Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 3 PERPAJAKAN

JAWABAN

NOMOR 1

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu diketahui tarif pajak yang berlaku untuk perhitungan
PPh pasal 25. Tarif pajak PPh pasal 25 dapat berbeda tergantung pada klasifikasi dan
penghasilan yang diperoleh oleh PT Mulia. Namun, sebagai contoh, saya akan menggunakan
tarif pajak pasal 25 yang umumnya berlaku.

1. Untuk menghitung besarnya angsuran PPh pasal 25 pada bulan Februari 2022, diperlukan
informasi mengenai penghasilan bruto dan tarif pajak pasal 25 yang berlaku pada tahun
tersebut. Dalam kasus ini, informasi mengenai penghasilan bruto PT Mulia tidak
disebutkan, jadi tidak dapat menghitung angka secara spesifik. Namun, sebagai contoh,
jika diasumsikan penghasilan bruto PT Mulia pada tahun 2022 adalah 100.000.000
Rupiah dan tarif pajak pasal 25 adalah 3%, maka angsuran PPh pasal 25 pada bulan
Februari 2022 dapat dihitung sebagai berikut:

(Penghasilan bruto x Tarif PPh pasal 25) - PPh pasal 22 dan 23 yang dipungut oleh pihak lain

(100.000.000 x 0,03) - (2.000.000 + 2.000.000) = 3.000.000 - 4.000.000 = -1.000.000 Rupiah

Jika hasilnya negatif, artinya PT Mulia tidak memiliki kewajiban angsuran PPh pasal 25 pada
bulan Februari 2022.

2. Untuk menghitung besarnya angsuran PPh pasal 25 pada bulan April 2022, diperlukan
informasi mengenai penghasilan bruto dan tarif pajak pasal 25 yang berlaku pada tahun
tersebut. Namun, informasi mengenai penghasilan bruto PT Mulia pada tahun 2022 tidak
disebutkan. Oleh karena itu, tidak dapat menghitung angka secara spesifik. Jika
diasumsikan penghasilan bruto PT Mulia pada tahun 2022 adalah 200.000.000 Rupiah
dan tarif pajak pasal 25 adalah 3%, maka angsuran PPh pasal 25 pada bulan April 2022
dapat dihitung sebagai berikut:

(Penghasilan bruto x Tarif PPh pasal 25) - PPh pasal 22 dan 23 yang dipungut oleh pihak lain

(200.000.000 x 0,03) - (2.000.000 + 2.000.000) = 6.000.000 - 4.000.000 = 2.000.000 Rupiah

Sebagai contoh, berdasarkan asumsi tersebut, besaran angsuran PPh pasal 25 pada bulan April
2022 adalah 2.000.000 Rupiah.
Perlu diingat bahwa perhitungan sebenarnya dapat berbeda tergantung pada tarif pajak yang
berlaku dan penghasilan bruto yang sebenarnya dari PT Mulia. Untuk mendapatkan perhitungan
yang akurat, disarankan untuk mengkonsultasikan dengan ahli perpajakan atau mengacu pada
ketentuan perpajakan terbaru yang dikeluarkan oleh otoritas pajak terkait.

NOMOR 2

Untuk transaksi tersebut, jenis pajak terhutang yang terkait adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh).

 PPN (Pajak Pertambahan Nilai):

PPN adalah pajak yang dikenakan atas penyerahan barang dan jasa. Dalam hal ini, PT Sumber
Indah Perkasa sebagai perusahaan konstruksi akan mengenakan PPN atas nilai kontrak
pembangunan gudang PT Usaha Makmur.

 PPh (Pajak Penghasilan):

PPh adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan. Dalam hal
ini, PT Sumber Indah Perkasa akan menghitung PPh atas penghasilan yang diperoleh dari
kontrak pembangunan gudang PT Usaha Makmur.

Untuk menghitung pajak terhutang, perlu diketahui tarif PPN dan tarif PPh yang berlaku dalam
situasi tersebut. Tarif PPN dan tarif PPh dapat berbeda tergantung pada regulasi perpajakan yang
berlaku di negara atau wilayah tempat perusahaan beroperasi. Sebagai contoh, jika tarif PPN
adalah 10% dan tarif PPh adalah 2%, maka perhitungan pajak terhutang dapat dilakukan sebagai
berikut:

a. PPN:

Termin 1 (30%): 30% x 500 juta = 150 juta

Termin 2 (50%): 50% x 500 juta = 250 juta

Termin 3 (20%): 20% x 500 juta = 100 juta

Total PPN terhutang = 150 juta + 250 juta + 100 juta = 500 juta
b. PPh:

Penghasilan Bruto (nilai kontrak): 500 juta

Tarif PPh: 2%

PPh terhutang = 2% x 500 juta = 10 juta

Jadi, berdasarkan contoh perhitungan di atas, pajak terhutang yang harus dibayarkan oleh PT
Sumber Indah Perkasa adalah sebesar 500 juta (PPN) dan 10 juta (PPh). Perlu diingat bahwa
perhitungan sebenarnya dapat berbeda tergantung pada tarif pajak yang berlaku dan ketentuan
perpajakan yang berlaku di negara atau wilayah tersebut. Disarankan untuk mengkonsultasikan
dengan ahli perpajakan atau mengacu pada ketentuan perpajakan yang berlaku untuk
mendapatkan perhitungan yang lebih akurat.

NOMOR 3

A. PPN Keluaran:

PPN Keluaran adalah PPN yang dikenakan pada penjualan barang atau jasa oleh perusahaan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, total nilai penjualan langsung kepada konsumen dengan
nilai PPN adalah Rp 360.000.000. Oleh karena itu, PPN Keluaran adalah Rp 360.000.000.

B. PPN Masukan:

PPN Masukan adalah PPN yang dikenakan pada pembelian barang atau jasa oleh perusahaan.
Terdapat beberapa transaksi pembelian yang perlu diperhitungkan:

 Pembelian bahan baku pabrikan dengan nilai PPN Rp 150.000.000.

PPN Masukan yang dapat dikreditkan adalah PPN yang terkait dengan pembelian bahan baku
yang digunakan dalam produksi barang atau jasa yang dikenai PPN. Dalam hal ini, karena bahan
baku digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, maka PPN Masukan yang dapat
dikreditkan adalah Rp 150.000.000.

 Pembelian mobil untuk mengangkut barang dagangan dengan nilai PPN Rp 50.000.000.

PPN Masukan yang dapat dikreditkan adalah PPN yang terkait dengan pembelian barang atau
jasa yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan. Dalam hal ini, pembelian mobil untuk
mengangkut barang dagangan terkait langsung dengan kegiatan usaha perusahaan, sehingga PPN
Masukan yang dapat dikreditkan adalah Rp 50.000.000.

 Pembelian mobil Toyota Avanza untuk kepentingan pribadi pemilik perusahaan, dengan
nilai PPN Rp 20.000.000.

PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah PPN yang terkait dengan pembelian barang
atau jasa yang digunakan untuk kepentingan pribadi atau non-usaha perusahaan. Dalam hal ini,
pembelian mobil Toyota Avanza untuk kepentingan pribadi pemilik perusahaan tidak terkait
dengan kegiatan usaha perusahaan, sehingga PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah
Rp 20.000.000.

Total PPN Masukan yang dapat dikreditkan adalah Rp 150.000.000 + Rp 50.000.000 = Rp


200.000.000.

C. PPN Kurang/Lebih Bayar:

PPN Kurang/Lebih Bayar adalah selisih antara PPN Keluaran dan PPN Masukan. Dalam hal ini,
PPN Keluaran adalah Rp 360.000.000 dan PPN Masukan yang dapat dikreditkan adalah Rp
200.000.000. Oleh karena itu, PPN Kurang/Lebih Bayar adalah Rp 360.000.000 - Rp
200.000.000 = Rp 160.000.000.

D. PPnBM:

PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) adalah pajak yang dikenakan pada penjualan
barang mewah. Dalam kasus ini, terdapat penjualan dengan tarif PPnBM sebesar 40% dengan
harga jual Rp 3.272.000.000. Oleh karena itu, PPnBM yang terhutang adalah 40% x Rp
3.272.000.000 = Rp 1.308.800.000.

Harap dicatat bahwa perhitungan pajak ini didasarkan pada informasi yang diberikan dan tarif
pajak yang dinyatakan dalam pertanyaan. Perhitungan sebenarnya dapat berbeda tergantung pada
ketentuan perpajakan yang berlaku dan tarif pajak yang berlaku pada waktu transaksi tersebut
dilakukan. Disarankan untuk mengkonsultasikan dengan ahli perpajakan atau mengacu pada
regulasi perpajakan yang berlaku untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai