Kin Ria Utami Yuliani, S.kep
Kin Ria Utami Yuliani, S.kep
Y DENGAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) STAGE V YANG DILAKUKAN
ANKLE PUMPING EXERCISE DAN CONTRAST BATH
UNTUK MENURUNKAN UDEMA PADA KAKI
DI RUANGAN NON BEDAH PENYAKIT
DALAM PRIA RSUP.DR.M.DJAMIL
PADANG TAHUN 2020
Oleh :
Oleh :
RIA UTAMI YULIANI, S.Kep
1913972
NIM : 1913972
Merupakan :
1. Hasil Karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri
2. Penggunaan sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk adalah
yang sesungguhnya bukan hasil rekayasa dan telah saya nyatakan
dengan benar
3. Karya lmiah Ners ini belum pernah disampaikan pada kesempatan
apapun, oleh karena itu pertanggung jawaban laporan ini
sepenuhnya berada pada diri saya
Yang menyatakan
NIM : 1913972
Pembimbing
Dalam penulisan karya ilmiah ners ini banyak hambatan yang penulis
hadapi, namun berkat dorongan semua pihak, karya ilmiah ners ini dapat
penulis selesaikan. Karya ilmiah ners ini merupakan salah satu persyaratan
2. Pasien (Tn.Y) dan keluarga pasien yang telah bersedia untuk dilakukan
MERCUBAKTIJAYA Padang.
MERCUBAKTIJAYA Padang.
Padang
MERCUBAKTIJAYA Padang.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang sehat serta
Penulis
ABSTRAK
NIM : 1913972
Kata kunci : Chronic Kidney Disease, Udema Kaki, Ankle Pumping Exercise,
Contrast Bath
Daftar Pustaka : 22 (2009-2020)
ABSTRACT
Key words : Chronic Kidney Disease, Udema Kaki, Ankle Pumping Exercise,
Contrast Bath
Bibliography : 22 (2009-2020)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 11
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.3 Perbedaan Rata-rata Skor inkontinensia urine sebelum dan sesudah
intervensi ............................................................................................... 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 10 : Dokumentasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini dapat menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah (Ariani, 2016). Gagal ginjal kronis adalah akibat destruksi
merupakan fungsi ginjalnya rusak, tidak dapat berfungsi dengan baik dan
meningkat dapat disebabkan oleh kondisi klinis dari ginjal sendiri dan dari
dan kehilangan banyak cairan yang mendadak seperti pada luka bakar (
Muttaqin, 2011).
United State Renal Data System di Amerika Serikat menyatakan,
50% di tahun 2014. Data menunjukkan bahwa setiap tahun 200.000 orang
1140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis (WHO, 2015).
tidak menjalani dialisis dan sebanyak 96% orang dengan kerusakan ginjal
atau fungsi ginjal yang berkurang tidak sadar bahwa mereka mengalami
gagal ginjal kronik (GGK). United States Renal Data System (USRDS)
ginjal yang cukup tinggi, prevalensi gagal ginjal kronik meningkat dari
Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal ginjal pada tahun 1995-
2025 sebesar 41,4%. Menurut hasil dari data Riskesdes (2018) kejadian
adalah pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 8,23%, penyakit
ginjal berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 4,17% dan wanita
khususnya diruangan Penyakit Dalam Irna Non Bedah Pria, kasus CKD
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Price &
daerah tungkai dan mata (jaringan longgar) (Tamsuri, 2009 dalam Fatchur
dan natrium (Igntavicius, 2006 dalam Hayani, 2014). Faruq (2017) dalam
pemantauan intake output cairan dengan cara mencatat jumlah cairan yang
diminum dan jumlah urine setiap harinya. Karena berdasarkan hasil
exercise dan latihan contrast bath (Toya & Sasano, 2016 dalam Fatchur
dkk, 2020).
exercise dengan kedalaman edema pre test didapatkan rerata 5,55 mm dan
nilai rerata pada post test didapatkan 4,50 mm dengan p-value = 0,001.
Contrast bath merupakan perawatan dengan rendam kaki sebatas
dengan air dingin, dimana suhu air hangat antara 36,6ºC-43,3ºC dan suhu
ankle pumping exercise dan contrast bath ini dapat dilakukan oleh
perawat, mengingat tidak diperlukan energi dan biaya yang besar dalam
melakukannya.
pleura, udema paru, sakit kepala, dan kesulitan tidur. Dampak Fisiologis
Selain dari stressor fisiologis, pasien yang mengalami udema juga bisa
Yargic, 2012).
Dampak psikologis lainnya yang dapat ditimbulkan dengan adanya
edema pada pasien CKD ini yaitu berupa persepsi negatif terhadap
tubuhnya sendiri akibat perubahan struktur dan fungsi tubuhnya, hal ini
juga berdampak pada status sosialnya yaitu pasien akan merasa malu
sehingga pasien tidak mau untuk bersosialisasi. Selain itu, hasil penelitian
yang dilakukan oleh Asty, Hamid dan Putri (2011) menggambarkan bahwa
lagi bekerja dan tidak melakukan aktifitas apapun, tidak lagi mengikuti
pasien yang dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
sakit dengan berbasis agama Islam tidak menjalankan ibadah sesuai yang
edema ini. Salah satu yang dapat perawat lakukan untuk mengatasi
masalah fisik pasien yaitu dengan memberikan perawatan kepada klien
napas dalam dan hipnotis lima jari untuk mengatasi masalah psikologis
berupa rasa cemas dan khawatir yang dialami oleh pasien terkait
Pendekatan agama merupakan salah satu bentuk dari koping adaptif yang
dimiliki oleh seorang individu (Carver, 2013 dalam Elisnawati & Wardani,
2018). Serta perawat dapat melakukan terapi latihan berupa ankle pumping
exercise dan contrast bath untuk menurunkan edema kaki pada pasien
CKD.
kaki pada pasien CKD, perawat ruangan fokus dengan pemberian obat
diuretik yang telah diprogramkan oleh dokter pada pasien dengan CKD.
Exercise Dan Contrast Bath pada pasien dengan CKD yang mengalami
B. Rumusan Masalah
yang dialami oleh pasien CKD dan fenomena yang ditemukan dilapangan
maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya ilmiah ners ini
Kaki Di Ruangan Non Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M.Djamil
Padang”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2020.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
b. Bagi Pembaca
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
udema pada kaki di ruang non bedah penyakit dalam pria RSUP
Dr.M.Djamil Padang.
c. Bagi Masyarakat
M.Djamil Padang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berada pada posisi penyakit ginjal stadium lima atau End Stage Renal
Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik
dari 3 bulan, dan Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) sama atau lebih dari
darah (Muttaqin & Sari, 2014). CKD stadium lima atau end stage
dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25%
adalah peningkatan output ginjal yang merupakan tanda awal CKD dan
beresiko lebih beban cairan seiring dengan output urin yang semakin
dan kreatinin dalam darah disebut azotemia yang merupakan salah satu
akibat overload cairan dan sodium serta kesalahn fungsi sistem renin.
Suddart, 2007).
B. Konsep Edema
1. Definisi Edema
menjadi kaku dan plasma tidak dapat difilter dengan mudah melalui
yang pada satu atau kedua tungkai. Karakteristik udema tungkai yang
pedis
2. Patofisiologi Udema
kapiler dekat vena, tekanan osmotik lebih tinggi maka akan menarik
interstisial. Kedua, tekanan pada ujung kapiler vena masih cukup tiggi
adalah kadar albumin dalam serum terlalu rendah. Jika kadar albumin
3. Pengukuran Udema
udema (pitting udema) meliputi nilai 0 tidak ada udema, nilai 1 jika
agak lebih dalam pitting (4 mm), niai 3 jika pitting edema terasa lebih
dalam (6 mm) dengan ekstremitas tergantug penuh dan bengkak, dan
1. Pengkajian
a. Identitas
terjadi pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (biasanya lebih
sering terjadi pada pria dikarenakan pola makan dan pola kebiasaan
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
perubahan warna kulit, terdapat gatal pada kulit dan kulit pucat
(Smeltzer C, 2014).
2019).
sakit yang sama seperti klien yaitu gagal ginjal maupun penyakit
2014).
a) Pola makan
2014).
b) Pola minum
(Saputra, 2013 dalam Sari, 2016). Selain itu, rasa haus yang
7) Pola Eliminasi
a) BAB
b) BAK
warna urin (Price dan Wilson, 2014). Hal ini terjadi karena
8) Pola Aktivitas/Latihan
b) Kekuatan otot
renal, gangguan nafas saat tidur dan kantuk di siang hari yang
(Sari, 2016).
2018).
dilakukan oleh Hudak & Gallo (2010), hal ini terjadi karena
fungsi struktur tubuh klien, seperti nafas berbau gas atau bau
amonia, kulit kering, kulit menghitam, kulit terasa gatal, serta
2016).
Bakar, 2013).
16) Pemeriksaan Fisik
Gambaran
Tanda Vital Suhu : biasanya meningkat (>37oC),
Lokasi : axilla
Nadi : biasanya meningkat (60-100x/i)
Irama : biasanya teratur
Pulsasi : biasanya kuat
TD : biasanya meningkat (>120/80
mmHg)
Lokasi : lengan atas
RR : biasanya meningkat (>24x/i)
Irama : biasanya cepat
(Tarwoto, 2012)
Tinggi Sesuai dengan pengukuran tinggi pasien
badan
Berat badan Biasanya terjadi peningkatan berat badan
karena adanya udema (Smeltzer, 2013)
LILA Sesuai dengan pengukuran LILA
Kepala :
Rambut Rambut berwarna hitam, rambut bersih dan
tidak ada ketombe dan rambut tidak mudah
rontok
Mata Konjungtiva anemis, sklera terlihat tidak
ikterik/ikterik (apabila metastase kehepar),
terdapat edema pada palpebra, dan
penglihatan kabur
Hidung Biasanya terdapat pernapasan cuping
hidung, hidung simetris kiri dan kanan,
tidak ada polip, terdapat pernapasan
kusmaul
Mulut Mukosa bibir kering dan terlihat pucat, dan
nafas berbau ureum
Telinga Telinga simetris kiri dan kanan, adanya
sedikit serumen dan tidak ada gangguan
pendengaran
(Suyono, 2009)
Leher
Trakea Biasanya tidak ada deviasi trakea
JVP Biasanya normal (5-2 CmH2O)
Tiroid Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
Nodus Limfe Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
(Muttaqin, 2011)
Dada I : Biasanya simetris kiri dan kanan,
Paru tampak adanya penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan cepat dan dangkal
P : Biasanya fremitus kiri dan kanan sama
P : Biasanya sonor atau redup jika terdapat
udem paru
A : Biasanya terdengar suara nafas
tambahan pada paru (ronchi)
(Suyono, 2009)
Jantung I : Biasanya iktus cordis tidak terlihat
P : Biasanya ictus cordis teraba di RIC V
midclavicula
P : Biasanya batas jantung normal
A : Biasanya S1 dan S2 normal, irama
reguler
(Suyono, 2009)
Abdomen I : Biasanya terjadi distensi abdomen,
asites, dan penumpukan cairan
A : Biasanya bising usus normal
P : Biasanya teraba adanya pembesaran
pada lien dan hepar (hepatomegali)
P : Biasanya timpani
(Suyono, 2009)
Ekstremitas Kekuatan otot : pasien mengalami
Muskuloskel penurunan kekuatan otot, pasien terlihat
etal/Sendi lemah, dan terdapat adanya kram otot
Inspeksi : tampak adanya edema
Palpasi : Biasanya tidak ditemukan atropi
otot
Vaskular Perifer : meningkat (>3 detik)
(Suyono, 2009)
Integumen Inspeksi : Pasien CKD akan ditemukan
kulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning-kuningan akibat penimbunan
ureum, gatal-gatal akibat toksik, kulit
kering, bersisik, kuku tipis dan rapuh.
(Margareth, 2012).
Palpasi : Biasanya turgor kulit jelek, kulit
terasa sedikit kering dan tidak lembab
(Black & Hawks, 2014).
Neurologi
Status Biasanya kesadaran composmentis
mental/GCS Biasanya dalam batas normal
Saraf cranial Biasanya saraf cranial pasien normal
dengan pemeriksaan 12 nervus cranial
Reflek Biasanya reflek fisiologis pasien positif
fisiologi tetapi tergantung kondisi pasien
Reflek Biasanya reflek patologis pasien negatif
patologis tetapi masih tergantung kondisi pasien
(Smeltzer C. 2009)
Payudara Biasanya tidak ada masalah
a) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Urine
(2) Darah
(3) AGD
perpindahan seluler
b) Pemeriksaan Diagnostik
hipokalsemia).
18) Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan CKD
terjadi.
keseimbangan cairan.
ginjal.
farmakologis.
2014). :
1) Hemodialisis, yaitu proses pembersihan produk sampah
tubulus distal
Mardhiyah, 2017).
2016).
kebutuhan oksigen
g. Resiko gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi,
Terapeutik :
1. Siapkan peralatan
hemodialisis (mis.
Bahan habis pakai,
blood line
hemodialisis)
2. Lakukan prosedur
dialisis dengan prinsip
aseptik
3. Atur filtrasi sesuai
kebutuhan penarikan
kelebihan cairan
4. Atasi hipotensi selama
dialisis
5. Hentikan hemodialisis
jika mengalamu
kondisi yang
membahayakan (mis.
Syok)
6. Ambil sampel darah
untuk mengevaluasi
keefektifan
hemodialisis
Edukasi :
1. jelaskan tentang
prosedur hemodialisis
2. Ajarkan pembatasan
cairan, penanganan
insomnia, pencegahan
infeksi akses HD, dan
pengenalan tanda
perburukan kondisi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
heparin pada blood line,
sesuai indikasi
Edukasi Hemodialisis
Observasi :
1. Identifikasi
kemampuan pasien dan
keluarga menerima
informasi
Terapeutik :
1. Persiapkan materi dan
alat peraga hemodialisis
2. Buat media dan format
evaluasi hemodialisis
3. jadwalkan waktu yang
tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
dengan pasien dan
keluarga
4. Lakukan modifikasi
proses pendidikan
kesehatan sesuai
kebutuhan
5. Berikan kesempatan
pasien dan keluarga untuk
bertanya dan
mengemukakan
perasaannya
Edukasi :
1. Jelaskan pengertian,
tanda dan gejala,
dampak, diet, hal-hal
yang harus
diperhatikan pasien
gagal ginjal
2. Jelaskan pengertian,
kelebihan dan
kekurangan terapi
hemodialisis serta
prosedur hemodialisis
3. Jelaskan manfaat
memonitor intake dan
output cairan
4. Ajarkan cara
memantau kelebihan
volume cairan (mis.
Pitting edema,
kenaikan BB)
5. Jelaskan pentingnya
dukungan keluarga
Kolaborasi :
1. Kolaborasi intubasi
ulang jika batuk
mucons plug yang
tidak dapat
dilakukan
penghisapan
3. Penurunan Penurunan curah Perawatan jantung
curah jantung jantung meningkat Observasi :
b.d perubahan Kriteria hasil : 1. Identifikasi
kontraktilitas 1. Kekuatan nadi tanda/gejala primer
perifer meningkat penurunan curah
2. Takikardia menurun jantung (meliputi
3. Edema menurun dipsnea, kelelahan,
4. Oliguria menurun edema,ortopnea,
5. Tekanan darah paroxysmal nocturnal
cukup membaik dyspnea,peningkatan
CVP
2. Monitor tekanan
darah
3. Monitor saturasi
oksigen
4. Monitor keluhan nyeri
dada
5. Monitor EKG 12
sadapan
6. Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
Terapeutik :
1. Posisikan pasien
semifowler atau
fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
kelima dan fase terakhir dri proses keperawatan. Dalam konteks ini,
disease (CKD) stadium lima atau end stage renal disease (ESRD)
adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Price &
CKD di rumah sakit yang ada selama ini masih sebagian besar berfokus
2007).
Adapun penatalaksanaan farmakologis yang biasanya dilakukan
exercise dan latihan contrast bath (Toya & Sasano, 2016 dalam Fatchur
dkk, 2020).
proses oksidasi natrium dan kalium didorong dalam vena dan dialirkan
keseluruh pembuluh darah tubuh maka terjadilah penurunan udema
(Fatchur, 2020).
dengan air dingin, dimana suhu air hangat antara 36,6ºC-43,3ºC dan suhu
contrast bath yaitu dengan merendam kaki sebatas betis secara bergantian
dilakukan oleh perawat, mengingat tidak diperlukan energi dan biaya yang
berjudul “Ankle pumpling exercise and leg elevation in 30o Has The same
sebelum ankle pumping exercise adalah 3,33 mm, dengan nilai minimum 2
tentang “Pengaruh terapi contrast bath (rendam air hangat dan air dingin)
kaki setelah dilakukan latihan terapi contrast bath adalah 3,44 dan nilai
kontrol adalah 5,00 dengan p-value 0,034. Hal ini berarti bahwa ada
untuk otot betis dan pergelangan kaki. Ankle pump dapat dilakukan
dan biarkan pasien rileks. Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam
2003).
menurut Potter and Perry (2006) ada beberapa hal yang perlu
1) Nyeri
Udema
otot yang kuat, otot akan menekan vena dan cairan edema dapat
selama 3 hari
2. Konsep Contrast Bath
bergantian direndam dalam air panas dan air dingin dalam suhu,
2013).
c. Mekanisme Contrast Bath Mempengaruhi Derajat Edema
4) Letakkan baskom yang berisi air dingin dan air hangat di dekat
kaki klien
menit
8) Ulangi terapi contrast bath ini selama 3 kali sehari selama 3
hari
ruang rawat inap penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil Padang,
01.06.82.67, pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
keluhan nafas terasa sesak, badan terasa lemah dan letih sejak 7 hari yang
lalu, mual, muntah, wajah sembab, ekstremitas udem, kepala pusing dan
mengeluhkan badan masih terasa lemah dan letih, mual, muntah, nafsu
udema pada kaki dan tangan Tn.Y, konjungtiva anemis, membran mukosa
yang sama seperti klien, akan tetapi ada anggota keluarga yang menderita
140/70 mmHg, suhu 36,8oC, nadi 98x/i, pernapasan 20x/i, dari pengkajian
kepada pasien.
intake dan output dibatasi setiap harinya dan akan diberikan intervensi
udema pada pasien, perfusi jaringa perifer tidak efektif b.d penurunan
menganjurkan makan sedikit tapi sering dan sajikan makanan yang hangat
dan cair. Tindakan yang akan diberikan penulis pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD) Stage V ini adalah ankle pumping exercise dan
contrast bath untuk menurunkan derajat udema pada pasien dengan CKD.
yang baik salah satuya dipengaruhi nilai LFG, jika nilai LFG ini rendah
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 28 tahun
Hub. dengan pasien : Saudara
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pasaman Barat
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
RR : 20x/menit.
keluarga.
teratur.
PENGGUNAAN :
Tembakau : (-) tidak, (-) berhenti, (tgl), (-) pipa, (-) cerutu,(-) <1
)/bulan.
Obat lain : (√)tidak, (-) ya, jenis: (-) dan penggunaan (-)
d. Pola Nutrisi/Metabolisme
BB : 55 kg
TB : 160 cm
Pola Makan
Dirumah
Frekuensi : Tn.Y mengatakan sewaktu dirumah makan 3 kali
sehari (pagi, siang, malam) porsi sedikit disertai
dengan mual
Makan pagi :Tn. Y mengatakan makan pagi dengan
nasi+lauk+sayuran
Makan siang : Tn. Y mengatakan makan siang biasanya makan
nasi + lauk
Pantangan/Alergi : Tn.Y mengatakan tidak ada alergi terhadap
makanan
Makanan yang disukai : Bakso, pangsit
Dirumah sakit
Jenis diet dan jumlah kalori : Diet ML rendah garam
Nafsu makan : (-) normal, (-) meningkat, (√) menurun, (-)
penurunan sensasi kecap
Jumlah diet yang dihabiskan : 2 sendok dari porsi yang disediakan
Keluhan mual/muntah : Tn.Y mengatakan mengeluh mual dan
muntah
Penggunaan NGT : (√) tidak, (-) ya
Kesulitan menelan (disfagia) : (√) tidak, (-) makanan padat, (-) cair
Skrining Nutrisi
Pola Minum
Budha
Gambaran
o
Tanda Vital Suhu : 36,8 C, Lokasi : axilla
Nadi : 98x/menit, Irama : teratur, Pulsasi:
Lemah
TD : 140/70 mmHg, Lokasi : Lengan atas
RR : 20x/menit, Irama : teratur
Tinggi badan 160 cm
Berat badan Sebelum masuk RS : 57 kg, rumah sakit 55 kg
Kepala :
P : tympani
Nilai
Jenis 20/11/19 Satuan Interprestasi
Normal
Kimia Klinik
Total Protein 6,2 mg/dl 6,6-8,7 Menurun
Albumin 2,2 g/dl 3,8-5,0 Menurun
Ureum Darah 361 mg/dl 10-50 Meningkat
Kreatinin 21,5 mg/dl 0,8-1,3 Meningkat
Darah
Hematologi
Hb 9,5 g/dl P :14-18 Menurun
W : 12-16
Leukosit 7.970 /mm3 5000-10000 Normal
Trombosit 72.000 /mm3 150.000- Menurun
400.000
Hematokrit 28 % 37-43 Menurun
Elektrolit
Natrium 140 mmol/L 136-145 Normal
Kalium 4,8 mmol/L 3,5-5,1 Normal
Klorida 111 mmol/L 97-111 Normal
Jenis 25/11/19 Satuan Nilai Interprestasi
Normal
Kimia Klinik
Total Protein 5,5 mg/dl 6,6-8,7 Menurun
Albumin 2,5 g/dl 3,8-5,0 Menurun
Ureum Darah 364 mg/dl 10-50 Meningkat
Kreatinin 16,3 mg/dl 0,8-1,3 Meningkat
Darah
Hematologi
Hb 6,7 g/dl P :14-18 Menurun
W : 12-16
Leukosit 11.400 /mm3 5000-10000 Meningkat
Trombosit 68.000 /mm3 150.000- Menurun
400.000
Hematokrit 18 % 37-43 Menurun
Elektrolit
Natrium 133 mmol/L 136-145 Menurun
Kalium 4,3 mmol/L 3,5-5,1 Normal
16) Terapi
d) Bicnat : 3x 500 mg
e) Amlodipin : 1x500 mg
f) Hemodialisa : 2x/minggu
g) Tranfusi PRC
2. Analisa Data
4. Intervensi Keperawatan
Manajemen Hemodialisi
Observasi :
5. Identifikasi tanda dan
gejala serta kebutuhan
hemodialisis
6. Identifikasi kesiapan
hemodialisis (mis.
Tanda-tanda vital,
berat badan, kelebihan
cairan, kontraindikasi
pemberian heparin)
7. Monitor tanda vital,
tanda-tanda
perdarahan, dan
respon selama dialisis
8. Monitor tanda-tanda
vital
pascahemodialisis
Terapeutik :
7. Siapkan peralatan
hemodialisis (mis.
Bahan habis pakai,
blood line
hemodialisis)
8. Lakukan prosedur
dialisis dengan prinsip
aseptik
9. Atur filtrasi sesuai
kebutuhan penarikan
kelebihan cairan
10. Atasi hipotensi selama
dialisis
11. Hentikan hemodialisis
jika mengalamu
kondisi yang
membahayakan (mis.
Syok)
12. Ambil sampel darah
untuk mengevaluasi
keefektifan
hemodialisis
Edukasi :
1. jelaskan tentang
prosedur hemodialisis
2. Ajarkan pembatasan
cairan, penanganan
insomnia, pencegahan
infeksi akses HD, dan
pengenalan tanda
perburukan kondisi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
heparin pada blood line,
sesuai indikasi
Edukasi Hemodialisis
Observasi :
1. Identifikasi
kemampuan pasien dan
keluarga menerima
informasi
Terapeutik :
1. Persiapkan materi dan
alat peraga hemodialisis
2. Buat media dan format
evaluasi hemodialisis
3. jadwalkan waktu yang
tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
dengan pasien dan
keluarga
4. Lakukan modifikasi
proses pendidikan
kesehatan sesuai
kebutuhan
5. Berikan kesempatan
pasien dan keluarga untuk
bertanya dan
mengemukakan
perasaannya
Edukasi :
6. Jelaskan pengertian,
tanda dan gejala,
dampak, diet, hal-hal
yang harus
diperhatikan pasien
gagal ginjal
7. Jelaskan pengertian,
kelebihan dan
kekurangan terapi
hemodialisis serta
prosedur hemodialisis
8. Jelaskan manfaat
memonitor intake dan
output cairan
9. Ajarkan cara
memantau kelebihan
volume cairan (mis.
Pitting edema,
kenaikan BB)
10. Jelaskan pentingnya
dukungan keluarga
Manajemen
Gangguan Makan
Observasi :
2. Monitor asupan dan
keluarnya makanan
dan cairan serta
kebutuhan kalori
Terapeutik
6. Timbang BB secara
rutin
7. Diskusikan perilaku
makan dan jumlah
aktifitas fisik
8. Lakukan kontrak
perilaku
9. Berikan penguatan
positif terhadap
kebersihasilan target
dan perubahan
perilaku
10. Berikan konsekuensi
jika tidak mencapai
target sesuai kontrak
Edukasi :
3. Ajarkan pengaturan
diet yang tepat
4. Ajarkan
keterampilan koping
untuk penyelesaian
masalah perilaku
makan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang BB,
kebutuhan kalori
dan pilihan
makanan.
11. Gang Integritas kulit dan Perawatan integritas
guan integritas jaringan kulit
kulit b.d Kriteria hasil : Observasi :
perubahan 7. Elastisitas 1. Identifikasi penyebab
sirkulasi dan meningkat gangguan integritas
kelebihan 8. Hidrasi meningkat kulit
volume cairan 9. Perfusi jaringan Terapeutik :
meningkat 3. Ubah posisi tiep2 jam
10. Kerusakan jaringan jika tirah baring
menurun 4. Hindari produk
11. Suhu kulit membaik berbahan dasar
12. Tekstur membaik alkohol pada kulit
kering
Edukasi :
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab
2. Anjurkan minum air
yang cukup
BAB IV
PEMBAHASAN
pengambilan kasus di ruang non bedah penyakit dalam pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang yaitu pada tanggal 20 Juni sampai 04 Juli 2020. Di ruang
fasilitas rawat inap yang disediakan khusus untuk pasien yang menderita
Ruang non bedah penyakit dalam pria dipimpin oleh dua orang
kepala ruangan yang terdiri dari kepala ruangan wing A dan kepala
ruangan wing B, dan metode yang digunakan adalah metode tim. Dalam
menjalankan tugasnya kepala ruangan dibantu oleh ketua tim serta terdapat
Ruang non bedah penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki
kapasitas bed sebanyak 52 bed yang terdiri dari beberapa ruangan yaitu
HCU, kelas II, kelas III, khusus penyakit darah, suspect, isolasi, khusus
sholat.
paling banyak ditemukan saat ini di ruang non bedah penyakit dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah pasien dengan CKD stage V, selain
dari penyakit CKD yang ditemukan diruangan non bedah penyakit dalam
rumah sakit dari 4 diagnosa diatas yaitu hipervolemia b.d gangguan aliran
balik vena akan dilakukan intervensi pembatasan asupan cairan intake dan
sirkulasi perifer (nadi, edema, pengisian kapiler, warna, suhu kulit). Defisit
nutrisi b.d kurang asupan makanan intervensi yang akan diberikan yaitu
menganjurkan makan sedikit tapi sering dan sajikan makanan yang hangat
dan cair. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan kelebihan
1. Pengkajian
jawab, alamat, tanggal masuk rumah sakit, yang mengirim, cara masuk
RS. Menurut teori usia lebih dari 60 tahun berisiko terjadinya CKD.
Tetapi sekarang bukan saja usia lanjut yang mengalami penyakit CKD,
usia anak-anak, remaja, dan dewasa juga dapat mengalami CKD. Pada
teori jenis kelamin yang banyak menderita CKD yaitu laki-laki lebih
teori dan data yang ditemukan saat pengkajian yaitu klien berumur 40
klien masuk dengan keluhan sesak napas, mual yang disertai nafsu
makan menurun, udema, urin keluar sedikit sampai tidak dapat BAK,
lemah dan letih sejak 7 hari yang lalu, mual, muntah, ekstremitas
persamaan antara teori dan data yang ditemukan pada klien saat
pengkajian yaitu berupa alasan masuk sesak napas, wajah sembab,
a. Riwayat Kesehatan
adanya udem pada ekstremitas atas dan bawah. Hal ini berarti
hipertensi.
kronik ini.
riwayat hipertensi.
kronik.
b. Pemeriksaan Fisik
ditemukan pada kasus Tn.Y yaitu tekanan darah Tn.Y pada saat
kasus ini disebabkan karna pada pasien gagal ginjal kronik terjadi
dan retensi natrium serta air. Akibat peranan dari gravitasi, cairan
bagian perifer seperti kaki, sehingga edema perifer akan lebih cepat
akan ditemukan adanya kulit kering, kasar, pucat, dan gatal. Dari
kasus Tn.Y didapatkan data yang sama sesuai dengan teori, yang
urea dan zat-zat racun dalam tubuh jika ginjal tidak berfungsi maka
urea dan zat-zat racun akan menumpuk didalam tubuh dan jika
penurunan nafsu makan, mual, dan muntah. Hal ini berarti bahwa
muntah yang terjadi pada Tn.Y ini disebabkan karena pada pasien
2. Diagnosa Keperawatan
BAK hanya sedikit, pada data objektif tampak adanya edema pada
menyaring urin. Kemudian dalam hal ini glomerulus akan kaku dan
Hardhi, 2013).
retensi air yang dapat menyebabkan udema. Selain itu, udema yang
terjadi pada Tn.Y ini disebabkan karena pada pasien dengan CKD
plasma dan retensi natrium serta air. Akibat peranan dari gravitasi,
cairan yang berlebih tersebut akan lebih mudah menumpuk di
perifer.
mengatakan badan terasa lemah dan letih sejak 7 hari yang lalu
eritropoetin akibat bahan baku yang kurang atau ginjal yang rusak.
volme cairan
didapatkan yaitu kulit Tn.Y tampak kering, turgor kulit jelek, kulit
2014).
kulit kering, gatal, perubahan warna, serta turgor kulit yang jelek.
3. Intervensi Keperawatan
kondisi pasien dan keterbatasan alat dan waktu. Intervensi yang akan
rerata 5,55 mm dan nilai rerata pada post test didapatkan 4,50 mm
cairan, dan pemberian latihan ankle pumping exercise dan contrast bath.
Fatchur, dkk (2020) berpendapat bahwa edema terjadi karena
filtrasi cairan kapiler yang berlebihan (Potter & Perry, 2005). Sebagian
oleh dua factor, yakni edema yang disebabkan oleh penurunan ekskresi
garam dan air. Kedua, edema yang disebabkan oleh penurunan protein
dilakukan oleh perawat, mengingat tidak diperlukan energi dan biaya yang
dengan diselingi waktu istirahat selama 20-25 detik dalam rentan waktu 10
menit.
yang berisi air dingin (Suhu antara 10ºC-20ºC) dan air hangat (Suhu
posisi duduk di atas kursi. Kemudian Letakkan baskom yang berisi air
dingin dan air hangat di dekat kaki klien, anjurkan klien untuk merendam
kaki kedalam baskom yang berisi air hangat selama 2 menit, setelah itu
ganti merendam kaki kedalam baskom berisi air dingin selama 1 menit.
exercise dan contrast bath adalah 5,55 mm, dengan nilai minimum
penurunan rerata kedalaman udema pada pasien CKD yaitu 4,50 mm,
mm. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruspolina
didorong dalam vena dan dialirkan keseluruh pembuluh darah tubuh maka
yang dipengaruhi oleh pumping action otot sehingga dengan kontraksi otot
yang kuat, otot akan menekan vena dan cairan edema dapat dibawa vena
exercise dan contrast bath yang dilakukan 3x sehari selama 3 hari dan
dengan air dingin, dimana suhu dari air hangat antara 36,6 – 43,3°C dan
kaki yang edema dengan terapi ini akan mengurangi tekanan hidrostatik
intra vena yang menimbulkan pembesaran cairan plasma ke dalam ruang
satuya dipengaruhi nilai LFG, jika nilai LFG ini rendah maka
PENUTUP
A. Kesimpulan
adanya udema pada ekstremitas atas dan bawah, badan terasa lemah
sebagai berikut :
volume cairan
B. Saran
2. Bagi Pembaca
3. Bagi Institusi
ankle pumping exercise dan contrast bath pada klien dengan penyakit
5. Bagi Penulis
ankle pumping exercise dan contrast bath ini supaya dapat digunakan
Amalina, Riri. dkk. (2018). Gambaran Status Fungsional Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsup Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 5 - Nomor 1, ISSN No
2355 5459
Brenner, B. M., dan Lazarus, J. M. (2012). Gagal Ginjal Kronik dalam Prinsip
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison Edisi 13. Jakarta : EGC
Jangkup, dkk. (2015). Tingkat Kecemasan Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
(Pgk) Yang Menjalani Hemodialisis Di Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamentals of
nursing. 8th ed.St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional.
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. (2014). Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 6, Volume 2. Jakarta: PT. EGC
Sari, A.P. (2016). Hubungan lama hemodialisa dengan insomnia pada pasiengagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RST. Dr. Asmir Salatiga.
Januari 17, 2017. Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.
Suarniati, St. (2019). Application of nursing care in patients with fluid and
electrolyte needs in hemodialisa room, labuang baji makassar’s hospital.
Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt)
Suwanti, dkk. (2017). Gambaran Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume
5 No 2, Hal 107 - 114, FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang
bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah.