DIVESTASI PADA

PENANAMAN
MODAL ASING
Kelompok 4
 ANGGOTA KELOMPOK
Lidya Chandra Sitompul -200200245
Lucinda Lamria Rumahorbo -200200248
Malinda Helsa -200200251
Mayang Maisarah Kemit -200200252
Monika Manihuruk -200200260
M. Auliya Al- Fitrah -200200264
Neza Angelina Simanjuntak 200200276
Ovan Leo Simatupang -200200281
Muhammad Fadil- 200200265
 Pasal 1 angka 19 a Peraturan Badan
PENGERTIAN Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 5
Tahun 2019 menyebutkan bahwa, Divestasi
DIVESTASI
saham adalah jumlah saham asing yang harus
ditawarkan untuk dijual kepada peserta
Indonesia.
Kewajiban divestasi saham merupakan
DIVESTASI IALAH KEBALIKAN DARI kewajiban yang mewajibkan penanam modal
INVESTASI, YAKNI DENGAN MENJUAL asing untuk menjual sahamnya kepada pihak
BEBERAPA ASET PERUSAHAAN DENGAN KATA
LAIN PENGURANGAN ASET. BERDASARKAN Indonesia dengan jangka waktu yang telah
KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA, ditetapkan. Upaya tersebut dilakukan sebagai
DIVESTASI ADALAH PELEPASAN,
PEMBEBASAN, PENGURANGAN MODAL DENGAN
upaya untuk mengontrol kepemilikan saham
CARA PERUSAHAAN MENGADAKAN SUATU asing dalam mengelola aset dan kekayaan
TINDAKAN YAITU MENJUAL ASET
milik Indonesia.
PERUSAHAAN KEPADA PIHAK LAIN.
 TUJUAN
Alasan dilakukannya divestasi dari penanaman modal
asing kepada penanaman modal dalam negeri supaya
sumber daya alam yang ada di Indonesia pengelolaan dan
kendalinya tidak dikuasai oleh pihak asing. Karena
sumber daya alam yang ada di Indonesia memang
diperuntukkan semata-mata untuk kesejahteraan rakyat.
Pihak asing hanyalah berperan untuk mengelola karena
mereka memiliki pengetahuan dan ilmu teknologi yang
lebih maju dari Indonesia.
 1. Peraturan Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) Nomor 5 Tahun 2019 Tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan
Fasilitas Penanaman Modal
2. UU Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal
3. PP Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Perubahan

SUMBER Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor

23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

HUKUM Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

Batubara
 KASUS PT. FREEPORT
INDONESIA

KASUS PT. FREEPORT INDONESIA DIAWALI DENGAN KONTRAK

KARYA DI TAHUN 1991. YANG TIDAK DIJALANI OLEH PT.
FREEPORT TERHADAP INDONESIA, YAITU KESEPAKATAN
DIVESTASI SAHAM FREEPORT INDONESIA SEBESAR 51 PERSEN.
PT. FREEPORT YANG SEHARUSNYA MEMENUHI KONTRAK KARYA
MENGENA DIVESTASI TERSEBUT MALAH TIDAK MEMENUHINYA. HAL
INI KARENA PT. FREEPORT BISA MENEMUKAN CELAH DI
PERATURAN DI INDINESIA AGAR TIDAK MELAKUKAN DVESTASI
TERSEBUT. YANG AKHIRNYA PELEPASAN SAHAM KEPADA
PEMERINTAH INDONESIA SEBESAR 51 PERSEN BARU TERWUJUD DI
TAHUN 2027.
 a.Meningkatnya Pendapatan Negara
b.Meningkatnya Pendapatan Daerah;
c.Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat;
d.Keadilan bagi daerah Papua

ALASAN NON YURIDIS BADAN e.Mengurangi Peran Badan Hukum Asing

HUKUM ASING MELAKUKAN dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan
DIVESTASI SAHAM YANG SDA Tambang di Indonesia.
DIMILIKINYA KEPADA
PEMERINTAH INDONESIA
 KASUS DIVESTASI PT.
KALTIM PRIMA COAL
DALAM PT KPC INI, TERJADI TIGA KALI PENUNDAAN
PENGALIHAN SAHAM ASING PENUNDAAN PERTAMA TERJADI PADA
TAHUN 1995 DIMANA PT KPC SEHARUSNYA MENDIVESTASIKAN
SEBESAR 15% SAHAMNYA, NAMUN RENCANA INI TIDAK BERJALAN
KARENA PEMERINTAH MENGALIHKAN KEWENANGANNYA DARI
PERUSAHAAN NEGARA YANG BERGERAK DALAM BIDANG
PERTAMBANGAN BATUBARA (PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA
BUKIT ASAM/ PTBA) KEPADA MENTERI PERTAMBANGAN DAN
ENERGI. PENUNDAAN KEDUA TERJADI PADA TAHUN 1996, DIMANA
PENUNDAAN DIVESTASI 15% SAHAM PT KPC DITUNDA UNTUK
JANGKA WAKTU 6 BULAN. NAMUN DEMIKIAN, SETELAH JANGKA
WAKTU PENUNDAAN TERSEBUT BERAKHIR, PT RIO TINTO
INDONESIA JUSTRU MEMINTA PENUNDAAN KEMBALI PADA 6
FEBRUARI 1997 UNTUK JANGKA WAKTU SATU TAHUN. KETIGA
PENUNDAAN PROSES DIVESTASI TERSEBUT DILAKUKAN ATAS
PERSETUJUAN DIREKTUR JENDERAL PERTAMBANGAN UMUM, YANG
PADA MASA ITU DIJABAT OLEH KUNTORO MANGKUSUBROTO
MASALAH UTAMA YANG MENGHAMBAT PROSES DIVESTASI PT KALTIM PRIMA CORAL ADALAH
KETIDAKPASTIAN HUKUM DAN MASA PENYESUAIAN ATAS PENGALIHAN KEWENANGAN ATAS
PENGELOLAAN BATUBARA DARI PT.TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM, PEMERINTAH DAERAH
YANG DIMAKSUD ADALAH PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KABUPATEN KUTAI
TIMUR, MASALAH INI TIMBUL KARENA SAAT MENANDATANGANI PEMERINTAH DAERAH TIDAK
DILIBATKAN. KARENA ITU, PEMPROV KALIMANTAN TIMUR MENGAJUKAN GUGATAN TERHADAP
PT. KCP MELALUI ARBITRASE NASIONAL ICSID (INTERNATIONAL CENTRE SETTLEMENT OF
INVESTMENT DISPUTE) PADA APRIL 2006. GUGATAN INI DIDASARKAN PADA ANGGAPAN
BAHWA KEPENTINGAN DAERAH TELAH DIABAIKAN, PADAHAL BERDASARKAN KESEPAKATAN
CATATAN RAPAT KABINET TERBATAS SAN RAPAT KOORDINASI MENTERI , TELAH
DISEPAKATI BAHWA PEMPROV KALIMANTAN TIMUR JUGA AKAN DILIBATKAN DALAM
PEMBELIAN SAHAM DIVESTASI PT KCP. SEBELUM ADANYA PUTUSAN ICSID, PT. BUMI
RESOURCES MENGADAKAN SUATU PERJANJIAN DENGAN PEMPOV KALIMANTAN TIMUR, DIMANA
PT. BUMI RESOURCES AKAN MEMBERIKAN KOMPENSASI SENILAI RP. 285 M KEPADA
PEMPROV KALIMANTAN TIMUR APABILA PEMPROV BERSEDIA MENCABUT GUGATANNYA KE
ICSID PALING LAMBAT 30 HARI KERJA SETELAH PT. BUMI RESOURCES MENERIMA BUKTI
TANDA TERIMA PENCABUTAN GUGATAN. NAMUN, PEMPROV KALIMANTAN TIMUR MENGAKU
BELUM MENEIMA DANA KOMPENSASI TERSEBUT, PADAHAL TIDAK ADA KEHARUSAN PEMPROV
UNTUK MENGAJUKAN TAGIHAN TERLEBIH DAHULU.
 TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA!