Anda di halaman 1dari 2

Jangan Mudah Putus Asa, Nak!

Di sebuah perumahan Bunga Permai Indah, tinggalah sebuah keluarga kecil dengan rumah tidak
terlalu besar dan sederhana. Malam itu ketika aku sedang belajar aku mendengar suara bising
dari luar kamarku. Aku yang awal mendengarkan lagu spontan mengecilkan volume lagu, dan
benar saja orang tua ku sedang berdebat. Aku tidak tau pasti apa yang mereka debatkan. Perlahan
aku berjalan ke arah pintu dan menguping perdebatan itu dari balik pintu. "Mas Ari! bagaimana
bisa gajimu tidak ada?! Kamu habiskan uang gaji mu lagi? Sudah hampir 3 bulan kamu tidak
memberiku uang bulanan, mau makan apa kita besok?" Kata ibuku dengan nada emosi.
Ayahku menjawab "Lea, istriku, memang benar 3 bulan ini aku tidak memberimu uang bulanan,
maaf soal itu, ayah juga bingung pekerjaan ayah itu tidak karuan sekarang, tolong pengertian nya
sedikit padaku. Aku ingin mengundurkan diri dari perusahaan dan mencari kerja lain"
Ibu ku kembali menjawab "Kamu saja tidak mau memberitahu ku apa permasalahan nya,
bagaimana bisa aku mengerti padamu, mas? Bahkan kamu sama sekali tidak memikirkan
keluarga kita cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup".

Oh ternyata masalah ekonomi, aku kembali ke meja belajarku dan memutar lagu kembali dengan
maksud agar tidak mendengar pertengkaran yang dapat mengganggu belajarku. Tetapi tetap saja
kata-kata itu terus berlari di pikiran ku. Aku merenung sembari bertanya pada diri sendiri
"Sebentar lagi aku akan lulus sekolah, aku ingin sekali melanjutkan pendidikan ku dengan
berkuliah di Universitas Brawijaya, Universitas impian ku. Tapi…untuk masalah biaya
sepertinya mustahil, apa aku tidak usah kuliah, ya?".
Tak terasa aku merenung selama 1 jam, akhirnya aku membersihkan meja belajarku dan
bergegas tidur.

Ke esokan harinya, saat tiba disekolah aku baru ingat ada ulangan harian Biologi di jam pertama
dan aku tidak sempat belajar karena banyak memikirkan masalah malam itu. Singkat cerita aku
mendapatkan nilai dibawah rata-rata. Sepulang sekolah aku berniat memberitahu ibu tentang hal
semalam yang aku pikirkan. Sampai rumah ketika hendak membuka pintu, klekkk…ibu terlebih
dahulu membuka pintu, tak lupa aku salam kepadanya. Tiba-tiba ibu mengambil kertas ulangan
yang berada di tanganku. Ibu bertanya "Mengapa nilai mu turun? tidak biasanya kamu mendapat
nilai 40" aku menjawab "Maaf bu, aku tidak belajar semalam karena aku memikirkan ayah dan
ibu bertengkar semalam. Dan setelah dipikir kan lagi, setelah lulus SMA, aku mencari kerja saja
bu, aku tidak mau kuliah". Ibu kaget mendengar perkataan ku yang berbeda, yang semula aku
ingin kuliah menjadi tidak mau atau mengurungkan niat tidak berkuliah. Jelas saja wajah ibu
terlihat kecewa padaku, ibu kembali berbicara padaku. "Arle, ibu tidak marah dengan opini yang
kamu buat, tapi perlu dibicarakan bersama ayah dan ibu, ya". Aku mengiyakan omongan ibu.
Malam tiba ayah memanggil ku untuk segera ke ruang keluarga, di sana sudah ada ibu yang
duduk di sebelah ayah. Ayah memulai topik "Arle, ibu sudah menceritakan semua yang kamu
bicarakan tadi sore pada ibu mu, pertama maaf kan ayah dan ibu berdebat kemarin malam yang
berakibat nilai mu jelek, karena membuat kamu tidak fokus belajar dan memikirkan hal-hal yang
seharusnya tidak kamu pikirkan ayah jadi menyesal. Nak...jangan ubah rencana mu yang ingin
sukses dan bangga kan orang tua mu, perjalanan hidup mu masih panjang. Uang bukan
penghalang kamu untuk tidak bisa kuliah, ayah akan selalu bekerja keras mencari uang demi
masa depanmu". Aku mengangguk menandakan setuju dengan hal itu. Ibu bertanya kepada ayah
"Terus bagaimana dengan pekerjaan mu mas? Kita makan saja masih mikir mau makan apa"
Ayah menjawab pembicaraan ibu "Oh ya ayah dapat kabar baik, bos perusahaan sudah di ganti
dengan bos baru dan uang gaji ayah akhirnya keluar, alhamdulillah ayah tidak jadi berhenti di
perusahaan itu".
Kemudian ibu berkata "Alhamdulilah mas, aku jadi tidak khawatir lagi, dan aku minta maaf
sudah emosi ke kamu yang berakibat pertengkaran" ayah menjawab "Istri ku, saya yang salah di
sini, ayah minta maaf ke kalian semua sudah membuat beban ke kalian" Aku langsung mengelak
"Ah apa sih ayah, justru aku yang beban di sini, ayah itu hebat, dan ibu si paling pengertian"
Ibu membalas pembicaraan ku lagi "Tidak kok! anak ibu tidak menjadi beban, semua yang ada
di sini punya peran masing-masing, intinya ibu sayang kalian semua. Oh ya nak jangan putus asa
ketika dihadapkan suatu masalah, sungguh Allah sedang menguji kita, Allah tidak akan menguji
hamba Nya bila mana hamba Nya tidak sanggup atas ujian tersebut".
Aku yang semula agak lemas menjadi bersemangat dan meminta maaf atas apa yang sudah aku
bicarakan. Akan aku pegang nasihat ibu. Kini keluarga kecilku menjadi bahagia dan damai
seperti semula.

Anda mungkin juga menyukai