Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BERBANTU FILM TAARE ZAMEEN PAR TERHADAP


PENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS IV
SEKOLAH DASAR

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

FITA NUR SEPTIYAWATI

NPM 18120087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2023
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
BERBANTU FILM TAARE ZAMEEN PAR TERHADAP
PENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS IV
SEKOLAH DASAR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG untuk Penyusunan Skripsi

OLEH

FITA NUR SEPTIYAWATI

NPM 18120087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2023
PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


BERBANTU FILM TAARE ZAMEEN PAR TERHADAP
PENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS IV
SEKOLAH DASAR

Disusun dan diajukan oleh

FITA NUR SEPTIYAWATI

NPM 18120087

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan untuk disusun menjadi


skripsi

Pada tanggal ....................... 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Kartinah, M.Pd. Dr. Joko Sulianto, S.Pd., M.Pd.

NPP. 107401288 NPP. 88201207


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
BERBANTU FILM TAARE ZAMEEN PAR TERHADAP
PENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS IV
SEKOLAH DASAR

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi manusia dalam menentukan


arah hidupnya. Pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Pendidikan
dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan
demikian, keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan
tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Oemar Hamalik (2008 : 166) mengemukakan bahwa:

Dalam rangka pembentukan motivasi belajar seutuhnya, siswa


diberikan pengetahuan yang bersifat intelek maupun yang bersifat
pembentukan budi pekerti atau agama secara utuh pula. Oleh
karena itu, guru sebagai pendidik sekaligus sebagai pembimbing
harus mau dan mampu menempatkan siswa sebagai anak didiknya
di atas kepentingan yang lain.

Dari pendapat tersebut di atas sangat jelas pentingnya memberikan


atau membentuk motivasi belajar siswa Sekolah Dasar. Hubungan tersebut
adalah sebagai suatu proses hubungan timbal balik yang memiliki tujuan
tertentu, yakni untuk mendewasakan siswa yang nantinya dapat berdiri sendiri
dan dapat menemukan kesendiriannya secara utuh. Dalam hal ini guru perlu
menyadari dirinya sebagai pemikul tanggung jawab untuk memberikan
motivasi belajar kepada siswa. Jika motivasi belajar siswa berjalan dengan
baik, maka dapatlah mengembangkan kemampuan siswa atau membangkitkan
minat belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan perlu adanya kesadaran dari masing-masing
pihak. Oleh karena itu, di dalam pencapaian motivasi dan prestasi belajar
siswa perlu adanya strategi belajar mengajar yang tepat serta media yang
tepat.

Media sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari untuk


medapatkan informasi maupun gaya hidup, sehingga sulit bagi masyarakat
untuk membayangkan hidup tanpa media. Film adalah bagian dari media
massa. Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai
culture education atau pendidikan budaya.

Menurut UU No. 23 tahun 2009 tentang Perfilman, Pasal 1


menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang
merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang
dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara
dan dapat dipertunjukkan.

Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan


hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita,
peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat.
Bila dilihat lebih jauh film bukan hanya sekedar tontonan atau hiburan belaka,
melainkan sebagai suatu media komunikasi yang efektif.

Menonton film juga dapat memberikan pengaruh atau efek, seperti


ketika menonton film drama bisa menimbulkan efek menangis, kemudian
menonton film horor bisa menimbulkan efek takut. Selain itu menonton film
juga dapat mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu atau dapat
menumbukan karakteristik peserta didik.

Kata karakter sekarang ini sedang menjadi perbincangan luas, terutama


sejak Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Muhammad Nuh, pada tahun 2010
mencanangkan pendidikan karakter. Kebijakan mendikbud tersebut segera
mendapat sambutan luas. Dukungan dan apresiasi pun datang dari mana-mana.
Kalangan birokrasi pendidikan, pakar, praktisi, pengamat, dan berbagai
kalangan menjadikan “pendidikan karakter” sebagai topik yang didiskusikan
seacara konstruktif.
Dalam UU tentang pendidikan nasional yang pertama kali, ialah UU
1946 yang berlaku tahun 1947 hingga UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003
yang terakhir pendidikan karakter telah ada, namun belum menjadi fokus
utama pendidikan. Pendidikan Akhlak (karakter) masih digabung dalam mata
pelajaran agama. Pelaksanaan pendidikan karakter kepada guru agama saja
sudah menjadi jaminan pendidikan karakter tidak berhasil. Maka wajar hingga
saat ini pendidikan karakter belum menunjukan hasil yang optimal.

KPAI telah menangani 1885 kasus pada semester pertama pada tahun
2018. Terdapat 504 anak jadi pelaku pidana, mulai dari pelaku narkoba,
mencuri hingga kasus asusila menjadi kasus yang paling banyak. Kebanyakan
anak telah masuk Lembaga Permasyarakatan Khusus Anak (LPKA) karena
telah mencuri sebanyak 23,9%, kasus narkoba sebanyak 17,8%, serta kasus
asusila sebanyak 13,2%, dan lainnya. Dari beberapa kasus tersebut yang
paling banyak dilakukan adalah mencuri.

Hal ini terbukti fenomena sosial yang menunjukan perilaku yang tidak
berkarakter. Perilaku yang tidak berkarakter misalnya sering terjadi tawuran
antar pelajar dan antar mahasiswa, serta perilaku suka minum-minuman keras
dan berjudi. Bahkan dibeberapa kota besar kebiasaan ini cenderung menjadi
“tradisi” dan membentuk pola yang tetap, sehingga diantar mereka
membentuk “musuh bebuyutan”. Maraknya “geng motor” yang seringkali
menjuruk pada tindak kekerasan yang meresahkan masyarakat bahkan
tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan.

Sedangkan sebagai contoh merosotnya karakter anak sekolah dasar


adalah kurangnya kedisiplinan siswa, siswa malas untuk belajar, tidak
tanggung jawab, berani berbohong kepada guru dan orang tua, mencuri, dan
berkelahi dengan teman. Selain itu terdapat pula hal lain yang mempengaruhi
seperti halnya model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang
digunakan oleh guru kurang menarik peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran sehingga perlu adanya model yang membuat peserta didik lebih
bersemangat dalam belajar.
Berdasarkan permasalahan diatas diharapkan dunia pendidikan
menjadi motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan karakter
sehingga akhirnya seluruh anggota masyarakat mempunyai kesadaran
kehidupan berbangsa, dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan
tetap memperhatikan sendisendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dan norma-norma sosial di masyarakat telah menjadi kesepakatan bersama.
“Dari mana asalmu tidak penting, ukuran tubuhmu tidak penting, ukuran
otakmu cukup penting, ukuran hatimu itulah yang sangat penting” karena otak
(pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat menggerak seseorang “bertutur kata
dan bertindak”. Simak telaah dan renungkan dalam hati apakah telah memadai
“wahana” pembelajaran memberikan peluang bagi peserta didik untuk multi
integritas, komitmen, kedisiplinan, visioner dan kemandirian. sejarah
memberikan pelajaran yang berharga, betapa perbedaan, pertentangan dan
pertukaran pikiran itulah yang sesungguhnya menghantar kita ke gerbang
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, melalui perdebatan tersebut, kita harus
banyak belajar bagaimana toleransi dan keterbukaannya para pendiri Republik
ini dalam menerima pendapat dan berbagai kritik apapun juga saat itu. Melalui
pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati betapa kuat keinginan 4 para
Pemimpin Bangsa untuk bersatu dalam satu identitas kebangsaan sehingga
perbedaan-perbedaan bukanlah persoalan bagi mereka.

Proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter tidak hanya melalui


pendidikan formal dan non-formal saja. Seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, penanaman nilai karakter dapat dilakukan dengan
media pendidikan lain, baik media massa mapun elektronik. Salah satu media
komunikasi yang paling efektif dan dapat diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat adalah film. Film selalu memiliki kemampuan untuk menarik
perhatian orang dan juga dapat menyampaikan pesan tersendiri. Film selalu
merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan
kemudian memproyeksikannya keatas layar.
Saat ini film telah mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring
dengan perkembangan teknologi yang ada. Film merupakan media presentasi
yang paling canggih, film dapat menyampaikan lima macam bentuk informasi
yaitu gambar, garis, symbol, suara dan gerakan. Film memiliki berbagai peran
selain sebagai saran hiburan, film juga dapat berfungsi sebagai media
pembelajaran. Kelebihan dari media film adalah memberikan pesan yang
dapat diterima secara merata oleh seluruh siswa, sangat bagus untuk
menerangkan proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat diulang-
ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan, memberikan kesan yang
mendalamyang dapat mempengaruhi sikap siswa. Sedangakan kekurangan
dari media film adalah harga produksinya cukup mahal, pembuatannya
memerlukan banyak waktu dan tenaga.

Salah satu film yang paling digemari orang Indonesia adalah film
india, salah satunya adalah film yang diproduksi sekaligus dibintangi oleh
Aamir Khan yang berjudul Taare Zameen Par. Film yang berdurasi 2 jam 35
menit ini telah mendulang kesuksesan, tak tanggung-tanggung film ini
mendapatkan 11 penghargaan dalam 12 nominasi, dan telah dirilis pada 21
desember 2007. Untuk versi luarnya film ini berjudul Like Stars On Earth.

Film Taare Zameen Par ini banyak mengandung nilai pendidikan,


salah satunya nilai pendidikan karakter. Dalam film ini mengajarkan kita
semua tentang bagaimana cara menjadi seorang pendidik, orang tua dan
masyarakat dalam mengajarkan atau menularkan ilmu yang kita miliki kepada
anak dengan berbagai kekurangan yang mereka miliki.

Secara sepintas dari film ini kita dapat melihat nilai-nilai pendidikan
karakter seperti tanggung jawab, kepedulian, kreatif, rasa ingin tahu, disiplin,
kerja keras, bersahabat dan komunikatif. Nilai pendidikan karakter yang
terdapat dalam film ini memberikan pelajaran bagi kita semua untuk lebih bisa
memahami orang lain dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik, orang tua yang perhatian,
tidak membedabedakan, dan juga tidak memberikan beban kepada anak-
anaknya. Yang menarik dari film ini untuk diteliti adalah tokoh utamanya
adalah seorang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), kemudian bagaimana
peran guru dalam menangani, membantu dan mengimplementasikan ilmunya.

Film ini juga menggambarkan bahwa pendidikan bukanlah suatu yang


dapat dipaksakan kepada peserta didik, tapi lebih kepada proses untuk
mengembangkan dan mengarahkan peserta didik dengan bakat yang
dimilikinya masing-masing. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
mengetahui apakah film tersebut dapat meningkatkan karkteristik dari peserta
didik, sehingga penulis mengangkat judul “PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU FILM
TAARE ZAMEEN PAR TERHADAP PENINGKATKAN NILAI
KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR”.

B. Identifikasi Masalah
Hasil identifikasi masalah yang di dapat mengenai karakter yang dimiliki
peserta didik adalah:
a. Kurangnya kedisiplinan peserta didik,
b. Peserta didik malas untuk belajar,
c. Peserta didik kurang dalam tanggung jawab,
d. Peserta didik sering berkelahi dengan teman.
e. Peerta didik sering berbicara kotor.
C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membatasi permasalahan.


Dengan adanya pembatasan terhadap permasalahan, maka dapat memperjelas
jalannya penelitian. Tanpa adanya pembatasan permasalahan, masalah yang
terdapat dalam penelitian akan melebihi batas kemampuan dari peneliti.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Periode penelitian dibatasi cukup pada periode 2023


b. Peserta didik yang diteliti adalah peserta didik kelas 4 SD
c. Penggunaan model pembelajaran PBL
d. Pengaruh Film Taare Zameen Tar.
e. Peningkatan nilai karakter peserta didik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian tersebut, untuk mempermudah penulis
dalam menganalisis hasil penelitian maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran PBL berbantu film Taare


Zameen Par terhadap peningkatan nilai karakter peserta didik?
2. Apakah ada peningkatan nilai karakter peserta didik setelah penggunaan
model PBL dengan penayangan film Taare Zameen Par?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari fokus penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran PBL berbantu film
Taare Zameen Par berpengaruh terhadap peningkatan nilai karakter
peserta didik kelas 4 sekolah dasar.
2. Untuk mengetahui peningkatan nilai karakter peserta didik kelas 4
sekolah dasar.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas, maka peneliti
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi ilmu
pengetahuan mengenai nilai karakter dalam isi cerita dari sebuah film
yang berjudul “Taare Zameen Par” sebagai contoh referensi tontonan
anak yang baik. Secara khusus penelitian ini diharapkan akan dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pendidikan
karakter.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pendidikan
karakter dan peneliti dapat lebih bijak dalam mengaplikasikan suatu
tontonan yang baik untuk anak-anak.
b. Bagi orang tua
Menambah referensi tontonan yang baik untuk menunjang
perkembangan karakter anak.
c. Bagi guru
Menambah referensi tontonan yang tepat untuk perkembangan
karakter anak dan sebagai bahan edukasi dalam rangka penanaman
nilai pendidikan karakter bagi peserta didik.
d. Bagi siswa
Memberikan pembelajaran nilai pendidikan karakter kepada
peserta didik.
G. Kajian Teori dan Hipotesis
1. Nilai Karakter
Nilai merupakan sifat yang dimiliki seseorang yang sudah tertanam
dan menyatu dalam diri seseorang sebagai keyakinan dalam menentukan
pilihan dan berguna bagi kehidupan manusia. Dalam nilai-nilai karakter
terdapat pembakuan mengenai sesuatu yang dinilai baik ataupun buruk
sesuai dengan perilaku masing-masing.
Menurut Wijaya (2019: 74) menyatakan bahwa nilai adalah hakikat
sesuatu yang baik dan pantas dilakukan oleh manusia yang menyangkut
dengan keyakinan, kepercayaan, norma dan perilaku.
Implemantasi nilai karakter terdiri atas perencanaan dan
pelaksanaan. Perencanaan pembelajaran yang digunakan dibuat oleh guru
sendiri. Dalam hal pelaksanaan ini, guru mengimplementasikan melalui
kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran, kegiatan spontan,
penanaman kedisiplinan, serta menciptakan suasana yang kondusif. Dalam
pembelajaran tematik guru mengembangkan dan menanamkan nilai
karakter yang dikembangkan oleh Kemendiknas. Hambatan yang dihadapi
guru dalam mengimplementasikan nilai karakter adalah keterbatasan
sarana prasarana berupa media pembelajaran, metode pembelajaran,
penilaian sikap, dan faktor keluarga (Sundari, 2019: 149-156).
Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang
yang mengandung nilai berupa sifat, kepribadian, tingkah laku, dan watak
dari dalam diri masing-masing seseorang. Karakter juga dapat
didefinisikan sebagai nilai dasar yang tertanam dalam diri seseorang
sebagai pondasi diri untuk berbuat baik sesuai dengan norma-norma yang
sudah berlaku di masyarakat.
Menurut Zubaedi (2011: 69) menyatakan bahwa karakter merupakan
suatu ciri atau benda yang dimiliki oleh suatu benda atau seseorang yang
berbeda dengan benda atau seseorang lainnya. Karakter merupakan jati
diri, kepribadian dan watak yang melekat pada diri seseorang (Ghufron,
2010: 14).
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma dalam agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat (Mardiyah, 2017: 34).
Menurut Kemendiknas nilai-nilai dalam Pendidikan karakter
mencakup 18 askep yang terdiri dari religious, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif atau
bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial
dan tanggung jawab.
a. Religius
Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain (Suparlan, 2010: 36). Religius dapat disimpulkan
merupakan suatu sikap yang kuat dalam memeluk dan menjalankan
ajaran agama serta sebagai cerminan dirinya atas ketaatannya
terhadap ajaran agama yang dianutnya. Contoh dalam religius adalah
melaksanakan kewajiban beribadah shalat 5 waktu bagi umat
muslim, tidak mengganggu pelaksanaan agama lain, saling menjaga
kedamaian antar pemeluk agama.
b. Jujur

Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya


menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan yang dilakukan (Kesuma, 2012:
16). Dapat disimpulkan dari jujur yaitu suatu sikap seseorang yang
sering kali diungkapkan dengan ucapan maupun tindakan secara
spontan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa adanya
rekayasa dari yang diucapkan dan dilakukannya Jujur dalam perilaku
sehari-hari yaitu saat seseorang diberikan suatu tugas ia selalu
menjaga sikapnya dengan tidak berbohong dengan menyontek atau
menjiplak tugas milik orang lain, tidak menambahkan atau
mengurangi kata-kata yang sebenarnya terjadi.

c. Toleransi

Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai


perbedaan agama (kepercayaan), suku, etnis, pendapat, sikap dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Hasan, 2010: 9).
Dalam masyarakat berdasarkan Pancasila terutama sila pertama,
bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-
masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari
itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Contohnya
dalam kehidupan sehari-hari adalah tidak memaksakan pendapat
sendiri diatas kepentingan golongan, membiarkan agama lain
beribadah dengan tenang dan damai.

d. Disiplin
Menurut Kemendiknas (2010: 27) disiplin merupakan tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah menaati
peraturan cara berpakaian yang sopan di tempat tertentu yang
formal.

e. Kerja Keras

Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya


bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar
dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
(Mustari, 2014: 43). Perilaku dalam kehidupan sehari-hari adalah
selalu mengerahkan usaha terbaik dalam melakukan sesuatu seperti
saat mengerjakan tugas-tugas, atau berusaha mencapai impian kita.

f. Keatif

Kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk


menghasilkan cara atau hasil dari sesuatu yang telah dimiliki
(Kurniawati, 2016). Dalam kehidupan sehari-hari adalah usaha untuk
terus mengasah kemampuan diri missal dari dalam bidang
kepenulisan, dengan mencari pengetahuan baru yang dapat
melahirkan pemikiran yang inovatif untuk kedepannya.

g. Mandiri

Menururt Mustari (2011: 43) mandiri merupakan sikap dan


perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas. Mandiri dalam perilaku sehari-hari adalah
mampu melaksanakan tugas sendiri bila masih dapat dilakukan
sendiri, tidak selalu mengandalkan orang lain dalam menyelesaikan
tugas tersebut.

h. Demokratis
Menurut Mustari (2014: 137) demokratis merupakan cara
berpikir, bersikap, bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain. Demokratis dalam kehidupan sehari-hari
adalah melaksanakan sebuah kewajiban yang tidak hanya menuntut
haknya saja.

i. Rasa Ingin Tahu

Rasa Ingin Tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu


berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar Daryanto dan Darmiatun
(2013: 71). Rasa ingin tahu dalam kehidupan sehari-hari adalah
mencari kosakata Bahasa Indonesia yang belum dapat dimengerti
maknanknya oleh kita dan mencari tahu kebenarannya.

j. Semangat Kebangsaan

Menurut Wibowo (2012: 102) semangat kebangsaan merupakan


cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan kelompoknya.
Perilaku dalam kehidupan sehari-hari adalah mengharumkan nama
baik Banga Indonesia dengan menjadi relawan atau berprestasi.

k. Cinta Tanah Air

Menurut Suyadi (2013: 9) cinta tanah air merupakan cara


berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulisan dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa. Lebih
kongkritnya cinta tanah air adalah suatu perasaan yang timbul dari
hati seseorang warga negara untuk mengabdi, memelihara,
melindungi tanag airnya dari segala anacaman dan gangguan.
Sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik kurang diberikan
pemahaman tentang sejarah perjuangan bangsa yang lembat laun
akan mempengaruhi lunturnya rasa cinta tanah air siswa. Perilaku
dalam kehidupan sehari-hari adalah mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari karena
merupakan pedoman hidup penduduk Bangsa Indonesia.

l. Menghargai Prestasi

Menurut Yaumi (2014: 105-106) menghargai prestasi merupakan


sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain. Peserta didik yang dapat
menghargai prestasi akan terus berupaya maksimal untuk meraih
cita-citanya, peserta didik akan belajar dari kesalahan masa lalu dan
mengambil pelajaran dari keberhasilan orang lain untuk mencapai
prestasi yang telah baik dari sebelumnya. Contoh dalam perilaku
sehari-hari adalah memberikan pujian kepada teman bila
mendapatkan prestasi.

m. Bersahabat atau Komunikatif

Bersahabat atau komunikatif merupakan sikap atau tindakan


yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerjasama dengan orang lain Kemendiknas (2010: 10).
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
bersahabat atau komunikatif adalah sikap atau tindakan yang
berhubungan dengan orang lain yang didalamnya terdapat
komunikasi yang mudah dimengerti sehingga terwujud suasana yang
menyenangkan dalam bekerjasama. Perilaku dalam kehidupan
sehari-hari adalah melakukan penelitian yang bermanfaat bagi
masyarakat, bersikap ramah dan sopan kepada orang tua, teman dan
tetangga.

n. Cinta Damai

Cinta damai merupakan suatu sikap, perkataan dan suatu


tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya. Fadlillah, dkk (2013: 201). Berdasarkan
penjelasan tersebut disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan cinta
damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Sikap
cinta damai ini harus tertanam kuat dalam diri siswa dengan
mengucapkan kata maaf, ijin, tolong dan terimakasih. Perilaku dalam
kehidupan sehari-hari adalah memberikan kebaikan kepada orang
lain dan tidak membuat ujaran kebencian sesama orang lain.

o. Gemar Membaca

Gemar membaca merupakan kebiasaan menyediakan waktu


untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya (Yaumi, 2014: 10). Menumbuhkan karakter gemar membaca
membutuhkan waktu, tenaga, dan ketekunan dalam melakukan.
Kemudian berdasarkan pengertian karakter yang mana memiliki
proses dari mengerti, kemudian berbuat dan peduli maka gemar
membaca harus dibentuk dengan upaya memahamkan tentang
pentingnya membaca agar pelajar atau seseorang dapat mengerti.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah membaca berita yang
penting dan dapat memilah bacaan yang benar adanya atau hanya
hoax.

p. Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu


berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan sekitar dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi (Ramadhani, 2019: 209). Lingkungan juga bisa
diartikan sebagai segala sesuatu yang terdapat disekitar manusia
kemudian tinggal Bersama dan saling mempengaruhi bagi
perkembangan kehidupan manusia. Contoh dalam kehidupan sehari-
hari adalah dengan tidak merusak fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah, membuah sampah pada tempatnya, ikut kerja bakti
membersihkan lingkungan.

q. Peduli Sosial

Menurut Darmiyati Zuchdi (2011: 170) peduli sosial merupakan


suatu sikap, dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dapat disimpulkan
peduli sosial adalah sikap yang tumbuh dari interaksi manusia yang
memiliki rasa kasih saying dan juga empati sehingga selalu ingin
membantu orang lain yang membutuhkan serta dilandasi oleh adanya
rasa kesadaran sosial. Peduli sosial berperan penting dalam
membentuk individu yang peka sosial dengan sikap dan tindakan
yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang yang
membutuhkan. Peduli sosial dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
dicontoh adalah turut membantu korban bencana alam dan
melakukan galang dana untuk membantu.

r. Tanggung Jawab

Menurut Hasan (2010: 10) tanggung jawab merupakan suatu


sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap
orang yang ada di dunia pada dasarnya telah diberikan tanggung
jawab minimal diri sendiri. Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah
menjalankan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya, berani
bertanggung jawab apabila melakukan kesalahan, selalu
melaksanakan ibadah solat.

Pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam


pembentukan karakter bangsa Indonesia. Pendidikan tidak hanya
menstransformasikan pengetahuan saja akan tetapi juga mempunyai peran
dan membentuk sebuah karakter bangsa. Dengan kata-kata lain Pendidikan
hendaknya membentuk insan yang cerdas dan berkarakter sehingga dapat
menciptakan bangsa yang unggul dalam meraih prestasi dan santun dalam
berinteraksi sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Budiono, dkk (2018:
20).

Pendidikan adalah usaha sadar dalam proses pembelajaran baik


dari segi akademik ataupun non-akademik dengan tujuan para peserta
didik dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap dan perilaku
menjadi lebih baik Annisa, dkk (2020: 142). Menurut Linckons dalam
Febrianshari (2018: 89) pendidikan karakter adalah bentuk upaya yang
dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter peserta didik.

Menurut Sulianto Joko (2022: 01) pendidikan merupakan


menjadikan salah satu strategi dalam menanamkan nilai karakter. Nilai
karakter tersebut dapat ditanamkan melalui berbagai kegiatan anak.
Penguatan Pendidikan karakter hadir dengan pertimbangan bahwa dalam
rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai
karakter.

Pendidikan karakter merupakan upaya yang dirancang dan


dilaksanakan secara sistematis guna membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang sudah
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan dengan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat.

Pendidikan karakter menurut Mulyasa (2014: 7) merupakan suatu


sistem penanaman nilai-nilai berkarakter kepada peserta didik yang
meliputi komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen
tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama lingkungan, dan masyarakat bangsa
secara keseluruhan, sehingga menjadi manusia sempurna sesuai kodratnya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kecerdasan, atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut Rachmadyanti, (2017: 204). Secara sederhana pendidikan karakter
dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk
mempengaruhi karakter siswa (Sudrajat, 2011: 49).

Dapat disimpulkan bahwa, nilai-nilai karakter merupakan suatu


sifat atau sesuatu hal yang sudah dianggap sangat penting dan berguna
untuk kehidupan manusia yang telah menyatu dan tertanam di dalam diri
seseorang sebagai keyakinan dalam menentukan pilihan mengenai sesuatu
hal yang dinilai baik ataupun buruk sesuai dengan perilaku.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Dunia pendidikan, mengenal adanya student center yaitu


pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dimana pembelajaran ini
menuntut siswa untuk lebih aktif dan mandiri dalam mencari informasi
tentang materi yang diajarkan. Disini guru hanya sebagai fasilitator saja
dan murid sebagai pusat dari segala pembelajaran. Pembelajaran secara
Student center ini dikembangkan lagi diantaranya yaitu pembelajaran
Berbasis Masalah atau yang biasa disebut Problem Based Learning (PBL)
yang baru-baru ini terkenal dalam dunia pendidikan.

Menurut Taufiq Amir, bahwa proses PBL bukan semata-mata


prosedur. Tetapi ia adalah bagian dari belajaran mengelola diri sebagai
sebuah kecakapan hidup (life skills). Proses PBL sabagai salah satu bentuk
pembelajaran yang learner centered, memandang bahwa tanggung jawab
harus kita kendali dan kita pegang. Evers, Rush, dan Berdow dalam Amir,
merumuskannya dengan baik apa yang dimaksud dengan kecakapan
pengelolaan diri sebagai berikut : Kemampuan untuk bertanggung jawab
atas kinerja, termasuk juga kesadaran akan pengembangan dan
pengaplikasian kecakapan tertentu. Kita bisa mnegenal dan mengatasi
berbagai kendala yang ada di sekitar kita.

Dengan kata lain model pembelajaran Problem Based Learning


(PBL) ini dapat memberikan kecakapan dalam mengelola hidup bagi
peserta didik untuk dapat mengatasi kendala yang ada di sekitar
lingkungannya. Pendapat lain menganai pengertian Problem Based
Learning (PBL) akan di jelaskan sebagai berikut : Menurut Kunandar,
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu
pendekatan pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran.

Menurut Tan dalam Rusman mengatakan bahwa Pembelajaran


Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena
Pembelajaran Berbasis Masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara kesinambungan.
Pendapat lain dari Trianto mengatakan bahwa pembelajaran berbasis
Masalah adalah interaksi dengan respon yang merupakan hubungan dua
arah belajar dan lingkungan

3. Film Taare Zameen Par

Tare Zameen Par merupakan sebuah filem India yang menceritakan


tentang kisah seorang kanak-kanak berusia 8 tahun yang berasal dari
keluarga yang baik. Film ini bercerita tentang jatuh bangun hidup
seorang Ishaan, anak berusia 8 tahun yang memiliki kesulitan belajar.
Diusianya saat itu, Ishaan belum bisa menghafal angka maupun
huruf dengan benar. Kemampuan akademisnya di sekolah sangat
tertinggal dibandingkan dengan teman-teman sebayanya dan juga kakak
kandungnya. Film ini menarik untuk disaksikan karena mengandung
banyak pesan moral, seluruh aktornya sangat menjiwai peran sehingga
membuat penontonnya hanyut dalam cerita. Sosok Ishaan memiliki
karakter sebagai anak yang sulit mengikuti pembelajaran di kelas,
namun selalu ceria, ekspresif dan suka berimajinasi. Yohaan, kakak
Ishaan, memiliki karakter pintar, penurut, dan kalem. Ayahnya memiliki
sifat sangat tegas dan kaku. Berbeda dengan sang Ayah, sosok sang Ibu
berkarakter lemah lembut dan pengertian. Pak Nikumbh, guru Ishaan,
digambarkan sebagai sosok yang peka, sabar dan berjiwa sosial.

Masalah mulai muncul ketika keluarga Ishaan yang tidak menyadari


bahwa Ishaan adalah anak dengan kebutuhan khusus. Kelurganya,
terutama sang Ayah, selalu menuntut Ishaan untuk terus belajar dan
meraih nilai tinggi. Ayahnya juga kerap membandingkan Ishaan dengan
kakaknya yang sangat pintar secara akademis. Berdasarkan berberapa
pertimbangan, Ayahnya memasukkan Ishaan ke sekolah asrama biasa.
Sang Ayah enggan memasukkan Ishaan ke Sekolah Luar Biasa karena ia
menolak untuk percaya bahwa anaknya memiliki keterbatasan. Hal
tersebut berdampak negatif pada kondisi psikologis Ishaan.

Pak Nikumbh, salah satu guru di sekolah, ingin mengembalikan sifat


Ishaan yang ceria dan kreatif. Ia selalu memberi dukungan dengan
mengatakan bahwa Ishaan pasti akan menjadi orang hebat dan sukses.
Dengan seizin kepala sekolah, Pak Nikumbh mendampingi Ishaan
belajar membaca dan menulis dengan sabar dan intensif. Seiring
berjalannya waktu, Ishaan tidak pernah lagi mendapat nilai merah di
sekolah. Hal itu membuat keluarga dan orang-orang yang mengenal
Ishaan sangat bangga terhadapnya. Tak berhenti berusaha untuk
membantu, Pak Nikumbh juga memiliki ide untuk mengadakan lomba
melukis di sekolah. Melalui perlombaan itu, seluruh hadirin tercengang
melihat hasil karya Ishaan yang luar biasa indah. Tak ada satupun yang
menyangka bahwa Ishaan memiliki talenta melukis.
Perpaduan antara alur, tokoh, suasana latar, dinamika konflik yang
tersaji dalam film ini membuat para penontonnya hanyut terbawa
suasana. Selain itu, film ini juga menyuarakan beragam pesan moral
bagi pemirsanya. Secara tidak langsung, film ini ingin mengedukasi
masyarakat agar memiliki sikap peduli, peka dan berwawasan luas
terhadap segala keterbatasan dan kelebihan seseorang. Selain itu, film
ini juga menghimbau para orang tua agar senantiasa menjalin
komunikasi yang baik dan mendukung anak bagaimanapun kondisinya.
Ada juga amanat untuk para pendidik, yakni hendaknya selalu mendidik
siswanya dengan tulus dan sabar sesuai dengan keistimewaannya.

Selain menyerukan berbagai pesan moral, film ini juga memberikan


pengetahuan bagi para penontonnya tentang ciri-ciri anak dengan
disleksia (salah satu tipe kesulitan belajar). Film ini juga memberi
pengetahuan mengenai metode pembelajaran khusus bagi anak dengan
disleksia seperti Ishaan.

4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari kajian Tindakan maka hipoteisis tindakannya sebagai


berikut

Ha: Melalui penayangan Film Tare Zameen Par dalam pembelajaran


dengan model PBL terdapat peningkatan karakter peserta didik kelas
IV SD Kusuma Bhakti Semarang.
Ho: Melalui penayangan Film Tare Zameen Par dalam pembelajaran
dengan model PBL tidak terdapat peningkatan karakter peserta didik
kelas IV SD Kusuma Bhakti Semarang.
H. Metodologi Penelitian
1. Tipe Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain


penelitian kausalitas yang disusun untuk meneliti kemunkinan adanya
hubungan sebab-akibat antar variabel, variabel bebas (independen
variabel) dan variabel terikat (dependent variabel) antara variabel Model
PBL berbasis Film Tare Zameen Par terhadap Peningkatan Nilai Karakter
Peserta Didik (Sanusi, 2017 : 14).

2. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Elemen
1) Operasional Variabel

Variabel pada penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yakni dua
variabel bebas serta satu variabel terikat. Yang menjadi variabel
bebas dalam penelitian ini adalah Model PBL berbasis Film Tare
Zameen Par, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
Nilai Karakter Peserta Didik.

2) Variabel Bebas (Independent Variable)

Sanusi (2017 : 50) berpendapat variabel bebas merupakan variabel


yang mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada
variabel lain. Variabel Independen atau variabel bebas pada penelitian
ini ialah Model PBL berbasis Film Tare Zameen Par.

3) Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang


dipengaruhi oleh variabel lain atau yang menjadi hasil karena adanya
variabel bebas. Yang menjadi variabel dependen pada penelitian ini
ialah Nilai Karakter Peserta Didik.

Tabel 3. 1 Operasional Variabel

Skala penguk
Variabel Definisi operasional Indikator
uran

Model PBL Penggunaan model 1. Penggunaan model PBL Likert


berbantu Film PBL adalah upaya dalam Penayangan Film
Tare Zameen yang dilakukan oleh Tare Zameen Par kelas
guru untuk mengetahui
pengaruh film IV SD Kusuma Bhakti
Par (X)
terhadap peningkatan Semarang.
karakter peserta didik.

Peningkatan Peningkatan Nilai 1. Nilai Karakter Peserta


Nilai Karakter Peserta Didik Didik yang muncul.
Karakter dengan adanya 2. Peningkatan Nilai Likert
Peserta Didik penayangan Film Tare Karakter pada Peserta
(Y) Zameen Par. Didik

Sumber : (Darmawan, 2019 : 110), (Prayoga & Ismiyati, 2018 : 1149),


(Priansa, 2017: 92)

b. Populasi Dan Sampel


1) Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sanusi, 2017 : 87). Populasi
dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Kusuma
Bhakti Semarang.
2) Sampel
Menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Menurut Sutrisno hadi, tidak ada ketetapan mutlak
berapa persen suatu sampel harus diambil dari populasi. Menurut
Arikunto, penentuan pengambilan sampel dilakukan sebagai
berikut:
Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan uraian
sampel di atas, sampel dalam penelitian ini adalah kurang dari 100
sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan
mengambil sampel peserta didik kelas IV SD Kusuma Bhakti
Semarang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Metode Sensus, dengan teknik sampling jenuh
(sensus), dimana semua populasi digunakan sebagai obyek
penelitian (untuk diteliti).
3. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sumber untuk
memperoleh informasi atau data. Sumber data penelitian ini peserta didik
kelas IV SD Kusuma Bhakti Semarang. Sumber data sekunder diambil dari
dokumentasi, berupa laporan kerja, jurnal, buku-buku yang relevan dengan
masalah penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut (Sanusi, 2017 : 105 ) teknik pengumpulan data adalah langkah
utama pada penelitian, oleh sebab itu mendapatkan data ialah tujuan utama
dari penelitian. Data dapat dikumpulkan menggunakan data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer ialah data yang secara langsung didapatkan oleh
pengumpulan data.
1) Interview (wawancara)
Wawancara ialah teknik pengumpulan data yang mana
peneliti memberikan pertanyaan secara lansung kepada yang
diwawancara.
2) Kuesioner (angket)
Kuesioner dapat dikatakan teknik pengumpulan data yang
efisien. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
menggunakan kuesioner, yang memberikan responden
serangkaian pernyataan atau informasi ditulis. Dalam
pengukuran, setiap responden ditanya pendapatnya tentang
pertanyaan atau pernyataan, penilaian skala dari 1 sampai 5.
Tabel 3. 2 Skala Likert
Skala Likert Kode Nilai

Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Cukup Setuju N 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber:(Siregar, 2017 : 50)

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan


kuesioner teknis yang menggunakan kuesioner memberikan
beberapa pernyataan atau informasi ditulis kepada responden.
Kuesioner dalam penelitian ini akan didistribusikan peserta didik
kelas IV SD Kusuma Bhakti Semarang, sebagai responden.

3) Observasi (pengamatan)

Observasi ialah suatu proses yang bertujuan memahami dari


sebuah kejadian. Misalnya berkaitan pada gejala alam, proses kerja
dan perilaku manusia.

b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang tidak langsung dapat diterima oleh
pengumpul data, seperti lewat orang lain ataupun dokumen lainnya.

5. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data


Analisis deskriptif dapat digunakan untuk menjabarkan data dimana
data tersebut sudah terkumpul dan dirangkum. Meliputi gambaran atau
menjabarkan karakteristik dari sebuah data tersebut (Wibowo, 2012 : 24).
Cara yang digunakan untuk menjabarkan tiap variabel yaitu melihat
kriteria tertentu yang mana mengacu kepada rata-rata skor kategori angket
yang didapat dari responden, disesuaikan pada 5 kategori skor dan
dipergunakan pada penelitian ini:
Tabel 3. 3
Rentang skala
No Rentang kategori skor Penafsiran
1 1,00-1,79 Sangat tidak baik/Sangat rendah
2 1,80-2,59 Tidak baik/Rendah
3 2,60-3,39 Cukup/Sedang
4 3,40-4,19 Baik/Tinggi
5 4,20-5,00 Sangat baik/Sangat tinggi

a. Uji Validitas

Untuk menentukan validnya suatu data penelitian perlu dilakukan


pengukuran yang sah. Aswar dalam Wibowo 2012 : 35 uji validitas
bertujuan untuk melihat seberapa mampu alat pengukur untuk mengukur
yang ingin diukur. pada uji ini bisa dilihat item pernyataan yang telah
diajukan pada kuesioner bisa untuk mengukur kondisi responden dan
melengkapi kuesioner tersebut.

Untuk mengetahui layak atau tidak item pernyataan yang dipakai


dapat dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi taraf 0,05 yang berarti
kuesioner tersebut bisa dikatakan valid (Wibowo, 2012 : 36).

Tabel 3. 4 Range validitas


Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,080 - 1,000 Sangat Kuat
0,60 - 0,799 Kuat
0,40 - 0,599 Cukup Kuat
0,20 - 0,399 Rendah
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
Sumber:(Wibowo, 2012 : 36)
Dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical package for
sosial sciences) versi 22. Menentukan nomor yang valid dan yang tidak
valid menggunakan r tabel.

Dapat diketahui kriteria:

1. Jika r hitung > r tabel (pada taraf sig 0,05) sehingga bisa
dinyatakan item kuesioner sudah valid.
2. Jika r hitung < r tabel (pada taraf sig 0,05) sehingga bisa
dinyatakan item kuesioner tidak valid.
b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan seberapa jauh suatu hasil pengukuran bisa


untuk dipercaya. Uji Alpha Cronbach digunakan untuk melihat reliabel
atau tidak suatu variabel. Untuk mengetahui semakin bisa dipercaya suatu
data variabel yaitu semakin nilai alphanya mendekati satu. (Wibowo, 2012
: 53).

Melalui hasil uji Statistic Cronbatch Alpha peneliti dapat menetukan


tingkat realibilats suatu variabel. Untuk mengetahui suatu variabel dapat
dikatakan reliabel apabila cronbacth alpha > 0,6 (Wibowo, 2012 : 53).

Tabel 3. 5 Indeks Koefisien


Reliabilitas
No Nilai Interval Kriteria
1 >0,20 Sangat rendah
2 0,20 – 0,399 Rendah
3 0,40 – 0,599 Cukup
4 0,60 – 0,799 Tinggi
5 0,80 – 1,00 Sangat tinggi
Sumber: (Wibowo, 2012 : 53)

c. Uji Normalitas
Untuk melihat nilai residual baik berdistribusi normal atau tidak
normal peneliti dapat membuktikannya melalui uji normalitas. Nilai
residual dari model regresi yang akan diuji dalam uji normalitas, bukan
variabel terikat ataupun bebas. Apabila nilai residual berdistribusi normal,
ini menandakan model regresi yang baik.

Untuk menguji uji normalitas bisa menggunakan histogram regression


residual sudah distandarkan, analisis Chi Square dan juga menggunakan
nilai Kolmogorov-Smirnov. Kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan
normal Jika: Nilai Kolmogrov – Smirnov Z < Ztabel : atau menggunakan
nilai Probability Sig (2 tailed) > a ; sig > 0,05 (Wibowo, 2012 : 62).

1) Model regresi dikatakan memenuhi asumsi normal apabila data


menyebar di sekitar garis diagonal, mengikuti arah garis diagonal
serta grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal.
2) Model regresi dikatakan tidak memenuhi asumsi normal apabila
data menyebar jauh dari garis diagonal, tidak mengikuti arah garis
diagonal serta grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal.
d. Uji Linearitas

Tujuan dilakukan uji linieritas adalah untuk mengetahui apakah


variabel bebas yang dijadikan prediktor mempunyai hubungan yang linier
atau tidak dengan variabel terikatnya. Analisis linieritas dengan
menggunakan ANOVA dalam SPSS 25. Dasar pengambilan keputusan
suatu dapat dikatakan liner jika nilai signifikan Deviation from linerity >
0,05.

e. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ditentukan dari hasil uji prasyarat


analisis. Jika uji prasayarat analisis (normalitas, linieritas) telah terpenuhi
maka pengujian hipotesis menggunakan metode statistic parametrik
Koefisien Korelasi Pearson Produk-Moment (Pearson Product-Moment
Corelation Coeficient). Teknik ini berguna untuk menyatakan ada atau
tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan yang
lainnya. Dasar pengambilan keputusan pada pengujian hipotesis yaitu:

Ho diterma dan H1 ditolak apabila Rhitung < Rtabel atau sig > 0,05
H1 diterma dan Ho ditolak apabila Rhitung > Rtabel atau sig < 0,05
DAFTAR PUSTAKA
Adah, E. N, Kurniawati, D dan Yunita. 2016. Analisis Kemampuan Kognitif
Mahasiswa Pada Konsep Asam-basa Menggunakan Tes berdasarkan
Taksonomi Bloom. Jurnal Kimia dan Pendidikan Vol.1 No 1. Banten:
Uniersitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Agus Wibowo. 2012. Pendidikan karakter: Strategi Membangun Karakter


Bangsa Berpradaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alex, Sobur. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ali Hasan. 2010. Marketing. Yogyakarta: Media Presindo

Andriana Ridho Nuryani dan Murdianto. 2019. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter


Peduli Sosial Dalam Film Animasi Upin dan Ipin (Musim Sembilan
Tajuk Kedai Makan Upin dan Ipin). Jurnal Qalamuna, Vol. 11, No. 2. P:
35-43.

Annisa, Nurul M-Wiliah, Ade-Rahmawati, Nia. 2020. Pentingnya Pendidikan


Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Zaman Serbah Digital. Jurnal
Pendidikan dan Sains.Vol 2 Nomor 1. Halaman 35-48. Universitas
Muhammadiyah Tangerang.

Cahyadi, Ani. 2019. Pengembangan Media dan Sumber Belajar Teori dan
Prosedur. Serang Baru: Laksita Indonesia.

Darmiyati Zuchdi. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan


Prakter. Yogyakarta: UNY Press.

Daryanto, dkk. 2013. Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: gava Media.

Dharma Kesuma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dr, Amiroh dan Salsabila Anita. 2019. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
Melalui Media Film Kartun Upin dan Ipin Di Desa Banyumudal
Kecamatan Moga Kapubaten Pemalang Tahun 2019. Jurnal Bashrah,
Volume Nomor 1 Edisi April.

Febriyanshari, D., & Ekowati, D. W. (2018). Analisis Nilai-Nilai Pendidikan


Karakter Dalam Pembuatan Dompet Punch Zaman Now. Jurnal
Pemikiran Dan Pengembangan SD, 88-95.

Fadillah, Muhammad & Khorida. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ghufron, Anik. 2010. Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa Pada Kegiatan


Pembelajaran. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Edisi Khusus Dies Natalis
UNY. FIP Universitas Negeri Yogyakarta

Hariyono, P. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Semarang: Mutiara Wacana.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.


Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Kemendiknas. 2019. 18 Nilai dalam Pendidikan Karakter Versi


KemendiknasdanPenjelasannya.https://www.websitependidikan.com/201
7/07/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-versi-kemendiknas-dan-
penjelasannya- lengkap.html

Mantasiah, R. 2016. Media Pembelajaran Anti Korupsi Berbasis Gender untuk


Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran Sejak di SD. Jurnal Penelitian
Pendidikan Insani, 19(2).

Mardiyah. 2017. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Pengembangan Materi Ajar


Bahasa Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar Vol 4 Nomor 2. Fakultas Usuluddin UIN Raden
Intan Lampung.

Maryono-Budiono, Hendra-Okha, Resty. 2018. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar.


Implementasi Pendidikan Karakter Mandiri di Sekolah Dasar. Jurnal
Gentala Pendidikan Dasar Vol 3 No 1. Halaman 20-38. PGSD FKIP
Universitas Jambi, Indonesia.

Miftah, M. 2013. Fungsi Dan Peran Media Pembelajaran Sebagai Upaya


Peningkatan Kemampuan Belajar Siswa. Jurnal Kwangsan Vol. 1,
Nomor 2.

Moleong, Lexy J. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Mulyasa, E. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : Bumi Aksara.

Mustari, M. 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Mustari, Mohammad. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Payuyasa, Nyoman. Kadek Hengki Primyana. 2020. Meningkatkan


MutuPendidikan Karakter Melalui Film “Sokola Rimba”. Jurnal
Penjaminan Mutu. Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017


Tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

Rachmadyanti, Putri. 2017. Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah


Dasar Melalui Kearifan Lokal. JPSD. Vol 3 No 2. Universitas Negeri
Surabaya.

Rahmayanti, Dwi R-Yarno-Hermoyo, Panji R. 2021. Pendidikan Karakter Dalam


Film Animasi Riko The Series Produksi Garis Sepuluh. Jurnal Keilmuan
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Vo l7 No 1. Universitas
Muhammadiyah Surabaya.

Ramadhani, dkk. 2019. Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Karakter
Peduli Lingkungan. Psikostudia: Jurnal Psikologi, 7(2), 61.
Sakinah, dkk. 2019. Penyuluhan Gizi Menggunakan Film Kartun Berpengaruh
Terhadap Pengetahuan Makanan Jajanan Pada Anak Usia Sekolah.
Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 111-117.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Salatiga: Esensi

Septyawan, Dony. 2018. Jurnal Analisis Film Upin dan Ipin Dalam Penanaman
Karakter Peduli Sosial. Jurnal Sinetik Vol 1 Nomor 1 edisi Juni 2018,
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi.

Subadi, Imam, 2017. Pesan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Sekolah Dalam
Serial Film Animasi Upin & Ipin Episode “IQRA”. E-Journal Ilmu
Komunikasi. 5(2): 81-95.

Sudrajat, Ajat. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan


Karakter No 1. FIS Univesitas Negeri Yogyakarta.

Sulianto, J. Dkk. 2022. Analisis Nilai Karakter Buku Dongeng Timun Mas Karya
Aryasatya Ikranegara Pada Siswa Kelas III SD Negeri Wanasari 01.
Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 8(1), 396 – 409.

Sundari, Riris Setyo. Mas A. T. I. 2019. Implementasi Pendidikan Karakter Pada


Pembelajaran Tematik Di Kelas IV Sd Negeri 01 Purworejo Sragi
Pekalongan. Seminar Pendidikan Nasional (SENDIKA), 1(1), 149-156.

Suparlan, 2010. Keutamaan Karakter Religi. Brawijaya Smart School.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja


Grafindo Persada.

Syamsul Kurniawan. 2013. Pendidikan Karakter Konsepsi dan Implementasinya


Secara Lingkungan Keluarga Sekolah, perguruan Tinggi dan Masyarakat.
Yogyakarta; Ar-Ruzz media.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Widiyarto, Sigit-Sartono, Natalia.L-Mubasyira. M. 2020. Analisis Nilai


Pendidikan Karakter dan Moral Film Koala Kumal. Jurnal Pendidikan
Vol 9 No 2. Universitas Indrprasta PGRI Jakarta.

Wijaya, Dharma. 2019. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Film Hayya. Prosiding
Seminar Nasional Bulan Bahasa (Semiba) Halaman 72-77. FKIP
Universitas Bengkulu.

Yaumi, M. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi.


Jakarta: Predana Media Group.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya


dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai