BAB I, II Edit Bu Meri
BAB I, II Edit Bu Meri
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja
pada instansi pemerintah. Kondisi ideal tata perilaku ASN diatur dengan
detail dalam Pasal 3 UU ASN yaitu bertingkah laku sesuai nilai dasar,
berkode etik, komitmen, integritas, tanggung jawab pada pelayan publik,
berkompeten dan profesional dalam bertugas. Dengan demikian UU ASN
mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter dalam
mencetak ASN.
Aparatur Sipil Negara berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara memiliki tugas sebagai pelayan publik yang
memberikan pelayanan yang professional dan berkualitas. Menindaklanjuti
undang-undang tersebut telah ditetapkan Peraturan Lembaga Administrasi
Negera Nomor 1 Tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar Calon ASN ditetapkan
bahwa Calon ASN wajib mengikuti pelatihan dasar CPNS untuk
mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan secara terintegritas yaitu
memiliki sikap bela negara, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS, dan
mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS menuju terwujudnya Smart
ASN, karena PNS yang berkedudukan sebagai sumberdaya aparatur Negara
yang mempunyai peran menentukan keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. Selain itu Pelatihan Dasar Calon PNS ini
juga bertujuan agar setiap peserta mampu menginternalisasikan nilai-nilai
dasar profesi PNS dan menjalankan tugas sesuai dengan tupoksi.
Salah satu proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi yaitu Pelatihan
Dasar CPNS. Sesuai Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia (LAN RI) Nomor 1 Tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar CPNS
1
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) Nomor 1 Tahun
2021 tentang Pelatihan Dasar CPNS, bahwa kompetensi yang dikembangkan
dalam pelatihan dasar CPNS merupakan kompetensi pembentukan karakter
PNS professional sesuai bidang tugas, yang diukur berdasarkan kemampuan :
Menunjukkan sikap perilaku bela negara, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
PNS dalam pelaksanaan tugasnya, mengaktualisasikan kedudukan dan peran
PNS untuk mendukung terwujudnya smart governance sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, dan menunjukan penguasaan Kompetensi
Teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas.
Nilai-nilai dasar Ber-AKHLAK menjadi dasar penguatan budaya kerja
di instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kerja individu dan
tujuan kerja instansi. Dinas kesehatan sebagai satuan kerja yang memiliki
wewenang dan hak penuh dalam memberikan pelayanan dan sarana kesehatan
melalui instansi kesehatan yg dinaunginya diantaranya adalah puskesmas.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyaraklat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2
dengan perkiraan bahwa persentase ini dapat meningkat menjadi 29% pada
tahun 2025. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015,
menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang didunia menyandang hipertensi,
artinya 1 dari 3 orang didunia terdiagnosis hipertensi.
Di Indonesia diperkirakan prevalensi penderita hipertensi 63 ribu
penderita sepanjang tahun 2019 dan menjadi satu dari 12 prioritas indikator
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang
digaungkan oleh kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang masih
berlanjut hingga saat ini.
Hipertensi di Asia tercatat 38,4 juta tahun 2000 dan diprediksi akan
meningkat menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Hipertensi di Asia
Tenggara sendiri merupakan faktor risiko kesehatan utama. Setiap tahunnya
hipertensi membunuh 2,5 juta orang di Asia Tenggara. Jumlah penderita
hipertensi di dunia terus meningkat. Berdasarkan data Riskesdas 2018,
prevalensi hipertensi mengalami peningkatan sebesar 8,31%, dari sebelumnya
25,8% (Riskesdas, 2013) menjadi 34,11%.
Berdasarkan data 10 penyakit terbesar pada tahun 2021 di puskesmas
Sidomulyo kasus hipertensi menduduki nomor 2 terbanyak dengan jumlah
kasus 877. Beberapa diantaranya disebabkan karena kurangnya pengetahuan
masyarakat untuk mengkosumsi obat hipertensi secara teratur sehingga
perlunya dilakukan edukasi tentang kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi. Berdasarkan dari uraian tersebut penulis mengangkat topik tentang
“optimalisasi kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas
Sidomulyo Kabupaten Banyuasin.
B. Tujuan Aktualisasi
Dibuatnya Rancangan Aktualisasi ini terdapat beberapa tujuan, diantaranya
sebagai berikut :
1. Mengimplementasikan Nilai-nilai BerAKHLAK (Berorientasi pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif),
3
Manajemen ASN, Smart ASN untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.
2. Memberikan alternatif solusi terhadap permasalahan yang ditemukan.
3. Membantu mewujudkan optimalisasi pelayanan yang terbaik di UPT
Puskesmas Sidomulyo Kabupaten Banyuasin
4. Membantu mengoptimalisasikan edukasi kepatuhan minum obat pada
pasien hipertensi.
C. Manfaat
a. Bagi Penulis
Penulis bisa menjalankan dan mengimplementasikan perannya dalam
lingkup kegiatan sehari-hari menggunakan nilai-nilai dasar ASN yang
telah didapatkan selama mengikuti Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil.
b. Bagi Puskesmas
Menciptakan suasana lingkungan kerja yang mendukung pelayanan
masyarakat yang optimal, beorientasi pada kepentingan publik serta
meningkatkan akuntabilitas lembaga kesehatan.
c. Bagi Masyarakat
Pasien hipertensi dapat mengontrol tekanan darahnya secara teratur dan
mendapatkan pengobatan sesuai dengan kondisinya demi menurunkan
resiko tinggi yang terjadi akibat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
D. Ruang Lingkup
Proses habituasi aktualisasi adalah pelaksanaan gagasan hasil identifikasi isu
yang akan dilaksanakan pada tanggal 11 juli sampai 9 September 20022
dengan kegiatan internaliasi dilaksanakan di asrama haji dan tahapan
aktulisasi di Puskesmas Sidomulyo. Ruang lingkup aktualisasi dilakukan
pada masa habituasi untuk menyelesaikan core issue yang terpilih yaitu
melalui penyuluhan dan sosialisasi edukasi baik secara langsung maupun
eduksi secara virtual yang di unggah melalui media virtual whatsaapp yang
4
bertujuan untuk meningkatkan Kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi
di Puskemas Sidomulyo dengan tiap kegiatan menerapkan nilai-nilai dasar
profesi ASN BerAKHLAK serta Manajemen ASN dan Smart ASN. Hal ini
didasari karena penyakit hipertensi menduduki kasus nomor 2 tertinggi dari
10 penyakit terbesar di puskesmas Sidomulyo.
5
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Deskripsi Organisasi
1. Profil Puskesmas Sidomulyo Kabupaten Banyuasin
6
setiap harinya berupa darat dan air. Untuk mencapai ibu kota kabupaten
menempuh jarak sejauh 95 KM terlebih dahulu melewati jalan tanah
dengan jarak antar desa yang jauh dengan medan buruk dibutuhkan
fasilitas kendaran pribadi ketika masyarakat membutuhkan pelayanan
kesehatan maupun ketika petugas melakukan kegiatan penyuluhan dan
kunjungan ke desa. Kondisi tersebut sarana prasarana transportasi yang
sulit tersebut menjadi penyebab utama belum maksimalnya derajat
kesehatan masyarakat.
Berdasarkan karakteristik wilayah kerja, UPT Puskesmas Sidomulyo
dikategorikan Puskesmas Kawasan Pedesaan dimana 85% penduduk
bekerja di sektor agraris perkebunan. Fasilitas rumah sakit rujukan terdekat
berjarak 25 km dengan akses berupa jalan tanah dan tidak ada fasilitas
hotel dan bioskop di wilayahnya.
7
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Puskesmas Sidomulyo
2021 2022
No Indikator
PNS Non PNS Non
1 Dokter Umum 1 2 1 1
2 Promkes 1 1 1 1
3 Kesling 0 1 2 1
4 Gizi 0 1 1 1
5 Rekam Medik 0 0 0 0
6 Keuangan 0 1 0 1
7 Administrasi 1 0 1 0
8
8 Perawat 2 3 2 2
9 Bidan 5 20 7 20
10 Dokter Gigi 0 0 0 0
11 Perawat Gigi 0 0 1 0
12 Apoteker 0 0 0 0
13 Asisten Apoteker 0 1 1 1
14 Analis Kesehatan 0 0 0 0
15 Pendukung Lainnya 0 2 0 2
Jumlah 10 32 18 30
9
1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien
2. Melaksanakan pelayanan kesehatan di puskesmas
3. Melakukan tindakan medis
4. Memberikan pelayanan rujukan
5. Menerima konsultasi tentang pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh pasien dan keluarga pasien
6. Memberikan pelayanan surat-surat yang berhubungan dengan
hasil pemeriksaan kesehatan
7. Membina pengelolaan yang berkaitan dengan obat-obatan
(farmasi) puskesmas
8. Mengkoordinir pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
9. Berkoordinasi lintas program, lintas sektor
10. Menghadiri pertemuan atau rapat terkait dengan pelayanan
kesehatn
11. Meningkatkan upaya kesehatan di lingkungan sekilah dengan
penyuluhan, pembinaan kader UKS
12. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) di Posyandu
balita, lansia dan kelompok masyakarat
10
4. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan,
meningkatkan ketersediaan obat, alat kesehatan dan sumber daya
kesehatan.
2. Nilai Organisasi
11
1. Berorientasi Pelayanan
2. Akuntabel
12
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh
banyak pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi
sebuah Negara. Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh
semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanang kepada
masyarakat. Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN
akan memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh
semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas,
Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan,
Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja
ASN yang akuntabel. Adapun nilai-nilai dasar akuntabel yang
dapat diterapkan oleh PNS dalam menjalankan tugas jabatannya
adalah sebagai berikut :
13
3. Kompeten
4. Harmonis
14
dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas
layanan kepada mayarakat.
5. Loyal
15
Adapun Nilai-nilai Loyal yang dapat diterapkan oleh PNS
adalah sebagai berikut :
6. Adaptif
16
Adapun Nilai-nilai Adaptif yang dapat diterapkan oleh PNS
adalah sebagai berikut :
7. Kolaboratif
Kolaborasi sering dikatakan meliputi segala aspek
pengambilan keputusan implementasi dan evaluasi yang
menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab. Tata
Kelola kolaboratif ada di berbagai tingkat pemerintahan, diseluruh
sector public dan swasta dan dalam pelayanan berbagai kebijakan.
Adapun Nilai-nilai Kolaboratif yang dapat diterapkan oleh
PNS adalah sebagai berikut :
Tabel 2.9 Nilai dasar Kolaboratif
Nilai Dasar Afirmasi Kata Kunci Panduan Prilaku
17
D. Kedudukan dan Peran PNS Menuju Terwujudunya Smart Governance
Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,
demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan
pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945. Adapun kedudukan dan peran PNS menuju
terwujudnya Smart Governance adalah sebagai berikut:
1. Manajemen ASN
18
Untuk menjalankan kedudukannya, maka ASN memiliki fungsi sebagai
berikut:
2. Smart ASN
19
manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya
perkembangan pesat bidang komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam
berkomunikasi menjadi semakin kompleks. Dahulu, manusia berkomunikasi
dengan cara bertemu, namun kini dengan adanya teknologi, tersedia media
baru dalam berkomunikasi, yaitu melalui jejaring sosial. Jejaring sosia lini
membuat manusia terhubung satu sama lain tanpa harus bertatap muka.
Dengan media baru ini, informasi juga dapat disebar luaskan dengan cepat.
20
7. Hospitality, yaitu memiliki sifat baik hati dan menarik budi bahasanya,
manis tutur katanya dan sikapnya dalam setiap melakukan aktivitas
pelaksanaan tugas dan pekerjaan.
8. Network, yaitu memiliki jaringan yang luas dan mampu menjaga jaringan
tersebut baik dalam satu instansi maupun luar.
9. Enterpreneur, yaitu jiwa kewirausahaan yang ditandai dengan dimilikinya
keberanian, kreatifitas, inovatif, pantang menyerah dan cerdas dalam
menangkap dan menciptakan peluang serta bertanggung jawab
E. Identifikasi Isu
1. Enviromental scanning
21
Kondisi ideal : Meningkatnya pemahaman pasien tentang kepatuhan
minum obat pada pasien hipertensi
22
tindakan heacting/ penjahitan luka robek untuk
mendapat ATS
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham
pada peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin
dilaksanakan secara sigap dan proaktif diharapkan bisa meningkatlkan
pengetahuan pasien tentang pentingnya ATS sehingga membuat pasin
menjadi antusias mendapatkan suntikan ATS sebagai langkah mencegah
terjadinya komplikasi yaitu tetanus.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien
perawatan luka robek tentang pentingnya ATS pada pasien perawatan
luka robek juga tidak tersedianya media informasi secara audiovisual
yang menjelaskan pentingnya ATS.
23
Kaitan dengan Mata Pelatihan :
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham
pada peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin
dilaksanakan secara sigap dan proaktif kepada pasien DM diharapkan
bisa membuat pasien menjadi lebih peduli terdahap kesehatan dan
kontrol ulang untuk memeriksakan diri sesuai dengan jadwal.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien
DM yang membuat pemahaman pasien terhadap penyakit DM tidak
maksimal. Juga minimnya informasi secara audiovisusl yang tersedia
yang menjelaskan penyakit DM serta komplikasinya.
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham
pada peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin
dilaksanakan secara sigap dan proaktif diharapkan bisa membuat pasien
menjadi lebih peduli untuk menggunakan masker dengan baik dan benar.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien
24
ISPA untuk menggunakan masker yang membuat pemahaman pasien
ISPA menjadi tidak maksimal serta tidak tersedianya media informasi
secara audiovisual yang menjelaskan bagaimana penularan ISPA dapat
terjadi secara cepat apabila pasien tidak menggunakan masker dengan
baik dan benar
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham
pada peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin
dilaksanakan kepada masyarakat secara sigap dan proaktif diharapkan
bisa membuat masyarakat menjadi lebih peduli untuk melakukan 7
langkah cuci tangan yang benar.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi
masyarakat untuk melakukan 7 langkah cuci tangan yang baik dan benar
menjadi tidak maksimal serta tidak adanya media informasi secara
audiovisual yang menjelaskan bagaimana penyakit dapat timbul apabila
masyarakat tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan 7 langkah
25
2. Alat bantu analisis
no Indikator Keterangan
1 Aktual Isu yang benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan
2 Problematik Isu yang memiliki dimensi masalah yang komplek
3 Kekhayalakan Isu secara langsung menyangkut hajat orang
banyak dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang saja
4 Layak Isu yang merupakan masuk akal dan realistis serta
relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahannya
26
Berdasarkan data di atas, dapat dibuat matriks prioritas isu sesuai dengan identifikasi isu yang sudah dijabarkan. Analisis
prioritas tersebut dijelaskan dalam tabel 2.3.
27
Setelah dilakukannya analis menggunakan APKL, terdapat beberapa issu
yang memiliki nilai mendekati, sehingga penulis melakukan analisis ulang
menggunakan metode analisis lain yakni menggunakan USG (Urgency,
Seriusness, dan growth).
28
Langkah selanjutnya setelah ditentukan indikator pada setiap kriteria
USG, maka dilakukan penilaian terhadap isu-isu yang diperoleh sebagaimana
berikut
U S G
29
c.Teknik analisis isu Fishbone diagram
Berkenaan dengan isu yang terpilih yaitu “optimalisasi
edukasi kepatuhan minum obat pada pasien HT”, hal ini bisa terjadi
dikarena adanya sebab akibat yang terjadi. Berikut pemetaan sebab-
akibat tersebut digambarkan melalui fishbone diagram sebagai berikut
30
F. Rumusan Isu
31
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena
penderita hipertensi merasa sehat, kunjungan tidak teratur ke fasyankes ,
minum obat tradisional , menggunakan terapi lain , lupa minum obat , tidak
mampu beli obat , terdapat efek samping obat , dan obat hipertensi tidak
tersedia di Fasyankes.
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi
dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat
komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan
darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
Dalam rangka menurunkan angka terjadinya komplikasi pada
pasien hipertensi, maka edukasi yang menarik diharapkan dapat
meningkatkan angka kesembuhan dan komplikasi yang pada pasien
hipertensi. Untuk mencapai hal tersebut selain pengobatan juga diperlukan
eduksi dan strategi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat. Sebagai bentuk dukungan terhadap langkah tersebut , maka isu “
Kurang optimalnya edukasi kepatuhan minum obat pada pasien HT ” menjadi
isu urgent yang harus dicari solusinya.
H. Analisis dampak
Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan utama dan hingga saat
ini masih menjadi masalah kesehatan global. Hipertensi dikatakan sebagai
penyebab utama penyakit kardiovaskuler dan kematian di dunia. Tekanan
darah merupakan tekanan yang berasal dari jantung yang berfungsi untuk
menggerakkan darah keseluruh tubuh sehingga sangat penting pada sistem
sirkulasi tubuh manusia. Hipertensi disebut sebagai “silent killer” karena
sering kali hipertensi tidak menunjukkan keluhan serta tanda dan gejala
sehingga penderita tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi.
Hipertensi terjadi ketik tekanan darah telalu tinggi atau mengalami
32
peningkatan tekanan darah systolic lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
5 menit dalam keadaan istirahat atau tenang . Word Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa prevalenasi hipertensi secara global sebesar
22% dari toral penduduk dunia. Wilayah Afrika memiliki prevalensi
hipertensi tertinggi sebesar 27%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 dengan
prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. Riset Kesahatan Dasar
Indonesia tahun 2013 2 menemukan bahwa angka kejadian hipertensi sebesar
25,8% pada usia ≥ 18 tahun sedangkan Rikesdas tahun 2018 menemukan
angka kejadian hipertensi meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018.
Dampak yang terjadi apabila hipertensi tidak ditanggulangi dapat
mengakibatkan masalah kesehatan serius diantaranya terjadi komplikasi dan
dapat berakibat fatal atau kematian. hipertensi juga dapat meningkatkan
risiko mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokar, jantung
coroner, gagal jantung kongesif, bila mengenai otak terjadi stroke,
ensevalopati hipertensif, dan apabila mengenai ginjal akan menyebabkan
ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati
hipertensif. Dan berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan
penyakit yang sangat serius dan berdampak pada psikologis penderita karena
kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal
jantung.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan risiko penyakit lainnya,
hipertensi perlu mendapatkan penanganan secara farmakologis maupun non
farmakologis. Pengobatan secara non-farmakologis dapat berupa melakukan
pola hidup sehat seperti pengendalian berat badan, pengendalian stress,
pengurangan asupan garam, rendah kolestrol, tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alcohol. Pengobatan secara farmakologis yaitu dengan rutin
mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur setiap hari dan melakukan
pengontrolan tekanan darah sesuai dengan dianjurkan dokter .
Ketidakpatuhan penderita hipertensi terhadap pengobatan seringkali
disebabkan oleh faktor perilaku dan faktor yang berhubungan dengan
33
pengobatan . Kepatuhan minum obat masih rendah yang disebabkan karena
pasien lupa meminum obat dan merasa kondisinya sudah baik. Penderita
hipertensi harus tetap patuh minum obat setiap hari dengan ada atau tidaknya
sakit dan gejala yang timbul. Kepatuhan minum obat sangat diperlukan untuk
mengendalikan tekanan darah pada penderita hipertensi dan komplikasi.
Pengobatan hipertensi dilakukan seumur hidup dan untuk menjaga stabilnya
tekanan darah maka diperlukan minum obat pada pasien hipertensi. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa rendahnya kepatuhan minum obat dapat
menyebabkan stroke, myocardial infarction, gagal jantung dan kematian .
Hipertensi juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total
1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2016. Kepatuhan minum obat pada
penderita hipertensi sangat penting karena dengan minum obat antihipertensi
secara teratur dapat mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi .
Tingkat kepatuhan yang tinggi terbukti sangat efektif untuk mengurangi
risiko komplikasi kardiovaskuler pada penderita hipertensi. Aktif dalam
melakukan aktifitas seperti pekerjaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan minum obat. Ada beberapa alasan juga yang
menyebabkan 6 penderita hipertensi tidak patuh dalam minum obat yaitu
karena sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi
yang sifatnya jangka panjang, efek samping obat, pemahaman yang kurang
terhadap pengelolaan dan risiko, serta biaya pengobatan yang relative tinggi .
Identifikasi kepatuhan pasien hipertensi dalam meminum obat perlu
dilakukan sebagai salah satu upaya merencanakan strategi yang lebih
komprehesif dalam meningkatkan efektivitas terapi. Obat antihipertensi yang
ada saat ini telah terbukti dapat mengontrol tekanan darah pada pasien
hipertensi dan juga sangat berperan dalam menurunkan risiko
berkembangnya komplikasi kardiovaskuler. Namun demikian penggunaan
antihipertensi saja tidak terbukti cukup untuk menghasilkan efek pengobatan
tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan kepatuhan
dalam mengonsumsi obat tersebut . Mengingat tingginya angka kejadian
hipertensi yang berisiko terjadinya komplikasi dan kematian akibat
34
hipertensi, karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dan memerlukan pengobatan jangka panjang sehingga perlu
kepatuhan minum obat agar tekanan darah tetap terkontrol.
35
J. Rancangan Kegiatan
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/hasil Keterkaitan subtansi mata Kontribusi Terhadap Visi dan Penguatan Nilai
pelatihan Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Melakukan konsultasi 1. Merencanakan Jadwal kegiatan Akuntabel Kegiatan yang dilakukan Konsultasi antara
dengan mentor jadwal pertemuan Terciptanya kesepakatan merupakan wujud visi misi peserta dengan
dengan mentor dan dalam menentukan jadwal puskesmas sidomulyo mentor dan coach
Coach pertemuan untuk yaitu“Meningkatkan Derajat menunjukkan sikap
melaksanakan tugas dengan Kesehatan Masyarakat Tungkal saling menghormati,
jujur, bertanggung jawab, Ilir”serta misi banyuasin yaitu bertutur kata sopan
cermat, disiplin dan 1. Meningkatkan status yang mewakili nilai
berintegritas tinggi kesehatan masyarakat organisas “ Senyum,
Harmonis 2. meningktkan akses dan salam, sapa, sopan,
Saya merencanakan jadwal mutu pelayanan kesehatan santun”
dengan mentor 3. Meningkatkan pencegahan
menggunakan komunikasi dan pengendalian penyakit
dengan bahasa yang sopan, menular dan tidak menular
baik dan memperhatikan 4.memantau dan mendorong
etika yang ada untuk pembangunan berwawasan
mewujudkan suasana kesehatan, meningkatkan
kondusif ketersediaan obat, alat
Kalaboratif kesehatan dan sumber daya
Bekerja sama dengan kesehatan.
mentor terkait aktulisasi
Adaptif
36
Dapat menyesuaikan
perubahan jadwal
konsultasi bila terdapat
halangan
Adaptif
Saya menyesuaikan diri
terhadap perubahan dan
mengkonfirmasi setiap
permasalahan yang saya
37
temui
2 Berkoordinasi dengan 1. Merencanakan Jadwal kegiatan Akuntabel Kegiatan yang dilakukan Konsultasi antara
petugas yang jadwal pertemuan Terciptanya kesepakatan merupakan wujud visi misi peserta dengan
memegang program dengan pemegang dalam menentukan jadwal puskesmas sidomulyo pemegang program
PTM ( penyakit tidak program PTM pertemuan untuk yaitu“Meningkatkan Derajat PTM menunjukkan
menular) melaksanakan tugas dengan Kesehatan Masyarakat Tungkal sikap saling
jujur, bertanggung jawab, Ilir”serta misi banyuasin yaitu menghormati,
cermat, disiplin dan 1.Meningkatkan status kesehatan bertutur kata sopan
berintegritas tinggi masyarakat yang mewakili nilai
Harmonis M. 2.meningktkan akses dan mutu organisas “ Senyum,
Saya merencanakan jadwal pelayanan kesehatan salam, sapa, sopan,
dengan pemegang program 33. 3.Meningkatkan ppencegahan dan santun”
PTM menggunakan pengendalian penyakit menular
komunikasi dengan bahasa dan tidak menular
yang sopan, baik dan 4.memantau dan mendorong
memperhatikan etika yang pembangunan berwawasan
ada untuk mewujudkan kesehatan, meningkatkan
suasana kondusif ketersediaan obat, alat kesehatan
kalaboratif dan sumber daya kesehatan.
38
Saya melakukan kerjasama
dalam mencari kesepakatan
jadwal
Adaptif
Dapat menyesuaikan
perubahan jadwal
konsultasi bila terdapat
halangan
2.Berkonsultasi Lembar catatan Kompeten
dengan pemegang konsultasi dan Saya berusaha
program PTM foto kegiatan melaksanakan tugas yang
(penyakit tidak telah didiskusikan dengan
menular) di pemegang program PTM
Puskesmas dengan sebaik-baiknya
Harmonis
saya berusaha
berkomunikasi dengan
bahasa yang sopan, baik
dan memperhatikan etika
yang ada untuk
mewujudkan suasana
kondusif dengan pemegang
program PTM
Kalaboratif
saya berusaha melakukan
kerjasama yang baik
dengan pemegang program
PTM sehingga dapat saling
bertukar informasi untuk
menjalankan program
aktualisasi dengan baik
Adaptif
39
pemegang program PTM
untuk terus berinovasi dan
mengembangkan
kreativitas serta ide-ide
yang cemerlang
40
] -Data identitias kesehatan, meningkatkan “amanah”
pasien HT ketersediaan obat, alat kesehatan
Membuat grup -nomor telpon dan sumber daya kesehatan.
Whatsapp sebagai pasien
1.Berkoordinasi
media edukasi visual
dengan bagian
administrasi untuk
mengumpulkan data
pasien HT Akuntabel
Saya berkonsultasi dengan
bagian administrasi untuk
mendiskusikan rancangan
aktulisasi saya secara jujur
serta bertanggung jawab
Kompeten
Saya berusaha
melaksanakan tugas yang
telah didiskusikan dengan
bagian administrasi dengan
sebaik-baiknya
Harmonis
saya berusaha
berkomunikasi dengan
bahasa yang sopan, baik
dan memperhatikan etika
yang ada untuk
mewujudkan suasana
kondusif dengan bagian
administrasi
Kalaboratif
saya berusaha melakukan
kerjasama yang baik
dengan bagian administrasi
41
dalam mengumpulkan data
pasien HT
Loyal
Saya berusaha menjaga
kerahasiaan pasien
42
pemegang program PTM dan sumber daya kesehatan.
dengan bahasa yang sopan,
baik dan memperhatikan
etika yang ada sehingga
terciptanya lingkungan
yang kondusif
kalaboratif
Saya berkolaborasi dan
bersedia bekerja sama
dengan pemegang program
PTM
43
Kalaboratif
saya berusaha melakukan
kerjasama yang baik
dengan pemegang program
PTM
Adaptif
Berusaha untuk terus
berinovasi dan
mengembangkan
kreativitas dalam
memberikan edukasi secara
virtual melalui whastapp
grup
5 Melakukan evaluasi 1. Merancang isi Catatan Berorientasi pelayanan Kegiatan yang dilakukan Memberikan edukasi
pertanyaan kuesioner Rancangan saya merancang konsep merupakan wujud visi misi secara virtual dengan
pertanyaan pertanyaan yang mudah puskesmas sidomulyo bahasa yang bertutur
44
dipahami pasien dan yaitu“Meningkatkan Derajat kata sopan mewakili
keluarga pasien untuk Kesehatan Masyarakat Tungkal nilai organisasi yaitu
meningkatkan kepuasan Ilir”serta misi banyuasin yaitu “senyum, salam,
1.Meningkatkan status kesehatan sapa, sopan , santun”
pasien, merupakan
masyarakat
perwujudan nilai. 2.meningktkan akses dan mutu Serta benilai inovatif
Berorientasi Pelayanan pelayanan kesehatan dimana edukasi
3 3.Meningkatkan ppencegahan dan secara virtual dapat
kompeten pengendalian penyakit menular memberikan inovatif
Saya membuat pertanyaan dan tidak menular dalam memecahkan
4.memantau dan mendorong masalah pada pasien
berdasarkan pedoman di
pembangunan berwawasan HT
bidang keilmuan saya demi
kesehatan, meningkatkan
menghasilkan kualitas ketersediaan obat, alat kesehatan Memberikan edukasi
terbaik dan sumber daya kesehatan. tanpa memandang
status pasien
adaptif google mewakili nilai “adil
dalam pelayanan”
Saya berinovasi untuk
membuat rancangan Selalu bersemangat
pertanyaan dalam memberikan
edukasi pada pasien
HT mewaklili nilai
2.membuat kuesiner Link google form “gelorakan semangat
tentang pengetahuan Akuntabel pelayanan prima”
pasien HT dengan Saya merancang google
format google form form berkonsultasi dengan
pemegang program PTM
secara konsisten,
Kompeten
Berusaha mencari jalan
keluar untuk setiap
permasalahan
Harmonis
45
-saya beusaha
berkomunikasi dengan
bahasa yang sopan, baik
dan memperhatikan etika
yang ada untuk
mewujudkan suasana
kondusif dengan pemegang
program PTM,
Kalaboratif
saya berusaha melakukan
kerjasama yang baik
dengan pemegang program
Adaptif
Berusaha untuk terus
berinovasi dan
mengembangkan
kreativitas
3.Memasukan Link Aplikasi Akuntabel
aplikasi google form google form
ke grup whatsapp Saya melaksanakan tugas
dengan penuh rasa
tanggung jawab
46
K. Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Agenda II
1 Berorientasi 0 0 1 1 2 9
Pelayanan
2 Akuntabel 2 2 3 3 3 19
3 Kompeten 0 2 3 3 3 19
4 Harmonis 3 3 3 3 3 24
5 Loyal 1 0 3 3 0 10
6 Adaptif 3 3 3 0 0 1
7 Kolaboratif 3 3 3 3 3 23
Jumlah 12 13 19 16 14 115
Aktualisasi
47
48
L. Jadwal Kegiatan
Tabel 2.12 Rincian Rencana Kegiatan habituasi di Instansi tempat bekerja
Pelaksanaan Aktualisasi
I II III IV III IV
49
dan via Whatsapp untuk
meminta persetujuan
aktualisasi
50
pasien
5 Membuat grup edukasi 1.Merancang kegiatan yang Adanya jadwal kegiatan yang akan
visual melalui aplikasi akan dilakukan dilakukan
Whatsapp
2Mempersiapkan materi dan Adanya materi edukasi serta jadwal
kegiatan yang akan diberikan kegiatan yang akan diberikan
6 Memasukan data nomor 1.Menyimpan kontak nomor Tersimpannya nomor telpon pasien/
telpon pasien atau keluarga HP pasien/ keluarga pasien i keluarga pasien di dalam kontak HP
pasien ke dalam aplikasi puskesmas
WA group ( Whatsapp)
2.Menunjuk pemegang Pemegang program PTM menjadi
program PTM menjadi salah admin WA
satu admin di dalam grup wa
51
7 Melakukan edukasi secara 1.menyiapkan edukasi secara Adanya video dan tulisan sebagai
virtual baik baik berupa virtual berupa video ataupun bentuk edukasi secara virtual
video maupun tulisan yang tulisan
bertujuan edukasi 2.Berkoordinasi dengan
pemegang program PTM untuk Terbentuknya forum edukasi
membuat rancangan edukasi melalui grup Whatsapp
yang menarik
-membuka forum tanya jawab serta
berbagi pengalaman antara sesama
pasien
52
53
M.Prediksi Kendala dan Antisipasi
No Kendala Antisipasi
54