Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEBUTUHAN ACTIVITIE DAILY LIFE PADA LANSIA

Disusun oleh :

Putri Dila Nur Auliya [ 7121011 ]

PROGRAM STUDI ILMU DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan
suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat dengan Lansia adalah warga Indonesia
yang berusia ≥ 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO dalam Effendi
dan Makhduli (2009) lansia terbagi dalam beberapa batasan usia yaitu usia
pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia
atara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat
tua (very old) di atas 90 tahun.
Aktifitas sehari-hari atau Activity of Daily Living (ADL) merupakan aktivitas
pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat (Tamher & Noorkasiani, 2011). Berbagai
kemunduran fisik mengakibatkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan
mobilitas maupun perawatan diri. Kemunduran fungsi mobilitas meliputi penurunan
kemampuan mobilitas di tempat tidur, berpindah, jalan / ambulasi, dan mobilitas
dangan alat adaptasi. Kemunduran kemampuan perawatan diri meliputi penurunan
kemampuan aktivitas makan, mandi, berpakaian, defekasi dan berkemih, merawat
rambut, gigi, serta kumis dan kuku (Pudjiastuti, 2003). Kemampuan fungsional ini
harus dipertahankan semandiri mungkin. Sisa kemampuan harus diperhatikan pada
aspek fisik dalam melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga perlu dilakukan
pengkajian kemampuan fungsional untuk melihat kemampuan lansia dalam
melakukan perawatan diri mereka sendiri yang dimulai dari aktivitas kehidupan
harian (Watson, 2003).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut
“Bagaimana Kemandirian Activity of Daily Living (ADL) Lansia”
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami ADL pada lansia
2. Mahasiswa dapat menjelaskan kebutuhan ADL pada lansia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi ADL


Activity Daily Living (ADL) merupakan pengukuran kemampuan seseorang
dalam melakukan aktivitas secara mandiri. Penentuan secara fungsional dapat
mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan dalam memudahkan pemilihan
intervensi yang tepat (Maryam, 2012). Kualitas hidup lansia juga dapat dinilai dari
kemampuan melakukan activity daily living Menurul Setiati (2015), activity daily
living (ADL) ada 2 macam yaitu: activity daily living standar dan instrumental
activity daily living. Activity daily living standar meliputi kemampuan merawat diri
seperti makan, berpakaian, BAB BAK, dan mandi. Sedangkan instrumental activity
daily living (IADL) terdiri dari aktivitas yang lebih kompleks seperti halnya
menjalankan ibadah. memasak, mencuci, berbelanja, menyimpan obat, menggunakan
telepon dan menggunakan uang.
Aktivitas sehari-hari dapat mengukur rating skala, alat ukur yang digunakan
adalah indeks barthel. Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas.
Indeks barthel (modifikasi Collin C, Wade DT) adalah alat atau instrument ukur status
fungsional dasar berupa kuesioner yang berisi alas 10 butir pertanyan yang terdiri dari
mengendalikan rangsangan buang air besar, mengendalikan rangsangan buang air
kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur,
cuci muka). penggunaan toilet atau masuk-keluar WC (melepas, memakai celana,
membersihkan atau menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur
ke kursi dan sebaliknya, mobilitas atau berjalan, berpakaian. naik turun tangga dan
mandi. Dengan skor antara 0-20. Skor 20 mandiri, skor 1219 ketergantungan ringan,
skor 9-11- ketergantungan sedang, skor 5-8 ketergantungan berat, skor 0-4-
ketergantungan total.
2.2 Faktor yang mempengaruhi ADL
Faktor-faktor yang mempengaruhi Activity Daily Living (ADL) Menurut
(Hardywinoto dalam Rakhmawati, 2017), kemampuan dalam melakukan activity
daily living dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Umur dan Status Perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda kemauan
dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan
melaksanakan activity daily living Saat perkembangan dari bayi sampai
dewasa, seseorang secara perlahan-lahan berubah dan tergantung menjadi
mandiri dalam melakukan activity daily living
2. Kesehatan Fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi
dalam activity daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan,
menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan Sistem
muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat
merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan Gangguan
pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat
mengganggu pemenuhan activity daily living secara mandiri.
3. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
melakukan activity daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses
menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk
berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi
pada fungsi kognitif dapat menganggu dalam berpikir logis dan menghambat
kemandirian dalam melaksanakan activity daily living
4. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat
sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang
realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku
intrapersonal dan interpersonal Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat
gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalain
tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti
masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam
penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan activity daily
living
5. Tingkat Stress
Stress merupakan respon fisik macam kebutuhan. Faktor yang dapaik terhadap
berbagai I menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau
lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut
dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan
6. Ritme Biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik
disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh
dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada
siklus 24 jam Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas
meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Reberapa faktor yang ikut
berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari
terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi activity daily living.
7. Status Mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status
mental akan members implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu.
Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu
yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam memenuhi
kebutuhannya adalah keterbatasan status mental Seperti halnya lansia yang
memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami
apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan In dasarnya
ERT Bang
8. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu
lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu lansia salah satunya ada
pemeliharaan activity daily living. Lansia yang secara aktif melakukan
kunjungan ke posyandu kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia
yang tidak aktif ke posyandu (Pujiono, 2009).
2.3 Manfaat
Manfaat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia Kemampuan aktivitas
kehidupan sehari-hari pada lansia sangat bermanfaat, diantaranya sebagai berikut
(Bandiyah, 2009)
a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Selain itu terdapat
banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan seksual pada
lanjut usia khususnya laki-laki.
b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.
c. Tulang tidak mudah patah
d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi
kecepatan penurunan kekuatan otot
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Literature Review yang berjudul hubungan
demensia dengan ADL (Activity Daily Living) pada lansia adalah
1. Karakteristik lansia dengan demensia banyak terjadi pada jenis kelamin
perempuan, rentang usia demensia paling banyak pada usia 60-80 tahun, lansia
dengan pendidikan rendah berpeluang paling besar disbanding dengan lansia
yang berpendidikan tinggi.
2. Lansia dengan demensia mengalami gangguan ADL seperti aktivitas makan,
kontinensia, berpakaian, toileting, ambulasi, dan aktivitas mandi.
3. Literature review ini menemukan hubungan demensia dengan ADL (Activity
Daily Living) pada lansia.

3.2 Saran
Kebutuhan ADL pada lansia diatas umur 60 tahun harus tetap diperhatikan supaya
se;alu menjaga kebersihan, kekuatan otot, dan juga kesehatan. Karena jiwa yang
sehat berasal dari pola hidup yang sehat
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.ump.ac.id/9329/3/Yesi%20Indriyani%20BAB%20II.pdf
http://scholar.unand.ac.id/12146/3/BAB%20VII.pdf

Anda mungkin juga menyukai