Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN MATA KULIAH

Akuntansi Manajemen
Menganalisis Hubungan Biaya Volume Laba (BEP)

Disusun Oleh:
Anugrah Febriansyah Putra (A031221076)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
MAKASSAR
2023
A. Apa itu Hubungan biaya volume laba

Hubungan biaya-volume-laba (Cost-Volume-Profit, disingkat CVP) adalah suatu konsep


dalam manajemen keuangan dan akuntansi yang digunakan untuk menganalisis dampak
perubahan volume penjualan, biaya produksi, dan laba perusahaan. Konsep ini
membantu manajer dan pemilik bisnis dalam pengambilan keputusan terkait harga
produk, volume produksi, dan strategi keuangan secara keseluruhan.

Ada beberapa unsur utama dalam analisis CVP:

1. Biaya Tetap (Fixed Costs): Ini adalah biaya-biaya yang tidak berubah sehubungan
dengan volume produksi atau penjualan. Misalnya, biaya sewa pabrik atau gaji
manajemen biasanya termasuk dalam biaya tetap.
2. Biaya Variabel (Variable Costs): Ini adalah biaya yang berubah sejalan dengan
peningkatan atau penurunan volume produksi atau penjualan. Misalnya, biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung sering dianggap sebagai biaya variabel.
3. Harga Jual (Selling Price): Ini adalah harga per unit produk atau jasa yang dijual
oleh perusahaan kepada pelanggan.
4. Volume Penjualan (Sales Volume): Ini adalah jumlah unit produk atau jasa yang
dijual oleh perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.
5. Laba Bersih (Net Income): Ini adalah selisih antara pendapatan total dari penjualan
dan total biaya (tetap dan variabel) yang dikeluarkan perusahaan dalam periode
waktu tertentu.

Analisis CVP menggunakan rumus-rumus matematis dan alat-alat analisis keuangan


untuk memahami bagaimana perubahan dalam volume penjualan akan mempengaruhi
laba bersih perusahaan. Dalam analisis ini, beberapa titik penting yang dapat
diidentifikasi meliputi:

• Titik Impas (Break-Even Point): Ini adalah tingkat penjualan di mana laba bersih
sama dengan nol, yang berarti perusahaan mencukupi semua biaya tetapnya. Di atas
titik ini, perusahaan mulai mendapatkan laba.
• Margin of Safety: Ini adalah selisih antara tingkat penjualan aktual dan titik impas.
Margin of safety mengukur seberapa jauh penjualan aktual dapat turun sebelum
perusahaan mengalami kerugian.
• Leverage Keuangan (Financial Leverage): Analisis CVP juga membantu dalam
memahami bagaimana perubahan dalam biaya tetap dan hutang dapat memengaruhi
risiko dan potensi laba perusahaan.
• Kontribusi Margin (Contribution Margin): Ini adalah selisih antara harga jual per
unit dan biaya variabel per unit. Kontribusi margin digunakan untuk menutupi biaya
tetap dan mendapatkan laba.

Analisis CVP sangat penting dalam pengambilan keputusan strategis, seperti


menentukan harga produk, merencanakan volume produksi, dan mengevaluasi proyek
investasi. Dengan memahami hubungan biaya-volume-laba, perusahaan dapat
mengoptimalkan operasi mereka dan mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.

B. Contoh penggunaannya

Mari kita lihat beberapa contoh penggunaan analisis biaya-volume-laba (CVP) dalam
situasi nyata:

1. Penentuan Harga Produk:

Sebuah perusahaan yang memproduksi gadget elektronik ingin menentukan harga jual
yang tepat untuk produk barunya. Dengan menggunakan analisis CVP, mereka dapat
memperhitungkan biaya produksi, biaya variabel, dan target laba yang diinginkan.
Dengan demikian, mereka dapat menentukan harga jual yang akan memungkinkan
mereka mencapai laba yang diharapkan.

2. Evaluasi Pilihan Produksi:

Sebuah pabrik memproduksi dua jenis produk: A dan B. Dengan analisis CVP,
manajemen dapat membandingkan kontribusi margin dari kedua produk tersebut, biaya
tetap produksi, dan tingkat penjualan yang diperlukan untuk mencapai titik impas. Analisis
ini membantu mereka menentukan produk mana yang lebih menguntungkan atau apakah
kedua produk harus terus diproduksi.
3. Keputusan Perluasan Usaha:

Sebuah restoran mempertimbangkan untuk membuka cabang baru. Dengan


menggunakan analisis CVP, mereka dapat memproyeksikan berapa banyak penjualan
yang diperlukan di cabang baru untuk mencapai titik impas dan mulai menghasilkan laba.
Analisis ini membantu dalam menilai apakah ekspansi tersebut layak.

4. Menentukan Tingkat Produksi Optimal:

Sebuah pabrik mobil ingin menentukan berapa banyak unit mobil yang harus diproduksi
dalam satu bulan. Dengan analisis CVP, mereka dapat memperhitungkan biaya produksi,
harga jual, biaya variabel, dan titik impas untuk menentukan tingkat produksi optimal yang
akan menghasilkan laba maksimal.

5. Analisis Rasio Laba Terhadap Penjualan:

Perusahaan yang sudah beroperasi dapat menggunakan analisis CVP untuk memantau
sejauh mana perubahan volume penjualan memengaruhi laba bersih mereka. Hal ini
dapat membantu mereka mengidentifikasi tren dan masalah yang perlu diatasi.

6. Menentukan Target Laba:

Sebuah startup ingin menentukan berapa banyak produk yang perlu dijual untuk
mencapai target laba tertentu. Dengan analisis CVP, mereka dapat menghitung volume
penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan laba mereka.

Dalam semua contoh di atas, analisis CVP membantu perusahaan dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik, memahami bagaimana biaya dan laba terkait dengan volume
penjualan, dan mengidentifikasi strategi keuangan yang lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai