Anda di halaman 1dari 33

BAB II

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi Organisasi
1. Profil Puskesmas Sidomulyo Kabupaten Banyuasin

Gambar 2.1 UPT Puskesmas Sidomulyo

UPT Puskesmas Sidomulyo secara administasi terletak di Desa


Sidomulyo Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Banyuasin. Secara keseluruhan
wilayah kerja UPT Puskesmas Sidomulyo meliputi 7 Desa yang tersebar di
Kecamatan Tungkal Ilir.
Kondisi geografis UPT Puskesmas Sidomulyo terdiri dari daratan dan
perairan, sehingga transportasi utama yang digunakan masyarakat setiap
harinya berupa darat dan air. Untuk mencapai ibu kota kabupaten menempuh
jarak sejauh 95 KM terlebih dahulu melewati jalan tanah dengan jarak antar
desa yang jauh dengan medan buruk dibutuhkan fasilitas kendaran pribadi
ketika masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan maupun ketika petugas
melakukan kegiatan penyuluhan dan kunjungan ke desa. Kondisi tersebut
sarana prasarana transportasi yang sulit tersebut menjadi penyebab utama
belum maksimalnya derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan karakteristik wilayah kerja, UPT Puskesmas Sidomulyo
dikategorikan Puskesmas Kawasan Pedesaan dimana 85% penduduk bekerja
di sektor agraris perkebunan. Fasilitas rumah sakit rujukan terdekat berjarak
25 km dengan akses berupa jalan tanah dan tidak ada fasilitas hotel dan
bioskop di wilayahnya.

2. Struktur Organisasi dan ketenagaan Puskesmas Sidomulyo Kabupaten


Banyuasin

Puskesmas Sidomulyo dipimpin oleh seorang Kepala UPTD


Puskesmas. Kepala UPTD Puskesmas membawahi bagian tata usaha,
unit UKM, unit UKP serta jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring
fasyankes. Bagian tata usaha di Puskesmas Sidomulyo terdiri dari
bagian SP2TP/SIK, kepegawaian, umum dan kerumah tanggaan, dan
keuangan. Pada unit UKM terdapat seorang penanggung jawab yang
membawahi beberapa dua bagian utama yaitu bagian UKM essential
puskesmas dan unit pengembangan yang juga terdiri dari beberapa
bagian pelayanan. Seperti halnya unit UKM, unit UKP juga di
membawahi beberapa bagian pelayanandiantaranya pelayananrawat
jalan, labolatorium, persalinan, pasca salin, serta UGD. Pada unit
jaringan pelayanan puskesmas terdiri dari pustu dan poskesdes,
sedangkan pada jejaring fasyankes terdiri dari rumah sakit rujukan
dan PMB.
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Puskesmas Sidomulyo

Tabel 2.1 Tenaga Kerja di Puskesmas Sidomulyo

2021 2022
No Indikator
PNS Non PNS Non

1 Dokter Umum 1 2 1 1

2 Promkes 1 1 1 1

3 Kesling 0 1 2 1

4 Gizi 0 1 1 1

5 Rekam Medik 0 0 0 0

6 Keuangan 0 1 0 1

7 Administrasi 1 0 1 0

8 Perawat 2 3 2 2
9 Bidan 5 20 7 20

10 Dokter Gigi 0 0 0 0

11 Perawat Gigi 0 0 1 0

12 Apoteker 0 0 0 0

13 Asisten Apoteker 0 1 1 1

14 Analis Kesehatan 0 0 0 0

15 Pendukung Lainnya 0 2 0 2

Jumlah 10 32 18 30

Sumber : data kepegawaian Puskesmas Sidomulyo kabupaten Banyuasin

3. Tugas Pokok Tugas dan Fungsi Dokter Ahli Pertama

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara


Republik Indonesia No.139/KEP/M.PAN/11/2003 Tahun 2003 tentang
Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya, jabatan fungsional
dokter adalah jabatan yang memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat pada sarana pelayananan kesehatan.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyaraklat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Sejalan dengan hal tersebut, fungsi dokter sebagai staf medis di
puskesmas Sidomulyo meliputi :
1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien
2. Melaksanakan pelayanan kesehatan di puskesmas
3. Melakukan tindakan medis
4. Memberikan pelayanan rujukan
5. Menerima konsultasi tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
oleh pasein dan keluarga pasien
6. Memberikan pelayanan surat-surat yang berhubungan dengan hasil
pemeriksaan kesehatan
7. Membina pengelolaan yang berkaitan dengan obat-obatan (farmasi)
puskesmas
8. Mengkoordinir pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
9. Berkoordinasi lintas program, lintas sektor
10. Menghadiri pertemuan atau rapat terkait dengan pelayanan kesehatn
11. Meningkatkan upaya kesehatan di lingkungan sekilah dengan
penyuluhan, pembinaan kader UKS
12. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) di Posyandu
balita, lansia dan kelompok masyakarat

B. Visi dan Misi, dan Nilai Organisasi

1. Visi dan Misi

Visi Puskesmas Sidomulyo

“Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Tungkal Ilir”

Misi Puskesmas Sidomulyo adalah :

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan memberdayakan


masyarakat.
2. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak
menular dengan melaksanakan upaya kesehatan masyarakat.
4. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan,
meningkatkan ketersediaan obat, alat kesehatan dan sumber daya
kesehatan.

Motto Puskesmas Sidomulyo


“Melayani dengan SENYUMAN (Sehat, Nyaman, Utuh dan Aman)”

2. Nilai Organisasi

Puskesmas Sidomulyo Kabupaten Banyuasin memiliki Nilai organisasi


SIAGA, yang berarti :

S : Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun : Memberikan rasa damai dan selalu
berbuat baik dalam tingkah laku dan bertutur kata dalam melayani pasien.
I : Inovatif : Selalu mencari Inovasi dalam pelayanan demi terwujudnya
masyarakat yang sehat.
A : Adil dalam Pelayanan : Selalu memberikan pelayanan tanpa membeda-
bedakan golongan.
G : Gelorakan semangat pelayanan prima : Selalu bersemangat dalam
memberikan pelayanan.
A : Amanah menjaga keselamatan pasien : selalu bertindak hati-hati dalam
pelayanan demi kesehatan pasien.

C. Nilai-Nilai Dasar Berakhlak

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Negara dan Surat Edaran
Menteri PAN-RB No. 20 Tahun 2021, maka ASN memiliki core values yang
digunakan sebagai panduan perilaku dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya. Core values atau nilai-nilai dasar ASN adalah BerAKHLAK, yang
terdiri dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, dan Kolaboratif.

1. Berorientasi Pelayanan

Berorientasi pelayanan artinya komitmen memberikan pelayanan prima demi


kepuasan masyarakat. Kata kuncinya adalah responsivitas, kualitas, dan
kepuasan. Panduan perilakunya adalah memahami dan memenuhi kebutuhan
masyarakat; ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan; dan melakukan
perbaikan tiada henti. Kalimat afirmasinya adalah “kami berkomitmen
memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.”
2. Akuntabel

Akuntabel artinya bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan. Kata


kunci akuntabel adalah integritas, konsisten, dapat dipercaya, dan
transparan. Panduan perilakunya adalah melaksanakan tugas dengan jujur,
bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi; menggunakan
kekayaan dan barang milik negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan. Kalimat afirmasinya adalah “kami
bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan.”

3. Kompeten

Kompeten artinya terus belajar dan mengembangkan kapabilitas. Kata kunci


dari kompeten yaitu kinerja terbaik, sukses, keberhasilan, learning agility,
dan ahli di bidangnya. Panduan perilakunya adalah meningkatkan kompetensi
diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah; membantu orang lain
belajar; dan melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Kalimat afirmasinya
adalah “kami terus belajar dan mengembangkan kapabilitas.”

4. Harmonis

Harmonis berarti saling peduli dan menghargai perbedaan. Kata kunci


harmonis adalah peduli (caring), perbedaan (diversity), selaras. Panduan
perilakunya yaitu menghargai setiap orang apapun latar belakangnya; suka
menolong orang lain; membangun lingkungan kerja yang kondusif. Sedangkan
kalimat afirmasinya adalag “kami saling peduli dan menghargai perbedaan.”

5. Loyal

Loyal artinya adalah berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa


dan Negara. Kata kuncinya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme, dan pengabdian. Panduan perilakunya adalah memegang teguh
ideologi Pancasila, UUD 1945, setia pada NKRI serta Pemerintah yang sah;
menjaga nama baik sesama ASN, Pimpinan, Instansi, dan Negara; dan menjaga
rahasia jabatan dan negara. Kalimat afirmasinya adalah “kami berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.”

6. Adaptif
Adaptif berarti terus berinovasi dan antusias dalam menggerakan ataupun
menghadapi perubahan. Kata kunci dari adaptif adalah inovasi, antusias
terhadap perubahan, dan proaktif. Panduan perilakunya adalah cepat
menyesuaikan diri menghadapi perubahan; terus berinovasi dan
mengembangkan kreativitas; dan bertindak proaktif. Kalimat afirmasinya adalah
“kami terus berinovasi dalam menggerakan ataupun menghadapi perubahan.”

7. Kolaboratif

Kolaboratif adalah membangun kerja sama yang sinergis. Kata kuncinya


adalah kesediaan bekerja sama dan sinergi untuk hasil yang lebih baik.
Panduan perilaku kolaboratif yaitu memberi kesempatan kepada berbagai pihak
untuk berkontribusi; terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai
tambah; dan menggerakkan pemanfaatn berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama. Kalimat afirmasinya adalah “kami membangun kerja sama yang
sinergis.”

D. Kedudukan dan Peran PNS Menuju Terwujudunya Smart Governance

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,
demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan
pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945. Adapun kedudukan dan peran PNS menuju terwujudnya Smart
Governance adalah sebagai berikut:

1. Manajemen ASN

ASN memiliki kedudukan dan peran dalam manajemen ASN. Dalam


kedudukannya, Manajemen ASN adalah pengelola ASN untuk menghasilkan
ASN yang professional, memiliki nilai-nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi dan nepotisme. Manajemen ASN
lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembang ancaman.

ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan


yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN
dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Kedudukan ASN
berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN
merupakan satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini sangat penting, mengingat
dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadi adanya isu putra
daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi
menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi
kesatuan bangsa.

Untuk menjalankan kedudukannya, maka ASN memiliki fungsi sebagai


berikut:

a. Pelaksana kebijakan publik;


b. Pelayan publik; dan
c. Perekat dan pemersatu bangsa.

Peran dari ASN adalah sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas


penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. ASN
berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat
oleh pejabat Pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan
publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik


yang professional dan berkualitas. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN
senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam
penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satudi antaranya asas
persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan
mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara
di atas segalanya).

2. Smart ASN

Pada era digitalisasi ini mendesak setiap aspek untuk memahami pentingnya
peran dari dunia digital salah satunya pada pegawai ASN. Era digitalisasi ini
memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Banyak manfaat yang
diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat
bidang komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam berkomunikasi menjadi
semakin kompleks. Dahulu, manusia berkomunikasi dengan cara bertemu,
namun kini dengan adanya teknologi, tersedia media baru dalam berkomunikasi,
yaitu melalui jejaring sosial. Jejaring sosia lini membuat manusia terhubung satu
sama lain tanpa harus bertatap muka. Dengan media baru ini, informasi juga
dapat disebar luaskan dengan cepat.

ASN pada era digitalisasi ini harus memahami perkembangan dan


pengoperasian digital didunia kerja, halter sebut mengharuskan ASN menjadi
Smart ASN. ASN diharapkan dapat memiliki karakter yang efektif, efisien,
inovatif, dan memilikikinerja yang bermutu, dalam penyelenggaraan program
pemerintah, khususnya program literasi digital, pilar literasi digital, sampai
implementasi dan implikasiliterasi digital dalam kehidupan bersosial dan dunia
kerja. Nilai-Nilai Smart ASN adalah sebagai berikut :

1. Berintegritas, yaitu adanya keselarasan antara hati dan tindakan serta


senantiasa mengedepankan kejujuran.
2. Nasionalisme, yaitu mengandung makna bahwa ASN harus mempunyai jiwa
cintah tanah air yang tinggi
3. Professional, yaitu mempunyai kemampuan yang tinggi serta bekerja dengan
berdasarkan aturan yang berlaku.
4. Wawasan global, yaitu memiliki pandangan ataupun sikap yang luas, serta
mengetahui bagaimana cara menghargai perbedaan seperti perbedaan ras,
warna kulit, ideologi, dan nasionalisme.
5. Menguasai IT, yaitu ASN dituntut untuk tidak gaptek dan informasi yakni
dapat mengoperasikan dan memanfaatkan aplikasi-aplikasi produk IT termasuk
dapat dengan bijak memanfaatkan internet yang digunakan dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
6. Menguasai bahasa Asing, yaitu selain harus mahir berbahasa Indonesia dengan
baik juga harus memiliki kemampuan menguasai bahasa asing seperti bahasa
Inggris, bahasa Manarin, dan lain sebaginya.
7. Hospitality, yaitu memiliki sifat baik hati dan menarik budi bahasanya, manis
tutur katanya dan sikapnya dalam setiap melakukan aktivitas pelaksanaan tugas
dan pekerjaan.
8. Network, yaitu memiliki jaringan yang luas dan mampu menjaga jaringan
tersebut baik dalam satu instansi maupun luar.
9. Enterpreneur, yaitu jiwa kewirausahaan yang ditandai dengan dimilikinya
keberanian, kreatifitas, inovatif, pantang menyerah dan cerdas dalam
menangkap dan menciptakan peluang serta bertanggung jawab

E. Identifikasi Isu
1. Enviromental scanning

Isu dipilih berdasarkan landasan teoritik Manajemen ASN dan Smart


ASN serta kondisi dan tuntutan lapangan di instansi tempat bekerja. Untuk
mendapatkan isu yang relevan dan terukur, dilakukan pula konsultasi dengan
mentor di lingkungan kerja.

Selama bekerja di Puskesmas Sidomulyo kurang lebih 1 bulan, ditemukan


beberapa masalah sehari-hari yang perlu dicarikan solusinya. Berikut ini
adalah isu-isu yang ditemukan:

1. Belum optimalnya edukasi masyarakat tentang aturan pemakaian obat pada


pasien HT
Deskripsi isu : Dampak yang terjadi dari belum optimalnya edukasi tentang
aturan pemakaian obat-obatan terhadap pasien hipertensi yaitu kondisi pasien
penderita hipertensi menjadi tidak terkontrol ,dimana pasien hanya
mengkonsumi obat Hipertensi hanya pada saat terjadi keluhan seperti pusing ,
sakit didaerah tengkuk, dll hal ini dapat menyebabkan menyebabkan penyakit
semakin memberat (Hipertensi Hearth Disease, Chronic Hearth Failure,
Gagal ginjal kronik dan/atau stroke) jika tidak dilakukan penanganan dengan
segera.

Kondisi ideal : Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang


pemakaian obat-obatan yang benar terhadap pasien
hipertensi

Kaitan dengan Materi Pelatihan :

Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan secara
sigap dan proaktif oleh petugas kesehatan diharapkan bisa membuat pasien
hipertensi menjadi terkontrol dan membuat angka kejadian komplikasi
penyakit menjadi lebih kecil.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien yang
membuat pemahaman pasien terhadap penyakit hipertensi tidak maksimal serta
kurangnya media informasi secara audiovisual yang menjelaskan tentang
penyakit HT serta penggunaan obat hipertensi yang baik dan benar

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai ATS pada pasien luka robek


Deskripsi isu : dampak kurangnya Pengetahuan masyarakat mengenai
ATS pada pasien luka robek yaitu dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi dari tindakan heacting / prosuder
menjahit luka robek berupa tetanus. Tetanus merupakan
penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani, bakteri
ini dapat masuk dalam tubuh manusia melalui luka kotor.
Gejala yang timbul pada penderita tetanus adalah kejang
disertai kekakuan otot terutama daerah rahang dan leher,
otot sekitar perut menjadi kaku, dan kejang dapat dipicu
oleh suara nyaring atau cahaya. Bila tidak ditangani
dengan tepat penyakit ini dapat mengancam nyawa.. Oleh
karena itu Setelah melakukan tindakan penjahitan luka
robek dibutuhkan ATS ( anti tetanus serum ) yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya tetanus.

Kondisi ideal : Meningkatnya rasa keinginan pasien yang mengelami


luka robek untuk mendapat ATS

Kaitan dengan Materi Pelatihan :

Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan secara
sigap dan proaktif diharapkan bisa membuat pasien perawatan luka robek
menjadi terkontrol dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu tetanus.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien
perawatan luka robek tentang pentingnya ATS pada pasien perawatan luka
robek juga tidak tersedianya media informasi secara audiovisual yang
menjelaskan pentingnya ATS pada pasien yang mengalami luka robek

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya komplikasi DM


Deskripsi isu : dampak masalah yang timbul dari kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang bahaya komplikasi DM yaitu pasien
menjadi lebih tidak peduli terhadap kesehatan diri, dan
membuat masyarakat enggan untuk kontrol secara rutin
ke tenaga kesehatan.

Kondisi ideal : Pasien lebih memahami tentang penyakit DM serta


komplikasi yang akan terjadi bila pasien tidak rutin
kontrol ke pusat pengetahuan masyarakat tentang bahaya
komplikasi DM.

Kaitan dengan Mata Pelatihan :

Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan secara
sigap dan proaktif kepada pasien DM diharapkan bisa membuat pasien
menjadi lebih peduli terdahap kesehatan dan kontrol ulang sesuai dengan
jadwal.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien DM
yang membuat pemahaman pasien terhadap penyakit DM tidak maksimal.
Juga minimnya informasi yang tersedia yang menjelaskan penyakit DM serta
komplikasinya.

4. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan masker pada


pasien ISPA.
Deskripsi isu : Dampak rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
penggunaan masker membuat masyarakat tidak peduli
terhadap kesehatan diri dan orang disekitarnya. Masker
merupakan salah satu alat perlindungan diri yang berguna
untuk mencegah penularan penyakit ISPA, dimana
penularan ISPA terjadi melalui percikan air liur.

Kondisi ideal : meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk


menggunakan masker dengan baik dan benar

Kaitan dengan Mata Pelatihan :

Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan secara
sigap dan proaktif diharapkan bisa membuat pasien menjadi lebih peduli
untuk menggunakan masker dengan baik dan benar.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi pasien ISPA
untuk menggunakan masker yang membuat pemahaman pasien ISPA
menjadi tidak maksimal serta tidak tersedianya media informasi secara
audiovisual yang menjelaskan bagaimana penularan ISPA dapat terjadi
secara cepat apabila pasien tidak menggunakan masker dengan baik dan
benar
5. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang 7 langkah cuci tangan .
Deskripsi isu : Dampak rendahnya pengetahuan masyarakat tentang 7
langkah cuci tangan dengan tepat yaitu menyebabkan
mudah terkena virus, dan bakteri penyebab penyakit
seperti diare, flu, dan lain-lain bahkan meningkatkan
risiko seseorang terkena diare hingga 50%

Kondisi ideal : meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang 7 langkah


cuci tangan yang benar sehingga masyarakat dapat
menerapkan 7 langkah cuci tangan dengan baik

Kaitan dengan Mata Pelatihan :

Isu ini jika dilihat dari Manajemen ASN yang seharusnya paham pada
peraturan, ketentuan, kode etik maka jika edukasi rutin dilaksanakan kepada
masyarakat secara sigap dan proaktif diharapkan bisa membuat masyarakat
menjadi lebih peduli untuk melakukan 7 langkah cuci tangan yang benar.
Sedangkan jika dilihat dari Smart ASN ialah kurang
terampilnya/menariknya petugas kesehatan dalam mengedukasi masyarakat
untuk melakukan 7 langkah cuci tangan yang baik dan benar menjadi tidak
maksimal serta tidak adanya media informasi secara audiovisual yang
menjelaskan bagaimana penyakit dapat timbul apabila masyarakat tidak
menerapkan kebiasaan cuci tangan 7 langkah

2. Alat bantu analisis

Berdasarkan beberapa masalah yang sudah diidentifikasi diatas, maka


selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan teknik tapisan APKL.
Saya melakukan diskusi dengan penanggung jawab program Puskesmas
Sidomulyo keluarahan Sidomulyo kecamatan Tungkal Ilir dan Kepala
Puskesmas Sidomulyo (mentor) untuk mendapatkan isu prioritas atau isu
yang utama.
Analisis APKL menggunakan matriks skor dengan rentang nilai 1-5.
Semakin tinggi skornya, maka semakin mendesak isu tersebut untuk
diselesaikan. Penjelasan mengenai indikator APKL dijabarkan pada tabel
2.2. Berikut ini adalah keterangan bobot rentang skor APKL:

1 = Sangat tidak setuju


2 = Tidak setuju
3 = Kurang setuju
4 = Setuju
5 = Sangat setuju

Tabel 2.2. Indikator penetapan prioritas APKL

No Indikator Keterangan

1 Aktual Isu yang benar-benar terjadi dan sedang


hangat dibicarakan

2 Problematik Isu yang memiliki dimensi masalah yang


komplek

3 Kekhayalakan Isu secara langsung menyangkut hajat


orang banyak dan bukan hanya untuk
kepentingan seseorang saja

4 Layak Isu yang merupakan masuk akal dan


realistis serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahannya

Berdasarkan data di atas, dapat dibuat matriks prioritas isu sesuai dengan
identifikasi isu yang sudah dijabarkan. Analisis prioritas tersebut dijelaskan
dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3. Analisis Isu dengan teknik APKL

No Isu A P K L Total Peringkat


1 Kurang optimalnya edukasi 3 5 5 4 17 1
masyarakat tentang aturan
pemakaian obat pada pasien HT

2 Kurangnya pengetahuan masyarakat 2 4 3 3 12 5


mengenai ATS pada pasien luka
robek

3 Kurangnya pengetahuan masyarakat 3 5 5 3 16 2


tentang bahaya komplikasi DM

4 Rendahnya pengetahuan masyarakat 4 4 4 3 15 3


tentang penggunaan masker pada
pasien ISPA

5 Rendahnya tingkat pengetahuan 4 3 4 3 14 4


masyarakat tentang 7 langkah cuci
tangan

F. Rumusan Isu

Berdasarkan analisis isu menggunakan APKL, didapatkan bahwa isu


“Kurang optimalnya edukasi masyarakat tentang aturan pemakaian obat
pada pasien HT” sebagai isu prioritas. Langkah selanjutnya adalah menganalisis
isu terpilih secara mendalam untuk menentukan pemecahan masalah.

G. Pendalaman Core Issue Terpilih


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis dan
tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat global karena
prevalensi yang tinggi dan risiko bersamaan untuk penyakit kardiovaskuler dan
ginjal. Saat ini, lebih dari 25% dari populasi dunia adalah hipertensi dengan
perkiraan bahwa persentase ini dapat meningkat menjadi 29% pada tahun 2025.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, menunjukkan sekitar
1,13 Miliar orang didunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang didunia
terdiagnosis hipertensi.
Di Indonesia diperkirakan prevalensi penderita hipertensi 63 ribu
penderita sepanjang tahun 2019 dan menjadi satu dari 12 prioritas indikator
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang
digaungkan oleh kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang masih berlanjut
hingga saat ini.
Hipertensi di Asia tercatat 38,4 juta tahun 2000 dan diprediksi akan
meningkat menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Hipertensi di Asia Tenggara
sendiri merupakan faktor risiko kesehatan utama. Setiap tahunnya hipertensi
membunuh 2,5 juta orang di Asia Tenggara. Jumlah penderita hipertensi di dunia
terus meningkat. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi
mengalami peningkatan sebesar 8,31%, dari sebelumnya 25,8% (Riskesdas,
2013) menjadi 34,11%.
Provinsi Sumatera Selatan khususnya kota Palembang merupakan
salah satu wilayah Indonesia yang mempunyai prevalensi hipertensi yang tinggi
dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain. Berdasarkan data dari Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan, jumlah penderita hipertensi pada tahun 2007 sebesar
32.902 orang dan pada tahun 2008 berjumlah 32.270 orang. 1,2 Hasil penelitian
yang diadakan di Palembang pada tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi
hipertensi di Palembang pada tahun 2011 adalah sebesar 14,9 %.
Dalam rangka menurunkan angka terjadinya komplikasi pada pasien
hipertensi, maka edukasi yang menarik diharapkan dapat meningkatkan angka
kesembuhan dan komplikasi yang pada pasien hipertensi. Untuk mencapai hal
tersebut selain pengobatan juga diperlukan eduksi dan strategi yang tepat untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat. Sebagai bentuk dukungan
terhadap langkah tersebut , maka isu “ Kurang optimalnya edukasi
masyarakat tentang aturan pemakaian obat pada pasien HT” menjadi isu
urgent yang harus dicari solusinya.

Tabel 2.4. Sebab dari isu yang terpilih

Akibat Sebab isu Penyebab Terpilih

Tingginya angka kejadian 1. Kurangnya sosialisasi Penyampaikan edukasi


hipertensi serta komplikasi dan edukasi terhadap hanya secara lisan dan
yang terjadi pasien HT tentang cara tidak menarik
penggunaan obat HT yang
baik dan benar

2. Kurang menariknya
penyampain edukasi yang
diberikan oleh petugas
kesehatan

3. Penyampaian edukasi
hanya secara lisan dan
tidak menarik

4. Data pasien HT tidak


dikelola dengan baik
sehingga pasien HT
menjadi tidak dapat
dikontrol

5. Rendahnya pendidikan
dari pasien

H. Analisis dampak

Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan utama dan hingga saat ini
masih menjadi masalah kesehatan global. Hipertensi dikatakan sebagai penyebab
utama penyakit kardiovaskuler dan kematian di dunia. Tekanan darah merupakan
tekanan yang berasal dari jantung yang berfungsi untuk menggerakkan darah
keseluruh tubuh sehingga sangat penting pada sistem sirkulasi tubuh manusia.
Hipertensi disebut sebagai “silent killer” karena sering kali hipertensi tidak
menunjukkan keluhan serta tanda dan gejala sehingga penderita tidak menyadari
bahwa dirinya mengidap hipertensi. Hipertensi terjadi ketik tekanan darah telalu
tinggi atau mengalami peningkatan tekanan darah systolic lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan istirahat atau tenang . Word Health
Organization (WHO) menyebutkan bahwa prevalenasi hipertensi secara global
sebesar 22% dari toral penduduk dunia. Wilayah Afrika memiliki prevalensi
hipertensi tertinggi sebesar 27%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 dengan
prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. Riset Kesahatan Dasar
Indonesia tahun 2013 2 menemukan bahwa angka kejadian hipertensi sebesar
25,8% pada usia ≥ 18 tahun sedangkan Rikesdas tahun 2018 menemukan angka
kejadian hipertensi meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018. Dampak yang
terjadi apabila hipertensi tidak ditanggulangi dapat mengakibatkan masalah
kesehatan serius diantaranya terjadi komplikasi dan dapat berakibat fatal atau
kematian. hipertensi juga dapat meningkatkan risiko mengenai jantung
kemungkinan dapat terjadi infark miokar, jantung coroner, gagal jantung
kongesif, bila mengenai otak terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan apabila
mengenai ginjal akan menyebabkan ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata
akan terjadi retinopati hipertensif. Dan berbagai komplikasi yang mungkin timbul
merupakan penyakit yang sangat serius dan berdampak pada psikologis penderita
karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan
gagal jantung.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan risiko penyakit lainnya,
hipertensi perlu mendapatkan penanganan secara farmakologis maupun non
farmakologis. Pengobatan secara non-farmakologis dapat berupa melakukan pola
hidup sehat seperti pengendalian berat badan, pengendalian stress, pengurangan
asupan garam, rendah kolestrol, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol.
Pengobatan secara farmakologis yaitu dengan rutin mengkonsumsi obat
antihipertensi secara teratur setiap hari dan melakukan pengontrolan tekanan
darah sesuai dengan dianjurkan dokter . Ketidakpatuhan penderita hipertensi
terhadap pengobatan seringkali disebabkan oleh faktor perilaku dan faktor yang
berhubungan dengan pengobatan . Kepatuhan minum obat masih rendah yang
disebabkan karena pasien lupa meminum obat dan merasa kondisinya sudah baik.
Penderita hipertensi harus tetap patuh minum obat setiap hari dengan ada atau
tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Kepatuhan minum obat sangat diperlukan
untuk mengendalikan tekanan darah pada penderita hipertensi dan komplikasi.
Pengobatan hipertensi dilakukan seumur hidup dan untuk menjaga stabilnya
tekanan darah maka diperlukan minum obat pada pasien hipertensi. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa rendahnya kepatuhan minum obat dapat
menyebabkan stroke, myocardial infarction, gagal jantung dan kematian .
Hipertensi juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total 1,7
juta kematian di Indonesia tahun 2016 (Anitasari, 2019 dalam Hariawan &
Tatisina, 2020). Kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi sangat penting
karena dengan minum obat antihipertensi secara teratur dapat mengontrol
tekanan darah pada penderita hipertensi .
Tingkat kepatuhan yang tinggi terbukti sangat efektif untuk mengurangi
risiko komplikasi kardiovaskuler pada penderita hipertensi. Aktif dalam
melakukan aktifitas seperti pekerjaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan minum obat. Ada beberapa alasan juga yang
menyebabkan 6 penderita hipertensi tidak patuh dalam minum obat yaitu karena
sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi yang sifatnya
jangka panjang, efek samping obat, pemahaman yang kurang terhadap
pengelolaan dan risiko, serta biaya pengobatan yang relative tinggi . Identifikasi
kepatuhan pasien hipertensi dalam meminum obat perlu dilakukan sebagai salah
satu upaya merencanakan strategi yang lebih komprehesif dalam meningkatkan
efektivitas terapi. Obat antihipertensi yang ada saat ini telah terbukti dapat
mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi dan juga sangat berperan dalam
menurunkan risiko berkembangnya komplikasi kardiovaskuler. Namun demikian
penggunaan antihipertensi saja tidak terbukti cukup untuk menghasilkan efek
pengobatan tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan
kepatuhan dalam mengonsumsi obat tersebut . Mengingat tingginya angka
kejadian hipertensi yang berisiko terjadinya komplikasi dan kematian akibat
hipertensi, karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dan memerlukan pengobatan jangka panjang sehingga perlu kepatuhan minum
obat agar tekanan darah tetap terkontrol.

I. Gagasan Pemecahan Isu


Untuk menyelesaikan isu yang telah dipilih berdasarkan prioritas, disusunlah
tahapan kegiatan untuk diaktualisasikan di instansi pada masa habituasi. Tabel 2.5
menjelaskan mengenai tahapan-tahapan pemecahan isu.

Tabel 2.5. Tahapan pemecahan isu

No Jenis Kegiatan Sumber Kegiatan

1 Berkonsultasi dengan mentor dan coach Berdasarkan tugas

2 Berkoordinasi dengan petugas yang memegang program Berdasarkan Tugas


PTM ( penyakit tidak menular)

3 Mengumpulkan data pasien HT melalui aplikasi Berdasarkan tugas


Pcare( peserta BPJS) dan
Catatan manual ( pasien yang berobat menggunakan
ktp dan kk)

4 Mencatat dan mengumpulkan data nomor telpon pasien Berdasarkan tugas


HT atau keluarga yang bisa dihubungi

5 Membuat group melalui aplikasi Whatsapp kreativitas

6 Memasukan data nomor telpon pasien atau keluarga kreativitas


pasien ke dalam aplikasi WA group ( Whatsapp)

7 Melakukan edukasi secara virtual baik baik berupa video kreativitas


maupun tulisan yang bertujuan edukasi

8 Melakukan evaluasi kreativitas


J. Rancangan Kegiatan

Rancangan kegiatan aktualisasi dan habituasi dijelaskan pada tabel 2.6

Tabel 2.6 Rancangan kegiatan aktualisasi


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/hasil Keterkaitan subtansi mata Kontribusi Terhadap Visi dan Penguatan Nilai
pelatihan Misi Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1 Berkonsultasi dengan 1. Merencanakan Kesepakatan Akuntabel Kegiatan yang dilakukan Konsultasi antara
mentor dan coach jadwal pertemuan waktu dan tempat Terciptanya kesepakatan merupakan wujud visi misi peserta dengan
dengan mentor dan dalam menentukan jadwal puskesmas sidomulyo mentor dan coach
Coach pertemuan untuk yaitu“Meningkatkan Derajat menunjukkan sikap
melaksanakan tugas Kesehatan Masyarakat Tungkal saling menghormati,
dengan jujur, Ilir”serta misi banyuasin yaitu bertutur kata sopan
bertanggung jawab, 1. Meningkatkan status yang mewakili nilai
cermat, disiplin dan kesehatan masyarakat organisas “ Senyum,
berintegritas tinggi 2. meningktkan akses dan mutu salam, sapa, sopan,
pelayanan kesehatan santun”
Harmonis 3. Meningkatkan pencegahan
Saya merencanakan jadwal dan pengendalian penyakit
dengan mentor menular dan tidak menular
menggunakan komunikasi 4.memantau dan mendorong
dengan bahasa yang sopan, pembangunan berwawasan
baik dan memperhatikan kesehatan, meningkatkan
etika yang ada untuk ketersediaan obat, alat
mewujudkan suasana kesehatan dan sumber daya
kondusif kesehatan.

kalaboratif
Saya melakukan kerjasama
dalam mencari kesepakatan
jadwal
Adaptif
Dapat menyesuaikan
perubahan jadwal
konsultasi bila terdapat
halangan
2.Berkonsultasi Terlaksananya Akuntabel
dengan mentor yaitu konsultasi dengan Saya berkonsultasi melalui
kepala puskesmas mentor dan coach via whatsapp dan telpon
melalui via Telpon untuk mendiskusikan
dan via Whatsapp rancangan aktulisasi saya
serta coach untuk secara jujur serta
meminta bertanggung jawab
persetujuan
aktualisasi Kompeten
Saya berusaha
melaksanakan tugas yang
diberikan oleh coach
dengan sebaik-baiknya
untuk meningkatkan
kompetensi diri
menjawab tantangan yang
selalu berubah
K. Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Agenda II

Berikut ini adalah matriks rekapitulasi dari rencana habituasi berdasarkan


agenda II:

Tabel 2.7. Rekapitulasi nilai-nilai dasar Berakhlak pada rancangan aktualisasi

No Mata Kegiatan jumlah


Pelatihan
Ke-1 Ke-2 Ke- Ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7 Ke-8
3

1 Berorientasi 0 0 1 1 2 1 1 3 9
Pelayanan

2 Akuntabel 2 2 3 3 3 1 3 3 19

3 Kompeten 0 2 3 3 3 2 3 3 19

4 Harmonis 3 3 3 3 3 3 3 3 24

5 Loyal 1 0 3 3 0 1 1 1 10

6 Adaptif 3 3 3 0 0 0 1 1 11

7 Kolaboratif 3 3 3 3 3 2 3 3 23

Jumlah 12 13 19 16 14 10 15 17 115
Aktualisasi

L. Jadwal Kegiatan

Tabel 2.8 menjelaskan rincian rencana kegiatan habituasi di instansi tempat


bekerja.
Tabel 2.8. Rencana jadwal kegiatan dan tahapan habituasi

No kegiatan Tahap kegiatan Output/hasil

Anda mungkin juga menyukai