Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

PKN 41
ESSAY

Disusun Oleh:
Anugrah Febriansyah Putra (A031221076)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
MAKASSAR
2023
Tidak Memilih dalam Pemilihan Umum: Hak, Kewajiban, dan Solusi untuk
Masyarakat

Pemilihan umum merupakan salah satu elemen penting dalam sistem demokrasi di
suatu negara. Dalam sebuah pemilihan umum, warga negara memiliki hak untuk
memilih pemimpin mereka dan berpartisipasi dalam menentukan arah pemerintahan
dan kebijakan negara. Namun, di banyak negara, terdapat sebagian masyarakat yang
tidak aktif atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Fenomena ini menimbulkan
pertanyaan tentang hak dan kewajiban warga negara serta solusi yang dapat
diimplementasikan untuk mendorong partisipasi yang lebih besar. Apa saja syarat
menjadi Pemilih dalam Pemilu? Aturan tentang syarat Pemilih dalam Pemilu ini telah
termuat dalam Pasal 4 PKPU No. 7 Tahun 2022. Berikut ini syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk menjadi Pemilih dalam Pemilu:

• Genap berumur 17 tahun atau lebih pada hari pemungutan suara, sudah kawin, atau
sudah pernah kawin.
• Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
• Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibuktikan
dengan KTP-el (e-KTP).
• Berdomisili di luar negeri yang dibuktikan dengan KTP-el (e-KTP), Paspor dan/atau
Surat Perjalanan Laksana Paspor.
• Bagi Pemilih belum mempunyai KTP-el (e-KTP) dapat menggunakan Kartu Keluarga
(KK).
• Tidak sedang menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

Sebagai warga negara, seseorang memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada
statusnya. Hak-hak tersebut meliputi kebebasan berpendapat, hak atas informasi, hak
untuk berserikat, hak untuk memilih, dan hak untuk terlibat dalam proses politik.
Kebebasan ini diberikan kepada warga negara agar mereka dapat mempengaruhi
pembentukan kebijakan publik dan menjaga keseimbangan kekuasaan dalam
masyarakat.

Namun, hak-hak ini juga disertai dengan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap
warga negara. Kewajiban tersebut meliputi kewajiban untuk mematuhi hukum negara,
membayar pajak, melindungi kepentingan negara, dan berpartisipasi dalam pemilihan
umum. Partisipasi dalam pemilihan umum dianggap sebagai salah satu bentuk
kewajiban dasar warga negara untuk ikut serta dalam proses demokratisasi dan
menentukan pemimpin serta kebijakan negara.

Meskipun hak dan kewajiban warga negara berkaitan erat dengan partisipasi dalam
pemilihan umum, masih banyak masyarakat yang tidak memilih. Ada beberapa alasan
yang mungkin mendasari fenomena ini.

1. kurangnya pemahaman tentang pentingnya pemilihan umum dan dampaknya bagi


masyarakat dan negara dapat membuat sebagian warga negara merasa tidak
relevan atau tidak tertarik dalam proses ini. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa
pemilihan umum merupakan salah satu sarana yang efektif untuk membentuk
kebijakan yang mencerminkan kepentingan mereka. Padahal begiru penting untuk
memiliki pemahaman terkait pemilihan umum demi kepentingan negara kedepannya
agar negara kita sekiranya dipimpin oleh pemimpin yang diamanahkan oleh
masyarakat

2. kepercayaan yang rendah terhadap partai politik atau calon yang ada juga dapat
menjadi faktor yang mengurangi minat masyarakat untuk memilih. Ketidakpuasan
terhadap kinerja pemerintah atau ketidakpercayaan terhadap janji-janji politik dapat
membuat masyarakat merasa tidak ada pilihan yang baik atau tidak memiliki
pengaruh nyata dalam proses politik. Trust issue dari masyarakat diharapkan tidak
muncul karena pemimpin yang naik pada saat pemilu pasti memiliki ambisi kuat
untuk memajukan bangsa dan menggandeng masyarakat untuk bersama sama
membangun bangsa

3. kendala logistik atau administratif juga dapat mempengaruhi partisipasi pemilih.


Misalnya, lokasi pemilihan yang jauh, antrian yang panjang, atau kesulitan
pendaftaran pemilih dapat menjadi hambatan yang nyata bagi sebagian orang.
Contohnya adalah di daerah yang susah diakses yang dimana terdapat banyak
faktor faktor lain seperti masyarakat yang datanya tidak pas ataupun kertas
pemungutan suara rusak ketika akan ke lokasi pemilihan ataupun setelah dari lokasi
pemilihan.

Adapun alasan lain mengapa masyarakat memiliki minat rendah dalam mengikuti
pemilu adalah:

1. Politik Uang: Hindari terlibat dalam praktik politik uang, yaitu memberikan atau
menerima uang atau hadiah dalam upaya mempengaruhi pemilih atau mendapatkan
dukungan. Praktik ini merusak integritas pemilihan dan mengurangi keadilan dalam
proses demokrasi.
2. Penyebaran Informasi Palsu atau Hoaks: Jauhi menyebarkan informasi palsu atau
hoaks yang dapat mempengaruhi persepsi pemilih. Ini termasuk menyebarkan berita
palsu, foto yang diedit atau video yang direkayasa untuk memanipulasi opini publik.
Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, penting untuk memverifikasi
kebenaran informasi sebelum menyebarkannya.
3. Intimidasi dan Kekerasan: Hindari menggunakan intimidasi, ancaman, atau
kekerasan untuk mempengaruhi pemilih atau menekan partai politik lawan.
Kehadiran fisik yang mengganggu di tempat pemilihan atau mengancam partisipasi
pemilih merupakan tindakan yang melanggar prinsip demokrasi dan mencederai
proses pemilihan.
4. Kampanye Negatif dan Fitnah: Hindari melakukan kampanye yang hanya bertujuan
untuk mencemarkan reputasi lawan politik dengan fitnah, serangan pribadi, atau
pencemaran nama baik. Sebaiknya fokuslah pada gagasan, program, dan visi yang
konstruktif dalam kampanye politik.
5. Pelanggaran Aturan Kampanye: Patuhi semua aturan dan ketentuan yang berlaku
dalam kampanye politik. Jangan melanggar batasan waktu, tempat, atau metode
kampanye yang ditentukan. Pastikan pemenuhan kewajiban pelaporan dana
kampanye dan tidak melanggar batasan pengeluaran yang ditetapkan.
6. Penggunaan Kekuasaan Publik untuk Keuntungan Politik: Hindari penyalahgunaan
kekuasaan publik atau sumber daya negara untuk kepentingan politik pribadi atau
kelompok. Menggunakan posisi atau jabatan untuk mempengaruhi pemilih atau
memanipulasi proses pemilihan merupakan tindakan yang melanggar etika dan
merusak demokrasi.
7. Tidak Mematuhi Hukum Pemilihan: Pastikan untuk mematuhi semua peraturan dan
ketentuan yang berlaku dalam pemilihan umum. Ini termasuk proses pendaftaran
pemilih, persyaratan pencalonan, dan tata cara pemungutan dan penghitungan
suara. Melanggar hukum pemilihan dapat mengakibatkan diskualifikasi atau
kecacatan hasil pemilihan.

Untuk mengatasi masalah ketidakpartisan dalam pemilihan umum, beberapa solusi


dapat diterapkan.

1. pendidikan politik yang efektif perlu diberikan kepada warga negara sejak usia dini.
Melalui pendidikan politik, masyarakat dapat memahami pentingnya partisipasi
dalam pemilihan umum, hak dan kewajiban warga negara, serta dampaknya bagi
pembangunan negara secara keseluruhan. Pendidikan ini sepertinya sudah mulai
berjalan di beberapa sekolah di indonesia, namun hal ini masih perlu terus
dikembangkan demi kemajuan bangsa
2. transparansi dan akuntabilitas dalam politik perlu ditingkatkan. Partai politik dan
calon harus lebih terbuka dan jujur tentang visi, program, dan janji politik mereka.
Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses politik adalah langkah
penting untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Oleh karena itu partai politik dan
pasangan calon yang memajukan diri di pemilihan umum harus lebih mendekatkan
diri ke masyarakat demi tercapainya transparansi dan akuntabilitas yang diharapkan

3. pemerintah dan lembaga terkait harus membuat upaya konkret untuk memfasilitasi
partisipasi pemilih. Mereka dapat meningkatkan aksesibilitas pemilihan umum
dengan menyediakan lebih banyak lokasi pemilihan, memperpanjang waktu
pemilihan, atau menyederhanakan proses pendaftaran pemilih. Pendekatan
teknologi seperti pemilihan elektronik atau pemungutan suara melalui surat dapat
mempermudah akses dan meningkatkan partisipasi pemilih. Di era digital saat ini,
diperlukan peningkatan cara pemilihan dan penambahan fasilitas pemilihan demi
terciptanya suasana menyenangkan dan menambah minat masyarakat untuk
memilih

4. perlu mengkampanyekan pentingnya pemilihan umum dan partisipasi pemilih


melalui media massa, kampanye sosial, dan forum publik. Masyarakat perlu
disadarkan akan hak-hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara serta
dampak dari ketidakhadiran mereka dalam proses demokrasi. Hal ini juga membuat
pemilihan umum dihari hari nanti dinanti nantikan oleh masyarakat karena
diharapkan pemilihan umum menjadi titik kumpul masyarakat dalam memajukan
negara

oleh karena itu KPU memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan pemilihan
umum sebagai pengatur, pengawas dan pelaksana pemilu yang adil, demokratis dan
transparan. Fungsi-fungsi tersebut menjadikan KPU sebagai lembaga yang sangat
penting dalam menjaga integritas dan kepercayaan terhadap sistem demokrasi di
Indonesia. KPU berperan sebagai pengawas independen yang berupaya menjaga
keadilan, transparansi, dan partisipasi yang tinggi dalam pemilihan umum.

Dalam rangka mendorong partisipasi pemilih yang lebih besar, pemerintah, masyarakat
sipil, dan lembaga pendidikan harus bekerja sama. Dengan demikian, kesadaran
tentang hak dan kewajiban warga negara dapat ditingkatkan, dan solusi praktis dapat
diimplementasikan untuk mengatasi hambatan partisipasi dalam pemilihan umum.

Penting bagi masyarakat untuk menyadari bahwa pemilihan umum bukan hanya hak,
tetapi juga tanggung jawab mereka sebagai warga negara. Melalui partisipasi aktif
dalam proses ini, masyarakat memiliki kesempatan untuk membentuk masa depan
negara mereka dan mewujudkan perubahan yang mereka inginkan.

Anda mungkin juga menyukai