratur karena aktivitas fisik akan membuat ibu rileks dan

bugar, memenuhi asupan cairan tubuh, istirahat yang cukup (IDAI, 2021).

Melakukan penimbangan secara berkala pada tenaga kesehatan agar status

gizi ibu tetap seimbang.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan tingkat stres dan status gizi ibu

terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir

Selatan , dapat disimpulkan, yaitu :

1. Hampir setengah (48,3%) ibu menyusui yang memiliki anak berumur

>6 bulan sampai 12 bulan di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir

Selatan dengan tingkat stres normal.

2. Sebagian besar (55%) ibu menyusui yang memiliki anak berumur >6

bulan sampai 12 bulan di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan

mempunyai status gizi normal.

3. Sebagian besar (55%) ibu menyusui yang memiliki anak berumur >6

bulan sampai 12 bulan di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan

tidak memberikan ASI eksklusif pada anak.

4. Terdapat hubungan antara tingkat stres ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan,

nilai p = 0,000.

5. Terdapat hubungan antara status gizi ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan,

nilai p = 0,027.

77
78

B. Saran

1. Bagi Keluarga

Diharapkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu

menyusui dan memberikan kenyamanan pada ibu serta ibu menjaga

berat badan normal.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan pada petugas kesehatan untuk melakukan manajemen stres

pada ibu menyusui dan penimbangan berat badan ibu secara berkala,

jika ibu yang mengalami kurus serta gemuk / obesitas harus segera

ditindak lanjuti.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti selanjutnya bisa lebih mengembangkan penelitian

ini dengan responden yang lebih banyak dan luas, mengembangkan

variabel faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

Dan untuk peneliti selanjutnya dalam tingkat stres dan status dengan

pemberian ASI eksklusif dapat dikaji lebih dalam lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, R., Savitri, I., & Sa’adah, N. (2018). Pengaruh pemberian ASI eksklusif

di PBM Maimunah Palembang. Jurnal Kesehatan, 9(2), 331,

http://dx.doi.org/10.26630/jk.v9i2.640.

Aldina, Lya. (2018). Hubungan stres psikologis dengan kelancaran asi pada ibu

yang menyusui bayi 0-6 bulan di lingkungan III kelurahan pantai johor

tanjung balai tahun 2018. Helvetia Repository, 21-26.

Alsa, A. & Kholidah, E. N. (2012). Berpikir positif untuk menurunkan stres

psikologis. Jurnal Psikologi, 39(1), 67-75,

https://doi.org/10.22146/jpsi.6967.

Amalia, R. (2016). Hubungan stres dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui

pasca persalinan di RSI. A. Yani Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan,

9(1), 12-16, https://doi.org/10.33086/jhs.v9i1.178.

Anathalia, Myrna. (2019). Praktik pemberian ASI eksklusif, pelaksanaan inisiasi

menyusui dini (IMD), status gizi anak, dan pengetahuan gizi pada kasus

depresi ibu pasca melahirkan. Undergraduate Theses of Nutrition, 73,

13752.

Anggreini, D. (2018). Pendampingan dan tutorial asi eksklusif sebagai upaya

membentuk sistem imunitas serta kecerdasan pada anak. Jurnal

Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(2) : 235,

10.30595/jppm.v2i2.2335.

79
80

Arikunto. (2015). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Armoni, S. D., Ayu, G & Rika, S. W. (2019). Hubungan peran petugas kesehatan

dan promosi susu formula terhadap pemberian asi eksklusif pada ibu

menyusui di wilayah kerja puskesmas harapan raya kota pekanbaru 2018.

Jurnal Photon, 9(2), https://doi.org/10.37859/jp.v9i2.1097.

Astuti, I. (2013). Determinan pemberian asi eksklusif pada ibu menyusui. Health

Quality, 4(1), 1–76.

Badan Pusat Statistika. (2020). Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang

mendapatkan asi eksklusif menurut provinsi. Diakses pada tanggal 10

Maret 2020 dari https://www.bps.go.id/indicator/30/1340/1/persentase-

bayi-usia-kurang-dari-6-bulan-yang-mendapatkan-asi-eksklusif-menurut-

provinsi.html.

Beck, M. (2000). Ilmu gizi dan diet. Yayasan Essentia Medica : Yogyakarta.

Creswell, John W. (2014). Research Design, Qualitatives, Quantitative, and

Mixed Methods Approcahes (4th Ed). United State of America : Sage

Publications.

Departemen Kesehatan RI. (2014). Peraturan menteri kesehatan republik

Indonesia nomor 41 tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang.

Departemen Kesehatan RI. Undang-undang republik Indonesia nomor 36 tahun

2009 tentang kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009.

Dinas Kesehatan Pesisir Selatan. (2021). Gambaran umum dinas kesehatan.

Diakses pada tangal 10 Maret 2022 dari


81

http://dinkes.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/Renstra_Dinas_Kese

hatan_2016-2021.pdf.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. (2017). Laporan kinerja dinas

kesehatan. Diakses pada tanggal 2 Juni 2022 dari

http://dinkes.sumbarprov.go.id/images/2018/07/file/LAKIP_DINKES_S

UMBAR_TAHUN_2017.pdf.

Elsanti, D., & Isnaini, O. P. (2018). Hubungan antara dukungan sosial dan tingkat

stres terhadap keberlangsungan pemberian asi ekslusif di wilayah kerja

puskesmas kedungbanteng. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, 1(1),

13-25, https://doi.org/10.32584/jikm.v1i1.105.

Feling, P., Sonia, W. (2021). The Depiction of Age, Parity, Education Level,

Employment Status, Husband Support, and Maternal Knowledge Level

in Exclusive Breastfeeding. Faletehan Health Jurnal, 8 (1) : 58-64,

https://doi.org/10.33746/fhj.v8i01.236.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.

Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Gail. W. (2016). Keperawatan kesehatan jiwa. Indonesia: Elsever.

Ginting, D. Y., & Tarigan, L. (2022). Hubungan stres psikologis dengan produksi

ASI pada ibu menyusui pasca persalinan di klinik wulandari medan.

Jurnal Kebidanan Kestra, 4(2).

Hartriyanti & Triyanti (2007). Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta : Rajawali

Pers.
82

Hawari, Dadang. (2001). Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Hidayat, A. A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.

Jakarta : Salemba Medika.

IDAI (2013). Air susu ibu dan tumbuh kembang anak. Diakses pada tanggal 2

Juni 2022 dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-

tumbuh-kembang-anak.

Indira, IGAA. (2006). Stress questionnaire : stress investigation from

dermatologist perpective. Denpasar : Perdoski.

Indriati, M. T (2009). Langsing dan sehat setelah melahirkan ala selebriti. Genius

Publisher : Yogyakarta.

Imasrani I.Y, Ngesti W Utami, Susmini. (2016). Kaitan pola makan seimbang

dengan produksi asi ibu menyusui. Jurnal Care, 4(3), 1-8.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Riset Kesehatan Dasar,

RISKESDAS. Jakarta : Balitbang Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan pemerintah

Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Maret 2022 dari

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP%20No.%2033%20

ttg%20Pemberian%20ASI%20Eksklusif.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Apakah stres itu ?. Diakses

pada tanggal 17 Maret 2022 dari http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-

p2ptm/stress/apakah-stres-itu.
83

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Laporan kinerja kementerian

kesehatan tahun 2020. Jakarta : Menteri Kesehatan.

Kementerian Republik Indonesia. (2019). Bagaimana Cara Mengukur Indeks

Massa Tubuh (IMT) / Berat Badan Normal). Diakses pada pada 2 Juni

2022 dari http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/tabel-

batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt

Kurniawan, D. (2020). Buku saku : Air susu ibu. Jember : KHD Production.

Leveni, K. J., et al. (2003). Obstetric Williams : panduan ringkas. Ed 21. Alih

Bahasa Pendit, B. U. Jakarta : EGC.

Lumbantoruan, M. (2018). Hubungan karakteristik ibu menyusui dengan

pemberian asi eksklusif pada bayi di desa bangun rejo dusun 1 kecamatan

tanjung morawa. Jurnal Maternal dan Neonatal, 3(1), 13-22.

Marmi. (2013). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Republik

Indonesia. (2010). Penerapan sepuluh langkah menuju keberhasilan

menyusui. Diakses pada tanggal 2 Juni 2022 dari

https://jdih.kemenpppa.go.id/peraturan/Permenpppa032010.pdf.

Nasution, S, I., & Liputo, N, I. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pola pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas bungus. Jurnal

Kesehatan Andalas, 5(3), 635, https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.590

Notoadmodjo. (2010). Pengetahuan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta.
84

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, P.S., (2020). Analisis Data Penelitian Bidang Kesehatan. Yogyakarta :

Gosyen Publishing.

Paath. (2005). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC.

Poedianto, D. H. (2002). Kiat sukses menyusui. Jakarta : Aspirasi Muda.

Potter & Perry. (2005). Buku ajar : fundamental keperawatan volume 1, edisi 4.

Jakarta : EGC.

Prasetyono, D. (2009). Buku pintar asi eksklusif. Diva Press : Yogyakarta.

Pujiastuti, N (2010). Korelasi antara status gizi ibu menyusui dengan kecukupan

asi di posyandu desa karang kedawang kecamatan sooko kabupaten

mojokerto. Jurnal Keperawatan, 1(2), 126-137,

https://doi.org/10.22219/jk.v1i2.407.

Purwanti, Hubertin Sri. (2004). Konsep penerapan ASI ekslusif : Buku Saku Untuk

Bidan. Jakarta : EGC.

Puskesmas Asam Kumbang. (2021). Laporan tahunan puskesams asam kumbang

tahun 2021. Pesisir Selatan : UPT Puskesmas Asam Kumbang.

Rahmawati Anita & Prayogy Bisepta. (2018). Buku ajar : Asuhan keperawatan

manajemen laktasi dengan pendekatan berbasis bukti. Malang : Media

Nusa Creative.

Rini, Yuli. A. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.

Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik kesehatan. Yogyakarta : Rohima Press.

Roesli, Utami. (2005). Panduan praktis menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda.

Roesli, Utami. (2007). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.


85

Roesli. (2008). Inisiasi menyusu dini plus ASI ekslusif. Jakarta : Pustaka Bunda.

Rohman, M. A., & Gizi, T. A. M. (2021). Hubungan antara status gizi ibu dan

usia ibu terhadap pemberian asi eksklusif. Doctoral dissertation,

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Samiun, Zulfia. (2019). Hubungan status gizi terhadap produksi asi pada ibu

menyusui di puskesmas tamalanrea makassar. Jurnal of Health,

Education and Literacy. 2 (1), https://doi.org/10.31605/j-healt.v2i1.460.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence, perkembangan masa hidup. Jakarta :

Erlangga.

Sarafino. (2008). Health psychology : Biopsychosocial interactions sixth edition.

United States : John Willey & Sons, Inc.

Siska, N., & Rina, W. (2018). Hubungan status gizi dan frekuensi menyusui

dengan kelancaran asi pada ibu post partum di puskesmas sukorame

kediri. Jurnal Kebidanan, 7 (1), https://doi.org/10.47560/keb.v7i1.98.

Soetjiningsih. (2005). ASI : Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suhardjo. (2003). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta : Bumi Aksara

Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian status gizi. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanti. (2014). ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka Swara.


86

Thamaria, N. (2017). Bahan ajar gizi : penilaian status gizi. Jakarta : Pusat

Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Ulfah, Inayah (2019). Skrining masalah kesehatan jiwa dengan kuesioner DASS-

42 pada civitas UIN syarif hidayatullah Jakarta yang memiliki riwayat

hipertensi. Repository UIN Jakarta, 25-26.

Umami & Margawati. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi

eksklusif. Jurnal Kedokteran di Ponegoro, 7(4),

https://doi.org/10.14710/dmj.v7i4.22265.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Waluyo. M. (2019). Manajemen psikologis teknik industri. Surabaya. Graha Ilmu.

WHO. (2004). Low Birthweight, country regional and global estimates. UNICEF:

New York.

Wiknjosastro, Hanifa. (2006). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

World Health Organization. (2021). Healt topics : Breastfeeding overview.

World Health Organization. (2021). Pekan menyusui sedunia. Diakses pada

tanggal 9 Maret 2022 dari https://www.unicef.org/indonesia/id/press-

releases/pekan-menyusui-sedunia-2021-dukungan-lebih-besar-untuk-ibu-

menyusui-di-indonesiahttps://www.unicef.org/indonesia/id/press-

releases/pekan-menyusui-sedunia-2021-dukungan-lebih-besar-untuk-ibu-

menyusui-di-indonesia.

Zahro. W., & Rahayuning, D. (2016). Pola pemberian air susu ibu (asi) dan status

gizi ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas kedungmundu, kota


87

semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3), 272-281,

https://doi.org/10.14710/jkm.v4i3.12903.

Zuly, Daima., Yuli, Setyaningsih. (2020). Stress levels of breastfeeding mothers

and breast milk in the first month. Jurnal Litbang, 16 (1) :15-28,

https://doi.org/10.33658/jl.v16i1.145.
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Nama : Tari Rahmadiya


NIM : 1811311001
Hubungan Tingkat Stres dan Status Gizi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Asama Kumbang Pesisir Selatan

Februari 2022 Maret 2022 April 2022 Mei 2022 Juni 2022 Juli 2022
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul Penelitian
2 Persetujuan Judul Penelitian
Menyusun Proposal
3
Penelitian
Mempersiapkan Proposal
4
penelitian
5 Ujian Proposal Penelitian
Memperbaiki Proposal
6
Penelitian
7 Melakukan Penelitian
8 Pengolahan dan Analisis Data
9 Menyusun Hasil Penelitian
10 Seminar Hasil Skripsi
Memperbaiki Hasil Ujian
11
Skripsi

88
Lampiran 2 Anggaran Biaya Penelitian

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Judul : Hubungan Tingkat Stres dan Status Gizi Ibu dengan Pemberian

ASI Eksklusif di Puskesmas Asam Kumbang Pesisir Selatan

Nama : Tari Rahmadiya

No. Bp : 1811311001

No Kegiatan Unit Cost Volume Jumlah


(Rp)
1 Kertas HVS A4 (80 gr) 35.000 2 Rp. 70.000
2 Tinta Printer Hitam dan
50.000 4 Rp. 200.000
Warna
3 Pengadaan Proposal serta
30.000 5 Rp. 150.000
Ujian Proposal
4 Melaksanakan Penelitian 120.000 1 Rp. 200.000
5 Menyusun dan Perbaikan
20.000 4 Rp. 80.000
Penelitian
6 Pengadaan Skripsi dan
30.000 5 Rp. 150.000
Ujian Akhir
7 Percetakan Skripsi 40.000 5 Rp. 200.000
8 Uji Etik Penelitian 250.000 1 Rp. 250.000
Total Rp. 1.300.000,-

89
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

90
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian

91
Lampiran 5 Kartu Bimbingan

92
93
Lampiran 6 Lembar Penjelasan Penelitian

LEMBAR PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Kepada Yth,

Saudara / i

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini merupakan Mahasiswa Program


Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas :

Nama : Tari Rahmadiya

No. BP : 1811311001

No. Hp : 081270060543

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Stres


dan Status Gizi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Asam
Kumbang Pesisir Selatan”

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden. Kerahasiaan


semua informasi yang diberikan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila saudara/i menyetujui, maka
dengan ini saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan dan
menjadi responden yang akan diteliti. Atas perhatian dan kesediaan saudara/i
sebagai responden saya ucapkan terimakasih.

Padang, Juli 2022

(Tari Rahmadiya)

94
Lampiran 7 Lembar Persetujuan (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Concent)

Saya bertanda tangan di bawah ini berkenan untuk dijadikan responden

pada penelitian setelah mendapatkan pemahaman oleh peneliti, yaitu :

Nama : Tari Rahmadiya

No. Bp : 1811311001

Judul : Hubungan Tingkat Stres dan Status Gizi Ibu dengan Pemberian

ASI Eksklusif di Puskesmas Asma Kumbang Pesisir Selatan

Demikian surat perjanjian ini tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Saya

mengakui bahwa informasi yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya oleh

peneliti dan hanya untuk kepentingan penelitian. Oleh karena itu, saya menjadi

responden dalam penelitian ini.

Responden

Padang, Juli 2022

( )

95
Lampiran 8 Instrumen Penelitian

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN STATUS GIZI IBU DENGAN


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS
ASAM KUMBANG PESISIR SELATAN

No. Responden : Tanggal :

Petunjuk Pengisian

a. Jawaban diisi pada tempat yang sudah tersedia.

b. Untuk pertanyaan pilihan, beri tanda centang pada jawaban yang

menurut Anda benar.

I. Identitas Responden

1. Nama Inisial :

2. Umur Ibu :

3. Pekerjaan Ibu :

4. Status Sosial Ekonomi (Penghasilan) :

5. Pendidikan terakhir

a. Tidak Tamat SD

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Perguruan Tinggi

6. Berat Badan (Kg) :

7. Tinggi Badan (cm) :

8. Usia Anak :

96
97

II. Tingkat Stres

Petunjuk Pengisian

a. Berikanlah checklist (v) pada salah satu jawaban yang dianggap sesuai

dengan pengalaman Anda.

b. Pilih jawaban yang cocok dengan pikiran serta ibu selama 6 bulan

pertama menyusui.

Kuesioner Tingkat Stres


Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42)

0 1 2 3
Tidak Kadang- Hampir
No Pertanyaan Sering
pernah kadang setiap saat
ƒ % ƒ % ƒ % ƒ %
1 Saya mudah marah
karena hal-hal kecil atau 16 26,7 33 55,0 11 18,3 0 0,0
sepele
2 Saya suka bereaksi
berlebihan saat situasi 21 35,0 32 53,3 7 11,7 0 0,0
tertentu
3 Saya kesulitan untuk
23 38,3 27 45,0 9 15,0 1 1,7
bersantai dan relaksasi
4 Saya mudah kesal 2 3,3 35 58,3 23 38,3 0 0,0
5 Saya merasa sering
menghabiskan energi 27 45,0 28 46,7 5 8,3 0 0,0
karena cemas
6 Saya mudah tidak sabar 19 31,7 36 60,0 5 8,3 0 0,0
7 Saya gampang
mengalami 0 0,0 35 58,3 25 41,7 0 0,0
ketersinggungan
8 Saya kesulitan
15 25,0 34 56,7 11 18,3 0 0,0
beristirahat
9 saya mudah marah 1 1,7 38 63,3 21 35,0 0 0,0
10 Saya kesulitan untuk
tenang setelah hal-hal 27 45,0 30 50,0 3 5,0 0 0,0
yang mengganggu
98

0 1 2 3
Tidak Kadang- Hampir
No Pertanyaan Sering
pernah kadang setiap saat
ƒ % ƒ % ƒ % ƒ %
11 Saya mengalami
kesulitan dalam
mentoleransi gangguan-
32 53,3 25 41,7 3 5,0 0 0,0
gangguan terhadap
sesuatu terhadap hal yang
dilakukan
12 Saya mengalami keadaan
23 38,3 29 48,3 8 13,3 0 0,0
tegang
13 Saya tidak bisa
memahamu sesuatu yang
menghalangi anda untuk
36 60,0 19 31,7 5 8,3 0 0,0
menyelesaikan sesuatu
yang sedang anda
lakukan
14 Saya gampang gelisah 6 10,0 33 55,0 21 35,0 0 0,0
Sumber : Lovibond, SH dalam Indira, IGAA (2016)
99

III. Pemberian ASI Eksklusif

Petunjuk Pengisian

a. Tandai jawaban dengan silang (x) pada jawaban yang dianggap sesuai

dengan apa yang Anda alami selama 6 bulan pertama menyusui.

Ya Tidak
No Pertanyaan
ƒ % Ƒ %
1 Apakah ibu memberikan ASI
57 95,0 3 5,0
setelah bayi lahir sampai 6 bulan?
2 Selama bayi berumur 0-6 bulan,
apakah ibu pernah memberikan
34 56,7 26 43,3
obat-obatan, vitamin, dan ASI
kepada bayi?
3 Selama bayi berusia 0-6 bulan,
apakah ibu pernah memberikan air
atau minuman lain (air gula, susu 32 53,3 28 46,7
formula, susu kental manis, teh, dll)
kepada bayi?
4 Selama bayi berumur 0-6 bulan,
apakah ibu pernah memberikan
makanan tambahan (bubur, biskuit, 29 48,3 31 51,7
pisang atau buah lainnya) kepada
bayi?
Lampiran 9 Master Tabel

TINGKAT STRES STATUS GIZI ASI EKSKLUSIF


NO INS UI PK PHS PDD UA
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 Ʃ KTS BB TB IMT KSZ S1 S2 S3 S4 Ʃ KAE
1 L 3 2 1 3 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 1 60 150 26,67 3 0 1 1 1 3 1
2 C 2 2 1 3 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 7 1 54 159 21,36 2 0 1 1 1 3 1
3 T 1 2 1 3 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 1 52 154 21,93 2 0 1 1 1 3 1
4 L 2 2 1 3 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 58 156 23,83 2 0 1 1 1 3 1
5 U 2 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 2 54 157 21,91 2 0 0 0 1 1 2
6 F 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 59 156 24,24 2 0 0 1 1 2 1
7 B 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 15 2 58 154 24,46 2 0 0 0 1 1 2
8 I 2 2 1 3 1 0 0 0 1 2 0 1 2 1 0 0 0 0 1 8 1 60 152 25,97 3 0 1 1 1 3 1
9 Y 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 1 1 0 1 0 0 0 0 1 8 1 57 156 23,42 2 0 1 1 1 3 1
10 N 3 1 2 4 1 1 1 0 1 0 1 1 2 1 0 0 1 0 1 10 1 60 157 24,34 2 0 1 1 1 3 1
11 M 2 2 1 3 1 2 2 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 12 1 57 153 24,35 2 1 1 0 0 2 2
12 H 2 2 1 3 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5 1 60 159 23,73 2 0 1 1 1 3 1
13 C 3 2 1 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 8 1 60 157 24,34 2 0 1 1 1 3 1
14 W 3 2 1 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 10 1 60 152 25,97 3 0 1 1 0 2 2
15 J 2 2 1 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 1 56 154 23,61 2 0 1 1 1 3 1
16 K 2 2 1 3 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10 1 53 157 21,50 2 0 0 0 0 0 2
17 Y 1 2 1 3 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 1 55 160 21,48 2 0 0 1 1 2 1
18 A 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 0 1 2 0 1 18 2 65 156 26,71 3 0 1 0 0 1 2
19 K 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 0 1 20 3 62 155 25,81 3 1 0 0 0 1 2
20 O 1 1 2 4 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 0 1 0 1 16 2 64 159 25,32 3 0 0 0 0 0 2
21 H 2 2 1 3 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 0 0 1 1 1 17 2 43 156 17,67 1 1 1 0 0 2 2
22 E 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 17 2 41 156 16,85 1 0 0 0 0 0 2
23 R 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 19 3 66 160 25,78 3 0 0 0 0 0 2
24 G 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 18 2 57 154 24,03 2 0 0 0 0 0 2
25 A 3 1 2 4 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 20 3 80 159 31,64 3 0 0 0 0 0 2
26 S 3 2 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 4 64 150 28,44 3 0 1 1 1 3 1
27 A 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 18 2 55 157 22,31 2 0 1 1 1 3 1

100
28 D 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 22 3 50 157 20,28 2 0 1 0 1 2 2
29 Z 1 2 1 3 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 0 1 16 2 65 160 25,39 3 0 0 0 0 0 2
30 D 2 2 1 3 1 1 1 2 2 1 0 2 2 2 1 1 2 2 2 21 3 62 154 26,14 3 0 0 0 0 0 2
31 H 2 2 1 2 1 1 2 0 1 0 0 2 2 1 1 1 1 1 2 15 2 58 150 25,78 3 0 1 0 0 1 2
32 W 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 18 2 71 159 28,08 3 0 0 0 0 0 2
33 D 2 1 2 3 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 0 0 2 16 2 58 156 23,83 2 0 0 0 0 0 2
34 F 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 18 2 47 160 18,36 1 0 1 0 0 1 2
35 W 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 19 3 66 157 26,78 3 0 0 0 0 0 2
36 L 2 2 1 4 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 19 3 58 150 25,78 3 0 0 0 0 0 2
37 B 3 2 1 3 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 1 62 157 25,15 3 0 0 1 1 2 1
38 M 1 2 2 4 1 1 1 1 2 0 1 2 1 2 1 0 1 0 2 15 2 50 156 20,55 2 0 0 0 0 0 2
39 S 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 22 3 60 156 24,65 2 0 0 0 0 0 2
40 P 1 2 1 3 1 1 0 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 17 2 58 150 25,78 3 0 0 0 0 0 2
41 T 2 2 1 3 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 20 3 50 154 21,08 2 0 0 1 1 2 1
42 R 2 2 1 2 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 55 160 21,48 2 0 0 1 1 2 1
43 M 1 2 1 3 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 5 1 55 161 21,22 2 0 1 0 0 1 2
44 N 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 11 1 50 156 20,55 2 0 0 0 0 0 2
45 Y 3 2 1 3 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 19 3 65 160 25,39 3 0 0 0 0 0 2
46 G 3 2 1 3 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 50 150 22,22 2 0 0 1 1 2 1
47 Y 3 1 2 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 0 0 0 0 2 15 2 55 156 22,60 2 0 1 1 1 3 1
48 Y 1 1 2 4 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 5 1 60 156 24,65 2 0 0 1 1 2 1
49 S 2 1 2 4 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 2 7 1 69 159 27,29 3 0 0 1 1 2 1
50 R 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 18 2 65 157 26,37 3 0 1 1 1 3 1
51 W 2 2 1 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 2 65 156 26,71 3 0 1 0 0 1 2
52 V 2 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3 1 50 160 19,53 2 0 0 1 1 2 1
53 M 2 2 2 2 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 8 1 60 156 24,65 2 0 0 0 1 1 2
54 Z 1 2 1 2 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 5 1 56 160 21,88 2 0 0 0 0 0 2
55 Z 2 1 2 4 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 58 156 23,83 2 0 1 1 1 3 1
56 V 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 0 1 0 1 0 2 15 2 50 157 20,28 2 0 0 1 1 2 1
57 A 1 2 1 3 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 1 43 155 17,90 1 0 1 1 1 3 1
58 L 3 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 0 1 0 2 17 2 66 160 25,78 3 0 0 0 0 0 2
59 L 3 2 1 2 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 60 154 25,30 3 0 0 0 0 0 2
60 A 3 2 1 3 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 1 55 160 21,48 2 0 1 1 1 3 1

101
102

Karakterisitik Keterangan
INS Inisial Responden
1 = Remaja Akhir (17 - 25 tahun)
UI (Umur Ibu) 2 = Dewasa Awal (26 -35 tahun)
3 = Dewasa Akhir (36 - 45 tahun)
1 = Bekerja
PK (Pekerjaan Ibu)
2 = Tidak bekerja
PHS (Status Sosial Ekonomi 1 = < UMR
(Penghasilan)) 2 = > UMR
0 = Tidak tamat SD
1 = SD
PDD (Pendidikan Terakhir) 2 = SMP
3 = SMA
4 = Perguruan Tinggi
0 = Tidak pernah
1 = kadang – kadang
Penilaian Kuesioner Tingkat Stres
2 = Sering
3 = Hampir setiap saat
Penilaian Kuesioner Pemberian ASI 0 = Ya
Eksklusif 1 = Tidak
1 = Normal
2 = Stres Ringan
KTS (Kategori Tingkat Stres)
3 = Stres Sedang
4 = Stres Berat
1 = Kurus
KSZ (Kategori Status Gizi) 2 = Normal
3 = Gemuk
1 = Ya, jika diberikan ASI saja selama 6
bulan
KAE (Kategori ASI Eksklusif) 2 = Tidak, jika diberi tambahan selain
ASI selama < 6 bulan
Lampiran 10 Hasil Uji Statistik

Frequencies
Statistics
Umur Ibu Pekerjaan Penghasilan Pendidikan Umur Anak
Valid 60 60 60 60 60
N
Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table
Umur Ibu
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Remaja Akhir 13 21.7 21.7 21.7
Dewasa awal 30 50.0 50.0 71.7
Valid
Dewasa akhir 17 28.3 28.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Bekerja 8 13.3 13.3 13.3
Tidak bekerja 52 86.7 86.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Penghasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
< UMR 49 81.7 81.7 81.7
Valid ≥ UMR 11 18.3 18.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

103
104

Frequencies
Statistics
Tingkat Stres Status Gizi Pemberian ASI Eksklusif
Valid 60 60 60
N
Missing 0 0 0

Frequency Table

Tingkat Stres
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Normal 29 48.3 48.3 48.3
Stres RIngan 20 33.3 33.3 81.7
Valid Stres Sedang 10 16.7 16.7 98.3
Stres Berat 1 1.7 1.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Kurus 4 6.7 6.7 6.7
Normal 33 55.0 55.0 61.7
Valid
Gemuk 23 38.3 38.3 100.0
Total 60 100.0 100.0

Pemberian ASI Eksklusif


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Ya 27 45.0 45.0 45.0
Valid Tidak 33 55.0 55.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
105

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur Ibu * Tingkat Stres 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Pekerjaan * Tingkat Stres 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Penghasilan * Tingkat Stres 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Pendidikan * Tingkat Stres 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Crosstab
Tingkat Stres
Stres Stres Total
Normal
Ringan Sedang
Count 7 6 0 13
Expected Count 6.3 4.3 2.4 13.0
Remaja
% within Umur Ibu 53.8% 46.2% .0% 100.0%
Akhir
% within Tingkat Stres 24.1% 30.0% .0% 21.7%
% of Total 11.7% 10.0% .0% 21.7%
Count 14 10 6 30
Expected Count 14.5 10.0 5.5 30.0
Dewasa
Umur Ibu % within Umur Ibu 46.7% 33.3% 20.0% 100.0%
Awal
% within Tingkat Stres 48.3% 50.0% 54.5% 50.0%
% of Total 23.3% 16.7% 10.0% 50.0%
Count 8 4 5 17
Expected Count 8.2 5.7 3.1 17.0
Dewasa
% within Umur Ibu 47.1% 23.5% 29.4% 100.0%
Akhir
% within Tingkat Stres 27.6% 20.0% 45.5% 28.3%
% of Total 13.3% 6.7% 8.3% 28.3%
Count 29 20 11 60
Expected Count 29.0 20.0 11.0 60.0
Total % within Umur Ibu 48.3% 33.3% 18.3% 100.0%
% within Tingkat Stres 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 48.3% 33.3% 18.3% 100.0%
106

Crosstab
Tingkat Stres
Stres Stres Total
Normal
Ringan Sedang
Count 4 3 1 8
Expected Count 3.9 2.7 1.5 8.0
Bekerja % within Pekerjaan 50.0% 37.5% 12.5% 100.0%
% within Tingkat Stres 13.8% 15.0% 9.1% 13.3%
% of Total 6.7% 5.0% 1.7% 13.3%
Pekerjaan
Count 25 17 10 52
Expected Count 25.1 17.3 9.5 52.0
Tidak
% within Pekerjaan 48.1% 32.7% 19.2% 100.0%
bekerja
% within Tingkat Stres 86.2% 85.0% 90.9% 86.7%
% of Total 41.7% 28.3% 16.7% 86.7%
Count 29 20 11 60
Expected Count 29.0 20.0 11.0 60.0
Total % within Pekerjaan 48.3% 33.3% 18.3% 100.0%
% within Tingkat Stres 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 48.3% 33.3% 18.3% 100.0%

Crosstab
Tingkat Stres
Stres Stres Total
Normal
Ringan Sedang
Count 24 16 9 49
Expected Count 23.7 16.3 9.0 49.0
<
% within Penghasilan 49.0% 32.7% 18.4% 100.0%
UMR
% within Tingkat Stres 82.8% 80.0% 81.8% 81.7%
% of Total 40.0% 26.7% 15.0% 81.7%
Penghasilan
Count 5 4 2 11
Expected Count 5.3 3.7 2.0 11.0
>
% within Penghasilan 45.5% 36.4% 18.2% 100.0%
UMR
% within Tingkat Stres 17.2% 20.0% 18.2% 18.3%
% of Total 8.3% 6.7% 3.3% 18.3%
Total Count 29 20 11 60
107

Expected Count 29.0 20.0 11.0 60.0


% within Penghasilan 48.3% 33.3% 18.3% 100.0%
% within Tingkat_Stres 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 48.3% 33.3% 18.3% 100.0%

Crosstab
Tingkat Stres
Stres Stres Total
Normal
Ringan Sedang
Count 5 10 3 18
Expected Count 8.7 6.0 3.3 18.0
SMP % within Pendidikan 27.8% 55.6% 16.7% 100.0%
% within Tingkat Stres 17.2% 50.0% 27.3% 30.0%
% of Total 8.3% 16.7% 5.0% 30.0%
Count 20 7 6 33
Expected Count 16.0 11.0 6.0 33.0
Pendidikan SMA % within Pendidikan 60.6% 21.2% 18.2% 100.0%
% within Tingkat_Stres 69.0% 35.0% 54.5% 55.0%
% of Total 33.3% 11.7% 10.0% 55.0%
Count 4 3 2 9

Pergur Expected Count 4.4 3.0 1.6 9.0


uan % within Pendidikan 44.4% 33.3% 22.2% 100.0%
tinggi % within Tingkat Stres 13.8% 15.0% 18.2% 15.0%
% of Total 6.7% 5.0% 3.3% 15.0%
Count 29 20 11 60
Expected Count 29.0 20.0 11.0 60.0
Total % within Pendidikan 48.3% 33.3% 18.3% 100.0%
% within Tingkat Stres 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 48.3% 33.3% 18.3% 100.0%
108

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur Ibu * Status Gizi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Pekerjaan * Status Gizi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Penghasilan * Status
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Gizi
Pendidikan * Status
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Gizi

Umur Ibu * Status Gizi Crosstabulation


Status Gizi
Total
Kurus Normal Gemuk
Count 1 8 4 13
Expected Count .9 7.2 5.0 13.0
Remaja
% within Umur Ibu 7.7% 61.5% 30.8% 100.0%
Akhir
% within Status Gizi 25.0% 24.2% 17.4% 21.7%
% of Total 1.7% 13.3% 6.7% 21.7%
Count 2 20 8 30
Expected Count 2.0 16.5 11.5 30.0
Umur Dewasa
% within Umur_ bu 6.7% 66.7% 26.7% 100.0%
Ibu Awal
% within Status Gizi 50.0% 60.6% 34.8% 50.0%
% of Total 3.3% 33.3% 13.3% 50.0%
Count 1 5 11 17
Expected Count 1.1 9.4 6.5 17.0
Dewasa
% within Umur Ibu 5.9% 29.4% 64.7% 100.0%
Akhir
% within Status Gizi 25.0% 15.2% 47.8% 28.3%
% of Total 1.7% 8.3% 18.3% 28.3%
Count 4 33 23 60
Expected Count 4.0 33.0 23.0 60.0
Total
% within Umur Ibu 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%
% within Status Gizi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
109

Umur Ibu * Status Gizi Crosstabulation


Status Gizi
Total
Kurus Normal Gemuk
Count 1 8 4 13
Expected Count .9 7.2 5.0 13.0
Remaja
% within Umur Ibu 7.7% 61.5% 30.8% 100.0%
Akhir
% within Status Gizi 25.0% 24.2% 17.4% 21.7%
% of Total 1.7% 13.3% 6.7% 21.7%
Count 2 20 8 30
Expected Count 2.0 16.5 11.5 30.0
Umur Dewasa
% within Umur_ bu 6.7% 66.7% 26.7% 100.0%
Ibu Awal
% within Status Gizi 50.0% 60.6% 34.8% 50.0%
% of Total 3.3% 33.3% 13.3% 50.0%
Count 1 5 11 17
Expected Count 1.1 9.4 6.5 17.0
Dewasa
% within Umur Ibu 5.9% 29.4% 64.7% 100.0%
Akhir
% within Status Gizi 25.0% 15.2% 47.8% 28.3%
% of Total 1.7% 8.3% 18.3% 28.3%
Count 4 33 23 60
Expected Count 4.0 33.0 23.0 60.0
Total
% within Umur Ibu 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%
% within Status Gizi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%

Pekerjaan * Status Gizi Crosstabulation


Status Gizi
Total
Kurus Normal Gemuk
Count 0 5 3 8
Expected Count .5 4.4 3.1 8.0
Bekerja % within Pekerjaan .0% 62.5% 37.5% 100.0%
Pekerjaan % within Status Gizi .0% 15.2% 13.0% 13.3%
% of Total .0% 8.3% 5.0% 13.3%
Tidak Count 4 28 20 52
bekerja Expected Count 3.5 28.6 19.9 52.0
110

% within Pekerjaan 7.7% 53.8% 38.5% 100.0%


% within Status Gizi 100.0% 84.8% 87.0% 86.7%
% of Total 6.7% 46.7% 33.3% 86.7%
Count 4 33 23 60
Expected Count 4.0 33.0 23.0 60.0
Total % within Pekerjaan 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%
% within Status Gizi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%

Penghasilan * Status Gizi Crosstabulation


Status Gizi
Total
Kurus Normal Gemuk
Count 4 26 19 49
Expected Count 3.3 27.0 18.8 49.0
% within
< UMR 8.2% 53.1% 38.8% 100.0%
Penghasilan
% within Status Gizi 100.0% 78.8% 82.6% 81.7%
% of Total 6.7% 43.3% 31.7% 81.7%
Penghasilan
Count 0 7 4 11
Expected Count .7 6.0 4.2 11.0
% within
> UMR .0% 63.6% 36.4% 100.0%
Penghasilan
% within Status Gizi .0% 21.2% 17.4% 18.3%
% of Total .0% 11.7% 6.7% 18.3%
Count 4 33 23 60
Expected Count 4.0 33.0 23.0 60.0
% within
Total 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%
Penghasilan
% within Status Gizi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%
111

Pendidikan * Status Gizi Crosstabulation


Status_Gizi
Total
Kurus Normal Gemuk
Count 2 7 9 18
Expected Count 1.2 9.9 6.9 18.0
SMP % within Pendidikan 11.1% 38.9% 50.0% 100.0%
% within Status Gizi 50.0% 21.2% 39.1% 30.0%
% of Total 3.3% 11.7% 15.0% 30.0%
Count 2 21 10 33
Expected Count 2.2 18.2 12.6 33.0
Pendidikan SMA % within Pendidikan 6.1% 63.6% 30.3% 100.0%
% within Status Gizi 50.0% 63.6% 43.5% 55.0%
% of Total 3.3% 35.0% 16.7% 55.0%
Count 0 5 4 9
Expected Count .6 5.0 3.4 9.0
Perguru
% within Pendidikan .0% 55.6% 44.4% 100.0%
an tinggi
% within Status Gizi .0% 15.2% 17.4% 15.0%
% of Total .0% 8.3% 6.7% 15.0%
Count 4 33 23 60
Expected Count 4.0 33.0 23.0 60.0
Total % within Pendidikan 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%
% within Status Gizi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 6.7% 55.0% 38.3% 100.0%
112

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat Stres *
Pemberian ASI 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Eksklusif

Tingkat Stres * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI
Eksklusif Total
Ya Tidak
Count 21 8 29
Normal
Expected Count 13.0 16.0 29.0
Count 4 16 20
Tingkat Stres Stres Ringan
Expected Count 9.0 11.0 20.0
Count 2 9 11
Stres Sedang
Expected Count 5.0 6.0 11.0
Count 27 33 60
Total
Expected Count 27.0 33.0 60.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df
(2-sided)
Pearson Chi-Square 17.053a 2 .000
Likelihood Ratio 17.967 2 .000
Linear-by-Linear
13.643 1 .000
Association
N of Valid Cases 60
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 4,95.
113

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status Gizi Ibu *
Pemberian ASI 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Eksklusif

Status Gizi * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation


Pemberian ASI Eksklusif
Total
Ya Tidak
Count 1 3 4
Kurus
Expected Count 1.8 2.2 4.0
Count 20 13 33
Status Gizi Normal
Expected Count 14.8 18.2 33.0
Count 6 17 23
Gemuk
Expected Count 10.4 12.6 23.0
Count 27 33 60
Total
Expected Count 27.0 33.0 60.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value Df
(2-sided)
Pearson Chi-Square 7.218a 2 .027
Likelihood Ratio 7.424 2 .024
Linear-by-Linear
2.386 1 .122
Association
N of Valid Cases 60
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,80.
Lampiran 11 Uji Etik Penelitian

114
Lampiran 12 Curriculum Vitae

Curriculum Vitae

Nama : Tari Rahmadiya


Tempat/Tanggal Lahir : Batang Kapas, 19 September 2000
Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unand


Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Nusantara, Perumahan Putri Indah Lestari 2 No. A1,
Painan Timur, Kec. IV Jurai, Kab. Pesisir Selatan
Email : tarirahmadiya09@gmail.com
Telepon : 081270060543
Nama Ayah : Murdianto
Nama Ibu : Andesda Triana Putri
Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-Fitrah Tuik Tamatan 2006


2. SD Negeri 19 Kampung Baru
3. SD Negeri 02 Sungai Nyalo
4. SD Negeri 10 Painan Timur Tamatan 2012
5. SMP Negeri 1 Painan Tamatan 2015
6. SMA Negeri 2 Painan Tamatan 2018
Organisasi : Anggota dan bendahara Bidang RMC, FKI Rabbani
Universitas Andalas tahun 2020-2021

Tanda Tangan

(Tari Rahmadiya)

115
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian

116
Lampiran 14 Uji Turnitin

117

Anda mungkin juga menyukai