Uji Stasioneritas - Kelompok 2
Uji Stasioneritas - Kelompok 2
Nama Anggota:
1. PERTUMBUHAN EKONOMI
A. Model Augmented Dickey-Fuller (ADF) model dengan Trend dan Intercept Level
Hipotesis H 0 : ρ=1
D. Model Augmented Dickey-Fuller (ADF) model dengan Trend dan Intercept First
Difference
Hipotesis H 0 : ρ=1
G. Model Augmented Dickey-Fuller (ADF) model dengan Trend dan Intercept Second
Difference
Hipotesis H 0 : ρ=1
Setelah melalui pemodelan level, difference pertama, dan difference kedua didapatkan
hasil bahwa data GDPG Indonesia stasioner dan tidak terdapat trend deterministik,
tetapi masih terdapat trend stokastik padahal sudah dilakukan diferensiasi hingga ke
difference kedua sehingga data series pertumbuhan ekonomi atau GDPG di
Indonesia pada difference kedua masih bersifat stasioner lemah.
KURS
Visualisasi
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa data series kurs mengalami peningkatan seiring
dengan waktu atau terdapat tren meningkat. Hal ini mengindikasikan data series kurs tidak
stasioner. Visualisasi ini akan diperkuat hasilnya dengan melakukan pengujian secara formal
dengan Metode Augmented Dicky Fuller Model 3.
Pengujian Pada Tingkat Level
Persamaan
Kurs t=−582,385−0,208 D Kurst −1 +69,888 t
Uji Unit Root
Hipotesis
H 0 :γ =0 (data series kurs mengandung unit root atau data series kurs tidak stasioner)
H 1 : γ > 0 (data series kurs tidak mengandung unit root atau data series kurs stasioner))
Tingkat Signifikansi
α =0 , 05
Wilayah Kritis
Jika p−value<α , maka tolak H0
Jika p−value ≥ α , maka gagal tolak H0
Hasil Pengujian
Tingkat Signifikansi
α =0 , 05
Wilayah Kritis
Jika p−value<α , maka tolak H0
Jika p−value ≥ α , maka gagal tolak H0
Hasil Pengujian
Tingkat Signifikansi
α =0 , 05
Wilayah Kritis
Jika p−value<α , maka tolak H0
Jika p−value ≥ α , maka gagal tolak H0
Hasil Pengujian
Tingkat Signifikansi
α =0 , 05
Wilayah Kritis
Jika p−value<α , maka tolak H0
Jika p−value ≥ α , maka gagal tolak H0
Hasil Pengujian
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai p-value adalah sebesar 0,314.
Keputusan
Karena p−value<0 , 05 , maka keputusan yang diambil adalah gagal tolak H0.
Interpretasi
Pada tingkat signifikansi 5%, dari sejumlah sampel yang digunakan belum dapat
menunjukkan bahwa data series kurs mengandung tren deterministik.
Pengujian Pada Tingkat 2nd Difference
Persamaan
DDDKurst =46,918−2,346 D Kurst −1 +0,524 DD Kurst −1−1,326 t
H 1 : γ > 0 (data series kurs tidak mengandung unit root atau data series kurs stasioner))
Tingkat Signifikansi
α =0 , 05
Wilayah Kritis
Jika p−value<α , maka tolak H0
Jika p−value ≥ α , maka gagal tolak H0
Hasil Pengujian
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai p-value adalah sebesar 0,000.
Keputusan
Karena p−value>0 , 05 , maka keputusan yang diambil adalah tolak H0.
Interpretasi
Pada tingkat signifikansi 5%, dari sejumlah sampel yang digunakan sudah dapat
menunjukkan bahwa data series kurs tidak mengandung unit root atau data series kurs
stasioner.
Uji Parsial (Tren Stokastik)
Hipotesis
H 0 :γ =0 (data series kurs tidak mengandung tren stokastik)
Tingkat Signifikansi
α =0 , 05
Wilayah Kritis
Jika p−value<α , maka tolak H0
Jika p−value ≥ α , maka gagal tolak H0
Hasil Pengujian
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai p-value adalah sebesar 0,000.
Keputusan
Karena p−value<0 , 05 , maka keputusan yang diambil adalah tolak H0.
Interpretasi
Pada tingkat signifikansi 5%, dari sejumlah sampel yang digunakan sudah dapat
menunjukkan bahwa data series kurs mengandung tren stokastik.
Uji Parsial (Tren Deterministik)
Hipotesis
H 0 : β=0 (data series kurs tidak mengandung tren deterministik)
Tingkat Signifikansi
α =0 , 05
Wilayah Kritis
Jika p−value<α , maka tolak H0
Jika p−value ≥ α , maka gagal tolak H0
Hasil Pengujian
Berdasarkan output di atas, diperoleh nilai p-value adalah sebesar 0,914.
Keputusan
Karena p−value<0 , 05 , maka keputusan yang diambil adalah gagal tolak H0.
Interpretasi
Pada tingkat signifikansi 5%, dari sejumlah sampel yang digunakan belum dapat
menunjukkan bahwa data series kurs mengandung tren deterministik.
Kesimpulan
Setelah dilakukan 2nd Difference, data series kurs sudah stasioner dan tidak memiliki tren
deterministik. Namun, data series kurs masih mengandung tren stokastik. Dengan ini, dapat
dikatakan bahwa data series kurs termasuk stasioner lemah.
Berdasarkan Grafik 2. Tampak bahwa nilai autokorelasi menurun secara lamban. Ini
merupakan pola untuk data yang tidak stasioner (non stasioner). selanjutnya akan
dilakukan pengujian stasioner menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF)
dengan model lengkap.
Berdasarkan Grafik 3 terlihat bahwa rata-ratanya tidak konstan sepanjang waktu. Pada periode awal,
rata-rata tampak lebih tinggi, tetapi kemudian tampak konstan. Walaupun rata-ratanya tidak konstan,
tetapi variansnya terlihat konstan. Data seperti ini tidak stasioner pada rata-rata.
1. Hipotesis : H0 ∶ β=0
H1 ∶ β≠0
2. Tingkat Signifikansi : 5%
3. Wilayah Kritis : Tolak H0 jika p-value < 0.05
4. Keputusan : Gagal Tolak H0 karena 0.4322 > 0.05
5. Kesimpulan : Dengan tingkat signifikansi 5% dan jumlah sampel yang
digunakan terdapat cukup bukti untuk menunjukkan bahwa tidak terdapat
trend deterministik
- Uji Trend Stokastik
1. Hipotesis : H0 ∶ γ=0
H1 ∶ γ≠0
2. Tingkat Signifikansi : 5%
3. Wilayah Kritis : Tolak H0 jika p-value < 0.05
4. Keputusan : Tolak H0 karena 0.000 < 0.05
5. Kesimpulan : Dengan tingkat signifikansi 5% dan jumlah sampel yang
digunakan terdapat cukup bukti untuk menunjukkan bahwa terdapat trend
stokastik.
Berdasarkan hasil uji diferensiasi pertama menunjukan bahwa sebaran data stasioner. namun
setelah dilakukan pengujian parsial didapatkan hasil bahwa tidak terdapat tren deterministik,
tetapi masih terdapat tren stokastik yang mengindikasikan bahwa sebaran data tergolong
kedalam stasioner lemah. oleh sebab itu, perlu dilakukan diferensiasi kedua dengan harapan
sebaran data menjadi stasioner kuat.
Berdasarkan Grafik 4 terlihat bahwa rata-ratanya tidak konstan sepanjang waktu. Pada periode awal,
rata-rata tampak lebih tinggi, tetapi kemudian tampak konstan. Walaupun rata-ratanya tidak konstan,
tetapi variansnya terlihat konstan. Data seperti ini tidak stasioner pada rata-rata.
1. Hipotesis : H0 ∶ γ=0
H1 ∶ γ≠0
2. Tingkat Signifikansi : 5%
3. Wilayah Kritis : Tolak H0 jika p-value < 0.05
4. Keputusan : Tolak H0 karena 0.000 < 0.05
5. Kesimpulan : Dengan tingkat signifikansi 5% dan jumlah sampel yang
digunakan terdapat cukup bukti untuk menunjukkan bahwa terdapat tren
stokastik.
Berdasarkan hasil uji diferensiasi kedua menunjukan bahwa sebaran data masih tetap
stasioner. namun setelah dilakukan pengujian parsial didapatkan hasil bahwa tidak terdapat
tren deterministik, tetapi masih terdapat tren stokastik yang mengindikasikan bahwa sebaran
data tergolong kedalam stasioner lemah.
Persamaan :
NTGS IDN t=−( 6 ,01E+08 )−( 0,471278 ) NTG S IDNt −1 +0,374455 ¿
Keputusan
0,0005< 0 ,05 ,Tolak H 0
Kesimpulan
Dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa data series Net Trade in Goods and
Services tidak mengandung Unit Root atau data series stasioner.
Persamaan :
D( NTG S IDN ¿ ¿t )=−( 8 , 17E+08 )−0,890673 ¿ ¿
Interpretasi :
DATA MASIH STASIONER LEMAH KARENA MENGANDUNG TREND STOKASTIK.
Keputusan
0,0005< 0 ,05 ,Tolak H 0
Kesimpulan
Dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa data series Net Trade in Goods and
Services tidak mengandung Unit Root atau data series stasioner.
Persamaan :
D( NTG S IDN ¿ ¿t )=−( 6 , 01E+08 )−1,353414 ¿ ¿
Interpretasi :
DATA MASIH STASIONER LEMAH KARENA MENGANDUNG TREND STOKASTIK.
DATA INFLASI
UJI UNIT ROOT TEST
PENGUJIAN PADA TINGKAT LEVEL
A. Uji Simultan Stasioner Level (Y) dengan ADF Model Lengkap
Hipotesis
H 0 :γ =0 (Data series inflasi mengandung unit root atau tidak stasioner)
H 1 : γ < 0 (Data series inflasi tidak mengandung unit root atau stasioner)
Tingkat Signifikansi
α=5%
Statistik Uji
t-Statistic Prob.*
Keputusan
Diketahui bahwa statistik uji lebih kecil dari batas kritis (-4,204 < -3,485) dan p-value
< α, sehingga dapat diputuskan Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi tidak
mengandung unit root atau data series inflasi stasioner.
Pengujian simutan menghasilkan kesimpulan bahwa data series inflasi stasioner. Akan
tetapi, hal tersebut perlu dipastikan dengan menguji keberadaan trend pada data
melalui uji parsial berikut ini.
B. Uji Parsial Stasioner Level (Y) dengan ADF Model Lengkap
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Diperoleh:
D ( INF )t =0,277−0,455∈ F t−1−0,0056 t
dengan γ =−0,455
β=−0,0056
Hipotesis
H 0 :γ =0 (Data series inflasi tidak mengandung trend stokastik)
H 1 : γ < 0 (Data series inflasi mengandung trend stokastik)
Tingkat Signifikansi
α=5%
Statistik Uji
t* = -4,204
Keputusan
Diketahui bahwa statistik uji lebih kecil dari batas kritis (-4,204 < -3,485) dan
p-value < α, sehingga dapat diputuskan Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi
mengandung trend stokastik.
Hipotesis
H 0 : β=0 (Data series inflasi tidak mengandung trend deterministik)
H 1 : β< 0 (Data series inflasi mengandung trend deterministik)
Tingkat Signifikansi
α=5%
Statistik Uji
t* = -2,30
Keputusan
Diketahui bahwa p-value < α, sehingga dapat diputuskan Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi
mengandung trend deterministik.
Keputusan
Diketahui bahwa statistik uji lebih kecil dari batas kritis (-10,348 < -3,485) dan p-
value < α, sehingga dapat diputuskan Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi tidak
mengandung unit root atau data series inflasi stasioner.
-
1.26233
D(INF_IDN(-1)) 8 0.121990 -10.34789 0.0000
-
0.03432
C 0 0.083941 -0.408861 0.6842
@TREND("1960" 0.00063
) 2 0.002280 0.277112 0.7827
Diperoleh:
DD ( INF )t =−0,034−1,262 D ¿ t
dengan γ =−1,262
β=−0,0006
Hipotesis
H 0 :γ =0 (Data series inflasi tidak mengandung trend stokastik)
H 1 : γ < 0 (Data series inflasi mengandung trend stokastik)
Tingkat Signifikansi
α=5%
Statistik Uji
t* = -10,348
Keputusan
Diketahui bahwa statistik uji lebih kecil dari batas kritis (-10,348 < -3,486)
dan p-value < α, sehingga dapat diputuskan Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi
mengandung trend stokastik.
Hipotesis
H 0 : β=0 (Data series inflasi tidak mengandung trend deterministik)
H 1 : β< 0 (Data series inflasi mengandung trend deterministik)
Tingkat Signifikansi
α=5%
Statistik Uji
t* = 0,277
Keputusan
Diketahui bahwa statistik uji lebih besar dari batas kritis (0,277 > -3,485) dan
p-value > α, sehingga dapat diputuskan Gagal Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi
tidak mengandung trend deterministik.
Berdasarkan pengujian terhadap difference pertama (dY) di atas, dapat ditunjukkan bahwa
hasil pengujian menyatakan data stasioner tetapi masih terdapat trend stokastik, sehingga
dapat dikatakan data inflasi masih stasioner lemah. Oleh karena itu, selanjutnya akan dicoba
kembali pengujian kestasioneran data pada difference kedua sebagai berikut.
PENGUJIAN PADA TINGKAT 2ND DIFFERENCE
E. Uji Simultan Stasioner Difference 2 (ddY) dengan ADF Model Lengkap
Hipotesis
H 0 :γ =0 (Data series inflasi mengandung unit root atau tidak stasioner)
H 1 : γ < 0 (Data series inflasi tidak mengandung unit root atau stasioner)
Tingkat Signifikansi
α=5%
Statistik Uji
Keputusan
Diketahui bahwa statistik uji lebih kecil dari batas kritis (-10,683< -3,485) dan p-
value < α, sehingga dapat diputuskan Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi tidak
mengandung unit root atau data series inflasi stasioner.
Pengujian simutan menghasilkan kesimpulan bahwa data series inflasi stasioner. Akan
tetapi, hal tersebut perlu dipastikan dengan menguji keberadaan trend pada data
melalui uji parsial berikut ini.
F. Uji Parsial Stasioner Difference 1 (dY) dengan ADF Model Lengkap
Coeffici
Variable ent Std. Error t-Statistic Prob.
-
D(INF_IDN(- 2.27900
1),2) 7 0.213328 -10.68311 0.0000
D(INF_IDN(- 0.42023
1),3) 2 0.118846 3.535954 0.0008
-
0.01880
C 1 0.110550 -0.170065 0.8656
@TREND("1960" 0.00047
) 4 0.002950 0.160547 0.8730
Diperoleh:
DDD ( INF )t =−0,019−2,279 DD ¿ t
dengan γ =−2,279
β=0,0005
Hipotesis
H 0 :γ =0 (Data series inflasi tidak mengandung trend stokastik)
H 1 : γ < 0 (Data series inflasi mengandung trend stokastik)
Tingkat Signifikansi
α=5%
Statistik Uji
t* = -10,683
Keputusan
Diketahui bahwa statistik uji lebih kecil dari batas kritis (-10,683 < -3,486)
dan p-value < α, sehingga dapat diputuskan Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi
mengandung trend stokastik.
Hipotesis
H 0 : β=0 (Data series inflasi tidak mengandung trend deterministik)
H 1 : β< 0 (Data series inflasi mengandung trend deterministik)
Tingkat Signifikansi
α=5%
Statistik Uji
t* = 0,160
Keputusan
Diketahui bahwa statistik uji lebih besar dari batas kritis (0,160 > -3,485) dan
p-value > α, sehingga dapat diputuskan Gagal Tolak H 0.
Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat ditunjukkan bahwa data series inflasi
tidak mengandung trend deterministik.
Berdasarkan pengujian terhadap difference kedua (dY) di atas, masih sama seperti
sebelumnya bahwa dapat ditunjukkan bahwa hasil pengujian menyatakan data stasioner tetapi
masih terdapat trend stokastik, sehingga dapat dikatakan data inflasi masih stasioner lemah.