Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT PENETAS TELUR

diajukan guna memenuhi tugas praktikum Manajemen Agroindustri Peternakan

Dosen Pengampu :

Fredy Eka

Oleh :

Fadiah Dienan Abdillah (D41211353)

Duwi Robi Hosnaini (D41211370)

Siti Musarrofah (D41211401

Yudhistira Ananda (D41211565)

Ainur Rahman (D41211569)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGROINDUSTRI

JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................5
1.3 Tujuan.....................................................................................................6
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari alat penetas telur ..............6
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi syarat-syarat dalam
penetasan telur ..............................................................................................6
1.3.3 Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi proses
penetasan telur ..............................................................................................6
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana perawatan atau sanitasi pada
alat penetas telur ...........................................................................................6
1.4 Manfaat ..................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSAKA ...............................................................................7
2.1 Penetasan Telur ......................................................................................7
2.2 Mesin penetas telur ................................................................................7
2.3 Sistem Penetas Telur ..............................................................................8
2.4 Penetas Telur dengan Induk ...................................................................9
BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................10
3.1 Prinsip Kerja Mesin Penetasan Telur Otomatis................................... 10
3.2 Syarat-Syarat Penetasan Telur ............................................................. 10
3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Penetasan ............................................... 13
3.4 Pemeliharaan dan Perawatan Mesin Penetas Telur ............................. 15
3.5 Kapasitas Tetas Mesin ......................................................................... 16
3.6 Jenis Telur yang ditetaskan ................................................................. 17
3.7 Pengolahan Limbah ............................................................................. 17
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Daging ayam merupakan salah satu sumber protein yang tinggi dan
banyak diminati oleh masyarakat yang bisa sampai membuat telur sulit
dicari akibat kebutuhan telur lebih tinggi dibandingkan protein yang
lainnya. Karena semakin meningkatnya populasi manusia maka kebutuhan
untuk protein bagi manusia akan semakin meningkat terutama pada bagian
daging ayam karena kita tahu kebanyakan manusia meminati daging ayam.
Akibat dari banyaknya peminatan untuk daging ayam, maka perkembangan
ayam tidak seimbang dengan kebutuhan manusia jika perkembangan ayam
dilakukan dengan yang alami. Untuk perkembangan ayam yang alami itu
kita ketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan ayam
untuk melakukan sebuah penetasan telur baik itu dari segi bibit telur, dari
segi pengeraman telur, dari segi suhu yang diterima oleh telur dan juga cara
induk memeramkan telur tersebut.
Dari masalah tersebut maka timbulah sebuah solusi untuk mengatasi
nya yaitu dengan menciptakan alat penetas telur yang dapat membantu
menambah perkembangan ayam tanpa melakukan sebuah pengeraman dari
induk ayam. Pada bagian tempat penetas telur di lakukan sebuah pemilihan
bahan yang bagus dengan bahan berkualitas baik dan cocok untuk
pengeraman telur yang bisa melindungi telur dari air, melindungi telur dari
binatang-binatang lainnya. Pada awalnya mesin penetas telur ini adalah
sebuah alat yang sederhana yang menggunakan sebuah lampu yang biasa
digunakan yang dapat memeramkan telur tersebut dengan suhu yang
dibutuhkan oleh telur dan kegiatan melakukan pengeraman telur ini telah
dilakukan oleh para peternak yang masih dalam ukuran kecil, akan tetapi
seiring berjalannya zaman, maka alat penetas telur tersebut juga sudah
semakin maju. (Sugita, Wayan, dkk. 2019)
Alat penetas telur biasa pada umumnya hanya memperhatikan
pengaturan pada suhunya saja sedangkan untuk penetas telur kelembapan
udara juga sangat penting bagi perkembangan daya penetasan yang
dihasilkan. Untuk kelembapan yang dihasilkan oleh alat penetas telur
tersebut dihasilkan dari bagian bak air yang berfungsi memberikan sebuah
kelembapan udara pada telur tersebut. Selain dari suhu dan kelembapan
udara, yang harus diperhatikan untuk alat mesin penetas telur yaitu alat
pemutar pada rak telur tersebut, jika menggunakan manual yaitu pemutar
telur menggunakan tangan besar kemungkinan tangan akan merasakan
panas dan akan lupa untuk membalikkan telur tersebut, oleh karena itu pada
alat penetas telur diberikan sebuah mesin pemutar rak otomatis supaya telur
tersebut dalam membalik ketika sudah mengalami panas yang dibutuhkan,
pembalikan telur dilakukan sebanyak 2 atau lebih dalam satu hari.

Kontrol suhu, kelembapan dan pemutaran telur merupakan hal yang


sangat penting dalam membuat mesin penetas telur, tetapi ada hal yang
harus diperhatikan juga sepertisuhu dan kelemabapan dalam mesin tetas
yang harus terus dimonitoring secara terus menerus sehingga tidak terjadi
hal yang dapat menyebabkan embrio telur tidak dapat berkembang. sumber
energi listrik atau daya listrik dari mesin penetas juga harus diperhatikan,
seringkali proses penetasan telur gagal karena matinya sumber listrik utama
(PLN) sehingga menyebabkan sistem pemanas tidak dapat bekerja. Jika
telur terlalu lama tidak dalam suhu tetasnya bisa menyebabkan embrio telur
gagal berkembang atau mati. Menurut Prakoso, dkk. (2012) tentang
pengaruh lama pemadaman sumber pemanas mesin tetas dikatakan bahwa
lama pemadaman sumber pemanas berpengaruh nyata terhadap lama waktu
telur menetas dan menaikan presentase kematian embrio telur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan alat penetas telur ?
2. Apa saja syarat-syarat dalam penetasan telur?
3. Faktor apa sajayang mempengaruhi proses penetasan telur?
4. Bagaimana system perawatan atau sanitasi pada alat penetas telur ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari alat penetas telur
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi syarat-syarat dalam penetasan
telur
1.3.3 Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi proses penetasan
telur
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana perawatan atau sanitasi pada alat penetas
telur

1.4 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah :

1.4.1 Sebagai pemenuhan tugas laporan praktikum alat penetas telur.


1.4.2 Meningkatkan presentase keberhasilan dalam proses penetasan telur
1.4.3 Bagi Penulis, sebagai latihan berpikir dalam penulisan karya ilmiah agar
dapat memecahkan masalah secara kritis dan logis, serta mendapatkan
pengetahuan mengenai alat penetas telur secara otomatis.
1.4.4 Bagi Pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan tentang alat penetas
secara otomatis.
1.4.5 Dapat membantu masyarakat khususnya peternak unggas dalam menaikan
produktifitas penetaskan telur dengan cara yang praktis dan efisien
dibanding dengan cara konvensional sehingga dapat memperoleh
keuntungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetasan Telur

Penetasan telur merupakan upaya unggas dalam mempertahankan


populasinya yaitu dengan bertelur. Telur tersebut kemudian ditetaskan, baik secara
alami maupun buatan hingga melahirkan individu baru (Paimin, 2011). Penetasan
merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah dan
menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam
atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas. Telur yang digunakan
adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh
sperma, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam
petelur komersil (Suprijatna, dkk. 2005).

2.2 Mesin penetas telur

Mesin penetas telur merupakan sebuah alat yang membantu proses


penetasan telur. Kemampuan dalam alat ini yaitu melakukan sebuah pengeraman
telur 19 tanpa melibatkan induk ayam secara langsung melainkan dengan
menggunakan sebuah lampu pijar yang memiliki energi cahaya sebesar di bawah
30 watt dalam menetaskan beberapa telur. Dalam rangkaian alat penetas telur ini
juga membutuhkan sebuah motor penggerak rak telur secara otomatis yang bisa
memutar atau membalikkan telur supaya telur tidak rapuh sebelah akibat suhu yang
diterimanya. Untuk mengetahui besar kecilnya suhu yang diperoleh pada alat
penetas telur tersebut dengan menggunakan Thermometer dan Thermostat.

Upaya dalam mempertahankan populasi unggas dengan melakukan


penetasan telur dengan baik maka keberhasilan penetas telur ini dilakukan dengan
alat penetas telur harus diperhatikan beberapa perlakuan untuk mendapatkan hasil
yang baik yaitu:

1. Posisi penempatan telur dilakukan dengan baik pada tempat penetasan.


2. Untuk suhu (panas) yang digunakan harus selalu diperhatikan
3. Tempat telur (rak) harus dilakukan pemutaran sebanyak lebih dari 3 kali
dalam satu hari
4. Kelembapan pada telur juga harus diperhatikan (Nojeng, Syarifuddin, dkk.
2019)

Menurut Paimin (2011) berdasarkan cara pengoprasianya dalam proses pembalikan


telur, mesin tetas dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Mesin Tetas Manual


Mesin tetas manual dalam proses pembalikan telurnya masih dilakukan
dengan tangan atau secara manual. Ruangan inkubator dibuka, lalu satu
persatu
2. Mesin Tetas Semiotomatis

Mesin tetas semiotomatis dilengkapi dengan semacam tuas pemutar diluar


mesin penetas. Proses pembalikan telur tidak perlu membuka ruangan
inkubator atau cukup dengan memutar tuas. Rak telur biasanya didesain
sedemikian rupa agar saat diputar, telur tidak terjatuh. Cara ini relatif lebih
baik dibandingkan dengan cara manual.

3. Mesin Tetas Otomatis

Mesin tetas otomatis dilengkapi dengan timer dan didesain agar telur-telur
dapat diputar secara otomatis berdasarkan timer yang sudah diatur
sebelumnya. Mesin tetas model ini akan mengurangi tenaga manusia secara
signifikan dalam proses pembalikan telur.

2.3 Sistem Penetasan Telur

Itik atau bebek merupakan hewan unggas yang sudah cukup populer di
Masyarakat. Produk unggas cenderung lebih populer di kalangan masyarakat
dibandingkan dengan daging sapi karena harganya lebih terjangkau, terutama telur.
Usaha penetasan telur itik atau bebek merupakan kegiatan yang sudah dilakukan
peternak sejak bertahun-tahun. Akan tetapi pola penetasan peternakan masih
menggunakan cara alami dengan memanfaatkan ayam atau entok sebagai sarana
penetasan. Penetasan telur secara alami mudah dilakukan karena pengeraman telur
sepenuhnya dilakukan oleh induknya sehingga tidak memerlukan pengetahuan
khusus dan peralatan khusus. Kekurangan dari penetasan alami diantaranya adalah
kapasitasnya kecil, selama mengerami telurnya tidak berproduksi telur serta
memudahkan penularan penyakit dari induk kepada yang baru menetas. Tujuan
penetasan dengan mesin tetas adalah untuk menetaskan telur tetas dalam jumlah
banyak pada waktu yang sama sesuai dengan waktu dan rencana yang dikehendaki.
Alat penetasan buatan dikenal dengan mesin tetas. Dari semua tahap-tahap
penetasan telur ada 5 poin utama yang harus diperhatikan pada alat penetas telur,
yaitu : suhu (temperatur), kelembaban udara (Humidity), ventilasi (Ventilation),
pemutaran telur (Egg Turning), kebersihan (Cleanliness).

2.4 Penetasan Telur dengan induk

Menetaskan telur dengan induk umumya disebut pengeraman atau


penetasan secara alami. Penetasan dengan induk merupakan cara yang paling
sederhana dalam menetaskan telur. Proses penetasan secara alami ini dapat berjalan
bila tersedia tempat penetasan telur yang kelak akan menghasilkan individu baru.
Tempat penetasan secara alami ini biasanya disebut sarang atau sangkar. Secara
alami, sarang akan diletakan induknya ditempat yang tenang, agak gelap, dan bebas
dari gangguan. Jumlah telur yang bisa ditetsaskan oleh induk terbatas biasanya
induk ayam hanya dapat mengerami 10 – 15 butir telur (Paimin, 2011).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prinsip Kerja Mesin Penetasan Telur Otomatis

Prinsip kerja mesin penetas telur ini menggantikan fungsi indukan ayam
dalam mengerami telur. Mesin penetas telur yang diciptakan ini berfungsi untuk
mengurangi tingkat kematian tetasan telur ayam. Mendapatkan ayam berumur satu
hari dapat dilakukan dengan inkubasi alami dengan ayam betina yang sedang
mengeram atau secara artifisial di dalam inkubator. Selama inkubasi buatan,
kesuburan dan daya tetas merupakan indikator terpenting yang harus dikontrol,
karena mempengaruhi pasokan ayam ke peternakan (Abd El-Hack, dkk, 2019A).

Agar hemat energi, suhu dalam ruang penetas diisolasi menggunakan


aluminum foil sehingga tidak sering menyalakan lampu. Temperatur kerja pada
mesin penetas telur menggunakan temperatur 38-39°C yang agak sedikiti lebih
tinggi suhu nya dibandingkan dengan suhu 37,8°C pada saat awal umur penetasan
dan semakin berkurang suhu nya unutk menjadi keseibangan panas dan lembab
(Salamon, 2020). Temperatur terbaik untuk penetasan telur juga diteliti oleh
Suprapto (2010) bahwa temperatur berkisar diantara 38-40°C dan embrio akan
berkembang bila temperatur udara di sekitar telur minimal 21,11° C.

3.2 Syarat-Syarat Penetasan Telur

Adapun syarat-syarat dalam penetasan telur yaitu:

a. Suhu dan Perkembangan Embrio


Embrio adalah suatu bibit yang dapat cepat melakukan
perkembangan yang baik ketika pada tempat dan suhu yang tepat pada
kebutuhan telur akan tetapi jika suhunya tidak sesuai dengan suhu yang
dibutuhkan maka embrio pada telur tersebut tidak dapat berkembang dengan
baik. Suhu untuk melakukan sebuah penetasan setiap unggas itu berbeda-
beda dimana untuk telur ayam suhu yang dibutuhkan yaitu antara 38° - 39,5°
C. Untuk itu sebelum dilakukan penetasan pada telur alangkah baiknya suhu
ruangan diukur dulu terlebih dahulu.
b. Bola lampu pijar
Lampu pijar adalah salah satu sumber energi cahaya yang di aliri
oleh energi listrik dimana berfungsi sebagai sumber cahaya dan dapat
sebagai sumber pemanasan telur. Pada lampu pijar yang dipergunakan yaitu
sesuai dengan warna yang dipergunakan maka suhu nya juga akan
berpengaruh.
c. Kelembapan
Bukan hanya suhu yang diperhatikan dalam alat penetas telur, pada
alat penetas telur juga harus memiliki kelembapan udara yang dapat
membantu perkembangan telur tersebut. Besar kelembapan yang diterima
oleh setiap telur itu tidak sama, tidak semua telur menerima suhu dan
kelembapan yang sama. Untuk kelembapan pada telur unggas yang diterima
yaitu sekitar 50% ke atas dan ketika pada saat ingin menetas kelembapan
yang diterima di atas 60%.
d. Rak Telur

Rak telur adalah suatu alat tambahan pada alat penetas telur yang
berfungsi sebagai tempat telur untuk diperamkan/dipanaskan. Untuk yang
biasa digunakan dalam mesin penetas telur yaitu disambungkan dengan
mobil penggerak rak telur yang dapat menggerakkan rak telur secara
otomatis.
e. Thermostat
Thermostat adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pengatur suhu
secara otomatis yang dipergunakan dalam mesin penetas telur.
f. Termometer
Termometer adalah suatu alat yang berguna untuk menentukan nilai
suhu pada ruangan. Untuk alat penetas telur ini, termometer yang
dipergunakan yaitu termometer yang analog yang terbuat dari papan. Yang
membedakan termometer ini dari termometer yang lain yaitu dengan
memiliki skala termometer yaitu antara - 50°C sampai 50°C.
g. Hygrometer
Hygrometer merupakan suatu alat yang menunjukkan suatu tingkat
kelembapan pada suatu ruangan. Untuk alat penetas telur ini dipergunakan
Hygrometer supaya diketahui kelembapan yang dimiliki oleh telur tersebut.
(Nojeng, Syarifuddin, dkk. 2019).
h. Ventilasi
Dalam perkembangan normal, embrio membutuhkan oksigen (O2)
dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui pori-pori kerabang telur.
Untuk itu, dalam pembuatan alat mesin penetas harus diperhatikan cukup
tidaknya oksigen yang ada dalam ruangan penetasan, jika kekurangan
oksigen dalam ruang penetasan dikhawatirkan embrio gagal berkembang,
Kebutuhan oksigen ini diperoleh melalui lubang ventilasi (Paimin, 2011).
Pengaturan ventilasi bertujuan untuk mengatur sirkulasi udara dengan
mengeluarkan gas karbondioksida yang timbul selama proses penetasan dan
menggantinya dengan oksigen bersih. Ventilasi yang tidak baik
menyebabkan penumpukan karbondioksida sehingga berbahaya bagi
pertumbuhan embrio (Cahyono, 2011).
3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Penetasan

Pada penetasan telur ada juga faktor-faktor yang akan mempengaruhi telur
tersebut tidak jadi. Adapun faktor yang 20 mempengaruhi pengeraman pada telur
ketika masa pengeraman atau pemanasan telur yaitu :

1. Panas
Panas merupakan sumber utama pada penetasan telur. Sumber panas
didapat dari energi cahaya yang diperoleh dari bola lampu yang digunakan,
pada pemakaian lampu pijar, harus memperhatikan situasi kegunaan dari
lampu tersebut apakah masih layak atau tidak dipergunakan dan panas yang
dibutuhkan dalam proses pengeraman telur tersebut 102°F (39°C).
2. Air

Air berfungsi sebagai sumber dari kelembapan ruangan pada mesin


penetasan telur yang dimana keadaan telur tidak boleh terlalu panas maka
dilakukan pembuatan kelembapan pada telur dengan memberikan air
sebagai sumber kelembapan dan yang dibutuhkan ketika pada umur 1 hari
ke 20 hari yaitu sekitar di bawah 70%, sedangkan untuk di hari 21 sampai
pada penetasan yang dibutuhkan kelembapannya sebesar di atas 70%.
3. Peletakan dan Pemutaran Rak Telur
Menurut Kholis dan Sarwono (2013) pemutaran telur bertujuan
untuk meratakan panas yang diterima telur selama berada di mesin tetas.
Selain itu, pemutaran berfungsi untuk mencegah agar embrio tidak lengket
pada sisi kerabang. Bila telur tidak diputar dari posisinya, kuning telur akan
terdorong ke salah satu sisi atas dan melekat ke kerabang telur. Akibatnya,
embrio mati. Pemutaran telur dilakukan tiga kali sehari Pagi jam 07.00,
Siang jam 12.00 Sore jam 16.00. Waktu pemutaran telur dimulai pada hari
ke-4 hingga hari ke-19. Pada hari ke 20 telur ayam sudah tidak dibolak-balik
(didiamkan). Setiap kali pemutaran hanya dilakukan selama beberapa
menit. Jangan sekali-kali memutar telur dengan pola lingkaran, yaitu bagian
telur yang tumpul diputar hingga berada di bagian bawah. Hal ini
menyebabkan, kantong udara dapat pecah dan embrio dapat mati.
Pemutaran Rak Telur Pemutaran rak telur berfungsi untuk
membantu memutarkan rak telur yang dimana bertujuan supaya telur tidak
mengalami panas sebagian. Pemutaran rak telur harus dilakukan dengan
teratur yaitu dengan 3 kali atau lebih dalam sehari. (Asmoro, Eddi Indro.
2021)
4. Kebersihan Telur Tetas
Telur-telur yang akan ditetaskan hendaknya dalam keadaan bersih.
Pastikan telur berasal dari indukan yang sudah dikawin. Telur yang kotor
dan terkontaminasi bakteri dapat mengakibatkan telur membusuk dan
meledak di dalam mesin tetas. Kebersihan telur tetas dapat dilihat dari
keadaan luar kerabang telur (Kholis dan Sarwono, 2013).
5. Fertilitas Telur
Fertilitas adalah persentase telur-telur yang bertunas atau dibuahi
dari sejumlah telur yang dieramkan, presentase fertilitas dilihat tanpa
memperhatikan apakah telur-telur tersebut menetas atau tidak (Nafiu, dkk.,
2014). Telur infertil atau telur tanpa pembuahan disebabkan karena tidak
terjadinya perkawinan antara ayam betina dengan ayam pejantan dan jenis
telur ini tidak mungkin bisa menetas. Untuk itu telur yang ditetaskan harus
telur yang fertil (Hartanto, 2016). Menurut Hartanto (2016) ciri-ciri telur
tetas yang fertil atau dibuahi oleh pejantan hanya dapat dilihat dengan cara
peneropongan setelah telur berada dalam mesin tetas beberapa hari.
6. Peneropongan Telur
Perbedaan telur fertil (mengandung embrio) dan infertil (tidak
mengandung embrio) baru bisa dilihat setelah tiga hari telur dimasukan ke
dalam mesin tetas. Untuk melihatnya bisa digunakan alat peneropong
sederhana yang dibuat sendiri dengan lampu pijar. Pada telur yang fertil
akan tampak pebuluh darah yang menyebar seperti jala. Sementara itu,
pembuluh darah pada telur infertil hanya bebrbentuk garis, bahkan kadang-
kadang tidak ditemukan pembuluh darah sama sekali (steril). Telur yang
fertil bisa dimasukan kembali ke mesin tetas (Iswanto, 2005).
7. Waktu Penetasan Telur
Waktu Penetasan Telur Menurut Paimin (2011) penetasan telur
ayam biasanya diperlukan waktu sekitar 21 hari untuk menetas, pembagian
waktu dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Hari ke-1 memasukan telur dalam alat penetas.
2. Hari ke-2 membiarkan telur tetap di dalam bok tanpa perlakuan.
3. Hari ke-3 mulai melakukan pembalikan telur setelah telur berada dalam
bok selama 48 jam, pembalikan dilakukan 3 kali atau lebih dalam 1 hari.
4. Hari ke-4 sampai hari ke-18 telur masih tetap di beri pembalikan. (pada
hari ke 7, 13 dan hari ke-17 dilakukan peneropongan guna menyeleksi
telur yang baik dan yang buruk).
5. Hari ke-19 tidak lagi dilakukan pembalikan dan telur sedikit dibasuhi
atau disemprotkan air pada permukaan cangkangnya agar cangkang
menjadi lunak ini dilakukan sampai telur mulai menetas.
6. Hari ke-20 sampai hari ke-22 telur sudah menetas dan anak tetas segera
dipindahkan ke wadah lain.

3.4 Pemeliharaan dan Perawatan Mesin Penetas Telur

Pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjaga sistem


agar tetap berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Pemeliharaan disini salah
satunya yaitu melakukan perawatan pada komponen mesin dengan cara
membersihkannya dari debu dan kotoran, mengecek dan mengganti kabel-kabel
yang sudah tidak layak pakai atau rusak. Apabila hal itu tidak dilakukan maka akan
mengganggu kinerja sistem, seperti terjadinya korsleting listrik yang dapat
menyebabkan kebakaran.

Saat proses penetasan selesai, biasanya sisa dari hasil tetasan masih berada
didalam mesin penetas. Oleh karena itu, perawatan diperlukan agar mesin tetas
bersih dari ancaman bakteri yang disebabkan oleh kotornya mesin tetas. Perawatan
ini juga bermanfaat agar tetap berfungsi dengan baik meskipun cukup sering
digunakan.

Langkah perawatan mesin penetas telur adalah sebagai berikut

1. Saat proses penetasan tidak lupa rak dan tempat air dibersihkan, biasanya
disini akan tersisa cangkang-cangkang telur yang berhasil menjadi bibit
unggas

2. Angkat rak tempat air kemudian cuci dengan sabun agar bakteri yang
menempel menjadi hilang

3. Semprot menggunakan cairan antibakteri kemudian jemur sampai kering

4. Tidak lupa komponen lain dapat dibersihkan dengan cara di lap saja

3.5 Kapasitas Tetas Mesin

Kapasitas mesin penetas adalah 5000 butir telur. Kelengkapan di dalam


inkubator dapat mencapai yang mengontrol pemanas, kipas sirkulasi udara dan
mekanisme memutar baki, melalui relai. Kondisi inkubator yang berlaku (suhu
dan kelembaban). Pada penetasan ini sekali proses penetasan dengan kapasitas
5000 butir telur dengan lama waktu penetasan yaitu 21 hari
3.6 Jenis Telur yang ditetaskan

Pada proses penetasan telur indukan yang digunakan yaitu Ayam pejantan
berjenis ayam Bangkok dan layer betina. Proses kawin dilakukan dengan
metode koloni.

3.7 Pengolahan Limbah

Limbah kulit telur hasil penetasan biasanya digunakan sebagai pakan ayam
dewasa yang ada di peternakan Politeknik Negeri Jember dan ada petugas
khusus yang mengambil limbah sisa kulit telur tersebut.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Mesin penetas telur merupakan sebuah alat yang membantu proses
penetasan telur. Kemampuan dalam alat ini yaitu melakukan sebuah
pengeraman telur tanpa melibatkan induk ayam secara langsung melainkan
dengan menggunakan sebuah lampu pijar.
4.1.2 Adapun syarat-syarat dalam penetasan telur yaitu, Suhu dan Perkembangan
Embrio, Bola lampu pijar, Kelembapan, Rak Telur, Thermostat,
Termometer, Hygrometer, Ventilasi
4.1.3 Pada penetasan telur ada juga faktor-faktor yang akan mempengaruhi telur
tersebut tidak jadi. Faktor yang mempengaruhi pengeraman pada telur
ketika masa pengeraman atau pemanasan telur yaitu. Air, panas, peletakkan
dan pemutaran telur, kebersihan telur, fertilasi, peneropongan telur dan
waktu penetasan
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro, Eddi Indro. 2021. Pengembangan Mesin Penetas Telur Menggunakan


Pemberantasan Panas Buatan. Jurnal Dinamika Teknik. Vol. IV, No 1

Indrawati, E., Saili, T., & Rahadi, S. (2015). Fertilitas,Daya Hidup Embrio, Daya
Tetas dan Bobot Tetas Telur Ayam Ras Hasil Inseminasi Buatan Dengan
Ayam Tolaki. JITRO VOL.1 No.3, 10-18.

Nafiu, L. O., Rusdin, M., & Aku, A. S. (2014). Daya Tetas dan Lama Menetas Telur
Ayam Tolaki Pada Mesin Tetas Dengan Sumber Panas yang Berbeda.
JITRO VOL.1 NO.1, 35

Nojeng, Syarifuddin, dkk. 2019. Desain Mesin Penetas Telur Hemat Energi Untuk
Kelompok UKM. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia.
Hal. 10-13.

Sugita, Wayan, dkk. 2019. Rancang Bangun Mesin Penetas Telur Tenaga Hybrid.
Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ. Edisi Terbit I. Hal. 30-36.

Wicaksono, Heas Priyo. 2018. Pembuatan Mesin Penetas Telur Otomatis. Skiripsi
Pendidikan Vokasional Teknik Elektronika, Universitas Negeri Jakarta

https://hobiternak.com/tips-perawatan-alat-penetas-telur-agar-tidak-rusak/
(diakses pada 09 September 2023)

Anda mungkin juga menyukai