01.1 SK Farmasi 2023
01.1 SK Farmasi 2023
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KAMPUS
Jln. Golf Blok G-5 Kampus Palembang
Alamat email : puskesmaskampus@yahoo.co.id
KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS KAMPUS
NOMOR : 445/079/KAMPUS/2023
TENTANG
PELAYANAN FARMASI DAN PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN FARMASI DI
PUSKESMAS KAMPUS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS KAMPUS,
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Palembang
pada tanggal : 05 JANUARI 2023
KEPALA PUSKESMAS KAMPUS,
MARLIA REFIANTI
LAMPIRAN 1.
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KAMPUS
NOMOR : 445/079/KAMPUS/2023
TENTANG: PENYELENGGARAAN UPAYA
KESEHATAN PERORANGAN DAN
PENUNJANG (UKPP) PUSKESMAS
KAMPUS
I. PENDAHULUAN
Obat dan perbekalan kesehatan yang dikelola di Puskesmas Kampus meliputi
obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Pengelolaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas merupakan salah satu bagian manajemen Puskesmas yang
penting karena peran obat dan perbekalan kesehatan dalam pelayanan kesehatan
cukup besar baik dari sisi medik maupun ekonomi. Tidak efisien dalam pengelolaan
obat dan perbekalan kesehatan akan berdampak negatif terhadap kinerja Puskesmas
baik secara medik, ekonomi dan sosial. Selain itu mutu pelayanan Farmasi sangat
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas. Oleh
karena itu obat dan perbekalan kesehatan harus dikelola dengan baik agar selalu
tersedia setiap saat diperlukan dan mutu yang terjamin. Penggunaan obat dan
perbekalan kesehatan yang tidak rasional merupakan masalah besar di semua tingkat
pelayanan kesehatan. Di puskesmas masalah ini mendapat perhatian serius karena
berdampak terhadap keselamatan pasien, biaya dan pelayanan kesehatan.
Pengelolaan dan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan bersifat
multidisipliner yang meliputi serangkaian kegiatan, yaitu: penilaian/pemilihan,
perencanaan, penyediaan/permintaan, pengendalian, penyimpanan, pendistribusian,
peresepan, penyiapan, pemberian dan pemantauan. Rangkaian dari kegiatan tersebut
harus diselenggarakan secara efektif dan efisien dengan berorientasi pada
keselamatan pasien. Mengingat kompleksnya kegiatan-kegiatan tersebut maka
diperlukan kebijakan pengelolaan dan penggunaan obat danperbekalan kesehatan di
Puskesmas yang disepakati dan diterapkan sehingga mutu pelayanan di Puskesmas
dapat memberikan keselamatan dan kepuasan bagi pasien.
II. ORGANISASI
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepala Puskesmas adalah
penanggung jawab atas kebijakan yang dilakukan di Puskesmas, termasuk
kebijakan tentang pengelolaan dan penggunaan obat danperbekalan kesehatan.
Unit farmasi adalah unit kerja fungsional yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi meliputi: perencanaan.
penerimaan, penyimpanan pendistribusian dan pelayanan farmasi klinik terbatas.
STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN FARMASI
KEPALA DINAS
KESEHATAN
PIMPINAN PUSKESMAS
KAMPUS
B. PEMILIHAN
1. Pemilihan terhadap obat dan perbekalan kesehatan yang akan digunakan di
Puskesmas Kampus dilakukan secara cermat dengan mempetimbangkan
biaya dan efektifitas.
2. Penyediaan jenis perbekalan farmasi harus dibatasi untuk mengefisiensikan
pengelolaanya dan menjaga kualitas pelayanan.
3. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh kepala puskesmas
Kampus digunakan dalam pelayanan kesehatan di puskesmas tertuang dalam
Formularium Puskesmas Kampus.
4. Proses penyusunan Formularium Puskesmas harus mengacu kepada
Formularium Nasional (Fornas) dan ditambah beberapa macam obat yang
tidak termasuk dalam Fornas tapi sangat dibutuhkan dalam pelayanan di
Puskesmas Kampus.
5. Pada keadaan obat yang diperlukan tidak tersedia maka petugas unit farmasi
akan menyampaikan pemberitahuan kepada dokter penulis resep
menyarankan obat penggantinya.
6. Sosialisasi tentang Formularium Puskesmas dilakukan oleh kepala
Puskesmas melalui presentasi pada saat mini lokakarya tingkat Puskesmas.
7. Formularium Puskesmas yang sedang berlaku wajib tersedia di setiap
ruangan pelayanan, ruang pemeriksaan dan unit farmasi/apotek.
C. PERENCANAAN
1. Memperkirakan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang mendekati
kebutuhan
2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
4. Lembar Permintaan Laporan Pemakaian Obat (LPLPO) merupakan salah satu
data untuk perencanaan.
D. PERMINTAAN/PENGADAAN
1. Permintaan rutin setiap 3 bulan ke Dinas Kesehatan Kota/Gudang Farmasi
Kota dengan menggunakan LPLPO.
2. Permintaan diluar jadwal dilakukan bila ada kekosongan karena kebutuhan
meningkat menghindari kekosongan dan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
3. Bila di Gudang Farmasi Kota terjadi kekosongan maka dilakukan pembelian
langsung ke Pedagang Besar Farmasi (PBF).
4. Dalam menentukan permintaan harus memperhitungkan pemakaian ril,
stok penyangga, waktu kekosongan obat dan waktu tunggu.
E. PENERIMAAN
1. Petugas penerima obat wajib melakukan pengecekan meliputi;
a. Jumlah dan jenis obat yang diterima harus sesuai dengan dokumen
b. Ada No Batch dan tanggal Expired Date (ED).
2. Dokumen LPLPO harus ditandatangani oleh yang menyerahkan, yang
menerima dan diketahui pimpinan puskesmas.
3. Dibukukan ke buku register penerimaan dan pengeluaran obat dan kartu
stok dengan mencantumkan tgl ED dan No. Batch.
F. PENYIMPANAN
2
1. Gudang cukup luas minimal 3x4 m , kering dan tidak lembab
2. Ada pengatur suhu ruangan (AC)
3. Pencahayaan yang cukup
4. Lantai keramik dan ada pallet.
5. Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan obat yang suhu
o
penyimpanannya pada suhu 2-8 C, dan mempunyai alat pengukur suhu.
6. Tersedia lemari khusus (berkunci ganda) untuk menyimpan narkotika dan
psikotropika yang selalu terkunci.
7. Ada ceklis dan pengukur suhu ruangan.
8. Khusus untuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti mudah
terbakar,eksplosif, radio aktif, oxidator/reduktor, racun, korosif, iritasi dan
bahan berbahaya lainnya,harus disimpan terpisah dan disertai tanda bahan
berbahaya.
9. Untuk obat yang tanggal kadaluarsanya kurang dari satu tahun di tempel
label warna kuning dan yang kurang dari enam bulan di tempel lebel warna
merah.
10. Obat nakotika dan psikotropika disimpan dalam lemari terpisah dengan
pintu berkunci ganda
11. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus
disimpan ditempat terpisah (dilokalisir) dan diberi label khusus.
12. Obat tampilan mirip atau bunyi mirip (Look Alike Sound Alike/LASA } diberi
label “LASA” dan disimpan tidak berdekatan.
13. Suhu ruangan tempat menyimpan obat di pantau setiap hari
14. Obat emergensi disimpan dalam tas/rakemergensi, diperiksa setiap bulan,
dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera jika jenis dan
jumlahnya tidak sesuai dengan daftar.
15. Obat dan Perbekalan Kesehatan yang tidak digunakan, rusak dan
kadaluarsa harus dikembalikan ke Gudang Farmasi Kota sesuai peraturan.
16. Obat yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah atau pabrik pembuatnya
harus segera dikembalikan ke Gudang Farmasi Kota.
17. Obat yang sudah kadaluarsa, rusak atau terkontaminasi harus disimpan
terpisah sambil menunggu pengembalian ke Gudang Farmasi Kota atau
dimusnahkan dengan membuat berita acara pemusnahan.
18. Sirkulasi penyimpanan obat memakai sistim First In First Out (FIFO) dan
First Expired First Out (FEFO).
G. PENDISTRIBUSIAN
1. Perbekalan farmasi di distribusikan ke sub unit puskesmas antara lain :
• Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan puskesmas;
• Puskesmas Pembantu dan;
• Posyandu;
2. Penyerahan perbekalan farmasi dengan menggunakan LPLPO /
tanda terima rangkap dua.
H. PENGENDALIAN
Agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan perbekalan kesehatan di
unit pelayanan dasar perlu adanya pengendalian meliputi;
1. Pengendalian persediaan, minimal 80% dari formularium.
2. Pengendalian penggunaan
3. Pengendalian /Penanganan obat hilang
4. pengendalian /Penanganan obat kadaluarsa
I. PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka peñatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan
atau unit pelayanan lainnya. Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya
pencatatan dan pelaporan obat yang tertib, lengkap dan tepat waktu.
C. KONSELING
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara
lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat,
efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
D. REKONSILIASI OBAT
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak diberikan,
duplikasi,kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication
error) rentan terjadi.
Ditetapkan di : Palembang
pada tanggal : 05 JANUARI 2023
KEPALA PUSKESMAS KAMPUS,
MARLIA REFIANTI
LAMPIRAN 2.
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KAMPUS NOMOR
: 445/079/KAMPUS/2023
TENTANG: PELAYANAN FARMASI DAN PENANGGUNG
JAWAB PELAYANAN FARMASI DI
PUSKESMAS KAMPUS
MARLIA REFIANTI
LAMPIRAN 3.
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KAMPUS
NOMOR : 445/079/KAMPUS/2023
TENTANG: PELAYANAN FARMASI DAN
PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN FARMASI DI
PUSKESMAS KAMPUS
Ditetapkan di : Palembang
pada tanggal : 05 JANUARI 2023
KEPALA PUSKESMAS KAMPUS,
MARLIA REFIANTI
ISI PERUBAHAN SK
No Sebelumnya Perubahan
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2016 Indonesia Nomor 34 Tahun 2022
Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter,
Dokter, Tempat Praktek Mandiri Dokter Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi
Gigi