Bab Ii
Bab Ii
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Deskripsi Organisasi
1. Profil Puskesmas Sidomulyo Kabupaten Banyuasin
2021 2022
No Indikator
PNS Non PNS Non
1 Dokter Umum 1 2 1 1
2 Promkes 1 1 1 1
3 Kesling 0 1 2 1
4 Gizi 0 1 1 1
5 Rekam Medik 0 0 0 0
6 Keuangan 0 1 0 1
7 Administrasi 1 0 1 0
8 Perawat 2 3 2 2
9 Bidan 5 20 7 20
10 Dokter Gigi 0 0 0 0
11 Perawat Gigi 0 0 1 0
12 Apoteker 0 0 0 0
13 Asisten Apoteker 0 1 1 1
14 Analis Kesehatan 0 0 0 0
15 Pendukung Lainnya 0 2 0 2
Jumlah 10 32 18 30
2. Nilai Organisasi
S : Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun : Memberikan rasa damai dan selalu
berbuat baik dalam tingkah laku dan bertutur kata dalam melayani pasien.
I : Inovatif : Selalu mencari Inovasi dalam pelayanan demi terwujudnya
masyarakat yang sehat.
A : Adil dalam Pelayanan : Selalu memberikan pelayanan tanpa membeda-
bedakan golongan.
G : Gelorakan semangat pelayanan prima : Selalu bersemangat dalam
memberikan pelayanan.
A : Amanah menjaga keselamatan pasien : selalu bertindak hati-hati dalam
pelayanan demi kesehatan pasien.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Negara dan Surat Edaran
Menteri PAN-RB No. 20 Tahun 2021, maka ASN memiliki core values yang
digunakan sebagai panduan perilaku dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya. Core values atau nilai-nilai dasar ASN adalah BerAKHLAK, yang
terdiri dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, dan Kolaboratif.
1. Berorientasi Pelayanan
3. Kompeten
4. Harmonis
5. Loyal
6. Adaptif
Adaptif berarti terus berinovasi dan antusias dalam menggerakan ataupun
menghadapi perubahan. Kata kunci dari adaptif adalah inovasi, antusias
terhadap perubahan, dan proaktif. Panduan perilakunya adalah cepat
menyesuaikan diri menghadapi perubahan; terus berinovasi dan
mengembangkan kreativitas; dan bertindak proaktif. Kalimat afirmasinya adalah
“kami terus berinovasi dalam menggerakan ataupun menghadapi perubahan.”
7. Kolaboratif
Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,
demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan
pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945. Adapun kedudukan dan peran PNS menuju terwujudnya Smart
Governance adalah sebagai berikut:
1. Manajemen ASN
2. Smart ASN
Pada era digitalisasi ini mendesak setiap aspek untuk memahami pentingnya
peran dari dunia digital salah satunya pada pegawai ASN. Era digitalisasi ini
memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Banyak manfaat yang
diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat
bidang komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam berkomunikasi menjadi
semakin kompleks. Dahulu, manusia berkomunikasi dengan cara bertemu,
namun kini dengan adanya teknologi, tersedia media baru dalam berkomunikasi,
yaitu melalui jejaring sosial. Jejaring sosia lini membuat manusia terhubung satu
sama lain tanpa harus bertatap muka. Dengan media baru ini, informasi juga
dapat disebar luaskan dengan cepat.
E. Identifikasi Isu
1. Enviromental scanning
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan secara
sigap dan proaktif oleh petugas kesehatan diharapkan bisa membuat pasien
hipertensi menjadi terkontrol dan membuat angka kejadian komplikasi
penyakit menjadi lebih kecil.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien yang
membuat pemahaman pasien terhadap penyakit hipertensi tidak maksimal serta
kurangnya media informasi secara audiovisual yang menjelaskan tentang
penyakit HT serta penggunaan obat hipertensi yang baik dan benar
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan secara
sigap dan proaktif diharapkan bisa membuat pasien perawatan luka robek
menjadi terkontrol dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu tetanus.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien
perawatan luka robek tentang pentingnya ATS pada pasien perawatan luka
robek juga tidak tersedianya media informasi secara audiovisual yang
menjelaskan pentingnya ATS pada pasien yang mengalami luka robek
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan secara
sigap dan proaktif kepada pasien DM diharapkan bisa membuat pasien
menjadi lebih peduli terdahap kesehatan dan kontrol ulang sesuai dengan
jadwal.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien DM
yang membuat pemahaman pasien terhadap penyakit DM tidak maksimal.
Juga minimnya informasi yang tersedia yang menjelaskan penyakit DM serta
komplikasinya.
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan secara
sigap dan proaktif diharapkan bisa membuat pasien menjadi lebih peduli
untuk menggunakan masker dengan baik dan benar.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien ISPA
untuk menggunakan masker yang membuat pemahaman pasien ISPA
menjadi tidak maksimal serta tidak tersedianya media informasi secara
audiovisual yang menjelaskan bagaimana penularan ISPA dapat terjadi
secara cepat apabila pasien tidak menggunakan masker dengan baik dan
benar
5. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang 7 langkah cuci tangan .
Deskripsi isu : Dampak rendahnya pengetahuan masyarakat tentang 7
langkah cuci tangan dengan tepat yaitu menyebabkan
mudah terkena virus, dan bakteri penyebab penyakit
seperti diare, flu, dan lain-lain bahkan meningkatkan
risiko seseorang terkena diare hingga 50%
Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan kepada
masyarakat secara sigap dan proaktif diharapkan bisa membuat masyarakat
menjadi lebih peduli untuk melakukan 7 langkah cuci tangan yang benar.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi masyarakat
untuk melakukan 7 langkah cuci tangan yang baik dan benar menjadi tidak
maksimal serta tidak adanya media informasi secara audiovisual yang
menjelaskan bagaimana penyakit dapat timbul apabila masyarakat tidak
menerapkan kebiasaan cuci tangan 7 langkah
No Indikator Keterangan
Berdasarkan data di atas, dapat dibuat matriks prioritas isu sesuai dengan
identifikasi isu yang sudah dijabarkan. Analisis prioritas tersebut dijelaskan
dalam tabel 2.3.
F. Rumusan Isu
2. Kurang menariknya
penyampain edukasi yang
diberikan oleh petugas
kesehatan
3. Penyampaian edukasi
hanya secara lisan dan
tidak menarik
5. Rendahnya pendidikan
dari pasien
H. Analisis dampak
Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan utama dan hingga saat ini
masih menjadi masalah kesehatan global. Hipertensi dikatakan sebagai penyebab
utama penyakit kardiovaskuler dan kematian di dunia. Tekanan darah merupakan
tekanan yang berasal dari jantung yang berfungsi untuk menggerakkan darah
keseluruh tubuh sehingga sangat penting pada sistem sirkulasi tubuh manusia.
Hipertensi disebut sebagai “silent killer” karena sering kali hipertensi tidak
menunjukkan keluhan serta tanda dan gejala sehingga penderita tidak menyadari
bahwa dirinya mengidap hipertensi. Hipertensi terjadi ketik tekanan darah telalu
tinggi atau mengalami peningkatan tekanan darah systolic lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan istirahat atau tenang . Word Health
Organization (WHO) menyebutkan bahwa prevalenasi hipertensi secara global
sebesar 22% dari toral penduduk dunia. Wilayah Afrika memiliki prevalensi
hipertensi tertinggi sebesar 27%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 dengan
prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. Riset Kesahatan Dasar
Indonesia tahun 2013 2 menemukan bahwa angka kejadian hipertensi sebesar
25,8% pada usia ≥ 18 tahun sedangkan Rikesdas tahun 2018 menemukan angka
kejadian hipertensi meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018. Dampak yang
terjadi apabila hipertensi tidak ditanggulangi dapat mengakibatkan masalah
kesehatan serius diantaranya terjadi komplikasi dan dapat berakibat fatal atau
kematian. hipertensi juga dapat meningkatkan risiko mengenai jantung
kemungkinan dapat terjadi infark miokar, jantung coroner, gagal jantung
kongesif, bila mengenai otak terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan apabila
mengenai ginjal akan menyebabkan ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata
akan terjadi retinopati hipertensif. Dan berbagai komplikasi yang mungkin timbul
merupakan penyakit yang sangat serius dan berdampak pada psikologis penderita
karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan
gagal jantung.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan risiko penyakit lainnya,
hipertensi perlu mendapatkan penanganan secara farmakologis maupun non
farmakologis. Pengobatan secara non-farmakologis dapat berupa melakukan pola
hidup sehat seperti pengendalian berat badan, pengendalian stress, pengurangan
asupan garam, rendah kolestrol, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol.
Pengobatan secara farmakologis yaitu dengan rutin mengkonsumsi obat
antihipertensi secara teratur setiap hari dan melakukan pengontrolan tekanan
darah sesuai dengan dianjurkan dokter . Ketidakpatuhan penderita hipertensi
terhadap pengobatan seringkali disebabkan oleh faktor perilaku dan faktor yang
berhubungan dengan pengobatan . Kepatuhan minum obat masih rendah yang
disebabkan karena pasien lupa meminum obat dan merasa kondisinya sudah baik.
Penderita hipertensi harus tetap patuh minum obat setiap hari dengan ada atau
tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Kepatuhan minum obat sangat diperlukan
untuk mengendalikan tekanan darah pada penderita hipertensi dan komplikasi.
Pengobatan hipertensi dilakukan seumur hidup dan untuk menjaga stabilnya
tekanan darah maka diperlukan minum obat pada pasien hipertensi. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa rendahnya kepatuhan minum obat dapat
menyebabkan stroke, myocardial infarction, gagal jantung dan kematian .
Hipertensi juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total 1,7
juta kematian di Indonesia tahun 2016 (Anitasari, 2019 dalam Hariawan &
Tatisina, 2020). Kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi sangat penting
karena dengan minum obat antihipertensi secara teratur dapat mengontrol
tekanan darah pada penderita hipertensi .
Tingkat kepatuhan yang tinggi terbukti sangat efektif untuk mengurangi
risiko komplikasi kardiovaskuler pada penderita hipertensi. Aktif dalam
melakukan aktifitas seperti pekerjaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan minum obat. Ada beberapa alasan juga yang
menyebabkan 6 penderita hipertensi tidak patuh dalam minum obat yaitu karena
sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi yang sifatnya
jangka panjang, efek samping obat, pemahaman yang kurang terhadap
pengelolaan dan risiko, serta biaya pengobatan yang relative tinggi . Identifikasi
kepatuhan pasien hipertensi dalam meminum obat perlu dilakukan sebagai salah
satu upaya merencanakan strategi yang lebih komprehesif dalam meningkatkan
efektivitas terapi. Obat antihipertensi yang ada saat ini telah terbukti dapat
mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi dan juga sangat berperan dalam
menurunkan risiko berkembangnya komplikasi kardiovaskuler. Namun demikian
penggunaan antihipertensi saja tidak terbukti cukup untuk menghasilkan efek
pengobatan tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan
kepatuhan dalam mengonsumsi obat tersebut . Mengingat tingginya angka
kejadian hipertensi yang berisiko terjadinya komplikasi dan kematian akibat
hipertensi, karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dan memerlukan pengobatan jangka panjang sehingga perlu kepatuhan minum
obat agar tekanan darah tetap terkontrol.
1 2 3 4 5 6 7
1 Berkonsultasi dengan 1. Merencanakan Kesepakatan Akuntabel Kegiatan yang dilakukan Konsultasi antara
mentor dan coach jadwal pertemuan waktu dan tempat Terciptanya kesepakatan merupakan wujud visi misi peserta dengan
dengan mentor dan dalam menentukan jadwal puskesmas sidomulyo mentor dan coach
Coach pertemuan untuk yaitu“Meningkatkan Derajat menunjukkan sikap
melaksanakan tugas Kesehatan Masyarakat Tungkal saling menghormati,
dengan jujur, Ilir”serta misi banyuasin yaitu bertutur kata sopan
bertanggung jawab, 1. Meningkatkan status yang mewakili nilai
cermat, disiplin dan kesehatan masyarakat organisas “ Senyum,
berintegritas tinggi 2. meningktkan akses dan mutu salam, sapa, sopan,
pelayanan kesehatan santun”
Harmonis 3. Meningkatkan pencegahan
Saya merencanakan jadwal dan pengendalian penyakit
dengan mentor menular dan tidak menular
menggunakan komunikasi 4.memantau dan mendorong
dengan bahasa yang sopan, pembangunan berwawasan
baik dan memperhatikan kesehatan, meningkatkan
etika yang ada untuk ketersediaan obat, alat
mewujudkan suasana kesehatan dan sumber daya
kondusif kesehatan.
kalaboratif
Saya melakukan kerjasama
dalam mencari kesepakatan
jadwal
Adaptif
Dapat menyesuaikan
perubahan jadwal
konsultasi bila terdapat
halangan
2.Berkonsultasi Terlaksananya Akuntabel
dengan mentor yaitu konsultasi dengan Saya berkonsultasi melalui
kepala puskesmas mentor dan coach via whatsapp dan telpon
melalui via Telpon untuk mendiskusikan
dan via Whatsapp rancangan aktulisasi saya
serta coach untuk secara jujur serta
meminta bertanggung jawab
persetujuan
aktualisasi Kompeten
Saya berusaha
melaksanakan tugas yang
diberikan oleh coach
dengan sebaik-baiknya
untuk meningkatkan
kompetensi diri
menjawab tantangan yang
selalu berubah
K. Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Agenda II
1 Berorientasi 0 0 1 1 2 1 1 3 9
Pelayanan
2 Akuntabel 2 2 3 3 3 1 3 3 19
3 Kompeten 0 2 3 3 3 2 3 3 19
4 Harmonis 3 3 3 3 3 3 3 3 24
5 Loyal 1 0 3 3 0 1 1 1 10
6 Adaptif 3 3 3 0 0 0 1 1 11
7 Kolaboratif 3 3 3 3 3 2 3 3 23
Jumlah 12 13 19 16 14 10 15 17 115
Aktualisasi
L. Jadwal Kegiatan